BAB I PENDAHULUAN. Kota Denpasar merupakan pusat ibukota pemerintah Provinsi Bali
|
|
- Suhendra Dharmawijaya
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Denpasar merupakan pusat ibukota pemerintah Provinsi Bali sehingga dijadikan sebagai pusat pemerintahan, ekonomi, budaya, serta pendidikan. Beragam aktivitas dijumpai di Kota Denpasar baik dari persoalan kependudukan, sosial, tata ruang maupun tampilan wajah kotanya. Salah satu yang mendapatkan perhatian belakangan ini adalah upaya mewujudkan kota bersih dan hijau (clean dan green) termasuk keindahan kota untuk mendukung keberlangsungan pariwisata di kota Denpasar. Kawasan kota Denpasar yang padat penduduk dan tingginya aktifitas ekonomi menjadi salah satu faktor penyebab permasalahan sampah yang semakin berat untuk diatasi serta penanganan sampah yang masih belum terkelola dengan optimal. Sampah merupakan masalah yang selalu muncul di lingkungan kita. Permasalahan sampah sering dibicarakan berbagai kalangan masyarakat. Namun hingga saat ini belum ada cara yang tepat untuk mengatasinya. Sampah yang menumpuk di berbagai sudut hingga saat ini masih menjadi masalah umum lingkungan perkotaan di Indonesia termasuk juga di Kota Denpasar. Rata-rata setiap harinya Kota Denpasar menghasilkan puluhan ton sampah. Sampah-sampah itu diangkut oleh truk-truk khusus dan dibuang atau ditumpuk begitu saja di tempat yang sudah disediakan tanpa mendapat penanganan lagi. Semakin hari sampah itu terus menumpuk dan terjadilah bukit sampah seperti yang sering kita 1
2 2 lihat. Sampah yang menumpuk itu, sudah tentu akan mengganggu penduduk di sekitarnya. Selain baunya yang tidak sedap, sampah sering dihinggapi lalat yang dapat mendatangkan wabah penyakit. Walaupun terbukti sampah itu dapat merugikan, tetapi ada sisi manfaatnya, sampah juga dapat diubah menjadi barang yang bermanfaat. Pengelolaan sampah terintegrasi atau terpadu dapat didefinisikan sebagai pemilihan dan penerapan teknik-teknik, teknologi, dan program-program manajemen yang sesuai untuk mencapai sasaran dan tujuan yang spesifik dari pengelolaan sampah. Oleh karena itu, khusus untuk pengelolaan sampah di perdesaan, dibentuk program pengelolaan sampah skala wilayah, misalnya dengan dibentuk depo-depo sampah. Hal ini sejalan dengan program Bali Clean and Green (Bersih dan Hijau) yang dicanangkan Pemerintah. Dalam manajemen pengelolaan sampah di Kota Denpasar membutuhkan kekuatan-kekuatan dan dasar hukum seperti pembentukan organisasi, pemungutan retribusi, ketertiban dan keterlibatan masyarakat. Dalam kaitan ini, pemerintah membuat kebijakan-kebijakan sebagai dasar pijakan hukum. Produk hukum tentang sampah mengatur bagaimana sampah harus dikelola baik oleh masyarakat secara perorangan atau secara bersama, maupun oleh pemerintah sendiri. Dalam rangka menyelenggarakan pengelolaan sampah secara terpadu dan komprehensif, pemenuhan hak dan kewajiban masyarakat, serta tugas dan wewenang pemerintah daerah untuk melaksanakan pelayanan publik, diperlukan payung hukum dalam bentuk Undang-Undang. Salah satu usaha yang dilakukan pemerintah adalah membuat produk hukum berupa Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang
3 3 Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 69). Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah disebutkan bahwa masyarakat diwajibkan juga berpartisipasi dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis rumah tangga, baik dalam hal pengurangan sampah (meliputi kegiatan pembatasan, penggunaan kembali, dan pendauran ulang dan penanganan sampah (meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir). Dalam melakukan operasional kebersihan, ada dua hal pokok yang sangat mendukung keberhasilan penanganan sampah yakni sumber daya manusia dan ketersediaan prasarana dan sarana. Masalah yang sering muncul dalam penanganan sampah kota adalah masalah biaya operasional yang tinggi dan semakin sulitnya ruang yang pantas untuk pembuangan. Sebagai akibat biaya operasional yang tinggi, kebanyakan kota-kota di Indonesia hanya mampu mengumpulkan dan membuang sekitar 50-60% dari seluruh produksi sampahnya. Dari 50-60% ini, sebagian besar ditangani dan dibuang dengan cara yang tidak efektif, boros dan mencemari lingkungan. Banyak kota-kota di negara berkembang, sistem pengelolaan sampah yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta ternyata tidak mampu mengatasi jumlah timbulan yang ada. Hanya sekitar 50-60% persen dari timbunan sampah yang terangkut, sementara selebihnya dibakar, ditanam, bahkan dibuang kesungai. Berhubungan dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk pengelolaan persampahan, di kota Denpasar menyatakan
4 4 bahwa keterbatasan dana sebagai salah satu kendala peningkatan pelayanan pengelolaan persampahan. Keterbatasan dana tersebut dapat berakibat kepada: a. Ketidakmampuan melakukan pemeliharaan terhadap sarana dan prasarana pengelolaan sampah yang ada. b. Ketidakmampuan melakukan penggantian terhadap sarana dan prasarana pengelolaan sampah yang telah rusak. c. Ketidakmampuan melakukan pengadaan sarana dan prasarana pengelolaan sampah yang baru untuk mencapai target pelayanan yang lebih baik. d. Ketidakmampuan melakukan pengelolaan persampahan sesuai dengan standar operasional. Untuk mendapatkan tingkat efektifitas dan efisiensi yang tinggi dalam penanganan sampah di kota, maka dalam pengelolaannya harus cukup layak diterapkan yang sekaligus disertai upaya pemanfaatannya sehingga diharapkan mempunyai keuntungan berupa nilai tambah. Untuk dapat meningkatkan nilai tambah dari sampah, diperlukan sarana yang cukup dan memadai serta kesadaran masyarakat dalam melakukan pengelolaan sampah yang baik. Salah satu sarana pengelolaan persampahan yang diperlukan adalah sarana pewadahan dan pengumpulan sampah, yaitu tempat sampah terpilah dan gerobak sampah terpilah. Ketersediaan sarana pewadahan yang cukup juga harus didukung dengan peningkatan kesadaran masyarakat. Salah satu upaya pengelolaan sampah di Kota Denpasar adalah pengelolaan sampah yang dilakukan dengan berbasis masyarakat. Pengelolaan sampah ini dilakukan oleh masyarakat dan hasilnya juga untuk masayarakat itu
5 5 sendiri. Masyarakat dihimbau untuk meminimalkan menghasilkan sampah misalnya sampah kantong plastik. Masyarakat juga dihimbau untuk menggunakan kembali sampah-sampah menjadi bahan yang berguna misalnya menggunakan kaleng-kaleng bekas untuk pot bunga serta mengumpulkan dan mengolah sampah daun kering menjadi pupuk. Masyarakat juga diberikan sosialisasi dan pelatihan untuk mendaur ulang sampah dengan memilah sampah dan mengolahnya menjadi benda-benda yang bermanfaat. Pelaksanaan konsep bank sampah yaitu dengan membentuk kolaborasi perbankan dimana masyarakat mendapatkan buku rekening bagi para penabung atau disebut nasabah. Bank sampah selain sebagai penyelamatan lingkungan ada konsep menabung. Uniknya di bank sampah para nasabah menyetor sampah lalu akan mendapatkan uang sesuai dengan nilai sampah yang mereka setorkan. Sampah akan ditimbang dan ditaksir nilainya sesuai harga di pasaran atau pengepul, lalu nilai uang itu yang akan dimasukan ke rekening nasabah. Keberadaan bank sampah ini sangat efektif untuk mengubah pola pikir masyarakat bahwa limbah yang dihasilkan masih memiliki potensi ekonomi, selain menyebabkan jumlah sampah yang terbuang ke tempat pembuangan akhir menjadi lebih sedikit serta akan berdampak pada kebersihan dan kenyamanan lingkungan. Dengan usaha kecil-kecilan dari masyarakat dalam mengumpulkan barang-barang bekas yang memiliki nilai ekonomis, sebagai salah satu bentuk kepedulian terhadap kebersihan lingkungan khususnya tata kelola sampah untuk mengurangi sampah dihulu atau disumbernya. Tujuan bank sampah, itu sendiri yaitu :
6 6 1. Membantu dalam mengurangi sampah. 2. Membangun kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam mengelola sampah yang bernilai ekonomis. 3. Membantu mengatasi permasalah lingkungan yang diakibatkan oleh sampah. 4. Memaksimalkan pemanfaatan barang bekas yang terbuang percuma Untuk dapat membantu program pemerintah dalam pengelolaan sampah salah satu pendekatan yang dapat dilakukan dengan pendekatan kepada masyarakat dengan membiasakan masyarakat tersebut terhadap tingkah laku yang sesuai dengan membiasakan diri dengan tujuan program bank sampah tersebut. Hal ini dapat mengubah persepsi masyarakat terhadap pengelolaan sampah yang tertib, lancar dan merata secara mandiri. Pada Pasal 11 ayat (1) huruf b dikemukakan setiap orang berhak berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan, penyelenggaraan dan pengawasan di bidang pengelolaan sampah. Sementara itu pada ayat 2 dikemukakan ketentuan sebagai tindak lanjut mengenai tata cara penggunaan hak. Ketentuan diatas menunjukkan masyarakat diakui haknya untuk turut serta dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah yang ada di wilayahnya. Pemerintah Kota Denpasar dalam rangka memfasilitasi hak masyarakat untuk ikut serta menyelenggarakan pengelolaan sampah menetapkan produk hukum berupa Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 3 Tahun 2000 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 15 Tahun 1993 Tentang Kebersihan Dan Ketertiban Umum Di
7 7 Kota Denpasar. Produk hukum untuk ditindaklanjuti dengan Peraturan Walikota Denpasar Nomor 3 Tahun 2012 Tentang Penetapan Jadwal Waktu Pembuangan Dan Pengangkutan Sampah Serta Ketentuan Dan Tata Cara Pemotongan Pohon Perindang Di Kota Denpasar dan Keputusan Walikota Denpasar Nomor / 195 / Hk / 2015 Tentang Penetapan Bank Sampah Di Kota Denpasar Tahun Dari ketentuan tersebut maka kajian implementasi produk hukum terkait hak masyarakat ikut serta dalam menyelenggarakan pengelolaan sampah di Kota Denpasar menjadi sangat penting dilakukan, oleh karena itu penelitian dengan judul HAK MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI PROGRAM BANK SAMPAH DI KOTA DENPASAR menjadi aktual dan menarik untuk diteliti. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, adapun permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaturan hak-hak masyarakat dalam pengelolaan sampah di Kota Denpasar? 2. Bagaimana pengelolaan sampah berbasis masyarakat melalui program bank sampah di Kota Denpasar? 1.3 Ruang Lingkup Masalah
8 8 Ruang lingkup masalah dalam penulisan karya ilmiah ini, terbatas hanya pada faktor faktor yang terkait dengan persoalan hak masyarakat dalam pengelolaan sampah melalui program bank sampah di Kota Denpasar. Adapun ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut : 1. Pertama mengenai pengaturan hak-hak masyarakat dalam pengelolaan sampah di Kota Denpasar. 2. Kedua diuraikan mengenai pengelolaan sampah berbasis masyarakat melalui program bank sampah di Kota Denpasar. Hal yang akan diuraikan nantinya dibatasi dalam pembagian jenis sampah dimana sampah yang dapat ditabung di bank sampah dikelompokkan menjadi : a. Kertas, yang meliputi Koran, majalah, kardus, dan dupleks. b. Plastik, yang meliputi plastik bening, botol plastik, dan plastik keras lainnya. c. Logam, yang meliputi besi, aluminium dan timah. Pembahasan akan menjadi terarah dan benar-benar tertuju pada pokok pembahasan yang diinginkan. Hal ini sangat diperlukan agar pembahasan selanjutnya tidak menyimpang dari pokok permasalahan yang diangkat. Sehingga dengan demikian dapat diuraikan secara sistematis. 1.4 Orisinalitas Penelitian Tulisan ini merupakan benar dari pemikiran sendiri. Sebagai referensi sekaligus menghindari plagiasi pada tulisan ini, maka penulis menggunakan
9 9 skripsi lain dengan kasus sejenis, yang mana akan membantu penulis dalam menyelesaikan tulisan ini. Dari hasil penelusuran yang dilakukan terhadap tulisan atau hasil penelitian tentang Hak masyarakat dalam pengelolaan sampah melalui program bank sampah di Kota Denpasar, belum pernah ada yang melakukan penelitian sebelumnya. Akan tetapi pernah ada yang meneliti tentang yang terkait dengan sistem pengelolaan sampah berbasis masyarakat, sebagai acuan kerangka berfikir maka penulis menggunakan 1 skripsi dan 2 tesis terdahulu. Adapun skripsi dan tesis yang penulis maksud adalah sebagai berikut : Tabel Daftar Penelitian Sejenis No Judul Skripsi/Jurnal Penulis 1 Skripsi : Pemberdayaan masyarakat melalui pengelolaan sampah Syafa Atur Rofi ah (Mahasiswi jurusan pengembangan masyarakat islam fakultas dakwah dan komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta 2013) 1. Bagaimana proses pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah yang dilakukan bank sampah sorularess? 2. Apa manfaat yang dirasakan masyarakat sekitar dengan adanya bank sampah?
10 10 2 Tesis : Peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah rumah tangga (studi kasus di Kota Denpasar) Ni Made Sunarti (Mahasiswi Program Pasca Sarjana Universitas Diponogoro, Semarang, tahun 2002). 1. Masih terdapat sebagian besar sampah rumah tangga belum terangkut ke TPA? 2. Masih kurangnya peran serta masyarakat di dalam memperlakukan sampah rumah tangga dengan adanya pembuangan sampah ke sungai dan pada lahan-lahan kosong? 3 Tesis : Pengelolaan sampah rumah tangga berbasis masyarakat (studi kasus di Kota Yogyakarta) Faizah (mahasiswi program magister ilmu lingkungan program pasca sarjana Universitas diponegoro, Semarang, tahun 2008 ) 1. Bagaimana pengelolaan sampah rumah tangga berbasis masyarakat yang ada di kota Yogyakarta? 2. Apa problematika yang dihadapi pada pengelolaan sampah rumah tangga berbasis masyarakat yang ada di kota Yogyakarta? 3. Apa rekomendasi yang diberikan untuk menyempurnakan pengelolaan sampah rumah tangga berbasis masyarakat yang ada di kota Yogyakarta? 1.5 Tujuan Penelitian Mengacu pada latar belakang dan masalah penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk : a. Tujuan umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk melatih diri dalam usaha menyatakan penelitian ilmiah terkait pengelolaan sampah secara tertulis. Penelitian ini juga bertujuan untuk pengembangan ilmu pengetahuan di bidang
11 11 hukum yang terkait dengan hak masyarakat dalam pengelolaan sampah melalui program bank sampah di Kota Denpasar. b. Tujuan khusus Mengenai tujuan khusus penelitian ini, sejalan dengan permasalahan yang dikaji adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaturan hak-hak masyarakat dalam pengelolaan sampah di Kota Denpasar. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengelolaan sampah berbasis masyarakat melalui program bank sampah di Kota Denpasar. 1.6 Manfaat Penelitian Merujuk pada tujuan penelitian diatas, maka penelitian ini sekurangkurangnya diharapkan dapat memberikan kegunaan teoritis dan praktis, yaitu : a. Manfaat Teoritis Secara teoritis diharapkan hasil penelitian ini dapat berguna sebagai berikut : 1) Bagi ilmu hukum, hasil penelitian ini diharapkan untuk dapat memahami dan memperdalam serta mengembangkan teori ilmu pengetahuan guna menambah pustaka hukum yang berkaitan dengan Hukum Pemerintahan dan Hukum Lingkungan. 2) Kepada Pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran yang dapat digunakan sebagai acuan dalam membuat
12 12 kebijakan di bidang pengelolaan sampah dalam meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat melalui program bank sampah di Kota Denpasar. b. Manfaat Praktis. Secara praktis, penelitian ini diharapkan membawa manfaat sebagai berikut : 1) Bagi pemerintah dapat digunakan sebagai bahan kajian, masukan atau pertimbangan terhadap pengelolaan sampah melalui program bank sampah di Kota Denpasar. 2) Bagi masyarakat dapat dijadikan rujukan informasi yang dapat digunakan untuk perencanaan pengambilan keputusan dan menentukan kebijakan bagi Pemerintah daerah di Kota Denpasar. 3) Bagi peneliti dapat digunakan sebagai penyampaian informasi terhadap masyarakat untuk membangun kesadaran masyarakat dalam mengembangkan sistem pengelolaan sampah melalui program bank sampah di Kota Denpasar. 1.7 Landasan Teoritis Untuk membahas permasalahan dalam skripsi ini maka akan dikaji beberapa teori, konsep, maupun peraturan perundang-undangan yang terkait. Dengan demikian landasan teoritis yang dikembangkan dapat dijadikan pisau analisa secara teoritis terhadap kedua permasalahan dalam penelitian ini. Adapun landasan teoritis yang dimaksudkan adalah sebagai berikut :
13 13 a. Teori Negara Hukum Indonesia merupakan negara hukum berdasarkan Pancasila, di mana unsur-unsur di atas terpenuhi seperti yang temuat dalam Pembukaan Undang- Undang Dasar 1945, alenia pertama yang menyatakan bahwa kemerdekaan merupakan hak segala bangsa, pernyataan tersebut merupakan affirmasi dari Hak dasar untuk menentukan nasib sendiri. Dalam alenia kedua pembukaan menyebutkan Indonesia sebagai negara yang adil dan makmur. Kekuasaan hendaklah dijalankan dengan adil, artinya negara tidak dapat bertindak sewenangwenang terhadap rakyatnya. Dalam alenia ketiga tercantum hasrat Indonesia untuk berkehidupan kebangsaan yang bebas, yang menekankan HAM kolektif yang dimiliki sebuah bangsa, serta alenia keempat mencantukan hak sosial, ekonomi, politik dan pendidikan. Di dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum. Istilah Negara hukum di Indonesia, sering di terjemahkan rechtstaats atau the rule of law. Paham recht staats pada dasarnya bertumpu pada sistem hukum Eropa Kontinental. Immanuel Kant mengemukakan paham Negara hukum dalam arti sempit, yang menempatkan rechtstaats, hanya sebagai alat perlindungan hak hak individual dan kekuasaan Negara diartikan secara pasif, yang bertugas sebagai pemelihara ketertiban dan keamanan masyarakat. Sementara itu di dalam Undang- Undang Dasar Negara Kesatuann Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa segala tindakan penguasa atau pemerintah memerlukan suatu bentuk hukum tertentu dan harus sesuai dengan Undang Undang yang berlaku.
14 14 Pernyataan tersebut mengandung arti adanya supremasi hukum dan konstitusi, dianutnya prinsip pemisahan dan pembatasan kekuasaan menurut sistem konstitusional yang diatur dalam Undang Undang Dasar, adanya prinsip peradilan yang bebas dan tidak memihak yang menjadi persamaan setiap warga Negara dalam hukum serta jaminan keadilan bagi setiap orang termasuk penyalahgunaan wewenang oleh pihak yang berkuasa. Pasal 1 ayat (3) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 menyatakan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum. Konsep ini berasal dari Freidrich Julius Stahl yang diilhami oleh Immanuel Kant. Menurut Stahl, unsur negara hukum (rechtsstaat) adalah : 1. Perlindungan hak-hak asasi manusia 2. Pemisahan kekuasaan untuk menjamin hak-hak itu. 3. Pemerintah berdasarkan peraturan perundang-undangan. 4. Peradilan administrasi dalam perselisihan. Sedangkan prinsip suatu negara hukum menurut J.B.J.M ten Berge adalah adanya asas legalitas, perlindungan hak-hak asasi, pemerintah terikat pada hukum, monopoli paksaan pemerintah untuk menjamin penegakan hukum dan pengawasan oleh hakim yang merdeka. Dalam suatu negara hukum seperti halnya negara Indonesia, hak asasi merupakan suatu hal yang penting. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 secara implisit menjamin keberadaan hak asasi. Kemudian dalam pasal-pasal Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
15 15 tahun 1945 hak asasi juga sudah dijamin secara tegas. Hak-hak asasi yang diatur dalam konstitusi negara inilah yang kemudian disebut sebagai hak konstitusi. Pengakuan HAM tersebut merupakan bukti bahwa Indonesia tidak hanya secara deklaratif menyatakan sebagai negara hukum namun juga secara praktis, yang dalam hal ini Indonesia menganut negara hukum dalam arti materiil atau yang dikenal dengan sebutan Negara Kesejahteraan (Welfare State). Dalam negara, kesejahteraan hak rakyat bebas dari persaoalan sampah. Namun demikian dalam pengelolaan sampah tidak boleh dilakukan secara sewenang-wenang. Berkaitan dengan pandangan tersebut maka skripsi ini memuat tentang hak masyarakat yang berdasarkan hukum mengenai pengelolaan sampah melalui program bank sampah, dimana hal ini apabila tidak ditangani dapat mengancam hak konstitusional rakyat Indonesia untuk mendapatkan lingkungan hidup yang sehat. b. Teori Kewenangan Secara konseptual, dalam istilah Belanda bevoegdheid (yang berarti wewenang atau berkuasa) dan dalam bahasa inggris disebut authority. Wewenang merupakan bagian yang sangat penting dalam Hukum Tata Pemerintahan, karena pemerintahan baru dapat menjalankan fungsinya atas dasar wewenang yang diperolehnya. Wewenang adalah kemampuan bertindak yang diberikan oleh undang-undang yang berlaku untuk melakukan hubungan dan perbuatan hukum. Dikatakan sebagai kekuasaan yang sah karena undang-undang yang memberikan kewenangan terhadap pejabat tersebut. Menurut S.F.Marbun, menyebutkan wewenang mengandung arti kemampuan untuk melakukan suatu tindakan hukum
16 16 publik, atau secara yuridis adalah kemampuan bertindak yang diberikan oleh undang-undang yang berlaku untuk melakukan hubungan-hubungan hukum. Setelah dinyatakan dengan tegas wewenang tersebut sah, baru kemudian tindak pemerintahan mendapat kekuasaan hukum (rechtskracht). Oleh karena itu pengertian wewenang itu sendiri akan berkaitan dengan kekuasaan. Teori kewenangan ini memiliki peran penting sebagai dasar keabsahan pemerintah daerah untuk merealisasikan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu memberikan lingkungan hidup yang sehat bagi seluruh masyarakat. Dalam hal tersebut pemerintah pusat dengan kewenangannya mendelegasikan kepada pemerintah daerah melalui Pasal 8 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008, yang menyatakan bahwa dalam menyelenggarakan pengelolaan sampah Pemerintah dapat menetapkan kebijakan dan strategi dalam pengelolaan sampah sesuai dengan kebijakan pemerintah. c. Teori kepastian hukum Penciptaan kepastian hukum dalam peraturan perundang-undangan memerlukan persyaratan yang berkenaan dengan struktur internal dari norma hukum itu sendiri. Persyaratan internal tersebut adalah sebagai berikut : Pertama, kejelasan konsep yang digunakan. Norma hukum berisi deskripsi mengenai perilaku tertentu yang kemudian disatukan ke dalam konsep tertentu pula. Kedua, kejelasan hirarki kewenangan dari lembaga pembentuk peraturan perundangundangan. Kejelasan hirarki ini penting karena menyangkut sah atau tidak dan mengikat atau tidaknya peraturan perundang-undangan yang dibuatnya. Kejelasan hirarki akan memberi arahan pembentuk hukum yang mempunyai kewenangan
17 17 untuk membentuk suatu peraturan perundang-undangan tertentu. Ketiga, adanya konsistensi norma hukum perundang-undangan. Artinya ketentuan-ketentuan dari sejumlah peraturan perundang-undangan yang terkait dengan satu subyek tertentu tidak saling bertentangan antara satu dengan yang lain. Kepastian hukum menghendaki adanya upaya pengaturan hukum dalam perundang-undangan yang dibuat oleh pihak yang berwenang dan berwibawa, sehingga aturan-aturan itu memiliki aspek yuridis yang dapat menjamin adanya kepastian bahwa hukum berfungsi sebagai suatu peraturan yang harus ditaati. d. Teori efektivitas hukum Berbicara mengenai efektivitas hukum, Soerjono Soekanto berpendapat tentang pengaruh hukum baik sebagai kaidah maupun sebagai sikap tindak atau prilaku teratur dalam membimbing manusia. Masalah pengaruh hukum tidak hanya terbatas pada timbulnya ketaatan atau kepatuhan pada hukum tapi mencakup efek total dari hukum terhadap sikap tindak atau prilaku baik yang bersifat positif maupun negatif. Ketaatan seseorang bersikap tindak atau berprilaku didasarkan pada kesesuaiannya dengan harapan pembentuk undangundang. Pengaruh hukum terhadap sikap tindak atau prilaku, dapat diklarifikasikan sebagai ketaatan (compliance), ketidaktaatan atau penyimpangan (deviance) dan pengelakan (evasion). Efektivitas penegakan hukum dibutuhkan kekuatan fisik untuk menegakkan kaidah-kaidah hukum tersebut menjadi kenyataan berdasarkan wewenang yang sah. Sanksi merupakan aktualisasi dari norma hukum threats dan
18 18 promises, yaitu suatu ancaman tidak akan mendapatkan legitimasi bila tidak ada faedahnya untuk dipatuhi atau ditaati. Internal values merupakan penilaian pribadi menurut hati nurani yang diartikan sebagai suatu sikap tingkah laku. 1.8 Metode Penelitian Skripsi merupakan salah satu bentuk dari penelitian yang harus dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Untuk memenuhi kriteria ilmiah tersebut, penyusunan skripsi ini memerlukan metode-metode penelitian tertentu. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut : a. Jenis Penelitian Penelitian ini dikualifikasikan dalam jenis penelitan secara yuridis empiris dengan menganalisa masalah yang dikaitkan dengan pelaksanaan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan teori-teori yang sudah ada dikaji penerapaannya dilapangan untuk memperoleh informasi dari pihak terkait. Adapun isu hukum yang diteliti adalah penerapan Pasal 11 ayat (1) huruf b Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah ditinjau dari partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan, penyelenggaraan, dan pengawasan di bidang pengelolaan sampah. b. Jenis Pendekatan. Dalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan. Dengan pendekatan tersebut, penelitian akan mendapatkan informasi dari berbagai aspek
19 19 mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabannya. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian hukum adalah : 1. Pendekatan Perundang-undangan (Statute Approach) 2. Pendekatan fakta (The fact Approach) 3. Pendekatan Kasus (Case Approach) 4. Pendekatan Historis (Historical Approach) 5. Pendekatan Analisis Konsep Hukum (analytical and conceptual approach) 6. Pendekatan Perbandingan (Comparative Approach) 7. Pendekatan Konseptual (Conceptual Approach) Dari berbagai pendekatan secara teoritis adapun pendekatan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini yaitu : a) Pendekatan peraturan perundang-undangan (statute approach) yaitu dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkutan dengan isu hukum yang sedang ditangani. b) Pendekatan fakta (fact approach) yang artinya bahwa pendekatan yang di lakukan berdasarkan fakta fakta yang terjadi di lapangan yang ada kaitannya dengan permasalahan isu hukum yang sedang di tangani. c. Sumber Data Pada umumnya, data dalam penelitian dibedakan antara data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat dan bahan pustaka. Data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat disebut dengan data primer (data dasar) dan data yang diperoleh dari bahan pustaka disebut data sekunder. Untuk
20 20 memperoleh data dalam penelitian ini, data yang didapatkan bersumber dari data berikut : a) Data primer Data primer adalah data yang diperoleh oleh hasil penelitian lapangan. Adapun sumber utama dalam penulisan penelitian ini adalah data yang diperoleh dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Denpasar. b) Data sekunder Data sekunder merupakan data yang bersumber dari penelitian kepustakaan. Penelitian kepustakaan yang dimaksud antara lain : dokumendokumen berupa peraturan perundang-undangan, literatur hukum, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan yang menunjang dan berkaitan dengan penelitian serta untuk menyempurnakan data yang di dapat dari lapangan. Untuk sumber data dari peraturan perundang-undangan yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari sumber bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier sebagai berikut : 1) Bahan Hukum Primer Bahan hukum primer merupakan bahan-bahan hukum yang mengikat (Perundang-Undangan). Dalam penelitian ini bahan hukum yang dipergunakan adalah : - Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 69).
21 21 - Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); - Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 188, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 534) - Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pelaksana Reduce, Reuse Dan Recycle Melalui Bank Sampah. (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 804); - Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 5 Tahun 2011 tentang Pengelolaan sampah (Lembaran Daerah Provinsi Bali Tahun 2011 Nomor 5, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Bali Nomor 5); - Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 3 Tahun 2000 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 15 Tahun 1993 Tentang Kebersihan Dan Ketertiban Umum Di Kota Denpasar. (Lembaran Daerah Kota Denpasar Nomor 4 Tahun 2000); - Peraturan Walikota Denpasar Nomor 3 Tahun 2012 Tentang Penetapan Jadwal Waktu Pembuangan Dan Pengangkutan Sampah Serta Ketentuan Dan Tata Cara Pemotongan Pohon Perindang Di Kota Denpasar. (Berita Daerah Kota Denpasar Tahun 2012 Nomor 3);
22 22 - Keputusan Walikota Denpasar Nomor / 195 / Hk / 2015 Tentang Penetapan Bank Sampah Di Kota Denpasar Tahun ) Bahan Hukum Sekunder Bahan Hukum Sekunder merupakan bahan yang bersumber dari bukubuku atau literatur-literatur hukum, artikel, jurnal-jurnal hukum pemerintahan, hukum pemerintahan daerah, hukum lingkungan, laporan penelitian, internet, dan karya tulis hukum lainnya. 3) Bahan hukum tertier Bahan hukum tertier yang digunakan dalam penelitian ini berupa bahan-bahan non hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum tertier yang digunakan seperti kamus hukum, ensiklopedia dan buku pegangan lainnya. d. Teknik Pengumpulan Data Dalam mendapatkan data untuk penelitian ini, digunakan 2 cara, kedua cara tersebut adalah : a) Teknik studi dokumen, yaitu dalam pengumpulan bahan hukum primer dan sekunder terhadap sumber kepustakaan yang relevan dengan permasalahan yang dibahas. Studi dokumen dilakukan dengan cara membaca, mengklarifikasi, mengutip, dan menganalisis aturan-aturan terkait dengan pengelolaan sampah melalui program bank sampah, kemudian dikelompokkan secara sistematis yang berhubungan dengan masalah dalam penulisan skripsi ini.
23 23 b) Studi lapangan yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara terjun secara langsung dilapangan dan melakukan proses wawancara untuk mendapatkan data primer (basic data primary data). Dalam penelitian ini, untuk mendapatkan data primer dilakukan penelitian pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan kota Denpasar. e. Teknik Analisis bahan hukum Dalam penelitian hukum empiris dikenal adanya analisis data yang diperoleh dan telah dikumpulkan serta diolah dengan menganalisa secara kualitatif karena di lihat sifat dari data dan penelitiannya yang berupa deskriptif. Data tersebut kemudian disajikan secara deskriptif analitis, yaitu dengan menggambarkan secara lengkap sebagaimana adanya tentang aspek-aspek yang berkaitan dengan masalah yang dibahas sehingga dapat diperoleh suatu kesimpulan
BAB I PENDAHULUAN. kurang tepat serta keterbatasan kapasitas dan sumber dana meningkatkan dampak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan industri dan urbanisasi pada daerah perkotaan dunia yang tinggi meningkatkan volume dan tipe sampah. Aturan pengelolaan sampah yang kurang tepat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keadaan bebas dari penyakit. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Pelayanan kesehatan merupakan upaya peningkatan kesehatan secara luas untuk seluruh masyarakat. Kesehatan itu sendiri meliputi kesehatan badan, rohani dan sosial,
Lebih terperinciHAK MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI PROGRAM BANK SAMPAH DI KOTA DENPASAR
HAK MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI PROGRAM BANK SAMPAH DI KOTA DENPASAR Agus Pratama Putra Pembimbing : Cokorda Dalem Dahana I Ketut Suardita Bagian Hukum Pemerintahan Fakultas Hukum Universitas
Lebih terperinciBUPATI POLEWALI MANDAR
BUPATI POLEWALI MANDAR PERATURAN BUPATI POLEWALI MANDAR NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN KEBERSIHAN DAN LINGKUNGAN OLEH PEMERINTAH, SWASTA DAN MASYARAKAT BUPATI POLEWALI MANDAR, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,
PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG, Menimbang : a. bahwa dengan adanya pertambahan penduduk dan pola konsumsi
Lebih terperinciPENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE)
PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE) Disampaikan oleh: DINAS CIPTA KARYA DAN TATA RUANG KABUPATEN KENDAL 2016 Dasar hukum Pengelolaan Sampah Undang undang no. 18 tahun 2008 ttg Pengelolaan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,
PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, Menimbang: Mengingat: a. bahwa dalam rangka mewujudkan lingkungan yang baik
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan
BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat ditarik dari penjelasan pada bab-bab sebelumnya dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil analisa terhadap 22 Kelurahan di
Lebih terperinciPengelolaan Sampah Mandiri Berbasis Masyarakat. Oleh: Siti Marwati, M. Si Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY
Pengelolaan Sampah Mandiri Berbasis Masyarakat Pendahuluan Oleh: Siti Marwati, M. Si Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY siti_marwati@uny.ac.id Sampah merupakan suatu barang yang dihasilkan dari aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1945) memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan. sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Hal ini
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU UNTUK MENINGKATKAN NILAI EKONOMI BAGI MASYARAKAT DI DAERAH
) KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU UNTUK MENINGKATKAN NILAI EKONOMI BAGI MASYARAKAT DI DAERAH (Studi Kasus Pengelolaan Sampah di DIY) Yeni Widowaty, Septi Nur wijayanti Laras Astuti, dan Reni Budi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupannya sehari-hari, manusia tidak bisa dilepaskan dari suatu benda. Benda ini ada yang dapat digunakan seutuhnya, namun ada juga yang menghasilkan sisa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sampah merupakan suatu sisa-sisa benda yang tidak diinginkan setelah berakhirnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sampah merupakan suatu sisa-sisa benda yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah bisa juga diartikan oleh manusia menurut keterpakaiannya,
Lebih terperinciBUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH
SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciQANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,
QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN, Menimbang : a. bahwa pengelolaan sampah memerlukan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan pengelolaan sampah merupakan sesuatu yang tidak asing lagi bagi setiap wilayah di dunia tidak terkecuali Indonesia. Hampir di seluruh aspek kehidupan manusia
Lebih terperinciBUPATI POLEWALI MANDAR
BUPATI POLEWALI MANDAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DAN KEBERSIHAN KOTA KABUPATEN POLEWALI MANDAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sampah telah menjadi permasalahan nasional sehingga pengelolaannya perlu dilakukan secara komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir agar memberikan manfaat secara
Lebih terperinciKERANGKA PENDEKATAN TEORI. manusia yang beragam jenisnya maupun proses alam yang belum memiliki nilai
II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Sampah Sampah merupakan barang sisa yang sudah tidak berguna lagi dan harus dibuang. Berdasarkan istilah lingkungan untuk manajemen, Basriyanta
Lebih terperinciBUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN BONDOWOSO
BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN BONDOWOSO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BONDOWOSO, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciB P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN
B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN 1 Sampah merupakan konsekuensi langsung dari kehidupan, sehingga dikatakan sampah timbul sejak adanya kehidupan manusia. Timbulnya
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA BAU-BAU NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN KEBERSIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BAU-BAU,
PERATURAN DAERAH KOTA BAU-BAU NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN KEBERSIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BAU-BAU, Menimbang : a. bahwa kebersihan merupakan salah satu segi kehidupan yang
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIREBON, Menimbang
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH I. UMUM Jumlah penduduk Indonesia yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi mengakibatkan bertambahnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberadaan sampah tidak lepas dari adanya aktivitas manusia di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan sampah tidak lepas dari adanya aktivitas manusia di berbagai sektor. Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.
PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA., Menimbang : a. bahwa pertambahan penduduk dan perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh pemikiran Immanuel Kant. Menurut Stahl, unsur-unsur negara hukum
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia adalah negara hukum sebagaimana yang termaktub dalam UUD NRI 1945, yang bertujuan menciptakan kesejahteraan umum dan keadilan sosial. Gagasan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa pertambahan penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
Page 14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa Negara Indonesia merupakan negara yang berdasarkan atas hukum. Itu berarti bahwa
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JOMBANG, Menimbang : a. bahwa pertambahan penduduk
Lebih terperinciPROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 3 TAHUN 2016 TENTANG
PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 3 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPERATURAN DESA SEGOBANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SEGOBANG,
PERATURAN DESA SEGOBANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SEGOBANG, Menimbang Mengingat : a. bahwa lingkungan hidup yang baik merupakan hak asasi
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN LAMONGAN
1 SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN LAMONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMONGAN, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dianggapnya sudah tidak berguna lagi, sehingga diperlakukan sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aktivitas manusia dalam memanfaatkan alam selalu meninggalkan sisa yang dianggapnya sudah tidak berguna lagi, sehingga diperlakukan sebagai barang buangan, yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah pada dasarnya merupakan suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu sumber hasil aktivitas manusia maupun proses-proses alam yang tidak mempunyai nilai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masalah sampah perkotaan merupakan masalah yang selalu hangat diperbincangkan baik
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah sampah perkotaan merupakan masalah yang selalu hangat diperbincangkan baik di negara maju maupun negara berkembang termasuk Indonesia. Di Indonesia masalah sampah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULAUN. dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik
BAB I PENDAHULAUN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah Negara Kesatuan berbentuk Republik, hal ini dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertambahan jumlah penduduk, perubahan pola konsumsi masyarakat, peningkatan konsumsi masyarakat dan aktivitas kehidupan masyarakat di perkotaan, menimbulkan bertambahnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengabaikan pentingnya menjaga lingkungan hidup. Untuk mencapai kondisi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan hidup yang semakin tinggi membuat manusia mengabaikan pentingnya menjaga lingkungan hidup. Untuk mencapai kondisi masyarakat yang hidup sehat
Lebih terperinciBUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DAN KEBERSIHAN
BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DAN KEBERSIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA BARAT, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Upaya mewujudkan lingkungan yang bersih masih mendaji sebuah tantangan. Seperti yang kita ketahui bersama masalah yang sampai saat ini paling menonjol ialah
Lebih terperinciWALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,
WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI, Menimbang : a. bahwa memenuhi ketentuan pasal 18 ayat 1, 2 dan 3 Peraturan Daerah
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Upaya kesehatan lingkungan berdasarkan Sustainable Development Goals (SDGs) tahun 2030 pada sasaran ke enam ditujukan untuk mewujudkan ketersediaan dan pengelolaan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Pengertian Model
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Model Pemodelan merupakan suatu aktivitas pembuatan model. Secara umum model memiliki pengertian sebagai suatu perwakilan atau abstraksi dari sebuah objek atau situasi aktual.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dalam Penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian normatif dan didukung pula dengan data lapangan (empirik). Penelitian hukum normatifmenurut Soerjono
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan mutlak. Peran penting pemerintah ada pada tiga fungsi utama, yaitu fungsi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehadiran pemerintah dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di negara berkembang mempunyai kedudukan yang sangat penting dan mutlak. Peran penting
Lebih terperinciWALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR
SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF PELANGGARAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2014
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. barang maka semakin besar pula volume sampah yang dihasilkan. 1. dan volumenya akan berbanding lurus dengan jumlah penduduk.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia sehari-hari tidak terlepas dari kebutuhannya terhadap lingkungan. Setiap manusia akan selalu berusaha untuk memenuhi segala kebutuhan primer,
Lebih terperinciPOLEMIK PENGELOLAAN SAMPAH, KESENJANGAN ANTARA PENGATURAN DAN IMPLEMENTASI Oleh: Zaqiu Rahman *
1 POLEMIK PENGELOLAAN SAMPAH, KESENJANGAN ANTARA PENGATURAN DAN IMPLEMENTASI Oleh: Zaqiu Rahman * Naskah diterima: 25 November 2015; disetujui: 11 Desember 2015 Polemik Pengelolaan Sampah Masalah pengelolaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia, karena pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Sampah merupakan salah satu permasalahan yang patut untuk diperhatikan. Sampah merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia, karena pada
Lebih terperinciBUPATI KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
s BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN SELAYAR, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu, yang digunakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan kemajuan teknologi informasi saat ini berkembang sangat pesat. Saat ini banyak perusahaan atau badan usaha yang menggunakan teknologi informasi untuk
Lebih terperinciNEGARA HUKUM DAN NEGARA HUKUM INDONESIA
NEGARA HUKUM DAN NEGARA HUKUM INDONESIA Angga Setiawan P.U Ari Widido Bayu Gilang Purnomo Arsyadani Hasan Binabar Sungging L Dini Putri P K2510009 K2510011 K2510019 K2111007 K2511011 K2511017 N E G A R
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah menjadi persoalan serius terutama di kota-kota besar, tidak hanya di Indonesia saja, tapi di seluruh
Lebih terperinciDAMPAK KEBERADAAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN DI DESA SUKOSARI KECAMATAN JUMANTONO KABUPATEN KARANGANYAR
DAMPAK KEBERADAAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN DI DESA SUKOSARI KECAMATAN JUMANTONO KABUPATEN KARANGANYAR A. Latar Belakang Masalah Geografi merupakan ilmu pengetahuan yang
Lebih terperinciBUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN
BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN SAMPAH, PENGHIJAUAN DAN PENDIDIKAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DI SATUAN PENDIDIKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi, sebagai bagian dari pembangunan nasional, merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Lebih terperinciADLN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. 13 tahun 2012 tentang pedoman pelaksanaan reduce, reuse, dan recycle melalui
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surabaya merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia yang memiliki permasalahan kompleks, salah satunya adalah permasalahan sampah. Sebagai kota terbesar ke dua
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR
- 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH REGIONAL JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang
Lebih terperinciPENGELOLAAN PERSAMPAHAN
PENGELOLAAN PERSAMPAHAN 1. LATAR BELAKANG PENGELOLAAN SAMPAH SNI 19-2454-1991 tentang Tata Cara Pengelolaan Teknik Sampah Perkotaan, mendefinisikan sampah sebagai limbah yang bersifat padat, terdiri atas
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi mengakibatkan bertambahnya volume sampah. Di samping itu, pola konsumsi masyarakat memberikan
Lebih terperinciDINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN KARANGANYAR
DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN KARANGANYAR PENINGKATAN KESADARAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA 1. Latar Belakang Sampah yang menjadi masalah memaksa kita untuk berpikir dan
Lebih terperinciPEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI 3R UNTUK KADER LINGKUNGAN
PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI 3R UNTUK KADER LINGKUNGAN PROYEK PENGEMBANGAN KAPASITAS PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH DAERAH UNTUK KEGIATAN 3R DAN PENGELOLAAN SAMPAH DI REPUBLIK INDONESIA Kata Pengantar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebersihan lingkungan merupakan salah satu hal yang sangat penting
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebersihan lingkungan merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk dijaga karena banyak sekali manfaatnya. Lingkungan yang bersih adalah suatu keadaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Aktivitas manusia tidak terlepas dari kegiatan yang menghasilkan limbah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas manusia tidak terlepas dari kegiatan yang menghasilkan limbah atau sampah baik itu limbah organik maupun non organik. Produksi sampah ini juga selalu mengalami
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH
PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA TENGAH, Menimbang
Lebih terperinci2015 STUDI TENTANG PEMBERDAYAAN PARTISIPATIF DALAM MEMBANGUN KEMANDIRIAN EKONOMI DAN PERILAKU WARGA MASYARAKAT
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemberdayaan dalam arti luas merupakan suatu tindakan untuk memfasilitasi dan mendorong masyarakat agar mampu menempatkan diri secara proporsional agar secara
Lebih terperinciBUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG
BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Timbulan Sampah di Provinsi DKI Jakarta Tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk Jakarta cenderung meningkat setiap tahun. Peningkatan jumlah penduduk yang disertai perubahan pola konsumsi dan gaya hidup turut meningkatkan jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. tahun 2012 memiliki total jumlah penduduk sebesar jiwa (BPS, 2013).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Makassar sebagai salah satu kota metropolitan di Indonesia pada tahun 2012 memiliki total jumlah penduduk sebesar 1.369.606 jiwa (BPS, 2013). Jumlah penduduk
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Meningkatnya laju konsumsi dan pertambahan penduduk Kota Palembang mengakibatkan terjadinya peningkatan volume dan keragaman sampah. Peningkatan volume dan keragaman sampah pada
Lebih terperinciBUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang berdasarkan atas hukum, hal ini telah diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, yaitu Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT. Lingkungan hidup manusia adalah jumlah semua benda dan kondisi yang
25 BAB II TINJAUAN UMUM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT 2.1 Pengertian sampah dan sejenisnya Lingkungan hidup manusia adalah jumlah semua benda dan kondisi yang ada dalam ruangan yang ditempati
Lebih terperincidan bertambah kembali menjadi 204,78 juta jiwa pada tahun Jika tingkat pertumbuhan
1.1 Latar Belakang Penduduk Indonesia telah meningkat menjadi hampir dua kali lipat selama 25 tahun terakhir, yaitu dari 119,20 juta jiwa pada tahun 1971 bertambah menjadi 198,20 juta jiwa pada tahun 1996
Lebih terperinciBUPATI LUWU TIMUR PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN
BUPATI LUWU TIMUR PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR
+ BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciAbstrak. Kata Kunci: tingkat pendidikan, status pekerjaan, usia, kesejahteraan, partisipasi
Judul : Pengaruh Sosial Ekonomi terhadap Tingkat Kesejahteraan dan Partisipasi Keluarga Nasabah : Studi Kasus Bank Sampah Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Dauh Puri, Denpasar Nama : Dewa Jati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan Negara yang berlandaskan atas dasar hukum ( Recht Staat ), maka
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam penjelasan UUD 1945 dijelaskan bahwa Negara Indonesia merupakan Negara yang berlandaskan atas dasar hukum ( Recht Staat ), maka Negara Indonesia sebagai
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.188, 2012 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN HIDUP. Sampah. Rumah Tangga. Pengelolaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5347) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia jumlah pertambahan penduduk dari tahun ke tahun semakin
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia jumlah pertambahan penduduk dari tahun ke tahun semakin meningkat. Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk juga mempengaruhi pembangunan infrastruktur
Lebih terperinciBAB I P E N D A H U L U A N
BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang pesat di kota seringkali menimbulkan permasalahan baru dalam menata perkotaan yang berkaitan dengan penyediaan prasarana dan sarana
Lebih terperinciBUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG
SALINAN BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG KAPUAS BARASIH MELALUI PARTISIPASI MASYARAKAT DAN INTEGRITAS SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI KABUPATEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat. Selain itu, pemerintah daerah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era otonomi daerah ini pemerintah daerah berusaha untuk mengatur roda kepemerintahannya sendiri yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 14 TAHUN TENTANG SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH
PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 14 TAHUN 20097 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANJUNGPINANG, Menimbang Mengingat :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tanah adalah sumber daya alam terpenting bagi bangsa Indonesia untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bumi, air, ruang angkasa beserta kekayaan alam yang terkandung di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan kekayaan nasional yang dikaruniakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia dan khususnya di provinsi Riau akan memberi dampak positif dan negatif. Salah satu dampak negatifnya yaitu dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kota Surabaya menunjukkan perkembangannya pada aspek ekonomi dan sosial. Peningkatan aktivitas perekonomian berbagai sektor baik industri dan riil seirama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mendukung pelaksanaan dan penerapan ketentuan hukum pidana materiil,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kedudukannya sebagai instrumen hukum publik yang mendukung pelaksanaan dan penerapan ketentuan hukum pidana materiil, maka Undang-Undang Nomor 8 Tahun
Lebih terperincijtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 7 TAHUN 2012
jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciBERITA NEGARA. KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP Sampah rumah tangga. Raperda. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
No.933, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP Sampah rumah tangga. Raperda. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011
Lebih terperinciBUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN
BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PENATAAN DAN PENGELOLAAN PASAR BERSIH SEHAT INDAH DAN TERATUR DENGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT, DAN PEDAGANG
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,
MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 54 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DAN ZAT KIMIA PENGOPERASIAN PESAWAT UDARA DAN BANDAR UDARA DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan lingkungan merupakan persoalan yang sangat serius yang dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan lingkungan merupakan persoalan yang sangat serius yang dapat menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan manusia jika tidak dirawat dengan baik. Persoalan kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara konstitusional hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat adalah sebagian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara konstitusional hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat adalah sebagian dari hak asasi manusia, sebagaimana tercantum dalam Undang Undang Dasar Negara
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pengelolaan Sampah. Pedoman.
No.274, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pengelolaan Sampah. Pedoman. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduk dan meningkatnya kegiatan pembangunan (Thrihadiningrum, 2010).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah menjadi salah satu masalah yang ada di perkotaan, karena timbulan sampah yang ada di perkotaan akan terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan meningkatnya
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUASIN,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUASIN, Menimbang : a. bahwa pertambahan penduduk dan perubahan pola konsumsi
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,
S A L I N A N PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN MATERI MUATAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA BENGKULU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU,
PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA BENGKULU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU, Menimbang : a. bahwa pertambahan penduduk dan perubahan
Lebih terperinci