Kata kunci: Daun sirih, epdermis, fibroblas, kolagen, luka, tikus wistar

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kata kunci: Daun sirih, epdermis, fibroblas, kolagen, luka, tikus wistar"

Transkripsi

1 ABSTRAK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SIRIH (PIPER BETLE) SECARA TOPIKAL MENINGKATKAN KETEBALAN EPIDERMIS, JUMLAH FIBROBLAS DAN JUMLAH KOLAGEN PADA PROSES PENYEMBUHAN LUKA PADA TIKUS (RATTUS NORVEGICUS) JANTAN GALUR WISTAR Luka pada kulit mengakibatkan hilangnya fungsi lapisan kulit dan dapat menyebabkan terjadinya perdarahan, respon stres simpatis, kontaminasi bakteri bahkan bisa terjadi kematian sel. Proses regenerasi jaringan luka berlangsung lambat bahkan terhambat pada kulit yang mengalami penuaan. Daun sirih (Piper betle) mengandung beberapa molekul bioaktif yang bekerja pada proses penyembuhan luka. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa pemberian ekstrak daun sirih (Piper betle) meningkatkan ketebalan epidermis, jumlah fibroblas dan jumlah kolagen pada proses penyembuhan luka pada tikus (Rattus norvegicus) jantan galur wistar. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan 36 ekor tikus galur wistar (Rattus norvegicus) dewasa dan sehat, berumur 3-4 bulan, dengan berat badan gram, yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 18 ekor tikus. Kelompok pertama adalah kelompok kontrol dengan amoksisilin oral 3 x 10mg/hari selama 3 hari, serta diberi povidine iodine 10% topikal 1 tetes (50 microliter) 2x/hari selama 14 hari (P0), dan kelompok kedua adalah kelompok perlakuan dengan amoksisilin oral 3 x 10 mg/hari selama 3 hari serta diberi ekstrak daun sirih (Piper betle) konsentasi 10% secara topikal 1 tetes (50 microliter), 2x/hari selama 14 hari (P1). Jaringan kulit diambil dan dibuat preparat dengan pewarnaan Hematoxylin-Eosin untuk pemeriksaan ketebalan epidermis dan jumlah fibroblas, dan pewarnaan dengan Picro Sirius Red untuk pemeriksaan jumlah kolagen, kemudian dilakukan pemeriksaan secara mikroskopik. Hasil penelitian menunjukkan rerata tebal epidermis pada kelompok kontrol (P0), 24,72±14,91 µm, pada kelompok perlakuan (P1), 56,75±23,04 µm, kemudian dilakukan uji statistik yang menunjukkan peningkatan bermakna (p<0,01). Rerata jumlah fibroblas pada kelompok kontrol (P0), 75,45±32,52 sel/lapang pandang, pada kelompok perlakuan (P1), 95,67±22,51 sel/lapang pandang, hasil uji statistik menunjukkan perbedaan yang bermakna (p<0,05). Rerata jumlah kolagen pada kelompok kontrol (P0), 65,27±7,13%, pada kelompok perlakuan (P1), 83,09±2,59%, setelah dilakukan uji statstik didapatkan hasil peningkatan bermakna (p<0,01). Kesimpulan penelitian ini adalah pemberian ekstrak daun sirih (Piper betle) konsentrasi 10% secara topikal dapat meningkatkan ketebalan epidermis, jumlah fibroblas dan jumlah kolagen pada luka tikus (Rattus norvegicus) jantan galur Wistar. Kata kunci: Daun sirih, epdermis, fibroblas, kolagen, luka, tikus wistar ix

2 ABSTRACT TOPICAL BETEL (PIPER BETLE) LEAF EXTRACT ADMISTRATION INCREASE EPIDERMIS THICKNESS, FIBROBLAST AND COLLAGEN AMOUNTS OF WOUND HEALING PROCESS IN MALE WISTAR RATS (RATTUS NORVEGICUS) Wounded skin results in loss of skin function and causing a bleeding, sympathetic stress response, bacterial contamination and even cell death. The regeneration of injured tissue is slow or even hampered in aging skin. Betel leaf (Piper betle) contains several bioactive molecules that work on wound healing process. The purpose of this study was to prove that the topical betel (Piper betle) leaf extract adinistration increase epidermis thickness, fibroblas and collagen amounts of wound healing process in male wistar rats (Rattus norvegicus). This study was an experimental research using 36 Wistar rats (Rattus norvegicus) and healthy, aged 3-4 months, weighing grams, divided into two groups with 18 rats each. The first group was the control group treated with oral amoxicillin 3x10mg/day for 3 days and one drop (50 microliter) of povidine iodine 10% topically 2x/day for 14 days (P0), and the second group was the treatment groups treated with oral amoxicillin 3x10mg/day for 3 days and one drop (50 microliter) of extracts of betel leaf (Piper betle) concentrate 10% topically 2x/day for 14 days (P1). The skin as a samples were taken, and then processed the preparats by using Hematoxylin-Eosin colouring method to check the epidermal thickness and fibroblas, and using Picro Sirius Red colouring method to check the collagen amount before performing histophatological examination by using a binocular microscope. The result showed an average of epidermis thickness in the control group (P0) was ± μm, where the treatment group (P1) was ± μm, after statistic test, there was increase of epidermis thickness significantly (p<0.01). The number of fibroblasts in the control group (P0) was 75,45±32,52 cells/visual field, while the treatment group (P1) was 95,67±22,51 cells/visual field, the statistic test showed there was difference significant (p< 0.05). The average of collagen in the control group (P0) was ± 7.13%, while the treatment group (P1) was ± 2.59%, the result of statistic test there was increase of amount of collagen significanly (p <0.01). The conclution of this study was the topical administration of the 10% consentrate of the betel (Piper betle) leaf extract increase epidermis thickness, fibroblas and collagen amounts of wound healing process in male wistar rats (Rattus norvegicus). Keywords: Betel leaf, epidermis, fibroblast, collagen, wound, Wistar rats x

3 DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... i PRASYARAT GELAR... ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iv LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... v UCAPAN TERIMA KASIH... vi ABSTRAK... ix ABSTRACT... x DAFTAR ISI... xi DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR ARTI SINGKATAN... xvi DAFTAR LAMPIRAN... xvii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan Khusus Manfaat Penelitian Manfaat Ilmiah Manfaat Praktis Manfaat Sosial BAB II KAJIAN PUSTAKA xi

4 2.1 Aging Teori Penuaan Mekanisme Aging Anatomi, Fisiologi dan Histologi Kulit Luka Definisi Luka Klasifikasi Luka Penyembuhan Luka Tanaman Obat Daun Sirih Deskripsi dan Karakteristik Kandungan Daun Sirih Daun Sirih dan Penyembuhan Luka Hewan Percobaan BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS Kerangka Berpikir Konsep Penelitian Hipotesis Penelitian BAB IV METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Tempat dan Waktu Penelitian Penentuan Sumber Data Variabilitas Populasi Kriteria Subyek Kriteria Drop Out xii

5 4.3.4 Besaran Sampel Teknik Pengambilan Sampel Sampel Variabel Penelitian Identifikasi Variabel Klasifikasi Variabel Hubungan Antar Variabel Definisi Operasional Variabel Bahan dan Instrumen Penelitian Prosedur Penelitian Prosedur Pembuatan Ekstrak Daun Sirih Perlakuan Hewan Percobaan Pemeriksaan Histopatologi Alur Penelitian Analisis Data BAB V HASIL PENELITIAN Analisis Deskriptif Uji Normalitas Data Uji Homogenitas Data Uji Komparabilitas BAB VI PEMBAHASAN Subyek Penelitian Distribusi Homogenitas Data Hasil Penelitian Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Sirih (Piper betle) terhadap penyembuhan luka BAB VII SIMPULAN DAN SARAN xiii

6 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Tabel konversi usia hewan dengan usia manusia Tabel 2.2 Tabel perkembangan kebutuhan tikus jantan Tabel 5.1 Rerata Nilai Variabel Antar Kelompok Tabel 5.2 Hasil Uji Normalitas Data Antar Kelompok Tabel 5.3 Hasil Uji Homogenitas Antar Kelompok Tabel 5.4 Komparasi Rerata Masing-Masing Variabel Antar Kelompok xiv

7 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Struktur anatomi kulit Gambar 2.2 Gambaran histologis kulit normal Gambar 2.3 Proses Penyembuhan luka Gambar 2.4 Daun Sirih Gambar 3.1 Kerangka Konsep Gambar 4.1 Bagan Rancangan Penelitian Gambar 4.2 Bagan Hubungan Antar Variabel Gambar 4.3 Bagan Alur Penelitian Gambar 5.1 Histopatologi Ketebalan Epidermis pada Kelompok Kontrol (P0) Gambar 5.2 Histopatologi Ketebalan Epidermis pada Kelompok Perlakuan (P1) Gambar 5.3 Jumlah Fibroblas pada Kelompok Kontrol (P0) Gambar 5.4 Jumlah Fibroblas pada Kelompok Perlakuan (P1) Gambar 5.5 Jumlah Kolagen pada Kelompok Kontrol (P0) Gambar 5.6 Jumlah Kolagen pada Kelompok Perlakuan (P1) Gambar 5.7 Grafik Perbandingan Rerata Ketebalan Epidermis Antar Kelompok Gambar 5.8 Grafik Perbandingan Jumlah Sel Fibroblas Antar Kelompok Gambar 5.9 Grafik Perbandingan Jumlah Kolagen Antar Kelompok xv

8 DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH AAM : Anti -Aging Medicine DHEA : Dehydroepiandosterone DNA : Deoxyribonucleic Acid E1 : Estron E2 : Estriol GH : Growth Hormone HRT : Hormonal Replacement Therapy VEGF : Vascular Endothelial Growth Factor xvi

9 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Hasil Uji Analisis Ekstrak Daun Sirih Lampiran 2 : Kelaiakan Etik (Ethical Clearance) Lampiran 3 : SPSS Lampiran 4 : Hasil Pemeriksaan xvii

10 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan jaman, teknologi dan ilmu pengetahuan juga terus dikembangkan, termasuk didalamnya adalah ilmu kedokteran. Berbagai upaya dilakukan untuk menjaga dan memelihara kesehatan umat manusia. Di negara berkembang seperti Indonesia, tingkat kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan masih tergolong cukup rendah, hal ini dikarenakan faktor ekonomi dan pendidikan yang tidak memadai, sehingga pengetahuan akan kesehatanpun tidak dimengerti dengan baik. Sama halnya dengan pengetahuan akan proses penuaan, masih banyak kekeliruan pendapat mengenai proses penuaan. Keluhan-keluhan yang berhubungan dengan proses penuaan masih sering dianggap sebagai sesuatu yang tidak dapat dihindari dan merupakan proses yang sudah sewajarnya muncul pada usia tua, sehingga bila timbul keluhan mereka tidak cepat-cepat berusaha untuk mencari pengobatan yang tepat. Bila keluhan semakin berat barulah mencari pertolongan, tapi kadang masih saja pertolongan yang dicari tidak kepada ahli yang tepat, masih banyak yang percaya kepada mitos yang berdar, datang ke dukun, dan sebagainya. Mereka tidak menyadari bahwa sebenarnya manusia dapat hidup dengan umur lebih panjang dengan kualitas hidup yang tetap baik. 1

11 2 Menjadi tua adalah suatu proses yang tidak terjadi begitu saja, banyak ilmuwan yang melakukan penelitian untuk menghambat dan memperlambat proses penuaan, karena pada dasarnya manusia tidak ingin menjadi tua, karena menjadi tua hampir selalu dikaitkan dengan kelemahan, ketidakberdayaan atau dengan kekurangan yang lainnya (Pangkahila, 2011). Penuaan merupakan serangkaian proses yang dialami oleh semua organisme. Pada manusia, penuaan mengacu pada proses multidimensi perubahan fisik, psikologis, dan sosial. Beberapa dimensi penuaan tumbuh dan berkembang dari waktu ke waktu, sementara yang lain mengalami penurunan. Perubahan terjadi pada tingkat seluler, organ, maupun sistem karena proses penuaan (Klatz and Goldman, 2003). Proses penuaan terjadi melalui suatu seri rangkaian reaksi yang kompleks, melibatkan interaksi antara replikasi dan ekspresi gen dengan aktivitas metabolisme di dalam sel. Beberapa faktor yang mempengaruhi penuaan antara lain adalah aktivitas berlebih (Wear and Tear Theory), hormonal (Neuroendocrinology Theory), genetik (The Genetic Control Theory), dan radikal bebas (The Free Radical Theory). Apabila faktor-faktor tersebut dapat dihindari, maka proses penuaan tentu dapat dicegah, diperlambat, bahkan mungkin dihambat dan kualitas hidup dapat dipertahankan. Lebih jauh lagi, ini berarti memperpanjang usia harapan hidup dengan kualitas hidup yang baik, hal ini sesuai dengan konsep dasar Anti Aging Medicine (AAM) (Pangkahila 2011). Anti Aging Medicine adalah bagian ilmu kedokteran yang didasarkan pada gabungan dari penggunaan ilmu pengetahuan dan tehnologi kedokteran terkini.

12 3 Ilmu tersebut dapat digunakan untuk melakukan deteksi dini, pencegahan, pengobatan, dan perbaikan ke keadaan semula berbagai disfungsi, kelainan dan penyakit yang berkaitan dengan penuaan. Tujuannya adalah untuk memperpanjang hidup dalam keadaan sehat (Pangkahila, 2011). Upaya lain berkaitan dengan anti aging ialah upaya dalam bidang estetika yang menyangkut penampilan wajah dan tubuh. Penggunaan berbagai jenis kosmetik sebenarnya merupakan upaya sederhana untuk memberikan kesan lebih menarik dan lebih muda, hal ini dikarenakan penampilan mempunyai peranan penting dalam banyak aspek kehidupan. Dengan penampilan yang lebih baik, rasa percaya diri meningkat, kemampuan sosialisasi menjadi lebih baik, dan penerimaan orang lain mungkin menjadi lebih baik pula (Pangkahila, 2011). Timbulnya cacat atau bekas luka dapat mengganggu penampilan fisik, oleh sebab itu penelitian untuk membantu proses penyembuhan luka hingga menjadi kulit normal kembali masih terus dikembangkan. Fungsi kulit manusia yang menurun seiring usia adalah fungsi barier, pergantian sel, pembersihan zat kimia, persepsi sensoris, mekanisme proteksi, penyembuhan luka, respon imun, termoregulasi, produksi keringat, produksi sebum, produksi vitamin D dan perbaikan DNA. Perubahan histologis paling mencolok dan konsisten adalah penyempitan dermal epidermal juction dengan penipisan pada papila dermal dan epidermal rete pegs. Dengan adanya berbagai perubahan struktur dan fungsi yang saling bertautan yang mengganggu integritas kulit sehingga sering sekali penyembuhan luka terhambat sampai dengan

13 4 terbukanya kembali luka yang sudah mulai menyembuh (Gist et al., 2009 ; Minimas, 2007). Luka merupakan hal yang sering dijumpai di masyarakat sehari hari. Luka dapat timbul karena berbagai penyebab, baik yang disengaja ataupun yang tidak disengaja, misalnya karena pekerjaan, kecelakaan lalu lintas, penyakit tertentu, akibat prosedur operasi, akibat prosedur sehubungan dengan estetika misalnya luka pasca prosedur laser, dan lain sebagainya. Setiap luka yang terjadi selalu mengalami masa penyembuhan yang bervariasi tergantung dari besar, jenis, kedalaman, lokasi, dan juga perawatan perawatan untuk luka. Proses penyembuhan luka adalah proses biologis yang terjadi di dalam tubuh (Guo et al., 2010), melibatkan rangkaian proses yang rumit dan rentan dan sangat mungkin terjadi gangguan ataupun kegagalan, sehingga diperlukan kondisi yang optimal untuk mendapatkan penyembuhan yang baik. Pada proses penyembuhan luka, terjadi serangkaian interaksi antara berbagai jenis sel mediator sitokin, dan matriks ekstraseluler yang terangkum dalam tiga fase yang saling tumpang tindih, yaitu fase inflamasi, fase proliferasi, serta fase remodeling jaringan (Broughton et al., 2006). Dalam prosesnya fibroblas akan segera bermigrasi menuju luka, berproliferasi, dan memproduksi matriks kolagen dalam jumlah besar, yang akan membantu mengisolasi dan memperbaiki jaringan yang rusak. Hasil dari mekanisme penyembuhan luka ini tergantung dari perluasan dan kedalaman luka, serta ada tidaknya komplikasi atau infeksi yang mengganggu perjalanan proses penyembuhan luka yang alami.

14 5 Tujuan dari manajemen luka adalah penyembuhan luka dalam waktu sesingkat mungkin, meminimalkan kerusakan jaringan, penyediaan perfusi jaringan yang cukup dan oksigenasi, nutrisi yang tepat untuk jaringan luka (Reddy et al., 2012). Pengobatan dari luka bertujuan untuk mengurangi faktor-faktor risiko yang menghambat penyembuhan luka, mempercepat proses penyembuhan dan menurunkan kejadian luka yang terinfeksi (Soni and Singhai, 2012). Berbagai penelitian untuk mempercepat proses penyembuhan luka sehingga diperoleh hasil sempurna tanpa cacat terus dikembangkan. Dari penemuan alat-alat berteknologi tinggi, prosedur tindakan invasif yang terus ditingkatkan seperti skin grafting, pemberian growth factors, dan tidak ketinggalan penelitian terhadap tanaman obat. Penggunaan tanaman sebagai obat sudah lama dikenal masyarakat Indonesia, hanya saja dasar penggunaan tanaman sebagai obat ini diketahui khasiatnya berdasarkan pengalaman orang-orang tua terdahulu, tanpa mengetahui apa kandungan dari tanaman tersebut. Di negara berkembang, 25 persen dari pengobatan didasarkan pada pemakaian tanaman obat, yang secara luas digunakan pada masyarakat pedesaan. Nenek moyang menemukan kekuatan penyembuhan dari tumbuhan melalui proses trial and error (Soni and Singhai, 2012). Salah satu tanaman obat yang cukup dikenal masyarakat adalah daun sirih (Piper betle). Daun sirih telah lama digunakan dalam pengobatan tradisional oleh nenek moyang sebagai obat kumur, menghilangkan bau badan, obat mimisan, pembersih mata yang gatal atau merah, dan obat sariawan. Selain itu, daun sirih bermanfaat sebagai antiseptik dan vulnerary yaitu menyembuhkan luka

15 6 (Moeljanto, 2003). Daun sirih mengandung saponin, flavonoid, tanin dan minyak atsiri. Saponin, flavonoid serta tanin dapat membantu proses penyembuhan luka karena berfungsi sebagai antioksidan dan antimikroba yang mempengaruhi penyambungan luka juga mempercepat epitelisasi (Senthil et al., 2011; Saroja et al,. 2012). Kandungan saponin dan tanin berperan dalam regenerasi jaringan dalam proses penyembuhan luka (Reddy et al., 2011) dan mempunyai kemampuan sebagai pembersih atau antiseptik (Kimura et al., 2006). Saponin dapat memicu vascular endothelial growth factor (VEGF) dan meningkatkan jumlah makrofag bermigrasi ke area luka sehingga meningkatkan produksi sitokin yang akan mengaktifkan fibroblas di jaringan luka (Kimura et al., 2006). Kandungan flavonoid berfungsi sebagai antioksidan, antimikroba dan juga antiinflamasi pada luka (Park et al., 2010). Onset nekrosis sel dikurangi oleh flavonoid dengan mengurangi lipid peroksidasi. Penghambatan lipid peroksidasi dapat meningkatkan viabilitas serat kolagen, sirkulasi darah, mencegah kerusakan sel dan meningkatkan sintesis DNA (Reddy et al., 2011). Kandungan tanin mempunyai kemampuan astringen, antioksidan dan antibakteri (Nafiu et al., 2011). Kandungan tanin mempercepat penyembuhan luka dengan beberapa mekanisme seluler yaitu membersihkan radikal bebas dan oksigen reaktif, meningkatkan penyambungan luka serta meningkatkan pembentukan pembuluh darah kapiler juga fibroblas (Sheikh et al., 2011). Sementara minyak atsiri mengandung kavikol dan phenol yang berguna sebagai antimikroba, antibakteri dan disinfektan (Lai et al,. 2011).

16 7 Selain zat aktif di atas, daun sirih juga mengandung banyak zat aktif lainnya seperti vitamin C, beta caroten, catalase, antraquinon, hydroxycavicol, terpenoid, glicosida, sterol, estragol, dan lain-lain. Berbagai kandungan bermanfaat dari daun sirih ini menyebabkan penelitian terhadap daun sirih dapat terus dikembangkan, mengingat bahwa tanaman ini dapat mudah ditemukan pada pekarangan-pekarangan rumah di Indonesia sehingga tanaman ini mudah didapatkan tanpa mengeluarkan biaya yang mahal. Penggunaan tanaman untuk pengobatan perlu ditunjang oleh data-data penelitian dari tanaman tersebut sehingga khasiatnya secara ilmiah tidak diragukan lagi dan dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini tentu akan lebih mendorong penggunaan tanaman sebagai obat secara meluas oleh masyarakat (Soemiati dan Elya, 2002). Penelitian ekstrak daun sirih secara topikal untuk penyembuhan luka, sudah pernah dilakukan sebelumnya. Fannani dan Nugroho melakukan penelitian pengaruh ekstrak etanol daun sirih terhadap penyembuhan luka iris pada tikus putih jantan (Rattus novergicus). Ekstrak etanol daun sirih yang digunakan adalah ektrak dengan konsentrasi 10%, diberikan secara topikal pada luka iris, dan kemudian dilakukan pengamatan pada subjek selama 14 hari mengenai tingkat percepatan penyembuhan luka iris. Hasil dari penelitian tersebut adalah ekstrak etanol daun sirih mampu mempercepat proses penyembuhan luka. Latar belakang penulis mengamati tentang pengaruh dari ekstrak daun sirih terhadap proses penyembuhan luka karena seperti yang telah dijelaskan diatas, selain kaya akan zat aktif, daun sirih sangat mudah didapatkan dan sudah sejak dahulu banyak digunakan sebagai obat tradisional. Oleh sebab itu peneliti

17 8 melakukan pemeriksaan mikroskopis terhadap ketebalan epidermis, jumlah fibroblas dan jumlah kolagen dari proses penyembuhan luka tersebut, karena kesembuhan yang ditandai dengan penutupan luka saja tidak cukup, akan lebih baik jika proses kesembuhan luka terjadi dengan proses regenerasi yang tepat sehingga diperoleh hasil kesembuhan sempurna tanpa cacat. Untuk obat luka biasanya masyarakat lebih menyukai pemakaian produk topikal yang dapat langsung diaplikasikan ke jaringan luka karena lebih praktis. Bentuk sediaan obat topikal beraneka ragam dari solusio atau cairan, gel, salep ataupun krim, semua sediaan memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Berbeda dengan penelitian fanani dan Nugroho yang menggunakan sediaan salep, pada penelitian kali ini peneliti akan menggunakan ekstrak dalam sediaan berbentuk cair dengan pertimbangan digunakannya povidone iodine 10% yang sediaannya berbentuk cair sebagai kontrol, mengingat povidone iodine 10% banyak digunakan pada penatalaksanaan perawatan luka karena bersifat sebagai antiseptik. Uji analisis membuktikan bahwa daun sirih mengandung zat-zat aktif seperti flavonoid, fenol, tanin, beta caroten, vitamin c dan anti oksidan, sehingga daun sirih yang digunakan tidak hanya bersifat antiseptik, tetapi juga bersifat antibakteri, antioksidan, antijamur, antiinflamasi, hemostatik, dan astringent. Dengan pertimbangan proses mekanisme penyembuhan luka yang berbeda antara ekstrak daun sirih dan povidone iodine 10%, maka tujuan penelitian ini tidak membandingkan kedua zat tersebut melainkan bertujuan untuk mengamati adanya peningkatan dari pemberian daun sirih terhadap ketebalan epidermis, jumlah

18 9 fibroblas dan jumlah kolagen dengan pemberian ekstrak daun sirih, dan povidone iodine 10% digunakan sebagai kontrol. Walaupun tidak ada perbedaan nilai hematologi, biokimia, maupun bobot organ antara tikus jantan dan betina (Sihombing dan Tuminah, 2011), untuk mendapatkan sampel yang homogen, dipilih tikus jantan pada penelitian ini. 1.2 Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang diatas, dapat dibuat rumusan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Apakah pemberian ekstrak daun sirih (Piper betle) dengan konsentrasi 10% secara topikal dapat meningkatkan ketebalan epidermis? 2. Apakah pemberian ekstrak daun sirih (Piper betle) dengan konsentrasi 10% secara topikal dapat meningkatkan jumlah fibroblas? 3. Apakah pemberian ekstrak daun sirih (Piper betle) dengan konsentrasi 10% secara topikal dapat meningkatkan jumlah kolagen? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan Umum Untuk mencari bahan alami yang dapat meningkatkan ketebalan epidermis, jumlah fibroblas dan kolagen pada proses penyembuhan luka jika terbukti secara uji klinis.

19 Tujuan Khusus 1. Untuk membuktikan pemberian ekstrak daun sirih (Piper betle) dengan konsentrasi 10% secara topikal dapat meningkatkan ketebalan epidermis pada luka tikus (Rattus norvegicus) jantan galur wistar. 2. Untuk membuktikan pemberian ekstrak daun sirih (Piper betle) dengan konsentrasi 10% secara topikal dapat meningkatkan jumlah fibroblas pada luka tikus (Rattus norvegicus) jantan galur wistar. 3. Untuk membuktikan pemberian ekstrak daun sirih (Piper betle) dengan konsentrasi 10% secara topikal dapat meningkatkan jumlah kolagen pada luka tikus (Rattus norvegicus) jantan galur wistar. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat Ilmiah 1. Untuk memperoleh informasi ilmiah mengenai pemberian ekstrak daun sirih (Piper betle) dengan konsentasi 10% secara topikal dapat meningkatkan meningkatkan ketebalan epidermis pada luka tikus (Rattus norvegicus) jantan galur wistar. 2. Untuk memperoleh informasi ilmiah mengenai pemberian ekstrak daun sirih (Piper betle) dengan konsentasi 10% secara topikal dapat meningkatkan meningkatkan jumlah fibroblas pada luka tikus (Rattus norvegicus) jantan galur wistar.

20 11 3. Untuk memperoleh informasi ilmiah mengenai pemberian ekstrak daun sirih (Piper betle) dengan konsentasi 10% secara topikal dapat meningkatkan meningkatkan jumlah kolagen pada luka tikus (Rattus norvegicus) jantan galur wistar. 4. Sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut pada manusia Manfaat Praktis Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk uji klinis setelah dilakukan terlebih dahulu penelitian terhadap efek samping dan dosis optimum ekstrak daun sirih Manfaat Sosial Dapat digunakan sebagai acuan oleh masyarakat untuk memahami khasiat dan manfaat daun sirih untuk membantu proses penyembuhan luka.

Kata kunci: Penyembuhan luka, Ulserasi, Mukosa Oral, Sirih Merah

Kata kunci: Penyembuhan luka, Ulserasi, Mukosa Oral, Sirih Merah ABSTRAK Latar belakang Luka yang sering ditemukan didalam rongga mulut adalah luka ulserasi. Ulserasi adalah lesi berbentuk seperti kawah pada kulit atau mukosa mulut, ulser biasanya terasa sakit seringkali

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Luka sering terjadi pada mukosa mulut dapat disebabkan oleh trauma maupun infeksi. Proses penyembuhan luka terbagi menjadi empat fase, yaitu fase hemostasis, inflamasi, proliferasi dan remodeling.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh, terhitung sekitar 16% dari berat badan manusia dewasa. Kulit memiliki banyak fungsi penting, termasuk sebagai sistem pertahanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. normal (Nagori and Solanki, 2011). Berdasarkan sifatnya luka dibagi menjadi 2,

BAB I PENDAHULUAN. normal (Nagori and Solanki, 2011). Berdasarkan sifatnya luka dibagi menjadi 2, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka merupakan kerusakan fisik sebagai akibat dari terbukanya atau hancurnya kulit yang menyebabkan ketidakseimbangan fungsi dan anatomi kulit normal (Nagori and

Lebih terperinci

PENYEMBUHAN LUKA INSISI SECARA MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS-WEBSTER

PENYEMBUHAN LUKA INSISI SECARA MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS-WEBSTER ABSTRAK PENGARUH TUMBUKAN DAUN SIRIH (Piper betle) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA INSISI SECARA MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS-WEBSTER Dandy Pasandha, 2016 Pembimbing Utama Pembimbing

Lebih terperinci

PENGARUH PROPOLIS SECARA TOPIKAL TERHADAP FIBROBLAS PASCA LUKA BAKAR PADA MENCIT (MUS MUSCULUS) Oleh : RAUZATUL FITRI

PENGARUH PROPOLIS SECARA TOPIKAL TERHADAP FIBROBLAS PASCA LUKA BAKAR PADA MENCIT (MUS MUSCULUS) Oleh : RAUZATUL FITRI PENGARUH PROPOLIS SECARA TOPIKAL TERHADAP FIBROBLAS PASCA LUKA BAKAR PADA MENCIT (MUS MUSCULUS) Oleh : RAUZATUL FITRI 120100185 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015 i LEMBAR PENGESAHAN

Lebih terperinci

ABSTRAK. PENGARUH BANDOTAN (Ageratum conyzoides L.) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA MENCIT BETINA GALUR SWISS WEBSTER. Pembimbing II: Hartini Tiono, dr.

ABSTRAK. PENGARUH BANDOTAN (Ageratum conyzoides L.) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA MENCIT BETINA GALUR SWISS WEBSTER. Pembimbing II: Hartini Tiono, dr. ABSTRAK PENGARUH BANDOTAN (Ageratum conyzoides L.) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA MENCIT BETINA GALUR SWISS WEBSTER Andrea Hertanto, 2008. Pembimbing I: Sri Utami Sugeng, Dra., M. Kes. Pembimbing II: Hartini

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kulit merupakan organ terluar pada tubuh manusia yang menutupi

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kulit merupakan organ terluar pada tubuh manusia yang menutupi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kulit merupakan organ terluar pada tubuh manusia yang menutupi seluruh permukaan bagian tubuh. Fungsi utama kulit sebagai pelindung dari mikroorganisme,

Lebih terperinci

Pemberian ekstrak daun sirih (Piper betle) secara topikal meningkatkan ketebalan epidermis, jumlah fibroblas, dan jumlah kolagen dalam proses penyembuhan luka pada tikus jantan galur Wistar (Rattus norvegicus)

Lebih terperinci

ABSTRAK EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN BINAHONG

ABSTRAK EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN BINAHONG ABSTRAK EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN BINAHONG ( Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA MENCIT BETINA GALUR SWISS WEBSTER Niken Tania Wijaya, 2014. Pembimbing I: Rita Tjokropranoto,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan kasus cedera yang sering dialami oleh setiap manusia. Luka

BAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan kasus cedera yang sering dialami oleh setiap manusia. Luka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Luka merupakan kasus cedera yang sering dialami oleh setiap manusia. Luka itu sendiri didefinisikan sebagai hilangnya integritas epitelial dari kulit. (Cohen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dkk., 2006). Secara fisiologis, tubuh manusia akan merespons adanya perlukaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dkk., 2006). Secara fisiologis, tubuh manusia akan merespons adanya perlukaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gingiva merupakan bagian dari mukosa rongga mulut yang menutupi tulang alveolar pada kedua rahang dan mengelilingi leher gigi (Reddy, 2008). Perlukaan pada gingiva sering

Lebih terperinci

ABSTRAK. PENGARUH EKSTRAK ETANOL BIJI SEMANGKA (Citrullus lanatus Thunb.) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA SAYAT PADA MENCIT SWISS WEBSTER JANTAN DEWASA

ABSTRAK. PENGARUH EKSTRAK ETANOL BIJI SEMANGKA (Citrullus lanatus Thunb.) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA SAYAT PADA MENCIT SWISS WEBSTER JANTAN DEWASA ABSTRAK PENGARUH EKSTRAK ETANOL BIJI SEMANGKA (Citrullus lanatus Thunb.) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA SAYAT PADA MENCIT SWISS WEBSTER JANTAN DEWASA Fredrica, 2016. Pembimbing I : Roro Wahyudianingsih, dr.,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tubuh dari serangan fisik, kimiawi, dan biologi dari luar tubuh serta mencegah

BAB 1 PENDAHULUAN. tubuh dari serangan fisik, kimiawi, dan biologi dari luar tubuh serta mencegah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan organ tubuh yang paling luas dan mencapai 15% dari total berat badan dewasa. Kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu epidermis, dermis, dan jaringan subkutaneus.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi

BAB I PENDAHULUAN. Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi rongga mulut. Lapisan ini terdiri dari epitel gepeng berlapis baik yang berkeratin maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. 2013; Wasitaatmadja, 2011). Terjadinya luka pada kulit dapat mengganggu

BAB I PENDAHULUAN UKDW. 2013; Wasitaatmadja, 2011). Terjadinya luka pada kulit dapat mengganggu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Limabelas persen dari berat badan manusia merupakan kulit (Wasitaatmadja, 2011). Kulit merupakan bagian terluar dari tubuh manusia yang memiliki fungsi

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KECEPATAN PENYEMBUHAN LUKA INSISI DENGAN PEMBERIAN VITAMIN C DAN EKSTRAK BUAH MORINDA CITRIFOLIA

PERBANDINGAN KECEPATAN PENYEMBUHAN LUKA INSISI DENGAN PEMBERIAN VITAMIN C DAN EKSTRAK BUAH MORINDA CITRIFOLIA ABSTRAK PERBANDINGAN KECEPATAN PENYEMBUHAN LUKA INSISI DENGAN PEMBERIAN VITAMIN C DAN EKSTRAK BUAH MORINDA CITRIFOLIA L. (MENGKUDU) SECARA ORAL PADA MUKOSA LABIAL TIKUS WISTAR Luka adalah hal yang wajar

Lebih terperinci

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT NAMA : dr. Nani Widjaja NIM : 1490751072 PROGRAM STUDI : ILMU BIOMEDIK JUDUL TESIS :PEMBERIAN GROWTH HORMONE MENINGKATKAN NEOVASKULARISASI, JUMLAH SEL FIBROBLAS DAN EPITELISASI

Lebih terperinci

ABSTRAK. PENGARUH GETAH PISANG (Musa paradisiaca) TERHADAP DURASI PENYEMBUHAN LUKA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS WEBSTER

ABSTRAK. PENGARUH GETAH PISANG (Musa paradisiaca) TERHADAP DURASI PENYEMBUHAN LUKA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS WEBSTER ABSTRAK PENGARUH GETAH PISANG (Musa paradisiaca) TERHADAP DURASI PENYEMBUHAN LUKA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS WEBSTER Dimpuulina Erna M, 2011 Pembimbing I : Sri Utami Sugeng Dra., M.kes. Pembimbing

Lebih terperinci

ABSTRAK. PENGARUH BAWANG PUTIH (Allium sativum Linn.) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PADA MENCIT BETINA GALUR SWISS WEBSTER

ABSTRAK. PENGARUH BAWANG PUTIH (Allium sativum Linn.) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PADA MENCIT BETINA GALUR SWISS WEBSTER ABSTRAK PENGARUH BAWANG PUTIH (Allium sativum Linn.) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PADA MENCIT BETINA GALUR SWISS WEBSTER Ainy Natalia, 2007; Pembimbing I: Sri Utami Sugeng Dra., M.Kes. Pembimbing II: Kartika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah kasus yang paling sering dialami oleh manusia, angka kejadian luka

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah kasus yang paling sering dialami oleh manusia, angka kejadian luka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Luka jaringan lunak rongga mulut banyak dijumpai pada pasien di klinik gigi. Luka adalah kasus yang paling sering dialami oleh manusia, angka kejadian luka

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengalami penyembuhan luka (Fedi dkk., 2004). Proses penyembuhan luka meliputi beberapa fase yaitu fase inflamasi,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengalami penyembuhan luka (Fedi dkk., 2004). Proses penyembuhan luka meliputi beberapa fase yaitu fase inflamasi, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka adalah terputusnya kontinuitas sel dan jaringan tubuh yang disebabkan oleh trauma (Fedi dkk., 2004). Luka dapat disebabkan oleh trauma mekanis, suhu dan kimia (Chandrasoma

Lebih terperinci

Kata kunci: salep ekstrak herba meniran, triamcinolone acetonide, penyembuhan luka

Kata kunci: salep ekstrak herba meniran, triamcinolone acetonide, penyembuhan luka ABSTRAK Luka di dalam rongga mulut dapat disebabkan oleh trauma maupun tindakan pembedahan. Proses penyembuhan luka dapat secara alami, dan dapat dipercepat dengan bantuan obat-obatan, dalam bidang kedokteran

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK PROPOLIS INDONESIA MEREK X DALAM MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN LUKA PADA MENCIT JANTAN GALUR Swiss-Webster

ABSTRAK. EFEK PROPOLIS INDONESIA MEREK X DALAM MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN LUKA PADA MENCIT JANTAN GALUR Swiss-Webster ABSTRAK EFEK PROPOLIS INDONESIA MEREK X DALAM MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN LUKA PADA MENCIT JANTAN GALUR Swiss-Webster Kamajaya Mulyana, 2014; Pembimbing : Sri Nadya J. Saanin, dr., M.Kes Luka pada kulit sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penghilangan gigi dari soketnya (Wray dkk, 2003). Pencabutan gigi dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penghilangan gigi dari soketnya (Wray dkk, 2003). Pencabutan gigi dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencabutan gigi didefinisikan sebagai tindakan pembedahan dengan tujuan penghilangan gigi dari soketnya (Wray dkk, 2003). Pencabutan gigi dilakukan karena berbagai hal

Lebih terperinci

ABSTRAK EFEK SALEP EKSTRAK METANOL

ABSTRAK EFEK SALEP EKSTRAK METANOL ABSTRAK EFEK SALEP EKSTRAK METANOL dan SALEP SERBUK DAUN SOSOR BEBEK (Kalanchoe pinnata (Lamk)) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA SAYAT PADA MENCIT Adi Kurnia Suprapto, 2012. Pembimbing I : Fen Tih, dr.,m.kes.

Lebih terperinci

PENGARUH EKSTRAK BUAH MERAH

PENGARUH EKSTRAK BUAH MERAH ABSTRAK PENGARUH EKSTRAK BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam.) DALAM MENGURANGI NEKROSIS HEPATOSIT TIKUS JANTAN GALUR WISTAR (Rattus norvegicus L.) YANG DIINDUKSI CCl 4 Gregorius Enrico, 2009 Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai obat tradisional yang dapat dikembangkan secara luas. 1

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai obat tradisional yang dapat dikembangkan secara luas. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Indonesia memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang luar biasa, yaitu sekitar 40.000 jenis tumbuhan, dari jumlah tersebut sekitar 1300 diantaranya digunakan

Lebih terperinci

GEL EKSTRAK DAUN MENIRAN

GEL EKSTRAK DAUN MENIRAN ABSTRAK GEL EKSTRAK DAUN MENIRAN (Phyllanthus niruri) MENINGKATKAN EPITELISASI PENYEMBUHAN LUKA PADA KULIT TIKUS (Rattus norvegicus) PUTIH JANTAN WISTAR Luka pada kulit mengakibatkan hilangnya sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kimia, kini penggunaan obat-obatan herbal sangat populer dikalangan

BAB I PENDAHULUAN. kimia, kini penggunaan obat-obatan herbal sangat populer dikalangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan di bidang kedokteran juga semakin berkembang. Selain pengembangan obat-obatan kimia, kini penggunaan obat-obatan

Lebih terperinci

SAMPUL DALAM... i. PRASYARAT GELAR... ii. LEMBAR PERSETUJUAN... iii. PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iv. PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT...

SAMPUL DALAM... i. PRASYARAT GELAR... ii. LEMBAR PERSETUJUAN... iii. PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iv. PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i PRASYARAT GELAR... ii LEMBAR PERSETUJUAN... iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iv PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... v UCAPAN TERIMAKASIH... vi ABSTRAK... ix ABSTRACT... x DAFTAR

Lebih terperinci

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga RINGKASAN. Dwi Aprilia Anggraini. Gambaran Mikroskopis Sel Astrosit dan Sel

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga RINGKASAN. Dwi Aprilia Anggraini. Gambaran Mikroskopis Sel Astrosit dan Sel 57 RINGKASAN Dwi Aprilia Anggraini. Gambaran Mikroskopis Sel Astrosit dan Sel Piramid Cerebrum pada Tikus Putih (Rattus novergicus) Galur Wistar Setelah Pemberian Ekstrak Etanol Daun Pegagan (Centella

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS GEL PUTIH TELUR PADA LUKA INSISI TIKUS PUTIH (RATTUS NORVEGICUS) MELALUI PENGAMATAN PANJANG AREA LUKA DAN KEPADATAN DEPOSIT KOLAGEN

EFEKTIVITAS GEL PUTIH TELUR PADA LUKA INSISI TIKUS PUTIH (RATTUS NORVEGICUS) MELALUI PENGAMATAN PANJANG AREA LUKA DAN KEPADATAN DEPOSIT KOLAGEN EFEKTIVITAS GEL PUTIH TELUR PADA LUKA INSISI TIKUS PUTIH (RATTUS NORVEGICUS) MELALUI PENGAMATAN PANJANG AREA LUKA DAN KEPADATAN DEPOSIT KOLAGEN MEI TRIANASARI 2443012164 PROGRAM STUDI S1 FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luka ini dapat berasal dari trauma, benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat

BAB I PENDAHULUAN. luka ini dapat berasal dari trauma, benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Luka adalah salah satu dari kasus cedera yang sering terjadi. Luka didefinisikan sebagai hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Penyebab dari luka

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Luka bakar merupakan masalah pada kulit yang sering terjadi di

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Luka bakar merupakan masalah pada kulit yang sering terjadi di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Luka bakar merupakan masalah pada kulit yang sering terjadi di kehidupan sehari-hari masyarakat. Luka bakar adalah rusak atau hilangnya suatu jaringan karena kontak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan suatu diskontinuitas dari suatu jaringan. Luka merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan suatu diskontinuitas dari suatu jaringan. Luka merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Luka merupakan suatu diskontinuitas dari suatu jaringan. Luka merupakan suatu reaksi inflamasi karena adanya proses yang terhambat, atau proses penyembuhan

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH. PERBEDAAN EKSTRAK BUAH DAN EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn.) TERHADAP SEL PMN PADA PROSES PENYEMBUHAN LUKA GINGIVA

KARYA TULIS ILMIAH. PERBEDAAN EKSTRAK BUAH DAN EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn.) TERHADAP SEL PMN PADA PROSES PENYEMBUHAN LUKA GINGIVA KARYA TULIS ILMIAH PERBEDAAN EKSTRAK BUAH DAN EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn.) TERHADAP SEL PMN PADA PROSES PENYEMBUHAN LUKA GINGIVA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (Nurdiana dkk., 2008). Luka bakar merupakan cedera yang mengakibatkan

I. PENDAHULUAN. (Nurdiana dkk., 2008). Luka bakar merupakan cedera yang mengakibatkan I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Luka bakar merupakan salah satu insiden yang sering terjadi di masyarakat khususnya rumah tangga dan ditemukan terbayak adalah luka bakar derajat II (Nurdiana dkk., 2008).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. stomatitis apthosa, infeksi virus, seperti herpes simpleks, variola (small pox),

BAB I PENDAHULUAN. stomatitis apthosa, infeksi virus, seperti herpes simpleks, variola (small pox), BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ulserasi adalah lesi berbentuk seperti kawah pada kulit atau mukosa mulut. Ulkus adalah istilah yang digunakan untuk menyebut luka pada jaringan kutaneus atau mukosa

Lebih terperinci

ABSTRAK EFEK PROPOLIS DAN MADU TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA MENCIT SWISS WEBSTER. : Dr. Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes

ABSTRAK EFEK PROPOLIS DAN MADU TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA MENCIT SWISS WEBSTER. : Dr. Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes ABSTRAK EFEK PROPOLIS DAN MADU TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA MENCIT SWISS WEBSTER Doni Surya; 2016 Pembimbing I Pembimbing II : Fen Tih, dr., M.Kes : Dr. Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes Luka

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian mengenai perbandingan efek Ekstrak Etanol Daun Mimba (Azadirachta indica A. Juss) dan povidone iodine 10% terhadap penyembuhan luka pada mencit

Lebih terperinci

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA PENURUNAN EKSPRESI TNF-α DAN PENINGKATAN JUMLAH PEMBULUH DARAH PADA PROSES PENYEMBUHAN LUKA PENCABUTAN GIGI SETELAH PEMBERIAN EKSTRAK GARDENIA JASMINOIDES (Penelitian Eksperimental dengan menggunakan binatang

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL LDL PADA TIKUS JANTAN GALUR WISTAR

ABSTRAK. EFEK EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL LDL PADA TIKUS JANTAN GALUR WISTAR ABSTRAK EFEK EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL LDL PADA TIKUS JANTAN GALUR WISTAR Theresia Vania S S, 2015, Pembimbing I : Lusiana Darsono, dr.,

Lebih terperinci

PENGARUH EKSTRAK BUAH MERAH

PENGARUH EKSTRAK BUAH MERAH ABSTRAK PENGARUH EKSTRAK BUAH MERAH (Pandanus Conoideus Lam.) TERHADAP KADAR BILIRUBIN TIKUS JANTAN GALUR WISTAR (Rattus norvegicus L.) YANG DIINDUKSI CCL 4 Andre Setiawan Iwan, 2009. Pembimbing I : Hana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didefinisikan sebagai hilangnya integritas epitelial dari kulit (Schwartz et al.,

BAB I PENDAHULUAN. didefinisikan sebagai hilangnya integritas epitelial dari kulit (Schwartz et al., 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka merupakan kasus cedera yang sering dialami oleh setiap manusia. Luka merupakan suatu keadaan hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Luka didefinisikan

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS WISTAR JANTAN

ABSTRAK. EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS WISTAR JANTAN ABSTRAK EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS WISTAR JANTAN Steffanny H H Katuuk, 1310114, Pembimbing I : Lusiana Darsono,

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran. Dasitya Kurnia Rachman G

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran. Dasitya Kurnia Rachman G PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BUAH SAWO (Manilkara zapota) SECARA TOPIKAL TERHADAP FASE PROLIFERASI DALAM PROSES PENYEMBUHAN LUKA SAYAT PADA TIKUS PUTIH (Rattus novergicus) STRAIN WISTAR SKRIPSI Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses menjadi tua merupakan suatu proses menghilangnya secara bertahap

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses menjadi tua merupakan suatu proses menghilangnya secara bertahap 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Proses menjadi tua merupakan suatu proses menghilangnya secara bertahap kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri, mempertahankan struktur dan fungsi normalnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Penelitian. Luka merupakan keadaan yang sering dialami oleh setiap orang, baik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Penelitian. Luka merupakan keadaan yang sering dialami oleh setiap orang, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Luka merupakan keadaan yang sering dialami oleh setiap orang, baik dengan tingkat keparahan ringan, sedang atau berat. Luka adalah hilangnya atau rusaknya

Lebih terperinci

Efektivitas lumatan daun sirih hijau dibandingkan dengan povidine iodine sebagai alternatif obat luka

Efektivitas lumatan daun sirih hijau dibandingkan dengan povidine iodine sebagai alternatif obat luka Efektivitas lumatan daun sirih hijau dibandingkan dengan povidine iodine sebagai alternatif obat luka 1 Edriani Fitri 1 Ratih Annisa 1 Dian Nitari 1 Dewi K. Mubela 1 Kasih Santika 2 Hendra Sutysna 1 Program

Lebih terperinci

ABSTRAK. PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL TIKUS Wistar JANTAN

ABSTRAK. PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL TIKUS Wistar JANTAN ABSTRAK PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL TIKUS Wistar JANTAN Dyota Sulia Mutiari, 2014 Pembimbing I : Dr. Sugiarto Puradisastra dr., M. Kes.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini disebabkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan

Lebih terperinci

ABSTRAK. PENGARUH BUBUK KULIT TELUR AYAM PETERNAK (Gallus gallus domesticus) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA MENCIT Swiss-Webster JANTAN

ABSTRAK. PENGARUH BUBUK KULIT TELUR AYAM PETERNAK (Gallus gallus domesticus) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA MENCIT Swiss-Webster JANTAN ABSTRAK PENGARUH BUBUK KULIT TELUR AYAM PETERNAK (Gallus gallus domesticus) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA MENCIT Swiss-Webster JANTAN Rahman Abdi Nugraha, 2015. Pembimbing 1 : Harijadi Pramono,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulut, yang dapat disebabkan oleh trauma maupun tindakan bedah. Proses

BAB I PENDAHULUAN. mulut, yang dapat disebabkan oleh trauma maupun tindakan bedah. Proses BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Luka merupakan kerusakan fisik yang ditandai dengan terganggunya kontinuitas struktur jaringan yang normal. 1 Luka sering terjadi dalam rongga mulut, yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka bakar merupakan suatu bentuk trauma yang sering terjadi pada kulit

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka bakar merupakan suatu bentuk trauma yang sering terjadi pada kulit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka bakar merupakan suatu bentuk trauma yang sering terjadi pada kulit atau jaringan akibat adanya kontak dengan listrik, api, pajanan suhu yang tinggi dari matahari,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka merupakan sebuah cedera pada tubuh akibat penetrasi pada sebagian atau seluruh lapisan kulit dan meluas kedalam jaringan yang ada didasarnya. Luka seperti itu

Lebih terperinci

RINGKASAN. (Centella asiatica [L.] Urban) Terhadap Jumlah Sel Cerebrum Yang. Mengalami Apoptosis Pada Tikus Putih (Rattus norvegicus).

RINGKASAN. (Centella asiatica [L.] Urban) Terhadap Jumlah Sel Cerebrum Yang. Mengalami Apoptosis Pada Tikus Putih (Rattus norvegicus). RINGKASAN Dodik Prasetyo. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Pegagan (Centella asiatica [L.] Urban) Terhadap Jumlah Sel Cerebrum Yang Mengalami Apoptosis Pada Tikus Putih (Rattus norvegicus). Di bawah bimbingan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN 0 BAB 5 HASIL PENELITIAN Berdasarkan pengamatan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 4x dan 10x terhadap 60 preparat, terlihat adanya peradangan yang diakibatkan aplikasi H 2 O 2 10%, serta perubahan

Lebih terperinci

PENGARUH EKSTRAK BUAH MERAH

PENGARUH EKSTRAK BUAH MERAH ABSTRAK PENGARUH EKSTRAK BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam.) TERHADAP KADAR ALKALI FOSFATASE PLASMA DARAH TIKUS JANTAN GALUR WISTAR (Rattus norvegicus L.) YANG DIINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA (CCl 4 ) Adiatma

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit periodontal merupakan radang atau degenerasi pada jaringan yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit periodontal merupakan radang atau degenerasi pada jaringan yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit periodontal merupakan radang atau degenerasi pada jaringan yang mengelilingi dan mendukung gigi (Flaws dan Sionneau, 2001). Berdasarkan hasil Survei Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tindakan yang sering dilakukan oleh dokter gigi dalam perawatan kesehatan gigi dan mulut adalah melakukan ekstraksi atau pencabutaan gigi, dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biasanya dibagi dalam dua jenis, yaitu trauma tumpul dan trauma tajam. Trauma

BAB I PENDAHULUAN. biasanya dibagi dalam dua jenis, yaitu trauma tumpul dan trauma tajam. Trauma BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Trauma dapat menyebabkan terjadinya luka pada jaringan tubuh. Trauma biasanya dibagi dalam dua jenis, yaitu trauma tumpul dan trauma tajam. Trauma tumpul dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh dokter gigi untuk menghilangkan gigi dari dalam soketnya dan menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh dokter gigi untuk menghilangkan gigi dari dalam soketnya dan menyebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencabutan gigi adalah salah satu tindakan bedah minor yang dilakukan oleh dokter gigi untuk menghilangkan gigi dari dalam soketnya dan menyebabkan perlukaan (Wray dkk.,

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK SEDIAAN SALEP EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH (Piper betle Linn.) DALAM MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN LUKA PADA MENCIT GALUR SWISS WEBSTER BETINA

ABSTRAK. EFEK SEDIAAN SALEP EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH (Piper betle Linn.) DALAM MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN LUKA PADA MENCIT GALUR SWISS WEBSTER BETINA ABSTRAK EFEK SEDIAAN SALEP EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH (Piper betle Linn.) DALAM MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN LUKA PADA MENCIT GALUR SWISS WEBSTER BETINA Komang Ardiana Pramana, 2009; Pembimbing I : Endang E.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Setiap manusia tidak pernah lepas dari trauma, contohnya luka. Luka adalah rusaknya sebagian jaringan tubuh. Luka dapat disebabkan oleh trauma benda tajam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah banyak akan menimbulkan stres oksidatif yang dapat merusak sel yang pada

BAB I PENDAHULUAN. jumlah banyak akan menimbulkan stres oksidatif yang dapat merusak sel yang pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu penyebab penuaan dini adalah merokok. Dimana asap rokok mengandung komponen yang menyebabkan radikal bebas. Radikal bebas dalam jumlah banyak akan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai organ tubuh paling luar, kulit yang berhubungan dengan dunia luar, sangat rentan mengalami luka. Luka adalah rusaknya komponen jaringan, ditandai dengan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan mengelilingi gigi. Gingiva terbagi menjadi gingiva tepi, gingiva cekat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan mengelilingi gigi. Gingiva terbagi menjadi gingiva tepi, gingiva cekat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gingiva merupakan bagian mukosa oral yang menutupi prosesus alveolaris dan mengelilingi gigi. Gingiva terbagi menjadi gingiva tepi, gingiva cekat dan gingiva

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suhu yang tinggi, syok listrik, atau bahan kimia ke kulit. 1, 2

BAB I PENDAHULUAN. suhu yang tinggi, syok listrik, atau bahan kimia ke kulit. 1, 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka bakar adalah luka yang disebabkan karena pengalihan energi dari suatu sumber panas kepada tubuh, baik lewat hantaran atau radiasi elektromagnetik. Luka bakar merupakan

Lebih terperinci

ABSTRAK. PEMERIKSAAN HISTOPATOLOGI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS DERMAL 28 HARI MINYAK ROSMARINI (Rosmarinus officinalis L.) PADA TIKUS PUTIH BETINA

ABSTRAK. PEMERIKSAAN HISTOPATOLOGI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS DERMAL 28 HARI MINYAK ROSMARINI (Rosmarinus officinalis L.) PADA TIKUS PUTIH BETINA ABSTRAK PEMERIKSAAN HISTOPATOLOGI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS DERMAL 28 HARI MINYAK ROSMARINI (Rosmarinus officinalis L.) PADA TIKUS PUTIH BETINA A. A. Khrisna S. V., 2016 ; Pembimbing I : Rosnaeni, Dra.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan luka terbuka sebesar 25,4%, dan prevalensi tertinggi terdapat di provinsi Sulawesi

BAB I PENDAHULUAN. dengan luka terbuka sebesar 25,4%, dan prevalensi tertinggi terdapat di provinsi Sulawesi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka adalah terputusnya kontinuitas atau hubungan anatomis jaringan yang di akibatkan karena trauma, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang paling mendasar manusia memerlukan oksigen, air serta sumber bahan makanan yang disediakan alam.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan mikroskop cahaya perbesaran 400x. Area pengamatan dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan mikroskop cahaya perbesaran 400x. Area pengamatan dan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian didapatkan dari perhitungan jumlah fibroblas dengan menggunakan mikroskop cahaya perbesaran 400x. Area pengamatan dan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Melalui konsep Anti Aging Medicine, masalah-masalah penuaan dapat diatasi. sehingga kualitas hidup tetap terjaga dengan baik.

BAB I PENDAHULUAN. Melalui konsep Anti Aging Medicine, masalah-masalah penuaan dapat diatasi. sehingga kualitas hidup tetap terjaga dengan baik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan adalah suatu proses yang terjadi dalam kehidupan manusia. Kita berharap dapat melewati penuaan dalam kondisi sehat dan tanpa keluhan penyakit. Penuaan sebenarnya

Lebih terperinci

ABSTRAK EFEK PEMBERIAN ETANOL 40% PERORAL TERHADAP KETEBALAN LAPISAN SEL SPERMATOGENIK TUBULUS SEMINIFERUS TIKUS WISTAR JANTAN DEWASA

ABSTRAK EFEK PEMBERIAN ETANOL 40% PERORAL TERHADAP KETEBALAN LAPISAN SEL SPERMATOGENIK TUBULUS SEMINIFERUS TIKUS WISTAR JANTAN DEWASA ABSTRAK EFEK PEMBERIAN ETANOL 40% PERORAL TERHADAP KETEBALAN LAPISAN SEL SPERMATOGENIK TUBULUS SEMINIFERUS TIKUS WISTAR JANTAN DEWASA Kadek Devi Aninditha Intaran, 2016 Pembimbing I : Hartini Tiono, dr.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. meliputi empat fase, yakni : fase inflamasi, fase destruktif, fase proliferasi dan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. meliputi empat fase, yakni : fase inflamasi, fase destruktif, fase proliferasi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kulit merupakan bagian terluar (pelindung) dari tubuh, dan luka kulit merupakan peristiwa yang sering dialami setiap orang dan sering kali dianggap ringan, padahal

Lebih terperinci

ABSTRAK. UJI TOKSISITAS SUBKRONIS DERMAL MINYAK ROSMARINI (Rosmarinus officinalis L) PADA TIKUS WISTAR DENGAN PARAMETER HEMATOLOGI DAN BIOKIMIAWI

ABSTRAK. UJI TOKSISITAS SUBKRONIS DERMAL MINYAK ROSMARINI (Rosmarinus officinalis L) PADA TIKUS WISTAR DENGAN PARAMETER HEMATOLOGI DAN BIOKIMIAWI ABSTRAK UJI TOKSISITAS SUBKRONIS DERMAL MINYAK ROSMARINI (Rosmarinus officinalis L) PADA TIKUS WISTAR DENGAN PARAMETER HEMATOLOGI DAN BIOKIMIAWI Ratna octaviani 1310147 Pembimbing I : Rosnaeni, dra., Apt

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN TIKUS WISTAR JANTAN

ABSTRAK. EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN TIKUS WISTAR JANTAN ABSTRAK EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN TIKUS WISTAR JANTAN Linda Lingas, 2016 ; Pembimbing I : Lusiana Darsono, dr., M.Kes Pembimbing II

Lebih terperinci

ABSTRAK EFEK DOSIS EKSTRAK ETANOL KULIT MANGGIS

ABSTRAK EFEK DOSIS EKSTRAK ETANOL KULIT MANGGIS ABSTRAK EFEK DOSIS EKSTRAK ETANOL KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP JUMLAH SEL SERTOLI DAN LEYDIG TIKUS (Rattus norvegicus) GALUR WISTAR Penyusun NRP Pembimbing I Pembimbing II : Alvian Andriyanto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. iritan, dan mengatur perbaikan jaringan, sehingga menghasilkan eksudat yang

BAB I PENDAHULUAN. iritan, dan mengatur perbaikan jaringan, sehingga menghasilkan eksudat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan suatu respon protektif normal terhadap luka jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak atau zat-zat mikrobiologi. Inflamasi

Lebih terperinci

PENGGUNAAN LUMATAN DAUN BUNGA SEPATU (HIBISCUS ROSA- SINENSIS L) UNTUK PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA TIKUS PUTIH (RATTUS NORVEGICUS STRAIN WISTAR).

PENGGUNAAN LUMATAN DAUN BUNGA SEPATU (HIBISCUS ROSA- SINENSIS L) UNTUK PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA TIKUS PUTIH (RATTUS NORVEGICUS STRAIN WISTAR). PENGGUNAAN LUMATAN DAUN BUNGA SEPATU (HIBISCUS ROSA- SINENSIS L) UNTUK PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA TIKUS PUTIH (RATTUS NORVEGICUS STRAIN WISTAR). Retno Sumara 1 Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

PENGARUH EKSTRAK DAUN KELOR (Moringa oleifera, Lam.) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI AORTA. TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) MODEL HIPERKOLESTEROLEMIA

PENGARUH EKSTRAK DAUN KELOR (Moringa oleifera, Lam.) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI AORTA. TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) MODEL HIPERKOLESTEROLEMIA PENGARUH EKSTRAK DAUN KELOR (Moringa oleifera, Lam.) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI AORTA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) MODEL HIPERKOLESTEROLEMIA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN 25 BAB 5 HASIL PENELITIAN Preparat jaringan yang telah dibuat, diamati dibawah mikroskop multinokuler dengan perbesaran 4x dan 10x. Semua preparat dapat dibaca berdasarkan tolok ukur skor tingkat peradangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu kedokteran anti penuaan (KAP) atau Anti-Aging

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu kedokteran anti penuaan (KAP) atau Anti-Aging 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan merupakan proses alamiah yang dilalui oleh setiap mahluk hidup bila mempunyai umur panjang, sekaligus sebagai proses yang sangat ditakuti oleh kebanyakan

Lebih terperinci

PERUBAHAN KADAR SGOT-SGPT PASCA PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN KEMBANG BULAN (Tithonia diversifolia) (STUDI PADA TIKUS PUTIH GALUR WISTAR)

PERUBAHAN KADAR SGOT-SGPT PASCA PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN KEMBANG BULAN (Tithonia diversifolia) (STUDI PADA TIKUS PUTIH GALUR WISTAR) PERUBAHAN KADAR SGOT-SGPT PASCA PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN KEMBANG BULAN (Tithonia diversifolia) (STUDI PADA TIKUS PUTIH GALUR WISTAR) SKRIPSI Oleh Fenny Megawati NIM 102010101065 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Luka bakar khususnya luka bakar di atas derajat 1, sampai saat ini masih

BAB I PENDAHULUAN. Luka bakar khususnya luka bakar di atas derajat 1, sampai saat ini masih BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Luka bakar khususnya luka bakar di atas derajat 1, sampai saat ini masih menjadi masalah besar bagi dunia kesehatan. Biaya perawatan yang mahal, angka kematian dan

Lebih terperinci

The Effect of Buah Merah (Pandanus conoideus) Oil Administration on Erythrocyte Number Experimental Study on the Male UV Expossed Wistar Rats

The Effect of Buah Merah (Pandanus conoideus) Oil Administration on Erythrocyte Number Experimental Study on the Male UV Expossed Wistar Rats 36 Vol. 2, No. 1, Januari - Juni 2010 Pengaruh Pemberian Minyak Buah Merah (Pandanus conoideus) terhadap Jumlah Eritrosit Studi Eksperimental pada Tikus Jantan Galur Wistar yang Dipajan Sinar UV The Effect

Lebih terperinci

PERBANDINGAN EFEK AIR PERASAN DAUN BLUSTRU

PERBANDINGAN EFEK AIR PERASAN DAUN BLUSTRU ABSTRAK PERBANDINGAN EFEK AIR PERASAN DAUN BLUSTRU (Luffa cylindrica (L.) Roem) DAN AIR PERASAN DAUN TEMPUYUNG (Sonchus arvensis L) DALAM MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN LUKA INSISI MENCIT Swiss Webster Velicia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan gangguan integritas jaringan yang menyebabkan kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan gangguan integritas jaringan yang menyebabkan kerusakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Luka merupakan gangguan integritas jaringan yang menyebabkan kerusakan dan biasanya berhubungan dengan hilangnya fungsi. 1 Saat barier rusak akibat ulkus, luka

Lebih terperinci

ABSTRAK EFEK SUSU KEDELAI TERHADAP PENINGKATAN KADAR MUKUS LAMBUNG TIKUS JANTAN GALUR WISTAR MODEL GASTRITIS

ABSTRAK EFEK SUSU KEDELAI TERHADAP PENINGKATAN KADAR MUKUS LAMBUNG TIKUS JANTAN GALUR WISTAR MODEL GASTRITIS ABSTRAK EFEK SUSU KEDELAI TERHADAP PENINGKATAN KADAR MUKUS LAMBUNG TIKUS JANTAN GALUR WISTAR MODEL GASTRITIS Yunita Indah Dewi, 2012. Pembimbing I : dr. Lusiana Darsono, M.Kes. Pembimbing II : dr. Lisawati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satu contoh luka terbuka adalah insisi dengan robekan linier pada kulit dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satu contoh luka terbuka adalah insisi dengan robekan linier pada kulit dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Luka adalah suatu diskontinuitas jaringan yang disebabkan karena trauma, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan. Bentuk dari

Lebih terperinci

Kata kunci: plak gigi; indeks plak gigi; ekstrak buah mengkudu (Morinda citrifolia Linn.).

Kata kunci: plak gigi; indeks plak gigi; ekstrak buah mengkudu (Morinda citrifolia Linn.). ABSTRAK Plak gigi adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak diatas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan.

Lebih terperinci

PADA RADANG KRONIS. INDUCTION OF Vitis vinifera EXTRACT AGAINST IFN-γ EXPRESSION IN CHRONIC INFLAMMATION ABSTRACT

PADA RADANG KRONIS. INDUCTION OF Vitis vinifera EXTRACT AGAINST IFN-γ EXPRESSION IN CHRONIC INFLAMMATION ABSTRACT INDUKSI EKSTRAK ANGGUR (Vitis vinifera) TERHADAP EKSPRESI IFN-γ PADA RADANG KRONIS INDUCTION OF Vitis vinifera EXTRACT AGAINST IFN-γ EXPRESSION IN CHRONIC INFLAMMATION ABSTRACT Background : Wound is a

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vulnus (luka) adalah terputusnya kontinuitas jaringan tubuh dan terganggunya integrasi normal dari kulit serta jaringan di bawahnya yang dapat disebabkan oleh trauma

Lebih terperinci

ABSTRAK EFEK EKSTRAK KULIT MANGGIS (Garcinia Mangostana L.) TERHADAP WAKTU PENYEMBUHAN LUKA PADA MENCIT SWISS WEBSTER JANTAN

ABSTRAK EFEK EKSTRAK KULIT MANGGIS (Garcinia Mangostana L.) TERHADAP WAKTU PENYEMBUHAN LUKA PADA MENCIT SWISS WEBSTER JANTAN ABSTRAK EFEK EKSTRAK KULIT MANGGIS (Garcinia Mangostana L.) TERHADAP WAKTU PENYEMBUHAN LUKA PADA MENCIT SWISS WEBSTER JANTAN Kemaladewi Yulianti, 1210194 ; Pembimbing I : Fenny, dr.,sp.pk,m.kes Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan luka, sehingga pasien tidak nyaman. Luka merupakan rusaknya

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan luka, sehingga pasien tidak nyaman. Luka merupakan rusaknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindakan perawatan dalam bidang kedokteran gigi dapat berisiko menimbulkan luka, sehingga pasien tidak nyaman. Luka merupakan rusaknya sebagian dari jaringan tubuh.

Lebih terperinci

ABSTRAK. Maria Vita Widiyaningsih (2017): Pembimbing I : Lisawati Sadeli,dr.,M.Kes. Pembimbing II : Sijani Prahastuti,dr. M.Kes

ABSTRAK. Maria Vita Widiyaningsih (2017): Pembimbing I : Lisawati Sadeli,dr.,M.Kes. Pembimbing II : Sijani Prahastuti,dr. M.Kes ABSTRAK PENGARUH BUBUR KACANG HIJAU (Phaseolus radiatus L.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA TIKUS WISTAR JANTAN (Rattus norvegicus) YANG DIINDUKSI PAKAN TINGGI LEMAK Maria Vita Widiyaningsih (2017):

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK INFUSA DAUN SALAM (Syzygium polyanthum) TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL TOTAL DARAH TIKUS JANTAN GALUR WISTAR MODEL DISLIPIDEMIA

ABSTRAK. EFEK INFUSA DAUN SALAM (Syzygium polyanthum) TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL TOTAL DARAH TIKUS JANTAN GALUR WISTAR MODEL DISLIPIDEMIA ABSTRAK EFEK INFUSA DAUN SALAM (Syzygium polyanthum) TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL TOTAL DARAH TIKUS JANTAN GALUR WISTAR MODEL DISLIPIDEMIA Entin Hartini, 2011, Pembimbing I : Prof. Dr. Susy Tjahjani

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK PROPOLIS TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS (Rattus norvegicus) GALUR WISTAR JANTAN

ABSTRAK. EFEK PROPOLIS TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS (Rattus norvegicus) GALUR WISTAR JANTAN ABSTRAK EFEK PROPOLIS TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS (Rattus norvegicus) GALUR WISTAR JANTAN Richard Ezra Putra, 2010. Pembimbing I: Sylvia Soeng, dr., M.Kes. Pembimbing II: Fen Tih,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan

Lebih terperinci