Roesdiyanto, Rosidi dan Imam Suswoyo Fakultas Peternakan, Unsoed

Transkripsi

1 KUALITAS TELUR ITIK TEGAL YANG DIPELIHARA SECARA INTENSIF DENGAN BERBAGAI TINGKAT KOMBINASI METIONIN-LANCANG DALAM PAKAN (EGG QUALITY OF INTENSIVELY MANAGED TEGAL DUCKS FED DIFFERENT LEVELS OF METHIONINE AND LANCANG) Roesdiyanto, Rosidi dan Imam Suswoyo Fakultas Peternakan, Unsoed ABSTRACT The purpose of the research was to study the effect of different levels of methionine - lancang in feed on egg quality of Tegal ducks. Eighty one Tegal ducks at early production period were used in this research. The treatments were arranged in a factorial (3x3) design. The first factor was level of synthetic methionine supplement (M) i.e. ml: 0,00%, m2: 0,05%, and m3: 0,10%. The second factor was level of lancang (L), i.e. h : 0,0%, 12: 2,0% and 13: 4,0%. The parameters observed were egg shell thickness, haugh unit, and egg index. The results showed that the average egg shell thickness was 0,335 t 0,0021mm, ranging between 0,317 to 0, 337 mm. The average haugh unit was 92,054 t 2,906 ranging between 85,767 to 99,095, and the average egg index was 76,580 t 2,906, ranging between 73,79-81,37. The interaction between methionine - lancang did not have any significant effect (P>0,05) on egg shell thickness, haugh unit, and egg index during the first two months of egg production. Levels of methionine significantly affected (P<0,05) the haugh unit, but did not affect (P>0,05) egg shell thickness and egg index. Levels of lancang significantly affected (P<0,05) egg shell thickness, but did not affect (P>0,05) the haugh unit, and egg index. It could be concluded that increasing synthetic methionine in the diet until 0,10% could improve haugh unit, and increase in lancang until 4,0% could improve egg shell thickness. Keywords: Egg quality, Tegal duck, methionine. ABSTAAK Penelitian telah dilakukan untuk mengetahui respon itik Tegal yang dipelihara secara intensif terhadap berbagai tingkat kombinasi metionin-lancang dalarn pakan. Materi yang digunakan adalah 81 ekor itik Tegal periode produksi awal. Metode penelitian, menggunakan rancangan acak lengkap pola faktorial (3x3). Faktor pertama tingkat metionin sintetis (M) terdiri dari m1 : 0,0%, m2: 0,05% dan mx 0,10%, sedangkan faktor kedua tingkat lancang (L) terdiri dari 11: 0,0%,12: 2,0% clan 13 : 4,0%. Peubah yang diamati meliputi: ketebalan kerabang, haugh unit dan indeks telur. Hasil penelitian diperoleh rataan tebal kerabang 0,335 t 0,0021mm, dengan kisaran antara 0,317 sampai 0, 337 nun. Rataan haugh unit dari seluruh perlakuan 92,054 t 2,906 dengan rataan haugh unit terendah 85,767 dan tertinggi 99,095. Rataan indeks telur selama penelitian 76,58 t 2,906, dengan kisaran 73,79 sampai 81,37. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa interaksi kombinasi faktor metionin >< lancang berpengaruh tidak nyata terhadap tebal kerabang, haugh unit maupun indeks telur selama 2 bulan produksi awal. Tingkat metionin dalam pakan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap haugh unit, tetapi berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap tebal kerabang maupun indeks telur.tingkat lancang sampai 4,0% berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap tebal kerabang, tetapi berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap haugh unit clan indeks telur selama 2 bulan produksi awal. Dapat disimpulkan bahwa penambahan metionin sintetis sampai tingkat Makalah Penunjang (Poster) - 111

2 0,10% dalam pakan dapat meningkatkan haugh unit, sedangkan pemberian lancang sampai 4,0% mampu meningkatkan ketebalan kerabang. Kata kunci : Kualitas eksterior, itik Tegal, metionin, lancang. PENDAHULUAN Sebagai unggas lokal, itik Tegal merupakan unggas air yang produktif sebagai penghasil telur. Poduksi telur tersebut akan dapat terwujud apabila pakan yang diberikan memenuhi kualitas dan kuantitas. Faktor pakan yang penting dan mempengaruhi kualitas telur adalah protein dan mineral. Pakan yang berkualitas dicirikan oleh kandungan protein khususnya asam amino essensial, setelah itu baru imbangannya dengan energi dan mineral. Metionin merupakan asam amino essensial pembatas pertama yang sulit diperoleh dalam protein pakan khususnya pakan berkadar protein rendah, sehingga perlu ditambahkan dalam bentuk sintetis ke dalam pakan. Penambahan metionin sintetis dalam pakan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan protein khususnya asam amino essensial, sehingga fungsinya sebagai penyedia gugus meth dalam memperbaiki metabolisme dapat meningkatkan efisiensi protein secara optimal, dan ini berarti meningkatkan nilai haugh unit dan indeks telur. Metionin sebagai asam amino essensial yang mengandung sulfur dibutuhkan ternak untuk pertumbuhan, perbaikan dan metabolisme pada semua jaringan dan reproduksi. Lancang merupakan hewan laut sejenis siput, mengandung protein kasar 7,68 persen dan mineral Kalsium 25,6% dan Phospor 0,07%. Penambahan lancang dalam pakan diharapkan dapat menambah kebutuhan protein, sedangkan mineral yang terkandung di dalamnya diharapkan dapat meningkatkan produksi dan kualitas kerabang telur. Ca dalam pakan dibutuhkan ternak untuk pembentukan tulang dan produksi telur (Anggorodi, 1995). Apabila terjadi kekurangan kalsium, maka akan menyebabkan pertumbuhan terhambat, kerabang telur tipis dan produksi telur menurun drastis. Seberapa jauh pengaruh penambahan metionin sintetis yang dikombinasikan dengan penambahan lancang dalam pakan terhadap kualitas telur itik Tegal adalah pertanyaan yang bakal diungkap melalui hasil penelitian ini. MATERI DAN METODE Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 81 ekor itik Tegal periode awal produksi, yang dipelihara dalam petak kandang litter ukuran panjang, lebar dan tinggi 80 x 60 x 60 cm, sebanyak 27 unit. Setiap petak kandang dilengkapi dengan tempat pakan dan air minum. Pakan periakuan dengan 9 kombinasi metionin-lancang. Peralatan yang digunakan terdiri dari timbangan, cutimeter, termometer, higrometer dan mikrometer Lokakarya Nasional Unggas Air 2001

3 Metode penelitian menggunakan metode eksperimental dengan rancangan dasar RAL pola faktorial (3x3). Faktor pertama adalah tingkat metionin sintetis (M) terdiri dari m1 : 0,00%, m2: 0,05%, dan m3 : 0,10%. Sebagai faktor kedua tingkat lancang (L), terdiri dari 11 : 0,0%, 12 : 2,0% dan 13 : 4,0%. Tabel 1. Komposisi clan kandungan nutrisi pakan. Bahan pakan Kombinasi metionin dan lancang lime 1im2 11m3 12m1 12m2 12m3 bm1 13m2 13m3 Jagiutg (%) 10,0 12,0 12,0 12,0 12,0 12,0 17,0 21,0 21,0 Dedak ( k) 49,0 49,0 49,4 49,4 48,5 48,0 35,5 37,9 30,4 Tp. Man (%) 9,5 10,0 10,0 10,0 7,5 10,5 10,0 10,0 10,0 B.kedele (%) 5,0 5,0 5,0 5,0 7,0 4,5 6,8 7,0 4,9 Lancang (%) 0,0 0,0 0,0 0,0 2,0 2,0 4,0 4,0 4,0 Metionin synth. (%) 0,00 0,05 0,10 0,10 0,05 0,10 0,00 0,05 0,10 Aking (%) 26,0 23,35 23,0 23,0 19,6 19,5 26,3 19,65 29,3 NaCl (%) 0,5 0,6 0,5 0,5 0,3 0,3 0,4 0,4 0,3 Total Kandungan nutrisi Protein Kasar (%) 17,17 17,20 17,23 17,01 17,00 17,07 17,14 17,20 17,05 Serat Kasar (%) 2,77 2,74 2,74 3,88 3,87 3,74 4,70 4,77 4,64 Lemak (%) 9,65 9,51 9,52 9,48 9,47 9,66 9,12 8,82 8,67 Energi M (kkal/kg) Ca (%) 0,25 0,26 0,26 1,49 1,49 1,55 2,80 2,80 2,80 P (%) 0,29 0,30 0,30 0,26 0,26 0,30 0,29 0,28 0,28 Peubah yang diamati meliputi kualitas telur, yaitu tebal kerabang, haugh unit dan indeks telur. Data yang terkumpul dilakukan anabsis ragam dilanjutkan dengan uji beda nyata jujur dan uji orthogonal polinomial berdasarkan petunjuk Steel dan Torrie (1993). HASIL DAN PEMBAHASAN Tebal Kerabang Berdasarkan hasil pengamatan selama penelitian diperoleh rataan tebal kerabang 0,336 ± 0,0021mm, dengan kisaran antara 0,317 sampai 0, 377 mm. Data rataan tebal kerabang disajikan dalam Tabel 2. Makalah Penunjang (Poster) - 113

4 Tabe12. Rataan Tebal Kerabang Telur Itik Tegal Kombinasi p rlakuan Rataan 342,330 ± 0,0024 Keterangan : 1 U l a n ga n 2 3 Rataan ± Sd llmi 0,316 0,331 0,334 0,327 ± 0,0016 a 11M2 0,335 0,330 0,347 0,338± 0,00030 a 1 im3 0,336 0,329 0,351 0,329 ± 0,0036 a 12m1 0,357 0,342 0,322 0,340 ± 0,0012 a 12m2 0,349 0,337 0,335 0,340 ± 0,0013 a 12m3 0,337 0,339 0,338 0,341 ± 0,0031 a 13m1 0,356 0,347 0,341 13m2 0,348 0,345 0,377 13m3 0,339 0,330 0,375 0,360 ± 0,0011 b 0,356 ± 0,0021 b 0,348 ± 0,0039 b Angka-angka dalam kolom yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak beda nyata pada uji BNJ (0,05). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa interaksi faktor kombinasi metionin-lancang berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap tebal kerabang. Faktor metionin juga berpengaruh tidak nyata terhadap tebal kerabang (P>0,05), sedangkan tingkat lancang dalam pakan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap tebal kerabang. Hal ini disebabkan karena lancang disamping mengandung protein kasar, juga mengandung kalsium yang tinggi yaitu 25,6 persen, sehingga semakin tinggi tingkat lancang yang ditambahkan sampai taraf 4,0 persen dalam pakan secara linier meningkatkan tebal kerabang telur itik Tegal sampai ketebalan 0,377 mm. Menurut Romanoff dan Romanoff (1963) tebal kerabang telur ayam yang normal adalah berkisar antara 0,3 sampai 0,5 mm, sehingga sekalipun tebal kerabang yang diperoleh dari hasil penelitian ini sampai ketebalan 0,377 adalah masih termasuk kategori normal. Hasil uji beda BNJ menunjukkan bahwa pemberian lancang pada taraf 4,0 persen dalam pakan nyata meningkatkan tebal kerabang (P<0,05) dibandingkan dengan pakan dengan penambahan lancang pada taraf 2,0 persen dan tanpa penambahan lancang, sedangkan penambahan lancang 2,0 persen dengan tanpa penambahan lancang tidak berbeda nyata (P>0,05). Namun pada Tabel 1 terlihat bahwa pada penambahan 2,0 persen lancang dalam pakan ada kecenderungan ketebalan kerabang meningkat, sekalipun masih relatif lebih tipis dibandingkan dengan pemberian lancang pada taraf 4,0 persen. Penambahan lancang dalam pakan meningkatkan tebal kerabang, Lokakarya Nasional Unggas Air2001

5 karena retensi Ca akan bertambah secara linier ketika konsentrasi Ca bertambah dan. menyebabkan penambahan tebal kerabang telur. Indeks Telur Hasil pengukuran selama penelitian diperoleh rataan indeks telur 76,58 ± 2,906 dengan kisaran antara 73,79 sampai 81,37%. Rataan indeks belur itik Tegal selama penelitian disajikan dalam Tabel 3. Indeks telur yang diperoleh pada penelitian ini masih dalam kisaran normal. Menurut Romanoff dan. Romanoff (1963) indeks belur ayam yang berbaik adalah 74%. Tabel 3. Rataan Indeks Telur Itik Tegal Tingkat lancang (%) Tingkat metionin sintetis (%) Rataan ± Sd 0,00 0,05 0,10 0,0 73,79 75,32 74,57 75,56 f 2,236 2,0 74,20 74,59 79,95 76,25 ± 8,622 4,0 75,76 76,65 81,37 77,93 t 4,642 Rataan 74,58 75,52 78,63 76,58 ± 2,906 Lebih jauh dijelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi indeks telur adalah bangsa, status produksi, genetik, variasi individu dan kelompok. Sementara Srigandono (1991) menyatakan bahwa indeks telur itik yang normal adalah berkisar antara 63,3 sampai 81,7%. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa interaksi faktor kombinasi metionin sintetis- lancang dalam pakan berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap indeks telur itik Tegal pada produksi awal. Tiap faktor perlakuan, baik metionin sintetis mau-pun lancang juga berpengaruh tidak nyata terhadap indeks telur (P>0,05). Tidak nyatanya pengaruh kombinasi metionin-lancang maupun ditinjau dari tiap faktor perlakuan, dimungkinkan karena pakan yang diberikan dalam penelitian ini adalah iso protein, sehingga pengaruhnya terhadap indeks telur juga tidak berbeda. Menurut Willson (1975) bentuk telur merupakan ekspresi dari kandungan protein pakan. Protein pakan tersebut akan mempengaruhi viskositas telur yang mengidentifasi kualitas interior telur. Sekalipun secara statistik tidak berbeda nyata, namun berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa ada kecenderungan bahwa semakin tinggi tingkat metionin dan lancang dalam pakan, nilai indeks telur semakin tinggi. Hal tersebut berarti pula semakin tinggi tingkat metionin dan lancang yang ditambahkan dalam pakan cenderung meningkatkan nilai indeks telur itik Tegal pada periode produksi awal. Makalah Penunjang (Poster) - 115

6 Haugh Unit Rataan haugh unit selama penelitian sebesar 92,054 ± 2,906, dengan rataan haugb unit terendah 88,907 dan tertinggi 93,349. Rataan haugh unit selama penelitian disajikan dalam Tabel 4. Tabel 4. Rataan Haugh Unit Telur Itik Tegal Tingkat lancang Tingkat metionin sintetis (%) Rataan ± Sd (%) 0,00 0,05 0,10 0,0 92,065 90,327 94,573 92,3216 f 2,236 2,0 87,765 94,592 99,095 93,8173 t 8,622 4,0 85,767 92,765 91,537 90,0230 t 4,642 Rataan 88,523 92, ,0540 ± 2,906 Hasil anabsis ragam menunjukkan bahwa interaksi kombinasi metioninlancang berpengaruh tidak nyata terhadap haugh unit (P>0,05). Faktor metionin berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap haugh unit, sedangkan penambahan lancang berpengaruh tidak nyata terhadap haugh unit (P>0,05). KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kombinasi penambahan metionin sintetis - lancang tidak mempengaruhi kualitas telur itik Tegal periode produksi awal. 2. Penambahan metionin sintetis dalam pakan sampai tingkat 0,10 tidak mempengaruhi kualitas kerabang telur itik Tegal, tetapi meningkatkan nilai haugh unit. 3. Penambahan lancang sampai tingkat 4,0 persen dalam pakan mampu meningkatkan tebal kerabang telur itik Tegal. 4. Penambahan lancang dalam pakan itik petelur sampai tingkat 4,0 persen dapat diberikan, untuk meningkatkan tebal kerabang guna menambah daya tahan pecah selama transportasi. 5. Perlu diiakukan penelitian lanjutan dengan tingkat metionin sintetis yang lebih tinggi dalam pakan, untuk mengetahui respon itik Tegal periode produksi pertengahan dan menjelang puncak produksi ditinjau dari kualitas telurnya Lokakarya Nasional Unggas Air 2001

7 DAFTAR PUSTAKA AEC Comparison of The Nutritional Efficiency of DL-Methionine and Its Hydroxy Analog Free Acid in Broiler, Rhone Poulenc. Feed Additives Development. Anggorodi, R Nutrisi Aneka Ternak Unggas. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Romanoff, A.L. and A.J. Romanoff The Avian Eggs. 2 na John Wiley and Sons Inc. New York. Scott, M.L. Nesheim and R.J. Young Nutrition of The Chicken. Third Ed. M.L.Scott and Association Ithaca, New York. Srigandono, B Unggas Air. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Steel, R.G.D., and J.H. Torrie Prinsip dan Prosedur Statistik (Terjemahan). Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Willson, B.J The Performance of male ducklings given starter diets with different concentration of energy and protein. British Poultry Science 16 pp Makalah Penunjang (Poster) - 117