BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian tentang penggunaan senjata api di Satuan

Transkripsi

1 127 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang penggunaan senjata api di Satuan Polisi Pamong Praja Kota Tarakan, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Pelaksanaan penggunaan senjata api bagi anggota Satuan Polisi Pamong Praja di Kota Tarakan berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi Pamong Praja, dimana dalam Pasal 24 disebutkan bahwa untuk menunjang operasional dilapangan, anggota Satuan Polisi Pamong Praja dapat menggunakan senjata api dengan jenis dan syarat penggunaannya ditentukan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia. Ketentuan tentang Penggunaan senjata api bagi anggota Satuan Polisi Pamong Praja dikuatkan lagi dengan terbitnya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 26 Tahun 2010 tentang Senjata Api Bagi Anggota Satuan Polisi Pamong Praja. Atas dasar kedua peraturan ini lah Satuan Polisi Pamong Praja di Kota Tarakan menggunakan senjata api dengan jenis pentungan dan stick listrik. Adapun senjata api jenis pistol revolver peluru karet dan peluru gas sampai saat ini belum diberikan ijin nya oleh Walikota Tarakan melalui Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tarakan dengan dasar bahwa kota Tarakan sampai tahun 2013 ini masih dalam kondisi masyarakat yang cukup dinamis, dengan tingkat ketertiban dan kepatuhan hukum yang cukup baik serta kompleksitas permasalahan sosial

2 128 yang masih rendah. Dalam pelaksanaannya Satuan Polisi Pamong Praja belum seluruhnya memenuhi ketentuan dalam penggunaan senjata api seperti yang telah ditentukan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Pamong Praja dimana salah satu pelanggarannya adalah jumlah senjata api dalam bentuk pentungan dan alat kejut listrik tidak sesuai dengan yang ditentukan, yaitu hanya 1/3 (sepertiga) dari seluruh anggota Satuan Polisi Pamong Praja, selain itu yang mengunakan senjata api jenis pentungan dan stick listrik bukan lah yang memiliki wewenang untuk itu (Kepala Satuan, Kepala Seksi, Komandan Regu dan Komandan Provost). Penegakan hukum terhadap pelanggaran penggunaan senjata api di Satuan Polisi Pamong Praja di Kota Tarakan masih bersifat pembinaan personil di Satuan Polisi Pamong Praja di Kota Tarakan sendiri. Pelanggaran penggunaan senjata api dalam bentuk pentungan memiliki tingkat yang paling tinggi. Ketentuan penggunaan pentungan dan stick listrik tidak sesuai dengan ketentuan yang ada pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Pamong Praja baik dari segi jumlah maupun dari siapa yang berwenang dalam penggunaannya. Hal ini menyebabkan banyak terjadi pelanggaran terutama pentungan dan stick listrik. Pentungan sering kali disalahgunakan untuk menyakiti pelanggar Peraturan Daerah. Dan menjadi fatal jika pelanggaran itu sampai menyebabkan seseorang terluka secara medis, seperti tersengat listrik dari stick listrik, perbuatan menyetrum seorang

3 129 pelanggar Peraturan Daerah sampai pingsan dan harus mendapatkan perawatan di Rumah Sakit adalah tindak pidana. Namun untuk pelanggaran itu demi alasan kemanusiaan anggota Satuan Polisi Polisi Pamong Praja Kota Tarakan tersebut tidak ditindak berdasarkan hukum yang berlaku, baik dari hukum kepegawaian dengan menerapkan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil, maupun dari hukum pidana. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi Pamong Praja dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Pamong Praja tidak mengatur tentang sanksi bagi pelanggar penggunaan senjata api dan pengertian tentang senjata api bagi anggota Satuan Polisi Pamong Praja yang ternyata bukanlah seperti senjata api yang digunakan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia, namun dalam bentuk senjata revolver peluru gas / karet, pentungan dan stick listrik, sehingga jika terjadi pelanggaran seperti pelanggaran penggunaan stick listrik dan pentungan oknum Satuan Polisi Pamong Praja di Kota Tarakan akan lebih banyak diberikan kebijakan dengan maksud agar tidak mengulangi perbuatannya lagi.

4 130 Saran Adapun saran-saran yang penulis dapat berikan dalam penelitian tentang pengunaan senjata api bagi anggota Satuan Polisi Pamong Praja di Kota Tarakan adalah sebagai berikut : 1. Bagi Kementerian Dalam Negeri untuk dapat merevisi kata senjata api dalam Pasal 2 dan Pasal 1 Ayat (3) bagian ketentuan umum Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 26 Tahun 2010 tentang Penggunaan Senjata Api Bagi Anggota Satuan Polisi Pamong Praja karena jenis senjata api yang digunakan oleh anggota Satuan Polisi Pamong Praja tidak sama dengan senjata api yang digunakan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia karena dengan kata senjata api paradigma masyarakat awam dan bahkan aparat pemerintah menyamakan dengan senjata api yang digunakan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia. 2. Bagi Pemerintah Kota Tarakan, untuk penggunaan senjata api bagi anggota Satuan Polisi Pamong Praja di Kota Tarakan hendaknya dibuatkan aturan dalam bentuk Peraturan Daerah yang isinya prosedur tetap penggunaan senjata api bagi anggota Satuan Polisi Pamong Praja di Kota Tarakan tentang jumlah yang seharusnya digunakan oleh Satuan Polisi Pamong Praja di Kota Tarakan, syarat penggunaannya serta sanksi yang akan diberikan bagi pelanggar nya. Hal ini ditujukan untuk dapat mengakomodir ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi Pamong Praja dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

5 Tahun 2010 tentang Penggunaan Senjata Api Bagi Anggota Satuan Polisi Pamong Praja. 3. Bagi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Tarakan, agar dapat lebih selektif dalam mengabulkan jumlah sarana dan prasarana yang diajukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja di Kota Tarakan terutama dalam menentukan jumlah pentungan dan stick listrik yang merupakan salah satu jenis dari senjata api seperti yang diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 26 Tahun 2010 tentang Penggunaan Senjata Api Bagi Anggota Satuan Polisi Pamong Praja. 4. Bagi Kepala Satuan Polisi Pamong Praja di Kota Tarakan untuk dapat melakukan koordinasi internal antar bagian dalam Satuan dengan baik, untuk dapat melakukan pengawasan anggota terutama dalam penggunaan pentungan dan stick listrik yang merupakan salah satu jenis dari senjata api dimana syarat penggunaannya diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 26 Tahun 2010 tentang Penggunaan Senjata Api Bagi Anggota Satuan Polisi Pamong Praja. 5. Bagi anggota Satuan Polisi Pamong Praja di Kota Tarakan untuk dapat melaksanakan perintah dengan baik tanpa mengabaikan peraturan hukum positif yang berlaku demi tercipta Sumber Daya Aparatur yang handal.