BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN. peruntukan bangunan mixed-use kantor dan apartemen karena berada di. dengan pusat perkantoran dan perumahan.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN. peruntukan bangunan mixed-use kantor dan apartemen karena berada di. dengan pusat perkantoran dan perumahan."

Transkripsi

1 BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Tapak Pemilihan tapak proyek berdasarkan lokasi yang sesuai dengan peruntukan bangunan mixed-use kantor dan apartemen karena berada di daerah yang mengalami kemacetan pada saat jam kerja. Tapak berada dekat dengan pusat perkantoran dan perumahan Data Non-Fisik Gambar 4.1 Lokasi Tapak di Jalan Lingkar Luar Barat (LRK) Sumber : Data-data fisik lingkungan tapak yang terletak di Jalan Lingkar Luar Barat, Puri Kembangan, Jakarta Barat adalah : 1. Suhu : 26-33º C 2. Kelembaban : 84 % 3. Orientasi Bangunan terhadap matahari : Barat daya 4. Arah Angin Sehari-hari : Tenggara dan Selatan 5. Kecepatan Angin : 8 km/h 47

2 Data Fisik Gambar 4.2 Lokasi Tapak di jalan Lingkar Luar Barat Sumber : Google Maps Lokasi Tapak Jalan Lingkar Luar Barat, Puri Kembangan. Peruntukan lahan : Kkt/Kpd : (Karya Kantor/Jasa atau Kantor Perdagangan). Tipe masa Banggunan : Tunggal Luas Tanah : 7490 m² GSB : Barat 15 m Timur 7 m KDB : 55% Luas Lantai yang boleh dibangun : 55% x 7490 m² : 4119,50 m² KLB : 3 Luas total bangunan yang boleh dibangun : 3 x 7490 m² : m² Maksimum ketinggian lantai : 8

3 49 Batas Area Lahan : - Utara : Showroom Honda - Timur : Tanah Kosong - Barat : Jalan Raya - Selatan : Showroom dan workshop Auto2000 Foto keadaan tapak Gambar 4.3 Keadaan Tapak dan Sekitarnya 180º Sumber : Dokumentasi Pribadi Akses Kendaraan Umum Pencapaian Site Lokasi tapak dilewati oleh beberapa angkutan umum B14 yang akan melewati Daan Mogot, Kalideres, Puri Indah, Jln. Arjuna, Kedoya, Tanjung Duren dan S.Parman; angkutan umum B04 yang akan melewati Kalideres, Bojong, Meruya dan Kebun Jeruk; metromini 85 yang tujuannya berasal dari terminal Kalideres sampai Lebak Bulus dan Kopaja P16 yang akan melewati Tangerang, Ciledug, Puri Kembangan, dll. Lokasi tapak juga berada dekat dengan area feeder busway yang terletak pada Puri Kembangan dan terhubung dengan halte busway di Jalan Panjang. Halte yang dilalui oleh feeder busway 1 adalah Taman Kota (koridor 3) Kedoya Green Garden (Koridor 8).

4 Fasilitas Pada Sekitar Tapak Gambar 4.4 Peta Radius Fasilitas sekitar Lokasi Tapak Sumber : Google Maps Fasilitas-fasilitas sarana prasarana dan fasilitas penghubung yang ada disekitar tapak dengan radius berdasarkan warna : 1. Hijau, Lokasi Tapak di Jalan Lingkar Luar Barat 2. Kuning dengan radius 0,5 KM - Pompa Bensin Pertamina, Pintu Tol menuju Cengkareng, feeder busway Puri Kembangan, Masjid 3. Oranye dengan radius 1 KM - Area rekreasi Mall Puri Indah, rumah sakit Puri Indah Group, kantor walikota, feeder busway Puri Indah, pompa bensin Shell, Gereja, pusat pemadam kebakaran 4. Merah dengan radius 2 KM - Pusat perbelanjaan Hypermart, Restoran, Cafe, Tempat rekreasi St.Moritz, berbagai sekolah nasional dan internasional, Jalur Busway Koridor, Pintu Tol menuju Tangerang-Merak 5. Ungu dengan radius 3 KM - Pusat perbelanjaan Hypermart, Restoran, Cafe, Tempat rekreasi, stasiun kereta api rawa buaya

5 Analisa Kebutuhan Ruang Analisis aspek manusia bertujuan untuk mengetahui luasan dari tiap kebutuhan ruang yang dibutuhkan oleh para pelaku kegiatan dalam bangunan mixed-use kantor dan apartemen dan hubungan antar ruang yang dibutuhkan Analisis Luasan Ruang Apartemen Analisis Perbandingan besaran Kamar Apartemen Besarnya unit-unit yang ada didalam apartemen didapat melalui perbandingan melalui tipe-tipe unit apartemen serupa yang sesuai dengan kebutuhan penghuni apartemen saat ini. Jenis apartemen yang dibandingkan merupakan apartemen menengah ke atas yang seluruhnya memiliki kesamaan seperti perancangan apartemen pada penelitian ini, yaitu setiap kamar memiliki taman pribadi. Berikut adalah tabel luasan dan fasilitas yang tersedia pada kamar apartemen St Moritz dan The Windsor: Tabel 4.1 Perbandingan Luasan Apartemen Pemilik Tipe Ruang St. Moritz (New Royal Suite Tower) 2 Bed Room 2 Kamar Tidur 2 Kamar Mandi 1 KT Pembantu Ruang Tamu Dapur R Makan Balkon Besaran Ruang 96 m²

6 52 St. Moritz (New Ambassador Suite Tower) 2 Bed Room 2 Kamar Tidur 2 Kamar Mandi 1 KT Pembantu Ruang Tamu Dapur R Makan Balkon & Gudang 139 m² Pemilik Tipe Ruang Besaran Ruang The Windsor St. Moritz (New Ambassador Suite Tower) St. Moritz (Presidential Suite Tower) The Windsor 2 Bed Room 3 Bed Room 3 Bed Room 3 Bed Room 2 Kamar Tidur 2 Kamar Mandi 1 KT Pembantu Ruang Tamu Dapur R Makan Balkon Gudang 3 Kamar tidur 3 Kamar Mandi 1 KT Pembantu Ruang Tamu Dapur R Makan Balko Gudang 3 Kamar tidur 2 Kamar Mandi 1 KT Pembantu Ruang Tamu Dapur R Makan Balkon Gudang 3 Kamar tidur 2 Kamar Mandi 1 KT Pembantu Ruang Tamu Dapur R Makan Balkon Gudang 111 m² 167 m² 158 m² 145 m²

7 53 Tabel 4.1 menunjukkan luasan dan ruang yang ada pada unit apartemen saat ini. Semakin besar luas ruangan setiap unit apartemen, semakin luas ukuran ruang yang ada didalamnya atau semakin bertambah kebutuhan ruang yang dapat dipenuhi. Analisis Perbandingan Luasan kamar apartemen dan taman Dalam menentukan luasan taman yang ada pada hunian di dalam apartemen, dilakukan studi banding terhadap besaran hunian dan taman apartemen yang sudah ada sehingga dapat mengetahui perbandingan luasannya. Berikut adalah perbandingan luasan hunian dengan taman pada beberapa tipe apartemen : Tabel 4.2 Perbandingan Luasan Hunian dan Taman Apartemen St.Moritz Luas Total Luas Hunian & Taman Perbandingan 509 m² 395 m² & 114 m² 1 : 3,5 The Windsor 295 m² 235 m² & 57 m² 1 : 4

8 m² 285 m² & 72 m² 1 : m² 256 m² & 26 m² 1 : Program Ruang Pembagian program ruang dalam bangunan mixed-use antara kantor dan hunian apartemen didasari oleh luas total bangunan yang boleh dibangun sesuai dengan ketentuana tapak ini yaitu sebesar ± m². Berikut adalah diagram pembagian program ruang dalam bangunan : Tabel 4.3 Program Ruang No. Ruangan Standar Ruang (m2/org) Kapasitas Luasan Ruang (m2) Jumlah Ruang Luas Total (m2) A Apartemen Hunian 70% Tipe A Taman Tipe A Tipe B Taman Tipe B Fasilitas 20% 2.348

9 55 Restoran Dapur Child Care Lobby Fitness Spa Toko No. Ruangan Standar Ruang Kapasitas Luasan Ruang Jumlah Ruang Luas Total Kantor Apartemen Marketing Office Servis 10% House Laundry Gudang Ruang Karyawan TOTAL LUASAN APARTEMEN

10 56 No. Ruangan Standar Ruang (m2) Kapasitas Luasan Ruang (m2) Jumlah Ruang Luas Total (m2) B Kantor Kantor 70 % Kantor Fasilitas 25% Lobby Lounge Kantin Karyawan Ruang Meeting Servis 5% 150 Pantry Ruang OB

11 57 Janitor Gudang TOTAL LUASAN KANTOR No. Ruangan Standar Ruang Kapasitas Luasan Ruang Jumlah Ruang Luas Total C Fasilitas & Service Bangunan Fasilitas R. Serbaguna Mini Market Banking & ATM Medical Emergency Parkir Mobil Pakir Motor Parkir Bus Service 140 Ruang Mesin Ruang M&E

12 58 Ruang Sekuriti TOTAL LUASAN FASILITAS TOTAL LUAS BANGUNAN L. APARTEMEN + KANTOR + FASILITAS 9.088, = ,5 +20 % SIRKULASI ,5

13 Hubungan Antar Ruang Gambar 4.5 Hubungan Antar Ruang Berikut adalah hubungan antar ruang yang tercipta. Fungsi dalam bangunan berupa kantor dan apartemen akan dirancang terpisah sehingga aktivitas kedua kantor ini tidak akan berpengaruh satu sama lain. Masingmasing kantor dan apartemen akan memiliki lobby tersendiri untuk menerima tamu ataupun penghuni apartemen sehingga tercipta privasi bagi masingmasing akticitas. Sedangkan beberapa fasilitas dan area servis untuk kantor dan apartemen dibuat menyatu sehingga dapat melayani kedua fungsi bangunan seperti restoran, loading dock, dll.

14 60

15 Analisa Tapak Tabel 4.4 Analisa Tapak

16 62

17 63

18 Analisa Zoning Zoning Horizontal Pembagian zoning horizontal didasari oleh hubungan antar ruang, bubble diagram, dan analisa lingkungan tapak yaitu matahari, kebisingan, sirkulasi, dan keramaian. Keterangan : Gambar 4.6 Zoning Horizontal Hunian Kantor Servis Fasilitas Bangunan Bangunan Sekitar Dua jenis fungsi bangunan dalam tapak yaitu hunian dan kantor, sehingga fungsi bangunan terpisah menjadi dua sisi yang berbeda dan tidak akan saling terganggu dengan adanya aktivitas masing-masing pelaku kegiatan. Fasilitas bangunan dan servis bangunan berada di antara hunian dan kantor sehingga fasilitas dan servis dapat melayani kedua kegiatan yang terjadi di dalam tapak. Fasilitas bangunan menjadi salah satu akses penghubung antara kantor dan apartemen, sedangkan servis bangunan diletakkan pada bagian belakang bangunan sehingga dekat dengan side entrance. Side entrance disediakan khusus untuk kegiatan loading pada bagian Loading dock.

19 65 Zoning Vertikal Pembagian zoning area secara vertikal diperlukan sehingga hubungan antar ruang berlangsung secara jelas dan terlihat bukan hanya secara horizontal. Pembagian zoning secara vertikal dapat menjelaskan pembagian ruangan yang tidak dapat dijelaskan oleh pembagian zoning horizontal. Gambar 4.7 Zoning Vertikal 1 Pada Zoning vertikal terlihat bahwa fungsi parkir dan servis bangunan diletakkan pada bagian paling dasar bangunan. Servis yang berada pada bagian dasar bangunan (basement) digunakan untuk meletakkan mesin generator, STP, ruang pompa dan ruangan lainnya. Sedangkan parkir diletakkan pada dasar bangunan sehingga pengerasan tanah yang terjadi pada lantai dasar karena adanya lahan untuk parkir dapat diminimalisir, hal ini membuat area hijau dapat menjadi lebih luas. Lobby berada di lantai dasar bangunan yang paling dekat dengan jalan raya, sehingga seluruh pelaku kegiatan akan terlebih dahulu memasuki lobby, kemudian berpencar ke letak kegiatan mereka masing-masing. Lobby dibagi menjadi 2 yaitu lobby apartemen dan lobby untuk kantor. Terdapat area penghubung pada bagian tengah bangunan yang akan berfungsi untuk menghubungkan area hunian dan area kantor beserta fasilitas bangunan ini.

20 Analisa Jenis Tanaman Berikut adalah kebutuhan panjang penyinaran cahaya matahari dan pengelompokkan jenis tanaman kedalam 3 jenis yaitu Full Sun, Part Shade dan Full Shade : Tabel 4.5 Jenis Tanaman dan kebutuhannya terhadap penyinaran matahari Nama Tanaman Lama Penyinaran secara langsung Jenis Tanaman 1. Cabai ± 6 jam Full Sun 2. tomat ± 7 jam Full Sun 3. Jeruk nipis ± 6 jam Full Sun Tomat Cherry Bawang merah ± 6 jam Full Sun ± 7 jam Full Sun 6. terong ± 8 jam Full Sun 7. seledri ± 6 jam Full Sun 8. sawi ± 6 jam Full Sun 9. anggur ± 6 jam Full Sun 10. jahe ± 5 jam Part Shade 11. selada ± 4-5 jam Part Shade

21 67 Pemilihan jenis tanaman yang digunakan adalah jenis tanaman dapur hidup yang dapat digunakan untuk hunian apartemen. Tanaman yang digunakan berjumlah 11 jenis tanaman dan dapat dilihat pada tabel 4.5 bahwa setiap jenis tanaman memerlukan penyinaran cahaya matahari yang berbeda dan setiap jenis tanaman dikelompokkan berdasarkan banyak atau sedikitnya matahari yang dibutuhkan. Dari 11 jenis tanaman yang digunakan pada apartemen, hanya terbagi menjadi 2 kelompok jenis tanaman yaitu Jenis tanaman Full Sun dan Part Shade dan tidak ada jenis tanaman dari golongan Full Shade, didapatkan bahwa: 1. Jenis tanaman Full Sun = 9 jenis tanaman - Tanaman cabai, tomat, jeruk nipis, tomat cherry, bawang merah, terong, seledri, sawi, dan anggur jenis tanaman Part Shade = 2 jenis tanaman - Tanaman jahe dan selada. Sehingga jumlah kebutuhan luas lahan tanam yang dibutuhkan pada hunian apartemen untuk menanam tanaman Full Sun dan Part Shade memiliki perbandingan sebesar 9:2. Perbandingan ini akan menjadi acuan pada perancangan bangunan supaya kebutuhan tanaman dapat terpenuhi dan setiap tanaman mendapatkan pencahayaan yang dibutuhkan supaya dapat tumbuh dengan baik.

22 Analisa Pembentukan Gubahan Massa Pembentukan bangunan didasari oleh beberapa aspek yang dipengaruhi oleh hasil dari analisa tapak yang telah dilakukan dan melalui zoning perancangan. Kemudian setelah bentuk dasar gubahan massa bangunan didapatkan, maka dilakukan analisa cahaya matahari terhadap bangunan untuk menentukkan letak tanaman pada apartemen. Analisa cahaya matahari pada bangunan dilakukan pada tanggal 21 maret dan 23 September dimana matahari berada di lintang 0º. Bentuk gubahan massa akan disesuaikan dengan kebutuhan tanaman akan cahaya matahari dimana jenis tanaman yang digunakan diantaranya 9 tanaman full sun (membutuhkan cahaya matahari minimal 6 jam) dan 2 tanaman part shade (membutuhkan cahaya matahari minimal 4 jam). Sehingga perbandingan kebutuhan area tanam bangunan yang disinari oleh matahari adalah 9:2. Seluruh tahapan analisa matahari pada bangunan dengan menggunakan software Ecotect terdapat pada lampiran 1. Pembentukan Massa Tahap 1

23 69 Gambar 4.8 Tahap 1 Gubahan Massa Bentuk massa awal yang akan digunakan adalah bentuk massa yang mengikuti bentuk tapak nya sendiri yang telah disesuaikan dengan peraturan GSB dan KDB yang ada. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan responsi bangunan terhadap bentuk tapak dan pemanfaatan lahan yang menjadi lebih maksimal dengan bentuk massa yang mengikuti bentuk tapak. Pembentukan Massa Tahap 2 Gambar 4.9 Tahap 2 Gubahan Massa Setelah mendapat bentuk massa awal, pada bagian dasar massa yang telah didapatkan dibuat lebih ke dalam, hal ini sesuai dengan beberapa aspek yang terdapat pada analisa tapak agar tapak dapat menerima kendaraankendaraan yang datang dari luar ke dalam tapak menjadi lebih leluasa, tidak menciptakan kemacetan pada dalam maupun luar tapak, juga terhindar dari kebisingan dan keramaian jalan raya yang terjadi.

24 70 Pembentukan Massa Tahap 3 Gambar 4.10 Tahap 3 Gubahan Massa Pada tahap ketiga ini, bagian atas dari massa bangunan diciptakan hal yang serupa dengan massa bangunan pada bagian bawah yang terjadi pada tahap 2. Dengan adanya kesamaan antara kedua sehingga tercipta keseimbangan antara bagian atas dan bawah bangunan. Bagian dasar dan atas bangunan dipisahkan oleh sebuah lantai yang lebih lebar dibandingkan dengan lantai lainnya sebagai penanda dan juga pemisah fungsi antara bagian bawah yang bersifat publik dan bagian atas yang bersifat private seperti yang ada pada zoning. Selain itu bagian bangunan yang lebih lebar terdapat pada lantai 2, sehingga memiliki fungsi lainnya yaitu dapat menaungi bangunan pada lantai dasar, dapat menaungi aktivitas-aktivitas yang terjadi pada lantai dasar dan menaungi kendaraan yang berada di dalam tapak (khususnya pada bagian drop off).

25 71 Pembentukan Massa Tahap 4 Gambar 4.11 Tahap 4 Gubahan Massa Kemudian pada tahap empat, bangunan bagian atas dibagi menjadi dua massa yang terpisah sesuai dengan zoning perancangan horizontal yang ada untuk memisahkan fungsi antara kantor dan apartemen. Bukan hanya massa pada bagian atas saja yang dipisah, melainkan massa bangunan pada bagian bawah juga dibuat terpisah. Pembagian bangunan menjadi dua massa terpisah ini membuat aktivitas yang terjadi pada kedua fungsi yang terdapat pada bangunan mixed-use menjadi terpisah dan tidak mengganggu satu sama lainnya. Massa bangunan yang terpisah membuat entrance dan drop off pada bangunan menjadi terpisah pula sesuai dengan tujuan pengguna bangunan terhadap bangunan mixed-use yang dituju. Bangunan yang berada pada bagian sebelah kiri (menurut gambar ini) akan berfungsi sebagai kantor, sedangkan bagian sebelah kanan berfungsi sebagai apartemen sesuai dengan beberapa aspek dari analisa tapak dan pembagian zoning yang telah dibuat.

26 72 Pembentukan Massa Tahap 5 Gambar 4.12 Tahap 5 Gubahan Massa Langkah selanjutnya yang diambil pada tahap lima ini adalah menyesuaikan kemiringan muka bangunan terhadap arah pencahayaan matahari, sehingga seluruh muka bangunan mendapatkan pencahayaan matahari secara langsung selama beberapa saat. Panjang atau lamanya penyinaran cahaya matahari secara langsung pada bangunan akan dianalisa pada tahap berikutnya dengan menggunakan software Ecotect. Hasil analisa lamanya penyinaran cahaya matahari terhadap bangunan akan mempengaruhi keputusan dan pertimbangan letak tanaman dan jenis tanaman yang dapat ditanam pada setiap sisi nya. Setiap muka bangunan dibuat miring dengan bentuk yang semakin keatas semakin mengecil, sehingga dapat menangkap cahaya matahari dengan waktu yang lebih panjang. Pembentukan muka bangunan tidak hanya dilakukan pada bagian apartemen saja, tetapi juga dilakukan pada bagian kantor sehingga kedua massa tetap terlihat menyatu.

27 73 Pembentukan Massa Tahap 6 Gambar 4.13 Tahap 6 Gubahan Massa Massa bangunan yang telah terbentuk pada tahap 5 dibagi menjadi 8 lapis sesuai dengan ketentuan dan peraturan bangunan yang berlaku. 8 lapis tersebut terdiri dari 1 lapis lantai dasar bangunan yang digunakan sebagai area penerima, kemudian lapis ke 2 merupakan massa yang lebih lebar dan menjadi pemisah antara bagian dasar dan tower bangunan. Kemudian kedua tower bangunan dibagi menjadi masing-masing 6 lapis. Pembentukan Massa Tahap 7 Gambar 4.14 Tahap 7 Gubahan Massa

28 74 Muka bangunan yang memiliki kemiringan pada tahap 6 dijadikan bertangga seperti terasering dengan menyesuaikan kemiringan yang ada sehingga setiap sisi bangunan tetap mendapatkan pencahayaan matahari secara langsung pada bangunan. Bentuk terasering pada bangunan menciptakan balkon-balkon yang akan menjadi area tanam penghuni apartemen pada setiap balkon lantai unit apartemen. Bentuk bangunan ini akan menjadi bentuk dasar penelitian panjang penyinaran cahaya matahari secara langsung pada bangunan. Pembentukan Massa Tahap 8 U B T S Gambar 4.15 Tahap 8 Gubahan Massa Pada tahap 8 Massa bangunan kantor diperkecil sedangkan massa bangunan hunian diperbesar. Hal ini bertujuan untuk menciptakan persentase luasan ruang sesuai dengan yang dibutuhkan pada program ruang dimana apartemen memiliki kebutuhan luasan ruang yang lebih banyak. Secara tidak langsung, hal ini berpengaruh terhadap luasan bidang penanaman pada bangunan apartemen.

29 Hasil penelitian perbandingan luas area balkon yang tercipta pada tahap 8 melalui adalah : 75 Tabel 4.6 Perbandingan Massa Tahap 8 Jam Penyinaran Lama Penyinaran Full Sun Luas Area (m²) Part Shade B jam 30 menit S jam 15 menit T jam 15 menit U jam 45 menit Total Luas Area untuk setiap jenis tanaman Perbandingan Jenis Tanaman 11 0 Setelah analisa dilakukan terhadap bangunan yang ada pada tahap 8, didapatkan bahwa keseluruhan bangunan ini mendapatkan pencahayaan matahari lebih dari 6 jam. Dimana panjang pencahayaan selama 6 jam dan lebih dari 6 jam merupakan pencahayaan yang dibutuhkan untuk jenis tanaman Full Sun, sehingga 2 jenis tanaman Part Shade yang ada tidak dapat tumbuh dengan baik karena mendapatkan cahaya matahari yang terlalu berlebih. Supaya tercipta area yang dapat ditumbuhi jenis tanaman Part Shade maka harus ada bagian bangunan yang dirubah sehingga panjang pencahayaan matahari langsung pada bangunan dapat berkurang diantara 3-6 jam sesuai dengan kebutuhan panjang pencahayaan yang dibutuhkan jenis tanaman Part Shade.

30 76 Pembentukan Massa Tahap 9 U B T S Gambar 4.16 Tahap 9 Gubahan Massa Dengan adanya perubahan yang dibutuhkan berdasarkan tahap 8, maka pada tahap 9 ini terdapat satu sisi bangunan apartemen yang dirubah. Sisi yang dirubah merupakan sisi selatan karena memiliki lama penyinaran yang paling mendekati berdasarkan kebutuhan jenis tanaman Part Shade, yaitu antara 3-6 jam dan merupakan sisi yang lebih kecil dibandingkan sisi lainnya sehingga sesuai dengan perbandingan jenis tanaman part shade yang lebih sedikit dibandingkan jenis tanaman full sun. Responsi bangunan terhadap pencahayaan matahari langsung pada sisi bangunan bagian selatan adalah dengan menambah massa bangunan pada bagian ujung dan semakin keatas semakin bertambah. Dengan adanya hal ini, bangunan bagian atas dapat menciptakan pembayangan pada bangunan dibawahnya, sehingga lama pencahayaan matahari langsung pada bangunan dapat diminimalisir dan menjadi lebih sesuai untuk penananaman jenis tanaman Part Shade.

31 Hasil penelitian perbandingan luas area balkon yang tercipta pada tahap 9 melalui adalah : 77 Tabel 4.7 Perbandingan Massa Tahap 9 Jam Penyinaran Lama Penyinaran Full Sun Luas Area (m²) Part Shade T jam 30 menit S jam 45 menit B jam 15 menit U jam 45 menit Total Luas Area untuk setiap jenis tanaman Perbandingan Jenis Tanaman 8 3 Dengan bentuk gubahan massa tahap 9, terjadi perbedaan perbandingan luasan bidang untuk tanaman Full Sun dan Part Shade yang pada tahap sebelumnya 11:0 menjadi 8:3 seperti yang terlihat pada tabel 4.7. Jumlah ini membuat luasan lahan untuk jenis tanaman Part Shade menjadi bertambah pada sisi selatan dan membuat luasan lahan untuk jenis tanaman Full Sun berkurang. Tetapi perbandingan antara luas lahan untuk jenis tanaman Full Sun dan Part Shade sebesar 8 : 3 masih belum sesuai dengan perbandingan kebutuhan 9 : 2 yang diperlukan, sehingga perlu dilakukan penyesuaianpenyesuaian lagi pada beberapa bidang bangunan.

32 78 Pembentukan Massa Tahap 10 T U B S Gambar 4.17 Tahap 10 Gubahan Massa Supaya membuat luasan untuk tanaman Part Shade menjadi berkurang dan sesuai dengan perbandingan kebutuhan 9:2, maka bidang yang merupakan bidang untuk penanaman tanaman Part Shade, dibuat mengecil. Secara tidak langsung, dengan berkurangnya bidang penanaman tanaman Part Shade membuat bidang penanaman Full Sun menjadi bertambah. Dengan bentuk gubahan massa seperti pada gambar 4.17 dengan perbandingan luasan bidang untuk tanaman Full Sun dan Part Shade menjadi 9:2 (terdapat pada tabel 4.9). Jumlah ini sesuai dengan kebutuhan dari penggunaan jenis tanaman pada hunian apartemen, sehingga gubahan massa tahap 10 menjadi acuan pada skematik perancangan.

33 Berikut ini adalah gambar area bangunan apartemen yang terkena sinar matahari yang didapatkan dengan menggunakan software Ecotect : 79 Tabel 4.8 Pencahayaan Matahari pada Bangunan Jam Sisi Selatan-Timur Sisi Barat-Utara

34 80 Hasil penelitian panjang penyinaran matahari langsung pada setiap sisi bangunan yang didapatkan melalui software Ecotect adalah sebagai berikut : Gambar 4.18 Bangunan dan area penyinaran 1 Gambar 4.19 Bangunan dan area penyinaran 2 Gambar 4.18 menunjukkan sisi barat yang diwarnai dengan warna kuning dan sisi selatan bangunan dengan warna merah. Sedangkan gambar 4.19 menunjukkan sisi utara bangunan yang diwarnai dengan warna hijau dan sisi timur bangunan yang berwarna biru. Gambar 4.20 menunjukkan ke 4 sisi melalui bagian atas sehingga menunjukkan letak masing-masing warna pada hunian apartemen.

35 79 Gambar 4.20 Bangunan dan area penyinaran tampak atas Setiap sisi mendapatkan panjang penyinaran matahari langsung secara berbeda sesuai dengan arah orientasi sisi bangunan terhadap sudut arah cahaya matahari. Data panjang penyinaran dan perbandingan 9:2 yang didapatkan dijelaskan pada tabel 4.9. Tabel 4.9 Perbandingan Massa Tahap 10 Jam Penyinaran Lama Penyinaran Luas Area (m²) Full Sun Part Shade B jam 15 menit S jam 30 menit T jam 0 menit U jam 45 menit Total Luas Area untuk setiap jenis tanaman Perbandingan Jenis Tanaman 9 2

36 Analisis Sistem Struktur Gambar 4.21 Ilustrasi Balok Transfer Sumber : Ilustrasi Pribadi Penggunaan struktur pada perancangan bangunan ini merupakan sistem struktur portal yang biasa digunakan pada bangunan lainnya. Tetapi terdapat beberapa bagian dari bangunan ini yang menggunakan sistem balok transfer. Penggunaan balok transfer digunakan supaya dapat menyesuaikan dengan perancangan bangunan yang bentuknya merupai terasering, sehingga pada bagian bangunan yang bentuknya menyerupai terasering digunakan balok transfer yang sumbu nya berubah semakin mendekati inti struktur atau core yang berada di tengah bangunan. Jarak pergeseran kolom tidak memiliki jarak yang sama, namun setiap pergeseran disesuaikan jaraknya dengan bentuk bangunan dan memperhatikan efisiensi penggunaan ruang dan struktur pada bangunan.

37 Analisis Sistem Utilitas Bangunan Pengolahan dan penyaluran air serta pembuangan limbah Gambar 4.22 Sistem Utilitas Air Bersih Jalur Distribusi air bersih menggunakan dua jenis reservoir, reservoir atas yang mendistribusikan air untuk lantai 1-8 sedangkan rservoir bawah yang mendistribusikan air untuk lantai basement. Air untuk penyiraman tanaman didapatkan melalui reservoir atas dengan distribusi air pada setiap lantai. Air untuk penyiraman tanaman didapatkan melalui air hujan dan blackwater yang dihasilkan oleh tanaman yang ada pada bangunan.

38 82 Gambar 4.23 Sistem Utilitas Pembuangan

39 Sistem PenyiramanTanaman Terdapat beberapa lapisan pada setiap balkon yang digunakan sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Sistem penyiraman otomatis juga merupakan salah satu hal yang diperhatikan sehingga penghuni tidak perlu menyiram tanaman mereka setiap hari kecuali tanaman yang membutuhkan perlakuan khusus. Gambar 4.24 Sistem Penyiraman Pada bagian bawah balkon terdapat jalur utilitas untuk penyiraman tanaman secara otomatis. Terdapat sprinkler yang ditanam diantara bangunan yang terhubung dengan saluran drainase. Pada ujung balkon didekat railing terdapat saluran drainase yang dapat menampung air sehingga air yang tidak sepenuhnya diserap oleh tanaman tidak meluap melainkan masuk ke saluran drainase yang airnya dapat digunakan kembali untuk menyiram tanaman.

40 Proteksi Kebakaran Sistem proteksi kebakaran berfungsi tempat perlindungan yang digunakan oleh pengguna bangunan apabila terjadi kebakaran atau situasi darurat. Proteksi kebakaran ini berupa proteksi aktif contohnya hidran dan sprinkler. Sprinkler disediakan setiap lantai dan adanya tangga darurat diharapkan mampu menanggulangi kejadian. Jarak radius maksimal untuk mencapai tangga darurat adalah 30 meter. Berikut adalah gambar letak tangga darurat pada bangunan beserta jarak dari bagian dari bangunan menuju tangga darurat : ± 21 m ± 25 m ± 27 m ± 20 m ± 28 m ± 28 m ± 23 m ± 27 m ± 30 m Gambar 4.25 Letak Tangga Darurat Tangga Darurat dibagi menjadi dua sisi terletak pada masing-masing tower bangunan. Tangga darurat yang berada di setiap massa bangunan letaknya

41 85 berada di tengah-tengah tower. Dengan letak sisi bangunan terhadap pintu masuk tangga darurat sejauh 30 m Penangkal Petir Sistem penangkal petir yang digunakan adalah sistem Thomas. Sistem ini mempunyai jangkauan perlindungan yang luas, daerah bangunan yang terlindungi dalam radius 60 m dan luas lahan yang terlindungi dalam kerucut perlindungannya dalam radius 125 m. Gambar 4.26 Letak Penangkal Petir Perancangan ini memiliki 2 tower yang terpisah pada bagian kiri dan kanan, sehingga pada masing-masing tower diletakkan penangkal petir. Penangkal petir tersebut diletakkan pada bagian tengah dari masing-masing tower di lantai paling atas (atap). Jarak terjauh radius bangunan terjauh terhadap penangkal petir yang berada pada bagian tengah tower pada perancangan ini adalah sekitar 30 m. Yang masih berada dalam lingkup perlindungan penangkal petir yang digunakan.

42 Pembuangan Sampah Sistem pembuangan sampah pada perancangan ini menggunakan sistem shaft yang menyediakan sebuah ruangan shaft dari lantai paling atas sampai dengan lantai dasar. Di setiap lantai apartemen terdapat shaft tersendiri untuk membuang sampah setiap penghuni apartemen. Gambar 4.27 Diagram Distribusi Pembuangan Sampah Gambar 4.28 Shaft Pembuangan Sampah Shaft pembuangan sampah pada bangunan ini terletak didalam core, dekat dengan letak transportasi vertikal. Sehingga setiap lantai memiliki 1 lubang shaft

43 87 yang dapat digunakan untuk membuang sampah ke tempat penampungan sementara yang terdapat pada bagian basement.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan Gambar 5.1 Lokasi Proyek Luas total perancangan Luas bangunan : 26976 m 2 Luas tapak : 7700 m 2 KDB 60% : 4620 m 2

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Data Proyek Gambar 5.1 RUTRK Tapak Luas Lahan : 10.150 m 2 KDB : 20% x 10.150 m 2 = 2.030 m 2 KLB : 2,5 x 10.150 m 2

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. menyelesaikan permasalahan penelitian. Dalam penelitian ini jenis data yang. penyinaran cahaya matahari yang didapatkan.

BAB 3 METODE PENELITIAN. menyelesaikan permasalahan penelitian. Dalam penelitian ini jenis data yang. penyinaran cahaya matahari yang didapatkan. BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tahapan Metode Penelitian Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuanitatif yang akan menggunakan dua jenis data, yaitu data primer

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan Topik dan Tema Proyek wisma atlet ini menggunakan pendekatan behavior/perilaku sebagai dasar perencanaan dan perancangan.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Perencanaan dan Perancangan Topik dan Tema Proyek Hotel Kapsul ini memiliki pendekatan Sustainable Design yang secara lebih fokus menitik beratkan kepada

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru. BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Beberapa hal yang menjadi dasar perencanaan dan perancangan Asrama Mahasiwa Bina Nusantara: a. Mahasiswa yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan 5.1.1 Program Ruang Topik dari proyek ini adalah perilaku atlet, dengan tema penerapan pola perilaku istirahat atlet

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISA DAN BAHASAN 27 BAB 4 ANALISA DAN BAHASAN 4.1 Analisa Aspek Manusia 4.1.1. Analisa Pelaku Kegiatan Tabel 4.1 Analisa pelaku kegiatan No Pelaku Keterangan 1 Penghuni atau pemilik rumah susun Memiliki unit ataupun menyewa

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. Konsep Perancangan Makro V.1.1. Konsep Manusia Pelaku kegiatan di dalam apartemen adalah: 1. Penyewa meliputi : o Kelompok orang yang menyewa unit hunian pada apartemen yang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Building form Bentuk dasar yang akan digunakan dalam Kostel ini adalah bentuk persegi yang akan dikembangkan lebih lanjut.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan Konsep dasar perancangan kostel ini yaitu untuk memenuhi kebutuhan hunian bagi mahasiswa Binus University, khususnya

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Peraturan pada tapak Lokasi Tapak : Jl. Perintis Kemerdekaan, Jakarta Timur Luas Lahan : 18.751,5 m 2 KDB : 40 % Luas

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. yang mampu mengakomodasi kebutuhan dari penghuninya secara baik.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. yang mampu mengakomodasi kebutuhan dari penghuninya secara baik. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan dari bangunan kostel ini adalah adanya kebutuhan akan hunian khususnya kos-kosan bertaraf

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang. BAB V KONSEP V. 1. KONSEP DASAR PERENCANAAN Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di awal, maka konsep dasar perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Menciptakan sebuah ruang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki BAB V KONSEP 5.1 Konsep Perancangan Tapak 5.1.1 Pencapaian Pejalan Kaki Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki Sisi timur dan selatan tapak terdapat jalan utama dan sekunder, untuk memudahkan

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HOTEL

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HOTEL BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HOTEL 6.1. Program Ruang Berdasarkan tapak terpilih, dilakukan perhitungan kembali untuk mengoptimalkan jumlah kamar. Perhitungan ini sama seperti perhitungan

Lebih terperinci

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA 5.1 Program Dasar Perencanaan 5.1.1 Program a. Kelompok Kegiatan Utama Terminal Antarmoda Tabel 5.1 Program Kegiatan Utama Fasilitas Utama Terminal

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur yang didasarkan dengan perilaku manusia merupakan salah satu bentuk arsitektur yang menggabungkan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Green design merupakan sebuah terapan konsep bangunan yang dapat menyelesaikan atau memahami permasalahan sebuah bangunan.

Lebih terperinci

Bab III. Aspek Tanah dan Arsitektural Desain. : Puri Indah, Jakarta Barat

Bab III. Aspek Tanah dan Arsitektural Desain. : Puri Indah, Jakarta Barat Bab III Aspek Tanah dan Arsitektural Desain 3.1 Peta dan Tapak Tanah Nama usaha Peruntukan lahan Letak tapak : Tridith Venue : Bangunan serbaguna : Puri Indah, Jakarta Barat Luas tapak : 4.068 m² Luas

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Main Entrance. Pusat Perbelanjaan. Apartemen 1 Unit Kamar Tidur

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Main Entrance. Pusat Perbelanjaan. Apartemen 1 Unit Kamar Tidur BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1 Konsep Kualitas Ruang V.1.1 Skema Hubungan Makro Main Entrance Apartemen Entrance Plaza Parkir Lobby Fasilitas seni & Lobby Apartemen Pusat Perbelanjaan Fasilitas Service Pengelola

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur Tropis merupakan salah satu bentuk arsitektur yang dapat memahami kondisi iklim tropis beserta permasalahannya.

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik 3.1.1 Lokasi Site Gambar 6 Lokasi Site Makro Gambar 7 Lokasi Site Berdampingan Dengan Candi Prambanan Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 26 Lokasi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN BAB 4 HASIL DAN BAHASAN 4.1 Analisa Lahan Perencanaan Dalam Konteks Perkotaan 4.1.1 Urban Texture Untuk Urban Texture, akan dianalisa fungsi bangunan yang ada di sekitar tapak yang terkait dengan tata

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Topik dan Tema Proyek Hotel Kapsul ini menggunakan pendekatan sustainable design sebagai dasar perencanaan dan perancangan.

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RESORT HOTEL

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RESORT HOTEL BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RESORT HOTEL Program dasar perencanaan dan perancangan resort hotel merupakan sebuah hasil dari kesimpulan menyeluruh dan berfungsi sebagai pemandu desain

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur yang didasarkan dengan perilaku manusia merupakan salah satu bentuk arsitektur yang menggabungkan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Dasar Perancangan V.1.1. Luas Total Perancangan Total luas bangunan adalah 6400 m 2 Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 3.1.1. Data Fisik Dalam perencanaan dan perancangan RSUD Jakarta Selatan harus memperhatikan beberapa macam kondisi fisik wilayah secara spesifik

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan. Kostel. yang ada didalam. Pelaku kegiatan dalam Kostel ini adalah :

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan. Kostel. yang ada didalam. Pelaku kegiatan dalam Kostel ini adalah : BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Dasar dari perencanaan dan perancangan Kostel (kos-kosan hotel) dengan penerapan arsitektur berkelanjutan hemat energi: Rancangan

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HOTEL

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HOTEL BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HOTEL 6.1 Program Dasar Perencanaan 6.1.1 Pelaku Kegiatan Pelaku pelaku yang melakukan aktivitas pada hotel diantaranya adalah : a. Pengunjung Pengunjung hotel

Lebih terperinci

BAB IV: TINJAUAN KHUSUS PROYEK

BAB IV: TINJAUAN KHUSUS PROYEK BAB IV: TINJAUAN KHUSUS PROYEK 4.1. Profil Proyek Perencanaan Hotel Wisma NH berada di jalan Mapala Raya no. 27 kota Makasar dengan pemilik proyek PT Buanareksa Binaperkasa. Di atas tanah seluas 1200 m2

Lebih terperinci

BAB IV. ANALISA PERENCANAAN.

BAB IV. ANALISA PERENCANAAN. BAB IV. ANALISA PERENCANAAN. IV.1.1 Analisa NON FISIK Pelaku Apartemen pada umumnya adalah sebagai berikut : > Penguhuni apartemen : > Bapak, Ibu, Anak. Bapak bekerja setiap hari Ibu : kadang berkerja,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil dari uraian bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa Pasar Gembrong Cipinang Besar perlu diremajakan. Hal ini dikarenakan kualitas fisik dan aktivitas

Lebih terperinci

BAB III : DATA DAN ANALISA

BAB III : DATA DAN ANALISA BAB III : DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik Gambar 29. Lokasi Tapak 1. Data Teknis Lokasi : Area Masjid UMB, JL. Meruya Selatan Luas lahan : 5.803 m 2 Koefisien Dasar Bangunan : 60 % x 5.803

Lebih terperinci

BAB V. KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN. Konsep perancangan makro meliputi perancangan skema organisasi ruang

BAB V. KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN. Konsep perancangan makro meliputi perancangan skema organisasi ruang BAB V KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN V. 1. Konsep Perancangan Makro Konsep perancangan makro meliputi perancangan skema organisasi ruang luar, konsep pencapaian dan sirkulasi pada tapak, perletakan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Yang menjadi dasar dari perencanaan dan perancangan Mesjid di Kebon Jeruk adalah : Jumlah kapasitas seluruh mesjid pada wilayah

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dalam perancangan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Tata Boga.

BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dalam perancangan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Tata Boga. BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Perencanaan dan perancangan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Tata Boga bertujuan untuk meningkatkan minat siswa di keahlian kuliner di kecamatan Banyumanik,

Lebih terperinci

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA 1.1.1.1 Narasi dan Ilustrasi Skematik Hasil Rancangan Hasil yang akan dicapai dalam perancangan affordable housing dan pertanian aeroponik ini adalah memecahkan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan V.1.1 Konsep Manusia Pelaku Kegiatan No. Pelaku 1. Penghuni/Pemilik Rumah Susun 2. Pengunjung Rumah Susun 3. Pengunjung Pasar Tradisional

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Makro 5.1.1 Site terpilih Gambar 5.1 Site terpilih Sumber : analisis penulis Site terpilih sangat strategis dengan lingkungan kampus/ perguruan tinggi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY 81 BAB V KESIMPULAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Keterkaitan Konsep dengan Tema dan Topik Konsep dasar pada perancangan ini yaitu penggunaan isu tentang Sustainable architecture atau Environmental

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PROYEK

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PROYEK BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PROYEK 3.1 Lokasi Proyek 3.1.1 Umum Berdasarkan observasi, KAK dan studi literatur dari internet buku naskah akademis detail tata ruang kota Jakarta Barat. - Proyek : Student

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1. PROGRAM DASAR PERENCANAAN 6.1.1. Program Ruang Tabel 6.1. Program ruang SMA Boarding Al-Adzkar kota Tangerang Selatan Ruang Jumlah (unit) Total (m 2 ) R.

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis 185 BAB VI HASIL PERANCANGAN Bab enam ini akan menjelaskan tentang desain akhir perancangan apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis tapak dan objek. 6.1 Tata Massa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PERMUKIMAN TUMBUH DIATAS LAHAN BENCANA LUMPUR LAPINDO

BAB IV ANALISIS PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PERMUKIMAN TUMBUH DIATAS LAHAN BENCANA LUMPUR LAPINDO BAB IV ANALISIS PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PERMUKIMAN TUMBUH DIATAS LAHAN BENCANA LUMPUR LAPINDO Analisis konsep perencanaan merupakan proses dalam menentukan apa saja yang akan dirumuskan sebagai konsep

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 1.1.1. Data Non Fisik Sebagai stasiun yang berdekatan dengan terminal bus dalam dan luar kota, jalur Busway, pusat ekonomi dan pemukiman penduduk,

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 1. Pemilik, Jenis dan pelayanan Rumah Sakit a. Pemilik : Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta b. Nama Rumah Sakit : RS Jakarta Selatan c. Kelas

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN CENGKARENG OFFICE PARK KONSEP DASAR PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN CENGKARENG OFFICE PARK KONSEP DASAR PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. KONSEP DASAR PERANCANGAN Kantor sewa merupakan sebuah area untuk bekerja, dimana banyak orang selalu disuguhkan dengan konsep yang kaku dan cenderung membosankan sehingga

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Simpulan dalam laporan ini berupa konsep perencanaan dan perancangan yang merupakan hasil analisa pada bab sebelumnya. Pemikiran yang melandasi proyek kawasan transit

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. dasar perencanaan Asrama Mahasiswa Binus University ini adalah. mempertahankan identitas Binus University sebagai kampus Teknologi.

BAB V KONSEP. dasar perencanaan Asrama Mahasiswa Binus University ini adalah. mempertahankan identitas Binus University sebagai kampus Teknologi. BAB V KONSEP V.1. KONSEP DASAR PERENCANAAN Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan pada awalnya, maka konsep dasar perencanaan Asrama Mahasiswa Binus University ini adalah. membuat suatu bangunan

Lebih terperinci

BAB 5 PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB 5 PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO BAB 5 PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO 6.1.PROGRAM DASAR PERENCANAAN 6.1.1. Tapak Tapak yang digunakan adalah tapak existing Asrama Universitas Diponegoro, dengan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik BAB V KONSEP V. 1. Konsep Dasar Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik tolak pada konsep perancangan yang berkaitan dengan tujuan dan fungsi proyek, persyaratan bangunan dan ruang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dan pembeli dapat merasakan kenyamanan dalam berbelanja.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dan pembeli dapat merasakan kenyamanan dalam berbelanja. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan & Kegiatan Dasar dari perencanaan & kegiatan dari perancangan rumah susun dan pasar ini adalah adanya kebutuhan akan hunian yang berwujud

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perancangan Berdasarkan Aspek Manusia Seperti yang telah dijelaskan, bahwa dalam tugas akhir ini, diidentifikasi ada tiga jenis sifat kegiatan, yaitu

Lebih terperinci

Tabel 5.1. Kapasitas Kelompok Kegiatan Utama. Standar Sumber Luas Total Perpustakaan m 2 /org, DA dan AS 50 m 2

Tabel 5.1. Kapasitas Kelompok Kegiatan Utama. Standar Sumber Luas Total Perpustakaan m 2 /org, DA dan AS 50 m 2 BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH AKULTURASI BUDAYA KAMPUNG LAYUR 5.1 Program Dasar Perencanaan 5.1.1. Program Berdasarkan analisa mengenai kebutuhan dan besaran ruang pada Rumah Akulturasi

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN 5.1 Program Perencanaan 5.1.1 Program Ruang Tabel 5.1 Program ruang Sumber : Analisa Jenis Ruang Luas Kegiatan Administrasi Kepala Dinas 42,00 Sekretariat

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Bentukan Dasar Bangunan Bentuk massa bangunan terdiri terdiri dari susunan kubus yang diletakan secara acak, bentukan ruang yang kotak menghemat dalam segi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan. Konsep desain untuk fungsi M al dan Apartemen ini mencoba menampung kegiatankegiatan

BAB V KONSEP. V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan. Konsep desain untuk fungsi M al dan Apartemen ini mencoba menampung kegiatankegiatan BAB V KONSEP V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan Konsep desain untuk fungsi M al dan Apartemen ini mencoba menampung kegiatankegiatan yang terjadi di sekitar tapak, khusunya jalur pejalan kaki dan kegiatan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan & Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan dalam perancangan akhir ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu dengan menggunakan angka angka, dengan jenis penelitiannya

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Program Dasar Perencanaan 6.1.1. Program Ruang Jenis ruang dan kebutuhan luasan ruang kelompok utama Pusat Informasi Budaya Baduy dapat dilihat pada tabel

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 2.1.1. Data Fisik Lokasi Luas Lahan Kategori Proyek Pemilik RTH Sifat Proyek KLB KDB RTH Ketinggian Maks Fasilitas : Jl. Stasiun Lama No. 1 Kelurahan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Umum Konsep Educopolis menjadi dasar perancangan International Student Housing sesuai degan Visi Universitas Gadjah Mada. Educopolis adalah ketersediaan lingkungan yang

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP DASAR Konsep dasar dalam perancangan hotel ini adalah menghadirkan suasana alam ke dalam bangunan sehingga tercipta suasana alami dan nyaman, selain itu juga menciptakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN IV.1. Analisa Tapak dan Lingkungan IV.1.1 Data Fisik Tapak PETA LOKASI / SITE Utara - 19 - Data fisik tapak / kondisi tapak saat ini tidak banyak berbeda dengan apa yang akan

Lebih terperinci

HOTEL KAPSUL DENGAN PENDEKATAN PENGARUH PERILAKU ISTIRAHAT PENGHUNI DI TANAH ABANG JAKARTA KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

HOTEL KAPSUL DENGAN PENDEKATAN PENGARUH PERILAKU ISTIRAHAT PENGHUNI DI TANAH ABANG JAKARTA KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HOTEL KAPSUL DENGAN PENDEKATAN PENGARUH PERILAKU ISTIRAHAT PENGHUNI DI TANAH ABANG JAKARTA KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TUGAS AKHIR Semester Genap Tahun 2011/2012 Disusun Oleh : Nama : Vindri Anggraini

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN 5.1. Program Dasar perencanaan Program dasar perencanaan pada kampus II Pondok Pesantren Futuhiyyah terdiri

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. tema perancangan dan karakteristik tapak, serta tidak lepas dari nilai-nilai

BAB V KONSEP PERANCANGAN. tema perancangan dan karakteristik tapak, serta tidak lepas dari nilai-nilai BAB V KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan ini pada dasarnya diperoleh dari hasil analisis pada bab analisis perancangan yang kemudian disimpulkan (sintesis). Sintesis di dapat berdasarkan pendekatan

Lebih terperinci

PUSAT PERBELANJAAN, KANTOR SEWA DAN APARTEMENT DI MEGA KUNINGAN JAKARTA

PUSAT PERBELANJAAN, KANTOR SEWA DAN APARTEMENT DI MEGA KUNINGAN JAKARTA JUDUL : PUSAT PERBELANJAAN, KANTOR SEWA DAN APARTEMENT DI MEGA KUNINGAN JAKARTA Nama : Trika Prijayanto NPM : 20399052 Jurusan : Teknik Arsitektur Dosen Pembimbing : 1. Dr. Ing. Dalhar Susanto 2. Agung

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.I. Dasar Perencanaan dan Perancangan Konsep dasar perancangan Akademi Spak Bola ini adalah menciptakan dan mewujudkan suatu bangunan yang merupakan wadah bagi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. Secara umum, arahan yang diberikan dalam rangka perencanaan Apartemen Di

BAB V KONSEP. Secara umum, arahan yang diberikan dalam rangka perencanaan Apartemen Di BAB V KONSEP V. 1. KONSEP PENGGUNA Secara umum, arahan yang diberikan dalam rangka perencanaan Apartemen Di Kemanggisan Jakarta Barat adalah sebagai berikut : 1. Target pasar utama adalah mahasiswa yang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan V.1.1 Kebutuhan Luas Ruangan Gedung Asrama Putri Ruang Standart Sumber Kapasitas Jumlah Luas (m 2 ) Unit 2 orang 12,25 m 2 / kmr Asumsi

Lebih terperinci

Minggu 5 ANALISA TAPAK CAKUPAN ISI

Minggu 5 ANALISA TAPAK CAKUPAN ISI 1 Minggu 5 ANALISA TAPAK CAKUPAN ISI Membuat analisa pada tapak, mencakup orientasi matahari, lingkungan, sirkulasi dan entrance, kontur. Analisa Zoning, mencakup zona public, semi public dan private serta

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Program Perencanaan Di lihat dari kenyataan yang sudah ada beberapa permasalahan yang ada pada terminal bus Terminal Kabupaten Tegal Slawi sekarang

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU Program perencanaan dan perancangan Terminal Tipe B di Kawasan Stasiun Depok Baru merupakan hasil analisa dari pendekatan-pendekatan

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1. Program Dasar Perencanaan 5.1.1. Program Ruang Tabel 5. 1 Program Ruang No. Kelompok Kegiatan/Ruang Luas KELOMPOK RUANG KEGIATAN PRIVAT 1. Deluxe Room 811,2

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PENGEMBANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PENGEMBANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PENGEMBANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO 6.1 Program Dasar Perencanaan Dalam perencanaannya, asrama ini merupakan tempat tinggal sementara bagi mahasiswa

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan - Luas lahan : 30.400,28 m² - KDB 20% : 20% x 30.400,28 m² = 6.080,06 m² - KLB 0,8 : 0,8 x 30.400,28 m² = 24.320,22 m² -

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Umum Perancangan 5.1.1 Dasar Perancangan Pasar tradisional merupakan suatu tempat bertemunya para pelaku ekonomi dalam hal ini pedagang dan penjual, dimana mereka melakukan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 47 BAB V KONSEP PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1. Program Dasar Perencanaan Program dasar perencanaan terdiri atas kelompok ruang, program ruang, dan tapak terpilih. Kelompok ruang merupakan kegiatan

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Dasar Pendekatan Metode pendekatan ditujukan sebagai acuan dalam penyusunan landasan perencanaan dan perancangan arsitektur. Dengan metode pendekatan diharapkan

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 3.1.1. Data Fisik Lokasi Luas Lahan Kategori Proyek Pemilik : Jl. Stasiun Lama No. 1 Kelurahan Senen, Jakarta Pusat : ± 48.000/ 4,8 Ha : Fasilitas

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REST AREA TOL SEMARANG BATANG. Tabel 5.1. Besaran Program Ruang

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REST AREA TOL SEMARANG BATANG. Tabel 5.1. Besaran Program Ruang BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REST AREA TOL SEMARANG BATANG 5.1 Program Dasar Perencanaan Program dasar perencanaan Rest Area Tol Semarang - Batang ini berisi mengenai hasil perhitungan program

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 5.1. Tujuan Perencanaan dan Perancangan a. Merancang bangunan Showroom dan Service Station Vespa di Semarang yang mengakomodasi segala

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building Rumah Susun dan Pasar ini adalah adanya kebutuhan hunian

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Penentuan konsep perencanaan dan perancangan di dasar kepada:

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Penentuan konsep perencanaan dan perancangan di dasar kepada: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Penentuan konsep perencanaan dan perancangan di dasar kepada: Kesesuaian dengan topik yang akan di angkat Analisa dari

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN BAB V KONSEP PERENCANAAN 5.1. Dasar Perencanaan Dalam perencanaan rumah susun bersubsidi kriteria utama yang diterapkan adalah : Dapat mencapai kenyamanan di dalam ruang bangunan yang berada pada iklim

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

BAB V KONSEP. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan BAB V KONSEP V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan 1. Topik dan Tema Hotel kapsul ini menggunakan pendekatan teknologi, yakni dengan menggunakan sistem struktur modular pada perencanaan dan perancangan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1. KONSEP MAKRO Perancangan shopping mall merupakan upaya untuk mendukung perkembangan kota Semarang sebagai kota tujuan investasi. Sementara perancangan apartemen

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini BAB VI HASIL RANCANGAN Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini memiliki sebuah konsep berasal dari obyek yang dihubungkan dengan baju muslim yaitu Libasuttaqwa (pakaian taqwa)

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SMK PARIWISATA DI KABUPATEN PEMALANG

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SMK PARIWISATA DI KABUPATEN PEMALANG BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SMK PARIWISATA DI KABUPATEN PEMALANG 6.. Program Dasar Perencanaan 6... Program ruang Kelompok Ruang Kegiatan Utama No. Jenis Ruang Jumlah Kapasitas Standar Sumber

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1 Konsep Aspek Manusia V.1.1 Pelaku, Karakter dan Kegiatan Terdapat empat jenis pelaku dalam hotel transit dijelaskan dalam tabel perbandingan, diantaranya; Tabel V.1 Pelaku,

Lebih terperinci

1. Penumpang ANALISA LAHAN PABRIK KARET. 2. Pengunjung 3. Pengantar. 6. Pedagang / penyewa stan JEMBATAN SUTOYO JALAN SUTOYO PEMUKIMAN

1. Penumpang ANALISA LAHAN PABRIK KARET. 2. Pengunjung 3. Pengantar. 6. Pedagang / penyewa stan JEMBATAN SUTOYO JALAN SUTOYO PEMUKIMAN LATAR BELAKANG Sektor transportasi merupakan salah satu hal terpenting mencapai standar kehidupan tinggi. Dan transportasi mempunyai peranan penting memantapkan perwujudan dan perkembangan kawasan kota

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan sesama mahasiswa. tinggal sementara yang aman dan nyaman. keberlanjutan sumber daya alam.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan sesama mahasiswa. tinggal sementara yang aman dan nyaman. keberlanjutan sumber daya alam. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Umum Perancangan V.1.1. Dasar Perancangan Asrama Mahasiswa Binus University merupakan bangunan hunian yang bersifat sosial, edukatif dan tidak komersial.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. V.1.1. Tata Ruang Luar dan Zoning Bangunan

BAB V KONSEP. V.1.1. Tata Ruang Luar dan Zoning Bangunan BAB V KONSEP V.1. Konsep Perencanaan dan Perancangan V.1.1. Tata Ruang Luar dan Zoning Bangunan Gambar 34. Zoning dan Pola Sirkulasi Main entrance berada pada bagian selatan bangunan. Warna biru menunjukan

Lebih terperinci

Sampit. Desain Shopping Arcade ini juga merespon akan natural setting, Dalam aktivitas urban, desain Shopping Arcade dapat menjadi

Sampit. Desain Shopping Arcade ini juga merespon akan natural setting, Dalam aktivitas urban, desain Shopping Arcade dapat menjadi ZDhoppinq Arcade Mahendrata - 015 12131 X BAB IV LAPORAN PERANCANGAN 4.1 Perkembangan desain 4.1.1 Kriteria Desain Shopping Arcade Desain Shopping Arcade yang dirancang di kota Sampit ini merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB V. KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN. Bina Nusantara adalah sebagai berikut :

BAB V. KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN. Bina Nusantara adalah sebagai berikut : 112 BAB V KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN V.1. Konsep Perancangan Kegiatan Adapun jenis kegiatan dan sifat kegiatan yang ada di dalam asrama mahasiswa Bina Nusantara adalah sebagai berikut : Jenis Kegiatan

Lebih terperinci

REDESAIN RUMAH SAKIT ISLAM MADINAH TULUNGAGUNG TA-115

REDESAIN RUMAH SAKIT ISLAM MADINAH TULUNGAGUNG TA-115 LOKASI TAPAK Jl. Ngunut I, Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung-Jawa Timur Terletak di luar perencanaan BWK Kabupaten Tulungagung Luas Lahan ±14.823,28 m 2 Jl. Jatiwayang Jl. Jatiwayang 7.00 PERATURAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA. Berdasarkan referensi dari studi banding: susun untuk menambah efisiensi kerja. pembukaan kios di pagi hari.

BAB IV ANALISA. Berdasarkan referensi dari studi banding: susun untuk menambah efisiensi kerja. pembukaan kios di pagi hari. BAB IV ANALISA IV.1 Analisa Aspek Manusia Berdasarkan referensi dari studi banding: IV.1.1 Analisa Pelaku Kegiatan Kompleks Rumah Susun dan Pasar ini akan digunakan oleh: a. Penghuni o Pedagang Pasar Yaitu

Lebih terperinci