Learning Day. TIK (Teknologi Informasi & Komunikasi) Hadir Dalam Mengatasi Masalah Komunitas. Edisi 22 Maret 2013

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Learning Day. TIK (Teknologi Informasi & Komunikasi) Hadir Dalam Mengatasi Masalah Komunitas. Edisi 22 Maret 2013"

Transkripsi

1 Edisi 22 Maret 2013 TIK (Teknologi Informasi & Komunikasi) Hadir Dalam Mengatasi Masalah Komunitas Learning Day Narasumber : Roem Topatimasang Ari Dwipayana Akhmad Nasir Ade Tanesia

2 Combine Resource Institution secara berkala mengadakan diskusi bulanan sebagai wadah refleksi pegiat dalam melakukan gali-ulang terhadap program yang sedang berlangsung. Learning Day adalah program yang diajukan, dengan mengundang cendekia kampus, pemegang kebijakan, dan pegiat LSM senior. Isu yang dibahas beragam sesuai dengan kebutuhan, konteks, dan pedalaman yang diajukan. Learning Day tertanggal 22 Maret 2013 membahas mengenai "civic literacy" dengan narasumber: Roem Topatimasang, Ari Dwipayana, Akhmad Nasir, dan Ade Tanesia. Pembahasan ini dijadikan sebagai pengayaan konsep dan metode untuk literasi komunitas. Intisari diskusi telah dirangkum oleh Tri Budiono, Ade Tanesia, dan M. Afandi. 2

3 Kemanfaatan TIK memang perlu dinilai kembali. Bagaimanapun perkembangan terbaru di berbagai program pendampingan terjadi deviasi antara perkembangan teknologi TIK sendiri dengan perkembangan sosial masyarakat. Belum terjadi sublimasi yang kuat antara TIK dengan literasi komunitas, sebagaimana harapan yang dibebani pada "perkakas" ini sebelumnya. Memang butuh eksplorasi lebih jauh dalam mengoptimalkan TIK sebagai alat di samping pihak literasi komunitas sebagai target yang diharapkan. Dalam penggalian itu, butuh perluasan yang lebih jauh bagaimana TIK untuk level tertentu yang telah dirasakan manfaatnya, untuk masuk ke level yang lebih tinggi, dengan kemanfaatan yang beragam. Pengalaman pegiat TIK selama ini memperlihatkan selalu dibutuhkan teknologi untuk media bantu dalam menularkan literasi sipil kepada masyarakat. Pengalaman pendampingan masyarakat tercatat setiap proses pendampingan membutuhkan alat bantu teknologi. Dan perkembangan teknologi terbaru selalu menjadi eksperimentasi pegiat untuk melahirkan kombinasi baru antara teknologi dengan masalah sosial. Pengkombinasian teknologi dan masalah sosial pada akhirnya menjadi tantangan kreativitas pegiat. Tahun 1970an penggunaan teknologi telah menjadi alat perubahan sosial. Kesaksian Roem Topatimasang yang banyak menggunakan teknologi untuk mendorong perubahan sosial pada waktu itu. Namun teknologi yang digunakan sebagai alat bantu untuk akses pada kebutuhan dasar. Untuk media literasi digunakan teknik drawing, misalnya komik sebagai cara menjelaskan sesuatu bagi masyarakat. Di samping itu, pamlet juga menjadi cara untuk melakukan kampanye membangun kesadaran masyarakat. Itu semua dibantu oleh penguasaan teknik advokasi yang prima. Roem Topatimasang menjelaskan bahwa penguasaan teknik advokasi sebagai kebutuhan dasar sebenarnya, sedangkan teknologi termasuk TIK sendiri hanya sebagai alat bantu saja. TIK bagian dari kombinasi lain yang dipakai untuk memperkuat advokasi tersebut. Bukan sebaliknya, TIK menjadi bahan eksplorasi utama, dengan menganggap teknik advokasi sebagai sesuatu yang sekunder. Sehingga tujuan yang akan diraih dapat diperoleh dengan menggunakan pengorganisasian dan mobilisasi, dibantu dengan teknologi TIK yang ditempelkan pada proses itu. Iman Prakoso, menyebut dengan kerjasama yang tidak penuh antara pegiat yang berperan dalam pengongganisir dengan pegiat yang terus mencoba mengembangkan TIK sebagai media pembelajaran pemberdayaan. Penguasaan teknik advokasi sebagai kebutuhan dasar sebenarnya, sedangkan teknologi termasuk TIK sendiri hanya sebagai alat bantu saja. 3

4 Ada masalah bagaimana aktor yang berbeda saling beririsan. Memang diantaranya mempunyai perspektif yang berbeda, namun sinerginya akan memberikan efek penggandaan yang kuat. Pada dasarnya menaruh active citizen merupakan situasi yang mau diraih, dengan melakukan banyak-cara agar itu mengalami stimulus, maka TIK mempunyai fungsi untuk penganekaragaman metode dan alat bantu dalam advokasi. Pada dasarnya titik temunya bagaimana metode advokasi dapat memberikan warna yang kuat ketika warga untuk melakukan transformasi. Awal yang perlu digali, demikian Roem Topatimasang, konsep yang selama salah mengenai warga negara. Warga sebenarnya manusia individual yang benar-benar hadir di komunitas. Bukan warga negara yang dibangun secara teoritik yang secara dikotomis dibedakan dengan institusi negara. Ini yang ditanggapi oleh Ranggoaini Jahja, sebagai cara menyingkap suara akar rumput, yang nyatanya ternyata berbeda dengan suara warga yang dikonsepkan secara abstrak oleh para ahli politik. Maka dibutuhkan strategi tertentu untuk menggali suara warga itu sendiri. Fenomena kesalahan mendefinisikan warga ini membuat representasi warga itu sering kali tidak sesuai dengan faktanya. Sehingga kesadaran warga yang sejati sering kali tidak tumbuh. Ini tergambar jelas dalam kegiatan akar rumput dimana tokoh warga di komunitas sering melakukan upaya representasi warga yang bergeser menjadi kepentingan segelintir orang belaka. Itu juga terlihat sebenarnya representasinya pada media sosial. Terkait dengan literasi sipil, sering kali pegiat media sosial menganggap dirinya telah bekerja. Padahal hanya sekedar membangun opini yang sangat abstrak pada tingkat warga. Begitu juga pengorganisasian yang dilakukan ketika revolusi musim semi di Mesir, pengatasnamaan atas kepentingan warga, ternyata mengalami bias ketika elit yang ditumbangkan berganti dengan elit baru, yang merupakan aktor politik yang tidak mencerminkan kepentingan warga, bisa jadi itu kepentingan pegiat "media sosial" saja. Fenomena kesalahan mendefinisikan warga ini membuat representasi warga itu sering kali tidak sesuai dengan faktanya. Sehingga kesadaran warga yang sejati sering kali tidak tumbuh. 4

5 Sehingga tujuan yang akan diraih dapat diperoleh dengan menggunakan pengorganisasian dan mobilisasi, dibantu dengan teknologi TIK yang ditempelkan pada proses itu. Iman Prakoso, menyebut dengan kerjasama yang tidak penuh antara pegiat yang berperan dalam pengongganisir dengan pegiat yang terus mencoba mengembangkan TIK sebagai media pembelajaran pemberdayaan. Ada masalah bagaimana aktor yang berbeda saling beririsan. Memang diantaranya mempunyai perspektif yang berbeda, namun sinerginya akan memberikan efek penggandaan yang kuat. Pada dasarnya menaruh active citizen merupakan situasi yang mau diraih, dengan melakukan banyak-cara agar itu mengalami stimulus, maka TIK mempunyai fungsi untuk penganekaragaman metode dan alat bantu dalam advokasi. Pada dasarnya titik temunya bagaimana metode advokasi dapat memberikan warna yang kuat ketika warga untuk melakukan transformasi. Awal yang perlu digali, demikian Roem Topatimasang, konsep yang selama salah mengenai warga negara. Warga sebenarnya manusia individual yang benar-benar hadir di komunitas. Bukan warga negara yang dibangun secara teoritik yang secara dikotomis dibedakan dengan institusi negara. Ini yang ditanggapi oleh Ranggoaini Jahja, sebagai cara menyingkap suara akar rumput, yang nyatanya ternyata berbeda dengan suara warga yang dikonsepkan secara abstrak oleh para ahli politik. Maka dibutuhkan strategi tertentu untuk menggali suara warga itu sendiri. Fenomena kesalahan mendefinisikan warga ini membuat representasi warga itu sering kali tidak sesuai dengan faktanya. Sehingga kesadaran warga yang sejati sering kali tidak tumbuh. Ini tergambar jelas dalam kegiatan akar rumput dimana tokoh warga di komunitas sering melakukan upaya representasi warga yang bergeser menjadi kepentingan segelintir orang belaka. Itu juga terlihat sebenarnya representasinya pada media sosial. Terkait dengan literasi sipil, sering kali pegiat media sosial menganggap dirinya telah bekerja. Padahal hanya sekedar membangun opini yang sangat abstrak pada tingkat warga. Begitu juga pengorganisasian yang dilakukan ketika revolusi musim semi di Mesir, pengatasnamaan atas kepentingan warga, ternyata mengalami bias ketika elit yang ditumbangkan berganti dengan elit baru, yang merupakan aktor politik yang tidak mencerminkan kepentingan warga, bisa jadi itu kepentingan pegiat "media sosial" saja. 5

6 Sebenarnya ini sebuah kerja merangsang sebuah konten yang menarik bagi teman-teman yang bergerak di pengorginisasian. Titik sambungnya harus ada, sehingga pengorganisasian yang dimaksud tidak hanya berhenti di level basis tapi juga media memiliki titik sambung pada upaya membangun opini publik, dikursus perlawanan, dan sebagainya. Hal yang sama juga dapat dilihat pada kasus Kalimantan Barat dalam televisi lokal yang sangat tertarik menggunakan media sosial, apakah hanya karena persaingan usaha atau karena memang diisi oleh orangorang yang memiliki kesadaran tentang jurnalisme warga dan bagaimana media memperjuangkan hal tersebut. Jadi yang penting adalah bagaimana membangun sinergi dan memperluas blok politik yang menjadi bagian literasi sipil; dari ruang sederhana misalnya kampung ke area yang lebih besar bahkan sampai ke media konvensional yang mampu mempengaruhi pemimpin dan pembuat kebijakan menjadi titik strategis yang harus dilakukan. Perlu tambahan memangnya. Tampaknya harus ada upaya yang lebih berkelanjutan yaitu institusionalisasi gerakan-gerakan tersebut ke gerakan-gerakan rakyat yang sudah ada. Ini berkaitan pada konsepsi warga yang memang harus selalu dikaitkan dengan warga negara karena selama ini warga negara muncul karena adanya negara, padahal sebelum itu ada konsep masyarakat adalah warga komunitas yang mengatur dirinya sendiri sebelum ada negara. Jadi konsep negara bangsa banyak mencaplok konsep warga, namun kita juga bisa mengartikan ini sebagai lapisan di mana misalnya kita menganggap warga sebagai suatu sistem kekeluargaan maka konsep warga akan lebih luas melewati kampungnya bahkan sampai negara. Yang selama ini terjadi adalah bagaimana menurunkan isu dalam konteks kewarganegaraan ke area yang lebih lokal pada artinya relokasi isu demokrasi ke tingkat yang lebih kewargaan di tingkat RT atau kampung, ini menjadi bagian penting di mana proses radikalisasi isu juga terjadi di tingkat bawah. Sehingga isu yang ada mereka rasakan dekat dengan mereka. Tapi yang perlu diperhatikan adalah titik masuknya. Titik masuk yang menjadi persoalan adalah selama ini bagaimana membawa isu-isu besar ditingkat warga negara ke tingkat yang lebih lokal tanpa mengkontektualisasi itu sebagai hal problematik. Bagaimana mengkaitkan persoalan ditingkat lokal sampai ke persoalan bersama di tingkat diatasnya. Strategi pembesaran isu agar menjadi isu bersama dari tingkat bawah ke tingkat atas. Tampaknya harus ada upaya yang lebih berkelanjutan yaitu institusionalisasi gerakan-gerakan tersebut ke gerakangerakan rakyat yang sudah ada. 6

7 Membangun kaitan isu menjadi isu global yang akan membangun empati tidak hanya menjadi isu lokal yang akan dianggap orang lain tidak penting dan bukan isu bersama. Harus ada upaya memperluas isu, bahwa satu isu akan berdampak bagi kita semua. Misalnya isu globalisasi, perkebunan, alih fungsi tanah, dan sebagainya. Dalam literasi warga itu, politik dan demokrasi saat ini menjadi persoalan serius, komersialisasi kewargaan terjadi ketika ada perubahan dari proses perubahan politik yang sifatnya sukarela menjadi suatu yang bisa diperdagangkan. Proses transformasi ini menjadi masalah serius ketika dikaitkan dengan sistem pasar politik. Komersialisasi kewargaan itu seolah-olah warga banyak mendapatkan keuntungan dari cara memperdagangkan. Inilah pentingnya literasi warga, apakah ketika masyarakat diajak untuk memperdagangkan hak politik, apakah mereka akan mendapatkan banyak keuntungan atau bahkan mereka akan memperoleh hal yang tidak mereka harapkan. Yang perlu dilakukan adalah mengkontekstualisasikan hak-hak politik mereka sesuai dengan kondisi keseharian mereka, dengan demikian mereka memiliki alternatif untuk menentukan pilihan mereka. Harus ada upaya memperluas isu, bahwa satu isu akan berdampak bagi kita semua. Misalnya isu globalisasi, perkebunan, alih fungsi tanah, dan sebagainya. Kebolehjadian situasi, aktivis TIK tidak memberikan sambungan dengan aktivis pengorganisasian. Fragmentasi terbesar disebabkan oleh institusi donor dan agendanya masing-masing. Saat ini masalahnya tidak dapat dilepaskan telah terjadi fragmentasi gerakan sosial, sehingga masing-masing aktivis sibuk dengan dirinya sendiri. Kebolehjadian situasi, aktivis TIK tidak memberikan sambungan dengan aktivis pengorganisasian. Fragmentasi terbesar disebabkan oleh institusi donor dan agendanya masing-masing. Pengalaman gerakan rakyat di bawah tidak terfragmentasi karena tidak bersentuhan dengan donor. Misalnya pada tahun 1983, TIK menggunakan video di kepulauan Kei untuk pengorganisasian, sampai sekarang mereka masih menggunakan video dan berlanjut karena mereka tidak terikat apa-apa dan itu telah menjadi bagian hidup mereka. Fragmentasi menjadi persoalan besar, sehingga perlu ada pihak yang bisa melihat itu. Persoalannya apakah organisasi mau melakukan itu? Lalu relevansinya, aktivis TIK tahu tentang pengorganisasian dan tentang pembagian tugas itu tadi menjadi penting. Misalnya begini, kita membawa teknologi jangan sampai membuat warga memiliki pekerjaan baru meninggalkan pekerjaan mereka, jadi tidak perlu membuat warga seperti itu karena itu pekerjaan kita. Bagaimana membuat sistem yang berguna bagi mereka, yang menjadi persolan sering terjadi ilutif dari pekerjaan aktivis TIK bahwa dunia akan beres selama ada media, perangkap ilusinya juga sama di aktivis pengorganisasian bahwa semua akan beres setelah diorganisir. 7

8 Kita melihat kasus Prita, semua berilusi kalo orang ikut facebook maka sistem kesehatan masyarakat akan berubah. Ilusi ini yang harus dihilangkan misalkan pada kasus memasang sistem SMS gateway di keuskupan, yang memasang adalah orang yang ahli, dan kita bilang jangan berilusi, hanya mengajarkan yang semestinya agar alat ini berguna tapi tidak menyibukkan mereka sehingga lupa akan pekerjaan mereka sebenarnya. Pembagian tugas seperti ini mampu menghilangkan ilusi tersebut, sehingga sistem ini bisa bekerja semestinya. Kita bisa keluar dari jebakan ilusi apabila kita menghadapkan diri pada realitas, disitulah saling melengkapinya bagaimana orang-orang yang mengorganisir di masyarakat punya kaitan dengan orang-orang yang sibuk di jaringan. Kita bisa keluar dari jebakan ilusi apabila kita menghadapkan diri pada realitas, disitulah saling melengkapinya bagaimana orang-orang yang mengorganisir di masyarakat punya kaitan dengan orangorang yang sibuk di jaringan. Kita pikir pentingnya membangun sistem bekerja dimana siapa melakukan apa dan bagaimana akan berkontribusi dalam platform dan arah yang sama. Kadang kala kita harus berpikir terbalik. Asumsi bahwa teknologi informasi membantu dalam gerakan sosial itu adalah benar, tapi kadang kita harus berpikir terbalik bahwa gerakan sosial mampu menafikan teknologi informasi. Contoh revolusi sutera di cekoslwakia dimulai dari tesis tersebut, tesisnya adalah jangan mendengarkan siaran televisi karena itu merupakan siaran propaganda pemerintah. Disinilah awal revolusi sutera, sehingga menemukan cara alternatifnya. Contoh gerakan anti kekerasan perempuan di Kolombia, tesisnya adalah laki-laki Kolombia senang melakukan kekerasan terhadap isteri karena para perempuan menonton televisi. Sehingga ketika suami mereka pulang dalam keadaan mabuk, mereka tidak menemukan isteri mereka, karena isteri mereka sedang jalan-jalan bertetangga menghidupkan kembali tradisi bertetangga sehingga terbebas dari aksi kekerasan suami. Intinya TIK penting, tapi akan berguna bagi orang yang melakukan perubahan, tapi pada suatu waktu dapat dinafikan dan kita kembali menggunakan informasi kita sendiri. Contoh lain ada eksperimen di suatu desa di Sulawesi yaitu jangan percaya pada iklan, sehingga selama 3 tahun ini disana dapat dilihat pembelajaran yang bisa diambil bahwa hal kecil mampu membuat perubahan sosial di masyarakat. 8

CIVIC LITERACY ARI DWIPAYANA UNIVERSITAS GADJAH MADA

CIVIC LITERACY ARI DWIPAYANA UNIVERSITAS GADJAH MADA CIVIC LITERACY ARI DWIPAYANA UNIVERSITAS GADJAH MADA 1 Biodata Ringkas Nama : AA.GN. Ari Dwipayana Pekerjaan: Dosen Jurusan Politik dan Pemerintahan FISIPOL UGM, Dosen Program Studi Ilmu Politik Pasca

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. kebutuhan untuk menghasilkan rekomendasi yang lebih spesifik bagi para aktor

BAB 5 KESIMPULAN. kebutuhan untuk menghasilkan rekomendasi yang lebih spesifik bagi para aktor BAB 5 KESIMPULAN Sebagaimana dirumuskan pada Bab 1, tesis ini bertugas untuk memberikan jawaban atas dua pertanyaan pokok. Pertanyaan pertama mengenai kemungkinan adanya variasi karakter kapasitas politik

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. memiliki sejarah tersendiri, salah satunya keresahan akan keadaan LSM yang mementingkan

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. memiliki sejarah tersendiri, salah satunya keresahan akan keadaan LSM yang mementingkan BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN Kemunculan suatu gerakan, termasuk gerakan yang dilakukan organisasi SMI memang tidak bisa terlepas dari ketidakpuasan yang terjadi di sekitarnya. Latarbelakang hadirnya SMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan di radio komunitas. Karakteristik radio komunitas yang didirikan oleh komunitas, untuk komunitas

Lebih terperinci

Penguatan Partisipasi dan Perbaikan Keterwakilan Politik Melalui Pembentukan Blok Politik Demokratik

Penguatan Partisipasi dan Perbaikan Keterwakilan Politik Melalui Pembentukan Blok Politik Demokratik Penguatan Partisipasi dan Perbaikan Keterwakilan Politik Melalui Pembentukan Blok Politik Demokratik Pendahuluan Pokok Pokok Temuan Survei Nasional Demos (2007 2008) : Demokrasi masih goyah: kemerosotan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kebangkitan gerakan perempuan yang mewujud dalam bentuk jaringan. Meski

BAB V PENUTUP. kebangkitan gerakan perempuan yang mewujud dalam bentuk jaringan. Meski BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Kehadiran gerakan perempuan yang ada di Yogyakarta telah dimulai sejak rejim orde baru berkuasa. Dalam tesis ini didapatkan temuan bahwa perjalanan gerakan perempuan bukanlah

Lebih terperinci

Bab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Bab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Women can be very effective in navigating political processes. But there is always a fear that they can become pawns and symbols, especially if quotas are used. (Sawer,

Lebih terperinci

STRATEGI MEMAJUKAN PERAN & KEBERLANJUTAN ORGANISASI MASYARAKAT SIPIL DI INDONESIA 1

STRATEGI MEMAJUKAN PERAN & KEBERLANJUTAN ORGANISASI MASYARAKAT SIPIL DI INDONESIA 1 STRATEGI MEMAJUKAN PERAN & KEBERLANJUTAN ORGANISASI MASYARAKAT SIPIL DI INDONESIA 1 Handoko Soetomo 2 Peran organisasi masyarakat sipil (OMS) di Indonesia tak dapat dilepaskan dari konteks dan tantangan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Tentang SuaraKomunitas.net Suarakomunitas.net bagian dari platform ketersediaan sistem informasi dan komunikasi Suara Komunitas, milik COMBINE Resource Institution.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Pertama

BAB V PENUTUP Pertama BAB V PENUTUP Tesis ini adalah media sosial sebagai strategi gerakan dalam konteks demokrasi. Peneliti memandang media sosial dengan cara pandang teknorealis. Artinya, media sosial bagai pedang bermata

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Jurnalisme memiliki makna penting dalam proses politik di suatu negara. Peran penting ini semakin terasa di kala pemilihan umum, dimana masyarakat menggantungkan akses informasinya

Lebih terperinci

Menemukan Kebenaran dalam Media Komunitas

Menemukan Kebenaran dalam Media Komunitas Menemukan Kebenaran dalam Media Komunitas UC UGM, 4 Februari 2017 Media komunitas itu... Tidak ada definisi tunggal tentang media komunitas di seluruh dunia Studi media komunitas muncul pertama kali sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suara yang sebanyak-banyaknya, memikat hati kalangan pemilih maupun

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suara yang sebanyak-banyaknya, memikat hati kalangan pemilih maupun BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pemilu merupakan salah satu arena ekspresi demokrasi yang dapat berfungsi sebagai medium untuk meraih kekuasaan politik. Karenanya, berbagai partai politik

Lebih terperinci

Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1

Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1 Disampaikan pada Seminar Menghadirkan Kepentingan Perempuan: Peta Jalan Representasi Politik Perempuan Pasca 2014 Hotel Haris, 10 Maret 2016 Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa)

Lebih terperinci

RENCANA AKSI GLOBAL MENANG DENGAN PEREMPUAN: MEMPERKUAT PARTAI PARTAI POLITIK

RENCANA AKSI GLOBAL MENANG DENGAN PEREMPUAN: MEMPERKUAT PARTAI PARTAI POLITIK RENCANA AKSI GLOBAL MENANG DENGAN PEREMPUAN: MEMPERKUAT PARTAI PARTAI POLITIK Sebagai para pemimpin partai politik, kami memiliki komitmen atas perkembangan demokratik yang bersemangat dan atas partai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu hal penting yang harus dikembangkan dalam upaya meningkatkan kualitas individu. Untuk meningkatkan kualitas tersebut, maka

Lebih terperinci

Siklus PNPM Mandiri - Perkotaan

Siklus PNPM Mandiri - Perkotaan BUKU 1 SERI SIKLUS PNPM- Mandiri Perkotaan Siklus PNPM Mandiri - Perkotaan 3 Membangun BKM 2 Pemetaan Swadaya KSM 4 BLM PJM Pronangkis 0 Rembug Kesiapan Masyarakat 1 Refleksi Kemiskinan 7 Review: PJM,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pengembangan pemanfaatan sumberdaya energi non minyak saat ini sangat diperlukan, mengingat semakin tipisnya cadangan minyak bumi kita. Salah satu langkah yang ditempuh

Lebih terperinci

Bab V. Penutup. yang menunjukkan adanya fenomena pembentukan gerakan sosial dengan basis

Bab V. Penutup. yang menunjukkan adanya fenomena pembentukan gerakan sosial dengan basis Bab V Penutup A. Kesimpulan Dari penjabaran diatas, dapat disimpulkan bahwa kemunculan gerakan Indonesia Tanpa JIL dalam dunia pergeakan sosial kontemporer adalah sebuah bukti yang menunjukkan adanya fenomena

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENDAMPINGAN A. PENGERTIAN PARTICIPATORY ACTION RESEARCH. Participatory Action Research (PAR). Dalam buku Jalan Lain, Dr.

BAB II METODOLOGI PENDAMPINGAN A. PENGERTIAN PARTICIPATORY ACTION RESEARCH. Participatory Action Research (PAR). Dalam buku Jalan Lain, Dr. BAB II METODOLOGI PENDAMPINGAN A. PENGERTIAN PARTICIPATORY ACTION RESEARCH Dalam proses pendampingan kali ini, peneliti menggunakan metode Participatory Action Research (PAR). Dalam buku Jalan Lain, Dr.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media telah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, bahkan kita tidak akan pernah terlepas dari media. Seiring dengan perkembangan peradaban

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ini digunakan karena adanya realitas sosial mengenai perempuan yang menderita

BAB III METODE PENELITIAN. ini digunakan karena adanya realitas sosial mengenai perempuan yang menderita BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini mengenai konsep diri pada perempuan penderita tumor jinak payudara, metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Metode

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik Melalui Pembelajaran PKn Dalam Mengembangkan Kompetensi (Studi Kasus di SMA Negeri 2 Subang)

Lebih terperinci

INDONESIA NEW URBAN ACTION

INDONESIA NEW URBAN ACTION KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH KEMITRAAN HABITAT Partnership for Sustainable Urban Development Aksi Bersama Mewujudkan Pembangunan Wilayah dan

Lebih terperinci

Ibu Rumah Tangga Melawan Televisi: Berbagi Pengalaman untuk Literasi Media

Ibu Rumah Tangga Melawan Televisi: Berbagi Pengalaman untuk Literasi Media Ibu Rumah Tangga Melawan Televisi: Berbagi Pengalaman untuk Literasi Media Buku inspiratif yang mengulas peran perempuan untuk gerakan literasi media. Kaya akan pengalaman baru. Sayang, kurang jeli dalam

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP Pada bab terakhir ini peneliti akan memaparkan mengenai kesimpulan dan saran yang terkait dengan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya. Peneliti akan menjelaskan

Lebih terperinci

Advokasi Kreatif Melalui Media (Sosial) Oleh: Rofiuddin AJI Indonesia

Advokasi Kreatif Melalui Media (Sosial) Oleh: Rofiuddin AJI Indonesia Advokasi Kreatif Melalui Media (Sosial) Oleh: Rofiuddin AJI Indonesia Advokasi Kreatif Melalui Media (Sosial) penelitian Analisis isi Sampel: Suara Merdeka, Wawasan, Jawa Pos Radar Semarang, Koran Sindo

Lebih terperinci

P E N G A N T A R. Pengantar J U L I E B A L L I N G T O N

P E N G A N T A R. Pengantar J U L I E B A L L I N G T O N 10 BAB 1 BAB 1 P E N G A N T A R Pengantar J U L I E B A L L I N G T O N Partisipasi sejajar perempuan dalam pengambilan keputusan bukanlah semata-mata sebuah tuntutan akan keadilan demokrasi, namun juga

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. modal sosial menempati posisi penting dalam upaya-upaya. pemberdayaan dan modal sosial, namun bagaimanapun unsur-unsur

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. modal sosial menempati posisi penting dalam upaya-upaya. pemberdayaan dan modal sosial, namun bagaimanapun unsur-unsur BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pengertian Participatory Action Research Berbagai kajian dalam rumpun ilmu sosiologi membenarkan bahwa modal sosial menempati posisi penting dalam upaya-upaya pengembangan

Lebih terperinci

Pengorganisasian * (Berbasis Komunitas)

Pengorganisasian * (Berbasis Komunitas) Pengorganisasian * (Berbasis Komunitas) Tulisan tentang pengorganisasian ini adalah berangkat dari pengalaman Yamajo dalam melakukan kerja. Pengorganisasian adalah alat untuk mencapai tujuan. Tujuan yang

Lebih terperinci

Tinjauan Mata Kuliah...

Tinjauan Mata Kuliah... iii Daftar Isi Tinjauan Mata Kuliah... xi Modul 1: KONSEP IKN - PKN... 1.1 Pengertian IKN - PKN...... 1.2 Latihan... 1.2 Rangkuman... 1.3 Tes Formatif 1... 1.4 Tujuan IKN - PKN... 1.17 Latihan... 1.17

Lebih terperinci

BAB IV DEKSKRIPSI LOKASI PENELITIAN

BAB IV DEKSKRIPSI LOKASI PENELITIAN 46 BAB IV DEKSKRIPSI LOKASI PENELITIAN A. Lembaga Swadaya Masyarakat Samitra Abhaya Kelompok Perempuan Pro Demokrasi (LSM SA KPPD) Surabaya Lembaga Swadaya Masyarakat Samitra Abhaya Kelompok Perempuan

Lebih terperinci

Latar Pengelolaan Kolaboratif Sumberdaya Alam Kuliah 1. Soeryo Adiwibowo

Latar Pengelolaan Kolaboratif Sumberdaya Alam Kuliah 1. Soeryo Adiwibowo Latar Pengelolaan Kolaboratif Sumberdaya Alam Kuliah 1 Soeryo Adiwibowo Konteks Limits to growth (batas-batas pertumbuhan) & The Silent Spring (Musim Semi yang Sunyi) à aspek ekologi, kerusakan & pencemaran

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Penelitian ini pada akhirnya menunjukan bahwa pencapaian-pencapaian

BAB V PENUTUP. Penelitian ini pada akhirnya menunjukan bahwa pencapaian-pencapaian BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini pada akhirnya menunjukan bahwa pencapaian-pencapaian Bandung Berkebun di usia pergerakannya yang masih relatif singkat tidak terlepas dari kemampuannya dalam

Lebih terperinci

Pendidikan Alternatif bagi Pekerja Rumah Tangga (Sekolah Wawasan)

Pendidikan Alternatif bagi Pekerja Rumah Tangga (Sekolah Wawasan) Pendidikan Alternatif bagi Pekerja Rumah Tangga (Sekolah Wawasan) Latar Belakang/Konteks (1/2) Kurangnya pengakuan PRT sebagai pekerja pengecualian dari undang undang ketenagakerjaan kondisi kerja tidak

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PEMECAHAN MASALAH. A. Terjadinya Konflik Jalan Lingkungan Di Kelurahan Sukapada

BAB II KERANGKA PEMECAHAN MASALAH. A. Terjadinya Konflik Jalan Lingkungan Di Kelurahan Sukapada BAB II KERANGKA PEMECAHAN MASALAH A. Terjadinya Konflik Jalan Lingkungan Di Kelurahan Sukapada Proses peralihan kepemilikan lahan kosong terjadi sejak akhir 2004 dan selesai pada tahun 2005, dan sejak

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. 1 Craigh (2005)

Bab I PENDAHULUAN. 1 Craigh (2005) Bab I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam dekade ini telah mendorong pertumbuhan ketersediaan informasi yang sangat besar, dalam sisi kuantitas dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF. Participatory Action Research (PAR). Metodologi tersebut dilakukan dengan

BAB III METODE PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF. Participatory Action Research (PAR). Metodologi tersebut dilakukan dengan BAB III METODE PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF A. Pendekatan Penelitian untuk Pemberdayaan Metode yang dipakai untuk pendampingan ini adalah metodologi Participatory Action Research (PAR). Metodologi tersebut

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan Faktor yang mempengaruhi keberhasilan inisiasi pelembagaan partisipasi perempuan dalam perencanaan dan penganggaran daerah adalah pertama munculnya kesadaran

Lebih terperinci

Bab VI: Kesimpulan. 1 Pemilih idealis mengaktualisasikan suaranya berdasarkan ideologi untuk memperjuangkan nilai-nilai

Bab VI: Kesimpulan. 1 Pemilih idealis mengaktualisasikan suaranya berdasarkan ideologi untuk memperjuangkan nilai-nilai Bab VI Kesimpulan Studi ini telah mengeksplorasi relasi dari kehadiran politik klan dan demokrasi di Indonesia dekade kedua reformasi. Lebih luas lagi, studi ini telah berupaya untuk berkontribusi terhadap

Lebih terperinci

BAB 9 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 9.I Kesimpulan Hasil penelitian ini menjawab beberapa hal, sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian tesis ini,

BAB 9 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 9.I Kesimpulan Hasil penelitian ini menjawab beberapa hal, sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian tesis ini, BAB 9 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 9.I Kesimpulan Hasil penelitian ini menjawab beberapa hal, sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian tesis ini, yaitu: 1. Tahapan dan Bentuk Gerakan Lingkungan di

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. ini. pemberdayaan digunakan sebagai alternatif pembangunan yang bersifat

BAB V PENUTUP. ini. pemberdayaan digunakan sebagai alternatif pembangunan yang bersifat BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan Pemberdayaan komunitas menjadi alterlatif dalam proses pembangunan saat ini. pemberdayaan digunakan sebagai alternatif pembangunan yang bersifat sentralistik, top-down dan berorientasi

Lebih terperinci

AKTUALISASI NILAI PANCASILA

AKTUALISASI NILAI PANCASILA PANCASILA Modul ke: 10Fakultas Ekonomi dan Bisnis AKTUALISASI NILAI PANCASILA Dr. Achmad Jamil M.Si Program Studi S1 Manajemen Aktualisasi Nilai Pancasila Pancasila sering mengalami berbagai deviasi dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebebasan pers Indonesia ditandai dengan datangnya era reformasi dimulai

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebebasan pers Indonesia ditandai dengan datangnya era reformasi dimulai BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebebasan pers Indonesia ditandai dengan datangnya era reformasi dimulai tahun 1998 setelah peristiwa pengunduran diri Soeharto dari jabatan kepresidenan. Pers Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Severin & Takard (2001:295) menyatakan bahwa media massa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Severin & Takard (2001:295) menyatakan bahwa media massa menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi telah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Severin & Takard (2001:295) menyatakan bahwa media massa menjadi konsumsi yang menguntungkan

Lebih terperinci

BAB 6 PENUTUP. Berebut kebenaran..., Abdil Mughis M, FISIP UI., Universitas Indonesia 118

BAB 6 PENUTUP. Berebut kebenaran..., Abdil Mughis M, FISIP UI., Universitas Indonesia 118 BAB 6 PENUTUP Bab ini menguraikan tiga pokok bahasan sebagai berikut. Pertama, menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian secara garis besar dan mengemukakan kesimpulan umum berdasarkan temuan lapangan.

Lebih terperinci

VISI DAN STRATEGI PENDIDIKAN KEBANGSAAN DI ERA GLOBAL

VISI DAN STRATEGI PENDIDIKAN KEBANGSAAN DI ERA GLOBAL RETHINKING & RESHAPING VISI DAN STRATEGI PENDIDIKAN KEBANGSAAN DI ERA GLOBAL OLEH : DR. MUHADJIR EFFENDY, M.AP. Disampaikan dalam Acara Tanwir Muhammadiyah 2009 di Bandar Lampung, 5 8 Maret 2009 1 Lingkup

Lebih terperinci

Agen-Agen Perubahan dan Aksi Tanpa Kekerasan

Agen-Agen Perubahan dan Aksi Tanpa Kekerasan Agen-Agen Perubahan dan Aksi Tanpa Kekerasan Oleh Hardy Merriman Aksi tanpa kekerasan menjadi salah satu cara bagi masyarakat pada umumnya, untuk memperjuangkan hak, kebebasan, dan keadilan. Pilihan tanpa

Lebih terperinci

MEMPERKUAT PENGORGANISASIAN MASYARAKAT SIPIL UNTUK MEMPERCEPAT DEMONOPOLISASI DI POLITIK DAN EKONOMI

MEMPERKUAT PENGORGANISASIAN MASYARAKAT SIPIL UNTUK MEMPERCEPAT DEMONOPOLISASI DI POLITIK DAN EKONOMI Publikasi Hasil Riset Indeks Demokrasi Asia: Kasus Indonesia Tahun 2015 MEMPERKUAT PENGORGANISASIAN MASYARAKAT SIPIL UNTUK MEMPERCEPAT DEMONOPOLISASI DI POLITIK DAN EKONOMI Pusat Kajian Politik (PUSKAPOL)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstruksi budaya patriarki yang masih mengakar kuat di Indonesia hingga saat ini, mengakibatkan posisi perempuan semakin terpuruk, terutama pada kelompok miskin. Perempuan

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Dari analisis berita di atas yang disiarkan oleh Metro Tv tentang aksi klaim yang

BAB IV PENUTUP. Dari analisis berita di atas yang disiarkan oleh Metro Tv tentang aksi klaim yang BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Dari analisis berita di atas yang disiarkan oleh Metro Tv tentang aksi klaim yang dilakukan Tim Kemanusiaan Surya Paloh terhadap pembebasan 10 WNI yang disandera oleh Abu Sayyaf

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Penelitian hubungan antara karakteristik pemilih, konsumsi media, interaksi peergroup dan

BAB V PENUTUP. Penelitian hubungan antara karakteristik pemilih, konsumsi media, interaksi peergroup dan BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Penelitian hubungan antara karakteristik pemilih, konsumsi media, interaksi peergroup dan perilaku pemilih memiliki signifikansi yang kuat. Terdapat hubungan positif antara konsumsi

Lebih terperinci

Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan Masyarakat MASYARAKAT Pemberdayaan Masyarakat Adalah sebuah upaya untuk meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalammemecahkan berbagaipersoalan terkait upayapeningkatan kualitashidup,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. telah dikaji oleh banyak sejarawan. Hubungan historis ini dilatarbelakangi dengan

BAB V PENUTUP. telah dikaji oleh banyak sejarawan. Hubungan historis ini dilatarbelakangi dengan 201 BAB V PENUTUP A. Simpulan Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hubungan historis antara Turki Utsmani dan Hindia Belanda sejatinya telah terjalin lama sebagaimana yang telah dikaji oleh banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kewarganegaraan sebagai mata pelajaran yang bertujuan untuk membentuk karakter individu yang bertanggung jawab, demokratis, serta berakhlak mulia.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi sekarang ini terlihat sangat pesat. Perkembangan ini tidak hanya melahirkan era informasi global tetapi

Lebih terperinci

BAB II IDENTIFIKASI DATA. A. Data Perusahaan

BAB II IDENTIFIKASI DATA. A. Data Perusahaan BAB II IDENTIFIKASI DATA A. Data Perusahaan 1. Yayasan Advokasi Transformasi Masyarakat (ATMA) Surakarta Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) adalah sebuah organisasi yang didirikan oleh perorangan atau sekelompok

Lebih terperinci

Menuju Pemilu Demokratis yang Partisipatif, Adil, dan Setara. Pusat Kajian Politik (Puskapol) FISIP Universitas Indonesia Jakarta, 16 Desember 2015

Menuju Pemilu Demokratis yang Partisipatif, Adil, dan Setara. Pusat Kajian Politik (Puskapol) FISIP Universitas Indonesia Jakarta, 16 Desember 2015 Menuju Pemilu Demokratis yang Partisipatif, Adil, dan Setara Pusat Kajian Politik (Puskapol) FISIP Universitas Indonesia Jakarta, 16 Desember 2015 1 Konteks Regulasi terkait politik elektoral 2014 UU Pilkada

Lebih terperinci

MEMAKNAI ULANG PARTISIPASI POLITIK WARGA: TAHU, MAMPU, AWASI PUSAT KAJIAN POLITIK FISIP UNIVERSITAS INDONESIA 28 JANUARI 2015

MEMAKNAI ULANG PARTISIPASI POLITIK WARGA: TAHU, MAMPU, AWASI PUSAT KAJIAN POLITIK FISIP UNIVERSITAS INDONESIA 28 JANUARI 2015 MEMAKNAI ULANG PARTISIPASI POLITIK WARGA: TAHU, MAMPU, AWASI PUSAT KAJIAN POLITIK FISIP UNIVERSITAS INDONESIA 28 JANUARI 2015 DEFINISI UMUM Partisipasi politik dipahami sebagai berbagai aktivitas warga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penulisan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penulisan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penulisan Komunikasi merupakan suatu proses pertukaran informasi yang terjadi antara satu pihak dengan pihak yang lain. Memenuhi kebutuhan kita sebagai mahluk sosial, tidak

Lebih terperinci

I.1. Pengantar. Bab 1 - Pendahuluan

I.1. Pengantar. Bab 1 - Pendahuluan Laporan Bab 1 Pendahuluan 3 I.1. Pengantar Laporan pengembangan model merupakan paparan hasil penelitian terhadap praktek pendidikan di masyarakat sungai dalam kaitan dengan kebutuhan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB IV. KESIMPULAN dan SARAN

BAB IV. KESIMPULAN dan SARAN BAB IV KESIMPULAN dan SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis secara menyeluruh pada level teks dan konteks di masing-masing Koran, peneliti kemudian memperbandingkan temuan-temuan tersebut khususnya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Mandiri Pedesaan itulah proses hegemoni terjadi, pelibatan masyarakat dalam

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Mandiri Pedesaan itulah proses hegemoni terjadi, pelibatan masyarakat dalam BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan serangkain kegiatan analisis data dari temuan di lapangan yang diperoleh melalui tahap observasi dan wawancara yang peneliti lakukan dapat ditarik beberapa

Lebih terperinci

DISKUSI AWAL PENGELOLAAN PENGETAHUAN PEMBANGUNAN MASYARAKAT

DISKUSI AWAL PENGELOLAAN PENGETAHUAN PEMBANGUNAN MASYARAKAT DISKUSI AWAL PENGELOLAAN PENGETAHUAN PEMBANGUNAN MASYARAKAT Sari Diskusi Pengelolaan Pengetahuan Pembangunan Masyarakat, 11 Juni 2012 1. PENGANTAR Pada hari Senin, 11 Juni 2012, Studio DriyaMedia Bandung

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini dilakukan secara kualitatif sesuai dengan kerangka analisis yang diajukan penulis yang kemudian dipakai untuk mendesain penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, media kampanye

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, media kampanye BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, media kampanye politik juga terus berkembang. Mulai dari media cetak, seperti: poster, stiker, dan baliho. Media

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN. filosofi, metodologi dan prinsip kerjanya. PAR tidak memiliki sebutan

BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN. filosofi, metodologi dan prinsip kerjanya. PAR tidak memiliki sebutan BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN A. Pendekatan Penelitian Pada pemahaman konsep PAR Participatory Action Research secara khusus menjelaskan beberapa aspek yaitu pengertian, sejarah, dasar filosofi,

Lebih terperinci

PRINSIP PARTISIPASI

PRINSIP PARTISIPASI PARTISIPASI DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA Kuliah Minggu ke-3 PRINSIP PARTISIPASI TINGKAT PARTISIPASI Partisipasi dalam pemberian informasi Partisipasi melalui konsultasi Partisipasi fungsional Partisipasi

Lebih terperinci

BAB VI. Penutup. pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah

BAB VI. Penutup. pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah 123 BAB VI Penutup Kesimpulan Dalam penelitian ini terungkap bahwa PDI Perjuangan telah melakukan rekrutmen sebagaimana didefinisikan oleh Ramlan Surbakti, yakni pemilihan atau pengangkatan seseorang atau

Lebih terperinci

Tantangan Pendidikan Indonesia dalam SDGs. Oleh M. firdaus

Tantangan Pendidikan Indonesia dalam SDGs. Oleh M. firdaus Tantangan Pendidikan Indonesia dalam SDGs Oleh M. firdaus Latar Belakang Kekerasan di dalam pendidikan kian mengkhawatirkan. Indonesia dihadapkan pada ketimpangan di berbagai hal seperti; asset, omset,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Kualitatif Penelitian ini akan dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif. Mengacu pada pendapat Newman (2003:16), Pendekatan ini dipandang tepat karena

Lebih terperinci

TRANSFORMASI DESA PENGUATAN PARTISIPASI WARGA DALAM PEMBANGUNAN, PEMERINTAHAN DAN KELOLA DANA DESA. Arie Sujito

TRANSFORMASI DESA PENGUATAN PARTISIPASI WARGA DALAM PEMBANGUNAN, PEMERINTAHAN DAN KELOLA DANA DESA. Arie Sujito TRANSFORMASI DESA PENGUATAN PARTISIPASI WARGA DALAM PEMBANGUNAN, PEMERINTAHAN DAN KELOLA DANA DESA Arie Sujito Apa pelajaran berharga yang dibisa dipetik dari perubahan desa sejak UU No. 6/ 2014? Apa tantangan

Lebih terperinci

BAB VIII TIGA BUTIR SIMPULAN. Pada bagian penutup, saya sampaikan tiga simpulan terkait kebijakan

BAB VIII TIGA BUTIR SIMPULAN. Pada bagian penutup, saya sampaikan tiga simpulan terkait kebijakan BAB VIII TIGA BUTIR SIMPULAN Pada bagian penutup, saya sampaikan tiga simpulan terkait kebijakan investasi di Indonesia jika ditinjau dari perspektif demokrasi ekonomi, yaitu: Pertama, UU 25/2007 telah

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. menyuarakan penolakannya. Penolakan yang didasari atas kearifan lokal terhadap

BAB VI PENUTUP. menyuarakan penolakannya. Penolakan yang didasari atas kearifan lokal terhadap BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Kemenangan yang diraih masyarakat kontra semen terhadap PT. Semen Gresik, tidak terlepas dari peran penting masyarakat Sedulur Sikep dalam menyuarakan penolakannya. Penolakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi massa menjadi sebuah kekuatan sosial yang mampu membentuk opini publik dan mendorong gerakan sosial. Secara sederhana, komunikasi diartikan sebagai

Lebih terperinci

Partisipasi kelompok marginal dan perempuan

Partisipasi kelompok marginal dan perempuan Memastikan tersedianya kesempatan yang sama di antara berbagai kelompok masyarakat, termasuk antara laki-laki dan perempuan, adalah instrumen penting untuk mencapai tujuan pengentasan kemiskinan dan pertumbuhan.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan kesimpulan yang menjabarkan pernyataan singkat hasil temuan penelitian yang menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Kesimpulan penelitian akan dimulai

Lebih terperinci

Gerakan Sosial. -fitri dwi lestari-

Gerakan Sosial. -fitri dwi lestari- Gerakan Sosial -fitri dwi lestari- (Bruce J. Cohen - 1992) Gerakan yang dilakukan sekelompok individu yang terorganisir untuk merubah (properubahan) ataupun mempertahankan (konservatif) unsur tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sosialisasi yang dilaksanakan di Madrasah Aliyah Sukasari Desa Cibeureum Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sosialisasi yang dilaksanakan di Madrasah Aliyah Sukasari Desa Cibeureum Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sosialisasi yang dilaksanakan di Madrasah Aliyah Sukasari Desa Cibeureum Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung, merupakan sosialisasi disekolah mengenai pemilihan umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berkreasi, semakin dirasakan urgensinya. Otonomi dibidang

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berkreasi, semakin dirasakan urgensinya. Otonomi dibidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kebutuhan akan pendidikan yang baik, yang mampu meningkatkan kualitas bangsa, mengembangkan karakter, memberikan keunggulan dan kemampuan berkreasi, semakin

Lebih terperinci

Movement mudah diterima oleh masyarakat global, sehingga setiap individu diajak untuk berpikir kembali tentang kemampuannya dalam mempengaruhi

Movement mudah diterima oleh masyarakat global, sehingga setiap individu diajak untuk berpikir kembali tentang kemampuannya dalam mempengaruhi BAB IV KESIMPULAN Pemahaman masyarakat global terhadap istilah globalisasi dewasa ini didominasi oleh definisi-definisi yang merujuk pada pengertian globalisasi dari atas. Globalisasi dari atas merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi baru untuk memuaskan kebutuhan. Untuk dapat beradaptasi dengan perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi baru untuk memuaskan kebutuhan. Untuk dapat beradaptasi dengan perubahan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan global yang begitu cepat terjadi di masa sekarang disebabkan oleh bertambah tingginya tingkat pendidikan masyarakat, tingkat pendapatan, arus informasi serta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi atau tempat penelitian mengenai fenomena perempuan pengangkut garam di Desa Kedungmutih, Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak khususnya di pangkalan KUB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan, matematika diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam rangka mengembangkan

Lebih terperinci

BAB VI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENCIPTAKAN PERUBAHAN

BAB VI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENCIPTAKAN PERUBAHAN 68 BAB VI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENCIPTAKAN PERUBAHAN Pengorganisasian lebih dimaknai sebagai suatu kerangka menyeluruh dalam rangka memecahkan masalah ketidakadilan sekaligus membangun tatanan

Lebih terperinci

Mobilisasi Sumber Daya untuk Transformasi Sosial: Tantangan Kita

Mobilisasi Sumber Daya untuk Transformasi Sosial: Tantangan Kita Mobilisasi Sumber Daya untuk Transformasi Sosial: Tantangan Kita Kamala Chandrakirana Seminar Nasional Program Studi Kajian Gender UI Depok, 11 Februari 2015 Disampaikan dalam Seminar Nasional "Jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. dalam menjalankan komunikasi pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. dalam menjalankan komunikasi pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terdapat banyak media yang digunakan oleh organisasi non pemerintah dalam menjalankan komunikasi pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Salah satunya adalah video.

Lebih terperinci

Laporan Tahunan. Sloka Institute 2010

Laporan Tahunan. Sloka Institute 2010 Laporan Tahunan Sloka Institute 2010 Pengantar Tahun 2010 membawa harapan baru bagi keterbukaan informasi di Indonesia. Sejak tanggal 1 Mei 2010 lalu, Undangundang No 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan

Lebih terperinci

Kerangka Acuan Call for Proposals : Voice Indonesia

Kerangka Acuan Call for Proposals : Voice Indonesia Kerangka Acuan Call for Proposals 2016-2017: Voice Indonesia Kita berjanji bahwa tidak akan ada yang ditinggalkan [dalam perjalanan kolektif untuk mengakhiri kemiskinan dan ketidaksetaraan]. Kita akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selama ini sistem pendidikan masih cenderung mengarah pada dua

BAB I PENDAHULUAN. Selama ini sistem pendidikan masih cenderung mengarah pada dua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selama ini sistem pendidikan masih cenderung mengarah pada dua masalah pokok, yakni 1) bagaimana mengadaptasikan dengan benar kurikulum dan metode pendidikan

Lebih terperinci

MODEL PENGEMBANGAN KADER PKK SEBAGAI MOTOR PEMBANGUNAN

MODEL PENGEMBANGAN KADER PKK SEBAGAI MOTOR PEMBANGUNAN MODEL PENGEMBANGAN KADER PKK SEBAGAI MOTOR PEMBANGUNAN Oleh: Trisakti Handayani Pada: Capacity Building bagi Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Malang: Optimalisasi Peran Perempuan dalam Pembangunan 25

Lebih terperinci

MENGGUGAH PARTISIPASI GENDER DI LINGKUNGAN KOMUNITAS

MENGGUGAH PARTISIPASI GENDER DI LINGKUNGAN KOMUNITAS MENGGUGAH PARTISIPASI GENDER DI LINGKUNGAN KOMUNITAS Penulis: : Dr. Remiswal, S.Ag., M.Pd. Edisi Kedua Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN, REFLEKSI, DAN REKOMENDASI. Bab ini akan mendiskusikan kesimpulan atas temuan, refleksi, dan juga

BAB 6 KESIMPULAN, REFLEKSI, DAN REKOMENDASI. Bab ini akan mendiskusikan kesimpulan atas temuan, refleksi, dan juga BAB 6 KESIMPULAN, REFLEKSI, DAN REKOMENDASI Bab ini akan mendiskusikan kesimpulan atas temuan, refleksi, dan juga rekomendasi bagi PKS. Di bagian temuan, akan dibahas tentang penelitian terhadap iklan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar negara di dunia termasuk Indonesia. Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak reformasi telah

Lebih terperinci

Proses Komunikasi dalam Masyarakat

Proses Komunikasi dalam Masyarakat Proses Komunikasi dalam Masyarakat Lapisan masyarakat sangat beragam dan kompleks Semakin kompleks, semakin rumit, karena bermacam budaya dan proses sosial Bentuk komunikasi ditentukan oleh: 1. Pihak yang

Lebih terperinci

Mitra. Menyemai Gagasan Untuk Indonesia Yang Lebih Baik. Secara ringkas, partner Perkumpulan Prakarsa dapat dikelompokkan sebagai berikut:

Mitra. Menyemai Gagasan Untuk Indonesia Yang Lebih Baik. Secara ringkas, partner Perkumpulan Prakarsa dapat dikelompokkan sebagai berikut: Civil Society for a Better Indonesia Kiri Atas : CSO Meeting Peran & Kerja Panitia Anggaran DPR Kiri Bawah : Diskusi Terbatas Hari Riset Prakarsa di North South Institute Jakarta 30 Juni 2005 Kanan : Prof.

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. mendeliberasikan ide-ide mengenai perlindungan terhadap hak publik adalah ruang

BAB 5 PENUTUP. mendeliberasikan ide-ide mengenai perlindungan terhadap hak publik adalah ruang 97 BAB 5 PENUTUP A. KESIMPULAN PENELITIAN Studi ini memiliki hipotesa awal bahwa arena yang cukup esensial dalam mendeliberasikan ide-ide mengenai perlindungan terhadap hak publik adalah ruang publik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pribadinya maupun kebutuhan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pribadinya maupun kebutuhan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini kehidupan manusia tidak dapat terlepas dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), sehingga menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas.

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan. dari revolusi di kerdua Negara tersebut. Bahkan di Mesir media sosial

BAB V. Kesimpulan. dari revolusi di kerdua Negara tersebut. Bahkan di Mesir media sosial BAB V Kesimpulan Berdasarkan tulisan diatas, dapat diambil argumen bahwa Media memiliki peranan yang sangat penting dalam isu politik dan hubungan internasional. Di kawasan Mesir dan Suriah bisa dikatakan

Lebih terperinci

KOMISI B. KEANGGOTAAN: 6 Laki-laki ; 12 Perempuan = 18orang. ( Tgl 24 September 2013 ) Kode Etik Konsil LSM Indonesia

KOMISI B. KEANGGOTAAN: 6 Laki-laki ; 12 Perempuan = 18orang. ( Tgl 24 September 2013 ) Kode Etik Konsil LSM Indonesia KOMISI B KEANGGOTAAN: 6 Laki-laki ; 12 Perempuan = 18orang ( Tgl 24 September 2013 ) Kode Etik Konsil LSM Indonesia Mukadimah Konsil LSM Indonesia menyadari bahwa peran untuk memperjuangkan partisipasi

Lebih terperinci