BAB III IDENTIFIKASI DATA. A. Identifikasi Obyek Perancangan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III IDENTIFIKASI DATA. A. Identifikasi Obyek Perancangan"

Transkripsi

1 BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Identifikasi Obyek Perancangan 1. Sangiran Sangiran sebenarnya adalah nama kembar dari dua pedukuhan kecil yang terletak di perbatasan Kabupaten Sragen dan Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Kedua pedukuhan ini dipisahkan oleh Kali Cemoro yang mengalir dari Kaki Gunung Merapi menuju ke Sungai Bengawan Solo. Dukuh Sangiran sisi utara terletak di Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragendan Dukuh Sangiran sisi selatan masuk wilayah Desa Krendowahono, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar. Dari nama kembar pedukuhan itulah Sangiran berasal yang sekarang telah dijadikan nama dari sebuah kawasan situs manusia purba yang cukup penting di antara jajaran situs-situs manusia purba lain di dunia yang jumlahnya sangat terbatas. Situs Manusia Purba Sangiran berada di dalam kawasan Kubah Sangiran. Kubah tersebut terdapat di Depresi Solo, di kaki Gunung Lawu kurang lebih 18 km sebelah utara kota Solo ke arah kota Purwodadi. Tepatnya Museum Sangiran beralamat di Desa Krikilan, Kec. Kalijambe, Kab. Daerah Tingkat II Sragen. Secara astronomis situs manusia purba sangiran terletak antara 110 o 49 hingga 110 o 53 Bujur Timur, dan antara 07 o 24 hingga 07 o 30 Lintang Selatan. Situs Sangiran ini dianggap penting karena memiliki keutamaan antara lain, bahwa situs ini areal sebaran temuannya sangat luas yaitu ± 59,21 Km 2 berada di wilayah Kabupaten Seragen dan Karanganyar, dan mengalami masa hunian oleh manusia 25

2 26 purba paling lama dibanding situs-situs lain di dunia, yaitu di huni oleh manusia purba selama lebih dari satu juta tahun dengan jumlah temuan fosil manusia purba yang cukup melimpah, yaitu mencapai 50% populasi homo erectus di dunia. Penelitian tentang Situs Sangiran dimulai tahun 1893, ketika untuk pertama kalinya situs ini didatangi peneliti Eugene Dubois yang pada saat itu sedang dalam pencarian untuk mencari fosil nenek moyang manusia. Namun karena kurang serius meneliti di sangiran, maka dia tidak berhasil mendapatkan temuan yang dicarinya. Temuan yang ia cari justru didapatkannya di Trinil, Ngawi, Jawa Timur. Pada tahun 1932 L.J.C. van Es melakukan pemetaan secara geologis di Sangiran dan sekitarnya. Peta inilah yang kemudian digunakan oleh G.H.R. von Koenigswald pada tahun 1934 untuk melakukan survei eksploratif dengan temuan beberapa artefak prasejarah. Ia berkerja pada pemerintahan Belanda sebagai staf di Dinas Pertambangan di Bandung pada tahun 1930-an dibantu oleh Toto Marsono, Kepala Desa Krikilan pada masa itu yang telah melatih masyarakat Sangiran mempelajari tentang fosil dan cara penanganannya secara profesional. Setiap hari Toto Marsono atas perintah G. H. R. Von Koenigswald mengerahkan penduduk sangiran untuk mencari balung buto (Bahasa Jawa = tulang raksasa) demikian penduduk Sangiran mengistilahkan temuan tulang-tulang berukuran besar itu. Hasil penelitian dikumpulkan di rumah Kepala Desa Krikilan, Bapak Toto Marsono sampai tahun Karena banyaknya wisatawan yang berdatangan, maka muncul ide untuk membangun sebuah museum melalui Bupati Sragen di desa Krikilan Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen. Pada awalnya Museum Sangiran dibangun diatas tanah seluas 1000 m 2 dan diberi nama Museum Plestosen yang terletak disamping Balai Desa Krikilan. Sebuah

3 27 museum yang representatif baru dibangun pada tahun 1983 oleh pemerintah pusat di atas tanah seluas m 2 karena semakin banyaknya temuan fosil yang dihasilkan dan sekaligus bertujuan melayani wisatawan. Sejak ditetapkannya Museum Manusia Purba Sangiran sebagai warisan dunia oleh UNESCO dengan nama Sangiran The Early Man Site pada tanggal 5 Desember 1996, di Museum Sangiran terus dilakukan penambahan dan pembenahan fasilitas pendukung guna mempertegas keberadaannya sebagai salah satu warisan dunia yang memiliki peran penting bagi perkembangan ilmu pengetahuan maupun untuk menciptakan kenyamanan bagi para wisatawan yang berkunjung ke museum ini. Tahun 1998 Dinas Pariwisata Propinsi Jawa Tengah melengkapi kompleks Museum Sangiran dengan bangunan audio visual di sisi timur museum dan tahun 2002 Bupati Sragen mengubah interior ruang kantor dan ruang pertemuan menjadi ruang pameran tambahan. Karena dianggap masih kurang representatif dan potensi Situs Sangiran perlu dikembangkan demi kesejahteraan masyarakat luas, maka pada tahun 2004 telah disusun masterplan dan pada tahun 2007 disusun DED (Detail Enginering Design). Berdasarkan Masterplan dan DED tersebut maka pada tahun 2008 hingga 2014 di Situs Sangiran dibangun 5 museum di 4 klaster. Ke empat museum klaster ini adalah Museum Manusia Purba Klaster Bukuran, Museum Manusia Purba Klaster Ngebung, Museum Manusia Purba Klaster Dayu, dan Museum Lapangan Manyarejo. Masing-masing museum tersebut memiliki tema sajian yang berbeda sesuai dengan potensi masing-masing lokasi. Di Museum Manusia Purba Sangiran ini terdapat sekitar koleksi fosil manusia purba dan merupakan terlengkap di Asia. Ada juga fosil hewan bertulang belakang, fosil binatang air, batuan, fosil tumbuhan laut, alat-alat batu, dan

4 28 beberapa jenis hewan seperti badak, sapi, rusa, banteng, dan kerbau. Tersedia juga ruang audio visual untuk menyaksikan fosil tinggalan kehidupan masa prasejarah di Sangiran. Museum Sangiran saat ini menjadi sebuah museum megah dengan arsitektur modern. Di sini kita dapat melihat dari dekat koleksi fosil manusia purba, binatang yang hidup pada masa itu, hingga peralatan yang digunakannya. 2. Museum Manusia Purba Klaster Dayu Sangiran Museum purbakala Dayu beserta situs arkeologinya merupakan bagian dari Situs Manusia Purba Sangiran yang dikelola oleh Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran yang berpusat di Desa Krikilan Kec. Kalijambe Kab. Sragen. Museum ini diresmikan pada tanggal 19 Oktober 2014 oleh Wakil Presiden RI Prof. Dr Boediono bersama dengan Museum Manusia Purba Sangiran di Klaster Ngebung dan Bukuran. Museum purbakala Dayu adalah satu-satunya museum klaster sangiran yang berlokasi di Kabupaten Karanganyar dan menempati lahan seluas kurang lebih m 2 yang terletak di desa Dayu, Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar. Sejak pertengahan tahun 1990-an hingga sekarang, daerah Dayu menjadi pusat perhatian para peneliti, sudah lebih dari 30 kotak test-pit di buka di lokasi ini. Di museum ini kita dapat melihat dan mempelajari jejak kehidupan manusia purba dari struktur dan lapisan tanah yang telah ada berjuta-juta tahun silam. Selain itu, di Museum Dayu dapat diperoleh informasi lengkap tentang kehidupan manusia purba di pulau Jawa yang dapat menyumbang perkembangan ilmu pengetahuan seperti antropologi, arkeologi, geologi, paleoantropologi, magantropus, erektus, dan lain-lain. Lokasi ini menjadi lokasi temuan fosil-fosil yang merupakan jejak kehidupan manusia purba juga menjadi pusat penelitian ilmu pengetahuan tentang kehidupan Pra sejarah. Situs

5 29 ini banyak menyimpan kekayaan memori kehidupan sejak jutaan tahun silam, baik itu kehidupan flora, fauna, maupun manusia dan budayanya, serta merekam perubahan lingkungan yang pernah terjadi di Sangiran jutaan tahun silam. Penelitian-penelitian di Dayu memberikan hasil yang sangat spektakuler, seperti pada tahun 2004 hingga 2006 ditemukannya lapisan pasir flufio-volkanik di bawah lapisan lempung hitam Foramsi Pucangan yang terdapat bukti-bukti kehidupan manusia berupa alat-alat serpih Sangiran (Sangiran Flake Industry) dengan kuantitas lebih dari 200 artefak. Alat-alat serpih ini merupakan budaya manusia purba paling tua di Indonesia, dan diyaini sebagai budaya Homo Erectus arkaik yang hidup pada kala Plestosen Bawah di Sangiran. Museum Dayu berdiri di atas lahan yang khusus dipilih dan dirancang sebagai sajian contoh lapisan tanah dari 4 zaman dalam rentang masa 100 ribu hingga 1,8 juta tahun silam, Museum dayu menjelma menjadi pusat informasi tentang pelapisan tanah purba dan budaya manusia jenis Homo Erectus terlengkap. Museum Dayu hadir dengan tema Apresiasi Ekskavasi dan Penelitian Mutakhir. Museum ini memberikan gambaran mengenai lapisan tanah di Dayu, kehidupan Kala Plestosen Bawah, dan penemuan artefak batu yang tertua di Indonesia dalam ekskavasi di Dayu. Informasi yang populer disertai tata pamer dan display menarik, serta sentuhan teknologi terkini menjadikan museum ini layak menjadi tujuan wisata edukasi dan sumber ilmu pengetahuan tentang masa lalu. Pengunjung akan diajak berjalan menuruni tangga menuju masa jutaan tahun silam. Museum ini merupakan pengembangan untuk pemanfaatan Situs Sangiran. Di sekitar lokasi museum sampai sekarang masih ditemukan fosil. Tujuan utama

6 30 pendirian Museum Dayu adalah mempresentasikan tentang kehidupan manusia antara 1,2 sampai 0,3 juta tahun yang lalu dan informasi hasil penelitian terkini. Pada Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Dayu terdapat tiga jenis ruang display, yaitu ruang shelter (anjungan), ruang diorama, dan ruang pamer. Pada masing-masing ruang anjungan terdapat sajian fosil binatang yang berbedabeda. Secara umum sajian fosil binatang disesuaikan dengan penemuannya pada masing-masing lapisan tanah. Ruang shelter terbagi menjadi tiga anjungan yaitu: a. Anjungan Notopuro Anjungan ini berdiri di atas lapisan tanah yang terbentuk tahun yang lalu Inilah sangiran 250 ribu tahun yang silam. Hamparan padang rumput berseling belukar dialiri sungai, dengan iklim kerontong di musim kemarau. Pada kala plestoaran atas, sangiran banyak dihuni fauna pemakan rumput. Kelompok bovidae seperti kerbau, banteng, sapi, dan gerombolan babi hutan ( Suidae ) mendominasi kawasan ini hidup pula gerombolan gajah purba ( Elephantidae) yang merayah semak belukar, kacang kacangan,dan bunga-bungaan khas stepa. Tak jarang, punggung bukit sangiran diramikan oleh banteng dan badak yang berebut pangan dan ruang hidup. Di lembah sungai yang surut, buaya mesti berbagi ruang dengan kuda sungai ( hippopotamidae ). Predator seperti Macan Ngandong (Phanthera tigris soloensis) kerap singgah di bukit Sangiran untuk mencari makan. Demikian pula, kelompok manusia Homo erectus merambah lembah Sangiran untuk mempertahankan hidup. Memburu dan diburu!

7 31 Meski air masih melimpah di musim hujan, musim kemarau menjadi musim tak ramah lagi bagipenghuni Sangiran. Di musim ini, debit air sungai mengecil dan mendangkal.persainganpun semakin sempit. Hukum evolusi pun berlaku: survival of the fittnes (siapa siap dia akan bertahan). Fosil yang di pamerkan pada anjungan ini adalah fragmen fosil tulang paha gajah purba (femur) Elephantidae. b. Anjungan Kabuh Anjungan ini berdiri di atas lapisan tanah yang terbentuk tahun yang lalu. Sangiran pada masa ribu tahun yang lalu merupakankawasan aliran sungai yang cukup hijau, dengan dominasi rerumputan berseling pohon besar. Hewan herbivora seperti banteng, badak,dan gajah purba bergerombol merumput di bawah pohon rindang yang berseling semak belukar. Kelompok manusia Homo erectus pun acapkali menyeruak dan menghalau hewan untuk mempertahankan ruang hidupnya. Kadangkala dari atas bukit, homo erectus menuruni lembah tepian sungai besar untuk membuat alat batu dan mengumpulkan makanan seperti kacang-kacangan, umbi, dan telur. Mereka kadang memburu hewan-hewan antara lain babi hutan, kijang, dan sapi. Para pemburu lincah dan cekatan ini sanggup memojokkan hewan buruannya, sebelum menujah mereka dengan kayu runcing atau merajamnya dengan batu. Sungai yang lebar dan berkelok menyediakan air yang berlimpah bagi hewan dan manusia yang hidup pada masa itu. Lingkungan seperti

8 32 ini juga menjadi habitat yang baik bagi buaya dan kuda sungai. Selama 500 ribu tahun banyak peristiwa alam dan perubahan iklim terjadi sehingga lingkungan Sangiran kerap berubah-ubah. Menjelang akhir kala plestosen tengah aktivitas gunung api meningkat. Letusan-letusan dahsyat berasal dari gunung-gungung khusunya Gunung Lawu Purba. Fosil yang di pamerkan pada anjungan ini adalah tengkorak banteng purba (cranium) Bibos paleosondaicus. c. Anjungan Grenzbank Grenzbank, merupakan lapisan sebelum Kabuh. Nama ini berasal dari bahasa Jermanyang berarti Zona batas. Nama ini dilontarkan oleh G.H.R. von Koeningswald pada tahun Geolog bangsa Jerman ini bermaksud menandai lapisan transisi yang ditemukannya, antara kabuh dan fase sebelumnya; yakni lapisan tanah yang mewakili periode antara akibat perubahan lingkungan Sangiran, tahun yang lalu. Sejauh mata memandang hanya rawa dan hutan bakau yang terlihat. Sesekali buaya menyeruak membelah air tenang. Ketika suhu bumi memanas, muka air laut naik menyebabkan rawa-rawa Sangiran menjadi laut dangkal, menyisakan beting-beting daratan agak tinggi. Padang rumput diseling hijauan pepohonan pinus, di samping aliran sungai tenang membelah daratan ini. Gerombolan kuda sungai ( hippopotamidae) berendam dan menyelam merayakan kelimpahan air. Penyu purba (Chelonidae) pun senang hidup di lingkungan seperti ini.

9 33 Manusia purba Homo erectus biasanya beraktivitas di sepanjang sungai. Mereka mengumpulkan tanaman pangan dan membuat alat batu dari bahan yang tersedia, seraya tetap waspada terhadap macan purba (panthera tigris oxygnatha) yang gemar memangsa hewan-hewan lain. Kadangkala manusia juga belajar dari alam untuk berburu dan menangkap hewan lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pada akhir kala plestosen Tengah, proses pengangkatan daratan dan materisal erupsi gunung api purba yang mengisi dan menimbun laut dangkal bersama-sama mengubah Sangiran menjadi pantai dan daratan. Fosil yang di pamerkan pada anjungan ini adalah fragmen gading gajah purba (incisivus) Elephantidae. Pada lapisan paling bawah kompleks museum dibangun taman bermain dan tempat untuk beristirahat bagi pengunjung serta ruang diaroma yang berisi gambaran aktivitas perburuan kehidupan manusia purba jaman dahulu lengkap dengan hewan-hewan yang hidup pada masa itu. Pada saat memasuki ruangan ini, pengunjung serasa dibawa kembali ke jaman peradaban manusia purba. Sementara itu, pada ruang pamer terdapat sajian fosil binatang yang terdiri dari jenis binatang tulang pinggul (pelvis) Bovidae, tulang ekor (sacrum) Bovidae, tulang belakang (vertebrae) Bovidae, tulang kaki depan bawah (radius) Stegodon sp., rahang bawah (mandibula) Stegodon pigmi, rangga (antler) Cervidae, pergelangan kaki (astragalus) Bovidae, tulang kaki belakang kiri bawah (tibia sinistra) Bovidae, tulang leher (cervicalis) Bovidae, tulang rusuk (costae) Cervidae, rahang bawah (mandibula) Stegodon trigonocephalus, tulang kaki

10 34 depan bawah (radius) Bovidae, dan tulang pinggul (pelvis) Elephantidae, serta beberapa alat serpih batu. 3. Visi dan Misi Museum Sangiran a. Visi Visi Museum Sangiran adalah Lestarinya Situs Manusia Purba Sangiran sebagai pusat penelitian manusia purba yang mampu memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat baik pada tingkat dunia, regional, nasional, maupun lokal. b. Misi Museum Sangiran mempunyai beberapa misi-misi yang hendak dicapai dengan adanya museum ini antara lain: a. Melestarikan dan melindungi bentang alam, tinggalan alam dan budaya purba Sangiran yang unik dan sangat penting bagi ilmu pengetahuan, sejarah, dan kebudayaan. b. Menciptakan jalinan kerjasama yang padu di antara para stakeholders, baik dari lingkungan pemerintah, sektor swasta, akademisi, maupun masyarakat dalam rangka pelestarian dan pengembangan situs Sangiran. c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan untuk menciptakan kondisi yang kondusif bagi upaya pelestarian situs Sangiran.

11 35 d. Menyelenggarakan penelitian dalam rangka interpretasi berkelanjutan terhadap nilai-nilai penting situs Sangiran untuk kepentingan sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. e. Menjadikan Sangiran sebagai pusat informasi dan pengkajian data tentang manusia purba di Indonesia. f. Menyajikan nilai-nilai penting dan pengetahuan tentang situs Sangiran, baik bagian-bagiannya maupun secara keseluruhan, kepada khalayak. g. Mengembangkan wisata pendidikan yang ramah lingkungan dan berdampak positif bagi kesejahteraan masyarakat setempat. 4. Tujuan dan Sasaran didirikannya Museum Sangiran a. Tujuan Tujuan didirikannya Museum Sangiran adalah sebagai berikut: a. Penyelamatan dan Pengamanan kawasan situs cagar budaya Sangiran b. Melengkapi dan menyempurnakan sarana dan prasarana penunjang aktivitas di kawasan situs Sangiran c. Pengelolaan secara terpadu diantara para stakeholder yang menumbuhkan komitmen, keterpaduan dalam pengelolaan kawasan Situs Sangiran d. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berperan aktif menjaga situs dan memaksimalkan implementasi dari undang-undang cagar budaya

12 36 e. Mengembangkan dan meningkatkan penelitian semua disiplinilmu pengetahuan (Geologi, Arkeologi, Biologi, Paleoanthropologidan Antropologi) f. Meningkatkan daya tarik wisata skala nasional dan internasional b. Sasaran Sasaran utama dari didirikannya Museum Sangiran adalah: a. Terwujudnya keselamatan dan keamanan situs Sangiran b. Meningkatnya kesadaran dan pemahaman masyarakat terhadap keberadaan Situs Sangiran c. Terwujudnya peningkatan penelitian sebagai acuan dalam mengembangkan pegetahuan masyarakat tentang kehidupan masa purba d. Terwujudnya manajemen pengelolaan kawasan Sangiran yang handal e. Terpenuhinya kebutuhan sarana prasarana pendukung berbagai kegiatan penelitian dan kepariwisataan di kawasan Situs Sangiran f. Meningkatnya jumlah peneliti dan wisatawan

13 37 5. Struktur Organisasi dan Jaringan Kerja Pengelolaan Situs Manusia Purba Sangiran Gambar Bagan 1 Jaringan Kerja Pengelolaan Situs Sangiran Dep. Kebudayaan dan Pariwisata Menko Kesra (vocal point) Pemerintah Daerah Dirjen Sejarah dan Purbakala (sepur) Pokja Wardun KNIU UNESCO KNIU UNESCO BPSMP Sangiran Gambar Bagan 2 Struktur Organisasi Museum Sangiran Dep. Kebudayaan dan Pariwisata Dirjen Sejarah dan Purbakala (sepur) Pemerintah Provinsi/Kabupaten Dir. Perawatan Museum Museum Nasional Kepala Pusat Sangiran Kabag TU BP3 Jateng Bidang Penelitian Bidang Pelestarian Bidang Museum Bidang Pemanfaatan Kelompok Jabatan Fungsional/Peneliti Budaya

14 38 6. Promosi yang Pernah Dilakukan Selama ini museum Sangiran telah menggunakan beberapa cara maupun media untuk berpromosi sebagai upaya menarik wisatawan. Cara dan media yang pernah digunakan antara lain : a. Mengadakan atau mengikuti pameran b. Sosialisasi dan penyebarluasan informasi melalui ceramah dan kunjungan ke museum dengan sasaran siswa sekolah c. Sosialisasi dan penyebarluasan informasi melalui ceramah dan kunjungan ke museum dengan sasaran pelaku wisata (biro travel) d. Sosialisasi dan penyebarluasan informasi melalui ceramah dan kunjungan ke museum dengan sasaran pemangku kebudayaan e. Pameran keliling ke kota-kota f. Membuat leaflet g. Mencetak booklet h. Menjual souvenir i. Membuat papan penunjuk arah j. Membuat baliho k. Web site (sangiranmuseum.com) Selain media tersebut diatas Museum Sangiran juga mengadakan eventevent yang dilaksanakan di lokasi museum, antara lain : a. Lomba lukis b. Pentas seni (hiburan rakyat) c. Kemah budaya

15 39 B. Target Market Sebagai salah satu objek wisata yang bertempat di Kabupaten Sragen, Museum Manusia Purba Klaster Dayu Sangiran merupakan salah satu museum sejarah yang berada di bawah naungan BPSMP Sangiran yang berstandart internasional dimana fokus utamanya adalah mengkaji tentang evolusi manusia yang berada di Indonesia. Menjadi kebanggaan tersendiri bagi kabupaten Karanganyar yang memiliki obyek wisata dibawah naungan Museum yang berstandart internasional yang telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan dunia, sehingga dapat menambah pendapatan daerah maupun pemasukan bagi Indonesia melalui turis-turis lokal maupun mancanegara yang datang berkunjung. Target Market yang digunakan pada Perancangan Video Profil Museum Manusia Purba Klaster Dayu Sangiran ini adalah sebagai berikut: 1. Demografis a. Usia : tahun b. Jenis Kelamin : Laki-laki dan perempuan c. Pendidikan : Semua kalangan pendidikan 2. Geografis Wilayah yang di cakup wisatawan domestik maupun mancanegara. 3. Psikografis a. Kelas Sosial : Semua Golongan b. Kondisi : Masyarakat lokal maupun mancanegara yang yang haus akan informasi dan perduli akan sejarah manusia purba.

16 40 C. Target Audience 1. Demografis a. Usia : tahun b. Jenis Kelamin : Laki-laki dan perempuan c. Pendidikan : Semua kalangan pendidikan 2. Geografis Wilayah yang dicakup wisatawan domestik dan mancanegara. 3. Psikografis a. Kelas Sosial : Semua Golongan b. Kondisi : Masyarakat lokal maupun mancanegara yang suka berwisata dan perduli akan sejarah manusia purba. D. Target Visual Pemilihan dan karakteristik media dimaksudkan agar pesan yang disampaikan dalam perancangan pembuatan film dokumenter ini lebih efektif dan efisien, sehingga dalam perancangannya mendapatkan manfaat yang dicapai dari tujuan pembuatan film dokumenter ini. Medianya terdiri dari : 1. Karya Utama a. Video Profil Museum Manusia Purba Klaster Dayu Sangiran 2. Karya Pendukung a. Cover CD b. Box CD c. Poster d. Teaser

17 41 E. Komparasi Dalam studi tentang komparasi, penulis memilih berdasarkan koleksi penemuan yang hampir sama yaitu penemuan arkeologi berupa fosil. Disini komparasi atau pembanding, karena pada dasarnya Museum Manusia Purba Klaster Dayu Sangiran dalam usahanya dibidang pariwisata tidak mempunyai kompetitor secara langsung maupun tidak langsung, karena dalam hal ini Museum Dayu tidak mencari keuntungan dalam berusaha seperti obyek wisata perusahaan swasta. Berikut adalah komparasi atau pembanding Museum Manusia Purba Klaster Dayu Sangiran dengan memberikan jasa dan produk yang sama kepada pasar dengan membandingkan promosi pariwisata. 1. Gambaran Umum Museum Trinil Situs Museum Trinil adalah satu-satunya situs kepurbakalaan berada di Ngawi Jawa Timur. Di museum ini banyak sekali tersimpan fosil-fosil purba, mulai dari tengkorak manusia, gajah serta peralatan yang digunakan untuk mempertahankan diri pada zaman itu. Situs ini terletak di pedukuhan Pilang, Desa Kawu, Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Letak Museum kurang lebih 13 kilometer arah barat pusat kota Ngawi, atau dari jalan Solo - Surabaya masuk ke utara 3 km. Dalam penelitian yang telah dilakukan, Trinil merupakan kawasan di lembah Sungai Bengawan Solo yang menjadi hunian kehidupan manusia purba, tepatnya zaman Plistosen Tengah atau sekitar satu juta tahun lalu. Sama seperti Situs Sangiran, situs ini juga di anggap penting karena pada situs ini selain ditemukan bukti yang kongkrit tentang fosil hewan dan tumbuhan di lingkungan itu pada zaman dahulu. Selain itu juga ditemukan fosil

18 42 manusia purba Pithecanthropus Erectus yang ditemukan oleh E.Dubios pada tahun Sejak di temukannya fosil Phitecanthropus Erectus, Trinil mulai menjadi bahan penelitian dan diskusi ilmiah di kalangan ilmuan selain di Situs Sangiran. Nama Trinil itu sendiri berasal dari kata tri yang artinya tiga dan Nil yang berarti sungai. Jadi maksud dari nama Trinil adalah Sungai yang berada di antara tiga desa, yaitu sebelah utara adalah Desa Gemarang, sebelah timur adalah Desa Ngancar, dan sebelah barat adalah Desa Kawu, Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Ngawi, Propinsi Jawa Timur. 2. Sejarah Museum Trinil Peneltian di Situs Trinil diawali dari danya penemuan Fosil manusia purba Phitecanthropus erectus atau lebih dikenal dengan nama Homo erectus pada tahun 1890 oleh seorang dokter berkebangsaan Belanda bernama E.Dubios sekaligus menjadi sejarah penelitian paleoantropologi pertama di Indonesia. Setelah diadakan serangkaian penelitian dan penggalian lebih dalam, E.Dubois berhasil menemukan tempurung tengkorak, gigi, serta fosul hewan ataupun tumbuhan. Upaya Dubois tidak bisa dibilang asal-asalan. Dirinya waktu itu, tertantang dengan teori Human Origin, yang dikemukakan Charles Robert Darwin ( ) dan akirnya memutuskan untuk pergi ke Indonesia. Dalam teori itu menyatakan bahwa manusia ini berasal dari evolusi kera. Untuk penemuan fosil oleh E.Dubois, didirikanlah sebuah tugu pengenal dengan lukisan anak panah yang menunjukkan arah 175 meter ke arah timur laut. Kemudian pada tahun 1907, penelitian E.Dubais diteruskan oleh sebuah tim peneliti yang dipimpin oleh Ny. Salwenka. Sejak ditemukannya fosil oleh E.Dubais, nama Situs Trinil menjadi

19 43 terkenal dan menjadi bahan perbincangan terutama di kalangan ahli paleoantropologi di dunia. Wirodiharjo alias Sapri adalah salah seorang penduduk Desa Kawu yang mempunyai perhatian lebih terhadap temuan-temuan fosil dari E.Dubais dan Salwenka. Beliau adalah saksi mata ekspedisi Salenka di daerah Trinil. Pada tahun 1968 Pak Wiro dengan seijin Kepala Desa Kawu, membangun sebuah rumah tempat mengumpulkan fosil-fosil hasil temuan warga Desa Kawu dan sekitarnya. Dari kegemarannya mengumpulkan tulang fosil peninggalan ini, Pak Wiro kemudian dikenal dengan julukan Wiro Balung (Bahasa Jawa = Tulang). Pada tahun 1979 penemuan fosil-fosil mulai di data dan selanjutnya pada tahun pemerintah daerah setempat mendirikan museum untuk menampung fosil-fosil. Pada tahun 1984 dilakukan pembenahan halaman dan pemagaran oleh Departemen Pendidikan san Kebudayaan kemudian diresmikan oleh Gubernur Jatim Bapak Soelarso pada tanggal 20 Nopember Koleksi Museum Trinil Beberapa koleksi benda-benda purbakala yang disimpan di museum diantaranya : a. Fosil Manusia 1) Phitecanthropus erectus cranium(tengkorak) 2) Phitecanthropus erectus cranium(tengkorak) 3) Phitecanthropus erectus femur (tengkorak) 4) Australopithecus afrinacus cranium Taung (tengkorak) 5) Homo neanderthalensis cranium (tengkorak) 6) Homo sapiens cranium (gigi geraham)

20 44 b. Fosil hewan bertulang belakang 1) Fosil tulang rahang bawah macan (Felis Tigris Mandi Bula TrinilArea) 2) Fosil gigi geraham atas gajah (Stegodon Trigonocephalus Upper Molar Trinil Area) 3) Fosil tanduk kerbau (Bubalus Palaeokerabau Horn Trinil Area) 4) fosil tanduk banteng (Bibos Palaeosondaicus Horn Trinil Area) 5) Fosil gading gajah purba (Stegodon Trigonocephalus Ivory Trinil Area) c. Alat-alat Batu 1) Kapak genggam 2) Pahat genggam 3) Alat lancipan 4) Kapak penetak 5) Alat serpih 4. Sarana dan Prasarana Museum Trinil Sebagai tujuan wisata, Museum Trinil tentunya memberikan fasilitas dan sarana pendukung guna kenyamanan pengunjung atau wisatawan, sarana dan prasarana penunjang yang ada di Museum Trinilantara lain : a. Ruang Pamer b. Ruang Laboratorium c. Kantor d. Pendopo e. Tugu P.e (Phitecanthropus erectus)

21 45 f. Patung Gajah Purba g. Pos Satpam h. Mushola i. Toilet 5. Promosi yang Pernah Dilakukan Selama ini museum Trinil telah menggunakan beberapa cara maupun media untuk berpromosi sebagai upaya menarik wisatawan agar datang berkunjung. Cara dan media yang pernah digunakan antara lain : a. Mengadakan atau mengikuti pameran b. Membuat buku c. Membuat leaflet d. Membuat papan nama e. Membuat papan penunjuk arah

22 46 F. Analisis SWOT Kelemahan dan kelunggulan Museum Klaster Dayu Sangiran dibandingkan Museum Trinil adalah sebagai berikut : Tabel 2 Analisis SWOT Keterangan Museum Klaster Dayu Sangiran Museum Trinil Strenght Lokasi dekat dengan tempat penemuan fosil dan alat serpih terbanyak yang pernah ditemukan. Lokasi strategis dekat dengan jalan raya Lokasi dekat dengan penemuan fosil Tersedianya pendopo Kelangkaan dan keunikan secara antropologis di bawah naungan Museum Sangiran yang sudah diakui lima besar dunia Terdapat ruangan audio visual Ruang pamer memadai dan cukup luas Terdapat area istirahat berupa gazebo dan

23 47 taman bermain untuk anak-anak. Weakness Belum terdapat area toko khusus untuk Tidak ada souvenir shop berjualan souvenir Sarana dan prasarana Area parkir kurang luas masih kurang Jumlah koleksi sedikit Media promosi kurang Opportunity Menambah pendapatan daerah Mendapat dukungan dana dari pemerintah Mendapat dana dari Lembaga Donor Internasional melalui bpsmp Sangiran Membuka lapangan usaha bagi penduduk sekitar dengan membuat kerajinan tangan guna di jadikan souvenir wisatawan daerah, Dirjen Kebudayaan, Depdiknas, Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Timur Threat Sering timbul rasa untuk memburu dan Masyarakat sekitar masih kurang peduli

24 48 melakukan transaksi jual beli fosil secara ilegal kepada tengkulak karena melimpahnya temuan fosil di situs sangiran serta tingginya nilai jual fosil purba. terhadap arti pentingnya situs Kurangnya daya tarik uwisatawan untuk berkunjung Minimnya dana untuk perbaikan G. Positioning Positioning menurut Kotler Positioning is the act of designing the company s offer so that it occupies a distinct and value placed in the target customer mind. Maknanya, mencari posisi di dalam pasar, dilakukan setelah menentukan strategi segmentasi yang dipakai. Dengan kata lain positioning adalah suatu tindakan atau langkah-langkah dari produsen untuk mendesain citra perusahaan dan penawaran nilai dimana konsumen di dalam suatu segmen tertentu mengerti dan menghargai apa yang dilakukan suatu segmen tertentu, mengerti dan menghargai apa yang dilakukan suatu perusahaan, dibandingkan dengan pesaingnya. Strategi posisioning yang dilakukan oleh Museum Klaster Dayu Sangiran adalah costumerimage. Positioning ini adalah penonjolan karakter image dari museum dimata wisatawan. Dalam konteks ini, Museum Dayu diposisikan sebagai sebuah tempat pendidikan pengetahuan sejarah serta gambaran konstruksi lapisan tanah purba dari 4 zaman yang berusia 100 ribu hingga 1,8 juta tahun silam sekaligus tempat untuk menyimpan hasil temuan fosil

25 49 tentang kehidupan zaman purbakala dan merupakan lokasi penemuan alat serpih terbanyak yang dianggap paling tua sepanjang sejarah penemuan fosil di Indonesia. Diharapkan bilamana masyarakat umum membutuhkan informasi tentang sejarah khususnya kehidupan masa lalu dan lokasi penemuan alat serpih terbanyak serta konstruksi tanah purba pada masa prasejarah, dalam mindset mereka akan langsung teringat dan mengunjungi Museum Manusia Purba Klaster Dayu Sangiran. Disamping itu semua melalui keunikannya dan kelangkaan materi yang berada di Museum Klaster Dayu Sangiran, diharapkan menjadi kebanggaan masyarakat ketika mengunjungi karena secara antropologis Museum Dayu adalah sebagian presentasi khusus yang dibangun oleh BPSMP Sangiran yang telah diakui oleh lima besar dunia (world heritage). H. USP (Unique Selling Prepositiont) Dalam positioning dipakai konsep selling point atau unique selling prepositiont (USP) adalah dengan menonjolkan keunikan suatu produk yang tidak dimiliki oleh produk lain. USP yang efektif harus bisa mengkomunikasikan kemampuan perusahaan anda yang unik sehingga mampu memenuhi kebutuhan yang belum mampu dipenuhi oleh yang lain di pasar. USP menunjukkan kepada target market bahwa perusahaan atau objek yang kita kerjakan mampu dan mempunyai kualifikasi untuk mengurangi masalah serta meningkatkan keuntungan. Sebuah USP bisa jadi adalah salah satu senjata marketing yang terampuh. Dalam hal ini Museum Sangiran Klaster Dayu, merupakan salah satu museum yang digunakan untuk menyimpan temuan fosil benda-benda purbakala serta memiliki keunikan dalam presentasinya kepada audience yang disajikan oleh

26 50 salah satu museum yang telah diakui oleh UNESCO. Dengan demikian diharapkan masyarakat yang telah berkunjung ke Museum Klaster Dayu Sangiran mendapatkan ilmu-ilmu yang bermanfaat dan memahami bahwa Musseum Dayu adalah sebagian presentasi museum sangiran dengan tampilan dan karakter pamer yang berbeda dan merupakan lokasi penemuan artefak alat serpih terbanyak yang pernah ditemukan. Dalam video ini nanti akan menyajikan berbagai informasi tentang Museum Dayu untuk menjelaskan profil dari museum ini kepada masyarakat.

TUGAS SEJARAH II MANUSIA PURBA TRINIL DAN SANGIRAN

TUGAS SEJARAH II MANUSIA PURBA TRINIL DAN SANGIRAN TUGAS SEJARAH II MANUSIA PURBA TRINIL DAN SANGIRAN NAMA : RINI LARASATI KELAS : X MIA 5 MANUSIA PURBA TRINIL Museum Trinil terletak di pinggiran Sungai Bengawan Solo, tepatnya di Dusun Pilang, Desa Kawu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan potensi pariwisata. Ribuan pulau dengan berbagai macam suku dan kebudayaan serta alamnya yang elok menjadi obyek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman suku bangsa, budaya, dan keindahan alam yang mempesona. Keindahan alam yang dimiliki oleh Indonesia menyimpan banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Layaknya fenomena alam yang telah terjadi di dunia ini, evolusi makhluk hidup termasuk ke dalam subyek bagi hukum-hukum alam yang dapat di uji melalui berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Situs Sangiran (Sangiran Early Man Site) adalah salah satu Kawasan

BAB I PENDAHULUAN. Situs Sangiran (Sangiran Early Man Site) adalah salah satu Kawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Situs Sangiran (Sangiran Early Man Site) adalah salah satu Kawasan Warisan Budaya Dunia yang ditetapkan oleh UNESCO pada tahun 1996 dengan nomor register C.593. Kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN MUSEUM PALEONTOLOGI PATIAYAM

BAB I PENDAHULUAN MUSEUM PALEONTOLOGI PATIAYAM BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sejarah panjang peradaban dan kebudayaan manusia. Jejak jejak manusia purba dan peradabannya yang ditemukan dari lapisan pleistosen terdapat di berbagai

Lebih terperinci

Mengenal Manusia Purba Sejarah Kelas X

Mengenal Manusia Purba Sejarah Kelas X Mengenal Manusia Purba Sejarah Kelas X A. Manusia Purba Pernahkah kamu mendengar tentang Situs Manusia Purba Sangiran? Kini Situs Manusia Purba Sangiran telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan budaya

Lebih terperinci

PENEMU 1. P.E.C. SCHEMULLING TAHUN 1864 FOSIL VERTEBRATA DARI KALIOSO 2. EUGENE DUBOIS, KURANG TERTARIK

PENEMU 1. P.E.C. SCHEMULLING TAHUN 1864 FOSIL VERTEBRATA DARI KALIOSO 2. EUGENE DUBOIS, KURANG TERTARIK PENEMU 1. P.E.C. SCHEMULLING TAHUN 1864 FOSIL VERTEBRATA DARI KALIOSO 2. EUGENE DUBOIS, KURANG TERTARIK 3. 1934, G.H.R. VON KOENINGSWALD MENEMUKAN ARTEFAK DI BARAT LAUT KUBAH SANGIRAN FOSIL MANUSIA SANGIRAN

Lebih terperinci

PERSEPSI MAHASISWA CALON GURU TENTANG PEMANFAATAN SITUS SANGIRAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR EVOLUSI

PERSEPSI MAHASISWA CALON GURU TENTANG PEMANFAATAN SITUS SANGIRAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR EVOLUSI SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sains dan Kompetensi Guru melalui Penelitian & Pengembangan dalam Menghadapi Tantangan Abad-21 Surakarta, 22 Oktober 2016 PERSEPSI MAHASISWA

Lebih terperinci

1.5 Ruang lingkup dan Batasan Masalah

1.5 Ruang lingkup dan Batasan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gua Pawon dengan segala bentuk temuan prasejarah yang terkandung di dalamnya, begitu juga dengan lingkungannya bila di kaitkan dengan Undang- Undang Nomor 11 Tahun

Lebih terperinci

Manusia purba atau dikategorikan sebagai manusia yang hidup pada masa tulisan atau aksara belum dikenal, disebut juga manusia prasejarah atau

Manusia purba atau dikategorikan sebagai manusia yang hidup pada masa tulisan atau aksara belum dikenal, disebut juga manusia prasejarah atau KEHIDUPAN MANUSIA PURBA DI INDONESIA Manusia purba atau dikategorikan sebagai manusia yang hidup pada masa tulisan atau aksara belum dikenal, disebut juga manusia prasejarah atau Prehistoric people. Manusia

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Judul Pasar Seni di Sangiran Kontekstual. B. Pemahaman Judul

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Judul Pasar Seni di Sangiran Kontekstual. B. Pemahaman Judul BAB I PENDAHULUAN A. Judul Pasar Seni di Sangiran Sebagai Wadah Pemberdayaan Masyarakat Dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual. B. Pemahaman Judul Berikut ini akan diuraikan perumusan judul berdasarkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MUSEUM SITUS SANGIRAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP ILMU PENGETAHUAN TAHUN

PERKEMBANGAN MUSEUM SITUS SANGIRAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP ILMU PENGETAHUAN TAHUN Vol. 1 No. 2 tahun 2012 [ISSN 2252-6633] Hlm. 118-124 PERKEMBANGAN MUSEUM SITUS SANGIRAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP ILMU PENGETAHUAN TAHUN 1974-2004 Emmy Ernifiati Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak mungkin hanya memproduksi sebuah destinasi saja. Kegiatan pariwisata juga

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak mungkin hanya memproduksi sebuah destinasi saja. Kegiatan pariwisata juga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji tentang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja suatu destinasi wisata. Strategi bauran pemasaran di jadikan

Lebih terperinci

Jenis Manusia Purba di Indonesia Beserta Gambar

Jenis Manusia Purba di Indonesia Beserta Gambar Jenis Manusia Purba di Indonesia Beserta Gambar Dalam hal penemuan fosil manusia purba, Indonesia menempati posisi yang penting, sebab fosil-fosil manusia purba yang ditemukan Indonesiaberasal dari semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alternatif utama media pembelajaran, hiburan dan kesenangan. Sudah sulit

BAB I PENDAHULUAN. alternatif utama media pembelajaran, hiburan dan kesenangan. Sudah sulit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini masyarakat tidak lagi menggunakan museum sebagai alternatif utama media pembelajaran, hiburan dan kesenangan. Sudah sulit ditemui masyarakat yang memilih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, yang sampai sekarang masih banyak anak-anak yang belum tahu

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, yang sampai sekarang masih banyak anak-anak yang belum tahu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah merupakan segala sesuatu yang telah terjadi di masa lampau. Sejarah juga selalu menjadi hal yang penuh misteri bagi sebagian anak-anak, karena sejarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Modernisasi sangat berpengaruh terhadap tolak ukur maju atau tidaknya keberadaan suatu daerah. Pengaruh tesebut akan muncul dan terlihat melalui sebuah kompetisi

Lebih terperinci

1. Berikut ini merupakan jenis manusia purba yang ditemukan di Indonesia adalah...

1. Berikut ini merupakan jenis manusia purba yang ditemukan di Indonesia adalah... Petunjuk A : Pilihlah satu jawaban yang paling tepat. 1. Berikut ini merupakan jenis manusia purba yang ditemukan di Indonesia adalah... A. Pithecanthropus, Sinanthropus pekinensis, Australopithecus africanus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai macam kesenian dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai macam kesenian dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai macam kesenian dan budaya. Salah satu budaya atau kesenian Indonesia yang terkenal adalah batik. Seni budaya batik

Lebih terperinci

PERANCANGAN MOTIF BATIK DENGAN SUMBER IDE KOLEKSI SITUS PURBAKALA SANGIRAN

PERANCANGAN MOTIF BATIK DENGAN SUMBER IDE KOLEKSI SITUS PURBAKALA SANGIRAN PERANCANGAN MOTIF BATIK DENGAN SUMBER IDE KOLEKSI SITUS PURBAKALA SANGIRAN PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar SarjanaSeni Rupa Jurusan Kriya

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS KEBUTUHAN DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISIS KEBUTUHAN DAN PERANCANGAN SISTEM digilib.uns.ac.id BAB III ANALISIS KEBUTUHAN DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Kebutuhan Hardware 3.1.1.1 Hardware untuk Pembuatan Hardware yang digunakan untuk membuat aplikasi Augmented

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bandung merupakan kota yang identik dengan pariwisata, mulai dari wisata alam, wisata kuliner, wisata belanja, wisata tempat bersejarah, dan masih banyak lagi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat berarti terhadap pembangunan, karena melalui pariwisata dapat diperoleh dana dan jasa bagi

Lebih terperinci

ALAT TULANG DARI SITUS SANGIRAN (Bone Tools From Sangiran Site)

ALAT TULANG DARI SITUS SANGIRAN (Bone Tools From Sangiran Site) ALAT TULANG DARI SITUS SANGIRAN (Bone Tools From Sangiran Site) Ilham Abdullah Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran ilhamabdullah9969@gmail.com ABSTRACT Some of bone tools from Sangiran Site

Lebih terperinci

Contoh fosil antara lain fosil manusia, fosil binatang, fosil pepohonan (tumbuhan).

Contoh fosil antara lain fosil manusia, fosil binatang, fosil pepohonan (tumbuhan). Kehidupan Manusia Pra Aksara Pengertian zaman praaksara Sebenarnya ada istilah lain untuk menamakan zaman Praaksara yaitu zaman Nirleka, Nir artinya tidak ada dan leka artinya tulisan, jadi zaman Nirleka

Lebih terperinci

MUSEUM PALEONTOLOGI PATIAYAM DI KUDUS

MUSEUM PALEONTOLOGI PATIAYAM DI KUDUS TUGAS AKHIR LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR MUSEUM PALEONTOLOGI PATIAYAM DI KUDUS Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik oleh : HANDI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bandung adalah salah satu kota besar di Indonesia dan merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat yang banyak menyimpan berbagai sejarah serta memiliki kekayaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang tinggi dibandingkan beberapa wilayah lainnya di Pulau Jawa. Tingkat kehidupan Jakarta dan sekitarnya

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.3

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.3 SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.3 1. Fosil yang pertama kali ditemukan di Ngandong di tepi Sungai Bengawan Solo sekitar tahun 1931-1933... Meganthropus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, baik di darat maupun di laut. Hal ini didukung dengan fakta menurut Portal Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wonogiri, sebuah Kabupaten yang dikenal dengan sebutan kota. GAPLEK dan merupakan salah satu Kabupaten di Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. Wonogiri, sebuah Kabupaten yang dikenal dengan sebutan kota. GAPLEK dan merupakan salah satu Kabupaten di Indonesia yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wonogiri, sebuah Kabupaten yang dikenal dengan sebutan kota GAPLEK dan merupakan salah satu Kabupaten di Indonesia yang mempunyai keindahan alam yang pantas untuk diperhitungkan.

Lebih terperinci

SANGIRAN DOME DANANG ENDARTO

SANGIRAN DOME DANANG ENDARTO SANGIRAN DOME DANANG ENDARTO PENDAHULUAN Kisah panjang mengenai evolusi manusia di dunia tampaknya tidak dapat dilepaskan sama sekali dari sebuah bentangan lahan perbukitan tandus yang terletak di tengah

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

Bab I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Fandeli (1995:37) mengemukakan bahwa pariwisata adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan wisata, termasuk pengusahaan obyek daya tarik wisata serta usaha-usaha yang

Lebih terperinci

Manusia Purba Di Indonesia pada Masa Prasejarah

Manusia Purba Di Indonesia pada Masa Prasejarah Manusia Purba Di Indonesia pada Masa Prasejarah Masa Prasejarah Indonesia dimulai dengan adanya kehidupan manusia purba yang pada saat itu belum mengenal baca dan tulis. Masa yang juga dikenal dengan nama

Lebih terperinci

STUDI PERAN STAKEHOLDER DALAM PENGEMBANGAN SARANA PRASARANA REKREASI DAN WISATA DI ROWO JOMBOR KABUPATEN KLATEN TUGAS AKHIR. Oleh:

STUDI PERAN STAKEHOLDER DALAM PENGEMBANGAN SARANA PRASARANA REKREASI DAN WISATA DI ROWO JOMBOR KABUPATEN KLATEN TUGAS AKHIR. Oleh: STUDI PERAN STAKEHOLDER DALAM PENGEMBANGAN SARANA PRASARANA REKREASI DAN WISATA DI ROWO JOMBOR KABUPATEN KLATEN TUGAS AKHIR Oleh: WINARSIH L2D 099 461 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

PERADABAN SANGIRAN. a. Nama Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia b. Semester : 1

PERADABAN SANGIRAN. a. Nama Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia b. Semester : 1 UKBM (UKBM Kode Sej Ina-3.3/4.3/1/3-3) UKBM -3.3/4.3/1/3-3 PERADABAN SANGIRAN 1. Identitas a. Nama Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia b. Semester : 1 c. Kompetensi Dasar : 3.3. Menganalisis kehidupan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman flora, fauna dan gejala alam dengan keindahan pemandangan alamnya merupakan anugrah Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

tersendiri sebagai destinasi wisata unggulan. Pariwisata di Bali memiliki berbagai

tersendiri sebagai destinasi wisata unggulan. Pariwisata di Bali memiliki berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Bali sebagai ikon pariwisata Indonesia, telah menjadi daya tarik tersendiri sebagai destinasi wisata unggulan. Pariwisata di Bali memiliki berbagai keunggulan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI MUSEUM GUNUNG API MERAPI (MGM)

BAB II DESKRIPSI MUSEUM GUNUNG API MERAPI (MGM) 45 BAB II DESKRIPSI MUSEUM GUNUNG API MERAPI (MGM) A. Sekilas tentang Museum Gunung Api Merapi Indonesia merupakan negara yang terletak di jalur pertemuan lempengan bumi sehingga menjadi negara yang rawan

Lebih terperinci

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Objek Wisata Pulau Pari merupakan salah satu kelurahan di kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta. Pulau ini berada di tengah gugusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Istilah atau nama museum sudah sangat dikenal oleh rakyat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Istilah atau nama museum sudah sangat dikenal oleh rakyat Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Istilah atau nama museum sudah sangat dikenal oleh rakyat Indonesia termasuk oleh rakyat yang ada di Sumatera Utara. Secara umum mereka sudah mengetahui bahwa

Lebih terperinci

BAB II IDENTIFIKASI DATA. A. Data Produk

BAB II IDENTIFIKASI DATA. A. Data Produk BAB II IDENTIFIKASI DATA A. Data Produk 1. Sejarah Pendirian Lembah Gunung Madu merupakan tempat wisata yang sudah dibangun sejak pertengahan tahun 2014, namun mulai dibuka untuk umum pada tahun 2015 di

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 31 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Bio-Fisik Kawasan Karst Citatah Kawasan Karst Citatah masuk dalam wilayah Kecamatan Cipatat. Secara geografis, Kecamatan Cipatat merupakan pintu gerbang Kabupaten

Lebih terperinci

PERANCANGAN VIDEO PROFIL MUSEUM MANUSIA PURBA KLASTER DAYU SANGIRAN

PERANCANGAN VIDEO PROFIL MUSEUM MANUSIA PURBA KLASTER DAYU SANGIRAN PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR PERANCANGAN VIDEO PROFIL MUSEUM MANUSIA PURBA KLASTER DAYU SANGIRAN Disusun Guna Melengkapi dan Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Seni Rupa Program Studi Desain Komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terdiri dari 34 provinsi (Data Kemendagri.go.id, 2012). Indonesia memiliki potensi alam yang melimpah sehingga dapat

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 88 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan dari seluruh uraian bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal terkait dengan hasil penelitian ini sebagai berikut : 1. Dari segi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri Pariwisata merupakan salah satu sektor jasa yang menjadi unggulan di tiap-tiap wilayah di dunia. Industri Pariwisata, dewasa ini merupakan salah satu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah Indonesia. Berdasarkan Intruksi Presiden nomor 16 tahun 2005 tentang Kebijakan

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan analisa komponen pengembangan wisata belanja, maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada potensi dan kemungkinan pengembangan wisata belanja Kabupaten Karanganyar

Lebih terperinci

Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015

Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015 Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015 Papua terdiri dari Provinsi Papua Barat dan Provinsi Papua dengan luas total 42,22 juta ha merupakan provinsi terluas dengan jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. - Arkeologika, benda koleksi merupakan benda objek penelitian ilmu arkeologi.

BAB I PENDAHULUAN. - Arkeologika, benda koleksi merupakan benda objek penelitian ilmu arkeologi. PENDAHULUAN BAB 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Museum Negeri Provinsi Papua telah dirintis sejak tahun 1981/ 1982 oleh Kepala Bidang Permuseuman, Sejarah dan Kepurbakalaan Departemen Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PROMOSI DAN KERJASAMA DINAS PARIWISATA KEBUDAYAAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN SRAGEN

BAB III STRATEGI PROMOSI DAN KERJASAMA DINAS PARIWISATA KEBUDAYAAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN SRAGEN BAB III STRATEGI PROMOSI DAN KERJASAMA DINAS PARIWISATA KEBUDAYAAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN SRAGEN DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) A. Strategi Promosi Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menuju kemandirian ( Bandung, 1995 ), p. III-1

BAB I PENDAHULUAN. Menuju kemandirian ( Bandung, 1995 ), p. III-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Kondisi Kelautan Indonesia Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Luas kepulauan Indonesia mencapai 2,82 juta km 2 dengan teritori 0,42 juta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keindahan alam yang luar biasa dan kekayaan budaya Indonesia yang melimpah, merupakan modal yang kuat untuk Indonesia agar dapat meningkatkan lagi tarik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentang luas lautan yang merupakan pesisir utara pulau Jawa. Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. membentang luas lautan yang merupakan pesisir utara pulau Jawa. Kabupaten BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Tuban provinsi Jawa Timur merupakan wilayah yang berada di Jalur Pantai Utara (Pantura) Pulau Jawa. Sebelah utara Kabupaten Tuban membentang luas lautan

Lebih terperinci

Berikut beberapa penyebab kepunahan hewan dan tumbuhan: 1. Bencana Alam

Berikut beberapa penyebab kepunahan hewan dan tumbuhan: 1. Bencana Alam Banyak sekali ulah manusia yang dapat menyebabkan kepunahan terhadap Flora dan Fauna di Indonesia juga di seluruh dunia.tetapi,bukan hanya ulah manusia saja,berikut beberapa penyebab kepunahan flora dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi daerah yang ada untuk mewujudkan pembangunan dan pertumbuhan wilayah

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi daerah yang ada untuk mewujudkan pembangunan dan pertumbuhan wilayah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Pemilihan Obyek Penetapan otonomi daerah menjadi pintu gerbang bagi setiap pemerintah daerah untuk berlomba-lomba dalam mengelola, memacu, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1. Pengertian Judul Butterfly : Bahasa Inggris: Kupu-kupu Kupu-kupu merupakan serangga yang tergolong ke dalam ordo Lepidoptera atau serangga bersayap sisik (lepis: sisik dan ptero:

Lebih terperinci

Makalah tentang Manusia Purba di Indonesia IPS Karya Tulis Ilmiah Vandha Salsabila Tidak ada komentar

Makalah tentang Manusia Purba di Indonesia IPS Karya Tulis Ilmiah Vandha Salsabila Tidak ada komentar Makalah tentang Manusia Purba di Indonesia IPS Karya Tulis Ilmiah Vandha Salsabila 13.32 Tidak ada komentar Makalah Manusia Purba di Indonesia Tugas Sejarah Oleh : Erica Arsyillahi (11) Luthfie Putra Taradima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan kemajuan teknologi dan perubahan gaya hidup, seringkali kalangan anak remaja lupa betapa pentingnya untuk mengetahui dan mengenal sejarah dan budaya

Lebih terperinci

PERANCANGAN WEBSITE SEBAGAI MEDIA PROMOSI MUSEUM SANGIRAN

PERANCANGAN WEBSITE SEBAGAI MEDIA PROMOSI MUSEUM SANGIRAN PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR PERANCANGAN WEBSITE SEBAGAI MEDIA PROMOSI MUSEUM SANGIRAN Disusun Untuk Menempuh Ujian Tugas Akhir Guna Mencapai Gelar Ahli Madya Program Studi DIII Desain Komunikasi Visual

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kabupaten Ngawi mempunyai sumber daya budaya berupa objek/situs cagar budaya yang cukup banyak dan beragam jenisnya. Dari semua objek/situs cagar budaya yang berada

Lebih terperinci

BAB III ZAMAN PRASEJARAH

BAB III ZAMAN PRASEJARAH 79 BAB III ZAMAN PRASEJARAH Berdasarkan geologi, terjadinya bumi sampai sekarang dibagi ke dalam empat zaman. Zaman-zaman tersebut merupakan periodisasi atau pembabakan prasejarah yang terdiri dari: A.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertarik di bidang bisnis selalu memikirkan dan berusaha untuk melakukan bisnis

BAB I PENDAHULUAN. tertarik di bidang bisnis selalu memikirkan dan berusaha untuk melakukan bisnis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dari zaman dahulu hingga sekarang seseorang atau sebagian besar orang yang tertarik di bidang bisnis selalu memikirkan dan berusaha untuk melakukan bisnis dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan daya tarik agar orang-orang mau berkunjung. Obyek wisata dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan daya tarik agar orang-orang mau berkunjung. Obyek wisata dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obyek wisata adalah sesuatu yang ada didaerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik agar orang-orang mau berkunjung. Obyek wisata dapat berupa bangunan seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nusantara maupun wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan. yang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan di bidang pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. nusantara maupun wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan. yang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan di bidang pariwisata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki banyak potensi alam baik di daratan maupun di lautan. Keanekaragaman alam, flora, fauna dan, karya cipta manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang terkenal dengan kekayaan keindahan alam yang beraneka ragam yang tersebar di berbagai kepulauan yang ada di Indonesia dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA 3.1 Metodologi Penelitian Perancangan ini menggunakan metodologi penelitian kualitatif yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme. Metode ini digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan lokasi wisata di kota Bandung semakin lama semakin pesat dan meluas. Bandung memiliki banyak jenis wisata unik dan menarik yang ditawarkan, mulai dari

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan olahan data penulis, dengan menggunakan check list maka

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan olahan data penulis, dengan menggunakan check list maka BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Deskripsi Lokasi Penelitian Berdasarkan olahan data penulis, dengan menggunakan check list maka beberapa informasi yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang selain merupakan sumber alam yang penting artinya bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu tempat ke tempat yang lain. Selain itu tinggal secara tidak menetap. Semenjak itu pula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditemukannya fosil hominid berupa tengkorak dan rahang bawah oleh von

BAB I PENDAHULUAN. ditemukannya fosil hominid berupa tengkorak dan rahang bawah oleh von BAB I PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang Daerah Sangiran merupakan daerah yang cukup terkenal penting karena ditemukannya fosil hominid berupa tengkorak rahang bawah oleh von Koeningswald (1940). Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun ke tahun. Dari tahun wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. tahun ke tahun. Dari tahun wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yogyakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki daya tarik wisata dan merupakan kota tujuan wisata yang paling diminati oleh wisatawan, dilihat dari

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata 1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata saat ini menjadi sebuah kebutuhan bagi berbagai elemen masyarakat. Pariwisata dalam UU NOMOR

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Ilham Abdullah

PENDAHULUAN. Ilham Abdullah ALAT TULANG SITUS PLESTOSEN JAWA: BAHAN BAKU, TEKNOLOGI, DAN TIPOLOGI (Bone tools from Pleistocene Site of Java: Raw Materials, Technology, and Typology) Ilham Abdullah Balai Pelestarian Situs Manusia

Lebih terperinci

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Propinsi Jawa Tengah yang merupakan salah satu Daerah Tujuan Wisata ( DTW ) Propinsi di Indonesia, memiliki keanekaragaman daya tarik wisata baik

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pada awalnya kebun binatang Medan didirikan dilahan seluas 3, 1 ha di jalan brigjen katamso pada tanggal 17 agustus 1968, namun dengan dikeluarkannya surat dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari lebih 17.000 Pulau dan memiliki panjang garis pantai 81.000 km yang merupakan terpanjang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan bentuk industri pariwisata yang belakangan ini menjadi tujuan dari sebagian kecil masyarakat. Pengembangan industri pariwisata mempunyai peranan penting

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa :

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa : V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa : 1. Hipotesis 1 yang menyatakan Kualitas Obyek Wisata berupa Atraksi (Attraction), Fasilitas dan

Lebih terperinci

BAB III STUDI LAPANGAN

BAB III STUDI LAPANGAN BAB III STUDI LAPANGAN A. Museum Purbakala Sangiran 1. Lokasi Salah satu objek wisata menarik yang berada di kabupaten Sragen adalah Museum Sangiran, yang terletak di kaki Gunung Lawu (±17km dari Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kepariwisataan di Indonesia tahun terakhir ini makin terus digalakkan dan ditingkatkan dengan sasaran sebagai salah satu sumber devisa andalan di samping

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. purba yang mempunyai peran penting bagi dunia ilmu pengetahuan. Di situs ini

BAB IV KESIMPULAN. purba yang mempunyai peran penting bagi dunia ilmu pengetahuan. Di situs ini BAB IV KESIMPULAN A. KESIMPULAN Situs Manusia Purba Sangiran merupakan salah satu situs manusia purba yang mempunyai peran penting bagi dunia ilmu pengetahuan. Di situs ini ditemukan beragam jenis fosil

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

TUGAS AKHIR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR TUGAS AKHIR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR REKREASI TAMAN AIR Di Kawasan Taman Satwa Taru Jurug Diajukan oleh: M.TAUFIQ D 300 040 022 JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pariwisata merupakan industri perdagangan jasa yang memiliki mekanisme pengaturan yang kompleks karena mencakup pengaturan pergerakan wisatawan dari negara asalnya, di

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kabupaten Tulungagung, didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut.

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kabupaten Tulungagung, didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut. BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1. Kesimpulan Hasil analisis dari penelitian tentang pengembangan objek wisata pantai di Kabupaten Tulungagung, didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1. Unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wisata, sarana dan prasarana pariwisata. Pariwisata sudah berkembang pesat dan menjamur di

BAB I PENDAHULUAN. wisata, sarana dan prasarana pariwisata. Pariwisata sudah berkembang pesat dan menjamur di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata menjadi industri yang berpengaruh besar terhadap perkembangan dan kemajuan suatu daerah. Berkembangnya sektor pariwisata terlihat dari munculnya atraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan

BAB I PENDAHULUAN. Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan hidup sebuah bangsa dan menyimpan berbagai karya luhur nenek moyang kita yang mencerminkan kekayaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. lakukan, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. lakukan, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 170 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis yang telah penulis lakukan, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Kawasan Sorake,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepariwisataan diperkirakan mengalami perkembangan dan mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepariwisataan diperkirakan mengalami perkembangan dan mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepariwisataan diperkirakan mengalami perkembangan dan mempunyai nilai tinggi dalam kehidupan manusia. Potensi wisata dalam perkembangan pariwisata sebuah negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya adalah sebanyak jiwa (Kotabaru Dalam Angka 2014).

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya adalah sebanyak jiwa (Kotabaru Dalam Angka 2014). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memang diberkahi kekayaan potensi pariwisata yang luar biasa. Menyebar luas dari Sabang sampai Merauke, keanekaragaman potensi wisata Indonesia bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Pengertian judul

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Pengertian judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian judul Arti judul Judul laporan Dasar Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (DP3A) yang diangkat adalah Solo Technopark. Untuk dapat mengetahui pengertian judul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geografi adalah ilmu yang mempelajari permukaan bumi sebagai sebuah ruang yang mana di dalamnya merupakan tempat sekumpulan orang tinggal (Hagget 1986, 175). Pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dunia pasti dihadapkan dengan dua keadaan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dunia pasti dihadapkan dengan dua keadaan yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia di dunia pasti dihadapkan dengan dua keadaan yaitu keadaan yang baik dan keadaan yang buruk. Manusia yang baik adalah menjadikan keadaan baik

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Tuban Kabupaten Tuban merupakan kabupaten dari 29 kabupaten dan 9 kota di Propinsi Jawa Timur. Kabupaten Tuban berada di jalur pantai utara

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR Oleh : BETHA PATRIA INKANTRIANI L2D 000 402 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci