HUBUNGAN LONELINESS DAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA DEWASA MUDA LAJANG YANG BERKARIR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN LONELINESS DAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA DEWASA MUDA LAJANG YANG BERKARIR"

Transkripsi

1 HUBUNGAN LONELINESS DAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA DEWASA MUDA LAJANG YANG BERKARIR Desiyanti Ika Nanda Dosen Pembimbing : Rani Agias Fitri, S.Psi, M.Si Binus University : Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27, Kebon Jeruk, Jakarta Barat Telp. (62-21) Fax. (62-21) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara loneliness dan psychological well-being pada dewasa muda lajang yang berkarir. Subjek dalam penelitian ini adalah laki-laki dan perempuan dewasa muda yang berkarir tetapi statusnya melajang, berusia tahun yang tergolong usia dewasa muda. Jumlah subjek 53 orang yang tersebar di Jakarta. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan teknik accidental sampling. Data diperoleh dari kuesioner yang diadaptasi dari dua alat ukur yang berbeda yaitu UCLA Loneliness Scale yang dikonstruk oleh Russell, Peplau, & Cutrona pada tahun Alat ukur yang kedua adalah The Ryff Scales of Psychological Well-Being yang dikonstruk oleh Carol D. Ryff pada tahun Hasil penelitian yang menggunakan Product Moment Pearson Correlation menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif signifikan antara loneliness dan psychological well-being (p= -0,373<0,01). Artinya, semakin rendah tingkat loneliness pada dewasa muda lajang yang berkarir maka semakin tinggi psychological well-being begitu juga sebaliknya. Kata kunci: Loneliness, Psychological well-being, Dewasa Muda, Lajang, Karir

2 ABSTRACT This research will examine if there is a correlation between loneliness and psychological well-being among single young adulthood who have career. Participants in this research are 53 (males=34, females=19 )single young adulthood with age ranging from years old and live in Jakarta. This research utilized quantitative and sample were selected using accidental sampling. The data was obtained from adapted measuring instrument is based on the revised UCLA Loneliness Scale of Russell, Peplau, & Cutrona (1980). The second measuring instrument is based on the Ryff Scales of Psychological Well-Being of Carol D. Ryff (1989). Analysis technique who used is Product Moment Pearson. Result of this research examine that there is negative significant correlation between loneliness and psychological well-being (p= -0,373<0,01). That means the lower level of loneliness in young adult, the higher level of psychological well-being and conversely. Key words: Loneliness, Psychological well-being, Young Adulthood, Single, Career PENDAHULUAN Fenomena melajang pada era modern ini menjadi sebuah trend baru dalam kehidupan manusia, terutama di kota besar di Indonesia, seperti Jakarta. Sampai saat ini memang belum ada data pasti yang menggambarkan jumlah penduduk Jakarta yang tidak mempunyai pasangan romantis, tetapi jumlah populasi penduduk melajang (belum menikah) dari tahun ke tahun semakin meningkat. Berdasarkan data statistik, pada tahun 2010 penduduk Jakarta berusia tahun yang membujang atau sekarang yang dikenal dengan istilah lajang jumlahnya sekitar 38,71%. Jumlah tersebut mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2009 yang jumlahnya hanya 38,07% % ( Semakin pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan, kesempatan untuk berkarir semakin terbuka lebar bagi siapa saja baik laki-laki maupun perempuan. Mereka disibukkan dengan urusan karir yang cukup menyita perhatian. Seseorang yang lebih memprioritaskan karir dibandingkan dengan membina rumah tangga akan lebih memilih untuk meniti karirnya. Menurut Santrock (2004) peningkatan jumlah orang melajang disebabkan oleh sikap wanita dan pria yang ingin mengembangkan karier sebelum menikah. Pria dan wanita tersebut menunda untuk menikah dan tenggelam dalam aktivitas dan karier, sehingga tidak mempunyai waktu untuk menjalin hubungan yang dekat dengan lawan jenis dan tidak memikirkan kehidupan pribadinya.

3 Proses meniti karir terjadi pada tahap dewasa muda, dimana masa tersebut merupakan periode dimana terjadi penyesuaian terhadap pola-pola kehidupan dan harapan-harapan sosial yang baru (Hurlock dalam Lemme, 1995). Pada tahapan usia ini, manusia mengalami perubahan yang signifikan. Hal ini dapat dilihat pada tuntutan yang diharapkan dari dewasa muda tersebut untuk memiliki peran-peran baru, seperti peran suami atau istri, pekerja, orang tua, dan juga perkembangan diri. Individu dituntut untuk mampu mengambil sikap, keinginan dan nilai sesuai dengan tujuan individu tersebut. Tujuan individu tersebut memerlukan hubungan interpersonal secara mendalam dengan seseorang sehingga dapat memiliki arti tersendiri dalam hidupnya. Menurut DeGenova (2008) ada beberapa sisi positif dari melajang, diantaranya: lebih banyak kesempatan untuk mengembangkan diri dan pengembangan personal, adanya kesempatan untuk bertemu orang-orang yang berbeda, kebebasan secara ekonomi dan pembekalan diri, lebih tervariasi pengalaman seksualnya, kebebasan untuk mengontrol kehidupan sendiri, mengembangkan karier. Karir adalah rangkaian sikap dan perilaku yang berkaitan dengan pengalaman dan aktivitas kerja selama rentang waktu kehidupan seseorang dan rangkaian aktivitas kerja yang terus berkelanjutan (Gibson et. al. 2005) Apabila ditinjau dari tahap perkembangan psikoseksual, individu pada usia dewasa muda mencapai krisis intimacy vs isolation (Erickson dalam Santrock, 2004). Intimacy terjadi apabila terbentuk suatu kedekatan dengan orang lain, jika hubungan itu berjalan dengan baik maka individu akan memiliki keintiman dengan individu lain. Bila terjadi kegagalan dalam membentuk intimacy maka akan mengakibatkan isolation atau perasaan terasing yang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi rasa kesepian. Kesepian adalah ketika merasa bahwa tidak seorang pun memahami dengan baik, merasa terisolasi, dan tidak memiliki seorang pun untuk dijadikan pelarian, saat dibutuhkan atau saat stress (Santrock, 2002). Tidak ada yang kebal terhadap kesepian, namun beberapa orang berisiko lebih besar untuk merasakan kesepian ketimbang orang lain (Brehm, Miller, Pearlman, & Campbell dalam Taylor, Peplau, Sears, 2012). Salah satu yang berisiko besar mengalami kesepian adalah wanita dan pria lajang. Penelitian yang dilakukan oleh Wheeler, Reis, dan Nezlex (dalam Taylor, Peplau, & Sears, 2012) menunjukkan bahwa tingkat kesepian individu yang memiliki pasangan romantis lebih sedikit dibanding individu yang lajang, bahkan perbedaannya mencapai 85%. Hal demikan juga diungkapkan

4 oleh Pinquart (dalam Taylor, Peplau, & Sears, 2012), dimana orang yang tinggal dengan pasangan cenderung tidak kesepian. Kesepian yang dirasakan oleh dewasa muda yang melajang dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologisnya. Apabila seseorang mengalami kesepian maka kesejahteraan psikologisnya akan menurun. Hal ini sesuai dengan salah satu pendapat pendapat Mellor et al. (dalam Mendieta, Martin & Jacinto, 2012) menyatakan bahwa terdapat korelasi negatif antara loneliness dengan psychological well-being. Dalam penelitian terhadap 2042 responden yang berumur tahun dukungan sosial dan membina hubungan positif dengan orang lain terbukti mengurangi tingkat loneliness seseorang. Ryff dan Singer (1995) mendefinisikan psychological well-being tidak hanya semata-mata sebagai kenikmatan (pleasure) namun sebagai berjuang untuk mencapai kesempurnaan sebagai bentuk realisasi potensi yang sesungguhnya (Ryff, 1995, dalam Ryan & Deci, 2001). Ryff dan Keyes (1995) mengoperasionalisasikan konsep psychological well-being ini ke dalam enam dimensi, yaitu penerimaan diri, otonomi, pertumbuhan pribadi, penguasan lingkungan, tujuan hidup, dan hubungan yang positif dengan orang lain. Individu dengan psychological well-being yang baik diasumsikan dapat mencapai tingkat yang tinggi pada masing-masing dimensi tersebut. Dewasa muda yang melajang dapat saja merasakan kesepian, tetapi kesepian tersebut belum tentu akan menurunkan kesejahteraan psikologisnya. Usia dewasa muda tersebut tergolong sebagai usia produktif. Pada usia ini mereka akan memandang pekerjaan sebagai hal yang menyenangkan (Gibson et. al. 2005). Melalui karirnya mereka akan dapat mengembangkan dimensi pertumbuhan pribadi dalam kesejahteraan psikologisnya. Pendapatan yang diperoleh juga dapat berperan meningkatkan kesejahteraan psikologisnya. Penelitian dari Lovina & Domain (2012) menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan yang signifikan antara psychological well-being dan loneliness pada pelajar dari berbagai budaya yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat loneliness dapat dilihat dari psychological well-being seseorang. Kesepian dapat saja dirasakan, tetapi kesepian tersebut tidak mempengaruhi tingkat kesejahteraan psikologis. Individu yang memiliki kesejahteraan psikologis yang baik akan merasa nyaman, damai, dan bahagia (Ryff dalam Synder & Lopez, 2007). Berdasarkan paparan di atas, loneliness dan psychological well being akan memiliki keterkaitan. Hubungan loneliness dan psychological well-being dapat bersifat positif maupun negatif. Oleh karena itu,

5 peneliti tertarik untuk memahami hubungan loneliness dan psychological well-being pada dewasa muda lajang yang berkarir. Lajang yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu yang tidak/belum menikah dan tidak menjalani hubungan romantis. METODE PENELITIAN Subjek Penelitian & Teknik Sampling Penelitian ini menggunakan tipe non-random / non-probability sampling dimana tidak semua anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi unit sampel. Subjek yang menjadi unit sampel hanyalah yang berusia tahun dari keseluruhan populasi pria dan wanita lajang yang berkarier. Metode pengambilan sampel yang dipilih adalah accidential sampling, yaitu mengambil sampel dari anggota populasi yang tersedia saat itu, dengan karakteristik yang telah disebutkan diatas. Teknik accidential sampling ini termasuk kedalam jenis nonprobability sampling (Kerlinger & Lee, 2000). Desain Penelitian Desain penelitian dengan metode kuantitatif adalah sebuah metode yang datanya dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka. Desain ini sangat spesifik karena dirancang untuk mengetahui objek tertentu, dibuat berdasarkan data dari hasil pengukuran, berdasarkan variabel penelitian yang ada. Prosedur penelitian Peneliti mengadaptasi skala Psychological well-being dan skala UCLA Loneliness, skala tersebut telah diterjemahkan dan dilakukan back translation oleh kenalan peneliti. Peneliti melalui dua tahap proses validitas yaitu face validity untuk mengetahui evaluasi kualitatif dari alat ukur yang disusun peneliti secara keterlihatan (bentuk kuesioner, kata-kata, dan lain sebagainya). Peneliti juga menggunakan content validity yaitu meminta pendapat dari Expert Judgement. Pada hari Kamis, 3 Januari 2013 peneliti melakukan uji coba alat ukur yang akan dijadikan alat ukur Penelitian. Dari 32 kuesioner, hanya 24 kuesioner diantaranya yang dapat diolah (yang memenuhi kriteria subjek penelitian). Setelah melihat hasil uji validitas dan reliabilitas terdapat beberapa item yang perlu dibuang agar reliabilitas dari instrument penelitian meningkat. Senin, 14 Januari 2013 sampai Jumat, 18 Januari Peneliti melakukan penyebaran secara accidental sampling dengan karakteristik yang telah disebutkan dan berdomisili di Jakarta. Penyebaran kuesioner berbentuk hardcopy dilakukan melalui dua cara yaitu menyebarkan

6 langsung dan dititipkan kepada beberapa orang yang untuk kemudian disebarkan. Peneliti juga melakukan pengambilan data di 3 (tiga) tempat kerja dimana terdapat kerabat, saudara atau teman peneliti yang bekerja di tempat tersebut. Hal itu dilakukan agar peneliti dapat meminta bantuan mereka untuk menyebarkan kuesioner kepada para subjek penelitian yang tentunya sesuai dengan karakteristik subjek, di tempat mereka. Untuk mengontrol data yang diberikan partisipan, penitipan kuesioner tersebut disertai briefing singkat mengenai karakteristik partisipan yang hendak diteliti. HASIL DAN BAHASAN Tabel 1 Hasil Uji Hipotesa Correlations Loneliness PWB Loneliness Pearson Correlation ** Sig. (2-tailed).006 N PWB Pearson Correlation ** 1 Sig. (2-tailed).006 N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Berdasarkan hasil data analisis dari tabel di atas, didapatkan bahwa hasil nilai signifikansi sebesar 0,006. Nilai signifikansi 0,006 kurang dari 0,01 (p< 0,01) maka Ho ditolak, artinya ada hubungan yang signifikan antara loneliness dengan psychological well-being. Arah hubungannya adalah negatif artinya semakin rendah loneliness maka semakin tinggi psychological well-being, demikian pula sebaliknya. Tabel 2 Skor Loneliness Loneliness Norma Kategori Prosentase Dibawah Mean (< 29,4) Rendah 56% Dari hasil penghitungan mean sebanyak 53 subjek, tingkat loneliness berada pada kategori rendah. Hal ini berarti sebagian besar dari subjek tidak memiliki kesenjangan Diatas Mean (> 29,4) Tinggi 44% antara hubungan sosial yang subjek capai dengan hubungan sosial yang subjek inginkan.

7 Subjek cukup merasa puas dengan hubungan sosial yang dicapai saat ini. Karakterisitik individu yang matang dalam penguasaan lingkungan terlihat dari individu yang matang dan mampu berpartisipasi dalam aktivitas diluar dirinya. Hal ini dapat disebabkan karena kondisi loneliness lebih dipengaruhi oleh perasaan subjektif dari subjek berkaitan dengan relasi interpersonal dengan orang lain, sedangkan penguasaan lingkungan berkaitan dengan peran individu terhadap lingkungannya. Tabel 3 Skor PWB PWB Norma Kategori Prosentase Rendah 11% Sedang 75% Tinggi 13% Dari hasil tabel disamping dapat disimpulkan tingkat psychological well-being sedang-tinggi dapat disebabkan karena sebagian besar responden adalah laki-laki yang berada pada usia produktif. Pada usia ini mereka belum terlalu memprioritaskan membina hubungan dengan lawan jenis. Apabilla dikaitkan dengan teori karir Gibson et. al. (2005), pada usia tersebut merupakan tahap stabilisasi karir, dimana pekerjaan merupakan bagian dari kehidupan yang berjalan dengan menyenangkan sehingga membuat mereka bersemangat, berkonsentrasi dan memiliki tujuan jelas dalam karir. Selain itu, bagi laki-laki, usia tahun merupakan usia yang masih tergolong wajar apabila belum menikah. Tidak terlalu besar tuntutan yang ditujukan kepada mereka untuk segera menikah dibanding pada perempuan. Dimensi yang mempunyai korelasi paling rendah dengan loneliness adalah penguasaan lingkungan. Analisis loneliness dengan PWB loneliness PD HBO Otono mi Tujuan Hidup PP PL loneliness Pearson Correlation ** * Sig. (2-tailed) N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

8 Dalam korelasi antara loneliness dengan masing-masing dimensi psychological well-being ditemukan bahwa dimensi hubungan positif dengan orang lain (p= **, <0,01 ) mempunyai korelasi yang signifikan terhadap loneliness yang dimiliki seseorang. Semakin tinggi hubungan positif dengan orang lain maka semakin rendah tingkat loneliness. Seseorang yang memiliki hubungan positif dengan orang lain mampu membina hubungan hangat dan penuh kepercayaan dengan orang lain sehingga tingkat lonelinessnya rendah. Selain itu, dimensi otonomi juga mempunyai korelasi yang signifikan (p=-.273 * <0,01) terhadap loneliness. Seseorang yang memiliki otonomi akan mampu mengambil keputusan tanpa campur tangan orang lain dan dapat mengatur tingkah laku dari dalam diri. Pada dewasa muda lajang yang berkarir, otonomi tersebut dimiliki karena mereka tidak harus membagi atau mengurangi otonominya dengan pasangan. Seseorang yang mempunyai otonomi dalam hidupnya akan merasa otonom dalam hidupnya karena mampu merealisasikan dirinya menjadi seperti apa yang diinginkan walaupun hidup tanpa pasangan sehingga tingkat loneliness rendah. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa H a diterima, yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara loneliness dengan psychological wellbeing pada dewasa muda lajang yang berkarir. Dapat diketahui bahwa terdapat hubungan antara loneliness dan psychological well-being. Arah hubungan tersebut adalah negatif sehingga apabila loneliness menurun, maka psychological well-being juga akan semakin meningkat, begitu pula sebaliknya. Saran Saran Teoritis Saran untuk penelitian serupa dengan skala populasi dan responden yang lebih besar, yang merepresentatifkan seluruh wilayah di Jakarta secara proposional. Ditambahkan metode wawancara pada beberapa subjek sebagai analisis tambahan. Peneliti juga menyarankan, dilakukan studi perbandingan yaitu membandingkan tingkat loneliness dan psychological well-being pada pria dan wanita berkarir, baik yang masih tinggal dengan orangtua maupun yang sudah tinggal sendiri.

9 Saran Praktis Bagi dewasa muda lajang yang berkarir sebaiknya membina hubungan positif dengan orang lain, seperti dengan keluarga, teman dan kerabat terdekat. Sebaiknya dewasa muda lajang yang berkarir lebih mempertahankan otonomi yang dimiliki, seperti kemampuan untuk hidup mandiri, mengambil keputusan sendiri, dan melakukan segala hal yang bermanfaat bagi diri dan karirnya, sehingga psychological wellbeing baik dan terhindar dari loneliness. Bagi praktisi psikologi, dalam menghadapi klien yang mengalami kesepian dengan karakteristik dewasa muda lajang yang berkarir, dapat membantu klien meningkatkan aspek-aspek yang berperan dalam meningkatkan kesejahteraan psikologisnya. REFERENSI Anastasi, A. & Urbina, S. (2007). Psychological Testing (second impressions). Pearson, NJ: Prentice- Hall. De Genova. (2008). Intimate Relationship, Marriage and Families. New York: McGraw Hill. Gibson,J.L., Ivancevich,J.M., Donnelly, J. H., & Konopaske. (2005).Oganizations: Behavior, Structure, Process, (8th edition). New York: McGraw-Hill. Guilford, J. P., & Fruchter, B. (1978). Fundamental Statistic In Psychology and Education (6th edition). Tokyo: McGraw-Hill Kogakusha, Ltd. Lemme, B. H. (1995). Development In Adulthood. USA: Allyn & Bacon. Kerlinger, F. N., & Lee, H. B. (2000). Foundation of Behavioral Research (4th edition). Orlando, FL: Harcourt College Publishers. Le Roux, A. & Doman, L. C. H. (2012). The Relationship between Loneliness and Psychological wellbeing among third-year students: a cross-cultural investigation. International Journal of Culture and Mental Health, 5(3), Mendieta, I. H., Martin, M. A. G., & Jacinto, L. G. (2012). The Relationship Between Social Support, Loneliness, and Subjective Well-being in a Spanish Sample from a Multidimensional Perspective. Journal of Social Indicator Research,. doi: /s Nazir, M. (2003). Metode Penelitian, cetakan keempat. Jakarta: Ghalia Indonesia. Papalia, D.E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2004). Human Development (9th edition). New York: McGraw Hill. Peplau, L. A., & Pearlman, D. (1982). Loneliness: A Sourcebook of Current Theory Research and Therapy. New York: John Wiley & Sons. Populasi Penduduk Jakarta yang Melajang. (2012). Diakses pada tanggal 29 September 2012 dari

10 Ryan, R. M., Deci, E. L. (2001). On Happiness and Human Potentials: A Review of Research on Hedonic and Eudaiminic Well-being. Annual Review Psychology, 57, Ryff, C. D. (1989). Happiness is Everything, or is It? Explorations on The Meaning of Psychological Well-Being. Journal of Personality and Social Psychology, 57, Ryff, C. D., Keyes, C. L. M. (1995). The Structure of Psychological Well-being Revisited. Journal of Personality and Social Psychology, 69(4), Ryff, C. D., Keyes, C. L. M., & Hughes, D. L. (2004) Psychological well-being in MIDUS: profiles of ethnic/racial diversity and life course uniformity. In: O.G. Brim, C.D. Ryff and R.C. Kessler, Editors, How Healthy Are We? A National Study of Well-being at Mid- life, The John D. and Catherine T. MacArthur Foundation Series on Mental Health and Development: Studies on Successful Midlife Development, Chicago: University of Chicago Press, Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kombinasi. Bandung : Alfa Beta. Santrock, J. W. (2002). Life-span Development (5th edition). New York: McGraw-Hill. Santrock, J. W. (2004). Adolescence: Perkembangan Remaja (edisi keenam.). Jakarta: Erlangga. Snyder, C. R., & Lopez, S. J. (2007). Positive Psychology: The Scientific and Practical Explorations of Human Strengths. London: Sage Publications Ltd. Steger, M. F., Kadashan, T. B. Oishi, S. (2007). Being Good and Doing Good: Daily Eudaimonic Activity and Well-being. Journal of Research in Personality. Diakses dari pada tanggal 30 Oktober 2012 Springer, K. W., & Hauser, R. M. (2004). Survey Measurement of Psychological Well-being. Center for Demography and Ecology University of Wisconsin-Madison. Diakses dari pada tanggal 27 Sepetember 2012 Springer, K. W., & Hauser, R. M. (2006). An assessment of the construct validity of Ryff s scales of psychological well-being: Method, mode, and measurement effects. Social Science Research, 35, Taylor, S. E., Peplau, L. A., & Sears, D. O. (2012). Social Psychology (edisi ke-dua belas). Psikologi Sosial. Alih Bahasa: Tri, W. B. S. Jakarta: Kencana. Turner, J. S., & Helms, D. B. (1995). Life Span Development (5th edition). Toronto: Holt, Rinehart, and Winston, Inc. RIWAYAT PENULIS Desiyanti Ika Nanda, lahir di Jakarta pada 27 Desember Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Psikologi pada 2012/2013. Penulis sudah pernah magang di perusahaan EXPERD Consultant selama dua bulan di divisi Human Resources.

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena melajang pada era modern ini menjadi sebuah trend baru dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena melajang pada era modern ini menjadi sebuah trend baru dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena melajang pada era modern ini menjadi sebuah trend baru dalam kehidupan manusia, terutama di kota besar di Indonesia, seperti Jakarta. Sampai saat ini memang

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini beberapa variabel yang akan dikaji adalah :

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini beberapa variabel yang akan dikaji adalah : BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian & Hipotesis Dalam penelitian ini beberapa variabel yang akan dikaji adalah : 1. Variabel ( X ) : Kesepian (loneliness) 2. Variabel ( Y ) : Kesehjateraan

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL. Dwi Rezka Kemala. Ira Puspitawati, SPsi, Msi

PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL. Dwi Rezka Kemala. Ira Puspitawati, SPsi, Msi PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL Dwi Rezka Kemala Ira Puspitawati, SPsi, Msi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Abstraksi Penelitian ini bertujuan untuk menguji

Lebih terperinci

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Psikologi Disusun oleh : RIZKIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan suatu hal yang sangat penting, diantaranya sebagai sumber dukungan sosial bagi individu, dan juga pernikahan dapat memberikan kebahagiaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kesepian atau loneliness didefinisikan sebagai perasaan kehilangan dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kesepian atau loneliness didefinisikan sebagai perasaan kehilangan dan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Loneliness 2.1.1 Definisi Loneliness Kesepian atau loneliness didefinisikan sebagai perasaan kehilangan dan ketidakpuasan yang dihasilkan oleh ketidaksesuaian antara jenis hubungan

Lebih terperinci

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA YANG MELAJANG SKRIPSI

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA YANG MELAJANG SKRIPSI PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA YANG MELAJANG SKRIPSI Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Malang sebagai salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Psikologi Oleh: Myrza Salsabilla 08810294

Lebih terperinci

GAMBARAN KEBAHAGIAAN MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN DENGAN LATAR BELAKANG BUDAYA BATAK, JAWA, MINANG, DAN SUNDA

GAMBARAN KEBAHAGIAAN MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN DENGAN LATAR BELAKANG BUDAYA BATAK, JAWA, MINANG, DAN SUNDA GAMBARAN KEBAHAGIAAN MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN DENGAN LATAR BELAKANG BUDAYA BATAK, JAWA, MINANG, DAN SUNDA INDIENA SARASWATI ABSTRAK Studi yang menggunakan teori kebahagiaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. yaitu sebuah metode yang datanya dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka (Sugiyono, 2009). Desain ini sangat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan oleh peneliti, peneliti dapat menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara psychological well being

Lebih terperinci

GAMBARAN PROFIL ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PERNIKAHAN PADA WANITA BEKERJA USIA TAHUN YANG BELUM MENIKAH. Siti Anggraini

GAMBARAN PROFIL ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PERNIKAHAN PADA WANITA BEKERJA USIA TAHUN YANG BELUM MENIKAH. Siti Anggraini GAMBARAN PROFIL ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PERNIKAHAN PADA WANITA BEKERJA USIA 30-40 TAHUN YANG BELUM MENIKAH Siti Anggraini Langgersari Elsari Novianti, S.Psi. M.Psi. Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN Pada bab ketiga ini akan dijelaskan mengenai permasalahan penelitian, hipotesis penelitian, subjek penelitian, tipe dan desain penelitian, alat ukur yang digunakan dan prosedur pelaksanaan

Lebih terperinci

GAMBARAN PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PERSIAPAN PENSIUN KARYAWAN BUMN PT. X FARATIKA NOVIYANTI ABSTRAK

GAMBARAN PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PERSIAPAN PENSIUN KARYAWAN BUMN PT. X FARATIKA NOVIYANTI ABSTRAK GAMBARAN PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PERSIAPAN PENSIUN KARYAWAN BUMN PT. X FARATIKA NOVIYANTI ABSTRAK Dalam menjalani karirnya individu akan terus mengalami pertambahan usia sampai memasuki fase pensiun.

Lebih terperinci

Perbedaan Psychological Well-being pada Dewasa Muda Pasangan Long Distance Relationship dengan Pasangan Non Long Distance Relationship

Perbedaan Psychological Well-being pada Dewasa Muda Pasangan Long Distance Relationship dengan Pasangan Non Long Distance Relationship Perbedaan Psychological Well-being pada Dewasa Muda Pasangan Long Distance Relationship dengan Pasangan Non Long Distance Relationship Sania Faradita ABSTRACT The purpose of this study, is to know the

Lebih terperinci

Hubungan antara Gaya Regulasi Motivasi dengan Psychological Well Being pada Mahasiswa Bidikmisi Fakultas Ilmu Budaya Unpad Novita Purnamasari

Hubungan antara Gaya Regulasi Motivasi dengan Psychological Well Being pada Mahasiswa Bidikmisi Fakultas Ilmu Budaya Unpad Novita Purnamasari Hubungan antara Gaya Regulasi Motivasi dengan Psychological Well Being pada Mahasiswa Bidikmisi Fakultas Ilmu Budaya Unpad Novita Purnamasari Dibimbing Oleh : Dr.Ahmad Gimmy Prathama Siswandi, M.Si ABSTRAK

Lebih terperinci

Profil Orientasi Masa Depan Bidang Pernikahan Pada Wanita Karir Usia Tahun Yang Belum Menikah

Profil Orientasi Masa Depan Bidang Pernikahan Pada Wanita Karir Usia Tahun Yang Belum Menikah Profil Orientasi Masa Depan Bidang Pernikahan Pada Wanita Karir Usia 26-29 Tahun Yang Belum Menikah Catri Damayanti Langgersari Elsari Novianti, S.Psi. M.Psi.¹ Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab metodologi penelitian, akan dibahas mengenai variabel penelitian, masalah penelitian, subjek penelitian, metode pengambilan data, alat ukur yang digunakan, prosedur

Lebih terperinci

HUBUNGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA ISTRI YANG TINGGAL DI RUMAH MERTUA

HUBUNGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA ISTRI YANG TINGGAL DI RUMAH MERTUA HUBUNGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA ISTRI YANG TINGGAL DI RUMAH MERTUA Nellafrisca Noviasari dan Agoes Dariyo Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara ABSTRAKSI Tujuan penelitian

Lebih terperinci

Disusun Oleh : F

Disusun Oleh : F HUBUNGAN KETERBUKAAN DIRI DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADAA USIA DEWASA MUDA YANG BELUM MENIKAH NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB 3 METODE. Hubungan kesepian dan..., Nuzuly tara Sharaswati, FPsi Universitas Indonesia

BAB 3 METODE. Hubungan kesepian dan..., Nuzuly tara Sharaswati, FPsi Universitas Indonesia 29 BAB 3 METODE 3.1 Permasalahan Penelitian Permasalahan yang akan dipertanyakan dalam penelitian ini adalah: Apakah terdapat hubungan antara kesepian dan agresi pada remaja yang sedang berpacaran? 3.2

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PSYCHOLOGICAL WELL-BEING DAN TIPE KEPRIBADIAN PADA SANTRI PONDOK PESANTREN

IDENTIFIKASI PSYCHOLOGICAL WELL-BEING DAN TIPE KEPRIBADIAN PADA SANTRI PONDOK PESANTREN IDENTIFIKASI PSYCHOLOGICAL WELL-BEING DAN TIPE KEPRIBADIAN PADA SANTRI PONDOK PESANTREN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN KARIR DAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA SISWA KELAS XII SMA NEGERI 5 SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN KARIR DAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA SISWA KELAS XII SMA NEGERI 5 SEMARANG HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN KARIR DAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA SISWA KELAS XII SMA NEGERI 5 SEMARANG Farah Nugrahaini 1, Dian Ratna Sawitri 2 * 1,2 Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Jl. Prof.

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Papalia, D. E, Stems, H. L, Feldman, R. D. & Camp, C. J. (2002). Adult Development and Aging (2 nd ed). New York:McGrawHill

DAFTAR PUSTAKA. Papalia, D. E, Stems, H. L, Feldman, R. D. & Camp, C. J. (2002). Adult Development and Aging (2 nd ed). New York:McGrawHill DAFTAR PUSTAKA Baron, R. A & Bryne, D. (2005). Psikologi Sosial. Jilid II. Edisi kesepuluh. Jakarta : PT. Erlangga. Bruno, F. J. S. (2000). Conguer Loneliness : Cara Menaklukkan Kesepian. Alih Bahasa :Sitanggang.

Lebih terperinci

PERAN HARGA DIRI DALAM MEMPREDIKSI PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA AKHIR DI DKI JAKARTA. Maya Marsiana Kowira

PERAN HARGA DIRI DALAM MEMPREDIKSI PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA AKHIR DI DKI JAKARTA. Maya Marsiana Kowira PERAN HARGA DIRI DALAM MEMPREDIKSI PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA AKHIR DI DKI JAKARTA Maya Marsiana Kowira mayamarsiana@gmail.com Dosen Pembimbing: Moondore Madalina Ali, B.Sc.,M.Sc., Ph.D Binus University:

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1. Variabel Penelitian & Definisi Operasional Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang akan diuji adalah: 1. Variable (X): Materialisme

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai masalah penelitian, variabel penelitian,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai masalah penelitian, variabel penelitian, BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai masalah penelitian, variabel penelitian, hipotesis, serta metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini. Metode penelitian

Lebih terperinci

yang lainnya, maupun interaksi dengan orang sekitar yang turut berperan di dalam aktivitas OMK itu sendiri,. Interaksi yang sifatnya saling

yang lainnya, maupun interaksi dengan orang sekitar yang turut berperan di dalam aktivitas OMK itu sendiri,. Interaksi yang sifatnya saling BAB V PENUTUP 5.1. Bahasan Hasil penelitian telah menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel dukungan sosial dengan psychological well-being pada anggota komunitas Orang Muda Katolik

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 20 3. METODE PENELITIAN Pada bab tiga ini akan diuraikan mengenai permasalahan, hipotesis, dan variabel penelitian, serta akan dibahas pula mengenai responden yang digunakan dalam penelitian, tipe penelitian,

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN. 25 Universitas Indonesia. Gambaran Optimisme..., Binta Fitria Armina, F.PSI UI, 2008

3. METODE PENELITIAN. 25 Universitas Indonesia. Gambaran Optimisme..., Binta Fitria Armina, F.PSI UI, 2008 3. METODE PENELITIAN Pada bab ini peneliti akan menjelaskan tentang metode yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun metode penelitian ini meliputi permasalahan, hipotesis, dan variabel yang diajukan

Lebih terperinci

Hubungan Kesejahteraan Psikologis Dengan Self Esteem Pada Wanita Rawan Sosial Ekonomi (WRSE) di Wilayah Kecamatan Tebet

Hubungan Kesejahteraan Psikologis Dengan Self Esteem Pada Wanita Rawan Sosial Ekonomi (WRSE) di Wilayah Kecamatan Tebet Hubungan Kesejahteraan Psikologis Dengan Self Esteem Pada Wanita Rawan Sosial Ekonomi (WRSE) di Wilayah Kecamatan Tebet SKRIPSI Oleh : Bayhaqqi 201210515003 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian merupakan salah satu elemen penting dalam suatu penelitian, sebab metode penelitian menyangkut cara yang benar dalam pengumpulan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 25 3. METODE PENELITIAN Pada bagian ketiga ini, peneliti akan menjelaskan mengenai permasalahan penelitian, hipotesis penelitian, variabel-variabel penelitian, tipe dan desain penelitian, partisipan penelitian,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA RESILIENSI DENGAN KESEPIAN (LONELINESS) PADA DEWASA MUDA LAJANG

HUBUNGAN ANTARA RESILIENSI DENGAN KESEPIAN (LONELINESS) PADA DEWASA MUDA LAJANG HUBUNGAN ANTARA RESILIENSI DENGAN KESEPIAN (LONELINESS) PADA DEWASA MUDA LAJANG Indah Putri Sari 1 Ratih Arruum Listiyandini 2 Fakultas Psikologi, Universitas Yarsi 1 indah17putri@gmail.com 2 ratih.arruum@gmail.com,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui tahap intimacy vs isolation. Pada tahap ini, individu berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. melalui tahap intimacy vs isolation. Pada tahap ini, individu berusaha untuk 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Saat seseorang memasuki usia dewasa awal, ia mengalami perubahan dalam hidupnya. Pada usia ini merupakan transisi terpenting dalam hidup manusia, dimana remaja mulai

Lebih terperinci

4. METODOLOGI PENELITIAN

4. METODOLOGI PENELITIAN 4. METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian ini. Penjelasan mengenai metodologi dimulai dengan menjelaskan populasi dan sampel dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1 Variabel penelitian & definisi operasional Variabel adalah sebuah karakteristik atau kondisi yang berubah atau memiliki nilai yang berbeda

Lebih terperinci

INSAN Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental p-issn e-issn

INSAN Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental  p-issn e-issn INSAN Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental http://e-journal.unair.ac.id/index.php/jpkm p-issn 2528-0104 e-issn 2528-5181 ARTIKEL PENELITIAN KEPUASAN PERKAWINAN DENGAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PEREMPUAN

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori

Bab 2. Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1 Dewasa Muda Istilah adult atau dewasa awal berasal dari bentuk lampau kata adultus yang berarti telah tumbuh menjadi kekuatan atau ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR. Dr. Poeti Joefiani, M.Si

HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR. Dr. Poeti Joefiani, M.Si HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR DYAH NURUL HAPSARI Dr. Poeti Joefiani, M.Si Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran Pada dasarnya setiap individu memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muncul melalui proses evaluasi masing-masing individu terhadap kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. muncul melalui proses evaluasi masing-masing individu terhadap kehidupannya 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan permasalahan penelitian, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, isu etis, cakupan penelitian, dan sistematika penelitian.

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, dimana manusia hidup saling membutuhkan satu sama lain. Salah satunya adalah hubungan intim dengan lawan jenis atau melakukan

Lebih terperinci

ABSTRAK Nama Program Studi Judul : Susi Susanti : Psikologi : Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Perilaku Seksual Pada Remaja di Tarumajaya Bekasi Utara Konsep diri penting bagi remaja karena hal tersebut

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN Dalam metode penelitian akan dibahas tentang masalah penelitian, hipotesis penelitian, variabel penelitian, subjek penelitian, metode pegumpulan data, alat ukur penelitian, prosedur

Lebih terperinci

PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KEKERASAN DALAM PACARAN PADA REMAJA DI JAKARTA

PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KEKERASAN DALAM PACARAN PADA REMAJA DI JAKARTA PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KEKERASAN DALAM PACARAN PADA REMAJA DI JAKARTA Fitria Fauziah Psikologi, Gading Park View ZE 15 No. 01, 081298885098, pipih.mail@gmail.com (Fitria Fauziah, Cornelia Istiani,

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai metode-metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu masalah penelitian, hipotesis penelitian, variabel-variabel, populasi dan

Lebih terperinci

GAMBARAN INTENSI MELAKUKAN OBSESSIVE CORBUZIER S DIET (OCD) PADA MAHASISWA

GAMBARAN INTENSI MELAKUKAN OBSESSIVE CORBUZIER S DIET (OCD) PADA MAHASISWA GAMBARAN INTENSI MELAKUKAN OBSESSIVE CORBUZIER S DIET (OCD) PADA MAHASISWA Studi Deskriptif Mengenai Intensi untuk Melakukan Diet OCD Pada Mahasiswa Universitas Padjadjaran dilihat dari Attitude Toward

Lebih terperinci

Psikometri Validitas 1

Psikometri Validitas 1 Modul ke: Psikometri Validitas 1 Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Pengertian: VALIDITAS Berkaitan dengan apa yang diukur oleh tes dan seberapa tepat tes mengukur

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL. Erick Wibowo

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL. Erick Wibowo HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL Erick Wibowo Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. SD Katolik Santa Clara kelas IV hingga VI akan diikuti oleh student wellbeing

BAB V PENUTUP. SD Katolik Santa Clara kelas IV hingga VI akan diikuti oleh student wellbeing BAB V PENUTUP 5.1. Bahasan Berdasarkan hasil analisis statistik non-parametrik dengan menggunakan uji korelasi Kendall Tau terbukti terdapat hubungan yang signifikan antara student well-being dan dukungan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Metode Penelitian Dan Rancangan Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Metode Penelitian Dan Rancangan Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Dan Rancangan Penelitian 3.1.1 Metode Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN Dalam bab ini, peneliti akan memaparkan operasionalisasi dari variabel penelitian, menjelaskan tipe dan desain penelitian yang digunakan, instrumen penelitian beserta metode skoring,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan mengambil metode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan mengambil metode 56 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat

Lebih terperinci

Fitriana Rahayu Pratiwi, Dian Ratna Sawitri. Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang 50275

Fitriana Rahayu Pratiwi, Dian Ratna Sawitri. Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang 50275 KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KONFLIK PERAN PEKERJAAN-KELUARGA DAN FASE PERKEMBANGAN DEWASA PADA PERAWAT WANITA DI RUMAH SAKIT JIWA PROF. DR. SOEROYO MAGELANG Fitriana Rahayu Pratiwi, Dian Ratna Sawitri

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 29 3. METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai desain penelitian, masalah yang diteliti secara konseptual dan operasional, penjabaran variabel-variabel yang terkait, dan beberapa hal berkaitan

Lebih terperinci

BAB 3. Metodologi Penelitian

BAB 3. Metodologi Penelitian BAB 3 Metodologi Penelitian 3.1 Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan karakteristik atau fenomena yang dapat berbeda di antara organisme, situasi, atau lingkungan (Christensen, 2001). 3.1.1

Lebih terperinci

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 149 5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Pada bab pendahuluan telah dijelaskan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran psychological well-being pada wanita dewasa muda yang menjadi istri

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT This study was aimed to investigate the relationship between social

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN TERHADAP PENYAKIT DENGAN KUALITAS HIDUP PADA PENDERITA KANKER PAYUDARA BANDUNG CANCER SOCIETY RIO HATTU ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN TERHADAP PENYAKIT DENGAN KUALITAS HIDUP PADA PENDERITA KANKER PAYUDARA BANDUNG CANCER SOCIETY RIO HATTU ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN TERHADAP PENYAKIT DENGAN KUALITAS HIDUP PADA PENDERITA KANKER PAYUDARA BANDUNG CANCER SOCIETY RIO HATTU ABSTRAK Penelitian mengenai kanker payudara menunjukkan bahwa penerimaan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA Rita Sinthia Dosen Prodi Bimbingan Konseling FKIP Universitas Bengkulu Abstract:This study was

Lebih terperinci

iv Universitas Kristen Maranatha

iv Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Psychological Well-Being pada pensiunan bank X di Kota Bandung. Pemilihan sampel menggunakan metode Accidental Sampling dan didapatkan sampel berjumlah

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Variabel merupakan karakteristik objek kajian (konsep) yang mempunyai

BAB 3 METODE PENELITIAN. Variabel merupakan karakteristik objek kajian (konsep) yang mempunyai BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis Variabel merupakan karakteristik objek kajian (konsep) yang mempunyai variasi nilai, baik itu kejadian, situasi, perilaku maupun karakteristik

Lebih terperinci

ABSTRACT HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG NILAI ANAK PROGRAM KELUARGA BERENCANA DENGAN JUMLAH ANAK

ABSTRACT HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG NILAI ANAK PROGRAM KELUARGA BERENCANA DENGAN JUMLAH ANAK ABSTRACT HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG NILAI ANAK PROGRAM KELUARGA BERENCANA DENGAN JUMLAH ANAK Nurlaili 1) Trisnaningsih 2) Edy Haryono 3) This research aimed to find out correlation between university

Lebih terperinci

KESEPIAN DENGAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA USIA LANJUT YANG TINGGAL DI PANTI JOMPO KHUSNUL KHOTIMAH PEKANBARU RIAU

KESEPIAN DENGAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA USIA LANJUT YANG TINGGAL DI PANTI JOMPO KHUSNUL KHOTIMAH PEKANBARU RIAU KESEPIAN DENGAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA USIA LANJUT YANG TINGGAL DI PANTI JOMPO KHUSNUL KHOTIMAH PEKANBARU RIAU Mulya Sasmita & Alma Yulianti Fakultas Psikologi UIN Sultan Syarif Kasim Riau email:

Lebih terperinci

KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS LANSIA JANDA/DUDA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP DUKUNGAN SOSIAL DAN GENDER

KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS LANSIA JANDA/DUDA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP DUKUNGAN SOSIAL DAN GENDER KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS LANSIA JANDA/DUDA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP DUKUNGAN SOSIAL DAN GENDER Dinie Ratri Desiningrum Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedharto SH, Tembalang,

Lebih terperinci

Rosi Kurniawati Tino Leonardi, M. Psi Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya

Rosi Kurniawati Tino Leonardi, M. Psi Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya Hubungan Antara Metakognisi dengan Prestasi Akademik pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Airlangga yang Aktif Berorganisasi di Organisasi Mahasiswa Tingkat Fakultas Rosi Kurniawati Tino Leonardi,

Lebih terperinci

kata kunci : kemandirian, penyesuaian diri, social adjustment, mahasiswa

kata kunci : kemandirian, penyesuaian diri, social adjustment, mahasiswa HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN PENYESUAIAN DIRI DALAM LINGKUNGAN KAMPUS PADA MAHASISWA AMANDA RIZKI NUR Dosen Pembimbing : Drs. Aris Budi Utomo, M.Si ABSTRAK Mahasiswa tentunya memiliki tugas perkembangan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ISTRI DENGAN KECEMASAN SUAMI MENJELANG MASA PENSIUN

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ISTRI DENGAN KECEMASAN SUAMI MENJELANG MASA PENSIUN NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ISTRI DENGAN KECEMASAN SUAMI MENJELANG MASA PENSIUN oleh : MUTYA GUSTI RAMA Dra. AISAH INDATI, M.S FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI GAMBARAN SELF-ESTEEM PADA SISWA SMA PELAKU BULLYING FRESHKA JULIE HARDI. Drs. Amir Sjarif Bachtiar, M.

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI GAMBARAN SELF-ESTEEM PADA SISWA SMA PELAKU BULLYING FRESHKA JULIE HARDI. Drs. Amir Sjarif Bachtiar, M. STUDI DESKRIPTIF MENGENAI GAMBARAN SELF-ESTEEM PADA SISWA SMA PELAKU BULLYING FRESHKA JULIE HARDI Drs. Amir Sjarif Bachtiar, M.Si 1 Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran ABSTRACT During adolescence,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjalin relasi sosial. Kebutuhan individu untuk. membangun relasi sosial meningkat seiring bertambahnya

BAB I PENDAHULUAN. menjalin relasi sosial. Kebutuhan individu untuk. membangun relasi sosial meningkat seiring bertambahnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan manusia lainnya untuk menjalin relasi sosial. Kebutuhan individu untuk membangun relasi sosial

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN III.1 Identifikasi Variabel Penelitian Variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel I : Pet Attachment 2. Variabel II : Well-being

Lebih terperinci

Abstrak. vii Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. vii Universitas Kristen Maranatha Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran self-concept pada mahasiswa Fakultas Psikologi yang sedang mengontrak mata kuliah Usulan Penelitian Lanjutan di Universitas X Kota Bandung. Responden

Lebih terperinci

Subjective Well-Being Pada Guru Sekolah Menengah. Dinda Arum Natasya Fakultas Psikologi Universitas Surabaya

Subjective Well-Being Pada Guru Sekolah Menengah. Dinda Arum Natasya Fakultas Psikologi Universitas Surabaya Subjective Well-Being Pada Guru Sekolah Menengah Dinda Arum Natasya Fakultas Psikologi Universitas Surabaya dindanatasyaa@yahoo.com Abstrak - Guru mengalami berbagai masalah dalam menjalankan profesinya.

Lebih terperinci

BAB 3 Metode Penelitian

BAB 3 Metode Penelitian 39 BAB 3 Metode Penelitian Bab ini akan membahas metode penelitian yang terdiri atas perumusan masalah, hipotesis penelitian, variabel penelitian, subyek penelitian, alat ukur atau instrumen akan yang

Lebih terperinci

Studi Deskriptif Psychological Well Being pada Ibu yang Memiliki Anak Penderita Autism yang Bersekolah Di SLB-C YPLB Bandung

Studi Deskriptif Psychological Well Being pada Ibu yang Memiliki Anak Penderita Autism yang Bersekolah Di SLB-C YPLB Bandung Prosiding Psikologi ISSN: 246-6448 Studi Deskriptif Psychological Well Being pada Ibu yang Memiliki Anak Penderita Autism yang Bersekolah Di SLB-C YPLB Bandung 1 Rahmadina Haturahim, 2 Lilim Halimah 1,2

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA QUALITY OF SCHOOL LIFE DENGAN EMOTIONAL WELL BEING PADA SISWA MADRASAH SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA QUALITY OF SCHOOL LIFE DENGAN EMOTIONAL WELL BEING PADA SISWA MADRASAH SEMARANG HUBUNGAN ANTARA QUALITY OF SCHOOL LIFE DENGAN EMOTIONAL WELL BEING PADA SISWA MADRASAH SEMARANG Soraya Prabanjana Damayanti, Dinie Ratri Desiningrum* Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Sorayadamayanti88@gmail.com

Lebih terperinci

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha Abstrak Studi Deskriptif Mengenai Konsep Diri Pada Pengamen Remaja di Kota Bandung. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui konsep diri pengamen remaja. Variabel dari penelitian ini adalah konsep

Lebih terperinci

PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA ISTRI YANG MENJALANI COMMUTER MARRIAGE TIPE ADJUSTING NURI SABILA MUSHALLIENA ABSTRAK

PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA ISTRI YANG MENJALANI COMMUTER MARRIAGE TIPE ADJUSTING NURI SABILA MUSHALLIENA ABSTRAK PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA ISTRI YANG MENJALANI COMMUTER MARRIAGE TIPE ADJUSTING NURI SABILA MUSHALLIENA ABSTRAK Perkawinan saat ini diwarnai dengan gaya hidup commuter marriage. Istri yang menjalani

Lebih terperinci

Subjective Well-Being Pada Istri yang Memiliki Pasangan Tunanetra

Subjective Well-Being Pada Istri yang Memiliki Pasangan Tunanetra Subjective Well-Being Pada Istri yang Memiliki Pasangan Tunanetra Chintia Permata Sari & Farida Coralia Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung Email: coralia_04@yahoo.com ABSTRAK. Penilaian negatif

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PENYESUAIAN DIRI DI LINGKUNGAN KAMPUS PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PENYESUAIAN DIRI DI LINGKUNGAN KAMPUS PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PENYESUAIAN DIRI DI LINGKUNGAN KAMPUS PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN EXA ALIFA BUDIYANTO ABSTRAK Ketika mahasiswa memasuki perguruan tinggi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi, Sampel, dan Lokasi Penelitian 1. Populasi dan Sampel penelitian Sampel penelitian adalah orang tua anak tunarungu. Anak tunarungu tersebut bersekolah di kelas satu

Lebih terperinci

ABSTRACT. : psychological well-being, male employee, period of retirement process. viii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT. : psychological well-being, male employee, period of retirement process. viii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT The purpose of this research is to identify the level of Psychological Well- Being (PWB) in male employee who enters in a Period of Retirement Process at PT. "X" (Persero) in Bandung. Characteristics

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PRESENTASI DIRI DENGAN KESEPIAN PADA REMAJA DI SMA TARUNA NUSANTARA

HUBUNGAN ANTARA PRESENTASI DIRI DENGAN KESEPIAN PADA REMAJA DI SMA TARUNA NUSANTARA HUBUNGAN ANTARA PRESENTASI DIRI DENGAN KESEPIAN PADA REMAJA DI SMA TARUNA NUSANTARA Dwini Aisha Royyana, Nailul Fauziah Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip

Lebih terperinci

Abstrak. Kata kunci:

Abstrak. Kata kunci: Studi Mengenai Stres dan Coping Stres pada Ibu Rumah Tangga yang Tidak Bekerja Karya Ilmiah Dini Maisya (NPM. 190110070038) Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran Abstrak. Dalam menjalankan tugas sebagai

Lebih terperinci

KONTRIBUSI RELIGIUSITAS TERHADAP PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA MAHASISWA

KONTRIBUSI RELIGIUSITAS TERHADAP PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA MAHASISWA KONTRIBUSI RELIGIUSITAS TERHADAP PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA MAHASISWA WIDYA ANDINI ABSTRAK Kebahagian (happiness) merupakan hasil dari kesejahteraan psikologis dan merupakan tujuan tertinggi yang ingin

Lebih terperinci

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara locus of control dan prokrastinasi akademik pada mahasiswa yang sedang menempuh Usulan Penelitian di Fakultas Psikologi Universitas X Bandung.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN INTENSI PERILAKU SEKSUAL PADA SMP NEGERI X

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN INTENSI PERILAKU SEKSUAL PADA SMP NEGERI X HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN INTENSI PERILAKU SEKSUAL PADA SMP NEGERI X Dinda Puspa Handika, Imam Setyawan* Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro E-mail: dinda.handika@gmail.com, imamsetyawan.psiundip@gmail.com

Lebih terperinci

Kata Kunci : Emotional Intelligence, remaja, berpacaran

Kata Kunci : Emotional Intelligence, remaja, berpacaran Studi Deskriptif Mengenai Emotional Intelligence Pada Siswa dan Siswi SMA Negeri X yang Berpacaran Muhamad Chandika Andintyas Dibimbing oleh : Esti Wungu S.Psi., M.Ed ABSTRAK Emotional Intelligence adalah

Lebih terperinci

menyebutkan dunia kerja serta hidup berumah tangga 1. Seniger, menjelaskan bahwa

menyebutkan dunia kerja serta hidup berumah tangga 1. Seniger, menjelaskan bahwa Siti Aisyah, 11410028, Hubungan Self Esteem dengan Orientasi Masa Depan pada Siswa SMA Kelas XI di SMA Negeri 3 Malang, Skripsi, Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini menguraikan yang menyangkut kegiatan operasional penelitian dari karakteristik subyek, desain penelitian, variabel penelitian, instrumen penelitian dan teknik pengolahan

Lebih terperinci

3.1. Partisipan Penelitian Teknik Pengambilan Sampel

3.1. Partisipan Penelitian Teknik Pengambilan Sampel 3. METODE PE ELITIA Pada bagian ketiga ini, penulis akan memaparkan metode dari penelitian ini yang meliputi partisipan penelitian (didalamnya terdapat karakteristik partisipan, teknik pengambilan sampel,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. data dan diakhiri dengan menjelaskan waktu dan tempat penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. data dan diakhiri dengan menjelaskan waktu dan tempat penelitian. BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian ini. Penjelasan dimulai dengan menjelaskan mengenai rancangan penelitian, populasi dan sample penelitian,

Lebih terperinci

Abstrak. iii. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. iii. Universitas Kristen Maranatha Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan kepribadian Tipe D dan perilaku hidup sehat pada pasien Penyakit Jantung Koroner (PJK) di Rumah Sakit X Kota Bandung. Alat ukur yang digunakan

Lebih terperinci

BAB 3 METEDOLOGI PENELITIAN Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Hipotesis. Variabel 2 = Intensitas penggunaan facebook

BAB 3 METEDOLOGI PENELITIAN Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Hipotesis. Variabel 2 = Intensitas penggunaan facebook BAB 3 METEDOLOGI PENELITIAN 3. 1. Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Hipotesis 3. 1. 1. Variabel Penelitian Variabel 1 = Self-Control Variabel 2 = Intensitas penggunaan facebook 3. 1. 2. Definisi

Lebih terperinci

BAB 3 Metode Penelitian

BAB 3 Metode Penelitian BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel penelitian dan definisi operasional a. Perceived social support Perceived social support biasanya didefinisikan sebagai persepsi

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL Gambaran umum responden. bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden.

BAB 4 ANALISIS HASIL Gambaran umum responden. bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden. BAB 4 ANALISIS HASIL 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran umum responden Responden dalam penelitian ini adalah anggota dari organisasi nonprofit yang berjumlah 40 orang. Pada bab ini akan dijelaskan tentang

Lebih terperinci

PEMETAAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS GURU PG PAUD SE KOTA PEKANBARU

PEMETAAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS GURU PG PAUD SE KOTA PEKANBARU PEMETAAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS GURU PG PAUD SE KOTA PEKANBARU Program Studi PG-PAUD FKIP Universitas Riau email: pakzul_n@yahoo.co.id ABSTRAK Kesejahteraan guru secara umum sangat penting diperhatikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan lebih mendalam mengenai teori-teori yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan lebih mendalam mengenai teori-teori yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan lebih mendalam mengenai teori-teori yang menjelaskan tentang pengertian psychological well-being, faktor-faktor yang mempengaruhi psychological well-being,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: pola adult attachment, secure. v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata Kunci: pola adult attachment, secure. v Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan Pola Adult Attachment sebelum dan setelah menikah pada istri perwira di Dinas X Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

Lebih terperinci

Abstrak. Berdasarkan pengolahan data secara statistik, didapatkan koefisien korelasi untuk derajat self-efficacy dan perilaku hidup sehat +0,453

Abstrak. Berdasarkan pengolahan data secara statistik, didapatkan koefisien korelasi untuk derajat self-efficacy dan perilaku hidup sehat +0,453 Abstrak Mahasiswa yang telah mengetahui pentingnya menjaga kesehatan nyatanya masih memiliki perilaku hidup yang tidak sehat. Perilaku hidup yang sehat pada mahasiswa salah satunya dapat dipengaruhi oleh

Lebih terperinci