DO = ml sampel. ml titran x Normalitas thiosulfat x 8 x (ml botol BOD ml reagen terpakai ) ml botol BOD
|
|
- Hendri Atmadja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 57
2 58 Lampiran 1. Prosedur kerja pengukuran kualitas air a. Pengukuran DO 1. Pindahkan air sampel ke dalam botol BOD sampai meluap, tutup kembali dan jangan sampai terbentuk gelembung 2. Tambahkan 0,5 ml Sulfamic Acid dengan pipet ke dalam air sampel, tutup botol BOD tersebut lalu aduk dengan cara membolak-balikan botol 3. Tambahkan 1 ml MnSO 4 dan 1 ml NaOH+KI ke dalam air sampel, kemudian tutup dan aduk botol dengan cara yang sama. Biarkan beberapa saat hingga endapan coklat terbentuk di dasar botol BOD secara sempurna. 4. Lalu tambahkan 1 ml H2SO4 pekat dengan hati-hati, aduk dengan cara yang sama hingga semua endapan terlarut. 5. Ambil 25 ml air dari botol BOD dengan pipet mohr atau gelas ukur, masukkan ke dalam erlenmeyer dan usahakan jangan terjadi aerasi. 6. Titrasi dengan Na2S2O3 hingga terjadi perubahan warna dari kuning tua kekuning muda, kemudian tambahkan indikator amylum 2-3 tetes hingga terbentuk warna biru dan lanjutkan titrasi hingga warna biru hilang. DO = ml titran x Normalitas thiosulfat x 8 x 1000 ml sampel (ml botol BOD ml reagen terpakai ) ml botol BOD b. Pengukuran Nitrat 1. Saring sebanyak ml air sampel dengan kertas saring Whatman No.42 atau yang setara. 2. Pipet 5 ml air sampel yang telah disaring, masukkan ke dalam gelas piala. 3. Tambahkan 0,5 ml Brucine, aduk. 4. Tambahkan 5 ml asam sulfat pekat (gunakan ruang asam), aduk. 5. Buat larutan blanko dari 5 ml akuades, lakukan prosedur 3 dan Buat larutan standar nitrat dengan konsentrasi 0,025; 0,05; 0,10; 0,25; 0,50; 0,75; 1, Dengan larutan blanko dan pada panjang gelombang 410 nm, set spektofotometer pada 0,000 absorbance, kemudian ukur sampel dan larutan standar.
3 59 Lampiran 1. (lanjutan) 8. Buat persamaan regresi dari larutan standar untuk menentukan kadar nitrat air sampel. c. Pengukuran Ortofosfat 1. Persiapan peralatan gelas dan filter. Semua wadah dan peralatan yang akan digunakan harus benar-benar bersih, bebas dari kontaminasi P. 2. Saring ml air sampel dengan millipore (0,45 µm), atau glass fibre filter atau yang setara, gunakan vacuum pump. 3. Pipet sebanyak 25 ml sampel tersaring. 4. Tambahkan 1 ml Ammonium molybdate, aduk. 5. Tambahkan 5 tetes SnCl 2, aduk diamkan (10 menit). 6. Buat larutan blanko dari 25 ml akuades, lakukan prosedur 3 dan Buat larurtan standar ortofosfat dengan konsntrasi : 0,01; 0,05; 0,10; 0,25; 0,50; 0,75; dan 1,00 ppm-p. 8. Setelah didiamkan 10 menit dan sebelum 12 menit, ukur air sampel dan larutan standar dengan spektofotometer pada panjang gelombang 690 nm. 9. Buat persamaan regresi atau grafik untuk menentukan kadar ortofosfat air sampel.
4 Lampiran 2. Standar pengukuran persentase penutupan lamun dan algae 60
5 61 Lampiran 3. Baku mutu air laut untuk biota laut (Kepmen LH no.51 tahun 2004) No. Parameter Satuan Baku Mutu FISIKA 1. Kecerahan a m Kebauan Kekeruhan a Padatan tersuspensi total b Sampah Suhu c Lapisan minyak 5 - NTU - 0C - coral: >5 mangrove: - lamun: >3 alami 3 <5 coral: 20 mangrove: 80 lamun: 20 nihil 1(4) alami 3(c) coral: mangrove: lamun: nihil 1(5) KIMIA ph d Salinitas e Oksigen terlarut (DO) BOD5 Ammonia total (NH 3-N) Fosfat (PO 4-P) Nitrat (NO 3-N) Sianida (CN - ) Sulfida (H 2S) PAH (Poliaromatik hidrokarbon) Senyawa Fenol total PCB total (poliklor bifenil) Surfaktan (deterjen) Minyak & lemak Pestisida TBT (tributil tin) 7 Logam Terlarut Raksa (Hg) Kromium hesavalen (Cr(VI)) Arsen (AS) Kadmium (Cd) tembaga (Cu) Timbal (Pb) Seng (Zn) Nikel (Ni) - 0 / 00 µg/l MBAS µg/l µg/l 7-8,5 (d) alami 3(e) coral: (e) mangrove: s/d 34 (e) lamun: (e) >5 20 0,3 0,015 0,008 0,5 0,01 0,003 0,002 0, ,01 0,01 0,001 0,005 0,012 0,001 0,008 0,008 0,05 0, BIOLOGI Coliform (total) g Patogen Plankton MPN/100 ml sel/100 ml sel/100 ml 1000 (g) nihil 1 tidak bloom 5 1. RADIO NUKLIDA Komposisi yang tidak diketahui Bq/l 4
6 62 Lampiran 3. (lanjutan) Catatan: 1. Nihil adalah tidak terdeteksi dengan batas deteksi alat yang digunakan (sesuai dengan metode yang digunakan). 2. Metode analisa mengacu pada metode analisa untuk air laut yang telah ada, baik internasional maupun nasional. 3. Alami adalah kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat (siang, malam dan musim). 4. Pengamatan oleh manusia (visual ). 5. Pengamatan oleh manusia (visual ). Lapisan minyak yang diacu adalah lapisan tipis (thin layer ) dengan ketebalan 0,01mm. 6. Tidak bloom adalah tidak terjadi pertumbuhan yang berlebihan yang dapat menyebabkan eutrofikasi. Pertumbuhan plankton yang berlebihan dipengaruhi oleh nutrien, cahaya, suhu, kecepatan arus, dan kestabilan plankton itu sendiri. 7. TBT adalah zat antifouling yang biasanya terdapat pada cat kapal. a. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% kedalaman euphotic b. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% konsentrasi ratarata musiman c. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <2 o C dari suhu alami d. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <0,2 satuan ph e. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <5% salinitas rata-rata musiman f. Berbagai jenis pestisida seperti: DDT, Endrin, Endosulfan dan Heptachlor g. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% konsentrasi ratarata musiman
7 63 Lampiran 4. Peta sebaran unit transplantasi di Pulau Pramuka (Thalassia hemprichii, Halodule pinifolia, Cymodocea rotundata, Enhalus acoroides, dan Cymodocea serulata) Lampiran 5. Peta sebaran unit transplantasi di Pulau Kelapa Dua (Thalassia hemprichii, Halodule uninervis dan Cymodocea rotundata)
8 55 Lampiran 6. Data struktur komunitas lamun di Pulau Pramuka Stasiun Quadrat Kedalaman (cm) % Penutupan Lamun % Komposisi Spesies Lamun Cr Cs Ea Th Ho Hp Tinggi Kanopi (cm) % Penutupan Epifit 1 (0m) (5m) ,3 1 3 (10m) ,3 1 4 (15m) (20m) , , (25m) (30m) , (35m) 64 0,5 0, ,5 5 9 (40m) , (45m) 67 0, , , (50m) ,7 12 Rata-rata 63,09 6,64 2,11 0,00 0,00 4,43 0,09 0,00 6,50 11,09 1 (0m) , (5m) , , , (10m) , , , (15m) ,5 4, ,7 9 5 (20m) , (25m) (30m) ,5 1,4 0, (35m) (40m) , ,2 0 15, (45m) , (50m) 82 0, , ,3 8 Rata-rata 75,00 23,68 12,48 0,49 0,87 9,09 0,75 0,00 12,55 16,55 1 (0m) , (5m) ,7 4 3 (10m) (15m) ,3 1 5 (20m) (25m) ,5 0 7,5 14,7 6 7 (30m) , , (35m) ,25 0 6,25 1,25 11,25 9, (40m) ,5 7,5 9, (45m) ,5 0,5 2 7, (50m) ,7 25 Rata-rata 84,64 36,82 5,86 12,57 3,45 8,30 0,89 5,75 13,62 9,45 Rata-Rata Total 74,24 22,38 6,82 4,35 1,44 7,27 0,58 1,92 10,89 12,36 64
9 56 Lampiran 7. Data struktur komunitas lamun Pulau Kelapa Dua Stasiun Quadrat Kedalaman (cm) % Penutupan Lamun % Komposisi Spesies Lamun Cr Cs Ea Th Ho Hp Tinggi Kanopi (cm) % Penutupan algae % Penutupan Epifit 1 (0m) , , (5m) , (10m) , , , (15m) , (20m) 67 0, , , (25m) , (30m) , (35m) , (40m) , (45m) (50m) , Rata-Rata 61,73 18,77 1,91 0,00 0,00 3,91 0,32 12,64 12,88 0,00 29,45 1 (0m) 60 0, , , (5m) 59 0, , , (10m) 61 0, , , (15m) (20m) (25m) , (30m) , (35m) (40m) , (45m) ,5 0 1, (50m) ,3 0 0 Rata-Rata 70,73 3,06 0,27 0,27 0,00 2,20 0,18 0,14 6,81 0,00 10,36 1 (0m) , (5m) 64 0, ,3 0,2 0 2, (10m) , (15m) , (20m) , (25m) , (30m) , (35m) , (40m) 73 0, , (45m) , (50m) , Rata-Rata 75,82 11,52 0,00 0,00 0,00 1,32 0,56 9,64 10,05 1,00 34,27 Rata-Rata Total 69,42 11,12 0,73 0,09 0,00 2,48 0,35 7,47 9,92 0,33 24,70 65
10 66 Lampiran 8. Data keberhasilan transplantasi lamun metode Plugs di Pulau Pramuka No. Jenis Plug 1-Mar 15-Mar 21-Mar 27-Mar 21 Mei 21 Mei PK 1 Thalassia hemprichii Halodule pinifolia Cymodocea rotundata Enhalus acoroides Cymodocea serulata No. Jenis Tegakan 1 Thalassia hemprichii Halodule pinifolia Cymodocea rotundata Enhalus acoroides Cymodocea serulata No. Jenis Daun 1 Thalassia hemprichii Halodule pinifolia Cymodocea rotundata Enhalus acoroides Cymodocea serulata Lampiran 9. Data keberhasilan transplantasi lamun metode Plugs di Pulau Kelapa Dua No. Jenis Plug 27-Feb 13-Mar 20-Mar 27-Mar 23 Mei 1 Thalassia hemprichii Halodule uninervis Cymodocea rotundata No. Jenis Tegakan 1 Thalassia hemprichii Halodule uninervis Cymodocea rotundata No. Jenis Daun 1 Thalassia hemprichii Halodule uninervis Cymodocea rotundata
11 67 Lampiran 10. Data biomasa basah dan kering lamun di Pulau Pramuka Stasiun Substasiun Biomas basah (grm/m 2 ) Biomas Kering (grm/m 2 ) Atas Bawah Atas Bawah 111 4,656 5,9376 0,8187 6, ,6705 2,4300 0,1964 2, ,8554 1,3906 0,4246 1, ,0063 0,7508 0,0042 0, ,0048 0,0418 0,0038 0, ,0837 0,0675 0,2554 0, ,3787 9,469 0, ,2303 Rata-rata 33, , , , ,1421 3,2539 0,4167 3, ,8326 0,3036 0, , ,0675 0,7201 0, ,2973 0,3164 0,4414 0, , , ,3357 Rata-rata 17, , ,7935 5, , ,5813 1, , ,2280 6,5955 1,8009 2, ,1327 4,2441 1,1582 1, ,8775 5,4304 0,1121 1, ,4372 1,5328 1,6331 0, ,9692 4,6451 0,1613 1, ,1392 0,1617 0,5102 0, , ,4990 5, , Rata-rata 246, , , ,1202 Total rata-rata 104, , , ,0504
12 68 Lampiran 11. Data biomasa basah dan kering lamun di Pulau Kelapa Dua Stasiun Substasiun Biomas basah (grm/m 2 ) Biomas Kering (grm/m 2 ) Atas Bawah Atas Bawah 111 0,1800 0,1733 0,0730 0, ,0369 0,0890 0,0284 0, ,8989 2,0209 0,6367 0, ,4019 6,8585 0,4686 2, ,5767 0,3259 0,1854 0, ,0874 0,6224 0,0242 0, ,3852 2,1268 0,5099 0, ,6465 1,8253 0,2825 0, ,2987 5,2869 0,3921 2, ,2256 7,7322 0,4490 4, , ,1723 0,7187 4, Rata-rata 23, , , , ,0492 0,1462 0,0308 0, ,9551 6,9157 0,7667 3, ,5433 4,7430 0,4502 2, ,6095 0, ,1015 0,5544 0,0343 0, , ,2779 0,1793 4, , ,6314 0, , ,2017 5,2075 0,4385 2, ,3718 0,8520 0,1256 0, Rata-rata 16, , ,8172 6, ,6048 0, ,3857 8,8406 1,2605 5, ,3848 1,0043 0,1040 0, ,1086 0,2805 0,0606 0, ,0036 0,0999 0,0026 0, ,0089 0,1579 0,0059 0, ,8188 0, Rata-rata 33, , , ,4737 Total Rata-rata 28, ,6305 9, ,7147
13 69 Lampiran 12. Data pertumbuhan daun lamun di Pulau Pramuka TAG Jenis Panjang Daun I II III Pertumbuhan Rata-rata total Pertumbuhan rata2 daun utuh 17 Thalassia hemprichii 4,14 6,26 3,07-0,535 2,12 4,96 6,7 2,62-1,17 1,74 2,58 2,99 3,64 0,53 0,41 Cymodocea rotundata 3,63 4,11 4,50 0,435 0,48 4,12 0,72 2,66 5 Cymodocea rotundata 5,97 4,85 0,55-2,71 1,51 2,44 0,44 1,11 19 Enhalus acoroides 23,77 16,02-7,75 23,28 18,33-4,95 5,83 14 Thalassia hemprichii 3,85 1,15 2,38-0,735 1,23 5,65 3,24 4,01-0,82 0,77 1,83 2,16
14 70 Lampiran 13. Data pertumbuhan daun lamun di Pulau Kelapa Dua TAG Spesies Panjang Daun Pertumbuhan Pertumbuhan I II III Rata-rata total rata2 daun utuh 4 Thalassia hemprichii 2,31 3,34 6,56 2,125 2,125 2,51 2,13 1,91-0,3 4,02 4,3-4,02 1,66 4,43 2,77 2,77 5 Cymodocea rotundata 2,72 4,76 7,43 2,355 2,355 5,64 8,58 5,36-0,14 2,94 11,61 12,59 0,98 0,98 0,66 0,66 0,66 Thalassia hemprichii 6,41 5,76 1,16 7,76 13 Thalassia hemprichii 7,29 2,76 8,55 12,61 2,03 2,03 5,83 10,76 2,465 2,465 0,9 0,9 9 Cymodocea rotundata 7,64 9,47 6,13-0,755 1,83 2,51 8,68 9,24 3,365 3,365 1,88 2,25 4,69 1,405 1, Cymodocea rotundata 2,41 3,9 1,49 1,49 2,19 5,02 6,16 1,14 1,51 2,25 1,125 0,74 1,54 1,54 6 Halodule uninervis 7,45 8,1 7,2-0,125 4,66 1,92 4,55 2,275 2,63 0,91 0,91 13 Thalassia hemprichii 2,54 5,89 13,15 5,305 7,26 1,27 2,02 6,16 2,445 2,445 1,92 1,45 5,22 1,65 1 Halodule uninervis 8,53 9,28 7,8-0,365 0,75 6,58 1,87-4,71 3,63 6,86 9,11 2,74 2,74 1,79 1,79 Thalassia hemprichii 12,62 8,81 10,87 2,06 2,06 1,75 5,8 6,56 2,405 2,405 1,11 1,11 2,56 2,56 11 Thalassia hemprichii 7,91 9,58 1,67 1,67 2,44 6,75 2,71-4,04 3,31 7,7 4,39 4,39 3 Thalassia hemprichii 2,17 5,51 7,56 2,05 2,05 2,16 5,79 3,63 3,63 4,06 2,88 2,88
15 71 Lampiran 14. Foto kegiatan penelitian Kawasan transplantasi Pulau Pramuka Kawasan transplantasi Pulau Kelapa Dua Pengamatan lamun di Pulau Pramuka Pengamatan lamun di Pulau Kelapa Dua Penandaan pada daun lamun Unit transplantasi metode Plugs Pengambilan sampel substrat Unit transplantasi yang siap ditanam dengan corer
Lampiran 1. Gambar Lembar Pengamatan yang digunakan (Mckenzie & Yoshida 2009)
LAMPIRAN Lampiran 1. Gambar Lembar Pengamatan yang digunakan (Mckenzie & Yoshida 2009) 59 Lampiran 2. Gambar pedoman penentuan penutupan lamun dan algae (McKenzie & Yoshida 2009) 60 61 Lampiran 3. Data
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian Pengambilan sampel di lapangan Pengeringan Udara Sampel Lampiran 1. Lanjutan Sampel sebelum di oven Sampel setelah menjadi arang Lampiran 1. Lanjutan. Tanur (Alat yang
Lebih terperinciLampiran 1. Dokumentasi Penelitian. Pengambilan Sampel Rhizophora apiculata. Dekstruksi Basah
Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian Pengambilan Sampel Rhizophora apiculata Dekstruksi Basah Lampiran 1. Lanjutan Penyaringan Sampel Air Sampel Setelah Diarangkan (Dekstruksi Kering) Lampiran 1. Lanjutan
Lebih terperinciph TSS mg/l 100 Sulfida mg/l 1 Amonia mg/l 5 Klor bebas mg/l 1 BOD mg/l 100 COD mg/l 200 Minyak lemak mg/l 15
69 Lampiran 1 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor :06 tahun 2007 Tanggal : 8 Mei 2007 BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN YANG MELAKUKAN LEBIH DARI
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR: 51 TAHUN 2004 TENTANG BAKU MUTU AIR LAUT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,
SALINAN KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR: 51 TAHUN 2004 TENTANG BAKU MUTU AIR LAUT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa untuk menjaga kelestarian fungsi lingkungan laut
Lebih terperinciLAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN Lampiran 1. Alat dan Bahan Penelitian DO Meter ph Meter Termometer Refraktometer Kertas Label Botol Sampel Lampiran 1. Lanjutan Pisau Cutter Plastik Sampel Pipa Paralon Lampiran 2. Pengukuran
Lebih terperinciGUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LAUT
SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 3 TAHUN 200 TENTANG BAKU MUTU AIR LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,
Lebih terperinciLampiran 1. Pengukuran Konsentrasi Logam Sebenarnya
LAMPIRAN 55 Lampiran 1. Pengukuran Konsentrasi Logam Sebenarnya Pengukuran konsentrasi logam berat dengan menggunakan AAS (Atomic Absorption Spectrofotometry) menurut Siaka (2008) dapat dihitung menggunakan
Lebih terperinciLampiran 1. Perhitungan Jumlah Zooplankton yang ditemukan. Jumlah Individu/l St 1 St 2 St 3 St 4 St 5
75 LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1. Perhitungan Jumlah Zooplankton yang ditemukan Genus Jumlah Individu/l St 1 St 2 St 3 St 4 St 5 Total Ind/l Rata-rata Nauplius 3 2 2 3 1 11 2,2 Cylopoid 3 3 2 2 1 11 2,2
Lebih terperinciLampiran A. Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur Kelarutan Oksigen (DO) 1 ml MnSO 4 1 ml KOH KI dikocok didiamkan
Lampiran A. Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur Kelarutan Oksigen (DO) Sampel Air Sampel Dengan Endapan Putih/Coklat Larutan Sampel Berwarna Coklat 1 ml MnSO 4 1 ml KOH KI dikocok didiamkan 1 ml
Lebih terperinciLampiran 5. Baku Mutu Air laut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: Tahun 2004
Lampiran 5. Baku Mutu Air laut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: Tahun 2004 no parameter satuan baku mutu Fisika 1 kecerahan m coral: >5 mangrove 80 lamun >3 2 Kebauan alami 3 Kekeruhan
Lebih terperinciLampiran A. Prosedur Analisa Logam Berat Pb dan Cd Dalam Kerang Bulu (Anadara inflata) Diambil daging. Ditambah 25 ml aquades. Ditambah 10 ml HNO 3
Lampiran A. Prosedur Analisa Logam Berat Pb dan Cd Dalam Kerang Bulu (Anadara inflata) Kerang Diambil daging Ditambah 25 ml aquades Ditambah 10 ml HNO 3 Dipanaskan dengan suhu 120 0 C selama 30 menit Didinginkan
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2003 NOMOR : 6 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 6 TAHUN 2005 T E N T A N G
BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2003 NOMOR : 6 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 6 TAHUN 2005 T E N T A N G BAKU MUTU AIR LAUT DI PERAIRAN KOTA CILEGON Menimbang : a. bahwa air laut merupakan salah satu
Lebih terperinciLAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN Lampiran 1. Lokasi Penelitian Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Lampiran 2. Alat dan Bahan Eckman Grab Refrakto meter GPS (Global Positioning System) Thermometer Coolbox Ember ph meter Botol sampel
Lebih terperinciLampiran 1. Kep.Men. LH Nomor 51 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut
LAMPIRAN 48 Lampiran 1. Kep.Men. LH Nomor 51 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut No. Parameter Satuan Baku Mutu FISIKA 1 Kecerahan a m Coral: >5 Mangrove : - Lamun : >3 2 Kebauan - Alami
Lebih terperinciLAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara
75 LAMPIRAN 76 Lampiran 1. Data Analisis Vegetasi Mangrove Stasiun I Pohon No. Nama Spesies ind (ind/ha) Plot Kerapatan 1. A. alba 4 1 133 2. A. floridum 8 1 267 3. A. marina 5 1 167 4. A. officinalis
Lebih terperinciLAMPIRAN. Nama Ind plot. Lampiran 1. Data Analisis Vegetasi Mangrove. Stasiun I. Semai. Universitas Sumatera Utara
1 LAMPIRAN Nama Ind plot K (Ind/h) KR (%) F FR(%) INP Avicenia alba 34 2 85000 38,636 0,66666 33,33333 71,9696969 Avicenia lanata 44 2 110000 50 0,66666 33,33333 83,3333333 Ceriops 10 2 25000 11,36363
Lebih terperinciStasiun I Padang Lamun, Pulau Tarahan. Stasiun II Karang, Pulau Tarahan. Stasiun III Dermaga, Pulau Panjang. Stasiun IV Pemukiman, Pulau Panjang
LAMPIRAN 10 Lampiran 1 Stasiun pengambilan contoh bivalvia Stasiun I Padang Lamun, Pulau Tarahan Stasiun II Karang, Pulau Tarahan Stasiun III Dermaga, Pulau Panjang Stasiun IV Pemukiman, Pulau Panjang
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PERIZINAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE LAUT
SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PERIZINAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE LAUT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : bahwa dalam
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN
17 3. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2008-Mei 2009 di Lokasi Rehabilitasi Lamun PKSPL-IPB Pulau Pramuka dan Pulau Kelapa Dua, Kepulauan
Lebih terperinciLampiran 1. Data hasil tangkapan
LAMPIRAN Lampiran 1. Data hasil tangkapan fno FAMILI SCIENTIFIC NAME Local name SAMPLING 1 SAMPLING 2 SAMPLING 3 SAMPLING 4 Sh KSh Ms Sh KSh Ms Sh KSh Ms Sh KSh Ms S M S M S M S M S M S M S M S M S M S
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU LINGKUNGAN HIDUP DAN KRITERIA BAKU KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU LINGKUNGAN HIDUP DAN KRITERIA BAKU KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a.
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) Ikan kerapu bernilai ekonomis tinggi, baik di dalam negeri maupun di luar negeri sehingga penangkapan dan budidayanya bisa berkembang.
Lebih terperinciLampiran 1. Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur Kelarutan Oksigen (DO) (Suin, 2002) Sampel Air. Sampel Dengan Endapan Putih/Coklat 1 ml H 2
Lampiran 1. Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur Kelarutan Oksigen (DO) (Suin, 2002) Sampel Air 1 ml MnSO 4 1 ml KOH-KI Dikocok Didiamkan Sampel Dengan Endapan Putih/Coklat 1 ml H 2 SO 4 Dikocok Didiamkan
Lebih terperinciLampiran 4. Tabel Hasil Analisa Pengambilan Sampel Air Laut Kota Surabaya Tahun 2012
Lampiran 4. Tabel Hasil Analisa Pengambilan Sampel Air Laut Kota Surabaya Tahun 2012 NO 1 Uji Sampling Air Laut di Wisata Bahari Melampaui baku mutu pada : Lokasi : Kenjeran Pulau Pasir Fisika : [02 April
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR: 429/ MENKES/ PER/ IV/ 2010 TANGGAL: 19 APRIL 2010 PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM
PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR: 429/ MENKES/ PER/ IV/ 2010 TANGGAL: 19 APRIL 2010 PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM I. PARAMETER WAJIB No. Jenis Parameter Satuan Kadar Maksimum Yang Diperbolehkan 1. Parameter
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 34 TAHUN 2015 TENTANG BAKU MUTU AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI BARAT,
SALINAN PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 34 TAHUN 2015 TENTANG BAKU MUTU AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI BARAT, Menimbang : a. bahwa pencemaran lingkungan hidup disebabkan
Lebih terperinciLampiran 1. Kebutuhan air di kampus IPB Dramaga saat libur
LAMPIRAN 55 Lampiran 1. Kebutuhan air di kampus IPB Dramaga saat libur Hari/ Tgl Menara Fahutan No Jam Meteran terbaca Volume Ketinggian Air Di Air Menara Terpakai Keterangan (m 3 ) (m 3 ) (m 3 ) 1 6:00
Lebih terperinciLAMPIARAN : LAMPIRAN 1 ANALISA AIR DRAIN BIOFILTER
LAMPIARAN : LAMPIRAN 1 ANALISA AIR DRAIN BIOFILTER Akhir-akhir ini hujan deras semakin sering terjadi, sehingga air sungai menjadi keruh karena banyaknya tanah (lumpur) yang ikut mengalir masuk sungai
Lebih terperinciBAB III METODELOGI PENELITIAN
BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di perairan lokasi budidaya kerang hijau (Perna viridis) Perairan Pantai Cilincing, Jakarta Utara. Sampel plankton diambil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran logam berat merupakan salah satu masalah penting yang sering terjadi di perairan Indonesia, khususnya di perairan yang berada dekat dengan kawasan industri,
Lebih terperinciA = berat cawan dan sampel awal (g) B = berat cawan dan sampel yang telah dikeringkan (g) C = berat sampel (g)
LAMPIRAN 42 Lampiran 1. Prosedur Analisis mutu kompos A. Kadar Air Bahan (AOAC, 1984) Cawan porselen kosong dan tutupnya dimasukkan ke dalam oven selama 15 menit pada suhu 100 o C.Cawan porselen kemudian
Lebih terperinciLampiran 1. Prosedur Analisis
L A M P I R A N 69 Lampiran 1. Prosedur Analisis A. Pengukuran Nilai COD (APHA,2005). 1. Bahan yang digunakan : a. Pembuatan pereaksi Kalium dikromat (K 2 Cr 2 O 7 ) adalah dengan melarutkan 4.193 g K
Lebih terperinciL A M P I R A N DAFTAR BAKU MUTU AIR LIMBAH
L A M P I R A N DAFTAR BAKU MUTU AIR LIMBAH 323 BAKU MUTU AIR LIMBAH INDUSTRI KECAP PARAMETER BEBAN PENCEMARAN Dengan Cuci Botol (kg/ton) Tanpa Cuci Botol 1. BOD 5 100 1,0 0,8 2. COD 175 1,75 1,4 3. TSS
Lebih terperinciBAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PELAPISAN LOGAM
L A M P I R A N 268 BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PELAPISAN LOGAM PARAMETER KADAR MAKSIMUM BEBAN PENCEMARAN MAKSIMUM (gram/ton) TSS 20 0,40 Sianida Total (CN) tersisa 0,2 0,004 Krom Total (Cr) 0,5
Lebih terperinciLampiran 1. Perhitungan komposisi pencampuran air
Lampiran 1. Perhitungan komposisi pencampuran air DO (mg/l) Kedalaman A B rata-rata 0 7,5 7,7 7,60 Ketebalan kolom air yang terwakili 4 meter (kedalaman 0 sd 4 meter) 2 6,6 7,0 6,80 4 6,1 6,3 6,20 6 3,7
Lebih terperinciLampiran 1. Prosedur pengukuran nitrogen dan fosfat dalam air.
Lampiran 1. Prosedur pengukuran nitrogen dan fosfat dalam air. Nitrogen - Distilasi dari 50 ml ke 25 ml - Tambahkan MnSO4 1 tetes - Tambahkan Clorox 0,5 ml - Tambahkan Phenat 0,6 ml - Diamkan ± 15 menit
Lebih terperinciLampiran 1. Alat dan bahan yang digunakan pada pengamatan dan pengambilan contoh. Alat dan bahan
Lampiran 44 45 Lampiran 1. Alat dan bahan yang digunakan pada pengamatan dan pengambilan contoh Alat dan bahan Kegiatan Alat Bahan Pengambilan contoh GPS, Vandorn Water Sampler, Secchi disc, tali berskala,
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 DAFTAR PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM. - Mg/l Skala NTU - - Skala TCU
85 LAMPIRAN 1 PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR : 416/MENKES/PER/IX/1990 TANGGAL : 3 SEPTEMBER 1990 DAFTAR PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. No Parameter Satuan A. FISIKA Bau Jumlah
Lebih terperinci3.1. Waktu Dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September - November 2007 bertempat
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu Dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September - November 2007 bertempat di perairan Danau Paki di Desa Mentulik Kecamatan Kampar Kiri Hilir Kabupaten
Lebih terperinciLampiran 1 Hasil pengukuran kualitas air
78 Lampiran 1 Hasil pengukuran kualitas air HASIL TEST RESULT N o PARAMETER PARAMETERS SATUAN UNIT STA1.11 STA2.11 STA3.11 Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Parameter Fisika kimia 1. ph 8.11+ 0.06
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian diawali dengan survei pendahuluan pada bulan Agustus 2012. Penelitian utama ini telah dilaksanakan pada Januari 2013 - Februari
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN
3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Oktober 2009 dalam kawasan rehabilitasi PKSPL-IPB di Pulau Harapan, Kepulauan Seribu, Jakarta (Gambar
Lebih terperinciLampiran 1. Alat dan Satuan yang Dipergunakan dalam Pengukuran Faktor Fisik dan Kimia Perairan.
Lampiran 1. Alat dan Satuan yang Dipergunakan dalam Pengukuran Faktor Fisik dan Kimia Perairan. No Parameter Fisik, Kimia, Biologi Satuan Alat 1 Temperatur air 0 C Termometer Air Raksa 2 DO (Oksigen Terlarut)
Lebih terperinciGambar 4. Peta Lokasi Penelitian
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei Juli 2013 di Bintan Provinsi Kepulauan Riau (Gambar 4). Dimana penelitian ini meliputi persiapan
Lebih terperinciPemberian larutan kimia ke dalam contoh air laut.
LAMPIRAN Lampiran 1. Dokumentasi 59 Foto kegiatan survei Kapal survei. Persiapan sebelum survei. Pemindahan contoh air laut dari sampler ke dalam botol. Penyaringan contoh air laut. Pemberian larutan kimia
Lebih terperinciLAMPIRAN A : Bagan Uji Pendugaan, Penegasan dan Sempurna. Di Pipet
LAMPIRAN A : Bagan Uji Pendugaan, Penegasan dan Sempurna Benda uji Tabung reaksi berisi laktosa broth Di Pipet Diinkubasi pada suhu 35 ± 0,5ºC selama 24 jam Tahap Pendugaan Gas + dalam 24 jam Gas dalam
Lebih terperinciLAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara
34 LAMPIRAN 35 Lampiran 1. Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur Kelarutan Oksigen (DO) Sampel Air 1 ml MnSO 4 1 ml KOH-KI Dikocok Didiamkan Sampel Dengan Endapan Putih/Coklat 1 ml H 2 SO 4 Dikocok
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Penentuan
18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Penentuan lokasi dilakukan dengan purposive sampling (penempatan titik sampel dengan
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN
21 3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Situ IPB yang terletak di dalam Kampus IPB Dramaga, Bogor. Situ IPB secara geografis terletak pada koordinat 106 0 34-106 0 44 BT dan
Lebih terperinciLampiran 1 Peta lokasi penelitian di pantai Carita, Pandeglang, Banten
LAMPIRAN 8 9 Lampiran Peta lokasi penelitian di pantai Carita, Pandeglang, Banten Lampiran Letak stasiun pengambilan sampel di sepanjang pantai Carita, Pandeglang, Banten Lampiran Metode pengukuran kualitas
Lebih terperinciPENENTUAN STATUS MUTU AIR
PENENTUAN STATUS MUTU AIR I. METODE STORET I.. URAIAN METODE STORET Metode STORET ialah salah satu metode untuk menentukan status mutu air yang umum digunakan. Dengan metode STORET ini dapat diketahui
Lebih terperinciLAMPIRAN. Lampiran 1. Kriteria mutu air berdasarkan kelas (PP Nomor 82 Tahun 2001) PARAMETER SATUAN KELAS I II III IV FISIKA
LAMPIRAN Lampiran 1. Kriteria mutu air berdasarkan kelas (PP Nomor 82 Tahun 2001) PARAMETER SATUAN KELAS I II III IV FISIKA o C Temperatur mg/l Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 3 Residu Terlarut mg/l
Lebih terperinciLampiran 1 Hasil analisa laboratorium terhadap konsentrasi zat pada WTH 1-4 jam dengan suplai udara 30 liter/menit
Lampiran 1 Hasil analisa laboratorium terhadap konsentrasi zat pada WTH 1-4 jam dengan suplai udara 30 liter/menit Konsentrasi zat di titik sampling masuk dan keluar Hari/ mingg u WT H (jam) Masu k Seeding
Lebih terperinciPENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A
PETUNJUK PRAKTIKUM PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A Cemaran Logam Berat dalam Makanan Cemaran Kimia non logam dalam Makanan Dosen CHOIRUL AMRI JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA 2016
Lebih terperinciBAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015
BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015 yang meliputi kegiatan di lapangan dan di laboratorium. Lokasi pengambilan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Proses pengambilan sampel dilakukan di Perairan Pulau Panggang, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta pada tiga
Lebih terperinciMetode Pengumpulan Data Komponen Lingkungan Metode Analisis Dampak Lingkungan Metode dan Teknik Indentifikasi, Prediksi, Evaluasi dan Interpretasi
Metode Pengumpulan Data Komponen Lingkungan Metode Analisis Dampak Lingkungan Metode dan Teknik Indentifikasi, Prediksi, Evaluasi dan Interpretasi Dampak Mengetahui komponen dan parameter lingkungan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. B. Materi Penelitian Alat dan bahan yang digunakan terlampir (Lampiran 1 dan 2). bio.unsoed.ac.id
III. METODE PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian berlokasi di Waduk Penjalin, Desa Winduaji, Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah dengan koordinat 6 o 44 56 LS
Lebih terperinciBAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN DOMESTIK
Lampiran II Tentang : Baku Mutu Lingkungan Hidup dan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN DOMESTIK NO. PARAMETER SATUAN KADAR PALING TINGGI FISIKA
Lebih terperinciTARIF LAYANAN JASA TEKNIS BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA
TARIF LAYANAN JASA TEKNIS BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA Jl. M.T. Haryono / Banggeris
Lebih terperinciBUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 50 TAHUN 2015
SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PERIZINAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE SUMBER AIR DAN PEMANFAATAN AIR LIMBAH KE TANAH UNTUK
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut : Mulai
BAB IV METODE PENELITIAN A. Tahap Penelitian Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut : Mulai Studi pustaka / studi literator Persiapan : 1. Survey lapangan 2. Lokasi penelitian
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN. Gambar 3. Peta lokasi pengamatan dan pengambilan sampel di Waduk Cirata
11 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Waduk Cirata, Jawa Barat pada koordinat 107 o 14 15-107 o 22 03 LS dan 06 o 41 30-06 o 48 07 BT. Lokasi pengambilan sampel
Lebih terperinciPeraturan Pemerintah RI No. 20 tahun 1990, tanggal 5 Juni 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air
Lampiran Peraturan Pemerintah RI No. 20 tahun 1990, tanggal 5 Juni 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air A. Daftar Kriteria Kualitas Air Golonagan A (Air yang dapat digunakan sebagai air minum secara
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan teknik penentuan lokasi
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan teknik penentuan lokasi secara purposive sampling (penempatan titik sampel dengan tujuan
Lebih terperinciPENGAMBILAN SAMPEL AIR
PENGAMBILAN SAMPEL AIR A. Pemeriksaan : Pengambilan Sampel Air B. Tujuan :Untuk memperoleh sampel air guna pemeriksaan parameter lapangan C. Metode : Langsung D. Prinsip : Sungai dengan debit kurang dari
Lebih terperinciOleh : Putri Paramita ( )
Tugas Akhir SB-091358 Oleh : Putri Paramita (1507100006) Dosen Pembimbing: Dr.rer.nat. Maya Shovitri, M.Si Nengah Dwianita Kuswytasari S.Si., M.Si Limbah Organik Sungai Tercemar BOD, COD, TSS, TDS, ph
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kepulauan Seribu merupakan gugusan pulau datar yang melintang di barat daya Laut Jawa dan memiliki ekosistem terumbu karang, mangrove dan padang
Lebih terperinciII. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1.1. Materi Penelitian Bahan
II. MATERI DAN METODE PENELITIAN 1. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1.1. Materi Penelitian 1.1.1. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah sampel plankton, formalin 40%, MnSO4, KOH-KI,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu Dan Tempat Penelitian. B. Alat dan Bahan
BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan, yaitu pada 7 Oktober 2015 hingga 7 November 2015 di Sub Lab Kimia FMIPA UNS dan Balai Laboratorium Kesehatan
Lebih terperinciV ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN
49 V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN 5.1 Distribusi Parameter Kualitas Perairan Karakteristik suatu perairan dan kualitasnya ditentukan oleh distribusi parameter fisik dan kimia perairan yang berlangsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Panggang adalah salah satu pulau di gugusan Kepulauan Seribu yang memiliki berbagai ekosistem pesisir seperti ekosistem mangrove, padang lamun, dan terumbu
Lebih terperinciLampiran 1. Data Penentuan Panjang Gelombang Maksimum dari Larutan Seri Standar Fe(NH 4 ) 2 ( SO 4 ) 2 6H 2 O 0,8 mg/l
Lampiran 1. Data Penentuan Panjang Gelombang Maksimum dari Larutan Seri Standar Fe(NH 4 ) 2 ( SO 4 ) 2 6H 2 O 0,8 mg/l No Panjang Gelombang % T Absorbansi (nm) 1 500 75 0,1249 2 505 74 0,1308 3 510 73
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH BERUPA LABORATORIUM
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH BERUPA LABORATORIUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKABUMI, Menimbang : a. bahwa untuk menjaga
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. stasiun pengambilan terlampir pada Lampiran 1. Proses identifikasi pada sampel
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan dan pengawetan sampel plankton dilakukan di Telaga Sarangan dan Telaga Wahyu Magetan Jawa Timur pada bulan Agustus 2011 dengan denah
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut : Mulai
BAB IV METODE PENELITIAN A. Tahap Penelitian Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut : Mulai Studi pustaka / studi literator Persiapan : 1. Survey lapangan 2. Lokasi penelitian
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Teluk Ratai Kabupaten Pesawaran,
III. METODOLOGI PENELITIAN.. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Teluk Ratai Kabupaten Pesawaran, Lampung. Penelitian ini secara umum mencakup tahapan yaitu survei lapangan,
Lebih terperinciII. METODE PENELITIAN
II. METODE PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Sungai Pelus terletak di Kabupaten Banyumas. Sungai ini secara geografis terletak antara 7 o 12'30" LS sampai 7 o 21'31" LS dan 109 o 12'31" BT sampai
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Sokaraja dengan kondisi lingkungan dominan pemukiman penduduk
II. METODE PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Sungai Pelus merupakan salah satu sungai yang terletak di Kabupaten Banyumas. Sungai ini secara geografis terletak antara 7 o 12'30" LS sampai 7 o 21'31"
Lebih terperinciAir dan air limbah Bagian 19: Cara uji klorida (Cl - ) dengan metode argentometri (mohr)
Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 19: Cara uji klorida (Cl - ) dengan metode argentometri (mohr) ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata....ii 1
Lebih terperinciMATERI DAN METODE PENELITIAN
8 II. MATERI DAN METODE PENELITIAN 1. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1.1. Materi Penelitian 1.1.1. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan betutu yang tertangkap, sampel
Lebih terperinciTARIF LINGKUP AKREDITASI
TARIF LINGKUP AKREDITASI LABORATORIUM BARISTAND INDUSTRI PALEMBANG BIDANG PENGUJIAN KIMIA/FISIKA TERAKREDITASI TANGGAL 26 MEI 2011 MASA BERLAKU 22 AGUSTUS 2013 S/D 25 MEI 2015 Bahan Atau Produk Pangan
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN SUMBER AIR BAKU AIR MINUM
BAB IV TINJAUAN SUMBER AIR BAKU AIR MINUM IV.1. Umum Air baku adalah air yang memenuhi baku mutu air baku untuk dapat diolah menjadi air minum. Air baku yang diolah menjadi air minum dapat berasal dari
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN A. Materi Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel mikrofitobenthos, sampel air Sungai Banjaran, kertas Whatman No.1, larutan pengencer, MnSO4, KOH-KI,
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT No Seri D
LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT No. 27 2000 Seri D PERATURAN DAERAH JAWA BARAT NOMOR : 39 TAHUN 2000 TENTANG PERUNTUKAN AIR DAN BAKU MUTU AIR PADA SUNGAI CITARUM DAN ANAK-ANAK SUNGAINYA DI JAWA BARAT
Lebih terperinciLampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah
30 LAMPIRAN 31 Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah No. Sifat Tanah Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 1. C (%) < 1.00 1.00-2.00 2.01-3.00 3.01-5.00 > 5.0 2. N (%)
Lebih terperinciLampiran 1 ph. Hasil seperti pada tabel berikut : Tabel 1 Hasil pengukuran ph sebelum dan sesudah elektrokoagulasi ph. Pengambilan Sampel 1 4,7 6,9
97 Lampiran 1 ph Alat Ukur : ph meter Prosedur Pengukuran 1. Kalibrasi dengan larutan buffer sampai ph 4 2. Pengukuran ph air gambut (dicelupkan ph meter ke air gambut) 3. Dicatat berapa ph yang terukur
Lebih terperinciLampiran F - Kumpulan Data
Lampiran F - Kumpulan Data TABEL 1.1.d. PEMANTAUAN KUALITAS AIR Jenis Perairan : Sungai Code Tahun Data : Desember 2006 Air Klas III Titik 1 Titik 2 1 1 Residu terlarut *** mg/l 1000 245 280 2 Residu tersuspensi
Lebih terperinciAir dan air limbah Bagian 21: Cara uji kadar fenol secara Spektrofotometri
Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 21: Cara uji kadar fenol secara Spektrofotometri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata....ii 1 Ruang lingkup...
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang dilanjutkan dengan analisis di laboratorium. Penelitian ini didukung oleh penelitian deskriptif dengan pendekatan
Lebih terperinciLampiran 1. Gambar lokasi penelitian dan kondisi perairan Danau Lido. Stasiun KJA di bagian utara. Stasiun non-kja di bagian tengah
60 Lampiran 1. Gambar lokasi penelitian dan kondisi perairan Danau Lido Stasiun KJA di bagian utara Stasiun non-kja di bagian tengah 61 Lampiran 1. (lanjutan) Dekat kawasan hotel di bagian timur dari inlet
Lebih terperinciKEPADATAN DAN BIOMASSA LAMUN Thalassia hemprichii PADA BERBAGAI RASIO C:N:P SEDIMEN DI PERAIRAN PULAU PARI KEPULAUAN SERIBU
KEPADATAN DAN BIOMASSA LAMUN Thalassia hemprichii PADA BERBAGAI RASIO C:N:P SEDIMEN DI PERAIRAN PULAU PARI KEPULAUAN SERIBU SEMINAR KOMPREHENSIF Dibawah Bimbingan : -Dr. Sunarto, S.Pi., M.Si (Ketua Pembimbing)
Lebih terperinciASOSIASI GASTROPODA DI EKOSISTEM PADANG LAMUN PERAIRAN PULAU LEPAR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. Oleh : Indra Ambalika Syari C
ASOSIASI GASTROPODA DI EKOSISTEM PADANG LAMUN PERAIRAN PULAU LEPAR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Oleh : Indra Ambalika Syari C64101078 DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN
3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan November - Desember 2009. Bertempat di Laboratorium Produktivitas dan Lingkungan Perairan (Proling) Departemen
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian, Rancangan Penelitian atau Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah quasi experiment (eksperimen semu) dengan rancangan penelitian non randomized pretest-postest
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Hanura Lampung pada bulan Juli - Agustus 2011. B. Materi Penelitian B.1. Biota Uji Biota
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).
0.45 µm, ph meter HM-20S, spektrofotometer serapan atom (AAS) Analytic Jena Nova 300, spektrofotometer DR 2000 Hach, SEM-EDS EVO 50, oven, neraca analitik, corong, pompa vakum, dan peralatan kaca yang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Agustus sampai September 2011,
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan selama bulan Agustus sampai September 2011, berlokasi di mata air Kuluhan dan Jabung serta sungai alirannya di Desa Jabung,
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. 07 o 20 0,6576 LS 19 o 13 48,4356 BT Kober, Kec. Purwokerto Barat Bantarsoka, Kec. Purwokerto Barat
III. METODE PENELITIAN A. Materi Penelitian 1. Peralatan Penelitian Alat yang digunakan selama penelitian adalah botol Winkler, plankton net no.25, ember plastik, buret, statif, Erlenmayer, pipet tetes,
Lebih terperinci