BAB I PENDAHULUAN. Pondok Pesantren Islam Al Mukmin Ngruki Pimpinan Abu Bakar Ba asyir

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Pondok Pesantren Islam Al Mukmin Ngruki Pimpinan Abu Bakar Ba asyir"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pondok Pesantren Islam Al Mukmin Ngruki Pimpinan Abu Bakar Ba asyir akhir akhir ini marak diperbincangkan, karena disinyalir terlibat kasus terorisme. Berbagai media massa cetak maupun elektronik gencar memberitakan kasus tersebut, Al Mukmin Ngruki semakin terkenal seiring di tahannya Abu Bakar Ba asyir yang sampai saat ini belum ada kejelasan hasil persidangan. Radikalisme yang dibangun Al Mukmin Ngruki memang sudah sejak lama. Sejak didirikan pada 10 Maret 1972, Al Mukmin Ngruki sudah terkenal keras terhadap pemerintah Orde Baru dan Amerika. Dua tokoh pendirinya, Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Ba asyir, sering ditangkap pemerintah Orde Baru karena menolak asas tunggal Pancasila dan undang undang serta tidak mau mengikuti Pemilu (Ruhyanto, 2002:75). Pondok Pesantren Al Mukmin Ngruki, atau biasa disebut Ngruki, menjadi terkenal ke skala internasional sejak maraknya tragedi pengeboman di tanah air. Beberapa pelaku ternyata terdeteksi alumni Pondok Pesantren, salah satunya Pondok Al Mukmin Ngruki. Nama-nama pelaku tersebut diantaranya Fathur Rahman Al Ghozi, Ali Gufron (alias Mukhlas), Hutomo Pamungkas (alias Mubarok) dan Asmar Latin Sani (Widjayanto, 2002:28). Masalah teror dan terorisme akan senantiasa menjadi persoalan sensitif umat manusia. Mencermati secara kritis pemberitaan tentang terorisme menjadi hal yang mutlak, agar tidak terjadi salah arti karena biasanya umat Islam yang 1

2 2 akan menjadi korban ketika pemberitaan tentang terorisme. Berbicara terorisme kita harus hati hati dan sejauh mungkin menghindari prasangka atau stereotipe, karena terkadang semua itu dilakukan hanya demi kepentingan sekelompok orang. Padahal Islam dan Muslim adalah dua hal yang sangat berbeda. Islam itu agama yang suci dan terjaga keluhurannya, sedangkan Muslim itu orang yang menganut agama Islam yang bisa saja salah kaprah dalam melaksanakan agamanya, atau bahkan tidak mengamalkan ajaran Islam sama sekali. Beberapa kejadian aksi terorisme yang terjadi di Indonesia antara lain ; Bom Kedubes Filipina, Bom Bursa Efek Jakarta, Bom malam Natal tahun 2000 Bom Plaza Atrium, Bom Gereja Santa Anna dan HKBP tahun 2001 Bom Tahun Baru, Bom Bali, Bom McDonald's Makassar tahun 2002 Bom Kompleks Mabes Polri, Bom Bandara Soekarno-Hatta, Bom JW Marriott tahun 2003 Bom Palopo, Bom Kedubes Australia tahun 2004 Bom Bali, Bom Tentena, Pasar Palu tahun 2005 Bom Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton tahun 2009 (Widjayanto, 2002:29). Puncak dari serangkaian tuduhan itu adalah pernyataan Perdana Menteri Singapura, Lee Kuan Yew yang menuduh Indonesia sebagai sarang teroris. Sarang itu lebih tepat berada di Solo yang kemudian dikerucutkan lagi kepada Pondok Pesantren Al Mukmin Ngruki. Dimana disitu tinggal Abu Bakar Ba asyir yang dianggap mengajarkan radikalisme Islam pada santri-santrinya (Widjayanto, 2002:30).

3 3 Saya rela berkorban bila ini untuk persatuan umat Islam. Saya akan tetap terus melawan dajjal, sekalipun saya harus menjadi korban dalam upaya menegakkan kebenaran Islam (Awwas, 2003:34). Kalimat itu yang selalu Abu Bakar Ba asyir ucapkan ketika memberikan ceramah terhadap para santri santrinya, mengajarkan bahwa dalam setiap berjuang menegakkan syariat Islam itu tidak mudah banyak rintangan dan ujian yang berat untuk dihadapi. Nama kota Solo lebih dikenal dimata dunia sebagai sarang teroris, seiring dengan penangkapan sejumlah pelaku aksi terorisme di Indonesia. Banyak anggapan bahwa pelaku yang dituduh berada dibelakang berbagai aksi terorisme di Indonesia berasal dari daerah Solo, terlebih dengan ditahannya Abu Bakar Ba asyir sebagai pimpinan Pondok Ngruki yang bertempat di kota Solo. Ba asyir membantah tudingan membiayai pelatihan militer di Aceh. Sidang yang diketuai majelis hakim Herri Swantoro dengan jaksa penuntut umum (JPU) M Taufik ini telah dimulai dan mengagendakan pembacaan tuntutan dan keputusan yang akan dijatuhkan, Ba asyir didakwa dengan pasal terorisme yakni mengetahui, mensponsori dan membantu kegiatan teror yakni pelatihan militer di Aceh. Dari pasal yang dikenakan, Ba asyir terancam dikenai hukuman penjara seumur hidup atau hukuman mati akan tetapi pihak Ba asyir masih mengajukan banding dengan keputusan tersebut (Solo Pos, 10 Mei 2011) Pada sidang lanjutan banding kasus yang menyeret Ba asyir sebagai tersangka suasana berlangsung tertib, aparat kepolisian tetap mewaspadai aksi balas dendam kelompok tertentu menyusul vonis 15 tahun penjara terhadap

4 4 Ba asyir. Razia dan patroli terus digalakkan, proses persidangan Ba asyir sejauh ini aman dan tidak ada gangguan yang cukup berarti, setelah vonis, pendukung Ba asyir langsung pulang. Lalu lintas juga lancar dan aktivitas masyarakat tetap baik, pengamanan tetap dilakukan setelah sidang Ba asyir (Solo Pos, 17 Juni 2011). Beberapa saksi yang didatangkan untuk memberikan keterangan akan keterlibatan Abu bakar Ba asyir juga belum mampu memberikan kejelasan yang terang bagi persidangan, bahkan sangat sering terjadi keributan ketika sidang berlangsung karena ketidakterimaan pihak Ba asyir akan jalannya proses sidang yang dirasa tidak adil atau memberatkan. Organisasi bisa eksis dan berkembang tidak lain karena adanya kepercayaan dari publiknya, yang merupakan kekuatan internal dan eksternal penentu hidup matinya organisasi tersebut. Kepercayaan publik menjadi sumber kekuatan utama bagi setiap organisasi dengan beragam kegiatannya, sehingga menjalin hubungan baik dengan semua yang mempunyai andil dalam perusahaan adalah kunci sukses bagi organisasi menjalankan misinya karena dapat melahirkan sinergi dan kepercayaan publik. Keberhasilan kegiatan kehumasan bukan hanya bergantung pada keahlian para praktisi profesional untuk aspek aspek teknis dengan memainkan berbagai teori atau berkreasi, melainkan secara signifikan dipengaruhi oleh aspek perilaku dan moralitas praktisi tersebut. Mengelola sarana informasi dengan melakukan komunikasi yang efektif, entah itu secara persuasif maupun dengan memanfaatkan

5 5 media massa sebagai sarana dalam membangun opini publik terhadap organisasi atau perusahaan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian uraian tersebut maka yang menjadi rumusan masalah adalah: Bagaimana Pendekatan Public Relations Pondok Pesantren Al Mukmin Ngruki dalam Membangun Opini Publik? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk Mengetahui Pondok Al Mukmin Ngruki dapat eksis dan berkembang sampai sekarang ini, apa usaha yang dilakukan Public Relations dalam melakukan pendekatan terhadap publik ditengah guncangan isu tentang keterlibatan terorisme yang diberitakan diberbagai media, baik cetak maupun elektronik. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Dari Segi Akademis Diharapkan hasil penelitian ini bisa menjadi sumbangan bagi ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu komunikasi khususnya, mengenai pendekatan Public Relations Al Mukmin Ngruki dalam membangun opini publik ditengah isu terorisme.

6 6 b. Dari Segi Praktis 1. Bagi para peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan empirik tentang tindakan apa saja yang dilakukan Public Relations dalam melakukan pendekatan yang efektif terhadap publik. 2. Bagi Pesantren Al Mukmin Ngruki, penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan untuk melihat keberadaan pesantren dimata khalayak, khususnya bagi Public Relations Al Mukmin dalam menganalisis isu isu negatif yang muncul serta bagaimana mengatasi secara efektif. E. Kerangka Teori 1. Model Public Relations Salah satu cara paling bermanfaat dalam membicarakan Public Relations adalah melalui penjelasan model Public Relations yang dengan ini kita bisa mengidentifikasi ide sentral dari Public Relations dan bagaimana mereka saling terkait satu sama lain. Tahun 1984, James E. Grunig dan Todd Hunt mengajukan empat model Public Relations yang didasarkan kepada komunikasi, riset, dan etika. Semenjak saat itu, Grunig dan tim ilmuwan mengajukan model baru yang telah memperkaya pemahaman kita tentang bagaimana Public Relations dipraktikkan (Grunig dan Hunt dalam Lattimore dkk, 2010:63). Empat model tersebut adalah model agen pemberitaan, model informasi publik, model asimetris dua arah, dan model simetris dua arah. Tiga model pertama merefleksikan sebuah praktik Public Relations yang berusaha mencapai

7 7 tujuan organisasi melalui persuasi. Model keempat berfokus pada usaha menyeimbangkan kepentingan pribadi dengan kepentingan publik atau kelompok lainnya, berikut penjelasan empat model Public Relations tersebut: Pertama agen pemberitaan (press agentry) adalah sebuah model dimana informasi bergerak satu arah dari organisasi menuju publik. Praktisi Public Relations yang menggunakan model ini selalu mencari kesempatan agar nama baik organisasi mereka muncul dimedia model ini bermakna sama dengan promosi dan publisitas. Kedua informasi publik adalah sebuah model dimana tujuan utamanya hanya memberikan informasi kepada publik bukan promosi atau publisitas. Para praktisi Public Relations yang bekerja dengan model seperti ini sedikit sekali melakukan riset karena alur komunikasi yang digunakan juga tetap satu arah. Ketiga model asimetris dua arah yaitu Public Relations menerapkan metode riset ilmu sosial untuk meningkatkan efektifitas persuasi dari pesan yang disampaikan. Menggunakan metode survei, wawancara dan fokus group untuk mengukur serta menilai publik sehingga mereka bisa mendapatkan dukungan publik. Keempat model simetris dua arah yaitu menggambarkan sebuah orientasi Public Relations dimana organisasi dan publik saling menyesuaikan diri. Model ini berfokus pada penggunaan metode riset ilmu sosial untuk memperoleh rasa saling pebgertian serta komunikasi dua arah antara publik dan organisasi. Grunig berpendapat bahwa model ini merupakan model yang paling etis, karena semua kelompok merupakan bagaian dari resolusi masalah. Usaha

8 8 pengembangan model Public Relations yang menjelaskan bagaimana Public Relations dilakukan secara lebih efektif, berlanjut pada tahun 1996 dengan adanya laporan dua model yang berbeda yaitu model prediktor kultural dan model pengaruh personal. Penjelasan tentang dua model itu adalah sebagai berikut: Pertama model prediktor kultural yaitu menggambarkan praktik Public Relations dalam organisasi yang melakukan bisnis di negara lain, dimana mereka membutuhkan seseorang yang memahami bahasa, budaya, adat istiadat, dan sistem politik dari negara yang bersangkutan. Kedua model pengaruh personal yaitu menggambarkan praktik Public Relations, dimana praktisinya berusaha membangun hubungan personal dengan para tokoh kunci yang berpengaruh sebagai orang yang dapat dimintai pendapat serta bantuannya (Lattimore dkk, 2010:65). Dalam pertemuan asosiasi asosiasi public relations seluruh dunia di Mexico City, pada Agustus 1978, yang mengemukakan bahwa : Public Relations adalah seni sekaligus disiplin ilmu sosial yang menganalisis berbagai kecenderungan, memprediksikan setiap kemungkinan konsekuensi dari setiap kegiatannya, memberi masukan dan saran-saran kepada para pemimpin organisasi, dan mengimplementasikan program-program tindakan yang terencana sehingga berguna bagi kepentingan organisasi dan publik (Oliver, 2007:42). Rex Harlow mengatakan Public Relations adalah fungsi manajemen khas yang mendukung pembinaan dan membangun upaya saling menguntungkan melalui komunikasi, pengetian, penerimaan, dan kerja sama yang baik antara organisasi dengan publiknya (Harlow dalam Ruslan, 2008:7).

9 9 Sedangkan Internasional Public Relations Association (IPRA) 1978 Menyatakan bahwa public relations adalah fungsi manajemen yang khas dan mendukung pembinaan, pemeliharaan jalur bersama antara organisasi dengan publiknya, menyangkut aktivitas komunikasi, pengertian, penerimaan dan kerja sama; melibatkan manajemen untuk mampu menanggapi opinion public, mendukung manajemen dalam mengikuti dan memanfaatkan perubahan secara efektif, bertindak sebagai sistem peringatan dini dalam mengantisipasi kecenderungan penelitian serta teknik komunikasi yang sehat etis sebagai sarana utama (Rumanti, 2005:12). Public Relations bertujuan menciptakan dan mengembangkan persepsi terbaik bagi suatu lembaga atau organisasi terhadap segmen masyarakat, yang kegiatannya langsung atau tidak langsung mempunyai dampak bagi masa depan organisasi atau lembaga tersebut. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya Public Relations harus selalu berusaha memenuhi keinginan organisasi (Ruslan, 2008:11). Public Relations merupakan seni untuk membuat organisasi anda disukai dan dihormati oleh para karyawan, konsumen maupun publik. Menurut Frank Jefkins, terdapat lima kualifikasi (persyaratan) Public relations yakni: a. Ability to communicate (kemampuan berkomunikasi) b. Ability to organize (kemampuan mengorganisasikan) c. Ability to get on with people (kemampuan membina relasi dengan publik) d. Personality integrity (memiliki kepribadian yang utuh dan jujur)

10 10 e. Imagination (banyak imaginasi dan kreatif) (Jefkins dalam Soemirat dan Ardianto, 2004:159). Oleh karena itu, Public Relations diharapkan dapat membangun identitas dan citra perusahaan serta menciptakan image yang positif. Mendukung kegiatan komunikasi timbal balik dua arah dengan berbagai pihak, selain itu sebagai mata, telinga dan tangan kanan pemimpin utama perusahaan. Dapat dikatakan bahwa Public Relations terlibat dan bersifat integratif dalam manajemen organisasi tempat ia bekerja. Hal itu merupakan satu bagaian dari satu napas yang sama dalam organisasi tersebut. Dia harus memberi identitas organisasinya dengan tepat dan benar serta mampu mengkomunikasikannya sehingga publik menaruh kepercayaan dan mempunyai pengertian yang jelas dan benar juga terhadap organisasi tersebut. 2. Pendekatan Public Relations Pendekatan Public Relations terhadap kepercayaan publik didalam suatu lembaga sangatlah penting, tak terkecuali di Pondok Pesantren Al Mukmin Ngruki. Pemberitaan yang sangat gencar dari media tentang kasus terorisme yang melanda pondok tersebut akan sangat berpengaruh dengan negatifnya opini publik yang terbentuk. Ketika masyarakat sudah mengalami krisis kepercayaan, maka sebuah organisasi harus dapat mengatasi krisis sebelum menjadi lebih besar lagi. Public Relations dapat melakukan pendekatan pendekatan terhadap masyarakat sekitar, karena mereka sebagai publik yang paling dekat dengan organisasi. Sewaktu waktu terjadi suatu permasalahan maka mereka akan menjadi yang pertama terlibat karena dekatnya jarak dengan lokasi, sehingga

11 11 organisasi sangat membutuhkan kontribusi dari masyarakat sekitar untuk mendukung kelangsungan hidup matinya Media sebagai salah satu alat yang sangat cepat dalam menyalurkan informasi. Dengan adanya teknologi, antara ruang dan waktu seakan sudah tidak ada batasnnya lagi, kejadiaan atau suatu masalah yang dialami suatu organisasi akan dengan cepat menyebar ke publik. Melakukan pendekatan terhadap media maupun publik dibutuhkan seni untuk bergaul. Penting dan diperlukan sekali bagi Public Relations untuk improvisasi mengenai keyakinan mereka, sikap, dan nilai nilai yang dianutnya. Besar artinya dalam menyesuaikan pesan dengan tingkatan dan minat publik yang bersangkutan. Melakukan pendekatan pendekatan dan penelitian untuk mengetahui tentang pertimbangan apa saja yang menjadi keputusan publik. Strategi didefinisikan sebagai metode penggunaan unsur unsur strategis untuk mencapai tujuan tujuan spesifik yang telah ditetapkan. Metode yang tepat dan sesuai dengan kondisi yang dihadapi adalah syarat bagi tercapainya tujuan. Dalam manajemen krisis, ada tiga macam strategi yang bisa diterapkan dalam menanggulangi krisis, disebut strategi generik, yaitu strategi defensif, strategi adaptif, dan strategi dinamis (Kasali dalam Chatra dan Nasrullah, 2008: 117). Pendekatan normatif akan mengacu pada prinsip-prinsip keputusan yang seharusnya dibuat menurut pikiran logis (ideal). Sementara itu, pendekatan deskriptif akan mengacu pada kenyataan-kenyataan keputusan yang telah dibuat oleh kebanyakan orang, ketika Public Relations kurang siap dengan semua itu maka akan sangat mengancam bagi eksistensi sebuah organisasi, pemberitaaan yang tersebar luas akan disalah artikan publik. Mengupayakan to give and to take

12 12 terhadap publik dengan informasi yang disampaikan, sehingga dapat melakukan penanganan secara efektif akan adanya informasi yang mungkin cenderung keliru dan memojokkan. Sedangkan J L Thompson (1995) mendefinisikan strategi sebagai cara untuk mencapai sebuah hasil akhir: hasil akhir menyangkut tujuan dan sasaran organisasi. Ada strategi yang luas untuk keseluruhan organisasi dan strategi kompetitif untuk masing masing aktivitas. Sementara itu strategi fungsional mendorong secara langsung strategi kompetitif. Bennet (1996) menggambarkan strategi sebagai arah yang dipilih organisasi untuk diikuti dalam mencapai misinya (Thompson dan Bennet dalam Oliver, 2007:3). Publik akan menaruh simpati ketika mereka merasa diperhatikan dan diperlakukan dengan baik, loyalitas dan integritas merupakan kesadaran dan kesetiaan dalam melaksanakan tugasnya dalam mencapai tujuan organisasi Dalam melakukan pendekatan tentunya Public Relations harus mengadakan relasi. Informasi dan relasi itu akan saling berhubungan, dalam suatu pembicaraan akan tercipta bentuk tertentu dari relasi. Dengan kata lain ada perhatian khusus terhadap mitra wicara, Public Relations mampu terlibat dalam informasi dengan menyikapinya secara bijak. Luwes dalam menyaring infornasi yang memang tidak perlu untuk disikapi, tetapi sebaliknya harus menggali derasnya informasi yang muncul terutama di era yang serba canggih ini. Public Relations sebagai pemelihara, mengembangtumbuhkan, mempertahankan adanya komunikasi timbal balik yang diperlukan dalam menangani, mengatasi masalah yang muncul, atau meminimalkan munculnya masalah.

13 13 Kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat secara efektif merupakan sebuah tuntutan bagi seorang Public Relations. Keberhasilan dalam menjalin hubungan dengan publik, akan sangat tergantung bagaimana cara seorang Public Relations melakukan pendekatan (Rumanti, 2005:12). Kerja sama dipupuk secara terus menerus dan ditingkatkan untuk mencapai tujuan organisasi. Kerja sama dengan atasan, teman kerja serta hubungan dengan publik dilakukan secara etis dan tanpa paksaan. Sikap simpatik dengan senyum yang khas dan hati yang terbuka akan mempermudah dalam melakukan pendekatan terhadap publik, karena Public Relations sesungguhnya akan selalu berhubungan dengan publik dalam setiap aktifitas yang dilakukan. Hal yang teramat penting bagi seorang Public Relations harus mahir dalam komunikasi agar tujuan dapat tercapai secara efisien dan efektifitas komunikasinya dengan sasaran khalayak dapat menjamin opini publik dengan baik. Apapun bentuk pesan yang akan disampaikannya, yang terpenting dia harus tahu apa dan mengapa dari kata kata serta kalimat yang akan diucapkannya (Newton dan Siegried dalam Ruslan, 2008: 18). Khalayak atau publik adalah manusia, jadi mereka tidak pernah bebas dari pengaruh sementara pesan yang disampaikan akan bersaing dengan pihak lain. Manusia cenderung suka memperhatikan, mengamati, membaca atau mendengar saat komunikasi berlangsung pada akhirnya mereka akan menilai apakah yang dirasakan itu sesuai dengan kebutuhan atau sikap mereka. Media massa akan memberikan efek atau dampak yang sangat bervariasi dan beragam terhadap

14 14 khalayaknya yang beragam pula, serta dapat memberikan pengaruh terhadap opini publik secara langsung maupun tidak langsung. Public Relations bersama sama mencari dan menemukan kepentingan organisasi yang mendasar, dan menginformasikan kepada semua pihak yang terkait dalam menciptakan adanya saling pengertian, yang didasarkan pada kenyataan, kebenaran dan pengetahuan yang jelas dan lengkap dan perlu diinformasikan secara jujur, jelas dan obyektif (Melvin dalam Rumanti, 2005:34). Kegiatan Public Relations merupakan bagaian dari teknik berkomunikasi, dengan ciri khas komunikasi dua arah antara lembaga atau organisasi yang diwakili dengan publiknya. Setelah melakukan kegiatan komunikasi tersebut, pihak Public Relations menganalisis untuk mengetahui efek atau feedback apakah berdampak baik terhadap citra atau sebaliknya menjadi negatif sehingga kurang menguntugkan posisi organisasi atau lembaga yang bersangkutan di mata masyarakat. Untuk mendapatkan dukungan dan kepercayaan publik, seorang Public Relations harus melakukan berbagai pendekatan secara persuasif terhadap publik. Menjalin hubungan baik dengan stakeholder, hubungan baik dengan media, maupun opinion leader yang mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap organisasi. Semua itu akan berpengaruh dengan kemajuan organisasi, mereka dapat mengangkat dan memberikan hal positif jika dapat bekerja sama namun juga sebaliknya akan menjadi musuh besar yang berbahaya bagi organisasi.

15 15 James E. Grunig dan Fred Repper dalam Ardianto dan Soemirat (2004:90) mengemukakan model strategic Management dalam kegiatan Public Relations melalui tujuh tahapan diantaranya: a. Tahap stakeholder: organisasi mempunyai hubungan dengan publiknya maka Public Relations harus melakukan survey untuk terus membaca perkembangan lingkungannya, dan membaca prilaku organisasinya serta menganalisis konsekuensi yang akan timbul. Komunikasi yang dilakukan secara kontinyu dengan stakeholder ini membantu organisasi untuk tetap stabil. b. Tahap Publik: Publik terbentuk ketika organisasi menyadari adanya problem tertentu. Publik bukan hanya sekerumunan massa biasa namun mereka sangat efektif dan spesifik terhadap suatu kepentingan tertentu atau problem tertentu. Oleh karena itu Public Relations perlu terus menerus mengidentifikasi publik yang muncul terhadap berbagai problem. c. Tahap Isu: Public Relations harus peka dengan masalah tersebut, khususnya dalam menangani isu isu yang berhembus di media karena media dapat melunakkan sikap publik akan tetapi juga sebaliknya dapat meningkatkan perhatian publik, khususnya hot issue, yakni yang menyangkut kepentingan publik yang luas. d. Public Relations perlu mengembangkan obyektif formal seperti komunikasi, akurasi, pemahaman, persetujuan dan prilaku tertentu terhadap program program kampanye komunikasinya.

16 16 e. Public Relations harus mengembangkan program resmi dan kampanye komunikasi yang jelas untuk menjangkau obyective di atas. f. Public Relations khususnya para pelaksana, harus memahami permasalahan dan dapat menerapkan kebijakan kampanye komunikasi. g. Public Relations harus melakukan evaluasi terhadap efektivitas pelaksanaan tugasnya untuk memenuhi pencapaian obyektive dan mengurangi konflik yang muncul di kemudian hari. Menyatakan dengan jelas apa yang ingin kerjakan, membuat pekerjaan secara sistematis, dan mengukur suatu keberhasilan. Strategi sendiri mempunyai pengertian yang terkait seperti kemenangan, kehidupan, atau daya juang. Artinya menyangkut hal hal yang berkaitan dengan mampu atau tidaknya organisasi menghadapi tekanan yang muncul dari dalam maupun dari luar (Kasali dalam Ardianto dan Soemirat, 2004:90). Dalam melakukan kegiatan komunikasi Public Relations melakukan persuasif (bujukan) atau pendekatan secara halus. Artinya, bagi Public Relations persuasi merupakan tujuan dari proses komunikasi yang dilakukan dalam mendapatkan suatu pengertian dan pemahaman dari publik. Seorang Public Relations dalam kegiatannya diharapkan dapat berkomunikasi dengan bertujuan menciptakan pengetahuan, pengertian, pemahaman, kesadaran, minat, dan dukungan dari berbagai pihak untuk memperoleh citra bagi lembaga atau organisasi yang diwakilinya. Bagaimana mengubah sikap, mengubah opini dan juga mengubah prilaku masyarakat serta

17 17 terjadinya saling pengertian, menerima dengan baik informasi yang disampaikan dan juga mencapai tujuan yang diharapkan oleh organisasi atau lembaga tersebut. Suatu proses komunikasi yang berlangsung dibutuhkan rencana, tema, topik, dana dan fasilitas yang efektif. Teknik berkomunikasi adalah suatu cara untuk mendapatkan simpati dari khalayak, kesiapan seorang Public Relations dalam melakukan kegiatannya harus memiliki kewibawaan dan etos kerja yang tinggi. Melaksanakan dan merencanakan program program yang dapat menumbuhkan penafsiran yang menyenangkan terhadap suatu kebijakan dan mengenal operasional organisasi dalam memperoleh nama baik organisasi. Usaha usaha yang dilakukan harus terencana, sistematis, memotivasi, psikologis dan dilakukan berulang ulang secara kontinu. Semua itu tidak terlepas dari komunikasi yang sifatnya membujuk dan mendidik yaitu berupaya mengubah prilaku, sikap bertindak, tanggapan, persepsi, hingga membentuk opini publik yang positif dan mendukung dari segi citra dan sebagainya. Disamping itu, Public Relations juga harus terampil membaca dan mendengar terhadap aspirasi yang muncul di masyarakat. Kegiatan komunikasi yang terencana dan persuasif untuk mendesain publik yang nyata, humas perlu direncanakan dalam suatu pendekatan manajemen kepada target-target publik tertentu. Artinya memiliki pengertian yang mendalam dari berbagai aspek kehidupan yang ada, seperti tanggung jawab sosial, masalah hukum, keagamaan, pendidikan, adat istiadat, teknologi, perekonomian, sosial dan budaya serta politik.

18 18 Jika ditarik garis besar aktifitas public relations yaitu meriset, perencanaan, pelaksanaan, komunikasi, dan evaluasi. Menurut Bertrand R. Cafield dalam bukunya Public Relations, Principles and Problem, ada tiga macam fungsi Public Relations yaitu sebagai berikut: a. Mengabdi kepentingan umum (it should serve the public s interest). b. Memelihara komunikasi yang baik (maintain good comunication). c. Menitikberatkan moral dan tingkah laku yang baik (good moral and manners) (Bertrand dalam Ruslan, 2008:86). Selain itu, public relations dalam mengantisipasi permasalahan yang timbul mempunyai dua pilihan dan tergantung optimalisasi tujuan yang hendak dicapai atau peran yang diberikan. Pertama proaktif yaitu mampu mengatasi setiap kemungkinan yang timbul yang dapat merugikan atau posisi yang tidak menguntungkan citra, bertindak sebagai pencari jalan keluar ketika menghadapi suatu kesulitan. Kedua reaktif yaitu diam atau pasif karena tidak diberi wewenang penuh untuk mengatasinya, artinya menunggu perintah dari atasan apakah permasalahan yang terjadi dalam organisasi perlu adanya penanganan serius atau tidak (Ruslan, 2008:87). Untuk mencapai tujuan public relations harus bisa memperoleh opini publik yang menciptakan kerjasama berdasarkan hubungan yang harmonis dengan berbagai publik, kegiatan humas harus dilakukan keluar dan kedalam. Kegiatan yang ditujukan kedalam disebut public internal dan yang keluar adalah public eksternal. Beberapa peranan public relations dalam public internal dan public eksternal:

19 19 1) Membina hubungan kedalam (public internal). Publik internal yang menjadi bagian dari unit perusahaan itu sendiri dan mampu mengenal hal-hal yang menimbulkan gambaran negatif di dalam masyarakat sebelum kebijakan itu dijalankan oleh organisasi. 2) Membina hubungan keluar (public eksternal). Fungsi dan peran public relations adalah sama semua perusahaan yaitu mengacu dan berupaya membina hubungan yang harmonis, melalui sistem saluran komunikasi dua arah dan melancarkan publikasi antara organisasi dengan publiknya (Sukendro, 2009:36-38). Public relations harus dapat menekankan nilai nilai kepercayaan, kredibilitas, akuntabilitas dan tanggung jawab yang tinggi dengan mempertahankan pelayanan terbaiknya, demi membangun hubungan publik secara positif yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak. Apabila khalayak sasaran dan ciri cirinya telah diketahui, maka sebagai komunikator dapat memperhitungkan citra apa yang akan diperoleh selama proses komunikasi atau kemampuan public relations itu dilaksanakan. Oleh karena itu, fungsi utama public relations adalah menarik perhatian, minat, aktifitas, hingga membujuk masyarakat atau sasaran khalayak ke arah lembaga atau organisasi yang diwakilinya. Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Public Relations mempunyai tanggung jawab besar dalam mendapatkan kepercayaan publik. harus mempunyai kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan stakeholder, melakukan berbagai pendekatan baik

20 20 internal maupun eksternal organisasi, serta dapat menganlisis dan melakukan strategi untuk mendapatkan kepercayaan publik terhadap suatu organisasi. 3. Kepercayaan dan Opini Publik yang Beragam. Kepercayaan dapat diibaratkan sebuah jantung bagi makluk hidup, manusia atau hewan. Ada atau tidaknya kepercayaan menentukan apakah sebuah organisasi dapat meneruskan kehidupannya atau harus berhenti karena kehilangan dukungan dari berbagai pihak (Chatra dan Nasrullah, 2008:14). Sebagus apapun kinerja perusahaan, seprofesional apa pun sumber daya manusia (SDM), dan sekuat apapun modal yang dimiliki, tetapi bila kepercayaan publik sudah negatif, dapat dipastikan perusahaan akan terus digerogoti krisis sebelum akhirnya mati. Kepercayaan yang diperoleh sebuah organisasi merupakan modal dasar untuk mendapatkan dan mempertahankan dukungan publik. Tanpa kepercayaan, hampir dipastikan tidak mungkin ditumbuhkan kemauan (goodwill) dari publik atau terciptanya saling pengertian (mutual understanding). Publik yang senantiasa curiga atau sungguh sungguh tidak percaya lagi dapat menjadi lawan pasif maupun aktif yang terus menerus mengancam eksistensi organisasi. Oleh sebab itu, praktisi kehumasan dituntut senantiasa mengembangkan daya sensitivitasnya terhadap derajat kepercayaan publik, menunjukkan sikap tanggung jawab sosial, dan mewaspadai risiko yang akan diterima bila kepercayaan itu sudah tidak ada lagi.

21 21 Krisis kepercayaan banyak pula terjadi pada realitas simbolis yang lahir pada proses interaksi dan komunikasi informal yang tidak direspon secara kritis. Realitas simbolis adalah realitas yang hanya ada dalam pikiran, di alam ide, tidak di alam nyata. Sifatnya tidak terlacak oleh pancaindra, tetapi orang menyakini kebenarannya dan berprilaku menurut kebenaran yang diyakininya itu. Opini publik merupakan kumpulan pendapat individu terhadap masalah tertentu yang mempengaruhi suatu kelompok masyarakat. Kesepakatan dimulai dari issue yang masih tanda tanya, mencoba untuk mempengaruhi suatu sikap yang dimiliki individu. Opini publik sebagai suatu kesatuan pernyataan tentang suatu hal yang bersifat kontroversial merupakan suatu penilaian sosial, maka pada opini publik melekat beberapa kekuatan yang perlu diperhatikan. Kepercayaan juga dapat mengubah opini publik, kalau menginginkan adanya opini publik yang benar berkualitas tanamkan dulu kepercayaan kepada publik yang kuat, dan bersikap terbuka untuk menerima segala masukan (Rumanti, 2005:37). Dengan penjelasan tentang pentingnya kepercayaan dan keterbukaan dalam menciptakan opini publik dan pentingnya opini publik bagi organisasi maka Public Relations dan opini publik akan sangat erat hubungannya dan akan saling berhubungan. Public Relations perlu memperhatikan dan melayani setiap kelompok publik dengan msing masing yang menjadi kepentingannya bisa terpenuhi. Krisis merupakan bagaian integral dari kehidupan organisasi, baik berorientasi profit maupun bukan. Boleh dikatakan, tidak satupun organisasi yang

22 22 bebas dari krisis. Banyak organisasi yang hilang lenyap dilanda krisisi yang tidak dapat ditanggulangi. Dalam hal ini yang menjadi perbedaan antara organisasi satu dengan organisasi lain yaitu besaran krisis yang dialami dan keberhasilan mereka melewatinya, karena dengan adanya krisis organisasi sebenarnya berada dalam keaadaan sakit berat atau antara hidup dan mati. Gosip, rumor, atau informasi yang mengalami distorsi bisa membangun realitas simbolis yang memicu terjadinya krisis kepercayaan. Informasi yang tidak lengkap dan simpang siur mengenai sebuah peristiwa mudah menyebabkan keragu raguan dan kondisi serba tidak pasti (Chatra dan Nasrullah, 2008:38). Sebagaian orang kemudian berkreasi menciptakan interpretasi menurut seleranya sendiri. Interpretasi subyektif ini bisa jadi keliru dan sangat berbahaya bila disebarluaskan kepada orang lain melalui saluran gethok tular (dari mulut ke mulut). Apalagi bila seorang interpreter memiliki kredibilitas dan memiliki bakat persuasif yang tinggi. Krisis kepercayaan senantiasa muncul dari salah satu atau kombinasi dari realitas empiris dan realitas simbolis. Opini publik dapat menjadi suatu hukuman sosial terhadap orang, sekelompok orang atau organisasi. Sebagai contoh Abu Bakar Ba asyir dan Pondok Al Mukmin Ngruki yang dilabeli dengan teroris, padahal semua itu belum benar adanya tapi opini sudah sangat melekat. Opini Publik juga dapat mempertahankan eksistensi suatu lembaga atau sebaliknya dapat menghancurkannya. Media mempunyai peranan yang sangat besar dalam memengaruhi opini publik, dalam pemberitahaan serta ketika publikasi dengan mengangkat wacana serta isu yang ada.

23 23 Opini publik sebagai pengekspresian suatu sikap mengenai persoalan yang mengandung pertentangan. Opini publik merupakan kesepakatan yang dimulai dari sikap orang orang akan adanya issue yang masih tanda tanya, oleh karena itu untuk mempengaruhi suatu sikap yang dimiliki individu, bagaimana tanggapan dia terhadap suatu pokok masalah yang dihadapinya merupakan suatu fokus utama dari kegiatan Public Relations. Pergeseran citra ini tergantung pada siapa saja yang terlibat dalam proses komunikasi, setiap kali jaringan komunikasi berubah, opini publik juga berubah. Perubahan dalam opini publik merupakan sebuah dinamika komunikasi sedangkan subtansi opini publik tidak berubah, karena ketika pembentukan opini publik berlangsung pengalaman dari peserta komunikasi itu telah terjadi. Opini publik merupakan suatu pengumpulan citra yang diciptakan proses komunikasi. Gambaran tentang sesuatu, berbentuk abstrak atau konkret selalu bermuka banyak atau berdimensi jamak, karena perbedaaan penafsiran (persepsi) yang terjadi diantara peserta komunikasi. Terdapat tiga macam kelompok publik yang memberikan respon terhadap pesan yang disampaikan oleh komunikator dalam melaksanakan kampanye, yaitu sebagai berikut: 1. Kelompok penentang atau oposan (opponents), biasanya pesan yang disampaikan itu selalu ditanggapi negatif. Apalagi kalau oposan tersebut memiliki nama cukup beken (public figure) yang sangat besar pengaruhnya di mata publik dan pers dalam membentuk opini.

24 24 2. Kelompok yang memihak atau proposan (proponents), pada kelompok ini bagi seorang komunikator tidak ada masalah untuk menghadapinya karena berpotensi sebagai pendukung utama. 3. Kelompok yang tidak peduli (uncommitted), dalam kelompok ini bagi seorang public relations agak susah - susah gampang untuk mengendalikan opini atau ingin memperoleh tanggapan yang bersangkutan (Olii, 2007:45). Sedangkan menurut Ferdinand Tonnies, terdapat tiga tahap opini publik dalam perkembangannya yaitu : a. Die luftartige: Masih mencari bentuk nyata. b. Die Flussige: Sudah mempunyai bentuk nyata tetapi masih perlu dialirkan menurut saluran yang kita kehendaki. c. Die Fist: Opini publik yang sudah kuat dan tidak mudah berubah. Prasangka negatif publik tidak bisa memaksakan diri menyatukan warna yang sebenarnya. Diam adalah emas merupakan tindakan yang paling tepat untuk ditempuh sebuah perusahaan atau organisasi tersebut, membiarkan opini publik menurunkan tensinya karena publik mempunyai titik kejenuhan dalam mengikuti opini publik tertentu (Tonnies dalam Olii, 2007:46). Oleh karena itu, bagi Public Relations, opini publik merupakan suatu konfirmasi dan pernyataan terhadap suatu keinginan, kebutuhan yang diungkapkan lewat berbagai macam ide, pendapat, usulan, kritik, keluhan, tulisan, gambar, dan lain lain. Bagi organisasi opini publik juga penting untuk mengadakan perbaikan dan mengadakan perkembangan menjadi lebih baik. Opini

25 25 publik identik dengan pengertian kebebasan, kerterbukaan dalam mengungkapkan ide ide, pendapat, keinginan kebutuhan, keluhan, kritik membangun dan kebebasan dalam penulisan. Dapat dikatakan akibat dari pengungkapan ide ide dan pendapat, yang akan diolah kemudian diintegrasikan dengan peraturan, kebijaksanaan organisasi demi keuntungan kedua belah pihak. Redi Panuju menegaskan dalam pergeseran yang terjadi dalam opini publik disebabkan beberapa faktor (Panuju, 2002:63) : a. Faktor Psikologis Tidak ada kesamaan antara individu satu dengan yang lainnya, ada hanya kimiripan yang memiliki banyak perbedaan. Perbedaan yang ada meliputi hobi, kepentingan, pengalaman, selera dan kerangka berpikir, sehingga individu berbeda dalam bentuk dan cara merespon terhadap stimulus atau rangsangan yang menghampirinya. Hasil dari proses perubahan psikologi bisa menghasilkan pergeseran makna. Itulah sebabnya, dalam opini publik seringkali simbol verbal tidak berhubungan sama sekali dengan kenyataan karena opini publik itu semata mata merupakan hasil penyandian dari individu individu. b. Faktor Sosiologis Politik Opini publik disesuaikan dengan kemauan banyak orang. Untuk itu, banyak orang berlomba lomba memanfaatkan opini publik sebagai argumentasi atas alasan memutuskan sesuatu. Dalam alam demokrasi kebenaran normatif dapat tergeser dengan kebenaran menurut orang banyak, walaupun keputusan opini publik belum tentu selaras dengan norma dan etika sosial yang berlaku.

26 26 c. Faktor Budaya Kebiasan dalam menggunjing orang atau rumpi menyebabkan informasi cepat tersebar luas, sehingga budaya yang telah mengakar pada kehidupan masyarakat yang seperti ini mempunyai peranan penting dalam pembentukan opini publik. d. Faktor Media Massa Media disini sangat luas baik cetak maupun elektronik, salah satu yang diperbuat media massa sebenarnya adalah memengaruhi keputusan politik dengan memberikan atau tidak memberikan publikasi kepada khalayak atau yang berkepentingan. Opini publik atau pendapat publik sebagai suatu kesatuan pernyataan tentang suatu hal yang bersifat kontroversial merupakan suatu penilaian sosial. Opini Publik dapat menjadi suatu hukuman sosial terhadap orang atau sekelompok orang dalam bentuk rasa malu, rasa dikucilkan, rasa dijauhi dan rasa rendah diri (Olii, 2007:60). Pada dasarnya Public Relations bertujuan memperoleh goodwill, kepercayaan serta saling adanya pengertian dari publik. Memiliki sasaran untuk menciptakan opini publik yang bisa diterima dan menguntungkan semua pihak, unsur penting dalam manajemen yaitu dapat mencapai tujuan spesifik sesuai harapan publik. Usaha menciptakan hubungan yang harmonis antara organisasi atau perusahaan dengan publiknya, internal maupun eksternal melalui proses timbal balik sekaligus menciptakan opini publik sebagai efeknya yang sangat berguna sebagai input bagi organisasi atau perusahaan yang bersangkutan.

27 27 4. Strategi Komunikasi dalam Membangun Opini Publik serta Mengelola Publik yang Beragam. Bagaimana ketika opini publik sedang buruk dan citra suatu organisasi sedang terpuruk. Hampir tidak ada yang bisa dilakukan karena ketidakpercayaan publik terhadap organisasi, membuat publik menuntut organisasi tidak dapat melakukan apapun. Setiap tindakan yang dilakukan tidak mengundang simpati, malah sebaliknya yaitu mengundang antipati karena perlu dipahami bahwa organisasi tidak memiliki publik tunggal namun sangat beragam dan tidak dapat dibedakan. Dalam situasi citra terpuruk, pembelaan diri tidak ada gunanya meskipun menggunakan format bahasa yang halus, argumentasi yang kuat, bahkan data pendukung sekalipun. Peranan public relations dalam membentuk opini publik yaitu dengan cara mendidik dan membujuk atau persuasi, antara lain sebagai berikut: a. Teknik persuasi untuk mengubah opini publik yang bermusuhan dengan cara minimal adalah menetralisasi, bahkan bila perlu direkayasa menjadi opini publik yang menguntungkan melalui the public relations transfer process (proses transfer public relations). b. Membujuk untuk mengkristalisasi opini publik yang belum terbentuk atau opini publik yang mempunyai potensi, tapi masih laten. c. Membujuk agar opini publik yang sudah menguntungkan diupayakan tetap bertahan (Ruslan, 2008:51).

28 28 John Dewey, dalam bukunya The Public and Its Problem tahun 1972, mendefinisikan publik sebagai sekelompok orang yang dicirikan sebagai berikut: 1. menghadapi situasi tidak menentu yang hampir sama. 2. Mengenali apa yang yang tidak menentu dalam situasi tersebut. 3. Mengorganisasi untuk melakukan sesuatu untuk menyelesaikan masalah tersebut (John Dewey dalam Lattimore dkk, 2010:117). Dengan demikian, publik adalah sekelompok orang yang mempunyai masalah yang sama atau tujuan yang sama dan mempunyai kesamaan kepentingan mereka. Dewey mengidentifikasi publik menjadi tiga kategori, yang pertama publik laten yaitu sebuah kelompok menghadapi situasi yang tidak menentu, tetapi tidak mengetahui hal tersebut sebagai sebuah masalah. Yang kedua publik sadar, sebuah kelompok yang mengenali masalahnya, yaitu tentang apa yang hilang dalam sebuah situasi dan menyadarinya. Yang ketiga publik aktif, kelompok yang berusaha untuk mendiskusikan dan melakukan sesuatu tentang masalah tersebut. Tabel. 1 Proses Transfer Public Relations NO Posisi Negatif Transfer Posisi Positif Permusuhan (Hostility) Prasangka (Prejudice) Ketidakpedulian (Aphaty) Ketidaktahuan (Ignorence) Simpati (sympathy) Menerima (Acceptance) Berminat (Interest) Pemahaman (Knowledge) (Sumber: Ruslan, 2008:45)

29 29 Oleh karena itu Publik Relations harus dapat berkomunikasi dengan setiap kelompok mengenai kebutuhan dan keprihatinannya. Meneliti opini publik yang beragam seperti dalam tiga kategori tersebut dapat membantu melancarkan proses Public Relations, kemudian mengenai proses transfer Public Relations tersebut di atas, bagaimana caranya dari keadaan posisi yang negatif atau kurang menguntungkan terhadap opini publik yang tengah dihadapi dengan kiat serta teknik yang digunakan dapat mengubah opini publik menjadi positif. Bagaimana khalayak yang belum tahu menjadi tahu, yang sudah tahu diupayakan menjadi suka serta bagi yang suka dipertahankan semakin suka dan senang untuk menerimanya. Bila ditarik kesimpulan pada keterangan diatas, untuk membentuk opini publik dalam kegiatan dan peranan public relations yang paling pokok menciptakan opini publik serta menggalang opini yang sudah ada dan mempertahankannya. Semua itu bertujuan membentuk opini publik yang sesuai dengan keinginan pihak organisasi, kemudian opini tersebut terhadap isu yang diangkat kepermukaan akan mempunyai akibat, yaitu bisa positif (diterima atau mendapat dukungan) atau menghadapi risiko opini negatif, artinya ditolak oleh masyarakat sehingga dibutuhkan proses transfer public relations terhadap khalayak seperti penjelasan diatas.

30 30 F. Kerangka Pemikiran Pondok Pesantren Al- Mukmin Ngruki Isu Isu Terorisme Tentang Pondok Al Mukmin Ngruki Tanggapan Masyarakat Sekitar, Tentang Pondok Ngruki Pemberitaan Media Tentang Pondok Ngruki Opini Publik Yang Beragam Tentang Adanya Isu Terorisme Strategi Public Relations Pondok Ngruki dalam Membangun Opini Publik

31 31 G. Metode Penelitian Metode besasal dari kata methodos (Yunani) yang dimaksud adalah cara atau menuju suatu jalan. Metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk memahami suatu subjek atau objek penelitian, sebagai upaya untuk menemukan jawaban yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan termasuk keabsahannya (Ruslan, 2008:24). Menurut Soerjono Soekanto, penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisis dan konstruksi yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan konsisten (Soekanto, 1986:5). Untuk mengambarkan secara menyeluruh dan sistematis mengenai pendekatan Public Relations Pondok Al Mukmin Ngruki, maka peneliti akan menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. 1. Tempat dan waktu Penelitian a. Adapun tempat penelitian skripsi ini adalah di: Pondok Pesantren Islam Al-Mukmin Ngruki Desa Cemani, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo. Alamat surat : Po. Box. 119, Telp.(0271) Solo b. Waktu Penelitian Sedangkan waktu yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini dimulai bulan Mei sampai Desember 2011.

32 32 2. Pendekatan Penelitian Penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata- kata tertulis atau lisan dari informan yang dapat dipercaya untuk menjadi sumber informasi yaitu karyawan yang duduk di bagian humas sekaligus beberapa pejabat yang terlibat dalam pengambilan keputusan serta stafnya yang berperan dalam pelaksanaan program community relations (Sugiyono, 2010:14). Penelitian deskriptif hanya memaparkan situasi atau peristiwa. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan. Tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Penelitian bersifat deskriptif kualitatif bertujuan menggambarkan secara tepat sifat sifat individu, keadaan, gejala dari kelompok tertentu atau untuk menentukan frekuensi atau penyebaran suatu gejala atau frekuensi adanya hubungan tertentu antara suatu gejala lain dalam masyarakat (Sutopo, 2002:7). Kirk dan Miller mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental tergantung pada pengamatan terhadap manusia dalam wawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasannya dan dalam peristilahannya. Yang berarti peneliti berusaha untuk mengungkapkan suatu masalah, keadaan, peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat sekedar mengungkap fakta. Peneliti bertindak sebagai pengamat, yang membuat kategori perilaku, mengamati gejala dan mencatat informasi yang di dapatkan dari sumber data sekunder dan primer (Sutopo, 2002:35).

33 33 3. Sumber Data dan Teknik Pemilihan Informan a. Sumber Data Data yang dipergunakan dalam penelitian ini meliputi 2 jenis: 1. Data primer yaitu data yang didapat dan dikumpulkan langsung dari sumber di lokasi penelitian melalui metode wawancara dan observasi terhadap informan yang dianggap dapat memberikan informasi dalam kebutuhan penelitian (Ruslan, 2008:138). Dalam hal ini melakukan wawancara dengan key informan tentang bagaimana pendekatan pondok dalam memperoleh kepercayaan publik, serta beberapa informan lain yang dapat memberikan keterangan tambahan. 2. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari obyek yang diteliti yang berupa catatan, agenda, literatur, laporan, artikel di internet, dan lain-lain mengenai informasi yang terkait dengan penelitian (Ruslan, 2008:139). Untuk itu peneliti dapat mencari dan mengambil data serta informasi yang dibutuhkan dalam penelitian di Pondok Pesantren Islam Al Mukmin Ngruki. b. Teknik Pemilihan Informan Penarikan informan atau narasumber dilakukan dengan teknik purposive sampling, yaitu pemilihan sample berdasarkan pada karakteristik tertentu yang

34 34 dianggap mempunyai sangkut pautnya dengan penelitian (Ruslan, 2008:157). Berikut merupakan profil dari informan yang akan dimintai keterangan: 1. Yahya Abdurrohman, S.Ag Jabatan: Ketua Kesantrian Pondok Pesantren Al Mukmin Ngruki, Informan tersebut dipilih karena bagian ini yang langsung menangani aktivitas santri dan tanggung jawab terhadap wali santri. 2. Khamim Sufyan, S.Th.I Jabatan: Humas Pondok Pesantren Al Mukmin Ngruki, bagaian ini yang menangani hubungan internal dan eksternal dari pesantren. 3. Masyarakat Sekitar Pondok Pesantren Al Mukmin Ngruki yang mengetahui seluk beluk pesantren serta dapat dimintai keterangan terkait dengan kebutuhan penelitian. 4. Teknik Pengumpulan Data Guna mendapatkan data yang dibutuhkan untuk dianalisis dalam penelitian ini, digunakan teknik pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi (Sugiyono, 2007:63). a. Wawancara Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data dalam metode survai melalui daftar pertanyaan yang diajukan secara lisan terhadap responden (subyek). kegiatan yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan tanya jawab secara langsung dan mendalam dengan pihak-pihak yang berwenang dengan menggunakan interview guide sebagai instrument utama (Ruslan, 2008:23).

35 35 Oleh karena itu wawancara merupakan pengumpulan data dengan cara tanya jawab secara langsung terhadap responden yang berhubungan dengan objek penelitian yang dapat membantu peneliti dalam memberikan informasi dan data yang diperlukan. Metode ini digunakan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam penelitian, terutama dalam mengetahui pendekatan terhadap khalayak yang dilakukan Pondok Pesantren Ngruki ditengah isu terorisme. b. Observasi Proses pencatatan pola perilaku subyek (orang), obyek (benda - benda), atau kejadian yang sistematik tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi dengan individu individu yang diteliti (Indriantoro dan Supomo, 2002:157). Penelitian dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan. Fungsi pengamatan dalam penelitian ini adalah menjelaskan serta merinci gejala yang terjadi. Pengamatan ini dilakukan secara pasif dengan fokus kegiatan humas Pondok Pesantren Al Mukmin Ngruki Surakarta. c. Dokumentasi Pengumpulan data dengan menggunakan bermacam buku, selebaran serta informasi non manusia seperti dokumen, agenda (datadata) masa lalu yang dikumpulkan, dicatat dan disusun dalam arsip (Ruslan, 2008:260)

36 36 5. Teknik Keabsahan Data Untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih sempurna perlu dilakukan peningkatan validitas penelitian. Pada penelitian ini, penelitian menggunakan cara peningkatan validitas melalui triangulasi. Menurut Datton ada empat macam triangulasi: (1) Triangulasi data, (2) Triangulasi investigator, (3) Triangulasi metodologi, dan (4) Triangulasi teoritik (Datton dalam Sutopo, 2002:31). Dari keempat macam triangulasi tersebut peneliti menggunakan triangulasi data yaitu peningkatan validitas penelitian dimana peneliti menggunakan beberapa sumber data untuk mengumpulkan data yang sama dengan wawancara, observasi dan dokumentasi agar mendapatkan informasi tentang bagaimana pendekatan public relations Al-Mukmin Ngruki dalam memperoleh kepercayaan publik. 6. Teknik Analisis Data Analisa data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensitesiskannya, mencari, dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2006:248). Pada penelitian ini analisis di lakukan dengan membandingkan uraian dan hasil penelitian. Tujuan analisis ini adalah untuk megetahui pendekatan Public Relations Pondok Al Mukmin Ngruki untuk menyusun dan melaksanakan strategi kehumasan terhadap kepercayaan publik. Menurut Sugiyono (2007:92), terdapat empat komponen pokok dalam analisis data yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menelan banyak korban sipil tersebut. Media massa dan negara barat cenderung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menelan banyak korban sipil tersebut. Media massa dan negara barat cenderung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terorisme menjadi tema utama dalam wacana global selain demokrasi dan perekonomian dunia. Sehingga menimbulkan berbagai pernyataan variatif dari berbagai elemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Public Relations Public Relations sebagai salah satu bentuk interaksi dalam kegiatan komunikasi yang di maksudkan untuk membangun citra positif Hal tersebut di perjelas

Lebih terperinci

PARADIGMA BARU HUMAS DALAM MENINGKATKAN CITRA PEMERINTAH

PARADIGMA BARU HUMAS DALAM MENINGKATKAN CITRA PEMERINTAH KOMINFO PARADIGMA BARU HUMAS DALAM MENINGKATKAN CITRA PEMERINTAH Disampaikan Pada Acara Bimtek Kehumasan Peran Humas Dalam Implementasi UU No. 14 Tahun 2008, Kisaran, 23 Nopember 2010 oleh S O E K A R

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Public Relations atau Humas secara garis besar adalah komunikator sebuah organisasi atau perusahaan, baik kepada publik internal maupun publik eksternal. Bagi sebuah

Lebih terperinci

Standar Kompetensi Profesi Humas. Edited by: Sumartono, S.Sos., MSI

Standar Kompetensi Profesi Humas. Edited by: Sumartono, S.Sos., MSI Standar Kompetensi Profesi Humas Edited by: Sumartono, S.Sos., MSI Di era globalisasi sekarang ini sebuah profesi harus memiliki muatan standar yang jelas Maka dari itu disusunlah Standar Kompetensi Public

Lebih terperinci

Standar Kompetensi Profesi Humas

Standar Kompetensi Profesi Humas Standar Kompetensi Profesi Humas Pertemuan 9 by: Sumartono, MSi Tim inti Penyusunan Standar Kompetensi PR Indonesia (kerjasama PERHUMAS dan BAKOHUMAS) telah menyusun beberapa pokok pikiran tentang Standar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Public Relations 2.1.1. Definisi Public Relations Menurut Denny Griswold yang dikutip Ardianto (2011, p.14) yang menjelaskan bahwa PR sebagai fungsi manajemen yang mengevaluasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peran dan Fungsi Public Relations Public relations dapat berfungsi sebagai fungsi manajemen yang membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi

Lebih terperinci

Produksi Media PR Cetak

Produksi Media PR Cetak Produksi Media PR Cetak Modul ke: 07Fakultas FIKOM Humas dan Audiens Mintocaroko, S.Sos., M.Ikom Program Studi HUMAS Latar Belakang Public Relations merupakan salah satu fungsi manajemen yang bertugas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Karakter merupakan hal yang sangat penting untuk ditanamkan dalam jiwa individu. Proses pendidikan karakter dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Negeri 1 Yogyakarta, SMK Negeri 2 Yogyakarta, SMK Negeri 3 Yogyakarta, SMK Negeri 4

BAB III METODE PENELITIAN. Negeri 1 Yogyakarta, SMK Negeri 2 Yogyakarta, SMK Negeri 3 Yogyakarta, SMK Negeri 4 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Sekolah Menengah Kejuruan Negeri se-kota Yogyakarta merupakan tempat dimana peneliti melakukan penelitian. Ada tujuh sekolah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Palur, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo. Dengan pertimbangan sebagai berikut : 1. Lokasi penelitian mudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. umat islam di Indonesia. Kepercayaan, sikap-sikap dan nilai-nilai masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. umat islam di Indonesia. Kepercayaan, sikap-sikap dan nilai-nilai masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat santri merupakan salah satu kelompok yang sangat penting dalam umat islam di Indonesia. Kepercayaan, sikap-sikap dan nilai-nilai masyarakat pesantren,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 TIPE PENELITIAN Penelitian merupakan suatu kegiatan (ilmiah) yang ditempuh melalui rangkaian proses yang panjang. Mengukitp dari Burhan Bungin, dalam konteks ilmu sosial,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Sajian pemberitaan media oleh para wartawan narasumber penelitian ini merepresentasikan pemahaman mereka terhadap reputasi lingkungan sosial dan budaya Kota Yogyakarta.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang merupakan seperangkat pengetahuan tentang langkah langkah

BAB III METODE PENELITIAN. yang merupakan seperangkat pengetahuan tentang langkah langkah BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Setiap karya ilmiah yang dibuat disesuaikan dengan metodologi penelitian. Dan seorang peneliti harus memahami metodologi penelitian yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempublikasikan setiap ada agenda yang diadakan oleh perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. mempublikasikan setiap ada agenda yang diadakan oleh perusahaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman modern ini keterbukaan informasi publik sangatlah penting terutama untuk memenuhi kebutuhan akan informasi yang terus berkembang. Dalam hal ini keterbukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan manusia. Sebab tanpa adanya komunikasi tidak mungkin

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan manusia. Sebab tanpa adanya komunikasi tidak mungkin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hubungan Masyarakat (humas) merupakan bentuk kegiatan dan sekaligus suatu proses komunikasi. Proses komunikasi dalam kegiatan humas merupakan hal yang penting bagi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini meneliti tentang fenomena perilaku menyimpang di kalangan pelajar SMA Negeri 8 Surakarta, dengan mengambil lokasi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan ini menekankan pada proses perolehan data untuk memperoleh hasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 37 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian sangat penting keberadaannya didalam proses penelitian yang dilakukan secara terencana dan sistematis, metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berawal dari aksi teror dalam bentuk bom yang meledak di Bali pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berawal dari aksi teror dalam bentuk bom yang meledak di Bali pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berawal dari aksi teror dalam bentuk bom yang meledak di Bali pada tanggal 12 oktober 2002 hingga bom yang meledak di JW Marriott dan Ritz- Carlton Jumat pagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini, akan diuraikan 1) konteks penelitian yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini, akan diuraikan 1) konteks penelitian yang menjadi BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini, akan diuraikan 1) konteks penelitian yang menjadi landasan yang melatar belakangi penelitian ini begitu penting untuk dikaji, 2) fokus dan pertanyaan penelitian merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 39 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian, yaitu ingin mengetahui strategi humas Departemen Agama dalam mengkampanyekan penyelenggaraan ibadah haji untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dalam hal ini pemerintah dapat berjalan dengan lancar dan berhasil dan. menyebabkan suatu permasalahan yang baru.

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dalam hal ini pemerintah dapat berjalan dengan lancar dan berhasil dan. menyebabkan suatu permasalahan yang baru. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pentingnya komunikasi bagi manusia tidak dapat dipungkiri, begitu juga halnya bagi suatu organisasi, dengan adanya komunikasi yang baik suatu organisasi dalam hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan norma hukum tentunya tidaklah menjadi masalah. Namun. terhadap perilaku yang tidak sesuai dengan norma biasanya dapat

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan norma hukum tentunya tidaklah menjadi masalah. Namun. terhadap perilaku yang tidak sesuai dengan norma biasanya dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ditinjau dari segi hukum ada perilaku yang sesuai dengan norma dan ada pula perilaku yang tidak sesuai dengan norma. Terhadap perilaku yang sesuai dengan norma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tekanannya, sehingga perusahaan dituntut melakukan inovasi secara terus menerus

BAB I PENDAHULUAN. tekanannya, sehingga perusahaan dituntut melakukan inovasi secara terus menerus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam industri telekomunikasi saat ini cenderung berada dalam kondisi pasar dengan tingkat kompetisi yang tinggi dan ke depan akan terus meningkat tekanannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan Pers. Seperti yang sering dikemukakan, bahwa kebebasan bukanlah semata-mata

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan Pers. Seperti yang sering dikemukakan, bahwa kebebasan bukanlah semata-mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak orang terutama kaum awam (karena tidak tahu) bahwa pers memiliki sesuatu kekhususan dalam menjalankan Profesi nya yaitu memiliki suatu Kemerdekaan dan

Lebih terperinci

BAB II PELAKSANAAN PKL. Berikut ini merupakan daftar jadwal kegiatan selama PKL : Tabel 2.1

BAB II PELAKSANAAN PKL. Berikut ini merupakan daftar jadwal kegiatan selama PKL : Tabel 2.1 BAB II PELAKSANAAN PKL 2.1. Kegiatan selama PKL Berikut ini merupakan daftar jadwal kegiatan selama PKL : Tabel 2.1 No Hari/Tgl Jam Datang 1 Senin, 09-08- 2 Selasa, 10-09- 3 Rabu, 11-08- 4 Kamis, 12-08-

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hotel adalah suatu badan usaha yang bergerak di bidang jasa akomodasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Hotel adalah suatu badan usaha yang bergerak di bidang jasa akomodasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hotel adalah suatu badan usaha yang bergerak di bidang jasa akomodasi yang dikelola secara komersial, dengan menyediakan layanan makanan, minuman, dan fasilitas lainnya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. CRM bukanlah konsep yang dapat diterima atau tidak. CRM bukan pula konsep yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. CRM bukanlah konsep yang dapat diterima atau tidak. CRM bukan pula konsep yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Customer Relationship Management (CRM) CRM bukanlah konsep yang dapat diterima atau tidak. CRM bukan pula konsep yang baru ditemukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. proses penelitian. Sedangkan penelitian itu sendiri diartikan sebagai upaya dalam

BAB III METODE PENELITIAN. proses penelitian. Sedangkan penelitian itu sendiri diartikan sebagai upaya dalam 49 BAB III METODE PENELITIAN Metode diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian. Sedangkan penelitian itu sendiri diartikan sebagai upaya dalam ilmu pengetahuan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-undang Nomor 14 tahun 2008 tentang kebebasan informasi publik menjadi tantangan baru bagi pemerintah, karena secara nyata merupakan upaya mewujudkan transparansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Negara Indonesia adalah negara hukum, pernyataan ini telah jelas terlihat dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Konsekuensi ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Citra adalah kesan yang diperoleh melalui pengetahuan dan pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. Citra adalah kesan yang diperoleh melalui pengetahuan dan pengalaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Citra adalah kesan yang diperoleh melalui pengetahuan dan pengalaman seseorang tentang suatu hal. Bagi perusahaan, citra diartikan sebagai persepsi masyarakat terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi dan informasi yang sentral. Usaha dalam bidang. serta guna memperoleh kualitas yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi dan informasi yang sentral. Usaha dalam bidang. serta guna memperoleh kualitas yang baik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam memasuki era globalisasi yang semakin berkembang pesat maka persaingan yang terjadi di dalam dunia telekomunikasi juga semakin meningkat. Hal ini membawa

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS TANJUNGPURA SIKAP

PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS TANJUNGPURA SIKAP PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS TANJUNGPURA SIKAP a. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap religius; b. Menjunjung tinggi nilai

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE SKETSA WAJAH DALAM MENEMUKAN PELAKU TINDAK PIDANA

PENGGUNAAN METODE SKETSA WAJAH DALAM MENEMUKAN PELAKU TINDAK PIDANA PENGGUNAAN METODE SKETSA WAJAH DALAM MENEMUKAN PELAKU TINDAK PIDANA SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum Dalam Ilmu Hukum Pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metodologi artinya pengetahuan tentang berbagai cara kerja yang disesuaikan

BAB III METODE PENELITIAN. Metodologi artinya pengetahuan tentang berbagai cara kerja yang disesuaikan BAB III METODE PENELITIAN Metodologi artinya pengetahuan tentang berbagai cara kerja yang disesuaikan dengan objek studi ilmu yang bersangkutan. Dengan kata lain metodologi itu menjelaskan tata cara dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. serta kerugian harta benda, sehingga menimbulkan pengaruh yang tidak. hubungan Indonesia dengan dunia Internasional.

I. PENDAHULUAN. serta kerugian harta benda, sehingga menimbulkan pengaruh yang tidak. hubungan Indonesia dengan dunia Internasional. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peristiwa pengeboman yang terjadi di Wilayah Negara Republik Indonesia telah menimbulkan rasa takut masyarakat secara luas. Mengakibatkan hilangnya nyawa serta

Lebih terperinci

OLEH PROF. DR. JAMALUDDIN, M.ED KOORDINATOR WILAYAH XIII ACEH

OLEH PROF. DR. JAMALUDDIN, M.ED KOORDINATOR WILAYAH XIII ACEH LOKAKARYA KEHUMASAN DALAM MEMBANGUN CITRA PTS DAN KOPERTIS OLEH PROF. DR. JAMALUDDIN, M.ED KOORDINATOR WILAYAH XIII ACEH 15/03/2017 HUMAS (YY) 2 15/03/2017 HUMAS (YY) 3 15/03/2017 HUMAS (YY) 4 15/03/2017

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini, terutama teknologi informasi dan komunikasi yang semakin berkembang dengan cepat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat menuntut semua. pihak, baik individu, kelompok, maupun perusahaan menyesuaikan diri.

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat menuntut semua. pihak, baik individu, kelompok, maupun perusahaan menyesuaikan diri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat menuntut semua pihak, baik individu, kelompok, maupun perusahaan menyesuaikan diri. Perubahan-perubahan yang dimaksud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Sebuah perusahaan dalam melaksanakan usaha penjualan produk dan jasa tidak lepas dari dukungan manajemen didalamnya termasuk seorang praktisi Public Relations

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian yang berjudul IMPLEMENTASI INTRANET SEBAGAI SALURAN KOMUNIKASI INTERNAL BERBASIS CYBER-PR (SUATU STUDI PADA ASTRANET PT ASTRA INTERNATIONAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dewasa ini untuk menciptakan kerja sama, dimana orang-orangnya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dewasa ini untuk menciptakan kerja sama, dimana orang-orangnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Public relations atau humas merupakan suatu kebutuhan dalam masyarakat dewasa ini untuk menciptakan kerja sama, dimana orang-orangnya bergerak di dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi berasal dari Bahasa inggris yaitu Communication dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi berasal dari Bahasa inggris yaitu Communication dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Komunikasi Komunikasi berasal dari Bahasa inggris yaitu Communication dan dalam Bahasa latin berasal dari kata Communicatus yang artinya berbagi atau menjadi milik bersama.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Public Relations pemerintah berbeda dengan Public Relations perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Public Relations pemerintah berbeda dengan Public Relations perusahaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi yang dijalankan suatu institusi atau perusahaan diharapkan memberikan reaksi, atau tanggapan publik dan hal ini berkaitan dengan kegiatan seorang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebagai sebuah perusahaan asuransi yang melayani banyak klien, PT. Asuransi Jasa Indonesia (Persero) selalu berupaya manjalin hubungan yang harmonis. Biro

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PERAN HUMAS PERGURUAN TINGGI. Oleh: Lena Satlita. Salah satu agenda yang ramai dibicarakan dalam Rapat Koordinasi Nasional

OPTIMALISASI PERAN HUMAS PERGURUAN TINGGI. Oleh: Lena Satlita. Salah satu agenda yang ramai dibicarakan dalam Rapat Koordinasi Nasional OPTIMALISASI PERAN HUMAS PERGURUAN TINGGI Oleh: Lena Satlita Salah satu agenda yang ramai dibicarakan dalam Rapat Koordinasi Nasional Kehumasan Pendidikan ( Perguruan Tinggi Negeri, Dinas Pendidikan Provinsi

Lebih terperinci

KODE ETIK DOSEN STIKOM DINAMIKA BANGSA

KODE ETIK DOSEN STIKOM DINAMIKA BANGSA KODE ETIK DOSEN STIKOM DINAMIKA BANGSA STIKOM DINAMIKA BANGSA MUKADIMAH Sekolah Tinggi Ilmu Komputer (STIKOM) Dinamika Bangsa didirikan untuk ikut berperan aktif dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini era globalisasi yang ditandai dengan pesatnya perkembangan teknologi memungkinkan publik untuk berkomunikasi dengan mudah. Banyaknya berbagai tantangan dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu tujuan dari suatu organisasi atau perusahaan adalah memiliki citra

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu tujuan dari suatu organisasi atau perusahaan adalah memiliki citra BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan dari suatu organisasi atau perusahaan adalah memiliki citra (image) yang baik di semua aspek yang terkait atau berhubungan dengan organisasi atau

Lebih terperinci

2 keberadaannya, secara umum Public Relations adalah semua bentuk komunikasi yang terencana, baik itu kedalam maupun keluar, antara suatu organisasi d

2 keberadaannya, secara umum Public Relations adalah semua bentuk komunikasi yang terencana, baik itu kedalam maupun keluar, antara suatu organisasi d BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Public Relations sebagai salah satu divisi dalam sebuah organisasi atau perusahaan sangat penting keberadaanya, secara umum Public Relations adalah semua bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai unsur yang membantu menunjang melalui berbagai

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai unsur yang membantu menunjang melalui berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Dalam era komunikasi dan informasi dewasa ini peranan komunikasi semakin penting bagi masyarakat. Peranan komunikasi pada dasarnya berusaha untuk menumbuhkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. untuk menelaah data yang telah diperoleh dari beberapa informan yang telah dipilih

BAB IV ANALISA DATA. untuk menelaah data yang telah diperoleh dari beberapa informan yang telah dipilih BAB IV ANALISA DATA A. Temuan Penelitian Dalam penelitian kualitatif analisis data merupakan tahap yang bermanfaat untuk menelaah data yang telah diperoleh dari beberapa informan yang telah dipilih selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang diberi amanat melakukan. melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari kekuasaan manapun.

BAB I PENDAHULUAN. Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang diberi amanat melakukan. melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari kekuasaan manapun. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), sebagai lembaga negara yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di UPT. Puskesmas mranti Purworejo yang terletak di Jl. Mr. Wilopo No. 203 A kecamatan Mranti Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pada pasal 1 ayat 6 yang menyatakan bahwa guru pembimbing sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pada pasal 1 ayat 6 yang menyatakan bahwa guru pembimbing sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara legalitas keberadaan bimbingan dan konseling di Indonesia tercantum dalam undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kelompok maupun suatu kelompok dengan kelompok lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. dengan kelompok maupun suatu kelompok dengan kelompok lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial, dimana satu sama lain saling menumbuhkan yang didalamnya akan terbentuk dan terjalin suatu interaksi atau hubungan yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sosial, maupun politik adalah usaha untuk membangun dan mengembangkan

PENDAHULUAN. sosial, maupun politik adalah usaha untuk membangun dan mengembangkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah penting yang dihadapi oleh lembaga-lembaga baik ekonomi, sosial, maupun politik adalah usaha untuk membangun dan mengembangkan hubungan yang baik

Lebih terperinci

11 Media Relations. Manajemen Isu dan Manajemen Krisis. Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM. Public Relations. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi

11 Media Relations. Manajemen Isu dan Manajemen Krisis. Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM. Public Relations. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi Manajemen Isu dan Manajemen Krisis Modul ke: 11 Media Relations Fakultas Ilmu Komunikasi Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM Program Studi Public Relations www.mercubuana.ac.id Pertemuan 11 Media Relations

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sudah semakin menjamur dan sepertinya hukum di Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sudah semakin menjamur dan sepertinya hukum di Indonesia tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi dewasa ini, kian meningkatnya penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang di kalangan generasi muda. Sehingga maraknya penyimpangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah kepada masyarakat luas. Cutlip dalam Effective Public Relations

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah kepada masyarakat luas. Cutlip dalam Effective Public Relations 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran humas dalam pemerintahan sangatlah penting karena mereka memiliki tugas untuk mengkomunikasikan segala bentuk kebijakan baru pemerintah kepada masyarakat luas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan tindak pidana dalam kehidupan masyarakat di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan tindak pidana dalam kehidupan masyarakat di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan tindak pidana dalam kehidupan masyarakat di Indonesia saat ini semakin meningkat, melihat berbagai macam tindak pidana dengan modus tertentu dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi atau instansi. Dapat kita lihat di berbagai instansi, baik instansi

BAB I PENDAHULUAN. organisasi atau instansi. Dapat kita lihat di berbagai instansi, baik instansi BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Dalam suatu institusi, informasi menjadi hal yang sangat penting sebagai sarana dalam mengembangkan pembangunan di era globalisasi. Di jaman sekarang yang segalanya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sifat atau tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Penelitian ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sifat atau tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Penelitian ini BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Sifat Penelitian Sifat atau tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Penelitian ini memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan suatu aktifitas dasar manusia, dengan

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan suatu aktifitas dasar manusia, dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan suatu aktifitas dasar manusia, dengan komunikasi manusia dapat saling berhubungan satu sama lain. Komunikasi dapat terjadi baik secara antar

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian berikut Menurut Semiawan (2010:1), pengertian metodologi adalah sebagai kata metode dan metodologi sering dicampur adukkan dan disamakan. Padahal keduanya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang ada menjadi objek penelitian. Format deskriptif kualitatif dianggap tepat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang ada menjadi objek penelitian. Format deskriptif kualitatif dianggap tepat BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Peneliti berusaha menggambarkan, meringkas berbagai situasi dan kondisi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Temuan Penelitian Dalam penelitian kualitatif analisis data merupakan tahap yang

BAB IV ANALISIS DATA. A. Temuan Penelitian Dalam penelitian kualitatif analisis data merupakan tahap yang 80 BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Dalam penelitian kualitatif analisis data merupakan tahap yang bermanfaat untuk menelaah data yang telah diperoleh dari beberapa informan yang telah dipilih

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian dengan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian dengan BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Latar 3.1.1 Metode Penelitian Kualitatif Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Moleong, (2007:6) penelitian kualitatif ialah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. SUITES JAKARTA PERIODE JANUARI APRIL 2013, penulis

BAB II LANDASAN TEORI. SUITES JAKARTA PERIODE JANUARI APRIL 2013, penulis BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum Dalam penelitian yang berjudul ANALISIS STRATEGI KOMUNIKASI ORGANISASI DALAM PENCITRAAN INTERNAL THE BELLEZZA SUITES JAKARTA PERIODE JANUARI APRIL 2013, penulis menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan mekanisme yang menyebabkan adanya hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan mekanisme yang menyebabkan adanya hubungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan mekanisme yang menyebabkan adanya hubungan antar manusia di dalam masyarakat dan mempunyai proses yang jelas, baik itu proses secara primer

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi sekarang ini terlihat sangat pesat. Perkembangan ini tidak hanya melahirkan era informasi global tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang tentang suatu hal. Bagi perusahaan, citra diartikan sebagai persepsi

BAB I PENDAHULUAN. seseorang tentang suatu hal. Bagi perusahaan, citra diartikan sebagai persepsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Citra adalah kesan yang diperoleh melalui pengetahuan dan pengalaman seseorang tentang suatu hal. Bagi perusahaan, citra diartikan sebagai persepsi masyarakat terhadap

Lebih terperinci

Public Relations Humas Simetris & Objektivitas Pemberitaan Oleh: Rachmat Kriyantono, Ph.D

Public Relations Humas Simetris & Objektivitas Pemberitaan Oleh: Rachmat Kriyantono, Ph.D Public Relations Humas Simetris & Objektivitas Pemberitaan Oleh: Rachmat Kriyantono, Ph.D Hasil wawancara di atas adalah situasi yang terjadi secara umum di lembaga kehumasan dan media massa dalam aktivitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Setiap penelitian memerlukan metode agar proses penelitian dapat berjalan lancar dan mencapai tujuan yang telah disiapkan. Usaha manusia untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era persaingan usaha yang ketat sekarang ini, bidang Hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Era persaingan usaha yang ketat sekarang ini, bidang Hubungan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era persaingan usaha yang ketat sekarang ini, bidang Hubungan Mayarakat (Humas) berupaya merebut dukungan publik melalui program yang dilakukannya agar perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hubungan Masyarakat 2.1.1 Pengertian Hubungan Masyarakat (Public Relations) Public relations adalah fungsi manajemen dari ciri yang terencana dan berkelanjutan melalui organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran public relations officer saat ini sangat di butuhkan disetiap perusahaan swasta dan perusahaan milik negara termasuk di sebuah instansi pemerintah. Public

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kognisi adalah Pengetahuan manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang

BAB I PENDAHULUAN. Kognisi adalah Pengetahuan manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kognisi adalah Pengetahuan manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pusat yang dilakukan oleh beberapa teroris serta bom bunuh diri.

BAB I PENDAHULUAN. Pusat yang dilakukan oleh beberapa teroris serta bom bunuh diri. BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian Kasus teroris tidak pernah habis untuk dibahas dan media merupakan sebuah sarana atau alat untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat mengenai peristiwa-peristiwa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 69 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Berdasarkan jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu sarana dalam membangun suatu hubungan interpersonal dengan orang adalah dengan melakukan komunikasi. Komunikasi merupakan aktifitas dasar yang dilakukan

Lebih terperinci

Pembuktian penuntut umum dalam perkara tindak pidana korupsi oleh kejaksaan Sukoharjo. Oleh : Surya Abimanyu NIM: E BAB I PENDAHULUAN

Pembuktian penuntut umum dalam perkara tindak pidana korupsi oleh kejaksaan Sukoharjo. Oleh : Surya Abimanyu NIM: E BAB I PENDAHULUAN Pembuktian penuntut umum dalam perkara tindak pidana korupsi oleh kejaksaan Sukoharjo Oleh : Surya Abimanyu NIM: E. 1104073 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagaimana tercantum dalam Pembukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, persaingan bisnis ini menjadi sangat tajam baik

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, persaingan bisnis ini menjadi sangat tajam baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi ini, persaingan bisnis ini menjadi sangat tajam baik dipasar domestik (nasional) maupun di pasar internasional. Untuk memenangkan persaingan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wacana kritis oleh kalangan ahli komunikasi. Untuk itu,diperlukan pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. wacana kritis oleh kalangan ahli komunikasi. Untuk itu,diperlukan pengembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Analisis mengenai wacana kritis relatif masih sedikit dilakukan oleh kalangan ahli bahasa. Hal ini bertolak belakang dengan banyaknya penelitian wacana kritis oleh kalangan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Reformasi politik yang sudah berlangsung sejak berakhirnya pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto pada bulan Mei 1998, telah melahirkan perubahan besar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Creswell (1998:15) pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 mengakui bahwa kemerdekaan pers merupakan salah satu wujud kedaulatan rakyat dan menjadi unsur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan seseorang untuk membangkitkan response orang lain. Komunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan seseorang untuk membangkitkan response orang lain. Komunikasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi diisyaratkan sebagai kegiatan yang secara sengaja dilakukan seseorang untuk membangkitkan response orang lain. Komunikasi dalam konteks ini dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan, salah satunya adalah pertukaran informasi guna meningkatkan. ilmu pengetahuan diantara kedua belah pihak.

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan, salah satunya adalah pertukaran informasi guna meningkatkan. ilmu pengetahuan diantara kedua belah pihak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah bangsa besar adalah bangsa yang memiliki masyarakat yang berilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan bisa diperoleh dari berbagai sumber, misalnya lembaga

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara

III. METODE PENELITIAN. perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Tipe Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian kualitatif menurut Moleong adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA 75 BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Analisis data adalah bagian dari tahap penelitian kualitatif yang berguna untuk menelaah data yang telah diperoleh peneliti dari informan maupun dari lapangan.

Lebih terperinci

BAB 6 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME

BAB 6 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME BAB 6 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME I. PERMASALAHAN YANG DIHADAPI Peran Pemerintah dan masyarakat untuk mencegah dan menanggulangi terorisme sudah menunjukan keberhasilan yang cukup berarti,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Peneliti

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Peneliti BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Peneliti menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami

Lebih terperinci