BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki iklim tropis yang bersifat
|
|
- Johan Gunardi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki iklim tropis yang bersifat panas. Tinggal di daerah tropis berarti akan lebih banyak terkena paparan sinar matahari. Sinar matahari berperan pentingbagi kesehatan manusia terutamauntuk perkembangan tulang. Namun, paparannya juga memiliki dampak negatif terhadap kesehatan kulit.sinar UV Bmemicu terjadinya perubahan pigmen kulit (suntan) dan kulit terbakar (sunburned) yang menimbulkan eritema atau kemerahan. Sementara sinar UV A mampu menembus sampai ke lapisan dermis kulit dan menyebabkan kerusakan oksidatif pada jaringan sehingga mempercepat penuaan pada kulit (Arakane & Naru, 2016). Penggunaan tabir surya bermanfaat untuk memperlama waktu terjadinya peristiwa tanning atau burningdengan menyerap atau memantulkan sinar UV sehingga dampak negatifnya pada kulit dapat berkurang(draelos, 2016 a ). Tabir surya yang mampu memantulkan sinar UV bekerja secara fisik,sehingga tidak mempengaruhi struktur internal kulit(more, 2007). Senyawa yang bersifat sebagai pengeblok fisik seperti titanium dioksida dan seng oksida mampu mengeblok UV A dan UV B (Draelos, 2016 b ). Bahan alam yang memiliki mekanisme serupa adalah pati. Ukuran partikel pati yang kecil akan memberikan luas permukaan pati yang besar sehingga mampu menutupi permukaan kulit lebih luas, sifat opaquepati yang tidak dapat ditembus cahaya tetapi dapat 1
2 2 menghamburkan sinar, sangat bermanfaat untuk mencegah penetrasi radiasi sinar UV pada kulit(nursal et al., 2006). Salah satu tanaman yang mengandung pati adalah kentang. Kentang biasanya diolah secara tradisional untuk digunakan sebagai bahan yang mampu menghaluskan dan mencerahkan kulit, mencegah kulit kering serta menghilangkan jerawat. Pemanfaatan kentang terutama bagian patinya hanya terbatas pada bahan pangan dan eksipien sediaan tablet. Berdasarkan manfaat kentang yang secara empiris telah digunakan sebagai kosmetik sederhana, maka penulis ingin mengembangkan potensi tersebut melalui pemanfaatan patinya sebagai bahan aktif sediaan kosmetik tabir surya yang mampu melindungi kulit dari pengaruh sinar UV matahari. Pati kentang diformulasikan ke dalam bentuk sediaan lotion yang merupakan bentuk sediaan yang umum digunakan untuk tabir surya(rieger, 2000). Komposisi lotion yang terdiri dari bahan emolient dan humectant mampu memberikan kelembutan dan kelembaban pada kulit (Rowe et al., 2009)sehingga mendukung pemanfaatan pati kentang sebagai kosmetik yang akan diaplikasikan pada kulit. Pada penelitian ini, lotion pati kentang dibuat menjadi lotiontipe water in oil(w/o) karena memiliki keunggulan tidak mudah tercuci oleh air dan memiliki daya lekat yang lebih lama sehingga efektivitasnya akanlebih baik(rigano, 2014).Lotion w/o juga lebih baik dari segi konsistensi dan kelembutannya pada kulit (Jellinek, 1970).Formulasi lotion w/o dilakukan dengan memvariasikan konsentrasi pati kentang untuk melihat pengaruh penambahan jumlah pati kentang terhadap mutu dan stabilitas fisik lotion selama satu bulan penyimpanan pada
3 3 suhu ruang (±28 o C).Pemilihan variasi konsentrasi pati kentang mengacu pada penelitian Nursal et al. tahun 2006 yang memformulasikan pati beras dan pati jagung sebagai krim tabir surya dengan seri konsentrasi sebesar 10,00%; 12,50%; 15,00%; 17,50%; 20,00%. Untuk mengetahui efektivitas lotion yang dihasilkan,maka dilakukan uji aktivitas terhadap formula terpilih yang memiliki mutu dan stabilitas fisik paling baik secara in vivo pada kelinci galur New Zealand White untuk mendapatkan nilai Sun Protection Factor (SPF). B. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah stabilitas fisik lotion w/o pati kentang selama satu bulan penyimpanan pada suhu ruang (±28 o C)? 2. Berapakah konsentrasi pati kentang yang ditambahkan ke dalam formula untuk menghasilkan sediaan lotion w/o yang stabil selama satu bulan penyimpanan pada suhu ruang (±28 o C)? 3. Berapakah nilai SPF yang diberikan oleh formula terpilih lotion w/o pati kentang dalam melindungi kulit hewan uji dari paparan sinar UV? C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui stabilitas fisik lotion w/o pati kentang selama satu bulan penyimpanan pada suhu ruang (±28 o C).
4 4 2. Mengetahui konsentrasi pati kentang yang ditambahkan ke dalam formula untuk menghasilkan sediaan lotion w/o yang stabil selama satu bulan penyimpanan pada suhu ruang (±28 o C). 3. Mengetahui nilai SPF yang diberikan oleh formula terpilih lotion w/o pati kentang dalam melindungi kulit hewan uji dari paparan sinar UV. D. Manfaat Penelitian 1. Mendukung penelitian selanjutnya dalam pemanfaatan pati kentang sebagai tabir surya. 2. Menambah pemanfaatan bahan alam di bidang kosmetika. 3. Menambah ilmu pengetahuan dan wawasan bagi penulis. E. Tinjauan Pustaka 1. Pati kentang Starch (pati, amilum) merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan α- glikosidik, yang banyak terdapat pada biji-bijian, umbi-umbian. Kentang (Solanum tuberosum) mengandung pati pada bagian umbi sebanyak 9 gram (Darazat, 2011). Berbagai macam pati tidak sama sifatnya, tergantung dari panjang rantai atom karbonnya, rantai lurus atau bercabang. Bentuk dan ukuran granula merupakan karakteristik setiap jenis pati, oleh karena itu digunakan untuk
5 5 identifikasi. Karakteristik lain adalah keseragaman granula, lokasi hilus serta permukaan granulanya (Koswara, 2009). Pati tersusun dari dua macam karbohidrat, amilosa dan amilopektin. Amilosa memberikan sifat keras karena cenderung mengalami kristalisasi sedangkan amilopektin berperan terhadap proses pembentukan gel, sifat opaque dan viskositas (Rowe et al., 2009). Amilosa terdiri dari rantai tidak bercabang. Bila dilarutkan dalam air, amilosa membentuk micelles. Amilosa dalam micelles berada dalam konformasi helisal, yang dapat menangkap iodium dan memberikan warna biru yang khas. Amilopektin adalah polimer bercabang. Bila dilarutkan dalam air, amilopektin berinteraksi dengan iodium memberikan warna merah-ungu bukan warna biru tua seperti pada amilosa (Fessenden & Fessenden, 1996). Secara umum, ukuran partikel pati yang kecil memberikan sifat fisika pati yang berperan sebagai tabir surya. Ukuran partikel pati yang kecil akan memberi luas permukaan pati yang besar sehingga dapat menutupi permukaan kulit lebih luas. Disamping itu, sifat opaque pati yang tidak dapat ditembus cahaya tetapi dapat memantulkan sinar, bermanfaat untuk mencegah penetrasi radiasi sinar UV pada kulit (Nursal et al., 2006). Pati kentang mengandung 20,00-23,00% amilosa, kandungan kelembaban sebesar 18,00%, nilai ph 5-8, susut pengeringan 20,00% dan abu 0,60%. Pati kentang praktis tidak larut dalam air dingin dan etanol 96,00% tetapi larut dalam air panas pada suhu di atas suhu gelatinisasinya (58-68 o C) (Rowe et al., 2009). Pati kentang yang dipanaskan selama beberapa menit, apabila
6 6 didinginkan akan membentuk gel yang transparan (Gennaro, 2005). Pati kentang tidak bersifat toksik maupun iritatif (Rowe et al., 2009). Perbandingan sifat-sifat pasta dari berbagai jenis pati menurut Whistler (1984) dapat dilihat pada tabel I. Tabel I. Sifat-sifat pasta dari berbagai jensi pati Pati Viskositas Pasta Kejernihan Pasta Ketahanan Gesek Laju Kristalisasi Jagung Sedang Tidak jernih Sedang Tinggi Kentang Sangat tinggi Jernih Sedang-rendah Sedang Singkong Tinggi Jernih Rendah Rendah Gandum Sedang-rendah Tidak Jernih Sedang Tinggi Pati beras dan pati jagung yang ditambahkan ke formula krim sejumlah 10,00% dan 15,00% mempunyai aktiivitas tabir surya dengan nilai SPF 3,05-3,85 (Nursal et al., 2006). Peningkatan konsentrasi pati bengkuang pada sediaan lotion (15,00%; 20,00%; 25,00%) meningkatkan nilai SPF berturut-turut sebesar 1,22; 1,65; 2,38 (Zulkarnain et al., 2013). 2. Kulit Kulit merupakan organ tubuh yang terletak paling luar sehingga perlu diperhatikan penampilannya. Pemahaman tentang anatomi dan fisiologi kulit akan membantu mempermudah perawatan untuk mendapatkan kulit yang sehat. Luas kulit manusia rata-rata kurang lebih 2 m 2 dengan berat sekitar 16,00% dari berat badan seseorang (Kanitakis, 2012). Kulit berfungsi melindungi bagian tubuh dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis seperti keratinisasi dan pelepasan sel-sel kulit yang sudah mati, respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat serta pembentukan
7 7 pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya sinar UV matahari (Kanitakis, 2012). Seperti jaringan tubuh lainnya, kulit juga menyerap oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Temperatur dan kelembaban udara serta pemakaian bahan kimia pada kulit merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi kecepatan penyerapan oksigen dan pengeluaran karbondioksida (Kanitakis, 2012). Struktur kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu: kulit ari (epidermis), kulit jangat (dermis) dan jaringan penyambung di bawah kulit (hipodermis). Epidermis merupakan bagian kulit terluar yang paling menarik untuk diperhatikan dalam perawatan kulit, karena kosmetik digunakan pada bagian ini. Ketebalan epidermis berbeda-beda untuk setiap bagian tubuh. Di permukaan kulit, minyak dan keringat membentuk lapisan pelindung yang disebut acid mantel atau sawar asam dengan nilai ph sekitar 5,5. Sawar asam merupakan penghalang alami yang efektif dalam menangkal berkembang biaknya jamur, bakteri dan mikroorganisme lain di permukaan kulit. Keberadaan dan keseimbangan nilai ph perlu terus-menerus dipertahankan dan dijaga agar tidak menghilang oleh pemakaian kosmetika (Kanitakis, 2012). 3. Sinar matahari dan kerusakan kulit Sinar matahari yang sampai ke permukaan bumi terdiri dari beberapa spektrum yaitu sinar infra merah (>760 nm), sinar tampak ( nm) dan sinar ultraviolet (UV) (Kaur & Saraf, 2009). Sinar UV dibagi menjadi UV C ( nm), UV B ( nm) dan UV A ( nm) (Arakane & Naru, 2016).
8 8 Semua sinar UV A diemisikan ke bumi, sedangkan sinar UV B hanya sebagian. Sinar UV akan banyak dipancarkan oleh matahari terutama pada jam 10 pagi hingga jam 3 sore (Badan POM RI, 2009). Sinar matahari dapat menyebabkan reaksi fototoksik pada kulit, diantaranya sebagai berikut: a. Sunburn, yang merupakan reaksi akut, tertunda dan inflamasi sementara dari kulit normal setelah terpapar sinar UV B. Ditandai dengan terjadinya eritema. Eritema terdiri dari eritema cepat dengan ciri kemerahan berwarna merah muda, memudar dalam 30 menit setelah paparan berakhir dan eritema lambat yaitu kemerahan yang timbul setelah 2-6 jam, memuncak jam dan berkurang setelah beberapa hari kemudian. Eritema terjadi karena peningkatan jumlah haemoglobin (Hb) pada dermis yang menyerap sinar tampak terutama biru dan hijau sehingga relatif radiasi yang terlihat mata berwarna merah. b. Dermatitis fototoksik topikal, merupakan reaksi toksisitas pada kulit akibat pemakaian senyawa photosensitizertopikal yang diinduksi sinar UV A. c. Dermatitis fototoksik sistemik, merupakan reaksi toksisitas pada kulit akibat pemejanan senyawa obat yang bersifat photosensitizing yang diinduksi sinar UV A maupun UV B. Contoh senyawa obatnya adalah forocoumarins/psoralens (Fitzpatrick & Freedberg, 2008). Selain sunburn, sinar UV juga dapat menyebabkan pigmentasi pada kulit. Pigmentasi akan tampak setelah 48 jam, merupakan hasil dari sintesis melanin sebagai reaksi pertahanan dan perlindungan terhadap sinar matahari (Anonim, 2010).
9 9 4. Tabir surya Tabir surya adalah suatu zat atau material yang dapat melindungi kulit terhadap radiasi sinar UV (Badan POM RI, 2009). Tabir surya dapat dibuat dalam berbagai bentuk sediaan, asalkan dapat dioleskan pada kulit, misalnya bentuk larutan dalam air atau alkohol, emulsi, krim dan semi padat yang merupakan sediaan lipid non-air, gel dan aerosol (Badan POM RI, 2009). Waktu yang dibutuhkan untuk membuat kulit terbakar bila tanpa menggunakan tabir surya berbeda untuk tiap individu. Hal ini dipengaruhi oleh jenis kulit atau faktor ras seseorang. Orang yang berkulit gelap lebih tahan terhadap sinar matahari dibandingkan dengan orang yang berkulit terang. Pada kulit berwarna terdapat banyak sel pigmen melanin. Melanin merupakan tabir surya alami yang dapat menyerap radiasi sinar UV (Badan POM RI, 2009). Terdapat dua macam tabir surya, yaitu: a. Tabir surya kimia Merupakan bahan-bahan yang dapat melindungi kulit dengan mengabsorpsi radiasi UV dan mengubahnya menjadi energi panas. Derivat sintesis senyawa ini dapat dibagi dalam dua kategori besar, yaitu pengabsorpsi kimia UV B dan UV A. Tabir surya kimia yang biasa digunakan adalah oktilmetoksisinamat sebagai UV B filter. UV A filter termasuk benzofenon. Oksibenson adalah benzofenon yang paling luas digunakan, mengabsorpsi UV A dan UV B. Kedua bahan ini memiliki kekurangan yaitu bersifat fotolabil serta terdegradasi dan teroksidasi (Nguyen & Rigel, 2005). Kandungan tabir surya
10 10 kimia memungkinkannya terserap kedalam tubuh. Umumnya, tabir surya kimia hanya menyerap sinar UV B saja, dan agar dapat bekerja sempurna jenis tabirsurya ini harus digunakan minimal 20 menit sebelum terpapar sinar matahari (Iskandar, 2008). b. Tabir surya fisik Tabir surya fisik bekerja dengan memantulkan dan menghamburkan radiasi UV. Tabir surya fisik secara umum adalah oksida logam. Bahan ini menunjukkan perlindungan yang lebih tinggi dibandingkan bahan kimia karena memberikan perlindungan terhadap UV A dan UV B, dan juga merupakan bahan yang tidak larut dalam air. Titanium dioksida dan seng oksida mampu mengurangi radiasi UV dengan mekanisme molecular rearrangement tanpa mempengaruhi struktur internal kulit (More, 2007). Sediaan yang mampu memantulkan cahaya dapat lebih efektif bagi mereka yang terpapar radiasi UV yang berlebihan, misalnya para pendaki gunung. Zat-zat yang bekerja secara fisik sebenarnya lebih aman, karena tidak mengalami reaksi kimia yang tidak kita ketahui. Bahan ini juga stabil terhadap cahaya dan tidak menunjukkan reaksi fototoksik atau fotoalergik (Nguyen & Rigel, 2005). Syarat-syarat bahan aktif untuk sediaan tabir surya yaitu: 1) Efektif menyerap radiasi UV tanpa perubahan kimiawi, karena jika tidak demikian akan mengurangi efisiensi bahkan dapat menjadi toksik atau menimbulkan iritasi. 2) Stabil, yaitu tahan keringat dan tidak menguap. 3) Mempunyai daya larut yang cukup untuk mempermudah formulasinya
11 11 a) Tidak berbau atau berbau ringan (Tranggono & Latifah, 2007). Syarat-syarat sediaan kosmetik tabir surya yaitu: b) Mudah dipakai. c) Jumlah yang menempel mencukupi kebutuhan. d) Bahan aktif dan bahan dasar mudah bercampur, serta bahan dasar harus dapat mempertahankan kelembutan dan kelembaban kulit (Tranggono & Latifah, 2007). 5. Sun protection factor (SPF) Sediaan kosmetik yang mengandung tabir surya biasanya dinyatakan dalam label dengan kekuatan SPF tertentu. Nilai SPF terletak diantara kisaran 2-60, angka ini menunjukkan seberapa lama produk mampu melindungi atau mengeblok sinar UV yang menyebabkan kulit terbakar (Badan POM RI, 2009) Nilai SPF dapat ditentukan secara in vitro dan in vivo berdasarkan kandungan bahan aktif sediaan. Sediaan tabir surya dengan bahan aktif yang bekerja sebagai chemical absorberditentukan secara in vitro menggunakan spektrofotometer karena dapat memberikan serapan pada rentang panjang gelombang yang telah ditentukan. Metode in vivo dilakukan untuk bahan aktif yang tidak menyerap sinar UV atau pengelok fisik (physical blocker) (Nursal et al., 2006). Kemampuan bahan menahan sinar UV dinilai dalam faktor koreksi sinar (FPS) atau Sun Protection Factor (SPF) yaitu perbandingan antara Dosis Eritema Minimum (DEM)/waktu kulit yang diolesi tabir surya dengan DEM/waktu kulit yang tidak diolesi tabir surya akibat paparan UV B (Benson, 2008).
12 12 DEM/waktu kulit yang diolesi tabir surya SPF = DEM/waktu kulit yang tidak diolesi tabir surya Indonesia dan negara-negara anggota ASEAN lainnya sepakat mengizinkan klaim kosmetik yang mampu melindungi sinar UV hanya bila sediaan tersebut mengandung tabir surya lebih dari 6. Klasifikasinya adalah sebagai berikut: a. SPF rendah (low) : SPF 6-10 b. SPF sedang (medium) : SPF atau c. SPF tinggi (high) : SPF d. SPF sangat tinggi (very high) atau untuk kondisi ekstrem : SPF 50+ (Badan POM RI, 2009) Sebagian sunburn dapat dicegah dengan penggunaan tabir surya SPF 15 (Badan POM RI, 2009). Semakin besar nilai SPF maka konsistensi sediaannya semakin tinggi, sehingga dapat dikatakan SPF 15 merupakan nilai yang paling tepat karena selain melindungi kulit dari sinar UV secara maksimum juga memiliki estetika sediaan yang optimal (Draelos, 2016 c ). 6. Lotion Lotion adalah salah satu jenis kosmetik. penggunaan dari kosmetika seyogyanya tidak mempengaruhi struktur dan faal kulit(ernawati, 2011). Menurut Formularium Nasional edisi kedua, lotion atau losion adalah sediaan berupa larutan, suspensi atau emulsi yang dimaksudkan untuk penggunaan pada kulit (Departemen Kesehatan RI, 1978). Lotion juga merupakan emulsi tetapi kandungan lilin dan minyaknya lebih rendah daripada krim. Lotion memberikan
13 13 rasa nyaman dan baik pada kulit. Lotion lebih mudah dibuat dibandingkan krim karena lebih encer, waktu pemanasan dan pendinginannya lebih singkat (Rieger, 2000). Dua macam tipe emulsi yaitu: a. Emulsi o/w yaitu emulsi yang mempunyai fase dalam minyak dan fase luar air. Karena fase luar dari suatu emulsi bersifat kontinyu, suatu emulsi minyak dalam air bisa diencerkan atau ditambah dengan air atau suatu preparat dalam air. b. Emulsi w/o yaitu emulsi yang mempunyai fase dalam air dan fase luar minyak. Emulsi o/w atau w/o dapat dipakai untuk pemakaian kulit dan membran mukosa. Dengan proses emulsi, memungkinkan terbentuk lotion atau krim yang konsistensinya mempunyai sifat-sifat mudah dicuci, tidak membekas pada pakaian, rupa; bau; warna; rasa yang baik (Anief, 1999). Umumnya untuk membuat emulsi diperlukan tiga fase yaitu fase minyak, fase air dan fase ketiga atau zat pengemulsi (emulsifying agent) (Ansel, 1989). 7. Stabilitas fisik sediaan semisolid Stabilitas fisik adalah kemampuan suatu produk untuk mempertahankan sifat fisiknya. Ujinya merupakan evaluasi terhadap perubahan sifat fisik dari suatu produk yang tergantung pada waktu (periode penyimpanan). Suatu produk dikatakan stabil secara fisik apabila sifat dan karakteristik sediaan ketika selesai dibuat masih sama dengan sifat dan karakteristik sediaan selama masa penyimpanan. Suatu produk harus bisa stabil pada suhu ruang (±28 o C) dan
14 14 kelembaban relatif (30,00-60,00%) dalam jangka waktu yang panjang (Allen et al., 2011).Ciri-ciri ketidakstabilan fisik suatu produk diantaranya adalah pemucatan atau munculnya warna, timbul bau, perubahan atau pemisahan fase, pecahnya emulsi, pengendapan suspensi (caking) dan perubahan konsistensi (Djajadisastra, 2004). Uji stabilitas ada dua jenis, yaitu uji stabilitas jangka panjang dan uji stabilitas dipercepat. Pada uji stabilitas jangka panjang untuk produk baru biasanya pengujian dilakukan pada suhu ruang yang dikendalikan (25 o C + 20 o C) dengan kelembaban (60,00% +5,00%) dengan rentang waktu pengujian pada bulan ke-0, 3, 9, 12, 18, 24, 36, 48 dan 60. Biasanya pengujian dilakukan sampai bulan ke-36, tetapi apabila masih memenuhi syarat pengujian harus diteruskan sampai bulan ke-60. Pada uji stabilitas dipercepat, produk disimpan pada kondisi ekstrem dalam suatu lemari uji (climatic chamber) pada suhu 40 o C + 2 o C dan kelembaban 75,00% + 5,00%(Djajadisastra, 2004). Uji stabilitas sistem emulsi, secara umum dilakukan uji stabilitas dipercepat untuk mendapatkan informasi yang diinginkan pada waktu sesingkat mungkin dengan cara menyimpan sampel pada kondisi yang dirancang untuk mempercepat terjadinya perubahan, yang biasanya terjadi pada kondisi normal (Djajadisastra, 2004). Salah satu jenis pengujian tersebut adalah cycling test yang bertujuan untuk menguji produk terhadap kemungkinan mengalami kristalisasi atau berawan sebagai indikator kestabilan emulsi.freeze-thaw termasuk jenis cycling test yang mengamati pemisahan fase emulsi selama 6 siklus, 1 siklus terdiri dari waktu penyimpanan antara 4 o C dan 40 o C (Djajadisastra, 2004).
15 15 Pengamatan terhadap mutu dan stabilitas fisik lotion dapat dilakukan antara lain dengan pemeriksaan organoleptis, homogenitas, nilai ph, viskositas, daya lekat dan daya sebar. a. Organoleptis Salah satu kontrol kualitas untuk spesifikasi produk jadi adalah kenampakan atau penampilan produk yang bersifat subjektif. Hal ini menunjukkan identitas produk. Warna, bau dan konsistensi termasuk dalam pengamatan identitas. Sifat-sifat ini berhubungan dengan kenyamanan. Lotion yang baik memiliki warna yang menarik, bau yang menyenangkan dan konsistensi yang tidak terlalu kental maupun encer (Lund, 1994). b. Homogenitas Homogenitas menandakan bahwa bahan aktif dan eksipien telah tercampur merata dalam sediaan lotion, sehingga efektivitas terapinya memiliki khasiat yang seragam ketika digunakan (Djajadisastra, 2004). c. Nilai ph Suatu sediaan lotion harus memiliki rentang ph epidermis kulit yaitu 4,5-6,5. Apabila sediaan terlalu basa maka akan mempengaruhi keberadaan air dalam kulit sehingga kulit menjadi kering dan bersisik, sebaliknya apabila terlalu asam maka akan mengiritasi kulit (Djajadisastra, 2004). d. Viskositas Viskositas adalah besaran yang menyatakan tahanan dari cairan untuk mengalir. Semakin besar viskositas maka cairan sukar mengalir. Hal ini mempengaruhi kemudahan lotion untuk dituang. Viskositas juga berpengaruh
16 16 pada kecepatan pemisahan lotion menjadi fase minyak dan fase air. Sesuai dengan hukum Stokes, kecepatan pemisahan berbanding terbalik dengan viskositas. Kecepatan pemisahan akan berkurang dengan meningkatnya viskositas sehingga lotion menjadi lebih stabil. Perubahan viskositas dapat dipengaruhi oleh berbagai hal seperti perubahan kondisi fase dispers, medium dispers, emulgator, bahan tambahan lain dan lingkungan. Viskositas juga dipengaruhi oleh temperatur, viskositas suatu cairan akan menurun bila temperatur dinaikkan (Sinko, 2006). e. Daya sebar Lotion digunakan secara topikal dengan cara dioleskan pada kulit sehingga salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah mudah dioleskan, tidak membutuhkan tekanan yang besar untuk meratakannya pada daerah aplikasi. Kemampuan daya sebar berkaitan dengan seberapa luas permukaan kulit yang kontak dengan sediaan topikal ketika diaplikasikan. Semakin besar daya sebar, luas permukaan kulit yang kontak dengan lotion akan semakin luas dan zat aktif akan terdistribusi dengan baik. Kemampuan daya sebar lotion dapat dilihat dari luas sebaran yang dihasilkan pada uji daya sebar. Sejumlah tertentu lotion diletakkan di pusat antara dua lempeng gelas kaca, lempeng sebelah atas dalam interval waktu tertentu dibebani oleh anak timbangan. Luas penyebaran yang dihasilkan dengan naiknya beban menggambarkan suatu karakteristik untuk daya sebar (Voigt, 1984). f. Daya lekat Uji daya lekat lotion menggambarkan kemampuan lotion melekat pada kulit atau mukosa saat digunakan. Lotion yang baik mampu melekat di kulit
17 17 dengan waktu kontak yang cukup sehingga tujuan penggunaannya tercapai. Hal ini terkait dengan efektivitas kerja lotion dan kenyamanan penggunaan. Daya lekat ini dapat digambarkan dengan waktu lekat diantara dua buah objek gelas yang ditindih dengan beban tertentu (Voigt, 1984). F. Landasan Teori Penggunaan tabir surya bermanfaat untuk memperlama waktu terjadinya peristiwa tanning atau burning dengan menyerap atau memantulkan sinar UV sehinggadampak negatifnya pada kulit dapat berkurang (Draelos, 2016). Tabir surya yang mampu memantulkan sinar UV bekerja secara fisik, sehingga tidak mempengaruhi struktur internal kulit (More, 2007). Bahan alam yang memiliki mekanisme pengeblok fisik adalah pati. Ukuran partikel pati yang kecil akan memberikan luas permukaan pati yang besar sehingga mampu menutupi permukaan kulit lebih luas, sifat opaquepati yang tidak dapat ditembus cahaya tetapi dapat menghamburkan sinar, sangat bermanfaat untuk mencegah penetrasi radiasi sinar UV pada kulit(nursal et al., 2006). Pati kentang memiliki viskositas yang sangat tinggi jika dibandingkan dengan pati-pati lainnya (Whistler, 1984). Viskositas suatu sediaan lotion tidak boleh terlalu kecil (encer seperti larutan) dan tidak boleh terlalu besar sehingga membentuk padatan. Semakin besar viskositas maka cairan sukar mengalir. Kecepatan pemisahan akan berkurang dengan meningkatnya viskositas (Sinko, 2006).
18 18 Suatu produk dikatakan stabil secara fisik apabila sifat dan karakteristik sediaan ketika selesai dibuat masih sama dengan sifat dan karakteristik sediaan selama masa penyimpanan. Suatu produk harus bisa stabil pada suhu ruang (±28 o C) dan kelembaban relatif (30,00-60,00%) dalam jangka waktu yang panjang (Allen et al., 2011). Efektivitas suatu sediaan tabir surya ditentukan berdasarkan nilai SPF. Metode in vivo dilakukan untuk bahan aktif yang tidak menyerap sinar UV atau pengeblok fisik (physical blocker) (Nursal et al., 2006). Sebagian sunburn dapat dicegah dengan penggunaan tabir surya SPF 15 (Badan POM RI, 2009).Semakin besar nilai SPF maka konsistensi sediaannya semakin tinggi, sehingga dapat dikatakan SPF 15 merupakan nilai yang paling tepat karena selain melindungi kulit dari sinar UVsecara maksimum juga memiliki estetika sediaan yang optimal (Draelos, 2016). G. Hipotesis 1. Seluruh formula sediaan lotion w/o pati kentang stabil secara fisik dilihat dari organoleptis, homogenitas, nilai ph, viskositas, daya lekat dan daya sebar selama satu bulan penyimpanan pada suhu ruang (±28 o C). 2. Konsentrasi pati kentang yang ditambahkan ke dalam formula untuk menghasilkan sediaan lotion w/o yang stabil selama satu bulan penyimpanan pada suhu ruang (±28 o C) adalah sebesar 12,50%. 3. Nilai SPF yang diberikan oleh formula terpilih lotion w/o pati kentang dalam melindungi kulit hewan uji dari paparan sinar UV adalah 15.
19 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Sebagai pelindung utama tubuh dari kerusakan fisika, kimia dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jumlah paparannya berlebihan. Kerusakan kulit akibat paparan sinar matahari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matahari sebagai sumber cahaya alami memiliki peranan yang sangat penting bagi keberlangsungan kehidupan, tetapi selain mempunyai manfaat sinar matahari juga dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ultra Violet/UV (λ nm), sinar tampak (λ nm) dan sinar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Radiasi sinar matahari yang mengenai permukaan bumi merupakan energi dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Radiasi sinar matahari yang sampai ke permukaan bumi dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Selama radiasi sinar UV terjadi pembentukan Reactive Oxygen Species
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang terletak di daerah tropis dengan paparan sinar matahari sepanjang tahun. Sebagian penduduknya bekerja di luar ruangan sehingga mendapat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis dengan paparan sinar matahari sepanjang musim. Sinar matahari merupakan sumber kehidupan bagi makhluk hidup, namun ternyata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Radiasi sinar UV yang terlalu lama pada kulit dapat menyebabkan timbulnya penyakit kulit seperti kanker kulit dan reaksi alergi pada cahaya/fotoalergi (Ebrahimzadeh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paparan sinar matahari dapat memicu berbagai respon biologis seperti sunburn, eritema hingga kanker kulit (Patil et al., 2015). Radiasi UV dari sinar matahari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ultraviolet (UV) dengan cara penebalan stratum korneum dan pigmentasi. Namun
BAB 1 BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kulit manusia memiliki sistem perlindungan alamiah dari bahaya sinar ultraviolet (UV) dengan cara penebalan stratum korneum dan pigmentasi.
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN... PENYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL. DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN. INTISARI.
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL..... Halaman I HALAMAN PENGESAHAN...... PENYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL. DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN. INTISARI. ABSTRACT.. BAB I PENDAHULUAN.. A. Latar
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Evaluasi Krim Hasil evaluasi krim diperoleh sifat krim yang lembut, mudah menyebar, membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat dioleskan pada
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan sediaan losio minyak buah merah a. Perhitungan HLB butuh minyak buah merah HLB butuh minyak buah merah yang digunakan adalah 17,34. Cara perhitungan HLB
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin
Lebih terperinciIklim tropis di Indonesia menjadikan negara kita ini memperoleh sinar. matahari sepanjang tahun. Pengaruh menguntungkan dari sinar matahari adalah
BABI PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Iklim tropis di Indonesia menjadikan negara kita ini memperoleh sinar matahari sepanjang tahun. Pengaruh menguntungkan dari sinar matahari adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kekeringan, keriput sampai kanker kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sinar matahari, disatu pihak sangat diperlukan oleh makhluk hidup sebagai sumber energi, kesehatan kulit dan tulang, misalnya dalam pembentukan vitamin D dari pro vitamin
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Hasil Evaluasi Sediaan a. Hasil pengamatan organoleptis Hasil pengamatan organoleptis menunjukkan krim berwarna putih dan berbau khas, gel tidak berwarna atau transparan
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
BAB HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada tahap awal formulasi, dilakukan orientasi untuk mendapatkan formula krim yang baik. Orientasi diawali dengan mencari emulgator yang sesuai untuk membentuk krim air
Lebih terperinciTabir surya. kulit terhadap sinar matahari sehingga sinar UV tdk dpt memasuki kulit (mencegah gangguan kulit karena radiasi sinar )
Tabir surya Zat yang megandung bahan pelindung Zat yang megandung bahan pelindung kulit terhadap sinar matahari sehingga sinar UV tdk dpt memasuki kulit (mencegah gangguan kulit karena radiasi sinar )
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara beriklim tropis. Sebagai Negara tropis, Indonesia mendapatkan intensitas sinar matahari lebih besar. Sinar matahari di permukaan bumi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Ekstrak Buah Tomat (Solanum lycopersicum L.) Ekstark buah tomat memiliki organoleptis dengan warna kuning kecoklatan, bau khas tomat, rasa manis agak asam, dan bentuk
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang lengkuas (Alpinia galanga L.) memberikan hasil sebagai berikut : Tabel 2 :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki intensitas sinar matahari yang tinggi. Sinar matahari dapat memberikan efek yang menguntungkan maupun
Lebih terperinciTabir surya. kulit terhadap sinar matahari sehingga sinar UV tdk dpt memasuki kulit (mencegah gangguan kulit karena radiasi sinar )
Tabir surya Zat yang megandung bahan pelindung Zat yang megandung bahan pelindung kulit terhadap sinar matahari sehingga sinar UV tdk dpt memasuki kulit (mencegah gangguan kulit karena radiasi sinar )
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia termasuk daerah beriklim tropis yang merupakan tempat endemik penyebaran nyamuk. Dari penelitiannya Islamiyah et al., (2013) mengatakan bahwa penyebaran nyamuk
Lebih terperinciKRIM TABIR SURYA DARI KOMBINASI EKSTRAK SARANG SEMUT (Myrmecodia pendens Merr & Perry) DENGAN EKSTRAK BUAH CARICA (Carica pubescens) SEBAGAI SPF
KRIM TABIR SURYA DARI KOMBINASI EKSTRAK SARANG SEMUT (Myrmecodia pendens Merr & Perry) DENGAN EKSTRAK BUAH CARICA (Carica pubescens) SEBAGAI SPF Suwarmi, Agus Suprijono Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi YAYASAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yaitu radiasi UV-A ( nm), radiasi UV-B ( nm), dan radiasi UV-C
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sinar matahari adalah sumber utama radiasi sinar ultraviolet (UV) untuk semua sistem kehidupan manusia. Radiasi sinar UV dibagi menjadi tiga kategori, yaitu radiasi
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Mikroemulsi merupakan emulsi jernih yang terbentuk dari fasa lipofilik, surfaktan, kosurfaktan dan air. Dispersi mikroemulsi ke dalam air bersuhu rendah akan menyebabkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pertahanan tubuh terhadap infeksi dan efek radikal bebas. Radikal bebas dapat. bebas dapat dicegah oleh antioksidan (Nova, 2012).
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kulit kering merupakan salah satu masalah kulit yang umum dijumpai pada masyarakat khususnya bagi yang tinggal di iklim tropis seperti Indonesia, namun banyak dari masyarakat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tubuh manusia terbentuk atas banyak jaringan dan organ, salah satunya adalah kulit. Kulit adalah organ yang berfungsi sebagai barrier protektif yang dapat mencegah
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Karakterisasi Fisik Vitamin C
29 BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada tahap awal penelitian dilakukan pemeriksaan terhadap bahan baku vitamin C meliputi pemerian, kelarutan, identifikasi dan penetapan kadar. Uji kelarutan dilakukan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kosmetik Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang untuk digunakan pada bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi dan rongga mulut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kosmetika merupakan suatu sediaan yang telah menjadi kebutuhan penting bagi masyarakat. Salah satu kegunaan sediaan kosmetika adalah untuk melindungi tubuh dari berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Minyak canola (Brasicca napus L.) adalahminyak yang berasal dari biji
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak canola (Brasicca napus L.) adalahminyak yang berasal dari biji tumbuhan canola, yaitu tumbuhan asli Kanada Barat dengan bunga berwarna kuning. Popularitas dari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan kosmetika dekoratif digunakan sehari-hari untuk mempercantik diri. Salah satu contoh kosmetika dekoratif yang sering digunakan adalah lipstik. Lipstik merupakan
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
25 BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Ekstraksi simplisia segar buah duku dilakukan dengan cara dingin yaitu maserasi karena belum ada data tentang kestabilan komponen ekstrak buah duku terhadap panas.
Lebih terperinciBAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Hewan Percobaan 3 ekor Kelinci albino galur New Zealand dengan usia ± 3 bulan, bobot minimal 2,5 kg, dan jenis kelamin jantan.
BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan Air suling, cangkang telur ayam broiler, minyak VCO, lanolin, cera flava, vitamin E asetat, natrium lauril sulfat, seto stearil alkohol, trietanolamin (TEA), asam stearat, propilenglikol,
Lebih terperinciSMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja...
SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal 8.4 1. ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja... Klorofil Kloroplas Hormon Enzim Salah satu faktor yang mempengaruhi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengumpulan Getah Jarak Pengumpulan getah jarak (Jatropha curcas) berada di Bandarjaya, Lampung Tengah yang berusia 6 tahun. Pohon jarak biasanya dapat disadap sesudah berumur
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Dilakukan identifikasi dan karakterisasi minyak kelapa murni menggunakan GC-MS oleh LIPI yang mengacu kepada syarat mutu minyak kelapa SNI 01-2902-1992. Tabel 4.1.
Lebih terperinciKode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets
I. Formula Asli R/ Krim Kosmetik II. Rancangan Formula Nama Produk : Jumlah Produk : 2 @ 40 g Tanggal Pembuatan : 16 Januari 2013 No. Reg : No. Bets : Komposisi : Tiap 40 g mengandung VCO 15% TEA 2% Asam
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan A. PENENTUAN FORMULA LIPSTIK
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan membuat sediaan lipstik dengan perbandingan basis lemak cokelat dan minyak jarak yaitu 60:40 dan 70:30
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, bahan alam banyak digunakan dalam bidang kosmetika. Bahan alam dapat digunakan sebagai bahan tabir surya yang diperlukan oleh manusia karena kulit manusia
Lebih terperinciFORMULASI LOTION EKSTRAK BUAH RASPBERRY(Rubus rosifolius) DENGAN VARIASI KONSENTRASI TRIETANOLAMIN SEBAGAI EMULGATOR SERTA UJI HEDONIK TERHADAP LOTION
FORMULASI LOTION EKSTRAK BUAH RASPBERRY(Rubus rosifolius) DENGAN VARIASI KONSENTRASI TRIETANOLAMIN SEBAGAI EMULGATOR SERTA UJI HEDONIK TERHADAP LOTION Megantara, I. N. A. P. 1, Megayanti, K. 1, Wirayanti,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga kosmetika menjadi stabil (Wasitaatmadja,1997).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengawet Bahan Pengawet adalah bahan yang dapat mengawetkan kosmetika dalam jangka waktu selama mungkin agar dapat digunakan lebih lama. Pengawet dapat bersifat antikuman sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. organ tubuh (termasuk kulit) secara perlahan untuk memperbaiki atau mengganti
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan atau aging adalah suatu proses menghilangnya kemampuan seluruh organ tubuh (termasuk kulit) secara perlahan untuk memperbaiki atau mengganti diri dan mempertahankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan bahan minuman yang terkenal tidak hanya di Indonesia, tetapi juga terkenal di seluruh dunia. Hal ini karena seduhan kopi memiliki aroma yang khas yang
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Mikroemulsi merupakan emulsi yang stabil secara termodinamika dengan ukuran globul pada rentang 10 nm 200 nm (Prince, 1977). Mikroemulsi dapat dibedakan dari emulsi biasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi di bidang kosmetika saat ini sangatlah pesat. Kosmetika berdasarkan penggunaannya dapat digunakan sebagai tata rias dan juga sebagai perawatan kulit
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kosmetik merupakan sediaan yang digunakan di luar badan guna membersihkan, menambah daya tarik, dan memperbaiki bau badan tetapi tidak untuk mengobati penyakit (Tranggono
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang menutupi permukaan tubuh. Fungsi kulit secara keseluruhan adalah antara lain kemampuannya sebagai penghadang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Selama ini, kemajuan teknologi dalam industri farmasi, terutama dibidang sediaan solida termasuk sediaan tablet telah mengalami banyak perkembangan dalam
Lebih terperinciHidrokinon dalam Kosmetik
Hidrokinon dalam Kosmetik Kita ketahui bahwa kosmetik sangat beragam jenisnya, mulai dari kosmetik untuk wajah, kulit, rambut, hingga kuku. Namun diantara ragam jenis kosmetik tersebut, yang sering menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Munculnya kerutan halus pada wajah, timbul spot-spot hitam, merupakan ciri-ciri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Proses normal seiring dengan pertambahan usia, kulit akan mulai mengendur dan berkerut. Hal ini disebabkan fungsi fisiologis dari organ terutama kulit mulai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapsul Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi atas kapsul
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental laboratorium. B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA HIDROLISIS AMILUM (PATI)
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA HIDROLISIS AMILUM (PATI) Di Susun Oleh : Nama praktikan : Ainutajriani Nim : 14 3145 453 048 Kelas Kelompok : 1B : IV Dosen Pembimbing : Sulfiani, S.Si PROGRAM STUDI DIII ANALIS
Lebih terperinciLAPORAN EKSPERIMEN FOTO SISTESIS
LAPORAN KARYA TEKNOLOGI TEPAT GUNA LAPORAN EKSPERIMEN FOTO SISTESIS Oleh: Supratman, S.Pd. SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 12 BENGKULU 2009 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fotosintesis berasal dari kata
Lebih terperinciPEMBAHASAN. I. Definisi
PEMBAHASAN I. Definisi Gel menurut Farmakope Indonesia Edisi IV (1995), merupakan sistem semi padat, terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempercantik wajah. Kosmetik yang berbahaya mengandung komposisi dari
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kosmetik Kosmetik merupakan bahan atau komponen kimia yang digunakan untuk mempercantik wajah. Kosmetik yang berbahaya mengandung komposisi dari berbagai macam senyawa kimia
Lebih terperinci2.6.4 Analisis Uji Morfologi Menggunakan SEM BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alat dan Bahan Penelitian Alat
DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACK... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR LAMPIRAN... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR ISTILAH... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang...
Lebih terperincimerupakan campuran dari beragam senyawa kimia, beberapa terbuat dari sumbersumber alami dan kebanyakan dari bahan sintetis (BPOM RI, 2003).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau
Lebih terperinciUntuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam
Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Staphylococcus aureus merupakan salah satu mikroorganisme yang hidup di kulit (Jawetz et al., 1991). Kulit merupakan organ tubuh manusia yang sangat rentan terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Staphylococcus aureus adalah salah satu bakteri penyebab infeksi piogenik pada kulit. Infeksi yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus antara lain bisul, jerawat,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan dari formula Hair Tonic sari lidah buaya (Aloe vera L.) dengan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Evaluasi kestabilan dari formula Hair Tonic sari lidah buaya (Aloe vera L.) dengan berdasarkan variasi konsentrasi bahan peningkat viskositas memberikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gigi tersusun atas enamel, dentin, sementum, rongga pulpa, lubang gigi, serta jaringan pendukung gigi. Rongga mulut merupakan batas antara lingkungan luar dan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pati merupakan polisakarida yang terdiri atas unit-unit glukosa anhidrat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pati merupakan polisakarida yang terdiri atas unit-unit glukosa anhidrat. Komposisi utama pati adalah amilosa dan amilopektin yang mempunyai sifat alami berbeda-beda.
Lebih terperinciBahan Pemutih (Bleaching Agent)
Bahan Pemutih (Bleaching Agent) Dra.Nazliniwaty,M.Si.,Apt FUNGSI I. Penutup dipakai terus II. III. Mengurangi / menghilangkan Interval waktu tertentu Menghindari Sinar UV saat diperlukan I. Bahan penutup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terkena polusi dan zat zat yang terdapat di lingkungan kita. Kulit merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Sehingga kulit adalah organ tubuh yang pertama kali terkena polusi
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia. Tanaman ini termasuk jenis tumbuhan dari
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini digunakan bahan baku minyak atsiri daun sebagai bahan aktif gel antiseptik. Minyak atsiri daun ini berasal dari Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan luar, baik berupa sinar matahari, iklim maupun faktor-faktor kimiawi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kulit sebagai lapisan pembungkus tubuh senantiasa mengalami pengaruh lingkungan luar, baik berupa sinar matahari, iklim maupun faktor-faktor kimiawi dan mekanisme kulit tidak saja
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel Zat warna sebagai bahan tambahan dalam kosmetika dekoratif berada dalam jumlah yang tidak terlalu besar. Paye dkk (2006) menyebutkan,
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap mahluk hidup terutama manusia membutuhkan sinar matahari dalam kehidupan sehari-hari. Manfaat sinar matahari telah banyak diketahui di antaranya sebagai sumber
Lebih terperinciProses Menua Intrinsik Proses Menua Ekstrinsik
Perbedaan gel dan emulgel? Emulgel merupakan terdiri dari 2 fase yang dimana gabungan antara fase emulsi dan fase gel.sedangkan gel merupakan terdiri dari satu fase saja yaitu terdiri dari basis gel dan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan Pengeringan yang dilakukan dua kali dalam penelitian ini bertujuan agar pengeringan pati berlangsung secara merata. Setelah dikeringkan dan dihaluskan
Lebih terperinciSMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal Dibawah ini adalah bahan bahan yang diperlukan dalam proses fotosintesis, kecuali...
SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal 8.3 1. Dibawah ini adalah bahan bahan yang diperlukan dalam proses fotosintesis, kecuali... A. Air cahaya CO 2 O 2 Kunci Jawaban : D Bahan-bahan yang
Lebih terperinciPrinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri
Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri PENANGANAN Jenis Kerusakan Bahan Pangan Kerusakan mikrobiologis Kerusakan mekanis Kerusakan fisik Kerusakan biologis Kerusakan kimia Kerusakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh kita yang melindungi bagian dalam tubuh dari gangguan fisik maupun mekanik, gangguan panas atau dingin, dan gangguan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pati merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan α-glikosidik. Pati
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pati merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan α-glikosidik. Pati terdiri dari butiran-butiran kecil yang disebut granula (Jane, 1995). Winarno (2002), menyatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara tropis memungkinkan berbagai tanaman buah tropis dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Hal ini menyebabkan buah tropis banyak dimanfaatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. minyak ikan paus, dan lain-lain (Wikipedia 2013).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Minyak merupakan trigliserida yang tersusun atas tiga unit asam lemak, berwujud cair pada suhu kamar (25 C) dan lebih banyak mengandung asam lemak tidak jenuh sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cara menghindari paparan berlebihan sinar, yaitu tidak berada di luar rumah pada
17 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang terletak di daerah tropis dengan paparan sinar matahari sepanjang musim. Sebagian penduduknya bekerja di luar ruangan sehingga mendapat
Lebih terperinciDeterminasi tanaman pisang raja (Musa paradisiaca L.) dilakukan di. Universitas Sebelas Maret. Tujuan dari determinasi tanaman ini adalah untuk
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Determinasi Tanaman Buah pisang raja diperoleh dari Pasar Legi, Surakarta, Jawa Tengah. Determinasi tanaman pisang raja (Musa paradisiaca L.) dilakukan di Laboratorium Biologi
Lebih terperinci2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran
2 Tinjauan Pustaka 2.1 Polimer Polimer (poly = banyak, meros = bagian) merupakan molekul besar yang terbentuk dari susunan unit ulang kimia yang terikat melalui ikatan kovalen. Unit ulang pada polimer,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Penampilan adalah hal yang penting, berbagai cara dilakukan demi menciptakan penampilan yang menarik. Bagian tubuh yang sering menjadi perhatian dalam setiap
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirup 2.1.1 Defenisi Sirup Sirup adalah larutan pekat dari gula yang ditambah obat dan merupakan larutan jernih berasa manis. Dapat ditambah gliserol, sorbitol atau polialkohol
Lebih terperinciUji Makanan dengan Lugol, Benedict, Biuret, Kertas Minyak
Uji Makanan dengan Lugol, Benedict, Biuret, Kertas Minyak Bahan makanan yang kita konsumsi sehari-hari harus mengandung nutrient yang diperlukan tubuh. Karbohidrat, lemak dan protein merupakan nutrient
Lebih terperinciFORMULASI SEDIAAN SEMISOLIDA
FORMULASI SEDIAAN SEMISOLIDA @Dhadhang_WK Laboratorium Farmasetika Unsoed 1 Pendahuluan Sediaan farmasi semisolid merupakan produk topikal yang dimaksudkan untuk diaplikasikan pada kulit atau membran mukosa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mulut tersusun dari beberapa komponen jaringan, yang merupakan pintu masuk utama mikroorganisme atau bakteri. Daerah di dalam mulut yang rentan terhadap serangan bakteri
Lebih terperinciMemiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.
Lemak dan minyak merupakan senyawa trigliserida atau trigliserol, dimana berarti lemak dan minyak merupakan triester dari gliserol. Dari pernyataan tersebut, jelas menunjukkan bahwa lemak dan minyak merupakan
Lebih terperinciPOLISAKARIDA. Shinta Rosalia Dewi
POLISAKARIDA Shinta Rosalia Dewi Polisakarida : polimer hasil polimerisasi dari monosakarida yang berikatan glikosidik Ikatan glikosidik rantai lurus dan rantai bercabang Polisakarida terbagi 2 : Homopolisakarida
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabir surya adalah zat yang mengandung bahan pelindung kulit terhadap paparan sinar matahari yang dapat menyebabkan gangguan kulit. Sinar UV diketahui memiliki potensi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapsul Definisi Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin; tetapi dapat juga
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk Indonesia. Tanaman anggur merupakan tanaman tropis bertipe iklim
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tanaman Anggur Anggur diduga berasal dari sekitar Laut Hitam dan Laut Kaspi. Kemudian, menyebar ke amerika utara, amerika selatan, dan eropa, selanjutnya ke Asia termasuk
Lebih terperinciFaktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Fotosintesis
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Fotosintesis (Fisiologi Tumbuhan) Disusun oleh J U W I L D A 06091009027 Kelompok 6 Dosen Pembimbing : Dra. Tasmania Puspita, M.Si. Dra. Rahmi Susanti, M.Si. Ermayanti,
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Susut Bobot Susut bobot merupakan salah satu faktor yang mengindikasikan penurunan mutu buah. Muchtadi (1992) mengemukakan bahwa kehilangan bobot pada buah-buahan yang disimpan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Adanya kemajuan teknologi dalam industri farmasi sekarang ini, terutama di bidang sediaan solida termasuk sediaan tablet yang telah mengalami banyak perkembangan dalam
Lebih terperinciPot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel. Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel
Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel Uji dilakukan selama enam hari dalam tempat dengan kelembaban 70% dan suhu 27ºC, setiap hari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara fisiologis, sel-sel tubuh menghasilkan radikal bebas sebagai hasil dari metabolisme normal. Produksi radikal bebas terus bertambah akibat paparan dari lingkungan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kulit kering merupakan salah satu masalah kulit yang sering dijumpai, dimana kulit kering akan terlihat kusam, permukaan bersisik, kasar dan daerah putih kering merata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup. Ketika kulit mengalami penuaan, akan terjadi berbagai masalah seperti
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan kulit merupakan proses fisiologis yang terjadi pada semua makhluk hidup. Ketika kulit mengalami penuaan, akan terjadi berbagai masalah seperti kulit menjadi
Lebih terperinci