EKSPLORASI AIRTANAH DENGAN METODE TAHANAN JENIS MENGGUNAKAN SOFTWARE IPI2WIN DI DESA NAGRAK KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT BANGUN PARINATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EKSPLORASI AIRTANAH DENGAN METODE TAHANAN JENIS MENGGUNAKAN SOFTWARE IPI2WIN DI DESA NAGRAK KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT BANGUN PARINATA"

Transkripsi

1 1 EKSPLORASI AIRTANAH DENGAN METODE TAHANAN JENIS MENGGUNAKAN SOFTWARE IPI2WIN DI DESA NAGRAK KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT BANGUN PARINATA DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

2 2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Eksplorasi airtanah dengan metode tahanan jenis menggunakan software IPI2Win di Desa Nagrak Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2015 Bangun Parinata

3 3 ABSTRAK BANGUN PARINATA. Eksplorasi Airtanah Dengan Metode Tahanan Jenis Menggunakan Software IPI2Win Di Desa Nagrak Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh ROH SANTOSO BUDI WASPODO. Air bersih merupakan kebutuhan dasar bagi manusia. Jenis air yang paling aman untuk dikonsumsi manusia adalah airtanah. Metode penyelidikan air dalam tanah yang banyak digunakan adalah metode geolistrik. Prinsip kerja metode geolistrik adalah mengukur tahanan jenis dengan mengalirkan aliran listrik ke dalam tanah melalui elektroda arus yang kemudian arus listrik akan diterima oleh elektroda potensial lainnya. Metode pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software IPI2Win. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kedalaman lapisan tanah yang mengandung akuifer, mengetahui pola aliran airtanah, dan untuk mengetahui efektifitas software IPI2Win dalam mengolah data. Setelah dilakukan pengambilan dan pengolahan data didapatkan kurva cross section dari empat titik pengukuran. Dari hasil tersebut adpat diketahui bahwa lapisan tanah di Desa Nagrak banyak mengandung air, karena pada kedalaman 0 5 m terdapat lapisan akuifer dangkal yang dibatasi oleh lapisan kedap air. Dari data dugaan lapisan tanah, dapat diperkirakan lokasi lokasi yang tepat untuk melakukan pengeboran sumur. Kata kunci: airtanah, akuifer, Desa Nagrak, geolistrik, IPI2Win ABSTRACT BANGUN PARINATA. Groundwater Exploration based on Resistivity Methods Using IPI2Win Software in Nagrak Village Bogor Regency, West Java. Supervised by ROH SANTOSO BUDI WASPODO. Fresh water is a basic needs of human being. The safest water that can be consumed by human is a groundwater. But, Indonesia naturally face a problem to fulfill the needs of fresh water. Generally groundwater exploration was done using geoelectrical methods. It works by measuring the resistivity by flowing the electric current inside the ground trough the current electrode then the electric current would be received by the other potencial electrode. Processing methods was done using IPI2Win. The purpose of this research are to know the depth of aqueous ground layer, to know the flow pattern of groundwater, and to know the effectivity of IPI2Win software. After collecting and processing data was finished, the cross section curve can be obtained that the soil formation in Nagrak village contained a lot of water because in the depth of 0 5 m was found unconfined aquifer and bordered on impermeable layer. By soil layers data it can predicted the precise location to make drilled well. Keywords: aquifer, groundwater, geoelectrical method, IPI2Win software, Nagrak village

4 4 Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

5 5 EKSPLORASI AIRTANAH DENGAN METODE TAHANAN JENIS MENGGUNAKAN SOFTWARE IPI2WIN DI DESA NAGRAK KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT BANGUN PARINATA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

6

7 i PRAKATA Puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah SWT atas karunia-nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Penelitian yang dilaksanakan sejak tanggal 23 Maret 2015 hingga 23 April 2015 ini berjudul Eksplorasi Airtanah dengan Metode Tahanan Jenis menggunakan Software IPI2Win di Desa Nagrak Kabupaten Bogor. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1 Kedua orang tua penulis, Dr. Ir. Hendro Prasetyo M.Si dan Dr. Diah Karmiyati yang selalu memberikan dukungan, baik dukungan moral hingga dukungan material, sehingga penulis dapat melaksanakan kegiatan penelitian dengan baik. 2. Dr. Ir. Roh Santoso Budi Waspodo M.T, sebagai dosen pembimbing akademik serta Prof. Dr. Ir. Asep Sapei, MS dan Dr Chusnul Arif, S.Tp, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan bimbingan yang bermanfaat dalam penyusunan laporan ini. 3. Pengki Irawan S.T, M.T dan Dimas Ardi P. S.T yang telah membantu penulis dalam berkonsultasi dan melakukan penyusunan laporan ini. 4. Cahyo Edi Nugroho, Cindo Riskina E.S., Ardilla Ayu dan M. Mauldy Bhagya, selaku teman seperjuangan selama menjalani penelitian dan selalu memberikan bantuan dan semangat dalam penyusunan laporan ini. 6. Seluruh teman-teman Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan IPB angkatan 48/2011 dan Atikah Ayu Arum atas segala semangat dan kerjasamanya. Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini, oleh karena itu penulis sangat menghargai saran dan kritik dari pembaca demi perbaikan di masa yang akan datang. Bogor, September 2015 Bangun Parinata

8 ii DAFTAR ISI PRAKATA i DAFTAR ISI ii DAFTAR TABEL iii DAFTAR GAMBAR iii DAFTAR LAMPIRAN iii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penetilian 2 Ruang Lingkup Penelitian 2 TINJAUAN PUSTAKA 3 Airtanah 3 Geolistrik 4 a. Konfigurasi Wenner 5 b. Konfigurasi Schlumberger 5 METODOLOGI PENELITIAN 6 Waktu dan Tempat 6 Alat dan Bahan 7 Tahapan Penelitian 7 HASIL DAN PEMBAHASAN 15 Hasil Uji Geolistrik 15 Dugaan Lapisan Tanah 16 Pola Aliran Airtanah 21 SIMPULAN DAN SARAN 22 Kesimpulan 22 Saran 22 DAFTAR PUSTAKA 22 LAMPIRAN 25 RIWAYAT HIDUP 42

9 iii DAFTAR TABEL 1 Data ringkasan hasil pengujian Geolistrik 15 2 Hasil dugaan lapisan tanah pada titik Hasil dugaan lapisan tanah pada titik Hasil dugaan lapisan tanah pada titik Hasil dugaan lapisan tanah pada titik 5 19 DAFTAR GAMBAR 1 Akuifer bebas dan akuifer tertekan pada potongan cekungan air tanah (Sutandi, 2012) 3 2 Susunan elektroda menurut aturan Wenner (Mutowal 2008) 5 3 Lokasi penelitian : Desa Nagrak 6 4 Peralatan pengukuran geolistrik 7 5 Susunan elektroda beberapa aturan (Milsom 2003) 8 6 Tabel pemasukan data mentah 10 7 VES point setelah terisi data 10 8 Kurva apparent resistivity pada tahap forward modelling 11 9 Tahap iterasi data pada invers modelling Pemilihan tipe data Nilai Tahanan Jenis Batuan (Mutowal 2008) Diagram Alir Pengukuran Geolistrik Diagram Alir Pengolahan Data Geolistrik Bentuk cross section gabungan dari data GL 2 dan GL Bentuk cross section dari GL 4 dan Bentuk cross section dari data GL 2 hingga GL Penampang tegak tahanan jenis Denah pola aliran airtanah 21 DAFTAR LAMPIRAN 1 Data Pengukuran GL Data Pengukuran GL Data Pengukuran GL Data Pengukuran GL Proses input data GL Proses input data GL Proses input data GL Proses input data GL Kurva Apparent resistivity GL Kurva apparent resistivity GL Kurva apparent resistivity GL Kurva apparent resistivity GL Kurva tahanan jenis setelah inversi GL Kurva tahanan jenis setelah inversi GL Kurva tahanan jenis setelah inversi GL 4 39

10 16 Kurva tahanan jenis setelah inversi GL Peta Hidrogeologi Lembar Bogor 41 iv

11 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia terletak di daerah tropis merupakan negara yang mempunyai ketersediaan air yang cukup. Namun secara alamiah Indonesia menghadapi kendala dalam memenuhi kebutuhan air karena distribusi yang tidak merata, sehingga air yang dapat disediakan tidak selalu sesuai dengan kebutuhan, baik dalam kuantitas maupun kualitasnya. Air dikendalikan dan diatur untuk berbagai tujuan yang luas, seperti pengendalian banjir dan penyediaan air bersih (Linsley dan Franzini 1985). Air bersih merupakan kebutuhan dasar bagi hajat hidup manusia. Jenis air yang paling aman untuk dikonsumsi manusia adalah airtanah (Kirsch 2006). Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, maka kebutuhan air minum juga semakin meningkat. Peningkatan kebutuhan air minum tersebut tidak diiringi dengan ketersediaan air baku yang memadai. Keterbatasan air baku baik air permukaan, air hujan maupun airtanah diakibatkan antara lain oleh pembangunan dan perubahan tata guna lahan yang sering kurang mepertimbangkan kelestarian ekosistem di sekitarnya. Beberapa metode penyelidikan bawah permukaan tanah yang dapat dilakukan, diantaranya metode geologi, metode gravitasi, metode magnit, metode seismik, dan metode geolistrik. Dari metode-metode tersebut, metode geolistrik merupakan metode yang banyak sekali digunakan dan hasilnya cukup baik (Bisri 1991). Perbedaan dari metode tersebut terletak pada metode dan alat bantu pelaksanaan penyelidikan permukaan tanahnya, pada metode seismik menggunakan gelombang mekanik buatan untuk menyelidiki lapisan bawah tanah dan pada metode magnit menggunakan arah kutub magnetik yang terekan pada batuan beku, juga bisa dengan gelombang elektromagnetik. Pendugaan geolistrik ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran mengenai lapisan tanah di bawah permukaan dan kemungkinan terdapatnya air tanah dan mineral pada kedalaman tertentu. Pendugaan geolistrik ini didasarkan pada kenyataan bahwa material yang berbeda akan mempunyai tahanan jenis yang berbeda apabila dialiri arus listrik. Air tanah mempunyai tahanan jenis yang lebih rendah daripada batuan mineral. Prinsip kerja pendugaan geolistrik adalah mengukur tahanan jenis (resistivity) dengan mengalirkan arus listrik kedalam batuan atau tanah melalui elektroda arus (current electrode), kemudian arus diterima oleh elektroda potensial. Beda potensial antara dua elektroda tersebut diukur dengan volt meter dan dari harga pengukuran tersebut dapat dihitung tahanan jenis semua batuan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Todd 1980): ρ = 2πa V I...(1) ρ adalah tahanan jenis (Ωm), 2π adalah konstanta, V adalah beda potensial (V), I adalah kuat arus (A) dan a merupakan jarak elektroda dengan satuan m. Menurut Bisri (1991) Ada beberapa macam aturan pendugaan lapisan bawah permukaan tanah dengan geolistrik ini, antara lain : aturan Wenner, aturan Schlumberger, aturan ½ Wenner, aturan ½ Schlumberger, dipole-dipole dan lain

12 2 sebagainya. Metode resistivitas dengan konfigurasi Schlumberger dilakukan dengan cara mengkondisikan spasi antar elektrode potensial adalah tetap sedangkan spasi antar elektrode arus berubah secara bertahap dengan jarak yang sudah ditentukan sebelumnya (Sheriff 2002). Penelitian ini dilakukan dengan melihat pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wakid Mutowal pada tahun 2008 tentang metode tahanan jenis, konfigurasi Schlumberger ini memiliki kelebihan yaitu waktu dan biaya yang efisien karena tidak memerlukan biaya yang banyak dan waktu yang lama. Penyelidikan awal di atas permukaan tanah ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya lapisan pembawa air (akuifer). Aquifer atau lapisan pembawa air, secara geologi merupakan suatu lapisan batuan yang mengandung air, dimana batuan pada lapisan tersebut mempunyai sifat-sifat yang khas yang memiliki permeabilitas dan porositas air yang cukup baik. Biasanya berupa lapisan pasir (Sandstone) atau lapisan lainnya yang mengandung pasiran (Bowen 1986). Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Analisis nilai tahanan jenis lapisan tanah dan konstanta menurut konfigurasi Schlumberger. 2. Jenis dan lapisan tanah apa yang ada di titik pengujian. 3. Penentuan titik pengeboran tanah yang tepat berdasarkan lapisan tanah yang telah diketahui Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tujuan, yaitu : 1. Untuk mengetahui kedalaman lapisan bawah permukaan tanah yang mengandung airtanah menggunakan software IPI2Win yang ada di wilayah Desa Nagrak, Kabupaten Bogor. 2. Untuk mengetahui sebaran dan pola aliran airtanah di Desa Nagrak, Kabupaten Bogor. 3. Untuk mengetahui efektivitas software IPI2Win dalam menduga susunan lapisan bawah permukaan tanah. Manfaat Penetilian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan kepada warga Desa Nagrak dalam mengelola airtanah dan titik titik yang memungkinkan untuk pembuatan sumur bor atau kegiatan lainnya yang berhubungan dengan airtanah. Ruang Lingkup Penelitian Lingkup penelitian ini terbatas pada interpretasi nilai resistivitas berdasarkan hasil pengukuran geolistrik dengan konfigurasi schlumberger, serta perhitungan dan pengolahan data menggunakan software IPI2Win.

13 3 TINJAUAN PUSTAKA Airtanah Airtanah adalah air yang bergerak dalam tanah yang terdapat di dalam ruangruang antara butir-butir tanah yang membentuk itu dan di dalam retak-retak dari batuan (Sosrodarsono dan Takeda 1993). Menurut Todd (1995), airtanah adalah air yang bergerak di dalam tanah yang terdapat di dalam ruang antar butir-butir tanah yang meresap ke dalam tanah dan bergabung membentuk lapisan tanah yang disebut akuifer. Lapisan yang mudah dilalui oleh airtanah disebut lapisan permeabel, seperti lapisan yang terdapat pada pasir atau kerikil, sedangkan lapisan yang sulit dilalui airtanah disebut lapisan impermeabel, seperti lapisan lempung atau geluh. Lapisan impermeabel terdiri dari dua jenis yakni lapisan kedap air dan lapisan kebal air. Lapisan yang menahan air seperti lapisan batuan (rock) disebut lapisan kebal air (aquifuge), sedangkan lapisan yang sulit dilalui airtanah seperti lapisan lempung disebut lapisan kedap air (aquiclude). Gambar 1 Akuifer bebas dan akuifer tertekan pada potongan cekungan air tanah (Sutandi, 2012) Akuifer (aquifer) adalah suatu lapisan, formasi, atau kelompok formasi satuan geologi yang permeabel baik yang terkonsolidasi (misalnya lempung) maupun yang tidak terkonsolidasi (pasir) dengan kondisi jenuh air dan mempunyai suatu besaran konduktivitas hidrolik (K) yang berfungsi menyimpan airtanah dalam jumlah besar sehingga dapat membawa air (atau air dapat diambil) dalam jumlah yang ekonomis. Dengan demikian, akuifer pada dasarnya adalah kantong air yang berada di dalam tanah. Aquiclude (impermeable layer), adalah suatu lapisanlapisan, formasi, atau kelompok formasi satuan geologi yang impermeabel dengan nilai konduktivitas hidrolik yang sangat kecil sehingga tidak memungkinkan air melewatinya. Dapat dikatakan juga merupakan lapisan pembatas atas dan bawah suatu confined aquifer. Aquitard (semi impervious layer), adalah suatu lapisanlapisan, formasi, atau kelompok formasi satuan geologi yang permeabel dengan nilai konduktivitas hidrolik yang kecil namun masih memungkinkan air melewati

14 4 lapisan ini walaupun dengan gerakan yang lambat. Dapat dikatakan juga merupakan lapisan pembatas atas dan bawah suatu semi confined aquifer. Geolistrik Geolistrik merupakan salah satu metode geofisika untuk mengetahui perubahan tahanan jenis lapisan batuan di bawah permukaan tanah dengan cara mengalirkan arus listrik DC (Direct Current) yang mempunyai tegangan tinggi ke dalam tanah. Injeksi arus listrik ini menggunakan 2 buah elektroda arus A dan B yang ditancapkan ke dalam tanah dengan jarak tertentu. Semakin panjang jarak elektroda AB akan menyebabkan aliran arus listrik bisa menembus lapisan batuan lebih dalam. Dengan adanya aliran arus listrik tersebut maka akan menimbulkan tegangan listrik di dalam tanah. Tegangan listrik yang terjadi di permukaan tanah diukur dengan menggunakan multimeter yang terhubung melalui 2 buah elektroda tegangan M dan N yang jaraknya lebih pendek dari pada jarak elektroda AB. Bila posisi jarak elektroda AB diubah menjadi lebih besar maka tegangan listrik yang terjadi pada elektroda MN ikut berubah sesuai dengan informasi jenis batuan yang ikut terinjeksi arus listrik pada kedalaman yang lebih besar. Dengan asumsi bahwa kedalaman lapisan batuan yang bisa ditembus oleh arus listrik ini sama dengan separuh dari jarak AB yang biasa disebut AB/2 (bila digunakan arus listrik DC murni), maka diperkirakan pengaruh dari injeksi aliran arus listrik ini berbentuk setengah bola dengan jari-jari AB/2. Umumnya metode geolistrik yang sering digunakan adalah yang menggunakan 4 buah elektroda yang terletak dalam satu garis lurus serta simetris terhadap titik tengah, yaitu 2 buah elektroda arus (AB) di bagian luar dan 2 buah elektroda tegangan (MN) di bagian dalam. Metode geolistrik terdiri dari beberapa konfigurasi, misalnya yang ke 4 buah elektrodanya terletak dalam satu garis lurus dengan posisi elektroda AB dan MN yang simetris terhadap titik pusat pada kedua sisi yaitu konfigurasi Wenner dan Schlumberger (Damtoro 2007). Setiap konfigurasi mempunyai metode perhitungan tersendiri untuk mengetahui nilai ketebalan dan tahanan jenis batuan di bawah permukaan. Metode geolistrik konfigurasi Schlumberger merupakan metode favorit yang banyak digunakan untuk mengetahui karakteristik lapisan batuan bawah permukaan dengan biaya survei yang relatif murah. Umumnya lapisan batuan tidak mempunyai sifat homogen sempurna, seperti yang dipersyaratkan pada pengukuran geolistrik. Sedangkan keunggulan konfigurasi Schlumberger ini adalah kemampuan untuk mendeteksi adanya non-homogenitas lapisan batuan pada permukaan, yaitu dengan membandingkan nilai resistivitas semu ketika terjadi perubahan jarak elektroda MN/2. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi homogenitas lapisan batuan adalah fragmen batuan lain yang menyisip pada lapisan, faktor ketidak-seragaman dari pelapukan batuan induk, material yang terkandung pada jalan, genangan air setempat, perpipaan dari bahan logam yang bisa menghantar arus listrik. Pada penelitian ini digunakan konfigurasi Schlumberger yang idealnya jarak MN dibuat sekecil - kecilnya, sehingga jarak MN secara teoritis tidak berubah. Tetapi karena keterbatasan kepekaan alat ukur, maka ketika jarak AB sudah relatif besar maka jarak MN hendaknya dirubah. Perubahan jarak MN hendaknya tidak

15 5 lebih besar dari 1/5 jarak AB. Kelemahan dari konfigurasi Schlumberger ini adalah pembacaan tegangan pada elektroda MN hasilnya lebih kecil terutama ketika jarak AB relatif jauh, sehingga diperlukan alat ukur multimeter yang mempunyai karakteristik high impedance dengan akurasi tinggi yaitu yang bisa mendisplay tegangan minimal 4 digit atau 2 digit di belakang koma. Bila digunakan cara lainnya diperlukan peralatan pengirim arus yang mempunyai tegangan listrik DC yang sangat tinggi. a. Konfigurasi Wenner Jarak MN pada konfigurasi Wenner selalu sepertiga (1/3) dari jarak AB. Bila jarak AB diperlebar, maka jarak MN juga harus diubah sehingga jarak MN tetap sepertiga jarak AB (Damtoro 2007). Keunggulan dari konfigurasi Wenner ini adalah ketelitian pembacaan tegangan pada elektroda MN lebih baik dengan angka yang relatif besar karena elektroda MN yang relatif dekat dengan elektroda AB. Disini bias digunakan alat ukur multimeter dengan impedansi yang relatif lebih kecil. Sedangkan kelemahannya adalah tidak bisa mendeteksi homogenitas batuan di dekat permukaan yang bisa berpengaruh terhadap hasil perhitungan. Data yang didapat dari cara konfigurasi Wenner, sangat sulit untuk menghilangkan faktor non homogenitas batuan, sehingga hasil perhitungan menjadi kurang akurat. Gambar 2 Susunan elektroda menurut aturan Wenner (Mutowal 2008) b. Konfigurasi Schlumberger Pada konfigurasi Schlumberger idealnya jarak MN dibuat sekecil - kecilnya, sehingga jarak MN secara teoritis tidak berubah. Tetapi karena keterbatasan kepekaan alat ukur, maka ketika jarak AB sudah relatif besar maka jarak MN hendaknya dirubah. Perubahan jarak MN hendaknya tidak lebih besar dari 1/5 jarak AB. Kelemahan dari konfigurasi Schlumberger ini adalah pembacaan tegangan pada elektroda MN hasilnya lebih kecil terutama ketika jarak AB relatif jauh,

16 6 sehingga diperlukan alat ukur multimeter yang mempunyai karakteristik high impedance dengan akurasi tinggi yaitu yang bisa memperlihatkan tegangan minimal 4 digit atau 2 digit di belakang koma. Bila digunakan cara lain diperlukan peralatan pengirim arus yang mempunyai tegangan listrik DC yang sangat tinggi. Keunggulan konfigurasi Schlumberger ini adalah kemampuan untuk mendeteksi adanya non-homogenitas lapisan batuan pada permukaan, yaitu dengan membandingkan nilai resistivitas semu ketika terjadi perubahan jarak elektroda MN/2. Agar pembacaan tegangan pada elektroda MN bisa dipercaya, maka ketika jarak AB relatif besar hendaknya jarak elektroda MN juga diperbesar. Pertimbangan perubahan jarak elektroda MN terhadap jarak elektroda AB yaitu ketika pembacaan tegangan listrik pada multimeter sudah demikian kecil, misalnya 1.0 millivolt. Umumnya perubahan jarak MN bisa dilakukan bila telah tercapai perbandingan antara jarak MN berbanding jarak AB = 1 : 20. Perbandingan yang lebih kecil misalnya 1 : 50 bisa dilakukan bila mempunyai alat utama pengirim arus yang mempunyai keluaran tegangan listrik DC sangat besar, misalnya 1000 Volt atau lebih, sehingga beda tegangan yang terukur pada elektroda MN tidak lebih kecil dari 1.0 millivolt. METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian dilakukan mulai bulan Maret sampai bulan Agustus 2015 di Desa Nagrak, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 3 (Wikimapia, 08 Agustus 2015). Gambar 3 Lokasi penelitian : Desa Nagrak

17 7 Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Earth Resistivity Metre tipe SAZ 3000 G100. Alat ini menggunakan input power dari accu 12 V, 45 A dengan output yang dihasilkan mulai dari A.Peralatan penunjang yang dipergunakan untuk keperluan penggunaan geolistrik antara lain : 1. Geolistrik Earth Resistivity Metre type SAZ 3000 G100, Model BD 1000, Serial Number M Seperangkat komputer beserta perlengkapannya dan software (IPI2Win). 3. Kabel sepanjang 500 m sebanyak 2 unit untuk elektroda arus. 4. Kabel sepanjang 300 m sebanyak 2 unit untuk elektroda potensial. 5. Elektroda stainless stell sebanyak 4 unit. 6. AVO meter 1 unit. 7. Kompas Geologi 1 unit. 8. Rol Meter sepanjang 50 m sebanyak 4 unit. 9. Palu sebanyak 4 unit. 10. Handy Talky sebanyak 3 unit. 11. GPS. Gambar 4 Peralatan pengukuran geolistrik Tahapan Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu: 1. Pengumpulan data Data yang dibutukan berupa data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan dengan cara melakukan uji geolistrik di empat titik berbeda yang dinamakan titik GL 2, GL 3, GL 4, dan GL 5 di wilayah Desa Nagrak, Kabupaten Bogor. Data yang diambil adalah data nilai jarak AB dan MN, nilai beda

18 8 potensial (V), dan arus listrik (I), sedangkan data yang akan diolah adalah data nilai resistivitas atai tahanan jenis dari lapisan tanah. Dilakukan juga observasi di sekitar titik pengujian dan sumur sumur warga sekitar serta ditemukan mata air yang dapat digunakan sebagai bahan pendukung hasil penelitian. Data sekunder dikumpulkan untuk melengkapi informasi yang ada di Desa Nagrak yaitu Peta lokasi Desa Nagrak dan peta hidrogeologi dalam daerah Bogor. Gambar 5 Susunan elektroda beberapa aturan (Milsom 2003) Pengukuran resistivitas secara umum adalah dengan cara menginjeksikan arus kedalam tanah melalui 2 elektroda arus (A dan B), dan mengukur hasil beda potensial yang ditimbulkannya pada 2 elektroda potensial (M dan N). Dari data harga arus (I) dan beda potensial (V), dapat dihitung nilai resistivitas semu (ρ) menggunakan rumus konfigurasi Wenner seperti pada persamaan (2). ρ = πl2 4 V l 1 I...(2) 2. Pengolahan Data Pengolahan dan analisis data primer maupun sekunder dilakukan untuk memperoleh data gambaran sebaran akuifer dangkal. Setelah data AB, MN, V, dan I didapat, pada tahap forward modelling dapat dihitung nilai tahanan jenis atau resistivitas semu (ρ) menggunakan rumus konfigurasi Wenner- Schlumberger, yang menyebabkan beda potensial pada elektroda MN dengan persamaan (3), (4), (5) dan (6). V = Vm Vn...(3)

19 9 V = Iρ 2π [( 1 AB 1 BM ) ( 1 AN 1 BN )]...(4) ρ = 2π [( 1 AB 1 BM ) ( 1 AN 1 BN )] 1...(5) Sehingga : ρ = k V I...(6) Dengan I adalah arus (A), V adalah beda potensial (V) ρ adalah tahanan jenis semu (Ωm) dan k merupakan faktor geometri elektroda (m). k = 2 x π 1 AM 1 AN 1 BM + 1 BN...(7) Nilai k ini adalah faktor yang tergantung pada konfigurasi aliran pada elektroda pengukur (Patra HP, Nath SK 1999), yang kemudian dilanjutkan pada proses invers modelling yang dilakukan oleh software dengan tujuan untuk mengurangi besarnya nilai RMS yang muncul pada tahap interpretasi data (persamaan (8)). k 1 = ( 1 AB 1 AN 1 BM 1 BN 2π )...(8) AM, AN, BM, dan BM adalah jarak elektroda dalam konfigurasi Wenner- Schlumberger dengan satuan panjang (m). Dari hasil perhitungan tersebut dapat diperoleh nilai resistivitas semu (ρ) yang memiliki satuan Ωm. Nilai ini bukan merupakan nilai resistivitas bawah permukaan yang sebenarnya, namun merupakan nilai semu dari bumi yang dianggap homogen yang yang resistansinya sama pada susunan elektroda yang sama pula. Tahanan jenis semu ini bergantung pada faktor geometri dan tahanan jenis lapisan tanah yang mendasari hasil yang diberikan (Patra dan Nath 1999). Pada konfigurasi Schlumberger ini nilai k telah ditetapkan berdasarkan persamaan (9) k = (L+l) (L l) l...(9) Untuk menentukan nilai resistivitas yang sebenarnya diperlukan alat bantu perhitungan secara inversi dengan menggunakan bantuan software komputer yaitu IPI2Win. Hasil pengukuran dari empat titik ini diolah dengan menggunakan software IPI2Win. Pengolahan data ini dimulai dengan memasukkan data terlebih dahulu kedalam table Vertical Electrical Sounding (VES) point. Pada konfigurasi Schlumberger di software ini, yang perlu diperhatikan adalah pemasukan data V dan I karena harus menekan tombol yang

20 10 bersimbol U,I terlebih dahulu karena jika tidak, data tersebut tidak akan bisa dimasukkan. Gambar 6 Tabel pemasukan data mentah Data hasil pengukuran pada Gambar 6 yang meliputi data AB/2, MN, V dan I dimasukkan kedalam tabel VES point. Nilai arus (I) didapat dari perhitungan dengan menggunakan kombinasi dari rumus untuk mencari nilai ρ atau tahanan jenis semu. Tahap ini sangat mempengaruhi hasil keluaran pada tahap iterasi data karena pada tahap ini akan terlihat titik titik hasil pengukuran yang berada jauh dari titik titik data yang lain pada kurva perbandingan awal antara nilai tahanan jenis semu dengan jarak pengukuran (matching curve). Maka dari itu, titik yang berada jauh ini bisa dihilangkan atau diatur sedemikian rupa agar tetap dekat dengan titik titik yang lain agar pada saat proses iterasi data diperoleh nilai RMS yang kecil sehingga tidak memerlukan pengulangan inversi. Gambar 7 VES point setelah terisi data

21 11 Gambar 8 Kurva apparent resistivity pada tahap forward modelling Setelah data dimasukkan akan muncul nilai tahanan jenis semu atau apparent resistivity (ρ) pada tabel dan grafik perbandingan antara nilai tahanan jenis semu dan spacing atau jarak AB/2 seperti pada Gambar 8. Dikatakan Apparent resistivity atau resistivitas semu karena nilai resistivitas yang terdeteksi oleh elektroda potensial merupakan nilai resistivitas dari campuran lapisan batuan yang ada di bawah permukaan tanah sehingga belum bisa dipastikan nilai resistivitas yang sebenarnya dari masing masing jenis lapisan tanah. Data tersebut merupakan data hasil pengukuran dari titik GL 2. Dalam langkah ini dapat dilihat terjadinya kesalahan dalam pengukuran seperti pada titik nomor 15 pada Gambar 7 yang ada di posisi yang tidak sejalur dengan titik nomor 14 dan 16. Kasus seperti ini sering terjadi dalam pengukuran karena beberapa faktor seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Kesalahan ini mempengaruhi nilai RMS (Root Mean Square) yang ada menjadi lebih besar. Pemecahan masalah RMS ini dapat diselesaikan pada tahap pengolahan data selanjutnya yaitu tahap iterasi. Gambar 9 Tahap iterasi data pada invers modelling

22 12 Gambar 10 Pemilihan tipe data Tahap iterasi pada Gambar 9 merupakan proses pengecilan nilai RMS dengan cara menekan tombol inversion dan sedikit mengubah nilai ρ yang terlihat menyimpang jauh seperti kasus kesalahan yang telah disebutkan sebelumnya. Setelah dilakukan iterasi pada semua titik, didapat nilai RMS pada GL 2 yang sebelumnya 7.13 % menjadi 4.56 %. Pada GL 3, nilai RMS sebesar 8.65 % sebelum dilakukan iterasi, menjadi 5.87 % setelah dilakukan iterasi. Pada GL 4 yang mempunyai nilai RMS sebelum iterasi sebesar 9.74 %, setelah dilakukan iterasi menjadi sebesar 7.21 %. Hal ini juga terlihat pada GL 5 yang mempunyai nilai 7.78 % sebelum iterasi, setelah dilakukan iterasi menjadi sebesar 4.72 %. Nilai RMS ini dapat dilihat di lampiran 14 lampiran 16. Setelah didapat nilai RMS terendah, keempat data tersebut akan disatukan agar terlihat perbandingan lapisan tanah di tiap titik pengukuran. tujuan penggabungan data ini adalah untuk membandingkan perbedaan maupun persamaan nilai tahanan jenis pada tiap lokasi pengukuran dan kedalaman lapisan lapisannya. Gambar 10 merupakan pemilihan tipe data yang akan dijadikan kurva cross section dan disesuaikan dengan metode geolistrik apa yang dilakukan dalam penelitian, yaitu konfigurasi Schlumberger. Pada kurva cross section ini, ditampilkan nilai tahanan jenis dan kedalaman lapisan tanahnya. Nilai tahanan jenis lapisan tanah di tampilkan dalam warna warna yang berbeda dengan satuan Ωm dan nilai kedalaman dalam satuan meter. Nilai tahanan jenis ini kemudian di implikasikan dengan tabel nilai tahanan jenis batuan yang ada pada halaman metodologi sehingga dapat diketahui jenis lapisan tanah dari nilai tahanan jenis yang tertera pada setiap indikator warna.

23 13 3. Analisis Data Setelah diperoleh nilai resistivitas, dapat diketahui jenis dan lapisan tanah penyusun dari tiap titik dengan mengacu pada tabel nilai tahanan jenis batuan (Gambar 11). Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software IPI2Win dengan pendekatan harga resistivitas antara kurva lapangan dan kurva teori yang paling cocok. Gambar 11 Nilai Tahanan Jenis Batuan (Mutowal 2008) Dengan bantuan software IPI2Win ini dihasilkan dua kurva yaitu resistivity cross-section dan pseudo cross-section yang merupakan kurva distribusi tahanan jenis sebenarnya terhadap penampang melintang yang terdapat di bawah permukaan tanah di masing masing titik pengukuran. Pada kurva tersebut, terdapat perbedaan nilai resistivitas yang ditunjukkan dengan warna yang berbeda pada tiap kedalaman lapisan tertentu yang berbeda pula. 4. Studi Pustaka Metode studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam menganalisis permasalahan yang diteliti. Studi pustaka ini dapat diperoleh dalam bentuk publikasi ilmiah atau jurnal, laporan penelitian yang berkaitan dengan permasalahan, dan buku-buku yang menerangkan tentang aspek yang digunakan dalam menganalisis permasalahan.

24 14 5. Diagram Alir Penelitian Gambar 12 Diagram Alir Pengukuran Geolistrik Gambar 13 Diagram Alir Pengolahan Data Geolistrik

25 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Uji Geolistrik Pengujian geolistrik ini dilakukan di empat titik berbeda dengan bentangan maksimal elektroda AB yang juga berbeda tergantung pada kondisi lahan pengukuran. Jarak maksimal bentangan elektroda AB ini akan bertambah jauh jika lokasi pengukuran adalah lahan kosong karena bentangan elektroda harus segaris dari elektroda satu ke elektroda lainnya. Pengukuran yang dilakukan di empat titik lokasi disajikan dalam Tabel 1 No. Tabel 1 Data ringkasan hasil pengujian Geolistrik GL.2 GL.3 GL.4 GL.5 AB/2 ρ A AB/2 ρ A AB/2 ρ A AB/2 ρ A M Ωm m Ωm m Ωm m Ωm Dari data Tabel 1 terlihat data pengukuran pada titik GL 3 lebih banyak karena lahan pengukuran di titik GL 3 merupakan tempat yang lapang sehingga jarak bentangan elektroda AB dapat dibentangkan sejauh 100 meter. Data pengukuran geolistrik ini mengandung beberapa kesalahan data. Kesalahan data tersebut berupa nilai tahanan jenis yang terlalu rendah seperti pada titik GL 2 pada bentangan 20m dan 30m. Kesalahan data ini tentunya berpengaruh terhadap interpretasi data lebih lanjut kedalam software IPI2Win untuk memperkirakan lapisan tanah dan lapisan pembawa airtanah (akuifer). Besarnya nilai kesalahan ini dinyatakan dengan Root Mean Square (RMS).

26 16 Kesalahan dalam pengambilan data ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kesalahan jarak penancapan elektroda kedalam tanah yang terlalu panjang ataupun terlalu pendek, kondisi tanah yang terdapat timbunan sampah yang dapat menghalang arus listrik, dan belum optimalnya injeksi arus listrik kedalam tanah serta kurangnya sumberdaya listrik yang menjadi komponen utama dalam pengujian geolistrik ini. Dugaan Lapisan Tanah Setelah dilakukan analisis data dengan menggunakan software IP2Win ini, dihasilkan dua bentuk kurva cross section yaitu kurva Pseudo cross section dan resistivity cross section seperti pada Gambar 14. Kedua kurva ini menunjukkan nilai tahanan jenis lapisan tanah dengan perbedaan warna pada masing masing titik dan kedalaman. Kurva pseudo cross section memperlihatkan lapisan tanah secara detail dengan perbedaan warna yang lebih banyak daripada kurva resistivity cross section yang memperlihatkan perbedaan warna dan nilai tahanan jenis secara secara garis besar atau memperlihatkan lapisan tanah yang benar benar berbeda jenisnya dilihat dari nilai tahanan jenisnya. Gambar 14 Bentuk cross section gabungan dari data GL 2 dan GL 3 Gambar 14 adalah kurva gabungan dari data GL 2 pada bagian kiri dan data GL 3 pada bagian kanan. Pada kurva GL 2, terdapat sususan 4 macam warna yang artinya adalah terdapat 4 lapisan berbeda pada titik pengukuran GL 2 ini. Lapisan paling atas adalah lapisan dengan warna merah muda yang memiliki nilai tahanan jenis sebesar 62.7 Ωm yang merupakan lapisan pasir dan batu pasir yang terletak pada kedalaman m. Lapisan selanjutnya merupakan lapisan serpih keras, pasir dan batu pasir, serta gamping poros pada kedalaman antara 1.67 m hingga

27 m. Lapisan ketiga merupakan lapisan pasir dan kerikil jenuh air pada kedalaman 1.74 m hingga 14 m. Lapisan terakhir adalah lapisan lempung dan serpih lunak yang terdeteksi pada kedalaman 14 m hingga 75 m. Lapisan kedap air ini pada titik ini mempunyai ketebalan sebesar 61 m di bawah permukaan tanah (bmt). Untuk lebih jelasnya ditampilkan pada Tabel 2. Tabel 2 Hasil dugaan lapisan tanah pada titik 2 No Kedalaman Nilai Tahanan (m) Jenis (Ωm) Lapisan Tanah Dugaan gabungan antara Pasir dan Batu Pasiran Dugaan gabungan antara Serpih Keras, Pasir dan Batu Pasir serta Gamping Poros Dugaan Pasir atau Kerikil Jenuh Air Lempung dan Serpih Lunak Konfigurasi Warna Oranye Merah Muda Hijau Pucat Biru Berdasarkan kedalamannya akuifer dibedakan menjadi dua yaitu akuifer dangkal dengan kedalaman kurang dari 50 m dibawah permukaan tanah dan akuifer dalam yaitu akuifer yang terletak di kedalaman lebih dari 50 m (Mutowal 2008). Pada titik pengukuran GL 2 ini terdapat akuifer dangkal yang yang lapisan tanahnya adalah lapisan pasir, batu pasir serta lapisan kerikil jenuh air pada kedalaman 14 m bmt. Kemudian, dibatasi oleh lapisan kedap air (impermeable layer) yaitu tanah lempung hingga kedalaman 75 m bmt sehingga tidak teridentifikasi adanya lapisan akuifer dalam sampai kedalaman 75 m bmt. No Kedalaman (m) Tabel 3 Hasil dugaan lapisan tanah pada titik 3 Nilai Tahanan Lapisan Tanah Jenis (Ωm) Dugaan gabungan antara Pasir, Batu Pasir dan Gamping Poros Dugaan gabungan antara Lempung, Lanau dan Lempung berpasir Konfigurasi Warna Oranye Hijau Pucat Dugaan Lempung dan Serpih Lunak Hijau Tua Tanah Lempung, Serpih Keras, Serpih Lunak Hijau Muda Hitam Pada titik pengukuran GL 3, terdapat 5 lapisan tanah yang berbeda nilai tahanan jenisnya. Lapisan pertama adalah lapisan kerikil dan lempung berpasir kering yang terletak pada kedalaman 1 m bmt, lapisan kedua yaitu lapisan lempung, lempung berpasir dan lanau yang terletak pada kedalaman 1 hingga 4.76 m bmt.

28 18 Lapisan pertama dan kedua ini diduga merupakan lapisan akuifer dangkal. Lapisan ketiga yang terdiri dari lempung dan serpih lunak pada kedalaman 4.76 m hingga 10.9 m bmt, lapisan keempat yaitu lapisan lempung serpih keras dan serpih lunak pada kedalaman 10.9 m hingga 65.3 m bmt, dan lapisan terakhir yang merupakan error karena memiliki nilai tahanan jenis yang tidak masuk dalam tabel nilai tahanan jenis batuan. Titik pengukuran GL 3 ini terlihat tidak memiliki lapisan akuifer dalam hingga kedalaman 75 m bmt karena susunan lapisan tanahnya yang didominasi oleh tanah lempung yang merupakan lapisan kedap air (impermeable layer). Lapisan pasir dan batupasir hanya ada pada kedalaman 1 m bmt dan terdapat lapisan campuran antara lempung dan pasir atau lempung berpasir yang juga dapat diduga sebagai lapisan pembawa airtanah yaitu akuifer dangkal. No Kedalam an (m) Gambar 15 Bentuk cross section dari GL 4 dan 5 Tabel 4 Hasil dugaan lapisan tanah pada titik 4 Nilai Tahanan Lapisan Tanah Jenis (Ωm) Konfigurasi Warna Pasir, Batupasir, Serpih keras Merah Muda Tanah Lempung, Serpih Keras, Serpih Lunak Kuning Pucat Tanah Lempung, Serpih Keras, Serpih Lunak Kuning Muda Hitam Dari Gambar 15 yang merupakan kurva cross section hasil gabungan dari data GL 4 dan GL 5, data GL 4 ditunjukkan oleh gambar sebelah kiri yang berwarna merah muda, kuning dan hitam. Pada bagian yang berwarna merah muda mempunyai resistivitas sebesar 62.5 Ωm yang merupakan lapisan batu berpasir dan diduga sebagai akuifer bebas dengan kedalaman 0 3 meter, lapisan lempung

29 19 serpih lunak dengan kedalaman m yang mempunyai resistivitas sebesar 9.73 Ωm dan ditunjukkan oleh warna kuning pucat. Lapisan kuning muda yang mempunyai resistivitas sebesar 8.36 Ωm mempunyai jenis lapisan tanah yang hampir sama dengan lapisan atasnya yaitu lapisan lempung serpih keras dan serpih lunak pada kedalaman meter, dan lapisan berwarna hitam merupakan error atau kesalahan pengukuran sehingga tidak terdefinisi. Lapisan tanah pada GL 4 ini memiliki lapisan pembawa air pada kedalaman 0 hingga 3 m bmt yang kemudian langsung dibatasi oleh lapisan lempung yang kedap air (impermeable layer) hingga kedalaman 25 m bmt. Data GL 5 yang berada disebelah kanan pada Gambar 15 menunjukkan lapisan berwarna oranye pada kedalaman m yang mempunyai resistivitas sebesar 21.8 Ωm dan termasuk lapisan pasir, batupasir dan serpih keras, lapisan berwarna kuning muda merupakan lapisan lempung serpih lunak yang mempunyai resistivitas sebesar 4.97 Ωm dan berada di kedalaman m. Kemudian terdapat lapisan berwarna oranye tua pada kedalaman 3 5 m yang mempunyai nilai resistivitas sebesar 34.2 Ωm dan merupakan lapisan pasir, batupasir dan serpih keras. Lapisan terakhir yang berwarna biru muda merupakan lapisan lempung dan serpih lunak yang mempunyai resistivitas sebesar 1.62 Ωm dan berada pada kedalaman 5 25 m. Tabel 5 Hasil dugaan lapisan tanah pada titik 5 No Kedalaman Nilai Tahanan (m) Jenis (Ωm) Lapisan Tanah Pasir, Batupasir, Serpih Keras Tanah Lempung, Serpih Keras, Serpih Lunak Pasir, Batupasir, Serpih Keras Konfigurasi Warna Oranye Kuning Muda Oranye Tua Lempung, Serpih Lunak Biru Muda Titik pengukuran GL 5 ini memiliki lapisan akuifer dangkal hingga kedalaman 5 m bmt yang sedikit dibatasi oleh lapisan kedap air yaitu lapisan lempung pada kedalaman 1.5 m hingga 3 m bmt kemudian terdapat lagi lapisan akuifer hingga kedalaman 5 m bmt, yang dibatasi oleh lapisan lempung hingga kedalaman 25 m bmt. Pada titik ini pengukuran teridentifikasi hanya sampai kedalaman 25 m bmt disebabkan kondisi lahan pada titik pengukuran yang sudah padat oleh rumah penduduk dan jalan aspal sehingga bentangan kabel dan penancapan elektroda menjadi kurang optimal. Pada Desa Nagrak ini dapat diketahui dari 4 titik pengukuran yaitu GL 2, GL 3, GL 4, dan GL 5, jenis lapisan tanah yang mengandung air adalah lapisan yang mengandung pasir atau berpasir. Lapisan tanah tersebut terdapat pada kedalaman 0 hingga 5 m bmt yang diduga sebagai akuifer dangkal. Selanjutnya lapisan tanah berubah menjadi lapisan kedap air (impermeable layer) dengan campuran pasir yang membatasi lapisan akuifer dengan kedalaman yang bervariasi antara 3 m hingga 20 m. Gambar 16 merupakan kuva cross section gabungan dari GL 2 hingga GL 5. Setelah diketahui jenis lapisan tanah dan kedalamannya pada tiap titik, dapat dibuat gambar penampang tegak tahanan jenis.

30 20 Gambar 16 Bentuk cross section dari data GL 2 hingga GL 5 Gambar 17 Penampang tegak tahanan jenis

31 21 Akurasi pendugaan lapisan tanah dengan metode tahanan jenis ini dapat dikatakan cukup baik karena penelitian ini juga didukung dengan observasi dan wawancara singkat dengan penduduk sekitar lokasi pengukuran mengenai sumur yang mereka miliki. Dari hasil wawancara tersebut, kedalaman sumur yang ada di sekitar lokasi pengukuran tidak lebih dari 5 m dan belum pernah mengalami kekeringan. Di Desa Nagrak juga terdapat mata air yang sudah dikelola oleh warga setempat untuk keperluan sehari hari sehingga tidak semua warga mempunyai sumur sendiri. Hal ini secara tidak langsung merupakan langkah positif dari warga untuk menjaga kualitas dan kuantitas air yang ada. Sebaran lapisan akuifer yang lebih jelas dapat dilihat pada resistivity log di Gambar 17. Penggunaan software IPI2Win dalam proses pengolahan data dapat dibilang cukup efektif karena mampu meminimalisasi nilai RMS yang muncul sehingga menambah akurasi pendugaan lapisan tanah. Pola Aliran Airtanah Pola aliran airtanah di Desa Nagrak ini dapat diinterpretasikan dengan melihat hasil resistivity log pada Gambar 17. Litologi pasiran yang paling dalam diantara empat lokasi pengukuran adalah pada GL 5, sehingga berdasarkan gradien hidrolik airtanah maka airtanah di Desa Nagrak ini cenderung mengalir ke arah GL 5 (Gambar 18). Pola aliran airtanah ini didasarkan pada kedalaman lapisan akuifer dangkal yang paling dalam dengan kedalaman 5 m. Gambar 18 Denah pola aliran airtanah

32 22 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan seluruh rangkaian penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Lapisan akuifer dangkal (unconfined aquifer) pada titik pengukuran GL 2 terletak pada kedalaman m dan m bmt. Lapisan akuifer dangkal (unconfined aquifer) pada titik pengukuran GL 3 terletak pada kedalaman 1 m hingga 4.76 m bmt. Lapisan akuifer dangkal (unconfined aquifer) pada titik pengukuran GL 4 terletak pada kedalaman 0 3 m. Lapisan akuifer dangkal (unconfined aquifer) pada titik pengukuran GL 5 terletak pada kedalaman m dan pada kedalaman 3 5 m bmt. 2. Airtanah di Desa Nagrak ini mengalir ke titik pengujian GL5 berdasarkan pada kedalaman akuifer dangkal yang paling dalam dengan kedalaman 5 m bmt. 3. Software IPI2Win efektif dalam mengurangi nilai RMS pada pengolahan data yaitu terendah 4.56 % pada GL 2 dan 7.21 % pada GL 4, namun belum bisa memprediksi langsung jenis lapisan tanah secara spesifik. Saran Berdasarkan seluruh rangkaian penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disarankan : 1. Pembuatan sumur bor dapat dilakukan di salah satu titik pengukuran geolistrik. 2. Pengeboran untuk pembuatan sumur bor hendaknya dilakukan di salah satu titik pengukuran geolistrik untuk membandingkan akurasi data pendugaan geolistrik dengan hasil pengeboran. 3. Untuk peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian tentang geolistrik ini sebaiknya menggunakan sumber listrik dengan voltase yang besar karena sumber listrik mempengaruhi penyaluran arus oleh elektroda ke dalam tanah serta meningkatkan akurasi perolehan data. DAFTAR PUSTAKA Ali MN, Za ari, Supoyo Eksplorasi, eksploitasi sumber daya mineral air bawah tanah studi kasus di kawasan industri Pasuruan Jawa Timur. Proceedings of Joint The 32 nd IAGI dan The 28 th HAGI Annual Convention and Exhibition Azhar HG Penerapan Metode Geolistrik Konfigurasi Schlumberger untuk Penentuan Tahanan Jenis Batubara. Jurnal Natur Indonesia. 6(2): Bowen R Groundwater. London (UK) and New York (US). Elsevier Applied Science Publisher. Broto S, Afifah SR Pengolahan data geolistrik dengan metode Schlumberger. TEKNIK. 29(2):

33 Damtoro J metode geofisika [internet]. [diunduh 2015 Agustus 22]. Tersedia pada Halik G, Widodo S, Jojok Pendugaan potensi airtanah dengan metode geolistrik konfigurasi Schlumberger di kampus Tegal Boto Universitas Jember. Media Teknik Sipil Hendrayana H Pengantar Hidrogeologi. Laporan Kursus Singkat Pengelolaan Airtanah Angkatan I Yogyakarta, 6-15 Juli Yogyakarta (ID). UGM Pr. Kashef AAI Groundwater Engineering. Singapura (SG): Mc Graw-Hill Book Co. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 1451K/10/MEM/2000, Pedoman Teknis Penyelenggaraaan Tugas Pemerintah Di Bidang Pengelolaan Air Bawah Tanah. Jakarta : Energi dan Sumber Daya Mineral. Kodoatie RJ Pengantar Hidrogeologi. Yogyakarta(ID) : ANDI Pr Kohlbeck F, Mawlood D Computer program to calculate resistivities and layer thickness from schlumberger soundings at the surface, at lake bottom and with two electrodes down in the surfaces. Computers & Geosciences. 35 (2009): Mays LW Water Resources Enginnering. Ed ke-2. Amerika(US): John Wiley & Sons. Mutowal W Penentuan sebaran akuifer dan pola aliran airtanah dengan metode Tahanan Jenis (Resisitivity Method) di Desa Cisalak, Kecamatan Sukmajaya, Kota Depok, Provinsi Jawa Barat [skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor. Nostrand RG, Van and Kenneth LC Interpretation of Resistivity Data: a presentation of mathematical potential theory and practical field application for the direct-current methods of electrical resistivity prospecting. Washington (US). Goverment Printing Office. Patra HP, Sankar KN Schlumberger Geoelectric Sounding in Ground Water. Rotterdam (NL): AA Balkema. Seyhan E Dasar-Dasar Hidrologi. Yogyakarta(ID): Universitas Gajah Mada Pr. Sheriff RE Encyclopedic Dictionary of Applied Geophysics, 4 th Edition. Oklahoma (US). SEG Tulsa. Singh SB, Stephen J Deep resistivity sounding studies in detecting shear zones a case study from The Southern Granuline Terrain of India. Journal of Asian Earth Sciences. 28(2006): Sosrodarsono S, Takeda K Hidrologi Untuk Pengairan. Jakarta (ID): Pradnya Paramita. Supriyanto Interpretasi pola sebaran airtanah di kawasan perumahan Tepian Samarinda dengan Metode Geolistrik Tahanan Jenis. Mulawarman Scientifie. 11(2). Suripin Pelestarian Sumberdaya Air dan Tanah. Yogyakarta(ID) : Andi Pr Sutandi, Maria Christine Air tanah [Penelitian]. Bandung (ID) :Universitas Kristen Maranatha Todd DK Groundwater Hydrology. Ed ke-2. Singapore (SG). John Wiley & Sons. Ward AD, Elliot WJ Environmental Hydrology. Florida(US): CRC Press Inc. 23

34 Wilson EM Hidrologi Teknik. Ed ke-4. Bandung(ID): Institut Teknologi Bandung Pr. 24

35 25 LAMPIRAN Lampiran 1 Data Pengukuran GL 2

36 Lampiran 2 Data Pengukuran GL 3 26

37 Lampiran 3 Data Pengukuran GL 4 27

38 Lampiran 4 Data Pengukuran GL 5 28

39 Lampiran 5 Proses input data GL 2 29

40 Lampiran 6 Proses input data GL 3 30

41 Lampiran 7 Proses input data GL 4 31

42 Lampiran 8 Proses input data GL 5 32

43 Lampiran 9 Kurva Apparent resistivity GL 2 33

44 Lampiran 10 Kurva apparent resistivity GL 3 34

45 Lampiran 11 Kurva apparent resistivity GL 4 35

46 Lampiran 12 Kurva apparent resistivity GL 5 36

47 Lampiran 13 Kurva tahanan jenis setelah inversi GL 2 37

48 Lampiran 14 Kurva tahanan jenis setelah inversi GL 3 38

49 Lampiran 15 Kurva tahanan jenis setelah inversi GL 4 39

50 Lampiran 16 Kurva tahanan jenis setelah inversi GL 5 40

51 41 Lampiran 17 Peta Hidrogeologi Lembar Bogor (Sumber : Peta hidrogeologi Indonesia lembar Bogor - Direktorat Geologi Tata Lingkungan Kementrian ESDM RI 1995)

52 42 RIWAYAT HIDUP Bangun Parinata lahir di Malang pada 5 April 1993 dari pasangan Bapak Hendro Prasetyo dan Ibu Diah Karmiyati. Penulis merupakan putra kedua dari tiga bersaudara. Penulis memulai pendidikan di MIN Malang 1 pada tahun , lalu melanjutkan pendidikan SMP di MTsN 1 Malang ( ), dan dilanjutkan di SMAN 1 Malang ( ). Setelah lulus pendidikan SMA pada tahun Penulis diterima di IPB melalui jalur SNMPTN Undangan di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam berbagai organisasi dan kepanitiaan seperti menjadi ketua angkatan 48 HIMAREMA pada tahun 2012, anggota Departemen Keprofesian Himatesil tahun 2013, dan Ketua Biro Olahraga pada Departemen Olahraga dan Seni Himatesil tahun Penulis juga aktif mengikuti kepanitian seperti menjadi ketua pelatihan ISO 9001 Himatesil pada tahun 2013 dan menjadi Surveyor di PONDASI Himatesil tahun Penulis melaksanakan Praktik Lapangan pada tahun 2014 di Bendungan Sutami Kabupaten Malang dengan mengambil tema irigasi. Untuk menyelesaikan program sarjana, penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi berjudul Eksplorasi Airtanah Dengan Metode Tahanan Jenis Menggunakan Software IPI2Win Di Desa Nagrak Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang dibimbing oleh Dr. Ir. Roh Santoso Budi Waspodo, MT.

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di DAS Ciliwung mulai dari Hulu sampai hilir. Lokasi Penelitian meliputi wilayah Kabupaten Bogor, Kotamadya Bogor dan Kota Administratif

Lebih terperinci

PENDUGAAN POTENSI AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER DI KAMPUS TEGAL BOTO UNIVERSITAS JEMBER

PENDUGAAN POTENSI AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER DI KAMPUS TEGAL BOTO UNIVERSITAS JEMBER PENDUGAAN POTENSI AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER DI KAMPUS TEGAL BOTO UNIVERSITAS JEMBER Gusfan Halik Laboratorium Hidroteknik Fakultas Teknik Jurusan Sipil Unej Jl. Slamet

Lebih terperinci

Rustan Efendi 1, Hartito Panggoe 1, Sandra 1 1 Program Studi Fisika Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Tadulako, Palu, Indonesia

Rustan Efendi 1, Hartito Panggoe 1, Sandra 1 1 Program Studi Fisika Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Tadulako, Palu, Indonesia IDENTIFIKASI AKUIFER AIRTANAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK DI DESA OU KECAMATAN SOJOL IDENTIFICATION GROUNDWATER AQUIFERS METHOD USING GEOELECTRIC DISTRICT IN THE VILLAGE OU SOJOL Rustan Efendi

Lebih terperinci

MENENTUKAN LITOLOGI DAN AKUIFER MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER DAN SCHLUMBERGER DI PERUMAHAN WADYA GRAHA I PEKANBARU

MENENTUKAN LITOLOGI DAN AKUIFER MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER DAN SCHLUMBERGER DI PERUMAHAN WADYA GRAHA I PEKANBARU MENENTUKAN LITOLOGI DAN AKUIFER MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER DAN SCHLUMBERGER DI PERUMAHAN WADYA GRAHA I PEKANBARU Heri Gokdi 1, M. Edisar 2, Juandi M 3 1 Mahasiswa Program Studi S1

Lebih terperinci

EKSPLORASI AIRTANAH DENGAN METODE TAHANAN JENIS MENGGUNAKAN SOFTWARE PROGRESS V. 3.0 DI DESA NAGRAK, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT CAHYO EDI NUGROHO

EKSPLORASI AIRTANAH DENGAN METODE TAHANAN JENIS MENGGUNAKAN SOFTWARE PROGRESS V. 3.0 DI DESA NAGRAK, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT CAHYO EDI NUGROHO EKSPLORASI AIRTANAH DENGAN METODE TAHANAN JENIS MENGGUNAKAN SOFTWARE PROGRESS V. 3.0 DI DESA NAGRAK, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT CAHYO EDI NUGROHO DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KEDALAMAN AQUIFER DI KECAMATAN BANGGAE TIMUR DENGAN METODA GEOLISTRIK TAHANAN JENIS

IDENTIFIKASI KEDALAMAN AQUIFER DI KECAMATAN BANGGAE TIMUR DENGAN METODA GEOLISTRIK TAHANAN JENIS IDENTIFIKASI KEDALAMAN AQUIFER DI KECAMATAN BANGGAE TIMUR DENGAN METODA GEOLISTRIK TAHANAN JENIS Salwah, Syamsuddin, Maria*) *) Program Studi Geofisika FMIPA Unhas salwahasruddin@yahoo.com SARI BACAAN

Lebih terperinci

e-issn : Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains Didaktika

e-issn : Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains Didaktika STUDI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI SCHLUMBERGER (Study kasus Stadion Universitas Brawijaya, Malang) ABSTRAK: Arif Rahman Hakim 1, Hairunisa 2 STKIP

Lebih terperinci

PENENTUAN TAHANAN JENIS BATUAN ANDESIT MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER (STUDI KASUS DESA POLOSIRI)

PENENTUAN TAHANAN JENIS BATUAN ANDESIT MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER (STUDI KASUS DESA POLOSIRI) Jurnal Fisika Vol. 3 No. 2, Nopember 2013 117 PENENTUAN TAHANAN JENIS BATUAN ANDESIT MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER (STUDI KASUS DESA POLOSIRI) Munaji*, Syaiful Imam, Ismi Lutfinur

Lebih terperinci

Riad Syech, Juandi,M, M.Edizar Jurusan Fisika FMIPA Universitas Riau Kampus Bina Widya Km 12,5 Pekanbaru ABSTRAK

Riad Syech, Juandi,M, M.Edizar Jurusan Fisika FMIPA Universitas Riau Kampus Bina Widya Km 12,5 Pekanbaru ABSTRAK MENENTUKAN LAPISAN AKUIFER DAS (DAERAH ALIRAN SUNGAI) SIAK DENGAN MEMBANDINGKAN HASIL UKUR METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI WENNER DAN KONFIGURASI SCHLUMBERGER Riad Syech, Juandi,M, M.Edizar

Lebih terperinci

SURVEI SEBARAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS DI KELURAHAN BONTO RAYA KECAMATAN BATANG KABUPATEN JENEPONTO

SURVEI SEBARAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS DI KELURAHAN BONTO RAYA KECAMATAN BATANG KABUPATEN JENEPONTO SURVEI SEBARAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS DI KELURAHAN BONTO RAYA KECAMATAN BATANG KABUPATEN JENEPONTO Rosmiati S, Pariabti Palloan, Nasrul Ihsan Prodi Fisika Jurusan Fisika FMIPA

Lebih terperinci

POTENSI AIR TANAH DAERAH KAMPUS UNDIP TEMBALANG. Dian Agus Widiarso, Henarno Pudjihardjo *), Wahyu Prabowo**)

POTENSI AIR TANAH DAERAH KAMPUS UNDIP TEMBALANG. Dian Agus Widiarso, Henarno Pudjihardjo *), Wahyu Prabowo**) POTENSI AIR TANAH DAERAH KAMPUS UNDIP TEMBALANG Dian Agus Widiarso, Henarno Pudjihardjo *), Wahyu Prabowo**) Abstract Provision of clean water in an area need both now and future dating. Provision of clean

Lebih terperinci

Pendugaan Akuifer serta Pola Alirannya dengan Metode Geolistrik Daerah Pondok Pesantren Gontor 11 Solok Sumatera Barat

Pendugaan Akuifer serta Pola Alirannya dengan Metode Geolistrik Daerah Pondok Pesantren Gontor 11 Solok Sumatera Barat Pendugaan Akuifer serta Pola Alirannya dengan Metode Geolistrik Daerah Pondok Pesantren Gontor 11 Solok Sumatera Dwi Ajeng Enggarwati 1, Adi Susilo 1, Dadan Dani Wardhana 2 1) Jurusan Fisika FMIPA Univ.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia terletak di daerah tropis merupakan negara yang mempunyai ketersediaan air yang cukup.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia terletak di daerah tropis merupakan negara yang mempunyai ketersediaan air yang cukup. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia terletak di daerah tropis merupakan negara yang mempunyai ketersediaan air yang cukup. Namun secara alamiah Indonesia menghadapi kendala dalam memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK IDENTIFIKASI AKUIFER DI KECAMATAN PLUPUH, KABUPATEN SRAGEN

APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK IDENTIFIKASI AKUIFER DI KECAMATAN PLUPUH, KABUPATEN SRAGEN APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK IDENTIFIKASI AKUIFER DI KECAMATAN PLUPUH, KABUPATEN SRAGEN Eka Ayu Tyas Winarni 1, Darsono 1, Budi Legowo 1 ABSTRAK. Identifikasi

Lebih terperinci

PENENTUAN KEDALAMAN AKUIFER BEBAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER

PENENTUAN KEDALAMAN AKUIFER BEBAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER PENENTUAN KEDALAMAN AKUIFER BEBAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER Muhammad Hafis 1, Juandi 2, Gengky Moriza 3 1 Mahasiswa Program S1 Fisika FMIPA-UR 2 Dosen Jurusan Fisika

Lebih terperinci

POLA ALIRAN AIR BAWAH TANAH DI PERUMNAS GRIYA BINA WIDYA UNRI MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI ELEKTRODA SCHLUMBERGER

POLA ALIRAN AIR BAWAH TANAH DI PERUMNAS GRIYA BINA WIDYA UNRI MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI ELEKTRODA SCHLUMBERGER Jurnal Komunikasi Fisika Indonesia (KFI) Jurusan Fisika FMIPA Univ. Riau Pekanbaru. Edisi April 206. ISSN.42-2960 POLA ALIRAN AIR BAWAH TANAH DI PERUMNAS GRIYA BINA WIDYA UNRI MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK

Lebih terperinci

Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera Barat, Jalan Jhoni Anwar No. 85 Lapai, Padang 25142, Telp : (0751)

Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera Barat, Jalan Jhoni Anwar No. 85 Lapai, Padang 25142, Telp : (0751) PENDUGAAN POTENSI AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS KONFIGURASI SCHLUMBERGER (Jorong Tampus Kanagarian Ujung Gading Kecamatan Lembah Malintang Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat) Arif

Lebih terperinci

DETEKSI KEBERADAAN AKUIFER AIR TANAH MENGGUNAKAN SOFTWARE IP2Win DAN ROCKWORK 2015

DETEKSI KEBERADAAN AKUIFER AIR TANAH MENGGUNAKAN SOFTWARE IP2Win DAN ROCKWORK 2015 DETEKSI KEBERADAAN AKUIFER AIR TANAH MENGGUNAKAN SOFTWARE IP2Win DAN ROCKWORK 2015 Eva Rolia, Agus Surandono Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Metro Jl. Ki Hajar Dewantara No. 166 Kota Metro

Lebih terperinci

MENENTUKAN AKUIFER LAPISAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER DI PERUMAHAN GRIYO PUSPITO DAN BUMI TAMPAN LESTARI

MENENTUKAN AKUIFER LAPISAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER DI PERUMAHAN GRIYO PUSPITO DAN BUMI TAMPAN LESTARI MENENTUKAN AKUIFER LAPISAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER DI PERUMAHAN GRIYO PUSPITO DAN BUMI TAMPAN LESTARI Mando Parhusip 1, Riad Syech 2, Sugianto 2 e-mail:mandoparhusip89@gmail.com

Lebih terperinci

PENENTUAN LAPISAN PEMBAWA AIR DENGAN METODE TAHANAN JENIS DI DAERAH ATAS TEBING LEBONG ATAS BENGKULU

PENENTUAN LAPISAN PEMBAWA AIR DENGAN METODE TAHANAN JENIS DI DAERAH ATAS TEBING LEBONG ATAS BENGKULU PENENTUAN LAPISAN PEMBAWA AIR DENGAN METODE TAHANAN JENIS DI DAERAH ATAS TEBING LEBONG ATAS BENGKULU Andik Purwanto Program Studi Fisika J PMIPA FKIP Universitas Bengkulu ABSTRACT This research was conducted

Lebih terperinci

Identifikasi Keretakan Beton Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Timotius 1*), Yoga Satria Putra 1), Boni P. Lapanporo 1)

Identifikasi Keretakan Beton Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Timotius 1*), Yoga Satria Putra 1), Boni P. Lapanporo 1) Identifikasi Keretakan Beton Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Timotius 1*), Yoga Satria Putra 1), Boni P. Lapanporo 1) 1) Program Studi Fisika, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Lebih terperinci

PENGUKURAN TAHANAN JENIS (RESISTIVITY) UNTUK PEMETAAN POTENSI AIR TANAH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PRAYA. Oleh:

PENGUKURAN TAHANAN JENIS (RESISTIVITY) UNTUK PEMETAAN POTENSI AIR TANAH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PRAYA. Oleh: 66 Jurnal Sangkareang Mataram PENGUKURAN TAHANAN JENIS (RESISTIVITY) UNTUK PEMETAAN POTENSI AIR TANAH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PRAYA Oleh: Sukandi Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Nusa

Lebih terperinci

Nurun Fiizumi, Riad Syech, Sugianto.

Nurun Fiizumi, Riad Syech, Sugianto. INVESTIGASI AKUIFER DISEKITAR DAS (DAERAH ALIRAN SUNGAI) SIAK DI PEKANBARU MENGGUNAKAN METODE RESISTIVITAS KONFIGURASI WENNER DAN KONFIGURASI SCHLUMBERGER Nurun Fiizumi, Riad Syech, Sugianto E-mail: nurunfiizumi@gmail.com

Lebih terperinci

Modul Pelatihan Geolistrik 2013 Aryadi Nurfalaq, S.Si., MT

Modul Pelatihan Geolistrik 2013 Aryadi Nurfalaq, S.Si., MT METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS A. PENGANTAR Prinsip dasar metode ini adalah menginjeksikan arus listrik ke dalam bumi menggunakan dua buah elektroda arus, kemudian mengukur beda potensial melalui dua

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2016 ISSN: Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2016 ISSN: Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta TEKNIK PENDUGAAN SEBARAN POTENSI AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK DI KAWASAN PERKOTAAN Nanang Saiful Rizal, 1*, Totok Dwi Kuryanto 2*. 1,2 Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

Interpretasi Data Geofisika untuk Penentuan Titik Pemboran Air Tanah di Daerah Mertoyudan, Kab. Magelang, Provinsi Jawa Tengah

Interpretasi Data Geofisika untuk Penentuan Titik Pemboran Air Tanah di Daerah Mertoyudan, Kab. Magelang, Provinsi Jawa Tengah Interpretasi Data Geofisika untuk Penentuan Titik Pemboran Air Tanah di Daerah Mertoyudan, Kab. Magelang, Provinsi Jawa Tengah Puji Pratiknyo, Arif Rianto BN, Winda Fakultas Teknologi Mineral, UPN Veteran

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POLA AKUIFER DI SEKITAR DANAU MATANO SOROAKO KAB. LUWU TIMUR Zulfikar, Drs. Hasanuddin M.Si, Syamsuddin, S.Si, MT

IDENTIFIKASI POLA AKUIFER DI SEKITAR DANAU MATANO SOROAKO KAB. LUWU TIMUR Zulfikar, Drs. Hasanuddin M.Si, Syamsuddin, S.Si, MT IDENTIFIKASI POLA AKUIFER DI SEKITAR DANAU MATANO SOROAKO KAB. LUWU TIMUR Zulfikar, Drs. Hasanuddin M.Si, Syamsuddin, S.Si, MT Program Studi Geofisika Jurusan Fisika FMIPA Universitas Hasanuddin Jl. Perintis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SIKLUS HIDROLOGI

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SIKLUS HIDROLOGI II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SIKLUS HIDROLOGI Menurut Sosrodarsono dan Takeda (1993) siklus hidrologi adalah air yang menguap ke udara dari permukaan tanah dan laut, berubah menjadi awan setelah melalui beberapa

Lebih terperinci

Oleh : WAKID MUTOWAL F

Oleh : WAKID MUTOWAL F PENENTUAN SEBARAN AKUIFER DAN POLA ALIRAN AIRTANAH DENGAN METODE TAHANAN JENIS (RESISTIVITY METHOD) DI DESA CISALAK, KECAMATAN SUKMAJAYA, KOTA DEPOK, PROVINSI JAWA BARAT Oleh : WAKID MUTOWAL F14104023

Lebih terperinci

REVISI, PEMODELAN FISIKA APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK INVESTIGASI KEBERADAAN AIR TANAH

REVISI, PEMODELAN FISIKA APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK INVESTIGASI KEBERADAAN AIR TANAH REISI, 1801017 PEMODELAN FISIKA APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK INESTIGASI KEBERADAAN AIR TANAH anata Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Mataram Jl. Majapahit

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional XII Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

Prosiding Seminar Nasional XII Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta Interpretasi Lapisan Akuifer Air Tanah Menggunakan Metode Geolistrik Di Kampung Horna Baru Dan Kampung Muturi Distrik Manimeri Kabupaten Teluk Bintuni Provinsi Papua Barat Karmila Laitupa, Putri Nova H.D,

Lebih terperinci

Jurnal Fisika Unand Vol. 2, No. 2, April 2013 ISSN

Jurnal Fisika Unand Vol. 2, No. 2, April 2013 ISSN INVESTIGASI BIDANG GELINCIR PADA LERENG MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS DUA DIMENSI (Studi Kasus: Kelurahan Lumbung Bukit Kecamatan Pauh Padang) Muhammad Iqbal Sy, Arif Budiman Jurusan Fisika

Lebih terperinci

ANALISIS AIR BAWAH TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK

ANALISIS AIR BAWAH TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK ISSN 978-5283 Juandi 2008: 2 (2) ANALISIS AIR BAWAH TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK Juandi Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Riau Kampus Bina Widya Km 2,5 Simp. Panam Pekanbaru, 2893 Telp/Fax (076) 63273

Lebih terperinci

METODE GEOLISTRIK UNTUK MENGETAHUI POTENSI AIRTANAH DI DAERAH BEJI KABUPATEN PASURUAN - JAWA TIMUR

METODE GEOLISTRIK UNTUK MENGETAHUI POTENSI AIRTANAH DI DAERAH BEJI KABUPATEN PASURUAN - JAWA TIMUR METODE GEOLISTRIK UNTUK MENGETAHUI POTENSI AIRTANAH DI DAERAH BEJI KABUPATEN PASURUAN - JAWA TIMUR Hendra Bahar Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral dan Kelautan Institut Teknologi Adhi Tama

Lebih terperinci

ANALISA RESISTIVITAS BATUAN DENGAN MENGGUNAKAN PARAMETER DAR ZARROUK DAN KONSEP ANISOTROPI

ANALISA RESISTIVITAS BATUAN DENGAN MENGGUNAKAN PARAMETER DAR ZARROUK DAN KONSEP ANISOTROPI JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 ANALISA RESISTIVITAS BATUAN DENGAN MENGGUNAKAN PARAMETER DAR ZARROUK DAN KONSEP ANISOTROPI Fransiskha W. Prameswari, A. Syaeful Bahri, Wahyudi Parnadi Fisika,

Lebih terperinci

APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS 2 DIMENSI UNTUK MENENTUKAN PERSEBARAN AIR TANAH DI DESA GUNUNGJATI KECAMATAN JABUNG KABUPATEN MALANG

APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS 2 DIMENSI UNTUK MENENTUKAN PERSEBARAN AIR TANAH DI DESA GUNUNGJATI KECAMATAN JABUNG KABUPATEN MALANG APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS 2 DIMENSI UNTUK MENENTUKAN PERSEBARAN AIR TANAH DI DESA GUNUNGJATI KECAMATAN JABUNG KABUPATEN MALANG Novi Wulandari N, Sujito, Daeng Achmad Suaidi Jurusan Fisika

Lebih terperinci

Dinisa Hanifa 1, Ibrahim Sota 1, Simon Sadok Siregar 1

Dinisa Hanifa 1, Ibrahim Sota 1, Simon Sadok Siregar 1 PENENTUAN LAPISAN AKUIFER AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER DI DESA SUNGAI JATI KECAMATAN MATARAMAN KABUPATEN BANJAR KALIMANTAN SELATAN Dinisa Hanifa 1, Ibrahim Sota 1, Simon

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilakukan di Desa Sambengwetan Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas dan Laboratorium Fisika Eksperimen MIPA Unsoed pada bulan

Lebih terperinci

Pemetaan Akuifer Air Tanah Di Sekitar Candi Prambanan Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta Dengan Menggunakan Metode Geolistrik Tahanan Jenis

Pemetaan Akuifer Air Tanah Di Sekitar Candi Prambanan Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta Dengan Menggunakan Metode Geolistrik Tahanan Jenis JURNAL MIPA UNSRAT ONLINE 1 (1) 37-44 dapat diakses melalui http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jmuo Pemetaan Akuifer Air Tanah Di Sekitar Candi Prambanan Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

GEOFISIKA EKSPLORASI. [Metode Geolistrik] Anggota kelompok : Maya Vergentina Budi Atmadhi Andi Sutriawan Wiranata

GEOFISIKA EKSPLORASI. [Metode Geolistrik] Anggota kelompok : Maya Vergentina Budi Atmadhi Andi Sutriawan Wiranata GEOFISIKA EKSPLORASI [Metode Geolistrik] Anggota kelompok : Maya Vergentina Budi Atmadhi Andi Sutriawan Wiranata PENDAHULUAN Metoda geofisika merupakan salah satu metoda yang umum digunakan dalam eksplorasi

Lebih terperinci

Analisa Resistivitas Batuan dengan Menggunakan Parameter Dar Zarrouk dan Konsep Anisotropi

Analisa Resistivitas Batuan dengan Menggunakan Parameter Dar Zarrouk dan Konsep Anisotropi JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-928X B-15 Analisa Resistivitas Batuan dengan Menggunakan Parameter Dar Zarrouk dan Konsep Anisotropi Fransiskha W. Prameswari, A. Syaeful

Lebih terperinci

Identifikasi Akuifer Dangkal dan Akuifer Dalam dengan Metode Geolistrik (Kasus: Di Kecamatan Masaran)

Identifikasi Akuifer Dangkal dan Akuifer Dalam dengan Metode Geolistrik (Kasus: Di Kecamatan Masaran) ISSN:2089-0133 Indonesian Journal of Applied Physics (2016) Vol. No. Halaman 40 April 2016 Identifikasi Akuifer Dangkal dan Akuifer Dalam dengan Metode Geolistrik (Kasus: Di Kecamatan Masaran) Darsono

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 2 (2015), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 2 (2015), Hal ISSN : Pendugaan Bidang Gelincir Tanah Longsor di Desa Aruk Kecamatan Sajingan Besar Kabupaten Sambas dengan Menggunakan Metode Tahanan Jenis Ezra Andwa Heradian 1), Yudha Arman 1)* 1) Program Studi Fisika, Fakultas

Lebih terperinci

MODEL VOLUME RESAPAN AIR HUJAN PADA SUMUR RESAPAN DI KECAMATAN RUMBAI KOTA PEKANBARU

MODEL VOLUME RESAPAN AIR HUJAN PADA SUMUR RESAPAN DI KECAMATAN RUMBAI KOTA PEKANBARU Jurnal Komunikasi Fisika Indonesia (KFI) Jurusan Fisika FMIPA Univ. Riau Pekanbaru. Edisi April 2016. ISSN.1412-2960 MODEL VOLUME RESAPAN AIR HUJAN PADA SUMUR RESAPAN DI KECAMATAN RUMBAI KOTA PEKANBARU

Lebih terperinci

Oleh : Dwi Wahyu Pujomiarto. Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Negeri Malang. Abstrak

Oleh : Dwi Wahyu Pujomiarto. Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Negeri Malang. Abstrak APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK MENGIDENTIFIKASI LAPISAN AKUIFER DI DESA SLAMPAREJO KECAMATAN JABUNG KABUPATEN MALANG Oleh : Dwi Wahyu Pujomiarto Jurusan Fisika Fakultas

Lebih terperinci

Metode Geolistrik (Tahanan Jenis)

Metode Geolistrik (Tahanan Jenis) Metode Geolistrik (Tahanan Jenis) Kata kunci : Pemodelan Inversi, Resistivitas, Tahanan Jenis. Metode geolistrik merupakan metode geofisika yang mempelajari sifat kelistrikan di bawah permukaan Bumi untuk

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 01 (2016), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 01 (2016), Hal ISSN : Identifikasi Intrusi Air Laut Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas 2D Konfigurasi Wenner-Schlumberger di Pantai Tanjung Gondol Kabupaten Bengkayang Victor Hutabarat a, Yudha Arman a*, Andi Ihwan

Lebih terperinci

Geo-Electrical Sounding untuk Pendugaan Keterdapatan Air Tanah dan Kedalaman Muka Air Tanah Freatik di Tegal

Geo-Electrical Sounding untuk Pendugaan Keterdapatan Air Tanah dan Kedalaman Muka Air Tanah Freatik di Tegal Geo-Electrical Sounding untuk Pendugaan Keterdapatan Air Tanah dan Kedalaman Muka Air Tanah Freatik di Tegal Alva Kurniawan 1 Abstraksi Pengambilan air tanah dengan menggali sumur atau sumur bor terkadang

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 6, No.2, (2017) ( X Print) B-29

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 6, No.2, (2017) ( X Print) B-29 JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 6, No.2, (2017) 25280-51258 (2301-928X Print) B-29 Identifikasi Sebaran Aliran Air Bawah Tanah (Groundwater) dengan Metode Vertical Electrical Sounding (VES) Konfigurasi

Lebih terperinci

Pengaruh Kadar Air Tanah Lempung Terhadap Nilai Resistivitas/Tahanan Jenis pada Model Fisik dengan Metode ERT (Electrical Resistivity Tomography)

Pengaruh Kadar Air Tanah Lempung Terhadap Nilai Resistivitas/Tahanan Jenis pada Model Fisik dengan Metode ERT (Electrical Resistivity Tomography) Pengaruh Kadar Air Tanah Lempung Terhadap Nilai Resistivitas/Tahanan Jenis pada Model Fisik dengan Metode ERT (Electrical Resistivity Tomography) Heni Dewi Saidah, Eko Andi Suryo, Suroso Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PENDUGAAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS DI DESA TELLUMPANUA KEC.TANETE RILAU KAB. BARRU SULAWESI-SELATAN

PENDUGAAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS DI DESA TELLUMPANUA KEC.TANETE RILAU KAB. BARRU SULAWESI-SELATAN PENDUGAAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS DI DESA TELLUMPANUA KEC.TANETE RILAU KAB. BARRU SULAWESI-SELATAN Hasbi Bakri¹, Jamal Rauf Husain², Firdaus¹ 1. Jurusan Teknik Pertambangan Universitas

Lebih terperinci

PENENTUAN RESISTIVITY TANAH DI DALAM MENETAPKAN AREA PEMASANGAN GROUNDING GARDU DISTRIBUSI

PENENTUAN RESISTIVITY TANAH DI DALAM MENETAPKAN AREA PEMASANGAN GROUNDING GARDU DISTRIBUSI PENENTUAN RESISTIVITY TANAH DI DALAM MENETAPKAN AREA PEMASANGAN GROUNDING GARDU DISTRIBUSI 20 kv MENGUNAKAN KOMBINASI GRID DAN ROD DI KAMPUS POLITEKNIK NEGERI PADANG Oleh Junaidi Asrul 1, Wiwik Wiharti

Lebih terperinci

ANALISIS DATA GEOLISTRIK UNTUK IDENTIFIKASI PENYEBARAN AKUIFER DAERAH ABEPURA, JAYAPURA

ANALISIS DATA GEOLISTRIK UNTUK IDENTIFIKASI PENYEBARAN AKUIFER DAERAH ABEPURA, JAYAPURA ANALISIS DATA GEOLISTRIK UNTUK IDENTIFIKASI PENYEBARAN AKUIFER DAERAH ABEPURA, JAYAPURA Virman 1), Paulus G.D. Lasmono 1) dan Muhammad Altin Massinai 2) 1) Jurusan MIPA, Program Studi Fisika Uncen Jayapura

Lebih terperinci

Identifikasi Sebaran Aquifer Menggunakan Metode Geolistrik Hambatan Jenis Di Desa Bora Kecamatan Sigi Biromari Kabupaten Sigi

Identifikasi Sebaran Aquifer Menggunakan Metode Geolistrik Hambatan Jenis Di Desa Bora Kecamatan Sigi Biromari Kabupaten Sigi 2016 Identifikasi Sebaran Aquifer Menggunakan Metode Geolistrik Hambatan Jenis Di Desa (Identification of aquifer distribution using geoelectrict resistivity method at Bora Village, Sigi Biromaru District,

Lebih terperinci

APLIKASI TEKNOLOGI EKSPLORASI UNTUK MEMAHAMI KONDISI AIR TANAH DI DAERAH PADANG LUAS KABUPATEN TANAH LAUT

APLIKASI TEKNOLOGI EKSPLORASI UNTUK MEMAHAMI KONDISI AIR TANAH DI DAERAH PADANG LUAS KABUPATEN TANAH LAUT APLIKASI TEKNOLOGI EKSPLORASI UNTUK MEMAHAMI KONDISI AIR TANAH DI DAERAH PADANG LUAS KABUPATEN TANAH LAUT Teguh Prayogo Pusat Teknologi Sumberdaya Mineral, BPPT Jl. MH. Thamrin No. 8 Jakarta Pusat Abstract

Lebih terperinci

Sehah dan Hartono. Keywords: groundwater aquifer, village of Kedungwuluh, geoelectric of resistivity method, Wenner configuration.

Sehah dan Hartono. Keywords: groundwater aquifer, village of Kedungwuluh, geoelectric of resistivity method, Wenner configuration. Investigasi Akuifer Air Tanah di Sekitar Lahan Pertanian Desa Kedungwuluh, Kecamatan Kalimanah, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah Berdasarkan Survei Geolistrik Resistivitas dengan Konfigurasi Wenner Sehah

Lebih terperinci

Identifikasi Sumber Air Tanah dalam Berdasarkan Analisis Data Resistivitas di Daerah Bandara Adi Soemarmo, Solo, Jawa Tengah

Identifikasi Sumber Air Tanah dalam Berdasarkan Analisis Data Resistivitas di Daerah Bandara Adi Soemarmo, Solo, Jawa Tengah ISSN:2089 0133 Indonesian Journal of Applied Physics (2013) Vol.3 No.2 Halaman 107 Oktober 2013 Identifikasi Sumber Air Tanah dalam Berdasarkan Analisis Data Resistivitas di Daerah Bandara Adi Soemarmo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang mempelajari sifat aliran listrik di dalam bumi serta bagaimana cara mendeteksinya di dalam bumi dan di permukaan

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Gambar 2.1 Interaksi antara air tanah dengan struktur geologi

BAB 2 DASAR TEORI. Gambar 2.1 Interaksi antara air tanah dengan struktur geologi 5 BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Hidrogeologi Ilmu yang mempelajari interaksi antar struktur batuan dan air tanah adalah hidrogeologi. Dalam prosesnya ilmu ini juga berkaitan dengan disiplin ilmu fisika dan kimia

Lebih terperinci

PENGARUH MUKA AIR TANAH TERHADAP KESTABILAN JEMBATAN MENGGUNAKAN METODE ELECTRICAL RESISTIVITY TOMOGRAPHY KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE

PENGARUH MUKA AIR TANAH TERHADAP KESTABILAN JEMBATAN MENGGUNAKAN METODE ELECTRICAL RESISTIVITY TOMOGRAPHY KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE DOI: doi.org/10.21009/03.snf2017.02.epa.02 PENGARUH MUKA AIR TANAH TERHADAP KESTABILAN JEMBATAN MENGGUNAKAN METODE ELECTRICAL RESISTIVITY TOMOGRAPHY KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE Budy Santoso 1, a), Setianto

Lebih terperinci

Interpretasi Data Geolistrik untuk Memetakan Potensi Air Tanah dalam Menunjang Pengembangan Data Hidrogeologi di Kabupaten Jombang, Jawa Timur

Interpretasi Data Geolistrik untuk Memetakan Potensi Air Tanah dalam Menunjang Pengembangan Data Hidrogeologi di Kabupaten Jombang, Jawa Timur JURNAL FISIKA DAN APLIKASINYA VOLUME 9, NOMOR 2 JUNI 2013 Interpretasi Data Geolistrik untuk Memetakan Potensi Air Tanah dalam Menunjang Pengembangan Data Hidrogeologi di Kabupaten Jombang, Jawa Timur

Lebih terperinci

Penerapan Metode Geolistrik Untuk Identifikasi Pola Penyebaran Zona Asin Di Bledug Kuwu, Grobogan, Jawa Tengah

Penerapan Metode Geolistrik Untuk Identifikasi Pola Penyebaran Zona Asin Di Bledug Kuwu, Grobogan, Jawa Tengah ISSN:2089 0133 Indonesian Journal of Applied Physics (2012) Vol.2 No.7 halaman 73 April 2012 Penerapan Metode Geolistrik Untuk Identifikasi Pola Penyebaran Zona Asin Di Bledug Kuwu, Grobogan, Jawa Tengah

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POTENSI AIR BAWAH TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK 1-DIMENSI DI DESA SUMBERSARI KABUPATEN JEMBER

IDENTIFIKASI POTENSI AIR BAWAH TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK 1-DIMENSI DI DESA SUMBERSARI KABUPATEN JEMBER IDENTIFIKASI POTENSI AIR BAWAH TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK 1-DIMENSI DI DESA SUMBERSARI KABUPATEN JEMBER SKRIPSI Oleh REDY HARTANTO NIM 051810201055 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

Penyelidikan Struktur Pondasi Jembatan Lamnyong Menggunakan Metode Geolistrik Konfigurasi Wenner-Schlumberger

Penyelidikan Struktur Pondasi Jembatan Lamnyong Menggunakan Metode Geolistrik Konfigurasi Wenner-Schlumberger Penyelidikan Struktur Pondasi Jembatan Lamnyong Menggunakan Metode Geolistrik Konfigurasi Wenner USULAN PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM : Penyelidikan Struktur Pondasi Jembatan Lamnyong Menggunakan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2012,

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2012, IV. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2012, bertempat di daerah Karawang, Kecamatan Ambarawa, Kab. Pringsewu. Sedangkan pengolahan

Lebih terperinci

APLIKASI METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS KONFIGURASI WENNER- SCHLUMBERGER UNTUK SURVEY PIPA BAWAH PERMUKAAN

APLIKASI METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS KONFIGURASI WENNER- SCHLUMBERGER UNTUK SURVEY PIPA BAWAH PERMUKAAN APLIKASI METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS KONFIGURASI WENNER- SCHLUMBERGER UNTUK SURVEY PIPA BAWAH PERMUKAAN Staff Pengajar pada Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Mataram Jl. Majapahit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Semarang sebagai ibukota Provinsi Jawa Tengah mengalami perkembangan yang cukup pesat dari tahun ke tahun. Perkembangan yang terjadi meliputi infrastruktur hingga

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI BIDANG GELINCIR DI TEMPAT WISATA BANTIR SUMOWONO SEBAGAI UPAYA MITIGASI BENCANA LONGSOR

IDENTIFIKASI BIDANG GELINCIR DI TEMPAT WISATA BANTIR SUMOWONO SEBAGAI UPAYA MITIGASI BENCANA LONGSOR IDENTIFIKASI BIDANG GELINCIR DI TEMPAT WISATA BANTIR SUMOWONO SEBAGAI UPAYA MITIGASI BENCANA LONGSOR Edu Dwiadi Nugraha *, Supriyadi, Eva Nurjanah, Retno Wulandari, Trian Slamet Julianti Jurusan Fisika

Lebih terperinci

METODE EKSPERIMEN Tujuan

METODE EKSPERIMEN Tujuan METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS KONFIGURASI WENNER NURFAIZAH AMATILLAH IMTISAL (1127030055) FISIKA SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG TAHUN 2014 Email : nurfaizah.ifa@gmal.com

Lebih terperinci

SURVAI SEBARAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS KONFIGURASI WENNER DI DESA BANJAR SARI, KEC. ENGGANO, KAB.

SURVAI SEBARAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS KONFIGURASI WENNER DI DESA BANJAR SARI, KEC. ENGGANO, KAB. SURVAI SEBARAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS KONFIGURASI WENNER DI DESA BANJAR SARI, KEC. ENGGANO, KAB. BENGKULU UTARA Oleh: Arif Ismul Hadi, Suhendra, Robinson Alpabet Jurusan Fisika

Lebih terperinci

, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10

, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10 IDENTIFIKASI ZONA BIDANG GELINCIR DAERAH RAWAN LONGSOR HASIL PROSES TEKTONISME KOMPLEKS DI DISTRIK NAMROLE, KABUPATEN BURRU SELATAN, PULAU BURRU, MALUKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE RESISTIVITAS KONFIGURASI

Lebih terperinci

Metode Vertical Electrical Sounding (VES) untuk Menduga Potensi Sumberdaya Air

Metode Vertical Electrical Sounding (VES) untuk Menduga Potensi Sumberdaya Air Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan ISSN: 2085-1227 Volume 5, Nomor 2, Juni 2013 Hal. 127-140 Metode Vertical Electrical Sounding (VES) untuk Menduga Potensi Sumberdaya Air Harjito Laboratorium Hidrologi

Lebih terperinci

Jurnal Fisika Unand Vol. 1, No. 1, Oktober 2012 ISSN

Jurnal Fisika Unand Vol. 1, No. 1, Oktober 2012 ISSN PENENTUAN BIDANG GELINCIR GERAKAN TANAH DENGAN APLIKASI GEOLISTRIK METODE TAHANAN JENIS DUA DIMENSI KONFIGURASI WENNER-SCHLUMBERGER (Studi Kasus di Sekitar Gedung Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Lebih terperinci

Pemodelan Akuifer Air Tanah dengan Metode Geolistrik Tahanan Jenis Konfigurasi Dipole-dipole

Pemodelan Akuifer Air Tanah dengan Metode Geolistrik Tahanan Jenis Konfigurasi Dipole-dipole Pemodelan Akuifer Air Tanah dengan Metode Geolistrik Tahanan Jenis Konfigurasi Dipole-dipole Sari Dewi Tarigan 1,a), Alamta Singarimbum 2,b) Laboratorium Fisika Bumi, Kelompok Keilmuan Fisika Bumi dan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POTENSI AKUIFER MENGGUNAKAN UJI RESISTIVITY VES (VERTICAL ELECTRICAL SOUNDING) (STUDI KASUS: DESA POHIJO, SAMPUNG-PONOROGO)

IDENTIFIKASI POTENSI AKUIFER MENGGUNAKAN UJI RESISTIVITY VES (VERTICAL ELECTRICAL SOUNDING) (STUDI KASUS: DESA POHIJO, SAMPUNG-PONOROGO) Asmaranto, Identifikasi Potensi Akuifer Menggunakan Uji Resistivity VES (Vertical Electrical Sounding) 199 IDENTIFIKASI POTENSI AKUIFER MENGGUNAKAN UJI RESISTIVITY VES (VERTICAL ELECTRICAL SOUNDING) (STUDI

Lebih terperinci

ANALISA KONDUKTIVITAS HIDROLIKA PADA SISTIM AKUIFER

ANALISA KONDUKTIVITAS HIDROLIKA PADA SISTIM AKUIFER ANALISA KONDUKTIVITAS HIDROLIKA PADA SISTIM AKUIFER Juandi M. 1, Adrianto Ahmad 2, Muhammad Edisar 1,Syamsulduha 3 1.Jurusan Fisika FMIPA UR, 2. Fakultas Teknik UR, 3Jurusan Matematika FMIPA UR Kampus

Lebih terperinci

PEMODELAN FISIKA APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK INVESTIGASI KEBERADAAN AIR TANAH

PEMODELAN FISIKA APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK INVESTIGASI KEBERADAAN AIR TANAH PEMODELAN FISIKA APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK INVESTIGASI KEBERADAAN AIR TANAH anata Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Mataram Jl. Majapahit No. 62 Mataram

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu kebutuhan utama bagi manusia. Manfaat air sangat luas bagi kehidupan manusia, misalnya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, irigasi, industri,

Lebih terperinci

PEMETAAN AKUIFER AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS TUGAS AKHIR. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains

PEMETAAN AKUIFER AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS TUGAS AKHIR. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains PEMETAAN AKUIFER AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS (Jorong Ranah Salido Kanagarian Ujung Gading Kabupaten Pasaman Barat Sumatera Barat) TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

Berkala Fisika ISSN : Vol 10., No.1, Januari 2007, hal 1-5

Berkala Fisika ISSN : Vol 10., No.1, Januari 2007, hal 1-5 Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol 10., No.1, Januari 2007, hal 1-5 Analisis Geometri Akuifer Dangkal Mengunakan Metode Seismik Bias Reciprocal Hawkins (Studi Kasus Endapan Alluvial Daerah Sioux Park,

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. mendapatkan hasil yang maksimal. Adapun tahapan yang dilakukan teruraikan

BAB III METODA PENELITIAN. mendapatkan hasil yang maksimal. Adapun tahapan yang dilakukan teruraikan BAB III METODA PENELITIAN Dalam penelitian, ada bebarapa tahapan yang dilakukan untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Adapun tahapan yang dilakukan teruraikan dalam diagram alur seperti di bawah ini 31

Lebih terperinci

PENENTUAN RESISTIVITAS BATUBARA MENGGUNAKAN METODE ELECTRICAL RESISTIVITY TOMOGRAPHY DAN VERTICAL ELECTRICAL SOUNDING

PENENTUAN RESISTIVITAS BATUBARA MENGGUNAKAN METODE ELECTRICAL RESISTIVITY TOMOGRAPHY DAN VERTICAL ELECTRICAL SOUNDING Jurnal Material dan Energi Indonesia Vol. 06, No. 01 (2016) 8 14 Departemen Fisika FMIPA Universitas Padjadjaran PENENTUAN RESISTIVITAS BATUBARA MENGGUNAKAN METODE ELECTRICAL RESISTIVITY TOMOGRAPHY DAN

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pemodelan tahanan jenis dilakukan dengan cara mencatat nilai kuat arus yang diinjeksikan dan perubahan beda potensial yang terukur dengan menggunakan konfigurasi wenner. Pengukuran

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI BATUAN GRANIT KECAMATAN SENDANA KOTA PALOPO MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS (RESISTIVITY)

IDENTIFIKASI BATUAN GRANIT KECAMATAN SENDANA KOTA PALOPO MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS (RESISTIVITY) IDENTIFIKASI BATUAN GRANIT KECAMATAN SENDANA KOTA PALOPO MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS (RESISTIVITY) Baso Usman 1, Baccong 2, Rahma Hi. Manrulu 3, Aryadi Nurfalaq 4 1), 2),3) Program Studi

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 2 (2015), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 2 (2015), Hal ISSN : IDENTIFIKASI STRUKTUR LAPISAN TANAH GAMBUT SEBAGAI INFORMASI AWAL RANCANG BANGUNAN DENGAN METODE GEOLISTRIK 3D Firmansyah Sirait 1), Andi Ihwan 1)* 1) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTERISTIK AKUIFER BERDASARKAN PENDUGAAN GEOLISTRIK DI PESISIR KABUPATEN CILACAP JAWA TENGAH

ANALISIS KARAKTERISTIK AKUIFER BERDASARKAN PENDUGAAN GEOLISTRIK DI PESISIR KABUPATEN CILACAP JAWA TENGAH ANALISIS KARAKTERISTIK AKUIFER BERDASARKAN PENDUGAAN GEOLISTRIK DI PESISIR KABUPATEN CILACAP JAWA TENGAH Setyawan Purnama 1, Erik Febriarta 2, Ahmad Cahyadi 3, Nurul Khakhim 4, Lili Ismangil 5 dan Hari

Lebih terperinci

SURVEI GEOLISTRIK METODE RESISTIVITAS UNTUK INTERPRETASI KEDALAMAN LAPISAN BEDROCK DI PULAU PAKAL, HALMAHERA TIMUR

SURVEI GEOLISTRIK METODE RESISTIVITAS UNTUK INTERPRETASI KEDALAMAN LAPISAN BEDROCK DI PULAU PAKAL, HALMAHERA TIMUR SURVEI GEOLISTRIK METODE RESISTIVITAS UNTUK INTERPRETASI KEDALAMAN LAPISAN BEDROCK DI PULAU PAKAL, HALMAHERA TIMUR Roswita, Lantu a, Syamsuddin b Program Studi Geofisika Jurusan Fisika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

INTERPRETASI LAPISAN BATUAN BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN ANALISIS DATA GEOLISTRIK

INTERPRETASI LAPISAN BATUAN BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN ANALISIS DATA GEOLISTRIK INTERPRETASI LAPISAN BATUAN BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN ANALISIS DATA GEOLISTRIK Abdul Mukaddas* * Abstract The research aim is to procure lithology and depth rock that has ater potentially contaned by

Lebih terperinci

APLIKASI METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS UNTUK MENENTUKAN ZONA INTRUSI AIR LAUT DI KECAMATAN GENUK SEMARANG

APLIKASI METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS UNTUK MENENTUKAN ZONA INTRUSI AIR LAUT DI KECAMATAN GENUK SEMARANG Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol. 15, No. 1, Januari 2012, hal 7-14 APLIKASI METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS UNTUK MENENTUKAN ZONA INTRUSI AIR LAUT DI KECAMATAN GENUK SEMARANG Khoirun Nisa 1, Tony Yulianto

Lebih terperinci

Pemetaan Penyebaran Pola Akuifer dengan Metode Resistivitas Sounding Konfigurasi Schlumberger di Daerah Dayu Gondangrejo Karanganyar

Pemetaan Penyebaran Pola Akuifer dengan Metode Resistivitas Sounding Konfigurasi Schlumberger di Daerah Dayu Gondangrejo Karanganyar ISSN:2089 0133 Indonesian Journal of Applied Physics (2014) Vol.04 No.1 Halaman 70 April 2014 Pemetaan Penyebaran Pola Akuifer dengan Metode Resistivitas Sounding Konfigurasi Schlumberger di Daerah Dayu

Lebih terperinci

INVESTIGASI LAPISAN BEDROCK DENGAN MENGGUNAKAN METODA GEOLISTRIK (Studi Kasus: Gedung Olah Raga Universitas Hasanuddin)

INVESTIGASI LAPISAN BEDROCK DENGAN MENGGUNAKAN METODA GEOLISTRIK (Studi Kasus: Gedung Olah Raga Universitas Hasanuddin) INVESTIGASI LAPISAN BEDROCK DENGAN MENGGUNAKAN METODA GEOLISTRIK (Studi Kasus: Gedung Olah Raga Universitas Hasanuddin) Muh. Arizal Syam, Lantu, Syamsuddin Program Studi Geofisika Jurusan Fisika FMIPA

Lebih terperinci

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 5, No. 4, Oktober 2016, Hal

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 5, No. 4, Oktober 2016, Hal Youngster Physics Journal ISSN : 2302-7371 Vol. 5, No. 4, Oktober 2016, Hal. 327-334 IDENTIFIKASI POTENSI AKUIFER BERDASARKAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS PADA DAERAH KRISIS AIR BERSIH DI KOTA SEMARANG

Lebih terperinci

POTENSI SUMBERDAYA AIR TANAH DI SURABAYA BERDASARKAN SURVEI GEOLISTRIK TAHANAN JENIS

POTENSI SUMBERDAYA AIR TANAH DI SURABAYA BERDASARKAN SURVEI GEOLISTRIK TAHANAN JENIS POTENSI SUMBERDAYA AIR TANAH DI SURABAYA BERDASARKAN SURVEI GEOLISTRIK TAHANAN JENIS Oleh : Mardi Wibowo *) Abstrak Surabaya merupakan salah satau kota terbesar di Indonesia dan sebagai pusat kegiatan

Lebih terperinci

APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI POLE-POLE UNTUK MENENTUKAN SEBARAN DAN KEDALAMAN BATUAN SEDIMEN DI DESA WONOSARI KECAMATAN NGALIYAN SEMARANG

APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI POLE-POLE UNTUK MENENTUKAN SEBARAN DAN KEDALAMAN BATUAN SEDIMEN DI DESA WONOSARI KECAMATAN NGALIYAN SEMARANG APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI POLE-POLE UNTUK MENENTUKAN SEBARAN DAN KEDALAMAN BATUAN SEDIMEN DI DESA WONOSARI KECAMATAN NGALIYAN SEMARANG Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

PENDUGAAN KEDALAMAN AIR TANAH MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER DI DESA BOJONGSARI KECAMATAN ALIAN KABUPATEN KEBUMEN

PENDUGAAN KEDALAMAN AIR TANAH MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER DI DESA BOJONGSARI KECAMATAN ALIAN KABUPATEN KEBUMEN Jurnal Neutrino Vol. 8, No. 2, April 2016 PENDUGAAN KEDALAMAN AIR TANAH MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER DI DESA BOJONGSARI KECAMATAN ALIAN KABUPATEN KEBUMEN Sehah 1*, Abdullah Nur

Lebih terperinci

Interpretasi Bawah Permukaan. (Aditya Yoga Purnama) 99. Oleh: Aditya Yoga Purnama 1*), Denny Darmawan 1, Nugroho Budi Wibowo 2 1

Interpretasi Bawah Permukaan. (Aditya Yoga Purnama) 99. Oleh: Aditya Yoga Purnama 1*), Denny Darmawan 1, Nugroho Budi Wibowo 2 1 Interpretasi Bawah Permukaan. (Aditya Yoga Purnama) 99 INTERPRETASI BAWAH PERMUKAAN ZONA KERENTANAN LONGSOR DI DESA GERBOSARI, KECAMATAN SAMIGALUH, KABUPATEN KULONPROGO MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI

Lebih terperinci

Identifikasi Daya Dukung Batuan untuk Rencana Lokasi Tempat Pembuangan Sampah di Desa Tulaa, Bone Bolango

Identifikasi Daya Dukung Batuan untuk Rencana Lokasi Tempat Pembuangan Sampah di Desa Tulaa, Bone Bolango Identifikasi Daya Dukung Batuan untuk Rencana Lokasi Tempat Pembuangan Sampah di Desa Tulaa, Bone Bolango Ahmad Zainuri 1) dan Ibrahim Sota 2) Abstrak: Masalah sampah adalah masalah klasik yang sudah lama

Lebih terperinci

PEMETAAN AIR TANAH MENGGUNAKAN METODE RESISTIVITAS WENNER SOUNDING (Studi Kasus Kampus II Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang)

PEMETAAN AIR TANAH MENGGUNAKAN METODE RESISTIVITAS WENNER SOUNDING (Studi Kasus Kampus II Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang) 175 Jurnal Neutrino Vol. 3, No. 2, April 2011 PEMETAAN AIR TANAH MENGGUNAKAN METODE RESISTIVITAS WENNER SOUNDING (Studi Kasus Kampus II Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang) A.M.Miftahul

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN PENDUGAAN GEOLISTRIK UNTUK PENELITIAN AIR TANAH, DI ASRAMA RINDAM - SENTANI, KABUPATEN 7AYAPURA, PROPINSI PAPUA

PENYELIDIKAN PENDUGAAN GEOLISTRIK UNTUK PENELITIAN AIR TANAH, DI ASRAMA RINDAM - SENTANI, KABUPATEN 7AYAPURA, PROPINSI PAPUA Penyelidikan pendugaan geolistrik untuk penelitian airtanah di Asrama Rindam-Sentani, Kabupaten Jayapura, Propinsi Papua (Geni Dipatunggoro & Yuyun Yuniardi) PENYELIDIKAN PENDUGAAN GEOLISTRIK UNTUK PENELITIAN

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI INTRUSI AIR LAUT KE DALAM AKUIFER MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS DI PANTAI BAJULMATI MALANG

IDENTIFIKASI INTRUSI AIR LAUT KE DALAM AKUIFER MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS DI PANTAI BAJULMATI MALANG IDENTIFIKASI INTRUSI AIR LAUT KE DALAM AKUIFER MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS DI PANTAI BAJULMATI MALANG Maria Ulfa 1), Daeng Achmad Suaidi 2), Sujito 3) 1) Mahasiswa Jurusan Fisika, Universitas

Lebih terperinci