Penyusunan. Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) Kota Muara Bungo

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Penyusunan. Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) Kota Muara Bungo"

Transkripsi

1 Penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) Kota Muara Bungo LAPORAN AKHIR KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA SATKER PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PROVINSI JAMBI PPK. PEMBINAAN TEKNIK PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PROVINSI JAMBI TAHUN 2011 PT. GANES ENGINEERING CONSULTANT

2 KATA PENGANTAR Laporan Akhir merupakan produk analisis pekerjaan penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) Kota Muara Bungo. Secara garis besar laporan ini berisi kajian untuk merumuskan rencana aksi program Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP). Bagian pendahuluan, berisi: latar belakang, tujuan dan sasaran dan ruang lingkup kajian. Bagian tinjauann kota Muara Bungo dan review dokumen rencana pembangunan (development plan) serta rencana tata ruang (spatial plan). Bagian identifikasi masalah kawasan permukiman prioritas Bagian rumusan rencana aksi program Bagian Penanganan kawasan pembangunan permukiman tahap I Untuk tindak lanjut dari rencana yang telah tersusun, kami sangat membutuhkan masukan-masukan, koreksi dan kritik demi kesempurnaan proses penanganan pekerjaan. Dengan ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, sehingga terselesaikannya laporan pendahuluan ini. Muara Bungo, Desember 2011 TIM PENYUSUN i

3 LAPORAN A K H I R DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL..... GAMBAR PETA..... V VI BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG TUJUAN SASARAN RUANG LINGKUP KEGIATAN RUANG LINGKUP WILAYAH RUANG LINGKUP TEMPORAL SISTEMATIKA PEMBAHASAN BAB 2 GAMBARAN UMUM 2.1. KONDISI FISIK Letak Wilayah dan Batas Administrasi Batas Administrasi Geomorfologi Topografi Geologi Iklim Jarak Tempuh KEPENDUDUKAN... N Tenaga Kerja Transmigrasi... rasi POTENSI SUMBER DAYA ALAM INDUSTRI DAN ENERGI Listrik Hotel Restauran dan Pariwisata PERHUBUNGAN DAN ANGKUTAN DARAT Sistem Transportasi Darat Sistem Transportasi Sungai Prasarana Transportasi Sungai PERMUKIMAN PERKOTAAN ii

4 LAPORAN A K H I R 2.7. KONSEP LINGKUNGAN PERMUKIMAN PENCEMARAN PENGOLAHAN LIMBAH Limbah Cair Domestik Jenis dan Kapasitas Limbah Cair Sistem Pengumpul Limbah DRAINASE PERSAMPAHAN BAB 3 IDENTIFIKASI POTENSI DAN MASALAH 3.1. TINJAUAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KABUPATEN BUNGO Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kabupaten Bungo Visi Misi Arah Pembangunan Kabupaten Bungo Tahun Pembangunan Wilayah Tertinggal Peningkatan Keterkaitan dan Keserasian Ekonomi Desa Dan Kota Pembangunan Desa Tertinggal Peningkatan Pendapatan Kelompok Masyarakat Berpendapatan Rendah Pembangunan Kesejahteraan Sosial Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten Bungo Visi dan Misi Kebijakan Umum Kajian Kebijakan Penataan Ruang Kabupaten Bungo Terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) Tinjauan Kebijakan Pembangunan Kota Muara Bungo Kebijakan Spasial Sistem Kota-Kota Orientasi Pergerakan Rencana Pola Pemanfaatan Ruang Rencana Pengelolaan Kawasan Perkotaan Dan Perdesaan Rencana Pengelolaan Kawasan Perkotaan Rencana Pengelolaan Kawasan Perdesaan iii

5 LAPORAN A K H I R Pola Penggunaan Lahan Persebaran an Penduduk Prasarana a Pengelolaan Sampah Analisa Kebutuhan Ruang Permasalahan ahan Dan Prediksi Rencana Strategis Prioritas Pembangunan Sarana Dan Prasarana Permukiman man KAJIAN MIKRO KAWASAN PRIORITAS Identifikasi Kawasan Prioritas Penetapan n Kawasan Prioritas IDENTIFIKASI POTENSI DAN PERMASALAHAN KAWASAN PRIORITAS Identifikasi Karakteristik Kawasan Permukiman Prioritas Jaya Setia Potensi dan Masalah Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur ur Keciptakaryaan BAB 4 PERUMUSAN RENCANA AKSI PROGRAM 4.1. INDENTIFIKASI KEBUTUHAN PENANGANAN Analisis Pengembangan Potensi Kawasan Analisis Kondisi Lingkungan Kawasan KONSEP PEMBANGUNAN KAWASAN Visi dan Misi Pembangunan Kota Muara Bungo Grand Concept Konsep Penanganan Komponen Penataan Rencana Dan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Keciptakaryaan Pada Kawasan Prioritas Bangunan dan Lingkungan Infrastruktur Kawasan Sosial, Ekonomi, dan Kebencanaan Perencanaan Komponen Penataan Lingkungan Rencana Pembangunan Kawasan Perencanaan Sistem Prasarana Lingkungan Kawasan PERUMUSAN RENCANA AKSI PROGRAM 4-74 iv

6 Indentifikasi Program Penanganan Berdasarkan SPPIP Rencana Program Penanganan Kawasan Permukiman Prioritas PERUMUSAN TAHAPAN PELAKSANAAN PROGRAM PEMBANGUNANN PERMUKIMAN Tahapan Pelaksanaan berdasarkan Prosedur Pentahapan pelaksanaan Berdasarkan Prioritas Penanganan Permasalahan BAB 5 RENCANA PENANGANAN KAWASAN TAHAP I 5.1. PENENTUAN RENCANA PENANGANAN KAWASAN PEMBANGUNAN TAHAP I Perumusan Kriteria Dan Indikator Penentuan Kawasan Pembangunan Tahap I Penilaian (skoring) KONSEP PENANGANAN KAWASAN v

7 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah dan Jumlah Desa Kabupaten Bungo Tahun Tabel 2.2. Pembagian an Luas Wilayah Administrasi Per Kecamatan di Kabupaten aten Bungo Tahun Tabel 2.3. Kemiringan Lereng di Kabupaten Bungo Menurut Kecamatan Tabel Jarak Antara Kabupaten Ke Kota Kecamatan Di Sekitarnya Tabel 2.5 Jumlah Kepadatan Penduduk per Kilometer Tahun Tabel Distribusi Kepadatan Penduduk Kabupaten Bungo Tahun Tabel 2.7 : Panjang Jalan Kabupaten Menurut Kecamatan Dan Jenis Permukaan Jalan Di Kabupaten Bungo Tahun Tabel 2.8. Perkiraan Kebutuhan Rumah Dan Kebutuhan Ruangnya Di Kota Muara Bungo Tabel 2.9. Perkiraan Timbunan Sampah Di Kabupaten Bungo Tabel 3.1 Sistem Perkotaan di Provinsi Jambi Tabel 3.2. : Jalan Bebas Hambatan di Provinsi Jambi Tabel 3.3. : Pelabuhan di Provinsi Jambi Tabel 3.4. : Bandar Udara di Provinsi Jambi Tabel 3.5. : Wilayah Sungai di Provinsi Jambi Tabel 3.6. : Kawasan Lindung di Provinsi Jambi Tabel 3.7. : Kawasan Andalan di Provinsi Jambi Tabel 3.8. Kawasan Strategis Nasional di Provinsi Jambi Tabel 3.9 Rencana Pemantapan Kawasan Lindung Kabupaten Bungo Tahun Tabel 3.10 Rencana Pemanfaatan Ruang Non pertanian Tahun Tabel 3.11 Arahan Pengembangan Kawasan Perkotaan Kabupaten Bungo Tabel 3.12 Jenis Penggunaan Lahan Kota Muara Bungo Tabel Penilaian Kawasan Prioritas Berdasarkan Urgenitas Penanganan Tabel Penilaian Kawasan Prioritas Berdasarkan Konstribusi Dalam Penanganan Permasalahan Kota Tabel Penilaian Kawasan Prioritas Berdasarkan Konstribusi Dalam Stimulasi Pembangunan dan Pengembangan Tabel Penilaian Kawasan Prioritas Berdasarkan Kebijakan Pembangunan dan Pengembangan Kota vi

8 Tabel Tabel Tabel Tabel 3.20 Tabel 3.21 Tabel 3.22 Tabel 3.23 Tabel 3.24 Tabel 3.25 Tabel 3.26 Penilaian Kawasan Prioritas Berdasarkan Dominasi Permasalahan Terkait Bidang Keciptakaryaan Penilaian Kawasan Prioritas Berdasarkan Dominasi Penanganan Melalui Bidang Keciptakaryaan Resume Penilaian Terhadap Seluruh Kecamatan Berdasarkan Enam Karakteristik Jumlah Penduduk Kelurahan Jaya Setia Kepadatan Bangunan Di Kelurahan Jaya Setia Tipologi Kondisi Konstruksi Bangunan di Kawasan Permukiman Prioritas Jaya Setia Tipologi Kondisi Bangunan di Kawasan Permukiman Prioritas Jaya Setia Intensitas Bangunan Pada Sub Kawasan Permukiman Prioritas Jaya Setia Kondisi Lingkungan di Kawasan Permukiman Prioritas Jaya Setia Kondisi Prasarana dan Sarana Lingkungan di Kawasan Perencanaan Kelurahan Jaya Setia Tabel Analisis Strategi Internal dan Eksternal Kawasan Prioritas Jaya Setia Tabel 4.2. Analisis Kondisi Lingkungan Kelurahan Jaya Setia Sub Kawasan asan 1 ( RT. 02 s/d. RT. 06 ) Kec. Pasar Muara Bungo, Kab. Bungo Tabel 4.3. Analisis Kondisi Lingkungan Sub Kawasan 2 Kelurahan Jaya Setia (RT.12, 13 dan 14) Kec. Pasar Muara Bungo, Kab. Bungo Tabel 4.4 Kebutuhan Penanganan Kawasan Tabel 4.5 Kriteria dan Persyaratan Jaringan Air Limbah Rumah Tanggal Tabel 4.6 Peletakan Utilitas dalam Kavling Rumah Tabel 4.7 Standar Volume Sampah Berdasarkan Sumbernya Tabel 4.8. Matriks Program Pembangunan yang Diarahkan oleh SPPIP untuk Kawasan Permukiman Prioritas RPKPP Tabel 4.9. Rencana Aksi Program Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan Kawasan Permukiman Prioritas Jaya Setia Tabel Kriteria dan Indikator Penentuan Kawasan Pembangunan Tahap I 5-2 vii

9 Tabel Tabel Penilaian/Skoring Penentuan Pembangunan Tahap I Rencana Program Penanganan Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan pada Kawasan Pembangunan Tahap I (Kelurahan Jaya Setia) viii

10 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Peta orientasi Kota Muara Bungo terhadap Pulau Sumatera Gambar 2.2. Peta Batas as Administrasi Kecamatan Kabupaten Bungo Jambi Gambar 2.3. Peta Kemiringan Lereng Kabupaten Bungo Jambi Gambar Peta Geologi Kabupaten Bungo Jambi Gambar Peta Jaringan Jalan Kabupaten Bungo Propinsi Jambi Gambar 2.6. Peta Administrasi Wilayah Kota Muara Bungo Gambar Peta Jaringan Jalan Kota Muara Bungo Gambar 3.1 Peta Kecamatan Pasar Muara Bungo Gambar 3.2 Peta Kawasan asan Prioritas Terpilih Gambar 3.3 Peta Wilayah Adminstrasi Kawasan Permukiman Prioritas Kelurahan Jaya Setia Gambar 3.4 Peta Sub Kawasan Permukiman Prioritas Jaya Setia Gambar 3.5 Isu Dan Permasalahan Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Keciptakaryaan Pada Kawasan Prioritas Jaya Setia Gambar 3.7 Peta Pembangunan Permukiman Prioritas dan Infrastruktur Keciptakaryaan aryaan Sub Kawasan 1 Jaya Setia Gambar 3.8 Peta Pembangunan Permukiman Prioritas dan Infrastruktur Keciptakaryaan aryaan Sub Kawasan 2 Jaya Setia Gambar 4.1. Peta Konsep Penangan Kawasan Permukiman Prioritas Jaya Setia Gambar 4.2. Sistem Penyediaan Air Bersih Gambar 4.3 Skenario Penyediaan Air Bersih Gambar 4.4. Sistem Drainase Gambar 4.5 Proses Pengelolaan Sampah Gambar 4.6 Diagram Tanggung Jawab Pengeloaan Sampah Gambar 4.7 Rencana Pembangunan Kawasan Gambar 4.8 Spot-Spott Disain Rencana Pembangunan Kawasan Gambar 4.9. Rencana Drainase Kawasan Prioritas Jaya Setia Gambar Rencana Jaringan Jalan Kawasan Prioritas Jaya Setia Gambar Rencana Pembangunan PSD Kawasan Permukiman Prioritas Jaya Setia ix

11 Gambar 5.1. Gambar 5.2. Gambar 5.3 Rencana Pembangunan Rencana Penanganan Tahap I Sub Kawasan Rencana Penanganan Tahap I Sub Kawasan x

12 1.1. LATAR BELAKANG Setiap kawasan fungsional yang dikembangkan akan membutuhkan kawasan permukiman untuk mengakomodasi perkembangan masyarakat yang beraktivitas di dalam kawasan yang dikembangkan tersebut. Kawasan permukiman merupakan pusat berawalnya kegiatan yang seringkali mendominasi dalam suatu kawasan perkotaan dan sering pula berkembang dengan mengikuti perkembangan kawasan lainnya. Alokasi ruang untuk perumahan dan permukiman merupakan yang terbesar dibandingkan dengan alokasi untuk fungsi penggunaann lainnya. Seperti ditegaskan dalam PPP No.80/1999 mengenai Kawasan Siap Bangun dan dalam Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman (KSNPP) bahwa perumahan dan permukiman tidak dapat terpisahkan dari ruang yang harus dimanfaatkannya. Terkait dengan penggunaan ruang, maka rencana tata ruang wilayah (RTRW) sebagai hasil perencanaan tata ruang, merupakan landasan pembangunan sektoral atau dengan kata lain, setiap bentuk pembangunan sektoral yang berbasis ruang perlu mengacu pada rencana tata ruang yang berlaku. Hal ini dimaksudkan agar terjadi sinergi dan efisiensii pembangunan, sekaligus menghindari kemungkinan terjadinya konflik pemanfaatan ruang antar sektor-sektor yang berkepentingan dan dampak merugikan pada masyarakat luas ( externalities), khususnya antara penggunaan permukiman dengan penggunaan kawasan lindung, yang seringkali menjadi perdebatan publik. Berbagai persoalan pembangunan juga banyak muncul dari kawasan permukiman, seperti permintaan perumahan yang cukup tinggi yang tidak diimbangi dengan ketersediaan lahan pengembangan kawasan permukiman yang memadai, menyebabkan perkembangan kawasan permukiman menjadi 1-1

13 urban sprawl. Juga persoalan perumahan liar dan permukiman kumuh, seringkali berdampak lebih lanjut pada meningkatnya tingkat kesenjangan, tingginya angka kriminalitas, dan rendahnya tingkat kesehatan masyarakat. Berkaitan dengan banyaknya persoalan pembangunan yang muncul dari perkembangan kawasan permukiman, maka perlu dilakukan penanganan secara khusus. Namun dalam konteks keruangan, penyelesaiannyaa tidak mungkin dilakukan secara bersamaan. Faktor luas kawasan permukiman yang besar di suatu wilayah atau kota dan banyaknya persoalan yang muncul, mengakibatkan tiap kawasan permukiman memerlukan upaya penanganan yang berbeda-beda bahkan terkadang bersifat sangat spesifik. Hal ini dikarenakan persoalan yang muncul memiliki potensi dalam mempengaruhi keberlanjutann pembangunan wilayah atau kota, maka beberapa bagian perlu ditangani terlebih dahulu atau diberikan prioritas penangan bila dibandingkan dengan kawasan lainnya. Berdasarkan pertimbangan tersebut perlu adanyaa penanganan didasarkan pada skala prioritas kawasan atau yang lazim dikenal penanganan kawasan permukiman prioritas. Kawasan permukiman prioritas adalah bagian dari suatu wilayah administrasi pemerintahan yang memiliki karakteristik dan atau persoalan khusus yang menyebabkan kawasan ini perlu diprioritaskan atau diberikan perhatian khusus dalam penanganannya. Adapun dalam konteks suatu wilayah atau kota, kawasan permukiman prioritas tersebut dapat berupa: a. Kawasan permukiman dan lingkungan perumahan kumuh dalam areal perkotaan atau perdesaan yang memiliki nilai ekonomis dan atau strategis tinggi, yang apabila ditangani dapat meningkatkan nilai kawasan serta memberikan manfaat bagi peningkatan perekonomian wilayah atau kota yang bersangkutan. b. Kawasan permukiman yang dilengkapi/disertai dengan fungsi khusus dalam skala pembangunan wilayah kota atau wilayah yang lebih luas. Termasuk dalam kriteria ini seperti kawasan pariwisata, kawasan konservasi kultural, kawasan agro industri, dan sejenisnya. c. Kawasan perdesaan yang berada dipinggiran areal perkotaan, dan berfungsi sebagai hinterland dan atau buffer/penyangga bagi kota induknya. 1-2

14 d. Kawasan permukiman yang potensial terkena bencana (alam maupun konflik sosial) yang perlu diselesaikan segera, agar program lain dapat diselenggarakan pada waktunya. Penanganan terhadap kawasan permukiman prioritas ini, dalam konteks pembangunan perlu diwadahi dalam suatu Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas atau yang disebut dengan RPKPP. RPKPP ini adalah suatu rencana yang memuat rencana aksi program strategis untuk penanganan persoalan permukiman dan pembangunan infrastruktur keciptakaryaan. Dalam pelaksanaannya, RPKPP disusun berdasarkan pada prioritas strategis pengembangan kota. Termasuk didalamnya Rencana Tata Ruang Wilayah Kota (RTRW, dimana saat poses RPKPP ini disusun, materi teknis RTRW masih dalam proses persetujuan substansi, juga sedang dalam proses pengesahan menjadi Peraturan Daerah, yang sedang di olah pada tingkat Pemerintah Daerah (Kota), Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Pusat, serta perlu mengacu pada beberapa kebijakan dan strategi, diantaranya; Strategi Pembangunan Kota (SPK), Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP). Beberapa kebijakan dan strategi tersebut di atas menjadi acuan utama bagi penetapan kawasan yang akan diprioritaskan dan dasar arahan bagaimana persoalan pembangunan yang terdapat pada kawasan permukiman prioritas tersebut harus diselesaikan. Terkait dengan perencanaan pembangunan dan penyelenggaraan penataan ruang, RPKPP ini merupakan suatu hal yang baru bagi suatu kota. Selama ini bentuk penanganan kawasan permukiman yang ada seringkali belum didasarkan pada prioritas maupun kebutuhan kota secara komprehensif dan belum sepenuhnya berbasis pada penanganan kawasan. Oleh karena lingkup pembangunan perumahan dan permukiman yang diwadahi dalam Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) ini mencakup aspek penataan ruang dan aspek penyediaan prasarana dan sarana lingkungan (utilitas umum). Kegiatan ini juga diharapkan dapat memacu terwujudnya keterpaduan prasarana dan sarana kawasan perumahan dan permukiman sehingga dapat menciptakan permukiman yang responsif yang mendukung kehidupan dan penghidupan bagi penghuninya. 1-3

15 1.2. TUJUAN Kegiatan Penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) Perkotaan Muara Bungo Kabupaten Bungo bertujuan membantu pemerintah Kabupaten Bungo dalam hal ini perkotaan Muara Bungo sebagai pusat, baik administrasi keperintahan maupun jasa dan perdagangan serta sebagai Ibukota Kabupaten, dalam menyiapkan rencana aksi program penanganan permasalahan permukiman berikut infrastruktur keciptakaryaan yang ada di dalam kawasan prioritas sesuai dengan arahan strategi penanganan kawasan SASARAN Berdasarkan tujuan tersebut, maka sasaran dari Kegiatan Penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) Perkotaan Muara Bungo ini adalah: Tersedianya acuan bagi Direktorat Jenderal Cipta Karya dalam mengoptimalkan investasi pembangunan permukiman dan infrastruktur keciptakaryaan yang dapat mendukung dan mempercepat penanganan persoalan pembangunan. Tersedianya instrumen penanganan persoalan pembangunan pada kawasan permukiman yang berbasis kawasan yang dapat diacu oleh seluruh pemangku-kepentingan di Kabupaten Bungo, khususnya di Perkotaan Muara Bungo dan bersifat operasional; Tersedianya rencana aksi program penanganann yang bersifat strategis dan berdampak pada penyelesaian persoalan pembangunan yang lebih luas selama 5 (lima) tahun ke depan; Tersedianya Rencana Teknis Rinci ( Detail Engineering Design/DED) untuk program penanganan prioritas di dalam kawasan yang meliputi infrastruktur keciptakaryaan untuk rencana aksi/tindak di tahun pertama (2013) 1-4

16 1.4. RUANG LINGKUP KEGIATAN Kegiatan Penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) Perkotaan Muara Bungo, pada dasarnya adalah kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari keberadaan SPK, RTRW dan SPPIP, serta RPKPP merupakan salah satu bentuk rencana operasional dari SPPIP dan RTRW. Berkaitan dengan hal ini, maka lingkup kegiatan dari rangkaian Kegiatan Penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP ) tetap mengacu pada SPK dan SPPIP. Secara rinci, lingkup kegiatan dari rangkaian Kegiatan Penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) adalah sebagai berikut : a. Melakukan kajian/review dan evaluasi terhadap berbagai produk rencana yang telah dimiliki pemerintah kota/kabupaten, diantaranya RPJPD, RPJMD, RTRW, RPIJM, dan SPPIP untuk dioptimalkan dan disinergikan sesuai dengan karakteristik dan kekhasan Perkotaan Muara Bungo yang ingin dicapai dalam jangka waktu tertentu. b. Melakukan kaji ulang, evaluasi dan analisa terhadap kontribusi dan kedudukan kawasan-kawasan permukiman perkotaan dan tingkat pelayanannya dalam lingkup wilayah Perkotaan Muaraa Bungo c. Melakukan identifikasi dan penetapan kawasan-kawasan permukiman prioritas dalam skala kota berdasarkan arahan Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP), Rencana Pengembangan dan Pembangunan Perumahan dan Permukiman Perkotaan Muara Bungo atau dokumen sejenis lainnya yang telah digunakan sebagai acuan pengembangann permukiman di Kota Muara Bungo. d. Melakukan survey primer dan sekunder untuk mendapatkan data dan informasi terkait permasalahan, kebijakan, strategi dan program pengembangan kawasan permukiman prioritas dalam konstelasi kota, serta dataa dan informasi pendukung analisa dan penyusunan RPKPP. e. Menyiapkan peta dasar dengan kedalaman informasii skala 1 : yang akan digunakan sebagai peta dasar untuk melakukan identifikasi kebijakan dan strategi penanganan dan pengembangan kawasan sesuai arahan strategi pengembangan kota maupun rencana pengembangan permukiman terkait lainnya, melakukan analisa serta 1-5

17 menuangkan konsep dan strategi pengembangan kawasan permukiman prioritas dan infrastruktur keciptakaryaannya ke dalam bentuk spasial. f. Identifikasi potensi, permasalahan, hambatan, dan tantangan pembangunan permukiman dan infrastruktur keciptakaryaan pada kawasan prioritas tersebut. Proses identifikasi ini dilakukan di atas peta dasar yang bersumber dari citra satelit atau foto udara. g. Melakukan analisa kebutuhan penanganan dan pengembangan kawasan permukiman prioritas beserta kebutuhan infrastruktur keciptakaryaannya dan komponen pengembangan kawasan terkait. h. Menetapkan kebutuhan dan skala prioritas penanganan dan pembangunan permukiman dan infrastruktur keciptakaryaan pada kawasan prioritas. Penetapan kebutuhan, bentuk dan skala prioritas penanganan ini dilakukan dengan diskusi terfokus terfokus ( Focus Group Discussion/FGD) yang melibatkan pemangku kepentingan di Kabupaten Bungo.. i. Penyusunan konsepsi, rencana, strategi, dan program untuk penanganan dan pembangunan permukiman dan infrastruktur keciptakaryaan pada kawasan prioritas terpilih. Proses penyusunan konsepsi, rencana, strategi, dan program ini dilakukan dengan diskusi terfokus ( Focus Group Discussion/FGD) yang melibatkan pemangku kepentingan di Kabupaten Bungo. j. Berdasarkan proses identifikasi, penetapan kebutuhan dan penetapan skala prioritas penanganan dan pengembangan pada kawasan prioritas, dilakukan pemilihan 2 (dua) kawasan di dalam kawasan permukiman prioritas yang akan dilakukan penanganan dan pembangunannya pada tahap pertama. Pada kawasan pengembangan tahap I (pertama) ini dilakukan penyusunan rencana penanganan secara lebih rinci dan operasional, dengan tingkat kedalaman skala perencanaan 1 : k. Penyusunan rencana aksi program strategis penanganan dan pembangunan permukiman berbasis kawasan dan pendekatan perencanaan partisipatif dalam bentuk Community Action Plan (CAP) pada kawasan prioritas. Rencana aksi program ini meliputi 1-6

18 infrastruktur keciptakaryaan maupun komponen sektor terkait lainnya, dan disusun dengan tingkat kedalaman yang bersifat operasional yang siap diimplementasikan pada tahun I (2013). l. Penyusunan Rencana Teknis Rinci ( Detail Engineering Design/DED) untuk komponen program penanganan prioritas di dalam kawasan yang meliputi infrastruktur kecipta-karyaan. m. Penyusunan tahapan pelaksanaan dari rencana aksi program penanganan dan pembangunan permukiman pada kawasan prioritas, yang meliputi infrastruktur keciptakaryaan maupun dan sektoral terkait lain. n. Melakukan sosialisasi hasil penyusunan RPKPP melalui diseminasi kepada dinas/instansi terkait di Perkotaan Muara Bungo. o. Menyusunn materi visualisasi hasil rencana (RPKPP) yang akan digunakann untuk kebutuhan sosialisasi dalam bentuk poster dan leaflet. Materi visualisasi ini berisikan konsep, rencana, strategi dan rencana aksi program penanganan dan pembangunan permukiman baik padaa kawasan prioritas maupun kawasan pengembangan tahap I (pertama). p. Melakukan kegiatan diskusi dan pembahasan sebagai berikut: Focus Group Discusion (FGD), dilakukan untuk setiap kegiatan bersama antara Tim Ahli Konsultan dengan pemangku kepentingan kawasan dan kota, dan instansi/pihak terkait dalam menyusun dan merumuskan setiap kegiatan yang membutuhkan penyepakatan bersama. FGD ini dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali untuk kegiatan berikut: - Penetapan kebutuhan, bentuk dan skala prioritas penanganan dan pengembangan permukiman dan infrastruktur keciptakaryaan pada kawasan prioritas; - Penyusunan konsepsi, strategi, dan program untuk penanganan dan pembangunan permukiman dan infrastruktur keciptakaryaan pada kawasan prioritas terpilih; - Penyusunan rencana aksi program penanganan pembangunan permukiman berbasis kawasan dan dan 1-7

19 pendekatan perencanaan partisipatif dalam bentuk Community Action Plan (CAP) pada kawasan prioritas; Setiap kegiatan FGD diikuti minimal oleh 20 (dua puluh) orang peserta, dan dilakukan di dalam kawasan prioritas. Kolokium, merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Direktorat Pengembangan Permukiman, Direktorat Jenderal Cipta Karya, yang ditujukan untuk melakukan penyamaan pencapaian dari kegiatan penyusunan RPKPP yang dilakukan di setiap kota/kabupaten. Pihak Konsultan akan mengikuti kegiatan Kolokium dan melaporkan kemajuan pencapaian kegiatan maupun hasil kesepakatan di Kabupaten Bungo, untuk Perkotaan Muaraa Bungo dalam penyusunan RPKPP. Kegiatan Kolokium ini dilakukan sebanyak 2 (dua) kali masing masing selama 1 (satu) hari untuk kegiatan berikut : - Dilakukan pada awal bulan ke-3 (tiga) setelah SPMK, setelah dilakukan kegiatan identifikasi dan penetapan kawasan- kawasan permukiman prioritas; - Dilakukan pada akhir bulan ke-7 (tujuh) setelah SPMK, setelah dilakukan kegiatan penyusunan konsep, rencana, strategi dan program penanganan dan pengembangan permukiman dan infrastruktur keciptakaryaan pada kawasan prioritas, dan pada saat penyusunan Rencana Aksi Program. Diseminasi, dilakukan pada akhir kegiatan dan ditujukan untuk mensosialisasikan seluruh hasil kegiatan dan produk RPKPP, serta rencana aksi program yang telah disepakati, kepada dinas/instansi terkait dan pemangku-kepentingann di Kabupaten Bungo lainnya. Diseminasi dilakukan di tingkat Perkotaan Muara Bungo Kabupaten Bungo. Kegiatan Diseminasi diikuti oleh sekitar 50 (lima puluh) orang peserta yang mewakili pemangku-kepentingan kota, baik lembaga eksekutif, legislatif, akademisi maupun perwakilan masyarakat, dan pihak pemerintah propinsi. 1-8

20 Diskusi Pembahasan, dilakukan untuk setiap pembahasan laporan pelaksanaan kegiatan pada setiap tahapnya. Diskusi Pembahasan dilakukan di Perkotaan Muara Bungo Kabupaten Bungo tempat dilakukannya penyusunan RPKPP. Diskusi pembahasan dilakukan untuk pembahasan laporan pendahuluan, laporan antara, laporan akhir sementara dan laporan akhir RUANG LINGKUP WILAYAH Kegiatan penyusunan RPKPP adalah pada Kawasan Perkotaan Muara Bungo, yang dimaksud dengan definisi Kawasan Perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. Sedangkan Kawasan Perkotaan Baru adalah kawasan perdesaan yang direncanakan dan dibangun menjadi kawasan perkotaan. Kegiatan Pendampingan Penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKP P) tahun anggaran 2011 dilakukan pada 2 (dua) kawasan permukiman prioritas terpilih, yaitu Kawasan Prioritas Kelurahan Jaya Setia dan Kelurahan Pasir Putih, yang terdapat di Perkotaan Muara Bungo Kabupaten Bungo, yang mengacu pada arahan yang terdapat dalam SPPIP, hasil konsensus Pokjanis Kabupaten Bungo, maupun dokumen strategi pembangunan kota atau permukiman sejenis lainnya RUANG LINGKUP TEMPORAL Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) ini direncanakan untuk jangka waktu selama 5 tahun ( ) SISTEMATIKA PEMBAHASAN Sistematika Penyusunan Pembahasan meliputi hal-hal sebagai berikut : Bab 1 PENDAHULUAN Berisi mengenai Latar belakang, Maksud, Tujuan dan Sasaran serta Sistematika Dokumen Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP). 1-9

21 Bab 2 Bab 3 Bab 4 Bab 5 GAMBARAN UMUM Berisi tentang informasi data dan keadaan Kota Muara Bungo padaa saat sekarang berdasarkan dari data-data sekunder dan primer, sebagai bahan masukan pada tahap selanjutnya. IDENTIFIKASI POTENSI DAN PERSOALAN PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR KECIPTAKARYAAN PADA KAWASAN PRIORITAS Berisi mengenai gambaran umum perkotaan Muara Bungo, tinjauan kebijakan pembangunan permukiman dan infrastruktur keciptakaryaan di perkotaan Muara Bungo, penetapan kawasan prioritas serta identifikasi kawasan prioritas. RENCANA AKSI PROGRAM Berisi tentang identifikasi kebutruhan penangan, analisis, konsep, rencana, dan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman pada kawasan prioritasdan penetapan serta pembangunan kawasan prioritas tahap pertama. RENCANA PENANGANAN KAWASAN TAHAP I Berisi tentang penentuan rencana penanganan pembangunan tahap I (pertama), konsep dan penanganan kawasan. kawasan rencana 1-10

22 LAPORAN A K H I R RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA BUNGO TAHUN KONDISI FISIK Kondisi fisik Kabupaten Bungo secara menyeluruh memliki struktur bentangan alam yang datar dan bergelombang merupakan salah satu dasar utama untuk mengimplementasikan serangkaian program pembangunan yang di sesuaikan dengan karakter fisik kawasan yang ada, dimana wilayah yang relatif datar relevan untuk pengembangan struktur ruang terbangun (build up area) yang di realisasikan kedalam pengalokasian kawasan fungsional kota, sedangkan untuk kawasan yang bergelombang dialokasikan sebagai kawasan konservasi yang sekaligus dapat berfungsi sebagai kawasan penyangga ( buffer zone). Untuk pengembangan struktur terbangun yang merupakan tujuan konkrit dari pelaksanaan pembangunan, pemanfaatan guna lahan merupakan bagian yang integral dan memiliki peran yang penting Letak Wilayah dan Batas Administrasi Kabupaten Bungo terletak di bagian Barat Propinsi Jambi dengan luas wilayah sekitar km2. Wilayah ini secara geografis terletak pada posisi 101º27 sampai dengan 102º 30 Bujur Timur dan di antara 1º 08 hingga 1º55 Lintang Selatan. Berdasarkan letak geografisnya Kabupaten Bungo berbatasan dengan Kabupaten Tebo dan Kabupaten Darmasraya di sebelah Utara, Kabupaten Tebo disebelah Timur, Kabupaten Merangin di sebelah Selatan, dan Kabupaten Kerinci disebelah Barat. Secara administrasi Kabupaten Bungo terdiri dari 17 (tujuh bela s) kecamatan yang meliputi 13 (tiga belas) kelurahan dan 124 (seratus dua puluh empat) desa dengann luas wilayah Km² atau ha, dengan berbagai perbedaan perkembangan, baik karena potensi geografis, sumberdaya alam, 2-1

23 LAPORAN A K H I R RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA BUNGO TAHUN 2011 sumberdaya manusia maupun karena pembangunan prasarana pada masingaspek geografis, masing kecamatan dan antar desa/kelurahan. Dilihat dari kabupaten ini mempunyai letak yang strategis karena terletak pada ruas Jalan Lintas Barat Sumatera. Gambar 2.1. Peta orientasi Kota Murabungo terhadap Pulau Sumatera 2-2

24 LAPORAN A K H I R Lokasi Kecamatan Muaro Bungo yang menjadi pusat pemerintahan Kabupaten Bungo memiliki peluang yang cukup besar untuk dapat bertumbuh dengan pesat karena berada pada jalur lalu lintas perekonomian yang menghubungkan bagian utara hingga selatan pulau sumatra. Kesiapan Kabupaten Bungo untuk dapat bertumbuh dengan cepat telah diawali dengan pemekaran kecamatan dari 8 menjadi 17 wilayah kecamatan. Adapun luas Kabupaten Bungo per wilayah kecamatan pasca pemekaran, sesuai dengan Undang-Undang No. 45 Tahun 1999 yang di bagi menjadi beberapa bagian wilayah, seperti terlihat pada Tabel 2.1 dan Gambar Batas Administrasi Batas Kabupaten Bungo meliputi beberapa wilayah yaitu : Sebelah Utara Berbatasan: asan: Kabupaten Tebo dan Kabupaten Dharmasraya Sebelah Timur : Kabupaten Tebo Sebelah Selatan : Kabupaten Merangin Sebelah Barat : Kabupaten Dharmasraya dan Kabupaten Kerinci Tabel 2.1 Luas Wilayah dan Jumlah Desa Kabupaten Bungo Tahun 2008 No Kecamatan Jumlah Luas Kelurahan Desa (Ha) 1. Pelepat Pelepat Ilir Bathin II Babeko Rimbo Tengah Pasar Muara Bungo Bungo Dani Bathin III Rantau Pandann Muko-muko Bathin VII Bathin III Ulu Tanah sepenggalgal Tanah sepenggal Lintas Tanah Tumbuh Limbur Lubuk Mengkuang Bathin II Pelayang Jujuhan Jujuhan Ilir Jumlah Sumber: Kabupaten Bungo Dalam Angka 2010 PT. Ganes Engineering g Consultant 2-3

25 LAPORAN A K H I R Tabel 2.2. Pembagian an Luas Wilayah Administrasi Per Kecamatan di Kabupaten Bungo Tahun 2009 JUMLAH LUAS No. KECAMATANAN (KM 2 DESA/KELURAH ) AN PROSENTA SE LUAS WILAYAH (%) Pelepat 1,256, ,55 % Pelepat Ilir 495, ,92% Bathin II Babeko 279,00 4 3,9% Rimbo Tengah 155,55 4 2,17% Bungo Dani ,9% Pasar Muara Bungo 77,78 5 0,54% Batghin III 116,66 8 1,63% 8. Rantau Pandan 505,92 6 7,07% 9. Muko-Muko Bathin IV 437,22 8 6,11% 10. Bathin III Ulu 618,34 9 8,64% 11. Tanah Sepenggal 274, ,83% 12. Tanah Sepenggal Lintas 224, ,14% 13. Tanah Tumbuh 307, ,3% 14. Limbur Lubuk Mengkuang 1.101, ,39 % 15. Bathin II Palayang 131,83 5 1,84% 16. Jujuhan 682,95 8 9,54% 17. Jujuhan Ilir 455,29 7 6,36 % 7,160, Sumber: Kabupaten Bungo Dalam Angka 2010 PT. Ganes Engineering g Consultant 2-4

26 Gambar 2.2. : Peta Batas Administrasi Kecamatan Kabupaten Bungo - Jambi 2-5

27 LAPORAN A K H I R RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA BUNGO TAHUN Geomorfologi Kondisi geomorfologi suatu daerah dapat dijadikan sebagai salah satu dasar perencanaan pembangunan. Indikator geomorfologi yang dinilai berpengaruh dalam perencanaan pembangunan daerah di antaranya adalah letak wilayah, topografi, iklim, hidrologi, dan geologi serta struktur tanah. Wilayah Kabupaten Bungo secara umum adalah berupa perbukitan dengan ketinggian berkisar antara 70 hingga 1300 M dpl, yang diantaranya sekitar 87,70 persen berada pada rentang ketinggian 70 hingga 499 mdpl. Sebagian besar wilayah Kabupaten Bungo terletak pada sub daerah aliran sungai (Sub -Das) Sungai Batang Tebo Topografi Kemiringan lereng dan garis kountur merupakan kondisi fisik topografi suatu wilayah yang sangat berpengaruh terhadap dalam kesesuaian lahan dan mempengaruhi penataan lingkungan alami juga merupakan faktor utama yang menentukan apakah suatu daerah layak untuk di budidayakan atau tidak. Keadaan Topografi Kabupaten Bungo adalah sebagian dataran rendah terletak disebelah utara dan tengah yang sebagiannya terdiri dari rawa-rawa dengan ketinggian hampir sama dengan permukaan laut atau sampai dengan ketinggian 20 meter dpl. Sekitar 43,23% lahan yang ada di Kabupaten Bungo memiliki kemiringan lahan antara 0 15%, sedangkan sisanya sekitar yaitu 36,55% mempunyai kemiringan lahan 16 40%. Karakter fisik dengann kemiringan yang cukup bervariasi ini membentuk bentang alam yang bervariasi pula. Namun secara umum merupakan wilayah yang relatif landai dan bergelombang. Wilayah yang relatif curam yaitu 20,22% dari luas lahan secara keseluruhan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel.2.3. Kemiringann Lereng di Kabupaten Bungo Menurut Kecamatan Kecamatan Kec.Bathin II Babeko Kec.Bathin II Pelayang Kec.Bathin III Kec.Bathin III Ulu 0 2 % 2 15% % 40 % Total

28 LAPORAN A K H I R Kecamatan 0 2 % 2 15% % 40 % Total Kec.Bungo Dani Kec.Jujuhan Kec.Jujuhan Ilir Kec.Limbur Lubuk Mengkuang Kec.Muko-Muko Bathin IV Kec. Pasar Muara Bungo Kec. Pelepat Kec. Pelepat Ilir Kec. Rantau Pandan Kec. Rimbo Tengah Kec.Tanah Sepenggal Kec.Tanah Sepenggal Lintas Kec. Tanah Tumbuh Total Sumber. Laporan Antara Pengembangan Kawasan Strategis Tumbuh Cepat Tahun Geologi Kabupaten Bungo mempunyai formasi geologi yang menjadi pra-tersier, tersier dan kwarter dengan rincian sebagai berikut : 1. Endapan Permukaan o o Endapan Aluvial, terdiri dari aluvium sungai berupa lempung pasir, kerikil dan bongkahan batu beku, kwarsit dan macam lainnya yang di endapkan di sepanjang dataran banjir. Umumnya endapan aluvial ini menyebar ebar di sepanjang aliran sungai Batang Hari dan Batang Tebo. Tufa, termasuk dalam formasi jaman tersier yang sebagian besar di endapkan di jalur aliran dan dataran aluvial serta mengisi depresi dataran an bukan barisan dan bukit tersier 2-7

29 Gambar.2.3. Peta Kemiringan Lereng Kabupaten Bungo - Jambi 2-8

30 Gambar.2.4. Peta Geologi Kabupaten Bungo - Jambi 2-9

31 LAPORAN A K H I R RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA BUNGO TAHUN Batuan Sedimen, terdiri dari formasi lahat, yang tergolong dalam formasi tersier tua (Pliosen). Formasi ini tersusun dari material breksi, konglomerat, dan batuan pasir kaya kwarsa. 3. Pretersier o o Trias, merupakan batuan yang tertutup bahan vulkanik dari Gunung Kerinci dan hanya terdapat di tepi-tepi lembah, sungai dan tinjolan batuan,terutama terdiri dari batu tulis jenis felit, batu pasir kwarsitis dan sebagainya. Perma Karbon, merupakan formasi geologi tertua yang terdapatdi Kecamatan Rantau Pandan dan Tanah Tumbuh. 4. Batuan Terobosan o Granit,, yang pada umumnya terdapat di Kecamatan Rantau Pandan, Tanah Tumbuh dan Tanah sepenggal Sebaran batuan pembentuk /geologi di Kabupaten Bungo di dominasi oleh jenis batuan Granit yaitu seluas Ha. Sedangkan batuan diorit merupakan luas penyebaran terkecil dengan luas Ha Iklim Seperti umumnya wilayah lainnya di Sumatera, wilayah Kabupaten Bungo sama dengan iklim tropis dengan temperatur berkisar antara ,7 C, rentang iklim yang tidak terlalu lama bersamaan dengan hari hujan dan curah hujan sepanjang tahun. Rata-rata curah hujan di Kabupaten Bungo pada tahun 2009 adalah 170,43 mm dan relatif merata, menyebabkan wilayah Kabupaten Bungo memiliki potensi yang cukup baik untuk mengembang dalam usaha pertanian, baik tanaman pangan maupun perkebunan Jarak Tempuh Jarak dari satu daerah ke daerah lain di Kabupaten Bungo relatif dekat untuk mencapai jarak antar daerah dapat di tempuh dengan menggunakan angkutan umum, adapun jarak tempuh dari ibukota kecamatan ke ibukota kabupaten Bungo dan ke beberapa daerah di sekitarnya adalah sebagai berikut. 2-10

32 LAPORAN A K H I R RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA BUNGO TAHUN 2011 Tabel.2.4. Jarak Antara Kabupaten Ke Kota Kecamatan Di Sekitarnya JARAK KE NO KECAMATAN NAMA IBUKOTA IBUKOTA KECAMATAN KABUPATEN (Km) 1. Pelepat Rantau Keloyang Pelepat Ilir Kuamang Jaya Bathin II Babeko Simpang Babeko Rimbo Tengah Cadika 2 5. Bungo Dani Talang Pantai 7 6. Pasar Muara Bungo Bungo Timur 5 7. Bathin III Sungai Binjai Rantau Pandan Rantau Pandan Muko-muko BathinVII Tanjung Agung Bathin III Ulu Muara Buat Tanah Sepenggal Pasar Lubuk Landai Tanah Sepenggal Lintas Ambacang Gedang Tanah Tumbuhuh Tanah Tumbuh Limbur Lubuk Mengkuan Tuo Limbur Bathin II Pelayang Pelayang Jujuhan Rantau Ikil Jujuhan Ilir Pulau Batu 80 Sumber : BPS Bungo,Bungo Dalam Angka 2-11

33 LAPORAN A K H I R RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA BUNGO TAHUN KEPENDUDUKAN Persebaran jumlah penduduk kurang merata, karena secara absulot jumlah penduduk di tiap kecamatan masih timpang. Dari hasil survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2008,jumlah penduduk Kabupaten Bungo menunjukkan jumlah sekitar 271,625 jiwa. Kepadatan penduduk, pada tahun 2009 kepadatan penduduk rata-rata per kilometer setiap kecamatan adalah : Tabel 2.5 Jumlah Kepadatan Penduduk per Kilometer Tahun 2009 KEPADATAN No. KECAMATAN PENDUDUK (Km² ²) 1. Pelepat 24 jiwa 2. Pelepat ilir 89 jiwa 3. Bathin 2 Babeko 45 jiwa 4. Rimbo Tengah 172 jiwa 5. Bungo Dani 526 jiwa 6. Pasar Muara Bungo jiwa 7. Bathin III 185 jiwa 8. Rantau Pandan 35 jiwa 9. Muko-muko Bathin VII 68 jiwa 10. Bathin III Ulu 21 jiwa 11. Tanah Sepenggal 196 jiwa 12. Tanah Sepenggal Lintas 238 jiwa 13. Tanah Tumbuh 57 jiwa 14. Limbur Lubuk Mengkuang 16 jiwa 15. Bathin II Pelayang 52 jiwa 16. Jujuhan 55 jiwa 17. Jujuhan Ilir 54 jiwa Sumber : Bungo dalam angka 2010 Berdasarkan trend perkembangan penduduk dari tahun , penduduk Kabupaten Bungo relatif menunjukkan penambahan walaupun pada beberapa kecamatan perkembangannya dalam jumlah yang relatif kecil. Lebih 2-12

34 LAPORAN A K H I R jelasnya, jumlah dan perkembangan penduduk Kabupaten Bungo dapat di lihat pada tabel berikut ini. i. Tabel Distribusi ibusi Kepadatan Penduduk Kabupaten Bungo Tahun No Kecamatan Jumlah Penduduk (jiwa) Pelepat Pelepat Ilir Bathin II Babeko Rimbo Tengah Pasar Muara Bungo Bungo Dani Bathin III Rantau Pandan Muko-muko Bathin VII Bathin III Ulu Tanah Sepenggal Tanah Sepenggal Lintas Tanah Tumbuhuh Limbur Lubuk Mengkuang Bathin II Pelayang Jujuhan Jujuhan Ilir Jumlah Sumber: Laporan Antara Penyusunan perencanaan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh, Kab.Bungo Tenaga Kerja Pada dasarnya struktur tenaga kerja merupakan komposisi penduduk berdasarkan lapangan kerja atau jenis pekerjaanya. Data struktur tenaga kerja menggambarkan jumlah penduduk yang telah bekerja berdasarkan jenis usaha yang tersedia, sehingga dapat diindentifikasi jumlah penduduk yang telah bekerja dengan membandingkan jumlah angkatan kerja terhadap penduduk pencari kerja. Berdasarkan status pekerjaan utama yang ada di Kabupaten Bungo pada tahun 2008 umumnya penduduk dengan usia 15 tahun keatas bekerja sebagai buruh/karyawan sekitar 28,11%, Sedangkan penduduk yang status pekerjaan berusaha sendiri terdapat 26.63%. Hal ini menunjukkan tingkat wiraswasta yang cukup tinggi bila dilihat dari status pekerjaannya. Jumlah pencari kerja pada tahun 2-13

35 LAPORAN A K H I R RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA BUNGO TAHUN berjumlah 6,4144 orang yang terdiri dari jumlah pencari kerja laki-laki berjumlah 4,951 orang dan pencari kerja perempuan berjumlah 1,463 orang Transmigrasi Seiring dengan program pemerintah dalam pelaksanaan penyebaran penduduk dengan program transmigrasi, Kabupaten Bungo merupakan salah satu daerah penerima transmigrasi di Propinsi Jambi, jumlah transmigrasi yang yang diterima di Kabupaten Bungo pada tahun 2009 sebanyak 242 jiwa yang ditempatkan di kecamatan Rantau Pandan POTENSI SUMBER DAYA ALAM Potensi wilayah dan sumber daya alam yang dimiliki menjadikan daerah ini menjadi salah satu daerah yang berpotensi sebagai pembangkit pembangunan perekonomian Provinsi Jambi. Salah satu modal dasar yang dimilikii Kabupaten Bungo adalah letak Ibukota kabupaten yang berada di jalur barat lintas Sumatra. Kehadiran jalur lintas Barat Sumatera tersebut memperbesar potensi daerah sebagai penghubungg dalam kegiatan perekonomian antara Kabupaten Bungo ke Kota Padang atau Kota Padang Ke Kota Palembang yang melalui Kabupaten Bungo. Potensi hamparan pertanian yang sangat luas dengan melihat data penggunaan pada tahun 2002, bahwa Kabupaten Bungo memiliki areal pertanian yaitu seluas 13,383,,75 Ha. Wilayah Kecamatan Jujuhan Ilir terdapat calon areal persawahan seluas Ha,yang siap di cetak menjadi lahan pertanian yang tadinya berfungsi sebagai bekas lahan transmigrasi tanaman pangan yang ditempatkan di Desa Sari Mulya di Kecamatan Jujuhan Ilir. Selain areal pertanian potensi lahan tanaman pangan juga, masih besar dengan tersediannya lahan pertanian seluas ,50 Ha. Selain sektor primer penghasil produk pertanian Kabupaten Bungo juga memiliki sumber penghasilan alam yaitu berupa tambang yang dapat mendukung penghasilan asli daerah. Dari data statistik Kabupaten Bungo Dalam Angka 2010 ada terdapat jenis 18 bahan tambang yang bisa dimanfaatkan yang potensial dapat mendudukung perekeonomian daerah diantaranya : batu bara, minyak, emas, tembaga, timbal, timah putih, bijih besi, obsidian/perlit, oker, granit, lempung, kaolin, pasirkuarsa, pasir dan kerikil, andesit, batu sue zuki dan bitumen padat. Sumber daya hutan sebagai penghasil devisa 2-14

36 LAPORAN A K H I R RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA BUNGO TAHUN 2011 negara dan pendapatan asli daerah, diharapkan mampu sebagai salah satu sumber daya alam yang menyumbangkan pendapatan bagi daerah INDUSTRI DAN ENERGI Industri di Kabupaten Bungo setiap tahun mengalami peningkatan, baik dari jumlah unit usaha, tenaga kerja, nilai investasi maupun produksinya. Peningkatan jumlah perusahaan industri di Kabupaten Bungo dapat 2009 sebanyak 883 unit usaha, dengan jumlah tenaga kerja sebanyak orang. Pertambangan dan Energi yang akhir-akhir ini menjadi salah satu aspek pembangunan yang sangat strategis di Kabupaten Bungo di harapkan mampu memberikan pemasukan PAD bagi Kabupaten Bungo. Bahan tambang seperti Batu bara yang terdapat di Kabupaten Bungo memiliki kualitas yang cukup baik dengan nilai kandungan kalori antara kalori Listrik Sistem jaringan listrik merupakan salah satu program pemerintah yang bertujuan untuk memberikan sarana penerangan agar dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat. Perkembangan kelistrikan di Kabupaten Bungo meningkat seiring dengan adanya laju perkembangan pembangunan, kelistrikan secara fungsi di bagi menjadi 6 golongan/kategori antara lain : sosial/sekolah, rumah tangga, perdagangan, industri, pemerintahan dan penerangan jalan. Sedangkan untuk produksi air minum tahun 2009 mengalami kenaikan m³ atau 33.75%. Sedangkan produksi yang terjual meningkat 14.96% dengan peningkatan jumlah pelanggan sebanyak 711 pelanggan. Untuk rencana pengembangan jaringan listrik di Kota Muara Bungo di prioritaskan untuk melayani wilayah permukiman baruserta di lakukan secara bertahap mengikuti perkembangan kota dan terpadu dengan pengembangan jaringan lainnya. Sehubungan dengan hal tersebut untuk memenuhi kebutuhan penduduk dalam hal penerangan, maka pada rencana pengembangan Kota Muara Bungo harus di ikuti pula dengan rencana penerangan listrik dari PLN Hotel Restauran dan Pariwisata Tingkat pengadaan kamar hotel pada tahun 2009 di Kab.Muara Bungo meningkat dengan 7.78% dan jumlah tempat tidur mengalami penurunan 649 unit atau menurun 1.82% di banding tahun sebelumnya.pada tahun 2008 tingkat hunian 2-15

37 LAPORAN A K H I R RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA BUNGO TAHUN 2011 hotel berbintang 43.72%, sedangkan tingkat hunian tahun 2009 naik 2 poin 45.72%.Untuk tingkat kamar hunian non bintang dan akomudsi lainnya turun dari %tahun 2008 menjadi 20.49% pada tahun 2009.Selanjutnya rata-rata lama menginap tamu tahun 2008 untuk hotel berbintang,non bintang dan akomodasi lainnya tercatat hari,tahun 2009 rata-rata lama menginap tamu hotel berbintang,non bintang mengalami peningkatan masing-masingg 1.52 hari 1.63 hari PERHUBUNGAN DAN ANGKUTAN DARAT Prasarana jalan yang baik merupakan prasarana utama pada suatu wilayah yang dapat mendukung kegiatan ekonomi, peningkatan pembangunan prasarana jalan dapat mempermudah mobilitas penduduk dan masyarakat sebagai pelaku ekonomi dan mempermudah hubungan antar daerah, baik lokal maupun luar daerah. Panjang jalan di Kabupaten Bungo tahun 2009 adalah 968,06 km yang terdirii dari jalan dengan kondisi baik 443,54 km, jalan dengan kondisi sedang 107,65 km, jalan dengan kondisi rusak km dan kondisi rusak berat km Sistem Transportasi Darat Pengembangan transportasi darat di Kabupaten Bungo perlu di arahkan agar dapat menunjang usaha-usaha kearah perwujudan sistem pusat pelayanan yang ingin di capai. Adapun rencana yang perlu diperhatikan dalam pengembangan transportasi darat di Kabupaten Bungo antara lain adalah sebagai berikut : a. Sistem pergerakan dalam Kabupaten Bungo harus merupakan satu kesatuan sistem dari jaringan pergerakan secara keseluruhan khususnya, maupun dengan wilayah yang lebih luas. b. Sistem jaringan pergerakan dalam Kabupaten Bungo harus dapat menunjang perwujudan pola struktur ruang pemanfaatann ruang dan sistem pusat pelayanan yang di tuju. c. Sistem pergerakan dalam Kabupaten Bungo harus menunjang usaha-usaha pengembangan terhadap kelancaran fungsi jalan utama yang melewati Kabupaten Bungo saat ini. 2-16

38 LAPORAN A K H I R RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA BUNGO TAHUN 2011 d. Sistem jaringan pergerakan yang di rencanakan harus membantu meningkatkanan perkembangan dalam wilayah tersebut, sesuai dengan potensi dan arah kebijakan yang ada. Terutama untuk mengarahkan perkembangan yang kurang terkendali pada tepi jalur utama yang melalui Kabupaten Bungo e. Perencanaann pola sirkulasi sarana angkutan umum beserta prasarana penunjang di Kabupaten Bungo perlu disesuaikan dengan pola sirkulasi angkutan umum secara keseluruhan (inter regional). f. Pada Lokasi-lokasi tertentu yang diperkiraan terjadi pergantian moda angkutan penumpang dan barang perlu disediakan halte-halte yang memadai. g. Penyediaan terminal angkutan barang hendaknya terletak di ruas jalan utama sesuai dengan fungsi terminal tersebut, ataupun bila ditentukan lain sebaiknya mempunyai aksesbilitas yang tinggidan tersambung dengan ruas jalan utama. h. Pada ruas jalan utama di perlukan perhatian pengaturan lalu lintas (traffic management) terutama pada perpotongan dan persimpangan serta pada mulut-mulut jalan (frontage road) di pusat-pusat kegiatan yang berada pada jalan-jalan utama. Rencana pengembangan Kabupaten Bungo ini perlu didukung oleh adanya suatu sistem transportasi yang terintegrasi dengan baik untuk menghubungkan Ibukota Propinsi di Pulau Sumatera dengan Kota-kota di pulau jawa melalui jalan lintas sumatra. Dalam lingkup internal, sistem transportasi Kabupaten Bungo harus mampu mempermudah hubungan antar pusat-pusat desa pengembangan di wilayah Kabupaten Bungo itu sendiri termasuk dengan pusat-pusat pertumbuhan di wilayah kabupaten sekitarnya, sedangkan pola jaringan jalan secara umum dalam waktu mendatang perlu mengalami penyesuaian, terutama penyesuaian yang bersifat struktural terutama yang menyangkut hirarki fungsi, pola jaringan jalan serta peningkatan dan pemeliharaanya. 2-17

39 LAPORAN A K H I R Gambarl.2.5. Peta Jaringan Jalan Kabupaten Bungo Propinsi Jambi 2-18

40 LAPORAN A K H I R RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA BUNGO TAHUN 2011 Tabel 2.7 : Panjang Jalan Kabupaten Menurut Kecamatan Dan Jenis Permukaan Jalan Di Kabupaten Bungo Tahun 2009 JENIS PERMUKAAN KECAMATAN Aspal Tidak di TOTAL Lain-lain aspal 1. Pelepat Pelepat Ilir Bathin II Babeko Rimbo Tengah Bungo Dani 6. Pasar Muara a Bungo 7. Bathin III Rantau Pandan Bathin III Ulu Muko-Muko Bathin VII Tanah Sepenggal Tanah Sepenggal Lintas LimburLubuk Mengkuang Jumlah total Sumber :Kota Bungo Dalam Angka Tanah Tumbuh Jujuhan Bathin II Pelayang Jujuhan Ilir Sistem Transportasi Sungai Jenis pelayanan anan angkutan sungai memegang peranan penting dalam perekonomian wilayah. ah. Selain melayani transportasi barang, angkutan sungai juga memberikan kontribusi yang cukup penting terhadap pergerakan penumpang /orang terutama untuk menjangkau wilayah yang belum tersedia prasarana transportasi darat. Transportasi sungai banyak di gunakan masyarakat untuk pengangkut hasil pertanian, perkebunan dan hasil hutan. Sebagai akibat dari terbatasnya perhubungan darat, baik prasarana maupun sarana transportasi, maka sungaisungai besar yang terdapat di Kabupaten Bungo tersebut memegang peranan 2-19

41 LAPORAN A K H I R RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA BUNGO TAHUN 2011 penting sebagai prasarana perhubungan, khususnya dalam upaya memenuhi pelayanan angkutann dari daerah pedalaman menuju ke wilayah kota atau sebaliknya dari wilayah kota ke pedalaman Prasarana Transportasi Sungai Kondisi dimana terbatasnya prasarana perhubungan darat, apabila tidak tersedia sistem transportasi sungai dapat mengakibatkan disparitas antar wilayah dan tingkat kesejahteran masyarakat kurang merata. Guna mengurangi kondisi tersebut, maka dinilai perlu untuk mengembangkan sitem transportasi sungai untuk menghubungkan wilayah yang belum terjangkau prasarana dan sarana transportasi darat. Sungai-sungaii yang di wilayah Kabupaten Bungo yang dapat dimanfaatkan sebagai prasarana transportasi atau perhubungan adalah Sungai Batang Tebo, Sungai Batang Ule, Sungai Batang Bungo, Sungai Batang Senamat dan lainnya PERMUKIMAN PERKOTAAN Kawasan permukiman perkotaan merupakan ruang yang perlu diperuntukkan bagi pengelompokan perumahan penduduk termasuk di dalamnya sarana/prasarana sosial ekonomi masyarakat dengan dominasi kegiatan usaha non pertanian (pemerintahan, perdagangan dan jasa lainnya). Kawasan permukiman kota mencakup wilayah administrasi kota dan wilayah pengembangan kota (ibukota kabupaten dan kecamata n). Kebijaksanaan pemanfaatan ruangnya didasarkan pada tujuan untuk mengembangkan kawasan permukiman kota sebagai tempat pemusatan penduduk dan pengembangan sarana prasarana penunjangnya. Pada dasarnya pengembangan kota telah diatur kebijaksanaann permukiman kota telah diatur dalam penataan ruang kota yang antara lain mencakup penyusunan dan peninjauan kembali Rencana Ruang Kota KONSEP LINGKUNGAN PERMUKIMAN Konsep lingkungan permukiman bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang nyaman,aman dan indah serta berorientasi terhadap lingkungan yang sehat, dapat diartikan memiliki fasilitas dan utilitas yang memadai dan dapat di capai dengan mudah atau yang di kenal dengan konsep Neighbourhood Unit, yaitu 2-20

42 LAPORAN A K H I R RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA BUNGO TAHUN 2011 konsep yang mengelompokkan kesatuan penduduk yang lebih kecil, yaitu blok peruntukan, yang memberikan kriteria yang harus dipenuhi untuk mewujudkan lingkungan permukiman yang nyaman dan mendukung kegiatan lingkungan ekonomi penduduknya yaitu : Tinggal berdekatan dengan tetangga ( berorientasi sosial ) Tinggal berdekatan dengan tempat kerja (orientasi ekonomi) Tinggal berdekatan dengan fasilitas sosial dan ekonomi (orientasi sosial ekonomi) Secara keseluruhan tingkat pelayanan perumahan di Kota Muara Bungo di nilai cukup baik. Namun dinilai dari kualitas perumahan tersebut perlu peningkatan. Untuk itu dalam perencanaanya di perlukan strategi yaitu : a. Meningkatkan dan mendukung pengadaan rumah tinggal hingga tercapainya pemenuhan kebutuhan yang layak huni. b. Mengatur distribusi jumlah dan kepadatan tempat tinggal sesuai dengan distribusi pusat-pusat pelayanan. c. Membagi wilayah pemukiman menjadi unit-unit permukiman dan masing- masing unit memiliki pusat pelayanan. d. Membentuk wilayah permukiman yang layak dan nyaman melalui pengaturan pengembangan pada lokas pengembangan yang baru. Perkiraan kebutuhan lahan perumahan di Kota Muara Bungo terus meningkat seiring meningkatnya jumlah penduduk beserta kegiatan sosial ekonominya. Asumsi yang di gunakan yaitu setiap rumah tangga dihuni 5 jiwa, dengan perbandingan luas kapling besar m² mencakup 10% dari total rumah tangga, kapling sedang m² mencakup 30%, dari total jumlah rumah tangga dan kapling kecil 250 m² mencakup 60% dari total rumah tangga. Pada tahun 2017 diperkirakan jumlah penduduk Kota Muara Bungo sekitar ± jiwa, dengan jumlah rumah tangga atau rumah tinggal sejumlah ± unit, oleh karenanya luas kebutuhan lahan untuk perumahan adalah sekitar H. Dengan diperkirakannya jumlah penduduk pada 2027 sekitar jiwa, kemudian jumlah rumah tanggga / rumah tinggal kurang lebih , maka luas kebutuhan lahan untuk perumahan adalah sekitar Ha. 2-21

43 LAPORAN A K H I R RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA BUNGO TAHUN 2011 Tabel.2.8. Perkiraan Kebutuhan Rumah Dan Kebutuhan Ruangnya Di Kota Muara Bungo NO Tahun Proyeksi Jumlah Pendududuk Jumlah Rumah Kebutuhan (unit) Kebutuhan Ruang ( Ha ) Tipe Besar Tipe Sedang Tipe Kecil Tipe Besar Tipe Sedang Tipe Kecil Sumber; hasil perhitungan n review Rencana Tata Ruang Kota Muara Bungo PENCEMARANAN Sesuai dengan UU No 7 tahun 2004, perlu adanya kepastian kecukupan dan kualitas air untuk memenuhi berbagai kebutuhan baik dari sisi ekonomi maupun dari sisi sosial.dalam kaitannya dengan ketersediaan air dari sisi lingkungan maka masalah krusial yang di hadapi adalah masalah pencemaran.potensi pencemaran ini sudah terjadi sejak lama karena sesuai dengan sejarah kehidupan masyarakat di Jambi terkait dengan potensi sungai.pencemaran air pada akhir-akhir ini semakin menkhawatirkan dengan adanya praktek Penambangan Emas Tanpa Ijin (PETI) yang menggunakan berbagai bahan kimia. Proses pengerukan tanah, pembersihan dan pemisahan butiran emas adalah potensi pencemaran yang harus di waspadai prakteknya di Kabupaten Bungo. Dari hasil uji laboratorium terdapat 3 indikator yang melebihi standart baku mutu lingkungan atau berada pada ambang batas yang kurang baik bagi kualitas air. Indikator tersebut yaitu terdapat kandungan TSS, kekeruhan serta kandungan besi (Fe). Dari rata-rata indikator yang di uji terdapat peningkatan kadar pada tahun 2004, dan dari hasil uji secara keseluruhan tingkat pencemaran air secara umum belum tergolong berbahaya.pencemaran seperti tersebut diatas 2-22

44 LAPORAN A K H I R RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA BUNGO TAHUN 2011 bukan hanya dari faktor aktfitas ekonomi yang berlangsung tapi penyebab lainnya adalah faktor dari aktivitas masyarakat sehari-hari dari limbah rumah tangga seperti sampah dan lain-lain.selama ini sampah dari rumah tangga di kelola oleh pemerintah dengan menyediakan tempat pembuangan sampah yang kemudian di buang ke TPA (tempat pembuangan akhir). Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan pesatnya pembangunan di Kabupaten Bungo, maka terjadi peningkatan volume sampah yang sangat tinggi. Jumlah produksi sampah yang di angkut ke TPA di tanjung menanti dua tahun terakhir yaitu tahun adalah sebanyak M³ PENGOLAHAN LIMBAH Limbah Cair Domestik Jaringan Penyaluran limbah cair adalah sarana untuk menyalurkan air bekas aktvitas yang berasal dari berbagai aktivitas baik limbah cair domestik maupun non domestik. Kegiatan dan aktifitas yang terus berkembang pada suatu wilayah dituntut adanya sistem pengolahan limbah cair, sistem pengolahan limbah cair sangatlah penting di dasarkan beberapa faktor : o Semakin bertambahnya kuantitas air buangan sesuai perkembangan penduduk dan peningkatan kondisi sosial ekonomi. dengan o Semakin buruknya kualitas buangan sebagai akibat peningkatan aktifitas manusia. o Kemungkinann adanya pencemaran terhadap badan air penerima Jenis dan Kapasitas Limbah Cair Limbah cair domestik wilayah Kota Muara Bungo terdiri dari air bekas (air bekas mandi dan cuci pakaian,dan air limbah dapur) dan air kotor yang berasal dari kamar mandi yang sebagian besarnya berasal dari pertokoan dan permukiman. Limbah cair non domestik berasal dari air bekas produksi industri atau pabrik, hotel, industri, pabrik dan lain-lainya. 2-23

45 LAPORAN A K H I R RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA BUNGO TAHUN Sistem Pengumpul Limbah Sistem pengumpulan limbah cair umumnya di gunakan pipa atau rioolering, dalam sistem penyalurannya dapat di gunakan dengan sistem penyaluran tercampur dan sistem penyaluran terpisah. Pada sistem penyaluran tercampur limbah cair domestik (air bekas cuci dan air hujan ) di salurkan melalui satu saluran. Sedangkan pada saluran terpisah, limbah cair domestik ( air bekas dan air kotor) di salurkan terpisah dengan air hujan. Penggunaan kedua sistem ini harus terpisah hal ini disebabkan kualitas dan kuantitas air limbah yang di hasilkan dari berbagai aktifitas di Kota Muara Bungo memiliki kecendrungan bertambah sehingga membutuhkan treatment dan perlakuan khusus dalam pengelolaannya DRAINASE Pengolahan sistem drainase di Kota Muara Bungo selama ini belum maksimal dan cenderung bersifat parsial, seadanya serta sistem drainase yang tidak berfungsi sebagai mana mestinya dikarenakan tidak sesuainya dimensi saluran yang ada. Bentuk dan dimensi sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan sistem drainase padaa suatu wilayah. Lokasi-lokasi yang belum mempunyai sistem drainase akan berakibat terjadinya genangan-genangan air pada waktu tertentu. Untuk sistem drainase baik primer, sekunder maupun tersier yang tidak terpelihara akan menimbulkan endapan-endapan tanah, lumpur maupun sampah yang dapat menimbulkan banjir pada musim penghujan. Ditinjau dari bentuknya saluran untuk sistem drainase dapat di bedakan menjadi 2 sistem yaitu terbuka dan tertutup, sedangkan untuk bentuk dan dimensinya dapat disesuaikan dengan kebutuhan debit air yang akan di hasilkan PERSAMPAHAN Salah satu aspek yang sangat berpengaruh dalam sistem pengelolaan sampah adalah besarnya perkiraan volume timbunan sampah yang akan berkaitan dengan perhitungan kebutuhan peralatan/prasarana pengelolaan sampah. Berdasarkan proyeksi penduduk, besarnya volume sampah di wilayah Kabupaten Bungo pada tahun 2015 diperkirakan akan mencapai 854 m³/hari. Dengan didasari besarnya volume sampah ini dapat menjadi bahan pertimbangan untuk rencana 2-24

46 LAPORAN A K H I R RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA BUNGO TAHUN 2011 pengolahan sampah, seperti besarnya kebutuhan sarana dan prasarana untuk pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan dan pembuangan akhir. Tabel.2.9. Perkiraan Timbunan Sampah Di Kabupaten Bungo No Uraian Perkiraan Timbunan Sampah dan Kebutuhan Penyediaan Prasarana sampah Jumlah Penduduk Jumlah Rumah Tangga Standart Produksi Sampah 2,5 lt/org/hari 2,,5 lt/org/hari 4. Produksi sampah Kebutuhan Bin Kebutuhan Tempat Sampah Lingkungan (50 KK) 7. Kebutuhan Tempat Sampah Sementara Sumber: Hasil Analisiss Tahun 2010, Penyusunan Perencanaan Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh Kab.Bungo Pengembangan pengelolaan sampah di Kabupaten Bungo di tekankan pada peningkatan pelayanan dalam melakukan perbaikan pada manajemen pola pengelolaan sampah serta perbaikan dan penambahan sarana dan prasarana persampahan. 2-25

47 Gambar 2.6. Peta Administrasi Wilayah Kota Muara Bungo 2-26

48 Gambar Peta Jaringan Jalan Kota Muara Bungo 2-27

49 3.1. TINJAUAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KABUPATEN BUNGO Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kabupaten Bungo Visi Bertitik tolak dari situasi dan kondisi Kabupaten Bungo pada masa lalu dan masa kini, dengan memperhitungkan prediksi serta tantangan yang dihadapi 20 tahun mendatang, serta mempertimbangkan memperhitungkan potensi daerah baik yang nyata maupun tidak nyata, maka Visii Pembangunan Kabupaten Bungo Tahun adalah : Kabupaten Bungo yang Maju, Harmonis dan Sejahtera, diartikan sebagai: A. Kabupaten Bungo yang Maju Salah satu kondisi yang menjadi visi pembangunan Kabupaten Bungo yang akan diwujudkan dalam 20 tahun kedepan adalah Kabupaten Bungo yang maju. Secara harafiah, maju dapat diartikan berada pada posisi yang lebih baik dari yang ada saat ini. Dengan demikian indikator yang dapat digunakan menjadi pengukur kemajuan yang dicapai adalah terlaksananyaa pembangunan di segala bidang yang bergerak dengan cepat dan berkesinambungan. Selain sektor yang mengalami pertumbuhan, terwujudnya percepatan pemerataan pembangunan juga merupakan visi yang akan dicapai dalam 20 tahun pembangunan Kabupaten Bungo ke depan. Secara lebih terperinci Kabupaten Bungo yang maju ditandai oleh : 3-1

50 a. Peningkatan kemampuan daerah yang lebih baik dalam menyediakan dana pembangunan yang bertumpu kepada potensi dan keunggulan daerah. b. Meningkatnya daya saing daerah yang didukung oleh sarana dan prasaranaa pembangunan perwilayahan antar daerah di Sumatera. c. Tertatanyaa lembaga dan pranata ekonomi yang mampu mendukung proses produksi dengan baik, efisien dengan produktivitas tinggi. d. Semakin sinerginya keterpaduan antar sektor mulai dari sektor hulu hingga hilir dalam satu tatanan rantai yang mampu memberi nilai bagi pemerintah daerah guna meningkatkan nilai bagi pembangunan daerah. e. Pemanfaatan Sumberdaya Alam yang optimal secaraa berkelanjutan guna mendukung pelaksanaan pembangunan dan kehidupan masyarakat secara luas. f. Revitalisasi pertanian secara luas guna mewujudkan swasembada pangan dan peningkatan kemampuan pasok daerahah atas komoditi unggulan ke daerah lain. B. Kabupaten Bungo yang Harmonis Kondisi kedua Kabupaten Bungo yang hendak dicapai pada 20 tahun kedepan adalah Kabupaten Bungo yang Harmonis. Harmonis dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang diwarnai oleh keseimbangan dan keselarasan. Dalam konteks pembangunan masyarakat, harmoni yang diidamkan menyangkut keseimbangan dan keselarasan hubungan manusia dengan Tuhan Penciptanya, hubungan antara manusia dengan sesamanya serta hubungan manusia dengan lingkungannya. Keselarasan hubungan manusia dengan Tuhannya dapat ditunjukkann oleh keadaan lingkungan kehidupan intern dan antar umat beragama yang saling menghormati dalam rangka menciptakan suasana yang aman dan damai. Kabupaten Bungo yang harmonis ditandai oleh : a. Meningkatnya kualitas kehidupan beragama, yang tercermin dari meningkatnya pemahaman dan pengamalan ajaran agama, toleransi antar umat beragama, dan mampu mengaktualisasikan nilai-nilai agama dalam kehiduan sehari-hari. 3-2

51 b. Terwujudnya sistem hukum yang responsif, tercermin dari pembentukan peraturan daerah yang mencerminkan nilai-nilai sosial, hirarkhi peraturan perundang-undangan dan asas-asas hukum universal; struktur hukum yang efektif dan efisien dan budaya hukum yang mantap. c. Terwujudnya tatanan pemerintahan yang lebih baik yang dicerminkan oleh penyelenggaraan pemerintah yang akuntabel, transparan, partisipatif serta dibarengi dengan meningkatnya etika dan profesionalisme guna berkualitas. mendukung pembangunan daerah yang d. Terwujudnya demokrasi pada berbagai aspek kehidupan politik yang dapatdiukur dengan adanya penyelenggaraan pemerintahan yang berdasarkanhukum, birokrasi yang profesional dan akomodatif terhadap multikultur yang tidakdiskriminatif serta meningkatnya peran masyarakat. e. Membaiknya ketaatan dan penghormatan terhadap hukum dan HAM sertasemakin kokohnya supremasi hukum yang mencerminkan kebenaran, keadilan,dan aspiratif. f. Membaiknya kondisi keamanan, ketertiban dan ketentraman dalam masyarakatyang tercermin dari meningkatnya kualitas layanan terhadap korban; semakinefektifnya penanganan kejahatan dan pelanggaran serta menurunnya jumlahdan kualitas kejahatan dan pelanggaran. g. Makin mantapnya budaya daerah yang tercermin dari meningkatnya peradaban, harkat dan martabat serta kearifan lokal, meningkatnya penghargaan terhadapkeragaman budaya, termasuk kesenian daerah dan meningkatnya budaya yang berorientasi Iptek dan budaya kerja. h. Tertatanyaa pemanfaatan sumberdaya alam secaraa lebih arif dan bijaksana untukmenopang pembangunan daerah yang berkelanjutan. C. Kabupaten Bungo yang Sejahtera Sejahtera adalah suatu kondisi masyarakat yang aman, sentosa dan makmur. Kondisi aman dan sentosa pada dasarnyaa adalah suatu prakondisi yang dapat mewujudkan kemakmuran. Kabupaten Bungo yang sejahtera dengan demikian sangat tergantung pada 3-3

52 penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang profesional dan akuntabel yang menjadi visi ke dua dari Kabupaten Bungo dalam melaksanakan pembangunann 20 tahun kedepan. Perbaikan penyelenggaraan Pemeritah Daerah yang berlangsung secara cepat dan tegas sangat dibutuhkan dalam upaya pengwujudan yang sejahtera. Sejahtera juga berarti makmur yang ditunjukkan oleh pendapatan perkapita yang tinggi dan merata. Kabupaten Bungo yang sejahtera ditandai oleh: a. Terciptanya peningkatan pendapatan yang berkelanjutan, bersamaan dengan terjadinya pemerataan pendapatan; meningkatnya tingkat pendidikann dan derajat kesehatan masyarakat yang ditandai oleh meningkatnya indeks pembangunan manusia. b. Terwujudnya peningkatan kualitas dan pemenuhan kebutuhan pendidikann untuk semua masyarakat utamanya bidang pendidikan dasar dan menengah. c. Meningkatnya kualitas lingkungan guna menunjang kebutuhan air, udara dan lingkungan yang bersih dalam kehidupan sehari-hari. d. Meningkatnya pemahaman prespektif gender dalam masyarakat secara luas. kehidupan e. Tersedianya jaminan kesejahteraan sosial bagi masyarakat kurang mampu Misi Untuk mewujudkan visi pembangunan tersebut ditempuh melalui misi pembangunan Kabupaten Bungo sebagai berikut: 1. Mewujudkan Kabupaten Bungo yang maju dan berdaya saing. 2. Mewujudkan sumberdaya manusia Kabupaten Bungo yang berkualitas. 3. Mewujudkan tatanan masyarakat Kabupaten Bungo yang tertib, demokratis, menjunjung tinggi supremasi hukum dan HAM. 4. Mewujudkan masyarakat Kabupaten Bungo yang beriman, bertaqwa dan Berbudaya. 5. Mewujudkan Berkeadilan. Pembangunan Kabupaten Bungo yang merata dan 3-4

53 Arah Pembangunan Kabupaten Bungo Tahun A. Mewujudkan Kabupaten Bungo yang Maju dan Berdaya Saing 1) Pembangunan pertanian yang padu dengan sistem agribisnis yang kokoh untuk setiap komoditi unggulan. 2) Pembangunan bidang peternakan yang mampu menjadi pemasok kebutuhan antar daerah di Provinsi Jambi. 3) Terwujudnya daya saing daerah yang didukung oleh ketersediaan infrastruktur baik fisik dan non fisik yang memadai. 4) Terwujudnya pusat pertumbuhan dan perdagangan antar daerah di Sumatera yang di dukung oleh jaringan perdagangann baik di tingkat Nasional maupun Global. 5) Terciptanyaa perkembangan dan pertumbuhan industrii yang ditopang oleh kepaduan antar sektor perekonomian. 6) Meningkatnya keterlibatan masyarakat dan swasta melalui peningkatan arus dan jumlah investasi di daerah. 7) Meningkatnya akses masyarakat miskin dan kelompok masyarakat terpencil terhadap sumberdaya ekonomi. B. Mewujudkan Sumberdaya Manusia Kabupaten Bungo yang Berkualitas. Pembangunann sumberdaya manusia (SDM) diarahkan pada peningkatan kualitas SDM yang ditandai dengan meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Indek Pembangunan Jender (IPG) serta tercapainya penyebaran penduduk yang merata dan tumbuh seimbang. Untuk itu dilakukan melalui pembangunan kependudukan, pendidikan, kesehatan, pemberdayaan perempuan, anak dan pemuda serta dengan mengembangkan olahraga. a) Pengendalian dan Penyebaran Penduduk yang Seimbang Pembangunan kependudukan diarahkan untuk mempertahankan laju pertumbuhan penduduk dan penataan persebaran dan mobilitas penduduk yang lebih seimbang. Penataan kependudukan dilakukan dengan: b) Peningkatan Mutu dan Pendidikan Masyarakat 3-5

54 c) Peningkatan Derajat Kesehatan Masyarakat Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, SDM kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan manajemen kesehatan serta dengan pengembangan budaya hidup sehat. d) Peningkatan Pemberdayaan Perempuan dan Anak, Pemuda dan Olahraga. C. Mewujudkan Tatanan Masyarakat Kabupaten Bungo yang Tertib, Demokratis, Menjunjung Tinggi Supremasi Hukum dan HAM untuk mewujudkan masyarakat yang tertib, demokratis dan dan menjunjung supremasi hukum dan HAM dilakukan melalui pembangunan politik yang demokratis; pembangunan hukum dan peraturan perundang-undangan daerah, pembangunan keamanan dan ketertiban dan pembangunan tata pemerintahan yang baik. a) Pembangunan Politik yang Demokratis Pembangunan politik diarahkan pada pembentukan pemerintahan yang demokratis, menghargai perbedaan, menjunjung tinggi hukum dan HAM, dilakukan melalui penataan proses politik, pengembangan budaya politik, serta peningkatan peran komunikasi dan informasi. b) Reformasi Hukum dan Peraturan Perundang-Undangan Daerah Pembangunan hukum dan Peraturan Perundang-Undangan Daerah diarahkan pada upaya pembentukan sistem hukum daerah yang mampu berfungsi sebagai sarana untuk mewujudkan ketertiban, keadilan, kesejahteraan, dan sarana untuk melakukan pembangunan, yang mencakup pembangunan materi hukum, struktur hukum, dan budaya hukum. c) Peningkatan Keamanan, Ketentraman dan Ketertiban (Tramtib) d) Pembangunan Tramtib diarahkan pada terwujudnya kondisi daerah yang aman, tentram dan tertib serta tegaknya hukum, sehingga tercipta situasi yang kondusif bagi pembangunan daerah, diupayakan melalui penataan sistem keamanan, peningkatan kualitas aparat serta 3-6

55 sarana prasarana keamanan, dan dengan mendorong partisipasi masyarakat secara aktif dan efektif. e) Pembaharuan Tata Pemerintahan Daerah Pembangunan pemerintahan daerah diarahkan pada terwujudnya tata pemerintahan yang baik (Good Governance), dicapai dengan: D. Mewujudkan Masyarakat Kabupaten Bungo yang Beriman, Bertaqwa dan Berbudaya Dalam rangka mewujudkan masyarakat Kabupaten Bungo yang beriman, bertaqwa dan berbudaya dilakukan melalui pembangunan kehidupan beragama yang berkualitas dan pengembangan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal. a) Peningkatan Kualitas Kehidupan Beragama Pembangunan agama dimaksudkan untuk mewujudkan fungsi dan peran agama sebagai landasan moral dan etika dalam pembangunan, membina akhlak mulia, memupuk etos kerja, menghargai prestasi, dan menjadi kekuatan pendorong guna mencapai kemajuan dalam pembangunan daerah. b) Pengembangan Nilai-Nilai Budaya dan Kearifan Lokal Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat kuat terhadap perkembangan budaya daerah sehingga apabila tidak diantisipasii dengan baik akan dapat menghilangkan budaya asli suatu daerah. c) Mewujudkan Pembangunan Kabupaten Bungo Yang Merata Dan Berkeadilan Partisipasi aktif masyarakat dalam pembangunan sangat erat kaitannya dengan pemerataan pembangunan yang dapat dan dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat di berbagai pelosok daerah. Pembangunan yang merata dan berkeadilan ini akan dapat mengurangi gangguan keamanan dan konflik sosial baik secara vertikal maupun horizontal. Untuk mewujudkan pembangunan yang merata dan berkeadilan ini dilakukan berbagai bidang pembangunan secara terpadu meliputi : 3-7

56 Pembangunan Wilayah Tertinggal Pembangunan wilayah tertinggal untuk bisa maju dan sebagaimana wilayah lainnya (perkotaan) melalui; berkembang 1) Percepatan pembangunan infrastruktur dasar (listrik, telekomunikasi, jalan akses, air minum perpipaan, irigasi dan kesehatan). 2) Pengembangan dan pemberdayaan masyarakat dengan melakukan penguatan akses terhadap permodalan, pelatihan, intermediasi IPTEK dan penguatan kelembagaan masyarakat, 3) Menciptakan keterkaitan yang erat antar kegiatan ekonomi dengan kawasan strategis dalam satu sistem wilayah pengembangan ekonomi Peningkatan Keterkaitan dan Keserasian Ekonomi Desa dan Kota Kinerja perekonomian di wilayah perkotaan dengan kegiatan ekonomi di wilayah perdesaan pada hakekatnya tidak terlepas satu dengan yang lainnya. Hasil produksi wilayah perdesaan dapat menjadi tidak bernilai tanpa keterkaitan yang erat dengan perekonomian kota. Sebaliknya mayoritas konsumen perekonomian kota adalah masyarakat desa. Peningkatan keterkaitan dan keserasian ekonomi desa dan kota dengann demikian akan dapat memacu pertumbuhan perekonomian suatu wilayah. Peningkatan keterkaitan keserasian ekonomi desa dan kota di wilayah Kabupaten Bungo diarahkan pada: 1) Percepatan pembangunan sarana dan prasarana perhubungan 2) Pengembangan industri kecil dan menengah berbahan baku komoditas pertanian 3) Pengembangan sistem pertanian ramah lingkungan 4) Peningkatan akses informasi dan pemasaran, lembaga keuangan, kesempatan kerja dan teknologi tepat guna; 5) Pengembangan jaringan infrastruktur penunjang kegiatan produksi di kawasan perdesaan dengan kawasan sekitar yang telah maju untuk menciptakan keterkaitan fisik, sosial dan ekonomi yang saling melengkapi dan menguntungkan; 3-8

57 Pembangunan Desa Tertinggal Data statistik menunjukkan bahwa masih terdapat sejumlah desa tertinggal di wilayah Kabupaten Bungo. Pembangunan perekonomian Kabupaten Bungo dengan demikian juga harus menyentuh wilayah perdesaan tertinggal. Pembangunan perdesaan tertinggal diarahkan pada: 1) Pengembangan agropolitan di kawasan potensial pegembangan; 2) Pengembangan agroindustri di perdesaan, 3) Peningkatan kapasitas SDM di perdesaan khususnya dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam; 4) Peningkatan akses informasi dan pemasaran, lembaga keuangan, kesempatan kerja dan teknologi tepat guna; 5) Penggalian dan pengembangan potensi masyarakat (SDM) sehingga kawasan perdesaan tidak semata-mata mengandalkan sumberdaya alam saja Peningkatan Rendah Pendapatan Kelompok Masyarakat Berpendapatan Sejalan dengan upaya pembangunan perekonomian wilayah Kabupaten Bungo yang merata dan berkeadilan maka pembangunan perekonomian juga ditempuh dengan upaya peningkatan pendapatan kelompok masyarakat berpendapatan rendah yang diarahkan pada: 1) Peningkatan pendapatan kelompok masyarakat berpendapatan rendah dilakukan melalui pembangunan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) dan koperasi, yang diarahkan untuk meningkatkan posisi tawar dan efisiensi kolektif para anggotanya, sehingga menjadi gerakan ekonomi yang berperan nyata dalam upaya peningkatan kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat. 2) Pemberdayaan UMKM dan koperasi menjadi pilihan strategis untuk meningkatkan pendapatan kelompok masyarakat berpendapatan rendah dalam rangkaa mengurangi kesenjangan pendapatan dan kemiskinan melalui peningkatan kapasitas usaha dan ketrampilan pengelolaan usaha serta sekaligus mendorong adanya kepastian, perlindungan dan pembinaan usaha. 3-9

58 3) Pemberdayaan masyarakat khususnya yang tertinggal akan terus menerus ditingkatkan melalui: 1). peningkatan pengetahuan dan keterampilan; peningkatan akses pada modal usaha dan SDA; 2). pemberian kesempatan luas untuk menyampaikan aspirasi terhadap kebijakan dan peraturan yang menyangkut kehidupan mereka; 3) peningkatan kesempatan dan kemampuan untuk mengelola usaha ekonomi produktif yang mendatangkan kemakmuran dan mengatasi kemiskinan. 4) Pengentasan kemiskinan diarahkan pada; 1) Penghormatan, perlindungan, peningkatan pemahaman dalam pemenuhan dan perwujudan hak-hak dasar rakyat secara bertahap tanpa diskriminasi. 2) Kebijakan penanggulangan kemiskinan juga diarahkan pada peningkatan mutu penyelenggaraan dan pelayanan pemerintahan dalam rangka upaya pemenuhan hak-hak dasar masyarakat miskin Pembangunan Kesejahteraan Sosial Pembangunan kesejahteraan sosial masyarakat Kabupaten Bungo diarahkan pada: 1) Pemberdayaan dan memberi bantuan langsung pada kelompok masyarakat miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT) yang tinggal di wilayah terpencil dan tertinggal, 2) Penyediaan sarana pelayanan sosial yang memadai bagi kelompok masyarakat PMKS. 3) Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan, rehabilitasi sosial dan pemberdayaan bagi PMKS, 4) Penyediaan sarana pelayanan sosial yang memadai Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten Bungo Visi dan Misi Visi Pembangunan Jangka Menengah secara ideal adalah suatu kondisi Kabupaten Bungo idaman di masa depan. Dengan demikian Visi Pembangunan Jangka Menegah harus seiring dengan pencapaian Visi Pembangunan Jangka Panjang serta berpatokan pada pemecahan 3-10

59 permasalahan pembangunan Kabupaten Bungo yang masih dirasakan. Berdasarkan rumusan permasalahan yang telah disajikan di atas dan mengacu pada Visi Pembangunan Jangka Panjang, maka Visi Pembangunan Daerah Tahun adalah ; MAJU DAN SEJAHTERA BERSAMA Guna mewujudkan mewujudkan visi pembangunan tersebutt maka gerakan pembangunan Kabupaten Bungo dalam lima tahun kedepan akan dilaksanakan dengan suatu motto pembangunan yakni ; MENUJU GERBANG BERSAMA Menuju Gerbang Bersama adalah akronim dari semangat yang terkandung dalam visi pembangunan yang telah dibuat yakni MENUJU GERAKAN PEMBANGUNAN BERSEPAKAT untuk mewujudkan Kabupaten Bungo yang SEJAHTERA DAN MAJU. Makna dari motto pembangunan ini adalah dimilikinya suatu semangat gerakan pembangunan dengan komitmen yang kuat secara bersepakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan kemajuan daerah Kabupaten Bungo dalam kurun waktu lima tahun. Indikator untuk mengukur masyarakat lebih sejahtera dan daerah lebih maju dari sebelumnya dapat diukur dari adanya perubahan kondisi atau kinerja perekonomian sebagai hasil capaian keberhasilan pembangunan Kabupaten Bungo. Indikator keberhasilan pembangunan tersebut antara lain dapat diukur dari : 1. Indikator perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakat dan perubahan struktur perekonomi daerah; 2. Perkembangan produksi dan produktivitas Pertanian yang meliputi pertanian tanaman pangan, peternakan, perikanan, perkebunan Rakyat, dan usaha memungut hasil hutan; 3. Tingkat kemajuan dari seluruh aspek pembangunan infrastruktur dasar, irigasi, jalan dan jembatan serta pembangunan non fisik yang meliputi aspek sosial budaya yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. 3-11

60 Selanjutnya, guna mengarahkan pembangunan Kabupaten Bungo selama lima tahun kedepan, visi pembangunan tersebut di terjemahkan kedalam Misi pembangunan Kabupaten Bungo lima tahun kedepan yang meliputi : 1. Pengembangan potensi lokal guna dapat mengembangkan masyarakat baik di perkotaan maupun di perdesaan secara luas. 2. Peningkatan kualitas pelayanan di bdiang pendidikan dan kesehatan sebagai basis program sumberdaya manusia. 3. Meningkatkan dan mengembangkan produk dan potensi unggulan daerah. 4. Meningkatkan upaya pengelolaan Sumber Daya Alam, Sumber Daya Hutan dan Mineral yang berwawasan lingkungan. 5. Meningkatkan penanggulangan masalah pengangguran. 6. Meningkatkan prasarana dan sarana pelayanan publik untuk mendukung kesejahteraan dan kemajuan daerah. 7. Meningkatkan pendapatan daerah. 8. Meningkatkan kualitas manajemen Pemerintahan. 9. Meningkatkan pengamanan nilai-nilai keagamaan, keamanan dan ketertiban masyarakat serta kepedulian terhadap masalah sosial dan perempuan Kebijakan Umum Sebagaimana yang tersirat dalam Visi pembangunan diatas, tujuan pembangunan ekonomi Kabupaten Bungo adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang secara bertahap pengwujudannya dicantumkan dalam Misi pembangunan Kabupaten Bungo tahun Guna dapat mengemban misi pembangunan tersebut maka perlu suatu kebijakan umum pembangunan yang menjadi dasar bagi instansi teknis dan satuan kerja pemerintah daerah lainnya dalam melaksanakann pembangunan sesuai dengan bidangnya masing masing. Kebijakan umumm pembangunan Kabupaten Bungo selama periode tahun ke depan adalah sebagai berikut : A. Mewujudkan Kabupaten Bungo Yang Maju dan Berdayaa Saing Guna dapat mewujudkan Kabupaten Bungo yang berdaya saing maka kebijakan lima tahun ke depan adalah sebagai berikut : 3-12

61 1. Pembangunan pertanian yang padu dengan sistem agribisnis yang kokoh untuk setiap komoditi unggulan. 2. Pembangunan bidang peternakan yang mampu menjadi pemasok kebutuhan antar daerah di Provinsi Jambi. 3. Terwujudnya daya saing daerah yang didukung oleh ketersediaan infrastruktur baik fisik dan non fisik yang memadai. 4. Terwujudnya pusat pertumbuhan dan perdagangan antar daerah di Sumatera yang di dukung oleh jaringan perdagangann baik di tingkat Nasional maupun Global. 5. Terciptanyaa perkembangan dan pertumbuhan industry yang ditopang oleh kepaduan antar sektor perekonomian. 6. Meningkatnya keterlibatan masyarakat dan swasta melalui peningkatan arus dan jumlah investasi di daerah. 7. Meningkatnya akses masyarakat miskin dan kelompok masyarakat terpencil terhadap sumberdaya ekonomi B. Mewujudkan Sumberdaya Manusia Kabupaten Bungo Yang Berkualitas. Pembangunan sumberdaya manusia (SDM) diarahkan pada peningkatan kualitas SDM yang ditandai dengan meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Indek Pembangunan Jender (IPG) serta tercapainya penyebaran penduduk yang merata dan tumbuh seimbang. Untuk itu dilakukan pembangunan kependudukan, pendidikan, kesehatan, pemberdayaan perempuan, anak dan pemuda serta mengembangkan olahraga. a) Pembangunan Kependudukan Pembangunan kependudukan diarahkan untuk mengurangi laju pertumbuhan penduduk dan penataan persebaran dan mobilitas penduduk yang lebih seimbang. b) Pembangunan Pendidikan Pembangunan pendidikan diarahkan agar mampu produktif, mandiri, dan berakhlak mulia serta mampu bersaing di era global, dilakukan melalui peningkatan layanan pendidikan yang mencakup semua jalur, jenis dan jenjang yang disediakan secara bermutu dan terjangkau 3-13

62 disertai dengan pembebasan biaya pendidikan pada jenjang pendidikann dasar dan secara bertahap pada jenjang yang lebih tinggi. c) Pembangunan Kesehatan Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, SDM kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan manajemen kesehatan serta dengan pengembangan budaya hidup sehat. d) Pemberdayaan Perempuan Dan Anak, Pemuda Dan Olahraga Pemberdayaan perempuan diarahkan padapeningkatan kesejahteraan, kualitas hidup, perlindungan dan peran perempuan di berbagai bidang pembangunan; penurunan tindak kekerasan, eksploitasi, dan diskriminasi terhadap perempuan, serta penguatan kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan jender, termasuk penyediaann data dan statistik gender. C. Mewujudkan Tatanan Masyarakat Kabupaten Bungo Yang Tertib, Demokratis, Menjunjung Tinggi Supremasi Hukum dan HAM. Untuk mewujudkan masyarakat yang tertib, demokratis dan dan menjunjung supremasi hukum dan HAM dilakukan melalui pembangunan politik yang demokratis; pembangunan hukum dan peraturan perundang-udangan daerah, pembangunann kemanan dan ketertiban dan pembangunan tata pemerintahan yang baik. a) Pembangunan Politik Pembangunan politik diarahkan pada tananan pemerintahan dan masyarakat yang demokratis, menghargai perbedaan dan HAM, dilakukan melalui penataan proses politik, pengembangan budaya politik dan peningkatan peran komunikasi dan informasi. b) Pembangunan Hukum Dan Peraturan Perundang-Undangan Daerah Pembangunan hukum diarahkan kepada upaya mewujudkan sistem hukum daerah sebagai bagian sistem hukum nasional yang mampu berfungsi sebagai sarana untuk mewujudkan ketertiban, 3-14

63 keadilan, kesejahteraan, dan sarana untuk melakukan pembangunan, yang mencakup pembangunan materi hukum, struktur hukum, serta perwujudan budaya hukum yang tinggi. c) Pembangunan Kemanan dan Ketertiban (Tramtib) Pembangunan keamanan dan ketertiban diarahkan pada terwujudnya kondisi daerah yang aman, tertib dan tegaknya hukum, serta terciptanya situasi yang kondusif bagi pembangunan daerah, diupayakan melalui penataan sistem keamanan, peningkatan kualitas aparat serta sarana prasarana keamanan, dan dengan mendorong partisipasi masyarakat secaraa aktif. d) Pembangunan Tata Pemerintahan yang Baik Pembangunan pemerintahan daerah diarahkan pada terwujudnya tata pemerintahan yang baik dan bersih ( good Governance and clean Goverment), dengan aparat yang memilikii pofesionalisme tinggi dan mampu memberikan pelayanan prima, serta menghilangkan kemungkinan terjadinya tindak pidana korupsi, dicapai dengan: D. Mewujudkan Masyarakat Kabupaten Bungo Yang Beriman, Bertaqwa Dan Berbudaya Dalam rangka mewujudkan masyarakat Kabupaten Bungo yang beriman, bertaqwa dan berbudaya dilakukan pembangunan Kehidupan Beragama yang Berkualitas dan Pengembangan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal. a) Pembangunan Kehidupan Beragama yang Berkualitas Pembangunan agama diarahkan untuk mewujudkan fungsi dan peran agama sebagai landasan moral dan etika dalam pembangunan, membina akhlak mulia, memupuk etos kerja, menghargai prestasi, dan menjadi kekuatan pendorong guna mencapai kemajuan dalam pembangunan daerah. Pembangunan agamaa juga diarahkan untuk meningkatkan kerukunan hidup intern umat seagama dan antar umat beragama. Pembangunan kehidupan beragama. 3-15

64 b) Pengembangan Nilai-Nilai Budaya dan Kearifan Lokal Pembangunan budaya daerah diarahkan pada pengembangan budayaa inovatif yang berorientasi iptek dengan memperhatikan nilai-nilai agama dan kearifan lokal. E. Mewujudkan Pembangunan Kabupaten Bungo Yang Merata dan berkeadilan Partisipasi aktif masyarakat dalam pembangunann sangat erat kaitannya dengan pemerataan pembangunan yang dapat dan dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat di berbagai pelosok daerah. Pembangunan yang merata dan berkeadilan ini akan dapat mengurangi gangguan keamanan dan konflik sosial baik secara vertikal maupun horizontal. Untuk mewujudkan pembangunan yang merata dan berkeadilan ini dilakukan berbagai bidang pembangunan secara terpadu meliputi: a) Pembangunan Wilayah Tertinggal Pembangunan wilayah tertinggal untuk bisa maju dan berkembang sebagaimana wilayah lainnya (perkotaan) melalui; 1). Percepatan pembangunan infrastruktur dasar (listrik, telekomunikasi, jalan akses, air minum perpipaan, irigasi dan kesehatan). 2). Pengembangan dan pemberdayaan masyarakat dengan melakukan penguatan akses terhadap permodalan, pelatihan, intermediasi IPTEK dan penguatan kelembagaan masyarakat, 3). Menciptakan keterkaitan yang erat antar kegiatan ekonomi dengan kawasan strategis dalam satu sistem wilayah pengembangan ekonomi. b) Peningkatan Keterkaitan dan Keserasian Ekonomi Desa dan Kota Peningkatan keterkaitan dan keserasian ekonomi di wilayah perkotaan dengan kegiatan ekonomi di wilayah perdesaan sehingga hasil produksi wilayah perdesaan merupakan keterkaitan dari kegiatan ekonomi di wilayah perkotaan yang merupakan suatu sistem wilayah pengembangan ekonomi. Peningkatan keterkaitan 3-16

65 tersebut memerlukan adanya perluasan dan diversifikasi aktivitas ekonomi dan perdagangan di pedesaan yang terkait dengan pasar di perkotaan. c) Pembangunan Desa Tertinggal Pembangunan perdesaan tertinggal didorong melalui: 1). Pengembangan pegembangan; agropolitan di kawasan potensial 2). Pengembangan agroindustri di pedesaan, 3). Peningkatan kapasitas SDM di perdesaan khususnya dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam; 4). Pengembangan jaringan infrastruktur penunjang kegiatan produksi di kawasan perdesaan dengan yang telah maju terdekat untuk menciptakan keterkaitan fisik, sosial dan ekonomi yang saling melengkapi dan menguntungkan; 5). Peningkatan akses informasi dan pemasaran, lembaga keuangan, kesempatan kerja dan teknologi tepat guna; 6). Penggalian dan pengembangan potensi masyarakat (SDM) sehingga kawasan perdesaan tidak semata-mata mengandalkan sumberdaya alamnya saja. d) Peningkatan Pendapatan Kelompok Masyarakat Berpendapatan Rendah Peningkatan Pendapatan Kelompok Masyarakat Berpendapatan Rendah dilakukan melalui : 1). Pembangunan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) dan koperasi, yang diarahkan untuk meningkatkan posisi tawar dan efisiensi kolektif para anggotanya, sehingga menjadi gerakan ekonomi yang berperan nyata dalam upaya peningkatan kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat. 2). Pemberdayaan UMKM dan koperasi menjadi pilihan strategis untuk meningkatkan pendapatan kelompok masyarakat berpendapatan rendah dalam rangka mengurangi kesenjangan pendapatan dan kemiskinan melalui peningkatan kapasitas usaha dan ketrampilan pengelolaan usaha serta sekaligus 3-17

66 mendorong adanya kepastian, perlindungan dan pembinaan usaha. e) Pemberdayaan Masyarakat dan Pengentasan Kemiskinan Pemberdayaan masyarakat khususnya yang tertinggal akan terus menerus ditingkatkan melalui: 1). Peningkatan pengetahuan dan keterampilan; peningkatan akses pada modal usaha dan SDA; 2). Pemberian kesempatan luas untuk menyampaikan aspirasi terhadap kebijakan dan peraturan yang menyangkut kehidupan mereka; 3). Peningkatan kesempatan dan kemampuan untuk mengelola usaha ekonomi produktif yang mendatangkan kemakmuran dan mengatasi kemiskinan. f) Pembangunan Kesejahteraan Sosial Dalam rangka pemerataan pembangunan SDM, maka pembangunan kesejahteraan sosial juga harus dilakukan. Pembangunan kesejahteraan sosial di Kabupaten Bungo selama lima tahun ke depan diarahkan pada: 1). Pemberdayaan dan memberi bantuan langsung pada kelompok masyarakat miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT) yang tinggal di wilayah terpencil dan tertinggal, 2). Penyediaan sarana pelayanan sosial yang memadai bagi kelompok masyarakat PMKS. 3). Penghapusan secara bertahap jumlah penyandang masalah kesejahateraan sosial ( PMKS) yang dilakukan melalui peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan, rehabilitasi sosial dan pemberdayaan bagi PMKS, serta dengan penyediaan sarana pelayanan sosial yang memadai g) Pembangunan Ketahanan Pangan Sistem ketahanan pangan diarahkan untuk menjaga ketahanan dan kemandirian pangan daerah dengan mengembangkan kemampuan produksi lokal yang didukung kelembagaan ketahanan pangan yang mampu menjamin pemenuhan kebutuhan pangan secara merata dan cukup di tingkat rumah tangga, baik 3-18

67 dalam jumlah maupun mutu dan gizinya, aman, merata, dan terjangkau dengan sumber-sumber pangan yang beragam Kajian Kebijakan Penataan Ruang Kabupaten Bungo Terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) Sesuai dengan PP No. 26/2008 tentang Rencana Tataa Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), bahwa RTRWN merupakan strategi dan arahan kebijaksanaan pemanfaatan ruang wilayah negara yang meliputi : 1. Tujuan Penataan Ruang Wilayah Nasional diantaranya bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan; 2. Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah nasional meliputi kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang dan pola ruang; 3. Rencanaa struktur ruang wilayah nasional meliputi a. Sistem perkotaan nasional; b. Sistem jaringan transportasi nasional; c. Sistem jaringan energi nasional; d. Sistem jaringan telekomunikasi nasional; dan e. Sistem jaringan sumber daya air. 4. Rencanaa pola ruang wilayah nasional yang terdiri dari kawasan lindung nasional dan kawasan budidaya yang mempunyai nilai strategis. 5. Arahan pemanfataan ruang wilayah nasional yang terdiri dari: a. Program pemanfaatan ruang; b. Pendanaan program pemanfaatan; dan c. Kerja sama pendanaan. 6. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang terdiri atas: a. Indikasi arahan peraturan zonasi sistem nasional; b. Arahan perizinan; c. Arahan pemberian insentif dan disinsentif; dan d. Arahan sanksi. 3-19

68 Rencana Tata Ruang Nasional (RTRWN) merupakan acuan bagi penataan ruang daerah tingkat bawahnya dan menjadi pedoman bagi pemerintah pusat, pemerintah daerah serta masyarakat untuk mengarahkan lokasi dan memanfaatkan ruang dalam menyusun program pembangunan yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang. Kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional untuk Provinsi Jambi yaitu sebagai berikut : a. Berkaitan dengan sistem perkotaan Tabel 3.1 Sistem Perkotaan di Provinsi Jambi No Sistem Perkotaan Kota 1. PKN Jambi (I/C/1) 2. PKW Kuala Tungkal (II/B), Sarolangun (II/B), Muara Bungo(I/C/1), Muara Bulian(II/C/1) 3. PKSN - Sumber : PP No. 26/2008 tentang RTWN, Tahun Keterangan : PKN : Pusat Kegiatan Nasional PKW : Pusat Kegiatan Wilayah PKSN : Pusat Kegiatan Strategis Nasional I IV A B C D : Tahapan Pengembangan : Percepatan Pengembangan kota-kota utama kawasan Perbatasan A/1 : Pengembangan/Peningkatan fungsi A/2 : Pengembangan Baru A/3 : Revitalisasi kota-kota yang telah berfungsi : Mendorong Pengembangan Kota-Kota Sentra Produksi. : Revitalisasii dan Percepatan Pengembangan Kota-Kota Pusat Pertumbuhan Nasional C/1 : Pengembangan/Peningkatan fungsi C/2 : Pengembangan Baru C/3 : Revitalisasi kota-kota yang telah berfungsi : Pengendalian Kota-kota Berbasis Mitigasi Bencana D/1 : Rehabilitasi kota akibat bencana alam 3-20

69 D/2 : Pengendalian perkembangan kota-kota berbasiss Mitigasi Bencana b. Berkaitan dengan jalan bebas hambatan Tabel 3.2. : Jalan Bebas Hambatan di Provinsi Jambi No Antar Kota Dalam Kota 1. Jambi Rengat (III/6) - Sumber : PP No. 26/2008 tentang RTWN, Tahun Keterangan : I IV : Tahapan Pengembangan 5 : Pemantapan jaringan jalan Bebas Hambatan 6 : Pengembangan Jaringan Jalan Bebas Hambatan c. Berkaitan dengan pelabuhan sebagai simpul transportasi Nasional Tabel 3.3. : Pelabuhan di Provinsi Jambi No Kelas Pelabuhan Nama Pelabuhan 1. Internasional - 2. Nasional Kuala Tungkal (I/3) Sumber : PP No. 26/2008 tentang RTWN, Tahun Keterangan : I IV : Tahapan Pengembangan 1 : Pemantapan Pelabuhan Internasional 2 : Pengembangan Pelabuhan Internasional 3 : Pemantapan Pelabuhan Nasional 4 : Pengembangan Pelabuhan Nasional 3-21

70 d. Berkaitan dengan bandar udara sebagai simpul transportasi udara Nasional Tabel 3.4. : Bandar Udara di Provinsi Jambi No Kelas Bandar Udara Nama Bandar Udara 1. Primer 2. Sekunder 3. Tersier Sumber : PP No. 26/2008 tentang RTWN, Tahun Keterangan : I IV : Tahapan Pengembangan 1 : Pemantapan Bandar Udara Primer 2 : Pengembangan Bandar Udara Primer 3 : Pemantapan Bandar Udara Sekunder 4 : Pengembangan Bandar Udara Sekunder 5 : Pemantapan Bandar Udara Tersier 6 : Pengembangan Bandar Udara Tersier - - Sultan Thaha (Provinsi Jambi) (I/5) e. Berkaitan dengan Wilayah Sungai (WS) Tabel 3.5. : Wilayah Sungai di Provinsi Jambi No Wilayah Sungai Keterangan 1. Batanghari (I-IV/A/1) Lintas Provinsi Sumber : PP No. 26/2008 tentang RTWN, Tahun Keterangan : I IV : Tahapan Pengembangan A : Perwujudan Sistem Jaringan SDA A/1 : Konservasisi Sumber Daya Air, Pendayagunaan SDA, dan Pengendalian Daya Rusak Air 3-22

71 f. Berkaitan dengan Kawasan Lindung Tabel 3.6. : Kawasan Lindung di Provinsi Jambi No Kawasan Lindung Keterangan 1. Cagar Alam Kelompok Hutan Bakau Pantai Timur (I/A/3) 2. Cagar Alam Cempaka (II/B/3) 3. Cagar Alam Sungai Batara (III/B/3) 4. Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (I/A/4) 5. Taman Nasional Bukit Dua Belas (I/A/4) 6. Taman Nasional Berbak (I/A/4) 7. Taman Nasional Kerinci Seblat (I/A/4) 8. Taman Hutan Raya Thaha Saifuddin (II/B/5) Sumber : PP No. 26/2008 tentang RTWN, Tahun Jambi Jambi Jambi Riau-Jambi Jambi Jambi Jambi, SumateraSelatan, Bengkulu,Sumatera Barat Jambi Keterangan : I IV A B C : Tahapan Pengembangan : Rehabilitasii dan Pemantapan Fungsi Kawasan Lindung Nasional A/1 : Suaka Alam Laut A/2 : Suaka Margasatwa dan Suaka Margasatwa Laut A/3 : Cagar Alam dan Cagar Alam Laut A/4 : Taman Nasional dan Taman Nasional Laut A/5 : Taman Hutan Raya A/6 : Taman Wisata Alam dan Taman Wisata Alam Laut : Pengembangan Pengelolaan Kawasan Lindung Nasional B/1 : Suaka Alam Laut B/2 : Suaka Margasatwa dan Suaka Margasatwa Laut B/3 : Cagar Alam dan Cagar Alam Laut B/4 : Taman Nasional dan Taman Nasional Laut B/5 : Taman Hutan Raya B/6 : Taman Wisata Alam dan Taman Wisata Alam Laut : Rehabilitasii dan Pemantapan Fungsi Kawasan Hutan Lindung Nasional 3-23

72 D E F C/1 : Kawasan Resapan Air : Pengembangan Pengelolaan Kawasan Hutan Lindung Nasional : Rehabilitasii dan Pemantapan Fungsi Kawasan Taman Buru Nasional : Pengembangan Pengelolaan Kawasan Taman Buru Nasional g. Berkaitan dengan Kawasan Andalan Tabel 3.7. : Kawasan Andalan di Provinsi Jambi No Kawasan Andalan Sektor Unggulan 1. Kawasan Muara Bulian Timur Jambi dan Sekitarnya - (I/B/2) - perkebunan - (III/A/2) - pertanian - (II/C/2) - pertambangan - (II/D/2) - industri - (IV/F/2) - perikanan - (III/E/2) - pariwisata 2. Kawasan Muara Bungo dan Sekitarnya - (I/B/2) - perkebunan - (III/A/2) - pertanian - (II/H/2) - kehutanan Sumber : PP No. 26/2008 tentang RTWN, Tahun Keterangan : I IV A B C : Tahapan Pengembangan : Pengembangan dan Pengendalian Kawasan Andalan untuk Sektor Pertanian A/1 : Pengendalian Kawasan Andalan untuk Pertaniann Pangan Abadi A/2 : Pengembangan Kawasan Andalan untuk Pertanian : Rehabilitasii dan Pengembangan Kawasan Andalan untuk Perkebunan B/1 : Rehabilitasi Kawasan Andalan untuk Perkebunann B/2 : Pengembangan Kawasan Andalan untuk Perkebunan : Rehabilitasii dan Pengembangan Kawasan Andalann untuk sektor Pertambangan C/1 : Rehabilitasi Kawasan Andalan untuk Pertambangan 3-24

73 D E F G H C/2 : Pengembangan Kawasan Andalan untuk Pertambangan : Rehabilitasii dan Pengembangan Kawasan Andalann untuk industri pengolahann D/1 : Rehabilitasi Kawasan Andalan untuk Industri Pengolahan D/2 : Pengembangan Kawasan Andalan untuk Industri Pengolahan : Rehabilitasii dan Pengembangan Kawasan Andalann untuk sektor Pariwisata E/1 : Rehabilitasi Kawasan Andalan untuk Pariwisata E/2 : Pengembangan Kawasan Andalan untuk Pariwisata : Rehabilitasii dan Pengembangan Kawasan Andalann untuk sektor Perikanan F/1 : Rehabilitasi Kawasan Andalan untuk Perikanan F/2 : Pengembangan Kawasan Andalan untuk Perikanan : Rehabilitasii dan Pengembangan Kawasan Andalann untuk sektor Kelautan G/1 : Rehabilitasi Kawasan Andalan untuk Kelautan G/2 : Pengembangan Kawasan Andalan untuk Kelautan : Rehabilitasii dan Pengembangan Kawasan Andalan untuk Kehutanan H/1 : Rehabilitasi Kawasan Andalan untuk Kehutanan H/2 : Pengembangan Kawasan Andalan untuk Kehutanan h. Berkaitan dengan Kawasan Strategis Nasional Tabel 3.8. Kawasan Strategis Nasional di Provinsi Jambi No Kawasan Strategis Nasional Keterangann 1. Kawasan Lingkungan Hidup Taman Nasional Kerinci Seblat 2. Kawasan Taman Nasional Berbak 3. Kawasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh 4. Kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas (Provinsi Jambi, Sumatera Barat, Bengkulu, dan Sumatera Selatan) (I/B/1) (Provinsi Jambi) (I/B/1) (Provinsi Jambi dan Riau) (I/B/1) (Provinsi Jambi) (I/B/1) Sumber : PP No. 26/2008 tentang RTWN, Tahun

74 Keterangan : I IV A B C D E : Tahapan Pengembangan : Rehabilitasii dan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional Dengan Sudut Kepentingan Ekonomi A/1 : Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan A/2 : Pengembangan/Peningkatan kualitas kawasan : Rehabilitasii dan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional Dengan Sudut Kepentingan Lingkungan Hidup B/1 : Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan B/2 : Pengembangan/Peningkatan kualitas kawasan : Rehabilitasii dan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional Dengan Sudut Kepentingan Sosial Budaya C/1 : Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan C/2 : Pengembangan/Peningkatan kualitas kawasan : Rehabilitasii dan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional Dengan Sudut Kepentingan Pendayagunaan Sumberdaya alam dan Teknologi Tinggi D/1 : Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan D/2 : Pengembangan/Peningkatan kualitas kawasan : Rehabilitasii dan Pengembangan Kawasan strategis nasional dengan Sudut Kepentingan Pertahanan dan Keamanan E/1 : Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan E/2 : Pengembangan/Peningkatan kualitas kawasan Berdasarkan tinjauan RTRW Nasional terhadap Kabupaten Bungo, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Kebijakan sistem perkotaan Nasional disebutkan bahwa Kota Muarabungo merupakan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) diarahkan untuk revitalisasi dan percepatan kota-kota pusat pertumbuhan Nasional (I/C/1), dalam sistem perkotaan Nasional PKW ditetapkan dengan kriteria: a. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN; b. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten; dan/atau 3-26

75 c. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapaa kabupaten. 2. Kebijakan kawasan lindung disebutkan bahwa Taman Nasional Kerinci Seblat diarahkan di Rehabilitasi dan Pemantapan Fungsi Kawasan Lindung Nasional (I/A/4); 3. Kebijakan Kawasan Muara Bungo dan Sekitarnya sebagai Kawasan Andalan diarahkan Pengembangan Kawasan Andalan untuk Perkebunan (I/B/2), Pengembangan Kawasan Andalan untuk Pertanian (III/A/2), dan Pengembangann Kawasan Andalan untuk Kehutanan (II/H/2); 4. Kawasan Lingkungan Hidup Taman Nasional Kerinci Seblat sebagai Kawasan Strategis Nasional diarahkan Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan Kawasan Strategis Nasional Dengan Sudut Kepentingan Lingkungan Hidup (I/B/1) Tinjauan Kebijakan Pembangunan Kota Muara Bungo Kota Muaraa Bungo mempunyai tingkat pertumbuhan wilayah yang cukup cepat, dalam pembangunan daerah, pengembangan tata ruang dan pembangunan sektoral harus saling berdampingan, baik dalam perumusan kebijaksanaan maupun dan perumusan strategi maupun dalam pelaksanaan program serta pembangunan serta proyek pembangunan supaya pembangunan dapat berlangsung secara lebih berdaya guna. Dengan di berlakukannya Undang-Undang No 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah, maka peran Pemerintah Daerah Kabupaten Bungo mempunyai peran dalam mengantisipasi keadaan perubahan lahan serta membentuk struktur dan pola pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang lebih teratur. Perkembangan suatu kawasan perkotaan di pengaruhi cepatnya laju penduduk dan perkembangann teknologi perkembangan pembangunann di kota, oleh karenanya Penataan Ruang Kota Muara Bungo yang merupakan sub sistem Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bungo yang berdasarkan pada kondisi dan potensi pembangunan dan aspirasi dari masyarakat mempunyai tujuan penataan ruang Kota Muara Bungo untuk meningkatkan kesejahteraan dan tercapainya pertahanan keamanan. 3-27

76 Rencana Tata Ruang Kota Muara Bungo merupakan hal yang sangat penting sebagai tindak lanjut dari penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bungo. Kota Bungo yang berada dalam wilayah Kabupaten Bungo mengalami perkembangan yang cukup berarti dalam pembangunan namun memiliki wilayah yang terbatas. Untuk mengantisipasi dan sebagai pengendali diperlukan suatu pedoman dalam perencanaan,pemanfaatan yaitu berupa Rencana Tata Ruang Kota Muara Bungo. Adapun su-isu pokok pembangunan yang terkait dengan pengembangan Wilayah di Kota Muara Bungo secara umum adalah sebagai berikut : a. Penetapan Kota Muara Bungo sebagai Ibuko Kota kabupaten Bungo menjadi timbulnya konsentrasi kegiatan di Kota Muaraa Bungo ini dan menjadi suatu tuntutan yang harus diantisipasi. b. Wilayah Kota Muara Bungo merupakan Pusat Wilayah Pengembangan (WP) dalam wilayah propinsi Jambi, sehingga di harapakan pengembangan Kota Muara Bungo akan berkembang lebih cepat. c. Pengembangan kegiatan Kota Muara Bungo merupakan implikasi dari posisi strategis Kota Muara Bungo ini yang merupakan wilayah pengembangan bagian barat Propinsi Jambi. d. Optimalisasi daya dukung lahan yang dapat di kembangkan sebagai kawasan kegiatan dalam skala kota. e. Terdapat sebahagian lahan yang daya dukung lingkungannya yang harus dikelola dengan hati-hati,yang di karenakan karena kondisi alam yang berupa daerah pinggiran sungai yang dan daerah relatif bergelombang serta kawasan penyangga berupa hutan-hutan buatan berupa kebun karet dan bekas penambangan. Pembangunann Daerah Kabupaten Bungo pada dasarnyaa sudah bersifat jangka panjang.pada setiap tahap pembangunan berorientasi pada kesejahteraan seluruh rakyat serta meletakkan landasan yang kuat untuk pembangunan pada tahap yang berikutnya dengan menciptakann landasan yang kuat bagi perekonomian daerah. Berdasarkan kebijakan dan arah pembangunan 3-28

77 yang telah ditetapkan,sasaran sasaran pokok pembangunan Kabupaten Bungo meliputi antaraa lain : - Pertanian - Industri - Petambangana dan energi - Perhubungan dan Pariwisata - Perumahan rakyat dan Permukiman Kebijakan Spasial Berdasarkan formulasi penentuan struktur tataruang serta arahan potensialitas wilayah, ditentukan adanya 3 simpul besar kutub-kutub perkembangan Kabupaten Bungo, Yaitu Kota Muara Bungo (Pusat Utama atau Hirarki I),Kota Rantau Ikil dan Rantau Keloyang (Pusat Madyaa atau Hirarki II), dan Kota-kota ibukota Kecamatan (Pusat Madya atau Hirarki III). Keadaan Ini di tunjang dengan distribusi Wilayah yang terdiri dari 3 sistem wilayah yaitu : Wilayah Potensial Muara Bungo (Muara Bungo,Simpang Babeko,Tanjung Agung dan Lubuk Landai) Wilayah Potensial Rantau Keloyang (Rantau Keloyang,Rantau Pandan dan Purwosari) Wilayah Potensial Rantau Ikil (Muara Tebo Pandak, dan Tanah Tumbuh) Seluruh aspek peninjauan sistem tataruang wilayah tersebut mengindentifikasikan pembagian sistem spasial Kabupaten Bungo yang terdiri dari 3 sistem wilayah. Struktur pengembangan terdiri dari 1(satu) sistem wilayah Pusat Kegiatan Wilayah (KPW) dan 2(pusat) Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Sistem Kota-Kota Sistem kota-kota diarahkan pada fungsi dan pelayanann kawasan kota tersebut,yaitu sebagai kutub pertumbuhan.penilaian hirarki perkotaan berdasarkan 2 aspek tinjauan, aspek kelengkapan fasilitas dan jumlah penduduk pendukung. Berdasarkan kelengkapan fasilitas yang di miliki masing- 3-29

78 masing kawasan perkotaan, maka hirarki dan sistem perkotaan untuk wilayah Kabupaten Bungo sebagai berikut : Kota Hirarki I, yang meliputi Kota Muara Bungo sebagai pusat pemerintahan, pendidikan dan pelayanan sosial ekonomi tingkat Kabupaten,,fungsi kota ini diarahkan sebagai fungsi ibukota Kabupaten dan Pusat Utama Kegiatan. Kota Hirarki II,Yang meliputi Kota Rantau Ikil sebagai dan Rantau Keloyang berpotensi sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Bungo. Kota Hirarkii III,berfungsi variasi yakni dapat berkembang sebagai pusat pelayanan bagi desa disekitarnya, berpotensi sebagai pusat pertumbuhan penunjang fungsi Kota Muara Bungo serta berfungsi sebagai Koridor pusat utama Orientasi Pergerakan Orientasi pergerakan mencakup kegiatan koleksi dan distribusi baik barang maupun jasa, Berdasarkan kondisi faktual beberapa wilayah Kabupaten Bungo secara pergerakan ekonomi ada yang berorientasi ke luar Wilayah Kabupaten Bungo (Kota Lintasan antar Kabupaten/ propinsi ) yang secara garis besar pergerakan pemasaran Kabupaten Bungo yang utama adalah ke kota Jambi dan Padang Rencana Pola Pemanfaatan Ruang Rencana pemantapan kawasan lindung pada kawasan hutan di wilayah Kabupaten Bungo sampai 2015,teridentifikasi seluas atau sekitar 33.75% dari luas wilayah Kabupaten Bungo yang terdiri dari Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) dengan luas Ha,hutan lindung Ha,dan hutan produksi seluas Ha tersebar di seluruh kecamatan 3-30

79 Rencana Pemantapan Kawasan Lindung Sumber: Hasil Rencana 2005 Tabel 3.9 Kabupaten Bungo Tahun 2015 Luas NO Peruntukan Kecamatan (%)thd luas (Ha) wil Kab. 1. TNKS Limbur Lubuk M Tanah Tumbuh Rantau Pandan , Pelepat 2. Hutan Lindung Tanah Tumbuh Rantau Pandan , Pelepat Jumlah 3. Sepadan Seluruh Sungai Kecamatan 4.303, , ,40 Untuk pengembangan kegiatan perkotaan yang meliputi permukiman existing,prasarana jalan, rencana pengembangan permukiman,dan sarana prasarana pelayanan kebutuhan penduduk,luas areal yang di rencanakan adalah sekitar ,52 ha atau 2.69% dari luas kabupaten dengan lokasi penyebaran terdapat at di seluruh kecamatan. Tabel 3.10 Rencana Pemanfaatan Ruang Non pertanian,tahun 2009 NO Kecamatan Pelepat Pelepat Ilir Bathin II I Babeko Rimbo Tengah Bungo Dani PasarMuara Bungo Bathin III Rantau Pandan Muko-muko Bathin VII Bathin III Ulu Tanah Sepenggal Lahan Non Pertanian Lahan bukan pertanian Lahan Pertanian Lahan Lahan sawah bukan sawah Jumlah Total

80 Lahan Non Lahan Pertanian NO Kecamatan Pertanian Jumlah Lahan Lahan Total bukan Lahan sawah bukan pertanian sawah Tanah Sepenggal Lintas Tanah Tumbuh LimburLubukLubuk Mengkuang Bathin II I Pelayang Jujuhan Jujuhan Ilir Jumlah total (Ha) Sumber : RTRW Kab. Bungo , Tabel 3.11 Arahan Pengembangan Kawasan Perkotaan Kabupaten Bungo No 1. Kawasan Perkotaan Muara Bungo Potensi Wilayah Belakang Pertanian tanaman pangan, peternakan,pekerbunan Fungsi Pengembangan Pusat kegiatan Pemerintahan 2. Rantau Ikil Pertaniantanaman pangan, industri pengolahan, perda gangan dan jasa, perkebunan, peternakan dan pertambangan Pusat kegiatan industri 3. Rantau Keloyang Pertanian tanaman pangan, perkebunan,hutan lindung,tnks dan pertambangan Pusat kegiatan perda gangan dan jasa skala sub wilayah,pusat permu kiman,pusat pendidikan, sampai tingkat atas, pusat ekinomi antar wilayah 4. Bathin II Pertanian tanaman pangan,peternakan Pusat kegiatan perda gangan dan jasa skala sub wilayah, pusat permukiman,pusat pendidiksn sampai tingkat atas,pusat komunikasi antar wilayah 5. Babeko Palepat ilir Pertanian tanaman pangan,perkebunan dan pertambangan Pusat permukiman,pusat kegiatan industri 3-32

81 No 6. Kawasan Perkotaan Rantau pandann Potensi Wilayah Belakang Pertanian tanaman pangan,perkebunan dan pertambangan Fungsi Pengembangan Pusat permukiman 7. Tanah sepenggal Pertanian tanaman pangan, perkebunan dan pertambangan Pusat permukiman 8. Tanah Tumbuh Pertanian tanaman pangan,perkebunan dan pertambangan Pusat permukiman 9. Muko-Muko Bathin VII Pertanian tanaman pangan, perkebunan dan pertambangan Pusat permukiman 10 Limbur Lubuk Mengkuang Pertanian tanaman pangan, perkebunan dan pertambangan Pusat permukiman Sumber : RTRW Kab. Bungo Rencana Pengelolaan Kawasan Perkotaan Dan Perdesaan Rencana Pengelolaan Kawasan Perkotaan Kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama yang bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan,pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan,pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.sesuai dengan struktur pemanfaatan ruang yang menyangkut hirarki pusat pusat pelayanan wilayah atau pusat permukiman perkotaan,maka pengembangan kawasan perkotaan di Kabupaten Bungo diarahkan pada 3 tipologi: a. Kawasan Perkotaan Muara Bungo : diarahkan sesuai dengann kedudukannya sebagai ibukota Kabupaten yang secara fungsi merupakan kegiatan pemerintahan,pusatt kegiatan perdagangan danjasa,pusat permukiman perkotaan,pusat pendidikan tinggi,pusat pelayanan kesehatan,pusat kegiatan transportasi antar moda dan antar wilayah. b. Kawasan Perkotaan Rantau Ikil dan Rantau Keloyang : adalah Kawasan Perkembangan Rantau Ikil terkait dengan pengembangan kawasan kegiatan industri dan kegiatan perdagangan untuk mengimbangi perkembangan 3-33

82 kawasan perbatasan dengan Kabupaten Damasraya,Fungsi Kawasan perkotaan ni diarahkan sebagai pusat kegiataan perdagangan dan jasa dan pusat permukiman,,pusat pendidkan sampai dengan tingkat atas dan pusat komunikasi antar wilayah. c. Kawasan perkotaan Ibukota Kecamatan Bathin II Babeko,Pelepat Ilir,Rantau Pandan,Tanah Sepenggal,Tanah Tumbuh, Muko-muko Bathin VII dan Limbur Lubuk Mengkuang.Pengembang kawasan perkotaan ini lebih diarahkan sebagai pusat pemerintahan kecamatan dan pusat permukiman Rencana Pengelolaan Kawasan Perdesaan Kawasan Perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian pengelolaann sumberdaya alam dengan susunan fungsi permukiman perkotaan,pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan,pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.dengan definisi tersebut maka wilayah diluar kawasan perkotaan dapat dikatakan seluruhnya menjadi kawasan perdesaan. Pengelolaan kawasan perdesaan ini lebih diarahkan pada pusat permukimannya sebagai pusat kota terkonsentrasi jumlah penduduk dan kelengkapan fasilitas,yand dapat berupa desa-desa ibukota kecamatan atau desa- desa pusat pertumbuhan.pusat pusat permukiman perdesaan ini merupakan kawasan dengan dominasi kegiatan di sektor pertanian.penetapan pusat-pusat permukiman pedesaan ini mempertimbangkan potensi,persebaran ruang desa dan sistem kota-kota, adapun kriterianya adalah: o o o Desa-desa yang tumbuh dengan investasi kecil Mempunyai fungsi-fungsi penyedia pelayanan terhadap desa-desa yang ada di sekitarnya - Dapat berfungsi sebagai pusat perantara antar kota dengan desa-desa - Jumlah penduduk yang lebih tinggi di banding dengan desa desa lainnya Ketersediaan sarana dan prasarana yang lebih lengkap dibandingkan dengan desa-desa lainnya. 3-34

83 LAPORAN A K H I R RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN AN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA BUNGO TAHUN Pola Penggunaan Lahan Secara Umum, penggunaan lahan di wilayah dapat dikelompokkan kedalam penggunaan untuk permukiman,kawasan petanian berupa sawah,tegalan,kedalam penggunaan untuk permukiman, kebun campuran dan semak belukar serta kawasan hutan.dalam pemanfaatan n lahan dalam konteks daerah terbangun, pemanfaatannya masih rendah yaitu sekitar mencapai sekitar ± 3.081,89 ha atau ( tidak mencapai 13.21% dari luas wilayah berdasarkan data tahun 2007),yang dimanfaatkan untuk bangunan seperti perumahan fasilitas soial ekonomi, jasa industri dan pertokoan.pemanfaatan lahan bila dibandingkan dengan luas lahan dengan masingmasing Kelurahan/desa masih sangat rendah. Tabel 3.12 Jenis Penggunaan Lahan Kota Muara Bungo NO Pasarar Luas Jenis Rimbo Bungo Bathin Muara Penggunaan Penggunaan Tengah Dani III Bungo Lahan Prosentase 1. Pemukimandan pekarangan 1,365,89 1,716,00 3,081,89 13,21 2. Sawah - teknis - ½ teknis - Sederhana Tadah hujan 190,00 134,00 136,00 190,00 144,00 136,00 0,58 3. Perkebunan 764,00 764,00 - Negara 1,375,00 1,375,00 - Rakyat 3,27,00 4. PertanianLahan Kering 185,00 4,03 5. Hutan 119,50 657,00 2,28 6. Danau/rawa 504,00 240,00 744,00 3,19 7. Tanah Tandus/ 1.348,00 119,50 83,00 Lahan Tidur 5,78 8. Alang-alang 104,50 258,00 104,00 0,45 9. Empang/kolam/te bat 3,626,00 101,00 0, Padang rumput 471,00 258,00 729,00 3, Lain-lain 9,391,00 3,626,00 13,017,11 55,79 15,555,00 7,778,00 23,333,00 100,00 Sumber : Kebupaten Dalam Angka

84 Kawasan permukiman di kota terbagi menjadi beberapa kelompok sesuai dengan persebaran administrasif kota.persebaran pemukiman lebih terkonsentrasi dibagian tengah wilayah tengah sedangkan pada daerah utara dan selatan relatif lebih sedikit.pola persebaran pemukiman secara umumnya berbentuk radial konsentris mengikuti pola jaringan jalan utama dan pola permukiman memusat pada pusat-pusat kegiatan kota Persebaran Penduduk Dari statistik,jumlah penduduk pada akhir tahun 2008 sebesar jiwa yang terbagi ke dalam KK,Dengan luas kota sebesar ha dan tingkat kepadatan penduduk 2 jiwa/ha pada pertengahan tahun yang sama. Dari segi sosial budaya masyarakat sudah bersifat heterogen karena adanya pembauran antara penduduk setempat dengan masyarakat pendatang,baik dari kegiatan maupun maupun adat istiadat. Kebudayaan dan adat istiadat masyarakat Muara Bungo sangat di pengaruhi oleh agama Islam dan sejarah kebudayaan,hal ini masih tercermin dari cerita legenda atau rakyatyang masih bertahan sampai sekarang Prasarana Pengelolaan Sampah Sistem pengelolaann persampahan di pusat kota sudah tersistemasi dengan adanya bak-bak penampungan sampah yang merupakan trasfer depo yang memudahkan untuk pengangkutan ke TPA.Pengelolaan sampah penduduk yang tidak terlayani oleh sistem dilakukan secara kebiasaan yaitu sampah dikumpulkan lalu di bakar Analisa Kebutuhan Ruang Berdasarkan hasil analisa kebutuhan perumahan dan fasilitass sosial ekonomi tahun 2028,kebutuhan ruang sebesar 3.135,025.0 ha.kebutuhan untuk lahan perumahan ± ha atau 35.89%,selanjutnya untuk kebutuhan jalan sebesar 24,12% Permasalahan Dan Prediksi Kondisi dari dari satu wilayah dimasa mendatang sangat di tentukan oleh wilayah tersebut dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi pada saat ini maupun pada saat yang akan akan terjadi.kemampuan dalam menyelesaikan masalah 3-36

85 akhirnya akan menentukan tujuan yang diinginkan di masa mendatang.kabupaten Muara Bungo yang merupakan Kabupaten Induk dari pemekaran tiga Kabupaten yang bersamaan dengan pemekaran tiga Kabupaten di Propinsi Jambi,yang sesuai dengan itu Kabupaten Muara Bungo di mekarkan menjadi Kabupaten Bungo dan Tebo.Bersamaan pemekaran yang ada di tingkat Propinsi,sesungguhnya identitas dan potensi dari pada Kabupaten Bungo tidak berubah/ tetap dan bahkan menjadi lebih jelas bahkan potensi yang ada di kembangkan lebih baik satu hal yang sampai saat ini masih di kembangkan oleh pemerintah Bungo adalah pembenahan pusat pelayanan di Ibukota.Pusat pelayanan ini di mulai dari pusat pelayanan perdagangan agar dapat merangsang pihak swastaa untuk melakukan investasi swasta untuk menyediakan berbagai jasa. Sesuai dengan jiwa otonomi kabupaten Bungo terus melakukan pembenahan yaitu dengann melakukan pemekaran di tingkat Kecamatan agar dapat lebih melakukan pengembang potensi yang ada di wilayahnya. Dalam melaksanakan otonomi setelah lima tahun atau satu priode kepemimpinan Kepala Daerah dapat disampaikan permasalahan dan berbagai prediksi sesuai dengan bidang pembangunan.dari Hasil sentisasi dan hasil kajian yang dilakukan di RPJP Muaraa Bungo sudah menunjukkan kondisi terkini dan prediksi variabel pembangunan di Kabupaten Muara Bungo secara jelas sebagai berikut. Berdasarkan letak geografisnya Kabupaten Bungo di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupeten Tebo dan disebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Tebo disebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Mrangin dan di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupen Kerinci.Indetitas Kota Muara Bungo secara historis di tandai dengan keberadaan jalan lintas Sumatra yang banyak memberikan keuntungan yang berupa aksesbilitas yang tinggi dan terciptanya kegiatan pendukung berupa jasaitu secara jelas jasa pelayanan di sepanjang sarana jalan lintas Sumatra lebih dari aksesbilitas juga terjadi di wilayah Kecamatan dan Kabupaten lain ke Kabupaten Muara Bungo secara baik adalah Kabupaten Kabupaten Tebo, Sorolangun,Merangin,Kerinci, Dharmasraya (Sumatra Barat), untuk Kedepan aksebilitas ini harus termanfaatkan lebih baik sehingga dapat mendorong pusat pertumbuhan wilayah yang nyata khususnya di Sumatra Bagian Tengah. Keberadaan pusat pertumbuhan ini kedepan menjadi penting, mengingat keunggulan bersaing Kabupaten Bungo dalam menyediakan sarana transportasi berupa transportasi udara yang lebih baik dari Kabupaten lain khusunya 6 Kabupaten yang disebut.dalam posisi ini Kabupaten Muara Bungo di hadapakan dengan beberapa permasalahan antara lain: 3-37

86 Bergeraknya aktivitas sumber daya di wilayah perbatasan Kecamatan dan, Kabupaten ke luar Kabupaten lain berupa perdagangan hasil bumi bukan ke Kabupaten Bungo tapi ke Kabupaten Dharmasraya. Dampaknya terjadinya investasi ke luar daerah baik masyarakat karena lebih menguntungkan berinvestasi di luar daerah akan lebih menguntungkan daripada dari pada di daerah Muara Bungo Rencana Strategis Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah memberikan kewenangann dan tangung jawab yang besar bagi propinsi dan Kabupaten/Kota. Secara tegas dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 sebagai Peraturan Pelaksanaan UU Nomor 22 tahun 1999 bahwa kewenangan pengelolaann pembangunan bagi pemerintah Propinsi meliputi 20 kelompok bidang, yaitu pertanian, kehutanan dan perkebunan, kelautan, pertambangan dan energi, perindustrian dan perdagangan, perkoperasian, penanaman modal, ketenaga kerjaan, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, sosial, penataan ruang, permukiman, pekerjaan umum, perhubungan, lingkungan hidup, politik dalam negeri, pengembangan otonomi daerah, perimbangan keuangan daerah, hukum dan perundang-undangan. Pembangunan Daerah Kabupaten Bungo adalah merupakan kegiatan multidimensionall yang dilaksanakan secara terpadu, selaras serasi dan seimbang. Di samping sebagai bagian integral dari Pembangunann Nasional dan Pembangunan Propinsi Jambi, maka dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan kebutuhan, potensi, serta aspirasi masyarakat. Selain itu juga diarahkan untuk menciptakan dan memperluas lapangan kerja serta meningkatan pendapatan masyarakat, terutama masyarakat yang berada di perdesaan. Pembangunan yang dilaksanakan di Kabupaten Bungo pada hakekatnya bertujuan dan dikonsentrasikan untuk mencapai masyarakat sejahtera adil dan makmur lahir dan bathin.seperti termuat dalam pokok-pokok reformasi pembangunan daerah Kabupaten Bungo adalah upaya memampukan kemandirian masyarakat untuk dapat menanggulangi krisis pada bidang ekonomi,politik,hukum,agama dan soial budaya.disamping itu juga di dorong untuk memperluas tenaga kerja,peningkatan pendapatan dan hasil-hasilnya. 3-38

87 Prioritas Pembangunan Adalah memwujudkan Kabupaten Bungo yang maju dan berdaya saing Pembangunan wilayah tertinggal Pengendalian penduduk dan penyebaran yang berimbang Pembangunanketerkaitan keserasian perekonomian desa dan Kota Pembangunan Desa tertinggal Dan lain sebagainya Sarana Dan Prasarana Keberadaan saranaa dan prasarana yang ada akan menjadi modal penting yaitu sebagai pendukung proses percepatan pembangunan di suatu daerah dan bagi kemajuan daerah dalam rangka untuk mengundang para investor untuk menanamkan modalnya di Kabupaten Muara Bungo.Untuk meningkatkan daya saing dengan daerah lainnya adalah dengan penyiapan sarana dan prasarana umum karenaa dengan sarana dan prasarana bisa memasyarakatkan efisiensi dalam skala makro.ktersediaan air bersih,telephon dan listrik adalah prasyarat kebutuhan masyarakat moderen. Keberadaan ini dianggap sebagai kebutuhan dasar yang dinilai mutlak keberadaannya guna peningkatan kesejahteraan masyarakat. Setelah keberadaan ini memasuki otonomi daerah menjadi krusial, karena dari pengalaman pemerintah setempat keberadaannya mengalami penurunan, khususnya listrik. Secara ringkas permasalahan yang di hadapi berkaitan dengan sarana prasarana adalah : Ketersediaan air bersih yang keberadaanya menggunakan air sungai di hadapi dengan permasalahan polusi Sebaran yang mengikuti dua aliran sungai besar (Batang Tebo dan Batang Bungo) mengakibatkan permasalahan akut terhadap penyediaan air bersih dan konsumsi air sehari-hari sehingga pada musim tertentu dapat munculnya penyakit musiman Permukiman Perumahan dan pemukiman merupakan salah satu infrastruktur yang sangat penting dalam pembangunan. Hal ini dikarenakan perumahan dan pemukiman merupakan kebutuhan manusia, oleh karena itu dibidang perumahan dan pemukiman perlu mendapat perhatian dan penanganan yang serius dari Pemerintah baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah. 3-39

88 3.2. KAJIAN MIKRO KAWASAN PRIORITAS Identiifikasi Kawasan Prioritas Berdasarkan SPPIPP yang telah disusun, maka untuk Kawasan Permukiman Prioritas dapat diidentifikasi setelah adanya pengelompokan kawasan permukiman. Berdasarkan studi yang telah dilakukan SPPIP sebelumnya di kota Muara Bungo diidentifikasi 10 kawasan yang merupakan prioritas pembangunan permukiman di Kota Muara Bungo yaitu : 1. Jaya Setia 2. Batang Bungo 3. Pasir Putih 4. Purwo Bakti 5. Manggis 6. Bungo taman Agung 7. Tanjung Gedang 8. Sungai Pinang 9. Bungo Barat 10. Bungo Timur Penetapan Urutan Kawasan Prioritas A. TINJAUAN SKORING SPPIP Dengan menggunakan tiga kriteria penentuan kawasan prioritas diperoleh hasil skoring kawasan prioritas adalah sebagai berikut : sumber : Studi SPPIPP

89 Dari studi SPPIP tersebut ditetapkan 3 kawasan permukiman menurut urutan prioritasnya adalah sebagai berikut : 1. Kawasan Permukiman Prioritas ke 1 Jaya Setia, 2. Kawasan Permukiman Prioritas ke 2 Batang Bungo 3. Kawasan Permukiman Prioritas ke 3 Pasir Putih prioritas terpilih, Kawasan Permukiman Prioritas Jaya setia merupakan kawasan prioritas pertama yang selanjutnyaa akan ditindak lanjuti dengan Rencanaa Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP). B. TINJAUAN SKORING RPKPP Kriteria yang dipakai dalam penilaian urutan kawasan permukiman prioritas berdasarkan pada hal-hal yang berhubungan dengan kondisi dan permasalahan yang terjadi di lapangan serta terkait dengan karakteristik yang dimaksud di atas, yaitu : 1. Memiliki urgenitas penanganan Kerawanann terhadap bencana alam Kerawanann terhadap genangan air dan banjir Kepadatan dan kekumuhan kawasan Penggunaan lahan ilegal 2. Memiliki konstribusi dalam penanganan permasalahan kota Lokasi strategis Membuka aksesibilitas Sarana dan prasarana 3. Memiliki konstribusi dalam stimulasi pembangunan dan pengembangan kota Peningkatan kualitas lingkungan Membangkitkan lingkungan atau kawasan sekitarnya 4. Sesuai kebijakan pembangunan dan pengembangan kota Ketentuan sempadan sungai Zona permukiman Kepadatan bangunan 5. Memiliki dominasi permasalahan terkait bidang keciptakaryaan 3-41

90 Persampahan Saluran air hujan (SAH) Saluran peresapan air hujan (SRAH) Air bersih non-perpipaan Air limbah-sanitasi Jalan dan jembatan Penerangan jalan umum (PJU) Ruang terbuka hijau (RTH) MCK umumm Balai pertemuan 6. Memiliki dominasi penanganan melalui bidang keciptakaryaan Persampahan Saluran air hujan (SAH) Saluran peresapan air hujan (SRAH) Air bersih non-perpipaan Air limbah-sanitasi Jalan dan jembatan Penerangan jalan umum (PJU) Ruang terbuka hijau (RTH) MCK umumm Balai pertemuan Kota Muara Bungo sebagai kota pusat pemerintahan dan pelayanan berkembang dengan pesat namum sampai saat ini program-programm pembangunan permukiman belum dilakukan secara komprehensif, belum mempunyai urutan prioritas dalam pembangunannya sehingga pembangunan permukiman belum terintegrasi dengan sarana dan prasarana kota. Hal tersebut menimbulkan akibat sistem prasarana lingkungan tidak tersambung dengan sistem prasarana kota dan akibat selanjutnya terjadi banjir, pencemarann lingkungan terganggunya sungai-sungai di kota ini karena pencemaran limbah domestik maupun industri yang tidak terkendali. Selanjutnya ke 10 kawasan prioritas yang diusulakn dinilai seluruhnya. Berikut ini ditunjukkan tabel hasil penilaian 10 (sepuluh ) kawasan yang akan menjadi calon kawasan prioritas berdasarkan 6 karakteristik dan kriterianya, sesuai buku panduan pelaksanaan penyusunan RPKPP: 3-42

91 LAPORAN A K H I R RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN AN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA BUNGO TAHUN 2011 Tabel Penilaian Kawasan Prioritas Berdasarkan Urgenitas Penanganan No Karakteristik Kriteria Indikator Jaya Setia Batang Bungo Pasir Putih Purwo Bakti Manggis Bungo taman Agung Tanjung Gedang Sungai Pinang Bungo Barat Bungo Timur 1 Urgenitas Kerawanananan 1 Penanganan terhadapap 2 bencana na alam 3 Kerawanananan terhadapap genangan gan air dan banjir Kepadatan dan kekumuhan kawasan Penggunaan lahan illegal Nilai Keterangan : 1 = baik, tidak mendesak, kepadatan rendah, sesuai 2 = sedang, cukup 3 = buruk, mendesak, kepadatan tinggi, tidak sesuai 3-43

92 LAPORAN A K H I R RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN AN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA BUNGO TAHUN 2011 Tabel Penilaian Kawasan Prioritas Berdasarkan Konstribusi Dalam Penanganan Permasalahan Kota No Karakteristik Kriteriaria Indikator Jaya Setia Batang Bungo Pasir Putih Purwo Bakti Manggis Bungo taman Agung Tanjung Gedang Sungai Pinang Bungo Barat Bungo Timur 2 Kontribusi 1 Lokasi dalam strategis penanganan 2 permasalahan 3 kota 1 Membuka aksesibilitas 2 3 Sarana dan prasarana Nilai Tabel Penilaian Kawasan Prioritas Berdasarkan Konstribusi Dalam Stimulasi Pembangunan dan Pengembangan No Karakteristik Kriteria Indikator 3 Kontribusi dalam stimulasi pembangun an dan pengemban gan Keterangan : Peningkatan kualitas lingkungan Membangkitkan lingkungan atau kawasan sekitarnya Jaya Setia Nilai = baik, tidak mendesak, kepadatan rendah, sesuai 2 = sedang, cukup 3 = buruk, mendesak, kepadatan tinggi, tidak sesuai Batang Bungo Pasir Putih Purwo Bakti Manggis Bungo taman Agung Tanjung Gedang Sungai Pinang Bungo Barat Bungo Timur

93 LAPORAN A K H I R RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN AN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA BUNGO TAHUN 2011 Tabel Penilaian Kawasan Prioritas Berdasarkan Kebijakan Pembangunan dan Pengembangan Kota No Karakteristik Kriteria Indikator Jaya Setia Batang Bungo Pasir Putih Purwo Bakti Manggis Bungo taman Agung Tanjung Gedang Sungai Pinang Bungo Barat Bungo Timur 4 Sesuai Ketentuan 1 kebijakan sempadanan pembangun 2 sungai an dan pengemban 3 gan kota Zona 1 Permukiman 2 3 Kepadatan Bangunan Nilai Keterangan : 1 = baik, tidak mendesak, kepadatan rendah, sesuai 2 = sedang, cukup 3 = buruk, mendesak, kepadatan tinggi, tidak sesuai Tabel Penilaian Kawasan Prioritas Berdasarkan Dominasi Permasalahan Terkait Bidang Keciptakaryaan No Karakteristik Kriteria Indikator Jaya Setia 5 Dominasi 1 Persampahan permasalaha 2 n terkait 3 bidang ke- 1 ciptakaryaan Saluran air 2 Hujan (SAH) 3 Batang Bungo Pasir Putih Purwo Bakti Manggis Bungo taman Agung Tanjung Gedang Sungai Pinang Bungo Barat Bungo Timur 3-45

94 LAPORAN A K H I R No Karakteristik Kriteria Indikator Jaya Setia Batang Bungo Pasir Putih Purwo Bakti Manggis Bungo taman Agung Tanjung Gedang Sungai Pinang Bungo Barat Bungo Timur Sumur Resapan Air Hujan (SRAH) Air Bersih non-perpipaan Air Limbah Sanitasi Jalan dan Jembatan PJU Ruang Terbuka Hijau (RTH) M C K umum Balai Pertemuan Nilai Keterangan : 1 = baik, tidak mendesak, kepadatan rendah, sesuai 2 = sedang, cukup 3 = buruk, mendesak, kepadatan tinggi, tidak sesuai 3-46

95 LAPORAN A K H I R Tabel Penilaian Kawasan Prioritas Berdasarkan Dominasi Penanganan Melalui Bidang Keciptakaryaan No Karakteristik Kriteria Indikator 6 Dominasi Persampahan penanganan melalui bidang keciptakarya Saluran air an Hujan (SAH) Sumur Resapan Air Hujan (SRAH) Air Bersih non-perpipaan Air Limbah Sanitasi Jalan dan Jembatan PJU Ruang Terbuka Hijau (RTH) M C K umum Balai Pertemuan Jaya Setia Batang Bungo Pasir Putih Nilai Purwo Bakti Manggis Bungo taman Agung Tanjung Gedang Sungai Pinang Bungo Barat Bungo Timur Keterangan : 1 = baik, tidak mendesak, kepadatan rendah, sesuai 2 = sedang, cukup 3 = buruk, mendesak, kepadatan tinggi, tidak sesuai 3-47

96 LAPORAN A K H I R RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN AN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA BUNGO TAHUN 2011 Tabel Resume Penilaian Terhadap Seluruh Kecamatan Berdasarkan Enam Karakteristik No KARAKTERISTIK Jaya Setia Batang Bungo Pasir Putih SKOR Purwo Bakti Manggis Bungo taman Agung Tanjung Gedang Sungai Pinang Bungo Barat Bungo Timur 1 Urgenitas penanganan Kontribusi dalam penanganan permasalahan kota Kontribusi dalam stimulasi pembangunan dan pengembangan 4 Sesuai kebijakan pembangunan dan pengembangan kota 5 Dominasi permasalahan terkait bidang keciptakaryaan 6 Dominasi penanganan melalui bidang keciptakaryaan Hasil dari penilaian diatas berdasarkan karakteristirk dan kriteria yang telah dikembangkan sesuai dengan kondisi di lapangan, maka Kawasan Jaya Setia memiliki nilai tertinggi disusul Kawasan Batang Bungo, Kawasan Pasir Putih, yang ketiganya masuk wilayah Kecamatan Pasar Muara Bungo sebagai pusat Kota Mura Bungo. Setelah melalui proses diskusi terfokus dengan pemangku kepentingan, maka disepakati wilayah Kawasan Jaya Setia ditetapkan sebagai kawasan prioritas, untuk ditangani dalam kegiatan RPKPP ini. Konteks kawasan haruslah dipahami sebagai suatu bagian fungsonal pemanfaatan guna lahan (permukiman dan perumahan) yang tidak dibatasi oleh batas administrasi tetapi lebih kepada suatu wilayah yang saling terkait dan bersinggungan serta saling berpengaruh dalam perkembangan maupun pengembangannya. Hal ini berarti kawasan Jaya Setia adalah bagian wilayah yang saling terkait dan berhubungan dengan kawasan sekitarnya. 3-48

97 Gambar 3.1 Peta Kecamatan Pasar Muara Bungo 3-49

98 Gambar 3.2 Peta Kawasan Prioritas Terpilih No Kelurahan Kecamatan 1 Kelurahan Jaya Setia 2 Kelurahan Batang Bungo 3 Kelurahan Pasir Putih Kecamatan Pasar Muara Bungo Kecamatan Pasar Muara Bungo Kecamatan Rimbo Tengah 3-50

99 3.3. IDENTIFIKASI POTENSI DAN PERMASALAHAN KAWASAN PRIORITAS Identifikasi Karakteristik Kawasan Permukiman Prioritas Jaya Setia 1) Wilayah Administrasi Wilayah Adminstrasi Kelurahan Jaya Setia luas tergambar pada berikut ini dibagi menjadi 22 RT dengan Gambar 3.3 Peta Wilayah Adminstrasi Kawasan Permukiman Prioritas Kelurahan Jaya Setia 2) Kependudukan Jumlah Penduduk Kelurahan Jaya Setia sebesar jiwa, terdiri dari laki-laki dan perempuan, secara lebih rinci dapat dibaca pada tabel berikut ini : 3-51

100 LAPORAN A K H I R RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN AN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA BUNGO TAHUN 2011 Tabel 3.20 Jumlah Penduduk Kelurahan Jaya Setia NO WILAYAH JUMLAH KK JUMLAH LK PR JUMLAH TOTAL RT 01 RT 02 RT 03 RT 04 RT 05 RT 06 RT 07 RT 08 RT 09 RT 10 RT 11 RT 12 RT 13 RT 14 RT 15 RT 16 RT 17 RT 18 RT 19 RT 20 RT 21 RT JUMLAH Sumber : Kelurahan Jaya Setia Th

101 LAPORAN A K H I R RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN AN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA BUNGO TAHUN ) Kepadatan Bangunannan Kelurahan Jaya Setia mempunyai luas 218,9219 Ha dengan jumlah bangunan unit yang tersebar di 22 RT. Tabel 3.21 Kepadatan Bangunan Di Kelurahan Jaya Setia Nama Luas Bangunan Luas Wilayah RT No Kepadatan RT Luas Luas Luas Luas Luas (%) (m2) (Ha) (m2) (Km2) (Ha) 1 RT ,25 0, ,75 0,02 1, ,56 2 RT ,24 0, ,84 0,07 7,3772 5,86 3 RT ,56 0, ,51 0,48 47,8561 1,70 4 RT ,29 0, ,21 0,29 29,2860 2,05 5 RT ,52 0, ,21 0,13 12,6900 3,46 6 RT ,37 0, ,03 0,12 13,1979 2,62 7 RT ,92 1, ,88 0,06 5, ,88 8 RT ,55 0, ,00 0,01 0, ,43 9 RT ,64 0, ,31 0,02 1, ,13 10 RT ,26 1, ,25 0,02 2, ,59 11 RT ,5 0, ,27 0,01 0, ,79 12 RT ,15 2, ,45 0,05 5, ,00 13 RT ,05 1, ,95 0,04 3, ,44 14 RT ,44 0, ,02 0,03 2, ,89 15 RT ,02 1, ,68 0,04 4, ,79 16 RT ,39 0, ,49 0,03 2, ,38 17 RT ,3 0, ,51 0,09 9,3466 5,68 18 RT ,49 0, ,80 0,08 8,0348 6,50 19 RT ,54 0, ,72 0,19 18,6879 2,27 20 RT ,85 0, ,94 0,01 1, ,64 21 RT ,76 0, ,45 0,10 10,0638 2,75 22 RT ,31 1, ,80 0,30 29,9844 3,62 Total ,40 15, ,07 2,19 218,9219 6,92 Sumber : Analisis Studio Th

102 Potensi dan Masalah Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Keciptakaryaan Isu Utama Kawasan Permukiman Prioritas Jaya Setia ada pada wilayah RT 02 s/d 06 dan RT 12,13,14, untuk mempermudah dalam melakukan kajian maka dilakuan pengelompokan berdasarkan wilayah, pengelompokann tersebut adalah sebagai berikut : 1. Sub Kawasan 1 yang terdiri dari wilayah RT 02, 03, 04, 05, Sub Kawasan 2 yang terdiri dari wilayah RT 12, 13, 14 Lokasi dua Sub Kawasan Prioritas tersebut secara lebih jelas dapat dilihat pada gambar peta berikut ini : Gambar 3.4 Peta Sub Kawasan Permukiman Prioritas Jaya Setia Sub Kawasan 2 (RT 12,13,14) Sub Kawasan 1 RT 02 S/D

103 1) Tipologi Kondisi Permukiman a. Kontruksi Bangunan Dari hasil investigasi dan survey lapangan di dapatkan data untuk kontruksi bangunan di wilayah perencanaan yang berjumlah 747 unit kapling bangunan memiliki kondisi kontruksi bangunan dapat dibaca pada tabel sebagai berikut : Tabel 3.22 Tipologi Kondisi Konstruksi Bangunan di Kawasan Permukiman Prioritas Jaya Setia SUB KAWASAN Sub Kawasan 1 Sub Kawasan an 2 LOKASI KONSTRUKSI RT Permanen Semi Permanen 02 V 03 V 04 V 05 V 06 V 12 V 13 V 14 V Tidak Permanen Sumber : Hasil Survey Th 2011 b. Kondisi Bangunan Untuk kondisi bangunan lebih mengarah pada identifikasi kondisi bangunan yan dilihat dari kontruksi bangunan apakah masuk kategori baik, sedang, atau buruk. Untuk kondisi kontruksi sedang banyak dijumpai dan mayoritas menghiasi kawasan permukiman di wilayah perencanaan. Sedangkan untuk kondisi bangunan kategori buruk, banyak ditemui pada kawasan yang relative padat bangunan. Agar lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. 3-55

104 LAPORAN A K H I R RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN AN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA BUNGO TAHUN 2011 Tabel 3.23 Tipologi Kondisi Bangunan di Kawasan Permukiman Prioritas Jaya Setia SUB KAWASANASAN Sub Kawasan asan 1 Sub Kawasan 2 LOKASI KONSTRUKSI RT Baik Sedang Buruk 02 V 03 V 04 V 05 V 06 V 12 V 13 V 14 V Sumber : Hasil Survey Th 2011 c. Intensitas Pemanfaatan Lahan Permukiman Adapun pengertian dari intensitas pemanfaatan lahan adalah tingkat alokasi dan distribusi luas lantai maksimum bangunan terhadap lahan/ tapak peruntukannya. Komponen Intensitas Pemanfaatan Lahan adalah Koefisien Dasar Bangunan (KDB). Untuk kondisi dasar bangunan di wilayah perencanaan memiliki nilai Koefisien Dasar Bangunan (KDB) rata rata 2,38% s/d 32,38%, kondisi demikian ditemukan pada Sub Kawasan 1 dan Kawasan 2 Tabel 3.24 Intensitas Bangunan Pada Sub Kawasan Permukiman Prioritas Jaya Setia Luas Bangunan Luas Wilayah RT Kepadatan Lokasi Luas Luas Luas Luas Luas % (m2) (Ha) (m2) (Km2) (Ha) RT ,24 0, ,84 0,07 7,3772 5,86 RT ,56 0, ,51 0,48 47,8561 1,70 Sub RT ,29 0, ,21 0,29 29,2860 2,05 Kws 1 RT ,52 0, ,21 0,13 12,6900 3,46 RT ,37 0, ,03 0,12 13,1979 2,

105 LAPORAN A K H I R RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN AN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA BUNGO TAHUN 2011 Luas Bangunan Luas Wilayah RT Kepadatan Lokasi Luas Luas Luas Luas Luas % (m2) (Ha) (m2) (Km2) (Ha) Total 2, ,4072 2,38 RT ,15 2, ,45 0,05 5, ,00 Sub RT ,05 1, ,95 0,04 3, ,44 Kws 2 RT ,44 0, ,02 0,03 2, ,89 Total 3, , ,41 Sumber : Hasil Survey Th ) Tipologi Lingkungan gan Permukiman Untuk tipologi lingkungan permukiman akan dijelaskan berdasarkan karakter kawasan yang diukur dari faktor kekumuhan dan kerawanan banjir. Untuk mendefiniskan dan mengaktegorikan suatu wilayah termasuk kawasan kumuh, tidak kumuh atau sedang, rawan banjir atau hanya genangan seaktu habis hujan dapat diukur dari ketersediaan infrastruktur, kondisi bangunan, intensitas pemanfaatan lahan, dan observasi atau wawancara masyarakat terhadap kondisi setempat apakah rawan banjir atau tergenang. Untuk mengetahui kondisi lingkungan secara jelas dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 3.25 Kondisi Lingkungan di Kawasan Permukiman Prioritas Jaya Setia LOKASI KONDISI LINGKUNGAN SUB KAWASANASAN RT Kumuh Sedang (Kumuh) Tidak Kumuh Genanga n air hujan Banjir Sub Kawasan 1 Sub Kawasan 2 02 V V V 03 V V V 04 V V V 05 V V V 06 V V V 12 V 13 V V 14 V V 3-57

106 LAPORAN A K H I R RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN AN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA BUNGO TAHUN 2011 Sumber : Hasil Survey Th 2011 Keterangan : V Ya Tidak 3) Tipologi Prasarana a (infrastruktur) Permukiman Untuk tipologi prasarana arana (infrastruktur) permukiman akan dijelaskan berdasarkan karakter prasarana (infrastruktur) kawasan yang diukur dari faktor ketersediaan dan kelayakan fungsi serta kondisi infrastukturnya. Dari hasil observasi dan survey lapangan, maka kondisi kelayakan dan ketersediaan infrastruktur yang baik terdapat pada kawasan Perencanaan Kelurahan Jaya Setia wilayah dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 3.26 Kondisi Prasarana dan Sarana Lingkungan di Kawasanasan Perencanaan Kelurahan Jaya Setia LOKASI KONDISI INFRASTRUKTUR NONo SUB KAWASANAN RW RT Jalan Lingkungan Listrik Air Drainase Lingkungan Drainase Kota Sampah 02 K L L K K L 1 Sub Kawasan K L L K K L 04 K L L K K L 05 K L L K K L 06 K L L K K L 2 Sub Kawasan L L L K K K 13 L L L K K 14 L L L K K Keterangan : Tanda L kondisinya layak, tanda K Kondisinya kurang, dan tanda T tidak tersedia. 3-58

107 Isu Dan Permasalahan Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Keciptakaryaan Pada Kawasan Prioritas Jaya Setia Kawasan 2 (RT 12, 13, 14) Mayoritas penduduk etnis Minangkabau Kepadatan bangunan tinggi, tata letak bangunan tdk teratur dan sebagian menyalahi aturan Jln. Lingkungan sempit, tdk dapat dilalui truk sampah dan Pemadam Kebakaran Saluran drainase merangkap fungsi sanitasi, menggenang menjadi sarang nyamuk Sampah tidak dikelola dengan baik, sarana prasarana persampahan kurang/tdk ada MCK Umum tidak tersedia, sebagian penduduk belum mempunyai WC sendiri Ketersedian lahan kosong kurang lebih 60% Gambar 3.5 Kawasan 1 (RT 02 s/d 06) Lokasi permukiman berada pada cekungan, dekat dengan danau dan S. Batang Bungo Penduduk mayoritas etnik Jawa yang kurang menyukai rumah panggung Rawan genangan dan banjir akibat luapan S. Batang Bungo Jln. Lingkungan relatif lebar, kondisi belum diperkeras (tanah, bila musim hujan menjadi becek) Demensi saluran kecil, sebagian rusak, belum ada sistem drainase lingkungan Sanitasi sebagian besar secara mandiri per rumah tangga, lahan pekarangan luas Pengelolaan sampah sebagian besar secara mandiri per rumah tangga Kebutuhan air bersih dicukupi dari sumur gali dan PDAM 3-59

108 Potensi Dan Masalah Sub Kawasan 1 Jayaa Setia Sub Kawasan 1 Potensi dan Masalah : 1. Terjadi genangan pada waktu hujan lebat karenaa S. Udo yang berfungsi saluran drainase sekunder kota tidak dapat menampung debit air. 2. Terjadi banjir tahunan akibat S. Batang Tebo 3. Daerah dengan kepadatan rendah, berada padaa kawasan pusat kota, mempunyai potensi sebagai areal pengembangan permukiman skala kota 4. Kawasan ini mempunyai potensi alami berupa danau (Danau Bul uh) yang tidak pernah kering sepanjang tahun, potensi ini dapat dikembangkan menjadi tempat rekreasi kota. 5. Air Bersih menggunakan Sumur dan PDAM 6. Bangunan rumah secara umum baik 7. Sampah dikelola secara mandiri 8. Jalan lingkungan dan jalan setapak secara umumm masih berupa tanah Gambar : 3.7. Peta Permasalahan Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Keciptakaryaan Sub Kawasan 1 Jaya Setia 3-60

109 Potensi dan Masalah Sub Kawasan 2 Jayaa Setia Sub Kawasan 2 Potensi dan Masalah : 1. Kawasan dengan kepadatan tinggi 2. Kondisi Bangunan Cukup Baik, dengan konstruksi permanen 3. Ketersediaan saluran drainase air hujan cukup memenuhi, tetapi kondisi kurang terawat dan mampat karena sampah, 4. Terjadi genangan karena sebagian wilayah belum ada sistem drainase air hujan 5. Sampah tidak dikelola dengan baik 6. Jalan lingkungan dan setapak kondisi cukup baik 7. Kebutuhan Air Bersih dipenuhi dari PDAM 8. Potensi sebagai hunian di pusat kota Gambar : 3.8. Peta Permasalahan Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Keciptakaryaan Sub Kawasan 2 Jaya Setia 3-61

110 LAPORAN A K H I R 4.1. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PENANGANAN Kawasan permukiman prioritas Kelurahan Jaya Setia dalam FGD 3 telah ditentukan untuk ditangani dan ditindak lanjuti dengan RPKPP. Identifikasi kebutuhan penanganannya terdiri dari 2 sub kawasan dalam wilayah Kawasan Permukiman Prioritas Kelurahan Jaya Setia yaitu sebagai berikut : 1) Sub Kawasan Permukiman Prioritas 1 terdiri dari wilayah RT 02 s/d 06 2) Sub Kawasan Permukiman Prioritas 2 terdiri dari wilayah RT 12,13,14 Kebutuhan penanganan masing-masing sub kawasan permukiman prioritas tersebut dipengaruhi oleh : 1) Pengembangan potensi kawasan 2) Kondisi lingkungan kawasan 3) Perkiraan dampak yang ditimbulkan Komponen kebutuhannya ditekankan pada bidang keciptakaryaan yang meliputi komponen fisik, sosial, ekonomi serta bidang tata ruang. Secara Rinci kebutuhan penanganan untuk dua kawasan permukiman prioritas tersebut dapat dilihat pada tabel berikut : Analisis Pengembangan Potensi Kawasan Dalam merencanakan pengembangan kawasan prioritas dilakukan analisis SWOT untuk Kawasan Jaya Setia yaitu sebagai berikut : 4-1

111 RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA A BUNGO TAHUN 2011 Tabel.4.1. Analisis Strategi Internal dan Eksternal Kawasan Prioritas Jaya Setia INTERNAL KEKUATAN (STRENGTH) KELEMAHAN (WEAKNESS) EKSTERNAL memiliki cadangan air yang tinggi memiliki banyak penduduk sehingga tidak perlu mengarahkan penduduk untuk mendiami kawasan ini permukiman yang sering dilanda banjir dan genangan infrastruktur permukiman yang belum memadai masyarakat tidak memiliki ijin bangunan PELUANG (OPPORTUNITY) STRATEGI S-O STRATEGI W-O pengembangan infrastruktur menjadi lebih mudah karena dekat dengan pusat kota lahan di sekililing kawasan tersebut masih banyak yang dapat digunakan sebagai tempat bermukim berpotensi untuk dijadikan kawasan wisata air merupakan kawasan cepat tumbuh kawasan selain dapat dijadikan menjadi kawasan permukiman juga dapat untuk fungsi lain seperti pariwisata dan permukiman baru pengembangan infrastruktur permukiman dan pariwisata penduduk baru dapat dialokasikan kepada lahan kosong yang masih ada permukiman yang tergenang dan banjir dapat diselesaikan dengan membangun dan merehalitasi saluran drainase infrastruktur air minum dapat dibangun bukan dengan pola jaringan yang terpusat pada satu sumber utama, tetapi kepada sumber yang dekat dengan kawasan ini pemerintah berperan penting dalam pengadaan izin bangunan penduduk ANCAMAN (THREATNESS) STRATEGI S-T STRATEGI W-T kawasan pinggir sungai rentann dengan bahaya banjir penduduk yang tidak memiliki izin akan rentan untuk digusur pembangunan infrastruktur akan terhambat jenis tanah dan kontur masyarakat belum dapat menerima kebijakan perlu adanya kebijakan pemerintah untuk mensterilkan daerah sempadan sungai agar bebeas dari permukiman penduduk penduduk harus memiliki izin pembangunan rumah yang diawasi langsung oleh pemerintah direncanakan dengan penggunaan sumur gali dan fasilitas penyaringan air untuk kebutuhan air minum penduduk pembangunan permukiman disarankan sejauh mungkin dari pinggir sungai penertiban sempadan sungai harus sesuai dengan peraturan yang berlaku pemerintah memegang peranan penting dalam penertiban sempadan sungai Sumber: Hasil Analisis 2011 Kawasan Permukiman Prioritas Jaya Setia berpeluang untuk dapat ditingkatkan fungsi dan perannya terhadap Kota Muaraa Bungo sebagai daerah pembangunan permukiman baru dan rekreasi (wisata) dalam skala kota. PT. Ganes Engineering g Consultant 4-2

112 RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA A BUNGO TAHUN Analisis Kondisi Lingkungan Kawasan Analisis data disini dimaksudkan untuk melihat dan menilaii kondisi faktual di lapangan, yang sesuai dengan tema-tema permasalahan permukiman perkotaan dalam bidang Kecipta Karyaan pada satu kawasan prioritas. Adapun fokus analisis melihat pada : Kondisi lingkungan dan tata ruang, yang terkait dengan penataan permukiman, baik itu disekitar bantaran sungai dan mitigasi bencana; Bangunan dan Lingkungan; Ruang Terbuka Hijau ( RTH ) pada kawasan Permukiman dan perumahan; Jalan lingkungan Pengelolaan limbah dan pencemaran lingkungan, MCK rumah tangga dan umum serta akses jalan lingkungan Persampahan, drainase/saluran air hujan (SAH), saluran peresapan air hujan (SRAH), Air bersih non-perpipaan, air limbah-sanitasi, jalan dan jembatan. Mitgasi bencana banjir dan genangan air hujan. Analisis dilakukan pada Sub Kawasan Prioritas 1 dan 2 Kelurahan Jaya Setia, Kecamatan Pasar Muara Bungo. Sub Kawasan Prioritas 2 Sub Kawasan Prioritas 1 Tabel berikut menggambarkan proses analsis tiap-tiap bagian sub kawasan, sesuai dengan permasalahan yang ada : PT. Ganes Engineering g Consultant 4-3

113 Tabel 4.2. Analisis Kondisi Lingkungan Kelurahan Jaya Setia Sub Kawasan 1 ( RT. 02 s/d. RT. 06 ) Kec. Pasar Muara Bungo, Kab. Bungo Aspek A. Bangunan dan Lingkungan 1. Bangunan Kondisi Faktual Lokasi permukiman berada pada lahan cekungan dekat dengan danau dan sungai besar Daerah Permukiman rawan akan banjir Bila terjadi banjir masyarakatnya terisolir, mengingat ketinggian air bisa mencapai 1,5 m Pada daerah genangan dan banjir menyukai bukan rumah panggung Penduduk lebih Kondisi Ideal Sepanjang bantaran sungai Udo dan Tebo terbebas dari bangunan fisik. Garis sempadan sungai di kawasan permukiman, ditentukan sekurang-kurangnya 5 meter dihitung dari tepi sungai untuk jalan inspeksi Pada bantaran sungai dilarang mendirikan bangunan untuk hunian, baik itu bangunan permanen maupun semi permanen Kembalikan sungai pada fungsinya Arahan Pengembangan Meningkatkan sosialisasi pemahaman masyarakat dalam pemanfaatan lahan, khususnya lahan bantarann dan daerah sekitar sungai Relokasi pada bangunan / permukiman yang rawan bencana banjir atau genangan Pemugaran rumah dengan peninggian lantai diatas permukaan level banjir tahunan Mantapkan Program Pembangunan Permukiman pada kawasan rawan bencana atau banjir Rumah Penduduk Keberadaan Sungai Batang Tebo dan Sungai Batang Bungo, dapat di jadikan icon, Citra dan Wajah Kota Sungai bagi Kota Muara Bungo 4-4

114 Kepadatan Bangunan cukup longgar, KDB 2,38 % KDB untuk permukiman 40% Mengembangkan permukiman perkotaan baru 2. RTH Ketersediaan Lahan kosong dan danau Buluh sebagai Ruang Terbuka Hijau pada kawasan permukiman di RT.02 s/d RT.06 merupakan potensi yang belum dikembangkan Syarat RTH Publik 20%, RTH Privat minimal 10% luas kawasan Perencanaan untuk keseimbangan daya dukung lingkungan dan berwawasan ekologis Jalur hijau, pola penataan pada ruang terbuka publik (damija, batas kawasan termasuk bantaran sungai) RTH tepian sungai sebagai sumber resapan air RTH tepian sungai sebagai perkuatan terhadap bahaya longsor RTH tidak boleh didirikan bangunan permanen dan tidak boleh tertutup beton Tanaman dalam RTH : tanaman produksi, tanaman peneduh dan tanaman hias\ Regulasi untuk menjaga keberadaan dan keberlangsungan RTH yang masih ada Mengendalikan perkembangan hunian dan membuat regulasi yang jelas dan tegas tentang pemanfaatan lahan Mempertahankan dan mengoptimalkan ruang terbuka hijau sebagai ruang publik. Menjaga ekologi lingkungan sungai, merawat dan mengembangkan dengan aktivitas setempat yang khas dan memberi nilai tambah Dikembangkan sebagai tempat rekreasi/ wisata kota 4-5

115 Peruntukan lahan terbuka padaa tanaman keras, tanaman produksi ataupun tanamann musiman Vegetasi RTH : botanis dan atau arsitektural (estetika) Vegetasi RTH : botanis dan atau arsitektural (estetika) Lingkungan yang sehat, aman, nyaman dan serasi berpotensi untuk mengembangkan usaha, memelihara tata budaya masyarakat dan nyaman dalam melakukan aktifitas kegiatan lainnya. Pemanfaatan tanah pekarangann sebagai RTH dengan tanaman peneduh dan buah 4-6

116 Aspek Kondisi Faktual B. Infrastruktur Kawasan 1. Jalan dan Jembatan Kondisi Jalan Lingkungan umumnya relatif teratur dan lebar, di RT. 02 s/d. RT. 06 sebagian jalan masih jalan tanah.dan becek bila hujan. Mengganggu kelancaran mitigasi bencana banjir Kondisi Ideal Perlunya kelancaran transportasi darat, kenyamanan,keselamatan pengguna jalan dan pejalan kaki Mobil pemadam kebakaran selayaknya dapat menjangkau pada kawasan permukiman, Jln lingkungan berfungsi sebagai prasaran mitigasi bencana banjir Arahan Pengembangan Terencananya kegiatan penataan jalan kota dan lingkungan secara terpadu sinergi dan terintegrasi Meningkatkan kualitas jln lingkungan Menjaga dan merawat jalan lingkungan secara a rutin oleh kelompok warga, melalui kegiatan kerja bakti Melaksanakan penjabaran Misi Pembangunan Daerah Kabupaten Bungo, khususnya pada Misi Kedua tentang Strategi, yang antara lain : Pemenuhan fasilitass infrastruktur pelayanan umum, 2. Air Bersih nonperpipa an Sebagian besar kebutuhan Air bersih masyarakat, tergantung pada Sumur gali, ada beberapa kepala keluarga yang sudah menggunakan air PDAM Air bersih harus memenuhi standar kesehatan, dengan parameter BOD, COD, residu, dsb sesuai persyaratan, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Untuk menghindari adanya pencemaran bakteri e coli, Jarak aman antara sumur air bersih dengan sumur peresapan adalah 10 m Memperluas jaringan sambungan air bersih perpipaan (PDAM) Sosialisasi konservasi air, yaitu bagaimana menyimpan air di dalam tanah sebagai cadangan air saat musim kemarau dan bukan mengalirkan ke sungai Meningkatkan dan memberdayaan masyarakat kawasan dalam pembangunan saranaa air bersih dan kesehatan lingkungan Sumber air bersih yang berasal dari sumur, dianjurkan untuk dikelola bersama dengan memanfaatkan sumber daya listrik, yang pengelolaan dan perawatannya menjadi tanggung jawab bersama Terpenuhinya akan kebutuhan air bersih masyarakat perkotaan Muara Bungo Perlunya perluasan pembangunan Jaringan Pipa pelayanaan air minum PDAM 4-7

117 Bak Penampung Meter Listri k Sumu r Pengol ah Air Bersih MC K 3. Drainase (SAH dan SRAH) Sungai Udo yang berada di kawasan Prioritas Jaya Setia pada berfungsi sebagai drainase primer Kota Muara Mungo Kondisinya kotor terjadi pendangkalan karena sampah dan lumpur yang terbawa air masuk ke sungai Udo Sungai yang dimanfaatkan sebagai drainase primer harus selalu dijaga kebersihan dan kelestariannya Memaksimalkan air hujan kembali meresap ke tanah (guna menjaga air tanah) Peletakan peresapan di tanah pekarangan atau pada jalan lingkungan Air hujan harus disalurkan melalui sistem pembuangan yang terpisah dari sistem pembuangan air limbah dan air kotor 4-8

118 4. Sanitasi Lingkung an Sanitasi dilakukan dibuat sendiri tetapi tidak dengan teknis yang baik. Sanitas mandiri dengan teknis yang benar Ipal Komunal Tidak dibuang ke saluran air hujan dan sungai Pembangunan sanitasi komunal di daerah ini tidak fisibel (biaya mahal) karena jarak antar rumah sangat jarang, pembangunan sanitasi mandiri untuk masing masing rumah dengan teknis yang benar agar tidak mencemari lingkungan. 5. Sampah Dengan lahan pekarangan yang masih luas, masyarakat mengelola sampah secara mandiri dengan cara ditumpuk lalu dibakar. Sistem yang tepat terkait dengan tipe penataan lingkungan yang ditetapkan Sistem persampahan rumah tangga dan komunal dengan sistem mekanisme : pewadahan, pengumpulan,pemindahan pengangkutan dan pengolahan akhir Sungai dan daerah bantaran sungai terbebas dari sampah, antisipasi hulu sebagai sumber Air bersih dan bencana Target pengurangan sampah atau optimalkan proses daur ulang. Optimalisasi pengelolaan sampah - 3R (reduce reuse recycle) - Pengolahan tiap rumah (lokal) - Pengelolaan bisnis pengolahan sampah Pengelolaan sampah mandiri Pada rumah tangga tidak tersedia adanya tong sampah, TPS dan belum terlihat adanya petugas pengangkut sampah Kesadaran berrsih lingkungan - komitmen menjaga kebersihan ligkungan dari hulu hingga hilir harus segera ditanamkan Setiap bangunan harus memiliki tempat sampah rumah tangga atau komposter Pemberdayaan masyarakat agar sampah tidak manjadi musibah, tetapi dibuat menjadi berkah 4-9

119 Perda Sampah harus dipertegas Pewadahan/pengelolaan individual dan komunal sampah Unit Pengolahan Sampah (UPS) setiap 2-3 RW Membangun perilaku warga masyarakat untuk sadar akan kebersihan, kesehatan dan tidak membuang sampah di sungai, karenaa penghidup sungai merupakan sumber 6. Mitigasi Bencana Banjir Daerah ini setiap tahun mengalami bencana banjir akibat S. Batang Bungo; Daerah ini mengalami genangann air hujan setiap terjadi hujan Adanya sistem mitigasi bencana banjir Tersediannya prasarana dan sarana penanggulangan bencana banjir Sungai Udo yang difungsikan sebagai drainase kota dapat menampung kapasitas air hujan Pengembangan jaringan jalan untuk evakuasi bencana banjir Penyediaan banjir sarana evakuasi bencana Penyediaan tempat evakuasi bencana banjir Normalisasi sungai dan pembangunan talud sungai S. Udo yang saat ini berfungsi sebagai drainase kondisinya penuh kotoran, pembersihan S. diperlukan pada waktu menjelang musim hujan 4-10

120 Aspek Kondisi Faktual C. Sosial dan Ekonomi Kondisi sosial ekonomi sebagian besar warga cukup baik/ mapan, hal ini terlihat dengan pemanfaatan teknologi parabola dan HP pada gaya hidup sehari-hari Pemanfaatan Parabola untuk menangkap siaran TV Kondisi Ideal Setiap kawasan seharusnya memiliki fasilitas sosial dan fasilitas umum sesuai dengan ratio penduduknya Sebagian masyarakat sudah membuka usaha warung/usaha rumahan untuk meningkaatkan taraf hidup Pada satu kawasan permukiman, selayaknya sudah harus dipersiapkan adanya lahan terbuka ( open space), lahan untuk pemakaman umum dan lahan untuk sarana dan prasarana laiinya yang bersifat massal. Arahan Pengembangan Menjaga dan merawat fasilitas yang sudah ada Diupayakan ada pendampingan kegiatan untuk meningkatkan ekonomi rumah tanggaa skala mikro, menjadi kegiatan khas setempat yang menarik. Sesuai dengan moto sejahtera pada visi pembangunan, yaitu semua lapisan masyarakat dapat terpenuhi hak dasarnya, baik dibidang sosial, ekonomi dan budaya, Fasum di Lingkungan Permukiman 4-11

121 Tabel 4.3. Analisis Kondisi Lingkungan Sub Kawasan 2 Kelurahan Jaya Setia ( RT.12, 13 dan 14) Kec. Pasar Muara Bungo, Kab. Bungo Aspek Kondisi Faktual A. Bangunan dan Lingkungan 1. Bangunan Kepadatan bangunan KDB rata-rata 32,41% Bangunan Rumah Tinggal Kondisi Ideal Kepadatan bangunan dengan KDB 40% Distribusi kepadatan bangunan selaras dengan tata ruang wilayah Kawasan pembangunan terpadu,penataan permukiman titik berat pada KDB KDB permukiman sedang < 60% Penataan bangunan untuk pembentukan karakter lingkungan Jarak rumah diatur minimal 2 m guna menjaga keamanan dari kebakaran dan memberi sirkulasi udara maupun ruang cahaya Arahan Pengembangan Meningkatkan sosialisasi pemahaman masyarakat dalam pemanfaatan lahan, khususnya lahan pekarangan Menentukan KDB Mengendalikan perkembangan hunian dan membuat regulasi yang jelas dan tegas tentang pemanfaatan lahan Menciptakan kualitas dan kuantitas kebutuhan umum perumahan dan permukiman Tata letak bangunan sebagian kurang teratur 4-12

122 Bangunan berada di atas saluran drainase Diatas Saluran drainase dilarang dibangun bangunan. Melakukan penertiban bangunan 2. RTH Ketersediaan sekitar 70 % lahan kosong masih sangat luas Syarat RTH Publik 20%, RTH Privat minimal 10% luas kawasan Perencanaan untuk keseimbangan daya dukung lingkungan dan berwawasan ekologis Jalur hijau, pola penataan pada ruang terbuka publik (damija, batas kawasan termasuk bantaran sungai) RTH tepian sungai sebagai sumber resapan air Mempertahankan dan mengembangkan ruang terbuka hijau Penetapann lereng dan bantaran sungai sebagai daerah hijau dan resapan air guna antisipasi bahaya banjir Meningkatkan kuantitas dan kualitas RTH dan optimalisasi penggunaannya RTH sebagai ruang publik dan dikelola masyarakat Lahan Kosong yang belum dimanfaatkan ( Lahan Tidur ) Dengan lahan yang luas, pada tanah pekarangan selain dimanfaatkan untuk tanaman produktif, juga digunakan untuk memberi pakan ternak Pemanfaatan RTH rumah tangga, selain berfungsi sebagai pagar, juga berfungsi RTH tepian sungai sebagai perkuatan terhadap bahaya longsor RTH tidak boleh didirikan bangunan permanen dan tidak boleh tertutup beton Tanaman dalam RTH : tanaman produksi, tanaman peneduh dan tanaman hias Vegetasi RTH : botanis dan atau arsitektural (estetika) Pemanfaatan ruang sirkulasi untuk RTH linear di tepi tepi jalan/gang Sosialisasii pemanfaatan ruang terbuka halaman rumah penduduk/privat untuk penghijauan secara mandiri Sosialisasii dan pendampingan pengelolaan RTH tepian sungai secara berkesinambungan 4-13

123 sebagai batas kepemilikan lahan Pada RTH dipasang pembatas lahan 4-14

124 Aspek Kondisi Faktualal B. Infrastruktur Kawasan 1. Jalan dan Untuk wilayah RT. 12 s/d. RT 14. Jembatan Sebagian Jalan lingkungann cukup baik, sehingga Truck Sampah ataupun Truck Pemadam Kebakaran mudah untuk lewat Kondisi Ideal Pada Kawasan padat penduduk Mobil Pemadam Kebakaran bisa masuk Jalan lingkungan bersih, rapih dan tidak becek Terjaminnya kelancaran transportasi, kenyamanan dan keselamatan pengguna jalan dan pejalan kaki Arahan Pengembangan Peningkatan dan perbaikan jalan lingkungan dan jalan setapak yang belum diperkeras (Betonisasi atau pengaspalan ) Sebagian jalan belum di aspal, pada waktu hujan licin dan becek Gorong-gorong untuk kelancaran drainase sebagian belum ada Pembangunan jln lingkungan harus memperhatikan kel;ancaran pembuanagan air hujan Pembuatan jaln disertai gorong- gorong 4-15

125 2. Air Bersih Seperti halnya dengan penduduk yang lain, sub kawasan ini menggunakan PAM sebagai pemenuhan air bersih Kebutuhan dan ketersediaan sumber air bersih harus memenuhi persyaratan kesehatan Air dikatakan bersih bila memenuhi syarat sebagai berikut : - Jernih/tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa. - Air bersih adalah air yang memenuhi ketentuan baku mutu air bersih yang berlaku - Air baku adalah air yang yang memenuhi ketentuan baku mutu air baku yang dapat diolah menjadi air minum Penyediaan pengolahan air bersih untuk kebutuhan komunal Sosialisasi konservasi air, yaitu bagaimana menyimpan air di dalam tanah sebagai cadangan air saat musim kemarau dan bukan mengalirkan ke sungai-laut Meningkatkan dan memberdayaan masyarakat kawasan dalam pembangunan sarana air bersih dan kesehatan lingkungan Jln setapak sebagian kondisinya masih tidak layak, belum diperkeras, licin dan becek diwaktu hujan Jln Stapak merupakan prasarana akses pada lingkungan lebih dalam bagi mayarakat golongan ekonomi lemah Perkerasan jalan lingkungan sangat bermanfaat meningkatkan kualitas lingkungan, miytigasi bencana banjir dan mempermudan aktifitas ekonomi mnsyarakat setempat. 4-16

126 3. Drainase (SAH dan SRAH) Drainase pada kawasan permukiman umumnya kurang perawatan, terbuka, berfungsi merangkap sebagai saluran air limbah. Adanya Integrasi jaringan infrastruktur skala lingkungan hingga kawasan yang harus terlayani Sosialisasi pemahaman masyarakat dalam penggunaan saluran drainase Perlu adanya Jaringan utilitas terpadu Dengan lahan yang masih luas, penyediaan sumur resapan sangat bermanfaat Catchment area yang menghubungkan saluran lingkungan dan saluran utama menuju sungai Air hujan harus disalurkan melalui sistem pembuangan yang terpisah dari sistem pembuangan air limbah dan air kotor Sosialisasi biopori untuk setiap rumah penduduk perkarangan yang masih memiliki Maksimalkan buangan air hujan kembali meresap ke tanah Air hujan diupayakan kembalii ke dalam tanah, sebagai cadangan persediaan air tanah Rehabilitasi jaringan saluran drainase Jaringan utilitas tertutup dan dilengkapi bak kontrol Membuat resapan air hujan di jalan/ tanah (guna menjaga tanah) kestabilan air Dengan rata-rata pekarangan yang masih luas, drainase dibuat mepet dengan bangunan, dengan aliran air yang lambat dan membuat genangan. Drainase lingkungan untuk menyempurnakan sisten drainase dan mengatasi banjir lokal Pembangunan drainase Dengan aliran air yang tidak lancar, maka rawan akan jentik nyamuk dan terkesan kumuh. 4-17

127 4. Sanitasi dan Limbah Sebagian kecil penduduk mempunyai WC. Rumah membuan air limbah pada drainase. belum tangga, saluran Setiap rumah tangga harus memiliki KM/WC dan yang dilengkapi dengan sanitasinya / septic tank Dalam pemukiman yang padat, terkadang jarak septick tank dengan sumur air minum kurang diperhatikan ( jarak ambang batas ideal ) ) Kepadatan bangunan, membuat jarak septic tank rumah warga terlalu dekat Mensosialisasi pemahaman masyarakat dalam menggunakan saluran drainase dan sanitasi secara tepat MCK komunal juga tidak tersedia MCK dan IPAL komunal untuk memenuhi kebutuhan masyarakat permukiman padat sangat diperlukan Penerapan AMDAL, IPAL khusus untuk industri rumah tangga atau peternakan Perlu adanya Sumur resapan atau IPAL terpadu untuk menampung /pengolahan limbah rumah tangga Sistem jaringan yang tepat terkait dengan tipe penataan lingkungan yang ditetapkan Padai jaringan infrastruktur skala lingkungan hingga kawasan. Jaringan air limbah dan air kotor harus terintegrasi dan terlayani 4-18

128 5 Sampah Lokasi pembuangan sampah di temukan di beberapa titik, baik itu dilingkungan perumahan, pada lahan-lahan kosong dan juga disekitar sungai Sampah pada lingkungan pemukiman Sistem yang tepat terkait dengan tipe penataan lingkungan yang ditetapkan Sistem rumah dan komunal dengan sistem mekanisme : pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan dan pengolahan akhir Sungai dan daerah bantaran sungai terbebas dari sampah, antisipasi hulu sebagai sumber Air bersih dan bencana Kesadaran bersih lingkungan - komitmen menjaga kebersihan ligkungan dari hulu hingga hilir harus segera ditanamkan Setiap bangunan harus memiliki tempat sampah rumah tangga atau komposter Target pengurangan sampah atau optimalkan proses daur ulang. Optimalisasi pengelolaan sampah - 3R (reduce reuse recycle) - Pengolahan tiap rumah (lokal) - Pengelolaan sampah bisnis pengolahan Sampah yang dibuang pada lahan kosong Pada rumah tangga tidak tersedia adanya tong sampah Belum adanya TPS dan petugas sampa Pemberdayaan masyarakat agar sampah tidak manjadi musibah, tetapi dibuat menjadi berkah Perda Sampah harus dipertegas Pewadahan/pengelolaan sampah individual dan komunal Unit Pengolahan Sampah (UPS) setiap 2-3 RW Membangun perilaku warga masyarakat untuk sadar akan kebersihan, kesehatan dan tidak membuang sampah di sungai, karena sungai merupakan sumber penghidupan 4-19

129 Aspek Kondisi Faktual C. Sosial dan Ekonomi Sosial Ekonomi Dengan membaurnya penduduk asli dengan penduduk pendatang, membuat suasana lingkungan menjadi ramai, aktifitas kegiatan di masyarakat menjadi bergairah, seperti pada forum-forum pengajian Dengan banyaknya penduduk pendatang / Investor yang menetap dan melakukan kegiatan serta menanamkan investasinya di kota Muara Bungo atau di sekitar Kota Muara Bungo, membawa dampak pada tingginya biaya hidup yang harus dihadapi Banyak Investor yang berinvestasi di Kabupaten Bungo Khususnya dan Jambi pada umumnya, sudak terlihat adanya dampak dari kegiatan tersebut, Kondisi Ideal Kerukunan pada masyarakat bawah perlu dijaga kelestariannya. Dengan banyaknya masyarakat pendatang diharapkan dapat menjadi alat pemersatu bangsa dan dapat dijadikan aset pertahanan keamanan rakyat Selain banyaknya investor yang datang, diharapkan juga mampu untuk meciptakan lapangan kerja baru. Perlunya dukungan sarana dan prasarana perkotaan yang memadai, guna mendukung kelancaran pelaku usaha dalam melakukan kegiatannya, seperti sarana transportasi angkutan darat Arahan Pengembangan Untuk tidak membeda-bedakan pada seluruh kegiatan aktifitas partisipasi dan peran serta masyarakat pendatang Tetap perkokoh NKRI dan jangan ada timbul gap Dengan adanya Investor yang mulai masuk untuk berinvestasi di Kabupaten Bungo dan sekitarnya, maka parlu disikapi dengan bijaksana sebagai antisipasi atas tindakan pada hal-hal yang tidak di inginkan, seperti perusakan hutan Adanya regulasi yang tegas dalam berinvestasi di Kabupaten Bungo 4-20

130 Tabel 4.4 Kebutuhan Penanganan Kawasan No. Komponen Penataan FISIK Masalah Tidak berfungsinya saluran drainase secara optimal Dampak Yang Ditimbulkan Lokasi Terjadi banjir Sub Kws 1 Sub Kws 2 Kebutuhan Penanganan Pemeliharaan drainase Tidak berfungsinya saluran drainase secara optimal serta adanya bangunan Liar Terjadi banjir, bangunan liar menimbulkan kesulitan perbaikan dan pemeliharan saluran drainase Pencemaran limbah domestik Pencemaran sungai Sub Kws 2 Penertiban Pemeliharaan drainase Ketersediaan sanitasi lingkungan kurang memadai Sub Kws 1 Sub Kws 2 Mengembangkan SANIMAS Mengembangkan sanitasi indidual penanganan sampah kurang memadai Menumpuknya sampah, dapat menimbulkan penyakit Sub Kws 1 Sub Kws 2 Penyuluhan pengelolaan sampah dengan 3R Membangun TPS Mengembangkan kelembagaan penangan sampah Ketersediaan jalan lingkungan, jembatan kurang memadai Akses ke lingkungan terhambat, Mempersulit pemadaman Sub Kws 1 Membangun jalan lingkungan Meningkat kulitas jalan lingkungan yang sudah ada kebakaran Membangun jalan lingkungan Mempersulit mitigasi bencana di pepanjang sungai banjir Ketersediaan drainase lingkungan kurang memadai Terjadi banjir Sub Kws 1 Membangun drainase lingkungan dan kota (primer dan sekunder) Mengembangkan sumur peresapan Sungai merupakan kawasan Rawan Banjir Waktu musim penghujan akan terjadi banjir Sub Kws 1 Normalisasi sungai Membangun talud/siring sungai Memberlakukan ketentuan sempadan sungai, jarak antara sungai dan bangunan 4-21

131 No. Komponen Penataan SOSIAL Masalah Sampah dalam sungai Sungai kotor Sepanjang sungai Mayoritas status kepemilikan lahan milik perorangan Konflik pemanfaatan lahan Di sebagian kawasan 1 dan 2 RTH tidak jelas keberadaannya Berkurang atau hilangnya ruang terbuka hijau Perubahan iklim mikro lingkungan Kawasan ini dihuni oleh masyarakat marjinal/golongan longan ekonomi lemah Dampak Yang Ditimbulkan Kawasan cenderung menjadi kumuh Lokasi Sub Kws 2 Kebutuhan Penanganan memenuhi ketentuan Melaksanakan program kali/sungai bersin Penertiban pemanfaatan lahan Land Consolidasi Untuk memberikan ruang pada pembangunan prasarana Inventarisasi dan penetapan RTH Sub Kws 2 Pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kualitas lingkungan EKONOMI TATA RUANG Sarana dan prasarana ana lingkungan pendukung ung kegiatan ekonomi di kawasan ini kurang memadai Banjir dan genangan air menyebabkan kerugian harta benda Hunian berada pada kawasan lindung setempat, fungsi kawasan lindung menjadi terganggu Kegiatan ekonomi penduduk menjadi tidak efisien Kerugian harta benda Pada musim hujan sungai dapat menjadi sumber bencana banjir Menimbulkan kerugian jiwa dan harta benda Sub Kws 1 Pembangunan, peningkatan, dan pemeliharaan sarana dan prasarana lingkungan Menyelesaikan masalah genangan air hujan Sub Kws 1 Pengamanan terhadap bencana banjir Peningkatan kemudahan akses ke lokasi permukiman untuk mitigasi bencana Pengembangan kegiatan sesuai dengan fungsi kawasan 4-22

132 RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA A BUNGO TAHUN KONSEP PEMBANGUNAN KAWASAN Visi dan Misi Pembangunan Kabupaten Muara Bungo Visi Pembangunan Kabupaten Bungo Tahun adalah : Kabupaten Bungo yang Maju, Harmonis dan Sejahtera Untuk mewujudkan visi pembangunan tersebut ditempuh melalui misi pembangunan Kabupaten Bungo sebagai berikut: 1. Mewujudkan Kabupaten Bungo yang maju dan berdayaa saing. 2. Mewujudkan sumberdaya manusia Kabupaten Bungo yang berkualitas. 3. Mewujudkan tatanan masyarakat Kabupaten Bungo yang tertib, demokratis, menjunjung tinggi supremasi hukum dan HAM. 4. Mewujudkan masyarakat Kabupaten Bungo yang beriman, bertaqwa dan Berbudaya. 5. Mewujudkan Pembangunan Kabupaten Bungo yang merata dan Berkeadilan. Sudah jelas disebutkan di atas bahwa permukiman merupakan salah satu dari beberapa prioritas dalam pembangunan di Kota Muara Bungo. Visi Kota Muara Bungo untuk menjadi kota yang mandiri dan terdepan dapat diwujudkan dalam pembenahan permukiman beserta infrastruktur pendukungnya. Visi dan misi tersebut yang akhirnya akan menjadi tujuan dalam pembangunan Kota Muara Bungo yaitu mewujudkan salah satu fungsi kota Muara Bungo yaitu sebagai kota permukiman yang produktif, layak huni, aman dan nyaman secara efisien dan optimal dalam penggunaan lahan sesuai daya dukung dan daya tampung demi keberlanjutan lingkungan hidup dengan dukungan infrastruktur yang memadai Grand Consept Sebagai dasar penataan lingkungan permukiman dan infrastruktur keciptakaryaan serta berdasarkan visi, misi yang telah diuraikan diatas, maka konsep utama (grant concept) yang diangkat adalah: Penataan lingkungan permukiman Kelurahan Jaya Setia di kawasan pusat Kota Muara Bungo menjadi permukiman yang sehat, nyaman dan asri serta berwawasan lingkungan PT. Ganes Engineering g Consultant 4-23

133 RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA A BUNGO TAHUN 2011 Tolok ukur untuk menilai keberhasilan program ini didasarkan pada standar-standar, baik yang sifatnya kuantitatif maupun kualitatif, yang terkait dengan komponen bidang permukiman dan keciptakaryaan, meliputi: Bangunan, RTH, Jalan dan Jembatan, Air Bersih, Drainase, Sanitasi dan Limbah, Sampah dan Sosial Ekonomi. A. Konsep Sehat Pemukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan hutan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan atau pedesaan. Pemukiman berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan (UU RI No. 4/1992). Permukiman/ perumahan sehat merupakan konsep dari perumahan sebagai faktor yang dapat meningkatkan standar kesehatan penghuninya. Konsep tersebut melibatkan pendekatan sosiologis dan teknis pengelolaan faktor risiko dan berorientasi pada lokasi, bagunan, kualifikasi, adaptasi, manajemen, penggunaan dan pemeliharaan rumah dan lingkungan di sekitarnya, serta mencakup unsur apakah rumah tersebut memiliki penyediaan air minum dan sarana yang memadai untuk memasak, mencuci, menyimpan makanan, serta pembuangan kotoran manusia maupun limbah lainnya (Komisi WHO Mengenai Kesehatan dan Lingkungan, 2001). Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukinann adalah ketentuan teknis kesehatan yang wajib dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni dan masyarakat yang bermukim di perumahan dan/atau masyarakat sekitar dari bahaya atau gangguan kesehatan. Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman menurut Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No.829/Menkes/SK/VII/1999 meliputi parameter sebagai berikut : Lokasi Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam, seperti bantaran sungai, tanah longsor, gelombang tsunami, daerah gempa, dan sebagainya; Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir (TPA) sampah atau bekas tambang; Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti alur pendaratan penerbangan. Kualitas udaraa Kualitas udaraa ambien di lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan gas beracun dan memenuhi syarat baku mutu lingkungan sebagai berikut : PT. Ganes Engineering g Consultant 4-24

134 RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA A BUNGO TAHUN 2011 Gas H2S dan NH3 secara biologis tidak terdeteksi; g/m3g maksimum 150 Debu dengan diameter kurang dari 10 ; Gas SO2 maksimum 0,10 ppm; Debu maksimum 350 mm3 /m2 per hari. Kebisingan dan getaran Kebisingan dianjurkan 45 db.a, maksimum 55 db.a; Tingkat getaran maksimum 10 mm/detik. Kualitas tanah di daerah perumahan dan pemukiman Kandungan Timah hitam (Pb) maksimum 300 mg/kg Kandungan Arsenik (As) total maksimum 100 mg/kg Kandungan Cadmium (Cd) maksimum 20 mg/kg Kandungan Benzopyrene maksimum 1 mg/kg Prasarana dan sarana lingkungan Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vektor penyakit; Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan konstruksi jalan tidak mengganggu kesehatan, konstruksi trotoar tidak membahayakan pejalan kaki dan penyandang cacat, jembatan harus memiliki pagar pengaman, lampu penerangan, jalan tidak menyilaukan mata; Tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualitas air yang memenuhi persyaratan kesehatan; Pengelolaan pembuangan tinja dan limbah rumah tanggaa harus memenuhi persyaratan kesehatan; Pengelolaan pembuangan sampah rumah tangga harus memenuhi syarat kesehatan; Memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan, komunikasi, tempat kerja, tempat hiburan, tempat pendidikan, kesenian, dll. Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan penghuninya; Tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidak terjadi kontaminasi makanan yang dapat menimbulkan keracunan. Penghijauan Pepohonan untuk penghijauan lingkungan pemukiman merupakan pelindung dan juga berfungsi untuk kesejukan, keindahann dan kelestarian alam. Adapun ketentuan persyaratan kesehatan rumah tinggal menurut Kepmenkes No. 829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagai berikut : PT. Ganes Engineering g Consultant 4-25

135 RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA A BUNGO TAHUN 2011 Bahan bangunan Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan bahan yang dapat membahayakan kesehatan, antara lain : debu total kurang dari 150 mg/m2, asbestos kurang dari 0,5 serat/m3 per 24 jam, plumbum (Pb) kurang dari 300 mg/kg bahan; Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme patogen. Komponen dan penataan ruangan Lantai kedap air dan mudah dibersihkan; Dinding rumah memiliki ventilasi, di kamar mandi dan kamar cuci kedap air dan mudah dibersihkan; Langit-langit rumah mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan; Bubungan rumah 10 m dan ada penangkal petir; Ruang ditata sesuai dengan fungsi dan peruntukannya; Dapur harus memiliki sarana pembuangan asap. Pencahayaan Pencahayaan alam dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi seluruh ruangan dengan intensitas penerangann minimal 60 lux dan tidak menyilaukan mata. Kualitas udaraa Suhu udara nyaman antara o C; Kelembaban udara %; Gas SO2 kurang dari 0,10 ppm/24 jam; Pertukaran udara 5 kaki 3 /menit/penghuni; Gas CO kurang dari 100 ppm/8 jam; Gas formaldehid kurang dari 120 mg/m3 Ventilasi : Luas lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% luas lantai. Vektor penyakit : Tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus yang bersarang di dalam rumah. Penyediaan air Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitass minimal 60 liter/ orang/hari; PT. Ganes Engineering g Consultant 4-26

136 RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA A BUNGO TAHUN 2011 Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan/atau air minum menurut Permenkes 416 tahun 1990 dan Kepmenkes 907 tahun Pembuangan Limbah Limbah cair yang berasal rumah tangga tidak mencemari sumber air, tidak menimbulkann bau, dan tidak mencemari permukaan tanah; Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan bau, tidak mencemari permukaan tanah dan air tanah. Kepadatan hunian Luas kamar tidur minimal 8 m2 dan dianjurkan tidak untuk lebih dari 2 orang tidur B. Konsep Nyaman Pada kawasan perencanaan, sebagian warga permukiman terpaksa harus hidup di sisi sungai. Karena itu, penataan permukiman tepi sungai mutlak diperlukan, demi kelancaran fungsi sungai dan kenyamanan permukiman. Nyaman dalam konteks bermukim bagi warga di wilayah bantaran Jaya setia adalah bermukim secara layak dan aman - Dalam istilah kebijakan pembangunan, ada akses yang memadai bagi seluruh warga masyarakat untuk bertempat tinggal dan melangsungkan kehidupan yang bermartabat. Bermukim tidak berarti tunggal sebagai memiliki (dibuktikan surat hak), namun beragam bentuk bermukim seperti milik, kontrak, sewa, pinjam, maupun menumpang, dsb. Prinsip bermukimm pada dasarnya adalah realisasi dari pendekatan pemenuhan hakhak setiap keluarga hak penggunaan tanah dan hak perumahan, yaitu pengakuan adanya atau perorangan untuk mendapatkan tempat tinggal yang layak di lingkungan permukiman yang sehat. Disini terdapat dua aspek penting, yaitu: adanya keamanan pemanfaatan tanah (secure land tenure) untuk bertempat tinggal dan pengakuan adanya hak perumahan (housing right) yang layak bagi semua masyarakat (shelter for all), sehingga ada jaminan: 1) akses yang luas bagi setiap keluarga untuk bisa memperoleh tempat tinggal yang layak secara terjangkau melalui sistem penyediaan tempat tinggal (perumahan dan permukiman) yang berkeadilan, 2) setiap keluarga atau perorangan untuk mendapatkan proses pemberdayaan dan akses ke sumber-sumber daya kunci perumahan dan permukiman dalam upaya memperoleh tempat tinggal yang layak dan terjangkau, dan 3) keamaman (perlindungan) bagi setiap keluarga atau perorangan untuk secara sementara mempertahankan tempat tinggal yang dimilikinya meskipun belum memenuhi standar layak, sementara proses penyediaan di poin pertama dan kedua berlangsung. PT. Ganes Engineering g Consultant 4-27

137 RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA A BUNGO TAHUN 2011 Permukiman di tepi sungai atau yang sekarang sering disebut Stren Kali atau bantaran sungai bukanlah hal yang baru. Daerah bantaran sungai adalah wilayah konservasi sehingga harus dijaga agar tidak terjadi penggerusan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah mempertahankan lereng di sepanjang sungai dan menambah pepohonan untuk memperkuat tanah di pinggir sungai tersebut. Sebaiknya juga dibebaskan/ disterilkan dari pemukiman dan kalaupun memang ada pemukiman, diusahakan untuk memenuhi syarat teknis dan kesehatan. Konsep yang sering ditawarkan adalah sungai dipakai sebagai halaman depan rumah ( water front). Dengan demikian warga yang bertempat tinggal di daerah itu dapat berpartisipasi membersihkan jika sungai terlihat kotor. Kalau digunakann sebagai halaman belakang, kotor atau tidak pasti tidak diperhatikan, mereka bisa dengan seenaknya membuang sampah sembarangan di sana. Daerah pinggir sungai yang bersih, hijau, tertata rapi, dan steril dari jamban terapung adalah salah satu cara untuk memotivasi warga stren kali agar mau peduli dan turut menjaga kebersihan sungai. Daerah sekitar sungai juga bisa dikembangkan sebagai daerah wisata, sesuai karakter setempat (misal: untuk pemancingan, taman wisata air). Oleh karena itu perlu adanya kebijakan penataan ruang berupa Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) per kecamatan, sehingga masyarakat akan tahu rencana pembangunan daerah sekitar sungai yang dilakukan oleh pemerintah kota. Dalam konsep Nyaman, terdapat beberapa indikator: a. Adanya partisipasi warga untuk terlibat merawat dan melindungi sungai b. Adanya pengakuann bermukim (tidak sekedar legal formal) c. Tempat tinggal dan lingkungannya memenuhi syarat teknis dan kesehatan d. Bermanfaat besar dalam mendukung keberlangsungan kehidupan secara aman dan bermartabat. e. Adanya komunikasii dan interaksi yang kondusif antar berbagai kelembagaan yang terlibat dalam penanganan C. Konsep Asri Hidup nyaman di perumahan berkonsep hijau demikian pengembang kawasan sering menawarkan perumahan yang diklaimnya ramah lingkungan. Konsep perumahan ramah lingkungan biasanya hanya berkutat pada penanaman pohon atau membangun sumur resapan. Konsep ramah lingkungan adalah bentuk pengurangan penggunaan sumber daya alam yang merugikan, bahkan merusak lingkungan. Penerapan konsep itu, misalnya, memanfaatkan sirkulasii udara alami untuk mendapatkan kenyamanan ruangan. Juga mengurangi kepadatan bangunan pada lahan yang tersedia, atau dengan mempertahankan Koefisien Dasar Bangunan untuk permukiman maksimal 40%. Kawasan perumahan yang memerhatikan lingkungan perlu menerapkan efisiensi lahan. Efisiensi lahan membuat tanah yang tidak digunakan untuk bangunan tempat tinggal PT. Ganes Engineering g Consultant 4-28

138 RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA A BUNGO TAHUN 2011 dapat digunakan untuk kawasan hijau. Karena itu, permukiman vertikal merupakan solusi yang tepat untuk langkah itu. Indikator lingkungan permukiman yang asri diantaranya adalah: 1. Lingkungan tidak padat, tertata dengan baik, rapi dan bersih 2. Menanam pohon dan atau merawat tanaman agar bermanfaat dan indah serta memberi nilai tambah bagi lingkungan (teduh, sejuk, pengaman, ekonomis) 3. Tersedia sumur-sumur resapan guna memelihara kandungan air tanah 4. Mengurangi konsumsi enerji secara berlebihan dan memelihara sumber daya alam (minyak dan air) 5. Meminimalkan dampak lingkungan akibat aktivitas yang memanfaatkan alam. D. Konsep Berwawasan Lingkungan Bantaran sungai adalah wilayah konservasi, maka setiap kegiatan di wilayah sungai dan keairan harus memperhatikan seluruh komponen ekosistem sungai yang ada dan mungkin justru meningkatkan kualitas eko sistem. Pendekatan interdisipliner Eko-Hidraulik dipandang sebagai suatu pola pendekatan baru yang bisa diterima baik dari orang-orang ekologi maupun Teknik Sipil Hidro serta memiliki keberlanjutan yang tinggi. Karena pendekatan yang digunakan sudah memasukkan pertimbangan faktor fisik (hidraulik) maupun non fisik ( abiotik) yang masing-masing memegang peranan penting pada wilayah keairan (Ivo Dwi Putri, 2008). Konsep eko-hidraulik adalah konsep intergal dalam pembangunan wilayah sungai yang memasukkan unsur dan pertimbangan hidrolika dan ekologi secara sinergis. Konsep ini justru dapat sinergis mutualisme, menghasilkan rekayasa yang menguntungkan baik hidraulik mapun ekologi-lingkungan. Dalam konsep eko- hidraulik sungai tidak lagi hanya diartikan sebagai alur diatas muka bumi yang dialiri air dan sedimen. Namun sungai diartikan sebagai suatu kesatuan ekosistem keairan yang sifatnya terbuka hulu-hilir yang memiliki komponen biotik dan abiotik yang saling kait-mengkait satu sama lain. Komponen abiotik adalah berupa karakteristik morphologi sungai, aliran air dan sedimen beserta fluktuasi kualitas dan kuantitasnya. Komponen biotik adalah komponen flora dan fauna termasuk juga masyarakat yang hidup di sepanjang sungai baik di badan sungai maupun di bantaran sungai dari hulu sampai hilir. Grand concept berisi konsep-konsep yang berskala lebih besar dan diturunkan menjadi konsep-konsep yang lebih spesifik. Grand concept untuk pembangunan kawasan permukiman prioritas diturunkan dari berbagai macam PT. Ganes Engineering g Consultant 4-29

139 RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA A BUNGO TAHUN 2011 kebijakan dan peraturan antara lain RTRW, RPJMD. Untuk lebih lengkapnya, berikut adalah peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan pembangunan kawasan permukiman prioritas 1) Strategi Pembangunan Permukiman: Mengembangkan budaya hidup sehat dan lingkungan sehat. Meningkatkan pengendalian tata ruang. Meningkatkan kuantitas dan kualitas saranaa dan prasarana umum dan air bersih. Mengembangkan permukiman yang representatif dan futuristik. Mengembangkan sistem transportasi yang terpadu. Mengembangkan lingkungan hidup yang tertata dan proporsional 2) Program Pembangunan Permukiman dalam Dokumen RPJMD A. Program RPJMD Pembangunan Permukiman dalam dokumen 1. Mewujudkan Kota Muara Bungo Ramah Lingkungan Peningkatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup Pengembangan Kinerja Pengelolaan sampah Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Limbah Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) 2. Pembangunan Sarana dan Prasarana berkualitas Perbaikan/Pemeliharaan Saluran Irigasi dan Drainase Pengembangan Detail Tata Ruang Kawasan dan Rencana Rinci Kawasan Pemeliharaan dan Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan Pengelolaan Prasarana dan Sarana Dasar Lingkungan Permukiman Pemeliharaan dan Pengembangan Permukiman Perumahan dan Perbaikan/Pemeliharaan Penerangan Jalan Umum. PT. Ganes Engineering g Consultant 4-30

140 RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA A BUNGO TAHUN 2011 B. Penyediaan Prasarana dan Kawasan Ruang Siap Huni Sarana Dasar (PSD) bagi Pemberdayaan Masyarakat C. Kegiatan Penataan dan Peremajaan Kawasan Permukiman Perkotaan Penanganan Kawasan Perkotaan. D. Peningkatan Kualitas Permukiman Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman Penyediaan Air Bersih (pipa/non-pipa) Struktur Dasar Lingkungn Permukiman Rehabilitasi dan pengembangan infrastruktur kawasan E. Program Pengembangan Kawasan Permukiman Pengelolaan PSD Lingkungan Permukiman, Pemeliharaan, dan Pengembangan Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Limbah F. Program Pengembangan Kinerja Pengelolan Ruang Terbuka Hijau 3) Program Pembangunan Permukiman 1. Intensifikasi Pembangunan Kawasan perumahan dan permukiman di semua kecamatan Kawasan yang menjadi pusat pelayanan/jasa dan perdagangan. 2. Redevelopment Konsep redevelopment adalah pengembangan kawasan dengan cara membangun kembali (rekonstruksi) kawasan dengan fungsi baru yang dinilai memiliki potensi dan prospek pengembangan ekonomi. Diterapkan pada Kawasan yang berada pada wilayah pengembangan baru yang sangat berpotensi berkembang, dimana akan mengalami perubahan fungsi 3. Renovasi Urban renewal atau renovasi adalah pengembangan dan pembangunan baru yang dilakukan dengann konsep subsidi silang, konsep land sharing atau pola kemitraan, meliputi usaha PT. Ganes Engineering g Consultant 4-31

141 RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA A BUNGO TAHUN 2011 perbaikan dan penataan kembali/ membangun kawasan beserta prasarana dan sarana penunjang guna memaksimalkan pemanfaatan lahan makaa diarahkan pada pola pembangunan vertikal kawasan yang direnovasi adalah kawasan permukiman padat dan kumuh yang berada di lokasi strategis atau di zona komersial Sasaran yang ingin dicapai adalah memberikan kehidupan yang lebih layak dan rasa aman kepada masyarakat, juga memberikan nilaii estetis dan nilai tambah bagi lingkungan dan kota secara keseluruhan sehingga produktivitas masyarakat meningkat Diterapkan pada Kawasan perumahan dan permukiman yang dilakukan perbaikan kondisi lingkungannya. 4. Revitalisasi, diterapkan pada Kawasan yang mempunyai potensi tumbuh kembang yang pesat dengan kondisi yang cenderung tidak terkendali 5. Rehabilitasi Konsep rehabilitasi adalah pembangunan dan pengembangan kawasan dengan cara memperbaiki lingkungan kawasan yang telah terjadi degradasi sehingga dapat berfungsi kembali sebagaimana sediakala. Tujuan yang hendak dicapai adalah mengembalikan sekaligus meningkatkan fungsi kawasan menjadi lebih baik dan layak huni, serta memberikan nilai tambah bagi lingkungan. Diterapkan pada Kawasan tidak terbangun yang berfungsi lindung, seperti kawasan sempadan sungai, dan sekitar mata air; Kawasan lain yang perlu dijaga peranannya Konsep Penanganan Untuk menerapkan konsep penanganan yang tepat untuk masing- terlebih dahulu masing kawasan permukiman prioritas, tentu harus diketahui apa yang menjadi kekuatan, kelemahan, potensi serta masalah yang ada pada kawasan-kawasan tersebut, sehingga dapat diketahui arah pengembangann sub kawasan ini diwaktu yang akan datang. Konsep PT. Ganes Engineering g Consultant 4-32

142 RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA A BUNGO TAHUN 2011 pengembangann sub kawasan akan mempengaruhi konsep penanganan kawasan. Pengetahuan mengenai keempat faktor tersebutt didapat melalui data-data sekunder dan terutama pengamatan langsung di lapangan. Berikut adalah pemaparan kekuatan, kelemahan, potensi dan masalah untuk KelurahanJayaa Setia. Secara garis besar, keadaan eksisting Kelurahan Jaya Setia sudah dijelaskan di atas. Isu yang berkaitan dengan Kelurahan Jaya Setia adalah permukiman di pinggir sungai dengan berbagai turunannya, sedangkan untuk Kelurahan Jaya Setia sendiri memiliki isu mengenai pengembangan wilayah yang terjadi karena fungsi strategis lokasi yang penting. Setelah mengetahui masing-masing isu utama, dapat ditentukan selanjutnya bagaimana konsep penanganan yang akan digunakan untuk menyelesaikan dan mencegah masalah yang ada selama pembangunan kawasan permukiman prioritas. A. Konsep Penanganan Sub Kawasan Permukiman 1 Jaya Setia Kelurahan Jaya Setia berada pada kawasan pusat kota Muara Bungo, hal tersebut merupakan pemicu pertumbuhan. Penanganan dipusatkan pada Sub Kawasan 1 RT 02 s/d 06 dan Sub Kawasan 2 RT 12,13,14. keberadaan sungai Udo dan Batang Bungo sebagai pemicu bencana banjir. Untuk itu konsep-konsep yang terkait adalah Peningkatan kualitas sarana dan prasarana terutama jalan yang digunakan sebagai akses masuk dan berfungsi sebagai mitigasi bencana. Peningkatan juga difokuskan padaa penyempurnaan drainase lingkungan. Konsolidasi lahan untuk mengurangi pertumbuhan permukiman yang semakin dekat dengan sungai dengan cara memanfaatkan lahan sekitar untuk fungsi permukiman Jalur evakuasi bencana mengingat permukiman yang dekat dengan sungai sangat rentan terkena bahaya banjir. Permukiman yang padat dan saling berdekatan sangat rentan terhadap bahaya kebakaran PT. Ganes Engineering g Consultant 4-33

143 RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA A BUNGO TAHUN 2011 Program sungai bersih berupa ajakan masyarakat untuk tetap menjaga sungai tetap bersih dan bukan merupakan tempat membuang sampah. Pembuatan sempadan sungai yang bertujuan untuk membatasi penduduk agar tidak membangun rumah terlalu dekat dengan sungai. Sungai Batang Bungo secara alami menimbulkan danau, danau ini terisi air sewaktu musim hujan dan pada waktu musim kemarau air tetap terdapat air (tidak kering) sehingga merupakan potensi wisata/rekreasi kota. Lahan kebun di kawasan pusat kota merupakan potensi sebagai areaa pengembangan permukiman baru di pusat kota. Mempertimbangkan konsep pengembangan kawasan dan kebutuhan penanganan yang telah diuraikan diatas yang mengandung aspek peningkatann fungsi kawasan serta pemulihan kondisi lingkungan sesuai dengan RTRW Kabupaten Bungo. maka konsep penanganan yang sesuai adalah Revitalisasi, Intensifikasi Lahan dan Rehabilitasi. B. Konsep Penanganan Sub Kawasan Permukiman 2 Jaya Setia Berbeda dengan Sub Kawasan Prioritas 1, Sub Kawasan Prioritas 2 lebih kepada sebuah kawasan yang memiliki kondisii yang cenderung menurun kualitasnya secara cepat khususnya permukiman. Hal tersebut ditandai dengan pertumbuhan penduduk yang cukup cepat di sub kawasan ini. Untuk itu konsep penanganan masalahnyaa adalah : Pengendalian lahan dengan cara mengikuti peraturan zonasi yang telah dibuat sebelumnya Perbaikan beberapa infrastruktur seperti drainase yang belum sepenuhnya dapat berfungsi dengan baik. Penyelesaian masalah permukiman yang cederung menjadi kumuh untuk memperbaiki citra kawasan. Mempertimbangkan konsep pengembangan kawasan dan kebutuhan penanganan yang telah diuraikan diatas yang mengandung aspek peningkatann fungsi kawasan di pusat kota maka konsep penanganan yang sesuai adalah Rehabilitasi. PT. Ganes Engineering g Consultant 4-34

144 LAPORAN AKHIR Gambar : 4.1. Peta Konsep Penangan Kawasan Permukiman Prioritas Jaya Setia 2 Konsep Penangan dilakukan dengan Rehabilitasi 1 Konsep Penangan dilakukan dengan Revitalisasi, Intensifikasi dan Rehabilitasi 4-35

145 RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA A BUNGO TAHUN Komponen Penataan Komponen penataan dalam pembangunan kawasan permukiman prioritas tidak jauh berbeda dengan komponen penataan yang adaa dalam penataan kawasan secara komperhensif. Bedanya adalah titik berat komponen penataan untuk RPKPP lebih ke pengadaan infrastruktur keciptakaryaan untuk menunjang kehidupan bermukim. Adapun komponen penataan lingkungan yang akan dipakai sebagai obyek penanganan adalah: A. Fisik 1. Bangunan dan Lingkungan: 1) Bangunan Terkait dengan hal-hal yang mengatur Kepadatan Bangunan, yaitu: Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Lantai Bangunan (KLB), jarak antar bangunan, garis sempadan sungai; dan mengatur kelayakan bangunan/ konstruksi serta keamanan terhadap bahaya kebakaran dan bencana (banjir, longsor dan gempa bumi). Bangunan diartikan untuk semua jenis bangunan, tidak hanya rumah tinggal. 2) RTH Terkait dengan penataan ruang terbuka hijau bantaran sungai, ruang publik/ bermain, taman dsb., baik pengelolaan, pengadaan dan perawatan. Termasuk didalamnya adalah ruang terbuka biru kawasan dan permukaan sungai. Khusus untuk lereng, bantaran sungai maupun tanah-tanah rawan longsor, perlu penanganan yang bersifat alami dan berkelanjutan, seperti penghijauan, mengurangi beban dan membebaskan bantaran sungai dari bangunan-bangunan berat dan permanen (dengan menerapkan sempadan sungai) serta menerapkan teknologi ramah lingkungan (eco-engineering). 2. Infrastruktur kawasan: PT. Ganes Engineering g Consultant 4-36

146 RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA A BUNGO TAHUN ) Jalan dan jembatan Terkait dengan penataan ruang jalan, khususnya jalan-jalan lingkungan yang menghubungkan antar lingkungan, lebar jalan, keamanan jalan dan penerangan jalan yang dapat dilalui minimal kendaraan roda 4. Sistem jaringan jalan kawasan sebagai berikut : lingkungan permukiman adalah Jalan Kota, minimal lokal sekunder berfungsi sebagai akses dari luar kawasan menuju ke dalam kawasan dalam skala kota; Jalan lingkungan berfungsi sebagai akses antara lingkungan dalam kawasan, dapat dilalui kendaraan roda 4; Jalan setapak berfungsi sebagai penghubung antar sub-sub lingkungan dalam lingkungan, dapat dilalui kendaraan roda 2. 2) Air Bersih non perpipaan Terkait dengan kegiatan pembangunan, pengelolaan, rehabilitasi dan penambahan sistem penyediaan air bersih yang layak untuk makan/ minum, meliputi: a. Sumber pengambilan air baku (sumur gali), bangunan pengambilan/ penangkapan air baku. b. Transmisi pipa dari sumber ke pompa dan ke distribusi c. Unit instalasi pengolahan air bersih d. Rumah pompa, jaringan dan sumber enerji untuk pompa e. Kelembagaan dan sistem Pengelolaan, pemeliharaan dan perbaikan 3) Drainasi (SAH dan SRAH) Terkait dengan penataan saluran pembuangan air hujan (drainase), baik dari jalan maupun pekarangan rumah, yang disalurkan ke sungai maupun ke dalam sumur resapan baik diatas permukaan maupun di bawah permukaan tanah. Kegiatan pembangunan meliputi: PT. Ganes Engineering g Consultant 4-37

147 RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA A BUNGO TAHUN penyediaan saluran air hujan (SAH) - jaringan pengumpul air hujan atau sistem resapan air hujan (SRAH) - pembuatan Biopori 4) Sanitasi dan Limbah Terkait dengan penataan pembuangan limbah, baik dari rumah tangga, industri perumahan, peternakan dan sebagainya, yang masing-masing fungsi perlu dibedakan. Penataan juga terkait pembangunan jaringan pengumpul, instalasii pengolahan air limbah (IPAL), jaringan dan pengadaan sambungan rumah, serta memperhatikan dampak lingkungan secara luas. 5) Sampah Terkait dengan pembuangan sampah, sistem daur ulang maupun pengembangan potensi ekonomi dari sistem daur ulang sampah. Perlunya digalakkan pemisahan jenis sampah (organik non organik), sampah plastik, kaca dan sebagainya yang memungkinkan pemberdayaan semua komponen yang terlibat dan dapat menambah pendapatan sampingann atau bermanfaat bagi lingkungan. Sistem pengelolaan sampah yang meliputi lingkup kegiatan: a) pengumpulan sampah di rumah-rumah, sesuai kategori sampah b) pengangkutan/ pengumpulan sampah c) penyediaan tempat pembuangan sementara > ke TPA d) atau penyediaan fasilitas pengolahan sampah e) distribusi hasil olahan sampah B. Sosial Ekonomi Dan Kebencanaan 1. Aspek sosial ekonomi terkait dengan nilai-nilai dan potensi yang ada dikawasan, baik secara ekonomi, sosial, ekologi-lingkungan, perikanan, pariwisata, dsb. Penanganan terhadap permasalahan lokal, seperti: sosial, mitigasi bencana, sosial kemasyarakatan dan perekonomian perlu mendapatkan perhatian. PT. Ganes Engineering g Consultant 4-38

148 RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA A BUNGO TAHUN Faktor kebencanaan meliputi, bencana tanah longsor, banjir, kebakaran. Keberadaan dan kondisi talud di bantaran serta longsor serta banjir, merupakan satu komponen bersama dalam penanganan bantaran sungai. Sementara resiko terhadap bahaya kebakaran terkait dengan tingkat kepadatan bangunan serta fasilitas penanganan, seperti hidran dan jaringan air yang tersedia. Potensi-potensi yang terdapat di kawasan dapat menjadi karakter khas setempat dan dapat dikembangkan secara lebih luas, agar dapat menjadi alternatif sumber pendapatan/ perekonomian. C. Tata Ruang Pembangunan permukiman kawasan prioritas merupakan kegiatan pemanfaatan ruang oleh karena itu kaidah-kaidah penataan ruang yang meliputi : 1) ketentuan fungsi ruang dalam RTRW, 2) ketentuan zonasi, 3) daya a dukung lingkungan harus ditaati Rencana Dan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Keciptakaryaan Pada Kawasan Prioritas Setelah melalui yang ada serta konsep strategi disusun berdasarkan sektor bangunan dan lingkungan serta bidang keciptakaryaan, yaitu meliputi: 1. Bangunan dan Lingkungan a. Bangunan b. RTH 2. Infrastruktur kawasan: a. Jalan dan jembatan b. Air Bersih non perpipaan c. Drainasi (SAH dan SRAH) d. Sanitasi dan Limbah e. Sampah 3. Sosial Ekonomi: a. Sosial serangkaian analisis dengan mencermati potensi dan persoalan penanganan yang telah dibahas sebelumnya, maka rencana dan PT. Ganes Engineering g Consultant 4-39

149 RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA A BUNGO TAHUN 2011 b. Ekonomi c. Kebencanaan Bangunan dan Lingkungan Penduduk yang tinggal di wilayah perencanaan sebagian besar adalah masyarakat dengan pendapatan pas-pasan (MBR Masyarakat Berpenghasilan Rendah), khusunya yang ada disekitar bantaran Jaya setia. Kepadatan penduduk pada umumnya termasuk kategori tinggi, dengan kondisi tempat tinggal yang padat. a. Bangunan Secara umum kepadatan bangunan di kawasan prioritas termasuk dalam kategori rendah s/d sedang Disamping itu masih ditemukan kondisi bangunan yang kurang layak huni (secara konstruksi maupun peruangan) dan akses jalan yang cukup lebar menuju kendaraan roda 4. termanfaatkan, serta dengan regulasi yang jelas dan tegas Meningkatkan pengakuan status bermukim secara legal formal Memperbaiki rumah-rumah yang tidak layak huni Penataan jarak antar rumah untuk tetap leluasa dan nyaman untuk sirkulasi Meningkatkan akses jalan untuk kelancaran aktivitas, ekonomi dan keselamatan Rancangan pengembangan fisik yang sesuai karakter/ topografi lingkungan Menambah jumlah rumah susun. ke lingkungan permukiman sebagian besar dapat dilalui Terdapat juga beberapa bagian lahan kosong tidak masih memungkinkan untuk pengembangan, terutama di wilayah sub kawasan 1. Lokasi perencanaan adalah wilayah yang strategis karena dekat dengan pusat kota, sehingga membuka peluang untuk ruang usaha dan perekonomian, disamping itu nilai lahan juga cukup tinggi. Namun demikian terdapat kelemahan terkait dengan kondisii lingkungan fisik, yaitu tanah berawa dan kondisi topografi cukup landai. Oleh karena itu perlu penanganan dan antisipasi peraturan terkait dengan pemanfaatan bantaran sungai. Berdasarkan kondisi diatas maka diusulkan rencana penanganan sebagai berikut: Sosialisasi kepada masyarakat dalam memanfaatkan bantaran sungai disertai Dengan rencana tersebut, starategi yang diusulkan adalah: PT. Ganes Engineering g Consultant 4-40

150 RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA A BUNGO TAHUN 2011 Penguatan Peran Serta Masyarakat Dalam Pembangunan dengan membentuk dan atau menguatkan kelembagaan masyarakat peduli bantarann sungai Penerapan peraturan secara ramah dan humanis Pemetaan dan pendataan status lahan tempat bermukim Pemetaan dan pendataan rumah tidak layak huni Penerapan teknologi ramah lingkungan Penataan bangunann dan jalan yang lebih layak Resettlement ke rumah susun secara lebih humanis Persoalan dan Potensi Tipologi penanganan Identifikasi kebutuhan penanganan Pengembangan penanganan Kepadatan bangunan, pemanfaatan lahan kosong Lahan strategis dekat dengan pusat kota, nilai lahan tinggi Pembangunan baru, Perbaikan atau Pemugaran dan rehabilitasi Pemugaran rumah tidak layak huni, Peningkatan akses Rekonstruksi, penanganan bahaya longsor Pembangunan rumah susun Pembebasan dan penataan lahan kosong, bantuan perbaikan rumah, resettlement, mencapai KDB 40% Prioritas penanganan Bantuan perbaikan rumah, Perbaikan jalan lingkungan Resettlement b. Ruang Terbuka Hijau Ruang terbuka hijau yang ada pada umumnya adalah lahan kosong. Sedangkan ruang-ruang terbuka untuk aktivitas warga sebagai ruang komunal cukup tersedia. Secara umum ruang terbuka hijau yang ada kondisinya masih alami belum tertata dan terencanaa sehingga belum dapat dirasakan faedahnya oleh warga. Vegetasi yang ada masih asli, tetapi berupa tanaman liar, dan habitat, ekosistem serta ekologi yang adaa berpotensi untuk dijaga kelestariannya. Berdasarkan kondisi diatas maka diusulkan rencana penanganan sebagai berikut: Penetapan dan perlindungan kawasan-kawasan berfungsi lindung PT. Ganes Engineering g Consultant 4-41

151 RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA A BUNGO TAHUN 2011 Membuat program-program peningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjagaa dan memelihara RTH Menjaga, menanamm serta menata vegetasi bantaran sungai Menjaga serta menata ekosistem dan ekologi sungai Menciptakan RTH lingkungan dan halamn rumah, seperti membuat pergola dengan tanaman rambat, pot tanaman dll. Mengadakan dan mengoptimalkan ruang komunal sebagai RTH Penghijauan Makam Persoalan dan Potensi Tipologi penanganan Identifikasi kebutuhan penanganan Pengembangan penanganan Prioritas penanganan Strategi yang dilakukan adalah: Pemanfaatan sumber daya alami secara optimal dan berkelanjutan, dimaksudkan untuk menjaga eksploitasi sumber daya alam (lingkungan Jaya setia dengan segala kandungan di dalamnya) agar dapat dimanfaatkan secaraa berkelanjutan Membuat dan menerapkan peraturan tentang RTH, skala lingkungan, halaman rumah, makam dan bantaran sungai Kampanye dan pendampingan pengelolaan RTH Penerapan teknologi ramah lingkungan yang sesuai untuk memperkuat kapasitas sumber daya yang sudah ada, seperti pembuatan talud vegetasi- menghindari talud beton (kecuali terpaksa) RTH sporadis tidak terencana, bahaya longsor bantaran sungai, kesadaran pentingya RTH rendah Masih terdapat lahan kosong/ tidur, bantaran sungai yang masih hijau belum tertata Rehabilitasi RTH serta Ekologi Sungai Penanganan penghijauan bantaran sungai, Pembangunan talud hijau, menggalakkan RTH lingkungan, halaman rumah dan makam Pembebasan bantaran sungai sungai, membangunan talud hijau, mengembangkan model penghijauan pergola + pot 1. Kampanye penghijauan berkelanjutan 2. Pembebasan perengan sungai 3. Bantuan penghijauan model pergola 4. Menambah ruang komunal hijau 5. Penghijauan area makam PT. Ganes Engineering g Consultant 4-42

152 RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA A BUNGO TAHUN Infrastruktur Kawasan Rencana dan strategi pembangunan infrastruktur kawasan meliputi: jalan dan jembatan, air bersih, drainase, sanitasi dan limbah serta sampah. Lingkungan permukiman di wilayah perencaaan merupakan permukiman golongan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), y ang secara umum kondisi infrastruktur yang ada masih sangat terbatas, bahkan beberapa bagian sangat memprihatinkan, seperti sanitasi dan pembuangan limbah serta sampah. Demikian juga keberadaan air bersih, meskipun terdapat sumber-sumber air besih, namun kelayakannya perlu diperhatikan mengingat sumber dari Jaya setia secara umum sudah tercemar. Berdasarkan kondisi yang ada maka diperlukan penanganan secara lebih cermat dan akurat serta berkesinambungan, agar rencana-rencana dan rancangan yang diusulkan dapat bermanfaat dan meningkatkan permukiman menjadi layak huni dan menjamin keberlangsungan, kelestarian serta keberlanjutan proses bermukim warganya. a. Jalan dan jembatan Jalan dan jembatan yang dimaksud disini adalah jalan lingkungan sebagai akses di dalam kawasan permukiman, sedangkan jembatan adalah akses penghubung antara wilayah di dua sisi sungai dengan. Jalan yang ada umumnya jalan perkerasan aspal, beton cor, conblock serta jalan tanah, dengan lebar jalan setapak rata-rata 2 meter, hanya cukup untuk kendaraan roda dua, sedang jalan lingkungan dapat dilalui kendaraan roda 4. Beberapa jalan sudah cukup baik, bersih dan dilengkapi dengan drainase dibawah jalan (dibawah permukaan tanah). Terdapat jalan tanah, yang saat hujan menjadi becek dan licin serta tanpa drainase. Berdasarkan kondisi diatas, maka diusulkan rencana penanganan sebagai berikut: Penataan lebar jalan lingkungan minimal 5 meter untuk memperlancar akses Perbaikan jalan yang sudah rusak Konblokisasi pada jalan tanah dengan drainase dan resapan air hujan Memasang rambu-rambu dan pengaman pada jalan turun terjal Memasang penerangan jalan Membuka akses pada wilayah yang dapat dikembangkan menjadi permukiman PT. Ganes Engineering g Consultant 4-43

153 RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA A BUNGO TAHUN 2011 Strategi yang dilakukan adalah: Memberi stimulan untuk Perbaikan jalan dan konblokisasi Membangun jembatan penyebarangan antar wilayah yang potensial Membangun jaringan penerangan jalan umum Sosialisasi aksesibilitas lingkungan terkait kelancaran dan penerangan jalan Persoalan dan Potensi Tipologi penanganan Identifikasi kebutuhan penanganan Pengembangan penanganan Prioritas penanganan Sebagian jalan rusak belum diperkeras, terdapat jalan tanah, penerangan jalan minim (tidak ada jaringan), akses terbatas (wilayah terisolir berawa) Wilayah dekat pusat kota sehingga butuh akses ekonomi Rehabilitasi dan Pembangunan Baru Perbaikan jalan, perkerasan jalan, memberi pengaman jalan, membuka akses menyeberang sungai (jembatan, memasang penerangan jalan Perbaikan jalan, pengerasan/ konblokisasi, membuat jembatan, memasang jaringan dan penerangan jalan umum 1. Penataan, perbaikan dan pengerasan jalan/ konblokisasi 2. Measang penerangan jalan dan rambu jalan 3. Membangunan jembatan penyeberangan 4. Sosialisasi dan memberi stimulan konblokisasi dan PJU b. Air Bersih non perpipaan Sumber air bersih sebagian besar penghuni di sekitar bantaran Jaya setia diambil dari sumur permukaan dan mata air yang ada disekitarnya dan tepi Jaya setia. Kondisi air sumur permukaan dan mata air pada dasarnya kurang layak konsumsi, hanya sebagian wilayah yang sudah ada sistem pengolah air bersih. Oleh karena itu masih banyak diperlukan peralatan pengolah air bersih, sehingga layak untuk keperluan masak dan minum. Berdasarkan kondisi tersebut diatas maka diusulkan rencana penanganan sebagai berikut: Memperbanyak Pengolahan Air Bersih, sehingga layak konsumsi Menjaga dan melindungi sumber air yang digunakan dari pencemaran Penataan jarak antara sumber air dengan resapan air kotor dan limbah, sesuai standar kesehatan minimal 10 meter Gerakan pamakaian air bersih yang sehat Strategi yang dilakukan adalah PT. Ganes Engineering g Consultant 4-44

154 RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA A BUNGO TAHUN 2011 Membentuk kelembagaan masyarakat untuk mengelola prasarana air bersih secara swakelola Pengaturan jarak MCK dengan sumber air bersih Menjaga dan memperbanyak vegetasi disekitar sumber air Kampanye dan pendampingan pamakaian air bersih yang sehat Menjaga dan melindungi sumber air bersih (sumu r permukaan dan mata air) dengan konsep eco-hidrolik Persoalan dan Potensi Tipologi penanganan Identifikasi kebutuhan penanganan Pengembangan penanganan Pencemaran sumber air bersih, kurangnya pengolah air bersih. Terdapat banyak sumber air sumur permukaan dan mata air (belik) Rehabilitasi sistem pengolah air bersih dan distribusi Memperbanyak program pengolah air bersih, swadaya pengelolaan distribusi air bersih, panataan jarak sumber air dengan MCK, sosialisasi dan kampanye pemakaian air bersih sehat Program pengolah air bersih, menjaga jarak sumber air dengan MCK, sosialisasi pemakaian air bersih sehat Prioritas penanganan 1. memperbanyak pengolah air bersih. 2. membentuk kelembagaan pengelolaan sumber air di tingkat RW/RT 3. penataan jarak sumber air dengan MCK (min. 10m) 4. pendampingan pemakaian air bersih sehat c. Drainasi (SAH dan SRAH) Keterbatasan lahan dan padatnya bangunan menyebabkan ruang untuk saluran drainase sangat terbatas. Disamping itu masih adanya wilayah yang tergenang air menandakan belum adanya saluran drainase/ pembuangan pada lokasi tersebut. Terdapat juga pembuangan limbah rumah tangga ke saluran drainase yang langsung dibuang/ dialirkan ke sungai. Oleh karena itu diusulkan rencana penanganan, antara lain: Pembuatan/ penyediaan saluran pada setiap jalan dan ruang terbuka yang ada Memisahkan saluran drainase dengan saluran sanitasi Memperbanyak pembuatan biopori pada lahan-lahan kosong/ terbuka PT. Ganes Engineering g Consultant 4-45

155 RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA A BUNGO TAHUN 2011 Perbaikan drainase (SAH dan SRAH) yang rusak Perbaikan kawasan-kawasan genangan air hujan Strategi yang diusulkan adalah: Sosialisasi kesehatan lingkungan tentang drainase dan sanitasi Sosialisasi dan pelatihan pembuatan biopori pada lahan-lahan terbuka Memetakan kawasan-kawasan genangan air hujan Meningkatkan partisipasi masyarakat agar peduli lingkungan Persoalan dan Potensi Tipologi penanganan Identifikasi kebutuhan penanganan Pengembangan penanganan Prioritas penanganan masih ada wilayah belum memiliki drainase dan pembuangan air hujan langsung ke sungai, bercampurnya limbah rumah tangga dengan saluran drainase, wilayah genangan air hujan banyak drainsae yang sudah rusak dan tidak berfungsi optimal, sehingga menimbulkan luapan dan genangan Rehabilitasi dan Pembangunan Baru Perbaikan SAH dan SRAH, pembuatan SAH dan SRAH, pembuatan Biopori, memperbaikai wilayah genangan air hujan, kampanye dan pelatihan peduli lingkungan Perbaikan dan pembuatan SAH dan SRAH, pelatihan dan pembuatan Biopori, sosialisasi dan pelatihan 1. Perbaikan drainase (SAH dan SRAH) 2. Pembangunan Drainase (SAH dan SRAH) 3. Pelatihan dan pembuatan BIOPORI 4. sosialisasi dan pendampingan d. Sanitasi dan Limbah Sanitasi dimaksud disini adalah pembuangan limbah dari rumah tangga, yang berasal dari kamar mandi, dapur dan tempat cuci (MCK). Sedangkan limbah dimaksudkan adalah pembuangan limbah dari industri, antara lain: limbah industri rumah tangga, limbah peternakan dan limbah pabrik. Permasalahan mendasar umumnya adalah tidak tersedianya IPAL bagi limbah-limbah tersebut. Limbah rumah tangga masih banyak yang bercapur dengan saluran drainase dan bahkan disalurkan/ dialirkan langsung ke sungai. Berdasarkan kondisi diatas maka diusulkan rencana penanganan sebagai berikut: Memperbaiki MCK dan IPAL komunal domestik PT. Ganes Engineering g Consultant 4-46

156 RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA A BUNGO TAHUN 2011 Menciptakan sistem sanitasi yang cocok dengan kondisi setempat dan meminimkan perawatan Membuat aturan/ regulasi yang mencegah dan melarang pembuangan limbah langsung ke sungai Mengadakan lomba-lomba kesehatan sanitasi masyarakat secara berkelanjutan (menjadi event rutin) Penyuluhan dan pendampingan tentang kesehatan sanitasi dan limbah Adapun strategi yang dilakukan untuk mencapai upaya penanganan diatas antara lain: Meningkatkan bantuan dan program penanganan sanitasi masyarakat (Sanimas) Pemetanaan dan pendataan seta perbaikan MCK dan IPAL yang rusak Menciptakan metoda dan sistem sanitasi yang sesuai perilaku masyarakat pengguna dan meminimalkan perawatan (pendanaan) Meningkatkan pemahaman masyarakat akan pentingnya kesehatan lingkungan akibat pencemaran limbah Membentuk kelembagaan masyarakat untuk pengelolaan MCK dan IPAL komunal Meningkatkan peran serta dan partisipasi masyarakat melalui penyuluhan, sosialisasi, pendampingan secara berkelanjutan agar menjadi budaya sehat Persoalan dan Potensi Tipologi penanganan Identifikasi kebutuhan penanganan Pengembangan penanganan Prioritas penanganan Pembuangan limbah langsung ke sungai, MCK dn IPAL komunal rusak, minimnya MCK dan IPAL komunal, rendahnya kesadaran akan pentingnya sanitasi sehat Sudah terdapat MCK dan IPAL komunal serta DEWATS, masih banyak yang membutuhkan. Rehabilitasi, intensifikasi lahan dan pembangunan baru Perbaikan MCK dan IPAL komunal yang rusak, membangunan dan memperbanyak MCK dan IPAL komunal, membuat regulasi pembuangan limbah, penyuluhan dan pendampingan kesehatan sanitasi masyarakat, menciptakann model sanitasi yang sesuai perilaku masyarakat Perbaikan dan pembangunan MCK dan IPAL komunal, membuat peraturan pembuangan limbah, menciptakan model sanitasi yang sesuai pengguna, penyuluhan dan sosialisasi 1. Perbaikan MCK dan IPAL komunal 2. Pembangunan MCK dan IPAL komunal 3. Penyuluhan dan Pendampingan PT. Ganes Engineering g Consultant 4-47

157 RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA A BUNGO TAHUN pengembangan model sanitasi yang sesuai pengguna e. Sampah Persoalan sampah masih sangat dominal di semua bagian wilayah perencanaan. Dimana-mana selalu terdapat tumpukan sampah, pembuangan sampah sembarangan, terutama di sekitar bantara Jaya setia. Masaah l;ain adalah belum tersedianya lahan/ tempat sampah yang memadai serta rendahnya kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya. Juga masih bercampurnya semua jenis sampah menjadi satu, karena memang belum ada sistem pengelolaan sampah secara terpadu. Berdasarkan kondisi yang ada, maka diusulkan rencana penanganan sampah sebagai berikut: Menyediakan tempat-tempat sampah yang memisahkan antaraa sampah organik dan an-organik agar dapat diolah dan dimanfaatkan kembali Menyediakan lahan untuk TPS Membuat tempat pengolah sampah organik, khususnya untuk pembuatan pupuk kompos Penyuluhan, pelatihan serta pendampingan pengelolaan pengolahan sampah menjadi barang bermanfaat (pupuk, kerajinan, dsb) Strategi yang diterapkan untuk mencapai tujuan antara lain: Memberi bantuan percontohan tempat sampah sesuai jenisnya Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya mengelola sampah Membentuk paguyuban-paguyuban pengelola sampah di tingkat RT/RW Menyelenggarakan lomba kebersihan sampah secara rutin (satu paket dengan lomba kebersihan drainase dan sanitasi serta kesehatan lingkungan) Memilih teknologi pengolahan sampah tepat guna dengan optimalisasi pengolahan 3R (reduce reuse recycle) Menyediakan unit pengolah sampah setiap 2 3 RW Membuat regulasi tentang sampah Persoalan dan Potensi Membuang sampah di sembarang tempat, bantaran sungai untuk pembuangan sampah, tempat sampah minim, kesadaran pengelolaan sampah rendah PT. Ganes Engineering g Consultant 4-48

158 RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA A BUNGO TAHUN 2011 Tempat sampah yang ada belum optimal dimanfaatkan, belum ada sistem pengelolaan, pengolahann dan pemanfaatan limbah sampah Tipologi penanganan Identifikasi kebutuhan penanganan Pengembangan penanganan Prioritas penanganan Panataan manajemen pengelolaan sampah Pengumpulan sampah sesuai jenisnya, penampungan sementara, pengembangan teknologi pengolahan dan pemanfaatan limbah sampah, membentuk paguyuban pengelola sampah di tingkat RW, penyediaann tempat pengolahan sampah, penyluhan dan sosialisasi penanganan dan pengolahan sampah Menyediakan tempat sampah sesuai jenisnya, menyediakan TPS, menyediakan unit pengolah sampah setiap 2 3 RW dan membentuk pengelolanya, penyuluhan dan pendampingan pengelolaan, penanganan dan pengolahan sampah 1. Menyediakan tempat-tempat sampah sesuai jenisnya 2. Membentuk paguyuban pengelola sampah per RW 3. Optimalisasi tempat sampah sementara yang ada dan membangun yang belum ada 4. Membangun unit pengolah sampah (organik) 5. Penyuluhan dan Pendampingan 6. Pengembangan model penanganan sampah Sosial, Ekonomi dan Kebencanaan a. Sosial Terdapat kelompok-kelompok sosial kemasyarakatan paguyuban rukun warga. Kelemahan yang ada dalam kelompok masyarakat ini adalal rata-rata tingkat pendidikan rendah, kesadaran dan budaya hidup sehat dan bersih belum berjalan sesuai normanya, sehingga memerlukan proses pendampingan secara terus menerus sampai benar-benar sudah berubah perilakunya. Berdasarkan kondisi diatas, maka diusulkan rencana penanganan: Memperkuat kelembagaan kemasyarakatan di tingkatt RT/RW yang mampu memberdayakan warganya. Mengaktifkan dan mempromosikan kelompok-kelompok kemasyarakatan yang ada melalui lomba-lomba atau pentas seni Meningkatkan partisipasi semua lapisan masyarakat dalam kelompoknya masing-masing Meningkatkan peran swadaya masyarakat Strategi yang dilakukan adalah: PT. Ganes Engineering g Consultant 4-49

159 RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA A BUNGO TAHUN 2011 Mengaktifkan kelompok atau kelembagaan masyarakat yang ada, seperti kesenian, karang taruna dsb. Menambah atau memperbanyak kelompok-kelompok pemerhati, seperti pengelola sampah, pengelola sumber air bersih, penghijauan dsb. Memberi kesempatan kelompok-kelompok yang ada untuk tampil pada setiap kegiatan Sosialisasi dan pendampingan sosial kemasyarakatan secara rutin Persoalan dan Potensi Tipologi penanganan Identifikasi kebutuhan penanganan Pengembangan penanganan Prioritas penanganan Pendidikan rendah, kesadaran polah hidup bersih dan sehat kurang Sosial kekerabatan baik Banyak kelompok-kelompok/ kelembagaan masyarkat, Partisipatif dan membangun paguyuban Memperkuat kelembagaan masyarakat, membangun budaya partisipasi, sosialisasi dan pendampingan secara terus menerus Membentuk dan memperkuat kelembagaan kemasyarakatan, meningkatkan pola swadaya dalam menangani permasalahan setempat, pendampingan sosial 1. Meningkatkan peran partisipasi 2. Membentuk dan memperkuat paguyuban-paguyuban 3. Optimalisasi peran kelembagaan masyarakat yang ada 4. Penyuluhan dan Pendampingan 5. Pengembangan swadaya b. Ekonomi Kondisi ekonomi masyarakat di kawasan prioritas tergolong kelas ekonomi menengah ke bawah. Sementara lokasi secara ekonomi dekat dengan pusat perekonomian dan perdagangan, sehingga memberi nilai strategis dalam berbagai pengembangan kegiatan ekonomi. Disamping kondisi perekonomian warga, terdapat aktivitas perekonomian berupa warung-warung kecil diantara permukiman penduduk. Kegiatan ekonomi yang lain adalah berkebun dan berladang, peternakan di Jaya setia serta pertukangan. Berdasarkan kondisi diatas, maka diusulkan rencana penanganan sebagai berikut: PT. Ganes Engineering g Consultant 4-50

160 RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA A BUNGO TAHUN 2011 Mencegah dan melarang pembuangan limbah langsung ke sungai Memperbaiki dan membuat IPAL komunal Mengembangkan tempat rekreasi dan wisata air Strategi yang dilakukan untuk mencapai rencana diatas yaitu: Membuat aturan/ regulasi yang mencegah dan melarang pembuangan limbah langsung ke sungai Bantuan perbaikan dan pembuatan IPAL komunal Penyuluhan dan pendampingan kegiatan pengembangan perekonomian Persoalan dan Potensi Tipologi penanganan Identifikasi kebutuhan penanganan Pengembangan penanganan Prioritas penanganan Pada waktu musim hujan ladang/kebun selalu tergenang, banjir peternakan (unggas) belum dikelola dengan baik Intensifikasi Pengembangan wisata air/ pemancingan, penyuluhan dan pendampingan pengembangan perekonomian serta pembetukan kelompok pemilik kegiatan ekonomi Pengembangan tempat wisata air/ pemancingan, membentuk kelembagaan pengelola industri/peternakan. Perikanan, penyuluhan dan pendampingan Penyuluhan dan pendampingan pengembangan ekonomi mikro dan rumah tangga 4. Pengembangan industri pertukangan dan kawasan wisata air c. Kebencanaan Lingkungan permukiman di kawasan prioritas, yang merupakan bagian dari wilayah Kota Muara Bungo, dan berada di sekitar pusat kota topografi yang berada dibawah, memiliki potensi bencana, yaitu banjir, tanah longsor. Ada 4 hal penting dalam mitigasi bencana yang perlu diperhatikan, yaitu: a. Tersedia informasi dan peta kawasan rawan bencana sesuai jenisnya b. Sosialisasi dalam menghadapi bencana sebagai upaya meningkatkan pemahaman dan kesadaran tinggal di wilayah rawan bencana c. Tanggap bencana (apa yang harus dilakukan dan bagaimana) untuk menyelamatkan diri PT. Ganes Engineering g Consultant 4-51

161 RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA A BUNGO TAHUN 2011 d. Penataan kawasan rawan bencana agar beban aktivitas permanen Potensi bencana diatas bisa terjadi karena faktor alam atau faktor manusia, terutama akibat pembangunan yang merusak alam. Disamping itu kegiatan pembangunan di bantaran sungai, berkurangnya penghijauan, pembuatan kolamtalud (beton) tidak kolam ikan dan keramba di pinggiran sungai dan pembangunan ramah lingkungan. Kecenderungann aktivitas pemukim yang mengintervensi lingkungan tersebut perlu dilakukan rencana penanganan sebagai berikut: Mencegah/ melarang pembangunan disekitar bantaran sungai Mencegah/ melarang membuang sampah di dan atau sekitar sungai Membuat regulasi dan menerapkan sangsi yang tegas untuk melindungi DAS Penetapan sempadan sungai dan zona hijau Penataan penghijauan Jaya setia Membangun talud hijau (ramah lingkungan) dengan konsep eco-hodrolik Membuat jalan disepanjang pinggiran sungai sebagai jalan inspeksi Membangun jalan yang berfungsi mitigasi bencana banjir Membentuk kelompok paguyuban masyarakat peduli lingkungann sungai Adapun strategi yang diusulkan adalah: Membuat regulasi yang tegas untuk melindungi kawasan sungai Menerapkan pola pembangunan ramah lingkungan Penyuluhan dan pendampingan tentang lingkungan hidup dan konsep water front, serta eco-hidrolik Pelibatan masyarakat setempat dalam kelompok atau paguyuban peduli bantaran sungai dan mitigasi bencana banjir Menerapkan sangsi tegas bagi yang melanggar, melalui forum warga Persoalan dan Potensi Tipologi penanganan Pembangunan di bantaran sungai, berkurangnya penghijauan, kesadaran lingkungan rendah, membuang sampah sembarangan Masih terdapat rung terbuka hijau alami, adanya terdapat talud dan bendungan Rehabilitas dan Intensifikasi, mitigasi bencanaa PT. Ganes Engineering g Consultant 4-52

162 RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA A BUNGO TAHUN 2011 Identifikasi kebutuhan penanganan Pengembangan penanganan Prioritas penanganan Penataan bantaran sungai dengan peraturan sempadan, penghijauan dan talud ramah lingkungan, SAH dilengkapi resapan, penyuluhan dan sosialisasi, meningkatkan peran serta masyarakat, sarpras mitigasi bencana Penetapan sempadan sungai, penetapan zona hijau, penerapan talud ramah lingkungan, pembuatan peresapan, kampanye dan pelibatan masyarakat peduli sungai, jalan yang berfungsi mitgasi bencana banjir 1. Penetapan sempadan sungai dan zona hijau 2. Pemeliharaan talud, kawasan hijau dan peresapan 3. Pembangunan talud ramah lingkungan 4. Membentuk dan memperkuat kelompok penghuni peduli sungai, disertai penyuluhan dan pendampingan 5. perencanaan jaringan jalan evakuasi bencana Keberadaan Jaya setia yang dekat dengan pusat kota Muara Bungo sebagian kondisi jalan cukup lebar, namun sebagian kondisi sempit dan tidak leluasa. Berdasarkan kondisi diatas, maka diusulkan rencana penanganan sebagai berikut: Membuat jaringan pemadan kebakaran dan memasang hydrant Memperlebar aksess jalan, khusus untuk mobil pemadam Membentuk pos-poss dan satgas pemadam kebakaran Menentukan jalur evakuasi Penyuluhan kesehatan lingkungan dan penyakit menular Adapun strategi yang diusulkan adalah: Pemetaan titik rawan kebakaran dan perencanaan penempatann hydrant Menetapkan jalur-jalur khusus darurat untuk mobil kebakaran dan evakuasi Sosialisasi dan pembentukan satgas pemadam kebakaran tingkat RT/RW Sosialisasi kebersihan dan kesehatan lingkungan serta penyakit menular Persoalan dan Potensi Tipologi penanganan Identifikasi kebutuhan penanganan Hunian padat, sarana-prasarana PK tidak ada, akses sempit, lingkungan kurang sehat, rawan sosial, kesadaran kesehatan rendah Akses banyak, sumber air dekat, belum adaa PPK dan satgas PK Redevelopment dan Pembangunan baru Membangun jaringan PK dan memasang hydrant, serta jalur mobil PK, membentuk PPK dan Satgas PK, penyuluhan kesehatan lingkungan PT. Ganes Engineering g Consultant 4-53

163 RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA A BUNGO TAHUN 2011 Pengembangan penanganan Prioritas penanganan Membuat jaringan PK, memasang hydrant, menetapkan dan memperlebar jalur mobil PK, membentuk PPK dan satgas, penyuluhan dan sosialisasi tentang bahaya kebakaran dan kesehatan lingkungan serta penyalit menular 1. Membangun jaringan PK 2. Memasang hydrant 3. Menetapkan dan memperlebar jalur mobil PK 4. Membentuk PPK dan satgas PK 5. Penyuluhan dan sosialisasi resiko bahaya kebakaran 6. Penyuluhan dan sosialisasi kesehatan lingkungan Perencanaan Komponen Penataan Lingkungan Dalam perencanaan komponen penataan lingkungan dan bangunan merujuk pada SNI ketentuan-ketentuan teknis atau standar teknis lainnya yang berlak serta, ketentuan yang terkait dengan kebencanaan. 1) Bangunan Dan Lingkungan Ketentuan yang terkait dengan bangunan dan lingkungan adalah Koefisien dasar bangunan serta Koefisien lantai bangunan, beberapa ketentuan yang menjadi pedoman dalam bangunann dan lingkungan adalah sebagai berikut : 1. Bangunan harus memiliki IMB sebagai pengendalian pembangunan oleh pemerintah 2. Bangunan harus memperhatikan keselamatan terutama terhadap bahaya kebakaran; pelaksanaan bangunan, 3. Pemanfaatan bangunan harus sesuai dengan IMB 4. Bangunan tidak boleh dibangun diatas sarana pengairan dan sungai, sempadan sungai merupakan ketentuann jarak bangunan dengan bibir sungai minimal 5 M bagi sungai yang bertanggul. 5. Kepadatan bangunan sesuai dengan rencanaa tata ruang rinci yang telah ditetapkan. 6. Jarak antar bangunan minimal 3 M dimaksudkan agar sewaktu terjadi kebakaran tidak mudah merambat. PT. Ganes Engineering g Consultant 4-54

164 RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA A BUNGO TAHUN Ketinggian halaman dan lantai bangunan diupayakan harus lebih tinggi dari permukaan air sewaktu terjadi genangan. 8. Ketentuan KDB tidak boleh dilanggar dimaksudkan untuk memberikan ruang RTH privat yang menjadi tanggung jwab pemilik rumah atau bangunan lainnya. 2) Jalan dan Jembatan Unsur jaringan jalan di kawasan ini terdiri dari jalan lingkungan dan jalan kota (lokal primer ). Jalan lingkungan secara teknis direncanakan dengan lebar antara 4 s/d 5 M dengan perkerasan aspal lebar 2,5 s/d 3 M. Fungsi jalan selain untuk pelayanan transportasi penduduk di wilayah ini difungsikan sebagai: 1. prasaran mitigasi bencana banjir apabila terjadi banjir, dengan dasar tersebut pola jaringan jalan direncanakan untuk mempermudah akses ke dan dari dalam kawasan. 2. prasarana untuk mendorong pertumbuhan kawasan terutama untuk kebutuhan hunian bagi masyarakat kota Muara Bungo. 3) Perencanaan Air Bersih Kebutuhan air bersih dapat dibagi menjadi dua, yaitu kebutuhan untuk domestik (rumah tangga) dan non domestik (fasilitass umum, sosial, perdagangan dan lain-lain). Dalam Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan, Direktorat Jenderal Penataan Ruang Departemen Kimpraswil tahun 2002 dikemukakan bahwa besarnya kebutuhan air untuk kebutuhan domestik (rumah tangga) adalah 130 ltr/orang/hari. Untuk kebutuhan non domestik, diperkirakan sebesar 10% dari total kebutuhan air bersih domestik, penduduk Kawasan Prioritas Jaya Setia pada tahun 2011 adalah jiwa, sehingga dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut : - Kebutuhan air domestik = orang x 130 liter/orang/hari = liter/hari = 224 m3/hari. PT. Ganes Engineering g Consultant 4-55

165 RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA A BUNGO TAHUN Kebutuhan non domestik = 10% dari kebutuhan domestik = 22,4 m3/hari. Dengan demikian, total kebutuhan air bersih adalah m3/hari. Kebutuhan sebanyak ini dipenuhi dari PDAM, dan sumur dalam hasil swadaya kelompok masyarakat. PDAM Muara Bungo, sebagai pengelola PDAM di wilayah perencanaan, sudah membuat perencanaan terkait kecenderungann berkembangnya kawasan perkotaan, dan upaya mengantisipas bertambahnya kebutuhan air bersih di Muara Bungo yaitu: Utilitas yang telah dibangun untuk mendukung kebutuhan air bersih di Perkotaan Muara Bungo : Pipa distribusi air bersih Pipa transmisi air bersih Rencana pengembangan berupa peningkatan produksi. Untuk sistem penyediaan air minum dapat berupa individual dan terpusat. Sebagian besar warga masih menggunakan sumber air individual yaitu berasal dari sumur air tanah.. Sementara sebagian lagi menggunakan air dari PDAM. Untuk mengetahui sistem penyediaan air minum secara detil dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 4.2 PT. Ganes Engineering g Consultant 4-56

166 RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA A BUNGO TAHUN 2011 Gambar 4.3 4) P e rencanaann Jaringan Drainase Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa kawasanjaya Setia merupakan kawasan yang masih terkena banjir. Tentu saja perencanaan mengenai jaringan drainase harus menjadi fokus untuk mengantisipasi bahaya banjir yang lebih besar. Banjir ternjadi karena saluran atau jaringan yang ada pada saat ini masih kurang dapat menampung air limpasan. Prasarana drainase merupakan salah satu upaya pengelolaan air (hujan) dalam kawasan. Banjir atau genangan yang disebabkan oleh lebih besarnya kuantitas air hujan dibanding kapasitas saluran dalam mengalirkannya, perlu dihindari. Dilihat dari sumbernya, banjir dapat disebabkan oleh air hujan kiriman atau air hujan setempat yang tidak tersalurkan dengan lancar. PT. Ganes Engineering g Consultant 4-57

167 RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA A BUNGO TAHUN 2011 Pola drainase dibedakan menjadi (1) pola drainase yang memusat dan searah, yaitu pola drainase dengan proses pembuangan yang berurutan dari saluran tersier ke saluran sekunder dan masuk ke dalam saluran primer. Apabila hal ini tidak dikelola dengan baik, maka akan terjadi genangan-genangadi wilayah yang bertopografi datar dan terdapat sungai utama. (2) pola kecil di mana-mana. Pola ini dapat dikembangkan drainase menyebar, yaitu pola yang menyebar di wilayah yang memiliki topografi yang bergelombang, dengan saluran yang tidak memusat di saluran utama. Secara umum, pola ini penanganannya a cukup rumit. Drainase secara umum dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu saluran drainase alami dan buatan. Saluran drainase alami berupa badan sungai, sedang saluran drainase buatan adalah saluran yang sengaja dibuat untuk mengalirkan air hujan. Saluran drainase buatan terdiri dan saluran tersier, sekunder dan saluran primer. - Drainase primer memiliki ukuran lebar > 1,50 m dan kedalaman 1 m (terbuat dari pasangan batu dengan dimensi lebar dan kedalaman lebih besar dari saluran sekunder, dapat juga berupa anak-anak sungai yang ada. - Drainase sekunder dengan ukuran lebar 1,20 m dan kedalaman 0,80 m, terbuat dari pasangan batu. - Drainase tersier dengan ukuran lebar 0,6 m dan kedalaman 0,40 m. Jaringan drainase di wilayah perencanaan adalah mengikuti/sejajar dengan jaringan jalan, arah alirannya disesuaikan dengan kondisi kontur yang ada. Kontur pada wilayah perencanaan ditandai dari sebuah punggung kontur yang memanjang secara diagonal dari arah timur laut menuju barat daya. Kondisi ini menjadikan arah aliran air ke arah barat- barat, dan ke selatan bagi yang berada di wilayah perencanaan bagian arah timur-selatan bagi yang berada di bagian timur. Sistem drainase sebuah kawasan terdiri dari beberapa tingkatan distribusi dimulai dari per kavling, kemudian ke lingkungan (biasanya terdiri dari RT atau blok) dan kemudian ke skala kota atau wilayah. Pilihan untuk melimpas air terbagi menjadi dua yaitu langsung PT. Ganes Engineering g Consultant 4-58

168 RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA A BUNGO TAHUN 2011 menyerapkannya dengan biopori atau sumur resapan dan menyalurkannya ke sistem jaringan yang ada. Untuk lebih jelas mengenai sistem drainase kawasan permukiman prioritas Jaya Setia dapat dilihat pada bagan berikut ini Gambar 4.4 5) Perencanaan Sanitasi Sanitasi merupakan salah satu bagian terpenting baik dalam satu bangunan rumah maupun dalam kawasan permukiman. Sanitasi terdiri dari saluran air limbah, septic tank dan sumur resapan. Menurut beberapa paparan yang telah disebutkan sebelumnya bahwa KawasanJaya Setia memiliki beberapa titik dimana sanitasi yang ada masih belum memadai, untuk itu diperlukan penanganan khusus karena permasalahn sanitasi sangat erat hubungannya dengan kebersihan lingkungann dan kesehatan masyarakat. Saluran air limbah adalah semua jenis saluran air buangan dari industri, WC, kamar mandi, dapur dan tempat cuci yang mengandung kotoran manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, limbah industri dan limbah kimia. Air limbah ini sangat mempengaruhi kondisi kesehatan lingkungan PT. Ganes Engineering g Consultant 4-59

169 RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA A BUNGO TAHUN 2011 sekelilingnya. Untuk meningkatkan kesehatan masyarakat melalui peningkatan kesehatan lingkungan, pengelolaan air limbah perlu diupayakan sedemikian rupa, guna mencegah pencemaran terhadap lingkungann dan sungai akibat pembuangan air limbah. Pembuangan Limbah secara umum dibedakan menjadi limbah industri dan llimbah rumah tangga (domestic). Limbah industri adalah limbah yang dihasilkan oleh kegiatan industri dengan ciri-ciri: mengandung bahan organic dan cairan logam ikutan. Sementara itu, limbah rumah tangga (domestic) ada lah limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah tangga atau kegiatan lain yang sejenis dengann ciri-ciri banyak mengandung bahan organic tapi tidak mengandung logam berat dan bahan beracun/berbahaya. Limbah yang berasal dari rumah tangga pada awalnya berupa air sabun, air tinja maupun air berlemak. Kadang- kadang terdapat pula bahan ikutan yang berupa bahan padatan. Pada Bukuu Pedoman Teknik Pembangunan Perumahan Sederhana Tidak Bersusun (tahun 1987) yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum, kriteria dan persyaratan jaringan air limbah rumah tangga dapat dijelaskan padaa tabel berikut PT. Ganes Engineering g Consultant 4-60

170 RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA A BUNGO TAHUN 2011 Tabel 4.5 Kriteria dan Persyaratan Jaringan Air Limbah Rumah Tangga No Komponen Persyaratan/Kriteria 1 Tangki septik (septicc tank) Luas halaman cukup untuk resapan Volume tangki septik minimum 1,5 m2 a. Tiap rumah Tinggi air dalam tangki minimum 4 m (individu) Tersedia lubang pemeriksaan dan udara Pipa masuk 2,5 cm lebih tinggi dari pipa keluar b. Kelompok (bersama) Muka air tanah harus cukup rendah Jarak minimum antara bidang resapan dengan sumur air bersih 10 m Dibuat dari bahan rapat air (beton) Tinggi air dalam tangki minimum 1 m Melayani ± 50 orang Ukuran (sistem tercampur) Panjang : 5 meter, Lebar : 2,5 meter, Kedalaman : 1,80 meter Ukuran (sistem terpisah) Panjang : 3 meter, Lebar : 1,5 meter, Kedalaman : 1,80 meter 2 Bidang resapan Luas bidang resapan minimum 12 m2. Minimum dibuat dua jalur galian pipa resapan Lebar galian minimum 60 cm dalam galian minimum 45 cm Jarak sumber dua jalur galian minimum 1,5 m. Di bawah pipa resapan diberi kerikil 1,5 cm, tebal 5 cm dan ditimbun dengan ijuk minimum 5 cm Hal yang sangat diperhatikan dalam peletakan utilitas dalam kavling rumah adaa 3, yaitu peletakkan sumur resapan, peletakkan sumur air minum dan peletakkan septic tank. Peletakkan tiga alat utilitas tersebut sangat memegang peranan penting dalam menjaga kondisi tanah dan air tanah di sekelilingnya. Disamping ini adalah tabel dan gambar yang memperlihatkan tata letak utilitas dalam kavling rumah. PT. Ganes Engineering g Consultant 4-61

171 RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA A BUNGO TAHUN 2011 Tabel 4.6 Peletakan Utilitas dalam Kavling Rumah Nama No. Utilitas 1. Sumur Resapan (SR) 2. Septic Tank (ST) 3. Sumur Air Minum (SM) Swadaya, Jakarta, 2007 Letak Sistem Letak sumur resapan memiliki jarak yang disarankan minimal 1,5 meter dari batas kavling, 1,5 meter dari batas sepadan jalan terdalam - - Air limpasan dari talang hujan yang ada di bangunan langsung diarahkan ke sumur resapan Limbah rumah cair rumah tangga dari kamar mandi (bukan kakus) dan dapur diarahkan ke sumur resapan dan 3 meter dari - Limpasan dari sumur resapan (bila ada) bangunan. diarahkan langsung ke jaringan drainase Jarak yang disarankan - Limbah berupa limbah padat maupun min 10 meter dari sumur cair yang berasal dari kamar mandi dan air minum dan 3 meter disalurkan melalui kakus dari sumur resapan - Diusahakan memilikii jarak sejauh mungkin dari sumur resapan dan air minum untuk mencegah pencemaran Jarak yang disarankan - Bersifat optional karena sumber air min 10 meter dari sumur minum masyarakat akan lebih air minum dan sumur cenderung kepada jaringan pipa resapan - Jika ada harus berada sejauh mungkin dari septic tank dan sumur resapan. Sumur Resapan Untuk Permukiman Perkotaan dan Pedesaan, Ir. Kusnaedi, Penebar 6) Perencanaan Persampahan Persampahan juga menjadi masalah di Kawasan Jaya Setia. Ketidakmampuan jaringan drainase untuk menampung limpasan air bisa saja disebabkan oleh keberadaan sampah yang menyumbat saluran- sampah saluran limpasan air. Untuk itu perlu direncanakan prasarana yang bersifat terpusat untuk selanjutnya diarahkan ke kegiatan pengolahn terpadu. Pengertiann sampah secara teknis adalah limbah yang bersifat padat dan zat organik serta zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi, dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungann dan melindungi investasi pembangunan. sampah dapat dikelompokkan dalam 7 (tujuh) golongan, yaitu berdasarkan asal, komposisi, bentuk, lokasi, proses, sifat dan jenisnya. Dalam tulisan ini, sampah diklasifikasikan sebagai sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga maupun fasilitas umum PT. Ganes Engineering g Consultant 4-62

172 RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA A BUNGO TAHUN 2011 sebagai sampah organik maupun non organik. Sampah organik yang berasal dan tumbuh-tumbuhan mampu mengalami proses pembusukan (dekomposisi), sedangkan sampah non organik berupa plastik, kaleng dan kaca tidak bisa mengalami pembusukan (dekomposisi), sehingga perlu diupayakan untuk dapat didaur ulang atau dimusnahkan. Tujuan pembangunan prasarana persampahan adalah untuk meningkatkan mutu/kualitas lingkungan pemukiman serta untuk kepentingan ekonomi. Berdasarkan Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Sistem Prasarana Perkotaan Departemen Pekerjaan Umum tahun 1996, untuk memperkirakan kebutuhan prasarana persampahan, perlu ditinjau dari sumber, jenis dan volume sampahnya. Masing-masing sumber harus dilihat lagi dari jenis sampah dan tingkat bahayanya, keadaan serta volumenya. Perhitungan dan perkiraan volume/produksi sampah, berdasarkan sumber sampah dari total jumlah penduduk dan asumsi sampah yang dihasilkan tiap orang per hari, dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.7 Standar Volume Sampah Berdasarkan Sumbernya No 1 Sumber Sampah Perumahan/Rumah Tangga Banyaknya Produksi Sampah 0-4 liter/orang/hari 2 Perdagangan modern skala menengah-besar 0,5-2,0 Liter/ /Orang/Hari atau 2,5-3,0 Liter/ /Orang/Hari 3 Industri dan Rumah sakit 3 0,5-2,0 Liter/Orang/Hari (dilihat tingkatt bahayanya) 4 Sarana Pendidikan (PT, SMA,SMA,SD,TK) 0,2-0,5 Liter/ /Orang/Hari 5 Sarana Peribadatan 0,2-2,0 Liter/ /Orang/Hari 6 Perkantoran (Komplek Perkantoran) 0,5-2,0 Liter/ /Orang/Hari 7 Fasilitas Umum lainnya 0,5-1,0 Liter/ /Orang/Hari 8 Sapuan Jalan dan selokan 0,2-0,5 Liter/ /m/hari 9 Taman Kota 0,2-0,5 Liter/ /m2/hari 10 Pasar Tradisional/Rakyat 0,2-0,6 Liter/ /Orang/Hari Sumber: Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Induk Sistem Prasarana Perkotaan Sampah yang dihasilkan oleh fasilitas umum seperti pasar, perkantoran dan rumah sakit, dikumpulkan di bak-bak sampah yang ada di sekitarya, PT. Ganes Engineering g Consultant 4-63

173 RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA A BUNGO TAHUN 2011 kemudian diangkut ke tempat pembuangan sampah sementara dengan gerobak sampah, untuk selanjutnya diangkut ke tempat pembuangan sampah akhir yang ditangani oleh Dinas Kebersihan dengan menggunakan truk sampah. Pengelolaan persampahan perlu mendapat perhatian dan penanganan yang diarahkan sejak dari pewadahan, pengangkutan, penampungan dan pemusnahan. Jumlah sampah yang dihasilkan berbanding lurus dengan perkembangan jumlah penduduk, sehingga dapat dikatakan bahwa semakin besar jumlah penduduk di suatu wilayah, maka semakin besar pula sampah yang dihasilkan. Atas dasar pendekatan jumlah penduduk dihasilkan sebagai penghasil sampah, maka volume sampah yang dapat diketahui. Untuk menghitung volume sampah yang dihasilkan, diasumsikan bahwa setiap orang menghasilkan sampah 2 liter/hari (asumsi maksimal), sehingga volume sampah yang dihasilkan di kawasan permukiman prioritas Jaya Setia yang berpenghuni 1728 jiwa adalah sebagai berikut: - Sampah Rumah Tangga (Domestik) = Jiwa x 2/Liter/Orang/hari = Liter/Hari - Jasa Perdagangan (Komersial) = 25% sampah domestik = 864 Liter/hari - Kantor, sekolah (Institusional) = 15% sampah domestik = 518,4 Liter/hari Maka total produksi sampah adalah: = Sampah Rumah Tangga + Sampah Komersial + Sampah Institusional = liter/hari Liter/hari + 518,5 Liter/hari = 4.838,4 Liter/hari atau 4,84 m3/hari Untuk menghitung kebutuhan sarana pelayanan sampah, dapat dilihat dari banyaknya sampah yang dihasilkan, kapasitas sarana pelayanan, dan besarnya target pelayanan yang diinginkan. Perhitungan kebutuhan sarana persampahan menggunakan asumsi daya dukung peralatan sebagai berikut: - Tong sampah = 0,03 m3/buah PT. Ganes Engineering g Consultant 4-64

174 RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA A BUNGO TAHUN Gerobak sampah = 2 m3/buah - TPS = 9 m3/buah s/d 12 m3/buah Dengan demikian, untuk mengangkut produksi sampah yang sebesar 4,84 m3/hari, di masing-masing blok dialokasikan peralatan sebagai berikut: - Tong sampah = 161 buah - Gerobak sampah = 3, tapi karena luasnya wilayah masing- - TPS = 1, tapi karena luasnya wilayah maka RT 12, 13,14 diberi 1,masing RT maka di setiap RT diberi fasilitas gerobag. fasilitas TPA, dan RT 02 s/d 06 diberi 1 fasilitas TPA. Penanganan sampah di wilayah perencanaan perlu dikembangkan secara terpadu dengan prinsip 3R, yaitu Reduce, Reuse and Recycle (mengurangi sampah, menggunakan kembali dan mendaur ulang) Dengan menerapkan prinsip 3R tersebut diharapkan dapat tercipta penanganan sampah yang ramah lingkungan, produktif dan mandiri. Selain itu, dengan menerapkan prinsip tersebut, diharapkan akan mampu mengurangi jumlah sampah secara signifikan, dan turut menjaga kelestarian lingkungan. PT. Ganes Engineering g Consultant 4-65

175 RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA A BUNGO TAHUN 2011 Kebiasaan masyarakat yang selama ini hanya mengumpulkan, mengangkut dan membuang, diubah menjadi memilah dan memanfaatkan sampah. Pengelolaan sampah ini harus dimulai di tingkat rumah tangga yang berupa kegiatan pemilahan sampah (sampah organic, plastic, kertas, dan logam/kaca), yang masing-masing diletakkan pada tempat yang berbeda (bak sampah tidak harus disediakan di setiap rumah secara individu, bisa disediakan bak sampah secara komunal, yang berupa tong/drum, yang biasanya diletakkan di tempat-tempat yang mudah dijangkau baik oleh warga yang hendak membuang maupun petugas pengambil sampah). Sampah organik nantinya bisa diolah menjadi kompos, sampah nonorganik dipisahkan untuk didayagunakan kembali. Persampahan merupakan permasalahan yang harus diselesaikan dari individu rumah sendiri, artinya adalah perlu ada kesadaran indvidu dan juga sistem yang membawahi semuanya itu. Untuk beberapa kasus yang sering terjadi, untuk menjaga kebersihan lingkungan ada pengumpulan sampah untuk cakupan lingkungan, biasanya RT dan RW. Hal tersebut memungkinkan untuk mengumpulkan sampah dan mendistribusikannya ke TPA menjadi lebih gampang. Berikut adalah sistem dan skenario pengolahan sampah di Kawasan Prioritas Jaya Setia PT. Ganes Engineering g Consultant 4-66

176 RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA A BUNGO TAHUN 2011 Gambar 4.5 Proses Penelolaan Sampah Gambar 4.6 Diagram Tanggung Jawab Pengeloaann Sampah PT. Ganes Engineering g Consultant 4-67

177 LAPORAN A K H I R Rencana Pembangunan Kawasan Sebagai dasar perencanaan sistem prasaran kawasan prioritas Jaya Setia adalah rencana pembangunan kawasan. Rencana kawasan disusun berdasarkan konsep penanganan kawasan, portensi pengembangan kawasan serta permasalahan kawasan. Rencana Pembangunan Kawasan Prioritas Jaya Setia dibagi menjadi 5 blok pembangunan kawasan yang masing-masing blok kegiatannya adalah sebagai berikut : 1) Penataan lingkungan area hunian konsolidasi lahan, lingkungan permukiman menjadi lebih tertata (rehabilitasi) 2) Penambahan area Fasum, Fasos, Jasa Perdagangan (revitalisasi) 3) Area bantaran lembah dikembangkan menjadi Perumahan (revitalisasi & development) yang dintergrasikan dengan kebun-kebun yang telah ada. 4) Pemugaran rumah dengan peninggian lantai agar tidak tergenang banjir. (rehabilitasi) 5) Area bantaran bantaran sungai Batang Bungo dikembangkan menjadi tempat rekreasi dan RTH Untuk lebih jelasnya program-program kegiatan tersebut diatas dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar : 4.7 Rencana Pembangunan Kawasan Konsep Penanganan kawasan Jaya Setia RT 02 s/d 06 RW 02, RT 12 s/d 14 RW 05 menerapkan konsep Rehabilitasi dan Revitalisasi, Intensifikasi. Penataan lingkungan area hunian konsolidasi lahan, lingkungan permukiman menjadi lebih tertata (rehabilitasi) Penambahan area Fasum, Fasos, Jasa Perdagangan (revitalisasi) Area bantaran lembah dikembangkan menjadi Perumahan (revitalisasi & developmen) Pemugaran rumah dengan peninggian lantai agar tidak tergenang banjir. (rehabilitasi) Area bantaran bantaran sungai dikembangkan menjadi tempat rekreasi dan RTH PETA PENGEMBANGAN KAWASAN PRIORITAS I (Jaya Setia) 4-68

178 LAPORAN A K H I R Konsep imaginer rencana pembangunan kawasan dapat dilihat pada gambar spot-spot disain sebagai visualisasi rencana pembangunan pada lampiran 1 studi. Adapun spot-spot disain dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar : 4.8. Spot-spot Disain Rencana Pembangunan Kawasan

179 RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA A BUNGO TAHUN Perencanaan Sistem Prasarana Lingkungan Kawasan Perencanaan sistem prasarana kawasan dilakukan pada sistem drainase dan jalan lingkungan kawasan Jaya Setia berdasarkan pada indentifikasi kebutuhan prasarana kawasan yang telah diuraikan dimuka. Dua Komponen parasarana kawasan ini merupakan prasarana yang strategis untuk menyelesaikan permasalahan kawasan prioritas Jaya Setia kerena dapat menyelesaikan masalah banjir dan menambah aksesibiltas sehingga kawasan ini dapat segera dikembangkan serta mitigasi bencana sewaktu terjadi banjir yang disebabkan oleh S. Batang Bungo. 1. Pembangunan sistem drainase kawasan terkait dengann sistem drainase perkotaan, dalam sistem drainase perkotaan S. Udo difungsikan sebagai drainase primer yang dapat menampung drainase sekunder maupun tersier dan selanjutnya air hujan di alirkan ke S. Batang Bungo. Persoalannya sekarang adalah bahwa S. Udo dalam kondisi tidak normal karena banyaknya sampah di dalam sungai sehingga terjadi pedangkalan dan penyempitan badan sungai, oleh karena itu perlu dinormalisir sersungai kapasitas yang direncanakan dalam sistem perkotaan. 2. Pembangunan Jalan lingkungan kawasan prioritas Jaya Setia terkait dengan sistem jaringann jalan perkotaan Muara Bungo serta peningkatan kapasitas dikarenakan bertambahnya penghuni/penduduk di kawasan ini. Selain dua hal diatas, pembangunan jaringan jalan kawasan juga dimaksudkan untuk meningkat kemudahan akses ke wilayah kaelurahan yang berbatasan dengan kawasan permukiman prioritas inii Untuk lebih jelasnya sistem drainase kawasan dan sisten jaringan jalan kawasan dapat di lihat pada gambar-gambar berikut ini : PT. Ganes Engineering g Consultant 4-70

180 Gambar 4.9. Rencana Drainase Kawasan Jaya Setia S. Udo difungsikan sebagai Drainase Primer Kota Arah aliran 4-71

181 Gambar 4.10 Rencana Jaringan Jalan kawasan Jaya Setia 4-72

182 Gambar 4.11 Rencana Pembangunan PSD Kawasan Permukiman Prioritas Jaya Setia 4-73

183 RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA A BUNGO TAHUN PERUMUSAN RENCANA AKSI PROGRAM Identifikasi Program Penanganan Berdasarkan SPPIP Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas merupakan bagian dari pembangunan wilayah kota secara menyeluruh. Pelaksanaan Pembangunan pada sistem pemerintahan melalui program-program baik program yang berskala nasional, provinsi maupun kabupaten/kota dengan demikian pembangunan kawasan permukiman prioritas merupakan bagian integral dari pembangunan perkotaan. Pembangunan fisik wilayah kota didasarkan pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), dan Rencacana Tahunan. Rencana Pembangunan tersebut didasarkan pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) sebagai kebijakan spasial yang pada intinya adalah kebijakan pemanfaatan ruang berdasarkan Pola Ruang dan membangun infrastruktur pelayanan dasar berdasarkan Struktur Ruang. Dengan demikian pembangunan hunian, infrastruktur kawasan serta pembangunan sosial ekonomi kawasan permukiman prioritas tidak akan lepas dari Fungsi ruang dan sistem infrastruktur perkotaan yang telah direncanakan dalam RTRW Kota. Dari uraian tersebut maka program-program pembangunan permukiman prioritas (RPKPP) mengacu pada program -program yang telah ditentukan dalam strategi pembangunann permukiman dan infrastruktur perkotaan (SPPIP). \ Kebijakan, strategi dan indiukasi program SPPIP yang telah disusun dapat dilihat pada tabel berikut terlampir : Rencana Program Penanganan Kawasan Permukiman Prioritas Dimuka telah diuraikan bahwa program penangangan kawasan permukiman prioritas (skala mikro) harus mengacu pada indikasi program yang telah disusun dalam SPPIP (skala makro/kota), penerapan atau pemilihan program-program yang sesuai dengan program penanganan pembangunan di kawasan permukiman prioritas Kawasan Jayaa Setia dapat dilihat pada tabel berikut ini : PT. Ganes Engineering g Consultant 4-74

184 Tabel 4.8. Matriks Program Pembangunan yang Diarahkan oleh SPPIP untuk Kawasan Permukiman Prioritas RPKPP Kawasan Permukiman Prioritas Jaya Setia SEKTOR ASPEK PROGRAM Bangunan Dan Lingkungan Perumahan Fisik Program Pembangunan Perumahan Penataan Lingkungan Permukiman dan Perkotaan LOKASI PERIODE 5 TAHUN KE : I II III IV X Program Pemberdayaan Komunitas Perumahan Pengaspalan n Jalan dalam Kec. Pasar Muaro Bungo Kec. Pasar Muara Bungo X X X X Pemugaran rumah tidak layak huni Pembangunan rumah susun sewa/ pondok ok boro bagi kaum pendatang dan masyarakat berpenghasilan rendah di dekat RT 12 s/d 14 Kel Jaya Setia X X X X X X 4-75

185 LAPORAN AKHIR PERIODE 5 TAHUN KE : SEKTOR ASPEK PROGRAM LOKASI I 2012 II X X X X X X X X X X X X III IV kawasan pusat-pusat kegiatan di Kota Muara Bungo Program Pengembangan Ekonomi Lokal Penataan permukiman perkotaan rawan bencana genangan dan banjir Non Fisik Program Pembangunan Perumahan Penyusunan Rencana Perumahan 2 Kws X Drainase Drainase Fisik Program Pembangunan Drainase Pembangunan Saluran Drainase Primer,skunder dan Kuarter Kota Muara Bungo Non Fisik Sei. Udo RT 02 s/d 06 dan RT 12 s/d 14 Kel Jaya Setya, Kec.Pasar Muara Bungo DED drainase perkotaan X X X X X Air Bersih Air Bersih Fisik - - Non Fisik

186 SEKTOR ASPEK PROGRAM LOKASI Sanitasi Sanitasi Fisik Non Fisik PERIODE 5 TAHUN KE : I II III IV Sampah Persampahan Fisik Pembangunan n Persampahan Pembangunan Demplot Pengelolaan n sampah terpadu 3R X X Non Fisik Sosialisasi dan kampaye penggalaakan an Pengelolaan sampah terpadu 3R X 4-77

187 RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA A BUNGO TAHUN PERUMUSAN TAHAPAN PELAKSANAAN PROGRAM PEMBANGUNAN PERMUKIMAN Kegiatan pembangunan kawasan permukiman prioritas terdiri dari banyak program, sektor dan kegiatan, masing program dan kegiatan yang telah disusun untuk menangani suatu kawasan perlu diurutkan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi lokasi penanganan. Faktor-faktor yang mempengaruhi suatu tahapan pelaksanaan agar pelaksanaan dilapangan dapat berjalan sesuai dengan rencanannya adalah sebagai berikut : Tahapan Pelaksanaan Berdasarkan Prosedure 1. Kesiapan lokasi untuk menerima kegiatan pembangunan, hal ini ditentukan oleh : a. Kesiapan lahan, b. Dukungan masyarakat dan pemerintah setempat c. Masalah perijinan apabila itu diperlukan 2. Kewenangan untuk melaksanakan kegiatan pembangunan dari instansi pemerintah pusat, pemerintah Provinsi, maupun Pemerintah Kabupaten/ /Kota, adanya kewenangan ini diperlukan koordinasi pembangunan yang pada umumnya cukup sulit dilaksanakan pada tingkat lapangan. 3. Ketersediaan dana pembangunan, merupakan salah satu faktor yang penting untuk terlaksananya kegiatan pembangunan. Kegiatan pembangunan kawasan permukiman prioritas memerlukan alokasi dana baik dari pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota oleh karena itu ketersediaan dana sesuai komitmen sangat diperlukan demi lancarnya kegiatan pembangunan. 4. Perencanaan pembangunan, dalam hal ini Detail Engineering Desain (DED) yang telah disiapkan sebelumnya dengan mempertimbangkan hambatan-hambatan dilapangan. 5. Prioritas kegiatan, hal ini ditentukan oleh urutan kegiatan pembangunan secara sehingga terjadi efisiensi dan efektifitas dalam penggunaan PT. Ganes Engineering g Consultant 4-78

188 RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA A BUNGO TAHUN 2011 anggaran yang telah dilokasikan oleh masing-masing instansi yang terlibat Tahapan Pelaksanaan Berdasarkan Prioritas Permasalahan Penanganan Potensi kawasan prioritas Jaya Setia dapat ditingkatkan apabila persoalan genangan air hujan dan banjir dapat diatasi oleh karenaa itu penanganan kawasan ini dimulai dari urutan sebagai berikut : 1. Membangun sistem drainase tersier, sekunder dan primer dengan normasilsas S. Udo yang saat ini dalam kondisi penuh lumpur sehingga debit air hujan yang dapat ditampung menjadi berkurang. 2. Membangun jalan akses menuju kawasan ini dengan membangun jalan kota melintas kawasan ini agar menjadi lebih terbuka. 3. Mengembangkan Potensi antara lain : a. Pembangunan perumahan dalam kawasan ini setelah upaya mengatasi genangan dilaksanakan; b. Membangun tempat rekreasi danau Buluh untuk mengembangkan eknomi dalam skala kawasan maupun skala kota. 4. Pengendalian dan Penertiban pelanggaran ketentuan-ketentuan peraturan daerah. Tahapan pembangunan ini disusun dengan durasi waktu 5 tahun disusun sesuai dengan matrik rencana aksi program pada tabel berikut : PT. Ganes Engineering g Consultant 4-79

189 Tabel 4.9. Rencana Aksi Program Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan Kawasan Permukiman Prioritas Jaya Setia ASPEK PROGRAM PENANGANAN KEGIATAN PELAKU LOKASI SUMBER PENDANAAN PEMBIAYAAN Jangka Waktu 5 Tahun Bangunan dan Lingkungan Fisik Program Pembangunan Perumahan Penataan Lingkungan Permukiman dan Perkotaan Masyarakat dan pemerintah Sub Kawasan 1 Sub Kawasan 2 APBN, APBD Prov., APBD Kab Program Pemberdayaan Komunitas Perumahan Pemugaran rumah tidak layak huni Masyarakat akat dan pemerintah Sub Kawasan 2 APBN, APBD Prov., APBD Kab Pembangunan rumah susun sewa/ pondok boro bagi kaum pendatang dan masyarakat berpenghasilan rendah di dekat kawasan pusat-pusat kegiatan di Kota Muara Bungo Pemerintah Sub Kawasan 1 APBN APBD Prov

190 LAPORAN A K H I R RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS RITAS (RPKPP) KOTA MUARA BUNGO TAHUN 2011 ASPEK Non Fisik PROGRAM PENANGANAN Program Pengembangan Ekonomi Lokal Program Pembangunan Perumahan KEGIATAN PELAKU LOKASI Jangka Waktu 5 Tahun SUMBER PEMBIAYAAN PENDANAAN Penataan Masyarakat akat Sub Kawasan 1 APBN, permukiman dan APBD Prov., perkotaan rawan pemerintah APBD Kab bencana genangan dan banjir Perencenaan Pemerintah Sub Kawasan 1 APBN KASIBA dan LISIBA Program Pengembangan Ekonomi Lokal Penertiban pelanggaran pembangunan perumahan Perencanaan Area Rekreasi dan RTH Pemerintah Kelurahan Jaya APBD Kab. Setia Pengembang Sub Kawasan 1 Swasta (disesuaikan) (disesuaikan) (disesuaikan) (disesuaikan) (disesuaikan) (disesuaikan) Jalan Fisik Program Pengembangan wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh Pembangunan Jalan Tembus Jaya Setya - Tanjung Menanti Dinas PU Sub Kawasan 2 APBD Kab Pembangunan Jalan Lingkungan Dinas PU Ciptakarya arya Kel. Jaya Setia APBN, APBD

191 LAPORAN AKHIR ASPEK Non Fisik PROGRAM PENANGANAN KEGIATAN PELAKU LOKASI Program Pemberdayaan Komunitas Perumahan Pengaspalan Jalan dalam Kec. Pasar Muaro Bungo Masyarakat dan pemerintah Sub Kawasan 1 Program Pengembangan wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh Penyusunan rncana jaringan jalan lingkungan Dinas PU Kelurahan Jaya Setia Program Pembangunan Drainase Normalisasi Sungai Udo sebagai drainase primer kota Pembangunan Saluran Drainase Primer Kota Muara Bungo Pembangunan Saluran Drainase skunder, tersier dan Kuarter Kota Muara Bungo Pembentukan Kelembagaan Sosialisasi Kesehatan Lingkungan berkaitan dengan Ciptakarya SUMBER PENDANAAN APBN, APBD Prov., APBD Kab. PEMBIAYAAN Jangka Waktu 5 Tahun APBD Drainase Fisik Non Fisik Pemberdayaan Masyarakat Ciptakarya Ciptakarya Sei. Udo Sei. Udo Kel. Jaya Setia APBN, APBD APBN APBN, APBD Kel. Jaya Setia APBD Kel. Jaya Setia APBD

192 ASPEK PROGRAM PENANGANAN KEGIATAN PELAKU LOKASI SUMBER PENDANAAN PEMBIAYAAN Jangka Waktu 5 Tahun drainase Penyusunan masterplan drainase kawasan Air Bersih Fisik Non Fisik Penyediaan Air Bersih non Perpipaan Pembangunan Air Minum Pembuatan sarana air bersih non perpipaan (sumber air sumur) Bantek Penyusunan Master Plan Pengembangan Pelayanan Air bersih skala Perkotaan Muara Bungo yang mencakup 5 wilayah Kecamatan Bantek Penyusunan Studi Kelayakan Investasi pengembangan Pelayanan Air Minum skala Perkotaan Muara Bungo yang mencakup 5 wilayah Kecamatan Ciptakarya arya Sub Kawasan 1 APBN, APBD, Masyarakat Satker Air 5 Kecamatan APBN Bersih Kota Satker Air 5 Kecamatan APBN Bersih Kota

193 LAPORAN A K H I R RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS RITAS (RPKPP) KOTA MUARA BUNGO TAHUN 2011 ASPEK PROGRAM PENANGANAN KEGIATAN PELAKU LOKASI SUMBER PENDANAAN PEMBIAYAAN Jangka Waktu 5 Tahun Pemberdayaan Masyarakat Pembentukan Kelembagaan Sosialisasi Kesehatan Lingkungan berkaitan dengan air bersih Kel. Jaya Setia Kel. Jaya Setia APBD Kab. APBD Kab Sanitasi/Air Limbah Fisik Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Limbah Pembangunan septic tank komunal Satker PLP, Ciptakarya arya Sub Kawasan 2 APBN Non Fisik Pemberdayaan Masyarakat Bantek Penyusunan Master Plan Sistem Terpadu Pengelolaan Air Limbah Perkotaan Muara Bungo yang mencakup 5 wilayah Kecamatan Pembentukan Kelembagaan Sosialisasi Kesehatan Lingkungan berkaitan dengan air Satker PLP 5 Kecamatan Kota Kel. Jaya Setia Kel. Jaya Setia APBN APBD Kab. APBD Kab

194 ASPEK PROGRAM PENANGANAN KEGIATAN PELAKU LOKASI SUMBER PENDANAAN PEMBIAYAAN Jangka Waktu 5 Tahun limbah Sampah Fisik Non Fisik Pembangunan Persampahan Pemberdayaan Masyarakat Pembangunan Demplot Pengelolaan sampah terpadu 3R Pembentukan Kelembagaan Sosialisasi dan kampaye penggalaakan Pengelolaan sampah terpadu 3R Masyarakat akat dan pemerintah Dinas Kebersihan, Dinas PU, Bag. Hukum Sub Kawasan 2 Kel. Jaya Setia Kel. Jaya Setia APBD Kab/Kota APBD Kab. APBD Kab JUMLAH

195 RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA A BUNGO TAHUN PENENTUAN TAHAP I RENCANA PENANGANAN KAWASAN PEMBANGUNAN Kawasan Permukiman Prioritas Jaya Setia merupakan sebagian dari Kelurahan Jaya Setia dengan luas kurang lebih 148 Ha, dengann luas yang cukup besar tersebut pembangunan di kawasan prioritas ini perlu pentahapan pembangunannya. Dari beberapa rencana pembangunan kawasan permukiman prioritas dengan keterbatasan sumber daya dan pembiayaan perlu dipilh satu kawasan yang ditangani (strategis) untuk dilaksanakan pada tahap pertama. Kawasan Permukiman Prioritas Jaya Setia berdasarkan pembagian kawasan yang telah diuraikan pada Bab III terdahulu dibagi menjadi 2 (dua) kawasan yaitu Sub Kawasan 1 yang terdiri dari 3 (tiga) RT dan Sub Kawasan 2 yang terdiri dari 6 (enam) RT. Dalam rencanaa penanganan tahap I (pertama) tidak semua RT di masing- penanganan masing Sub Kawasan ditangani maka perlu adanya pemilihan lokasi tahap I pada masing-masing Sub Kawasan. Satuan Wilayah terkecil dalam penangan tahp I adalah satuan Wilayah RT, dalam penentuan penanganan tahap I ini dapat ditentukan lebih dari 1 (satu) RT dalam masing-masing Sub Kawasan Perumusan Kriteria Dan Indikator Penentuan Kawasan Pembangunan Tahap I Untuk menetukan penanganan pada tahap pertama pada masing-masing Sub Kawasan permukiman prioritas tersebut dilakukan penilaian dengan PT. Ganes Engineeringg Consultant 5-1

196 RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA A BUNGO TAHUN 2011 menggunakan 4 kriteria dan 10 indikator untuk setiap RT dalam masing-masing Sub Kawasan. Kriteria dan indikator penilaian adalah sebagaimana tabel pada halaman berikut : Tabel 5.1 Kriteria Dan Indikator Penentuan Kawasan Pembangunan Tahap I No. Kriteria 1 Urgenitas terhadap penanganan akar permasalahan kawasan 2 Jaminan keberlanjutan program dan penuntasan masalah 3 Berpotensi menjadi pilot propject dalam skala kawasan dan kota 4 Efektifitas manfaat program terhadap masyarakat Sumber : Analisis Stodio a b c a b c a b c a Indikator Mempunyai korelasi positif terhadap penangan akar permasalahan Sesuai dengan tahapan penanganan akar permasalahan Mempunyai implikasi positif terhadap lokasi lainnya Potensi konflik rendah (konflikk lahan, konflik sosial) Dukungan kelembagaan masyarakat Keluwesan dalam penyusunann rencana aksi Keberagaman penanganan infrastruktur keciptakaryaan Aspek yang ditangani secara menyeluruh (fisik, sosial, ekonomi) Model penanganan dapat direplikasikan pada lokasi lain (best pactice) Jumlah penduduk yang terkena sasaran program pembangunan permukiman Penilaian (skoring) Pemilihan penangan kawasan permukiman prioritas dilakukan dengan metoda skoring sebagai berikut : PT. Ganes Engineeringg Consultant 5-2

197 RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA A BUNGO TAHUN 2011 Tabel 5.2 Penilaian/skoring Penentuan Pembangunan Tahap I No. Kriteria Indikator Sub Kawasan 2 Sub Kawasan 1 1 Urgenitas terhadap penanganan akar permasalahan kawasan 1) Mempunyai korelasi positif terhadap penangan akar permasalahan 2) Sesuai dengan tahapan penanganan akar permasalahan Jaminan keberlanjutan program dan penuntasan masalah 3) Mempunyai implikasi positif terhadap lokasi lainnya 8 4) Potensi konflik rendah (konflik lahan, konflik sosial) 5 5) Dukungan kelembagaan masyarakat 5 6) Keluwesan dalam penyusunan rencana aksi Berpotensi menjadi pilot propject dalam skala kawasan dan kota 7) Keberagaman penanganan infrastruktur keciptakaryaan 8 8 8) Aspek yang ditangani secara menyeluruh (fisik, sosial, 8 8 ekonomi) 4 Efektifitas manfaat program terhadap masyarakat 9) Model penanganan dapat direplikasikan pada lokasi lain (best pactice) 10) Jumlah penduduk yang terkena sasaran program pembangunan permukiman JUMLAH SKOR Urutan 1 2 Keterangan nilai : 0 = mendukung 3 = kurang mendukung 5 = mendukung 8 = sangat mendukung PT. Ganes Engineeringg Consultant 5-3

198 RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA A BUNGO TAHUN 2011 Dari tabel skoring diatas nilai wilayah Sub Kawasan 1 mendapat skor tertinggi 65, Sub Kawasan 2 mendapat nilai skor 68, maka prioritas penanganan pada tahap pertama.addalah pada wilayah Sub Kawasan KONSEP PENANGANAN KAWASAN PEMBANGUNAN TAHAP 1 Sesuai dengann potensi dan isu permasalahan pada sub-subb kawasan Jaya Setia yaitu dengan konsep penanganan yang diterapkan adalah sebagai berikut : 1. Sub Kawasan 1, wilayah RT 04 berpeluang di tingkat vitalitasnya oleh karena ada potensi lahan kosong yang dapat ditingkatkan vitalitas kawasannya menjadi area pengembangan kawasan permukiman perkotaan, namum kawasan ini menghadapi persolan genangan air hujan karena berada di daerah rendah dan menjadi pembuangan air hujan sebagian wilayah kota Muara Bungo oleh karenaa itu diterapkan konsep penanganan sebagai berikut : Rehabilitasi, yaitu melakukan penataan lingkungan dengan menambah, memelihara sarana dan prasaran keciptakaryaan yang berkaitan dengan masalah mitigasi bencana banjir serta genangan air hujan; Revitalisasi, meningkatkan potensi yang selama ini belum digarap yaitu mengembangkan area permukiman baru untuk memenuhi kebutuhan perumahan kota namun tetap melakukan pengendalian yang efektif Koefisien Dasar Bangunan (KDB) dan Koefisien Lantai Bangunan (KLB). Intensifikasi mengembangkan area lahan kebun menjadi area hunian pusat kota guna menambah kebutuhan akan perumahan kota dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. 2. Sub Kawasan 2, wilayah RT 14 kawasan ini ada kecenderungan menurun kualitas lingkungannya oleh karena itu dalam menangai kawasan permukiman ini diterapkan konsep penanganan sebagai berikut : Rehabilitasi, yaitu melakukan penataan lingkungan dengan menambah, memelihara sarana dan prasaran keciptakaryaan, untuk menjaga kualitas lingkungan sehingga kondisi lingkungan dapat tetap layak huni. PT. Ganes Engineeringg Consultant 5-4

199 RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KOTA MUARA A BUNGO TAHUN Rencana Pembangunan Pembangunan Sub Kawasan 2 sebagai kawasan terpilih untuk dilakukan penanganan tahap I (pertama) didasarkan pada : 1. Kecenderungann perkembangan sub kawasan ini dalam konteks pengembangann wilayah pusat kota, kawasan ini berkembang sejajar dengan kawasan sekitar lainnya menuju fungsi kawasan pusat kota; 2. Potensi dan masalah pada sub kawasan, potensi persediaan lahan kosong dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan fungsi dan peran kawasan ini dalam konteks area pusat kota. Sedang masalah yang dihadapi kawasan ini adalah genangan air sehabis hujan yang disebabkan berada di kawasan rendah dan tidak tersistem drainase baik drainase kota maupun drainase kawasan. 3. Prospek sub kawasan pada waktu yang akan datang mempunyai peluang sebagai huniann yang berakses mudah dan cepat. Berdasarkan tiga hal tersebut maka program kegiatan pembangunan pada sub kawasan 2 adalah : 1. Melakukan rehabilitasi atau pemugaran sebagian rumah yang masih dalam kondisi kurang layak; 2. Melakukan rehabilitasi prasarana lingkungan atau kawasan antara lain : a. Pembangunan atau rehabilitasi Drainase; b. Pembangunan Jalan Lingkungan c. Pembangunan Jalan Setapak d. Gorong-gorong 3. Mengintensifkan penggunaan lahan kosong untuk dimanfaatan sebagai area pengembangann perumahan perkotaan Sebagai visualisasi rencana pembangunan dalam tingkat outline plan dapat lihat pada gambar Rencana pembangunan kawasan pada halaman berikut Rencana Penanganan Rencana penanganan merupakan rencana kegiatan penangan pada beberapa komponen penataan kawasan yang akan dilaksanakan pembangunannya, rencana penangan tersebut dapat lebih jelas lihat pada gambar berikut : PT. Ganes Engineeringg Consultant 5-5

200 LAPORAN A K H I R Gambar : 5.1 Rencana Pembangunan Kegiatan Rehabilitasi permukiman eksisting Kegiatan Pengembangan permukiman baru (perumahan, Rusun, Kasiba, Lisiba 5-6

201 Gambar 5.2 Rencana Penanganan Tahap I Sub Kawasan 1 Area pengembangan perumahan kota Drainase Jln Lingkungan dan Gorong-gorong Jembatan Jln Lingkungan Area pengembangan perumahan kota 5-7

202 Gambar 5.3 Rencana Penanganan Tahap I Sub Kawasan 2 Drainase Jln Lingkungan Jalan Setapak dan Gorong-gorong Area pengembangan perumahan kota 5-8

BAB IV KONDISI UMUM. A. Letak Geografis, Iklim

BAB IV KONDISI UMUM. A. Letak Geografis, Iklim 27 BAB IV KONDISI UMUM A. Letak Geografis, Iklim Kabupaten Bungo terletak di bagian Barat Provinsi Jambidengan luas wilayah sekitar 7.160 km 2. Wilayah ini secara geografis terletak pada posisi 101º 27

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sekilas Tentang Kabupaten Bungo-Tebo Hingga tahun 1999, Kabupaten Bungo-Tebo masih berada di dalam satu kabupaten. Secara administrative, kabupaten ini adalah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Secara geografis Provinsi Sumatera Selatan terletak antara 1 0 4 0 Lintang Selatan dan 102 0-106 0 Bujur Timur dengan

Lebih terperinci

Kota Nabire, JUNI 2012 TIM PENYUSUN 1 P E N Y U S U N A N S P P I P K A B. N A B I R E L A P O R A N B U L A N J U N I

Kota Nabire, JUNI 2012 TIM PENYUSUN 1 P E N Y U S U N A N S P P I P K A B. N A B I R E L A P O R A N B U L A N J U N I PUJI SYUKUR kehadirat TUHAN YME atas tersusunnya laporan bulanan keempat kegiatan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) Kabupaten Nabire. Sesuai dengan yang diwajibkan dalam

Lebih terperinci

Bab Chapter GEOGRAFI DAN IKLIM

Bab Chapter GEOGRAFI DAN IKLIM Bab Chapter 1 GEOGRAFI DAN IKLIM Geography and Climate GEOGRAPHY AND CLIMATE 1. GEOGRAFI DAN IKLIM 1.1. Geografi Kabupaten Bungo secara geografis terletak antara 101 o 27 sampai 102 o 30 Bujur Timur,

Lebih terperinci

01 PENDAHULUAN. bab. 1.1 Latar Belakang

01 PENDAHULUAN. bab. 1.1 Latar Belakang KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM bab 01 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR Kota Penyusunan SPPIP Muara Bungo, 2011

LAPORAN AKHIR Kota Penyusunan SPPIP Muara Bungo, 2011 Kota Penyusunan SPPIP Muara Bungo, 2011 Dalam rangkaian finalisasi seluruh tahapan dan proses Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) Kota Muara Bungo Tahun Anggaran

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Secara geografis Kabupaten Tebo terletak diantara titik koordinat 0 52 32-01 54 50 LS dan 101 48 57-101 49 17 BT. Beriklim tropis dengan ketinggian

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

Laporan Bulanan Ke 6. ( 2 November 29 November 2012 ) Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan SPPIP

Laporan Bulanan Ke 6. ( 2 November 29 November 2012 ) Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan SPPIP Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan SPPIP Kabupaten Polewali Mandar Laporan Bulanan Ke 6 ( 2 November 29 November 2012 ) Kata Pengantar Laporan Bulanan Ke- 6 ini merupakan

Lebih terperinci

MODUL PEMAHAMAN DASAR STRATEGI PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP) DAN RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP)

MODUL PEMAHAMAN DASAR STRATEGI PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP) DAN RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) Modul Pelaksanaan Pemahaman Dasar SPPIP dan RPKPP MODUL PEMAHAMAN DASAR STRATEGI PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP) DAN RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP)

Lebih terperinci

PEKERJAAN : STRATEGI PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP) KOTA KUALA TUNGKAL

PEKERJAAN : STRATEGI PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP) KOTA KUALA TUNGKAL K E M E N T R I A N P E K E R J A A N U M U M D I R E K T O R A T J E N D E R A L C I P T A K A R Y A D I N A S P E K E R J A A N U M U M P R O V I N S I J A M B I B I D A N G C I P T A K A R Y A K E L

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Umum 4.1.1. Letak Geografis dan Batas Administrasi Kota Jambi sebagai pusat wilayah dan Ibukota Provinsi Jambi, secara geografis terletak pada koordinat 01 32 45

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang. pembangunan komponen-komponen permukiman seringkali tidak terselenggara secara terpadu dan berkelanjutan;

1.1 Latar Belakang. pembangunan komponen-komponen permukiman seringkali tidak terselenggara secara terpadu dan berkelanjutan; BAB 1 PENDAHULUAN pembangunan komponen-komponen permukiman seringkali tidak terselenggara secara terpadu dan berkelanjutan; belum terdapatnya strategi khusus infrastruktur perkotaan yang terintegrasi dengan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Lampung yang dikukuhkan berdasarkan Undang-Undang Negara Republik

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Lampung yang dikukuhkan berdasarkan Undang-Undang Negara Republik 47 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Profil Kabupaten Pringsewu 1. Sejarah Singkat Kabupaten Pringsewu Kabupaten Pringsewu merupakan salah satu Daerah Otonom Baru (DOB) di Provinsi Lampung yang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN PRA FOCUS GROUP DISCUSSION (PRA FGD 2) RPKPP KABUPATEN JOMBANG

PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN PRA FOCUS GROUP DISCUSSION (PRA FGD 2) RPKPP KABUPATEN JOMBANG PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN PRA FOCUS GROUP DISCUSSION (PRA FGD 2) RPKPP KABUPATEN JOMBANG 1. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kegiatan Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) merupakan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Sejarah Kota Bekasi Berdasarkan Undang-Undang No 14 Tahun 1950, terbentuk Kabupaten Bekasi. Kabupaten bekasi mempunyai 4 kawedanan, 13 kecamatan, dan 95 desa.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN

GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN Letak Geografis dan Luas Wilayah Kota Tangerang Selatan terletak di timur propinsi Banten dengan titik kordinat 106 38-106 47 Bujur Timur dan 06 13 30 06 22 30 Lintang

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI Kabupaten Kendal terletak pada 109 40' - 110 18' Bujur Timur dan 6 32' - 7 24' Lintang Selatan. Batas wilayah administrasi Kabupaten

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang desentralisasi membuka peluang bagi daerah untuk dapat secara lebih baik dan bijaksana memanfaatkan potensi yang ada bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006 KATA PENGANTAR Untuk mencapai pembangunan yang lebih terarah dan terpadu guna meningkatkan pembangunan melalui pemanfaatan sumberdaya secara maksimal, efektif dan efisien perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan

Lebih terperinci

KAJIAN UMUM WILAYAH Wilayah Administrasi, Letak Geografis dan Aksesbilitas

KAJIAN UMUM WILAYAH Wilayah Administrasi, Letak Geografis dan Aksesbilitas KAJIAN UMUM WILAYAH Pengembangan Kota Terpadu Mandiri (KTM) di Kawasan Transmigrasi dirancang dengan kegiatan utamanya pertanian termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai

Lebih terperinci

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Letak Geografis dan Administrasi Pemerintahan Propinsi Kalimantan Selatan memiliki luas 37.530,52 km 2 atau hampir 7 % dari luas seluruh pulau Kalimantan. Wilayah

Lebih terperinci

PANDUAN PENYUSUNAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP) DAN RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP)

PANDUAN PENYUSUNAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP) DAN RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) PANDUAN PENYUSUNAN STRATEGI PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP) DAN RENCANA KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) Edisi Cetakan ke-5 (Revisi) Jakarta, Tahun 2014 Tim Penyusun Direktorat Pengembangan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI BAB II 2.1. Tinjauan Umum Sungai Beringin merupakan salah satu sungai yang mengalir di wilayah Semarang Barat, mulai dari Kecamatan Mijen dan Kecamatan Ngaliyan dan bermuara di Kecamatan Tugu (mengalir

Lebih terperinci

PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD 2) RPKPP KABUPATEN JOMBANG

PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD 2) RPKPP KABUPATEN JOMBANG PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD 2) RPKPP KABUPATEN JOMBANG 1. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kegiatan Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) merupakan

Lebih terperinci

PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN PRA FOCUS GROUP DISCUSSION (PRA FGD 3) RPKPP KABUPATEN JOMBANG

PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN PRA FOCUS GROUP DISCUSSION (PRA FGD 3) RPKPP KABUPATEN JOMBANG PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN PRA FOCUS GROUP DISCUSSION (PRA FGD 3) RPKPP KABUPATEN JOMBANG 1. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kegiatan Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) merupakan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 21 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Umum Fisik Wilayah Geomorfologi Wilayah pesisir Kabupaten Karawang sebagian besar daratannya terdiri dari dataran aluvial yang terbentuk karena banyaknya sungai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam rangka

Lebih terperinci

----- LAPORAN BULANAN -----

----- LAPORAN BULANAN ----- ----- LAPORAN BULANAN ----- STRATEGI PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP) DI KOTA KEDIRI PEKERJAAN Strategi Pembangunan Permukiman Dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) di Kota Kediri

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Pada awalnya Kabupaten Tulang Bawang mempunyai luas daratan kurang lebih mendekati 22% dari luas Propinsi Lampung, dengan pusat pemerintahannya di Kota Menggala yang telah

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1490, 2014 KEMENPERA. Perumahan. Kawasan Pemukiman. Daerah. Pembangunan. Pengembangan. Rencana. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA A. Sejarah Singkat Kabupaten Bengkalis Secara historis wilayah Kabupaten Bengkalis sebelum Indonesia merdeka, sebagian besar berada

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Jaringan jalan merupakan salah satu prasarana untuk meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian suatu daerah. Berlangsungnya kegiatan perekonomian

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

MPS Kabupaten Bantaeng Latar Belakang

MPS Kabupaten Bantaeng Latar Belakang MPS Kabupaten Bantaeng 1.1. Latar Belakang Kondisi sanitasi di Indonesia memang tertinggal cukup jauh dari negara-negara tetangga, apalagi dibandingkan dengan Malaysia atau Singapura yang memiliki komitmen

Lebih terperinci

FORM PEMANTAUAN PENYUSUNAN RPKPP

FORM PEMANTAUAN PENYUSUNAN RPKPP FORM PEMANTAUAN PENYUSUNAN RPKPP FORM MONITORING DAN EVALUASI DALAM LINGKUP KEGIATAN PERSIAPAN Form 1.1R MONITORING DAN EVALUASI KEGIATAN SOSIALISASI RPKPP Kegiatan : Sosialisasi Peserta : Hari/Tanggal

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA 31 KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA Administrasi Secara administratif pemerintahan Kabupaten Katingan dibagi ke dalam 11 kecamatan dengan ibukota kabupaten terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BUNGO NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN BUNGO TAHUN 2016

PERATURAN BUPATI BUNGO NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN BUNGO TAHUN 2016 BUPATI BUNGO PERATURAN BUPATI BUNGO NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN BUNGO TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BUNGO, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Akhir kata kepada semua pihak yang telah turut membantu menyusun laporan interim ini disampaikan terima kasih.

Kata Pengantar. Akhir kata kepada semua pihak yang telah turut membantu menyusun laporan interim ini disampaikan terima kasih. Kata Pengantar Buku laporan interim ini merupakan laporan dalam pelaksanaan Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang PU Ciptakarya Kabupaten Asahan yang merupakan kerja sama

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.. Luas Wilayah Kota Tasikmalaya berada di wilayah Priangan Timur Provinsi Jawa Barat, letaknya cukup stratgis berada diantara kabupaten Ciamis dan kabupaten Garut.

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD 3) RPKPP KABUPATEN JOMBANG

PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD 3) RPKPP KABUPATEN JOMBANG PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD 3) RPKPP KABUPATEN JOMBANG 1. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kegiatan Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) merupakan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH KONDISI GEOGRAFIS Kota Batam secara geografis mempunyai letak yang sangat strategis, yaitu terletak di jalur pelayaran dunia internasional. Kota Batam berdasarkan Perda Nomor

Lebih terperinci

FORM PEMANTAUAN PENYUSUNAN SPPIP

FORM PEMANTAUAN PENYUSUNAN SPPIP FORM PEMANTAUAN PENYUSUNAN SPPIP FORM MONITORING DAN EVALUASI DALAM LINGKUP KEGIATAN PERSIAPAN FORM 1.1S : MONITORING DAN EVALUASI KEGIATAN SOSIALISASI SPPIP Kegiatan : Sosialisasi Peserta : Hari/Tanggal

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

PROFIL SANITASI SAAT INI

PROFIL SANITASI SAAT INI BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI Tinjauan : Tidak ada narasi yang menjelaskan tabel tabel, Data dasar kemajuan SSK sebelum pemutakhiran belum ada ( Air Limbah, Sampah dan Drainase), Tabel kondisi sarana

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Administrasi Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6º56'49'' - 7 º45'00'' Lintang Selatan dan 107º25'8'' - 108º7'30'' Bujur Timur

Lebih terperinci

DINAS PENGAIRAN Kabupaten Malang Latar Belakang

DINAS PENGAIRAN Kabupaten Malang Latar Belakang 1.1. Latar Belakang yang terletak sekitar 120 km sebelah selatan Kota Surabaya merupakan dataran alluvial Kali Brantas. Penduduk di Kabupaten ini berjumlah sekitar 1.101.853 juta jiwa pada tahun 2001 yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS Perencanaan pembangunan antara lain dimaksudkan agar Pemerintah Daerah senantiasa mampu menyelaraskan diri dengan lingkungan. Oleh karena itu, perhatian kepada mandat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia terbukti telah bangkit kembali sejak krisis keuangan global pada tahun 1990an. Pada tahun 2009, sebagai contoh, Indonesia telah mengalami pertumbuhan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH

GAMBARAN UMUM WILAYAH 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH 3.1. Batas Administrasi dan Luas Wilayah Kabupaten Sumba Tengah merupakan pemekaran dari Kabupaten Sumba Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang dibentuk berdasarkan UU no.

Lebih terperinci

PERANAN RP2KPKP DALAM PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS KUMUH PERKOTAAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN

PERANAN RP2KPKP DALAM PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS KUMUH PERKOTAAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PERANAN RP2KPKP DALAM PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS KUMUH PERKOTAAN PERMUKIMAN

Lebih terperinci

BAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) KOTA TERNATE BAB PENDAHULUAN

BAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) KOTA TERNATE BAB PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Latar Belakang Aspek Sanitasi adalah sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat karena berkaitan dengan kesehatan, pola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. MPS Kabupaten Pesawaran Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. MPS Kabupaten Pesawaran Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman (PPSP) merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan akses terhadap sanitasi layak perkotaan dimana didalamnya setiap

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kota Bandar Lampung Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah yang dijadikan sebagai pusat kegiatan pemerintahan, politik,

Lebih terperinci

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banyuasin Tahun 2012 2032merupakan suatu rencana yang disusun sebagai arahan pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten Banyuasin untuk periode jangka panjang 20

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena kawasan ini merupakan pusat segala bentuk aktivitas masyarakat. Pusat

BAB I PENDAHULUAN. karena kawasan ini merupakan pusat segala bentuk aktivitas masyarakat. Pusat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan Pusat Kota merupakan denyut nadi perkembangan suatu wilayah karena kawasan ini merupakan pusat segala bentuk aktivitas masyarakat. Pusat Kota mengalami kecenderungan

Lebih terperinci

BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA

BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA Sejalan dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk kota Jakarta, hal ini berdampak langsung terhadap meningkatnya kebutuhan air bersih. Dengan meningkatnya permintaan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP LAMPIRAN II PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI

Lebih terperinci

PENJELASAN MEKANISME PENYUSUNAN. Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman SEMARANG, 5 JUNI 2014

PENJELASAN MEKANISME PENYUSUNAN. Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman SEMARANG, 5 JUNI 2014 PENJELASAN MEKANISME PENYUSUNAN Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman SEMARANG, 5 JUNI 2014 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERA CIPTA KARYA DIREKTORAT PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

KONDISI FISIK BAB I 1.1. LUAS WILAYAH DAN BATAS WILAYAH

KONDISI FISIK BAB I 1.1. LUAS WILAYAH DAN BATAS WILAYAH BAB I KONDISI FISIK 1.1. LUAS WILAYAH DAN BATAS WILAYAH Sebelum dilakukan pemekaran wilayah, Kabupaten Kampar merupakan salah satu Kabupaten yang memiliki wilayah terluas di Provinsi Riau dengan luas mencapai

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016 Created on 10/3/2016 at 9:8:38 Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk memenuhi target pembangunan sektor sanitasi, yang meliputi pengelolaan air limbah domestik, pengelolaan persampahan, dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang terletak LS dan BT, dengan. sebelah selatan : Kabupaten Semarang

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang terletak LS dan BT, dengan. sebelah selatan : Kabupaten Semarang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Semarang terletak 6 55-7 6 LS dan 110 15-110 31 BT, dengan batas-batas wilayah administrasi sebagai berikut : sebelah utara : Laut Jawa sebelah selatan : Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Secara Geografis Kota Depok terletak di antara 06 0 19 06 0 28 Lintang Selatan dan 106 0 43 BT-106 0 55 Bujur Timur. Pemerintah

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD 3.1.1 Permasalahan Infrastruktur Jalan dan Sumber Daya Air Beberapa permasalahan

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Demikian Laporan Akhir ini kami sampaikan, atas kerjasama semua pihak yang terkait kami ucapkan terima kasih. Medan, Desember 2012

KATA PENGANTAR. Demikian Laporan Akhir ini kami sampaikan, atas kerjasama semua pihak yang terkait kami ucapkan terima kasih. Medan, Desember 2012 KATA PENGANTAR Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Laporan Akhir Kajian Rencana Zonasi Kawasan Industri ini dapat diselesaikan. Penyusunan Laporan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian merupakan wilayah Kabupaten Lampung Tengah Propinsi Lampung yang ditetapkan berdasarkan Undang-undang No 12 Tahun 1999 sebagai hasil pemekaran Kabupaten

Lebih terperinci

BAB 4 SUBSTANSI DATA DAN ANALISIS PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN

BAB 4 SUBSTANSI DATA DAN ANALISIS PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN BAB 4 SUBSTANSI DATA DAN ANALISIS PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN Bab ini menjelaskan aspek-aspek yang dianalisis dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten dan data (time-series) serta peta

Lebih terperinci

Studi Kelayakan Pengembangan Wisata Kolong Eks Tambang Kabupaten Belitung TA LATAR BELAKANG

Studi Kelayakan Pengembangan Wisata Kolong Eks Tambang Kabupaten Belitung TA LATAR BELAKANG 1.1 LATAR BELAKANG Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) merupakan salah satu daerah penghasil sumber daya alam khususnya tambang. Kegiatan penambangan hampir seluruhnya meninggalkan lahan-lahan terbuka

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan

PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan sumberdaya yang ada dalam rangka memberikan kontribusi untuk

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27 Lintang Selatan dan 110º12'34 - 110º31'08 Bujur Timur. Di IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai lima Kabupaten dan satu Kotamadya, salah satu kabupaten tersebut adalah Kabupaten Bantul. Secara geografis,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Kabupaten Tanggamus 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus Secara geografis wilayah Kabupaten Tanggamus terletak pada posisi 104 0 18 105 0 12 Bujur Timur dan

Lebih terperinci

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI Program PPSP 2015

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI Program PPSP 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyusunan Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Tolitoli merupakan suatu tahapan antara, yaitu setelah penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Tolitoli (SSK)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah , I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bencana banjir dikatagorikan sebagai proses alamiah atau fenomena alam, yang dapat dipicu oleh beberapa faktor penyebab: (a) Fenomena alam, seperti curah hujan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen Memorandum Program Sanitasi ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan

Lebih terperinci