IDENTIFIKASI STATUS KETAHANAN TANAMAN PISANG (Musa paradisiaca Linn) TERHADAP PENYAKIT LAYU FUSARIUM DI SEKITAR POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IDENTIFIKASI STATUS KETAHANAN TANAMAN PISANG (Musa paradisiaca Linn) TERHADAP PENYAKIT LAYU FUSARIUM DI SEKITAR POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA"

Transkripsi

1 IDENTIFIKASI STATUS KETAHANAN TANAMAN PISANG (Musa paradisiaca Linn) TERHADAP PENYAKIT LAYU FUSARIUM DI SEKITAR POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA Oleh : NIDA UL HAQ NIM PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2014

2 IDENTIFIKASI STATUS KETAHANAN TANAMAN PISANG (Musa paradisiaca Linn) TERHADAP PENYAKIT LAYU FUSARIUM DI SEKITAR POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA Oleh : NIDA UL HAQ NIM Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2014

3 HALAMAN PENGESAHAN Nama Karya Ilmiah Nama : Identifikasi Status Ketahanan Tanaman Pisang (Musa Paradisiaca Linn) Terhadap Penyakit Layu Fusarium Di Sekitar Politeknik Pertanian Negeri Samarinda : Nida Ul Haq NIM : Program Studi Jurusan : Budidaya Tanaman Perkebunan : Manajemen Pertanian Pembimbing, Penguji I, Penguji II, Faradilla, SP, M. Sc NIP Rusmini, SP, MP NIP Sri Ngapiyatun, SP, MP NIP Menyetujui, Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan Mengesahkan, Ketua Jurusan Manajemen Pertanian Nur Hidayat, SP,M.Sc NIP Ir. Hasanudin, MP NIP Lulus ujian pada : Rabu, 27 / Agustus / 2014.

4 ABSTRAK NIDA UL HAQ. Identifikasi Status Ketahanan Tanaman Pisang Terhadap Penyakit Layu Fusarium di Sekitar Politeknik Pertanian Negeri Samarinda (di bawah bimbingan Faradilla). Penelitian ini dilatarbelakangi oleh keinginan mahasiswa untuk membuktikan status ketahanan tanaman pisang di sekitar kampus Politeknik Pertanian Negeri Samarinda terhadap serangan penyakit layu fusarium. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi ketahanan beberapa tanaman pisang terhadap penyakit layu fusarium disekitar Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Waktu yang digunakan untuk penelitian ini adalah selama 1 bulan terhitung dari tanggal 1 sampai 31 Desember Untuk menentukan status ketahanan beberapa tanaman pisang terhadap penyakit layu fusarium dilakukan pengamatan terhadap gejala layu pada daun berdasarkan Leaf Sympton Index (LSI) dan diskolorasi pada bonggol berdasarkan Rhizome Discoloration Index (RDI), data kemudian disesuaikan dengan skala Disease Severity Index (DSI). Hasil identifikasi menujukkan bahwa beberapa tanaman pisang yang terdapat disekitar kampus Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dengan status ketahanan rentan. Kata kunci : Identifikasi, status ketahanan, tanaman pisang, layu fusarium.

5 RIWAYAT HIDUP NIDA UL HAQ. Lahir pada tanggal 26 Juni 1994 di Tanjung Priok, Jakarta Utara. Merupakan anak keenam dari delapan bersaudara pasangan bapak Jumroni dan ibu Sulastri. Pada tahun 1999 mulai menempuh pendidikan Sekolah Dasar (SD) Muhamadiyah 001 Pondok Cabe, Pamulang Jakarta Selatan hingga kelas 5 SD pada tahun 2004 berpindah sekolah untuk melanjutkan tingkatan selanjutnya di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Fatah Desa Pasir Angin, Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat hingga lulus pada tahun 2005, kemudian melanjutkan pendidikan di Pondok Pesantren Al-Fatah pada jenjang Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al-Fatah, di Desa Pasir Angin, Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat dan lulus pada tahun 2008, kemudian melanjutkan pada lembaga yang sama di Pondok Pesantren Al-Fatah pada jenjang Madrasah Aliyah (MA) Al-Fatah, Desa Pasir Angin, Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat dan lulus pada tahun Pada tahun yang sama melanjutkan ke jenjang Perguruan tinggi di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Jurusan Manajemen Pertanian Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan. Pada tanggal 11 Maret sampai dengan 3 Mei 2014 melaksanakan Praktek Kerja Lapang di Perusahaan Perkebunan PT. Agri Eastborneo Kencana Desa Sedulang Kecamatan Muara Kaman Kabupaten Kutai Kartanegara Propinsi Kalimantan Timur.

6 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulisan Karya Ilmiah ini dapat diselesaikan yang tersusun berdasarkan hasil identifikasi penyakit tanaman pisang yang dilakukan di sekitar lingkungan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Studi di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Penulisan Karya Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan bimbingan semua pihak. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1. Kedua orang tua tercinta yang telah banyak memberikan motifasi baik secara moril maupun materi dan do a kepada penulis selama ini. 2. Ibu Faradilla, SP, M. Sc selaku dosen pembimbing Karya Ilmiah yang telah membimbing dan mengarahkan penulis. 3. Ibu Rusmini, SP, MP dan Ibu Sri Ngapiyatun, SP, MP selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis. 4. Bapak Nur Hidayat, SP,M.Sc selaku Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan. 5. Seluruh Staf Dosen dan Teknisi Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan yang telah banyak memberikan masukan dan motivasi baik itu dalam proses belajar mengajar maupun di luar jam perkuliahan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Karya Ilmiah ini masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu penulis berharap semoga apa yang terdapat dalam penulisan Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat. Penulis

7 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... RIWAYAT HIDUP... ABSTRAK... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... vi DAFTAR LAMPIRAN... vii I. PENDAHULUAN II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tanaman Pisang Sejarah tanaman pisang Taksonomi tanaman pisang Morfologi tanaman a. Akar... 6 b. Batang... 7 c. Daun... 8 d. Bunga... 9 e. Buah Ekologi tanaman pisang a. Klimatik b. Ketinggian tempat c. Tanah B. Arti Penting Penyakit C. Gejala Penyakit D. Layu Fusarium (Fusarium oxysporum f.sp. cubense) III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu B. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian Halaman i ii v

8 C. Prosedur penelitian Survey lokasi Persiapan tanaman pisang yang diidentifikasi Pembersihan lokasi tempat penelitian Pemberian lebel Pengamatan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil B. Pembahasan V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 30

9 DAFTAR GAMBAR No Halaman 1. Akar tanaman pisang Batang tanaman pisang Daun tanaman pisang Bunga tanaman pisang Buah tanaman pisang... 10

10 DAFTAR TABEL No Halaman 1. Kriteria ketahanan bibit berdasarkan Tingkat Keparahan Penyakit atau Disease Severity Index (DSI) Skor tingkat gejala layu pada daun hasil pengamatan terhada bibit isang di areal kampus Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Persentase diskolorasi bonggol bibit pisang di areal kampus Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Status ketahanan bibit pisang berdasarkan tingkat keparahan penyakit (Disease Severity Index/DSI) di areal kampus Politeknik Pertanian Negeri Samarinda... 23

11 DAFTAR LAMPIRAN No Halaman 1. Perhitungan tingkat diskolorasi bonggol pada tanaman pisang di sekitar Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Cara perhitungan tingkat keparahan penyakit/ Disease Severity Index (DSI) Dokumentasi hasil penelitian identifikasi Ketahanan terhadap penyakit layu fusarium... 33

12 BAB I PENDAHULUAN Pisang (Musa paradisiaca Linn) sudah dikenal masyarakat Indonesia sejak lama. Hampir seluruh wilayah Indonesia merupakan daerah penghasil pisang. Tanaman ini dibudidayakan baik di lahan pekarangan maupun di perkebunan besar (Satuhu dan Supriyadi, 1994). Di pasar dunia, pisang dikenal sebagai komoditas pengan terpenting. FAO memperkirakan produksi total buah pisang mencapai 55 juta ton untuk pisang meja dan 29 juta ton untuk pisang olahan per tahun (Thurston, 1998). Pisang memiliki banyak kandungan yang berguna bagi tubuh manusia dan memiliki banyak manfaat, akan tetapi pengembangan pisang dalam skala luas akan dihadapkan pada jasad pengganggu. Diantara jasad pengganggu dan yang penting dan berbahaya adalah jamur Fusarium oxysporum f.sp. cubense (Foc) yang menyebabkan layu panama (Sahlan dan Nurhadi, 1994). Penyakit ini penting hampir di semua negara yang mengusahakan tanaman pisang. Pada tahun 1923, Costa Rica mampu mengekspor 11 juta tandan pisang, tapi pada tahun tahun 1941 hanya mampu mengekspor 1,4 juta tandan pisang (Thurston, 1998). Kerugian yang ditimbulkan oleh jamur ini di Indonesia, seperti yang dicatat oleh PT. Nusantara Tropical Fruit Lampung,yaitu pada bulan Mei 1992 dilakukan penanaman perdanan pisang Cavendish seluas ha kemudian pada bulan Februari 1993 tanaman bergejala layu fusarium dinyatakan

13 2 positif terkena penyakit tersebut. Pada bulan Desember 1994 jumlah tanaman yang dieradikasi sejumlah rumpun (115 ha) dan bulan Desember 1995 menjadi rumpun (655) (Thurston, 1998). Persistensi jamur fusarium di dalam tanah sangat lama, karena jamur mampu hidup sebagai saproba. Hal ini menyebabkan petani sulit mengendalikan penyakit yang disebabkan patogen tersebut (Sahlan dan Nurhadi, 1994). Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi ketahanan beberapa tanaman pisang terhadap penyakit Layu fusarium di sekitar Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Penelitian ini diharapkan menghasilkan identifikasi status ketahanan beberapa tanaman pisang. Dengan demikian informasi tersebut dapat digunakan sebagai dasar bagi pengembangan ilmu penyakit tanaman pisang khususnya ketahanan terhadap penyakit Layu fusarium.

14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tanaman Pisang 1. Sejarah tanaman pisang Pisang (Musa paradisiaca Linn) telah ada sejak manusia ada. Memang, saat itu pisang masih merupakan tanaman liar karena awal kebudayaan manusia adalah sebagai pengumpul. Meraka hanya mengumpulkan makanan dari tumbuhan yang ada di sekitar mereka tanpa menanamnya (Satuhu dan Supriyadi. A, 1994). Pada masyarakat Asia Tenggara, diduga pisang telah lama dimanfaatkan. Masyarakat di daerah itu, saat berkebudayaan pengumpul (food gathering) telah menggunakan tunas dan pelepah pisang sebagai bagian dari sayur. Bagian-bagian lain dari tanaman pisang pun telah dimanfaatkan seperti saat ini. Pada saat kebudayaan pertanian menetap dimulai, pisang termasuk tanaman pertama yang dipelihara (Satuhu dan Supriyadi. A, 1994). Beberapa bukti sejarah baik tertulis maupun berupa dokumentasi visual relatife banyak di tempat-tempat yang dianggap panting menunjukkan bahwa tanaman telah lama dibudidayakan. Tulisan pertama tentang pemeliharaan pisang berasal dari India. Disebutkan bahwa pemeliharaan itu dilakukan di Epics : Pali Boeddhist, sebelum Masehi (Satuhu dan Supriyadi. A, 1994).

15 4 Dalam ilmu tumbuhan, pisang dikenal dari bahasa Arab Maus dan menurut Linneus yang termasuk keluarga mussacea. Beberapa ahli menyebutkan, Linneus memberikan penghargaan kepada Antonius Musa (dokter pribadi kaisar Romawi Octaviani Agustinus yang menganjurkan untuk memakan pisang) dengan memberikan naman musa pada tanaman pisang. Sebelum menggunakan naman banana sebagai nama sehari-hari, nama musa digunakan untuk memberi nama buah pisang yang merah kecoklatan di lembah sungai Indus di India. Dalam bahasa sansekerta, musa berarti merah kecoklatan (Satuhu dan Supriyadi. A, 1994). Para ahli botani memastikan daerah asal tanaman pisang adalah India, jazirah Malaya, dan Filipina. Penyebaran tanaman pisang dari daerah asal ke berbagai wilayah negara di dunia terjadi mulai tahun 1000 SM. Penyebaran pisang di wilayah timur antara lain melalui Samudera Pasifik dan Hawai. Sedangkan penyebaran pisang di wilayah barat melalui Samudera Hindia, Afrika sampai pantai timur Amerika. Sekitar tahun 500 SM, orang-orang Indonesia berjasa menyebarkan tanaman pisang ke pulau Madagaskar. Pada tahun 650 SM, pahlawan-pahlawan Islam di negara Arab telah menyebarkan tanaman pisang di sekitar laut tengah. Inventarisasi plasma nutfah pisang di Indonesia dimulai pada abad XVIII. Dalam buku yang berjudul Herbarium Amboninese karangan Rumphius yang diterbitkan tahun 1750, telah dikenal beberapa jenis

16 5 pisang hutan dan pisang budidaya yang terdapat di Kepulauan Maluku (Rukmana, 1999). Pengembangan budidaya tanaman pisang pada mulanya terpusat di daerah Banyuwangi, Palembang, dan beberapa daerah di Jawa Barat. 2. Taksonomi tanaman pisang Kedudukan tanaman pisang menurut Rukmana (1999), dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut : Devisi Subdivisi Kelas Ordo Famili Subfamili Genus Spesies : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) : Angiospermae (berbiji tertutup) : Monocotyledonae (biji berkeping satu) : Scitaminae : Musaceae : Muscoideae : Musa : Musa paradisiaca Linn. 3. Morfologi tanaman Susunan tubuh tanaman pisang terdiri atas bagian-bagian utama sebagai berikut : a. Akar System perakaran tanaman pisang keluar (tumbuh) dari bonggol (corm) bagian samping dan bawah, berakar serabut, dan tidak memiliki akar tunggang. Pertumbuhan akar pada umumnya

17 6 berkelompok menuju arah samping (mendatar) di bawah permukaan tanah, dan ke arah dalam (bawah) mencapai panjang 4 m 5 m, namun daya jangkau akar hanya menembus pada kedalaman tanah antara 150 cm 200 cm. (Rukmana, 1999). Contoh gambar akar tanaman pisang dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini : Gambar 1 : Akar tanaman pisang b. Batang Batang pisang dibedakan atas dua macam, yaitu batang asli yang disebut bonggol (corm) dan batang palsu atau batang semu. Bonggol (corm) terletak di bawah permukaan tanah dan mempunyai beberapa mata (pink eye) sebagai cikal bakal anakan, dan merupakan tempat melekatnya akar. Batang semu yang tersusun atas tumpukan pelepah daun yang tumbuh dari batang bawah tanah sehingga

18 7 mencapai ketebalan cm berasal dari pelepah-pelepah daun yang menutupi, tumbuh tegak dan kokoh di atas permukaan tanah (Rukmana, 1999) Contoh gambar batang tanaman pisang dapat dilihat pada gambar 2 dibawah ini : Gambar 2 : Batang tanaman pisang. c. Daun Bentuk daun pisang pada umumnya panjang lonjong dengan lebar tidak sama, bagian ujung daun tumpul, dan tepinya rata. Letak daun berpencar dan tersusun dalam tangkai berukuran relatif dengan helai daun yang mudah robek (Rukmana, 1999).

19 8 Daun yang paling muda terbentuk di bagian tengah tanaman, keluarnya menggulung dan terus tumbuh memanjang, kemudian secara progresif membuka. Helaian daun bentuknya lanset memanjang, mudah koyak, panjang 1,5-3 m, lebar cm, permukaan bawah berlilin, tulang tengah penopang jelas disertai tulang daun yang nyata, tersusun sejajar dan menyirip, warnanya hijau. Contoh gambar daun tanaman pisang dapat dilihat pada gambar 3 dibawah ini : Gambar 3 : Daun tanaman pisang. d. Bunga Pisang mempunyai bunga majemuk, yang tiap kuncup bunga dibungkus oleh seludang berwarna merah kecoklatan. Seludang akan lepas dan jatuh ke tanah jika bunga telah membuka. Bunga betina akan berkembang secara normal, sedangkan bunga jantan yang

20 9 berada di ujung tandan tidak berkembang dan tetap tertutup oleh seludang dan disebut sebagai jantung pisang. Tiap kelompok bunga disebut sisir, yang tersusun dalam tandan. Jumlah sisir betina antara 5-15 buah. Bunga pisang yang disebut jantung atau ontong yang keluar (tumbuh) dari ujung batang. Susunan bunga terdiri atas daun-daun pelindung yang saling menutupi dan bunga-bunganya terletak pada tiap ketiak di antara daun pelindung membentuk sisir. Bunga pisang termasuk dari bunga berumah satu. Letak bunga betina berada di bagian pangkal, sedangkan bunga jantan di tengah, dan bunga sempurna di bagian ujung (Rukmana, 1999). Contoh gambar bunga tanaman pisang dapat dilihat pada gambar 4 dibawah ini : Gambar 4 : Bunga tanaman pisang.

21 10 e. Buah Buah pisang tersusun dalam tandan. Tiap tandan terdiri atas beberapa sisir dan terdapat 6 22 buah pisang atau tergantung pada varietasnya. Buah pisang pada umumnya tidak berbiji atau disebut 3n (triploid). Kecuali pada pisang batu (klutuk) bersifat diploid (2n). Proses pembuahan tanpa mengasilkan biji tersebut partenokarpi (Rukmana, 1999). Ukuran buah pisang bervariasi, panjang nya berkisar antara 10 cm 18 cm dengan diameter sekitar 2,5 cm 4,5 cm. Buah berlinggir 3 5 alur, bengkok dengan ujung meruncing atau membentuk leher botol. Daging buah (mesocarpa) tebal dan lunak. Kulit buah (epicarpa) yang masih muda berwarna hijau, namun setelah tua (matang) berubah menjadi kuning dan strukturnya tebal sampai tipis. (Rukmana, 1999). Contoh gambar buah pisang dapat dilihat pada gambar 5 dibawah ini : Gambar 5 : Buah tanaman pisang

22 11 4. Ekologi tanaman pisang Persebaran tanaman pisang sangat dipengaruhi oleh berbagai hal, diantaranya adalah sebagai berikut. a. Klimatik Iklim tropis basah, lembab dan panas mendukung pertumbuhan pisang. Namun demikian pisang masih dapat tumbuh di daerah subtropis. Pada kondisi tanpa air, pisang masih tetap tumbuh karena air disuplai dari batangnya yang berair tetapi produksinya tidak dapat diharapkan. 1) Curah hujan Curah hujan optimal adalah mm/tahun dengan 2 bulan kering. Variasi curah hujan harus diimbangi dengan ketinggian air tanah agar tanah tidak tergenang. 2) Suhu Pisang dapat tumbuh dengan baik pada kisaran suhu harian antara C, dengan suhu optimum untuk pertumbuhan adalah sekitar 27 C dan suhu maksimumnya 38 C (Cahyono, 2002). Pada sentra produksi tanaman pisang, suhu udara tidak pernah turun sampai di bawah 15 C dalam jangka waktu yang lama. Suhu adalah derajat panas atau dingin yang diukur berdasarkan skala tertentu dengan menggunakan termometer.

23 12 Pengaruh suhu terhadap tumbuhan sangat besar sehingga pertumbuhannya sangat bergantung padanya. Tanaman memerlukan suhu tertentu agar dapat tumbuh dengan baik. Untuk pertumbuhan tanaman diperlukan suhu antara 15 C sampai 40 C, jika suhu berada di bawah 15 C atau di atas 40 C maka pertumbuhan tanaman akan menurun secara drastis (Basri, 1992). 3) Cahaya Cahaya adalah salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman pisang. Kebanyakan pisang akan tumbuh dengan baik pada lahan yang terbuka, tetapi jika memperoleh penyinaran yang berlebihan maka akan menyebabkannya terbakar oleh sinar matahari (sun burn) (Rukmana, 1999). 4) Angin Angin yang bertiup kencang dapat mengganggu pertumbuhan pisang, karena dapat menyebabkan daun pisang menjadi sobek. Daun pisang yang sobek ini dapat mengganggu proses fotosintesis. Selain itu, angin dengan kecepatan lebih dari 4m/detik dapat merobohkan pohon pisang, terutama pisang yang sedang berbuah sehingga diperlukan penyangga agar tidak roboh dan tanaman pelindung untuk menghindari angin (Cahyono, 2002).

24 13 5) Air Pisang membutuhkan cukup banyak air dalam pertumbuhannya. Untuk pertumbuhan optimalnya curah hujan yang dibutuhkan adalah berkisar antara mm/tahun, dan kelembapan tanahnya tidak boleh kurang dari 60-70% dari luas lahan. Pada daerah yang kurang air, pisang memperoleh pasokan air dari batangnya, tetapi tingkat produktivitas buahnya menjadi rendah (Satuhu, S. dan A. Supriyadi. 1994). b. Ketinggian tempat Tanaman pisang toleran akan ketinggian dan kekeringan. Tanaman pisang dapat tumbuh di dataran rendah sampai pegunungan setinggi 1000 m dpl. Produktivitas pisang yang optimum akan dihasilkan pisang yang di tanam pada tanah datar pada ketinggian di bawah 500 m (Cahyono, 2002). Tanaman pisang umumnya tumbuh dan berproduksi secara optimal di daerah yang memiliki ketinggian antara m dpl. Di dataran tinggi umur tanaman hingga berubah menjadi lama dan kulitnya tebal. c. Tanah Tanaman pisang dapat ditanam dan tumbuh dengan baik pada berbagai macam topografi tanah, baik tanah datar atau pun tanah miring. Produktivitas pisang yang optimum akan dihasilkan pisang yang ditanam pada tanah datar pada ketinggian di bawah 500 m di atas

25 14 permukaan laut (dpl) dan keasaman tanah pada ph 4,5-7,5. Suhu harian berkisar antara o C dengan curah hujan mm/tahun. Pisang merupakan tanaman yang berbuah hanya sekali, kemudian mati. Tingginya antara 2-9 m, berakar serabut dengan batang bawah tanah (bongol) yang pendek. Dari mata tunas yang ada pada bonggol inilah bisa tumbuh tanaman baru. B. Penyakit Layu Fusarium Penyakit layu fusarium ditemukan di Australia, Asia dan Amerika Tengah dan Selatan (Peng et al., 1999). Layu fusarium menyebabkan kerugian ekonomi cukup besar karena menyerang Gross Michel (pisang ambon), yaitu komoditas yang paling diminati dalam perdagangan pisang dunia (Su et al., 1986). Penyakit ini merupakan produksi pisang di India Utara hingga mencapai 80%-90% (Sivamani dan Gnanamanickam, 1987). Penyakit ini juga menyebabkan dalam jangka 50 tahun lebih ha kebun pisang di Amerika Tengah dan Amerika Selatan telah binasa dan terpaksa ditinggalkan. Di Indonesia penyakit ini diduga sudah tersebar luas di berbagai daerah sentra penghasil pisang (Semangun, 2004). Layu Fusarium pada pisang, yang sering juga disebut penyakit panama. dianggap sebagai penyakit yang paling penting pada pisang di seluruh dunia. bahkan penyakit ini termasuk kedalam kelompok penyakitpenyakit tumbuhan yang paling merugikan di tropika. Terutama diberbagai

26 15 negara penghasil pisang seperti di Amerika Latin, Australia dan juga Asia seperti Malaysia, Thailand, Filipina, Burma, India dan Sri Lanka. di Indonesia penyakit ini diduga sudah tersebar luas di berbagai daerah sentra penghasil pisang (Semangun, 2004). Kerugian karena penyakit yang disebabkan oleh Fusarium oxysporum f.sp. cubense ini baru terasa pada tahun 1910-an, pada waktu jenis Gros Michel (pisang Ambon) diperkebunkan secara besar-besaran di daerah tropis Amerika (Semangun, 2004). Sekarang diketahui pisang ambon Kuning merupakan jenis yang rentan terhadap penyakit layu Fusarium (Widyaningsih, 1998). Seperti yang dicatat oleh PT. Nusantara Tropical Fruit Lampung. Penanaman pisang Cavendish seluas ha dilakukan pada bulan Mei 1992 dan pada bulan Februari 1993 tanaman tersebut dinyatakan positif terkena penyakit bergejala layu fusarium. Selanjutnya untuk penanggulangan dilakukan eradikasi terhadap rumpun (115 ha) pada bulan Desember 1994 dan pada bulan Desember menjadi rumpun (665 ha) (Nugroho, 2002). Layu fusarium juga merusak berbagai tanaman budidaya, seperti gladiol (F. oxysporum f.sp. gladioli), tomat (F. oxysporum f.sp. lycopersici), buncis (F. oxysporum f.sp. pisi), kapas (F. oxysporum f.sp. vasinfectum) dan vanilla (F. oxysporum f.sp. vanilla) (Brown dan Ogle, 1997).

27 16 C. Gejala Penyakit Kultivatur pisang yang rentan terhadap penyakit Layu fusarium antara lain pisang ambon, pisang gebyar, pisang raja nangka, pisang rajamala dan pisang salah roso, sedangkan yang tahan adalah pisang raja, pisang klutuk, pisang susu, pisang kapok dan pisang emas (Rusbandi, 1988). Cavendish yang semula dianggap tahan terhadap layu fusarium ternyata kini berbagai Negara telah mengalami kerusakan oleh penyakit ini (Pegg dan Langdong, 1988). Tanaman yang terinfeksi akan memperlihatkan gejala menguning pada daun-daun yang tua. Menguningnya daun dimulai dari sepanjang tepi daun dan meluas ke bagian tengah. Kemudian tangkai daun menjadi coklat kehitaman, lalu terkulai dan patah. Menguning dan patahnya tangkai daun berkembang dari daun yang lebih tua diikuti oleh daun-daun yang lebih muda, dan akhir nya tanaman akan mati. Seringkali terjadi bahwa batang semu merobek memanjang hingga mencapai bagian tepat diatas tanah dan pelepah paling luar terkelupas dari batang semu, sehingga tanaman terinfeksi menjadi tampak lebih kecil atau kuru bila dibandingkan dengan tanaman yang sehat (Su et al., 1986). Gejala dapat bervariasi dan dapat mulai tampak pada tanaman yang berumur 5 10 bulan. Gejala ini tergantung keadaan tanaman dan lingkungan (Semangun, 2004). Gejala internal yang dapat diamati dengan membelah Rhizome dan batang semu membujur. Pada tanaman yang

28 17 terinfeksi, jaringan pembuluh tampak kemerahan atau seperti adanya titiktitik dan garis-garis kecoklatan. Jaringan pembuluh yang berubah warna menjadi semakin luas serta menjadi gelap. Selain itu perubahan warna juga terjadi pada parenkim jaringan pembuluh darah yang terinfeksi. Penyebabnya adalah adanya invasi sekunder oleh jamur saprofit yang seringkali menjadikan jaringan tanaman menjadi coklat kehitaman. Infeksi patogen kadang-kadang mencapai bibit yang berasal dari Rhizome. Hal ini menunjukan adanya hubungan langsung jaringan pembuluh yang terinfeksi antara bibit muda dengan tanaman induknya (Su et al., 1986). Gejalanya tepi daun-daun bawah berwarna kuning tua, yang lalu menjadi cokelat dan mengering. Tangkai daun patah di sekeliling batang palsu. Kadang-kadang lapisan luar batang palsu terbelah dari permukaan tanah. Gejala yang paling khas adalah gejala dalam. jika pangkal batang dibelah membujur, terlihat garis-garis coklat atau hitam menuju kesemua arah, dari batang (bonggol, Jw.) ke atas melalui jaringan pembuluh ke pangkal daun dan tangkai. perubahan warna pada berkas pembuluh paling jelas tampak dalam batang. Berkas pembuluh akar biasanya tidak berubah warnanya, namun sering kali akar tanaman yang terinfeksi sakit berwarna hitam dan membusuk. Tergantung dari keadaan tanaman dan lingkungan, gejala penyakit dapat sangat bervariasi dan dapat mulai tampak pada tanaman yang berumur 5-10 bulan (Semangun, 2004).

29 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di sekitar kampus Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Waktu yang digunakan untuk penelitian ini adalah selama dua bulan terhitung mulai dari tanggal 1 Desember sampai dengan 1 Februari 2013 mulai dari persiapan, survey lokasi, pengamatan, pengolahan data dan penyusunan laporan. B. Alat dan Bahan 1. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian, antara lain : a. Alat tulis b. Kamera c. Kalkulator d. Parang e. Arit 2. Bahan yang digunakan dalam penelitian, antara lain : a. Tanaman pisang kultivar Kepok, Mahuli dan Ambon b. Kertas millimeter (1x1 mm) c. Kertas label

30 18 C. Prosedur Penelitian 1. Survey lokasi Sebelum pengambilan data terlebih dahulu melakukan survey lokasi penelitian di sekitar areal kampus Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Lokasi yang akan dijadikan tempat penelitian adalah apabila terdapat tanaman pisang. 2. Persiapan tanaman pisang yang diidentifikasi Tanaman pisang yang diidentifikasi berjumlah 15 tanaman yang terdiri dari kultivar Kepok, Mahuli dan Ambon dengan umur lebih dari satu tahun dan mempunyai jumlah pelepah daun lebih dari tiga empat pelepah serta tinggi tanaman harus mencapai lebih dari 2 m. 3. Pembersihan lokasi tempat penelitian Penentuan letak tanaman dilakukan setelah selesai melakukan survey lokasi penelitian. Dengan cara membersihkan terlebih dahulu sekitar piringan tanaman yang terpilih sebagai bahan penelitian. Tujuan dari pembersihan ini adalah untuk memudahkan dalam pengambilan data. 4. Pemberian label Dengan cara memberi tanda atau isyarat menggunakan label pada tanaman yang terpilih sebagai bahan penelitian dan dilakukan secara acak.

31 19 5. Pengamatan Pengamatan terhadap gejala pada daun atau Leaf Symptom Index (LSI) dilakukan dengan menghitung jumlah daun yang terinfeksi kemudian disesuaikan dengan tingkat skoring. Pengamatan terhadap gejala diskolorasi pada bonggol atau Rhizome Discoloration Index (RDI) tanaman dilakukan setiap hari dengan jumlah 2 tanaman perharinya dan dicatat sebagai tingkat diskolorasi perakaran atau Rhizome Discoloration Index (RDI). Tahapannya sebagai berikut terlebih dahulu pohon pisang ditebang dan dicabut hingga perakarannya terangkat kemudian bonggolnya dibelah secara melintang. Untuk mengetahui luas bonggol dan luas diskolorasi kertas label ukuran 1X1 mm diletakkan di atas seluruh permukaan bonggol dan di atas jaringan coklatan kehitaman (diskolorasi). Pengukuran luas diskolorasi disesuaikan dengan bentuk bercak seperti bentuk lingkaran, segitiga, bujur sangkar dan persegi panjang. Selanjutnya disesuaikan dengan tingkat skoring. Skoring pengamatan gejala layu pada daun dan diskolorasi bonggol ini berdasarkan metode Mak et al. (2004) yang dimodifikasi. Skor tingkat gejala pada daun atau Leaf Symptom index (LSI) terdiri dari 5 skor, yaitu : 0 Tidak ada garis atau daun menguning/layu. tanaman sehat. 1 Daun terbawah sedikit bergaris dan/atau menguning/ layu.

32 daun terbawah bergaris dan/atau menguning/ layu. 3 kebanyakan atau semua daun bergaris luas/ menguning/layu 4 Tanaman mati Lalu pada Skor tingkat diskolorasi perakaran atau Rhizome Discoloration Index (RDI) terdiri dari 8 skor, yaitu : 0 Tidak ada diskolorasi pada bonggol dan jaringan sekitarnya. 1 Tidak ada diskolorasi pada bonggol, diskolorasi pada pertemuan akar dan perakaran. 2 Sampai dengan 5 % diskolorasi pada bonggol % diskolorasi pada bonggol % diskolorasi pada bonggol. 5 Lebih dari 50 % diskolorasi pada bonggol. 6 Diskolorasi pada seluruh bagian dalam perakaran. 7 Tanaman mati. Skor gejala tersebut kemudian dihitung dengan rumus Tingkat Keparahan Penyakit atau Disease Severity Index (DSI) dari hasil pengamatan tingkat diskolorasi pada LSI dan RDI. Rumus Tingkat keparahan Penyakit : DSI (Skor x tanaman pada skor tersebut) tanaman yang diperlakukan (diuji)

33 21 Berdasarkan hasil perhitungan dan skala DSI, maka diperoleh Kriteria ketahanan bibit. Tabel 1 : Kriteria ketahanan bibit berdasarkan Tingkat Keparahan Penyakit atau Disease Severity Index (DSI) Skala DSI untuk LSI Skala DSI untuk RDi Kriteria ketahanan 0 0 Tahan Moderat Rentan Sangat rentan

34 21 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL Berdasarkan hasil identifikasi terhadap gejala layu pada daun (Leaf Sympton Index/LSI) maka didapat hasil seperti yang ditunjukan pada tabel 2. Tabel 2 : Skor tingkat gejala layu pada daun hasil pengamatan terhadap bibit pisang di areal kampus Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Tanaman Skor Keterangan daun terbawah bergaris dan/atau menguning/ layu. 2 3 kebanyakan atau semua daun bergaris luas/ menguning/layu 3 0 Tidak ada garis atau daun menguning/layu. tanaman sehat. 4 1 Daun terbawah sedikit bergaris dan/atau menguning/ layu daun terbawah bergaris dan/atau menguning/ layu daun terbawah bergaris dan/atau menguning/ layu. 7 3 kebanyakan atau semua daun bergaris luas/ menguning/layu daun terbawah bergaris dan/atau menguning/ layu daun terbawah bergaris dan/atau menguning/ layu Kebanyakan atau semua daun bergaris luas/ menguning/layu daun terbawah bergaris dan/atau menguning/ layu daun terbawah bergaris dan/atau menguning/ layu Daun terbawah sedikit bergaris dan/atau menguning/ layu daun terbawah bergaris dan/atau menguning/ layu kebanyakan atau semua daun bergaris luas/ menguning/layu Jumlah LSI 30

35 22 Dari tabel tersebut di atas terlihat bahwa identifikasi yang dilakukan terhadap gejala layu pada daun tanaman pisang menunjukkan hasil terbanyak adalah tiga daun terbawah bergaris/atau menguning/layu (skor 2) dengan jumlah 8 tanaman. Daun tanaman pisang kebanyakan atau semua daun bergaris luas/menguning/layu (skor 3) berjumlah 4 tanaman. Sedangkan daun terbawah sedikit bergaris dan/atau menguning/layu berjumlah 2 tanaman serta daun tanaman yang sehat berjumlah 2 (skor 1) tanaman, serta hanya 1 tanaman yang sehat. Berdasarkan hasil identifikasi diskolorasi bonggol/ Rhizome Discoloration Index (RDI) yang dibelah terhadap tanaman pisang dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3 : Persentase diskolorasi bonggol bibit pisang di areal kampus Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Tanaman luas Bonggol Rata-rata luas Diskolorasi (mm 2 ) Diskolorasi (mm 2 ) (%) Skor RDI Jumlah Skor RDI 42

36 23 Dari tabel tersebut diatas hasil identifikasi terhadap diskolorasi pada bonggol tanaman pisang (RDI) terlihat bahwa persentase diskolorasi tertinggi adalah pada tanaman nomor 1 (25%), 2 (25%) dan 15 (25%) dan persentase diskolorasi terendah 0% yaitu pada tanaman nomor 3. Sedangkan hasil persentase diskolorasi cukup rendah (dibawah 10%) berjumlah 8 tanaman yaitu pada tanaman nomor 4, 8, 9,10,11, 12, 13 dan 14. Berdasarkan hasil perhitungan gejala layu pada daun/lsi dan diskolorasi bonggol/rdi dengan skala tingkat keparahan penyakit (Lampiran 2) atau Disease Severity Index/DSI digunakan untuk menentukan status bibit pisang di areal Politenik Pertanian Negeri Samarinda dapat dilihat pada tabel 4 dibawah ini Tabel 4 :Status ketahanan bibit pisang berdasarkan tingkat keparahan penyakit (Disease Severity Index/DSI) di areal kampus Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Skala DSI untuk LSI Skala DSI untuk RDI Status Ketahanan Rentan Dari tabel tersebut diatas hasil identifikasi status ketahanan beberapa jenis pisang diperoleh status ketahanan rentan. B. PEMBAHASAN Pengamatan terhadap gejala layu pada daun berdasarkan metode Mak et al., (2004) yang dimodifikasi yaitu berdasarkan skor tingkat gejala layu pada daun (Leaf Sympton Index/LSI). Sedangkan pada bonggol berdasarkan skor tingkat Diskolorasi perakaran (Rhizome Discoloration Index/RDI) bibit pisang. Skor gejala kemudian dihitung untuk mendapatkan

37 24 tingkat keparahan penyakit atau Disease Severity Index (DSI) untuk tingkat gejala layu pada daun/lsi dan tingkat diskolorasi perakaran/rdi. Tingkat keparahan penyakit menunjukan perkembangan penyakit dari waktu ke waktu. Tingkat keparahan penyakit dihitung untuk mengetahui seberapa besar kerusakan tanaman oleh serangan patogen pada tanaman. Pengamatan tingkat keparahan penyakit untuk gejala layu pada daun dilakukan selama 2 minggu (14 hari) dengan pengamatan rutin 10 hari dan mengamati 2 pohon perhari. Begitu juga untuk penentuan skor kelayuan dan skor diskolorasi dijadikan acuan kuantitatif untuk menghitung tingkat keparahan penyakti pada masing-masing perlakuan. Berdasarkan hasil pengamatan yang ditunjukkan pada tabel 2 terhadap tanaman yang teridentifikasi gejala layu fusarium mulai muncul sebagai akibat infeksi jamur patogen. Identifikasi terlihat pada tanaman nomor 2, 7, 10 dan 15 menghasilkan skor 3 yaitu kebanyakan atau semua daun bergaris luas /menguning / layu. Sedangkan pada tanaman nomor 1, 5, 6, 8, 9, 11, 12 dan 14 yang terlihat lebih mendominasi ini berada pada skor 2 yaitu 3 daun terbawah bergaris dan/atau menguning/ layu. Lalu tanaman yang berada pada skor 0 dan 1 hanya terdapat pada tanaman dengan nomor 3, 4 dan 13 saja yaitu daun terbawah sedikit bergaris dan/atau menguning/ layu. Pada tanaman dengan skor 0 dengan keterangan tidak ada garis atau daun menguning/layu (tanaman sehat).

38 25 Identifikasi yang dilakukan terhadap 15 tanaman pisang selain pengamatan terhadap gejala layu fusarium adalah mengukur tingkat ketahanan bonggol bibit pisang. Pada tanaman yang sakit bila dilakukan irisan melintang dan membujur pada bagian batang semu dan bonggol menunjukkan adanya jaringan yang coklat kehitaman. Keadan ini disebut diskolorasi bonggol. Hasil identifikasi diskolorasi bibit pisang pada dilihat pada tabel 3. Hasil pengamatan secara visual terhadap bibit pisang yang telah dibelah pada seluruh tanaman menunjukkan adanya kecenderungan semakin luas bonggol maka diskolorasinya juga semakin besar seperti yang ditunjukkan pada tanaman nomor 2 dan nomor 7. Pada kedua tanaman tersebut diperoleh rata-rata diskolorasi 100 mm 2 dan 70 mm 2 dengan presentasi diskolorasi 25% dan 17,5%. Keduanya merupakan presentasi diskolorasi terbesar dari 15 tanaman yang diidentifikasi. Akan tetapi hasil berbeda ditunjukkan oleh tanaman nomor 3 yang mempunyai ukuran bonggol cukup luas yaitu luas bonggol 300 mm 2 dimana pada saat dibelah tidak terdapat diskolorasi (0) sedangkan pada tanaman 2 yaitu dengan luas bonggol 375 mm 2 hanya terdapat luas diskolorasi 35 mm 2 dengan presentasi diskolorasi 9,3%. Hal ini duga karena adanya luka pada akar tanaman. Menurut Thurston (1998) adanya luka mekanik pada akar akan memproduksi asam amino sebagai stimulus perkecambahan dan pertumbuhan spora. Luka merupakan jalan bagi jamur untuk masuk

39 26 kejaringan pengangkut, sehingga menimbulkan nekrotik pada bonggol. Jamur kemjudian tumbuh diluas jaringan pengangkut, membentuk konidium sebanyak-banyaknya dan memproduksi klamidospora yang akan kembali ke tanah saat tanaman mati dan membusuk. Berdasarkan hasil perhitungan dengan skala tingkat keparahan penyakit atau Disease Severity Index/DSI (tabel 4) yang digunakan untuk menentukan status ketahanan tanaman pisang hasil identifikasi di areal kampus Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa status ketahanan tergolong rentan. Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit layu fusarium seperti sistem budidaya yang dilakukan belum tepat contohnya penggunaan bibit tanaman yang sudah tertular (sakit), penularan melalui alat-alat pertanian, kondisi lingkungan diatas (suhu dan kelembaban) didalam tanah (kesuburan/kekurangan unsur hara) dan tingkat kerentanan tanaman itu sendiri, cara pengendalian yang kurang tepat serta virulensi dari jamur Fusarium oxysporum f.sp cubense (Foc). Menurut Semangun (2002) Jamur Foc merupakan patogen yang saprofitik dalam jaringan tanaman yang terinfeksi yang membusuk. Inokulumnya terdiri dari makrokonidium, mikrokonidium, klamidospora dan mkiselium. Jamur dapat bertahan di dalam tanah dengan klamidosporanya sampai beberapa tahun. Populasi patogen di dalam tanah secara alami

40 27 berkurang, hingga 2-3 tahun setelah tanaman inang tidak ada, populasi yang ditemukan sangat sedikit tetapi cukup untuk menginfeksi.

41 26 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Hasil identifikasi status ketahanan beberapa tanaman pisang terhadap penyakit Layu fusarium disekitar Politeknik Pertanian Negeri Samarinda diperoleh status ketahanan rentan. B. Saran 1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan cara pengendalian terpadu terhadap penyakit layu fusarium agar tidak menyebar lebih luas lagi. 2. Untuk mengetahui secara pasti ketahanan masing-masing jenis pisang perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan inokulasi penyakit dan identifikasi ketahanan secara genetis.

42 28 DAFTAR PUSTAKA Basri, H Ekologi Tanaman. Rajawali Press, Jakarta. Brown, J.F dan H. J. Ogle Fungal disease and their control. In: J. F. Brown dan H. J. Ogle (Eds). Plant Pathogens and Plant Disease. Cahyono, B Pisang Usaha Tani dan Penanganan Pascapanen. Yogyakarta, Kanisius. Dwidjosepoetro Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Gramedia Goldsworthy dan Fisher Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. UGM PRESS, Yogyakarta. Mak C, Ho YW, Liew KW, Asif JM Biotechnology and in vitro mutagenesis for banana improvement. In: Jain SM, Swennen R (eds). Banana Improvement: Cellular, Molecular Biology, and Induced Mutations. Enfield: Sci Pub, Inc. p Nugroho, H Pengendalian Penyakit Layu Tanaman Pisang Cavendish di Perkebunan Pisang PT. Nusantara Tropical Fruit Lampung. Mencegah Kepunahan Mendukung Ketahanan Pangan dan Pengembangan Agribisnis. Padang, 22 Oktober Pegg, K. G., and Langdon, P. W Fusarium wilt (Panama disease) : A Review. In G. J. Persley. and E. A. Langse (Eds). Banana and Plaintain Breeding Strategis. Proceeding of an International Workshop Held at Cairns, Australia. 13 Oct, Peng, H.X.K. Sivashitamparama, D.W. Turner, Chlamydospore germination and fusarium oxysporumwilt of banana planlets in suppressive and conducive soils are effected by physical and chemical factors. Soil Biology and Biochemistry. Rahmat. R, H, Usaha Tani PISANG. Kanisius, Deresan Yogyakarta. Rusbandi, I., Laboratory Guide for identification of plant pathogenic bacteria. Second Edition. APS Press. St. Paul, Minnesota. Sahlan dan Nurhadi Inventarisasi Penyakit Pisang di Sentra Produksi. Sumatera Barat, Jawa Barat, dan Lampung. Jurnal Penelitian Holtikultura 6(3):

43 29 Satuhu, S. dan A. Supriyadi PISANG : Budidaya, Pengolahan dan Prospek Pasar. Penebar Swadaya, Jakarta. Semangun, H Penyakit-penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Sivanami, E. and Gnanamanickam, S. S Biological control of Fusarium oxysporum f.sp. cubense in banana by inoculation with Pseodomanas fluorescens. Plants and soil. Su, H. J., S. C. Hwang, & W. H. Ko Fusarium wilt of Cavendish bananas in Taiwan. Plant disease. Thurston, H.D Tropical Plant Diseases 2 nd Minnesota. edition. APS Press,

44 31 p Lampiran 1. Perhitungan tingkat diskolorasi bonggol 50 Tan 1 = 200 x 100 = 25 % 100 Tan 2 = 400 x 100 = 25 % Tan 3 = 0 % 5 Tan 4 = 250 x 100 = 2 % 50 Tan 5 = x 100 = 12.5 % Tan 11 = 280 x 100 = 8.9 % 10 Tan 12 = 225 x 100 = 4.4 % 5 Tan 13 = 210 x 100 = 2.4 % 20 Tan 14 = 270 x 100 = 7.4 % 50 Tan 15 = x 100 = 25 % Tan 6 = 350 x 100 = 11.4 % 70 Tan 7 = 400 x 100 = 17.5 % 25 Tan 8 = 260 x 100 = 9.6 % 20 Tan 9 = 270 x 100 = 7.4 % 20 Tan 10 = 230 x 100 = 8.7 %

45 32 Lampiran 2. Cara perhitungan tingkat keparahan penyakit/ Desease Disease Severity Index (DSI). Rumus Tingkat keparahan Penyakit : DSI (Skor x tanaman pada skor tersebut) tanaman yang diperlakukan (diuji) Diketahui : - Jumlah Skor LSI = 30 - Jumlah Skor RDI = 42 - Tanaman yang di uji = 15 Perhitungan : Skala DSI untuk LSI = = 2 Skala DSI untuk RDI = = 2.8

46 33 Lampiran 3. Dokumentasi hasil penelitian identifikasi Ketahanan terhadap penyakit layu fusarium Gambar 1 : Tanaman 4 teridentifikasi dengan status ketahanan bibit MODERAT, melalui Pengamatan terhadap Gejala pada Daun atau Leaf symptom index (LSI) dengan skor 1 (Daun terbawah sedikit bergaris dan/atau menguning/ layu). Sedangkan pada Persentase diskolorasi bonggol bibit pisang teridentifikasi bahwa Diskolorasi pada bonggol mencapai 2% yang tergolong kedalam skor 2 (Sampai dengan 5 % diskolorasi pada bonggol) yang termasuk pada gejala Rhizome Discoloration Index (RDI).

47 Gambar 2 : Tanaman 13 teridentifikasi dengan status ketahanan bibit MODERAT, melalui Pengamatan terhadap Gejala pada Daun atau Leaf symptom index (LSI) dengan skor 1 (Daun terbawah sedikit bergaris dan/atau menguning/ layu). Sedangkan pada Persentase diskolorasi bonggol bibit pisang teridentifikasi bahwa Diskolorasi pada bonggol mencapai 2.4% yang tergolong kedalam skor 2 (Sampai dengan 5 % diskolorasi pada bonggol) yang termasuk pada gejala Rhizome Discoloration Index (RDI). 34

48 Gambar 3 : Tanaman 1 teridentifikasi dengan status ketahanan bibit RENTAN, terlihat melalui Pengamatan terhadap Gejala pada Daun atau Leaf symptom index (LSI) dengan skor 2 (3 daun terbawah bergaris dan/atau menguning/ layu). Sedangkan pada Persentase diskolorasi bonggol bibit pisang teridentifikasi bahwa Diskolorasi pada bonggol mencapai 25% yang tergolong kedalam skor 4 (21-50 % diskolorasi pada bonggol) yang termasuk pada gejala Rhizome Discoloration Index (RDI). 35

49 36 Gambar 4 : Tanaman 12 teridentifikasi dengan status ketahanan bibit RENTAN, melalui Pengamatan terhadap Gejala pada Daun atau Leaf symptom index (LSI) dengan skor 2 (3 daun terbawah bergaris dan/atau menguning/ layu). Sedangkan pada Persentase diskolorasi bonggol bibit pisang teridentifikasi bahwa Diskolorasi pada bonggol mencapai 4.4% yang tergolong kedalam skor 2 (Sampai dengan 5 % diskolorasi pada bonggol) yang termasuk pada gejala Rhizome Discoloration Index (RDI).

50 37 Gambar 5 : Tanaman 9 teridentifikasi dengan status ketahanan bibit RENTAN, melalui Pengamatan terhadap Gejala pada Daun atau Leaf symptom index (LSI) dengan skor 2 (3 daun terbawah bergaris dan/atau menguning/ layu). Sedangkan pada Persentase diskolorasi bonggol bibit pisang teridentifikasi bahwa Diskolorasi pada bonggol mencapai 7.4% yang tergolong kedalam skor 3 (6-20 % diskolorasi pada bonggol) yang termasuk pada gejala Rhizome Discoloration Index (RDI).

51 38 Gambar 6 : Tanaman 11 teridentifikasi dengan status ketahanan bibit RENTAN, melalui Pengamatan terhadap Gejala pada Daun atau Leaf symptom index (LSI) dengan skor 2 (3 daun terbawah bergaris dan/atau menguning/ layu). Sedangkan pada Persentase diskolorasi bonggol bibit pisang teridentifikasi bahwa Diskolorasi pada bonggol mencapai 8.9% yang tergolong kedalam skor 3 (6-20 % diskolorasi pada bonggol) yang termasuk pada gejala Rhizome Discoloration Index (RDI).

52 Gambar 7 : Tanaman 2 teridentifikasi dengan status ketahanan bibit SANGAT RENTAN, melalui Pengamatan terhadap Gejala pada Daun atau Leaf symptom index (LSI) dengan skor 3 (kebanyakan atau semua daun bergaris luas/ menguning/layu). Sedangkan pada Persentase diskolorasi bonggol bibit pisang teridentifikasi bahwa Diskolorasi pada bonggol mencapai 25% yang tergolong kedalam skor 4 (21-50 % diskolorasi pada bonggol) yang termasuk pada gejala Rhizome Discoloration Index (RDI). 39

53 40 Gambar 8 : Tanaman 15 teridentifikasi dengan status ketahanan bibit SANGAT RENTAN, melalui Pengamatan terhadap Gejala pada Daun atau Leaf symptom index (LSI) dengan skor 3 (kebanyakan atau semua daun bergaris luas/ menguning/layu) Sedangkan pada Persentase diskolorasi bonggol bibit pisang teridentifikasi bahwa Diskolorasi pada bonggol mencapai 25% yang tergolong kedalam skor 4 (21-50 % dis kolorasi pada bonggol) yang termasuk pada gejala Rhizome Discoloration Index (RDI).

(Prihatman,2000). Tanaman ini kemudian menyebar ke Afrika (Madagaskar), Amerika Selatan dan Amerika Tengah (Rabani, 2009; Swennen & Ortiz, 1997).

(Prihatman,2000). Tanaman ini kemudian menyebar ke Afrika (Madagaskar), Amerika Selatan dan Amerika Tengah (Rabani, 2009; Swennen & Ortiz, 1997). II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Taksonomi Tanaman Pisang Pisang (Musa spp.) merupakan tanaman yang berasal dari Asia Tenggara dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia (Prihatman,2000).

Lebih terperinci

Fusarium sp. ENDOFIT NON PATOGENIK

Fusarium sp. ENDOFIT NON PATOGENIK INDUKSI KETAHANAN KULTUR JARINGAN PISANG TERHADAP LAYU FUSARIUM MENGGUNAKAN Fusarium sp. ENDOFIT NON PATOGENIK Arif Wibowo, Aisyah Irmiyatiningsih, Suryanti, dan J. Widada Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Tanaman Bawang merah (Allium ascalonicum L) merupakan tanaman semusim yang membentuk rumpun, tumbuh tegak dengan tinggi mencapai 15-50 cm (Rahayu, 1999). Menurut

Lebih terperinci

PENGIMBASAN KETAHANAN PISANG TERHADAP PENYAKIT LAYU FUSARIUM DENGAN ASAM SALISILAT IN VITRO

PENGIMBASAN KETAHANAN PISANG TERHADAP PENYAKIT LAYU FUSARIUM DENGAN ASAM SALISILAT IN VITRO Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia, Vol. 15, No. 2, 2009: 90 95 PENGIMBASAN KETAHANAN PISANG TERHADAP PENYAKIT LAYU FUSARIUM DENGAN ASAM SALISILAT IN VITRO INDUCED RESISTANCE TO BANANA FUSARIUM WILT

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Divisi : Spermatophyta ; Sub divisi : Angiospermae ; Kelas : Monocotyledoneae ;

TINJAUAN PUSTAKA. Divisi : Spermatophyta ; Sub divisi : Angiospermae ; Kelas : Monocotyledoneae ; TINJAUAN PUSTAKA Sistematika tanaman pisang adalah sebagai berikut, Kingdom : Plantae ; Divisi : Spermatophyta ; Sub divisi : Angiospermae ; Kelas : Monocotyledoneae ; Famili : Musaceae ; Genus : Musa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang sesuai dengan bentuk daunnya yang meruncing dan memanjang.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Setyamidjaja (2006) menjelasakan taksonomi tanaman kelapa sawit (palm oil) sebagai berikut. Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) Menurut Rahayu dan Berlian ( 2003 ) tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 1. Botani Bawang Merah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA. dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Tanaman Pisang Pisang (Musa spp.) merupakan tanaman yang berasal dari Asia Tenggara dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia (Prihatman,2000).

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Liliales/ Liliflorae, Famili:

Lebih terperinci

II. TINJAUN PUSTAKA. penghasil pisang yang terkenal diantaranya Brasil, Filipina, Panama,

II. TINJAUN PUSTAKA. penghasil pisang yang terkenal diantaranya Brasil, Filipina, Panama, II. TINJAUN PUSTAKA 2.1. Pisang Pisang berasal dari Asia Tenggara yang oleh para penyebar agama islam disebarkan ke Afrika Barat, Amerika Selatan dan Amerika Tengah. Selanjutnya pisang menyebar ke seluruh

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. dikonsumsi di Indonesia, karena sekitar 45% konsumsi buah-buahan adalah

PENDAHULUAN. Latar Belakang. dikonsumsi di Indonesia, karena sekitar 45% konsumsi buah-buahan adalah 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pisang (Musa paradisiaca) adalah komoditas buah yang paling banyak dikonsumsi di Indonesia, karena sekitar 45% konsumsi buah-buahan adalah pisang. Buah pisang mudah didapat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Rukmana (2005), klasifikasi tanaman bawang merah adalah sebagai berikut: Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanaman Pisang Sistem Perakaran Tanaman Pisang Sistem Bercocok Tanam Pisang

TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanaman Pisang Sistem Perakaran Tanaman Pisang Sistem Bercocok Tanam Pisang 3 TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanaman Pisang Tanaman pisang tumbuh subur di daerah tropis dataran rendah yang curah hujannya lebih dari 1250 mm per tahun dan rata-rata suhu minimum 15 0 C (Simmonds

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Bayam Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO 2 secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Berdasarkan klasifikasi taksonomi dan morfologi Linneus yang terdapat dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : Plantae, Divisio : Spermatophyta,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Buah Naga Buah naga ( Dragon Fruit) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang baru dibudidayakan di Indonesia dengan warna buah merah yang menyala dan bersisik hijau

Lebih terperinci

PENYAKIT VASCULAR STREAK DIEBACK (VSD) PADA TANAMAN KAKAO (THEOBROMA CACAO L) DAN. Oleh Administrator Kamis, 09 Februari :51

PENYAKIT VASCULAR STREAK DIEBACK (VSD) PADA TANAMAN KAKAO (THEOBROMA CACAO L) DAN. Oleh Administrator Kamis, 09 Februari :51 Kakao (Theobroma cacao L) merupakan satu-satunya diantara 22 spesies yang masuk marga Theobroma, Suku sterculiacecae yang diusahakan secara komersial. Kakao merupakan tanaman tahunan yang memerlukan lingkungan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. maupun subtropika. Negara penghasil pisang dunia umumnya terletak di daerah

TINJAUAN PUSTAKA. maupun subtropika. Negara penghasil pisang dunia umumnya terletak di daerah 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pisang Cavendish Kedudukan tanaman pisang dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan adalah sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta Sub Disi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae

Lebih terperinci

Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati

Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati Tanaman jagung disamping sebagai bahan baku industri pakan dan pangan pada daerah tertentu di Indonesia dapat juga sebagai makanan pokok. Karena

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Pepaya (Carica papaya) merupakan tanaman buah-buahan tropika. Pepaya merupakan tanaman asli Amerika Tengah, tetapi kini telah menyebar ke seluruh dunia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Cagar Alam tangale yang terdapat di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Cagar Alam tangale yang terdapat di BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Cagar Alam tangale yang terdapat di Kabupaten Gorontalo. Cagar Alam ini terbagi menjadi dua kawasan yaitu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia). Tanaman buah ini kemudian menyebar luas ke kawasan Afrika

TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia). Tanaman buah ini kemudian menyebar luas ke kawasan Afrika TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Pisang Pisang adalah tanaman yang berasal dari kawasan Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Tanaman buah ini kemudian menyebar luas ke kawasan Afrika (Madagaskar), Amerika

Lebih terperinci

Pemanfaatan Teknik Kultur In Vitro Untuk Mendapatkan Tanaman Pisang Ambon Tahan Penyakit Fusarium

Pemanfaatan Teknik Kultur In Vitro Untuk Mendapatkan Tanaman Pisang Ambon Tahan Penyakit Fusarium Pemanfaatan Teknik Kultur In Vitro Untuk Mendapatkan Tanaman Pisang Ambon Tahan Penyakit Fusarium Pisang merupakan salah satu komoditas buah-buahan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Bawang merah telah dikenal dan digunakan orang sejak beberapa ribu tahun yang lalu. Dalam peninggalan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium 14 TINJAUAN PUSTAKA Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Dalam dunia tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan dalam Divisi : Spermatophyta ; Sub Divisi : Angiospermae ; Class : Monocotylodenae ;

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi Tanaman Pisang. Menurut Cronquist (1981) Klasifikasi tanaman pisang kepok adalah sebagai. berikut: : Plantae

TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi Tanaman Pisang. Menurut Cronquist (1981) Klasifikasi tanaman pisang kepok adalah sebagai. berikut: : Plantae 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Tanaman Pisang Menurut Cronquist (1981) Klasifikasi tanaman pisang kepok adalah sebagai berikut: Regnum Divisio Classis Ordo Familya Genus : Plantae : Magnoliophyta

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 3.1.Lokasi Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 3.1.Lokasi Penelitian III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2014 di Kecamatan Kepenuhan, Kepenuhan Hulu Dan Kecamatan Rambah Hilir di Kabupaten Rokan Hulu.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi Tanaman Pisang ( Musa spp.) 2.2. Tanaman Pisang ( Musa spp.)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi Tanaman Pisang ( Musa spp.) 2.2. Tanaman Pisang ( Musa spp.) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi Tanaman Pisang (Musa spp.) Indonesia pisang merupakan tanaman yang sangat penting karena mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Pisang adalah tanaman herba yang berasal

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Rotan adalah salah satu jenis tumbuhan berbiji tunggal (monokotil) yang memiliki peranan ekonomi yang sangat penting (FAO 1997). Sampai saat ini rotan telah dimanfaatkan sebagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mentimun Papasan Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota Cucurbitaceae yang diduga berasal dari Asia dan Afrika. Tanaman mentimun papasan memiliki

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN HERBISIDA KONTAK TERHADAP GULMA CAMPURAN PADA TANAMAN KOPI

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN HERBISIDA KONTAK TERHADAP GULMA CAMPURAN PADA TANAMAN KOPI 1 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN HERBISIDA KONTAK TERHADAP GULMA CAMPURAN PADA TANAMAN KOPI Oleh NUR AYSAH NIM. 080500129 PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman cabai Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis tanaman hortikultura penting yang dibudidayakan secara komersial, hal ini disebabkan

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id I. PENDAHULUAN

bio.unsoed.ac.id I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN Pisang (Musa spp.) pertama kali ditemukan tumbuh di daerah tropis di negaranegara berkembang seperti Indochina dan Asia Tenggara. Daerah Indo-Malaya (Malaysia, Filipina, dan New Guinea)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Dalam taksonomi tumbuhan, tebu tergolong dalam Kerajaan Plantae, Divisi Magnoliophyta, Kelas Monocotyledoneae, Ordo Glumaceae, Famili Graminae, Genus

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae,

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae, TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Tanaman bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut, divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae, ordo liliales,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi botani tanaman palem botol adalah sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi botani tanaman palem botol adalah sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Klasifikasi botani tanaman palem botol adalah sebagai berikut: Kingdom Divisio Sub divisio Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Kedelai Berdasarkan klasifikasi tanaman kedelai kedudukan tanaman kedelai dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut (Cahyono, 2007):

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman apel berasal dari Asia Barat Daya. Dewasa ini tanaman apel telah menyebar di seluruh dunia. Negara penghasil utama adalah Eropa Barat, negaranegara bekas Uni Soviet, Cina,

Lebih terperinci

TINJAUAN LITERATUR. Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.

TINJAUAN LITERATUR. Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt. TINJAUAN LITERATUR Biologi Penyakit Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims (1979) adalah sebagai berikut : Divisi Sub Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Eumicophyta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA jenis yang terbagi dalam 500 marga (Tjitrosoepomo, 1993: 258). Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA jenis yang terbagi dalam 500 marga (Tjitrosoepomo, 1993: 258). Indonesia 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Biologi Anggrek 2.1.1 Deskripsi Anggrek Anggrek merupakan famili terbesar dalam tumbuhan biji, seluruhnya meliputi 20.000 jenis yang terbagi dalam 500 marga (Tjitrosoepomo,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sangat cocok diolah menjadi keripik, buah dalam sirup, aneka olahan tradisional,

II. TINJAUAN PUSTAKA. sangat cocok diolah menjadi keripik, buah dalam sirup, aneka olahan tradisional, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Pisang Kepok (Musa paradisiaca L.) Pisang kepok (Musa paradisiaca L.) merupakan jenis pisang olahan yang paling sering diolah terutama dalam olahan pisang goreng dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) Menurut Fachruddin (2000) tanaman kacang panjang termasuk famili leguminoceae. Klasifikasi tanaman kacang panjang

Lebih terperinci

PENGENDALIAN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN PISANG (Musa paradisiaca L.) SECARA KULTUR TEKNIS DAN HAYATI MIFTAHUL HUDA

PENGENDALIAN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN PISANG (Musa paradisiaca L.) SECARA KULTUR TEKNIS DAN HAYATI MIFTAHUL HUDA PENGENDALIAN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN PISANG (Musa paradisiaca L.) SECARA KULTUR TEKNIS DAN HAYATI MIFTAHUL HUDA DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 ABSTRAK MIFTAHUL

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Caisim (Brassica juncea L.) Caisim merupakan jenis sayuran yang digemari setelah bayam dan kangkung (Haryanto dkk, 2003). Tanaman caisim termasuk dalam famili Cruciferae

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam rangka memenuhi permintaan dalam negeri dan meningkatkan devisa negara dari sektor non migas, pemerintah telah menempuh beberapa upaya diantaranya pengembangan komoditas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kacang Tanah Kacang tanah tumbuh secara perdu setinggi 30 hingga 50 cm dan mengeluarkan daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.))

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.)) TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.)) termasuk ke dalam Kelas : Magnoliopsida, Ordo : Fabales, Famili : Fabaceae, Genus : Pachyrhizus, Spesies

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili

II. TINJAUAN PUSTAKA. Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Semangka Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili Cucurbitaceae sehingga masih mempunyai hubungan kekerabatan dengan melon (Cucumis melo

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulanjuni sampai Juli 2012 di Desa

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulanjuni sampai Juli 2012 di Desa I. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulanjuni sampai Juli 2012 di Desa Air Tiris Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar Provinsi Riau. 3.2.Bahan dan Alat Bahan yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut. : Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc.

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut. : Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. TINJAUAN PUSTAKA Biologi Penyakit Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut Dwidjoseputro (1978) sebagai berikut : Divisio Subdivisio Kelas Ordo Family Genus Spesies : Mycota

Lebih terperinci

Subdivisio : Angiospemae. : Monocotyledoneae. Spesies : Allium ascalonicum L.

Subdivisio : Angiospemae. : Monocotyledoneae. Spesies : Allium ascalonicum L. B. Pembahasan Pencandraan adalah teknik penggambaran sifat-sifat tanaman dalam tulisan verbal yang dapat dilengkapi dengan gambar, data penyebaran, habitat, asal-usul, dan manfaat dari golongan tanaman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan memiliki batang semu (pseudostem). Tanaman ini memiliki tinggi bervariasi,

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan memiliki batang semu (pseudostem). Tanaman ini memiliki tinggi bervariasi, 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sifat Botani Tanaman Pisang Tanaman pisang merupakan salah satu jenis tanaman buah yang berbentuk semak dan memiliki batang semu (pseudostem). Tanaman ini memiliki tinggi bervariasi,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani tanaman karet Menurut Sianturi (2002), sistematika tanaman karet adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 489/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG KEPOK BANGUN SARI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 489/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG KEPOK BANGUN SARI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 489/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG KEPOK BANGUN SARI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Biologi Kutu Perisai Aulacaspis tegalensis

II. TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Biologi Kutu Perisai Aulacaspis tegalensis 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kutu Perisai (Aulacaspis tegalensis) 2.1.1 Morfologi dan Biologi Kutu Perisai Aulacaspis tegalensis Kutu Perisai Aulacaspis tegalensis Zehntner termasuk dalam Ordo Hemiptera,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gonda dalam bahasa jawa disebut gondo atau orang barat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gonda dalam bahasa jawa disebut gondo atau orang barat II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Gonda Tanaman gonda dalam bahasa jawa disebut gondo atau orang barat menyebutnya chikenspike termasuk dalam keluarga Sphenocleaceae. Klasifikasi taksonomi dijelaskan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), klasifikasi jamur C. cassiicola. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), klasifikasi jamur C. cassiicola. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei. 19 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Penyakit Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), klasifikasi jamur C. cassiicola adalah sebagai berikut : Divisio Sub Divisio Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Eumycophyta : Eumycotina

Lebih terperinci

Penyakit Layu Bakteri pada Kentang

Penyakit Layu Bakteri pada Kentang Penyakit Layu Bakteri pada Kentang Penyakit layu bakteri dapat mengurangi kehilangan hasil pada tanaman kentang, terutama pada fase pembibitan. Penyakit layu bakteri disebabkan oleh bakteri Ralstonia solanacearum

Lebih terperinci

PEMBERIAN PUPUK NPK DENGAN DOSIS YANG BERBEDA PADA PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L) Oleh : AHMAD LEGA RAMADHAN NIM.

PEMBERIAN PUPUK NPK DENGAN DOSIS YANG BERBEDA PADA PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L) Oleh : AHMAD LEGA RAMADHAN NIM. PEMBERIAN PUPUK NPK DENGAN DOSIS YANG BERBEDA PADA PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L) Oleh : AHMAD LEGA RAMADHAN NIM. 120500043 PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGARUH UKURAN BELAH BONGGOL TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT PISANG RAJA (Musa paradisiaca L.) Oleh. NURMALA DEWI, S.P., M.Si.

PENGARUH UKURAN BELAH BONGGOL TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT PISANG RAJA (Musa paradisiaca L.) Oleh. NURMALA DEWI, S.P., M.Si. BIDANG ILMU : PERTANIAN LAPORAN PENELITIAN DOSEN PENGARUH UKURAN BELAH BONGGOL TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT PISANG RAJA (Musa paradisiaca L.) Oleh NURMALA DEWI, S.P., M.Si. FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Tanaman tebu dalam dunia tumbuh-tumbuhan memiliki sistematika sebagai berikut : Kelas : Angiospermae Subkelas : Monocotyledoneae Ordo : Glumaceae Famili : Graminae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia tanaman seledri sudah dikenal sejak lama dan sekarang

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia tanaman seledri sudah dikenal sejak lama dan sekarang TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Seledri Kedudukan tanaman seledri dalam taksonomi tumbuhan, diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom Divisi Sub-Divisi Kelas Ordo Family Genus : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jagung merupakan tanaman berumah satu, bunga jantan terbentuk pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jagung merupakan tanaman berumah satu, bunga jantan terbentuk pada 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Jagung Jagung merupakan tanaman berumah satu, bunga jantan terbentuk pada malai dan bunga betina terletak pada tongkol di pertengahan batang secara terpisah tapi

Lebih terperinci

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP.

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP. ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP. Sifat dan perilaku tanaman kopi dapat dipelajari dari sisi biologinya. Artikel ini ditujukan untuk memberikan pengetahuan tentang beberapa aspek biologi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gladiol termasuk ke dalam famili Iridaceae dan memiliki daun yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gladiol termasuk ke dalam famili Iridaceae dan memiliki daun yang 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol Bunga gladiol yang berasal dari daratan Afrika Selatan ini memang sangat indah. Bunga ini simbol kekuatan, kejujuran, kedermawanan, ketulusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Caisin Caisin (Brassica chinensis L.) merupakan tanaman asli Asia. Caisin dibudidayakan di Cina Selatan dan Tengah, di negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produktivitas tanaman ditentukan oleh interaksi antara lingkungan dan

BAB I PENDAHULUAN. Produktivitas tanaman ditentukan oleh interaksi antara lingkungan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pisang (Musa paradisiaca L.) merupakan salah satu jenis buah tropika yang mempunyai potensi cukup tinggi untuk dikelola secara intensif dengan berorientasi agribisnis,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistematika dan Botani Tanaman Jagung Manis Tanaman jagung manis termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays saccharata Sturt. Dalam Rukmana (2010), secara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Taksonomi dan Morfologi Kacang Tunggak Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari genus Vignadan termasuk ke dalam kelompok yang disebut catjangdan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Kedelai Suprapto (1999) mennyatakan tanaman kedelai dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisi: Spermatophyta, Kelas: Dicotyledone, Ordo:

Lebih terperinci

Pengenalan Penyakit yang Menyerang Pada Tanaman Kentang

Pengenalan Penyakit yang Menyerang Pada Tanaman Kentang 1 Pengenalan Penyakit yang Menyerang Pada Tanaman Kentang Kelompok penyakit tanaman adalah organisme pengganggu tumbuhan yang penyebabnya tidak dapat dilihat dengan mata telanjang seperti : cendawan, bakteri,

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan 47 PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kakao dengan cara membuang tunastunas liar seperti cabang-cabang yang tidak produktif, cabang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Jagung Manis Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea mays saccarata L. Menurut Rukmana ( 2009), secara sistematika para ahli botani mengklasifikasikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jarak pagar berupa perdu dengan tinggi 1 7 m, daun tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jarak pagar berupa perdu dengan tinggi 1 7 m, daun tanaman TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Tanaman Jarak Pagar Tanaman jarak pagar termasuk famili Euphorbiaceae, satu famili dengan karet dan ubi kayu. Klasifikasi tanaman jarak pagar sebagai berikut (Hambali, dkk.,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan/industri berupa pohon batang lurus dari famili Arecaceae. Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur yang berasal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai Cabai merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Selatan. Cabai dikenal di Eropa pada abad ke-16, setelah diintroduksi oleh Colombus saat perjalanan pulang

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. bahan induk, relief/ topografi dan waktu. Tanah juga merupakan fenomena alam. pasir, debu dan lempung (Gunawan Budiyanto, 2014).

I. TINJAUAN PUSTAKA. bahan induk, relief/ topografi dan waktu. Tanah juga merupakan fenomena alam. pasir, debu dan lempung (Gunawan Budiyanto, 2014). I. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah dan Lahan Tanah merupakan sebuah bahan yang berada di permukaan bumi yang terbentuk melalui hasil interaksi anatara 5 faktor yaitu iklim, organisme/ vegetasi, bahan induk,

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang I. TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Botani Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang mempunyai jenis 180 jenis. Tanaman gladiol ditemukan di Afrika, Mediterania, dan paling banyak

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS BUDIDAYA PISANG ASAL KULTUR IN VITRO DENGAN TEKNOLOGI PPBBI

PETUNJUK TEKNIS BUDIDAYA PISANG ASAL KULTUR IN VITRO DENGAN TEKNOLOGI PPBBI PETUNJUK TEKNIS BUDIDAYA PISANG ASAL KULTUR IN VITRO DENGAN TEKNOLOGI PPBBI 1 Pendahuluan Pisang merupakan salah satu tanaman buah unggulan apabila dibandingkan dengan komoditas buah yang lain karena produksi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Genus Gladiolus yang tergolong dalam famili Iridaceae ini mempunyai 180 jenis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Genus Gladiolus yang tergolong dalam famili Iridaceae ini mempunyai 180 jenis II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Gladiol Genus Gladiolus yang tergolong dalam famili Iridaceae ini mempunyai 180 jenis (Herlina, 1991). Tanaman gladiol berasal dari Afrika Selatan dan menyebar di Asia dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo:

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo: TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo: Caryophyllales, Famili: Cactaceae, Genus:

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Pisang

TINJAUAN PUSTAKA Botani Pisang 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Pisang Pisang adalah salah satu jenis tanaman pangan yang sudah dibudidayakan sejak dahulu. Pisang berasal dari kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia, kemudian menyebar luas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. 19 TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Bawang merah merupakan tanaman yang tumbuh tegak dengan tinggi antara 15-50 cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut yang tidak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika. Tanaman yang merupakan subkelas dari monokotil ini mempunyai habitus yang paling besar. Klasifikasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Subdivisio Angiospermae, Klas Monocotyledoneae, Ordo Liliaceae Family:

TINJAUAN PUSTAKA. Subdivisio Angiospermae, Klas Monocotyledoneae, Ordo Liliaceae Family: 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Klasifikasi tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut Subdivisio Angiospermae, Klas Monocotyledoneae, Ordo Liliaceae Family: Liliales, Genus Allium,SpeciesAllium

Lebih terperinci

MENGENAL LEBIH DEKAT PENYAKIT LAYU BEKTERI Ralstonia solanacearum PADA TEMBAKAU

MENGENAL LEBIH DEKAT PENYAKIT LAYU BEKTERI Ralstonia solanacearum PADA TEMBAKAU PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO DINAS PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN JL. RAYA DRINGU 81 TELPON 0335-420517 PROBOLINGGO 67271 MENGENAL LEBIH DEKAT PENYAKIT LAYU BEKTERI Ralstonia solanacearum PADA TEMBAKAU Oleh

Lebih terperinci

Daun pertama gandum, berongga dan berbentuk silinder, diselaputi plumula yang terdiri dari dua sampai tiga helai daun. Daun tanaman gandum

Daun pertama gandum, berongga dan berbentuk silinder, diselaputi plumula yang terdiri dari dua sampai tiga helai daun. Daun tanaman gandum BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1. Botani Tanaman gandum Menurut Laraswati (2012) Tanaman gandum memiliki klasifikasi sebagai berikut: Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Super

Lebih terperinci

Dwi Kiswanti, Suryanti*, dan Christanti Sumardiyono

Dwi Kiswanti, Suryanti*, dan Christanti Sumardiyono Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia, Vol. 16, No. 1, 2010: 28 32 IDENTIFIKASI DAN VIRULENSI Fusarium oxysporum f.sp. cubense RAS 4 IDENTIFICATION AND VIRULENCE OF Fusarium oxysporum f.sp. cubense RACE

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit Eucalyptus spp. Ada beberapa penyakit penting yang sering menyerang tanaman. Eucalyptus spp.

TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit Eucalyptus spp. Ada beberapa penyakit penting yang sering menyerang tanaman. Eucalyptus spp. TINJAUAN PUSTAKA Penyakit Eucalyptus spp Ada beberapa penyakit penting yang sering menyerang tanaman Eucalyptus spp. antara lain: 1. Penyakit pada akar a. Busuk akar Phytophthora Penyakit ini disebabkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt. TINJAUAN PUSTAKA Biologi Penyakit Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims (1979) adalah sebagai berikut : Divisi Sub Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Eumycophyta :

Lebih terperinci

MENGENAL BEBERAPA PENYAKIT PENTING TANAMAN PISANG

MENGENAL BEBERAPA PENYAKIT PENTING TANAMAN PISANG MENGENAL BEBERAPA PENYAKIT PENTING TANAMAN PISANG Sejak bayi kita sudah menikmati lezatnya buah pisang. Begitu terkenalnya buah ini, maka setiap acara pesta tidak lengkap jika tidak menyajikan pisang sebagai

Lebih terperinci

Diagnosa Penyakit Akibat Jamur pada Tanaman Padi (Oryza sativa) di Sawah Penduduk Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat

Diagnosa Penyakit Akibat Jamur pada Tanaman Padi (Oryza sativa) di Sawah Penduduk Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat Diagnosa Penyakit Akibat Jamur pada Tanaman Padi (Oryza sativa) di Sawah Penduduk Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat Rahmawati 1)*, Achmad Jailanis 2), Nurul Huda 1) 1) Program

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani dan Morfologi Tanaman Tebu (Saccharum officinarum) termasuk dalam kelas Monokotiledon, ordo Glumaccae, famili Graminae, genus Saccharum. Beberapa spesies tebu yang lain

Lebih terperinci