Modul 05 Aplikasi Lentur pada Komponen Pelat
|
|
- Sukarno Sugiarto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Program Studi Diploma-III Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya SEMESTER IV Assisten Desain BG Buku Siswa Modul 05 Aplikasi Lentur pada Komponen Pelat A. informasi umum Tujuan Instruksional Umum : Mahasiswa dapat mendesain komponen struktur pelat. Tujuan Instruksional Khusus : Mahasiswa mampu menentukan tebal pelat sesuai persyaratan, menghitung bebanbeban, menghitung kebutuhan penulangan, dan menyatakannya ke dalam gambar rencana (denah) sesuai dengan SNI atau ACI Posisi Modul ini dalam Garis Waktu Perkuliahan : " " " " " " " " " " " " " " " " " " " " " " " " % % % b. Materi 1. Pemakaian Komponen Pelat pada Struktur Bangunan Gedung. Pelat adalah konstruksi 2 dimensi, yaitu dimensi-dimensi panjang pada 2 arah sumbu orthogonalnya, yang biasa disebut panjang ( ) dan lebar ( ). Menilik bentuk geometrinya, pelat harus diperlakukan berbeda dengan konstruksi berdimensi tunggal, yaitu balok misalnya. Kalau pada balok, momen-momen hanya terjadi pada satu arah sumbunya (yaitu sumbu memanjang), maka pada pelat, momen-momen itu terjadi pada kedua sumbu bidangnya. Pada keadaan-keadaan tertentu, memang, pelat bisa dianggap sebagai konstruksi satu arah, tetapi secara umum pelat adalah BS-05-1
2 merupakan konstruksi dua arah. Hal ini ditunjukkan dengan kenyataaan-kenyataan sebagai berikut : (1). Deformasi-deformasi dan tegangan-tegangan pada satu arah sumbu pasti akan berhubungan dengan deformasi dan tegangan pada sumbu yang lainnya, yaitu hubungan mana sebagai yang diwakilkan pada suatu besaran yang disebut dengan angka pembanding Poisson, ν. (2). Tulangan-tulangan pelat pasti selalu dipasang pada dua arah sumbunya, meski pada pelat-pelat yang termasuk ke dalam kategori pelat satu arah sekalipun. Pada komponen pelat dikenal istilah-istilah tulangan utama, tulangan pembagi, dan tulangan susut. Tulangan utama bertugas memikul beban-beban lentur pada sumbu utamanya. Tulangan pembagi dimaksudkan untuk menyebarkan / meratakan beban-beban pada daerah selebar satuan panjang pada arah tegak lurus sumbu utama pada konstruksi pelat satu arah. Sedangkan tulangan susut bertugas menyebarkan beban-beban pada arah tegak lurus sumbu utama pada daerah di sekitar tumpuan / perletakan pelat dua arah terutama oleh gaya-gaya yang ditimbulkan oleh perubahan volume akibat temperatur. Pada Gambar 05-1 ditunjukkan perbedaan antara pelat satu arah dengan pelat dua arah. Karena beban-beban yang diterima disalurkan terutama ke dalam bentuk momen lentur, maka pelat dianalisis sama seperti pada komponen balok. Pada pelat dua arah, momen diperhitungkan pada 2 arah sumbunya ; sedangkan pada pelat satu arah, momennya hanya terjadi pada 1 arah. Karenanya, pelat satu arah dapat dibayangkan sebagai konstruksi balok dengan ukuran lebar b yang jauh lebih besar daripada tebalnya h. (a) Pelat 1 Arah (One-way Slab) Mt y Perhitungan sama seperti Balok l y 2.00 l x Mt y M Mt x M Mt y (b) Pelat 2 Arah (Two-way Slab) Pasal 15 SNI Mt y M Mt x Gambar 05-1 : Pelat satu arah dan pelat dua arah. BS-05-2
3 Pada bangunan gedung, pelat dipergunakan pada konstruksi lantai dan atap datar. Suatu bentuk pemakaian yang khusus dari pelat adalah dinding. Kalau pada pelat, beban-beban yang bekerja adalah pada arah tegak lurus bidang, maka dinding menyalurkan beban-beban pada bidangnya. Pada pemakaiannya, konstruksi pelat bisa berwujud ke dalam salah satu dari bentuk-bentuk berikut : (a) pelat dengan balok-balok penumpu, (b) pelat tanpa balok-balok (flat plate), (c) hampir sama dengan flat plate tetapi dengan penebalan kolom-kolom pada bagian kepalanya (flat slab), dan (d) hampir sama dangan flat slab tetapi pelatnya diperkaku dengan balok-balok joist (waffle slab). Pada Gambar 05-2 di bawah ini disampaikan gambaran dari ke-empat sistem konstruksi pelat tersebut. (a) Pelat 2 Arah dengan Balok-balok Penumpu (b) Flat Plate (c) Flat Slab (d) Waffle Slab Pelat 2 Arah dengan Balok-balok Joist Gambar 05-2 : Berbagai bentuk sistem konstruksi pelat. Pada Gambar 05- ditunjukkan detail konstruksi pada keempat sistem pelat. Pada flat plate, karena pelat langsung ditumpu oleh kolom, maka pada pertemuan-pertemuannya terjadi pemusatan (konsentrasi) tegangan-tegangan yang besar, terutama dalam bentuk apa yang disebut dengan tegangan geser pons (punching shear stress). Untuk mengatasi hal itu, biasanya pada pertemuan-pertemuan antara pelat dengan kolom dipasangi anyaman tulangan yang sangat berat. Dengan maksud untuk mengurangi tulangan-tulangan yang berat itu, pada pelat di daerah tumpuan diberikan penebalan, yang kadang-kadang juga diikuti dengan memberikan topi pada kolom (column capital). Konstruksi pelat yang demikian ini disebut flat slab. Untuk BS-05-
4 bentang-bentang yang besar, pada konstruksi flat slab-pun, dianggap masih berperilaku kurang memuaskan, yaitu karena padanya masih terjadi lendutan (deflection) yang sangat besar. Akhirnya, untuk mengatasi masalah lendutan tersebut, diberikanlah balok-balok kecil dalam jarak rapat di bawah pelat dengan maksud untuk memperkakunya, yang disebut dengan balokbalok joist. Konstruksi flat slab dengan balok-balok joist ini disebut dengan waffle slab. Gambar foto konstruksi waffle slab ini ditunjukkan pada Gambar 05-4 di bawah. Sistem Pelat tanpa Balok Sistem Pelat dengan Penebalan Sistem Pelat dengan Kepala Kolom Sistem Pelat dengan Balok Gambar 05- : Gambar detail pada keempat sistem konstruksi pelat. Pada sistem pelat dengan balok-balok penumpu, mekanisme penyaluran beban ini menjadi lebih lengkap. Balok-balok berfungsi untuk memperkaku pelat, khususnya pada lajur-lajur kolom, sedemikian sehingga mengubah momen-momen dan gaya lintang pada pelat menjadi momen lentur, momen puntir, dan gaya lintang pada balok, dan sekaligus meniadakan tegangan geser pons pada pelat. Untuk selanjutnya, fokus perhatian di dalam modul ini akan diarahkan pada sistem pelat dengan balok-balok penumpu. 2. Pelat dengan Balok-balok Penumpu. Sistem pelat dengan balok-balok penumpu adalah sistem yang paling lazim dijumpai di dalam aplikasi struktur bangunan gedung. Contoh gambar denah lantai / atap tipikal bangunan adalah sebagai yang disajikan pada Gambar Pada gambar tersebut ditunjukkan ukuran luas lantai / atap keseluruhan, nama-nama as / sumbu bangunan, letak-letak lajur kolom, letak-letak balok induk dan anak, dan ukuran serta penamaan panel-panel pelat. BS-05-4
5 Gambar 05-4 : Konstruksi Waffle Slab dilihat dari sisi sebelah bawahnya.. Syarat-syarat Desain Pelat. Masalah lendutan dan kekakuan pelat mendapatkan perhatian yang besar di dalam peraturan-peraturan bangunan, disebabkan oleh keduanya sangat menentukan kemampuan layan bangunannya. Sebagai contoh, pelat yang kuat (tidak runtuh dalam pemakaian bangunan) tetapi mengalami lendutan yang besar, tentu akan memberikan ketidaknyamanan, disamping ketidakamanan, bagi para penghuni bangunan. Syarat-syarat desain komponen pelat ditentukan di dalam peraturan, yaitu di dalam Pasal 11.5 SNI , atau Article 9.5 ACI Butir penting dari persyaratan itu, yaitu syarat ketebalan, dapat disebutkan di sini berisi antara lain : 1). Komponen struktur beton bertulang yang mengalami lentur harus direncanakan agar mempunyai kekakuan yang cukup untuk membatasi lendutan / deformasi apapun yang dapat memperlemah kekuatan atau mengurangi kemampuan layan struktur pada beban kerja. Untuk itu pelat perlu ditetapkan ukuran tebal minimumnya. Syarat tebal minimum bagi balok non-prategang atau pelat satu arah diatur menurut Tabel 8 SNI, sebagai yang direproduksikan pada Tabel 05-1 di bawah. 2). Bila lendutan harus dihitung, maka lendutan yang terjadi seketika sesudah bekerjanya beban harus dihitung dengan metoda atau formula standar untuk lendutan elastis, dengan memperhitungkan pengaruh retak dan tulangan terhadap kekakuan komponen struktur. Lendutan-lendutan tersebut tidak boleh melampaui nilai-nilai yang diijinkan menurut Tabel 9 SNI, atau yang akan direproduksikan dalam Tabel 05-2 di bawah ini. BS-05-5
6 A B C D E F G H I J K 1 2 a b c 2.00 Nama-nama as / sumbu bangunan ( angka / huruf di dalam lingkaran ) diletakkan pada sebelah kiri dan atas gambar. 4 5 d e f g h i j k l Semua balok anak memanjang 0/45 Semua balok anak melintang 0/45 Semua balok induk memanjang 0/45 Semua kolom 50/ h Informasi mengenai dimensi penampang kolom-kolom dan balok-balok bangunan. Nama panel pelat dinyatakan dalam bulatan yang dihubungkan dengan garis dalam formasi segitiga sama sisi. Bulatan yang di atas berisi nama pelat, bulatan yang di sebelah kiri bawah berisi elevasi pelat, dan bulatan yang di sebelah kanan bawah berisi informasi ketebalannya. 6 Semua balok induk melintang 40/ Gambar 05-5 : Contoh gambar denah pelat lantai / atap tipikal bangunan gedung Ukuran / dimensi / jarak-jarak as dituliskan di sebelah kanan dan bawah dari gambar Kode Penyusun Modul Instruktur Tanggal Kuliah BS-05-6
7 Tabel 05-1 : Persyaratan tebal minimum balok non-prategang atau pelat satu arah bila lendutan tidak dihitung, direproduksi dari Tabel 8 SNI Tebal minimum, h Komponen Dua tumpuan Satu ujung Kedua ujung struktur sederhana menerus menerus Kantilever Komponen yang tidak menahan atau tidak disatukan dengan partisi atau konstruksi lain yang mungkin akan rusak oleh lendutan yang besar Pelat massif satu arah l /20 l /24 l /28 l /10 Balok atau pelat rusuk satu arah l /16 l /18.5 l /21 l /8 Catatan : Nilai yang diberikan harus digunakan langsung untuk struktur dengan beton normal ( w c 2400 kg/m ) dan tulangan Bj.TD-40. Untuk kondisi yang lain, nilai-nilai di atas harus dimodifikasikan terlebih dulu. Tabel 05-2 : Persyaratan harga lendutan yang diijinkan, direproduksi dari Tabel 9 SNI Jenis komponen struktur Lendutan yang diperhitungkan Batas lendutan Atap datar yang tidak menahan atau tidak disatukan dengan komponen Lendutan seketika akibat l /180 nonstrukturaang mungkin akan beban hidup rusak oleh lendutan yang besar Lantai datar yang tidak menahan atau tidak disatukan dengan komponen Lendutan seketika akibat l /60 nonstrukturaang mungkin akan beban hidup rusak oleh lendutan yang besar Atap atau lantai yang menahan atau disatukan dengan komponen nonstruktural Bagian dari lendutan totaang terjadi setelah l /480 yang mungkin akan rusak oleh lendutan pemasangan komponen nonstruktural ( jumlah yang besar dari lendutan jangka panjang, akibat semua Atap atau lantai yang menahan atau beban tetap yang bekerja, dan lendutan seketika disatukan dengan komponen nonstruktural akibat penambahan beban hidup ) l /240 yang mungkin tidak akan rusak oleh lendutan yang besar ). Tebal minimum pelat tanpa balok interior yang menghubungkan tumpuan-tumpuannya dan mempunyai rasio / tidak lebih dari 2.0 harus memenuhi Tabel 10 SNI, tetapi tidak boleh kurang dari : (a) Pelat tanpa penebalan 0 mm, (b) Pelat dengan penebalan 100 mm. Tabel 10 SNI tersebut akan direproduksi sebagai Tabel 05- di bawah ini. BS-05-7
8 Tabel 05- : Persyaratan tebal minimum pelat tanpa balok interior harga lendutan yang diijinkan, direproduksi dari Tabel 10 SNI Tanpa penebalan Dengan penebalan Teg. Leleh Panel luar Panel Panel luar Panel f y (MPa) Tanpa Dengan dalam Tanpa Dengan dalam balok pinggir balok pinggir balok pinggir balok pinggir 00 l / l /6 l /6 l /6 l /40 l / l /0 l / l / l / l /6 l /6 500 l /28 l /1 l /1 l /1 l /4 l /4 Catatan : (a) Untuk tulangan dengan tegangan antara 00 MPa dan 400 MPa atau antara 400 MPa dan 500 MPa, gunakan interpolasi linier (b) Penebalan panel disefinisikan dalam dan ). Tebal minimum pelat dengan balok interior yang menghubungkan tumpuan-tumpuan pada semua sisinya harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : (a) Untuk : α m [ 0.20 Pakai persyaratan untuk pelat tanpa balok interior, (b) Untuk : 0.20 < α m [ 2.0 Pakai persamaan (16) SNI atau persamaan ( 05-1 ) modul ini, tapi tidak boleh kurang dari 0 mm (c) Untuk : α m > 2.0 Pakai persamaan (17) SNI atau persamaan ( 05-2 ) modul ini, tapi tidak boleh kurang dari 90 mm. (d) Pada tepi yang tidak menenrus, balok tepi harus mempunyai rasio kekakuan : α > 0.80, atau sebagai alternatif, ketebalan minimum yang ditentukan dengan persamaan (16) atau (17) SNI harus dinaikkan dengan paling tidak 10%. Persamaan (16) SNI : f y l 0.80 n h 6 + 5β ( α 0.20) m... ( 05-1 ) Persamaan (17) SNI : f y l n + h 6 + 9β... ( 05-2 ) BS-05-8
9 dimana : h tebal pelat α m nilai α rata-rata untuk kesemua balok tepi dari suatu panel pelat, β rasio bentang bersih arah memanjang terhadap arah memendek pelat, l n bentang bersih arah memanjang panel pelat, α E E cb cp I b I p rasio kekakuan balok terhadap pelat 4. Perhitungan Momen-momen Pelat dan Penentuan Kebutuhan Penulangan. Melakukan analisis gaya-gaya dalam pada pelat adalah pekerjaan yang rumit, karena melibatkan di dalamnya persamaan-persamaan differensial. Dengan pertolongan pemodelan numerik, persamaanpersamaan differensial tersebut bisa didapatkan solusinya. Tetapi metoda numerik itu sendiri juga njlimet, dan hanya mungkin diselesaikan dengan pemrograman melalui komputer. Untungnya, beberapa penulis telah berbaik hati untuk menyampaikan hasil perhitungannya ke dalam buku-buku yang dijual bebas di toko-toko buku umum. Buku-buku itu antara lain sebagai yang dituliskan pada nomor [] & [5] pada Daftar Pustaka. Timoshenko dkk. menya-jikan hasil risetnya yang telah dimulai sejak tahun Dalam tulisannya tersebut telah dila-kukan analisis pada berbagai bentuk pelat, pembebanan, dan kondisi perletakan, ke dalam ben-tuk persamaan-persamaan matematika, dan kemudian membuatkan tabel nilai-nilai perpindah-an, momen dan gaya lintang pada beberapa titik penting pada seluruh bidang pelat. Bares ke-mudian menyajikannya secara lebih ekstensif ke dalam bentuk tabel-tabeang memperhi-tungkan lebih banyak variabel desain. Bagaimanapun, akhirnya cara yang paling sederhanalah yang akan banyak dipakai. Begitulah keadaannya dengan perhitungan analisis pelat ini. Suatu cara yang mudah, ialah dengan menggunakan tabel koeffisien momen, sebagai yang telah disampaikan di dalam Tabel-tabel 1..1 dan 1..2 PBI-1971 [7], telah dipakai untuk menganalisis pelat-pelat yang umum dipakai di dalam sistem bangunan gedung. Kedua tabel tersebut akan disajikan lagi di dalam modul ini sebagai Tabel 05-4 dan Setelah momen-momen pelat dapat ditentukan besarnya, maka langkah berikutnya yang dilakukan adalah menghitung kebutuhan tulangannya. Untuk itu, dilakukan perhitungan penulangan dengan cara menggunakan tabeang dihasilkan dari program KDB, sebagai yang telah dibahas pada Modul - 0 di depan. Di belakang disampaikan salah satu tabel tersebut sebagai Tabel BS-05-9
10 Tipe Pelat Momen ly / lx > 2.5 I II III IVA IVB VA VB VIA VIB Keterangan : M q. 2.X M q. 2.X M q.l 2 x.x M q..x Mt x q..x Mt y q..x M q..x M q..x Mt x q..x Mt y q..x M q..x M q..x Mt y q.l 2 x.x M q..x M q..x Mt x q.l 2 x.x Mt x q..x M q..x Mt y q.l 2 x.x M q..x M q..x Mt x q.l 2 x.x M q..x M q..x Mt x q..x Mt y q..x M q..x M q..x Mt x q..x Mt y q..x Terletak bebas Terjepit penuh Kode Penyusun Modul Instruktur Tanggal Kuliah BS-05-10
11 Tipe Pelat Momen ly / lx > 2.5 I M q. 2.X M q. 2.X II M - Mt x q..x M q..x Mt y q.l 2 x.x III M - Mt x q..x M q..x Mt y q.l 2 x.x IVA M q..x M q..x Mt y q.l 2 x.x IVB M - Mt x q.l 2 x.x M q. 2.X VA M q..x M q..x Mt y q.l 2 x.x VB M - Mt x q. 2.X M q. 2.X VIA M - Mt x q..x M q..x Mt y q.l 2 x.x VIB M - Mt x q..x M q..x Mt y q.l 2 x.x Keterangan : Terletak bebas Menerus atau Terjepit elastis Kode Penyusun Modul Instruktur Tanggal Kuliah BS-05-11
12 h A S ' δ.ρ.b.d t ' d Tabel harga Faktor Momen Penampang Lentur : Beton : K-25 f c ' 27 MPa Baja : Bj.TD-0 f y 00 MPa FM M b d n 2 A S ρ.b.d t Tebal penutup beton (selimut) : t t' 0.10 h Momen nominal : Faktor reduksi kapasitas, ϕ 1.00 b A s ρ.b.d A s ' δ.a s ρ δ 0.0 δ 0.1 δ 0.2 δ 0. δ 0.4 δ 0.5 δ 0.6 δ 0.7 δ 0.8 δ 0.9 δ Kode Penyusun Modul Instruktur Tanggal Kuliah BS-05-
13 C. Daftar pustaka 1. ACI Committee 18 : Building Code Requirements for Structural Concrete (ACI ). 2. Badan Standarisasi Nasional : Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SNI ).. Bares, R. : Tables for the Analysis of Plates, Slabs and Diaphragms Based on the Elastic Theory, Bauverlag GmbH, Wiesbaden Germany, Fanella, D.A., Munshi, J.A., & Rabbat, B.G. : Notes on ACI , Portland Cement Association, Timoshenko, S., Woinowsky, S. & Hindarko, S. : Teori Pelat & Cangkang, Erlangga, Wang, C.K. & Salmon, C.G. : Reinforced Concrete Design, Harper & Row, rd Edition, YDNI : Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 ( NI-2 ), DPMB Ditjen Cipta Karya Dep. PUTL., D. latihan soal-soal 1. Perhatikan panel pelat (b) pada Gambar 05-5 pada halaman 6 di depan. Tentukanlah tebal pelat tersebut, bila beton : K-25 dan baja : Bj.TD-0. Penyelesaian : Beton K-25 : f c 0.8 % MPa Baja Bj.TD-0 : f y 00 MPa /60 B 0/45 b 0/45.00 C 0/ Bentang bersih sumbu panjang : 40 0 l n cm 2 2 Bentang bersih sumbu pendek : 0 0 s n cm 2 2 l n 265 Maka : β 1.56 s 170 n Misalkan mula-mula direncanakan pelat tebal cm, BS-05-1
14 Lihat balok as B joint 1 2 : b e cm Menentukan lebar effektif flens balok T : Pasal SNI : b e b w + 2h w [ b w + 8h f b e 40+2%(60-) 16 cm b e 40+8% 16 cm Dari keduanya Pilih nilai terkecil : b e 16 cm Wang [6], dalam bukunya, menunjukkan bahwa momen inersia penampang bersayap bisa dinyatakan sebagai momen inersia inersia penampang segi empat yang dikalikan dengan faktor modifikasi k : b e t h b w b 1+ b k e w 1 t h t h b + e 1 1 bw t h t h 2 b + b e w 1 t h Sehingga momen inersia penampang T : I bw h k Masukkan rumus Wang di atas untuk balok as B joint 1 2, dihasilkan : k Sehingga momen inersia penampang T : I b cm 4 Sedangkan momen inersia lajur pelat : b p t 0.50 ( ) I p Sehingga rasio kekakuan balok terhadap pelat : cm 4 α BS-05-14
15 Lihat balok as C joint 1 2 : b e Lebar effektif flens balok T : 45 cm b e 0+2%(45-) 96 cm b e 0+8% 6 cm 0 Pilih nilai terkecil : b e 96 cm Masukkan rumus Wang di atas untuk balok as C joint 1 2 ini, dihasilkan : k 1.68 Sehingga momen inersia penampang T : 0 45 I b cm 4 Sedangkan momen inersia lajur pelat : b p t 0.50 ( ) I p Sehingga rasio kekakuan balok terhadap pelat : Lihat balok as 2 joint B C : cm 4 α b e Lebar effektif flens balok T : 45 cm b e 0+2%(45-) 96 cm b e 0+8% 6 cm 0 Pilih nilai terkecil : b e 96 cm Balok as 2 joint B C Balok as C joint 1 2 di atas : k 1.68 Juga momen inersia penampang T : 0 45 I b cm 4 Sedangkan momen inersia lajur pelat : b p t 0.50 ( ) I p Sehingga rasio kekakuan balok terhadap pelat : cm 4 α BS-05-15
16 Lihat balok as 1 joint B C : 0 b e 45 cm Menentukan lebar effektif flens balok L : Pasal SNI : b e b w + h w [ b w + 4h f b e 0+(45-) 6 cm b e 0+4% 78 cm Pilih nilai terkecil : b e 6 cm Masukkan rumus Wang di atas untuk Balok as 1 joint B C, dihasilkan : k 1.87 Juga momen inersia penampang T : 0 45 I cm 4 b.87 Sedangkan momen inersia lajur pelat : b p t I cm 4 p Rasio kekakuan balok terhadap pelat : α Dari keempat balok tepi di atas, didapatkan nilai rata-rata α m : α m α 1 + α 2 + α + α 4 4 E Karena α m > 2.0 dipakai persamaan (17), tetapi tidak boleh kurang dari 90 mm : f y l n h mm < 90 mm 6 + 9β â Dipakai tebal pelat : h 90 mm Rencanakanlah penulangan untuk panel pelat (e) pada Gambar 05-5 tersebut. Mutu bahan beton : K-25 dan baja : Bj.TD-0. Lantai untuk perpustakaan. Ambil tebal pelat : h cm. Penyelesaian : Beton K-25 : f c 0.8 % MPa Baja Bj.TD-0 : f y 00 MPa 400 cm, 00 cm, BS-05-16
17 Perhitungan beban-beban pelat : A. Beban Mati (DL) : T Berat sendiri pelat 0. % kg/m 2 T Ubin (t cm) berikut spesi (t cm) 0.0 % ( ) 15 T Plafond berikut penggantungnya T Pemipaan air bersih & kotor 25 T Instalasi listrik, AC, dll. 40 B. Beban Mati (DL) : q DL 506 kg/m 2 + q LL 400 kg/m 2 Gedung Perpustakaan Beban ultimate rencana : q U 1.20 q DL q LL 1.20% % kg/m 2 Momen-momen pelat dihitung dengan tabel. Anggap perletakan terjepit elastik Gunakan Tabel 1..2 PBI-1971 ( Pelat Tipe II ) :? M tx % 48 %.00 2 % kg.m/m? M lx % 48 %.00 2 % kg.m/m? M ty % 48 %.00 2 % kg.m/m? M ty % 48 %.00 2 % kg.m/m Perhitungan penentuan tulangan dilakukan dengan bantuan tabel Tabel 05-6 M tx kg.m/m % 10 7 N.mm/m Momen ultimate 7 M u Momen nominal : M % 10 7 n N.mm/m ϕ 0.80 Tulangan arah Tulangan arah h 0 mm Tinggi / tebal manfaat : d x mm d y mm t x t y M b d n 2 x Lihat Tabel 05-6 untuk : δ 0.50 didapatkan : ρ Luas tulangan dibutuhkan : A s % 1000 % mm 2 A s 0.5 % mm 2 BS-05-17
18 Tul. dipakai : Tarik : φ 15 cm A s ada mm 2 > 420 mm 2 (OK) Tekan : φ 0 cm A s mm 2 > 210 mm 2 (OK) M lx kg.m/m % 10 7 N.mm/m Momen ultimate M ϕ b d u 2 2 x Lihat Tabel 05-6 untuk : δ 0.0 didapatkan : ρ Luas tulangan dibutuhkan : A s % 1000 % mm 2 Tul. dipakai : Tarik : φ 15 cm A s ada mm 2 > 420 mm 2 (OK) Tekan : Tidak ada di daerah Lapangan Tulangan tunggal M ty kg.m/m % 10 7 N.mm/m Momen ultimate M ϕ b d u 2 2 y Lihat Tabel 05-6 untuk : δ 0.50 didapatkan : ρ Luas tulangan dibutuhkan : A s % 1000 % mm 2 A s 0.5 % mm 2 Tul. dipakai : Tarik : φ 15 cm A s ada mm 2 > 60 mm 2 (OK) Tekan : φ 0 cm A s mm 2 > 180 mm 2 (OK) M ly kg.m/m % 10 7 N.mm/m Momen ultimate M ϕ b d u 2 2 y Lihat Tabel 05-6 untuk : δ 0.0 didapatkan : ρ Luas tulangan dibutuhkan : A s % 1000 % mm 2 Tul. dipakai : Tarik : φ 15 cm A s ada mm 2 > 60 mm 2 (OK) Tekan : Tidak ada di daerah Lapangan Tulangan tunggal BS-05-18
19 Ketentuan Khusus Tulangan Susut & Suhu Pasal 9. SNI Pada pelat struktural dimana tulangan lenturnya terpasang dalam satu arah saja harus disediakan tulangan susut dan suhu yang arahnya tegak lurus terhadap tulangan lentur tersebut, dengan rasio luas tulangan terhadap luas bruto penampang beton sebagai berikut : Pelat dengan batang tulangan ulir mutu 00 MPa Pelat dengan tulangan ulir atau jaring kawat las mutu 400 MPa Pelat dengan mutu tulangan melebihi 400 MPa x 400/f y Tulangan susut dan suhu harus dipasang dengan jarak tidak lebih dari 5 kali tebal pelat atau 450 mm. Bila diperlukan, tulangan susut dan suhu pada semua penampang harus mampu mengembangkan kuat leleh tarik f y. Bila pergerakan akibat susut dan suhu terkekang maka harus memperhatikan persyaratan pada Pasal-pasal dan Dari pembahasan pada Pelat (e) di depan : Luas tulangan susut : A s % 1000 % mm 2 Tulangan susut dipakai : φ 0 cm A s ada mm 2 > 240 mm 2 Tulangan tersebut dipasang pada lapis atas dan bawah, masing-masing pada ujung kiri dan kanan tumpuan, baik pada arah bentang maupun. Lebar lajur pemasangan tulangan susut, diukur dari muka bagian dalam balok-balok penumpu ke arah lapangan pelat, masing-masing sebesar 0.22 l, yaitu : Ke arah bentang panjang 0.22 % ( ) l 90 cm Ke arah bentang pendek 0.22 % ( ) 58.0 l 60 cm Akhirnya gambar rencana penulangan pelat disampaikan pada Gambar 05-6 di halaman berikut ini. BS-05-19
20 4.00 m φ - 0 cm φ - 0 cm φ - 0 cm φ - 0 cm φ - 0 cm φ - 0 cm φ - 0 cm φ - 0 cm φ - 0 cm φ - 0 cm φ - 0 cm φ - 0 cm φ - 0 cm φ - 0 cm φ - 0 cm φ - 0 cm m Gambar 05-6 : Gambar rencana penulangan dari Contoh Soal 2. E. pengayaan 1). Tentukanlah tebal pelat untuk panel-paneang lainnya dari denah Gambar 05-5 di depan! 2). Hitunglah kebutuhan penulangan untuk panel-panel pelat yang lainnya dari denah Gambar 05-5 di depan! Tentukan untuk masing-masing panel tebal pelat sebagai yang telah anda dapat dari Soal no. 1. Untuk penentuan beban-beban lihat buku Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 198. ). Gambarkanlah secara menyeluruh hasil-hasil perhitungan anda pada gambar rencana penulangan pelat! BS-05-20
a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pelat Pertemuan - 1
Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 SKS : 3 SKS Pelat Pertemuan - 1 TIU : Mahasiswa dapat mendesain berbagai elemen struktur beton bertulang TIK : Mahasiswa dapat mendesain sistem pelat
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai
8 BAB III LANDASAN TEORI A. Pembebanan Pada Pelat Lantai Dalam penelitian ini pelat lantai merupakan pelat persegi yang diberi pembebanan secara merata pada seluruh bagian permukaannya. Material yang digunakan
Lebih terperinciL p. L r. L x L y L n. M c. M p. M g. M pr. M n M nc. M nx M ny M lx M ly M tx. xxi
DAFTAR SIMBOL a tinggi balok tegangan persegi ekuivalen pada diagram tegangan suatu penampang beton bertulang A b luas penampang bruto A c luas penampang beton yang menahan penyaluran geser A cp luasan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PERENCANAAN
BAB III METODOLOGI PERENCANAAN III.. Gambaran umum Metodologi perencanaan desain struktur atas pada proyek gedung perkantoran yang kami lakukan adalah dengan mempelajari data-data yang ada seperti gambar
Lebih terperincid b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek
DAFTAR NOTASI A g = Luas bruto penampang (mm 2 ) A n = Luas bersih penampang (mm 2 ) A tp = Luas penampang tiang pancang (mm 2 ) A l =Luas total tulangan longitudinal yang menahan torsi (mm 2 ) A s = Luas
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PERANCANGAN
BAB III METODOLOGI PERANCANGAN 3.1 Diagram Alir Perancangan Mulai Pengumpulan Data Perencanaan Awal Pelat Balok Kolom Flat Slab Ramp Perhitungan beban gempa statik ekivalen Analisa Struktur Cek T dengan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung (SNI ) dan tata cara perencanaan gempa
BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pembebanan Beban yang ditinjau dan dihitung dalam perancangan gedung ini adalah beban hidup, beban mati dan beban gempa. 3.1.1. Kuat Perlu Beban yang digunakan sesuai dalam
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. beban hidup dan beban mati pada lantai yang selanjutnya akan disalurkan ke
BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pelat Pelat beton (concrete slabs) merupakan elemen struktural yang menerima beban hidup dan beban mati pada lantai yang selanjutnya akan disalurkan ke balok dan kolom sampai
Lebih terperinciJl. Banyumas Wonosobo
Perhitungan Struktur Plat dan Pondasi Gorong-Gorong Jl. Banyumas Wonosobo Oleh : Nasyiin Faqih, ST. MT. Engineering CIVIL Design Juli 2016 Juli 2016 Perhitungan Struktur Plat dan Pondasi Gorong-gorong
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pembebanan Struktur Perencanaan struktur bangunan gedung harus didasarkan pada kemampuan gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam Peraturan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Struktur Dalam perencanaan suatu struktur bangunan gedung bertingkat tinggi sebaiknya mengikuti peraturan-peraturan pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu
Lebih terperinciPERHITUNGAN STRUKTUR STRUKTUR BANGUNAN 2 LANTAI
PERHITUNGAN STRUKTUR STRUKTUR BANGUNAN 2 LANTAI A. KRITERIA DESIGN 1. PENDAHULUAN 1.1. Gambaran konstruksi Gedung bangunan ruko yang terdiri dari 2 lantai. Bentuk struktur adalah persegi panjang dengan
Lebih terperinciANALISIS LENDUTAN SEKETIKA DAN JANGKA PANJANG PADA STRUKTUR PELAT DUA ARAH. Trinov Aryanto NRP : Pembimbing : Daud Rahmat Wiyono, Ir., M.Sc.
ANALISIS LENDUTAN SEKETIKA DAN JANGKA PANJANG PADA STRUKTUR PELAT DUA ARAH Trinov Aryanto NRP : 0621009 Pembimbing : Daud Rahmat Wiyono, Ir., M.Sc. JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KRISTEN
Lebih terperinciDAFTAR NOTASI. xxvii. A cp
A cp Ag An Atp Al Ao Aoh As As At Av b bo bw C C m Cc Cs d DAFTAR NOTASI = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas bruto penampang (mm²) = Luas bersih penampang (mm²) = Luas penampang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi umum Desain struktur merupakan salah satu bagian dari keseluruhan proses perencanaan bangunan. Proses desain merupakan gabungan antara unsur seni dan sains yang membutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beton bertulang dituntut tidak hanya mampu memikul gaya tekan dan tarik saja, namun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini perencanaan beton bertulang dituntut tidak hanya mampu memikul gaya tekan dan tarik saja, namun juga
Lebih terperinciBAB III ESTIMASI DIMENSI ELEMEN STRUKTUR
BAB III ESTIMASI DIMENSI ELEMEN STRUKTUR 3.. Denah Bangunan Dalam tugas akhir ini penulis merancang suatu struktur bangunan dengan denah seperti berikut : Gambar 3.. Denah bangunan 33 34 Dilihat dari bentuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pembebanan Struktur Dalam perencanaan struktur bangunan harus mengikuti peraturanperaturan pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman. Pengertian
Lebih terperinciAnalisis Perilaku Struktur Pelat Datar ( Flat Plate ) Sebagai Struktur Rangka Tahan Gempa BAB III STUDI KASUS
BAB III STUDI KASUS Pada bagian ini dilakukan 2 pemodelan yakni : pemodelan struktur dan juga pemodelan beban lateral sebagai beban gempa yang bekerja. Pada dasarnya struktur yang ditinjau adalah struktur
Lebih terperinciPERHITUNGAN PLAT LANTAI (SLAB )
PERHITUNGAN PLAT LANTAI (SLAB ) [C]2010 : M. Noer Ilham A. DATA BAHAN STRUKTUR PLAT LENTUR DUA ARAH (TWO WAY SLAB ) Kuat tekan beton, f c ' = 20 MPa Tegangan leleh baja untuk tulangan lentur, f y = 240
Lebih terperinciANALISA PELAT LANTAI DUA ARAH METODE KOEFISIEN MOMEN TABEL PBI-1971
ANALISA PELAT LANTAI DUA ARAH METODE KOEFISIEN MOMEN TABEL PBI-97 Modul-3 Sistem lantai yang memiliki perbandingan bentang panjang terhadap bentang pendek berkisar antara,0 s.d. 2,0 sering ditemui. Ada
Lebih terperinciDAFTAR NOTASI BAB I β adalah faktor yang didefinisikan dalam SNI ps f c adalah kuat tekan beton yang diisyaratkan f y
DAFTAR NOTASI BAB I β adalah faktor yang didefinisikan dalam SNI 03-2847-2002 ps. 12.2.7.3 f c adalah kuat tekan beton yang diisyaratkan BAB III A cv A tr b w d d b adalah luas bruto penampang beton yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini seiring dengan berkembangnya pengetahuan dan teknologi,
BAB I PENDAHULUAN I. Umum Dewasa ini seiring dengan berkembangnya pengetahuan dan teknologi, pembangunan konstruksi sipil juga semakin meningkat. Hal ini terlihat dari semakin meningkatnya pembangunan
Lebih terperinciPERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450
PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI 02-1726-2002 DAN FEMA 450 Eben Tulus NRP: 0221087 Pembimbing: Yosafat Aji Pranata, ST., MT JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciMENGGAMBAR RENCANA PELAT LANTAI BANGUNAN
MENGGAMBAR RENCANA PELAT LANTAI BANGUNAN mbaran konstruksi beton untuk keperluan pelaksanaan pembangunan gedung sangat berperan. Untuk itu perlu dikuasai oleh seseorang yang berkecimpung dalam pelaksanaan
Lebih terperinciLAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 6.
LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan Bab 6 Penulangan Bab 6 Penulangan Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe
Lebih terperinciBab 6 DESAIN PENULANGAN
Bab 6 DESAIN PENULANGAN Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) Desain Dermaga General Cargo dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pulau Kalukalukuang Provinsi Sulawesi Selatan 6.1 Teori Dasar Perhitungan Kapasitas Lentur
Lebih terperinciPerhitungan Struktur Bab IV
Permodelan Struktur Bored pile Perhitungan bore pile dibuat dengan bantuan software SAP2000, dimensi yang diinput sesuai dengan rencana dimensi bore pile yaitu diameter 100 cm dan panjang 20 m. Beban yang
Lebih terperinciBAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR
BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR 3.1. ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR PELAT Struktur bangunan gedung pada umumnya tersusun atas komponen pelat lantai, balok anak, balok induk, dan kolom yang merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pekerjaan struktur seringkali ditekankan pada aspek estetika dan kenyamanan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pekerjaan struktur seringkali ditekankan pada aspek estetika dan kenyamanan selain dari pada aspek keamanan. Untuk mempertahankan aspek tersebut maka perlu adanya solusi
Lebih terperinciBAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi
BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN 4.1 Perencanaan Awal (Preliminary Design) Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi rencana struktur, yaitu pelat, balok dan kolom agar diperoleh
Lebih terperinciTEKNIK PEMBESIAN PELAT BETON
TEKNK PEMBESAN PELAT BETON Hotma Prawoto Sulistyadi Program Diploma Teknik Sipil Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada Hotma Prawoto - DTS SV UGM 1 Pembebanan pada pelat Beban Terbagi Rata Berat sendiri
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Gempa adalah fenomena getaran yang diakibatkan oleh benturan atau pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan (fault zone). Besarnya
Lebih terperinciDinding Penahan Tanah
Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 SKS : 3 SKS Dinding Penahan Tanah Pertemuan - 7 TIU : Mahasiswa dapat mendesain berbagai elemen struktur beton bertulang TIK : Mahasiswa dapat mendesain
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Dalam perencanaan suatu struktur bangunan harus memenuhi peraturanperaturan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman secara konstruksi berdasarkan
Lebih terperinci5.2 Dasar Teori Perilaku pondasi dapat dilihat dari mekanisme keruntuhan yang terjadi seperti pada gambar :
BAB V PONDASI 5.1 Pendahuluan Pondasi yang akan dibahas adalah pondasi dangkal yang merupakan kelanjutan mata kuliah Pondasi dengan pembahasan khusus adalah penulangan dari plat pondasi. Pondasi dangkal
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah seperti yang. yang tak terpisahkan dari gedung,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Dalam perencanaan suatu struktur bangunan harus memenuhi peraturanperaturan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman secara kontruksi. Struktur
Lebih terperinciBAB V PENULANGAN STRUKTUR
BAB V PENULANGAN STRUKTUR 5.1 Penulangan Pelat Gambar 5.1 : Denah type pelat lantai Ket : S 2 : Jalur Pelat Area yang diarsir : Jalur Kolom Data- data struktur pelat S2 : a. Tebal pelat lantai : 25 cm
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kolom Kolom beton murni dapat mendukung beban sangat kecil, tetapi kapasitas daya dukung bebannya akan meningkat cukup besar jika ditambahkan tulangan longitudinal. Peningkatan
Lebih terperincia home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pelat Pertemuan - 3
Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 SKS : 3 SKS Pelat Pertemuan - 3 TIU : Mahasiswa dapat mendesain berbagai elemen struktur beton bertulang TIK : Mahasiswa dapat mendesain sistem pelat
Lebih terperinciDAFTAR NOTASI. Luas penampang tiang pancang (mm²). Luas tulangan tarik non prategang (mm²). Luas tulangan tekan non prategang (mm²).
DAFTAR NOTASI A cp Ag An Atp Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton (mm²). Luas bruto penampang (mm²). Luas bersih penampang (mm²). Luas penampang tiang pancang (mm²). Al Luas total tulangan
Lebih terperinciBAB II BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA. 1. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03
BAB II BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peraturan-Peraturan yang Dugunakan 1. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03 2847 2002), 2. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Bangunan
Lebih terperinciBAB IV ANALISA STRUKTUR
BAB IV ANALISA STRUKTUR 4.1 Data-data Struktur Pada bab ini akan membahas tentang analisa struktur dari struktur bangunan yang direncanakan serta spesifikasi dan material yang digunakan. 1. Bangunan direncanakan
Lebih terperinciOPTIMASI STRUKTUR FLAT-PLATE BETON BERTULANG
OPTIMASI STRUKTUR FLAT-PLATE BETON BERTULANG Randi Primawan Nababan NRP : 0221096 Pembimbing : Olga Pattipawaej, Ph.D FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG ABSTRAK
Lebih terperinci2.5.3 Dasar Teori Perhitungan Tulangan Torsi Balok... II Perhitungan Panjang Penyaluran... II Analisis dan Desain Kolom...
DAFTAR ISI Lembar Pengesahan Abstrak Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Gambar... vi Daftar Notasi... vii Daftar Lampiran... x Kata Pengantar... xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2
Lebih terperinciABSTRAKSI. Basuki Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammdiyah Surakarta Jalan A.Yani Tromol Pos I Pabelan Kartasura Surakarta 57102
nalisis Perbandingan Kebutuhan Biaya..(Basuki) NLISIS PERBNDINGN KEBUTUHN BHN (BIY) TULNGN SENGKNG KONVENSIONL DN SENGKNG LTERNTIF PD BLOK BETON BERTULNG BNGUNN GEDUNG 2 LNTI Basuki Jurusan Teknik Sipil
Lebih terperinciPERANCANGAN STRUKTUR BANGUNAN RUMAH SUSUN DI SURAKARTA
PERANCANGAN STRUKTUR BANGUNAN RUMAH SUSUN DI SURAKARTA Laporan Tugas Akhir Sebagai salah satu sarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : Yusup Ruli Setiawan NPM :
Lebih terperinciBAB IV PERENCANAAN AWAL (PRELIMINARY DESIGN)
BB IV PERENCNN WL (PRELIMINRY DESIGN). Prarencana Pelat Beton Perencanaan awal ini dimaksudkan untuk menentukan koefisien ketebalan pelat, α yang diambil pada s bentang -B, mengingat pada daerah sudut
Lebih terperinciBAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN FLAT SLAB ATAU DROP PANEL. yang dapat dikerjakan secara bersamaan. Pelaksanaan pekerjaan tersebut
BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN FLAT SLAB ATAU DROP PANEL 7.1 Uraian Umum Dalam setiap proyek konstruksi, metode pelaksanaan merupakan salah satu proses pelaksanaan dari suatu item pekerjaan
Lebih terperinciBAB IV PEMODELAN STRUKTUR
BAB IV PEMODELAN STRUKTUR Pada bagian ini akan dilakukan proses pemodelan struktur bangunan balok kolom dan flat slab dengan menggunakan acuan Peraturan SNI 03-2847-2002 dan dengan menggunakan bantuan
Lebih terperinciPERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK
PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK Jurusan Teknik Sipil - Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Penulis Dosen Pembimbing
Lebih terperinciDesain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa
Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 SKS : 3 SKS Desain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa Pertemuan 13, 14 TIU : Mahasiswa dapat mendesain berbagai elemen struktur beton bertulang TIK
Lebih terperinciBAB III PEMODELAN STRUKTUR
BAB III Dalam tugas akhir ini, akan dilakukan analisis statik ekivalen terhadap struktur rangka bresing konsentrik yang berfungsi sebagai sistem penahan gaya lateral. Dimensi struktur adalah simetris segiempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ada tiga jenis bahan bangunan yang sering digunakan dalam dunia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ada tiga jenis bahan bangunan yang sering digunakan dalam dunia konstruksi teknik sipil, antara lain kayu, baja, dan beton. Hampir 60% material yang digunakan
Lebih terperinciPLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder
PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder Dalam penggunaan profil baja tunggal (seperti profil I) sebagai elemen lentur jika ukuran profilnya masih belum cukup memenuhi karena gaya dalam (momen dan gaya
Lebih terperinciANALISIS KEBUTUHAN MATERIAL STRUKTUR PLAT DENGAN BALOK DAN PLAT CENDAWAN PADA BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT (Study Kasus Pada Gedung ATW Surakarta)
ANALISIS KEBUTUHAN MATERIAL STRUKTUR PLAT DENGAN BALOK DAN PLAT CENDAWAN PADA BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT (Study Kasus Pada Gedung ATW Surakarta) Tugas Akhir untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembebanan Komponen Struktur Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur direncanakan cukup kuat untuk memikul semua beban kerjanya. Pengertian beban itu
Lebih terperinciD = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Eksentrisitas dari pembebanan tekan pada kolom atau telapak pondasi
DAFTAR NOTASI A cp = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm 2 Ag = Luas bruto penampang (mm 2 ) An = Luas bersih penampang (mm 2 ) Atp = Luas penampang tiang pancang (mm 2 ) Al = Luas
Lebih terperinciMODIFIKASI PERENCANAAN MENGGUNAKAN STRUKTUR BAJA DENGAN BALOK KOMPOSIT PADA GEDUNG PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO
PRESENTASI TUGAS AKHIR MODIFIKASI PERENCANAAN MENGGUNAKAN STRUKTUR BAJA DENGAN BALOK KOMPOSIT PADA GEDUNG PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO MAHASISWA : WAHYU PRATOMO WIBOWO NRP. 3108 100 643 DOSEN PEMBIMBING:
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Baja Baja merupakan bahan konstruksi yang sangat baik, sifat baja antara lain kekuatannya yang sangat besar dan keliatannya yang tinggi. Keliatan (ductility) ialah kemampuan
Lebih terperincia home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pelat Pertemuan - 2
Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 SKS : 3 SKS Pelat Pertemuan - 2 TIU : Mahasiswa dapat mendesain berbagai elemen struktur beton bertulang TIK : Mahasiswa dapat mendesain sistem pelat
Lebih terperinciPERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG CONDOTEL MATARAM CITY YOGYAKARTA. Oleh : KEVIN IMMANUEL KUSUMA NPM. :
PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG CONDOTEL MATARAM CITY YOGYAKARTA Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : KEVIN IMMANUEL
Lebih terperinciANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR TAHAN GEMPA DENGAN SISTEM BALOK ANAK DAN BALOK INDUK MENGGUNAKAN PELAT SEARAH
ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR TAHAN GEMPA DENGAN SISTEM BALOK ANAK DAN BALOK INDUK MENGGUNAKAN PELAT SEARAH David Bambang H NRP : 0321059 Pembimbing : Daud Rachmat W., Ir., M.Sc. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN
Lebih terperinciAndini Paramita 2, Bagus Soebandono 3, Restu Faizah 4 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Agustus 16 STUDI KOMPARASI PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG BERDASARKAN SNI 3 847 DAN SNI 847 : 13 DENGAN SNI 3 176 1 (Studi Kasus : Apartemen 11 Lantai
Lebih terperinciBAB I. Perencanaan Atap
BAB I Perencanaan Atap 1. Rencana Gording Data perencanaan atap : Penutup atap Kemiringan Rangka Tipe profil gording : Genteng metal : 40 o : Rangka Batang : Kanal C Mutu baja untuk Profil Siku L : BJ
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. dasar ke permukaan tanah untuk suatu situs, maka situs tersebut harus
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Perencanaan Beban Gempa 3.1.1 Klasifikasi Situs Dalam perumusan kriteria desain seismik suatu bangunan di permukaan tanah atau penentuan amplifikasi besaran percepatan gempa
Lebih terperinciPERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS
TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata (S-1) Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Katolik
Lebih terperinciTUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG DEWAN KERAJINAN NASIONAL DAERAH (DEKRANASDA) JL. KOLONEL SUGIONO JEPARA
TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG DEWAN KERAJINAN NASIONAL DAERAH (DEKRANASDA) JL. KOLONEL SUGIONO JEPARA Merupakan Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Jurusan
Lebih terperinciPERHITUNGAN ULANG STRUKTUR GEDUNG ASRAMA KEBIDANAN LEBO WONOAYU DENGAN METODE SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH
PERHITUNGAN ULANG STRUKTUR GEDUNG ASRAMA KEBIDANAN LEBO WONOAYU DENGAN METODE SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH Untario Mahardhika Yanisfa Septiarsilia Mahasiswa D3 Teknik Sipil FTSP ITS ABSTRAK Penyusunan
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Teori garis leleh ini dikemukakan oleh A.Ingerslev (1921-1923) kemudian dikembangkan oleh K.W. Johansen (1940). Teori garis leleh ini popular dipakai di daerah asalnya yaitu daerah
Lebih terperinciBAB IV EVALUASI KINERJA DINDING GESER
BAB I EALUASI KINERJA DINDING GESER 4.1 Analisis Elemen Dinding Geser Berdasarkan konsep gaya dalam yang dianut dalam SNI Beton 2847-2002, elemen struktur dinding geser tidak dicek terhadap kegagalan gesernya.
Lebih terperinciPRESENTASI TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI D III TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010
PRESENTASI TUGAS AKHIR oleh : PROGRAM STUDI D III TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 LATAR BELAKANG SMA Negeri 17 Surabaya merupakan salah
Lebih terperinciBAB II STUDI LITERATUR
BAB II STUDI LITERATUR. PENDAHULUAN Pada struktur pelat satu-arah beban disalurkan ke balok kemudian beban disalurkan ke kolom. Jika balok menyatu dengan ketebalan pelat itu sendiri, menghasilkan sistem
Lebih terperinciMODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG GRAHA AMERTA RSU Dr. SOETOMO SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON
SEMINAR TUGAS AKHIR MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG GRAHA AMERTA RSU Dr. SOETOMO SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON Oleh : ANTON PRASTOWO 3107 100 066 Dosen Pembimbing : Ir. HEPPY KRISTIJANTO,
Lebih terperinciPERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR PENUNJANG MEDIS RSUD BOJONEGORO DENGAN SISTEM FLAT-SLAB
PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR PENUNJANG MEDIS RSUD BOJONEGORO DENGAN SISTEM FLAT-SLAB DAN SHEARWALL PADA ZONA GEMPA MENENGAH SEBAGAI PENGGANTI SISTEM KONVENSIONAL MUHAMMAD HADID 3109.106.002 DOSEN PEMBIMBING
Lebih terperinciBAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan
BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan Dari keseluruhan pembahasan yang telah diuraikan merupakan hasil dari perhitungan perencanaan struktur gedung Fakultas Teknik Informatika ITS Surabaya dengan metode SRPMM.
Lebih terperinciDAFTAR NOTASI. = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balok-kolom (mm²) = Luas penampang tiang pancang (mm²)
DAFTAR NOTASI A cp Acv Ag An Atp Al Ao Aoh As As At Av b = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balok-kolom (mm²) = Luas bruto penampang
Lebih terperinciJurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Pondasi berfungsi untuk memindahkan beban-beban pada struktur atas ke tanah dasar. Fungsi ini berlaku secara baik bila kestabilan pondasi terhadap
Lebih terperinciPERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG TRANS NATIONAL CRIME CENTER MABES POLRI JAKARTA. Oleh : LEONARDO TRI PUTRA SIRAIT NPM.
PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG TRANS NATIONAL CRIME CENTER MABES POLRI JAKARTA Laporan Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh
Lebih terperincia home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pondasi Pertemuan - 5
Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 SKS : 3 SKS Pondasi Pertemuan - 5 TIU : Mahasiswa dapat mendesain berbagai elemen struktur beton bertulang TIK : Mahasiswa dapat mendesain pondasi telapak
Lebih terperinciBAB IV ESTIMASI DIMENSI KOMPONEN STRUKTUR
BAB IV ESTIMASI DIMENSI KOMPONEN STRUKTUR 4.1. Estimasi Dimensi Estimasi dimensi komponen struktur merupakan tahap awal untuk melakukan analisis struktur dan merancang suatu bangunan gedung. Estimasi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Konsep Perencanaan Struktur Beton Suatu struktur atau elemen struktur harus memenuhi dua kriteria yaitu : Kuat ( Strength )
BAB I PENDAHULUAN 1. Data Teknis Bangunan Data teknis dari bangunan yang akan direncanakan adalah sebagai berikut: a. Bangunan gedung lantai tiga berbentuk T b. Tinggi bangunan 12 m c. Panjang bangunan
Lebih terperinciPERANCANGAN GEDUNG FMIPA-ITS SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN BALOK PRATEKAN
PERANCANGAN GEDUNG FMIPA-ITS SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN BALOK PRATEKAN Giovanni Loogiss, I Gusti Putu Raka Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan
BAB III LANDASAN TEORI A. Pembebanan Dalam perancangan suatu struktur bangunan harus memenuhi peraturanperaturan yang berlaku sehingga diperoleh suatu struktur bangunan yang aman secara konstruksi. Struktur
Lebih terperinciSTRUKTUR BETON BERTULANG I DESAIN BALOK PERSEGI. Oleh Dr. Ir. Resmi Bestari Muin, MS
MODUL KULIAH STRUKTUR BETON BERTULANG I Minggu ke : 3 DESAIN BALOK PERSEGI Oleh Dr. Ir. Resmi Bestari Muin, MS PRODI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN UNIVERSITAS MERCU BUANA 2009 DAFTAR
Lebih terperinciMODIFIKASIN PERANCANGAN GEDUNG APARTEMEN THE PAKUBUWONO HOUSE DENGAN BALOK PRATEKAN
MODIFIKASIN PERANCANGAN GEDUNG APARTEMEN THE PAKUBUWONO HOUSE DENGAN BALOK PRATEKAN Muhammad Naufal, Endah Wahyuni, ST., MSc., PhD, IR. Soewardojo, M.Sc. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan
Lebih terperinciPERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BANK MANDIRI JL. NGESREP TIMUR V / 98 SEMARANG
HALAMAN JUDUL TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BANK MANDIRI JL. NGESREP TIMUR V / 98 SEMARANG Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Fakultas
Lebih terperinciMODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER
MAKALAH TUGAS AKHIR PS 1380 MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER FERRY INDRAHARJA NRP 3108 100 612 Dosen Pembimbing Ir. SOEWARDOYO, M.Sc. Ir.
Lebih terperinciPerbandingan Analisis Two Way Slab With Beam dengan Flat Slab (Studi Kasus: Coal Yard PLTU Kalimantan Barat)
168 JURNAL ILMIAH SEMESTA TEKNIKA Vol. 18, No. 2, 168-175, November 2015 Perbandingan Analisis Two Way Slab With Beam dengan Flat Slab (Studi Kasus: Coal Yard PLTU Kalimantan Barat) (Comparation of two
Lebih terperinciPERENCANAAN GEDUNG PERPUSTAKAAN KOTA 4 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA (+BASEMENT 1 LANTAI)
1 PERENCANAAN GEDUNG PERPUSTAKAAN KOTA 4 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA (+BASEMENT 1 LANTAI) Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai S-1 Teknik Sipil diajukan
Lebih terperinciSTUDI PERILAKU TEKUK TORSI LATERAL PADA BALOK BAJA BANGUNAN GEDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ABAQUS 6.7. Oleh : RACHMAWATY ASRI ( )
TUGAS AKHIR STUDI PERILAKU TEKUK TORSI LATERAL PADA BALOK BAJA BANGUNAN GEDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ABAQUS 6.7 Oleh : RACHMAWATY ASRI (3109 106 044) Dosen Pembimbing: Budi Suswanto, ST. MT. Ph.D
Lebih terperinciSURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR
SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR Sesuai dengan persetujuan dari Ketua Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Kristen Maranatha, melalui surat No. 1266/TA/FTS/UKM/VIII/2011 tanggal 11 Agustus 2011,
Lebih terperincixxv = Kekuatan momen nominal untuk lentur terhadap sumbu y untuk aksial tekan yang nol = Momen puntir arah y
DAFTAR NOTASI A cp = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² Ag = Luas bruto penampang (mm²) An = Luas bersih penampang (mm²) Atp = Luas penampang tiang pancang (mm²) Al = Luas total
Lebih terperinciDAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom
A cp Acv Ag An Atp Al Ao Aoh As As At Av b bo bw C Cc Cs d DAFTAR NOTASI = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom (mm²) = Luas
Lebih terperinciD3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II STUDI PUSTAKA
BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Definisi Jembatan merupakan satu struktur yang dibuat untuk menyeberangi jurang atau rintangan seperti sungai, rel kereta api ataupun jalan raya. Ia dibangun untuk membolehkan
Lebih terperinciBAB II DASAR DASAR PERENCANAAN STRUKTUR ATAS. Secara umum struktur atas adalah elemen-elemen struktur bangunan yang
BAB II DASAR DASAR PERENCANAAN STRUKTUR ATAS 2.1 Tinjauan Umum Secara umum struktur atas adalah elemen-elemen struktur bangunan yang biasanya di atas permukaan tanah yang berfungsi menerima dan menyalurkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali adalah salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki perkembangan di bidang ekonomi, industri dan pariwisata yang sangat pesat, hal ini mengakibatkan meningkatnya
Lebih terperinciANALISIS STRUKTUR BETON BERTULANG KOLOM PIPIH PADA GEDUNG BERTINGKAT
ANALISIS STRUKTUR BETON BERTULANG KOLOM PIPIH PADA GEDUNG BERTINGKAT Steven Limbongan Servie O. Dapas, Steenie E. Wallah Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado Email: limbongansteven@gmail.com
Lebih terperinciStaf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Lhokseumawe
LEBAR SAYAP BALOK T DAN BALOK L PADA PORTAL SIMETRIS DUA BENTANG Syukri Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Lhokseumawe ABSTRACT This research conducted to evaluate effective length of
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Tugas Akhir ini dirancang dengan memenuhi ketentuan Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Gedung SNI 03-2847-2002, Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa
Lebih terperinci