BAB I PENDAHULUAN. kerusakan material. DAS kodil bagian tengah terdiri dari Kecamatan Bener,

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Longsorlahan (landslide) mewakili bencana yang luas pada wilayah pegunungan dan perbukitan yang telah menyebabkan hilangnya nyawa dan kerusakan material. DAS kodil bagian tengah terdiri dari Kecamatan Bener, Loano, dan Salaman. Ketinggian di wilayah tersebut yaitu m dan curah hujan mm/tahun memiliki titik kejadian longsor yang cukup tinggi. Kejadian longsor di DAS Kodil hampir terjadi setiap tahun dan mengalami banyak kerugian. Berdasarkan data lapangan pada tahun 2010, titik kejadian longsor di DAS Kodil bagian tengah terdiri dari 81 titik. Data kejadian longsor dari tahun 2004 hingga tahun 2010 di Kabupaten Purworejo yang merupakan bagian dari Sub DAS Kodil mengalami kehilangan nyawa sebanyak 29 orang dan kerugian material mencapai Rp ,- (Kesbanglinmas, 2010) Gambar 1. 1 Rumah Warga Akibat Longsor di Kecamatan Bener (Sumber: radarjogja.co.id 22 Desember 2011) 1

2 Kecamatan Bener mengalami longsorlahan sebanyak tiga titik pada tanggal 20 Desember 2011 yang mengakibatkan jalan kabupaten terputus dan merusak beberapa rumah warga dengan taksiran kerugian sebesar Rp 152 juta rupiah (radarjogja.co.id, 2011). Longsor yang terjadi pada tanggal 1 Januari 2012 di Kecamatan Kepil, Kabupaten Wonosobo yang memutus jalur transportasi Purworejo-Wonosobo mencapai kerugian sebesar Rp 750 juta. Longsor yang terjadi di Kabupaten Magelang juga memiliki angka yang cukup besar. Sekitar 375 desa tersebar disembilan kecamatan rawan tanah longsor pada musim hujan (kompas.com, 2012). Identifikasi stabilitas lereng dapat digunakan untuk analisis area yang berpotensi terjadi kelongsoran karena dalam analisis tersebut dilakukan pada bidang miring dimana jika komponen gravitasi sangat besar dan perlawanan terhadap geseran yang dapat dikerahkan oleh tanah pada bidang longsornya terlampui, maka akan terjadi longsoran. Model stabilitas lereng disebut dengan istilah white box model or physically based model, dimana didasarkan pada proses fisik yang mempengaruhi sistem, serta melibatkan user untuk memahami proses, mekanisme dan keterkaitan antar parameter dan pengaruhnya terhadap longsor itu sendiri (Hadmoko, 2006). Peran user sangat berpengaruh terhadap penentuan model stabilitas lereng untuk lokasi kajian. Analisis stabilitas umumnya dilakukan untuk mendukung perancangan yang aman dan ekonomis dari galian, timbunan, bendungan, urugan dan lain-lain yang dilakukan pada skala detil. Perkembangan teknologi mampu membuat analisis stabilitas lereng untuk skala regional dengan pertimbangan DEM dan 2

3 parameter geoteknis seperti kohesi tanah dan sudut gesek (friction angle) berdasarkan jenis geologi atau jenis tanah. Menurut Hardiyatmo (2012), dalam analisi stabilitas lereng, bila geometri lereng dan kondisi tanah sudah diketahui, maka analisis stabilitas lereng dapat dilakukan dengan menggunakan diagram atau program komputer. Kebanyakan program komputer yang digunakan dalam analisis stabilitas lereng menggunakan pendekatan keseimbangan batas pada model dua dimensi, walaupun ada juga yang didasarkan pada analisis tiga dimensi. Ketersediaan data DEM harus tepat untuk pengolahan model berbasis teknologi sistem informasi geografi (SIG), dimana hal tersebut mempengaruhi kondisi relief dalam kaitannya dengan perhitungan stabilitas lereng dan longsorlahan. Tingkat akurasi model stabilitas lereng salah satunya tergantung dari tingkat akurasi DEM, disamping data historis longsorlahan, dan field checking (Montgomery dan Dietrich, 1994). DEM sebagai salah satu masukan stabilitas lereng dapat diperoleh dari berbagai sumber citra. Input DEM yang berbeda akan mempengaruhi model perlu dikaji untuk menghasilkan model yang tepat. Penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui model stabilitas lereng untuk identifikasi longsorlahan di Sub DAS Kodil, validasi model stabilitas lereng, dan mengetahui efektivitas DEM dalam menghasilkan model stabilitas lereng Permasalahan Penelitian Pemodelan stabilitas lereng untuk bencana longsor biasanya dilakukan untuk wilayah yang sempit dan kondisi litologi atau jenis tanah yang sama, oleh karenanya terdapat kesulitan untuk menentukan nilai parameter geoteknis 3

4 tersebut. Perolehan data dengan cara pengambilan sampel tanah secara langsung dan uji laboratorium, sehingga hal tersebut akan sulit dilakukan untuk area yang luas karena membutuhkan banyak tenaga, waktu dan biaya. Sejumlah anggapan yang telah dibuat dalam analisis stabilitas lereng sering memberikan analisis tidak seperti yang diperkirakan. Beberapa masalah yang menjadikan ketidaktentuan hasil analisis stabilitas lereng, antara lain kelongsoran lereng umumnya adalah masalah 3 dimensi, sedangkan penelitian ini dilakukan secara 2 dimensi. Kondisi pembebanan pada waktu pengujian di laboratorium (uji triaksial kompresi) mungkin tidak sesuai dengan kondisi kedudukan tegangan-tegangan di lapangan. Kerusakan contoh benda uji juga sangat mempengaruhi hasil pengujian. Sifat kuat geser tanah di lapangan yang anisotropis menyebabkan nilai parameternya bervariasi di sepanjang permukaan bidang longsor. Pengolahan stabilitas lereng membutuhkan data kedalaman tanah dari lapangan sedangkan titik kedalaman tanah dilakukan dengan sampling sehingga perlu dilakukan pengolahan lebih lanjut untuk mendapatkan data kedalaman tanah untuk keseluruhan area. DEM dapat digunakan untuk membantu menghasilkan kedalaman tanah berbasis raster, namun pengolahan kedalaman tanah tersebut belum banyak dikembangkan karena diperlukan data lapangan yang cukup banyak. Pengolahan stabilitas lereng dengan SINMAP rumus matematis dimana data kedalaman tanah dianggap konstan di area tersebut. Pendekatan model matematis juga memiliki permasalahan dalam pengaplikasian untuk daerah lain karena harus membangun database baru berdasarkan parameter yang dibutuhkan. 4

5 Pendekatan model stabilitas lereng merupakan model deterministik sehingga membutuhkan historis data kejadian longsor yang banyak untuk membantu membangun model. Validasi model stabilitas lereng dilakukan dengan menggunakan data luasan longsor, dimana data tersebut sulit untuk didapatkan baik dari instansi terkait atau pengukuran secara langsung Pertanyaan dan Tujuan Penelitian Pertanyaan dan Tujuan penelitian dijelaskan sebagai berikut: Tabel 1. 1 Pertanyaan dan Tujuan Penelitian Pertanyaan Penelitian Tujuan Penelitian - Bagaimana nilai akurasi elevasi untuk masing-masing DEM? - Bagaimanakah mengetahui daerah potensi longsorlahan di Sub DAS Kodil bagian tengah? - Menjelaskan nilai akurasi data DEM yang digunakan untuk analisis stabilitas lereng - Menganalisis stabilitas lereng di Sub DAS Kodil bagian tengah dengan analisis SINMAP - Bagaimanakah melakukan validasi hasil model stabilitas lereng? - Bagaimana klasifikasi potensi longsorlahan berdasarkan data stabilitas lereng? - Bagaimana pengaruh potensi longsorlahan dengan kondisi fisik seperti litologi, vegetasi, kedalaman tanah dan curah hujan - Bagaimanakah pengauh penggunaan DEM terhadap hasil stabilitas lereng di Sub DAS Kodil bagian tengah? Sumber: Analisa, Melakukan pemetaan dan analisa potensi longsorlahan dengan data stabilitas lereng - Menjelaskan efektivitas penggunaan DEM untuk stabilitas lereng dan longsorlahan 5

6 1.4. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis Memberikan sumbangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang kebencanaan longsorlahan serta bahan acuan bagi penelitian selanjutnya. 2. Manfaat praktis Manfaat praktis dari hasil penelitian meliputi: a. dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan atau arahan bagi pemerintah daerah setempat dalam usahanya untuk menanggulangi bencana longsorlahan di Sub DAS Kodil bagian tengah. b. dapat digunakan untuk sosialisasi adanya potensi terjadinya longsorlahan sehingga masyarakat dapat mengenali tipologi lereng yang rawan longsorlahan, serta upaya antisipasi dini yang harus dilakukan dan penanggulangan bencana longsorlahan di Sub DAS Kodil bagian tengah Keaslian Penelitian Penelitian yang dilakukan memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Peneliti menerapkan SINMAP untuk menentukan area rawan longsor berdasarkan data stabilitas lereng, melakukan kalibrasi dengan data titik longsor dan parameter pemicu stabilitas lereng, dan menganalisis penggunaan DEM untuk model stabilitas lereng. Penelitian terdahulu terangkum dalam Tabel 1.1. Penelitian yang dilakukan oleh Deb dan El Kadi (2009) melakukan pemetaan kerentanan longsorlahan dengan model SINMAP, serta melakukan 6

7 kalibrasi model SINMAP secara kuantitatif menggunakan data longsor historis ( ) dan kualitiatif menggunakan parameter pengaruh longsorlahan (jenis batuan, litologi, peta bahaya debris-flow, dan penutup lahan). Sidik (2009) melakukan zonasi rawan longsor di DAS Secang Kulon Progo dengan menggunakan model stabilitas lereng menggunakan SINMAP. Andri (2011) melakukan pemetaan kerentanan longsorlahan di Kabupaten Bandung menggunakan model stabilitas lereng (SINMAP) dan selanjutnya digunakan untuk analisis risiko longsorlahan menggunakan data sosial dan kependudukan. Pramudianti (2011) melakukan pemetaan kerawanan longsorlahan di DAS Gintung dengan analisis stabilitas lereng secara deterministik, serta melihat kondisi stabilitas lereng dengan nilai saturasi yang berbeda. Izhom (2012) melakukan identifikasi longsorlahan dengan stabilitas lereng model SINMAP dan memetekan kerawanan longsorlahan dengan data pemukiman. Peneliti sendiri melakukan identifikasi longsorlahan dengan model stabilitas lereng menggunakan SINMAP seperti yang dilakukan peneliti sebelumnya. Kalibrasi model SINMAP juga dilakukan seperti yang telah dilakukan oleh Deb dan El Kadi (2009). Perbedaan dengan penelitian sebelumnya yaitu peneliti melakukan validasi model SINMAP dengan menggunakan data luas longsorlahan dan penilaian efektivitas DEM sebagai masukan model SINMAP yang belum dilakukan oleh peneliti sebelumnya. 7

8 Tabel 1. 2 Penelitian Sebelumnya Peneliti Judul Kajian Metodologi Hasil Susceptibility assessment of Menentukan kerentanan Puposive sampling berdasarkan shallow landslides on Oahu, longsorlahan dengan model catchment yang berbeda. Hawaii under extreme rainfall SINMAP dan Kuantitatif dan kualitatif untuk events mengembangkan kalibrasi kalibrasi model SINMAP indeks stabilitas lereng menggunakan data historis titik (SINMAP) disetiap daerah longsor dan parameter lainnya yang memiliki catchment (jenis batuan, tutupan lahan, area yang berbeda dan litologi, dan bahaya debris-flow) karakteristik geoteknis serta hidrologi yang berbeda Deb, KS dan Elkadi, IA (2009) Sidik, F (2009) Analisis stabilitas lereng untuk zonasi daerah rawan longsor du DAS Secang, Kulonprogo dengan menggunakan model deterministik Andri, A (2011) Wilayah Risiko Bencana Longsor di Kabupaten Bandung Penilaian tingkat keakuratan SINMAP untuk zonasi daerah rawan longsor Mengkaji potensi longsorlahan dengan analisis stabilitas lereng menggunakan metode SINMAP, yang selanjutkan digunakan untuk analisis risiko longsorlahan dengan Metode observasi lapangan dengan analisis kulitatif dan kuantitatif Kuantitatif dengan menguji validasi stabilitas lereng menggunakan data titik longsor - Peta stabilitas lereng di Oahu, Hawaii - Hasil kalibrasi model SINMAP untuk menentukan kerentanan longsorlahan - Peta Kerentanan longsorlahan di Oahu, Hawaii Peta zonasi rawan longsor di DAS Secang - Potensi longsorlahan hasil dari pengolahan stabilitas lereng dengan metode SINMAP - Risiko longsor lahan dengan menggunakan data potensi longsorlahan dan faktor kerentanan 8

9 Lanjutan Tabel 1.2 Penelitian Sebelumnya Pramudianti. E (2011) Izhom, (2012) Restiani, (2012) BM DN Analisis stabilitas lereng dengan menggunakan model deterministik untuk zonasi daerah rawan longsorlahan di Sub DAS Gintung, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah Kerentanan Wilayah Tanah Longsor Di Daerah Aliran Cicatih, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat Kajian Digital Elevation Model (DEM) untuk Model Stabilitas Lereng di Sub DAS Kodil Bagian Tengah data sosial dan kerugian lahan pertanian Pemetaan daerah rawan longsorlahan di Sub DAS Gintung, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah Mengkaji potensi longsorlahan dengan pemodelan Stability Index Mapping (SINMAP) dan melakukan pemetaan kerawanan longsorlahan dengan menambahkan faktor permukiman Melakukan identifikasi potensi longsorlahan dengan model SINMAP, melakukan validasi model SINMAP, dan mengkaji DEM terhadap model SINMAP Deskriptif semi kuantitatif dengan menggunakan metode deterministik sebagai pendekatan dalam analisis stabilitas lereng Kuantitatif dengan perhitungan menggunakan variabel pengaruh untuk penentuan Stability Index Kuantitatif hasil pengukuran lapangan mengenai data kejadian longsor, data geoteknik dan hidrologi. Peta kerawanan longsor lahan Sub DAS Gintung Sebaran lokasi wilayah potensi, rentan, dan rawan tanah longsor Hasil yang diharapkan berupa Peta stabilitas lereng dan kerawanan longsorlahan, hasil validasi model, dan rekomendasi pemakaian data DEM untuk model SINMAP 9