PERSEPSI LANSIA DEPRESI TENTANG SENAM OTAK (video) DI PANTI WREDHA GRIYA SEHAT BAHAGIA KARANGANYAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERSEPSI LANSIA DEPRESI TENTANG SENAM OTAK (video) DI PANTI WREDHA GRIYA SEHAT BAHAGIA KARANGANYAR"

Transkripsi

1 PERSEPSI LANSIA DEPRESI TENTANG SENAM OTAK (video) DI PANTI WREDHA GRIYA SEHAT BAHAGIA KARANGANYAR SKRIPSI untuk memenuhi salah satu syarat ujian guna mencapai gelar sarjana keperawatan Oleh : Rizki Wahyu Jati Kusuma NIM. S1039 PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN SIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014

2

3

4 KATA PENGANTAR Puji serta syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah S.W.T., karena atas rahmat dan karunia-nya, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Persepsi Lansia Depresi Tentang Senam Otak Di Panti Wredha Griya Sehat Bahagia Karanganyar. Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada : 1. Allah S.W.T karena berkat rahmat dan hidayat-nya penelitian ini dapat terwujud. 2. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta. 3. Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Kepala Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta. 4. Ibu Wahyuningsih Safitri S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Pembimbing I yang telah memberikan masukan dan arahan selama penyusunan skripsi. 5. Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Pembimbing II yang juga telah memberikan masukan dan arahan selama penyusunan skripsi. 6. Ibu Anita Istiningtyas, S. Kep., Ns., M.Kep, selaku Penguji skripsi yang telah memberi masukan dan saran. 7. Seluruh dosen dan staf akademik Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.

5 8. Ibu Dr.Wulaningsih selaku Ketua Panti Wredha Griya Sehat Bahagia Karanganyar yang telah memberikan ijin lahan untuk melakukan penelitian. 9. Seluruh perawat dan karyawan di Panti Wredha Griya Sehat Bahagia Karanganyar yang telah membantu dalam melakukan penelitian. 10. Lansia di Panti Wredha Griya Sehat Bahagia Karanganyar yang telah bersedia menjadi partisipan penelitian. 11. Orang tua tercinta dan adik-adik tersayang yang selalu memberikan dukungan, motivasi, doa dan kasih sayangnya sepanjang waktu. 12. Alm. Kakek-nenek tercinta yang telah membesarkan dan mendidik saya hingga saya bisa sampai seperti saat ini. 13. Teman-teman S-1 Keperawatan angkatan 2010, yang selalu mendukung dan membantu dalam proses pembuatan skripsi ini. Semoga segala bantuan dan kebaikan, menjadi amal sholeh yang akan mendapat balasan yang lebih baik dari Allah S.W.T. Peneliti sangat berterimakasih atas masukan, saran dan kritik, semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak dan dapat digunakan untuk pengembangan ilmu dan pelayanan keperawatan. Surakarta, 26 Juni 2014 Peneliti

6 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PERSETUJUAN... ii SURAT PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan Khusus Manfaat Penelitian Penelitian Terkait... 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Konsep Lansia Pengrtian Batasan Usia Lanjut Klasifikasi Lansia... 11

7 2.1.4 Karakteristik Lansia Tipe Lansia Perubahan Pada Lansia Masalah Kesehatan Lansia Konsep Menua Pengertian Konsep Depresi Pengertian Faktor Penyebab Depresi Faktor predisposisi dan presipitasi Gejala Depresi Penatalaksanaan Depresi Konsep Persepsi Pengertian Macam-macam Persepsi Faktor-Faktor Persepsi Pola Pengelompokan Persepsi Syarat Dan Proses Persepsi Gangguan Persepsi Konsep Senam Otak Pengertian Manfaat Senam Otak Pelaksanaan Senam Otak... 26

8 2.5.4 Aplikasi Gerakan senam Otak Kerangka Berfikir BAB III METODOLOGI PENELITIAN Tempat Penelitian Waktu Penelitian Bentuk Dan Strategi Penelitian Sumber Data Alat Penelitian Dan Cara Pengumpulan Data Tekhnik Sampling Validasi Data Analisa Data Etika Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian Hasil Penelitian Pembahasan BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA. LAMPIRAN.

9 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Penelitian Terkait. 8

10 DAFTAR GAMBAR Nomor Gambar Judul Gambar Halaman 2.1 Gerakan Lateralitas Gerakan Fokus Gerakan Pemusatan Kerangka Berfikir 30

11 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Usulan Topik penelitian. Lampiran 2 Pengajuan Judul skripsi. Lampiran 3 Pengajuan Ijin Studi Pendahuluan Di Panti Wredha Dharma Bhakti Kasih Surakarta. Lampiran 4 Pengajuan Ijin Studi Pendahuluan Di Panti Wredha Griya Sehat Bahagia Karanganyar. Lampiran 5 Surat Pengantar Studi Pendahuluan Di Panti Wredha Dharma Bhakti Kasih Surakarta.. Lampiran 6 Surat Pengantar Studi Pendahuluan Di Panti Wredha Griya Sehat Bahagia Karanganyar. Lampiran 7 Surat Balasan Ijin Studi pendahuluan Di Panti Wredha Dharma Bhakti Kasih Surakarta. Lampiran 8 Lembar Pergantian Judul Skripsi 1. Lampiran 9 Lembar Pergantian Judul Skripsi 2. Lampiran 10 Lembar Pengajuan Ijin Penelitian. Lampiran 11 Surat Permohonan Ijin Penelitian. Lampiran 12 Jadwal Penelitian. Lampiran 13 Penjelasan Penelitian. Lampiran 14 Surat Pernyataan Bersedia Berpartisipasi Sebagai Partisipan Penelitian. Lampiran 15 Data Demogjrafi Partisipan.

12 Lampiran 16 Pedoman Wawancara. Lampiran 17 Lembar Audience. Lampiran 18 Lembar Oponent. Lampiran 19 Lembar Konsultasi Proposal Penelitian Pembimbing 2. Lampiran 20 Lembar Konsultasi Proposal Penelitian Pembimbing 1. Lampiran 21 Tanda Bukti Penerimaan Laporan Angka Kejadian Kasus. Lampiran 22 Data Demografi Partisipan Di Panti Wredha Griya Sehat Bahagia Karanganyar. Lampiran 23 Surat Pernyataan Bersedia Menjadi Partisipan Penelitian Di Panti Wredha Griya Sehat Bahagia Karanganyar. Lampiran 24 Transkrip Wawancara. Lampiran 25 Analisis Sistematik. Lampiran 26 Foto Penelitian. Lampiran 27 Lembar Konsultasi Skripsi Pembimbing 1. Lampiran 28 Lembar Konsultasi Skripsi Pembimbing 2. Lampiran 29 Standar Operasional Prosedur Senam Otak. Lampiran 30 Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan Di Panti Wredha Griya Sehat Bahagia Karanganyar. Lampiran 31 Surat Balasan Ijin Penelitian Di Panti Wredha Griya Sehat Bahagia Karanganyar. Lampiran 32 Lembar GDS (Great Depression Scale) Partisip

13 PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 Rizki Wahyu Jati Kusuma Persepsi Lansia Depresi Tentang Senam Otak Di Panti Wredha Griya Sehat Bahagia Karanganyar Abstrak Depresi merupakan keadaan emosional yang berhubungan dengan suatu penderitaan yang umumnya terjadi pada lansia, semakin tua manusia akan mengalami berbagai perubahan fungsi fisik dan sosial sehingga lansia akan lebih merasa kesepian dan tidak berharga. Kondisi lansia yang merasa kesepian dan tidak berharga dapat menimbulkan depresi, jika tidak segera ditangani akan mengakibatkan masalah fisik dan jiwa. Hal yang dapat dilakukan untuk menurunkan tingkat depresi adalah dengan melakukan senam otak. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengidentifikasi persepsi lansia depresi tentang senam otak di Panti Wredha Griya Sehat Bahagia Karanganyar. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain fenomenologis dan teknik purposive sampling dengan 5 partisipan. Hasil penelitian dari tema 1) gerakan senam otak, 2) kegiatan senam otak, 3) perasaan setelah senam otak, 4) mengganggu kegiatan sehari-hari, 5) senam otak dilakukan lansia, 6) keuntungan senam otak, 7) jenis senam, 8) manfaat senam otak bagi kesehatan, 9) pengaruh senam otak terhadap pikiran, 10) pelaksanaan senam otak, 11) kondisi lingkungan senam otak, 12) rutinitas senam otak mingguan, 13) kendala senam otak, 14) kesediaan mengikuti senam otak, 15) tertarik pada senam otak, 16) respon lansia terhadap senam otak, 17) kendala yang paling menghambat senam otak, 18) penanganan kendala, menunjukkan bahwa persepsi lansia tentang senam otak yaitu gerakan badan atau senam latihan gerak untuk kesehatan fisik dan psikis, namun kendala utama untuk melakukan senam otak yaitu keadaan fisik yang sedang sakit. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan persepsi lansia depresi tentang senam otak adalah gerakan senam yang menyenangkan, mudah dan cocok untuk rutinitas kegiatan setiap hari karena bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja serta bisa membuat otak sehat. Kata Kunci : Persepsi, Lansia, Depresi, Senam Otak. Daftar Pustaka : 42 ( ).

14 BACHELOR DEGREE PROGRAM IN NURSING SCIENCE KUSUMA HUSADA SCHOOL OF HEALTH OF SURAKARTA 2014 Rizki Wahyu Jati Kusuma PERCEPTIONS OF THE ELDERLY WITH DEPRESSIONS ON BRAIN GYMNASTICS AT GRIYA SEHAT BAHAGIA NURSING HOME OF KARANGANYAR Abstract Depression is an emotional state which is related to an affliction, generally experienced by the elderly. When man is getting older, he experiences physical and social function changes so that they will feel lonelier and more unvalued. This can trigger depressions. When such a condition is not immediately handled, it can lead to physical and psychological problems. Thing that can be done to decrease the level of depressions is brain gymnastics. The objective of this research is to identify the perceptions of the elderly on brain gymnastics at Griya Sehat Bahagia NursingHo me of Karanganyar. This research used the qualitative method with the phenomenological design. The samples of the research were taken by using the purposive sampling technique. They consisted of five participants. The results of the research on the themes of (1) motions of brain gymnastics; (2) activities of brain gymnastics; (3) feelings after having conducted brain gymnastics; (4) interference with daily activities; (5) brain gymnastics done by the elderly; (6) advantages of brain gymnastics; (7) types of gymnastics (8); use of brain gymnastics for health; (9) effect of brain gymnastics for thoughts; (10) implementation of brain gymnastics; (11) environmental condition of brain gymnastics ; (13) constraints to brain gymnastics; (14) willingness to follow brain gymnastics; (15) interest in brain gymnastics; (16) response of the elderly to brain gymnastics; (17) the most inhibiting constraints to brain gymnastics; and (18) handling of constraints to brain gymnastics show that the perceptions of the elderly on the brain gymnastics are as follows: brain gymnastics is a physical exercise for physical and psychological health, but the main constraint to conducting the brain gymnastics is the ill physical condition. Thus, it can be concluded that the elderly with depressions perceive the brain gymnastics as a gymnastics whose motions is exciting, easy to do, and suitable for daily routine activities as it can be done at anytime and anywhere and it can make the brain healthy. Keywords: Perception, elderly, depression, and brain gymnastics References: 42 ( ).

15 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, telah menunjukkan hasil yang positif di berbagai bidang, antara lain adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia (Purwani 2011). Jumlah penduduk lanjut usia (Lansia) yang banyak dan usia harapan hidup yang meningkat dapat menyebabkan masalah kesehatan pada lansia meliputi depresi mental, gangguan pendengaran, bronkitis kronis, gangguan pada tungkai atau sikap berjalan, gangguan pada koksa atau sendi panggul, anemia, demenisa, gangguan penglihatan, ansietas atau kecemasan, dekompensasi kordis,diabetes mellitus, osteomalasia, hipotiroidisme dan gangguan defekasi (Nugroho 2008). Perkembangan jumlah penduduk lanjut usia di dunia, menurut perkiraan World Health Organitation (WHO) akan meningkat pada tahun 2025 dibandingkan tahun 1990 dibeberapa Negara dunia seperti China 220%, India 242%, Thailand 337%, dan Indonesia 440% (Wiwin 2011). Asia merupakan wilayah yang paling banyak mengalami perubahan komposisi penduduk dan diperkirakan pada tahun 2025, populasi lanjut 1

16 2 usia akan bertambah sekitar 82%. Penduduk lanjut usia di Indonesia 2008 sebesar 21,2 juta jiwa, dengan usia harapan hidup 66,8 tahun, tahun 2010 sebesar 24 juta jiwa dengan usia harapan hidupnya 67,4 tahun dan pada tahun 2020 jumlah lansia diperkirakan sebesar 28,8 juta jiwa dengan usia harapan hidup 71,1 tahun (Arita, 2011). Jumlah penduduk lanjut usia di DI.Yogyakarta mencapai 5 juta jiwa dan Jawa tengah mencapai 3 juta. Jumlah Lansia di Puskesmas Weru sebanyak orang. Surakarta menunjukkan penduduk yang berusia 65 tahun keatas sebanyak orang (Badan Pusat Statistika 2012). Usia lanjut dapat menyebabkan berbagai macam perubahan, baik perubahan organobiologik (fisik), psikososial, dan sosial (Arita & Wiwin 2011). Masalah lansia (lanjut usia) akan semakin menonjol, diantaranya muncul sebagai masalah mental karena semakin tua, manusia akan mengalami berbagai perubahan fungsi fisik dan sosial sehingga lansia akan lebih merasa kesepian dan tidak berharga. Kondisi ini dapat berdampak pada kebahagian seseorang sehingga masalah mental yang paling banyak ditemui pada lansia adalah depresi (Nugroho, 2008). Masalah psikososial pada lansia meliputi mengisolasi diri atau menarik diri dari kegiatan kemasyarakatan karena berbagai sebab, diantaranya setelah menjalani masa pensiun, sakit cukup berat dan lama, serta kematian pasangan hidup. Peristiwa traumatik tersebut sangat mempengaruhi persepsi individu akan kemampuan dirinya sehingga mengganggu harga diri seseorang dan menyebabkan depresi (Dadang

17 3 2011). Depresi merupakan permasalahan yang dapat menyebabkan masalah kesehatan fisik dan jiwa, oleh karena itu lansia perlu diberikan pendekatan fisik, pendekatan psikis, pendekatan sosial, dan pendekatan spiritual (Rika 2013). Angka kejadian depresi tahun 2007 di Jakarta adalah 14,6% dan dialami untuk penduduk dengan usia 15 tahun keatas (Ayu 2011). Masalah depresi di Jawa Tengah adalah 10,2% dan di Semarang sebesar 11,6% (Marta 2012). Angka depresi pada lansia semakin bertambah untuk masa mendatang karena beberapa hal, antara lain usia harapan hidup bertambah, stres psikososial, perubahan nilai dan lingkungan hidup, bertambahnya penyakit-penyakit kronis, bertambahnya pemakaian obat-obat yang dapat memacu terjadinya depresi (Sholikhin, 2006). Beberapa tindakan yang dapat digunakan untuk mengatasi depresi antara lain dengan mengenal kemampuan-kemampuan yang masih dimiliki, terapi individu dengan melakukan terapi kognitif, terapi aktivitas kelompok, senam otak dan terapi perilaku, terapi keluarga dengan psikoedukasi dan triangle keluarga (Stuart & Laraia 2010). Senam otak adalah suatu usaha alternative alami yang sehat untuk menghadapi ketegangan dan menghadirkan relaksasi dalam kehidupan sehari-hari. Senam otak bertujuan meningkatkan rasa prcaya diri, menguatkan motivasi belajar, merangsang otak kiri dan kanan, merelaksasi otak, serta membuat seseorang lebih mampu mengendalikan stress

18 4 sehingga timbul ketenangan dan kenyamanan dalam hati dan pikiran (Andri 2013). Kegiatan senam otak ditujukan untuk merelaksasi dimensi pemusatan, menstimulasi (dimensi lateralis) dan meringankan (dimensi pemfokusan). Dengan senam otak diharapkan lansia depresi yang mempunyai pikiran negatif dapat dihilangkan dan yang berperilaku tidak bersemangat, kurang konsentrasi, tidak melakukan aktivitas sehari-hari dapat termotivasi kembali untuk aktif dalam pemenuhan kebutuhan fisik maupun psikososial(dennison 2010). Prinsip senam otak adalah mengaktifkan 3 dimensi otak, dimensi pemusatan dapat meningkatkan aliran darah ke otak, meningkatkan penerimaan oksigen sehingga dapat membersihkan otak, dimensi lateralis akan menstimulasi koordinasi kedua belahan otak yaitu otak kiri dan kanan (memperbaiki pernafasan, stamina, melepaskan ketegangan dan mengurangi kelelahan), dimensi pemfokusan untuk membantu melepaskan hambatan fokus dari otak (memperbaiki kurang perhatian, kurang konsentrasi) (Dennison dalam Anton 2010). Berdasarkan penelitian yang berjudul Pengaruh senam otak terhadap peningkatan motorik halus anak usia 4-5 tahun di Raudofatul Athfal Baitul Mi min Gunungrejo Malang, senam otak sangat berpengaruh dalam peningkatan motorik halus pada anak. Peneliti menggunakan uji Wilcoxon Sign Rank didapatkan nilai P = 0,005 mengindikasikan H1 diterima dan

19 5 pada uji Mann-Whitney P = 0,022 yang mengindikasikan hasil berbeda atau tidak identik (Sudiarto, 2009). Berdasarkan studi pendahuluan di Panti Wredha Griya Sehat Bahagia Karanganyar pada tanggal 28 Januari 2014, diperoleh data dari petugas Panti Wredha Griya Sehat Bahagia bahwa pada tahun 2012 terdapat 38 lansia dan 9 lansia diantaranya mengalami depresi, tahun 2013 terdapat 40 lansia dan 9 lansia diantaranya mengalami depresi dan tahun 2014 terdapat 38 lansia dan 5 orang diantaranya mengalami depresi. Hasil wawancara dengan 5 lansia yang mengalami depresi didapatkan data bahwa lansia merasa sedih karena ditinggalkan oleh orang yang mereka cintai (Pasangan, keluarga), kesepian, gagal dalam berumah tangga merasa dikucilkan oleh keluarga, tidak melakukan aktifitas dengan baik dan harus membutuhkan bantuan orang lain atau petugas panti. Kegiatan rutin lansia di Panti Wredha Griya Sehat Bahagia Karanganyar yang selalu dilakukan adalah bimbingan keagamaan, bimbingan sosial, pelayanan kesehatan, olahraga sebagai upaya membantu sosialisasi antar lansia di Panti Wredha. Senam otak belum pernah dilaksanakan di Panti Wredha Dharma Bhakti Kasih Surakarta. Berdasarkan uraian masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Persepsi lansia depresi tentang senam otak di Panti Wredha Griya Sehat Bahagia karanganyar.

20 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana persepsi klien yang mengalami depresi tentang senam otak? Bagaimana respon klien yang mengalami depresi terhadap senam otak? Apa kendala klien yang mengalami depresi dalam pelaksanaan senam otak? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan Umum Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi persepsi lansia depresi tentang senam otak di Panti Wredha Griya Sehat Bahagia Karanganyar Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi persepsi lansia depresi tentang senam otak. 2. Mengidentifikasi sikap lansia depresi terhadap senam otak. 3. Mengidentifikasi kendala lansia depresi terhadap senam otak.

21 Manfaat Penelitian Bagi Panti Wredha Hasil penelitian ini diharapkan untuk memberikan informasi dan masukan secara subyektif mengenai penanganan pada lansia yang mengalami depresi yaitu dengan senam otak Bagi pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan data dasar dalam pengembangan ilmu yaitu dengan penelitian dan seminar sebagai upaya untuk mengetahui persepsi lansia depresi terhadap senam otak Bagi peneliti lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi untuk perkembangan bagi penelitian selanjutnya pada lanjut usia, misalnya tentang demensia, gangguan tidur dan stress Bagi peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti tentang penelitian kualitatif dan persepsi lansia depresi terhadap senam otak.

22 Penelitian terkait Tabel 1.1 Penelitian terkait Nama peneliti Judul penelitian Metode Penelitian Hasil penelitian Akhmad Mukhlis (2011) Pengaruh terapi membatik terhadap depresi pada Narapidana Quasyeksperimen model untreated control group design with pre-test and post-test dianalisis dengan Wilcoxon signed rank. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terpi membatik signifikan menurunkan depresi paa narapidana dengan kelompok eksperimen terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara skor depresi pada saat posttest dibandingkan dengan saat pretest (p=0.001), sedangkan Ninik Nurhidayah (2010)., Latihan persepsi pendengaran dan Kuantitatif dengan quasy eksperimen. pada kelompok kontrol t idak ada perbedaan skor yang signifikan (p=0.824). Ada pengaruh latihan persepsi pendengaran terhadap kemampuan persepsipendengaran

23 9 kemampuan persepsi pendengaran anak dislogia anak dislogia dengan nilai p=0.012 Ranita widyastuti (2009). Efektifitas brain gym dalam menurunkan stres pada anak. Quasi experimental pre-post test with control group. Kegiatan Brain Gym sangat efektif dalam menurunkan stres pada anak dengan nilai Z sebesar dengan p = (p < 0.05). Nama Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian Anton Surya Prasetya (2010). Pengaruh terapi kognitif dan senam otak terhadap depresi pada klien lansia di Panti Tresna Wreda Bakti Yuswa Natar Lampung. Kualitatif dengan desain Quasi experimental pre-post test with control group. Hasil Penelitian Terapi kognitif dan senam otak efektif menurunkan depresi pada lansia dengan p value = 0,000 < α 0,05.

24 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lansia Pengertian Lansia (Lanjut Usia) Usia lanjut adalah seorang laki-laki atau perempuan yang berusia 60 tahun atau lebih, baik yang secara fisik masih memiliki potensial dan tidak potensial karena proses menua yang menyebabkan penurunan fisik dan fungsi panca indera. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia (Siti Maryam 2008). Usia tua yaitu periode hidup seseorang mengalami perubahan dari periode anak menuju dewasa dan periode dewasa menuju tua yang mengalami kemunduruan fisik dan ditandai dengan rambut memutih, gigi mulai ompong, kulit yang mengendur dan fungsi panca indera yang menurun (Nugroho 2008). Berdasarkan pengertian diatas maka lansia dapat diartikan sebagai individu yang berusia 60 tahun atau lebih yng mengalami kemunduran fisik dan fungsi panca indera Batasan Usia Lanjut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengelompokkan usia lanjut menjadi beberapa kelompok meliputi usia pertengahan (Middle Age) yaitu kelompok usia 45 tahun sampai 59 tahun, usia lanjut (Ederly) yaitu usia 60 tahun sampai 74 tahun, usia tua (Old) 10

25 11 yaitu kelompok usia 75 tahun sampai 90 tahun, dan kelompok usia sangat tua (Very old) yaitu kelompok usia diatas 90 tahun (Maryam 2011) Klasifikasi yang ada pada lansia Ada 5 klasifikasi pada lansia yaitu pralansia, lanjut usia, lansia resiko tinggi, lansia potensial dan lansia tidak potensial. Pralansia merupakan seseorang yang berusia diantara 45 tahun sampai 49 tahun, dan lansia yang berusia 60 tahun atau lebih disebut lanjut usia, sedangkan lansia yang berusia 70 tahun lebih dengan masalah kesehatan yang ada pada diri lansia disebut lansia resiko tinggi, di usia lanjut yang waktu dan pikiran seharusnya digunakan untuk menikmati masa tuanya ada sebagian lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan dapat menghasilkan barang dan jasa atau disebut lansia potensial, sedangkan lansia yang tidak berdaya sehingga kehidupannya bergantung pada bantuan orang lain disebut lansia tidak potensial (Maryam 2011) Karakteristik lansia Lansia memiliki bermacam-macam karakteristik, diantaranya berusia lebih dari 60 tahun, mempunyai kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif serta lingkungan tempat tinggal yang bervariasi (Maryam 2011).

26 Tipe-tipe lansia Beberapa tipe lansia bergatung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonomi. Tipe lansia terdiri dari tipe bijaksana, tipe mandiri, tipe tidak puas, tipe pasrah dan tipe bingung. Tipe bijaksana merupakan tipe lansia yang kaya dengan hikmah, pengalaman, pengalaman menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana dermawan, dan menjadi panutan. Tipe mandiri adalah tipe lansia yang mempunyai kegiatan baru misalnya selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan. Tipe tidak puas merupakan konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah,tidak sabar, mudah tersinggung sulit di layani, pengkritik dan banyak menuntut. Tipe pasrah yaitu menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama dan melakukan pekerjaan apa saja. Tipe bingung yaitu kaget, kehilangan,kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif, dan acuh tak acuh (Maryam & Rosidawati 2011). Tipe lansia dalam literature Jawa terdiri dari wong sepuh dan wong sepuh. Wong sepuh adalah orang tua yang sepi hawa nafsu, menguasi ilmu Dwi Tunggal yakni mampu membedakan antara baik dan buruk, sejati dan palsu, Gusti (Tuhan) dan kawulanya atau

27 13 hambanya. Wong sepah merupakan lanjut usia yang kosong, tidak tahu rasa, bicaranya muluk-muluk tanpa isi, tingkah lakunya dibuatbuat dan berlebihan, serta memalukan. Hidupnya menjadi hambar (kehilangan dinamika dan romantika hidup) Perubahan yang terjadi pada lansia. Proses penuaan merupakan hilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki, mengganti diri, dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya secara perlahan-lahan. Perubahan yang memasuki usia lanjut, diantaranya Perubahan pada panca indra, terjadi penurunan fungsi indra seperti indra perasa, penciuman, pengelihatan dan pendengaran. Perubahan pada keronkongan (Esofagus), lapisan otot polos yang ada pada kerongkongan mulai melemah yang akan menyebabkan gangguan kontraksi sehingga terjadi kesulitan menelan dan makan menjadi tidak nyaman. Perubahan pada lambung, pada lansia pengosongan lambung lebih lambat, sehingga makan cenderung lebih sedikit dari sebelumnya karena lambung terasa penuh, sehingga terjadi anoreksia (berkurangnya nafsu makan). Perubahan pada tulang, bertambahnya usia mengakibatkan kepadatan tulang menurun secara perlahan-lahan pada pria dan wanita dimulai sejak massa tulang puncak tercapai yaitu usia 35 tahun. Peruban pada otot, berat badan mengalami penurunan akibat hilangya jaringan otot dan jaringan lemak pada tubuh. Perubahan pada ginjal, fungsi ginjal menurun sekitar 55%

28 14 antar usia tahun, banyak fungsi yang mengalami kemunduran contohnya kecepatan dalam penyaringan (filtrasi), pengeluaran (ekskresi) dan penyerapan kembali (reabsorpsi)oleh ginjal. Perubahan pada jantung dan pembuluh darah, pada lansia jumlah jaringan ikat pada jantung (baik katup maupun ventrikel atau bilik jantung) meningkat sehingga efisiensi fungsi pompa jantung berkurang. Perubahan pada paru-paru, pada lansia kelenturan jaringan paru dan dinding dada berkurang, kekuuatan otot pernafasan dalam mengencang dan mengendur. Perubahan pada kelenjar endokrin, terjadi pada kelenjar yang menghasilkan hormon, dalam tubuh manusia banyak menghasilakan hormon yang penting bagi pertubuhan dan metabolisme tubuh. Perubahan pada kulit dan rambut, menginjak pada massa lansia kulit mulai mengkerut lambat laun menjadi tipis, kering keriput dan tidak elastis lagi. Perubahan pada fungsi kekebalan tubuh, fungsi imonologis atau kekebalan mengalami penurunan sesuai dengan umur, ini berakibat pada tinggiya peluang terjadinya infeksi dan terserang penyakit. Penurunan fungsi kognisi dan kecerdasan, fungsi kognisi (pencapaian pengetahuan) bisa tetap stabil atau menurun, secara umum fungsi kognisi yang tetap stabil adalah konsentrasi, kemampuan berkomunikasi sehari-hari, nkemampuan bahasa dan gambaran yang dapat di bayangkan otak sederhana. Perubahan

29 15 psikologis, pada lansia perubahan mental dapat mempengaruhi kesehatan seseorang, oleh karena itu perlu di waspadai agar perubahan mental yang di alami tidak menjurus atau menjadi sebab timbulnya penyakit. Sikap hidup, perasaan, dan emosi mempengaruhi perubahan mental lansia (Arita & Wiwin 2011) Masalah kesehatan pada lansia. Masalah yang sering dialami oleh lansia dikenal dengan istilah a series of i s, yang meliputi imobility (imobilisasi), instability ( instabilitas dan jatuh), incontinence (inkontensia), intellectual impairment (gangguan penglihatan dan pendengaran), isolation (depresi), inanition (malnutrisi), insomnia (gangguan tidur), dan immune deficiency (menurunya kekebalan tubuh) (Arita 2011). Menurut The National Old People Welfare Council di inggris, penyakit atau ganggguan umum pada lanjut usia meliputi depresi mental, gangguan pendengaran, bronkitis kronis, gangguan pada tungkai/sikap berjalan, gangguan pada koksa/sendi panggul, anemia, demenisa, gangguan penglihatan, ansietas/kecemasan, dekompensasi kordis,diabetes mellitus, osteomalasia, hipotiroidisme dan gangguan defekasi (Nugroho, 2008).

30 Proses Menua Pengertian menua Proses menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia (Maryam 2011). Ada beberapa proses menua yang dialami oleh lansia, yaitu penuaan primer & penuaan sekunder. Penuaan primer merupakan perubahan pada tingkat sel (dimana sel yang mempunyai inti DNA / RNA) pada proses penuaan DNA tidak mampu membuat protein dan RNA tidak lagi mampu mengambil oksigen, sehingga membran sel menjadi mengecil dan akibat kurang mempunyai protein maka akan terjadi penurunan imunologi dan mudah terjadi infeksi. Penuaan Sekunder adalah proses penuaan akibat dari faktor lingkungan fisik, psikis, dan sosial. Hal yang mempercepat proses menjadi tua adalah stres fisik, psikis, gaya hidup dan diit. Contoh diit yang dapat mempercepat proses menua adalah diit makanan yang hampir expired karena zat kandungan dalam makanan yang rusak akan merusak sel-sel dalam tubuh dan menurunkan fungsi kerja hormon dan organ dalam tubuh. Gairah hidup yang dapat mempercepat proses menjadi tua dikaitkan dengan kepribadian seseorang, misal pada kepribadian tipe A yang tidak pernah puas dengan apa yang diperolehnya. (Murwani dan Priyantari, 2011)

31 17 Dari uraian pengertian menua diatas, dapat disimpulkan menua adalah keadaan manusia yang mengalami perubahan fisik, psikis dan sel dalam tubuh. 2.3 Depresi Pengertian Depresi adalah perasaan sedih, ketidak berdayaan, dan pesimis yang hubungan dengan suatu penderitaan. Dapat berupa serangan yang di tujukan kepada diri sendiri atau perasaan marah yang sangat mendalam. (Nugroho, 2012). Depresi juga dapat diartikan sebagai keadaan emosional yang dicirikan dengan kesedihan, berkecil hati, perasaan bersalah, penurunan harga diri, ketidak berdayaan dan keputusasaan (Anton 2010). Berdasarkan pengertian depresi tersebut, maka dapat disimpulkan depresi adalah keadaan emosional yang berhubungan dengan suatu penderitaan. Depresi merupakan salah satu jenis gangguan jiwa yang prevalensinya cukup banyak. WHO mencatat pada tahun 2006 terdapat 121 juta orang mengalami depresi dan diperkirakan pada tahun 2020 depresi akan menempati urutan kedua penyakit dunia (Kartika 2012) Faktor penyebab terjadinya depresi Ada sejumlah penyebab dan mungkin beberapa diantaranya bekerja pada saat yang sama. Dari sekian banyak penyebab diantaranya karena kehilangan, kehilangan merupakan faktor utama

32 18 yang mendasari depresi. Archi Bald Hard menyebutkan empat macam kehilangan yaitu kehilangan abstrak meliputi kehilangan harga diri, kasih sayang, harapan atau ambisi. Kehilangan sesuatu yang kongkrit meliputi kehilangan mobil, rumah,orang bahkan binatang kesayangan yang di sukainya. Kehilangan hal yang bersifat khayal meliputi tanpa fakta tapi seseorang merasa tidak di sukai atau di pergunjingkan orang. Kehilangan sesuatu yang belum tentu hilang misalnya menunggu hasil tes ujiaan dan menunggu hasil tes kesehatan. Faktor penyebab depresi selanjutnya adalah reaksi terhadap stres. 85% depresi timbulkan oleh stres dalam kehidupan, terlalu lelah atau capek karena terjadi pengurasan tenaga baik secara fisik maupun emosi, gangguan dan reaksi terhadap obat (Hadi 20014) Faktor predisposisi dan presipitasi Faktor predisposisi dan presipitasi meliputi Factor genetic yang mengemukakan transmisi gangguan alam perasaan diteruskan melaui garis keturunan. Frekuensi gangguan alam perasaan meningkat pada kembar monozigote dri dizigote. Sedangkan teori agresi berbalik pada diri sendiri mengemukakan bahwa depresi diakibatkan oleh perasaan marah yang dialihkan pada diri sendiri. Freud mengatakan bahwa kehilangan obyek/orang, ambivalen antara perasaan benci dan cinta dapat berbalik menjadi perasaan yang menyalahkan diri sendiri (Rosidawati 2011).

33 Gejala gejala yang menyertai depresi Pada umumnya penderita depresi dapat di nilai melalui beberapa gejala, misalnya: 1. Secara fisik mereka mengalami beberapa gangguan seperti: gerakan jadi lamban, tidur tidak nyenyak, nafsu makan jadi menurun atau bahkan meningkatkan gairah seksual bahkan juga bisa hilang sama sekali. 2. Kehilangan perspektif dalam kehidupanya, pandangan terhadap hidup, pekerjaan dan keluarga menjadi kabur 3. Perasaan yang berubah-ubah menjadi sulit di kendalikan. Berbagai perasaan seperti putus asa, kehilangan harapan, sedih, cemas, rasa bersalah, apatis dan marah atau sering muncul pada waktu tidak menentu dan menciptakan suasana hampa dan mati. 4. Beberapa gejala psikologis seperti kehilangan harga diri, menjauhkan diri dari orang lain karena di takut di tolak atau takut tanpa alasan dan igin melarikan diri dari masalah atau hidupnya sendiri bahkan menjadi peka secara belebihan sering di alami oleh mereka yang mengalami depresi 5. Pikiran dilusi, pada penderita depresi yang sangat parah muncul pikiran-pikiran di lusi yang bisa merugikan, misalnya: orang akan membunuh saya (Hadi 2004).

34 Penatalaksanaan pada pasien depresi Intervensi yang dapat dilaksanakan pada pasien depresi, dari intervensi keperawatan, intervensi generalis, spesialis dan medis meliputi terapi individu, terapi kelompok, terapi keluarga, mengenal kembali kemampuan-kemampuan yang masih dimiliki lansia setelah adanya perubahan fisik dan psikososial, terapi obat, Electro Compulsive Therapy (ECT) (Anton 2010). Intervensi lain yang dapat dilaksanakan adalah senam yoga dan senam otak (Dennison 2009). Senam latih otak juga dapat mengatasi depresi dan hasil penelitian dalam psycology and psychiatric journal, bahwa latihan otak dapat efektif menurunkan gejala depresi (Dennison 2009). 2.4 Persepsi Pengertian Persepsi adalah suatu proses pengorganisasian dan pengintegrasian terhadap rangsang yang diterima oleh organisme atau individu sehingga menghasilkan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam diri ( Walgito 2001). Persepsi adalah daya mengenal individu terhadap barang, kualitas atau hubungan, dan perbedaan di antara hal tersebut yang dilakukan melalui proses pengamatan, pemahaman, atau penafsiran

35 21 setelah pancaindra mendapat rangsang (Maramis dalam Sunaryo 2013). Kesimpulan dari berbagai pengertian diatas persepsi merupakan proses diterimanya rangsang melalui pancaindra yang didahului oleh perhatian sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan, dan menghayati tentang hal yang diamati Macam - macam persepsi Persepsi dapat dibedakan menjadi dua yaitu persepsi internal dan persepsi eksternal. Persepsi internal merupakan persepsi yang terjadi karena adanya rangsang dari dalam diri individu itu sendiri, sedangkan persepsi eksternal yaitu rangsang yang didapatkan dari luar atau lingkungan ( Suryano 2004) Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi Berbagai faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu karakteristik individu meliputi sikap, kepribadian, motif, minat, pengalaman masa lalu dan harapan-harapan sesorang. Karakteristik target yang diobservasi dapat mempengaruhi apa yang diartikan, misalnya individu yang bersuara keras cenderung diperhatikan dalam kelompok daripada individu yang diam. Pembentuk persepsi dalam diri objek atau target dapat diartikan dalam konteks situasi dimana persepsi tersebut dibuat. Target yang dilihat oleh individu akan

36 22 diinterpretasikan sesuai apa yang dilihat ( Robbins, P.S & Timothy 2008). Faktor-faktor lain yang mempengaruhi persepsi antara lain ukuran, intensitas, frekuensi, gerakan, perubahan dan keunikan suatu objek sehingga menimbulkan persepsi yang berbeda sesuai dengan apa yang dilihat dari objek tersebut (Gitosudarmo 1997 dalam Khaerul 2010). Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi manusia dapat dikembangkan berdasarkan apa yang mereka yakini. Asumsi-asumsi yang dibuat oleh individu serta karakteristik individu akan mempengaruhi interpretasi mereka terhadap penilaian dan persepsi mengenai tindakan seseorang dan penjelasan tentang mengapa mereka berperilaku dalam cara-cara tertentu Pola pengelompokan persepsi Pola pengelompokan persepsi mencakup prinsip kedekatan, kesempurnaan dan kesamaan. Prinsip kedekatan yaitu objek digunakan sebagai pengelompokan dalam pengamatan yang saling mendekat dan berdiri sendiri. Tidak berbeda jauh dengan prinsip kesempurnaan yang juga menggunakan pola pengelompokan objek sehingga dalam pengamatan ada objek yang saling mendekat dan membentuk gambaran yang sama namun ada objek tertentu yang yang membentuk gambaran yang berbeda. Prinsip ketiga yaitu

37 23 kesamaan, persepsi menggunakan pengelompokan objek terhadap hal-hal yang sama, pengamatan pada gambar cenderung mengelompokan bulatan besar dengan bulatan besar dan bulatan kecil dengan bulatan kecil ( Sarwono dalam Sunaryo 2013) Syarat dan proses terjadinya persepsi Adabeberapa syarat terjadinya persepsi, yaitu : 1. Adanya objek, objek berperan sebagai stimulus, sedangkan pancaindra berperan sebagai reseptor. 2. Adanya perhatian sebagai langkah pertama untuk mengadakan persepsi. 3. Adanya pancaindra sebagai reseptor penerima stimulus. 4. Saraf sensorik sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak. Kemudian, dari otak dibawa melalui saraf motoric sebagai alat untuk mengadakan respons. Persepsi terjadi melalui 3 proses, yaitu proses fisik, fisiologis, dan psikologis. Proses fisik terjadi melalui kealaman, yakni objek diberikan stimulus, kemudian diterimaoleh reseptor atau pancaindra. Proses fisiologis terjadi melalui stimulus yang dihantarkan ke saraf sensorik lalu disampaikan ke otak. Proses psikologis, merupakan proses yang terjadi pada otak sehinga individu menyadari stimulus yang diterima (Sunaryo 2013) Gangguan persepsi

38 24 Gangguan persepsi biasanya disebut dengan disperpepsi yaitu gangguan atau kesalahan yang terjadi pada persepsi individu dapat disebabkan oleh gangguan otak misalnya keracunan, halusinasi, ilusi, kerusakan otak, gangguan jiwa dan emosi tertentu yang dapat mengakibatkan ilusi yang mempengaruhi lingkungan sosial budaya sehingga menimbulkan persepsi yang berbeda (Sunaryo 2013). 2.5 Brain Gym Pengertian Brain Gym dikenal di Amerika, dengan tokoh yang menemukannya yaitu Paul E. Denisson seorang ahli pelopor dalam penerapan penelitian otak,bersama istrinya Gail E. Denisson seorang mantan penari. Senam otak atau brain gym adalah serangkaian latihan berbasis gerakan tubuh sederhana. Gerakan itu dibuat untuk merangsang otak kiri dan kanan (dimensi lateralitas), meringankan atau merelaksasi belakang otak dan bagian depan otak (dimensi pemfokusan), merangsang sistem yang terkait dengan perasaan/emosiaonal,yakni otak tengah (limbik) serta otak besar (dimensi pemusatan) (Denisson, 2009). Senam otak adalah senam yang bertujuan mempertahankan kesehatan otak dengan melakukan gerakan badan (Lisnaini 2012). Dari beberapa pengertian senam otak, dapat dsimpulkan bahwa

39 25 senam otak adalah senam dengan serangkaian gerakan sederhana untuk kesehatan otak Manfaat Brain Gym (senam otak) Manfaat senam otak, yaitu stress emosional berkurang dan pikiran lebih jernih, hubungan antar manusia dan suasana belajar/kerja lebih rileks dan senang, kemampuan berbahasa dan daya ingat meningkat, orang menjadi lebih bersemangat, lebih kreatif dan efisien, orang merasa lebih sehat karena stress berkurang dan prestasi belajar dan bekerja meningkat (Denisson, 2009). Senam latih otak juga dapat mengurangi stress, kecemasan, kekuatan dan depresi (Hocking 2007). Otak sebagai pusat kegiatan tubuh akan mengaktifkan seluruh organ dan sistem tubuh melalui pesan-pesan yang disamaikan melewati serabut saraf secara sadar maupun tidak sadar. Pada umumnya otak bagian kiri bertanggung jawab untuk pergerakan bagian kanan tubuh dan sebaliknya. Otak manusia juga spesifik tugasnya, untuk aplikasi gerakan senam otak dipakai istilah dimensi lateralis untuk belahan otak kiri dan kanan, dimensi pemfokusan untuk bagian belakang otak (batang otak dan brain stem) dan bagian otak depan (frontal lobus), serta dimensi pemusatan untuk sistem

40 26 limbik (midbrain) dan otak besar (cerebral cortex). Dengan latihan senam otak diaktifkan tiga dimensi otak tersebut (Anton 2010) Pelaksanaan gerakan senam otak atau brain gym Pelaksanaan senam otak juga sangat praktis, karena bisa dilakukan dimana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja. Porsi latihan yang tepat adalah sekitar menit, sebanyak 2-3 kali dalam sehari (Andri, 2013). Senam otak ini melatih otak bekerja dengan melakukan gerakan pembaruan (repatteing) dan aktivitas brain gym. Latihan ini membuka bagian-bagian otak yang sebelumnya tertutup atau terhambat. Di samping itu, senam otak tidak hanya memperlancar aliran darah dan oksigen ke otak juga merangsang kedua belah otak untuk bekerja sehingga didapat keseimbangan aktivitas kedua belahan otak secara bersamaan (Supardjiman 2003).

41 Aplikasi gerakan senam otak yaitu : 1. Lateralitas (sisi)

42 28 Cara melakukan gerakan : Gambar Tidur (Lazy 8) Gerakan dengan membuat angka delapan tidur di udara, tangan mengepal dan jari jempol ke atas, dimulai dengan menggerakkan kepalan ke sebelah kiri atas dan membentuk angka delapan tidur. Diikuti dengan gerakan mata melihat ke ujung jari jempol. Buatlah angka 8 tidur 3 kali setiap tangan dan dilanjutkan 3 kali dengan kedua tangan. Fungsinya : a. Melepaskan ketegangan mata, tengkuk, dan bahu pada waktu memusatkan perhatian dan meningkatkan kedalaman persepsi b. Meningkatkan pemusatan, keseimbangan dan koordinasi. Otak kita terdiri dari dua bagian, Masing-masing belahan otak mempunyai tugas tertentu. Secara garis besar, otak bagian kiri berpikir logis dan rasional, menganalisa, bicara, berorientasi pada waktu dan hal-hal terinci, Sedangkan otak bagian kanan intuitif, merasakan, musik, menari, kreatif, melihat keseluruhan,

43 29 ekspresi badan. Otak belahan kiri mengatur badan bagian kanan, mata dan telinga kanan. Otak belahan kanan mengontrol badan bagian kiri, mata dan telinga kiri. Dua belahan otak disambung dengan corpus callosum yaitu simpul saraf kompleks dimana terjadi transmisi informasi antara kedua belahan otak. 2. Fokus Gerakan Cara melakukan gerakan dan Fungsinya Cara melakukan gerakan : Urutlah otot bahu kiri dan kanan. Tarik napas saat kepala berada di posisi tengah, kemudian embuskan napas ke samping atau ke otot yang tegang sambil relaks. Ulangi gerakan dengan tangan kiri. Fungsinya : Gambar 2.2. Burung Hantu (The Owl) a. Melepaskan ketegangan tengkuk dan bahu yang timbul karena stress. b. Menyeimbangkan otot leher dan tengkuk (Mengurangi sikap tubuh yang terlalu condong ke depan) c. Menegakkan kepala (Membantu mengurangi kebiasaan memiringkan kepala atau bersandar pada siku

44 30 Fokus adalah kemampuan menyeberangi garis tengah partisipasi yang memisahkan bagian belakang dan depan tubuh, bagian belakang dan depan otak. Perkembangan reflex antara otak bagian belakang dan bagian depan yang mengalami fokus kurang disebut kurang perhatian, terlambat bicara, atau hiperaktif. Gerakan-gerakan yang membantu melepaskan hambatan fokus adalah aktivitas integrasi depan dan belakang (Anton 2010). 3. Pemusatan Cara melakukan gerakan : Sakelar otak (jaringan lunak di bawah tulang selangka di kiri dan kanan tulang dada), dipijat dengan satu tangan, sementara tangan yang lain memegang pusar. Fungsinya : Gambar 2.3. Sakelar Otak (Brain Buttons) a. Keseimbangan tubuh kanan dan kiri b. Tingkat energi lebih baik c. Memperbaiki kerjasama kedua mata (bisa meringankan stres visual, juling atau pandangan yang terus-menerus) d. Otot tengkuk dan bahu lebih relaks Pemusatan adalah kemampuan untuk menyeberangi garis pisah antara bagian atas dan bawah tubuh dan mengaitkan fungsi dari bagian atas dan bawah otak, bagian tengah system limbic

45 31 yang berhubungan dengan informasi emosional serta otak besar untuk berfikir yang abstrak. Ketidakmampuan untuk mempertahankan pemusatan ditandai dengan ketakutan yang tak beralasan, ketidakmampuan untuk menyatakan emosi. 2.6 Kerangka berfikir Lansia Panti Wreda Depresi Perubahan psikologis Persepsi lansia terhadap senam otak Kehilangan Stress Terlalu lelah. Gangguan dan reaksi terhadap obat. Senam otak Gambar 2.4. Kerangka berfikir

46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat penelitian Penelitian ini dilakukan di Panti Wredha Griya Sehat Bahagia Karanganyar Waktu penelitian Penelitian inidilakukan pada bulan Februari sampai bulan Mei2014 di Panti Wredha Griya Sehat Bahagia Karanganyar Bentuk dan strategi penelitian Penelitian ini merupakan penelitiankualitatif dengan strategi atau pendekatan fenomenologis.pendekatan fenomenologis merupakan pendekatan yang berusaha untuk memahami makna dari berbagai peristiwa dan interaksi manusia didalam situasinya yang khusus. Fenomenologi menggambarkan riwayat hidup seseorang dengan cara menguraikan arti dan makna hidup serta pengalaman suatu peristiwa yang dialaminya. Penelitian ini dilakukan dalam situasi penelitian yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang diteliti. Dengan demikian cara fenomenologis menekankan pada berbagai aspek subyektif dari perilaku manusia supaya dapat memahami tentang bagaimana dan makna apa yang mereka bentuk dari berbagai peristiwa di dalam kehidupan informan sehari harinya (Sutopo 2006). 44

47 32 Partisipanpada penelitian ini adalah lansia yang berada di Panti WredaGriya Sehat Bahagia Karanganyar yang mengalami depresi.tahap awal yang peneliti lakukan adalah mengidentifikasi kriteria partisipan sesuai tujuan dan kriteria sampel penelitian, setelah itu peneliti memulai menjalin hubungan saling percaya dengan calon partisipan dan keluarga partisipan serta menjelaskan maksud dan tujuan proses penelitian yang akan dilakukan. Apabila calon partisipan merasa setuju maka peneliti akan memberikan lembar persetujuan (informed consent). Selanjutnya, setelah partisipan setuju secara sukarela untuk mengikuti penelitian ini, peneliti memulai tahap awal dengan membina hubungan saling percaya dan kotrak waktu dengan partisipan untuk melakukan senam otak, maka langkah selanjutnya peneliti memberikan senam otak melalui tayangan video yang akan ditirukan oleh partisipan.langkah terakhir, peneliti melakukan wawancara kepada partisipan mengenai persepsi partisipan tentang senam otak dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah disusun oleh peneliti Sumber data Pemahaman mengenai berbagai macam sumber data merupakan bagian yang sangat penting bagi peneliti karena ketetapan memilih dan menentukan ketetapan dan kekayaan data atau kedalaman informasi yang diperoleh. Data tidak akan bisa diperoleh tanpa adanya sumber (Sutopo 2006).

48 33 Adapun jenis sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : Informan Pada penelitiaan kualitatif sumber data dari narasumber sangat penting peranya sebagai bahan informasi dalam penyusunan laporan. Dalam penelitian ini peneliti memilih 5 informan yaitu pasien lansia depresiyang berada di Panti Wredha Griya Sehat Bahagia Karanganyar, lansia yang dijadikan informan adalah lansia yang mengalami depresi ringan sampai sedang. Sutopo menuliskan bahwa informan bukan sekedar memberikan tanggapan pada apa yang ditanyakan peneliti, tetapi informan bisa lebih memilih arah dan selera dalam menyajikan informasi yang mereka miliki (Sutopo 2006) Tempat dan Peristiwa Penelitian ini dilakukan dengan cara mengobservasi tempat tingal lansia yaitu di Panti WredhaDharma Bhakti Kasih Surakarta. Panti wredha juga dapat mengakibatkan salah satu penyebab depresi dikarenakan salah satunya lansia jauh dari keluarga, kemudian lansia merasa kesepian karena tidak ada anak cucunya yang merawat dan tempat atau panti tersebut dapat menimbulkan kebosanan karena kehidupan di Panti hanya monoton karena jarang dilakukan aktivitas yang menarik disetiap harinya, maka lansia yang berada di Panti Wredha juga bisa mengalami depresi dari depresi ringan hingga berat.

49 Observasi Penelitian ini dilakukan dengan mengobservasi sikap dan tingkah laku partisipan yang mengikuti gerakan senam otakatau tidak selama proses senam otak berlangsung.teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, aktivitas, perilaku, tempat atau lokasi dan benda serta rekaman gambar. Beragam benda atau alat sederhana yang terlibat dalam suatu peristiwa atau kegiatan peneliti dapat menjadi sumber data yang penting (Sutopo 2006) Dokumen Sumber data berupa dokumen atau arsip biasanya merupakan bahan tertulis yang berhubungan dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu. Sumber yang telah yang disebutkan adalah rekaman tertulis, namun juga bisa berupa gambar atau benda peninggalan (Sutopo 2006).Pada penelitian ini tidak jauh berbeda dengan data yang disebutkan diatas, karena dipenelitiaan ini cara pengambilan datanya mengikuti alur dan prosedur yang sudah ditetapkan diatas. Pertama lanjut usiasebagai obyek penelitianya, kedua data-data tersebut diperoleh dari buku yang membahas tentang lanjut usia, depresi dan senam otak serta jurnal penelitiaan yang membahas tentang lanjut usia, depresi dan senam otak.

50 Alat penelitian dan cara pengumpulan data. Peneliti dalam penelitian kualitatif merupakan instrumen/ alat dalam penelitian. Alat bantu dalam pengumpulan data yang digunakan yaitu alat tulis ( buku dan bolpoin), alat rekam untuk merekam percakapandan pedoman wawancara. Cara pengumpulan data pada penelitian kualitatif meliputi : Wawancara mendalam Wawancara adalah tehnik pengumpulan data melalui proses tanya jawab lisan yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan datang dari pihak yang memwawancarai dan jawaban diberikan oleh yang diwawancara (Fatoni 2006). Sumber data yang sangat penting dalam penelitian kualitatif adalah berupa manusia yang dalam posisi sebagai narasumber atau informan. Untuk mengumpulkan informasi dari sumber data ini diperlukan tehnik wawancara, yang dalam penelitian kualitatif khususnya dilakukan dalam bentuk yang disebut wawancara yang mendalam (in-depth interviewing). Teknik wawancara ini merupakan teknik yang paling banyak digunakan dalam penelitian kualitatif dan wawancara akan dihentikan oleh peneliti ketika semua jawaban dari partisipan jenuh(sutopo 2006). Peneliti melakukan wawancara mendalam dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah disusun peneliti sesuai dengan tema dan topik penelitian.

PERSEPSI LANSIA DEPRESI TENTANG SENAM OTAK DI PANTI WREDHA GRIYA SEHAT BAHAGIA KARANGANYAR

PERSEPSI LANSIA DEPRESI TENTANG SENAM OTAK DI PANTI WREDHA GRIYA SEHAT BAHAGIA KARANGANYAR PERSEPSI LANSIA DEPRESI TENTANG SENAM OTAK DI PANTI WREDHA GRIYA SEHAT BAHAGIA KARANGANYAR Rizki Wahyu Jati Kusuma 1), Wahyuningsih Safitri 2), Rima Wahyu Agustin 3) 123 Program Studi S-1 Keperawatan STIKes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Usia lanjut atau lanjut usia merupakan kelompok usia yang mengalami peningkatan paling cepat dibanding kelompok usia lainnya. Dalam bidang kesehatan, hal ini dapat dilihat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sesuai kemampuannya (Darmajo, 2009).

I. PENDAHULUAN. sesuai kemampuannya (Darmajo, 2009). I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lansia merupakan seseorang dengan usia lanjut yang mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial. Perubahan ini akan memberikan pengaruh terhadap seluruh aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia merupakan suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi terhadap lingkungan. Penurunan yang terjadi berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mulai masuk ke dalam kelompok negara berstruktur tua (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari semakin tingginya usia rata-rata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat perkembangan yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tolak ukur kemajuan bangsa adalah dilihat dari usia harapan hidup penduduknya. Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat perkembangan yang cukup

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indikator keberhasilan pembangunan suatu negara adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Meningkatnya usia harapan hidup penduduk, menyebabkan jumlah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia akan mengalami proses penuaan di dalam kehidupannya. Menurut Padila (2013), proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang di mulai sejak permulaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Indonesia menurut survey Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006

I. PENDAHULUAN. hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Indonesia menurut survey Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lansia merupakan istilah bagi individu yang telah memasuki periode dewasa akhir atau usia tua. Periode ini merupakan periode penutup bagi rentang kehidupan seseorang,

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014 PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014 1* Gumarang Malau, 2 Johannes 1 Akademi Keperawatan Prima Jambi 2 STIKes

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa ABSTRAK Halusinasi adalah gangguan jiwa pada individu yang dapat ditandai dengan perubahan persepsi sensori, dengan merasakan sensasi yang tidak nyata berupa suara, penglihatan, perabaan, pengecapan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu lanjut usia yang berusia antara tahun, danfase senium yaitu lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. yaitu lanjut usia yang berusia antara tahun, danfase senium yaitu lanjut usia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa, terdiri dari fase prasenium yaitu lanjut usia yang berusia antara 55-65 tahun, danfase senium yaitu lanjut usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu aspek yang mendukung siswa untuk mencapai prestasi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu aspek yang mendukung siswa untuk mencapai prestasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsentrasi adalah pemusatan fungsi jiwa terhadap suatu objek seperti konsentrasi pikiran, perhatian dan sebagainya (Djamarah, 2008). Slameto (2003) mengungkapkan konsentrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan. Terdapat beberapa siklus kehidupan menurut Erik Erikson, salah satunya adalah siklus

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Hasil Belajar Pretest Pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok. Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai rerata pretest pada

BAB V PEMBAHASAN. A. Hasil Belajar Pretest Pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok. Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai rerata pretest pada BAB V PEMBAHASAN A. Hasil Belajar Pretest Pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol. Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai rerata pretest pada kelompok eksperimen sebesar 57,23 dan kelompok

Lebih terperinci

Arifal Aris Dosen Prodi S1 keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

Arifal Aris Dosen Prodi S1 keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)-STIMULASI SENSORI TERHADAP TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA PASURUAN BERLOKASI DI BABAT KABUPATEN LAMONGAN Arifal Aris Dosen Prodi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lansia yang berhenti bekerja, umumnya menderita post power. syndrome, kehilangan kepercayaan diri karena berkurangnya peran

BAB I PENDAHULUAN. Lansia yang berhenti bekerja, umumnya menderita post power. syndrome, kehilangan kepercayaan diri karena berkurangnya peran 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nugroho (2006) menjelaskan bahwa menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Kemunduran fisik yang di alami saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa jumlah. jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun (Bandiyah, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa jumlah. jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun (Bandiyah, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisilogis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010). Banyak kelainan atau penyakit

BAB I PENDAHULUAN. fisilogis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010). Banyak kelainan atau penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara urutan ke-4 dengan jumlah lansia paling banyak sesudah Cina, India dan USA. Peningkatan jumlah lansia di negara maju relatif lebih cepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap keterbatasannya akan dialami oleh seseorang bila berumur panjang. Di Indonesia istilah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Balai Kesehatan dan Olahraga untuk Lanjut Usia Di Solo. a. Balai. b. Kesehatan. c. Olahraga. d. Lanjut.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Balai Kesehatan dan Olahraga untuk Lanjut Usia Di Solo. a. Balai. b. Kesehatan. c. Olahraga. d. Lanjut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Judul laporan Dasar Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (DP3A) yang diangkat adalah Balai Kesehatan dan Olahraga untuk Lanjut Usia Di Solo. Untuk dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspek psikologis, biologis, fisiologis, kognitif, sosial, dan spiritual yang akan

BAB I PENDAHULUAN. aspek psikologis, biologis, fisiologis, kognitif, sosial, dan spiritual yang akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan usia harapan hidup menyebabkan terjadinya perubahan pada aspek psikologis, biologis, fisiologis, kognitif, sosial, dan spiritual yang akan menjadikan lansia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wajar akan dialami semua orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya

BAB I PENDAHULUAN. wajar akan dialami semua orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses menua di dalam perjalanan hidup manusia merupakan suatu hal yang wajar akan dialami semua orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan quasi eksperiment. Quasi eksperiment adalah penelitian yang menguji coba suatu intervensi pada sekelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam maupun luar tubuh (Padila, 2013). Menjadi tua merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN. dalam maupun luar tubuh (Padila, 2013). Menjadi tua merupakan proses 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penuan merupakan bagian dari rentang kehidupan manusia, menua atau aging adalah suatu keadaan yang terjadi dalam kehidupan manusia yang diberi umur panjang. Menua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh pemerintah telah mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara umum antara lain dapat dilihat

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI PADA LANSIA

LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI PADA LANSIA LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI PADA LANSIA A. Konsep dasar lansia 1. Pengertian Lansia Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65-75 tahun (Potter, 2005). Proses menua merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat memngganggu aktivitas dalam kehidupan sehari-hari (Stanley and

BAB I PENDAHULUAN. dapat memngganggu aktivitas dalam kehidupan sehari-hari (Stanley and BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demensia merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan kerusakan fungsi kognitif pada seseorang yang bersifat progresif dan biasanya dapat memngganggu aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia secara geografis terletak di wilayah yang rawan bencana. Bencana alam sebagai peristiwa alam dapat terjadi setiap saat, di mana saja, dan kapan saja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia atau lansia

BAB I PENDAHULUAN. periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia atau lansia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam serangkaian periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia atau lansia (Nugroho, 2008).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Operasi atau pembedahan merupakan salah satu bentuk terapi pengobatan dan merupakan upaya yang dapat mendatangkan ancaman terhadap integritas tubuh dan jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, peraikan lingkungan hidup,

Lebih terperinci

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 Penelitian Keperawatan Jiwa SITI FATIMAH ZUCHRA BP. 1010324031

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Kesejahteraan 2.1.1 Definisi Kesejahteraan dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1989) adalah keamanan, keselamatan, ketentraman, kesenangan hidup, kemakmuran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, manfaat penelitian. A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan masyarakat merupakan upaya

Lebih terperinci

PROSES TERJADINYA MASALAH

PROSES TERJADINYA MASALAH PROSES TERJADINYA MASALAH ` PREDISPOSISI PRESIPITASI BIOLOGIS GABA pada sistem limbik: Neurotransmiter inhibitor Norepineprin pada locus cereleus Serotonin PERILAKU Frustasi yang disebabkan karena kegagalan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUN PUSTAKA

BAB II TINJAUN PUSTAKA BAB II TINJAUN PUSTAKA 1.1 Ruang Lingkup Lansia 2.1.1 Pengertian Lansia Lanjut usia adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS SENAM LANSIA TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA YANG MENDERITA HIPERTENSI DI PSTW BUDHI LUHUR YOGYAKARTA

EFEKTIFITAS SENAM LANSIA TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA YANG MENDERITA HIPERTENSI DI PSTW BUDHI LUHUR YOGYAKARTA EFEKTIFITAS SENAM LANSIA TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA YANG MENDERITA HIPERTENSI DI PSTW BUDHI LUHUR YOGYAKARTA Karya Tulis Ilmiah Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat Sarjana Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut 54 tahun untuk wanita dan laki-laki 50,9 tahun. Pada tahun 1985

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut 54 tahun untuk wanita dan laki-laki 50,9 tahun. Pada tahun 1985 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Di Indonesia angka harapan hidup semakin meningkat. Pada tahun 1980 angka tersebut 54 tahun untuk wanita dan laki-laki 50,9 tahun. Pada tahun 1985 meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical Manual of Mental Disorder, 4th edition) adalah perilaku atau sindrom psikologis klinis

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PELATIHAN TERHADAP PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG SENAM OTAK PADA TUNAGRAHITA RINGAN. Di SDLB C Pertiwi Ponorogo

KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PELATIHAN TERHADAP PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG SENAM OTAK PADA TUNAGRAHITA RINGAN. Di SDLB C Pertiwi Ponorogo KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PELATIHAN TERHADAP PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG SENAM OTAK PADA TUNAGRAHITA RINGAN Di SDLB C Pertiwi Ponorogo Oleh: ZURISKA KUMALASARI NIM 13612536 PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Chaplin,gangguan jiwa adalah ketidakmampuan menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Dimana pada usia lanjut tubuh akan mencapai titik perkembangan yang maksimal, setelah

Lebih terperinci

PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT STRES PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D IV FISIOTERAPI TINGKAT AKHIR

PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT STRES PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D IV FISIOTERAPI TINGKAT AKHIR PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT STRES PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D IV FISIOTERAPI TINGKAT AKHIR Skripsi Ini Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Mendapatkan Gelar Sarjana Sains Terapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses menua merupakan kombinasi bermacam-macam faktor yang saling berkaitan. Proses menua dapat diartikan sebagai perubahan yang terkait waktu, bersifat universal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan penduduk, berpengaruh terhadap peningkatan Usia Harapan Hidup (UHH) masyarakat di Indonesia. Menurut laporan Perserikatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang memiliki umur harapan hidup penduduk yang semakin meningkat seiring dengan perbaikan kualitas hidup dan pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia pasti akan mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan dari bayi sampai lanjut usia (lansia). Lanjut usia (lansia) merupakan kejadian yang pasti akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercatat paling pesat di dunia dalam kurun waktu Pada tahun 1980

BAB I PENDAHULUAN. tercatat paling pesat di dunia dalam kurun waktu Pada tahun 1980 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laju pertumbuhan jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia tercatat paling pesat di dunia dalam kurun waktu 1980-2025. Pada tahun 1980 penduduk lansia di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis. Maslow (1970) mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan perhatian lebih dalam setiap pendekatannya. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan perhatian lebih dalam setiap pendekatannya. Berdasarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penduduk lanjut usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan masyarakat yang membutuhkan perhatian lebih dalam setiap pendekatannya. Berdasarkan definisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Multi krisis yang menimpa masyarakat dewasa ini merupakan salah satu pemicu yang menimbulkan stres, depresi dan berbagai gangguan kesehatan jiwa pada manusia.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 20 Februari 2017 hingga 5 Maret 2017 di Panti Wreda Pengayoman Semarang. Adapun rincian pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Proses menua (aging) adalah proses alami yang dihadapi manusia. Dalam proses ini, tahap yang paling krusial adalah tahap lansia (lanjut usia). Dalam tahap ini, pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial BAB II TINJAUAN TEORI A. KONSEP DASAR 1. Pengertian Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population) karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir adalah gangguan pada

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir adalah gangguan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir adalah gangguan pada fungsi ginjal, dimana tubuh tidak mampu untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi Hipertensi adalah apabila tekanan sistoliknya diatas 140 mmhg dan tekanan diastolik diatas 90 mmhg. Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke,

Lebih terperinci

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tingkat Kecemasan Remaja yang Menjalani Perawatan (Hospitalisasi) Remaja 1. Kecemasan Kecemasan merupakan suatu sinyal yang menyadarkan dan mengingatkan adanya bahaya yang mengancam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demensia adalah suatu sindroma penurunan kemampuan intelektual progresif yang menyebabkan deteriorasi kognisi dan fungsional, sehingga mengakibatkan gangguan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1)

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fenomena penuaan populasi (population aging) merupakan fenomena yang telah terjadi di seluruh dunia, istilah ini digunakan sebagai istilah bergesernya umur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun Data WHO juga memperkirakan 75% populasi lansia di dunia pada. tahun 2025 berada di negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. tahun Data WHO juga memperkirakan 75% populasi lansia di dunia pada. tahun 2025 berada di negara berkembang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah WHO memperkirakan tahun 2025 jumlah lansia di seluruh dunia akan mencapai 1,2 miliar orang yang akan terus bertambah hingga 2 miliar orang di tahun 2050. Data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat. Hasil survey tahun 2012, prevalensi kejadian penyalahgunaan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat. Hasil survey tahun 2012, prevalensi kejadian penyalahgunaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di Indonesia dalam kondisi saat ini sangat memprihatinkan. Dampaknya luar biasa dan mampu merusak sendi kehidupan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2010, dengan masalah kesehatan). Menurut Sumiati Ahmad Mohammad, masa

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2010, dengan masalah kesehatan). Menurut Sumiati Ahmad Mohammad, masa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2010, lanjut usia atau lansia adalah seseorang yang telah berusia 60 tahun atau lebih. Menurut Departemen

Lebih terperinci

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri A. Pengertian Defisit Perawatan Diri Kurang perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Maslim, 2001). Kurang perawatan diri adalah

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGARUH SENAM LANSIA TERA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS TIDUR LANSIA DI YAYASAN WERDA SEJAHTERA DESA KAWAN KECAMATAN BANGLI

SKRIPSI PENGARUH SENAM LANSIA TERA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS TIDUR LANSIA DI YAYASAN WERDA SEJAHTERA DESA KAWAN KECAMATAN BANGLI SKRIPSI PENGARUH SENAM LANSIA TERA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS TIDUR LANSIA DI YAYASAN WERDA SEJAHTERA DESA KAWAN KECAMATAN BANGLI Oleh : IKOMANG RAI DARMABUDI NIM: 1202115030 KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia merupakan individu yang berada pada tahapan dewasa akhir yang usianya dimulai dari 60 tahun keatas. Setiap individu mengalami proses penuaan terlihat dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang maksimal. Setelah itu tubuh manusia menyusut dikarenakan berkurangnya jumlah sel-sel yang ada dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sehat jiwa adalah keadaan mental yang sejahtera ketika seseorang mampu merealisasikan potensi yang dimiliki, memiliki koping yang baik terhadap stressor, produktif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi adalah gangguan terganggunya persepsi sensori seseorang,dimana tidak terdapat stimulus. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien merasa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health, Rice (1992)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health, Rice (1992) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres 2.1.1 Definisi Stres dan Jenis Stres Menurut WHO (2003) stres adalah reaksi atau respon tubuh terhadap tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lanjut usia merupakan suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lanjut usia merupakan suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia merupakan suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade. Menurut Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahterahaan lanjut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138) digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaaan, dan sosial. Perubahan ini akan memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terapi lingkungan merupakan salah satu bentuk upaya kuratif yang dapat dilakukan untuk membantu proses penyembuhan penyakit karena lingkungan berkaitan erat dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan laki-laki, yaitu 10,67 juta orang (8,61 % dari seluruh penduduk

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan laki-laki, yaitu 10,67 juta orang (8,61 % dari seluruh penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Orang lanjut usia adalah sebutan bagi mereka yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. unipolar, penggunaan alkohol, gangguan obsesis kompulsif (Stuart & Laraia,

BAB I PENDAHULUAN. unipolar, penggunaan alkohol, gangguan obsesis kompulsif (Stuart & Laraia, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah utama gangguan jiwa di dunia adalah skizofrenia, depresi unipolar, penggunaan alkohol, gangguan obsesis kompulsif (Stuart & Laraia, 1998). Skizofrenia

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya rangsang dari luar. Walaupun tampak sebagai sesuatu yang khayal, halusinasi sebenarnya merupakan bagian

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI MUSIK JAWA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA MAGETAN SKRIPSI

PENGARUH TERAPI MUSIK JAWA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA MAGETAN SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK JAWA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA MAGETAN SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI MUSIK TERHADAP DEPRESI PADA LANSIA TESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai derajad Magister Psikologi

PENGARUH TERAPI MUSIK TERHADAP DEPRESI PADA LANSIA TESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai derajad Magister Psikologi PENGARUH TERAPI MUSIK TERHADAP DEPRESI PADA LANSIA TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai derajad Magister Psikologi Program Studi Psikologi Magister Profesi Psikologi Klinis Dewasa Diajukan

Lebih terperinci

Survey inkontinensia urin yang dilakukan oleh Departemen Urologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga RSU Dr. Soetomo tahun 2008 terhadap 793 pen

Survey inkontinensia urin yang dilakukan oleh Departemen Urologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga RSU Dr. Soetomo tahun 2008 terhadap 793 pen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Inkontinensia urin adalah pengeluaran urin yang tidak terkendali pada waktu yang tidak terkendali dan tanpa melihat frekuensi maupun jumlahnya yang mana keadaan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Struktur penduduk dunia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Struktur penduduk dunia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Struktur penduduk dunia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah proporsi penduduk lanjut usia (lansia). Proyeksi dan data-data

Lebih terperinci

ABSTRAK PENGARUH PELAKSANAAN SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI PUSKESMAS KALUKU BODOA MAKASSAR TAHUN 2015

ABSTRAK PENGARUH PELAKSANAAN SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI PUSKESMAS KALUKU BODOA MAKASSAR TAHUN 2015 ABSTRAK PENGARUH PELAKSANAAN SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI PUSKESMAS KALUKU BODOA MAKASSAR TAHUN 2015 Fatma Abd Manaf 1, Andi ayumar 1, Suradi Efendi 1 1 School od Health

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016. 47 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Lokasi Penelitian Penelitian tentang Hubungan Antara Faktor Demografi dengan Pada Penderita Hipertensi di Kabupaten Gunungkidul DIY telah dilakukan di Puskesmas

Lebih terperinci

A. Bagian-Bagian Otak

A. Bagian-Bagian Otak A. Bagian-Bagian Otak 1. Cerebrum (Otak Besar) Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga disebut dengan nama Cerebral Cortex, Forebrain atau Otak Depan. Cerebrum merupakan bagian otak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kembali kehidupan, masa pensiun dan penyesuaian diri dengan peran-peran sosial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kembali kehidupan, masa pensiun dan penyesuaian diri dengan peran-peran sosial BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lanjut Usia Menurut Santrock (2006) masa lanjut usia (lansia) merupakan periode perkembangan yang bermula pada usia 60 tahun yang berakhir dengan kematian. Masa ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usia lanjut di Indonesia diperkirakan antara tahun sebesar 414 %

BAB I PENDAHULUAN. usia lanjut di Indonesia diperkirakan antara tahun sebesar 414 % BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tolak ukur kemajuan suatu bangsa seringkali dilihat dari angka harapan hidup penduduknya. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan akhir-akhir

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan akhir-akhir BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan akhir-akhir ini menjadi salah satu faktor peningkatan permasalahan kesehatan fisik dan mental/spiritual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup individu, yaitu suatu masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup individu, yaitu suatu masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup individu, yaitu suatu masa dimana individu telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan atau

Lebih terperinci

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA PENGARUH TERAPI KOGNITIF TERHADAP PENURUNAN RESPON DEPRESI PADA PASIEN KUSTA Ns. Erti Ikhtiarini Dewi, M.Kep. Sp.Kep.J 0028108104 PROGRAM STUDI ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa. Di masa ini, remaja mulai mengenal dan tertarik dengan lawan jenis sehingga remaja

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak merniliki objek yang spesifik. Kecemasan adalah

Lebih terperinci

PENGARUH RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

PENGARUH RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Keperawatan Oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional dapat dilihat dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional dapat dilihat dari kemajuan ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama dalam bidang medis, ilmu kedokteran

Lebih terperinci

Rentang perhatian pada anak pra-sekolah sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya

Rentang perhatian pada anak pra-sekolah sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya TINGKATKAN KONSENTRASI BELAJAR ANAK Konsentrasi adalah bagaimana anak fokus dalam mengerjakan atau melakukan sesuatu sehingga pekerjaan itu mampu dikerjakan dalam waktu tertentu. Kemampuan anak berkonsentrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang 129%, Jerman 66%, dan Swedia 33% (Depkes,2003). Indonesia termasuk salah satu negara Asia yang pertumbuhan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Jepang 129%, Jerman 66%, dan Swedia 33% (Depkes,2003). Indonesia termasuk salah satu negara Asia yang pertumbuhan penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk lansia (lanjut usia) Indonesia pada tahun 2025 dibandingkan dengan keadaan pada tahun 1990 akan mengalami kenaikan sebesar 414% dan hal ini merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkala, enyahkan asap rokok, rajin senam osteoporosis, diet sehat dan seimbang,

BAB 1 PENDAHULUAN. berkala, enyahkan asap rokok, rajin senam osteoporosis, diet sehat dan seimbang, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat dianjurkan untuk melakukan upaya promotif dan preventif, dengan mengadopsi gaya hidup sehat dengan cerdik, yaitu cek kesehatan secara berkala, enyahkan asap

Lebih terperinci