GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2008 TENTANG
|
|
- Doddy Hartono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN UMUM SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF (SMPP) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2008 GUBERNUR JAWA TIMUR MENIMBANG : bahwa dalam rangka optimalisasi pelaksanaan Sistem Manajemen Pembangunan Partisipatif (SMPP) dan peningkatan kualitas pengelolaan pembangunan desa di Provinsi Jawa Timur, maka perlu menetapkan Pedoman Umum Sistem Manajemen Pembangunan Partisipatif (SMPP) Provinsi Jawa Timur Tahun 2008 dengan Peraturan Gubernur Jawa Timur. MENGINGAT : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851). 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286). 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355). 4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421). 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4548). 6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Tambahan Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438). Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2008 1
2 7. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4578). 8. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4587). 9. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4593). 10.Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tatacara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4664). 11.Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negera Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negera Nomor 4737). 12.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pedoman Penataan Lembaga Kemasyarakatan. 13.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2007 tentang Kader Pemberdayaan Masyarakat. 14.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2007 tentang Pelatihan Pemberdayaaan Masyarakat Desa. 15.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 35 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Tata Cara Pelaporan dan Pertanggung Jawaban Penyelenggaraan Pemerintahan Desa. 16.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa. 17.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 38 Tahun 2007 tentang Kerjasama Desa. 18.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2007 tentang Perencanaan Pembangunan Desa. 19.Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 8 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun (Lembaran Daerah Tahun 2005 Nomor 3, Seri E). MEMUTUSKAN MENETAPKAN : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PEDOMAN UMUM SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF (SMPP) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan : 1. Pemerintah adalah Pemerintah Republik Indonesia. Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2008 2
3 2. Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Provinsi Jawa Timur. 3. Gubernur adalah Gubernur Jawa Timur. 4. Kabupaten/Kota adalah Kabupaten/Kota di Jawa Timur. 5. Kecamatan adalah Kecamatan di Jawa Timur. 6. Desa adalah Desa di Jawa Timur. Pasal 2 Pedoman Umum Sistem Manajemen Pembangunan Partisipatif (SMPP) Provinsi Jawa Timur sebagaimana tersebut dalam Lampiran, merupakan kerangka acuan dalam rangka mengoptimalkan pengelolaan pembangunan khususnya pembangunan desa yang berbasis pada peran serta masyarakat dalam pengambilan keputusan pembangunan. Pasal 3 Pedoman Umum Sistem Manajemen Pembangunan Partisipatif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, bertujuan untuk : a. Meningkatkan partisipasi masyarakat dan kualitas pengelolaan pembangunan desa secara transparan dan akuntabel dengan mendayagunakan segenap potensi masyarakat desa. b. Meningkatkan kualitas Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) dalam menyusun perencanaan dan penganggaran pembangunan desa. c. Mensinergikan sistem perencanaan dan penganggaran pembangunan di daerah mulai dari level desa hingga Kabupaten/ Kota. d. Memberikan dukungan fasilitasi bagi proses penyusunan perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban dan pelestarian program pembangunan. e. Meningkatkan kualitas administrasi pengelolaan pemerintahan dan pembangunan desa. Pasal 4 Pedoman Umum Sistem Manajemen Pembangunan Partisipatif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 digunakan sebagai Pedoman bagi Dinas/lnstansi di lingkungan Pemerintah Provinsi, Kabupaten/ Kota, Kecamatan, Desa, serta stakeholders lain dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan yang dibiayai dari dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jawa Timur, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten/Kota maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa). Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2008 3
4 Pasal 5 Guna mengoptimalkan implernentasi Sistem Manajemen Pembangunan Partisipatif (SMPP) di Desa, Kecamatan dan Kabupaten/Kota di Jawa Timur diperlukan dukungan pembiayaan dari semua pihak baik pemerintah, masyarakat desa maupun berbagai pemangku kepentingan lainnya. Pasal 6 Pemerintah Provinsi bersama Pemerintah Kabupaten/Kota perlu mengembangkan kerjasama pembiayaan (cost sharing) dalam mendukung optimalisasi pelaksanaan Sistem Manajemen Pembangunan Partisipatif (SMPP). Pasal 7 Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar supaya setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Jawa Timur. Ditetapkan di Surabaya pada tanggal 7 Mei 2008 DIUMUMKAN DALAM LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR TGL No.41 Th 2008 / E1 GUBERNUR JAWA TIMUR ttd. H. IMAM UTOMO Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2008 4
5 LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR : 41 TAHUN 2008 TANGGAL : 7 MEI 2008 PEDOMAN UMUM SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF (SMPP) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2008 I. UMUM A. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah membuka peluang yang luas bagi daerah untuk mengembangkan dan membangun daerahnya sesuai dengan kebutuhan dan prioritasnya masing-masing. Otonomi daerah mengakui adanya kepemilikan otoritas lokal dalam mengurus dan mengatur kepentingan masyarakat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi daerah. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional sebagaimana diatur dalam Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2004 telah menjelaskan mekanisme perencanaan pembangunan baik pada level Nasional, Provinsi, Kabupaten/Kota. Mekanisme ini telah dijabarkan secara prosedural dalam Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Musrenbang yang ditetapkan setiap tahun anggaran sebagaimana diatur dalam Surat Edaran Bersama Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dan Menteri Dalam Negeri. Namun demikian, dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional maupun Petunjuk Teknis Musrenbang belum sepenuhnya mengatur mengenai mekanisme perencanaan maupun prosedur teknis pengelolaan pembangunan Desa. Sebagai sistem pengelolaan pembangunan, Sistem Manajemen Pembangunan Partisipatif (SMPP) dikembangkan dalam rangka melengkapi sistem perencanaan dan prosedur teknis Pembangunan Nasional, terutama pada level Desa. Orientasi pengembangan SMPP difokuskan pada tataran pemerintahan maupun kemasyarakatan. Pada tataran pemerintahan, ditumbuhkan perilaku kepemerintahan yang partisipatif, jujur, terbuka, bertanggung jawab, dan demokratis (good governance). Sedangkan pada tataran kemasyarakatan, dikembangkan mekanisme yang memberikan peluang partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan pembangunan. Dalam hal ini, masyarakat merupakan pelaku utama program, dimana prakarsa pembangunan dipastikan berasal dan dilakukan oleh masyarakat serta diperuntukkan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Peran serta aktif masyarakat dalam pengambilan keputusan diharapkan memberikan peluang bagi terwujudnya keterbukaan dan kebertanggungjawaban maupun komitmen masyarakat dalam pelestarian program. Pelaksanaan SMPP di Jawa Timur mulai dilaksanakan sejak tahun 2002 hingga sekarang. Hingga tahun 2007, SMPP telah dilaksanakan di 26 Kabupaten/Kota di Jawa Timur. Hasil Evalusi Penerapan SMPP menunjukkan bahwa praktik pengelolaan pembangunan Desa yang telah berjalan selama ini masih kurang terpadu dan lebih dominan sebagai aktifitas perencanaan saja. Sedangkan pengawasan dan pemeliharaan Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2008 1
6 yang seharusnya juga menjadi bagian penting dalam merealisasikan kegiatan pembangunan balum banyak dilakukan oleh masyarakat dan pemeran pembangunan. Oleh karena itu, perlu dikembangkan sistem pengelolaan pembangunan desa secara menyeluruh dan terpadu meliputi perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pertanggung jawaban dan tindak lanjut program yang dalam pelaksanaannya dilakukan melalui pengembangan dan peningkatan fasilitasi kepada masyarakat, Pemerintah Desa, Lembaga Kemasyarakatan Desa dan stakeholders dalam peyelenggaraan forum Musrenbang, penguatan forum Pemerintahan Desa dan Lembaga Kemasyarakatan Desa dalam mengadvokasi hasil Musrenbang Desa pada Musrenbang Kecamatan, serta jaminan akses informasi forum Pemerintahan Desa dan Lembaga Kemasyarakatan Desa pada Forum Musrenbang dalam berbagai tingkatan. Terkait dengan hal tersebut, maka dalam rangka optimalisasi pelaksanaan SMPP maka dilakukan penyempurnaan Pedoman Umum SMPP agar lebih responsif. Pedoman Umum SMPP ini dimaksudkan untuk memberikan kerangka acuan pengembangan sistem perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pertanggungjawaban dan tindak lanjut program pembangunan dengan dukungan fasilitasi dan pengendalian program pembangunan secara optimal berlandaskan pada prinsip partisipasi, transparansi dan akuntabilitas. Disamping itu juga dimaksudkan sebagai bentuk fasilitasi bagi upaya peningkatan partisipasi masyarakat, penyelenggara pemerintahan daerah terutama Pemerintahan Desa, dan berbagai stakeholders agar mampu berperanserta secara sinergis dalam pengelolaan pembangunan. B. LANDASAN HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. 4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. 7. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman, Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. 8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. 9. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa. 10.Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tatacara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional. 11.Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. 12.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pedoman Penataan Lembaga Kemasyarakatan. 13.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2007 tentang Kader Pemberdayaan Masyarakat. Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2008 2
7 14.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2007 tentang Pelatihan Pemberdayaaan Masyarakat Desa. 15.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 35 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Tata Cara Pelaporan dan Pertanggung Jawaban Penyelenggaraan Pemerintahan Desa. 16.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa. 17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 38 Tahun 2007 tentang Kerjasama Desa. 18.Peraturan Mentari Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2007 tentang Perencanaan Pembangunan Desa. 19.Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 8 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun C. PENGERTIAN Sistem Manajemen Pembangunan Partisipatif (SMPP) adalah sistem perencanaan, pelaksanaan, pertanggung jawaban dan tindak lanjut program pembangunan yang mengutamakan partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan pembangunan dengan mendayagunakan potensi sumberdaya lokal yang didukung oleh penganggaran dan pengendalian program serta difasilitasi secara sinergis oleh segenap pemeran pembangunan. D. MAKSUD DAN TUJUAN 1. Maksud a. Mempertajam dan mengoptimalkan kualitas pengelolaan pembangunan desa dalam bentuk Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM-Desa), Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP-Desa), Pengelolaan Anggaran Penerimaan dan Belanja Desa (APB-Desa), Pelaksanaan Program dan Pertanggung Jawaban Penyelengaraan Pemerintahan Desa sebagai satu kesatuan dengan sistem perencanaan dan pengelolaan pembangunan daerah maupun pembangunan nasional. b. Menggerakkan partisipasi dan swadaya gotong-royong masyarakat dalam rangka menanggulangi permasalahan maupun mengembangkan potensi melalui aktifitas pembangunan desa. c. Mengoptimalkan bantuan fasilitasi dan pengendalian program guna mendorong terwujudnya efisiensi dan efektifitas pengelolaan pembangunan desa. 2. Tujuan a. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan pada semua tahapan kegiatan pembangunan mulai proses perencanaan,pelaksanaan, pertanggungjawaban dan tindak lanjut program pada masing-masing desa. b. Mendayagunakan potensi sumberdaya lokal dalam rangka mewujudkan kesejahteraan dan kemandirian. c. Meningkatkan fungsi dan peran Pemerintah Desa sebagai fasilitator dan katalisator pembangunan. d. Memantapkan fungsi dan peran Lembaga Kemasyarakatan Desa dalam memfasilitasi pemberdayaan dan pelaksanaan program pembangunan. Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2008 3
8 e. Mengoptimalkan peran Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM) dalam memfasilitasi pengelolaan pembangunan partisipatif di desa. f. Mensinergikan berbagai pemeran pembangunan (stakeholders) dalam pengelolaan pembangunan mulai dari perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pertanggungjawaban dan tindak lanjut program. Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2008 4
9 II. PRINSIP DAN RUANG LINGKUP SMPP A. PRINSIP. 1. Partisipatif, memeransertakan masyarakat dalam pengambilan keputusan, baik sebagai pengelola, pemanfaat, pengawas dan pelestari pembangunan. 2. Keterbukaan, semua informasi dan kegiatan pembangunan dikelola secara terbuka oleh masyarakat sehingga kontrol masyarakat dapat terwujud demi mendorong partisipasi. 3. Berbasis Kemampuan Lokal, mendayagunakan segenap potensi, modal sosial, kemampuan dan sumberdaya yang dimiliki demi mewujudkan kesejahteraan dan kemandirian. 4. Keterpaduan, program dikembangkan secara utuh dan menyeluruh serta dilaksanakan dengan mengoptimalkan kerjasama antara masyarakat, Pemerintah dan pemeran pembangunan lainnya. 5. Keberpihakan, memprioritaskan kegiatan pembangunan pada pemberdayaan masyarakat miskin, kelompok-kelompok marjinal, berwawasan keadilan dan kesetaraan gender. 6. Akuntabel, pengelolaan program harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral, teknis, administratif dan publik. 7. Berkelanjutan, pengelolaan program mampu menumbuhkan peranserta masyarakat untuk memanfaatkan, memelihara, melestarikan dan mengembangkan program. B. RUANG LINGKUP Ruang lingkup SMPP meliputi kegiatan: 1. Pengkajian Potensi dan Masalah, yakni aktifitas penggalian aspirasi secara partisipatif guna mengenali, menemukan dan merumuskan potensi dan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat sebagai titik tolak penentuan prioritas program. 2. Penyusunan Dokumen Perencanaan Pembangunan Penyusunan Dokumen Perencanaan Pembangunan difokuskan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM-Desa) dan Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKP-Desa). Dokumen perencanaan pembangunan desa digunakan sebagai dasar dan acuan pengelolaan pembangunan desa oleh berbagai pihak dan kegiatan/program dari berbagai sumber pembiayaan. 3. Penyelenggaraan dan Pendampingan Penyelenggaraan Musrenbang Forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan dilaksanakan pada level Desa, Kecamatan maupun Kabupaten/Kota. Adapun Forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan terdiri dari: a. Musrenbang Desa b. Musrenbang Kecamatan c. Forum Satuan Kerja Perangkat Daerah (Forum SKPD) d. Musrenbang Kabupaten/Kota. Dalam rangka meningkatkan kualitas penyelenggaraan Musrenbang Desa dan Kecamatan oerlu dikembangkan seqenap fasilitasi kepada masyarakat,pemerintahan Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2008 5
10 Desa, Lembaga Kemasyarakatan Desa dan stakeholders lainnya agar mereka mampu berpartisipasi secara optimal dalam penyelenggaraan forum Musrenbang. Kegiatan pendampingan dan fasilitasi lainnya dilaksanakan oleh Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM) di masing-masing desa. Perlu didorong penguatan forum Pemerintahan Desa dan Lembaga Kemasyarakatan Desa agar memiliki kemampuan efektif untuk mengadvokasikan hasil Musrenbang Desa pada Musrenbang Kecamatan, Forum SKPD, Musrenbang Kabupaten-Kota maupun Penyusunan APBD Kabupaten-Kota. Untuk menjamin akses informasi dan integrasi program dalam pengambilan keputusan rencana pembangunan desa maka diperlukan peranserta DPRD dari daerah pemilihan, SKPD, Forum Pemerintahan Desa dan Lembaga Kemasyarakatan Desa pada pelaksanaan Musrenbang Kecamatan. 4. Penyusunan dan Penetapan Anggaran Pembangunan Penyusunan Anggaran Penerimaan dan Belanja Desa (APB-Desa) dilaksanakan oleh Pemerintah Desa bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dengan mengacu pada program/kegiatan sebagaimana terdapat dalam RPJM-Desa dan RKP-Desa. Untuk mewujudkan efisiensi penggunaan dana dan optimalisasi pencapaian tujuan pembangunan desa maka perlu dikembangkan APB-Desa berdasarkan prinsip-prinsip penyusunan anggaran berbasis kinerja. 5. Pelaksanaan Program Merupakan kegiatan merealisasikan rencana pembangunan baik yang didanai oleh swadaya murni masyarakat, Alokasi Dana Desa (ADD) maupun dari sumber anggaran lainnya. Pelaksanaan pembangunan harus berbasis pada: (i) komitmen dan peningkatan kemampuan masyarakat serta pendayagunaan sumber-sumber lokal (community based development), (ii) peran serta kelembagaan lokal sesuai dengan fungsi, minat dan kepentingannya dalam program (community based organization), (iii) menempatkan Pemerintah Desa, Lembaga Kemasyarakatan dan pemeran lain sebagai fasilitator dan katalisator (technical assistance) yang mendukung, melengkapi, memperkuat, menunjang dan memperlancar proses pelaksanaan program. Dalam pelaksanaan pembangunan desa dilakukan serangkaian kegiatan meliputi: (i) mobilisasi potensi sumberdaya lokal dan gotong-royong masyarakat, (ii) monitoring program, (iii) pembimbingan teknis dalam realisasi kegiatan dan penyusunan laporan, (iv) pengawasan realisasi kegiatan. 6. Pertanggungjawaban dan Tindak Lanjut Program a. Pertanggungjawaban merupakan kegiatan menyampaikan, menilai, membahas dan menetapkan pertanggungjawaban pengelola kegiatan pembangunan baik secara administratif maupun publik. b. Dalam rangka mendorong terwujudnya transparansi, akuntabilitas dan tertib administrasi pertanggungjawaban program, maka diperlukan fasilitasi terhadap peran publik dalam menilai pertanggungjawaban program sekaligus fasilitasi peningkatan kapasitas Pemerintah Desa dalam menyusun Laporan Tahunan maupun Laporan Akhir Penyelenggaraan Pemerintahan. Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2008 6
11 c. Tindak Lanjut Program merupakan kegiatan pasca pelaksanaan program yang berupa kegiatan operasional, pelestarian dan pengembangan program. Selanjutnya untuk menyusun rencana operasional, pelestarian dan pengembangan, maka perlu diselenggarakan evaluasi dan refleksi program. Melalui kegiatan ini akan diperoleh gambaran pencapaian program, tingkat eflsiensi dan efektifitas pola pengelolaan dan pendayagunaan sumber-sumber lokal, faktor penghambat dan pendukung program maupun rekomendasi kegiatan. 7. Pengendalian Program a. Kegiatan pengendalian program dilakukan pada seluruh aktifitas pengelolaan pembangunan, sejak pengkajian potensi dan masalah sampai dengan pertanggung jawaban dan tindak lanjut program. b. Pengendalian program dilakukan demi menjamin kesesuaian program yang dilakukan dengan yang direncanakan serta memberikan koreksi atas penyimpangan atau ketidakmampuan dalam pelaksanaan program. c. Pengendalian program pembangunan dilaksanakan melalui pendampingan, pengawasan, pelaporan, pemantauan dan evaluasi serta bimbingan teknis dan pembinaan. 8. Dukungan Fasilitasi a. Merupakan kegiatan yang bersifat mendukung dan menunjang optimalisasi kegiatan yang dilakukan oleh berbagai pihak antara lain Pemerintah, dunia usaha, LSM dan Perguruan Tinggi maupun stakeholders lainnya. b. Dukungan fasilitasi antara lain berbentuk pendampingan, konsultasi, manajemen dan teknologi, permodalan, pengembangan SDM, pengembangan infrastruktur, pengembangan akses pemasaran, kemitraan dan lainnya sesuai dengan kebutuhan masyarakat sasaran. c. Dalam rangka menumbuhkembangkan, menggerakkan partisipasi serta swadaya gotong royong masyarakat perlu dibentuk Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM) yang berasal dari unsur masyarakat desa setempat. KPM bertugas membantu Pemerintah Desa dan Lembaga Kemasyarakatan Desa dalam aktifitas pemberdayaan masyarakat dan pengelolaan pembangunan partisipatif. Proses seleksi, pelatihan, penempatan, pemantauan dan pembinaan KPM dilaksanakan bersama antara Pemerintah Provinsi dengan Pemerintah Kabupaten/Kota. Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2008 7
12 III.PELAKSANAAN KEGIATAN SMPP A. Pengkajian Potensi dan Masalah 1. Pengkajian Potensi dan Masalah adalah kegiatan mengidentifikasi, menganalisis dan menetapkan skala prioritas kegiatan untuk mengembangkan potensi dan mengatasi permasalahan masyarakat desa dengan mempertimbangkan sumberdaya lokal yang meliputi sumber daya alam, sumber daya manusia dan modal sosial dengan menggunakan berbagai teknik partisipatif yang relevan. 2. Pengkajian Potensi dan Masalah dilaksanakan dalam rangka penyusunan RPJM- Desa, RKP-Desa maupun kegiatan lain. Kegiatan ini dilaksanakan melalui media pertemuan dusun, pertemuan RT-RW, penggalian aspirasi oleh BPD, LKMD maupun Lembaga Kemasyarakatan Desa (LKD) semacam PKK, Karang Taruna, Lembaga Adat dan lembaga sosial-ekonomi lainnya. 3. Metode atau teknik yang digunakan untuk melakukan pengkajian potensi dan masalah adalah teknik-teknik perencanaan partisipatif. Penggunaan metode atau teknik pengkajian disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan serta penguasaan terhadap metode yang akan diterapkan. Dalam pelaksanaan pengkajian potensi dan masalah bisa digunakan seperangkat alat yang berfungsi sebagai media seperti peta potensi desa, kalender kegiatan, peta kelembagaan, profil dan monografi desa dan sebagainya. 4. Proses penyusunan hasil pengkajian dilakukan melalui tahapan: (i) menginventarisir potensi dan masalah, (ii) menentukan peringkat potensi dan masalah, (iii) menginventarisir alternatif kegiatan pengembangan potensi dan penanggulangan masalah, (iv) menentukan peringkat kegiatan pengembangan potensi dan penanggulangan masalah. 5. Hasil pengkajian potensi dan masalah adalah: (i) daftar prioritas potensi dan masalah, (ii) daftar prioritas kegiatan pembangunan dalam rangka pengembangan potensi dan penanggulangan masalah. Daftar prioritas potensi dapat digali dari potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, kelembagaan, dan modal sosial lokal. Sedangkan daftar prioritas masalah dapat diidentifikasi antara lain dari permasalahan kemiskinan, kerawanan sosial, pengangguran dan sebagainya. Hasilnya kemudian didokumentasikan dan disebarluaskan sebagai bahan dalam pengambilan keputusan perencanaan pembangunan desa. 6. Pengkajian Potensi dan Masalah merupakan kegiatan yang diselenggarakan secara rutin sesuai dengan kebutuhan demi menjamin ketersediaan data dan informasi untuk kepentingan perencanaan pembangunan desa. B. Penyusunan Dokumen RPJM-Desa 1. Dokumen RPJM-Desa a. RPJM-Desa merupakan dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun yang memuat arah kebijakan umum pembangunan desa serta prioritas program yang disertai rencana kegiatan beserta pagu indikatif anggarannya. b. Maksud dan tujuan penyusunan RPJM-Desa adalah (i) mewujudkan rencana pembangunan desa sesuai dengan permasalahan, potensi dan kemampuan lokal, (ii) merumuskan rencana pembangunan desa secara bertahap dan berkelanjutan, (iii) mendayagunakan partisipasi dan swadaya gotong-royong masyarakat dalam pembangunan desa, (iv) mengembangkan rasa memiliki dan tanggung jawab masyarakat terhadap pelestarian pembangunan. Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2008 8
13 c. Dalam penyusunan RPJM-Desa perlu mempertimbangkan arah kebijakan pembangunan sebagaimana terdapat dalam RPJMD Kabupaten/Kota, RPJMD Provinsi dan RPJM Nasional. d. RPJM-Desa secara pokok memuat komponen: a) Profil Desa, yang secara pokok memuat karakteristik wilayah, penduduk, kelembagaan, infrastruktur pendukung, potensi unggulan desa dan sebagainya. b) Isu Strategis Pembangunan Desa yang dirumuskan berdasarkan permasalahan kunci dan prioritas pengembangan potensi yang akan dilaksanakan dalam pengelolaan pembangunan 5 (lima) tahun ke depan. c) Rumusan Visi-Misi, sebagai arah dan landasan kerja jangka menengah pembangunan Desa. d) Rumusan Program Jangka Menengah Desa, merupakan kumpulan kegiatankegiatan yang dilaksanakan dalam rangka pencapaian visi dan misi pembangunan desa selama 5 (lima) tahun ke depan. Kategori program pembangunan Jangka Menengah Desa terdiri dari Program desa dan Program Antar Desa. Program Antar Desa dikelola melalui Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD) sebagai penyelenggara kerjasama/kemitraan dengan fokus antara lain: (i) penataan tata ruang dan pengembangan wilayah, (ii) penguatan kapasitas kelembagaan sosial-ekonomi masyarakat, (iii) pendayagunaan aset budaya dan lingkungan hidup, (iv) pengembangan potensi ekonomi kawasan dan (v) Pengembangan Pusat Pertumbuhan Terpadu Antar Desa. Program Jangka Menengah Desa disusun dalam bentuk matrik yang dilengkapi dengan gugus rencana kegiatan setiap tahun/tahap beserta pagu indikatif anggarannya. 2. Langkah Penyusunan RPJM-Desa a. Penyusunan RPJM-Desa dilaksanakan melalui kegiatan: (i) persiapan, (ii) pelaksanaan dan penetapan, (iii) pelembagaan. b. Persiapan meliputi: a) Pembentukan Tim RPJM-Desa. Pembentukan Tim dilaksanakan oleh Kepala Desa yang dituangkan dalam Surat Keputusan Kepala Desa. Tim RPJM-Desa berjumlah maksimal 10 (sepuluh) orang yang terdiri dari: (i) Kepala Desa merupakan pengendali kegiatan, (ii) Sekretaris Desa sebagai penanggung jawab kegiatan, (iii) Ketua/unsur LKMD sebagai Ketua Tim Penyusunan RPJM- Desa.Sedangkan anggota Tim terdiri dari unsur: (i) Pemerintah Desa, (ii) BPD, (iii) LKMD dan atau dan LKD lainnya yang eksis di desa, (iv) unsur PKK dan atau kelompok perempuan lainnya, (v) unsur perwakilan RT-RW atau dusun, (vi) unsur KPM sebagai fasilitator penyusunan. b) Penyusunan Rencana Kerja dan Jadwal Kegiatan. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Tim RPJM-Desa untuk menyusun rencana kerja penyusunan RPJM-Desa beserta jadwal pelaksanaannya. c) Review Data dan Program. Review Data merupakan kegiatan memperbaruhi data monografi desa, profil desa dan data potensi desa sekaligus seleksi data yang relevan untuk kepentingan penyusunan RPJM-Desa. Sedangkan Review Program merupakan kegiatan evaluasi program pembangunan yang telah dilaksanakan setidaknya 5 tahun terakhir serta pengumpulan informasi kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan oleh dinas/instansi atau pihak lain di desa. Rekomendasi evaluasi dan informasi program yang telah dikumpulkan merupakan bahan masukan penting dalam penyusunan RPJM-Desa. Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2008 9
14 d) Pengkajian Potensi dan Masalah. Kegiatan ini dilaksanakan bersama-sama masyarakat melalui berbagai forum yang ada di desa baik forum BPD, LKMD dan Lembaga Kemasyarakatan lainnya maupun forum RT-RW dan dusun. Agenda utama yang dilakukan meliputi: (i) merumuskan gagasan masa depan desa sebagai bahan penyusunan visi-misi, (ii) analisis masalah dan analisis potensi. Analisis masalah dilaksanakan mulai dari inventarisasi dan pengelompokan masalah, penentuan prioritas masalah, pengkajian tindakan pemecahan masalah, dan akhirnya menentukan prioritas tindakan pemecahan masalah. Sedangkan analisis potensi dilaksanakan mulai dari inventarisasi potensi, menetapkan prioritas potensi yang akan dikembangkan, menginventarisir alternatif kegiatan pengembangan potensi dan sekaligus menyusun prioritas kegiatan pengembangan potensi. Hasil kegiatan pengkajian ini meliputi: (i) usulan rumusan visi-misi, (ii) isu strategis pembangunan desa yang dirumuskan berdasarkan permasalahan kunci dan prioritas pengembangan potensi yang telah digali, (iii) program strategis yang dirumuskan berdasarkan usulan tindakan pemecahan masalah dan usulan kegiatan pengembangan potensi, (iv) usulan program kerjasama antar desa apabila menjadi prioritas program pembangunan desa. e) Penyusunan Draft RPJM-Desa. Berdasarkan masukan bahan yang telah ada selanjutnya Tim RPJM-Desa melakukan penyusunan Draft RPJM-Desa. Adapun bahan-bahan penyusunan RPJM-Desa antara lain: (i) Data Monografi Desa, Profil Desa dan Data Potensi Desa yang telah terbaharui (up-date) (ii) rekomendasi evaluasi program dan informasi program yang akan berjalan, (iii) daftar prioritas masalah dan potensi beserta usulan kegiatan yang dihasilkan melalui pengkajian potensi dan masalah, (iv) usulan program kerjasama antar desa apabila diperlukan, (v) dokumen RPJM dan RPJP Kabupaten/Kota, (v) dokumen lain seperti RPJM dan RPJP Provinsi maupun Nasional. c. Pelaksanaan Musrenbang Desa, dengan agenda: a) Pemaparan isi pokok Draft RPJM-Desa oleh Kepala Desa. b) Pembahasan dan penyepakatan bersama tentang: b.1)visi-misi Pembangunan Desa b.2)isu Strategis Pembangunan Jangka Menengah Desa. b.3)program Pembangunan Jangka Menengah Desa. b.4)kaidah pengelolaan pembangunan desa berupa tahapan dan langkahlangkah pencapaian tujuan pembangunan. b.5)rencana pembiayaan dari berbagai sumber pendanaan baik dari sumber swadaya, ADD, APBD, APBN maupun dari sumber-sumber pembiayaan lainnya. b.6)indikator kinerja pengelolaan program. c) Hasil Musrenbang Desa selanjutnya disempurnakan menjadi Dokumen RPJM- Desa oleh Tim RPJM-Desa. d) RPJM-Desa ditetapkan oleh Pemerintah Desa bersama BPD dalam bentuk Peraturan Desa (Perdes). RPJM-Desa berfungsi sebagai acuan bagi penyusunan RKP-Desa. d. Pelembagaan Merupakan kegiatan untuk menyebarluaskan informasi atau dokumen RPJM-Desa kepada berbagai pihak baik dinas-instansi maupun stakeholders lainnya. Pelembagaan RPJM-Desa dilaksanakan dalam rangka menggalang partisipasi semua pihak agar mendukung pengelolaan dan pengembangan kegiatan pembangunan desa. Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /
15 3. Sistematika Dokumen RPJM-Desa terdiri dari: a. Bab I: PENDAHULUAN Bagian ini menjelaskan: (!) latar belakang perlunya dilaksanakan perencanaan jangka menengah desa, (ii) maksud dan tujuan penyusunan RPJM-Desa (iii) landasan hukum penyusunan RPJM-Desa, (iv) metode penyusunan RPJM-Desa. b. Bab II: PROFIL DESA Profil ini antara lain meliputi: (i) karakteristik wilayah, (ii) karakteristik penduduk, (iii) potensi unggulan Desa, (iv) kondisi infrastruktur pendukung, (v) review terhadap kelembagaan desa. c. Bab III:ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN DESA Bagian ini menjelaskan berbagai prioritas isu strategis yang akan digunakan sebagai dasar penyusunan kegiatan pembangunan desa. Isu strategis dirumuskan berdasarkan permasalahan pokok dan potensi desa beserta usulan prioritas kegiatannya. d. Bab IV: VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DESA Bagian ini menguraikan visi sebagai rumusan harapan yang ingin dicapai oleh masyarakat Desa pada kurun waktu 5 (lima) tahun ke depan dan misi sebagai rumusan upaya yang akan digunakan untuk mewujudkan visi yang diinginkan bersama. e. Bab V : PROGRAM PEMBANGUNAN DESA Bagian ini memaparkan program strategis pembangunan desa yang akan direalisasikan secara bertahap selama lima tahun ke depan. f. BAB VI: KAIDAH PENGELOLAAN DAN INDIKATOR KINERJA Bagian ini memaparkan pola pengelolaan beserta indikator pencapaian yang ditargetkan dalam setiap kegiatan pembangunan desa. g. BAB VII: PENUTUP h. Lampiran: MATRIK RPJM-Desa. C. Penyusunan RKP-Desa 1. Dokumen RKP-Desa a. RKP-Desa merupakan dokumen rencana kegiatan tahunan yang akan direalisasikan untuk mengimplementasikan program sebagaimana terdapat dalam RPJM-Desa. Dokumen RKP disusun dalam bentuk matrik kegiatan pembangunan dalam kurun waktu satu tahun anggaran. b. Maksud dan tujuan penyusunan RKP-Desa adalah merumuskan kegiatan pembangunan desa untuk satu tahun anggaran beserta RAB-nya, sumber pendanaan, pola pelaksanaan dan indikator kinerja yang ditargetkan. c. RKP-Desa disusun berdasarkan: (i) skala prioritas kebutuhan dalam pengembangan potensi yang dimiliki maupun prioritas pemecahan masalah yang dihadapi serta sesuai dengan kesepakatan yang tertuang dalam dokumen RPJM- Desa, (ii) hasil evaluasi pelaksanaan rencana tahun sebelumnya, (iii) masukan data dan informasi hasil pengkajian potensi dan masalah, (iv) masukan dari nara sumber dan peserta yang menggambarkan permasalahan nyata yang sedang dihadapi. 2. Langkah Penyusunan RKP-Desa a. Penyusunan RKP-Desa dilaksanakan melalui kegiatan: (i) persiapan, (ii) pelaksanaan dan penetapan, (iii) pelembagaan. Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /
16 b. Persiapan meliputi: a) Penyusunan RKP-Desa difasilitasi oleh Tim Penyusun RKP-Desa yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Kepala Desa. b) Tim RKP-Desa berjumlah maksimal 10 (sepuluh) orang yang terdiri dari: (i) Kepala Desa merupakan pengendali kegiatan, (ii) Sekretaris Desa sebagai penanggung jawab kegiatan, (iii) Ketua/unsur LKMD sebagai Ketua Tim Penyusunan RKP-Desa.Sedangkan anggota Tim terdiri dari unsur: (i) Pemerintah Desa, (ii) BPD, (iii) LKMD dan atau dan LKD lainnya yang eksis di desa, (iv) unsur PKK dan atau kelompok perempuan lainnya, (v) unsur perwakilan RT-RW atau dusun, (vi) unsur KPM sebagai fasilitator penyusunan. c) Menyusun rencana kerja dan jadwal kegiatan serta mengumumkan secara terbuka tentang jadual, agenda, dan tempat Musrenbang Desa minimal 7 hari sebelum kegiatan dilakukan. Disamping itu, juga menyiapkan peralatan dan bahan/materi serta notulen untuk Musrenbang Desa. d) Melakukan review dengan mengkaji kembali program tahunan sebagaimana terdapat dalam dokumen RPJM-Desa. e) Mempertimbangkan hasil pengendalian dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pembangunan pada tahun-tahun sebelumnya. f) Menganalisis informasi kegiatan/program yang akan dilaksanakan dinas-instansi atau pihak lain di desa pada tahun yang akan datang. g) Menganalisis data terbaru sebagaimana terdapat dalam monografi desa, profil desa maupun data potensi desa. h) Menentukan prioritas Rencana Kegiatan Pembangunan Desa pada tahun anggaran berjalan. i) Menyusun Draft RKP-Desa. Bahan-bahan yang dipertimbangkan untuk penyusunan Draft RKP-Desa antara lain: i.1) Pendapatan Asli Desa dan swadaya masyarakat yang diperkirakan dapat dihimpun. i.2) Dokumen RPJM-Desa dan RKP-Desa tahun yang lalu. i.3) Formulir Daftar Usulan Rencana Kegiatan Pembangunan Desa (DU-RKP Desa). i.4) Informasi dari Kabupaten/Kota tentang pagu indikatif ADD yang akan diberikan untuk tahun anggaran berikutnya. i.5) Hasil evaluasi dan pelaporan seluruh kegiatan pembangunan desa baik yang didanai swadaya murni masyarakat, ADD, APBD, APBN maupun sumber pendanaan lainnya pada tahun anggaran sebelumnya. i.6) Daftar program yang sedang berjalan atau akan berjalan dari Pemerintah Kota/Kabupaten/Provinsi/Pusat maupun berbagai sumber pendanaan lainnya. i.7) Daftar prioritas masalah dan potensi yang dihasilkan dari pengkajian RT- RW, dusun maupun kelompok masyarakat seperti kelompok tani, kelompok nelayan, dan sebagainya. i.8) Prioritas kegiatan pembangunan daerah untuk tahun mendatang, yang dirinci berdasarkan Satuan Kerja Perangkat Daerah pelaksananya beserta rencana pendanaannya di kecamatan tempat Desa berada. c. Pelaksanaan Musrenbang Desa, dengan agenda: a) Paparan dari pihak Kecamatan tentang prioritas kegiatan pembangunan kecamatan dan hasil evaluasi pembangunan. Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /
17 b) Pemaparan Camat atas prioritas kegiatan pembangunan dan hasil evaluasi program pembangunan di Kecamatan yang bersangkutan. c) Paparan Draft RKP-Desa oleh Kepala Desa. Dalam hal ini dipaparkan prioritas program/kegiatan dan rencana pendanaan.termasuk perkiraan jumlah ADD. d) Pembahasan Skala Prioritas Program yang dilakukan melalui seleksi dan penetapan ranking prioritas program. e) Pembahasan Pemilahan Pembiayaan Usulan Kegiatan berdasarkan sumber Pendanaan, baik dari swadaya, ADD dan sumber dana lain maupun APBD/APBN yang masih harus diajukan pada forum Musrenbang Kecamatan. f) Penetapan daftar nama delegasi dari peserta Musrenbang Desa untuk menghadiri Musrenbang Kecamatan. Dalam komposisi delegasi tersebut terdapat perwakilan perempuan. d. Penetapan RKP-Desa a) Keluaran yang dihasilkan Musrenbang Desa adalah Dokumen RKP-Desa yang berisi: (i) prioritas kegiatan pembangunan desa yang akan didanai oleh Alokasi Dana Desa dan atau swadaya, (ii) Prioritas Kegiatan pembangunan yang akan diusulkan ke kecamatan untuk dibiayai melalui APBD Kabupaten-Kota, APBD Provinsi dan APBN yang masih akan dibahas pada forum Musrenbang Kecamatan. b) Penyempurnaan Rumusan RKP-Desa dilaksanakan oleh Tim Perumus yang selanjutnya ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Kepala Desa. c) Hasil Musrenbang meliputi: (i) Dokumen RKP-Desa yang berisi prioritas kegiatan pembangunan yang akan didanai ADD maupun swadaya yang akan diusulkan ke Kecamatan untuk dibiayai melalui APBD yang masih akan dibahas pada forum Musrenbang Kecamatan, (ii) Daftar nama delegasi Desa yang akan mengikuti Musrenbang Kecamatan, (iii) Berita acara Musrenbang Desa. d) Rumusan RKP-Desa yang sudah ditetapkan selanjutnya dikirim ke kecamatan untuk digunakan sebagai bahan Musrenbang Kecamatan. e. Pelembagaan. Merupakan kegiatan untuk menyebarluaskan informasi atau dokumen RKP-Desa kepada berbagai pihak baik dinas-instansi maupun stakeholders lainnya. Pelembagaan RKP-Desa dilaksanakan dalam rangka menggalang partisipasi semua pihak agar mendukung pengelolaan dan pengembangan kegiatan pembangunan desa. 3. Sistematika RKP-Desa a. Bab I: PENDAHULUAN. Dalam bab ini diuraikan maksud dan tujuan penyusunan, proses dan sistematika RKP-Desa. b. Bab II: PRIORITAS PEMBANGUNAN DESA. Dalam bab ini diuraikan prioritas program yang diagendakan pada tahun bersangkutan. Prioritas Program ini disusun berdasarkan review terhadap dokumen RPJM-Desa maupun hasil penggalian aspirasi masyarakat. c. Bab III: RENCANA KERJA DAN PENDANAAN. Dalam bab ini dirumuskan daftar usulan Rencana Kerja Pembangunan Desa (DU-RKP Desa) beserta pagu pendanaannya. Rencana Kerja dan Pendanaan ini dirinci dalam bentuk matrik kegiatan secara terpilah misalnya DU-RKP Desa untuk kegiatan ekonomi produktif (UEP), sosial budaya, sarana prasarana fisik maupun kegiatan Lembaga Pemerintahan dan Lembaga Kemasyarakatan (LKMD, PKK, Karang Taruna dan sebagainya). Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /
18 d. BablV: KAIDAH PENGELOLAAN DAN INDIKATOR KEBERHASILAN. Dalam bab ini dijelaskan pengelola kegiatan, mekanisme pengelolaan pembangunan desa serta ukuran-ukuran yang dipedomani dalam rangka menilai realisasi target maupun tingkat keberhasilan program. e. BabV:PENUTUP D. Penyelenggaraan dan Pendampingan Musrenbang 1. Musrenbang Desa a. Musrenbang Desa adalah forum musyawarah tahunan antar pemeran pembangunan di Desa untuk menyepakati rencana kerja pembangunan lima tahunan dan satu tahunan. Apabila desa telah memiliki dokumen RPJM-Desa, maka kegiatan musrenbang desa setiap tahun dilaksanakan untuk menyusun RKP- Desa. b. Musrenbang Desa diselenggarakan dengan tujuan antara lain: (i) menampung dan menetapkan prioritas kebutuhan masyarakat yang diperoleh dari musyawarah perencanaan pada tingkat di bawahnya, (ii) menetapkan prioritas kegiatan desa yang akan dibiayai melalui swadaya, Alokasi Dana Desa (ADD), APBD Kabupaten/Kota, APBD Provinsi, dan APBN maupun sumber pendanaan lainnya, (iii) menetapkan prioritas kegiatan yang akan diajukan untuk dibahas pada Musrenbang Kecamatan, (iv) memilih dan menetapkan delegasi Desa yang akan mengikuti Musrenbang Kecamatan. 2. Musrenbang Kecamatan a. Musrenbang Kecamatan merupakan forum musyawarah stakeholders Kecamatan dalam rangka mendapatkan masukan prioritas kegiatan dari Desa serta menyepakati kegiatan lintas Desa pada Kecamatan yang bersangkutan sebagai dasar penyusunan Rencana Kerja SKPD pada tahun berikutnya. b. Musrenbang Kecamatan diselenggarakan dengan tujuan: (i) membahas dan menyepakati hasil-hasil Musrenbang Desa yang akan menjadi prioritas kegiatan pembangunan di wilayah Kecamatan yang bersangkutan, (ii) membahas dan menetapkan prioritas kegiatan pembangunan di tingkat Kecamatan yang belum tercakup dalam prioritas kegiatan pembangunan Desa, (iii) melakukan klasifikasi atas prioritas kegiatan pembangunan Kecamatan sesuai dengan fungsi-fungsi SKPD Kabupaten/Kota. c. Berbagai hal yang perlu disiapkan untuk penyelenggaraan Musrenbang Kecamatan antara lain: a) Dari Desa a.1) Dokumen RKP-Desa masing-masing Desa yang setidaknya berisi prioritas kegiatan yang dilengkapi kode Desa dan Kecamatannya. a.2) Daftar nama anggota delegasi dari Desa untuk mengikuti Musrenbang Kecamatan. a.3) Daftar nama para wakil kelompok fungsional/asosiasi warga, koperasi, LSM yang bekerja di Kecamatan, atau organisasi tani/nelayan tingkat Kecamatan. b) Dari Kabupaten/Kota b.1) Kode Kecamatan (dua angka yang sama dengan yang disampaikan di Desa) uptuk memudahkan SKPD dan Bappeda mengetahui Kecamatan pengusul kegiatan. b.2) Prioritas kegiatan pembangunan daerah untuk tahun mendatang, yang dirinci berdasarkan SKPD pelaksananya beserta rencana pendanaannya di Kecamatan bersangkutan. Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /
19 b.3) Penjelasan nama dan jumlah Forum SKPD dan Forum Gabungan SKPD sebagaimana telah ditentukan oleh Bappeda, berikut fungsi dan program terkaitnya. d. Tahapan pelaksanaan Musrenbang Kecamatan meliputi: a) Tahap Persiapan a.1) Camat menetapkan Tim Penyelenggara Musrenbang Kecamatan. a.2) Tim Penyelenggara: (i) mengkompilasi prioritas kegiatan pembangunan yang menjadi tanggungjawab SKPD dari masing-masing Desa berdasarkan masing-masing fungsi atau SKPD, (ii) menyusun jadwal dan agenda Musrenbang Kecamatan, (iii) mengumumkan secara terbuka tentang jadual, agenda, dan tempat Musrenbang Kecamatan minimal 7 hari sebelum kegiatan dilakukan, (iv) mempersiapkan peserta Murenbang Kecamatan baik dari wakil Desa maupun dari kelompok-kelompok masyarakat, (v) menyiapkan peralatan dan bahan/materi serta notulen untuk Musrenbang Kecamatan. b) Tahap Pelaksanaan b.1) Pendaftaran peserta Musrenbang Kecamatan. b.2) Pemaparan Camat mengenai prioritas masalah Kecamatan, seperti kemiskinan, pendidikan, kesehatan, prasarana dan pengangguran. b.3) Pemaparan mengenai rancangan Rencana Kerja SKPD di tingkat Kecamatan yang bersangkutan beserta strategi, besaran plafon dana oleh Kepala-kepala Cabang SKPD atau Pejabat SKPD dari Kabupaten/Kota. b.4) Pemaparan masalah dan prioritas kegiatan dari masing-masing Desa menurut fungsi/skpd oleh Tim Penyelenggara Musrenbang Kecamatan. b.5) Verifikasi oleh delegasi Desa untuk memastikan semua prioritas kegiatan yang diusulkan oleh Desa masing-masing sudah tercantum menurut masing-masing SKPD. b.6) Pembagian peserta Musrenbang ke dalam kelompok pembahasan berdasarkan jumlah fungsi/skpd atau gabungan SKPD yang tercantum. b.7) Kesepakatan prioritas kegiatan pembangunan Kecamatan yang dianggap perlu oleh peserta Musrenbang namun belum diusulkan oleh Desa (kegiatan lintas Desa yang belum diusulkan Desa). b.8) Kesepakatan kriteria penetapan prioritas kegiatan pembangunan Kecamatan untuk masing-masing fungsi/skpd atau gabungan SKPD. b.9) Kesepakatan prioritas kegiatan pembangunan Kecamatan berdasarkan masinq-masing fungsi/skpd. b.10)pemaparan prioritas pembangunan Kecamatan dari tiap-tiap kelompok fungsi/skpd atau gabungan SKPD dihadapan seluruh peserta Musrenbang Kecamatan. b.11)penetapan daftar nama delegasi Kecamatan 3-5 orang (masyarakat) untuk mengikuti Forum SKPD dan Musrenbang Kabupaten/Kota. Dalam komposisi delegasi tersebut terdapat perwakilan perempuan. e. Keluaran yang dihasilkan dari Musrenbang Kecamatan adalah: (i) Daftar prioritas kegiatan pembangunan di wilayah Kecamatan menurut fungsi/skpd atau gabungan SKPD, yang siap dibahas pada Forum SKPD dan Musrenbang Kabupaten/Kota, yang akan didanai melalui APBD Kabupaten/Kota dan sumber pendanaan lainnya. Daftar tersebut disampaikan kepada masyarakat di masingmasing Desa oleh para delegasi yang mengikuti Musrenbang Kecamatan, (ii) Terpilihnya delegasi Kecamatan untuk mengikuti Forum SPKD dan Musrenbang Kabupaten/Kota, (iii) Berita Acara Musrenbang Tahunan Kecamatan. Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /
20 f. Peserta Musrenbang Kecamatan terdiri dari wakil Desa dan wakil dari kelompokkelompok masyarakat yang beroperasi dalam skala Kecamatan (misalnya: organisasi petani, organisasi pengrajin, dan lain sebagainya). g. Narasumber Musrenbang Kecamatan terdiri dari: (i) Dari Kabupaten/Kota: Bappeda, Bapemas, perwakilan SKPD dari Kabupaten/Kota, kepala-kepala cabang SKPD di Kecamatan yang bersangkutan, kepala-kepala unit pelayanan di Kecamatan, anggota DPRD dari daerah pemilihan Kecamatan yang bersangkutan, (ii) Dari Kecamatan: Camat, aparat Kecamatan, LSM yang bekerja dikecamatan yang bersangkutan, dan para ahli/profesional yang dibutuhkan. h. Tugas Tim Musrenbang Desa a) Merekapitulasi hasil dari seluruh Musrenbang Desa. b) Menyusun jadual dan agenda Musrenbang Kecamatan. c) Mengumumkan secara terbuka jadual, agenda, dan tempat pelaksanaan Musrenbang Kecamatan. d) Mendaftar peserta Musrenbang Kecamatan. e) Membantu para delegasi Kecamatan dalam menjalankan tugasnya di Forum SKPD dan Musrenbang Kabupaten/Kota. f) Merangkum daftar prioritas kegiatan pembangunan di wilayah Kecamatan untuk dibahas pada Forum SKPD dan Musrenbang Kabupaten/Kota. g) Merangkum berita acara hasil Musrenbang Kecamatan sekurang-kurangnya memuat: (i) prioritas kegiatan yang disepakati, dan (ii) daftar nama delegasi yang terpilih. h) Menyampaikan Berita Acara hasil Musrenbang Kecamatan kepada anggota DPRD dari daerah pemilihan Kecamatan yang bersangkutan, sebagai referensi mereka dalam forum pembahasan Panitia Anggaran DPRD. i. Tugas Delegasi Kecamatan a) Membantu Tim Penyelenggara menyusun daftar prioritas kegiatan pembangunan di wilayah Kecamatan untuk dibahas pada Forum SKPD dan Mncronhann Kahunaten/Kota b) Memperjuangkan prioritas kegiatan pembangunan Kecamatan dalam Forum SKPD dan Musrenbang Kabupaten/Kota. c) Mengambil inisiatif untuk membahas perkembangan usulan Kecamatan dengan delegasi dari Desa dan kelompok-kelompok masyarakat di tingkat Kecamatan. d) Mendiskusikan berita acara hasil Musrenbang Kecamatan dengan anggota DPRD dari daerah pemilihan Kecamatan yang bersangkutan. e) Setelah memperoleh kepastian mengenai berbagai kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan di Kecamatan oleh masing-masing SKPD (dengan sumber dana dari APBD maupun sumber lainnya), maka Tim Penyelenggara Musrenbang Tahunan Kecamatan dan delegasi Kecamatan membantu Camat mengumumkan program-program pembangunan yang akan dilaksanakan dan mendorong masyarakat untuk melakukan pemantauan terhadap kegiatan. 3. Forum Satuan Kerja Perangkat Daerah (Forum SKPD) a. Forum SKPD (forum yang berhubungan dengan fungsi/sub fungsi, kegiatan/sektor dan lintas sektor) adalah wadah bersama antar pelaku pembangunan untuk membahas prioritas kegiatan pembangunan hasil Musrenbang Kecamatan dengan SKPD atau gabungan SKPD sebagai upaya mengisi Rencana Kerja SKPD yang tata cara penyelenggaraannya difasilitasi oleh SKPD terkait. Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /
21 b. Pelaksanaan Forum SKPD atau Forum Gabungan SKPD memperhatikan masukan kegiatan dari Kecamatan, kinerja pelaksanaan kegiatan SKPD tahun berjalan, rancangan awal RKPD serta Renstra SKPD. Namun demikian, dalam hal salah satu dokumen tersebut belum tersedia, pelaksanaan Forum SKPD dan atau Forum Gabungan SKPD dapat tetap dilakukan. c. Jumlah Forum SKPD dan formasi Forum Gabungan SKPD serta jadual acara pelaksanaannya ditentukan dan dikoordinasikan Bappeda, disesuaikan dengan volume kegiatannya dan kondisi setempat. Disarankan agar langkah persiapan sudah dilakukan sejak bulan Januari sehingga pada bulan Februari sudah jelas diketahui jumlah dan nama forum SKPD atau Forum Gabungan SKPD yang dibentuk. d. Bappeda memprioritaskan pembentukan Forum SKPD dan Forum Gabungan SKPD pada: (i) Fungsi-fungsi pelayanan dasar Pemerintahan daerah seperti: pendidikan dasar, kesehatan, prasarana, dan dukungan kegiatan ekonomi masyarakat dan (ii) SKPD yang mengemban fungsi yang berkaitan dengan prioritas program-program pembangunan Kabupaten/Kota tersebut. Sebagai contoh: Forum SKPD Pendidikan, Forum SKPD Kesehatan, Forum SKPD Kimpraswil atau Forum Gabungan SKPD Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi, dan sebagainya. e. Tujuan Forum SKPD Kabupaten/Kota adalah: a) Mensinkronkan prioritas kegiatan pembangunan dari berbagai Kecamatan dengan Rancangan Rencana Kerja SKPD (Renja-SKPD). b) Menetapkan prioritas kegiatan yang akan dimuat dalam Renja-SKPD. c) Menyesuaikan prioritas Renja-SKPD dengan plafon/pagu dana SKPD yang termuat dalam prioritas pembangunan daerah (Rancangan Rencana Kerja Pemerintah Daerah). d) Mengidentifikasi keefektifan berbagai regulasi yang berkaitan dengan fungsi SKPD, terutama untuk mendukung terlaksananya Renja SKPD. f. Berbagai hal yang perlu disiapkan dalam penyelenggaraan Forum SKPD dan Forum Gabungan SKPD antara lain: a) Dari Provinsi dan Kementerian Negara: infomasi kegiatan dan pendanaannya yang bersumber dari APBN dan APBD Provinsi. b) Dari Kabupaten/Kota: (i) Daftar kegiatan prioritas yang bersumber dari Renstra- SKPD, (ii) Prioritas kegiatan pembangunan/rancangan RKPD, (iii) Rancangan Renja-SKPD, (iv) Prioritas dan plafon/pagu dana indikatif masing-masing SKPD, (v) Daftar individu/organisasi masyarakat skala Kabupaten/Kota seperti: Asosiasi Profesi, LSM, perguruan tinggi dan stakeholders lainnya, (vi) Berbagai dokumen perencanaan dan regulasi yang terkait dengan pembangunan. c) Dari Kecamatan: (i) Daftar prioritas kegiatan pembangunan di wilayah Kecamatan hasil Musrenbang Kecamatan, (ii) Daftar delegasi Kecamatan yang diutus untuk mengikuti pembahasan pada forum-forum SKPD. g. Adapun mekanisme pelaksanaan Forum-SKPD Kabupaten/Kota meliputi: a) Tahap Persiapan a.1) Kepala Bappeda menetapkan jumlah dan tata cara penyelenggaraan Forum SKPD dan atau gabungan SKPD agar penyelenggaraannya secara optimal. Dalam tata cara tersebut tercantum: jadwal, tempat, peserta, agenda pembahasan, dan keluaran Forum SKPD yang akan dibahas dalam Musrenbang Kabupaten/Kota. Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /
Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala BAPPENAS dan Menteri Dalam Negeri SURAT EDARAN BERSAMA
Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala BAPPENAS dan Menteri Dalam Negeri Jakarta, 20 Januari 2005 Nomor : 0259/M.PPN/I/2005. 050/166/SJ. Sifat : Sangat Segera. Lampiran : 1 (satu) berkas.
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI
W A L I K O T A K E D I R I PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI Menimbang WALIKOTA KEDIRI, : a. bahwa pelaksanaan pembangunan merupakan
Lebih terperinciKEPALA DESA CINTAKARYA KABUPATEN BANDUNG BARAT
KEPALA DESA CINTAKARYA KABUPATEN BANDUNG BARAT PERATURAN DESA CINTAKARYA NOMOR: 1 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJM-Desa) TAHUN 2015 2020 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : bahwa
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN MUSRENBANG DESA/ KELURAHAN
PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN MUSRENBANG DESA/ KELURAHAN A. Pengertian 1. Musrenbang Desa/ Kelurahan adalah forum musyawarah tahunan yang dilaksanakan secara partisipatif oleh para pemangku kepentingan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan yang
Lebih terperinciBUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciWALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON
WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON, Menimbang
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR
PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 5 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG
BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 5 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) TAHUNAN KOTA BOGOR WALIKOTA
Lebih terperinciBUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA
BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : bahwa berdasarkan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT
- 270 - PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN, Menimbang : a. b. c. Mengingat : 1.
Lebih terperinciTAHUN 2006 NOMOR 12 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 21 TAHUN 2006
BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2006 NOMOR 12 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) TAHUN 2007 WALIKOTA BOGOR, Menimbang : a. bahwa sesuai ketentuan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR
PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN KELURAHAN DAN KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN KELURAHAN DAN KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG, Menimbang : a. bahwa sehubungan dengan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
+- PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MELAWI, Menimbang
Lebih terperinciBUPATI BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,
BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI RENCANA PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIMAHI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 09 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 09 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIMAHI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciKABUPATEN CIANJUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAANN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR
LEMBARAN DAERAH NOMOR 36 KABUPATEN CIANJUR TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAANN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR DENGANN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN, DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciHimpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 18 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR
LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 1 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BOGOR,
Lebih terperinciBUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA
BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA DAN PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 87 TAHUN : 2012 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 87 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN UMUM PENYELENGGARAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciSURAT EDARAN BUPATI KEBUMEN. Kebumen, Oktober 2010
BUPATI KEBUMEN Kebumen, Oktober 2010 Nomor : 500 /01019 Kepada : Sifat : Yth. Camat sekabupaten Kebumen; Lampiran : 1 Bendel Perihal : Petunjuk Teknis Musrenbang Desa Penyusunan RKP Desa di Tahun 2011
Lebih terperinciPEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DESA DENGAN
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO
SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUKOMUKO,
Lebih terperinciBUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: a. bahwa dalam
Lebih terperinciTENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES, Menimbang : a. Bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan
Lebih terperinciBUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, Menimbang: a. bahwa berdasarkan ketentuan Peraturan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SINJAI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN BERBASIS MASYARAKAT
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang : a. bahwa pengelolaan dan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu PERATURAN
Lebih terperinciBUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan
Lebih terperinciWALIKOTA TASIKMALAYA
WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA DAN TEKNIS PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 3
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI
Lebih terperinciSALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL,
SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN, DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBUPATI BOMBANA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH
BUPATI BOMBANA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOMBANA, Menimbang : a. bahwa sesuai
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO
PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN
PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA SELATAN, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 27 ayat
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG
PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 04 TAHUN 2009 T E N T A N G PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUMAJANG, Menimbang : a.
Lebih terperinciBUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciBUPATI BANDUNG PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 60 TAHUN 2012 TENTANG
BUPATI BANDUNG PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 60 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD), RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 12 Tahun : 2012 Seri : E PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG TAHAPAN, TATA
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA KEDIRI
PEMERINTAH KOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG TRANSPARANSI DAN PARTISIPASI DALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang
Lebih terperinci6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104,
SALINAN BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
SALINAN BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN SERTA
Lebih terperinciKEPALA DESA CINTAKARYA KABUPATEN BANDUNG BARAT
KEPALA DESA CINTAKARYA KABUPATEN BANDUNG BARAT PERATURAN DESA CINTAKARYA NOMOR: 2 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KEGIATAN PEMERINTAH DESA (RKP-DESA) TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN,
PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan pasal 63 Peraturan Pemerintah
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS
1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciWALIKOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2017
WALIKOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, Menimbang
Lebih terperinciWALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF
SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : a.
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR : 8 T AHUN 2008 T E N T A N G TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR : 8 T AHUN 2008 T E N T A N G TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG, Menimbang : a. bahwa agar pelaksanaan
Lebih terperinciPROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG
BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,
Lebih terperinciBUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG
. BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA BUPATI MURUNG
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN,
PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN
PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG)
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH
LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DEPOK,
Lebih terperinciTENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG Bagian Hukum Setda Kabupaten Bandung
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa agar kegiatan pembangunan
Lebih terperinciBUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR
BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MAMUJU Jl. Soekarno Hatta No. 17 Telp (0426) Kode Pos Mamuju
PEMERINTAH KABUPATEN MAMUJU Jl. Soekarno Hatta No. 17 Telp (0426) 21295 Kode Pos 51911 Mamuju PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG SEKRETARIAT DAERAH
PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG SEKRETARIAT DAERAH Pemalang, 15 Agustus 2017 Nomor : 050 / 2252 /Dinpermasdes. Kepada Yth. : Sifat : Segera Kepala Desa Lampiran : 1 (satu) Bendel Se Kabupaten Pemalang Perihal
Lebih terperinciBUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,
1 BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa untuk lebih menjamin ketepatan dan
Lebih terperinciBUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG
BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA BUPATI KUDUS, Menimbang :
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2006
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN
Lebih terperinciBUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
-1- BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lampiran RKPD Kabupaten Ponorogo Tahun Bab I_ Halaman 1
BAB I PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sisten Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) bahwa Pemerintah maupun Pemerintah Daerah setiap
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBUATAN DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA ( RPJM-DESA ) DAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DESA ( RKP-DESA )
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH MALUKU
PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH MALUKU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR MALUKU, Menimbang : a.
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N
PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon 41928 K I S A R A N 2 1 2 1 6 NOMOR 4 TAHUN 2013 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN Menimbang : PERATURAN DAERAH KABUPATEN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN
BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH
PERATURAN NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH PERATURAN NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. RKPD Kabupaten Ponorogo Tahun Bab I_ Halaman 1
BAB I PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Setiap daerah di era Otonomi memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk dapat mengatur proses pembangunannya sendiri, mulai dari tahapan perencanaan, pelaksanaan,
Lebih terperinciGUBERNUR GORONTALO PERATURAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG
GUBERNUR GORONTALO PERATURAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI GORONTALO DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG TATA LAKSANA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
1 PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG TATA LAKSANA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR :24 2015 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM
Lebih terperinciBUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciPERUBAHAN JUKNIS MUSRENBANG KOTA SURAKARTA TAHUN 2012
PERUBAHAN JUKNIS MUSRENBANG KOTA SURAKARTA TAHUN 2012 PERUBAHAN UMUM PERUBAHAN 1. Penyebutan Tahun 2012 Perwali dan Lampiran 2. Istilah stakeholder menjadi pemangku kepentingan pembangunan 3. Istilah Persiapan
Lebih terperinciBUPATI TOLITOLI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PEMBANGUNAN TERINTEGRASI DAERAH
BUPATI TOLITOLI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PEMBANGUNAN TERINTEGRASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TOLITOLI, Menimbang : a. bahwa Sistem Perencanaan
Lebih terperinciWALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 14 TAHUN 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA MATARAM TAHUN 2015
WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA MATARAM TAHUN 2015 TIM PENYUSUN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA MATARAM TAHUN 2014
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 41 TAHUN : 2017 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 39 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH
Lebih terperinciKEPALA DESA WONGSOREJO KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DESA WONGSOREJO KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI
KEPALA DESA WONGSOREJO KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DESA WONGSOREJO KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA TAHUN 2017
Lebih terperinciBUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR
BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR Rancangan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BONDOWOSO,
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH
PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang : a. bahwa salah satu
Lebih terperinciBUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN DESA
BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa pembangunan
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 21 2014 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciGUBERNUR SULAWESI BARAT
GUBERNUR SULAWESI BARAT RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI BARAT NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAN PENGANGGARAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI BARAT,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pada pasal 260 menyebutkan bahwa Daerah sesuai dengan kewenangannya menyusun rencana pembangunan Daerah
Lebih terperinci