LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN. Disusun Oleh : LISBET SIAHAAN. S.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN. Disusun Oleh : LISBET SIAHAAN. S."

Transkripsi

1 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT di RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN Disusun Oleh : LISBET SIAHAAN. S. Farm PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 Lembar Pengesahan

2 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT di RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN Laporan ini disusun untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Apoteker pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan, Juli 2009 Lisbet Br Siahaan S. Farm Disetujui Oleh: (Drs. Saiful Bahri, M.S., Apt.) (Dra. Singgar Ni Rudang., Apt) NIP NIP Dekan, (Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra., Apt.) NIP

3 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan anugerah yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan Praktek Kerja Profesi (PKP) Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan. Pelaksanaan Praktek Kerja profesi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada: 1. Bapak Dr. Edwin Effendi., M.Sc sebagai Kepala RSU Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan yang telah memberikan fasilitas untuk melaksanakan PKP. 2. Ibu Dra. Azwinar, Apt. sebagai Kepala Instalansi Farmasi RSU Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan yang telah memberikan fasilitas, bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama melakukan PKP. 3. Ibu Dra. Singgar Ni Rudang, Apt. sebagai pembimbing dari Instalansi Farmasi Daerah RSU Dr. Pirngadi Kota Medan dan Bapak Saiful Bahri, M.S., Apt. sebagai pembimbing dari Fakultas Farmasi yang telah memberikan fasilitas, bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama melakukan PKP dan proses penyusunan laporan ini. 4. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra., Apt. selaku dekan Fakultas Farmasi dan Bapak Drs. Wiryanto., M. Si., Apt. selaku Koordinator Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi USU Medan. yang telah memberikan fasilitas kepada penulis untuk melakukan PKP

4 5. Bapak dan Ibu Apoteker, Staf, dan Karyawan RSU Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan yang telah memberi petunjuk dan bantuan selama melaksanakan PKP. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan masukan yang berguna untuk menyempurnakan laporan ini. Pada akhirnya, penulis berharap Praktek Kerja Profesi ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Medan, Juli 2009 Penulis,

5 DAFTAR ISI Halaman JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT Defenisi Rumah Sakit Tugas Rumah Sakit Fungsi Rumah Sakit Klasifikasi Rumah Sakit Rekam Medik Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) Sistem Formularium Instalasi farmasi Rumah Sakit Perbekalan Distribusi Administrasi Central Sterilization Supply Department (CSSD) BAB III TINJAUAN KHUSUS RSUD Dr. PIRNGADI

6 KOTA MEDAN Kilas Sejarah RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Sub Instalasi Perbekalan Sub Instalasi Distribusi Pelayanan Farmasi Rawat Jalan Pelayanan Farmasi Rawat Inap Sistem Pelayanan Farmasi Rawat Inap Pelayanan Farmasi di Instalasi Gawat Darurat Pelayanan Farmasi di Central Operation Theatre (COT) Distribusi Ruangan Sub Instalasi Administrasi Farmasi Farmasi klinik Central Sterilization Supply Department (CSSD) BAB IV PEMBAHASAN BAB V STUDI KASUS Studi Kasus Penyakit Jantung Koroner (PJK) Latar Belakang Tinjauan Pustaka Anatomi Jantung Penyakit Jantung Koroner (PJK) Patofisiologi... 56

7 Faktor Resiko PJK Pemeriksaan yang dilakukan Gejala Klinik Pemeriksaan Nadi dan Detak Jantung Elektrokardiografi Pemeriksaan Tambahan Penatalaksanaan Pengobatan Penyakit Jantung Koroner Pengamatan dan Penatalaksanaan Identitas Pasien Keadaan Pasien sewaktu Masuk Riwayat Penyakit Pasien Hasil Pemeriksaan Pembahasan Peranan Apoteker Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Saran BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran LAMPIRAN KASUS DAFTAR PUSTAKA... 91

8 LAMPIRAN DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. Anatomi dan Sistem Sirkulasi Darah Jantung Jantung Yang Mengalami Arteriosklerosis... 55

9 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Daftar Stock Obat-obat Emergensi Daftar Stock Alat-alat Kesehatan Emergensi Rincian Perbekalan Farmasi Hasil Pemeriksaan Fisik Hasil Pemeriksaan Laboratorium Patologi Klinik Hasil Pemeriksaan Laboratorium Hematologi Hasil Pemeriksaan Kultur Terapi Penggunaan Obat-obatan Farmakologi Obat Farmakokinetika Obat... 87

10 BAB I PENDAHULUAN Kesehatan masyarakat merupakan salah satu modal pokok dalam rangka pertumbuhan dan kehidupan bangsa. Untuk mewujudkan ini secara optimal, diselenggarakan upaya kesehatan. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah dengan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan rumah sakit yang antara lain dapat dicapai dengan penggunaan obat-obatan yang rasional di rumah sakit yang berorientasi pada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat (Siregar, 2004). Mengingat pentingnya pelayanan farmasi rumah sakit, maka calon apoteker perlu memahami dan mengenal peranan apoteker di rumah sakit, khususnya pada Instalasi Farmasi. Hal ini penting sebagai bekal bagi lulusan Program Pendidikan Profesi Apoteker apabila bekerja di rumah sakit. Dengan pertimbangan ini Fakultas Farmasi USU Medan bekerjasama dengan Rumah sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan mengadakan Praktek Kerja Profesi bagi calon apoteker. Pelayanan farmasi rumah sakit dikelola oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan yang merupakan sarana pelayanan kesehatan yang berkewajiban untuk melakukan pengadaan, penyimpanan, pendistribusian obat yang aman dan rasional di rumah sakit. Instalasi Farmasi Rumah Sakit dipimpin oleh seorang apoteker yang bertanggung jawab kepada Kepala Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan.

11 Mengingat pentingnya pelayanan farmasi rumah sakit, maka calon apoteker perlu memahami dan mengenal peranan apoteker di rumah sakit, khususnya pada Instalasi Farmasi. Hal ini penting sebagai bekal bagi lulusan Program Pendidikan Profesi Apoteker apabila bekerja di rumah sakit. Dengan pertimbangan ini, Fakultas Farmasi USU Medan bekerjasama dengan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan mengadakan Latihan Kerja Profesi bagi calon apoteker. Latihan Kerja Profesi ini meliputi: 1. Pemberian materi tentang Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan. 2. Melihat langsung aktivitas dan peranan apoteker secara umum di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan, khususnya di bagian Instalasi Farmasi Rumah Sakit. 3. Melakukan pemberian obat dan informasi terhadap pasien di pelayanan farmasi rawat jalan. Tujuan Latihan Kerja Profesi ini adalah dengan melihat secara langsung pelaksanaan tugas dan fungsi apoteker di rumah sakit sehingga diharapkan kelak para calon apoteker mampu mengelola Instalasi Farmasi rumah sakit dan meningkatkan peranan apoteker di rumah sakit pada masa yang akan datang.

12 BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1. Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memberdayakan berbagai kesatuan personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medik untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik (F:\frs\Rumah sakit Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. htm) Tugas Rumah Sakit Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 983/Menkes/SK/XI/1992, tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemeliharaan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan rujukan (Siregar, 2004) Fungsi Rumah Sakit Dalam melaksanakan tugasnya, rumah sakit mempunyai berbagai fungsi yaitu menyelenggarakan pelayanan medik, pelayanan penunjang medik dan nonmedik, pelayanan dan asuhan keperawatan, pelayanan rujukan, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan, serta administrasi umum dan keuangan (Siregar, 2004).

13 Pelayanan Penderita Pelayanan penderita yang langsung di rumah sakit terdiri atas pelayanan medis, pelayanan farmasi, dan pelayanan keperawatan. Pelayanan penderita melibatkan pemeriksaan dan diagnosa, pengobatan penyakit atau luka, pencegahan, rehabilitasi, perawatan dan pemulihan kesehatan. Pendidikan dan Pelatihan Pendidikan sebagai suatu fungsi rumah sakit terdiri atas 2 bentuk utama: 1. Pendidikan dan/atau pelatihan profesi kesehatan. Yang mencakup dokter, apoteker, perawat, personel rekam medik, ahli gizi, teknisi sinar-x, laboran dan administrator rumah sakit. 2. Pendidikan dan /atau pelatihan penderita. Merupakan fungsi rumah sakit yang sangat penting dalam suatu lingkup yang jarang disadari oleh masyarakat. Hal ini mencakup: Pendidikan khusus dalam bidang rehabilitasi, psikiatri sosial dan fisik. Pendidikan khusus dalam perawatan kesehatan, misalnya: mendidik penderita diabetes, atau penderita kelainan jantung untuk merawat penyakitnya. Pendidikan tentang obat untuk meningkatkan kepatuhan, mencegah penyalahgunaan obat dan salah penggunaan obat, dan untuk meningkatkan hasil terapi yang optimal dengan penggunaan obat yang sesuai dan tepat. Penelitian Rumah sakit melakukan penelitian sebagai suatu fungsi dengan maksud utama, yaitu:

14 Memajukan pengetahuan medik tentang penyakit dan peningkatan/perbaikan pelayanan rumah sakit. Ditujukan pada tujuan dasar dari pelayanan kesehatan yang lebih baik bagi penderita. Misalnya: pengembangan dan penyempurnaan prosedur pembedahan yang baru. Kesehatan Masyarakat Tujuan utama dari fungsi rumah sakit sebagai sarana kesehatan masyarakat adalah membantu komunitas dalam mengurangi timbulnya kesakitan dan meningkatkan kesehatan umum penduduk. Apoteker rumah sakit mempunyai peluang memberi kontribusi pada fungsi ini dengan mengadakan brosur informasi kesehatan, pelayanan pada penderita rawat jalan dengan memberi konseling tentang penggunaan obat yang aman dan tindakan pencegahan keracunan. Pelayanan Rujukan Upaya Kesehatan Pelayanan rujukan upaya kesehatan yaitu suatu upaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus atau masalah yang timbul kepada pihak yang mempunyai fasilitas lebih lengkap dan mempunyai kemampuan lebih tinggi (Siregar, 2004) Klasifikasi Rumah Sakit berikut: Rumah sakit dapat diklasifikasikan berdasarkan berbagai kriteria sebagai 1. Berdasarkan kepemilikan a. Rumah Sakit pemerintah, terdiri dari:

15 Rumah Sakit yang langsung dikelola oleh Departemen Kesehatan Rumah Sakit pemerintah daerah Rumah Sakit militer Rumah Sakit BUMN b. Rumah Sakit swasta yang dikelola oleh masyarakat. 2. Berdasarkan jenis pelayanan Berdasarkan jenis pelayanannya, rumah sakit terdiri atas: a. Rumah Sakit Umum, memberi pelayanan kepada pasien dengan beragam jenis penyakit. b. Rumah Sakit Khusus, memberi pelayanan pengobatan untuk pasien dengan kondisi medik tertentu baik bedah maupun non bedah. Contoh: rumah sakit kanker, rumah sakit bersalin. 3. Berdasarkan afiliasi pendidikan Terdiri atas 2 jenis, yaitu: a. Rumah Sakit pendidikan, yaitu rumah sakit yang menyelenggarakan program latihan untuk berbagai profesi. b. Rumah Sakit non pendidikan, yaitu rumah sakit yang tidak memiliki hubungan kerjasama dengan universitas. Klasifikasi Rumah Sakit Umum Pemerintah Rumah sakit Umum Pemerintah pusat dan daerah diklasifikasikan menjadi Rumah sakit kelas A, B, C, dan D. Klasifikasi tersebut didasarkan pada unsur pelayanan, ketenagaan, fisik dan peralatan.

16 1. Rumah sakit umum kelas A, adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan subspesialistik luas. 2. Rumah sakit umum kelas B, adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sekurang-kurangnya sebelas spesialistik dan subspesialistik terbatas. 3. Rumah sakit umum kelas C, adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dasar. 4. Rumah sakit umum kelas D, adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar Rekam Medik Rekam medik adalah sejarah ringkas, jelas dan akurat dari kehidupan dan kesakitan penderita, ditulis dari sudut pandang medik. Defenisi rekam medik menurut Surat Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas, anamnesis, pemeriksaan, diagnosis, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang diberikan kepada seorang penderita selama dirawat di rumah sakit, baik yang dirawat inap maupun yang dirawat jalan. Kegunaan rekam medik; Digunakan sebagai dasar perencanaan dan keberlanjutan perawatan penderita. Merupakan suatu sarana komunikasi antara dokter dan setiap profesional yang berkontribusi pada perawatan penderita.

17 Melengkapi bukti dokumen terjadinya/penyebab penyakit penderita dan penanganan/pengobatan selama dirawat di rumah sakit. Digunakan sebagai dasar untuk kaji ulang studi dan evaluasi perawatan yang diberikan kepada penderita. Membantu perlindungan kepentingan hukum penderita, rumah sakit dan praktisi yang bertanggung jawab. Menyediakan data untuk digunakan dalam penelitian dan pendidikan. Sebagai dasar perhitungan biaya, dengan menggunakan rekam medik, bagian keuangan dapat menetapkan besarnya biaya pengobatan seorang penderita (Siregar, 2004) Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) PFT adalah organisasi yang berada di bawah komite medik rumah sakit yang diketuai oleh dokter dan dibantu seorang sekretaris yaitu apoteker dari IFRS. Anggota PFT terdiri dari dokter yang mewakili Staf Medik Fungsional (SMF) dan apoteker yang mewakili farmasi serta tenaga kesehatan lainnya di rumah sakit. PFT rumah sakit bertugas membantu direktur rumah sakit dalam menentukan kebijakan pengobatan dan penggunaan obat. Fungsi dan ruang lingkup PFT adalah: Menyusun formularium rumah sakit sebagai pedoman utama bagi para dokter dalam memberi terapi kepada pasien. Pemilihan obat untuk dimasukkan ke dalam formularium harus didasarkan pada evaluasi terhadap efek terapi, keamanan serta harga obat dan juga harus meminimalkan duplikasi produk

18 obat yang sama. PFT berdasarkan kesepakatan dapat menyetujui atau menolak produk obat yang diusulkan oleh SMF. Menetapkan pengelolaan obat yang digunakan di rumah sakit Melakukan tinjauan terhadap penggunaan obat di rumah sakit dengan meneliti rekam medik kemudian dibandingkan dengan standar diagnosa dan terapi. Mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping obat. Mengembangkan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat kepada staf medis dan perawat. Membantu instalasi farmasi dalam mengembangkan tinjauan terhadap kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan mengenai penggunaan obat di rumah sakit sesuai dengan peraturan yang berlaku secara lokal maupun nasional (Siregar, 2004) 2.7. Sistem Formularium Sistem formularium adalah suatu metode yang digunakan staf medik di suatu rumah sakit untuk mengevaluasi, menilai dan memilih produk obat dianggap paling berguna dalam perawatan penderita. Obat yang ditetapkan dalam formularium harus tersedia di IFRS (Siregar, 2004). Sistem formularium merupakan sarana penting dalam memastikan mutu dan harga obat. Sistem formularium menetapkan pengadaan, penulisan, dan pemberian suatu obat dengan nama dagang atau obat dengan nama generik apabila obat itu tersedia dalam dua nama tersebut. Kegunaan sistem formularium di rumah sakit: Menjamin mutu dan ketepatan penggunaan obat di rumah sakit.

19 Sebagai bahan edukasi bagi staf medik tentang terapi obat yang benar. Memberi ratio manfaat yang tinggi dengan biaya yang minimal (Siregar, 2004) Instalasi Farmasi Rumah Sakit Instalasi farmasi rumah sakit (IFRS) adalah suatu unit di rumah sakit yang merupakan fasilitas penyelenggaraan kefarmasian di bawah pimpinan seorang apoteker dan memenuhi persyaratan secara hukum untuk mengadakan, menyediakan, dan mengelola seluruh aspek penyediaan perbekalan kesehatan di rumah sakit yang berintikan pelayanan produk yang lengkap dan pelayanan farmasi klinik yang sifat pelayanannya berorientasi kepada kepentingan penderita. Visi Farmasi Rumah Sakit adalah terselenggaranya pelaksanaan dan pengelolaan dalam pelayanan, pekerjaan kefarmasian di rumah sakit termasuk pelayanan farmasi klinik. Misi pelayanan kefarmasian di rumah sakit adalah mengadakan terapi obat yang optimal bagi semua penderita, menjamin mutu tertinggi dan pelayanan dengan biaya yang paling efektif serta memberikan pendidikan dan pengetahuan baru di bidang kefarmasian melalui penelitian bagi staf medik, mahasiswa, dan masyarakat. Tugas dan Fungsi Farmasi Rumah Sakit Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.134/Menkes/Per/I/1978, farmasi rumah sakit bertugas mengelola: meracik, menyimpan, dan menyalurkan obatobatan, gas medik serta bahan kimia. Penyimpanan dan penyaluran alat kesehatan.

20 Fungsi farmasi rumah sakit adalah memberikan pelayanan yang bermutu dengan ruang lingkup yang berorientasi pada kepentingan masyarakat meliputi 2 fungsi yaitu : a. Pelayanan farmasi yang berorientasi pada produk yaitu mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan efisien mulai dari perbekalan (perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan), produksi, pendistribusian dan evaluasi penggunaan perbekalan farmasi, dan administrasi. b. Pelayanan farmasi yang berorientasi pada pasien/farmasi klinik, yang meliputi : Mewujudkan perilaku sehat melalui penggunaan obat rasional termasuk pencegahan dan rehabilitasinya. Mengidentifikasikan permasalahan yang berhubungan dengan obat melalui kerjasama dengan pasien dan tenaga kesehatan lain. Memonitor penggunaan obat dan melakukan pengkajian terhadap penggunaan obat. Memberi informasi mengenai hal yang berhubungan dengan obat. Melakukan konseling kepada pasien/keluarga pasien maupun kepada tenaga kesehatan untuk mendapatkan terapi yang rasional.

21 Melakukan pelayanan TPN (Total Parenteral Nutrition), i.v admixture, dan pelayanan pencampuran obat sitostatik (Cytostatic Handling). Berperan serta dalam kepanitiaan seperti Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) ( Perbekalan Perbekalan dilaksanakan oleh unit pelaksana Instalasi Farmasi Rumah Sakit yang meliputi pengadaan dan penyimpanan perbekalan farmasi. Pengadaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah dan harga perbekalan farmasi. Pengadaan bertujuan untuk mendapatkan jenis dan jumlah sesuai dengan kebutuhan dan anggaran serta menghindari kekosongan obat. Pedoman perencanaan berdasarkan: Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) / formularium, standar terapi rumah sakit dan ketentuan setempat yang berlaku. Data catatan medik. Anggaran yang tersedia. Penetapan prioritas. Siklus penyakit. Sisa stok. Data pemakaian periode lalu. Perencanaan pengembangan.

22 Pengadaan perbekalan farmasi merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan. Pembelian perbekalan farmasi harus sesuai dengan : Surat pesanan yang ditanda tangani oleh apoteker. Barang harus berasal dari sumber dan jalur distribusi yang resmi yaitu distributornya harus jelas dan pengiriman barang dilakukan tepat waktu sesuai dengan permintaan Farmasi Rumah Sakit. Perjanjian pembayaran. Kualitas barang. Penyimpanan perbekalan farmasi merupakan kegiatan pengaturan sediaan farmasi di dalam ruang penyimpanan, dengan tujuan untuk: Menjamin mutu tetap baik, yaitu kondisi penyimpanan disesuaikan dengan sifat obat, misalnya dalam hal suhu, kelembaban. Memudahkan dalam pencarian, misalnya disusun berdasarkan abjad. Memudahkan pengawasan persediaan/stok dan barang kadaluarsa, yaitu disusun berdasarkan FIFO (First In First Out). Menjamin pelayanan yang cepat dan tepat Distribusi Distribusi merupakan serangkaian kegiatan dalam rangka penyaluran obatobatan dan alat kesehatan. Distribusi obat rumah sakit dilakukan untuk melayani: 1. Pasien rawat jalan Pasien/keluarga pasien langsung menerima obat dari Instalasi Farmasi sesuai dengan resep yang ditulis oleh dokter. Keadaan ini memungkinkan diadakannya konseling pada pasien/keluarga pasien.

23 2. Pasien rawat inap Ada 3 sistem pendistribusian pada pasien rawat inap, yaitu: a. Resep perorangan (Individual Prescription) Sistem ini memungkinkan semua resep dokter dapat dianalisis langsung oleh apoteker dan terjalin kerja sama antara dokter, apoteker, perawat dan pasien. Keuntungan sistem ini adalah: Resep dapat dikaji lebih dahulu oleh apoteker Ada interaksi antara apoteker, dokter dan perawat Adanya legalisasian persediaan Kelemahan sistem ini adalah: Bila obat berlebih maka pasien harus membayarnya Obat dapat terlambat ke pasien. b. Floor stock Pada sistem ini perbekalan farmasi diberikan kepada masing-masing unit perawatan sebagai persediaan. Sistem ini memungkinkan perbekalan farmasi tersedia bila diperlukan. Misalnya untuk persediaan obat-obat emergensi. Keuntungan sistem ini adalah: Obat yang dibutuhkan cepat tersedia. Meniadakan obat yang return. Pasien tidak harus membayar obat yang lebih. Tidak perlu tenaga yang banyak.

24 Kelemahan sistem ini adalah: Sering terjadi kesalahan, seperti kesalahan peracikan oleh perawat atau adanya kesalahan penulisan etiket. Persediaan obat di ruangan harus banyak. Kemungkinan kehilangan dan kerusakan obat lebih besar. c. Unit dose Didefinisikan sebagai obat-obatan yang diminta, disiapkan, digunakan dan dibayar dalam unit dosis tunggal, yang berisi obat dalam jumlah yang telah ditetapkan untuk satu kali pemakaian. Sistem ini melibatkan kerjasama antara dokter, apoteker dan perawat. Keuntungan sistem ini adalah: Pasien hanya membayar obat yang dipakai. Tidak ada kelebihan obat atau alat yang tidak dipakai di ruangan perawat. Menciptakan pengawasan ganda oleh apoteker dan perawat. Kerusakan dan kehilangan obat hampir tidak ada. d. Kombinasi dari beberapa sistem pendistribusian di atas. Semua sistem diatas dapat dilakukan dengan cara: 1. Sentralisasi: semua obat dari farmasi pusat 2. Desentralisasi: adanya pelayanan farmasi/depo farmasi Sistem distribusi obat harus menjamin: 1. Obat yang tepat diberikan kepada pasien yang tepat 2. Dosis yang tepat dan jumlah yang tepat 3. Kemasan yang menjamin mutu obat

25 Administrasi Administrasi yang teratur sangat dibutuhkan untuk menjamin terselenggaranya sistem pembukuan yang baik. Oleh karena itu tugas administrasi di Instalasi Farmasi dikoordinir oleh koordinator yang bertanggung jawab langsung kepada kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit (Siregar, 2004) Central Sterilization Supply Department (CSSD) Sterilisasi adalah suatu proses yang bertujuan untuk menghancurkan semua bentuk kehidupan mikroba termasuk endospora dan dapat dilakukan dengan proses kimia maupun fisika (Depkes RI, 2001). Central Sterilization Supply Department (CSSD) atau Instalasi Pusat Pelayanan Sterilisasi merupakan satu unit/departemen dari rumah sakit yang menyelenggarakan proses pencucian, pengemasan, sterilisasi terhadap semua alat atau bahan yang dibutuhkan dalam kondisi steril (Depkes RI, 2001). Berdirinya CSSD di rumah sakit dilatar belakangi oleh: Besarnya angka kematian akibat infeksi nosokomial Kuman mudah menyebar, mengkontaminasi benda dan menginfeksi manusia di lingkungan rumah sakit. Merupakan salah satu pendukung jaminan mutu pelayanan rumah sakit, maka peran dan fungsi CSSD sangat penting. CSSD merupakan pusat pelayanan kebutuhan steril untuk seluruh unit-unit rumah sakit yang membutuhkan. Dengan adanya CSSD di rumah sakit bertujuan:

26 Mengurangi infeksi nosokomial dengan menyediakan peralatan yang telah mengalami pensortiran, pencucian dan sterilisasi dengan sempurna. Memutuskan mata rantai penyebaran kuman di lingkungan rumah sakit. Menyediakan dan menjamin kualitas hasil sterilisasi terhadap produk yang dihasilkan. Menurut Depkes RI (2001), tugas utama CSSD di rumah sakit adalah : a. Menyediakan peralatan dan bahan steril untuk tindakan medis dan penunjang medis b. Tempat dilakukan proses desinfeksi, sterilisasi alat dan bahan habis pakai steril. c. Mendistribusikan alat dan bahan habis pakai steril. Mendokumentasikan semua kegiatan harian (jumlah bahan habis pakai yang disterilkan).

27 BAB III TINJAUAN KHUSUS RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN 3.1. Kilas Sejarah Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan didirikan pada tanggal 11 Agustus 1928 dan mulai beroperasi pada tahun Sejak tanggal 27 Desember 2001 dikelola oleh Pemerintah Kota Medan dan berstatus swadana bagi rumah sakit serta swakelola bagi Instalasi Farmasi. Peraturan daerah kota Medan nomor 3 tahun 2001 merubah BPK (Badan Pelayanan Kesehatan) RSU Dr. Pirngadi menjadi RSUD (Rumah Sakit Umum Daerah) Dr. Pirngadi Kota Medan. Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan adalah rumah sakit kelas B Pendidikan yang mempunyai fasilitas dan kemampuan medis spesialis dasar, spesialis luas dan beberapa subspesialis. Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan terletak di Jl. Prof. H. M. Yamin, Kelurahan Perintis Kemerdekaan Kecamatan Medan Timur. Kepegawaian Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan meliputi tenaga medis, apoteker, tenaga keperawatan, tenaga gizi, tenaga non medis dan tenaga umum Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan dipimpin oleh seorang Direktur yang dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh 3 orang wakil direktur yang merupaan jabatan struktural yaitu:

28 1. Wakil Direktur Bidang Administrasi Umum 2. Wakil Direktur Bidang Pelayanan Medis dan Keperawatan 3. Wakil Direktur Bidang Sumber Daya Manusia dan Pendidikan Selain itu Direktur RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan juga dibantu oleh Staf Jabatan Fungsional yang terdiri dari Staf Medik Fungsional yang bertanggung jawab kepada Direktur rumah sakit. Instalasi bertanggung jawab kepada wakil direktur. Salah satu instalasi tersebut adalah Instalasi Farmasi yang bertugas mengatur dan yang menyelenggarakan semua kegiatan kefarmasian di rumah sakit Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan merupakan salah satu unit fungsional yang dipimpin oleh seorang apoteker dan dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala pelaksana harian Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan Sub Instalasi Perbekalan Sub Instalasi Perbekalan Instalasi Farmasi dipimpin oleh seorang apoteker dan bertugas untuk membantu dan menunjang fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit dalam hal perencanaan, pengadaan, dan penyimpanan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan rumah sakit. Sub Instalasi Perbekalan dibagi 2 bagian, yaitu : Unit Perencanaan dan Pengadaan Unit Perencanaan dan Pengadaan mempunyai tugas yaitu:

29 Merencanakan seluruh kebutuhan rumah sakit akan perbekalan farmasi dan alat kesehatan yang didasarkan atas data pemakaian periode yang lalu, sisa stok, siklus penyakit dan kemudian ditambahkan sebesar 10%. Memesan dan menyediakan permintaan perbekalan farmasi untuk kebutuhan rumah sakit. Unit perencanaan dan pengadaan melakukan pemesanan kebutuhan bahanbahan obat dan alat kesehatan untuk stok selama 1 bulan berdasarkan permintaan dari gudang, kecuali ada permintaan khusus yang mendesak. Prinsip pengadaan perbekalan farmasi yaitu tersedianya seluruh kebutuhan perbekalan farmasi dengan jenis dan jumlah yang memadai. Proses pengadaan kebutuhan perbekalan farmasi dapat dijelaskan melalui tahap berikut: Sub instalasi distribusi meminta barang ke gudang dengan menyerahkan formulir B2 (Formulir Daftar Permintaan dan Pengeluaran farmasi halaman 99). Jika barang yang diminta hampir habis (dilihat dari kartu stok gudang dan buku permohonan pembelian dari gudang) maka gudang meminta perbekalan farmasi ke bagian perencanaan memakai buku permohonan pembelian barang. Unit pengadaan memesan perbekalan farmasi dengan menggunakan surat pesanan/order pembelian kepada PBF setelah disetujui dan ditandatangani oleh Kepala Instalasi Farmasi dan direktur rumah sakit. Untuk obat Askes, surat pesanan ditandatangani oleh Kepala Instalasi Farmasi dan disetujui oleh direktur rumah sakit dan PT. Askes. Pemesanan obat-obat Askes sesuai dengan yang terdaftar di DPHO (Daftar Plafon Harga Obat) dan kepada PBF yang telah ditentukan.

30 Untuk pengadaan obat golongan narkotika (seperti codein, petidin) dilakukan oleh unit pengadaan menggunakan form N-9 kepada PT. Kimia Farma (Lampiran halaman 101). Barang pesanan kemudian diantar oleh PBF ke gudang dengan membawa faktur pembelian. Oleh petugas unit gudang barang diperiksa kesesuaiannya dengan faktur dan surat pesanan, meliputi : jenis, jumlah, tanggal kadaluarsa, nomor batch, dan kondisi barang. Faktur ditandatangani oleh petugas gudang dan barang yang diterima dibukukan pada Buku Barang Masuk dan Kartu Stok. Jika barang yang diterima tidak sesuai dengan faktur maka barang akan dikembalikan. Bila obat sudah diantar, maka pihak PBF mengantar tagihan dengan Unit Gudang melengkapi berkas-berkas yaitu: kuitansi, faktur, order pembelian, SSP PPN, SSP PPh yang dibuat masing-masing rangkap lima. Unit pengadaan memeriksa apakah surat pesanan dengan faktur barang masuk sudah sesuai. Jika semua berkas tagihan sudah sesuai dan sudah disetujui direktur maka bendahara dapat melakukan pembayaran kepada pihak PBF sesuai dengan kuitansi tagihan. Unit gudang bertugas menerima, menyimpan dan menyalurkan perbekalan farmasi, yang dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu: 1. Gudang obat-obatan Bertugas menerima, menyimpan dan menyalurkan perbekalan farmasi misalnya sediaan parenteral, sediaan oral, sediaan topikal dan lain-lain. Gudang obat-obatan terbagi dua yaitu gudang obat Askes dan gudang obat

31 swakelola. Penyusunan obat-obatan dilakukan berdasarkan bentuk sediaan dan diurutkan berdasarkan abjad. 2. Gudang alat kesehatan habis pakai. Bertugas menerima, menyimpan dan menyalurkan perbekalan farmasi seperti alat-alat kesehatan habis pakai contohnya plester, kapas, infus set, dan lain-lain. Bahan-bahan cairan contohnya alkohol, formalin, hidrogen peroksida, juga disimpan di gudang alat kesehatan habis pakai. Pihak gudang mencatat dan meminta perbekalan farmasi yang persediaannya hampir habis ke unit pengadaan setiap 1 bulan sekali yang ditulis dalam lembar Permohonan Pembelian Barang Medis (Formulir P.1) rangkap dua. Akan tetapi pada keadaan tertentu, permintaan perbekalan Farmasi ke pengadaan dapat dilakukan lebih dari satu kali dalam satu bulan. Setelah Permohonan Pembelian Barang Medis dikirim ke pengadaan, maka pengadaan membuat order pembelian ke PBF, kemudian PBF mengantar barang yang diorder disertai dengan faktur rangkap 7, yang ditujukan untuk: - Satu lembar untuk gudang - Satu lembar untuk pengadaan, faktur untuk pengadaan harus mendapat stempel dari gudang. - Lima lembar untuk pembayaran. Oleh petugas gudang, barang diperiksa kesesuaiannya dengan faktur dan surat pesanan meliputi: jenis, jumlah, tanggal kadaluarsa, nomor batch, kondisi barang. Apabila telah sesuai maka barang tersebut dicatat pada buku barang masuk beserta potongan harganya, kemudian dicatat kembali pada kartu gudang.

32 Keluar masuknya perbekalan farmasi dari gudang harus dicatat dalam Buku Besar Barang Masuk dan Barang Keluar kemudian dicatat dalam kartu stock gudang. Gudang mengeluarkan barang berdasarkan permintaan dari sub Instalasi Distribusi dengan menggunakan Formulir B2 (Daftar Permintaan dan Pengeluaran Farmasi). Penyimpanan dan pengeluaran perbekalan farmasi berdasarkan prinsip FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out). Obat narkotika disimpan di dalam lemari khusus di gudang alat kesehatan sedangkan obat psikotrofika disimpan di gudang obat. Obat-obat yang penyimpanannya pada suhu tertentu seperti serum, vaksin dan supositoria disimpan dalam lemari pendingin. Setiap akhir bulan petugas gudang membuat laporan sisa stok dan menghitung jumlah dan kondisi perbekalan farmasi (obat dan alat kesehatan) Sub Instalasi Distribusi Sub Instalasi Distribusi di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan dipimpin oleh seorang apoteker. Distribusi obat dan alat kesehatan (perbekalan farmasi) merupakan fungsi utama pelayanan farmasi rumah sakit. Hal terpenting yang harus diperhatikan adalah menjamin pemberian obat yang benar dan tepat kepada pasien sesuai dengan dosis dan jumlah yang tertulis pada resep/kartu obat. Sistem distribusi perbekalan farmasi untuk pasien rawat jalan dan pasien rawat inap dilakukan berdasarkan resep perorangan (Individual Prescription). Untuk pasien rawat inap ASKES, Jamkesmas, Medan Sehat dilakukan berdasarkan One Day Dose Dispensing (ODDD). Namun untuk memenuhi permintaan perbekalan farmasi pada sore dan malam hari (emergency) dilakukan sistem floor stock.

33 One Day Dose Dispensing (ODDD) merupakan sistem distribusi sesuai dengan jumlah yang ditetapkan untuk satu hari pemakaian. Sistem ini melibatkan apoteker dalam memonitor penyampaian seluruh perbekalan farmasi kepada pasien sehingga penggunaan obat yang rasional dan efektif dapat tercapai. Secara umum sistem pemasukan dan pengeluaran perbekalan farmasi pada sub instalasi distribusi adalah sebagai berikut: Sub Instalasi Distribusi meminta perbekalan farmasi ke gudang berdasarkan besarnya kebutuhan rumah sakit dan keadaan stok barang setiap minggu melalui formulir B2 (Daftar Permintaan dan Pengeluaran Farmasi). Sub instalasi distribusi menerima barang dari gudang dan menyalurkannya ke ruang rawat, ruang bedah, ruang rawat intensif, poliklinik, pasien dan pasien ambulatori (Daftar Permintaan dan Penggunaan Farmasi, kartu obat, resep). Sistem pengawasan terhadap pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari sub instalasi distribusi dilakukan dengan cara cross check dengan pihak sub instalasi administrasi setiap bulan. Pelaksanaan pendistribusian perbekalan farmasi dilakukan melalui : a. Pelayanan farmasi pasien ASKES rawat inap, Jamkesmas/Medan sehat rawat inap dan rawat jalan b. Pelayanan farmasi pasien umum rawat inap dan rawat jalan c. Apotek satelit Instalasi Gawat Darurat (IGD) d. Apotek satelit Central Operation Theatre (COT) e. Distribusi ruang perawatan/poliklinik

34 Pelayanan Farmasi Rawat Jalan Pelayanan farmasi rawat jalan melayani pasien umum, pasien Jamkesmas/ Medan Sehat. Permintaan obat dengan menggunakan resep. Pasien umum ini berasal dari poliklinik seperti poliklinik paru, mata, gigi, neurology, obgyn, dan lain-lain. a. Prosedur pelayanan farmasi pasien umum rawat jalan: 1. Pasien memberi resep kepada asisten apoteker. 2. Resep diberi harga dan diinformasikan kepada pasien. Jika pasien setuju dengan harga tersebut maka obat segera disiapkan. 3. Obat diserahkan beserta kuitansi (rangkap dua) dimana lembar asli diberikan pada pasien dan lembar copy sebagai pertinggal di apotek. 4. Juru pungut mengambil uang dari pihak apotek berdasarkan jumlah harga yang tertera di dalam resep. Resep asli dan kuitansi disimpan pihak apotek untuk diserahkan ke bagian administrasi agar diarsipkan. Nomor kuitansi sesuai dengan nomor resep. b. Prosedur pelayanan farmasi pasien Jamkesmas/Medan Sehat rawat jalan: 1. Pasien Jamkesmas/Medan Sehat setelah dari poliklinik datang ke pelayanan farmasi rawat jalan 2. Pasien memberikan resep kepada petugas farmasi dan memeriksa kelengkapan resep dan syaratnya seperti: a. Medan Sehat yaitu: Resep rangkap dua (putih, merah jambu), kartu Medan Sehat, Surat Keabsahan Peserta, protokol terapi dan hasil laboratorium (contoh: obat diabetes seperti Humulin injeksi).

35 b. Jamkesmas yaitu: Resep rangkap dua (putih, merah jambu), Surat Keabsahan Peserta, kartu Jamkesmas, Protokol terapi dan hasil laboratorium (contoh: obat-obat kanker seperti xeloda). 3. Petugas farmasi memberikan nomor antrian kepada pasien dan mencatat nama pasien disertai nomor resep. 4. Apoteker sebagai tim legalisasi memeriksa kerasionalan obat yang tertera dalam resep. 5. Petugas farmasi mempersiapkan obat yang sesuai dengan resep yang telah disetujui oleh tim legalisasi. 6. Obat diserahkan kepada pasien sesuai dengan nama pasien dan nomor antrian. 7. Pasien menerima obat dan menandatangani bukti penerimaan obat dan petugas farmasi memberikan informasi cara pemakaian obat. 8. Resep yang masuk diarsipkan dan dibuat penagihannya Pelayanan Pasien Rawat Inap Pelayanan farmasi rawat inap melayani pendistribusian obat untuk pasien umum, Jamkesmas/Medan Sehat dan Askes. a. Pasien Umum Pasien umum adalah pasien yang tidak terdaftar sebagai pasien Askes, Jamkesmas/Medan Sehat dan seluruh biaya pengobatan ditanggung oleh pasien sendiri. Perawat/keluarga pasien membawa kartu obat ke pelayanan farmasi rawat inap

36 Obat yang terdapat di kartu obat disalin kembali pada blanko copy resep. Obat tersebut diberi harga, diinformasikan harganya kepada pasien, disiapkan obatnya, distempel, diberi etiket, dikemas lalu diserahkan ke bagian kasir agar dibuat kuitansi (rangkap dua). Obat diserahkan kepada perawat/keluarga pasien atau obat yang dipesan diantar ke ruangan beserta kuitansi asli dan dilakukan penagihan biaya obat langsung kepada pasien atau keluarga pasien Sedangkan lembar copy kuitansi beserta copy resep sebagai pertinggal di apotek. Kartu obat diserahkan kepada perawat kembali dan setelah pasien pulang disimpan ke bagian administrasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Jika pasien belum memiliki dana yang cukup, maka biaya obat atau resep dimasukkan ke opname brief dilanjutkan ke pihak Rumah Sakit agar ditagih sewaktu pasien keluar dari Rumah Sakit. Dan juru pungut farmasi akan mengklaim biaya tersebut ke pihak Rumah Sakit. b. Pasien Askes, Jamkesmas/Medan Sehat Yang menjadi peserta Askes yaitu semua PNS (Pegawai Negeri Sipil) beserta keluarga yang meliputi istri dan 2 orang anak. Untuk anak maksimum sampai umur 21 tahun, kecuali masih kuliah bisa sampai umur 25 tahun dengan adanya surat keterangan masih aktif kuliah, sedangkan yang menjadi peserta Jamkesmas adalah semua anggota keluarga yang ada dalam satu kartu keluarga yang dinyatakan miskin oleh lurah setempat. Medan Sehat adalah semua penduduk kota Medan yang tidak terdaftar sebagai anggota Askes dan Jamkesmas dengan membawa kartu keluarga, Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan surat rujukan dari puskesmas setempat atau dinas kesehatan.

37 Perawat datang membawa map pasien yang berisi kartu obat, resep, SJP dan status pasien yang telah disetujui oleh Bidang Pelayanan Medis. Berkas tersebut dibawa perawat ke tim legalisasi resep. Resep dicek kerasionalannya dengan merujuk pada status pasien dan kartu obat. Setelah resep diperiksa dan disetujui oleh tim legalisasi, perawat membawa kembali resep tersebut ke petugas untuk distempel nama apoteker (tim legalisasi). Perawat membawa kartu obat ke pelayanan farmasi rawat inap. Kartu obat diserahkan kepada perawat kemudian disiapkan obatnya, distempel, diberi etiket, dikemas dan diserahkan kepada perawat. Untuk pasien tersebut dilayani perbekalan farmasinya seperti pasien umum tetapi tidak dipungut bayaran dari pasien. Pengklaiman dilakukan pada bagian keuangan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan. Pemakaian injeksi golongan narkotika untuk pasien rawat inap dicatat ke Formulir Pemakaian Golongan Obat Narkotika yang ditandatangani oleh dokter yang bersangkutan. Karena kartu obat pasien dikembalikan ke ruangan maka ditulis formulir sementara sebagai bukti pertinggal di sub instalasi distribusi (untuk keperluan administrasi dan pelaporan narkotika). Dimana pada Formulir Pemakaian Golongan Obat Narkotika tertera nama pasien, alamat pasien, nomor rekam medik pasien, ruang rawat, nama dokter, jumlah dan jenis narkotika yang digunakan.

38 Sistem Pelayanan Farmasi Rawat Inap 1. Askes Pelayanan Askes rawat inap melayani pasien disemua unit pelayanan dan ruang rawat. Pelayanan obat yang diberikan kepada pasien Askes sesuai dengan yang tercantum dalam DPHO (Daftar Plafon Harga Obat). Pelayanan obat Askes rawat inap menggunakan sistem ODDD (One Day Dose Dispensing), obat oral yang ditulis dalam resep maksimum untuk tiga hari dan pelayanan ke pasien diberikan untuk pemakaian setiap hari. Untuk obat injeksi, resep ditulis dan diberikan ke pasien per hari. Untuk resep alat kesehatan ditulis terpisah dari resep obat dan resep alat kesehatan langsung dilayani, namun resep obat harus disetujui oleh Tim Legalisasi terlebih dahulu. Setiap obat yang diberikan kepada pasien dicatat dalam formulir Catatan Pemberian Obat (CPO). Resep untuk hari Minggu disiapkan sekaligus pada hari Sabtu. Sistem floor stock diberlakukan untuk mengantisipasi keadaan darurat, misalnya pada waktu sore dan malam hari. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melayani resep Askes: 1. Kertas resep rangkap tiga. 2. Periksa status pasien. 3. Dalam satu lembar resep maksimum tiga obat. 4. Ditandatangani oleh dokter dan kepala ruangan di sebelah kanan. 5. Ditandatangani oleh Tim legalisasi resep Askes. 6. Ada jaminan rawatan. 7. Bila anak sudah berumur tahun harus ada surat keterangan masih aktif kuliah. 8. Obat yang diresepkan sesuai dengan DPHO.

39 9. Jumlah obat yang diberikan maksimum 3 hari. 10. Obat-obat yang memerlukan protokol terapi yaitu obat-obat yang pemakaiannya secara khusus misalnya: albumin. 11. Pasien yang baru masuk pada sore dan malam hari dilayani di pelayanan farmasi IGD dengan menggunakan resep dan kartu obat hanya untuk satu kali pemakaian, kemudian pada hari kerja berikutnya dibuat CPO (Catatan Pemberian Obat). Untuk obat yang perlu protokol terapi dan atau obat-obat lain yang resepnya belum memenuhi syarat di atas tetap dapat dilayani, namun perawat pasien tersebut perlu membuat surat pernyataan pada formulir yang sudah disediakan. Pengklaiman diajukan oleh pihak farmasi ke PT. Askes pada akhir bulan berdasarkan jumlah pemakaian obat per pasien yang dapat dilihat pada CPO dengan melampirkan: Resep pasien, protokol terapi, hasil lab (jika perlu). Catatan Pemberian Obat (CPO) pasien Surat jaminan perawatan pasien 2. Jamkesmas/Medan Sehat Pelayanan Jamkesmas/Medan Sehat rawat inap melayani pasien di semua unit pelayanan dan ruang rawat yang ditentukan adalah khusus kelas 3. Pelayanan obat yang diberikan kepada pasien Jamkesmas/Medan Sehat berdasarkan formularium Jamkesmas dan Medan Sehat yang ditetapkan. Pelayanan obat Jamkesmas/Medan Sehat rawat inap menggunakan sistem ODDD (One Day Dose Dispensing), obat oral yang ditulis dalam resep maksimum untuk tiga hari dan pelayanan ke pasien diberikan untuk pemakaian

40 setiap hari. Untuk obat injeksi, resep ditulis dan diberikan ke pasien per hari. Untuk resep alat kesehatan ditulis terpisah dari resep obat dan resep alat kesehatan langsung dilayani, namun resep obat harus disetujui oleh Tim Legalisasi terlebih dahulu. Setiap obat yang diberikan kepada pasien dicatat dalam formulir Catatan Pemberian Obat (CPO). Resep untuk hari Minggu disiapkan sekaligus pada hari Sabtu. Sistem floor stock diberlakukan untuk mengantisipasi keadaan darurat, misalnya pada waktu sore dan malam hari Pelayanan Farmasi di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Pelayanan farmasi di IGD dipimpin oleh seorang apoteker. Pelayanan farmasi IGD buka 24 jam, dilayani oleh petugas yang dibagi atas 3 shift yaitu pagi, siang dan malam hari serta dilakukan serah terima barang dan uang setiap pergantian shift. Pengadaan barang dari unit gudang dengan membawa Formulir B2 (Permintaan dan Pengeluaran Farmasi). Tugas dan fungsi dari pelayanan farmasi IGD : 1. Melayani perbekalan farmasi untuk pasien yang masuk ke IGD, yaitu pasien umum, pasien Askes, pasien Jamkesmas/Medan Sehat dan Mr/Ms.X. Prosedur pelayanan farmasi di IGD: a. Pasien Umum Dokter menulis perbekalan farmasi yang diperlukan oleh pasien di kartu obat. Perawat IGD membawa kartu tersebut ke pelayanan farmasi IGD. Petugas pelayanan farmasi IGD memberikan perbekalan farmasi yang diminta dan menagih pembayarannya kepada keluarga pasien.

41 Pembayaran langsung di apotek IGD, dibuat kuitansi, kuitansi asli diberikan kepada pasien dan satu rangkap lagi sebagai pertinggal di apotek. Jika keluarga pasien tidak membawa uang, total biaya pemakaian perbekalan farmasi dicatat pada Opname Brief (OB) dan Nomor OB dicatat oleh petugas farmasi. Kalau pasien mau pulang, pembayaran perbekalan farmasi tersebut dipungut di ruangan. b. Pasien Askes Dokter menulis perbekalan farmasi yang diperlukan pada resep sementara. Resep disesuaikan dengan DPHO Petugas farmasi memberikan perbekalan farmasi tersebut. Setelah pasien diberi perbekalan farmasi tersebut, dokter menulisnya di blanko resep Askes rangkap tiga dan ditandatangani oleh dokter, kepala ruangan dan oleh Tim legalisasi. Persyaratan yang harus dipenuhi yaitu membawa kartu Askes. c. Pasien Jamkesmas/Medan Sehat Dokter menulis perbekalan farmasi yang diperlukan pada resep sementara. Resep ditulis sesuai dengan Formularium obat Petugas farmasi memberikan perbekalan farmasi tersebut Setelah pasien diberi perbekalan farmasi tersebut, dokter menulisnya di blanko resep Jamkesmas/Medan Sehat rangkap dua dan ditandatangani oleh dokter, kepala ruangan dan oleh tim legalisasi.

42 d. Pasien Mr/Ms. X Untuk pasien Mr/Ms. X dilayani perbekalan farmasi seperti pasien Jamkesmas. Pihak rumah sakit melaporkan kepada bagian pelayanan medis agar membuat surat keterangan bahwa pasien tersebut pasien Jamkesmas apabila tidak ada sanak saudaranya. e. Pasien Kredit/Perusahaan Untuk pasien kredit/perusahaan dilakukan pelayanan seperti pada pasien umum. Penagihan biaya obat dilakukan keuangan apotek dengan mengarsipkan kuitansi, copy resep dan surat resmi dari instansi untuk diberikan kepada bagian keuangan rumah sakit. Oleh bendahara rumah sakit dilakukan pengklaiman ke perusahaan yang bersangkutan. Prosedur melayani perbekalan farmasi untuk pasien di KBE : a. Pasien Umum Dokter menulis perbekalan farmasi yang diperlukan termasuk obat anastesi dan obat narkotika seperti petidin di kartu obat. Petugas farmasi memberikan obat yang diminta tersebut. Untuk obat golongan narkotika, petugas farmasi IGD mencatat ke buku formulir pemakaian narkotika yang dilengkapi nama dokter, nama pasien dan ditandatangani oleh dokter yang bersangkutan untuk keperluan pelaporan narkotika setiap bulannya. Pembuatan laporan seluruh narkotika yang digunakan di rumah sakit dilakukan oleh bagian administrasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan.

43 Perbekalan farmasi yang dipakai untuk keperluan tindakan bedah ditagih oleh petugas apotek pada keluarga pasien. Pembayaran langsung di Apotek IGD, dibuat kuitansi, kuitansi asli diberikan kepada pasien dan satu rangkap lagi sebagai pertinggal di apotek. Jika keluarga pasien tidak membawa uang, total biaya pemakaian perbekalan farmasi dicatat pada Opname Brief (OB) dan Nomor OB dicatat oleh petugas farmasi. Kalau pasien mau pulang, pembayaran perbekalan farmasi tersebut dipungut di ruangan. b. Pasien Askes/ Medan Sehat/Jamkesmas Perbekalan farmasi yang diperlukan ditulis oleh dokter pada kartu obat. Pada keesokan harinya, dokter menulisnya di blanko resep Askes/Medan Sehat/Jamkesmas rangkap tiga dengan ditandatangani oleh dokter, kepala ruangan dan oleh Tim legalisasi. Persyaratan yang harus dipenuhi yaitu membawa kartu Askes/kartu keluarga dan KTP/kartu keterangan dari lurah. Dalam melakukan pelayanan, apotek IGD menetapkan sistem jaminan (bon gantung) bagi pasien-pasien yang belum memenuhi persyaratan. Besarnya jaminan disesuaikan dengan kondisi dan jumlah obat-obat yang digunakan oleh pasien. Sistem ini sesuai dengan SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan. Pasien yang belum melengkapi persyaratan administrasi misalnya calon Askes, calon Jamkesmas/Medan Sehat maka keluarga harus membuat surat pernyataan dan diberikan waktu maksimal 3 hari kerja untuk melengkapi

44 persyaratannya. Lebih dari 3 hari maka pasien harus membayar sesuai dengan jumlah biaya pengobatan dan terdaftar sebagai pasien umum. 4. Mengisi perbekalan farmasi pada lemari emergensi. Pelayanan farmasi IGD mendistribusikan permintaan perbekalan farmasi emergensi ke ruangan-ruangan pasien rawat inap dan kamar bedah emergensi dengan memakai sistem distribusi floor stock yang disimpan di lemari khusus. Sistem pengelolaan obat di ruangan dilakukan oleh kepala ruangan yang bersangkutan sedangkan untuk KBE dilakukan oleh petugas farmasi IGD. Setiap obat-obatan yang dipakai dari lemari emergensi harus diganti segera mungkin. Bila pasien umum yang menggunakan obat-obat emergensi maka pasien harus membeli dan mengembalikannya ke lemari emergensi. Bila yang menggunakan adalah pasien Askes/Jamkesmas/Medan Sehat maka perawat harus membuat resep dimana resep Askes diserahkan kepada tim legalisasi pihak PT. ASKES sedangkan resep Jamkesmas/Medan Sehat diserahkan kepada tim legalisasi rumah sakit agar obat-obat tersebut segera diganti dan dikembalikan ke lemari emergensi. Pada saat tertentu tim peninjau akan memeriksa ke setiap ruangan apakah jumlah obat-obat emergensi sesuai dengan yang disediakan oleh pihak farmasi, khususnya farmasi IGD. Tabel 1. Daftar Stock Obat-obat Emergensi o... Nama Obat Adrenalin (Epinefrin) Aminofilin Atropin sulfat Calsium glukonat atuan mp ab ab S a t t t

45 . ab Dexamethasone t. ab/amp Dextrose 5% f. ls *Dobujek 500 mg a. mp Dopamin t. ab Forgesic/Tramadol t. ab/amp Furosemid/Lasix t 0. ab/amp Kalium klorida f 1. ls Klorfenon/Delladryl v 2. ial Klorpromazin HCl t 3. ab Kortison asetat a 4. mp Lidokain 2% a 5. mp Magnesium sulfat s 6. erbuk Methergin t 7. ab/amp Natrium bicarbonat/meylon t 8. ab NaCl 0,9% f 9. ls Oxytocin/Sinthocynon a 0. mp Papaverin HCl t 1. ab/amp * Pethidin a 2. mp Ringer lactate f 3. ls Transamin 500 mg t 4. ab/amp *obat-obat yang hanya disediakan di ruang khusus seperti ICU, ICCU, STROKE. Tabel 2. Daftar Stok Alat-alat Kesehatan Emergensi Nama alat kesehatan S

46 o Infuset mikro Infuset dewasa IV-Catheter no.14 IV-Catheter no.16 IV-Catheter no.18 IV-Catheter no.22 IV-Catheter no.24 NGT 16 NGT 19 Poli catheter Spuit 3 cc Spuit 5 cc Spuit 10 cc Spuit 60 cc Urine bag atuan et et et et et et et et et et et et et et et s s s s s s s s s s s s s s s Jenis obat dan alat emergensi yang disediakan di setiap ruangan berbedabeda untuk masing-masing ruangan sesuai dengan kebutuhan dan jenis penyakit Pelayanan Farmasi di Central Operation Theatre (COT) Pelayanan farmasi COT bertugas melayani bagian Central Operation Theatre (COT). Pengelolaan obat-obat di COT atau pembedahan yang direncanakan adalah di bawah pengawasan pelayanan farmasi COT. Pasien umum yang mengambil obat membayar secara tunai yang kemudian akan disetor ke

47 bagian keuangan sedangkan untuk pasien Askes pengobatan ditanggung oleh PT. Askes, pasien Medan Sehat/Jamkesmas ditanggung oleh pemerintah, dimana obatobat yang diresepkan harus sesuai dengan Formularium dan obat-obat di luar Formularium diatasi oleh pihak Rumah Sakit (dengan melampirkan protokol terapi hasil laboratorium pasien). Perbekalan farmasi yang terdapat di pelayanan farmasi COT adalah obatobatan sediaan injeksi terutama obat bius dan alat kesehatan habis pakai. Pengadaan obat-obatan dan alat-alat kesehatan di apotek berasal dari unit gudang instalasi farmasi yang diminta sekali seminggu dengan menggunakan formulir B2. Daftar Permintaan dan Pengeluaran Farmasi. Demikian juga dengan pengadaan obat-obat narkotika menggunakan Daftar Permintaan dan Pengeluaran Narkotika. Pemasukan dan pengeluaran barang dicatat dalam Buku Pemasukan dan Pengeluaran, lalu dimasukkan ke kartu stok dan dicross check dengan sub instalasi administrasi setiap bulan. Untuk pengadaan obat anastesi dan perlengkapannya di kamar bedah, petugas apotek COT mendistribusikan berdasarkan Daftar Permintaan Obat Anastesi dan Perlengkapannya. Pada Formulir ini perawat mencatat dan meminta obat dan perlengkapan anastesi langsung sebelum pasien dioperasi. Dosis pemakaian obat anastesi dimonitor oleh petugas anastesi dalam kamar bedah yang dicatat dalam Daftar Dosis Pemakaian Obat/Alat Anestesi sebagai bukti pengeluaran bagi pasien. Jadi bila ada obat dan perlengkapan anastesi yang berlebih dalam Daftar Permintaan Obat Anastesi dan Perlengkapannya akan dikembalikan lagi ke apotek COT dan yang terpakai sesuai dengan yang tertulis pada Daftar Dosis Pemakaian Obat/Alat Anastesi.

48 Pemakaian golongan obat narkotika di kamar bedah dicatat dalam Formulir Pemakaian Obat Golongan Narkotik contohnya pethidin, dicatat dalam Formulir Pemakaian Pethidin di Kamar Bedah yang ditandatangani oleh dokter yang bersangkutan. Formulir ini merupakan pertinggal di sub instalasi distribusi sebagai pengganti kartu obat. Dan ini akan memudahkan petugas COT mengetahui jumlah pemakaian obat Narkotik sehingga mudah untuk membuat laporan penggunaan obat-obat Golongan Narkotik Distribusi Ruangan Distribusi ruangan melayani permintaan dari poliklinik, ruang perawatan dan non perawatan misalnya nefrologi/hemodialisis. Obat dan alat-alat kesehatan yang didistribusikan dari distribusi ruangan ke poliklinik dan ruangan perawatan merupakan kebutuhan rutin seperti kapas, alkohol dan sebagainya. Perbekalan farmasi yang dibutuhkan didistribusikan ke ruangan/poliklinik adalah berdasarkan permintaan pemakai dengan memakai formulir Daftar Permintaan dan Penggunaan Farmasi yang ditandatangani oleh kepala ruangan dan dokter ruangan. Sub Instalasi Administrasi Merupakan bagian dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit yang bertugas melaksanakan kegiatan administrasi kefarmasian di Instalasi Farmasi. Dalam melaksanakan tugasnya Sub Instalasi Administrasi dibagi dua yaitu: Umum, kepegawaian dan rumah tangga Tugasnya antara lain:

49 - Mencatat surat-surat yang masuk ke Instalasi farmasi dan mengarsipkannya dengan rapi. Pada buku agenda, surat-surat yang masuk dicatat: tanggal, asal surat, isi ringkas dan sebagainya. - Mencatat surat-surat yang keluar dari Instalasi Farmasi dan menyampaikan ke alamat yang dituju dengan pertanggung jawaban yang jelas dan mengarsipkannya. - Mengarsipkan data-data pegawai di Instalasi Farmasi. - Membalas surat yang masuk ke Instalasi Farmasi. - Mengatur mutasi pegawai di Instalasi Farmasi bekerja sama dengan staf yang lain. - Mengarsip resep dan kuitansi penjualan resep - Mengurus permintaan keperluan rumah tangga di Instalasi Farmasi misalnya AC 2. Akuntansi, Laporan dan Statistik Tugasnya antara lain : - Mencatat semua data-data pengeluaran dan pemasukan obat-obatan, dan alat kesehatan habis pakai dalam suatu pola administrasi yang sesuai dengan kebutuhan Instalasi Farmasi. - Melakukan pemeriksaan silang (cross chek) dengan gudang dan sub instalasi distribusi setiap bulan dan menyesuaikannya dengan Kartu Administrasi Persediaan Farmasi yang dapat dilihat pada lampiran. - Membuat laporan bulanan penjualan obat-obatan yang terjual melalui resep setiap bulan.

50 - Membuat laporan pengeluaran obat-obatan, alat kesehatan /alat kedokteran yang dikeluarkan Instalasi Farmasi dalam bentuk laporan tahunan. - Menyesuaikan jumlah uang hasil penjualan dengan kuitansi penjualan resep yang akan disetor ke Bagian Keuangan Rumah Sakit setiap hari. - Neraca rugi laba dibuat dengan mengumpulkan data dari semua bagian tiap akhir tahun. Berdasarkan data yang dikumpulkan tersebut dapat diketahui Persediaan akhir setiap bulan dan setiap tahun. Harga Pokok Penjualan (HPP) kemudian dapat dihitung dengan menambahkan persediaan awal tahun dengan pembelian barang selama setahun lalu dikurangi dengan persediaan akhir tahun. Semua dana yang keluar dan masuk direkapitulasi. Kemudian dihitung rugi labanya setiap tahun. Dari hasil tersebut dilakukan evaluasi. Sub Instalasi Administrasi membuat, mengatur dan mengevaluasi perhitungan unit cost. Pada prinsipnya seluruh perbekalan farmasi yang didistribusikan harus dapat dikembalikan dananya, misalnya melalui prinsip unit cost. Unit cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh IFRS untuk keperluan pemeriksaan, perawatan, dan tindakan medis bagi pasien, yang dalam penggunaannya tidak dapat ditentukan jumlah satuannya seperti kapas, plester dan lain-lain. Penentuan besarnya biaya unit cost untuk pasien rawat jalan, operasi dan rawat inap dapat dihitung dengan menggunakan rumus : a. Pasien rawat jalan/operasi Unit cost perbekalan Farmasi=Jumlah biaya perbekalan farmasi yang dikeluarkan Jumlah pasien yang berkunjung setiap bulan

51 Keterangan: Data diambil minimal selama 3 bulan kemudian diambil rata-ratanya. b. Pasien rawat inap Unit cost perbekalan Farmasi = Jumlah biaya perbekalan farmasi yang dikeluarkan setiap bulan Jumlah hari rawatan setiap bulan Biaya unit cost ini untuk pasien Askes dan Umum besarnya sama. Jumlah biaya unit cost ini dicatat oleh petugas ruangan melalui opname brief, dihitung jumlahnya oleh petugas Intalasi Farmasi dan pembayarannya langsung diklaim oleh Instalasi Farmasi ke RSUPM. Setiap bulan dibuat neraca Rugi/Laba untuk unit cost sehingga dapat dievaluasi secara berkala dan dapat segera disesuaikan jika terdapat perubahan yang signifikan. Contoh biaya yang termasuk unit cost serta tindakannya: Perhitungan Besarnya Unit Cost untuk Instalasi Farmasi pada pasien Askes dan Jamkesmas untuk Partus Normal Tabel 3. Rincian Perbekalan Farmasi-nya adalah sebagai berikut: Nama Ke o. Perbekalan Farmasi masan Lidocain A. mp Kapas 1. kg Iodin Povidon Bo. / 60 cc tol Chromic 2/0 Sa. chet Jumlah ,- Harg a Satuan Rp. 863,- Rp ,- Rp ,- Rp ,- Pe makaian 2 amp 1 ons ¼ botol 2 bh Harg a Pemakaian Rp ,- Rp ,- Rp. 875,- Rp ,- Rp.

52 3.3.4 Farmasi Klinik Instalasi Farmasi BPK RSU Dr.Pirngadi Kota Medan memiliki Sub Instalasi Farmasi Klinik yang dipimpin oleh seorang Apoteker, bertanggung jawab dalam melaksanakan pelayanan dibidang farmasi klinik. Pelayanan farmasi klinis yang baik akan memberikan manfaat bagi pasien maupun pihak rumah sakit, namun hingga saat ini belum banyak pelayanan farmasi klinis yang dilakukan di rumah sakit. Hal ini dikarenakan adanya kendala-kendala seperti keterbatasan ilmu, sumber daya manusia dan sarana rumah sakit yang belum mendukung. Adapun bagian dari farmasi klinis yang telah berjalan adalah pemberian informasi obat, pemantauan penggunaan obat, dan efektifitas biaya. Pemberian informasi obat dilakukan terhadap pasien yang mengambil obatnya di Unit Pelayanan Farmasi Rawat Jalan. Dengan adanya informasi, diharapkan pasien mengerti tentang tata cara penggunaan obat sehingga tujuan pengobatan yang optimal dapat tercapai, mewaspadai efek yang tidak diinginkan yang mungkin muncul atas pemakaian obat, mengerti manfaat dari obat yang telah diberikan. Contoh pelayanan informasi obat yang dilakukan pada Instalasi Farmasi Rawat Jalan :

53 RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN INSTALASI RAWAT JALAN KARTU OBAT PASIEN RAWAT JALAN (KHUSUS UNTUK DILAYANI DI INSTALASI FARMASI) Poliklinik : THT No: Nama dokter : Dr.Bresman Sianipar Sp THT Tanggal : 4 April 2009 R/ Baquinor 500 mg No.X S2dd tab I R/ As. Mefenamat No.X S2dd tab I R/ H2O2 3% Sol 25 ml S3dd V tetes AD Tanda tangan dokter : Pasien : Ismail Umur : 46 tahun Alamat : Pelayan an informasi: 1. Baquinor a. Komposisi : Ciprofloxacin HCL b.indikasi : Infeksi saluran nafas bawah, infeksi kulit dan jaringan lunak, infeksi tulang dan sendi, infeksi

54 c. Bentuk obat : Tablet saluran cerna, Infeksi Saluran Kemih, Osteomielitis akut. d.cara Pemakaian : 2 kali sehari 1 tablet (tiap 12 jam 1 tablet) e. Hal-hal yang perlu diinformasikan : - Obat harus dihabiskan sesuai dengan petunjuk dokter walaupun kondisi badan telah membaik. - Banyak minum air putih. - Harus disiplin dan dimakan secara teratur, jangan terlupakan sekalipun. - Obat digunakan setelah makan. i. Asam mefenamat a. Komposisi : Mefenamic acid b. Indikasi : Menghilangkan sakit kepala, sakit gigi, nyeri otot, rematik, nyeri traumatik, dismenore, nyeri pasca operasi, nyeri pasca persalinan, antipiretik pada kondisi demam. c. Bentuk obat : Kapsul dan kaplet d. Cara pemakaian : 2 kali sehari 1 kapsul (tiap 12 jam 1 kapsul) e. Hal-hal yang perlu diinformasikan - Obat dihentikan apabila rasa sakit sudah hilang. - Banyak istirahat dan sebaiknya tidak bekerja berat. - Obat digunakan setelah makan. - Banyak minum air putih. 2. H2O2 3%

55 a. Komposisi : Hidrogen peroksida b. Indikasi : Sebagai antiseptikum, membersihkan luka yang kotor, desinfektan dan deodorans dalam obat kumur dan tetes telinga 30 mg/ml untuk mengeluarkan cerumen. c. Bentuk obat : Cairan d. Cara pemakaian : 3 kali sehari 5 tetes (tiap 8 jam 5 tetes). e. Hal-hal yang perlu diinformasikan: - Obat digunakan sesuai petunjuk pemakaian yaitu diteteskan pada telinga kiri sebanyak 5 tetes. - Kepala dimiringkan lalu obat diteteskan 5 tetes, biarkan beberapa saat kemudian kepala ditegakkan. - Digunakan secara teratur setiap 3 kali sehari 5 tetes (tiap 8 jam 5 tetes) Instalasi Central Sterilization Supply Department (CSSD) Berdasarkan nota tugas kepala RSU Daerah Dr Pirngadi Kota Medan No.217/009/1/2005, CSSD terpisah dari Instalasi Farmasi dan menjadi Instalasi CSSD yang dipimpin oleh Kepala Instalasi yang bertanggung jawab langsung kepada Direktur RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan. CSSD merupakan pusat pelayanan kebutuhan alat dan bahan (linent) steril untuk seluruh unit-unit rumah sakit yang membutuhkan. Sistem pelayanan yang dilakukan dibagi atas 2 kelompok yaitu: 1. Sterilisasi alat kesehatan dari ruangan.

56 Menerima alat kesehatan yang belum steril dari ruangan untuk disterilkan di CSSD, kemudian menyerahkan kembali dalam keadaan steril kepada ruangan yang bersangkutan. Ruangan yang dilayani adalah pihak poliklinik atau ruangan perawatan yang membutuhkan. 2. Sterilisasi kebutuhan operasi Memproses penyediaan dan kebutuhan alat atau perlengkapan bedah. Kamar bedah yang dilayani adalah COT, KBE, kamar bedah THT, kamar bedah mata dan kamar bedah kulit. Kegiatan sterilisasi dibagi dalam lima tahap yaitu : 1. Penerimaan barang yang akan disterilkan. 2. Proses sterilisasi yang mencakup proses pencucian, pengeringan, pengemasan basic dan khusus dan penempelan label. 3. Sterilisasi 4. Penyimpanan 5. Penyaluran Jenis barang yang akan disterilkan yaitu: Metal, alat alat bedah. Linen/katun/dressing, pakaian, masker, tutup kepala. Sarung tangan Proses penyiapan alat : Alat kotor disortir dan dicek kelengkapannya kemudian dicuci dengan air mengalir untuk membuang darah yang melekat pada alat.

57 Direndam dengan larutan klorin 0,5% selama 5 menit. Dicuci dengan air bersih dan disikat sampai bersih Direndam di ultrasonik dengan larutan saflon selama 30 menit Dibilas di ultrasonik dengan air panas Dikeringkan di ultrasonik Alat dikeluarkan dan disusun (setting) sesuai tindakan operasi standar Diberi tanda (indikator paper) Sterilkan selama 15 menit, C Dipacking dan dialurkan.

58 BAB IV PEMBAHASAN RSU Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan merupakan rumah sakit milik pemerintah Medan yang telah swadana, dimana RSU Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan memiliki wewenang untuk menggunakan penerimaan fungsionalnya secara langsung demi perkembangan rumah sakit. RSU Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan termasuk Rumah Sakit Umum Kelas B Pendidikan dan sejak diubah statusnya menjadi RSU Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan pimpinannya adalah Direktur RSU yang dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh 3 orang Wakil Direktur. Instalasi Farmasi RSU Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan memiliki 4 Sub Instalasi yaitu: Perbekalan, Distribusi, Administrasi dan Farmasi Klinis. Setiap Sub Instalasi mempunyai tugas dan fungsi masing-masing yang saling berkaitan satu sama lainnya. Pada dasarnya setiap Sub Instalasi telah berusaha untuk melaksanakan tugas dan fungsinya dengan sebaik-baiknya dalam memberikan pelayanan kepada pasien. RSU Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan telah memiliki Formularium Rumah Sakit (FRS) yang digunakan sebagai standar penulisan resep oleh dokter. Formularium Rumah Sakit ini disusun oleh Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) dibawah Komite Medis yang terdiri dari dokter dari Staf Medis Fungsional (SMF) dan Apoteker dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Formularium Rumah Sakit ini

59 disusun dan direvisi pada jangka waktu 3 tahun dengan mempertimbangkan perkembangan di bidang kedokteran dan farmasi. Instalasi Farmasi Rumah Sakit seharusnya merupakan satu-satunya unit di rumah sakit yang menyediakan dan mendistribusikan perbekalan farmasi serta menyajikan informasi obat pada pasien rawat jalan dan rawat inap. Sistem pelayanan farmasi seperti ini dikenal dengan sistem satu pintu. Instalasi Farmasi RSU Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan mengadakan pelayanan farmasi Askes, Jamkesmas/Medan Sehat, pasien umum baik rawat jalan maupun rawat inap. Pelayanan rawat inap untuk peserta Askes dan pasien Medan Sehat/Jamkesmas menggunakan sistem pelayanan ODDD (One Day Dose Dispensing). Pada pasien umum rawat inap, sistem pelayanan ODDD belum dapat berjalan dengan baik. Hal ini disebabkan pasien harus setiap hari membayar karena belum adanya penagihan secara sentral. Pembagian Pelayanan Askes RSU Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan dibagi atas beberapa depo untuk mengefisiensikan pelayanan melalui pendekatan pelayanan kepada pasien. Depo Farmasi lantai 3, 5 dan 7 melayani resep Askes dan Jamkesmas/Medan Sehat rawat inap. Pada pelayanan resep Askes ada kalanya dokter menuliskan resep diluar DPHO dan Jamkesmas ada kalanya dokter menuliskan resep di luar Formularium obat Jamkesmas. Bila hal ini tak terhindarkan maka pasien Askes/Medan Sehat/Jamkesmas harus membayar harga obat tersebut setelah pasien diinformasikan bahwa obat yang diresepkan diluar DPHO atau Formularium obat Jamkesmas. Untuk pasien Jamkesmas yang mendapat obat-obat yang digunakan

60 secara khusus dokter harus membuat protokol terapinya, misalnya albumin, derivat-derivat statin, obat epileptik. Farmasi Klinis di RSU Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan yang telah dilaksanakan adalah pemberian informasi obat, pemantauan penggunaan obat, dan efektivitas biaya. Pengelolaan administrasi di Istalasi Farmasi RSU Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan telah dilaksanakan dengan baik sebagai pengelola pembukuan dan pelaksana fungsi kontrol obat-obatan melalui sistem cross-check pada setiap sub Instalasi Farmasi. Dari neraca Rugi/Laba yang dibuat setiap tahun dapat dilakukan evaluasi untuk mengetahui Instalasi Farmasi mengalami Rugi/Laba. Jika dari neraca Rugi/Laba tersebut diketahui Instalasi Farmasi telah mendapat keuntungan maka sistem operasional yang dijalankan dalam periode ini dipertahankan untuk periode selanjutnya. Tetapi jika mengalami kerugian maka dilakukan evaluasi pada bagian mana yang mengalami kerugian dan dilakukan pembenahan di bagian tersebut. CSSD telah terpisah dari Instalasi Farmasi menjadi Instalasi CSSD. Instalasi CSSD telah melakukan upaya sterilisasi alat-alat untuk operasi yang disesuaikan dengan tindakan operasi yang dilakukan. Alat-alat kesehatan habis pakai dan bahan-bahan keperluan sterilisasi dipesan dengan menggunakan surat pesanan yang disetujui oleh Kepala Rumah Sakit kepada PBF. Sedangkan untuk alat-alat inventaris disediakan oleh pihak rumah sakit.

61 BAB V STUDI KASUS 5.1 Studi Kasus Penyakit Jantung Koroner (PJK) Latar Belakang Proses pelayanan kesehatan melibatkan interaksi pasien dengan praktisi kesehatan yang meliputi: Dokter, Perawat, Apoteker, dan tenaga kesehatan lainnya. Dalam hal ini Apoteker merupakan praktisi kesehatan yang berkaitan dengan penerapan terapi obat dengan cara menyediakan produk obat yang perlu untuk pengobatan berdasarkan diagnosa dokter dan memastikan penggunaan obat yang tepat. Selain itu, Apoteker juga memberi informasi tentang obat kepada pasien dan melakukan pemantauan penggunaan obat (Siregar, 2004). Salah satu pelayanan kefarmasian adalah pelayanan farmasi klinis yang lebih berorientasi kepada pasien dibanding dengan produk. Farmasi klinis merupakan suatu disiplin yang berkaitan dengan penerapan pengetahuan dan keahlian farmasi dalam membantu memaksimalkan efek obat dan meminimalkan efek toksik bagi pasien secara individual. Hal ini sangat diperlukan untuk memberikan jaminan pengobatan yang rasional (efektif, aman, tersedia, dan biayanya terjangkau) dan sampai saat ini belum banyak dilakukan di Indonesia (Aslam, 2003). Dalam pelaksanaan farmasi klinis, Apoteker harus mampu berinteraksi dengan tenaga kesehatan yang lain khususnya dengan dokter dan perawat. Selain

62 itu Apoteker juga harus mampu mewawancara dan menilai kesesuaian kondisi pasien terhadap pengobatannya, memonitor respon pasien terhadap terapi obat dan menjaga keselamatan pasien terhadap efek obat yang tidak dikehendaki, memberikan konseling pada pasien dan menyediakan informasi obat (Aslam, 2003). Untuk dapat melaksanakan tujuan tersebut maka, diperlukan upaya peningkatan sumber daya manusia. Upaya tersebut adalah melalui pendidikan dan pelatihan bagi calon Apoteker salah satunya adalah dengan Praktek Kerja Profesi (PKP). Sebagai calon Apoteker diharuskan melakukan pendidikan dan pelatihan dengan praktek langsung yang berkaitan dengan penggunaan obat guna mendapat pengalaman kerja profesi di rumah sakit sebelum benar-benar terjun ke lapangan setelah menjadi Apoteker. Sehubungan dengan hal itu maka dilaksanakan PKP di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan. Salah satu kegiatan PKP yang dilakukan adalah studi kasus. Dalam studi kasus ini dilakukan pemantauan penggunaan obat, diskusi dengan pembimbing tentang rasionalisasi penggunaan obat yang diberikan kepada pasien yang bersangkutan serta memberi masukan agar diberikan terapi yang optimal TINJAUAN PUSTAKA Anatomi Jantung Jantung merupakan suatu organ yang terdiri dari otot, memiliki 4 ruang, berukuran kira-kira sebesar kepalan tangan dan berbentuk seperti sebuah kerucut. Jantung terletak pada sisi kiri dari organ dada bagian atas. Sisi kanan dari jantung

63 terbagi menjadi 2 ruangan atrium kanan dan ventrikel kanan. Sisi kiri dari jantung juga terbagi menjadi 2 ruang atrium kiri dan ventrikel kiri. Rongga dari sisi kanan jantung menerima darah yang mengalir kembali dari seluruh badan melalui vena besar yang disebut vena kava. Darah ini mengandung kadar oksigen yang rendah dan kadar karbon dioksida yang tinggi. Ruang dari sisi kanan jantung memompa darah yang miskin oksigen dan kaya karbon dioksida ke paru-paru. Diparu-paru, darah menukar karbon dioksidanya dengan oksigen. Darah yang kaya akan oksigen kemudian dialirkan kembali ke jantung kiri. Ketika darah yang mengandung banyak oksigen ini kembali kejantung, akan melewati atrium kiri dan ventrikel kiri kemudian dipompa keseluruh tubuh melalui arteri yang besar, aorta. Katup-katup pada jantung mencegah darah mengalir kembali (Alison, 1993). Vena Pulmonalis Kanan Vena Pulmonalis Kiri Gambar 5.1. Anatomi dan Sistem Sirkulasi Darah Jantung

64 Penyakit Jantung Koroner (PJK) Penyakit Jantung Koroner adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh penyempitan dan penghambatan pembuluh darah arteri yang mengalirkan darah ke otot jantung. Mengeras dan menyempitnya pembuluh darah oleh pengendapan lemak menyebabkan terjadinya arteriosklerosis. Akibatnya adanya arteriosklorosis maka terjadi ketidakseimbangan antara suplai oksigen disatu pihak dengan kebutuhan oksigen otot jantung. Manifestasi klinis dari PJK antara lain adalah angina pektoris.. Bahaya yang disebabkan PJK secara proporsional berkaitan dengan level kolesterol total dalam darah yaitu Low Density Lipoprotein (LDL) satu faktor yang membahayakan, sedangkan High Density lipoprotein (HDL) berperan sebagai protektif. Palpitas merupakan manifestasi PJK yang dapat timbul spontan ataupun karena faktor pencetus seperti aktivitas fisik, stress. Selain itu juga nyeri dada yang terasa tertekan dan terasa panas (Joewono, 2003) Patofisiologi Gambar 5.2. Jantung yang mengalami Arteriosklerosis

65 Proses arteriosklerosis diawali dengan metabolisme lipid yang abnormal dan lemak jenuh yang berlebihan, terutama dengan adanya predisposisi genetik. Tahap awal adalah pembentukan lapisan lemak, atau akumulasi lipid subendotelial dan monosit terisi lipid. Low-density Lipoprotein (LDL) adalah lipid utama pembentuk arteriosklerosis. LDL mengalami oksidasi, yang menjadikannya sulit di pindahkan semudah zat toksik lainnya. Makropag bermigrasi kedalam ruang subendotelial dan memakan lipid, sehingga terbentuk sel sabun (foam cell). Begitu terjadi proses pembentukan plaque, sel-sel otot polos juga bermigrasi ke dalam lesi ini. Pada tahap ini lesi tersebut secara hemodinamik belum kelihatan, tetapi fungsi endotel sudah abnormal dan kemampuannya untuk membatasi masuknya lipoprotein ke dalam dinding pembuluh darah menjadi terganggu. Apabila plaque ini sudah stabil, terbentuk selubung fibrosa, lesi ini mengalami klasifikasi dan lumen pembuluh darah menyempit. Meskipun plaque arteriosklerosis dapat tetap stabil atau berubah secara bertahap, beberapa diantaranya dapat mengalami rupture, menyebabkan keluarnya lipid dan faktor jaringan dalam berbagai rangkaian kejadian dengan puncaknya terjadi trombosis intravaskuler. Akhirnya proses ditentukan oleh apakah pembuluh darah menjadi tersumbat atau apakah terjadi trombosis, baik spontan maupun akibat pengobatan, dan apakah plaque selanjutnya menjadi stabil. Tersumbatnya pembuluh darah dapat parsial atau komplit (menimbulkan gejala angina tidak stabil atau infark miokard), atau plaque dapat di stabilisasi ulang, seringkali dengan stenosis yang lebih berat (Tierney dkk, 2002) Faktor Resiko PJK

66 Faktor resiko penyakit jantung koroner: a. Hiperkolesterolemia (terutama konsentrasi serum LDL) b. Hipertensi (tekanan sistolik yang tinggi) c. Merokok d. Hiperglikemia (karena diabetes) e. Genetik/ Riwayat keluarga Faktor lain yang secara tidak langsung mempengaruhi: Obesitas Stress Kurang olah raga Diet dengan kandungan asam lemak jenuh yang tinggi Pemeriksaan yang dilakukan: Gejala Klinik Keluhan yang sering timbul: palpitasi (berdebar-debar), detak jantung sering terhenti/meloncat, letih, lemas, cepat lelah, pusing, kesadaran menurun/pingsan, batuk, kejang. Keluhan lain: sesuai dengan penyakit dasar, komplikasi dan faktor presipitasi (sesak, nyeri dada, stroke, dan lain-lain) Pemeriksaan Nadi dan Detak Jantung Secara okjektif menentukan ada atau tidaknya aritmia tetapi untuk menentukan jenis aritmia sulit dipastikan. Namun nadi dan detak jantung normal tidak menyingkirkan diagnosa Elektrokardiografi Pemeriksaan EKG menunjukkan adanya elevasi segmen-st sesuai dengan lokasi dinding ventrikel yang mengalami infark. Pada fase hiperakut, perubahan

67 EKG didahului oleh gelombang T yang meninggi, kemudian elevasi segmen T selanjutnya terbentuk gelombang Q yang patologis disertai elevasi segmen-st (Joewono, 2003) Pemeriksaan Tambahan Pemeriksaan fisik (tekanan darah, besarnya jantung, bising jantung, dan lain-lain) serta pemeriksaan penunjang lain: laboratorium, foto thorax (Joewono, 2003). Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan gejala-gejala yang terjadi. Untuk memperkuat diagnosis dilakukan pemeriksaan fisik, yang biasanya menunjukkan : 1. Bunyi jantung abnormal 2. Pembesaran jantung 3. Cairan dalam paru-paru 4. Pembesaran hati 5. Pembengkakan perut atau tungkai Foto rontgen dada bisa menunjukkan adanya pembesaran jantung dan pengumpulan cairan di paru-paru. Kinerja jantung sering kali dinilai melalui pemeriksaan ekokardiografi (menggunakan gelombang suara untuk menggambarkan jantung) dan elektrodiografi (menilai aktivitas listrik dari jantung) Penatalaksanaan Pengobatan Penyakit Jantung Koroner (PJK) Prinsip dasar pengobatan penderita PJK adalah dengan mengusahakan adanya perbaikan aliran darah koroner serta mengurangi kebutuhan oksigen. Penderita harus mendapat penaganan segera (cepat) dan tepat. Segera dilakukan

68 pemasangan infus dan diberikan oksigen 2 l/menit dan penderita harus istirahat total serta dilakukan monitor EKG 24 jam (di ICCU). Jika didapatkan komplikasi hendaknya dilakukan penaganan komplikasinya untuk menurunkan kematian. Adapun secara umum obat-obat yang diberikan adalah: 1. Analgetik Analgetik yang diberikan biasanya golongan narkotik (morfin) diberikan secara intra vena dengan pengenceran dan diberikan secara pelan-pelan. 2. Nitrat Nitrat dengan efek vasodilatasi (terutama venodilatasi) akan menurunkan venous return akan menurunkan preload yang berarti menurunkan oksigen demam. Nitrat dapat diberikan dengan sediaan spray atau sublingual, kemudian dilanjutkan dengan per oral atau intravena. 3. Aspirin Aspirin sebagai antitrombotik sangat penting diberikan. Dianjurkan diberikan sesegera mungkin (di ruang gawat darurat) karena terbukti menurunkan angka kematian. 4. Trombolitik Terapi Pemberian trombolitik terapi sangat bermanfaat jika diberikan pada jam pertama dari serangan infark. Dan terapi ini masih bermanfaat jika diberikan sampai 12 jam dari onset serangan infark. 5. Beta blocker Beta blocker diberikan untuk mengurangi kontraktilitas jantung sehingga akan menurunkan kebutuhan oksigen miokard. Disamping itu beta bloker juga mempunyai efek anti aritmia.

69 6. ACE-inhibitor Pemberian Ace-inhibitor dapat diberikan segera jika penderita disertai dengan hipertensi atau gagal jantung asalkan tekanan darah sistolik >90 mmhg. 7. Laxantia 8. Diet PENGAMATAN DAN PENATALAKSANAAN Pengamatan data studi kasus dilaksanakan di ruang Intensive Coronary Care Unit (ICCU) Rumah Sakit Umum (RSU) Dr. Pirngadi Medan Identitas Pasien Nama Jenis Kelamin Umur Suku Agama Alamat Status Pasien : Susjantono : Laki-laki : 55 Tahun : Jawa : Islam : Jln. Sei Bahorok No. 23/24 Medan Baru : Askes No. Reka Medik : Ruangan : ICCU Keadaan Pasien Sewaktu Masuk RSU Dr. Pirngadi Medan Pasien masuk ke ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) pada tanggal 13 Februari 2009 pukul 19:00 kemudian langsung dirujuk ke ICCU (Intensive Coronary Care Unit ) dengan diagnosa Aritmia Cardis dan Penyakit Jantung Koroner (PJK).

70 Riwayat Penyakit Pasien Pasien mengalami nyeri dada sebelah kiri dan sesak napas sejak lebih kurang 1 tahun yang lalu dan semakin memberat sejak 3 minggu terakhir. Pasien juga mengalami batuk. Keparahan sakit pasien setelah mengalami batuk berdarah dan rasa nyeri dada sebelah kiri Hasil Pemeriksaan Tabel 4. Hasil Pemeriksaan Fisik (13 Februari 2009) No Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Sensorium Tekanan Darah (TD) Nadi (HR) Pernapasan (RR) Temperatur Compos Mentis (CM) 120/99 mmhg 125 x/menit 41 x/menit 37,5 0 C - 120/80 mm Hg x/menit x/menit 37 ± 0,5 0 C Hasil pemeriksaan fisik diatas menunjukkan bahwa pasien mengalami peningkatan nilai diatas normal yaitu Tekanan darah, Nadi, Pernafasan dan Temperatur tubuh. Selama perawatan di RSUD Dr. Pirngadi Medan, pasien menjalani pemeriksaan laboratorium Patologi Klinik pada tanggal 13 Februari 2009, 14 Februari 2009 dan 19 Februari 2009 yang di tunjukkan pada tabel 5. No. Pemeriksaan Unit Hasil Normal Tanggal 13 Februari 2009 Fungsi Hati Bilirubin Total mg/dl Bilirubin Direct mg/dl SGOT U/I SGPT U/I Alkali Phospat U/I Fungsi Ginjal 4,46 2, ,00-1,20 0,05-0,

71 . Ureum Creatinin mg/dl mg/dl 33 1, ,6 1, Asam Urat mg/dl 7,27 3,5 7,0 Enzim Jantung CKMB U/I 12 < 24 Metabolisme Glukosa mg/dl 125 < 140 Andrendom Tanggal 14 Februari 2009 Lipid Profile Cholesterol Total mg/dl Trigliserida mg/dl HDL Cholesterol mg/dl LDL Cholesterol mg/dl 60 < 190 Tanggal 19 Februari 2009 Elektrolit Natrium Kalium Chlorida mmol/dl mmol/dl mmol/dl 140 4, ,5 5, Hasil pemeriksaan Patologi Klinik diatas, banyak menunjukkan nilai yang tidak normal terutama terjadi pada: Bilirubin Total, Bilirubin Direct, SGOT, SGPT, Creatinin, Asam Urat, dan pada pemeriksaan elektrolit Chlorida. Berdasarkan hasil pemeriksaan Laboratorium diatas dapat dilihat bahwa fungsi Ginjal masih dianggap normal, karena di lihat dari hasil pemeriksaan kadar creatinin dan asam urat hanya sedikit diatas normal. Namun untuk hasil pemeriksaan fungsi hati diperoleh adanya peningkatan kadar pada bilirubin total, bilirubin direct, SGOT dan SGPT. Hal ini menunjukkan bahwa adanya kelainan atau masalah pada fungsi hati. Tetapi fungsi hati dianggap abnormal jika nilai kadar SGOT dan SGPT yang didapat 2-3 kali lebih besar dari nilai normal. Kadar bilirubin total dan bilirubin direct yang nilainya diatas normal, peningkatan nilai ini berhubungan akibat adanya penyumbatan pada kandung empedu sebagai organ tubuh yang menyalurkan bilirubin kedalam usus (Bastiansyah,2002).

72 Tabel 6. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Hematologi No 1 2 Pemeriksaan Unit Hasil Normal Tanggal 13 Februari 2009 WBC (White Blood Cell) KGD (Kadar Gula Darah) 10 3 /mm 3 mm/dl 19, <140. Tanggal 17 Februari 2009 WBC (White Blood Cell) LED (Laju Endap darah) 10 3 /mm 3 mm/jam 20, Dari hasil pemeriksaan Laboratorium Hematologi diperoleh White Blood Cell (WBC) dari dua kali pemeriksaan pada tanggal 13 dan 17 Februari 2009 diperoleh hasil diatas batas normal. Untuk hasil LED (laju endap darah) juga mengalami peningkatan diatas batas normal. Hasil pemeriksaan KGD (kadar gula darah) masih dalam batas normal. Tabel 7. Hasil Pemeriksaan Kultur (18 Februari 2009) No Zat Sensitif Kurang sensitif Amikacin 1 Cepotaxim Sodium 1 Cephazolin Ciproxin 1 Gentamycin 1 Maxipene 1 Sulphamethoxazole 1 Tetracyclin 1 Resistensi 3 Keterangan: 1. Sensitif 2. Kurang Sensitif

73 3. Resisten Dari hasil pemeriksaan kultur diperoleh hasil bahwa pasien sudah mengalami resistensi terhadap antibiotika Cephazolin sehingga antibiotika ini sebaiknya tidak digunakan lagi. Hasil pemeriksaan Radiologis pada Thorax tanggal 26 Februari 2009 menunjukkan bahwa pasien mengalami pembesaran otot jantung (Kardiomegali) dan tampak adanya infiltrat di paru-paru. Hal ini di tunjukkan dari data klinis bahwa pasien mengalami Pneumonia Kardiomegali. Apoteker mulai memantau pasien sejak tanggal 13 Februari 2009 serta melihat buku status pasien. Konseling juga dilakukan terhadap pasien dan juga keluarga pasien, selain itu juga dilakukan pemantauan terhadap obat-obat yang digunakan pasien.

74

75 Tabel 4. Terapi Penggunaan Obat-obatan Pengamatan Tanggal 13/2 14/2 15/2 16/2 17/2 18/2 19/2 20/2 21/2 22/2 23/2 24/2 25/2 26/2 27/2 28/2 Sensorium Compos Mentis CM=Compos Mentis T ( 0 C) 37, T= Temperatur RR (x/menit) RR=Resfiratory Rate HR (x/menit) HR=Heart Rate BP (mmhg) 120/ / / / / / /8 5 95/70 107/88 94/65 114/89 104/70 100/ / / /7 0 BP=Brain Pressure Diagnosa Aritmia cardis + PJK PJK + Suspect TB paru Oksigen 2-3 l/menit Diet Bedrest Istirahat penuh Inj. Lasix 1 Amp/6 jam Inj. Ranitidine 1 Amp/8 jam Inj. Transamin 1 Amp/8 jam Inj. Vit K 1 Amp/hari/IM Inj. Vit C 1 Amp/hari/IM Inj. Cefotaxim 1 g/12 jam KSR Tablet: 2 x 1 Trizedon MR Tablet: 2 x 1 Alprazolam Tablet: 2x0,25mg Lansoprazole Kapsul: 1 x 1 Laxadine Sirup: 3 X C1 OBH Sirup: 3 x C1 Ramixal Tablet: 1 X1/2 Digoxin Tablet: 1x0,25mg ISDN Tablet: 3 x 5 mg

76 Inj.Metilprednison Vial: 1 / 2 / 12 jam Ventolin Sirup: 3 x C1 Ventolin Nebul Nebules: 1/8 jam Inj. Isoket Ampul: 3/8 tetes menit IVFD NaCl 0,9% Infus: 8 tetes/menit IVFD Levoxal Infus:1 botol/hari

77 Pembahasan Pasien masuk ke Rumah Sakit Daerah Dr.Pirngadi Kota Medan pada tanggal 13 Februari 2009 melalui IGD, dengan keluhan utama nyeri dada dengan kondisi pasien lemah, demam, batuk, sesak napas sejak 4 hari yang lalu. Berdasarkan hasil diagnosa klinis yang telah dilakukan, maka pada pasien dilakukan perawatan dengan Bedrest, pernafasan dibantu dengan oksigen 2-3 liter/menit untuk mengurangi kerja jantung. Pasien langsung dirujuk ke ruang Intensive Coronary Care Unit (ICCU) tempat dilakukan monitor Elektrokardiografi (EKG) selama 24 jam. Karena kondisi pasien lemah dan nafsu makan kurang, maka pasien diberikan infus NaCl 0,9% sebanyak 8 tetes/menit untuk memberikan tambahan energi. Dari hasil pemeriksaan patologi klinik jumlah ion klorida berada diatas normal (108), sedangkan normalnya Karena jumlah ion klorida tinggi maka menunjukkan pasien mengalami dehidrasi atau kehilangan cairan tubuh berlebih (Bastiansyah, 2002). Untuk hasil pemeriksaan ion natrium menunjukkan hasil yang normal. Walaupun dalam larutan ini mengandung ion natrium sebenarnya tidak baik untuk pasien penyakit jantung (ion natrium dapat meningkatkan kerja jantung). Namun fungsi ion natrium disini adalah untuk menstabilkan kerja ion klorida. Pemberian Isoket dengan cara di drip kedalam infus NaCl 0,9% berfungsi menurunkan kerja jantung dengan memvasodilatasi pembuluh darah berdasarkan terbentuknya nitrogen (NO 2 ) dari senyawa Nitrat yang dikandung didalam dinding pembuluh dan kemudian bekerja merelaksasikan sel-sel otot sehingga pembuluh terutama vena akan berdilatasi secara langsung akibatnya tekanan turun dengan

78 pesat dan aliran darah vena kembali ke jantung juga berkurang dan beban jantung jadi berkurang. Isoket dengan komposisi Isorbid dinitrat (ISDN) yang berfungsi sebagai Vasodilatasi terhadap pembuluh darah. Pemakaian injeksi Isoket dimulai dari tanggal 13 sampai 20 Februari Kemudian injeksi Isoket diganti dengan tablet Isosorbid dinitrat (ISDN). Penggantian pemberian sediaan dari bentuk injeksi ke tablet, hal ini karena dalam bentuk tablet pasien sudah memungkinkan menggunakan obat dalam bentuk sediaan oral. Pada tanggal 13 sampai dengan 28 Februari 2009 Transamin diberikan untuk menghentikan pendarahan karena pasien mengalami batuk berdarah. Pemberian Transamin telah tepat dan kombinasinya dengan vitamin K sudah sesuai, karena kerjanya yang sinergis. Pemakaian Transamin telah dilakukan selama selama 6 hari pertama kemudian diikuti pemakaian vitamin K selama 7 hari sedangkan pemakaian Transamin masih diteruskan sampai tanggal 28 Februari Transamin bekerja sebagai anti plasmik yaitu menghambat aktivitas plasminogen dan plasmin yang berpengaruh pada permeabilitas pembuluh dan pembekuan darah. Pemberian vitamin K digunakan dalam meningkatkan faktor-faktor pembekuan darah. Vitamin K berperan dalam aktifitas faktor pembekuan darah II, VII, IX dan X. Proses pembekuan darah dimulai dengan timbulnya Tissue faktor (TF) dipermukaan sel, yang bersentuhan dengan plasma. TF dapat mengaktivasi faktor X (Rute Sekunder). Tetapi peranan utama dari TF + VIIa invivo adalah aktivasi faktor IX (Rute Primer). Faktor IXa bersama faktor VIII + ion Ca mengaktivasi faktor X. Faktor XI hanya diaktivasi pada luka parah oleh faktor

79 XII. Akhirnya, faktor Xa mendorong pengubahan protrombin menjadi trombin, yang menghidrolisa ikatan peptida dari fibrinogen dengan membebaskan seratserat fibrin, yang mengendap sebagai gumpalan. Sementara itu, trombin + ion-ca mengaktifkan faktor XIII, yang berdaya menstabilkan gumpalan fibrin dengan jalan Cross-Lingking molekul fibrin yang berdekatan sel-sel darah akan terperangkap dalam gumpalan yang menyerupai serat-serat lekat dan membentuk suatu trombus padat (Tan Hoan Tjay, 2003). Pemakaian Ranitinide dan Lansoprazole dinilai kurang tepat, karena dari hasil diagnosa bahwa pasien tidak mengalami tukak lambung dan gangguan pencernaan. Kalaupun obat ini di indikasikan untuk mengurangi efek samping dari obat-obat lain yang menyebabkan gangguan Gastro Intestinal seperti mual dan muntah dapat diberikan obat-obat lain yang sesuai dengan kondisi ini seperti Metoklopropamid, Domperindon. Asumsi lain, jika Lansoprazole dan Ranitidine digunakan untuk mencegah terjadinya pendarahan Gastro Intestinal maka ini tidak sesuai karena dari data yang diperoleh tidak ada penggunaan obat-obat NSAID (Mycek dkk, 2001). Dari hasil pemeriksaan laboratorium Hematologi menunjukkan jumlah sel darah putih dan LED meningkat diatas normal, maka pasien disimpulkan mengalami infeksi. Jadi, untuk menangani infeksi diberikan Cefotaxim. Cefotaxim adalah antibiotik golongan Sefalosporin generasi ke-3 yang memiliki gugus Betalaktam. Sefalosporin menghindarkan sintesa lengkap dari polimer dari senyawa amino dan gula, yang spesifik bagi kuman yang disebut murein. Bila sel tubuh dan plasmanya bertambah atau menyerap air dengan jalan osmosis, maka dinding sel yang tidak sempurna akan pecah dan bakteri mati.

80 Pemakaian Cefotaxim pada pasien diberikan selama 5 hari namun untuk hari berikut pemakaiannya diganti dengan Levoxal infus yang mengandung Levofloxacin. Ini terjadi karena selama pemakaian Cefotaxim tidak menunjukkan perubahan pada kondisi pasien. Penggantian pemakaian antibiotika Cefotaxim dengan Levofloxacin dinilai kurang tepat karena lama pemakaian terapi belum cukup, karena untuk infeksi-infeksi serius sebaiknya terapi diteruskan selama 7-10 hari dan hendaknya juga terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan laboratorium Hematologi apakah sudah terjadi penurunan jumlah White Blood Sel (sel darah putih). Levofloxacin adalah antibiotik golongan Fluorokuinolon yang bekerja memasuki sel dengan cara difusi pasif melalui kanal protein terisi air pada membran luar bakteri. Secara intraseluler, secara unik obat-obat ini menghambat replikasi DNA bakteri dengan cara mengganggu kerja DNA girase selama pertumbuhan dan reproduksi bakteri. Pengikatan kuinolon pada enzim dan DNA untuk membentuk suatu komplek menghambat langka penggabungan kembali dan dapat menyebabkan kematian sel dengan menimbulkan keretakan DNA (Mycek dkk.2001) Pada tanggal 13 Februari 2009 hingga akhir pengamatan pasien diberikan Trizedon MR mengandung Trimetazidine dihidroklorida 35 mg. Diindikasikan sebagai tambahan untuk terapi antiangina. Pada hari pertama pasien juga diberikan Lasix I.V dosis 10 mg/6 jam. Lasix mengandung Furosemide merupakan diuretik kuat dan telah digunakan secara luas pada pengobatan Penyakit Jantung Koroner (PJK), bekerja dengan menghambat reabsopsi elektrolit dilengkung Henle asendens, untuk mengatasi retensi cairan yang menyebabkan udem. Efek samping Furosemide yaitu

81 gangguan keseimbangan elektrolit, gangguan saluran cerna, ketulian sementara dan disfungsi hati. Hipokalemia dapat terjadi akibat pemberian Furosemida sehingga pasien perlu diberikan suplemen Kalium Sustained Release (KSR) 2 x 600 mg selama masa perawatan di Rumah Sakit (Ganiswarna, 1995; MIMS, 2008) Pada tanggal 17 Februari 2009 pasien diberikan tablet Digoksin 1 x 0,25 mg sehari yang digunakan sampai akhir pengamatan. Digoksin bekerja dengan meningkatkan kekuatan kontraksi miokardium (Inotropik Positif). Efek inotropik positif ini akan menyebabkan peningkatan curah jantung sehingga tekanan vena berkurang, ukuran jantung mengecil dan refleks takikardia yang merupakan kompensasi, diperlambat. Tekanan vena yang berkurang akan mengurangi gejala bendungan, sedangkan sirkulasi yang membaik termasuk ke ginjal akan meningkatkan diuresis dan hilangnya udem. Penyerapan Digoksin dihambat oleh adanya makanan dalam malabsorpsi (Ganiswarna, 1995). Dianjurkan kepada pasien untuk makan obat ini dalam keadaan perut kosong. Efek samping Digoksin adalah anoreksia, diare, mual dan muntah, sakit kepala, aritmia jantung, penglihatan kabur dan bingung. Pada tanggal 14 Februari 2009 pasien diberikan Laxadine sirup 3 x 1 sendok makan untuk mempermudah buang air besar sehingga menurunkan kerja jantung. Laxadine mengandung Fenolftalein, gliserin, paraffin cair dan jeli. Pemakaian Laxadine bersamaan dengan Digoksin menyebabkan menurunnya absorpsi Digoksin dan kehilangan cairan dan elektrolit, sementara pasien tidak mengeluh sukar membuang air besar. Oleh karena itu disarankan kepada dokter agar pemakaian Laxadine tidak perlu diberikan.

82 Pada tanggal 13, 18 Februari 2009 hingga sampai akhir pengamatan pasien diberikan Alprazolam tablet 2 x 0,25 mg. Alprazolam yang berkhasiat hipnotiksedatif guna menjaga gangguan panik serta mendukung pola Bedrest (istirahat penuh) sehingga tidurnya tidak terganggu. Pada tanggal 17 Februari 2009 hingga sampai akhir pengamatan pasien diberikan Ramixal (Ramixal mengandung Ramipril 5 mg) sehari 1 x ½ tablet. Ramipril merupakan penghambat ACE Derivat Pyrrol Karbonat yang dalam hati dihidrolisa menjadi ramiprilat aktif, yang juga bersifat long-acting. Obat ini digunakan terhadap gangguan jantung sehingga sirkulasi dalam pembuluh darah dapat diatasi. Pada tanggal 14 Februari 2009 pasien diberikan OBH sirup dengan dosis pemberian 3 x 1 sendok makan. OBH sirup mengandung Succus Liquiritae, ammonium chlorida, anise oil, peppermint, ethanol. Obat ini dipakai untuk pengobatan batuk, yakni sebagai ekspektoransia, tidak diberikan pada hari pertama karena kondisi pasien tidak memungkinkan untuk mengeluarkan dahak dan pemberian OBH dihentikan pada tanggal 21 Februari 2009 karena batuk sudah berkurang. Pada tanggal 21 Februari 2009 pasien diberikan Ventolin sirup yang mengandung Salbutamol. Pemakaian bentuk sediaan ini dihentikan setelah pemakaian selama 3 hari kemudian dilanjutkan dalam bentuk sediaan inhalasi. Hal ini disebabkan karena bentuk sirup efeknya baru nampak sesudah lebih kurang 1 jam. Sehingga untuk memperoleh efek yang lebih cepat maka diberikan dalam bentuk sediaan inhalasi, efeknya lebih cepat, dosisnya jauh lebih rendah dan tidak

83 direabsorpsi ke dalam darah sehingga risiko efek sampingnya ringan sekali (Tan Hoan Tjay, 2008). Pada tanggal 19 sampai dengan 25 Februari 2009 pasien diberikan injeksi vitamin C sebanyak 1 ampul per hari secara I.M. Penggunaan vitamin C sebagai antioksidan dapat mengurangi kecepatan terjadinya aterosklerosis (Tony Setiabudhi, 2003). Namun penggunaan vitamin ini sebaiknya jangan terlalu tinggi dosis yang diberikan karena dapat memperlambat efek antikoagulansia (Tan Hoan Tjay, 2007) Pada pasien diberikan injeksi Metilprednisolone dimulai pada tanggal 21 sampai dengan 26 Februari Pemberian obat ini berguna untuk pengobatan asma bronkial. Metilprednisolone adalah derivat-keto sintesis dari hidrokortison (Tan Hoan Tjay, 2007). Pada tanggal 13 Februari 2009, hasil pemeriksaan Laboratorium Patologi Klinik menunjukkan bahwa fungsi hati mengalami peningkatan kadar bilirubin total, bilirubin direct, SGOT dan SGPT. Hal ini menunjukkan bahwa adanya kelainan atau masalah pada fungsi hati. Sebaiknya obat-obat yang dimetabolisme di hati perlu ditinjau ulang seperti Lasix (Furosemide), karena obat tersebut dapat meningkatkan Hepatotoksik (Aslam, 2003). Pada tanggal 26 Februari 2009, hasil pemeriksaan radiologis menunjukkan bahwa terbentuk infiltrat pada paru-paru. Ini merupakan salah satu tanda-tanda dari Pneumonia. Namun perlu dilakukan pemeriksaan lain berkaitan dengan dugaan Pneumonia ini, sebab emboli paru yang di akibatkan oleh penyakit jantung koroner juga terlihat seperti pada paru-paru dan infiltrat ini tidak dapat dibedakan dengan infiltrat pada Pneumonia (Price, 1994).

84 Dari data penggunaan obat-obatan menunjukkan pasien tidak mendapat terapi obat TBC seperti Rifampisin, Etambutol, dan tidak adanya data hasil pemeriksaan pada sputum (uji mikrobiologi) adanya Mycobacterium tuberculosis yang menyebaban TB paru. Dan sebaiknya hasil diagnosa menunjukkan suspect TB paru ditinjau ulang Peranan Apoteker Apoteker berperan sebagai pemberi informasi bagi pasien dan tenaga kesehatan berkaitan dengan penggunaan obat: 1. Menginformasikan kepada pasien : Pemakaian obat dengan jumlah yang banyak kepada pasien memang diperlukan untuk pengobatan penyakit pasien. Memotivasi pasien untuk terus melanjutkan pengobatan. Memastikan pasien untuk menggunakan obat secara teratur sesuai dengan aturan pakainya. Menyakinkan pasien untuk menceritakan keluhan-keluhan yang muncul maupun hilang selama pengobatan. Dianjurkan pada pasien untuk menerapkan pola hidup sehat yaitu dengan berhenti merokok, istirahat yang cukup, serta mengkomsumsi makanan yang bergizi. 2. Bekerja sama dengan perawat dengan memantau keadaan pasien. Bila ada kondisi pasien yang berubah setelah penggunaan obat-obat tertentu dapat dicatat dengan segera.

85 5.2 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Hasil diagnosa menunjukkan bahwa pasien menderita penyakit jantung koroner (PJK) 2. Penggunaan lasix sebagai obat diuretik kuat untuk mengatasi retensi cairan yang menyebabkan udem serta penggunaan KSR sebagai suplemen untuk menghindari Hipokalemia. 3. Hasil pengamatan pasien mengalami perkembangan kesehatan, ini tampak dari kemampuan pasien untuk duduk dan membalikkan badan, sudah dapat bernafas dengan normal, dan pasien sudah di pindahkan dari ruangan ICCU ke ruang rawat Inap. 4. Pemberian Laxadine dengan Digoksin akan menyebabkan interaksi obat. 5. Pemberian obat-obat yang dimetabolisme di hati akan dapat meningkatkan Saran efek hepatotoksik 1. Karena pasien menderita penyakit jantung koroner (PJK) maka penanganan sesegera mungkin dan meneruskan penggunaan obat-obat oral. 2. Setiap pemberian Lasix maka KSR harus tetap diberikan untuk menghindari Hipokalemia yang diakibatkan pemberian Lasix tersebut. 3. Sekalipun pasien sudah mengalami perkembangan kesehatan, pengobatan harus tetap diteruskan. 4. Pemberian Laxadine sebaiknya ditinjau ulang karena dapat menurunkan kerja dari Digoksin

86 5. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan fisik, fungsi ginjal dan hati serta hematologi secara berkala. 6. Pemberian obat-obat yang dimetabolisme di hati sebaiknya ditinjau ulang karena dapat meningkatkan efek hepatotoksik

87 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 1. RSU Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan memiliki DPHO, formularium, formularium Jamkesmas/Medan Sehat yang menjadi pedoman bagi dokter dalam menulis resep sehingga pemilihan dan penggunaan obat di rumah sakit lebih objektif. 2. Pelayanan farmasi klinis yang dilakukan oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan belum menyeluruh. Yang sedang dalam tahap optimalisasi adalah pemberian informasi obat, pemantauan penggunaan obat dan efektivitas biaya pengobatan. 3. Pelayanan perbekalan farmasi dengan sistem ODDD dan sistem floor stock sudah dilaksanakan pada pasien Askes/Medan Sehat/Jamkesmas, sedangkan untuk pasien umum belum terlaksana karena Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi kota Medan belum mempunyai sistem sentralisasi sehingga penagihannya sulit untuk dilakukan. 4. Sistem penyimpanan dan pengeluaran perbekalan farmasi di gudang menggunakan sistem FIFO dan FEFO dan digunakan kartu stok sebagai kontrol.

88 6.2. Saran 1. Sistem formularium Jamkesmas/Medan Sehat yang lama sebaiknya diperbaharui dan disosialisasikan sehingga dapat digunakan sebagai pedoman dalam pengobatan 2. Sebaiknya pelayanan farmasi klinis pada Instalasi Farmasi Rumah Sakit seperti Monitoring Efek Samping Obat (MESO) lebih ditingkatkan. 3. Agar pelayanan farmasi klinis di instalasi farmasi berjalan secara maksimal dan menyeluruh diharapkan agar pihak rumah sakit meningkatkan penyelengaraan pelatihan-pelatihan di bidang farmasi klinis bagi tenaga farmasi.

89 DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2006, Indonesia Index of Medical Specialties (MIMS), Edisi Bahasa Indonesia, Volume 7, penerbit PT. Info Master, Jakarta. Anonim, 2006, Informasi Spesialite Obat Indonesia (ISO), Volume 41, Penerbit ISFI, Jakarta. Anonim, 2008, Indonesia Index of Medical Specialties (MIMS), Edisi Bahasa Indonesia, Volume 7, Penerbit PR. Info Master, Jakarta. Aslam, M., Tan, C. K, Prayitno, A., 2003, Farmasi Klinis (CILICAL PHARMACY), Penerbit PT. Elex Media Komputindo, Jakarta Depkes RI, 2001, Pedoman Pelayanan Pusat Sterilisasi (CSSD) di Rumah Sakit, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, Hal : 1-7. Ganiswarna, S.G., 1995, Farmakologi dan Terapi. Edisi ke-4. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hull Alison., 1993, Penyakit Jantung, Hipertensi, dan Nutrisi, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta. Joewono, B. 2003, Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya: Penerbit Air Langga University Press. Jakarta. Kepmenkes No. 1197, Mycek, M.J.dkk Farmakologi. Jilid II. Penerbit Widya Medika. Jakarta Price, S Pathophysiology: Clinical Concepts of Disease Processens. 3 rd edition, United states of America: Mc Graw-Hill,Inc. Siregar, Charles. JP., 2004, farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan, Cetaan Pertama, Penerbit EGC, Jakarta.

90 Tierney, L. M., McPhee, S.J., Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek Sampingnya, Edisi VI, Cetakan I, Penerbit PT. Elex Media Komputindo Gramedia, Jakarta. Tony Setiabuhdi, 2003, Peran Antioksidan Pada Lanjut Usia. Jakarta Undang-Undang Kesehatan No. 23, Www. Www. sakit - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. htm

91

92 Lampiran 1. Tabel 8. Farmakologi Obat No. Nama Obat Komposisi Dosis Lazim Indikasi Efek Samping Mekanisme Kerja Informasi Obat 1. Lasix Tiap ml mengandung 10 mg Furosemida Dosis i.v 1 Ampul tiap 12 jam 2. Ranitidine Tiap ampul mengandung 50 mg Ranitidine HCl 3. Transamin Tiap ampul 5 ml mengandung asam traneksamat 500 mg Dosis i.v 3-4 x sehari Dosis i.v mg, 1-3 x sehari Digunakan jika ingin terjadi diuresis lebih cepat pada penderita Edema, edema jantung, paru, ginjal, hepar, hipertensi. Untuk terapi ulkus dan hiperasiditas Digunakan untuk pendarahan, pembengkakan dan gatal-gatal. Gangguan pencernaan ringan, kehilangan Ca, K, Na, nefrokalsinosis pada bayi prematur. Sakit kepala, pusing, ganguan Gastro Interstinal, dan ruam kulit. Sakit kepala, mual, dan muntah Turunan sulfonamida berdaya diuresis kuat dan bertitik kerja di lengkungan Henle yang menaik. Menghambat secara kompetitif ikatan histamine dengan reseptor H 2 Sebagai anti plasminik yaitu menghambat aktivitas plasminogen dan plasmin yang berpengruh pada permeabilitas pembuluh dan pembekuan darah. Sebagai hemostatik yaitu mencegah #Hamil dan laktasi #Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit #Gangguan miksi #Diabetes #gout #Reaksi Hipersensitivitas #Pemakaian jangka lama diperlukan pemeriksaan mata dan fungsi hati #Hati-hati penggunaan pada gangguan ginjal karena dapat menyebabkan akumulasi.

93 4. Vitamin K Tiap ml mengandung 10 mg Na bisulfite HCl 5. Vitamin C Tiap ml mengandung 100 mg Ascorbic acid Dosis i.m 1 ampul per hari Dosis s.k, i.v, i.m 1 ampul per hari Mencegah dan mengobati pendarahan pada neonatus, ekstraksi gigi, hipoprotrombinemia. Pencegahan dan terapi defisiensi vitamin C dan terapi pendarahan kapiler Terjadi bila pemakaian dosis berlebih berupa nyeri dada dan perubahan pada kulit. Dapat terjadi diare bila dosis berlebih, batu ginjal oksalat dan urat. degradasi fibrin, peningkatan kerapuhan vaskular dan pemecahan koagulasi sehingga berkurangnya jumlah, waktu, dan lama pendarahan. Sebagai antialergi dan peradangan yaitu menghambat pembentukan kinin. Sebagai ko-enzim esencial dari sistem enzim yang mensintesa faktor pembekuan darah. Pembentukan kolagen yakni protein penting bahan penunjang utama dalam tulang/rawan dan #Gangguan pada ekskresi empedu #Hati-hati penggunaan bersamaan dengan antibiótica brod spectrum yang mengganggu siklus enterohepatis vitamin K. #Dosis tinggi menyebabkan iritasi lambung terutama pada anak.

94 6. Cefotaxim Tiap vial mengandung 1 gram cefotaxim 7. KSR Tiap tablet mengandung 600 mg KCl Dosis i.v 1 gram tiap 12 jam Dosis: 1-2 tablet 2-3 sehari Sebagai antibiotika/mencegah terjadinya infeksi Pencegahan dan pengobatan hipokalemia Reaksi lokal pada tempat penyuntikan, reaksi hipersensutif, gangguan fungsi Gastro Intestinal, gangguan hematologi. Mual, muntah, nyeri abdomen, diare, ulkus pada saluran cerna. jaringan ikat. Bila sistem kolagen terganggu maka mudah terjadi kerusakan pada dinding pembuluh yang berakibat pendarahan. Derivat Thiazolyl (cincin-5 dengan atom N) mempunyai sifat anti laktamase kuat dan khasiat anti Pseudomonas yang sedang. Merupakan kation yang terpenting dalam cairan intra seluler dan sangat essensial dalam mengatur keseimbangan asam-basa serta isotoni sel, juga #Hipersensitif terhadap Penicillin #Riwayat penyakit Gastro Intestinal terutama colitis, hamil, laktasi. #Terapi bersamaan dengan Amino Glikosida #Monitor Fungsi Ginjal. #Gagal jantung Kongestif #Gangguan fungsi Ginjal

95 8. Trizedon MR Tiap tablet mengandung Trimetazidine dihcl 35 mg 9. Alprazolam Tiap tablet mengandung 0,25 mg Alprazolam. Dosis: 1 Tablet 2 kali sehari. Dosis: 3 kali sehari 1 tablet Tambahan untuk terapi anti angina Ansietas dan depresi Jarang: Gangguan Gastro Intestinal (mual, dan muntah) Pusing, mulut kering, bingung mengaktivasi banyak reaksi enzim dan proses filiologi, seperti impuls di saraf dan otot, kontraksi otot dan metabolime krabohidrat. - # Hati-hati penggunaan pada gagal ginjal #hati-hati penggunaan pada gagal hati berat #Tidak untuk serangan angina akut maupun terapi awal untuk angina tak stabil atau infark miokard #Hati-hati penggunaan Derivat benzodiazepin dengan efek dapat menghalau kecemasan, frustrasi, ketengangan dan stress, dimana bersifat lipofil. pada wanita hamil. #Jangan diminum lebih dari 4 bulan. #Jangan merokok. #Jangan monumminuman beralkohol. #Jangan menyetir mobil

96 10. Lansoprazole Tiap kapsul mengandung 30 mg Lansoprazole 11. Laxadine Tiap 5 mg emulsi mengandung Fenolftalein 55 mg, Paraffin cair 1200 mg, Gliserin 378 mg. 12. OBH Tiap 15 ml mengandung succus liquiritae 500 mg, ammonium clorida 300 mg, anise oil Dosis: 1 x sehari. Dosis:Dewasa 1-2 sdm sekali sehari, anak-anak setengah dosis dewasa. Dosis: 2 sendok the 3-4 kali sehari Tukak duodenum, tukak lambung berulang, reflus esofagitis. Mengatasi buang air besar, persiapan menjelang tindakan radiologis dan operasi Batuk produktif dan non produktif Gangguan lambung-usus, nyeri kepala, nyeri otot dan sendi, vretigo, gatal-gatal rasa kantuk dan sukar tidur Menyebabkan kolik, kolaps, dan reaksi kepekaan pada kulit. Derivat Piridil dengan sifat penghambat pompa-proton yang digunakan untuk menurunkan dengan sangat kuat asam lambung. Derivat difenilmetan yang kerja laksatifnya berdasarkan terutama atas rangsangannya terhadap usus besar. # Diberikan sebelum makan #Kelainan Hati #Jangan digunakan wanita hamil dan anak-anak. #Pemakaian dalam waktu lama dapat menyebabkan penurunan berat badan # Kelemahan otot #Kehilangan cairan dan elektrolit tubuh #Tidak dianjurkan untuk anak-anak dibawah 6 tahun, wanita hamil dan menyusui. Mengantuk -- #Hati hati penggunaan pada gangguan ginjal, wanita hamil, laktasi, anak <2 tahun # Hindari

97 0,015 ml, peppermint oil 0,01 ml, ethanol. 13. Ventolin Nebules Tiap Nebulizer mengandung Salbutamol 2,5 mg 14. Digoxin Tiap tablet mengandung 0,25 mg digoxin Dosis:2,5 mg 3-4x/hari 1 x sehari 1 tablet Bronkospasme kronis yang tidak memberikan respon terhadap terapi konvensional, serangan bronkospasme akut. Mengobati kelemahan jantung supaya kerjanya efisien dan mengirim darah ke seluruh tubuh, Menolong pengaliran darah ke seluruh tubuh, menguatkan kontraksi otot Tremor halus pada otot rangka rasa tertekan, peningkatan denyut jantung, sakit kepala, kram otot sementara, reaksi hipersensitif, hipokalemia, reaksi hiperaktif pada anak-anak. Hilangnya nafsu makan, mual, pusing, sakit kepala Suatu zat sintesis diturunkan dari khellin, suatu zat dengan kkerja bronkospamolotis yang dimana berdaya menstabilisasi membrane mast cell, sehingga menghalangi pelepasan mediator vaso-aktif. Golongan Glikosida Jantung (Digoksin) memperkuat daya kerja jantung yang lemah, berdasarkan peningkatan kadar kalsium. Sering kali diuretika dikombinasi menggunakan kendaraan dan menjalankan mesin. #Tirotoksikosis #Preparat salbutamol yang diberikan secara inhalasi tidak sesuai untuk menangani persalinan prematur, hamil, laktasi #Harus dipakai dengan jadwal yang teratur #Makan setiap hari harus jam yang sama #Jangan hentikan pemakaian tanpa instruksi dokter

98 15. ISDN Tiap tablet mengandung 5-10 mg Isosorbide dinitrat 3-4 kali sehari 1-2 tablet dimakan sebelum makan dan menjelang tidur (pencegahan) 1 tablet saat serangan (pengobatan jantung Pencegahan dan pengobatan angina pektoris Pusing, nause, sakit kepala, hipotensi dan reflex takikardia dengan zat inotrop positif digoksin, yang juga berdaya mengatasi resistensi diuretika dengan jalan memperbaiki volume menit jantung. Berkhasiat vasodilatasi berdasarkan terbentuknya nitrogen oksida dari nitrat di sel-sel dinding pembuluh, kemudian bekerja merelaksasi sel-sel ototnya, sehingga pembuluh, terutama vena mendilatasi dengan langsung akibatya tekanan darah turun dengan pesat dan aliran darah vena kembali ke jantung berkurang. # Hati hati penggunaan pada hipotensi, infark miokard akut, hipertensi pulmoner primer, kardiomiopatiobstruk sif hipertrofi.

99 16. Metil prednisolon Tiap vial mengandung 125 mg methylprednisolone 17. Ventolin Sirup Tiap 5 ml mengandung Salbutamol 2 mg Dosisawal 4-48 mg sehari Dosis 2 sendok the 3-4 x sehari Kortikosteroid untuk inflamasi, tes jenis arthritis tifois, juga dapat digunakan untuk tes kanker, alergi dan asma Bronkospasme pada bronchial asma, bronchitis kronis dan enfisema. Mual, iritasi lambung, sakit kepala, pusing, depresi, cemas, jerawatan, meningkatkan pengeluaran keringat, mengganggu siklus menstruasi, iritasi kulit Tremor halus pada otot rangka rasa tertekan, peningkatan denyut jantung, sakit kepala, kram otot sementara, reaksi hipersensitif, hipokalemia, reaksi hiperaktif pada anak-anak Derivat ini lebih kuat dengan efek mineralokortikoid yang lebih ringan, obat ini untuk terapi sistemis, kadar puncaknya dalam darah baru tercapai sesudah 6-8 jam. Suatu zat sintesis diturunkan dari khellin, suatu zat dengan kkerja bronkospamolotis yang dimana berdaya menstabilisasi membrane mast cell, sehingga menghalangi pelepasan mediator vaso-aktif. #Jangan hentikan pemakaian obat tanpa konsultasi dokter #Jangan mengkonsumsi obat dalam jangka waktu yang lama #Kurangi konsumsi garam, kalium dan diet tinggi protein #Minum obat bersamaan dengan makanan atau susu #Tirotoksikosis #Preparat salbutamol yang diberikan secara inhalasi tidak sesuai untuk menangani persalinan prematur, hamil, laktasi

100 18. Ramixal Tiap tablet mengandung 5 mg Ramipril 19. NaCl 0,9% Tiap 1000 ml mengandung 9 gram NaCl 20. Levoxal Larutan infus 100ml mengandung Dosis: 1 tablet sehari Infuse i.v 2,5 mg/kg BB/jam atau disesuaikan dengan kondisi pasien Dosis:250 mg tiap 24 jam Hipertensi infark miokard akut dengan bukti klinis gagal jantung Mengembalikan keseimbangan elektrolit dalam keadaan dehidrasi Sinusitis maksilaris akut, eksaserbasi akut dari bronkitis Gangguan konsentrasi rasa lelah, lemah pusing, takikardia, palpitasi, ganguan sirkulasi,mual, berkarigat, gangguan pendengaran, gangguan penglihatan, sakit kepala lemas dan mengantuk. Pana, infeksi pada tempat penyuntikan, trobosis vena atau flebitis yang meluas di tempat penyuntikan Mual, diare, sakit kepala, konstipasi, Derivat Pynrolkarbosilat yang dalam hati dihidrolisa menjadi ramiprilat aktif, yang juga bersifat long-acting #hati-hati penggunaan pada Hipertensi, gagal jantung berat. #Obat-obat yang berpotensi menurunkan tekanan darah #Penggunaan pada pasien dengan riwayat angiodema. Cairan infuse mampu #Hati-hati pada pasien menyeimbangkan penderita jantung ion-ion yang ada di Koroner (PJK), dalam tubuh. gangguan ginjal kronis (GGK). #Hati-hati pada pasien hipertensi. Senyawa kuinolon berkhasiat bakterisid pada #Hati-hat penggunaan pada anak-anak, remaja (<18 tahun), hamil,

101 Levofloxacin hemihydrate 500 mg kronik, pneumonia nasokomial dan pnemonia yang didapat dari masyarakat, infeksi kulit dan struktur kulit dengan komplikasi, prostatitis bakterial kronik, Isk ringan sampai dengan komplikasi insomnia, pusing, muntah, nyeri perut, dispepsia, ruam kulit, vaginitis, kembung, proritus, nyari dada, nyeri punggung, anoreksia, cemas, nyeri sendi, mulut kering, edema, lelah, demam, genital, keringat berlebih, gugup, kelainan kulit dan gangguan pengecapan. fase pertumbuhan kuman berdasarkan inhibisi ddua enzim bakteriil (topo-isomerase) yakni DNA-gyrase dan topo-isomerase sehingga sintesanya ternganggu. DNAgyrase adalah enzim yang mengkompres DNA bakteri sehingga dapat diinkorporasi dalam sel bakeri, sedangkan topoisomerase diperlukan bagi strukutr ruang DNA. Kedua proses ini dihambat oleh kuinolon. laktasi, kejang, psikosis toksik, gagal ginjal, DM. #Lakukan pemeriksaan berkala pada fungsi ginjal, hati dan darah. #Pasien dengan ganguan SSP #Hindari paparan langsung dengan sinar matahari.

102 Lampiran 2. Tabel 9. Farmakokinetika Obat No Nama Obat Absorpsi Distribusi Metabolisme Ekskresi Parameter Farmakokinetika 1. Lasix (Furosemid) 11-90% diabsorbsi secara oral 2. Ranitidine Pesat dan baik, tidak dipengaruhi oleh makanan 3. Vitamin C (Ascorbic acid) 90% diabsorbsi cepat dan sempurna mulai dari usus. Terikat kuat dengan protein plasma Sukar memasuki cairan serebro spinal Terdistribusi baik kesemua jaringan. 4. Cefotaxim Terdistribusi pada semua jaringan tubuh termasuk saluran pernafasan dan cairan serebrospinal. 40% dimetabolisme di hati Metabolisme dihati 60% diekskresi dalam bentuk utuh di urin Melalui urin dalam keadaan utuh F = 61 ± 16 Cl = 2,02 ± 0,4 Vd = 0,11 ± 0,02 T ½ = 92 ± 7 min EC = 1,1 ± 0,3 F = 52 ± 11% PB = 15 ± 7% Cl = 10,4 ± 1,1 ml/kg/menit T 1/2 = 21 ± 0,2 jam C eff = 100 mcg/ml Cl = 3,7 ± 0,6 Vd = 0,23 ± 0,06 T ½ = 1,1 ± 0,3 5. Lansoprazole PP= > 95% T ½ = 1,4 jam 6. Ventolin (Salbutamol) Secara luas didistribusikan ke bagian tubuh lainnya Di hati Melalui urin dan feses T ½ = 1-2 jam 7. Digoxin 70-85% diabsorbsi secara utuh dalam penggunaan oral. Laju absorpsi berkurang dengan adanya makanan. Terdistribusi luas dalam jaringan tubuh, kecuali dalam jaringan lemak. 25% terikat pada protein plasma. Hanya 16% yang mengalami metabolisme di ginjal % digoxin diekskresi dalam bentuk utuh di urine. 8. ISDN (Isosorbid dinitrat) Diabsorbsi sempurna dalam penggunaan oral F = 70 ± 13 Cl = (0,88 ClCr + 0,33) ± 52% V = (3,12 ClCr + 3,84) ± 30% T ½ = 39 ± 13 Ec = 0,8 2 ng/ml Biotransform F = 93 ± 13 Cl = 1,8 ± 0,24 Vd = 0,73 ± 0,09

103 asi dikatalisa oleh enzim hati T 2 = 4,9 ± 0,8 EC = 100 ng/ml glutathioneorganic nitrate reductase 9. Metil Prednisolon 10. Levoxal (Levofloxacin) Diabsorbsi sempurna dalam penggunaan oral. Makanan akan memperlambat tercapainya konsentrasi puncak. Secara luas didistribusikan ke bagian tubuh lainnya Terdistribusi luas dalam jaringan tubuh, terutama dalam jaringan paru % terikat pada protein serum. Di hati (utama) dan ginjal Melalaui urin T ½ = jam PB = 78% Hanya 5% yang 87% diekskresi dalam mengalami metabolisme bentuk utuh di urine. di ginjal dan membentuk desmethyl dan metabolit N-oxide yang tidak memiliki efek.

104 Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan BAGAN ORGANISASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN WALIKOTA DEWAN PENYANTUN KEPALA BPK RSUPM Staf Medik Fungsional (SMF) KA INSTALASI 1. Ka Ins Rawat Jalan 11. Ka.Ins. Radiologi Ka.Ins Rawat Inap 12. Ka.Ins.Farmasi 2. Ka.Ins Rawat Darurat 13. Ka.Ins.Gizi 3. Ka.InsBedah Sentral 14. Ka.Ins Gas Medis 4. Ka.Ins. Sterilisasi Sentral 15. Ka.Ins.Pat.Anatomi 5. Ka.Ins.Pelayanan Intensif 16. Ka.Ins Pat.Klinik 6. Ka.Ins.Anestesi dan Reanimasi 17. Ka.Ins.Pem.Jenazah. Kedok. 7. Ka.Ins.Hemodialysis Kehakiman 8. Ka.Ins.Diagnostik Terpadu 18. Ka.Ins Kemotoran 9. Ka.Ins Rehabilitasi Medik 19. Ka.Ins. Loundry dan Sandang SUB BAG TATA USAHA SUB BAG PERLENGKAP AN SEKRETARIATAN SUB BAG KEPEGA WAIAN SUBBAG PENY.ANGG, PERBEN,&VERI FIKASI SUBBAG AKUNT, KEU, & MOB. DANA BID. PERENCANAAN DAN RM BID.PEL. MEDIS & PENUNJANG MEDIS BID. KEPERAWATAN BID. PEND. & PENELITIAN BID. PEMELIHARAAN SUB. BID PENYUSUNAN PROG. & laporan SUB.BID RUJUKAN SUB.BID.PELAY. KEPERAWATAN SU.BID. PEND. & PELATIHAN SUB.BID PEMELIHARAAN SARANA MEDIS SUB.BID. REKAM MEDIS SUB.BID. PENGELOLAAN DATA RM, RWT JLN &RWT INAP SUB BID. KETENAGAAN, PEMUTU, &PEMFASILITAS SUB.BID PENUNJANG MEDIS SUB.BID.PENGEN. MUTU KEPERAWATAN SUB.BID KETENAGAAN & PENGEM.SDM KEPERWTAN SUB.BID. PENELITIAN SUB.BID. PERPUSTAKAAN SUB.BID PEMELIHARAAN SARANA NON MEDIS SUB.BID KEBERSIHAN, KEAMANAN, KETERTIBAN

105 Lampiran 2. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan STRUKTUR ORGANISASI INSTALASI FARMASI RSUD DR. PIRNGADI KOTA MEDAN Komite Farmasi dan Terapi Kepala Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi Kota Medan Kepala Instalansi Farmasi Dra. Azwinar., Apt Sekretaris Dra. Erlina., Apt - Administrasi dan Keuangan - Umum Koordinator Farmasi Klinis Dra. Erlina., Apt Koordinator Perlengkapan Dra. Singgar NR., Apt Koordinator Distribusi Drs. J. Tobing., Apt - Clinical - PIO - Dik Lit - Konsulltan Obat - Pengadaan - Penyimpanan - Produksi - Pel rawat inap - Pel rawat jalan - Pel pasien Askes Dra. Nur Intan, Apt

106 Dra. Peri,Apt Lampiran 3. Struktur Organisasi Instalasi CSSD RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan STRUKTUR ORGANISASI INSTALASI CENTRAL STERILIZATION SUPPLY DEPARTMENT (CSSD) Kepala Instalasi CSSD Sekretaris Bendahara Administrasi Distribusi Setting Sterilisasi Staf Distribusi

107 Lampiran 4. Permohonan Pembelian Barang Medis dari Gudang

108 Lampiran 5. Kartu Gudang

109 Lampiran 6. Daftar Permintaan dan Penggunaan Farmasi

110 Lampiran 7. Daftar Permintaan dan Pengeluaran Farmasi

111 Lampiran 8. Kartu Apotek

112 Lampiran 9. Surat Pesanan Psikotropika dan Narkotika

113 Lampiran 10. Formulir Pemakaian Obat Golongan Narkotika

114 Lampiran 11. Laporan Penggunaan Narkotika dan Psikotropika

115 Lampiran 12. Laporan Penggunaan Psikotropika

116 Lampiran 13. Catatan Pemberian Obat

117 Lampiran 15. Daftar Stok Obat dan Alat Habis Pakai Emergensi 96

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1. Defenisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memberdayakan berbagai kesatuan personel terlatih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah Institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT di RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. PIRNGADI MEDAN Disusun Oleh : CHRISTINA LUMBAN TORUAN, S.Farm 083202006 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1. Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memberdayakan berbagai kesatuan personel terlatih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. upaya kesehatan dengan memfungsikan berbagai kesatuan personel terlatih dan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. upaya kesehatan dengan memfungsikan berbagai kesatuan personel terlatih dan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memfungsikan berbagai kesatuan personel terlatih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Defenisi Rumah Sakit BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dan difungsikan oleh berbagai kesatuan personel terlatih

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT BADAN PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM DR. PIRNGADI KOTA MEDAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT BADAN PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM DR. PIRNGADI KOTA MEDAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT di BADAN PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM DR. PIRNGADI KOTA MEDAN Disusun oleh: Saifah Nur Nasution, S.Farm. 073202157 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat 2.1 Definisi Rumah Sakit BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dan difungsikan oleh berbagai kesatuan personel terlatih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. upaya kesehatan dengan memfungsikan berbagai kesatuan personel terlatih dan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. upaya kesehatan dengan memfungsikan berbagai kesatuan personel terlatih dan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memfungsikan berbagai kesatuan personel terlatih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi teratur,

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi teratur, BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi teratur, tempat pencegahan dan penyembuhan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. di BADAN PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM DR. PIRNGADI KOTA MEDAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. di BADAN PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM DR. PIRNGADI KOTA MEDAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT di BADAN PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM DR. PIRNGADI KOTA MEDAN Disusun oleh : Bintang Sulastri Aruan, S.Farm 073202113 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN Disusun oleh: Sri Mayani Harahap, S. Farm NIM : 093202063 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN 1 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT Di RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN Disusun Oleh : Elva Yanti, S. Farm. 083202017 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. di RUMAH SAKIT UMUM Dr. PIRNGADI MEDAN OLEH : TRISNA KURNIA, S.Farm.

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. di RUMAH SAKIT UMUM Dr. PIRNGADI MEDAN OLEH : TRISNA KURNIA, S.Farm. LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT di RUMAH SAKIT UMUM Dr. PIRNGADI MEDAN OLEH : TRISNA KURNIA, S.Farm. Nim : 083202088 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI DI BADAN PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM. Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN OLEH: DAVID GINTING, S.

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI DI BADAN PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM. Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN OLEH: DAVID GINTING, S. LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI DI BADAN PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN OLEH: DAVID GINTING, S.Farm 073202115 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatanyang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 983/MenKes/SK/XI/1992, rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Salah satu sarana untuk penyelenggaraan pembangunan kesehatan adalah rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah Institusi pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAGAN ORGANISASI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT

BAGAN ORGANISASI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT Lampiran 1. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan BAGAN ORGANISASI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT Komite Farmasi & Terapi Direktur RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Kepala Instalasi

Lebih terperinci

Lampiran 1.Struktur Organisasi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan

Lampiran 1.Struktur Organisasi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Lampiran 1.Struktur Organisasi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan DIREKTUR KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL WAKIL DIREKTUR BIDANG ADMINISTRASI UMUM DAN KEUANGAN WAKIL DIREKTUR BIDANG PELAYANAN MEDIS DAN KEPERAWATAN

Lebih terperinci

Lampiran 2. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 2. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan. Universitas Sumatera Utara Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Lampiran 2. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan 77 Lampiran 3. Rekapitulasi Perhitungan Unit Cost Pasien Askes

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. tempat pencegahan dan penyembuhan penyakit, peningkatan dan pemulihan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. tempat pencegahan dan penyembuhan penyakit, peningkatan dan pemulihan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah suatu unit yang memiliki organisasi yang teratur, tempat pencegahan dan penyembuhan penyakit, peningkatan

Lebih terperinci

BAB III. TINJAUAN KHUSUS RSUD dr. PIRNGADI KOTA MEDAN. oleh Pemerintah Kolonial Belanda dengan nama GEMENTA ZIEKEN HUIS.

BAB III. TINJAUAN KHUSUS RSUD dr. PIRNGADI KOTA MEDAN. oleh Pemerintah Kolonial Belanda dengan nama GEMENTA ZIEKEN HUIS. BAB III TINJAUAN KHUSUS RSUD dr. PIRNGADI KOTA MEDAN 3.1 Sejarah RSUD dr. Pirngadi Kota Medan RSUD dr. Pirngadi Kota Medan didirikan pada tanggal 11 Agustus 1928 oleh Pemerintah Kolonial Belanda dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah suatu unit yang memiliki organisasi yang teratur,

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah suatu unit yang memiliki organisasi yang teratur, BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah suatu unit yang memiliki organisasi yang teratur, tempat pencegahan dan penyembuhan penyakit, peningkatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi teratur,

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi teratur, BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi teratur, tempat pencegahan dan penyembuhan penyakit, peningkatan dan pemulihan kesehatan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. PIRNGADI MEDAN. 3.1 Sejarah Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan

BAB III TINJAUAN KHUSUS RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. PIRNGADI MEDAN. 3.1 Sejarah Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan BAB III TINJAUAN KHUSUS RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. PIRNGADI MEDAN 3.1 Sejarah Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan didirikan oleh Pemerintah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. tempat pencegahan dan penyembuhan penyakit, peningkatan dan pemulihan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. tempat pencegahan dan penyembuhan penyakit, peningkatan dan pemulihan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah suatu unit yang memiliki organisasi yang teratur, tempat pencegahan dan penyembuhan penyakit, peningkatan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. PIRNGADI KOTA MEDAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. PIRNGADI KOTA MEDAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. PIRNGADI KOTA MEDAN Disusun Oleh: ADRIANSYAH, S.Farm 103202001 PRORAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan DIREKTUR KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL WAKIL DIREKTUR BIDANG ADMINISTRASI UMUM DAN KEUANGAN WAKIL DIREKTUR BIDANG PELAYANAN MEDIS DAN KEPERAWATAN

Lebih terperinci

Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD Dr. Pirngadi. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD Dr. Pirngadi. Universitas Sumatera Utara Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD Dr. Pirngadi Lampiran 2. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan BAGAN ORGANISASI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT Komite Farmasi & Terapi Direktur

Lebih terperinci

Lampiran 1. Struktur organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

Lampiran 1. Struktur organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan Lampiran 1. Struktur organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan DIREKTUR KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL WAKIL DIREKTUR BIDANG ADMINISTRASI UMUM WAKIL DIREKTUR BIDANG PELAYANAN MEDIS DAN KEPERAWATAN WAKIL DIREKTUR

Lebih terperinci

BAB III. TINJAUAN KHUSUS RSUD Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN. 3.1 Sejarah Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan

BAB III. TINJAUAN KHUSUS RSUD Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN. 3.1 Sejarah Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan BAB III TINJAUAN KHUSUS RSUD Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN 3.1 Sejarah Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan didirikan oleh Pemerintah Kolonial Belanda

Lebih terperinci

BAB III. TINJAUAN KHUSUS RSUD Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN. 3.1 Sejarah Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan

BAB III. TINJAUAN KHUSUS RSUD Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN. 3.1 Sejarah Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan BAB III TINJAUAN KHUSUS RSUD Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN 3.1 Sejarah Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan didirikan oleh Pemerintah Kolonial Belanda

Lebih terperinci

Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD Dr. Pirngadi. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD Dr. Pirngadi. Universitas Sumatera Utara Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD Dr. Pirngadi Lampiran 2. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan BAGAN ORGANISASI INSTALASI FARMASI Komite Farmasi & Terapi Direktur RSUD

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 STRUKTUR ORGANISASI RSUP DR HASAN SADIKIN BANDUNG

LAMPIRAN 1 STRUKTUR ORGANISASI RSUP DR HASAN SADIKIN BANDUNG LAMPIRAN 1 STRUKTUR ORGANISASI RSUP DR HASAN SADIKIN BANDUNG DIREKTUR UTAMA KOMITE MEDIK KOMITE ETIK & HUKUM KOMITE MUTU & K3 DIREKTUR MEDIK DAN KEPERAWATAN DIREKTUR SUMBER DAYA MANUSIA DAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Berdasarkan Undang-Undang tentang rumah sakit no.44 tahun 2009,

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Berdasarkan Undang-Undang tentang rumah sakit no.44 tahun 2009, BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Berdasarkan Undang-Undang tentang rumah sakit no.44 tahun 2009, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan DIREKTU R KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL WAKIL DIREKTUR BIDANG ADMINISTRASI UMUM DAN KEUANGAN WAKIL DIREKTUR BIDANG PELAYANAN MEDIS DAN KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS RUMAH SAKIT UMUM DAERAH. Dr. PIRNGADI MEDAN. Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan didirikan pada

BAB III TINJAUAN KHUSUS RUMAH SAKIT UMUM DAERAH. Dr. PIRNGADI MEDAN. Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan didirikan pada BAB III TINJAUAN KHUSUS RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. PIRNGADI MEDAN 3.1. Sarana dan Prasarana Fisik Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan didirikan pada tanggal 11 Agustus 1928 dan sejak tanggal

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan Disusun Oleh: Yuldiani Gustri, S.Farm. NIM 103202059 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT di RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ARIFIN ACHMAD PEKANBARU Disusun oleh: Faisal Yusuf, S.Farm. NIM 093202114 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data Efisiensi Biaya Penggunaan Obat Kanker Nasofaring di RSUD Dr. Pirngadi Medan Pasien : Jamkesmas

Lampiran 1. Data Efisiensi Biaya Penggunaan Obat Kanker Nasofaring di RSUD Dr. Pirngadi Medan Pasien : Jamkesmas Lampiran 1. Data Efisiensi Biaya Penggunaan Obat Kanker Nasofaring di RSUD Dr. Pirngadi Medan Pasien : Jamkesmas Bulan : Mey 2009 NO NO MR NAMA PASIEN LFT 1 66-41-26 Edi Susanto 1.5 162 5-5-2009 cm NPC

Lebih terperinci

KOMITE FARMASI DAN TERAPI. DRA. NURMINDA S MSi, APT

KOMITE FARMASI DAN TERAPI. DRA. NURMINDA S MSi, APT KOMITE FARMASI DAN TERAPI DRA. NURMINDA S MSi, APT STANDARD PELAYANAN FARMASI Keputusan MenKes no. 1197/MenKes/SK/X/2004 Tanggal 19 Oktober 2004 Panitia Farmasi dan Terapi adalah organisasi yang mewakili

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI. di RSUP ADAM MALIK MEDAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI. di RSUP ADAM MALIK MEDAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI di RSUP ADAM MALIK MEDAN Oleh: : CINDY CESARIA, S. Farm. 093202010 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 Lembar Pengesahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

Lebih terperinci

RUMAH SAKIT. Oleh: Diana Holidah, M.Farm., Apt.

RUMAH SAKIT. Oleh: Diana Holidah, M.Farm., Apt. RUMAH SAKIT Oleh: Diana Holidah, M.Farm., Apt. DASAR HUKUM RUMAH SAKIT UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. PerMenKes RI Nomor 1045/menkes/per/XI/2006 Tentang Pedoman organisasi rumah sakit di lingkungan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung Disusun Oleh: Fathul Jannah, S. Farm NIM 103202081 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT di RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H. ADAM MALIK MEDAN Disusun Oleh: Lisda Mawarni Sihombing, S. Farm 083202044 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. pemeliharaan kesehatan yang baik (Siregar dan Amalia, 2004).

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. pemeliharaan kesehatan yang baik (Siregar dan Amalia, 2004). BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memfungsikan berbagai kesatuan personel terlatih

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN OLEH: BEDI RENTINA MUIS MATONDANG, S. Farm. NIM 093202008 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH. Disusun Oleh: Erda Marhas Yunita, S.

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH. Disusun Oleh: Erda Marhas Yunita, S. LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT di RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH Disusun Oleh: Erda Marhas Yunita, S. Farm 133202249 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh rumah sakit adalah kepuasan pelanggan agar dapat bertahan, bersaing,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh rumah sakit adalah kepuasan pelanggan agar dapat bertahan, bersaing, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi era persaingan yang ketat, hal utama yang perlu diperhatikan oleh rumah sakit adalah kepuasan pelanggan agar dapat bertahan, bersaing, mempertahankan pasar

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data Efisiensi Biaya Penggunaan Obat Kanker Payudara di RSUD Dr. Pirngadi Medan Pasien : Jamkesmas Bulan : Mei 2009

Lampiran 1. Data Efisiensi Biaya Penggunaan Obat Kanker Payudara di RSUD Dr. Pirngadi Medan Pasien : Jamkesmas Bulan : Mei 2009 Lampiran 1. Data Efisiensi Biaya Penggunaan Obat Kanker Payudara di RSUD Dr. Pirngadi Medan Pasien : Jamkesmas Bulan : Mei 2009 NO NO MR NAMA OBAT KEMOTERAPI BIAYA LFT PASIEN Nama Obat Permintaan Perhitungan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung Disusun Oleh: Roni M. Situmorang, S. Farm (103202111) FAKULTAS FARMASI PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin. Bandung

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin. Bandung LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung Disusun Oleh: Rian Budi Prasetya, S.Farm. NIM 113202050 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN RANCANGAN PROSEDUR PENGELOLAAN OBAT/ALAT KESEHATAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT MYRIA PALEMBANG

BAB IV ANALISIS DATA DAN RANCANGAN PROSEDUR PENGELOLAAN OBAT/ALAT KESEHATAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT MYRIA PALEMBANG BAB IV ANALISIS DATA DAN RANCANGAN PROSEDUR PENGELOLAAN OBAT/ALAT KESEHATAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT MYRIA PALEMBANG Instalasi Farmasi Rumah Sakit Myria Palembang merupakan Bagian Pelayanan Instalasi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H. ADAM MALIK

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H. ADAM MALIK LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT di RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H. ADAM MALIK Disusun Oleh: Meldawati Br Perangin-angin, S. Farm. NIM 103202094 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor44 tahun 2009 pasal 1 Rumah Sakit

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor44 tahun 2009 pasal 1 Rumah Sakit 4 BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi rumah sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor44 tahun 2009 pasal 1 Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

Lebih terperinci

BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obat merupakan komponen penting dalam pelayanan kesehatan. Pengelolaan obat yang efisien diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi rumah sakit dan pasien

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 30 Tahun 2001 Seri D ---------------------------------------------------------------- PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 1 rumah sakit

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 1 rumah sakit BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi rumah sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 1 rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT RSUP H. ADAM MALIK MEDAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN OLEH: Pebriana Mega Sari, S.Farm. NIM 103202129 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen adalah suatu proses tahapan kegiatan yang terdiri atas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen adalah suatu proses tahapan kegiatan yang terdiri atas BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Manajemen adalah suatu proses tahapan kegiatan yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan dengan memadukan penggunaan ilmu dan seni untuk mencapai

Lebih terperinci

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO, 06 JANUARI 2015 BERITA DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR 11 S A L I N A N PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 11 TAHUN 2015 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WALUYO JATI KRAKSAAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI JAKARTA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI JAKARTA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI JAKARTA Disusun Oleh: Zeplin Karo-karo, S. Farm 0732020110 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008 Lembar

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS ADMINISTRASI KLAIM DAN VERIFIKASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT 2008 PADA PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT LANJUTAN

PETUNJUK TEKNIS ADMINISTRASI KLAIM DAN VERIFIKASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT 2008 PADA PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT LANJUTAN PETUNJUK TEKNIS ADMINISTRASI KLAIM DAN VERIFIKASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT 2008 PADA PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT LANJUTAN I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Jaminan Pelayanan Kesehatan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT Di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung Disusun Oleh: Eldiza Puji Rahmi, S. Farm. NIM 103202016 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 1, Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. upaya kesehatan dengan memberdayakan berbagai kesatuan personel terlatih dan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. upaya kesehatan dengan memberdayakan berbagai kesatuan personel terlatih dan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memberdayakan berbagai kesatuan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALINAU

PEMERINTAH KABUPATEN MALINAU PEMERINTAH KABUPATEN MALINAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALINAU NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MALINAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALINAU,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT DI RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN. Oleh: CUT MANZALENI BRAISYAH PUTRI, S. Farm NIM

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT DI RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN. Oleh: CUT MANZALENI BRAISYAH PUTRI, S. Farm NIM LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT DI RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN Oleh: CUT MANZALENI BRAISYAH PUTRI, S. Farm NIM 083202008 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT DEPO FARMASI IATI. Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik. Medan

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT DEPO FARMASI IATI. Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik. Medan LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT DEPO FARMASI IATI Di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan Disusun Oleh: DIANA FEBRITA, S. Farm. NIM 113202014 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 25 Maret 2012 di Apotek RSUD Toto

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 25 Maret 2012 di Apotek RSUD Toto BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 25 Maret 2012 di Apotek RSUD Toto Kabupaten Bone Bolango. Dalam rangka memperoleh data yang diperlukan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. alat ilmiah khusus, dan difungsikan oleh berbagai kesatuan personel terlatih dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. alat ilmiah khusus, dan difungsikan oleh berbagai kesatuan personel terlatih dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah suatu organisasi yag kompleks, menggunakan gabungan alat ilmiah khusus, dan difungsikan oleh berbagai kesatuan personel terlatih dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 1, Rumah Sakit adalah institusi pelayanan

Lebih terperinci

PERESEPAN, PEMESANAN DAN PENGELOLAAN OBAT

PERESEPAN, PEMESANAN DAN PENGELOLAAN OBAT PERESEPAN, PEMESANAN DAN PENGELOLAAN OBAT SOP No. Dokumen No. Revisi : Tanggal Terbit : 51.VIII/SOP/PNG/V/2016 : 3 Mei 2016 Halaman : 1/ 6 UPT PUSKESMAS PANUNGGANGAN 1. Pengertian 2. Tujuan 3. Kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upaya kesehatan merupakan kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Upaya kesehatan merupakan kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya kesehatan merupakan kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat dan tempat

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. MOHAMAD SALEH KOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang

Lebih terperinci

SOP Pelayanan Farmasi Tentang Perencanaan dan Pemesanan Obat-obat High Alert

SOP Pelayanan Farmasi Tentang Perencanaan dan Pemesanan Obat-obat High Alert SOP Pelayanan Farmasi Tentang Perencanaan dan Pemesanan Obat-obat High Alert PENGERTIAN PROSEDUR UNIT TERKAIT Suatu kegiatan yang dilakukan dalam rangka menyusun daftar kebutuhan obat yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan perkembangan teknologi kedokteran. Apapun teknologi kedokterannya

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan perkembangan teknologi kedokteran. Apapun teknologi kedokterannya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Rumah sakit adalah lembaga pemberi jasa pelayanan kesehatan dan seiring dengan perkembangan teknologi kedokteran. Apapun teknologi kedokterannya hampir selalu memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Pembangunan kesehatan pada dasarnya

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 65 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 65 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 65 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

LAMPIRAN. 1. Hasil wawancara dengan pihak RSUD untuk pengumpulan data Narasumber : Dr. Herlina Jabatan : Dokter Umum. No Pertanyaan Jawaban

LAMPIRAN. 1. Hasil wawancara dengan pihak RSUD untuk pengumpulan data Narasumber : Dr. Herlina Jabatan : Dokter Umum. No Pertanyaan Jawaban LAMPIRAN 1. Hasil wawancara dengan pihak RSUD untuk pengumpulan data Narasumber : Dr. Herlina Jabatan : Dokter Umum 1. Bagaimana prosedur pelayanan rumah sakit dimulai dari pasien datang? Untuk pasien

Lebih terperinci

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit Puskesmas dan sebagai bahan masukan kepada Dinas Kesehatan Kota Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 17 TAHUN 2015 T E N T A N G TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS RUMAH SAKIT JIWA KALAWA ATEI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT DI RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT DI RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT DI RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN DISUSUN OLEH : Amalia Pratiwi S. Farm. 083202003 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

Perbedaan jenis pelayanan pada:

Perbedaan jenis pelayanan pada: APLIKASI MANAJEMEN DI RUMAH SAKIT OLEH : LELI F. MAHARANI S. 081121039 MARINADIAH 081121015 MURNIATY 081121037 MELDA 081121044 MASDARIAH 081121031 SARMA JULITA 071101116 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2013 NOMOR : 17 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG TARIF PELAYANAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2013 NOMOR : 17 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG TARIF PELAYANAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2013 NOMOR : 17 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG TARIF PELAYANAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA CILEGON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seperti diketahui pengelolaan obat di rumah sakit sangat penting dimana biaya obat yang dikeluarkan pada negara berkembang mengambil dana yang cukup besar yaitu

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR NO. / SK / RSPB / / 2017

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR NO. / SK / RSPB / / 2017 SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR NO. / SK / RSPB / / 2017 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI MENIMBANG : 1. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Permata Bunda, maka diperlukan penyelenggaraan

Lebih terperinci

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG TARIF PELAYANAN KESEHATAN KELAS III PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANDAN ARANG KABUPATEN BOYOLALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

NOMOR : 10 TAHUN 2009

NOMOR : 10 TAHUN 2009 BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2009 NOMOR 17 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR : 10 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN SKRIPSI

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN SKRIPSI TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN SKRIPSI Oleh : MEILINA DYAH EKAWATI K 100 050 204 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA (Berita Resmi Daerah Tingkat II Yogyakarta)

LEMBARAN DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA (Berita Resmi Daerah Tingkat II Yogyakarta) LEMBARAN DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA (Berita Resmi Daerah Tingkat II Yogyakarta) Nomor : 6 Tahun 1996 Seri D ================================================================= PERATURAN DAERAH KOTAMADYA

Lebih terperinci