ANALISIS PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG SERTA TINGKAT KESEJAHTERAAN PEDAGANG DI LOKASI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN JAKARTA SANDY KURNIAWAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG SERTA TINGKAT KESEJAHTERAAN PEDAGANG DI LOKASI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN JAKARTA SANDY KURNIAWAN"

Transkripsi

1 ANALISIS PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG SERTA TINGKAT KESEJAHTERAAN PEDAGANG DI LOKASI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN JAKARTA SANDY KURNIAWAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Analisis Persepsi dan Preferensi Pengunjung serta Tingkat Kesejahteraan Pedagang di Lokasi Taman Margasatwa Ragunan Jakarta adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber Informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Januari 2013 Sandy Kurniawan H

3 RINGKASAN SANDY KURNIAWAN. Analisis Persepsi dan Preferensi Pengunjung serta Tingkat Kesejahteraan Pedagang di Lokasi Taman Margasatwa Ragunan Jakarta. Dibimbing Oleh AHYAR ISMAIL. Penelitian ini menganalisis persepsi dan preferensi pengunjung serta menganalisis tingkat kesejahteraan pedagang di lokasi Taman Margasatwa Ragunan Jakarta. Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan Mei-Juli Penentuan jumlah responden pengunjung sebanyak 100 orang dengan teknik accidental sampling sedangkan untuk responden pedagang berjumlah 73 orang menggunakan teknik purposive sampling. Adapun tujuan penelitian ini adalah (1) Mengidentifikasi karakteristik pengunjung dan pedagang di TMR, (2) Mengkaji persepsi dan preferensi pengunjung terhadap lokasi dan fasilitas serta obyek wisata yang ada di TMR, (3) Menganalisis tingkat kesejahteraan rumah tangga pedagang di kawasan TMR. Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa karakteristik pengunjung TMR umumnya didominasi pengunjung yang berjenis kelamin wanita (51%) dengan kelompok umur antara tahun sebanyak 42%. Sebagian besar pengunjung TMR umumnya telah menikah dengan presentase sebesar 60%. Tingkat pendidikan terakhir pengunjung adalah lulusan SMA (49%) sedangkan menurut pekerjaannya sebagian besar berprofesi sebagai pelajar atau mahasiswa (27%). Pada umumnya tingkat pendapatan per bulan pengunjung sebanyak 35% berkisar antara Rp ,00 Rp ,00 sebesar 35% pengunjung. Sebagian besar pengunjung berasal dari daerah Jabodetabek dengan presentase terbesar berasal dari Jakarta (44%). Pada karakterisik pedagang diketahui sebagian besar pedagang berjenis kelamin perempuan (63,01%). Sebagian besar mereka berusia di antara tahun (34,25%). Kebanyakan dari mereka telah berjualan selama 6-10 tahun (26%) dengan latar pendidikan didominasi lulusan SLTA (35,62%). Sebagian besar pedagang umumnya memiliki anggota keluarga sebanyak 3-4 orang (64,38%) dalam satu rumah. Persepsi pengunjung terhadap atribut wisata TMR dari hasil penelitian menghasilkan dua kategori penilaian yaitu sedang dan baik berdasarkan mayoritas penilaian terbanyak dari seluruh responden. Penilaian pada kategori sedang yaitu antara lain: WC umum (52%), tempat duduk (41%), kios makanan dan minuman (51%), telekomunikasi (36%), shelter atau pos (47%), toko cenderamata (49%), keramahan petugas (45%), pengelolaan obyek wisata (47%), kebersihan (40%), dan keberadaan jumlah pedagang (48%). Sedangkan untuk penilaian baik yaitu: tempat sampah (46%), tempat ibadah (50%), tempat parkir (56%), penyewaan peralatan atau jasa (48%), papan informasi (48%), panorama alam (46%), aksesibilitas (64%), keamanan (48%), kondisi satwa (47%), dan kondisi kandang (39%). Berdasarkan analisis faktor mengenai preferensi pengunjung terhadap atribut wisata di TMR diperoleh enam faktor utama yang diurutkan berdasarkan dari nilai varian terbesar, yaitu: faktor pengelolaan wisata (6,321%), fasilitas utama (1,876%), penunjang wisata (1,448%), fasilitas tambahan (1,355%), prasarana wisata (1,117%), dan fasilitas informasi (1,022%). Faktor pengelolaan

4 wisata terdiri dari lima variabel yaitu: kondisi kandang, kondisi satwa, kebersihan, pengelolaan obyek wisata, dan keberadaan jumlah pedagang. Faktor fasilitas utama terdiri dari enam variabel yaitu tempat duduk, kios makanan dan minuman, tempat sampah, tempat ibadah, WC umum, dan aksesibilitas. Faktor penunjang wisata terdiri dari tiga variabel yaitu tempat parkir, keamanan, dan panorama alam. Faktor fasilitas tambahan terdiri dari toko cenderamata, penerimaan pengunjung, dan penyewaan peralatan/jasa. Faktor prasarana wisata terdiri dari telekomunikasi dan shelter/pos. Selanjutnya yang terakhir, faktor fasilitas informasi yaitu papan informasi. Berdasarkan hasil pengukuran tingkat kemiskinan menurut Direktorat Jenderal Tata Guna Tanah diketahui sebanyak 93,15% pedagang termasuk kategori tidak miskin, 5,48% pedagang termasuk kategori hampir miskin, dan 1,37% pedagang masuk dalam kategori miskin. Sedangkan kriteria kemiskinan menurut Sajogyo diketahui bahwa sebanyak 89,04% pedagang tergolong tidak miskin, 8,22% pedagang tergolong miskin, dan 2,74% pedagang tergolong miskin sekali. Tingkat kesejahteraan pedagang menurut 11 Indikator yang digunakan BPS dalam SUSENAS 1991 diketahui bahwa keseluruhan responden pedagang termasuk dalam kategori tingkat kesejahteraan tinggi. Kata kunci: Taman Margasatwa Ragunan, persepsi dan preferensi, tingkat kesejahteraan

5 ANALISIS PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG SERTA TINGKAT KESEJAHTERAAN PEDAGANG DI LOKASI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN JAKARTA SANDY KURNIAWAN H Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

6 Judul skripsi Nama NIM : Analisis Persepsi dan Preferensi Pengunjung serta Tingkat Kesejahteraan Pedagang di Lokasi Taman Margasatwa Ragunan Jakarta : Sandy Kurniawan : H Disetujui, Dosen Pembimbing Dr. Ir. Ahyar Ismail, M. Agr NIP: Diketahui, Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT NIP Tanggal Lulus :

7 UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan anugerah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, dukungan serta doa dalam penyususnan skripsi ini terutama kepada: 1. Kedua orangtua tercinta Bapak Sudibyo dan Ibu Neneng Sayanih. Selanjutnya, Brantas Prayoga dan Rofiqoh Prastiwi selaku kakak dan adik saya atas dukungan, perhatian, dorongan semangat, dan doanya. Kalian adalah motivasi terbesar saya sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. 2. Bapak Dr. Ir. Ahyar Ismail, M. Agr selaku dosen pembimbing skripsi yang telah mengarahkan, membimbing, dan memberikan kritik serta saran yang berarti sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 3. Ibu Dr. Meti Ekayani, S. Hut, M. Sc sebagai dosen penguji utama dan Ibu Nuva, SP, M.Sc sebagai dosen wakil Komisi Pendidikan untuk kritik dan sarannya pada skripsi ini. 4. Pengelola Taman Margasatwa Ragunan, Ibu Wiwid, Bapak Bambang, serta pihak-pihak pengelola TMR yang telah membantu dan memberikan izin untuk melakukan penelitian. 5. Teman-teman sekontrakan DR A14 (Rahmat, Ihsan, Rizky, Yogi, dan Ade) serta teman-teman futsal ESL Teman-teman satu bimbingan: Ajeng, Indi, Oji, Tya, Ayu, Dewi, dan Wiwid terima kasih atas dukungan dan doanya.

8 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-nya yang memberikan kemudahan dan kelancaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Persepsi dan Preferensi Pengunjung serta Tingkat Kesejahteraan Pedagang di Kawasan Taman Margasatwa Ragunan Jakarta. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis persepsi dan preferensi pengunjung terhadap fasilitas dan pengelolaan obyek wisata Taman Margasatwa Ragunan serta menganalisis pendapatan pedagang yang kemudian dihubungkan dengan tingkat kesejahteraan mereka. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak terdapat kekurangan di dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat memerlukan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi berbagai pihak, khususnya pihak Taman Margasatwa Ragunan. Bogor, Januari 2013 Penulis

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian II. TINJAUAN PUSTAKA Pariwisata Daerah Tujuan Wisata Obyek dan Daya Tarik Wisata Prasarana dan Sarana Wisata Wisatawan Konservasi Eksitu Dampak Ekonomi Wisata Analisis Deskriptif Kualitatif Persepsi Preferensi Pendapatan Rumah Tangga Konsumsi Rumah Tangga Tingkat Kemiskinan Tingkat Kesejahteraan Penelitian Terdahulu III. KERANGKA PEMIKIRAN IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengambilan Contoh Analisis Data Analisis Deskriptif Kualitatif Analisis Persepsi dan Preferensi Pengunjung Analisis Persepsi Analisis Preferensi Analisis Pendapatan Pendapatan Rumah Tangga Analisis Kontribusi Pendapatan Unit Usaha di TMR Pengukuran Tingkat Kesejahteraan x xii xiii viii

10 V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN Sejarah Taman Margasatwa Ragunan Karakteristik Kawasan Taman Margasatwa Ragunan Fungsi Taman Margasatwa Ragunan Daya Tarik Wisata Sarana Prasarana dan Aksesibilitas Pengelolaan dan Struktur Organisasi Sumberdaya Manusia dan Sumberdaya Alam di TMR Jumlah Wisatawan Taman Margasatwa Ragunan Karakteristik Responden Taman Margasatwa Ragunan VI. Analisis Persepsi dan Preferensi Pengunjung Analisis Persepsi Pengunjung terhadap Lokasi dan Fasilitas serta Obyek Wisata di TMR Analisis Preferensi Pengunjung terhadap Atribut Wisata TMR VII. Analisis Tingkat Kesejahteraan Pedagang Taman Margasatwa Ragunan Pengaruh TMR terhadap Terciptanya Lapangan Usaha Karakteristik Responden Pedagang di TMR Pendapatan Responden Rumah Tangga Pedagang Kontribusi Usaha Pariwisata terhadap Tingkat Pendapatan Rumah Tangga Pedagang Pengeluaran Responden Rumah Tangga Pedagang Indikator Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Responden Pedagang Tingkat Kesejahteraan Responden Pedagang VIII. KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP ix

11 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Indonesia Data Jumlah Pengunjung TMR Tahun Nama Kebun Binatang Milik Pemda Beserta Keterangannya Matriks Metode Analisis Data Data Jumlah Pegawai Taman Margasatwa Ragunan Menurut Tingkat Pendidikan Data Koleksi Satwa Taman Margasatwa Ragunan Karakteristik Responden Pengunjung TMR Tujuan Utama Berkunjung ke TMR Manfaat Berkunjung ke TMR Sumber Informasi Pengunjung Mengenai TMR Fokus Perhatian Pengunjung Mengenai TMR Prioritas Utama Berkunjung ke TMR sebagai Pilihan Berwisata Alasan Berkunjung ke TMR Cara Memutuskan Berkunjung ke TMR Sumber Utama yang Mempengaruhi untuk Berkunjung ke TMR Cara Kedatangan Berwisata ke TMR Jumlah Rombongan dalam Berkunjung ke TMR Alat Transportasi yang Digunakan Pengunjung TMR Frekuensi Berkunjung ke TMR Selama Hidupnya Biaya Selama Berkunjung ke TMR Tingkat Kesukaan Pengunjung terhadap Obyek Wisata TMR Tingkat Kepuasan Pengunjung TMR Keinginan Berkunjung Kembali ke TMR Kesediaan Pengunjung Mempromosikan ke Orang Lain untuk Berkunjung ke TMR Persepsi Pengunjung terhadap Lokasi dan Fasilitas serta Obyek Wisata di TMR Hasil Analisis KMO and Bartlett's Test Enam Faktor Utama Hasil Analisis Faktor Unit Usaha di Taman Margasatwa Ragunan x

12 29. Karakteristik Responden Pedagang di TMR Rata-rata Pendapatan Per Tahun Unit Usaha Rata-rata Pendapatan Rumah Tangga Pedagang Menurut Sumber Pendapatan Kontribusi Unit Usaha Pariwisata di TMR terhadap Pendapatan Pedagang Tingkat Kemiskinan Responden Pedagang Menurut Direktorat Jenderal Tata Guna Tanah Tingkat Kemiskinan Responden Pedagang Menurut Sajogyo Indikator Keadaan Tempat Tinggal Rumah Tangga Pedagang Indikator Fasilitas Tempat Tinggal Rumah Tangga Pedagang Indikator Kemudahan Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Bagi Rumah Tangga Pedagang Indikator Kemudahan Memasukkan Anak ke Jenjang Pendidikan Bagi Rumah Tangga Pedagang Indikator Kemudahan Mendapatkan Fasilitas Transportasi xi

13 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Alur Kerangka Pemikiran xii

14 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Indikator Kesejahteraan Menurut Badan Pusat Statistik dalam SUSENAS 1991 yang Dimodifikasi Struktur Organisasi UPT Taman Margasatwa Ragunan Anti-image Matrices Total Variance Explained Communalities Component Matrix Rotated Component Matrix Karakteristik Responden Pedagang TMR Pendapatan Per Tahun dan Kontribusi Usaha Pariwisata di TMR Pendapatan Per Kapita Per Tahun Pedagang Pengeluaran Per Kapita Per Tahun Pedagang Skor Indikator Keadaan Tempat Tinggal Rumah Tangga Pedagang Skor Indikator Fasilitas Tempat Tinggal Rumah Tangga Pedagang Skor Indikator Kemudahan Mendapatkan Pelayanan Kesehatan.. Bagi Rumah Tangga Pedagang Skor Indikator Kemudahan Memasukkan Anak ke Jenjang Pendidikan Bagi Rumah Tangga Pedagang Skor Indikator Kemudahan Mendapatkan Fasilitas Transportasi Skor Indikator Kesehatan Anggota Rumah Tangga, Kehidupan Beragama, Rasa Aman, dan Kemudahan Berolahraga Skor Tingkat Kesejahteraan Nilai Konsumsi Sembilan Bahan Pokok Menurut Direktorat Jenderal Tata Guna Tanah di Kelurahan Ragunan Bulan Juli xiii

15 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai sumber penerimaan devisa, membuka lapangan kerja sekaligus kesempatan berusaha. Hal ini didukung dengan Indonesia yang memiliki keanekaragaman hayati baik flora maupun fauna yang menempati daratan dan lautan. Kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari daratan yang memiliki banyak sungai, hutan, danau, gunung dan lautan yang didalamnya terdapat ekosistem laut, terumbu karang serta flora dan fauna yang memperkaya isi lautan. Kekayaan hayati itulah yang menjadikan Indonesia memiliki banyak tempat wisata yang menarik untuk dikunjungi. Pariwisata telah ditetapkan sebagai bagian dari kegiatan ekonomi. Bahkan pariwisata ditetapkan menjadi sektor andalan pembangunan nasional. Sebagai sektor andalan, sektor pariwisata mengemban fungsi-fungsi strategis seperti: sebagai instrument penghasil devisa, instrument pemerataan kesejahteraan, dan instrument pemersatu kekuatan bangsa. Kepariwisataan mempunyai peranan yang penting untuk memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja, mendorong pembangunan daerah, dan memperbesar pendapatan nasional guna meningkatkan kesejahteraan rakyat (Gelgel, 2006). Selama ini ukuran atau indikator yang digunakan untuk mengetahui peranan masing-masing sektor ekonomi masih terbatas pada sektor-sektor yang ada pada klasifikasi lapangan usaha Indonesia (KLUI). Secara garis besar, berdasarkan pengklasifikasian yang dilakukan dalam System of National Accounts 1

16 (SNA), kegiatan ekonomi dibagi dalam sembilan sektor utama yang biasa digunakan. Masing-masing sektor tersebut adalah : (1) Sektor Pertanian, (2) Sektor Pertambangan dan Penggalian, (3) Sektor Industri Pengolahan, (4) Listrik, Gas dan Air Minum, (5) Bangunan, (6) Perdagangan, Hotel dan Restoran, (7) Pengangkutan dan komunikasi, (8) Keuangan Persewaan dan Jasa Perusahaan dan (9) Sektor Jasa Lainnya. Semua kegiatan ekonomi habis dibagi dalam sembilan sektor tersebut (Suhendra, et al. 2006). Sektor pariwisata dalam klasifikasi SNA tidak secara eksplisit mencantumkan hal tersebut, namun tidak berarti bahwa sektor pariwisata tidak terdapat dalam klasifikasi yang dibuat. Pariwisata merupakan kegiatan yang terdiri dari berbagai subsektor. Kegiatan pariwisata dapat mencakup semua kegiatan ekonomi terutama subsektor perhotelan, restoran, jasa, maupun industri. Sehingga peranan pariwisata dalam perekonomian dapat tercakup di semua kegiatan ekonomi (Suhendra, et al. 2006). Kinerja sektor pariwisata Indonesia sampai saat ini masih cukup menggembirakan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 dimana terjadi peningkatan tiap tahun kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia melalui berbagai pintu masuk atau bandar udara di Inodenesia Tabel 1. Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Indonesia Tahun Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012 Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2012, jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia di tahun 2011 mencapai orang, atau naik sebesar 9,2 persen dari tahun

17 dengan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara mencapai orang. Pertumbuhan jumlah wisatawan pada tahun 2011 meningkat pesat dibandingkan pertumbuhan jumlah wisatawan di tahun 2009, sebesar 20,9 persen dengan jumlah wisatawan pada tahun tersebut yang mencapai orang. Banyaknya kunjungan wisatawan mancanegara menjadi faktor meningkatnya penerimaan devisa negara, menurut Berita Resmi Statistik BPS tahun 2012 tercatat pada tahun 2011 penerimaan devisa negara sebesar US$8,6 miliar atau naik 13,6 persen jika dibandingkan dengan tahun 2010 yang mencapai US$ 7,6 miliar dan naik sebesar 36,51 persen jika dibandingkan pada tahun 2009 sebesar US$ 6,3 miliar. Pembangunan industri di sektor pariwisata memberikan kontribusi cukup besar pada pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pada tahun 2010 kontribusi sektor pariwisata terhadap devisa Indonesia berada pada peringkat kelima. Adapun peringkat kontribusi dari sektor-sektor industri terhadap devisa Indonesia yaitu: (1) sektor minyak dan gas bumi dengan Rp ,60 triliun; (2) sektor minyak kelapa sawit Rp ,97 triliun; (3) batu bara Rp ,3 triliun (4) karet olahan Rp 9.314,97 triliun, dan (5) pariwisata Rp 7.603,45 triliun 1. Hal ini diperoleh dari penerimaan dari kunjungan wisatawan lokal maupun mancanegara. Mengingat pentingnya pembangunan di bidang kepariwisataan tersebut, maka dalam penyelenggaraannya harus berdasarkan asas-asas manfaat, usaha bersama, kekeluargaan, adil, merata, peri kehidupan dalam keseimbangan dan kepercayaan pada diri sendiri (Suwantoro, 2004). 1 diakses pada tanggal 24 Mei

18 Pariwisata merupakan industri gaya baru yang mampu memacu pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal kesempatan kerja, pendapatan, taraf hidup, dan dalam mengaktifkan sektor lain di dalam negara penerima wisatawan. Di samping itu pariwisata sebagai suatu sektor yang kompleks, mampu menghidupkan sektor-sektor industri lain meliputi: industri kerajinan tangan, industri cenderamata, penginapan, dan transportasi (Wahab, 1992). Salah satu obyek wisata di Indonesia yang dimiliki Indonesia adalah Taman Margasatwa Ragunan (TMR). Tempat wisata ini terletak di wilayah Kelurahan Ragunan, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. TMR merupakan kategori wisata cagar alam atau konservasi yang memiliki koleksi satwa kurang lebih ekor dengan luas area 140 ha. TMR selain berfungsi sebagai tempat wisata juga merupakan sebagai sarana konservasi pelestarian flora dan fauna secara eksitu (Latipah, 2010). Jumlah kunjungan wisatawan ke Taman Margasatwa Ragunan cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat dari jumlah pengunjung selama tujuh tahun terakhir pada Tabel 2. Tabel 2. Data Jumlah Pengunjung TMR Tahun No Tahun Jumlah (orang) Rata-rata Sumber: Seksi Pelayanan Pengunjung Taman Margasatwa Ragunan, 2011 Banyaknya kunjungan wisatawan ke TMR tidak lepas dari faktor harga tiket masuk yang relatif terjangkau. Pengunjung dapat memasuki TMR dengan 4

19 dikenakan tarif masuk sebesar Rp 3.000,00 untuk anak-anak (3-12 tahun) sedangkan untuk dewasa Rp 4.000,00 dan masing-masing tarif masuk tersebut ditambah Rp 500,00 untuk asuransi. Tiket masuk TMR yang relatif lebih murah dibandingkan dengan taman margasatwa lainnya dan tempat wisata lainnya yang ada di Indonesia membuat TMR menjadi tempat rekreasi favorit pilihan para pengunjung. Perbandingan harga tiket masuk TMR dengan kebun binatang milik Pemda lainnya dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Nama Kebun Binatang Milik Pemda beserta Keterangannya No Nama Kebun Koleksi Luas Status Harga Binatang (ekor) (ha) Kepemilikan Tiket 1 Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan Bukittinggi Pemda Bukittinggi Anak Rp 5000, Dewasa Rp Taman Satwa Bengkulu 3 Taman Satwa Jurang Kencono Kendal, Jawa Tengah 4 Taman Rekreasi Margasatwa Serulingmas, Banjarnegara, Jawa Tengah 5 Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan 6 Taman Margasatwa Semarang 83 2,5 Pemda (Dinas Pertanian dan Peternakan) 58 3 Pemda (Dinas Pariwisata) 45 5,5 Pemda (Dinas Pariwisata) Pemda DKI Jakarta (Dinas Kelautan dan Pertanian) Sumber : Perhimpunan Kebun Binatang Se Indonesia, 2007 Rp 6000 Rp 7500 Libur Rp 5000, Biasa Rp 3500 Anak Rp 3000, Dewasa Rp Pemda Semarang Libur Rp 7500 Biasa Rp 5000 Taman Margasatwa Ragunan memiliki berbagai macam wahana wisata tambahan selain wisata konservasinya diantaranya: rakit wisata, perahu bebek, 5

20 taman satwa anak, kuda tunggang, unta tunggang, gajah tunggang, dan atraksi satwa. Selain itu, TMR juga memiliki wisata konservasi tambahan yaitu pusat primata Schumutzer. Untuk menikmati wahana wisata tambahan tersebut pengunjung dikenakan biaya masuk tambahan. Keberadaan wahana wisata tambahan memiliki tujuan antara lain yaitu: untuk memberi tambahan hiburan bagi pengunjung, memecah konsentrasi pengunjung sehingga dapat mencegah overing capacity dan kemungkinan satwa-satwa mengalami stress karena terlalu ramai pengunjung, serta juga dapat meningkatkan pendapatan pengelola TMR yang selanjutnya dari hasil pendapatan tambahan itu dapat memabantu pembiayaan kegiatan konservasi. Pembangunan dan peningkatan kualitas serta kuantitas terhadap sejumlah atribut wisata yang dimiliki oleh TMR mutlak diperlukan untuk menjaga keberlangsungan kegiatan wisata. Kebutuhan dan keinginan setiap pengunjung berbeda-beda terhadap apa yang ditawarkan dari atribut wisata TMR. Oleh karena itu penelitian mengenai preferensi setiap pengunjung terhadap atribut wisata yang ada di TMR perlu dilakukan guna membantu pengelola TMR untuk dapat mengevaluasi dan memperbaiki manajemen pengelolaan obyek wisata sehingga tujuan dari pengembangan TMR dapat tercapai. Keberadaan TMR memberikan dampak positif diantaranya sebagai salah satu hutan kota yang masih ada di Jakarta, tempat wisata bagi masyarakat yang ingin berlibur menghilangkan kejenuhan dari padatnya aktivitas, dan juga dengan adanya obyek wisata TMR cukup memberi dampak besar terhadap perubahan ekonomi masyarakat sekitar yang dimana masyarakat bukan hanya beralih profesi tetapi dari profesi yang baru tersebut mendapatkan penghasilan yang cukup untuk 6

21 memperbaiki kehidupannya (Latipah, 2010). Masyarakat sekitar yang memperoleh penghasilan dari adanya TMR umumnya mereka yang bekerja pada pengelolaan TMR ataupun mereka yang membuka usaha di kawasan TMR. Salah satu pihak yang merasakan dampak positif adanya TMR adalah pedagang. Unit usaha pariwisata yang dimiliki pedagang secara langsung mempengaruhi tingkat kesejahteraan mereka. Oleh karena itu sangat menarik melakukan penelitian tingkat pendapatan dan sejauh mana tingkat kesejahteraan rumah tangga pedagang yang memiliki unit usaha di TMR. 1.2 Perumusan Masalah Taman Margasatwa Ragunan merupakan salah satu kebun binatang di Indonesia yang telah lama berdiri sejak tahun 1966 dan sampai saat ini masih terjaga eksistensinya. Jumlah kunjungan wisatawan baik lokal maupun mancanegara, cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, sebagai contohnya dapat dilihat jumlah kunjungan wisatawan ke TMR dari tahun 2005 sampai 2011 pada Tabel 2 sebelumnya. Peningkatan kunjungan wisatawan perlu dipertahankan agar dapat terjaga keberlangsungan kegiatan wisata di TMR. Adapun untuk mempertahankan jumlah kunjungan wisatawan dan keberlangsungan kegiatan wisata diperlukan upaya dalam hal pengelolaan wisata yang baik. Pengelolaan dapat dilakukan dengan mengembangkan sumber daya manusia yang terorganisir serta terstruktur, menjaga kelestarian flora dan fauna yang dimiliki sebagai aset utama wisata cagar alam atau konservasi Taman Margasatwa Ragunan. Taman Margasatwa Ragunan yang dikelola dengan baik dan mendapat perhatian serta dukungan dari semua pihak akan berkembang menjadikan tempat 7

22 wisata tersebut menjadi maju. Peningkatan kualitas pelayanan serta sarana dan prasarana menjadi hal yang harus diperhatikan dengan seksama karena merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan wisata. Pelayanan, sarana dan prasarana yang baik akan menumbuhkan citra positif dari pengunjung terhadap tempat wisata tersebut sehingga diharapkan pengunjung mau berkunjung kembali. Keberadaan TMR merupakan urat nadi kehidupan bagi masyarakat sekitar yang menggantungkan hidupnya dengan mencari nafkah di kawasan wisata tersebut. Ketergantungan mereka terhadap kawasan TMR tidak dapat dihilangkan mengingat kawasan wisata tersebut memberi dampak ekonomi dengan menyediakan berbagai macam lapangan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat dari sebagian besar penduduk kelurahan Ragunan dan sekitarnya banyak yang berjualan di TMR, baik itu di dalam obyek wisata TMR maupun di luar gerbang dan di sepanjang jalan menuju pintu masuk TMR serta dengan banyaknya pendatang dari berbagai daerah, maka penduduk kelurahan Ragunan dan sekitarnya memanfaatkan rumah/tanah mereka untuk disewakan pada pendatang itu sebagai tempat usaha seperti warung, toko, rumah makan, dan lain-lain (Latipah, 2010). Dampak ekonomi dari kegiatan wisata itu sendiri merupakan perubahan mendasar yang ditimbulkan oleh kegiatan tersebut terhadap kondisi masyarakat sekitar, seperti misalnya peningkatan pendapatan masyarakat, perluasan lapangan pekerjaan dan perilaku masyarakat terhadap lingkungan sekitarnya. Kegiatan wisata di TMR akan terselenggara apabila ada penawaran dan permintaan terhadap wisata. Pengunjung selaku konsumen atas produk wisata yang ditawarkan pihak pengelola TMR merupakan komponen penting kegiatan 8

23 wisata. Hal ini disebabkan pengunjung memberikan dampak ekonomi dari biayabiaya yang dikeluarkan selama berkunjung di kawasan TMR sehingga menghasilkan pendapatan bagi pihak pengelola dan pemilik unit usaha. Peranan pedagang selaku pemilik unit usaha juga penting karena mereka membantu menyediakan kebutuhan pengunjung selama berwisata. Pengunjung dan pedagang saling membutuhkan satu sama lain sehingga proses kegiatan wisata dapat berjalan. Karakteristik pengunjung dan pedagang tiap individu berbeda-beda, kebutuhan serta harapan dari mereka terhadap kegiatan wisata di TMR pun berbeda-beda. Oleh karena itu, penelitian mengenai bagaimana karakteristik pengunjung dan pemilik unit usaha perlu dilakukan sehingga nantinya akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi kebijakan yang dibuat pihak pengelola dalam menyelenggarakan dan mengembangkan kegiatan wisata di TMR selanjutnya. Selain penilaian yang dilakukan mengenai karakteristik pengunjung dan pedagang, penilaian persepsi dan preferensi yang dirasakan oleh pengunjung terhadap fasilitas dan pengelolaan obyek wisata TMR perlu juga dilakukan. Penilaian ini akan menjadi informasi penting yang bermanfaat bagi pengelola TMR dan pemerintah guna terus memperbaiki sarana dan prasarana penunjang kegiatan wisata serta pengembangan obyek wisata tersebut. Keberadaan kegiatan wisata yang baik adalah dapat memberikan manfaat positif kepada masyarakat salah satunya pedagang, dimana dengan adanya kegiatan wisata dapat meningkatkan kesejahteraan pedagang yang mencari nafkah di lokasi wisata tersebut. Rata-rata jumlah kunjungan wisatawan di TMR yang 9

24 meningkat tiap tahunnya semestinya berhubungan positif dengan peningkatan kesejahteraan pedagang, jika yang terjadi sebaliknya tidak sejahtera maka kemungkinan dapat menimbulkan dampak negatif dari aktivitas pedagang selama menjalankan usaha sehingga nantinya dapat mengganggu kegiatan wisata di TMR. Penelitian mengenai bagaimana tingkat kesejahteraan pedagang di TMR perlu dilakukan sebagai informasi dan bahan evaluasi kebijakan yang dibuat pengelola untuk pengembangan wisata TMR selanjutnya. Kebijakan yang dibuat oleh pengelola TMR perlu memperhatikan pedagang apabila ditemukan tingkat kesejahteraan pedagang yang rendah. Selain itu, peningkatan partisipasi pedagang oleh pengelola dalam menjalankan kebijakan yang telah dibuat perlu dilakukan sehingga rasa ikut memiliki TMR dari dalam diri pedagang semakin besar dengan cara lebih menaati peraturan dalam berjualan seperti waktu yang diperbolehkan berjualan dan memperhatikan kebersihan dari sampah-sampah sisa berjualan. Peran kedua pihak antara pengelola dan pedagang yang bersinergi akan menciptakan kegiatan wisata di TMR yang kondusif dan berjalan lancar. Berdasarkan uraian yang telah disebutkan,maka menimbulkan pertanyaan penelitian, yaitu: 1. Bagaimana karakteristik pengunjung dan pedagang TMR? 2. Bagaimana persepsi dan preferensi pengunjung terhadap lokasi dan fasilitas serta obyek wisata yang ada di TMR? 3. Bagaimana tingkat kesejahteraan pedagang di kawasan TMR? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka penelitian ini memiliki tujuan antara lain: 10

25 1. Mengidentifikasi karakteristik pengunjung dan pedagang di TMR 2. Mengkaji persepsi dan preferensi pengunjung terhadap lokasi dan fasilitas serta obyek wisata yang ada di TMR 3. Menganalisis tingkat kesejahteraan rumah tangga pedagang di lokasi TMR 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat bagi beberapa pihak, diantaranya: 1. Pengelola untuk menentukan kebijakan pengelolaan dalam pengembangan TMR 2. Pemerintah DKI Jakarta sebagai salah satu masukan dalam pengembangan sektor pariwisata, khususnya wisata cagar alam atau konservasi dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar 3. Masyarakat umum dan khususnya pengunjung lebih mematuhi perturan berkunjung yang telah dibuat pengelola TMR agar kelestarian lingkungan dan satwa dapat terjaga. 4. Mahasiswa yang bersangkutan sebagai sarana untuk melatih kemampuan dalam menganalisa masalah berdasarkan fakta dan data 1.5 Ruang Lingkup Penelitian 1. Penelitian ini hanya dilakukan di TMR dan tidak membandingkan dengan obyek wisata lainnya yang ada di DKI Jakarta 2. Persepsi dan preferensi dari pengunjung yakni wisatawan domestik tehadap sarana dan prasarana serta obyek wisata di TMR 11

26 3. Responden analisis tingkat kesejahteraan adalah pedagang resmi yang ada di TMR dan telah berkeluarga 12

27 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Kata pariwisata baru popular pada tahun Sebelum itu digunakan kata wisatawanme, serapan dari bahasa Belanda tourisme. Sejak 1958 resmilah kata pariwisata sebagai padanan tourisme (Bld) atau tourism (Ing). Perkembangan dan pengayaan makna selanjutnya adalah hadirnya istilah darmawisata, karyawisata, widyawisata, yang semuanya mengandung unsur wisata. Menurut KBIK (1992), Wisata (vi Skr) berarti: berpergian bersamasama untuk bersenang-senang dan sebagainya; bertamasya; piknik (Warpani dan Warpani 2007). Menurut Damanik dan Weber (2006) pariwisata adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Sebagai suatu aktivitas, pariwisata telah menjadi bagian penting dari kebutuhan dasar masyarakat maju dan sebagian kecil masyarakat negara berkembang. Pariwisata semakin berkembang sejalan perubahan-perubahan sosial, budaya, ekonomi, teknologi, dan politik. Runtuhnya sistem kelas dan kasta, semakin meratanya distribusi sumberdaya ekonomi, ditemukannya teknologi transportasi, dan peningkatan waktu luang yang didorong oleh penciutan jam kerja telah mempercepat mobilitas manusia antar daerah, negara, dan benua, khususnya dalam hal pariwisata. Selanjutnya Suwantoro (2004) pariwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan, baik karena 13

28 kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain seperti karena sekadar ingin tahu, menambah pengalaman ataupun untuk belajar. Istilah pariwisata berhubungan erat dengan pengertian perjalanan wisata, yaitu sebagai suatu perubahan tempat tinggalnya karena suatu alasan dan bukan untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan upah. Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi, dalam jangka waktu sementara. Lebih lanjut, undang-undang tersebut menyebutkan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, dan pemerintah. Hal serupa dikutip dari WTO (1995:5) dalam Ismayanti (2010) pariwisata dapat diartikan sebagai kegiatan manusia yang melakukan perjalanan tinggal di daerah tujuan di luar lingkungan kesehariannya. Perjalanan wisata ini berlangsung dalam jangka waktu tidak lebih dari satu tahun secara berturut-turut untuk tujuan bersenang-senang, bisnis dan lainnya. Yoeti (2008) menyebutkan pariwisata sebagai suatu faktor perkembangan ekonomi, peran dan pentingnya pariwisata internasional, karena pariwisata tidak hanya sebagai sumber perolehan devisa, akan tetapi juga sebagai suatu faktor menentukan lokasi industri dan pengembangan wilayah yang miskin akan sumber-sumber alam. Pengaruh pariwisata sebagai suatu industri ketiga (tertiary industry) dapat menciptakan kemakmuran melalui perkembangan komunikasi 14

29 (communication), transportasi (transportation), akomodasi (accommodation) dan lain-lain bentuk pelayanan bagi konsumen (wisatawan). Wahab (1992) menjelaskan pariwisata sebagai suatu gejala yang terwujud dalam beberapa bentuk. Pertama, menurut jumlah orang yang bepergian, terdiri dari pariwisata individu dan pariwisata rombongan. Kedua, menurut maksud bepergian, terdiri dari pariwisata rekreasi atau pariwisata santai, pariwisata budaya, pariwisata pulih sehat, pariwisata sport, dan pariwisata temu wicara. Ketiga, menurut alat transportasi, terdiri dari pariwisata darat, tirta, dan dirgantara. Keempat, menurut letak geografis, terdiri dari pariwisata domestik nasional, pariwisata regional, dan pariwisata internasional. Kelima, menurut umur, terdiri dari pariwisata remaja dan dewasa. Keenam, menurut jenis kelamin terdiri dari pariwisata pria dan wanita. Ketujuh, menurut tingkat harga dan tingkat sosial terdiri dari pariwisata taraf lux, menengah, dan jelata. Sedarmayanti (2005) berpendapat bahwa terdapat kecenderungan, dimana semakin tinggi pendidikan seseorang, taraf kehidupan masyarakat menjadi sejahtera, tersedianya prasarana dan sarana yang semakin baik sebagai hasil pembangunan, semakin mendorong masyarakat untuk melakukan perjalanan wisata. Oleh karena itu, dewasa ini dalam masyarakat yang sudah maju, mengakibatkan kegiatan berwisata akan menjadi salah satu kebutuhan yang perlu untuk dipenuhi. 2.2 Daerah Tujuan Wisata Daerah tujuan wisata (DTW) ini sering dikatakan sebagai sharp end (ujung tombak) pariwisata. Di DTW ini dampak pariwisata sangat dirasakan sehingga dibutuhkan perencanaan dan strategi manajemen yang tepat. Untuk 15

30 menarik wisatawan, DTW merupakan pemacu keseluruhan sistem pariwisata dan menciptakan permintaan untuk perjalanan dari daerah asal wisata. DTW juga merupakan raison d etre atau alasan utama perkembangan pariwisata yang menawarkan hal-hal yang berbeda dengan rutinitas wisatawan (Ismayanti 2010). Menurut Suwantoro (2004) daerah tujuan wisata merupakan unsur pokok yang harus mendapat perhatian guna menunjang pengembangan pariwisata di daerah tujuan wisata yang menyangkut perencanaan, pelaksanaan pembangunan dan pengembangannya. 2.3 Obyek dan Daya Tarik Wisata Daya tarik wisata merupakan kata lain dari obyek wisata namun sesuai peraturan pemerintah Indonesia tahun 2009 kata obyek wisata sudah tidak relevan lagi untuk menyebutkan suatu daerah tujuan wisatawan maka digunakanlah kata Daya Tarik Wisata maka untuk mengetahui apa arti dan makna dari daya tarik wisata, berikut ini menurut beberapa ahli: Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Menurut Ismayanti (2010) daya tarik wisata adalah usaha yang kegiatannya mengelola daya tarik wisata alam, daya tarik wisata budaya, dan daya tarik wisata buatan/binaan manusia. 16

31 Suwantoro dalam bukunya Dasar-dasar Pariwisata mengatakan daya tarik wisata atau obyek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata Definisi lain menurut Yoeti (2008) daya taik wisata merupakan obyek atau atraksi wisata apa saja yang dapat ditawarkan kepada wisatawan sehingga mereka mau berkunjung ke suatu negara atau DTW tertentu. Secara garis besar ada empat kelompok yang merupakan daya tarik bagi wisatawan datang pada suatu negara DTW, yaitu: 1. Natural Attractions Kelompok ini adalah pemandangan (landscape), pemandangan laut (seascape), pantai (beaches), danau (lakes), air terjun (waterfall), kebun raya (national park), agrowisata (agrotourism), gunung berapi (volcanos), termasuk pula dalam kelompok ini adalah fauna dan flora. 2. Build Attractions Termasuk dalam kelompok ini antara lain: bangunan (buildings) dengan arsitek yang menarik, seperti rumah adat dan yang termasuk bangunan kuno dan modern seperti Opera Building (Sydney), Jam Gadang (Bukittinggi), ataupun Taman Mini Indonesia Indah (TMII). 3. Cultural Attractions Kelompok ini antara lain peninggalan sejarah (historical building), ceritacerita rakyat (folklore), kesenian tradisional (traditional dances), museum, upacara keagamaan, festival kesenian, dan semacamnya. 17

32 4. Social Attractions Tata cara hidup suatu masyarakat (the way of life), ragam bahasa (language), upacara perkawinan, khitanan, dan kegiatan sosial lainnya. 2.4 Prasarana dan Sarana Wisata Prasarana wisata merupakan sumberdaya buatan manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya di daerah tujuan wisata. Prasarana wisata contohnya adalah jalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal, jembatan, dan lain sebagainya (Suwantoro, 2004). Warpani dan Warpani (2007) lebih lanjut menjelaskan, prasarana pariwisata adalah segala sesuatu yang memungkinkan proses kegiatan pariwisata dapat berjalan, misalnya: perangkutan, komunikasi, sumber energi. Prasarana pariwisata merupakan juga prasarana umum, artinya tidak khusus digunakan hanya bagi kepentingan pariwisata. Prasarana khusus bagi pariwisata dapat dikatakan tidak ada. Sesuatu yang mungkin dapat dikatakan murni sebagai prasarana pariwisata adalah daya tarik wisata, yaitu sesuatu yang menjadi penyebab/pemicu timbulnya atau dapat diciptakannya kegiatan pariwisata. Tanpa daya tarik wisata maka pariwisata tidak akan mungkin terjadi. Selain prasarana fisik sebagaimana disebutkan sebelumnya, ada faktor lain bersifat kualitatif yang menjadi prasyarat pengembangan pariwisata dan sarana fisik seperti: keberadaan pos-pos keamanan, kelengkapan dan perlengkapan keamanan (Warpani dan Warpani, 2007). Sarana wisata merupakan segala sesuatu yang melengkapi dan atau memudahkan proses kegiatan wisata berjalan, seperti: penginapan, rumah makan, perbelanjaan, biro perjalanan, lembaga keuangan, dan lain-lain. Calon pengunjung 18

33 ke suatu DTW selalu akan mempertanyakan banyak hal: 1) Obyek apa yang menjadi daya tarik; 2) Apa yang dapat dilihat, dinikmati, dibeli, dan dilakukan selama di DTW; 3) Dengan apa menuju DTW; 4) Dimana menginap; 5) Fasilitas apa saja yang tersedia di DTW; 6) Dimana informasi dapat diperoleh dengan mudah, jelas, dan lengkap. Semua ini adalah elemen-elemen kepariwisataan yang harus dipersiapkan dan dirancang dengan baik (Warpani dan Warpani, 2007). 2.5 Wisatawan Menurut Suwantoro (2004) wisatawan adalah seseorang atau sekelompok orang yang melakukan suatu perjalanan wisata (tourist), jika lama tinggalnya sekurang-kurangnya 24 jam di daerah atau negara yang dikunjungi. Apabila mereka tinggal di daerah atau negara yang dikunjungi dengan waktu kurang dari 24 jam maka mereka disebut pelancong (excursionist). Wisatawan dengan maksud perjalanan wisata dapat digolongkan menjadi: 1. Pesiar (leasure), untuk keperluan rekreasi, liburan, kesehatan, studi, keagamaan, dan olahraga. 2. Hubungan dagang, sanak saudara, handai taulan, konferensi, misi, dan sebagainya. Menurut Damanik dan Weber (2006) wisatawan adalah konsumen atau pengguna produk dan layanan. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan mereka berdampak langsung pada kebutuhan wisata, yang dalam hal ini permintaan wisata. Gaji yang tidak bertambah, syarat-syarat kerja yang memburuk, waktu luang yang semakin terbatas, tingkat kesehatan yang menurun, atau singkatnya tingkat kesejahteraan masyarakat akan berpengaruh pada tatanan permintaan produk wisata. 19

34 Menurut WTO (1999:5) wisatawan adalah siapa pun yang melakukan perjalanan ke daerah lain di luar dari lingkungan kesehariannya dalam jangka waktu tidak lebih dari 12 bulan berturut-turut dan tujuan perjalanan tidak untuk mencari nafkah di daerah tersebut (Ismayanti, 2010). Menurut Burkart dan Medlik (1981) dalam Ross (1998), wisatawan memiliki empat ciri utama. Keempat ciri ini adalah: 1. Wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan ke dan tinggal di berbagai tempat tujuan. 2. Tempat tujuan wisatawan berbeda dari tempat tinggal dan tempat kerjanya sehari-hari; karena itu kegiatan wisatawan tidak sama dengan kegiatan penduduk yang berdiam dan bekerja di tempat tujuan wisatawan. 3. Wisatawan bermaksud pulang kembali dalam beberapa hari atau bulan; karena itu perjalanannya bersifat sementara dan berjangka pendek. 4. Wisatawan melakukan perjalanan bukan untuk mencari tempat tinggal untuk menetap di tempat tujuan atau bekerja untuk mencari nafkah. Menurut Warpani dan Warpani (2007) wisatawan dipilah dalam kategori: a). wisatawan mancanegara (internasional) yaitu wisatawan dari berbagai negara lain yang berkunjung ke wilayah negara X, dan warga negara X yang berwisata ke luar wilayah negara X (outbound tourist); b). wisatawan nasional (domestic), yaitu wisatawan melakukan kegiatan wisata di dalam wilayah negara X. Di Indonesia, wisatawan domestik terdiri atas; wisatawan nusantara, yaitu warga negara Indonesia yang berwisata di dalam wilayah negara Indonesia; dan wisatawan domestik asing, yaitu warga negara asing yang tinggal di Indonesia dan berwisata di dalam wilayah Indonesia. 20

35 2.6 Konservasi Eksitu Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.53/MENHUT-II/2006 tentang Lembaga Konservasi dijelaskan bahwa konservasi eksitu adalah konservasi tumbuhan dan atau satwa yang dilakukan di luar habitat alaminya. Muntasib dan Masy ud (2003) menjelaskan bahwa bentuk-bentuk konservasi eksitu antara lain kebun binatang, kebun raya, arboretum, taman hutan raya, taman safari, kebun botani, taman burung, taman kupu-kupu, dan berbagai penangkaran satwa. Konservasi eksitu dimaksudkan untuk ikut mendorong pengembangan konservasi flora dan fauna dengan cara : 1. Pada periode tertentu flora dan fauna hasil konservasi eksitu dapat dilepaskan kembali ke habitat alaminya untuk memelihara jumlah dan variabilitas genetik (terpeliharanya keanekaragaman genetik) di dalam populasinya di alam atau biasa disebut restocking. 2. Hasil-hasil penelitian dari populasi eksitu dapat memberikan manfaat sebagai dasar-dasar biologi untuk menentukan strategi atau upaya-upaya konservasi baru. 3. Populasi eksitu dapat digunakan untuk atraksi satwa, seperti di kebun binatang atau taman safari. 4. Hasil pengembangan populasi di kawasan konservasi eksitu dapat digunakan untuk berbagai keperluan penelitian sehingga tidak perlu mengganggu populasi di alam. 5. Kawasan konservasi eksitu juga dapat digunakan sebagai tempat atau media pendidikan dan penelitian bagi masyarakat. 21

36 Selanjutnya Muntasib dan Masy ud (2003) juga menjelaskan meskipun konservasi eksitu memberikan manfaat dalam membantu perlindungan jenis, namun ada beberapa keterbatasan/kekurangan jika dibandingkan dengan konservasi insitu, yaitu : 1. Ukuran populasi dalam kawasan konservasi eksitu biasanya terbatas. 2. Variasi genetis (keanekaragaman genetis) terbatas karena populasi yang kecil. 3. Kemampuan spesies (jenis) agar tetap bertahan hidup berkurang karena biasanya segala kebutuhan hidupnya tersedia sehingga tidak ada kemampuan mencari (berjuang) untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. 4. Mudah beradaptasi dengan perubahan lingkungan buatan sehingga ketika dilepas ke alam yang sebenarnya maka daya hidupnya sangat menurun. 5. Biasanya terkonsentrasi pada tempat-tempat tertentu saja, sehingga lebih tahan terhadap gangguan dan mudah terancam akan perubahan atau tekanan lingkungan 6. Untuk menjaga keberlanjutan konservasi eksitu, maka diperlukan dana dan biaya yang besar, fasilitas yang memadai, dan tenaga terlatih. Ketiga hal tersebut seringkali menjadi masalah utama pelaksanaan konservasi eksitu, terutama biaya pengelolaannya yang sangat besar. 2.7 Dampak Ekonomi Wisata Dampak ekonomi pariwisata di suatu daerah merupakan proses aliran, yang dilihat dari pengeluaran wisatawan, penerimaan bisnis, pendapatan tenaga kerja, pekerjaan, dan pendapatan pemerintah. Dampak ekonomi yang dihasilkan oleh sektor pariwisata umumnya diukur dari keseluruhan pengeluaran pengunjung 22

37 untuk keperluan akomodasi, konsumsi, perjalanan, dokumentasi dan keperluan lainnya. Jumlah dari seluruh pengeluaran itu diestimasi dari jumlah total hari kunjungan dari pengunjung dan juga pengeluaran rata-rata per hari dari pengunjung (Frechtling, 1994). Menurut Stynes et al. (2000), pengaruh total dari pariwisata terhadap ekonomi wilayah merupakan penjumlahan dari dampak langsung (direct effects), dampak tidak langsung (indirect effects), dan dampak ikutan (induced effects). Dampak langsung adalah perubahan jumlah penjualan, pendapatan, pekerjaan dan penerimaan pada usaha penerima awal pembelanjaan pengunjung. Dampak tidak langsung adalah perubahan jumlah penjualan, pendapatan, pekerjaan danpenerimaan di sektor-sektor yang menyuplai barang dan jasa komponen usaha penerima awal pembelanjaan pengunjung. Sedangkan dampak ikutan adalah perubahan dalam aktivitas ekonomi wilayah yang dihasilkan oleh pembelanjaan rumah tangga. 2.8 Analisis Deskriptif Kualitatif Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi atau tentang kecendrungan yang tengah berlangsung. Tujuan dengan metode deskriptif antara lain membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki (Agustina, 2009). 23

38 2.9 Persepsi Persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubunganhubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan (Rakhmat, 2005). Selanjutnya Sombowidjojo (1999) mendefinisikan persepsi sebagai pengamatan yang merupakan kombinasi dari penglihatan, penciuman, pendengaran, serta pengalaman masa lalu. Setiap individu dapat menafsirkan sesuatu obyek secara berbeda tergantung dari sudut pandang pribadi masingmasing. Hal ini berimpilikasi pada bervariasinya persepsi seseorang terhadap obyek yang sama Preferensi Preferensi merupakan suatu hal yang harus didahulukan dan diutamakan daripada yang lain, prioritas, pilihan, kecendrungan dan yang lebih disukai. (Departemen Pendidikan Nasional, 2001) dalam Subiakto (2009). Preferensi atau selera merupakan pilihan ralitas atau imajiner antara alternatif-alternatif dan kemungkinan dari pemeringkatan alternatif tersebut, berdasarkan kesenangan, kepuasan, gratifikasi, pemenuhan, kegunaan yang ada. Lebih luas lagi, bisa dilihat sebagai sumber dari motivasi Pendapatan Rumah Tangga Pengertian rumah tangga pada umumnya terdiri atas seorang kepala rumah tangga dan beberapa orang anggotanya. Kepala rumah tangga adalah orang yang paling bertanggungjawab akan rumah tangga tersebut, sedangkan anggota rumah 2 diakses pada tanggal 5 Januari

39 tangga adalah mereka yang hidup dalam satu atap dan atau menjadi tanggungan kepala rumah tangga yang bersangkutan (Badan Pusat Statistik, 2009). Menurut Badan Pusat Statistik (2009), pendapatan rumah tangga adalah semua pendapatan yang diterima oleh rumah tangga, baik yang berasal dari pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan anggota rumah tangga. Pendapatan itu sendiri dapat berasal dari: 1. Pendapatan dari upah atau gaji yang diterima oleh seluruh anggota rumah tangga ekonomi yang bekerja sebagai buruh sebagai imbalan bagi pekerjaan yang dilakukan oleh suatu perusahaan atau majikan atau instansi tersebut baik uang maupun barang dan jasa. 2. Pendapatan dari hasil usaha seluruh anggota rumah tangga yang merupakan pendapatan kotor, yaitu selisih nilai jual barang dan jasa yang diproduksi dengan ongkos produksinya. 3. Pendapatan lainnya yaitu pendapatan diluar upah atau gaji yang menyangkut usaha lain dari: a) Perkiraan sewa rumah milik sendiri; b) Bunga, deviden, royalti, paten, sewa atau kontrak, lahan, rumah, gedung, bangunan, peralatan dan sebagainya; c) Buah hasil usaha (hasil usaha sampingan yang dijual); d) Pensiunan dan klaim asuransi jiwa; serta e) Kiriman dari famili atau pihak lain secara rutin, ikatan dinas, beasiswa dan sebagainya. Pengertian penerimaan adalah semua perolehan anggota rumah tangga ekonomi, baik berupa barang maupun jasa. Adapun penerimaan ini mencakup: 1. Pengembalian tabungan atau simpanan 2. Penjualan atau penggadaian barang 3. Penerimaan piutang atau arisan 25

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai sumber penerimaan devisa, membuka lapangan kerja sekaligus kesempatan berusaha. Hal ini didukung dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk

I. PENDAHULUAN. Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Pariwisata telah menjadi bagian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan perjalanan untuk rekreasi; pelancongan; turisme.

II. TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan perjalanan untuk rekreasi; pelancongan; turisme. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pariwisata adalah segala hal yg berhubungan dengan perjalanan untuk rekreasi; pelancongan; turisme. Berpariwisata berarti melancong;

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya,

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi sebuah perhatian yang besar dari para

Lebih terperinci

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009).

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata Alam Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam, pasal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pariwisata menjadi salah satu kegiatan ekonomi yang penting, dimana dalam perekonomian suatu Negara, apabila dikembangkan secara terencana dan terpadu, peran pariwisata

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya alam. Dengan demikian, Indonesia memiliki potensi kepariwisataan yang tinggi, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diperhatikan dalam kancah npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Pariwisata merupakan semua gejala-gejala yang ditimbulkan dari adanya aktivitas perjalanan yang dilakukan oleh seseorang dari tempat tinggalnya dalam waktu sementara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri Pariwisata merupakan salah satu sektor jasa yang menjadi unggulan di tiap-tiap wilayah di dunia. Industri Pariwisata, dewasa ini merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wisata, sarana dan prasarana pariwisata. Pariwisata sudah berkembang pesat dan menjamur di

BAB I PENDAHULUAN. wisata, sarana dan prasarana pariwisata. Pariwisata sudah berkembang pesat dan menjamur di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata menjadi industri yang berpengaruh besar terhadap perkembangan dan kemajuan suatu daerah. Berkembangnya sektor pariwisata terlihat dari munculnya atraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya yang berbeda seperti yang dimiliki oleh bangsa lain. Dengan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya yang berbeda seperti yang dimiliki oleh bangsa lain. Dengan melakukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Melakukan perjalanan wisata sudah banyak sekali dilakukan oleh masyarakat modern saat ini, karena mereka tertarik dengan hasil kemajuan pembangunan suatu negara, hasil

Lebih terperinci

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 17.270 kunjungan, sehingga dari hasil tersebut didapat nilai ekonomi TWA Gunung Pancar sebesar Rp 5.142.622.222,00. Nilai surplus konsumen yang besar dikatakan sebagai indikator kemampuan pengunjung yang

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling. BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pariwisata Kata Pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua suku kata yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepariwisataan meliputi berbagai kegiatan yang berhubungan dengan wisata, pengusahaan, objek dan daya tarik wisata serta usaha lainnya yang terkait. Pembangunan kepariwisataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia tidak hanya dikaruniai tanah air yang memiliki keindahan alam yang melimpah, tetapi juga keindahan alam yang mempunyai daya tarik sangat mengagumkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam arti luas pariwisata adalah kegiatan rekreasi diluar dominasi untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam arti luas pariwisata adalah kegiatan rekreasi diluar dominasi untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam arti luas pariwisata adalah kegiatan rekreasi diluar dominasi untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau untuk mencari suasana lain. Sebagai suatu aktivitas

Lebih terperinci

Oleh : Slamet Heri Winarno

Oleh : Slamet Heri Winarno Oleh : Slamet Heri Winarno PENDAHULUAN Pariwisata telah menjadi sektor strategis dalam memperkuat perekonomian negara Pariwisata ini merupakan sektor penghasil utama devisa negara nonmigas. 2 Pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Negara Indonesia merupakan Negara yang memiliki banyak ragam pariwisata dan budaya yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Mulai dari tempat wisata dan objek wisata

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Negara Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman makhluk hidup yang tinggi. Keanekaragaman makhluk hidup yang menjadi kekayaan alam Indonesia ini dimungkinkan

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obyek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan atau aktivitas dan fasilitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obyek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan atau aktivitas dan fasilitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obyek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan atau aktivitas dan fasilitas yang berhubungan yang dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang ke

Lebih terperinci

Strategi Pengembangan Pariwisata ( Ekowisata maupun Wisata Bahari) di Kabupaten Cilacap.

Strategi Pengembangan Pariwisata ( Ekowisata maupun Wisata Bahari) di Kabupaten Cilacap. Strategi Pengembangan Pariwisata ( Ekowisata maupun Wisata Bahari) di Kabupaten Cilacap. Bersyukurlah, tanah kelahiran kita Cilacap Bercahaya dianugerahi wilayah dengan alam yang terbentang luas yang kaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2010 dan tahun Bahkan pada tahun 2009 sektor pariwisata. batu bara, dan minyak kelapa sawit (Akhirudin, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2010 dan tahun Bahkan pada tahun 2009 sektor pariwisata. batu bara, dan minyak kelapa sawit (Akhirudin, 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor strategis dalam pengembangan perekonomian Indonesia adalah sektor pariwisata. Selain sebagai salah satu sumber penerima devisa, sektor ini juga dapat

Lebih terperinci

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR Oleh : MUKHAMAD LEO L2D 004 336 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang BAB I PENDAHULUAN Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diperhatikan dalam kancah pembangunan skala nasional, hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan sebagai salah satu

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Hal ini berdasarkan pada pengakuan berbagai organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan, bepergian, yang dalam hal ini sinonim dengan kata travel dalam

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan, bepergian, yang dalam hal ini sinonim dengan kata travel dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Parwisata berasal dari Bahasa Sanskerta, yaitu pari dan wisata. Pari berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar, lengkap. Wisata berarti perjalanan, bepergian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara, dengan adanya pariwisata suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia, dewasa ini Pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia, dewasa ini Pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka usaha untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa, negara, dan rakyat Indonesia, dewasa ini Pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan sumber pertumbuhan baru bagi bangsa Indonesia untuk keluar dari cengkeraman krisis ekonomi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang di luar tempat tinggalnya, bersifat sementara untuk berbagai tujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan bentuk industri pariwisata yang belakangan ini menjadi tujuan dari sebagian kecil masyarakat. Pengembangan industri pariwisata mempunyai peranan penting

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Perkembangan Wisatawan Nusantara pada tahun

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Perkembangan Wisatawan Nusantara pada tahun I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tentang kepariwisataan, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah Indonesia. Berdasarkan Intruksi Presiden nomor 16 tahun 2005 tentang Kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-Undang No. 05 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya (KSDHE), Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai

Lebih terperinci

Wisata : Perjalanan, dalam bahasa Inggris disebut dengan Travel.

Wisata : Perjalanan, dalam bahasa Inggris disebut dengan Travel. Wisata Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang kepariwisataan (Irawan, 2010:11) menjabarkan kata kata yang berhubungan dengan kepariwisataan sebagai berikut: Wisata : Perjalanan, dalam bahasa

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN DAN OPTIMASI HARGA TIKET TAMAN MARGASATWA RAGUNAN JAKARTA FACHRUNNISA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN DAN OPTIMASI HARGA TIKET TAMAN MARGASATWA RAGUNAN JAKARTA FACHRUNNISA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN DAN OPTIMASI HARGA TIKET TAMAN MARGASATWA RAGUNAN JAKARTA FACHRUNNISA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN 1 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN I. UMUM Tuhan Yang Maha Esa telah menganugerahi bangsa Indonesia kekayaan berupa sumber daya yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan perekonomian Indonesia yang semakin membaik ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pertumbuhan ekonomi salah satunya didorong oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan suatu kegiatan perjalanan yang dilakukan dari satu

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan suatu kegiatan perjalanan yang dilakukan dari satu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan suatu kegiatan perjalanan yang dilakukan dari satu tempat ke tempat lain, untuk sementara waktu dengan tujuan rekreasi dan bukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman flora, fauna dan gejala alam dengan keindahan pemandangan alamnya merupakan anugrah Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor pariwisata bagi suatu negara

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling. Sedangkan wisata

BAB II URAIAN TEORITIS. : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling. Sedangkan wisata BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pariwisata Kata Pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua suku kata yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dan terletak di garis khatulistiwa dengan luas daratan 1.910.931,32 km 2 dan memiliki 17.504 pulau (Badan Pusat Statistik 2012). Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan objek-objek pariwisata di Indonesia. Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan objek-objek pariwisata di Indonesia. Masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sektor pariwisata telah memberikan kontribusi besar dalam perekonomian Indonesia, hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan pelaksanaan pembangunan objek-objek pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk menikmati produk-produk wisata baik itu keindahan alam maupun beraneka ragam kesenian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aksesibilitas dan mobilitas di daerah tersebut yang sebaliknya akan dapat

I. PENDAHULUAN. aksesibilitas dan mobilitas di daerah tersebut yang sebaliknya akan dapat 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat perkembangan suatu kota dapat diukur oleh semakin banyaknya sarana dan prasarana penunjang perkembangan kota, (Tamin, 2000). Salah satu laju perkembangan ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu sintesa mengenai konsepsi dan pengertian pariwisata yang digunakan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu sintesa mengenai konsepsi dan pengertian pariwisata yang digunakan sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pariwisata Sebagai suatu gejolak sosial, pemahaman akan pengertian dari makna pariwisata memiliki banyak definisi. Akan tetapi dari kegiatan penulisan tesis ini,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pariwisata, suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah, mendapat pemasukan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. pariwisata, suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah, mendapat pemasukan dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara. Dengan adanya pariwisata, suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah, mendapat pemasukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata.

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka percepatan pembangunan daerah, salah satu sektor yang menjadi andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata. Pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negaranya untuk dikembangkan dan dipromosikan ke negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. negaranya untuk dikembangkan dan dipromosikan ke negara lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor penghasil devisa bagi negara yang cukup efektif untuk dikembangkan. Perkembangan sektor pariwisata ini terbilang cukup

Lebih terperinci

OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA

OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA Objek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan dan fasilitas yang berhubungan, yang dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang ke suatu daerah atau tempat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadi sumber pendapatan bagi beberapa negara di dunia. Pada tahun 2011,

I. PENDAHULUAN. menjadi sumber pendapatan bagi beberapa negara di dunia. Pada tahun 2011, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pariwisata saat ini sudah menjadi salah satu primadona dunia dan menjadi sumber pendapatan bagi beberapa negara di dunia. Pada tahun 2011, United Nations World

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Industri pariwisata merupakan penyumbang devisa negara terbesar ke lima

BAB 1 PENDAHULUAN. Industri pariwisata merupakan penyumbang devisa negara terbesar ke lima BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Industri pariwisata merupakan penyumbang devisa negara terbesar ke lima di Indonesia setelah minyak bumi, gas, batu bara, dan kelapa sawit (Badan Pusat Statistik, 2013:

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR Oleh : BETHA PATRIA INKANTRIANI L2D 000 402 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara.

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara. Berkembangnya pariwisata pada suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan terbesar yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan terbesar yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Kepulauan yang mempunyai pesisir dan lautan yang sangat luas, dengan garis pantai sepanjang 95.181 km dan 17.480 pulau (Idris, 2007). Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adanya destinasi pariwisata merupakan salah satu bagian dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Adanya destinasi pariwisata merupakan salah satu bagian dari pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Adanya destinasi pariwisata merupakan salah satu bagian dari pembangunan kepariwisataan di Indonesia yang menjadi faktor penting dalam peningkatan ekonomi Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, adat istiadat maupun kebudayaan dari masing-masing daerah.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, adat istiadat maupun kebudayaan dari masing-masing daerah. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan suku bangsa, adat istiadat maupun kebudayaan dari masing-masing daerah. Keanekaragaman budaya tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan dunia pariwisata dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan suatu daerah. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan menakjubkan. Kondisi kondisi alamiah seperti letak dan keadaan geografis, lapisan tanah yang subur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries), 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dasawarsa terakhir ini perhatian terhadap pariwisata sudah sangat meluas, mengingat bahwa pariwisata mendatangkan manfaat dan keuntungan bagi negara yang menerima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini pariwisata telah menjadi salah satu industri andalan dalam menghasilkan devisa suatu negara. Berbagai negara terus berupaya mengembangkan pembangunan sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan yang dapat menjadi suatu aset dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi. Selain sektor pertanian,

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. pari dan wisata. Pari berarti banyak,berkali-kali atau berputar-putar, sedangkan

BAB I. Pendahuluan. pari dan wisata. Pari berarti banyak,berkali-kali atau berputar-putar, sedangkan BAB I Pendahuluan 1.1 Latar belakang Pariwisata berasal dari bahasa Sangsakerta, terdiri dari dua suku kata, yatu pari dan wisata. Pari berarti banyak,berkali-kali atau berputar-putar, sedangkan wisata

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Sumberdaya hutan yang ada bukan hanya hutan produksi, tetapi juga kawasan konservasi.

Lebih terperinci

DEFINISI- DEFINISI A-1

DEFINISI- DEFINISI A-1 DEFINISI- DEFINISI Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai macam kebudayaan, agama, suku yang berbeda-beda, dan kekayaan

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai macam kebudayaan, agama, suku yang berbeda-beda, dan kekayaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak pulau dengan berbagai macam kebudayaan, agama, suku yang berbeda-beda, dan kekayaan alam. Berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan di laut yang saling berinteraksi sehingga

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman sumber daya hayati yang melimpah. Kekayaan hayati Indonesia dapat terlihat dari banyaknya flora dan fauna negeri ini. Keanekaragaman sumber

Lebih terperinci

Sarana Akomodasi Sebagai Penunjang Kepariwisataan. di Jawa Barat. oleh : Wahyu Eridiana

Sarana Akomodasi Sebagai Penunjang Kepariwisataan. di Jawa Barat. oleh : Wahyu Eridiana Sarana Akomodasi Sebagai Penunjang Kepariwisataan di Jawa Barat oleh : Wahyu Eridiana Abstrak Jawa Barat adalah salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki kekayaan obyek wisata cukup banyak dan beragam

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI SUAKA MARGASATWA, TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri Pariwisata merupakan sektor terpenting dalam suatu negara karena dapat

BAB I PENDAHULUAN. Industri Pariwisata merupakan sektor terpenting dalam suatu negara karena dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri Pariwisata merupakan sektor terpenting dalam suatu negara karena dapat meningkatkan perekonomian suatu negara. World Tourism Organization (WTO)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berusaha, memperluas kesempatan kerja, dan lain sebagainya (Yoeti, 2004).

I. PENDAHULUAN. berusaha, memperluas kesempatan kerja, dan lain sebagainya (Yoeti, 2004). I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keragaman kekayaan sumber daya alam yang dimiliki bangsa Indonesia, seperti potensi alam, keindahan alam, flora dan fauna memiliki daya tarik untuk dikunjungi oleh wisatawan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012).

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012). 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terletak di daerah tropis yang memiliki karakteristik kekayaan hayati yang khas dan tidak dimiliki oleh daerah lain di dunia. Keanekaragaman jenis flora dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tanah yang subur, yang merupakan sumber daya alam yang sangat berharga bagi

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tanah yang subur, yang merupakan sumber daya alam yang sangat berharga bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia yang dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan alam yang berlimpah, yakni salah satunya kekayaan dalam bidang pariwisata. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, baik di darat maupun di laut. Hal ini didukung dengan fakta menurut Portal Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada jaman modern ini pariwisata telah berubah menjadi sebuah industri yang menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO (United Nations World

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi perhatian besar dari para ahli dan

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi perhatian besar dari para ahli dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi perhatian besar dari para ahli dan perencana

Lebih terperinci

KUISIONER PENELITIAN PROGRAM STUDI KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

KUISIONER PENELITIAN PROGRAM STUDI KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Lampiran 1. Kuisioner Penelitian KUISIONER PENELITIAN PROGRAM STUDI KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Nomor Kode : Hari/Tanggal wawancara : Nama Responden : Jenis Kelamin : Tempat tinggal (Kabupaten/Kota)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Biodiversitas atau lebih sering dikenal sebagai keanekaragaman hayati merujuk kepada Convention on Biological Diversity (CBD) di Rio de Janeiro, Brazil (1993), merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan masih banyaknya rakyat miskin. Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan masih banyaknya rakyat miskin. Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia mengalami krisis ekonomi yang berkepanjangan. Dampak dari krisis yang berkepanjangan ini bisa terlihat salah satunya pada pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan ekonomi lokal wilayah tersebut. Pembangunan wilayah dapat

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan ekonomi lokal wilayah tersebut. Pembangunan wilayah dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan wilayah tidak dapat dilepaskan dari upaya mengembangkan ekonomi lokal wilayah tersebut. Pembangunan wilayah dapat diartikan sebagai serangkaian upaya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi berkepanjangan pernah menimpa negara Indonesia dampak

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi berkepanjangan pernah menimpa negara Indonesia dampak BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi berkepanjangan pernah menimpa negara Indonesia dampak dari krisis yang berkepanjangan ini salah satunya adalah berdampak pada terhambatnya pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Propinsi Lampung merupakan wilayah yang memiliki kekayaan alam yang melimpah dan keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan Propinsi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (2011)

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (2011) I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kekayaan alam merupakan anugerah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa yang harus dimanfaatkan dan dilestarikan. Indonesia diberikan anugerah berupa kekayaan alam yang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG IZIN USAHA SARANA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG IZIN USAHA SARANA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG IZIN USAHA SARANA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT Menimbang : a. bahwa, untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor migas yang sangat potensial dan mempunyai andil besar dalam membangun perekonomian yang saat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI SUAKA MARGASATWA, TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Danau. merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan

TINJAUAN PUSTAKA. Danau. merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan 5 TINJAUAN PUSTAKA Danau Danau merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan berfungsi sebagai penampung dan menyimpan air yang berasal dari air sungai, mata air maupun air hujan. Sebagai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pariwisata merupakan industri perdagangan jasa yang memiliki mekanisme pengaturan yang kompleks karena mencakup pengaturan pergerakan wisatawan dari negara asalnya, di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era modern seperti sekarang ini, padatnya rutinitas kegiatan atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era modern seperti sekarang ini, padatnya rutinitas kegiatan atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era modern seperti sekarang ini, padatnya rutinitas kegiatan atau aktivitas yang dijalani mendorong seseorang untuk melepaskan diri dari rutinitas sehari-hari dengan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri pariwisata saat ini semakin menjadi salah satu industri yang dapat

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri pariwisata saat ini semakin menjadi salah satu industri yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata saat ini semakin menjadi salah satu industri yang dapat menghasilkan pendapatan daerah terbesar di beberapa negara dan beberapa kota. Selain sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE PEMANDIAN AIR PANAS CV ALAM SIBAYAK BERASTAGI KABUPATEN KARO

ANALISIS ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE PEMANDIAN AIR PANAS CV ALAM SIBAYAK BERASTAGI KABUPATEN KARO ANALISIS ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE PEMANDIAN AIR PANAS CV ALAM SIBAYAK BERASTAGI KABUPATEN KARO SKRIPSI ARDIAN SURBAKTI H34076024 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. lakukan, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. lakukan, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 170 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis yang telah penulis lakukan, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Kawasan Sorake,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap merupakan salah satu Daerah Tujuan Wisata dan kawasan pengembangan pariwisata Jawa Tengah

Lebih terperinci