PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG PAJAK HOTEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO,

Transkripsi

1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG PAJAK HOTEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang : a. Bahwa dengan telah diberlakukannya otonomi daerah yang nyata, luas dan dengan kewenangannya daerah dapat meningkatkan kemampuannya dengan demi peningkatan Pendapatan Asli Daerah; b. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, p yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Lingkungan Propinsi Jawa Tengah (Berita Negara Republik Indonesia diundangkan pada tanggal 8 Agustus 1950); 2. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan (Lembaran 78, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3427); 3. Undang-undang Nomor 17 Tahun 1997 tentang Badan Penyelesaian Sengke Tahun 1997 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3684); 4. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah (Lem Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); 5. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan an Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Neg 6. Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-u Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lem Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pem Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesi Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952); 8. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Wonosobo Nomor 3

2 Tahun 1988 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Daerah Ka Wonosobo Tahun 1989 Nomor 1 Seri D Nomor 1). 9. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Wonosobo Nomor 9 Tahun 1992 tentang Perubahan Pertama Peraturan Daerah Kabupaten Da Nomor 1 Tahun 1991 tentang Pemberian Uang Perangsang dan Biaya Ope Kabupaten Daerah Tingkat II Wonosobo Tahun 1993 Nomor 1 Seri D Nomo 10. Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 1 Tahun 2001 tentang Pe Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD Kabupaten Won Kabupaten Wonosobo Tahun 2001 Nomor 6); 11. Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 2 Tahun 2001 tentang Pe Tata Kerja Dinas-dinas Kabupaten Wonosobo (Lembaran Daerah Kabupat Nomor 7); 12. Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 3 Tahun 2001 tentang Pe Tata Kerja Lembaga-lembaga Teknis Daerah Kabupaten Wonosobo (Le Wonosobo Tahun 2001 Nomor 8); Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN WONOSO MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO TENTANG PAJAK HOTEL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksudkan dengan : a. Kabupaten adalah Kabupaten Wonosobo ; b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Wonosobo ; c. Bupati adalah Kepala Pemerintah Kabupaten Wonosobo ; d. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang Perpajakan Daerah sesuai dengan Pe yang berlaku; e. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan adalah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosob

3 f. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kabupaten Wonosobo; g. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-u diwajibkan untuk melakukan pembayaran pajak yang terutang, termasuk pemungut atau pemotong h. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakuk melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Bad Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, fitma, kongsi, koperasi, dana pensiun, perseku organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usa lainnya; i. Hotel adalah bangunan yang khusus disediakan bagi orang untuk dapat menginap/istirahat, mem fasilitas lainnya dengan dipungut bayaran, termasuk bangunan lainnya yang menyatu, dikelola d sama, kecuali untuk pertokoan dan perkantoran; j. k. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SPTPD adalah surat yang digun melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak yang terhutang menurut peraturan perundang-unda l. Surat Setoran Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SSPD adalah surat yang digunakan oleh w pembayaran atau penyetoran pajak terhutang ke Kas Daerah atau tempat lainnya yang ditetapkan o m. Surat Ketetapan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah surat ketetapan pajak jumlah pokok pajak yang terhutang; n. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar yang selanjutnya disingkat SKPDKB adalah menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran p administrasi dan jumlah yang masih dibayar; o. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan yang selanjutnya disingkat SKPDKBT yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang ditetapkan; p. Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disingkat SKPDLB adalah menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar dari seharusnya terhutang; q. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil yang selanjutnya disingkat SKPDN adalah surat ketetapan pa pokok pajak yang terhutang sama besarnya dengan kredit pajak, atau pajak tidak terhitung dan tida r. Surat Tagihan Pajak Daerah yang selanjtnya disingkat STPD adalah surat untuk melakuka administrasi berupa bunga dan atau denda.

4 BAB II NAMA, OBJEK DAN SUBJEK PAJAK Pasal 2 (1) Dengan nama Pajak Hotel dipungut pajak atas pelayanan di hotel. (2) Objek Pajak adalah setiap pelayanan yang disediakan dengan pembayaran di hotel, losmen, pengin (3) Objek Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) antara lain : a. Fasilitas penginapan atau fasilitas tinggal jangka pendek; b. Penginapan atau tinggal jangka pendek sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan; c. Fasilitas Olah raga dan hiburan; d. Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan lokal. Pasal 3 Tidak termasuk obyek pajak sebagaimana dimaksud Pasal 2 ayat (3) Peraturan daerah ini adalah : a. Penyewaan rumah atau kamar, aparteman dan atau fasilitas tempat tinggal lainnya yang tidak me dan sejenisnya; b. Pelayanan tinggal di asrama dan pondok pesantren; c. Fasilitas olah raga dan hiburan yang disediakan di hotel yang dipergunakan oleh bukan tamu pembayaran; d. Pertokoan, perkantoran, perbankan, salon yang dipakai oleh umum di hotel; e. Pelayanan perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh hotel yang dapat dimanfaatkan oleh umum Pasal 4 (1) Subyek Pajak Hotel adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran atas pelayana dan sebagainya; (2) Wajib Pajak Hotel adalah pengusaha hotel, losmen, penginapan dan sejenisnya. BAB III DASAR PENGENAAN DAN TARIP PAJAK Pasal 5 Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah pembayaran yang dilakukan kepada hotel, losmen, penginapan d

5 Pasal 6 Tarip Pajak ditetapkan sebesar 10% (sepuluh per seratus) dari nilai. BAB IV WILAYAH PEMUNGUTAN DAN TATACARA PERHITUNGAN PAJA Pasal 7 (1) Pajak yang terutang dipungut di wilayah Daerah tempat hotel berlokasi; (2) Besarnya pajak terutang dihitung dengan cara mengalikan tarip sebagaimana dimaksud dalam P dengan dasar pengenaan sebagaimana dimaksud Pasal 5 Peraturan daerah ini. BAB V MASA PAJAK, SAAT TERUTANG DAN SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK DAERAH Pasal 8 Masa Pajak adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulan takwim. Pasal 9 Pajak terhutang dalam masa pajak terjadi pada saat pelayanan di hotel dan sejenisnya. Pasal 10 (1) Setiap Wajib Pajak wajib mengisi SPTPD. (2) SPTPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, harus diisi dengan jelas, benar dan lengk Wajib Pajak atau Kuasanya. (3) SPTPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, harus disampaikan kepada Bupati selamb hari setelah berakhirnya masa pajak. (4) Bentuk, isi dan tata cara pengisian SPTPD ditetapkan oleh Bupati. BAB VI TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENETAPAN PAJAK Pasal 11 (1) Berdasar SPTPD sebagaimana dimaksud Pasal 10 ayat (1) Peraturan daerah ini, Bupati meneta

6 menerbitkan SKPD. (2) Apabila SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini tidak atau kurang dibayar setelah (tiga puluh) hari sejak SKPD diterima, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (du terhutang sebulan dan ditagih dengan menerbitkan STPD. Pasal 12 (1) Wajib Pajak yang membayar sendiri, SPTPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) Per untuk menghitung, memperhitungkan dan menetapkan pajak sendiri terutang. (2) Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah saat terhutang pajak, Bupati dapat menerbitkan : (1) SKPDKB; (2) SKPDKBT; (3) SKPDN. (3) SKPDKB sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a Pasal ini diterbitkan : (1) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak terutang tidak atau kura administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua perseratus) sebulan dihitung dari pajak yang ku untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terhutangnya p (2) Apabila SPTPD tidak disampaikan dalam jangka waktu yang ditentukan dan telah ditegur sec administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua perseratus) sebulan dihitung dari pajak yang ku untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terhutangnya p (3) Apabila kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang terutang dihitung secara ja administrasi berupa kenaikan sebesar 25% (dua puluh lima perseratus) dari pokok pajak d bunga sebesar 2% (dua perseratus) sebulan dihitung sejak saat terhutangnya pajak; (4) SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b pasal ini diterbitkan apabila ditemukan belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terutang, akan dikenakan kenaikan sebesar 100% (seratus perseratus) dari jumlah kekurangan pajak tersebut. (5) SKPDN sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c pasal ini diterbitkan apabila jumlah pajak y dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak. (6) Apabila kewajiban membayar pajak terutang dalam SKPDKB dan SKPDKBT sebagaimana dim dan b pasal ini, tidak atau tidak sepenuhnya dibayar dalam jangka waktu yang telah ditentukan, STPD ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua perseratus) sebulan. (7) Penambahan jumlah pajak yan terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) pasal ini tidak dik

7 melaporkan sendiri sebelum dilakukan tindakan pemeriksaan. BAB VII TATA CARA PEMBAYARAN Pasal 13 (1) Pembayaran pajak dilakukan di Kas Daerah atau tempat lain yang ditunjuk oleh Bupati sesuai de dalam SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, dan STPD. (2) Apabila pembayaran pajak dilakukan di tempat lain yang ditunjuk, hasil penerimaan pajak h selambat-lambatnya 1 x 24 jam dan atau dalam waktu yang ditentukan oleh Bupati. (3) Pembayaran pajak sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2) Pasal ini, dilakukan dengan mengg Pasal 14 (1) Pembayaran pajak harus dilakukan sekali bayar lunas. (2) Bupati dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untuk mengangsur pajak terutang d setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan. (3) Angsuran pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Pasal ini harus dilakukan sec dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua perseratus) sebulan dari jumlah pajak yang belum atau k (4) Bupati dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untuk menunda pembayaran paja ditentukan setelah memenuhi persyaratan dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua perseratus) se belum atau kurang bayar. (5) Persyaratan untuk dapat mengangsur dan menunda pembayaran serta tata cara pembayara sebagaimana dimaksud ayat (2) dan ayat (4) pasal ini ditetapkan oleh Bupati. Pasal 15 (1) Setiap pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pasal 14 Peraturan daerah ini, diberikan tanda b dalam buku penerimaan. (2) Bentuk, jenis, isi, ukur, tanda bukti pembayaran dan buku penerimaan pajak sebagaimana dima ditetapkan oleh Bupati. BAB VIII TATA CARA PENAGIHAN PAJAK

8 Pasal 16 (1) Surat teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan 7 x 24 jam sejak saat jatuh tempo pembayaran. (2) Dalam jangka waktu 7 x 24 jam setelah saat tanggal Surat Teguran atau Surat Peringatan atau s Pajak harus melunasi pajak terutang. (3) Surat teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis sebagaimana dimaksud pada ayat ( Pejabat. Pasal 17 (1) Apabila jumlah pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu sebagaim teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis, jumlah pajak yang harus dibayar ditagih (2) Pejabat menerbitkan Surat Paksa segera setelah lewat 21 x 24 jam sejak tanggal Surat teguran ata lain yang sejenis. Pasal 18 Apabila pajak yang harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu 2 x 24 jam sesudah tanggal Pejabat segera menerbitkan Surat Perintah melaksanakan penyitaan Barang-barang Kekayaan Mili terutang. Pasal 19 Setelah dilakukan penyitaan dan Wajib Pajak belum melunasi utang pajaknya, setelah lewat 10 x 24 ja Surat perintah melaksanakan penyitaan, Pejabat mengajukan permintaan penetapan tanggal pelela Negara. Pasal 20 Setelah Kantor Lelang Negara menetapkan waktu dan tempaat pelaksanaan lelang, Juru Sita memberut tertulis kepada Wajib Pajak. Pasal 21 Bentuk, jenis dan isi formulir yang dipergunakan untuk pelaksanaan pajak daerah ditetapkan oleh Bupa

9 BAB IX PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN PAJAK Pasal 22 (1) Bupati berdasarkan permohonan Wajib Pajak atau Kuasanya dapat memberikan pengurangan, k pajak. (2) Tata cara pemberian pengurangan, keringanan atau pembebasan pajak sebagaimana dimaksu ditetapkan oleh Bupati. BAB X TATA CARA PEMBETULAN, PEMBATALAN, PENGURANGAN KETETAPAN DAN ATAU PENGURANGAN SANKSI ADMINISTRASI Pasal 23 (1) Bupati karena jabatannya atau atas permohonan Wajib Pajak atau kuasanya dapat : a. Membetulkan SKPD atau SKPDKB atau SKPDKBT atau STPD yang dalam penerbitann kesalahan hitung, dan atau kekeliruan dalam penerapan peraturan perundang-undangan perpaja b. Membatalkan atau mengurangi ketetapan pajak yang tidak benar; c. Mengurangi atau menghapuskan sanksi administrasi berupa bunga, denda dan kenaikan pa sanksi tersebut dikenakan karena bukan atas kesalahan Wajib Pajak. (2) Permohonan pembetulan, pembatalan, pengurangan ketetapan dan penghapusan atau penguran SKPD, SKPDKB, SKPDKBT dan STPD sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini, harus disa Wajib Pajak atau Kuasanya kepada Bupati atau Pejabat selambat-lambatnya 30 x 24 jam s SKPDKB, SKPDKBT dan STPD sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini, harus disampaikan sec atau Kuasanya kepada Bupati atau Pejabat selambat-lambatnya 30 x 24 jam sejak tanggal terima S dan STPD. (3) Bupati atau Pejabat paling lama 3 (tiga) bulan sejak surat permohonan sebagaimana dimaksud sudah harus memberikan keputusan. (4) Apabila setelah waktu 3 (tiga) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Pasal ini, Bupati ata keputusan maka permohonan pembetulan, pembatalan, pengurangan ketetapan dan penghapus administrasi dianggap dikabulkan. BAB XI

10 KEBERATAN DAN BANDING Pasal 24 (1) Wajib Pajak atau kuasanya dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati atau Pejabat atas su a. SKPD; b. SKPDKB; c. SKPDKBT; d. SKPADLB; e. SKPDN. (2) Permohonan Keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, harus disampaikan s Indonesia paling lama 3 (Tiga) bulan sejak tanggal SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, SKPDLB dan Pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kek (3) Bupati atau Pejabat dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak tanggal permoh dimaksud pada ayat (2) Pasal ini diterima, sudah harus memberikan keputusan. (4) Apabila setelah lewat waktu 12 (dua belas) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Pasal i memberikan Keputusan maka permohonan keberatan dianggap dikabulkan. (5) Pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, tidak menunda kewajiban me Pasal 25 (1) Wajib Pajak atau Kuasanya dapat mengajukan banding kepada Badan Penyelesaian Sengketa (tiga) bulan setelah diterimanya keputusan keberatan. (2) Pengajuan banding sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini tidak menunda kewajiban mem Pasal 26 Apabila pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 Peraturan Daerah ini atau ban dalam Pasal 25 Peraturan Daerah ini, dikabulkan sebagian atau seluruhnya, kelebihan pembayaran ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua perseratus) sebulan untuk paling lama 24 (dua puluh empat) BAB XII PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK Pasal 27 (1) Wajib Pajak atau Kuasanya dapat mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayar

11 Pejabat secara tertulis dengan menyebutkan sekurang-kurangnya : a. Nama dan alamat Wajib Pajak; b. Masa Pajak; c. Besarnya kelebihan pembayaran pajak; d. Alasan yang jelas. (2) Bupati atau Pejabat, dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak diterimanya kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini, harus memberikan k (3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Pasal ini dilampaui, Bupati atau Keputusan maka permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dianggap dikabulkan da dalam waktu paling lama 1 (satu) bulan. (4) Apabila Wajib Pajak mempunyai utang pajak lainnya, kelebihan pembayaran pajak sebagaimana d ini, langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang pajak dimaksud. (5) Pengembalian Kelebihan pembayaran pajak dilakukan dalam waktu paling lama 2 (dua) bulan s dengan menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP). (6) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran tidak dilakukan setelah lewat waktu 2 (dua) bulan Bupati atau Pejabat memberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua perseratus) sebulan atas keterlam pajak. Pasal 28 Apabila kelebihan pembayaran pajak diperhitungkan dengan utang pajak lain sebagaimana dimaks Peraturan daerah ini, pembayarannya dilakukan dengan cara pemindahbukuan dan bukti pemindahb bukti pembayaran. BAB XIII KADALUARSA Pasal 29 (1) Hak untuk melakukan penagihan pajak menjadi kadaluarsa, setelah melampaui kajangka waktu 5 saat terutangnya pajak, kecuali Wajib Pajak melakukan tindak pidana perpajakan daerah; (2) Kadaluarsa penagihan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini tertangguh apabila : a. Diterbitkan Surat Teguran dan Surat Paksa, atau; b. Ada pengakuan utang pajak dari Wajib pajak baik langsung maupun tidak langsung.

12 BAB XIV KETENTUAN PIDANA Pasal 30 (1) Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan lengkap atau melampirkan keteranga merugikan Keuangan daerah diancam pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda se jumlah pajak terutang. (2) Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak benar se Daerah dapat dipidana penjara selama-lamanya 2 (dua) tahun atau denda setinggi-tingginya 4 terutang. Pasal 31 Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada Pasal 30 Peraturan daerah ini tidak dituntut setelah m (sepuluh) tahun sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak. BAB XV PENYIDIKAN Pasal 32 (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah daerah diberi wewenang khu melakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah. (2) Dalam melaksanakan tugas penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, Pejabat berw a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan t Daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas; b. Meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentan dilakukan sehubungan dengan tindak pidana perpajakan Daerah. c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumenlain berkenaan dengan tindak p e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan d melakukan penyitaan terhadap barang buti tersebut; f. Meminta bantuan tebaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana perpa g. Menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pem

13 dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada hu h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana perpajakan Daerah; i. Memanggil orang yang berkaitan dengan tindak pidana perpajakan Daerah j. Menghentikan penyidikan; k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana perpajakan D dapat dipertanggungjawabkan. (3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, memberitahukan dimulainya penyidik penyidikannya kepada Penuntut Umum, sesuai ketentuan yang diatur dalam Undang-undang No Hukum Pidana. BAB XVI PELAKSANAAN DAN PENGAWASAN Pasal 33 Pelaksanaan Peraturan Daerah ini oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan serta dibantu instansi terkait. Pasal 34 Pengawasan atas pelaksanaan Peraturan Daerah ini dilakukan oleh Badan Pengawas daerah dan Bag Wonosobo serta Pejabat Instansi terkait sepanjang menyangkut bidang tugasnya. BAB XVII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 35 Terhadap Pajak Hotel yang telah ditetapkan dan harus dibayar sebelum dengan ketentuan yang telah be BAB XVIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 36 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya ak Keputusan Bupati. Pasal 37

14 Dengan berlakunya Peraturan daerah ini, maka Peraturan daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Won tentang Pajak Hotel dan Restoran dinyatakan tidak berlaku lagi. Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan Pasal 38 Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundang Peraturan Daerah ini den Lembaran Daerah Kabupaten Wonosobo. Disahkan di Wonosobo Pada tanggal 29 September 2001 BUPATI WONOSOBO ttd Drs. TRIMAWAN NUGROHADI Diundangkan dalam Lembaran Daerah Kabupaten Wonosobo Tanggal 10 Oktober 2001 nomor 26 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN WONOSOBO Ttd Drs. TAWABUL MM.