BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-nya maka kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan observasi yang berjudul Penulisan laporan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah PL 1201 Teknik Presentasi dan Komunikasi di Fakultas SAPPK Institut T Dalam Penulisan laporan ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi yang kami sampaikan penyempurnaan pembuatan laporan ini. Dalam penulisan laporan ini, kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan pe 1. Ibu Rina Priyani, S.T, M.T selaku Dosen Pembimbing mata Kuliah PL 1201 Teknik Presentasi dan Komunikasi Institut Teknologi Bandung, ya pengarahan, dorongan dalam rangka penyelesaian penyusunan makalah ini 2. Rekan-rekan semua di Kelas K Teknik Presentasi dan Komunikasi Institut Teknologi Bandung. 3. Secara khusus kami menyampaikan terima kasih kepada keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian y menyelesaikan laporan ini. 4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan dalam penulisan laporan ini. Akhir kata, semoga Laporan Observasi di Jalan Purnawarman ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca umumnya dan kami sebagai penyusun.

2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan di sekitar Bandung Elektronik Center (BEC) yang berada di Jalan Purnawarman merupakan kawasan padat pengunjung. Dikawasan tersebut. Di kawasan tersebut terdapat berbagai macam tempat-tempat komersil seperti BEC, Gramedia, Uniersitas, bimbingan belaja, Factory Outlet, Food Court dan sebagainya, sehingga di kawasan tersebut banyak terjadi berbagai permasalahan yang sangat kompleks seperti, permasalahan sirkulasi lalu lintas, fasilitas pejalan kaki, PKL, sampah, RTH, dan Parkir. Dengan banyaknya permasalahan yang terjadii di kawasan tersebut, sehingga mendorong kami untuk melakukan observasi dan pengamatan di kawasan tersebut sehingga permasalahan tersebut dapat terpecahkan dan semua itu kami susun dalam Laporan Observasi Jalan Purnawarman yang kami rangkum dalam tugas Teknik Presentasi dan Komunikasi Permasalahan yang ada pada kawasan Jalan Purnawarman dapat dilihat dari enam sudut pandang yaitu lahan parkir, sirkulasi lalu lintas, Ruang Terbuka Hijau, Kebersihan lingkungan, pedagang kaki lima, trotoar dan pejalan kaki. Namun selain kami menampilkan permasalahan yang ada kami juga memberikan beberapa potensi yang ada di daerah ini 2. Permasalahan apa yang terdapat di kawasan tersebut dilihat dari enam aspek yaitu lahan parkir, sirkulasi lalu lintas, Ruang Terbuka Hijau, kebersihan lingkungan, pedagang kaki lima, trotoar dan pejalan kaki? 3. Potensi apa yang dimiliki oleh kawasan Jalan Purnawarman? 4. Solusi apa yang dapat dilakukan untuk menanggulangi masalah tersebut? 1.3 Ruang Lingkup Kajian Ruang lingkup yang dikaji dalam album ini terbagi dari dua pembatasan yaitu ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup materi Ruang Lingkup Wilayah Wilayah pengkajian pada makalahh ini adalah Jalan Purnawarman khususnya kawasan sekitar Gramedia dan Bandung Electronic Center (BEC) Ruang Lingkup Materi Aspek yang akan dibahas antara lain, 1. Lahan Parkir 2. Kebersihan Lingkungan 3. Ruang Terbuka Hijau 4. Pedagang Kaki Lima 5. Trotoar dan Pejalan Kaki 6. Sirkulasi Lalu lintas 1.4 Tujuan dan Sasaran Tujuan dan pemilihan penulisan ini adalah memaksimalkan

3 GAMBARAN UMUM pejalan kaki yang menyebrang sembarangan, parkir yang didirikan di mana saja, angkot yang berhenti sembarangan, buruknya pintu akses keluar masuk parker, dan sebagainya. Kemacetan tersebut dapat di atasi dengan cara memperbaiki sistem keluar masuk parkir, didirikannya halte untuk angkot dan zebracross yang lebar dan menarik bagi pejalan kaki, Gambar 1: Peta Bandung secara umum Sumber : Google maps Jalan purnawarman berada di kelurahan Tamansari, Kecamatan Bandung wetan, Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat dengan kode pos Jalan Purnawarman adalah salah satu jalan protokol dikota Bandung. Jalan ini menghubungkan Jalan R.E. Martadinata, Jalan Taman Sari dan Jalan Wastu kencana. Posisi jalan bersebelahan dengan Jalan Ir. Haji Djuanda dan dapat diakses dengan mudah dengan angkutan umum. Jalan ini semakin padat dengan

4 BAB III IDENTIFIKASI PERMASALAHAN Namun pejabat berwenang yang seharusnya lebih mengetahui hal tersebut justru mengajarkan untuk parkir di tempat itu. Gambar 2 : Lahan Parkir Liar di zebra cross dan persimpangan jalan 3.1. Lahan Parkir Keputusan Menteri No. 66 Tahun 1993 menyatakan bahwa penetapan dan pengadaan fasilitas parkir salah satunya berdasarkan keselamatan dan kelancaran lalu lintas dan dari Rencana Umum Tata Ruang Daerah (RUTRD). Dalam Keputusan Menteri tersebut juga disebutkan bahwa fasilitas parkir di luar badan jalan adalah fasilitas parkir kendaraan yang dibuat khusus yang dapat berupa taman parkir dan/atau gedung parkir. Sedangkan Fasilitas Parkir untuk umum adalah fasilitas parkir di luar badan jalan berupa gedung parkir atau taman parkir yang diusahakan sebagai kegiatan usaha yang berdiri sendiri dengan menyediakan jasa pelayanan parkir untuk umum. Koridor Jalan Purnawarman memiliki beberapa arena parkir yang di kelola oleh beberapa instansi terkait seperti Gramedia, BEC, Ganesha Operation dan lain-lain yang menampung dengan baik kendaraan dengan tarif parkir yang diberikan sehingga kendaraan tersebut mendapat jasa keamanannya juga (Gambar 1) Permasalahan Hasil Observasi, Parkir di bawah rambu dilarang parkir Secara umum di dalam pasal 43 UU LLAJ No 22 tahun 2009 dikatakan bahwa Fasilitas Parkir di dalam Ruang Milik Jalan hanya dapat diselenggarakan di tempat tertentu pada jalan kabupaten, jalan desa, atau jalan kota yang harus dinyatakan dengan Rambu lalu lintas, dan/atau Marka jalan.

5 Gambar 4 : Parkir Liar di Bahu Jalan dan Trotoar Hasil Observasi, Penuhnya parkiran yang sudah ada Tapi tidak dipungkiri kelalaian pemarkir kendaraan tidak lepas dari kurangnya perhatian pihak berwenang dan masih kurangnya lahan parkir yang ada terlebih kendaraan roda dua karena ketika penulis datang banyak parkiran motor telah penuh sehingga mereka akhirnya parkir di bahu jalan bahkan trotoar. Gambar 5 : Potensi Lahan Parkir yang s Potensi Kawasan Jalan Purnawarman merupakan jalan yang padat setiap harinya terutama karena adanya BEC,Gramedia dan adanya peraturan one-way side pada jalan ini. Kawasan ini telah memiliki beberapa lahan parkir yang disediakan oleh gedung perbelanjaan antara Hasil Observasi, 2012

6 3.2. Kebersihan Lingkungan Padatnya aktivitas di kawasan Jalan Purnawarman berpengaruh ke segala aspek, salah satunya aspek kebersihan. Terjaga tidaknya kebersihan suatu tempat di tandai dengan adanya sampah. Dari hasil observasi sepanjang Jalan Purnawarman tak luput dari sampah. Sampahsampah hasil aktivitas manusia itu banyak berserakan di jalanan dan mengganggu pemandangan kota. Jika dibiarkan sampah-sampah tersebut dapat menyebabkan kenyamanan terganggu dan juga mengakibtakan penyakit. Karena Menurut Undang-Undang No. 18 Tahun 2008, sampah didefinisikan sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sampah adalah barang atau benda yang dibuang karena tidak terpakai lagi dan sebagainya Permasalahan penjual makanan dapat menimbulkan sifat konsumtif yang berpotensi menghasilkan sampah. 4. Saluran Air yang kotor Saluran air juga menjadi sasaran tempat pembuangan sampah. Jika sampah di saluran air terus menumpuk dapat mengakibatkan penyumbatan pada sistem drainase dan dapat memicu terjadinya banjir. Selain saluran air, petak tanah untuk pohon juga dipenuhi oleh sampahsampah plastik. (Gambar 8) 5. Kepedulian masyarakat yang kurang Banyaknya sampah yang menumpuk tak lepas dari kepedulian dan kebiasaan masyarakat lah yang kurang ditambah lagi krangnya sanksi tegas. Gambar 6 : Sampah yang meluap Berdasarkan data observasi secara visual, beberapa permasalahan yang hadir antara lain : 1. Jumlah tempat sampah di daerah Jalan Purnawarman hanya terdapat di empat lokasi. Dalam suatu lokasi seharusnya terdapat dua tempat sampah yaitu untuk sampah organik dan sampah anorganik. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pemilahan sampah. Tetapi pada kenyataannya di dekat BEC hanya terdapat satu buah tempat sampah hampir rusak yang terikat Hasil Observasi, 2012 Gambar 7 : Sampah di Selokan

7 3.3. Pedagang Kaki Lima Pedagang Kaki Lima ini timbul dari adanya suatu kondisi pembangunan perekonomian dan pendidikan yang tidak merata diseluruh NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). PKL ini juga timbul dari akibat tidak tersedianya lapangan pekerjaan bagi rakyat kecil yang tidak memiliki kemampuan dalam berproduksi. Pemerintah dalam hal ini sebenarnya memiliki tanggung jawab didalam melaksanakan pembangunan bidang pendidikan, bidang perekonomian dan penyediaan lapangan pekerjaan. Ketentuan ini diatur dalam peraturan perundangundangan yang tertinggi yaitu UUD 45. Diantaranya adalah : Pasal 27 ayat (2) UUD 45, Pasal 31 UUD 45, Pasal 33 UUD 45 dan Pasal 34 UUD 45. Kita ketahui bahwa BEC yang terletak di Jalan Purnawarman adalah Pusat Elektronik di Kota bandung. Ini merupakan magnet bagi para pengunjung untuk datang dan tentunya melewati Jalan Purnawarman. Pedagang Kaki lima kerap menggunakan trotoar atau bahu jalan sehingga tidak ada batas antara pejalan kaki dan pengguna kendaraan bermotor. Pejalan kaki yang seharusnya berjalan di trotoar terpaksa berjalan di bahu jalan. Dan ini menyebabkan kemacetan lalu lintas di sepanjang jalan. Gambar 10 : Tidak adanya batas Antara Pejalan Kaki dan Pengendara Motor Karena Adanya PKL Permasalahan Berdasarkan observasi dan pengamatan yang dilakukan di Jalan Purnawarman Bandung, pedagang kaki lima menjadi salah satu permasalahan kota diantaranya yaitu: 1. Alih fungsi trotoar PKL cenderung ditempatkan di lahan yang tidak direncanakan seperti trotoar. Akibatnya trotoar beralih fungsi dari yang semula untuk jalur pedestrian menjadi lapak dagangan para PKL. Gambar 9 : Alih fungsi Trotoar menjadi Lapak 3. Pencemaran saluran air Hasil observasi, 2012 Sebagian dari PKL menggunakan sungai dan saluran air terdekat

8 Permasalahan 3.4. Ruang Terbuka Hijau Banyaknya pendatang menyebabkan keterbatasan lahan untuk akses publik khususnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) di kawasan yang dekat dengan pusat perekonomian. Salah satunya adalah kawasan Jalan Purnawarman. Penempatan bangunan yang kurang staregis juga ketersedian lahan yang kurang memadai menyebabkan banyak permasalahan terutama permasalahan tentang ketersediaan RTH bagi masyarakat sebagai sarana untuk berinteraksi di kawasan yang nyaman. Gambar 11 : Komponen RTH yang tdak sesuai pengalokasiannya Menurut data yang dilansir Greenlife Society setidaknya 90 pusat perbelanjaan di kota Bandung masih berhutang 85 ribu meter persegi ruang hijau.selain itu Dari data Badan Pengendalian Lingkungan Hidup 2007, ruang terbuka hijau di Kota Bandung kini tersisa 8,76 %, dari 30% RTH yang seharusnya di miliki oleh sebuah kota. Dari kedua fakta tersebut menunjukan bahwa kota Bandung berada pada posisi kritis Menurut Undang Undang no.27 tentang Penataan ruang, ruang terbuka hijau adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang di mana dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan. Salah satu fungsinya yakni sebagai pengendali pencemaran dan kerusakan tanah, air dan udara, dan sebagai sarana estetika kota. Namun hal ini di kurang di terapkan,salah satunya di kawasan jalan Purnawarman. Hasil observasi, 2012 Gambar 12 : PKL tinggal diantara pohon

9 Gambar 14 : Sampah mengganggu kebersihan RTH Potensi Kawasan Jalan Purnawarman memiliki potensi dalam pengembangan RTH dikarenakan jika kita melihat kawasan ini dari google maps kita akan bisa melihat kawasan ini hijau oleh pepohonan. Jika dikelola dengan baik kawasan ini akan menjadi sebuah pusat perbelanjaan yang nyaman dan hijau. Selain itu juga sebagai penopang Ruang Terbuka Hijau di Bandung. Hasil Observasi, 2012 Gambar 15 : RTH digunakan sebagai MCK oleh tuna wisma

10 3.5. Sirkulasi Lalu Lintas Sirkulasi lalu lintas merupakan aspek penting yang menunjukkan apakah suatu kawasan berhasil direncanakan atau tidak. Tempat yang kami pilih adalah Kawasan di sekitar Bandung Electronic Center (BEC) dan Gramedia, di daerah ini terdapat di salah satu bagian dari Jalan Purnawarman. Kami memilih kawasan ini karena di daerah tersebut banyak terdapat permasalah perkotaan, salah satunya buruknya sirkulasi lalu lintas. Sirkulasi lalu lintas merupakan aspek penting yang menunjukkan apakah suatu kawasan berhasil direncanakan atau tidak. Lalu lintas di dalam Undang-undang No 22 tahun 2009 didefinisikan sebagai gerak Kendaraan dan orang di Ruang Lalu Lintas Jalan, sedang yang dimaksud dengan Ruang Lalu Lintas Jalan adalah prasarana yang diperuntukkan bagi gerak pindah Kendaraan, orang, dan/atau barang yang berupa Jalan dan fasilitas pendukung. Pemerintah mempunyai tujuan untuk mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan yang selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan teratur, nyaman dan efisien melalui manajemen lalu lintas dan rekayasa lalu lintas. Ada tiga komponen lalu lintas yaitu manusia, kendaraan, dan jalan. Sirkulasi lalu lintas yang baik haruslah dapat memberikan kelancaran dan keamanan bagi pihak yang terkait, yaitu manusia sebagai pengendara dan manusia sebagai pejalan kaki. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa sirkulasi yang buruk menyebabkan kemacetan, kemacetan sendiri didefinisikan sebagai sebagai akibat dari kesemerawutan antara sirkulasi pejalan kaki dan kendaraan bermotor. Permasalahan kemacetan tersebut antara lain: 1. Ruas jalan yang tidak terlalu lebar yaitu sekitar lima meter. 2. Sistem keluar masuk parkir yang buruk. Gedung BEC tidak memiliki tata masa bangunan yang baik. Bangunan tersebut terlalu dekat dengan jalan. Apabila pengunjung sedang padat, menyebabkan kendaraan yang hendak masuk ke basemen parkir. Perlu mengantri hingga ruas jalan utama. Hal itu menyebabkan terjadi penumpukan kendaraan dan ujung-ujungnya kembali lagi pada kemacetan. Gambar 16 : Membelok saat hendak parkir menjadi salah satu penyebab kemacetan di BEC Hasil observasi, Parkir liar di bahu jalan dan trotoar

11 Buruknya sistem transportasi di Kota Bandung menyebabkan hal di atas terjadi. Para supir angkot dengan seenaknya berhenti di tengah jalan, tidak mengidahkan pengemudi lain. 6. Rambu lalu lintas tidak dipatuhi Sebenarnya di sepanjang jalan purnawarman kawasan BEC telah terdapat rambu Dilarang Parkir. Tetapi hal itu tidak diindahkan oleh pengemudi yang justru memakirkannya di tempat yang dilarang. Hal tersebut dapat menghambat sirkulasi lalu lintas Potensi Jalan di Purnawarman adalah salah satu jalan padat dengan jalur satu arah. Jalan ini memiliki potensi bisnis yang menguntungkan. Namun karena adanya beberapa kendala maka ada hal yang kurang pada daerah Purbawarman ini. Dengan perevitalisasian trotoar maka antara hak pejalan kaki dan kendaraan menjadi jelas.

12 3.6. Trotoar dan Pejalan Kaki Gambar 19 : Tempat sampah yang berada di trotoar Berjalan kaki adalah salah satu solusi utama yang dapat diterapkan untuk mengurangi permasalahan di jalan Purnawarman. Dengan banyaknya pejalan kaki akan mengurangi jumlah pengguna kendaraan pribadi sehingga mampu mengurangi volume kendaraan. Namun, fasilitas bagi pejalan kaki di jalan purnawarman kurang memadai. Fasilitas pejalan kaki sendiri mencakup jalur pejalan kaki, lapak tunggu, lampu penerangan, rambu, pagar pembatas, marka jalan dan pelindung. Salah satu jalur utama bagi pejalan kaki adalah trotoar. trotoar memiliki fungsi utama untuk memberikan pelayanan pada pejalan kaki sehingga dapat meningkatkan kelancaran, keamanandan kenyamanan pejalan kaki tersebut. Trotoar juga berfungsi memperlancar lalu lintas jalan raya karena tidak terganggu atau terpengaruh oleh lalu lintas pejalan kaki. Undang-undang (UU) no 22 tahun 2009 pasal 131 ayat 1telah menyatakan, pejalan kaki berhak atas ketersediaan fasilitas pendukung yang berupa trotoar, tempat penyeberangan, dan fasilitas lain. Dengan jelas dapat diartikan bahwa secara hukum trotoar trotoar di Indonesia adalah milik pejalan kaki. Hasil observasi, Media iklan dan vandalisme, Gambar 200 : Media Iklan yang memenuhi badan trotoar Permasalahan Setelah melakukan observasi permasalahan yang terdapat pada

13 BAB IV GAGASAN PENYELESAIAN Sumber : Google Gambar 22 : Parkir Basement Kota besar seperti Bandung memang sulit di lepaskan dari permasalahan kota yang semakin di perparah dengan prilaku pengguna kota nya yang kurang bisa menghargai peraturan dan kelestarian lingkungan. Tak heran, bila salah satu kawasan di kota Bandung seperti di sepanjang jalan Purnawarman tepatnya di sekitar kawasan BEC dan Gramedia yang merupakan pusat perbelanjaaan, memiliki permasalahan yang begitu kompleks seperti yang telah diungkapkan sebelumnya,. Berikut ini adalah gagasan penyelesaian dari setiap sudut pandang permasalahan, 4.1 Lahan Parkir Masalah terbesar mengenai prasarana lahan parkir adalah kurangnya lahan parkir yang nyaman dan aman. Dengan potensi yang ada pada kawasan Jalan Purnawarman yaitu tersedia beberapa lahan parkir umum walaupun dengan tingkat luasan yang tidak terlalu besar dapat dibuat sebuah solusi. Solusi tersebut adalah pembuatan sistem gedung parkir atau parkir basement. Yang baru menerapkan sistem ini adalah BEC. Mungkin dengan sistem serupa dapat diterapkan pada parkiran yang lain dengan jangkauan objek yang lebih luas yaitu masyarakat umum pengunjung kawasan Jalan Purnawarman. Sumber : Google Parkir basement atau gedung parkir mempunyai keunggulan dapat menampung banyak kendaraan hanya dengan luas tanah yang minin dan hal ini cocok dengan keadaan Jalan Purnawarman. 4.2 Kebersihan Lingkungan Kurangnya tempat sampah menjadi masalah terbesar mengapa banyak orang membuang sampahnya sembarangan di kawasan Jalan Purnawarman. Sehingga solusi paling tepat secara preventif adalah pembuatan tempat sampah yang lebih banyak di setiap 5-10 meter. Lebih

14 4.4 Ruang Terbuka Hijau Masalah terbesar yang dihadapi oleh RTH adalah kurangnya tempat yang layak bagi RTH dan perawatan RTH itu sendiri. RTH pada sebuah trotoar tidak salah, namun yang salah itu adalah para PKL yang mempersempit ruas trotoarnya. Dengan begitu penyelesaian paling awal adalah mengalokasikan PKL yang tidak tertib. Kedua adalah merawat RTH itu sendiri sedemikian rupa sehingga RTH di Bandung selain menjadi penyejuk juga menjadi taman yang indah dan menambah nilai tambah bagi wisatawan. 4.5 Sirkulasi Lalu-Lintas Solusi untuk sirkulasi lalu lintas, antara lain : - Perbaiki sistem keluar masuk parkir Apabila jalur masuk parkir diperbaiki dengan memperlebar pintu masuk, maka penumpukan kendaraan akan dapat teratasi. - Perluas dan pernyaman zebracross bagi penyebrang jalan Pemerintah dapat memberikan jalur penyebrangan zebracross yang lebar dan menarik midalnya dengan motif tertentu, serta akan lebih baik jika di beri rambu penyebrangan. Hal tersebut agar pejalan kaki lebih tertarik melewati zebracross tersebut karena terdapat nilai estetikanya. - Halte pemberhentian angkot Agar penumpang lebih teratur dalam memberhentikan angkot, maka 4.6 Trotoar dan Pejalan Kaki Pemerintah dan masyarakat harus meningkatkan kepeduliannya dan bekerja sama untuk mengembalikan fungsi utama trotoar sebagai salah satu bagian dari fasilitas pejalan kaki. Hal ini perlu dilakukan agar kedua pihak saling membantu bukannya melempar tanggung jawab. Pemerintah memperhatikan hak-hak pejalan kaki dalam pengelolaan jalan, karena yang selama ini yang terlihat adalah pemerintah lebih memperhatikan pengguna kendaraan daripada pejalan kaki. Hal ini terlihat dari banyaknya pembangunan yang mendukung pengguna kendaraan dari pada pejalan kaki. Pemerintah juga dapat berperan dengan mengurangi jumlah arus kendaraan yang melintas perancangan trotoar yang baik dan perelokasian para pedagang dan pengemis agar tidak memenuhi trotoar. Masyarakat sebagai pengguna jalan dapat berperan dalam menjaga perawatan trotoar, contohnya dengan tidak membuang sampah sembarangan, tidak melakukan vandalisme dan menggunakan fasilitas yang tersedia sesuai dengan tujuannya. Hal ini sebenarnya harus dilakukan sebagai kesadaran karena fasilitas pejalan kaki termasuk dalam fasilitas umum yang dibangun dengan menggunakan uang masyarakat. Dengan terjaganya fasilitas pejalan kaki, pemerintah tidak perlu mengeluarkan dana khusus untuk perbaikan fasilitas tersebut, selain itu

15 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Kawasan Bandung Elektronik Center (BEC) dan Gramedia yang ada di jalan Purnawarman merupakan salah satu kawasan padat pengunjung di Kota Bandung karena di kawasan tersebut terdapat banyak tempat-tempat komersial seperti BEC, Gramedia, Factory Outlet, Universitas, Bimbingan belajar dan sebagainya. Hal tersebut menyebabkan berbagai permasalah perkotaan dan lingkungan terjadi. Misalnya kemacetan, kesemerawutan, sampah, dan sebagainya. Banyaknya kendaraan yang melewati kawasan BEC menyebabkan penumpukan kendaraan. Penumpukan kendaraan tersebut tidak sebanding dengan besarnya jalan hingga akhirnya menyebabkan kemacetan. Namun, kemacetan tidak semata-mata disebabkan oleh besarnya jalan, banyak aspek lain yang memperparah sirkulasi lalu lintas di jalan purnawarman seperti salah satunya adalah buruknya fasilitas pejalan kaki. Trotoar mengalami berbagai pengalihan fungsi. Baik itu sebagai tempat berjualan, signage, dan sebagainya. Trotoar yang seharusnya diperuntukkan bagi pejalan kaki justru digunakan untuk lahan PKL menjual dagangannya akbatnya pejalan kaki yang hendak lewat justru turun ke ruas jalan hingga menghambat jalannya kendaraan. PKL yang berjualan di trotoar bukan hanya menghalangi pejalan kaki tapi juga berserakan di sepanjang trotoar juga di bawah pepohonan dan kemudian menciptakan suasana kumuh. Permasalahan selanjutnya yaitu RTH. Di kawasan tersebut terdapat bebererapa RTH berupa pepohonan di pinggir jalan. Namun RTH itu tidak terawat dan justru menimbulkan banyak masalah bagi RTH itu sendiri maupun pengunjung. Banyaknya pohon besar di trotoar yang sempit dan kondisi RTH yang tidak terawat menimbulkan ketidaknyamanan publik. Parkir juga menjadi masalah di kawasan ini. Padatnya pengunjung berdampak pada kebutuhan lahan untuk parkir kenadaraaan. Sebenarnya lahan parkir telah disediakan oleh para pengelola gedung seperti yang ada di besement Bandung Electronik Center, lahan parkir yang ada di Gramedia maupun bangunan-bangunan lain. Namun lahan fasilitas parkir di kawasan BEC masih belum baik. Pintu masuk parkir terlalu kecil hanya cukup untuk satu ukuran mini bus sehingga apabila pengunjung sedang banyak terjadi antrian kendaraan hingga ke ruas jalan hingga kemacetan pun terjadi. Selain itu beberapa pihak justru menggunakan bahu jalan, trotoar dan penyeberangan jalan untuk memarkir kendaraan dengan alasan lebih dekat, dan praktis. Keadaan ini menyebabkan kemacetan karena ruas jalan pejalan kaki maupun kendaraan bermotor dipakai untuk parkir. Namun dari keseluruhan permasalahan yang ada terdapat potensi dari kawasan Jalan Purnawarman untuk dapat lebih baik. Antara ketersediaan lahan yang kurang dimanfaatkan dengan baik dan bijak.

16 DAFTAR GAMBAR Gambar 1: Peta Bandung secara umum... Gambar 2 : Lahan Parkir Liar di zebra cross dan persimpangan jalan... Gambar 3 : Parkir Sembarangan di bawah rambu Dilarang Parkir... Gambar 4 : Parkir Liar di Bahu Jalan dan Trotoar... Gambar 5 : Potensi Lahan Parkir yang sudah ada... Gambar 6 : Sampah yang meluap... Gambar 7 : Sampah di Selokan... Gambar 8 : Banyak sampah dibuang sembarangan seperti di petak tanah... Gambar 9 : Alih fungsi Trotoar menjadi Lapak... Gambar 10 : Tidak adanya batas Antara Pejalan Kaki dan Pengendara Motor Karena Adanya PKL... Gambar 11 : Komponen RTH yang tdak sesuai pengalokasiannya... Gambar 12 : PKL tinggal diantara pohon... Gambar 13 : Pejalan Kaki memilih berjalan di bahu jalan... Gambar 14 : Sampah mengganggu kebersihan RTH... Gambar 15 : RTH digunakan sebagai MCK oleh tuna wisma... Gambar 16 : Membelok saat hendak parkir menjadi salah satu penyebab kemacetan di BEC... Gambar 17 : Penyebab Kemacetan yaitu angkot, parkir sembarangan dan pejalan kaki... Gambar 18 : Pejalan kaki menyeberang sembarangan... Gambar 19 : Tempat sampah yang berada di trotoar... Gambar 20 : Media Iklan yang memenuhi badan trotoar... Gambar 21 : Sistem gedung parkir... Gambar 22 : Parkir Basement... Gambar 25 : Koperasi PKL... Gambar 23 : Pemberian dua jenis tempat sampah... Gambar 24 : Pendayagunaan Petugas kebersihan... Gambar 26 : Tempat wisata kuliner di Surakarta yang berisi PKL...

17 DAFTAR PUSTAKA Buku : Danarto Rudi, Analisis Pemanfaatan Gedung Parkir Di Pusat Perbelanjaan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya di Kotamadya Bandung, Tugas Akhir J IEPF Gerakan 3R Pembentukan Masyarakat Peduli Daur Ulang. Bandung: Indonesian Education Promoting Foundation. Tibbalds,Francis Making People Friendly Town. London: Spon Press Wibisono, Penentuan Alternatif Penyediaan Ruang Parkir Luar Jalan di Kawasan Braga, Tugas Akhir Jurusan Teknik Planologi, ITB, 1999 Web : Kodar Solihat, Angkot Ngetem Sumber Kmecetan. Diakses 1 Maret 2012 Retno Damayanti, Alih Fungsi Trotoar Diakses pada tanggal 1 Maret 2012 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Kamus Besar Bahas Indonesia. Diakses pada tanggal 5 M

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pedestrian berasal dari bahasa Yunani, dimana berasal dari kata pedos yang berarti kaki, sehingga pedestrian dapat diartikan sebagai pejalan kaki atau orang yang berjalan

Lebih terperinci

PRASARANA KOTA DI JALAN KOLONEL ATMO PALEMBANG

PRASARANA KOTA DI JALAN KOLONEL ATMO PALEMBANG PRASARANA KOTA DI JALAN KOLONEL ATMO PALEMBANG Sisca Novia Angrini Universitas Muhammadiyah Palembang Jl. Jend. Ahmad Yani No.13, Seberang Ulu I, Palembang email: siscaangrini@gmail.com Abstrak Jalan Kolonel

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Dari hasil analisis dan perhitungan yang telah dilakukan pada bab. sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

BAB V PENUTUP. Dari hasil analisis dan perhitungan yang telah dilakukan pada bab. sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : BAB V PENUTUP 5. 1. Kesimpulan Dari hasil analisis dan perhitungan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pada jam-jam puncak kondisi eksisting di

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil pembahasan dari penelitian bab sebelumnya dapat ditarik

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil pembahasan dari penelitian bab sebelumnya dapat ditarik BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan dari penelitian bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Dari ketiga ruas jalan yang diteliti, diketahui bahwa

Lebih terperinci

BAB II TRUTHS. bukunya yang berjudul Experiencing Architecture, mengatakan bahwa arsitektur

BAB II TRUTHS. bukunya yang berjudul Experiencing Architecture, mengatakan bahwa arsitektur BAB II TRUTHS Setelah menemukan adanya potensi pada kawasan perancangan, proses menemukan fakta tentang kawasan pun dilakukan. Ramussen (1964) dalam bukunya yang berjudul Experiencing Architecture, mengatakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan menjelaskan mengenai pengertian umum yang berhubungan dengan parkir, cara dan jenis parkir, pengaturan parkir, metode-metode parkir, kebijakan parkir, serta standar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan itu harus berhenti, baik itu bersifat sementara maupun bersifat lama atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan itu harus berhenti, baik itu bersifat sementara maupun bersifat lama atau 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Parkir Kendaraan tidak mungkin bergerak terus-menerus, akan ada waktunya kendaraan itu harus berhenti, baik itu bersifat sementara maupun bersifat lama atau biasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Parkir Berdasarkan Keputusan Dirjen Perhubungan Darat Nomor : 272/HK.105/DJRD/96 Tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir menyebutkan parkir adalah

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KAWASAN Tinjauan Kawasan Kebon Kacang Raya dan Kebon Kacang 30 3.1 Gambaran Kawasan Proyek Nama : Kawasan Kebon Kacang dan sekitarnya. Lokasi : Jl. Kebon Kacang Raya dan Jl.Kebon Kacang

Lebih terperinci

BAB 5 KESENJANGAN KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PENUNJANG KEGIATAN PARIWISATA

BAB 5 KESENJANGAN KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PENUNJANG KEGIATAN PARIWISATA BAB 5 KESENJANGAN KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PENUNJANG KEGIATAN PARIWISATA Pada bab ini akan lebih dibahas mengenai sarana prasarana penunjang kegiatan pariwisata. Permasalahan sarana prasarana

Lebih terperinci

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring berkembangnya kota dan tingginya populasi penduduk berdampak meningkatnya aktivitas perkotaan yang menimbulkan kemacetan lalu lintas. Kemacetan lalu lintas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan perkotaan yang manusiawi merupakan lingkungan perkotaan yang ramah

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan perkotaan yang manusiawi merupakan lingkungan perkotaan yang ramah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan perkotaan yang manusiawi merupakan lingkungan perkotaan yang ramah bagi pejalan kaki yang mempunyai ukuran dan dimensi berdasarkan skala manusia (Nasution,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Evaluasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016), yang dimaksud dengan evaluasi adalah pengumpulan dan pengamatan dari berbagai macam bukti untuk mengukur dampak dan efektivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komponen lalu lintas yang sangat penting terutama di perkotaan.

BAB I PENDAHULUAN. komponen lalu lintas yang sangat penting terutama di perkotaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Padatnya pertumbuhan penduduk di perkotaan menambah semakin banyaknya tingkat transportasi yang ada. Transportasi merupakan sektor pendukung dalam setiap aktivitas

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Studi Elemen Preservasi Kawasan Kota dengan studi kasus Koridor Jalan Nusantara Kecamatan Karimun Kabupaten Karimun diantaranya menghasilkan beberapa kesimpulan:

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu keadaan tidak bergerak dari suatu kendaraan yang tidak bersifat

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu keadaan tidak bergerak dari suatu kendaraan yang tidak bersifat II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Parkir dan Pedestrian Menurut Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat (1996) yang menyatakan bahwa parkir adalah suatu

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan melalui observasi langsung, wawancara kepada

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan melalui observasi langsung, wawancara kepada BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Kesimpulan Umum Berdasarkan penelitian yang dilakukan melalui observasi langsung, wawancara kepada pejalan kaki, dan wawancara kepada dinas-dinas terkait, maka

Lebih terperinci

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler BAB I Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler Kampung Hamdan merupakan salah satu daerah di Kota Medan yang termasuk sebagai daerah kumuh. Hal ini dilihat dari ketidak beraturannya permukiman warga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Trotoar adalah jalur bagi pejalan kaki yang terletak di daerah manfaat jalan, diberi lapis permukaan, diberi elevasi lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Pembangunan di segala bidang yang dilaksanakan pemerintah Republik Indonesia merupakan usaha untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan terutama di bidang ekonomi. Dengan

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan data hasil survei, analisis, perhitungan, dan usulan penanganan dapat diambil beberapa kesimpulan mengenai kinerja simpang Colombo-Gejayan dan simpang

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PELUANG JALUR SEPEDA DI SEKELILING RAYA BOGOR ABSTRAK

IDENTIFIKASI PELUANG JALUR SEPEDA DI SEKELILING RAYA BOGOR ABSTRAK IDENTIFIKASI PELUANG JALUR SEPEDA DI SEKELILING RAYA BOGOR Dyah Prabaningrum 1), Indarti Komala Dewi 2), Budi Arief 3) 1) Mahasiswa Program Studi PWK Fakultas Teknik Universitas Pakuan 2) Staf Pengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi bertambah banyaknya kebutuhan akan sarana dan prasarana

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi bertambah banyaknya kebutuhan akan sarana dan prasarana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selama ini kita mengenal bahwa Yogyakarta adalah daerah yang terkenal sebagai kota pelajar, dari tahun ke tahun semakin bertambah jumlah penduduknya, terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Bandung memiliki daya tarik yang luar biasa dalam bidang pariwisata. Sejak jaman penjajahan Belanda, Bandung menjadi daerah tujuan wisata karena keindahan alamnya

Lebih terperinci

Jurnal Kalibrasi Sekolah Tinggi Teknologi Garut Jl. Mayor Syamsu No. 1 Jayaraga Garut Indonesia

Jurnal Kalibrasi Sekolah Tinggi Teknologi Garut Jl. Mayor Syamsu No. 1 Jayaraga Garut Indonesia EFEKTIFITAS PENGGUNAAN FASILITAS JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG (JPO) (STUDI KASUS PADA FASILITAS JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG DI JL. SOEKARNO HATTA BANDUNG) Edy Supriady Koswara 1, Roestaman, 2 Eko Walujodjati

Lebih terperinci

BUPATI PURWAKARTA PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KETERTIBAN JALAN, FASILITAS UMUM DAN JALUR HIJAU

BUPATI PURWAKARTA PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KETERTIBAN JALAN, FASILITAS UMUM DAN JALUR HIJAU Menimbang BUPATI PURWAKARTA PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KETERTIBAN JALAN, FASILITAS UMUM DAN JALUR HIJAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWAKARTA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel I.1 Jumlah Kendaraan di Kota Bandung pada Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tabel I.1 Jumlah Kendaraan di Kota Bandung pada Tahun BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Bandung merupakan kota besar di Indonesia. Sebagai ibukota Jawa Barat, Kota Bandung menjadi kota yang terkenal kemacetan kedua di Indonesia. Kota Bandung juga

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 65 TAHUN 1993 T E N T A N G FASILITAS PENDUKUNG KEGIATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 65 TAHUN 1993 T E N T A N G FASILITAS PENDUKUNG KEGIATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN MENTERI PERHUBUNGAN, KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 65 TAHUN 1993 T E N T A N G FASILITAS PENDUKUNG KEGIATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Umum Fasilitas pejalan kaki adalah seluruh bangunan pelengkap yang disediakan untuk pejalan kaki guna memberikan pelayanan demi kelancaran, keamanan dan kenyamanan, serta keselamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Pariwisata juga merupakan suatu komponen dari pola

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Pariwisata juga merupakan suatu komponen dari pola 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kepariwisataan di Indonesia yang sedang digalakkan dewasa ini, pada hakikatnya merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Pariwisata juga merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Jalur pedestrian di Jalan Sudirman Kota Pekanbaru dinilai dari aktivitas pemanfaatan ruang dan Pedestrian Level of Service. Jalur pedestrian di Jalan Sudirman

Lebih terperinci

3.1 Karakteristik Pusat Perbelanjaan Paris Van Java

3.1 Karakteristik Pusat Perbelanjaan Paris Van Java BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI Bab ini membahas gambaran umum wilayah studi kawasan pusat perbelanjaan Paris Van Java yang mencakup karakteristik pusat perbelanjaan Paris Van Java, karakteristik ruas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Kecelakaan. 1. Jumlah kecelakaan dan jumlah korban kecelakaan

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Kecelakaan. 1. Jumlah kecelakaan dan jumlah korban kecelakaan BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Kecelakaan 1. Jumlah kecelakaan dan jumlah korban kecelakaan Data dari Kepolisian Resort Sleman, terhitung dari tahun 2014 sampai dengan 2016 pada ruas

Lebih terperinci

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5468 TRANSPORTASI. Perhubungan. Lalu Lintas. Angkutan Jalan. Jaringan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 193) PENJELASAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pedestrian merupakan permukaan perkerasan jalan yang dibuat untuk menjamin keamanan pejalan kaki yang bersangkutan. Di mana orang-orang dapat tetap berpindah

Lebih terperinci

c. Pada tahun 2014 (5 tahun setelah Paragon City beroperasi), baik saat akhir pekan maupun hari kerja, terutama pada saat jam-jam puncak, simpang

c. Pada tahun 2014 (5 tahun setelah Paragon City beroperasi), baik saat akhir pekan maupun hari kerja, terutama pada saat jam-jam puncak, simpang BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan Dari hasil analisa dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pada Simpang Bersinyal telapak kaki a. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan pembangunan di segala bidang. Pelaksanaan pembangunan tersebut bertujuan untuk mewujudkan masyarakat

Lebih terperinci

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB V PENUTUP

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB V PENUTUP BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil dari analisa pengamatan di lapangan, studi referensi, perhitungan dan juga hasil evaluasi mengenai KINERJA RUAS JALAN RAYA CIBIRU JALAN RAYA CINUNUK PADA

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan menguraikan kesimpulan studi yang merupakan ringkasan hasil studi yang dilakukan sesuai dengan tujuan dan sasaran dalam melakukan studi, serta saran-saran

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar Peta Dasar TPU Tanah Kusir (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011) Perumahan Warga

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar Peta Dasar TPU Tanah Kusir (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011) Perumahan Warga 19 BAB IV KONDISI UMUM 4.1. Letak, Batas, dan Luas Tapak TPU Tanah Kusir merupakan pemakaman umum yang dikelola oleh Suku Dinas Pemakaman Jakarta Selatan di bawah Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Kendaraan bermotor dalam perkembangannya setiap hari

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Kendaraan bermotor dalam perkembangannya setiap hari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lalu lintas dan angkutan jalan memegang peranan penting dalam menunjang, memperlancar dan meningkatkan pembangunan perekonomian baik regional maupun nasional. Kendaraan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Wibowo (2010), dalam Analisis Kelayakan Sarana Transportasi Khususnya Trotoar, yang mengambil lokasi penelitian di Pasar pakem, Sleman, Yogyakarta, membahas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk berpindah atau bergerak tersebut akan semakin intensif. Hal ini tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. untuk berpindah atau bergerak tersebut akan semakin intensif. Hal ini tidak dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi di kota akan terus berkembang jika pertumbuhan penduduk serta kebutuhannya untuk bergerak atau berpindah dari suatu tempat ke tempat lainnya semakin meningkat.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Inspeksi Keselamatan Jalan Tingginya angka lalu lintas, maka salah satu cara untuk mengurangi tingkat kecelakaan adalah dengan melakukan Inspeksi Keselamatan Jalan.

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH 56 ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH Berdasarkan hasil inventarisasi maka dari faktor-faktor yang mewakili kondisi tapak dianalisis sehingga diketahui permasalahan yang ada kemudian dicari solusinya sebagai

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PARKIR PADA SISI JALAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KAPASITAS JALAN (STUDI KASUS: DI JALAN MATARAM YOGYAKARTA) TUGAS AKHIR

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PARKIR PADA SISI JALAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KAPASITAS JALAN (STUDI KASUS: DI JALAN MATARAM YOGYAKARTA) TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PARKIR PADA SISI JALAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KAPASITAS JALAN (STUDI KASUS: DI JALAN MATARAM YOGYAKARTA) TUGAS AKHIR oleh : T A N T A W I L2D 300 379 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bintaro Utama 3 Jalan Bintaro Utama 3A Jalan Pondok Betung Raya Jalan Wr

BAB I PENDAHULUAN. Bintaro Utama 3 Jalan Bintaro Utama 3A Jalan Pondok Betung Raya Jalan Wr BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persimpangan jalan adalah simpul transportasi yang terbentuk dari beberapa pendekat, dimana arus kendaraan dari berbagai pendekat bertemu dan memencar meninggalkan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) 5.1 Sirkulasi Kendaraan Pribadi Pembuatan akses baru menuju jalan yang selama ini belum berfungsi secara optimal, bertujuan untuk mengurangi kepadatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting untuk perkembangan suatu daerah, yaitu untuk mempermudah memindahkan barang dan manusia dari suatu tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. -pengembangan.

BAB I PENDAHULUAN. :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. -pengembangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Pengembangan Kawasan Shopping Street Pertokoan Jl. Yos Sudarso :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. (http://developmentcountry.blogspot.com/2009/12/definisi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG NOMOR 17 TAHUN 2007

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG NOMOR 17 TAHUN 2007 PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG NOMOR 17 TAHUN 2007 T E N T A N G PENYELENGGARAAN LALU LINTAS JALAN DI WILAYAH KABUPATEN REJANG LEBONG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ruas Jalan Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas,

Lebih terperinci

Manajemen Fasilitas Pejalan Kaki dan Penyeberang Jalan. 1. Pejalan kaki itu sendiri (berjalan dari tempat asal ke tujuan)

Manajemen Fasilitas Pejalan Kaki dan Penyeberang Jalan. 1. Pejalan kaki itu sendiri (berjalan dari tempat asal ke tujuan) Manajemen Fasilitas Pejalan Kaki dan Penyeberang Jalan Mata Kuliah Manajemen Lalu Lintas Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, FT UGM Pendahuluan Yang termasuk pejalan kaki : 1. Pejalan kaki itu sendiri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mempengaruhi tumbuh dan kembangnya pembangunan suatu kota, disamping faktor-faktor lain. Jumlah penduduk yang cenderung hidup di

I. PENDAHULUAN. mempengaruhi tumbuh dan kembangnya pembangunan suatu kota, disamping faktor-faktor lain. Jumlah penduduk yang cenderung hidup di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk merupakan salah satu faktor yang ikut mempengaruhi tumbuh dan kembangnya pembangunan suatu kota, disamping faktor-faktor lain. Jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Parkir Jika melihat lalu lintas tidak lepas dari kendaraan yang berjalan dan kendaraan yang berhenti, dapat diketahui bahwa kendaraan tidak mungkin bergerak terus

Lebih terperinci

Studi Kemacetan Lalu Lintas Di Pusat Kota Ratahan ABSTRAK

Studi Kemacetan Lalu Lintas Di Pusat Kota Ratahan ABSTRAK Studi Kemacetan Lalu Lintas Di Pusat Kota Ratahan Melisa Margareth 1, Papia J.C. Franklin 2, Fela Warouw 3 1 Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota Universitas Sam Ratulangi Manado 2 & 3

Lebih terperinci

PENJELASAN I ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PROGRAM ADIPURA

PENJELASAN I ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PROGRAM ADIPURA PENJELASAN I ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PROGRAM ADIPURA Perumahan menengah : meliputi kompleks perumahan atau dan sederhana permukiman Perumahan pasang surut : meliputi perumahan yang berada di daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang murah untuk mencari oleh oleh dan menjadi tujuan utama bagi pengunjung

BAB I PENDAHULUAN. yang murah untuk mencari oleh oleh dan menjadi tujuan utama bagi pengunjung BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu kota besar yang memiliki banyak potensi untuk dikembangkan adalah kota Yogyakarta. Dengan jumlah penduduk yang cukup padat dan banyaknya aset wisata yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Lalu lintas berjalan menuju suatu tempat tujuan dan setelah mencapai tempat tersebut kendaraan harus diparkir, sementara pengendaranya melakukan berbagai urusan,

Lebih terperinci

Terdapat 3 (tiga) metode dalam memarkir kendaraan, diantaranya adalah:

Terdapat 3 (tiga) metode dalam memarkir kendaraan, diantaranya adalah: Parkir adalah suatu kondisi kendaraan yang berhenti atau tidak bergerak pada tempat tertentu yang telah ditentukan dan bersifat sementara, serta tidak digunakan untuk kepentingan menurunkan penumpang/orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk dapat memberikan pengaruh positif sekaligus negatif bagi suatu daerah. Di negara maju pertumbuhan penduduk mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar merupakan tempat berkumpulnya penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual beli. Pasar dibedakan menjadi dua, yaitu pasar modern dan pasar tradisional.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Parkir Menurut Direktur Jendral Darat (1998), keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat sementara, sedang berhenti adalah keadaan tidak bergerak suatu

Lebih terperinci

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN 2.1 Lokasi Proyek Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi Campuran Perumahan Flat Sederhana. Tema besar yang mengikuti judul proyek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Parkir Parkir adalah keadaan tidak bergeraknya suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara, termasuk dalam pengertian parkir adalah setiap kendaraan yang berhenti pada tempat-tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan transportasi. Akibatnya terjadilah peningkatan pengguna jaringan. hambatan bila tidak ditangani secara teknis.

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan transportasi. Akibatnya terjadilah peningkatan pengguna jaringan. hambatan bila tidak ditangani secara teknis. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertemuan jalan atau yang sering disebut persimpangan jalan merupakan tempat bertemunya arus lalu lintas dari dua jalan atau lebih dan merupakan suatu titik tempat

Lebih terperinci

BAB I KONDISI PINGGIRAN SUNGAI DELI

BAB I KONDISI PINGGIRAN SUNGAI DELI BAB I KONDISI PINGGIRAN SUNGAI DELI Keadaan sungai Deli yang sekarang sangat berbeda dengan keadaan sungai Deli yang dahulu. Dahulu, sungai ini menjadi primadona di tengah kota Medan karena sungai ini

Lebih terperinci

PERENCANAAN WILAYAH KOMERSIAL STUDI KASUS RUAS JALAN MARGONDA DEPOK

PERENCANAAN WILAYAH KOMERSIAL STUDI KASUS RUAS JALAN MARGONDA DEPOK PERENCANAAN WILAYAH KOMERSIAL STUDI KASUS RUAS JALAN MARGONDA DEPOK A.R. Indra Tjahjani 1, Gita Cakra 2, Gita Cintya 3 1Program Studi Teknik Sipil, Universitas Pancasila Jakarta, Lenteng Agung Jakarta

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu

BAB 2 LANDASAN TEORI. merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Redevelopment Salah satu pengertian redevelopment menurut Prof. Danisworo merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu melakukan pembongkaran

Lebih terperinci

Studi Pemindahan Lokasi Parkir dari On-street Parking Menjadi Offstreet. (Studi Kasus Jalan Dhoho Kediri)

Studi Pemindahan Lokasi Parkir dari On-street Parking Menjadi Offstreet. (Studi Kasus Jalan Dhoho Kediri) JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER Studi Pemindahan Lokasi Parkir dari On-street Parking Menjadi Offstreet Parking (Studi Kasus Jalan Dhoho Kediri)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan adalah usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan atau perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara, dan pemerintah menuju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang yang merupakan Ibukota Jawa Tengah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang yang merupakan Ibukota Jawa Tengah adalah salah satu BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Kota Semarang yang merupakan Ibukota Jawa Tengah adalah salah satu kota besar di Indonesia yang sedang berkembang. Secara geografis kota ini terletak di sebelah utara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial dan budaya dengan sendirinya juga mempunyai warna

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial dan budaya dengan sendirinya juga mempunyai warna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota merupakan daerah yang memiliki mobilitas yang tinggi. Daerah perkotaan menjadi pusat dalam setiap daerah. Ketersediaan akses sangat mudah didapatkan di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah maka akan bertambah pula taraf hidup masyarakat di daerah tersebut. Hal

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah maka akan bertambah pula taraf hidup masyarakat di daerah tersebut. Hal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring bertambahnya populasi manusia dan peningkatan ekonomi suatu daerah maka akan bertambah pula taraf hidup masyarakat di daerah tersebut. Hal ini juga menimbulkan

Lebih terperinci

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN Daerah pemukiman perkotaan yang dikategorikan kumuh di Indonesia terus meningkat dengan pesat setiap tahunnya. Jumlah daerah kumuh ini bertambah dengan kecepatan sekitar

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 16 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG POLA PENYEBARAN PELETAKAN REKLAME

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 16 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG POLA PENYEBARAN PELETAKAN REKLAME BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 16 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG POLA PENYEBARAN PELETAKAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BOGOR, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Contoh penyeberangan sebidang :Zebra cross dan Pelican crossing. b. Penyeberangan tidak sebidang (segregated crossing)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Contoh penyeberangan sebidang :Zebra cross dan Pelican crossing. b. Penyeberangan tidak sebidang (segregated crossing) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Umum 2.1.1. Fasilitas penyeberangan pejalan kaki Dalam Setiawan. R. (2006), fasilitas penyeberangan jalan dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu: a. Penyeberangan

Lebih terperinci

KONSEP THE CITY OF PEDESTRIAN. Supriyanto. Dosen Tetap Prodi Teknik Arsitektur FT UNRIKA Batam

KONSEP THE CITY OF PEDESTRIAN. Supriyanto. Dosen Tetap Prodi Teknik Arsitektur FT UNRIKA Batam KONSEP THE CITY OF PEDESTRIAN Supriyanto Dosen Tetap Prodi Teknik Arsitektur FT UNRIKA Batam Kalau kita berjalan kaki di suatu kawasan atau daerah, kita mempunyai tempat untuk mengekspresikan diri ( yaitu

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya didapat sebuah kesimpulan bahwa kondisi eksisting area sekitar stasiun Tanah Abang bersifat tidak ramah terhadap para pejalan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 9 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 9 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 9 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CILEGON, Menimbang :

Lebih terperinci

TERMINAL PENUMPANG/TERMINAL BUS

TERMINAL PENUMPANG/TERMINAL BUS TERMINAL PENUMPANG/TERMINAL BUS Terminal Bus adalah tempat sekumpulan bus mengakhiri dan mengawali lintasan operasionalnya. Dengan mengacu pada definisi tersebut, maka pada bangunan terminal penumpang

Lebih terperinci

SURVEY TC (Traffic Counting) PEJALAN KAKI

SURVEY TC (Traffic Counting) PEJALAN KAKI J U R U S A N T E K N I K P L A N O L O G I F A K U L T A S T E K N I K U N I V E R S I T A S P A S U N D A N B A N D U N G Jl. Dr Setiabudhi No 193 Telp (022) 2006466 Bandung SURVEY TC (Traffic Counting)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Parkir Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat sementara karena ditinggalkan oleh pengemudinya. Setiap pengendara kendaraan bermotor memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Parkir Kata parkir berasal dari kata park yang berarti taman. Menurut kamus bahasa Indonesia, parkir diartikan sebagai tempat menyimpan. (Menurut Hobbs 1995, dalam Cahyono

Lebih terperinci

PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR

PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Oleh M.ARIEF ARIBOWO L2D 306 016 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan ditunjukan dengan adanya peningkatan jumlah pemakaian

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan ditunjukan dengan adanya peningkatan jumlah pemakaian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring pertambahan jaman dan perkembangan suatu kota dengan peningkatan pertumbuhan penduduk yang semakin pesat mengakibatkan peningkatan kebutuhan transportasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia untuk menunjang kehidupan perekonomian di masyarakat, baik dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, didapatkan kesimpulan sebagai

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, didapatkan kesimpulan sebagai BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, didapatkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Kabupaten Cianjur mempunyai letak yang strategis karena dilalui oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Bandung sejak jaman kolonial Belanda identik dengan keindahan dan kenyamanannya, dikenal sebagai kota yang indah, sejuk dan nyaman hingga diberi julukan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR KAJIAN PENGELOLAAN DAN PENGATURAN PERPARKIRAN DI KOMPLEK PERKANTORAN BANK INDONESIA JAKARTA

TUGAS AKHIR KAJIAN PENGELOLAAN DAN PENGATURAN PERPARKIRAN DI KOMPLEK PERKANTORAN BANK INDONESIA JAKARTA TUGAS AKHIR KAJIAN PENGELOLAAN DAN PENGATURAN PERPARKIRAN DI KOMPLEK PERKANTORAN BANK INDONESIA JAKARTA Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Strata 1 (S-1) Disusun oleh : N A M A :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi dan mobilitas penduduk menjadi dua hal yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi dan mobilitas penduduk menjadi dua hal yang tidak dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi dan mobilitas penduduk menjadi dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Perpindahan tempat yang dilakukan manusia ke tempat lainnya dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya, jalan merupakan sebuah prasarana transportasi darat yang memiliki peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi dan pembangunan suatu daerah. Hal ini pernah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lalu Lintas Lalu lintas dan angkutan jalan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas lalu lintas, angkutan jalan, jaringan lalu lintas, prasarana lalu lintas, kendaraan,

Lebih terperinci

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Gambar simulasi rancangan 5.30 : Area makan lantai satu bangunan komersial di boulevard stasiun kereta api Bandung bagian Selatan 5.6.3 Jalur Pedestrian Jalur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. transportasi yang sekarang selalu dihadapi kota-kota besar di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. transportasi yang sekarang selalu dihadapi kota-kota besar di Indonesia adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan salah satu komponen yang penting bagi kehidupan dan perkembangan ekonomi, sosial, politik dan mobilitas penduduk. Permasalahan transportasi yang

Lebih terperinci