BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN. teori yang terkait dengan penelitian, serta model penelitian.
|
|
- Verawati Irawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN Pada bab ini dijabarkan kajian pustaka, beberapa konsep dan landasan teori yang terkait dengan penelitian, serta model penelitian. 2.1 Kajian Pustaka Ada beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya yang serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Seperti pada tesis yang ditulis oleh Ida Ayu Tary Puspa (2006) yang berjudul Potensi dan Strategi Pengembangan Puri Sebagai Objek Dan Daya Tarik Wisata City Tour Di Kota Denpasar (Kasus Puri Satria), dinyatakan bahwa yang menjadi kekuatan dari Puri Satria diantaranya penari (seniman tua), raja (Raja Denpasar IX), arsitektur, nilai sejarah perjuangan, pertunjukan seni budaya, karya satra tradisional, event, Pura Pemerajan Agung, dan Gamelan. Sri Susanty pada tahun 2009 mengadakan penelitian yang berjudul Pengembangan Kota Bima Sebagai Daerah Tujuan Wisata, yang berhasil mengidentifikasi beberapa hal di antaranya; sarana dan prasarana pariwisata di Kota Bima, potensi daya tarik wisata, dan daya tarik wisata budaya. Strategi pengembangan Kota Bima sebagai daerah tujuan wisata terdiri atas strategi umum, seperti strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk; dan strategi alternatif seperti pengembagan daya tarik wisata di Kota Bima, peningkatan keamanan, pengembangan sarana dan prasarana pariwisata, penetrasi pasar dan promosi daya tarik wisata, perencanaan dan pengembangan pariwisata 7
2 8 berkelanjutan dan berbasis kerakyatan, serta pengembangan kelembagaan dan SDM pariwisata. A.A Istri Maheswari (2010) melakukan penelitian mengenai strategi pengembangan ekowisata di kawasan danau Buyan, Desa Pancasari. Adapun permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini mencakup penjabaran potensi ekowisata di kawasan danau buyan, bagaimana upaya pengembangannya serta penentuan strategi pengembangan ekowisata di kawasan tersebut. Yang membedakan penelitian-penelitian tersebut diatas dengan penelitian ini adalah perbedaan konsep dari strategi pengelolaan yang dilakukan serta perbedaan lokasi tempat penelitian dilakukan. Namun demikian berbagai pembelajaran tentang bagaimana strategi-strategi yang dilakukan dalam pengelolaan suatu kawasan dapat dijadikan referensi. Dalam penelitian ini diteliti bagaimana pengeolaan yang tepat untuk Desa Pancasari sebagai Kawasan Daya Tarik Wisata Khusus (KDTWK) berdasarkan potensi yang dimiliki oleh Desa tersebut yakni alam dengan degala hasil perkebunannya. 2.2 Konsep Beberapa deskripsi konsep didunakan terkait dengan penelitian ini Pembangunan Pariwisata Berbasis Kerakyatan (Community Based Tourism Development) Sistem pembangunan pariwisata yang berbasis kerakyatan hendaknya dilandasi konsep hidup yang berkesinambungan yaitu yang sesuai dengan konsep Tri Hita Karana; hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan sesamanya dan hubungan manusia dengan alam. Dalam kegiatan pembangunan
3 9 hendaknya digerakan dan dikendalikan oleh adanya keimanan yang kuat, ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sebagai nilai luhur yang menjadi landasan spiritual, moral etika kepariwisataan, dengan memanfaatkan lingkungan, baik berupa sumber daya alam maupun kondisi geografis dan secara bersamaan melaksanakan pelestarian. Oleh karena itu, kepariwisataan berbasis kerakyatan bertumpu pada nasyarakat sebagai kekuatan dasar. Ada tiga alasan mengapa Community Based Management sangat penting dilaksanakan (korten, 1987); pertama, adanya sumber daya lokal yang secara tradisional dikuasai dan dikelola oleh masyarakat lokal. Kedua, adanya tanggung jawab lokal, artinya pengelolaan yang dilakukan oleh masyarakat setempat biasanya lebih bertanggung jawab karena kegiatan yang mereka lakukan secara langsung akan berpengaruh pada kehidupan mereka. Ketiga, adanya variasi antar daerah sehingga daerah yang satu dengan yang lainnya tidak boleh diperlakukan sama dan menuntut adanya sistem pengelolaan yang berbeda. Community Management (Pitana, 1999) disamakan dengan istilah Community Based Approach (pendekatan berbasis kerakyatan). Hal ini didasarkan pada suatu kenyataan bahwa masyarakat setempat sudah memiliki kearifan lokal dalam mengelola sumber daya alam yang ada di daerahnya dan hal itu diwariskan secara turun temurun. Titik dasar aktivitas pengelolaan dalam konsep Community Management dimulai dari masyarakat itu sendiri, yaitu identifikasi kebutuhan, analisis kemampuan dan kontrol terhadap sumber-sumber yang ada. Lebih jauh lagi Pitana (2002: ) menyatakan bahwa pembangunan pariwisata
4 10 kerakyatan memiliki beberapa karakteristik ideal sebagai berikut.usaha yang dikembangkan berskala kecil, bukan skala raksasa, pemilihan dan pengelolaan dilakukan oleh masyarakat lokal (locally owned and managed). Sesuai dengan skalanya yang kecil dan pengelolaanya oleh masyarakat lokal, maka sebagian besar input yang digunakan baik pada saat konstruksi maupun operasi berasal dari daerah setempat sehingga komponen impornya kecil. Aktifitas berantai (spin-off activity) yang ditimbulkan banyak, oleh karena itu adanya keterlibatan masyarakat lokal baik secara individual maupun secara melembaga, menjadi semakin besar. Adanya aktivitas berantai tersebut memberikan manfaat langsung yang lebih besar bagi masyarakat lokal. Berbasiskan kebudayaan lokal, karena pelakunya adalah masyarakat lokal. Pengembangan ramah lingkungan, yang terkait dengan adanya konversi lahan secara besar-besaran serta tiadanya perubahan bentuk bentang alam yang berarti. Melekatnya kearifan lokal (local wisdom) karena masyarakat telah beradaptasi dengan alam sekitarnya Penyebarannya tidak terkonsentrasi pada suatu kawasan, tetapi dapat menyebar ke berbagai daerah. Pengembangan pariwisata kerakyatan diharapkan mampu memberikan keuntungan bagi masyarakat, seperti keuntungan ekonomi sehingga pemeliharaan lingkungan bisa dilaksanakan dengan baik oleh masyarakat setempat, adanya penyebaran penduduk dan menciptakan kawasan wisata alternatif. Nasikun (2000:26) mengatakan, pengembangan pariwisata berbasis kerakyatan memiliki karakteristik sebagai berikut; a) berskala kecil (small scale) sehingga lebih mudah diorganisasikan, b) lebih berpeluang untuk dikembangkan dan diterima oleh masyarakat lokal, c) lebih memberikan peluang bagi masyarakat
5 11 untuk ikut berpartisipasi, mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, maupun penerimaan manfaat dan keuntungan, d) selain menekankan partisipasi masyarakat, pembangunan berwawasan kerakyatan juga sangat mementingkan keberlanjutan budaya, dan secara keseluruhan berupaya untuk membangkitkan penghargaan wisatawan terhadap kebudayaan lokal. Jadi dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembangunan berwawasan kerakyatan akan lebih memberdayakan dan menguntungkan rakyat banyak, meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat, selanjutnya keseimbagan dan keberlanjutan potensi atau modal dasar kepariwisataan di daerah tersebut akan tetap terjaga dan terpelihara. Disamping itu dalam konsep pembangunan pariwisata yang berbasis kerakyatan perlu pula diperhatikan suatu konsep keseimbangan antara resources dan resident. Dalam suatu pembangunan yang terintegrasi yang mana masyarakat sebagai pemain kunci dari kegiatan kepariwisataan tersebut. Keberhasilan pengelolaan suatu kawasan wisata dengan konsep pengelolaan berbasis masyarakat dapat diukur dengan terciptanya hubungan yang harmonis antara masyarakat lokal, sumber daya alam/budaya, dan wisatawan (Natori, 2001:11-22) Perencanaan Pariwisata Perencanaan adalah suatu usaha untuk memikirkan masa depan (cita-cita) secara rasional dan sistematik dengan cara memanfaatkan sumber daya yang ada serta memperhatikan kendala (constrain) dan keterbatasan (limitation) seefisien dan seefektif mungkin (Paturusi, 2008).
6 12 Dalam sebuah perencanaan akan ada perancangan sebagai tindakan lanjutan dari perencanaan. Paturusi dalam bukunya berjudul Perencanaan Kawasan Pariwisata, memaparkan makna dari perencanaan, perancangan, dan rencana sebagai berikut: - Perencanaan (planning): suatu kegiatan berpikir yang lingkupnya menyeluruh dan mencakup bidang yang sangat luas, kompleks, dan berbagai komponennya saling kait mengkait. Produk akhir perencanaan adalah rencana (plan). Perancangan ( design) : merupakan usaha penjabaran dari rencana. Dengan demikian perancangan lingkupnya lebih mikro jika dibandingkan dengan perencanaan. Produk dari perancangan adalah Rancangan. - Rencana (plan) : suatu pedoman atau alat yang terorganisasi secara teratur dan bersistem untuk mencapai suatu keinginan, cita-cita atau maksud yang sasaran dan jangkauannya di masa mendatang yang telah digariskan terlebih dahulu Pendekatan Perencanaan Pariwisata Ada beberapa pendekatan perencanaan pariwisata (Paturusi, 2008), antara lain:pendekatan berkesinambungan, Inkremental, dan fleksibel. Pendekatan ini didasari kebijakan dan rencana pemerintah, baik di tingkat nasional maupun di tingkat regional. Perencanaan pariwisata dilihat dari proses berkesinambungan yang perlu di evaluasi berdasar pemantauan dan umpan balik dalam kerangka pencapaian tujuan dan kebijakan pengembangan pariwisata. Pendekatan sistem
7 13 (system approach). Pariwisata dilihat sebagai suatu sistem yang saling berhubungan (interrelated system); demikian halnya dalam perencanaan dan teknik analisanya. Pendekatan menyeluruh (comprehensive approach). Pendekatan ini biasa disebut dengan pendekatan holistik. Seluruh aspek yang terkait dalam perencanaan pariwisata yang mencakup institusi, lingkungan, dan implikasi sosial ekonominya, dianalisis dan direncanakan secara menyeluruh. Pendekatan terintegrasi (Integrated approach); Pendekatan ini mirip dengan pendekatan sistem dan pendekatan menyeluruh. Pariwisata dikembangkan dan direncanakan sebagai suatu sistem yang terintegrasi baik ke dalam maupun ke luar. Dalam perencanaan suatu kawasan wisata, kawasan sekitarnya tidak bisa diabaikan, bahkan dipandang sebagai bagian integral perencanaan. Pendekatan pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan (environmental and sustainable development approach). Pariwisata direncanakan, dikembangkan, dan dikelola dengan memperhatikan kelestarian lingkungan fisik dan sosial budaya. Analisa daya dukung merupakan bagian yang paling penting dalam pendekatan ini. Komponen utama dalam pendekatan ini yaitu: industri pariwisata, linngkungan dan masyarakat, ketiganya direncanakan secara terpadu. Pendekatan Swadaya Masyarakat (Community Approach), Pendekatan ini melibatkan sebesar-besarnya masyarakat mulai dari proses perencanaan, membuat keputusan, pelaksanaan, sampai pengelolaan pengembangan pariwisata. Ciri pendekatan ini adalah: skala kecil, dimiliki oleh anggota/kelompok masyarakat tersebut, memberikan kesempatan kerja dan peluang ekonomi pada ekonomi setempat, lokasinya tersebar, tidak berkonsentrasi pada satu empat, desain dan
8 14 kegiatannya mencerminkan karakter wilayah setempat, mengedepankan kelestarian wawasan budaya, tidak memastikan industri dan kegiatan lainnya dan bersifat saling melengkapi, menawarkan pengalaman yang berkualitas pada wisatawan, merupaka kegiatan usaha yang menguntungkan. Pendekatan Implementasi (Implementation Approach). Kebijakan, rencana, rekomendasi, dan rumusan pengembangan pariwisata dibuat serealistis mungkin dan dapat diterapkan. Rumusan perencanaan dibuat jelas sehingga bisa dilaksanakan. Pendekatan yang dapat dimplementasikan memiliki ciri: logis, luwes, obyektif dan realistis. Penerapan Proses Perencanaan yang Bersistem (Application of Systematic Planning Process). Pendekatan ini dilakukan berdasarkan logika tahapan kegiatan, dimana tahapan ini bisa berdasarkan atas dimensi waktu (jangka pendek, menengah, dan panjang), sumber pembiayaan (APBN, APBD, Swasta, Swadaya, dst), sektoral berdasarakan departemen atau instansi internal atau eksternal pariwisata. Kesemua pembagian tahapan ini terapannya dalam perencanaan pariwisata dapat dipadukan sebagai suatu sistem dalam bentuk matriks perencanaan Strategi Pengelolaan Terlebih dulu dijabarkan beberapa pengertian strategi. Menurut Rangkuti ada beberapa definisi dari strategi, diantaranya: strategi adalah tujuan jangka panjang dari suatu perusahaan, serta pendayagunaan dan alokasi semua sumber daya yang penting untuk mencapai tujuan tersebut (Rangkuti, 2001). Strategi merupakan alat untuk menciptakan keunggulan bersaing. Dengan demikian salah
9 15 satu fokus strategi adalah memutuskan apakah bisnis tersebut harus ada atau tidak ada (Rangkuti, 2001). Strategi merupakan respon secara terus menerus maupun adaptif terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat mempengaruhi organisasi (Rangkuti, 2001). Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terusmenerus dan dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan (Rangkuti, 2001). Dari pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa strategi adalah hal yang penting untuk dirancang untuk meningkatkan kualitas dengan melihat segala peluang untuk dapat bersaing dipasar. Pengelolan suatu kawasan wisata merupakan hal yang penting dilakukan untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Dimana strategi pengelolaan suatu kawasan seharusnya ditentukan dengan matang sebelumnya sehingga tujuan dapat dicapai. Jadi strategi pengelolaan merupakan suatu tindakan yang dirancang sedemikian rupa yang dilakukan secara terus menerus untuk dapat mengambil keputusan yang tepat dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan. Jika dikaitkan dengan strategi pengelolaan pariwisata, tindakan-tindakan yang dirancang sedemikian rupa ini dilakukan untuk menuju pengembangan pariwisata yang berkelanjutan.
10 Kawasan Daya Tarik Wisata Khusus Sebelum mendefinisikan daya tarik wisata khusus, perlu dijelaskan terlebih dulu pengertian dari daya tarik wisata. Seperti yang dijabarkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan, daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Sebelumnya secara umum di beberapa pustaka daya tarik wisata telah diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok. Seperti; Natural Attractions, Built Attractions, Cultural Attractions dan Social Attractions (Yoeti, 2008). Tren dari kelompok-kelompok daya tarik wisata tersebut terus berkembang sesuai dengan keinginan dari pasar. Seperti penetapan Rencana Tata Ruang dan Wilayah Provinsi Bali yang telah ditetapkan baru-baru ini, disebutkan istilah KDTWK yakni Kawasan Daya Tarik Wisata Khusus. Yang dimaksud Kawasan Daya Tarik Wisata Khusus (KDTWK) dalam Peraturan Daerah Provinsi Bali adalah kawasan strategis pariwisata yang berada dalam geografis satu atau lebih wilayah administrasi desa/kelurahan yang didalamnya terdapat potensi daya tarik wisata, aksesibilitas yang tinggi, ketersediaan fasilitas umum dan fasilitas pariwisata secara terbatas serta aktivitas sosial budaya masyarakat yang saling mendukung dalam perwujudan kepariwisataan, namun pengembangannya sangat dibatasi untuk lebih diarahkan kepada upaya pelestarian budaya dan lingkungan hidup. Jika dilihat dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa konsep pengembangan Kawasan Daya Tarik Wisata Khusus adalah suatu konsep
11 17 pengembangan suatu daerah untuk menjadi suatu kawasan wisata yang dalam pembangunan infrastrukturnya dilakukan secara terbatas dalam rangka penyelamatan serta pelestarian wilayah tersebut dengan segala potensinya. Desa Pancasari yang berlokasi di Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng merupakan salah satu desa yang ditetapkan sebagai Kawasan Daya Tarik Wisata Khusus (KDTWK). Melihat dari potensi serta konsep pengembangan KDTWK seperti yang tercantum pada peraturan pemerintah propinsi Bali, Desa ini sangat sesuai untuk dikembangkan menjadi KDTWK. Desa Pancasari yang memiliki sumber daya alam yang indah serta budaya dan lingkungan yang masih alami sangat dapat dikembangkan menjadi salah satu daya tarik wisata namun tetap memperhatikan kelestarian potensi yang dimiliki Penyelenggara Pariwisata (stakeholder) Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan penyelenggara pariwisata (stakeholder) adalah pemerintah, pihak swasta serta masyarakat. Ketiga pilar ini dianggap sangat penting keterlibatannya dalam suatu pembangunan, dalam hal ini pembangunan Pariwisata. Karena suatu pembangunan pariwisata tidak akan dapat terselenggara secara harmonis apabila tidak ada keterlibatan daring masingmasing stakeholder tersebut. Pemerintah sebagai pembuat kebijakan sebaiknya mampu menjalankan kebijakan yang melibatkan masyarakat sebagai komponen penting dalam pembangunan. Seperti yang dikatakan oleh Pitana dalam jurnalnya berjudul Kebijakan dan Strategi Pemerintah Daerah Bali dalam Pembangunan Pariwisata, bahwa terwujudnya kepemerintahan yang baik (good governance)
12 18 merupakan suatu keharusan sehingga manajemen pemerintahan dan pembangunan terselenggara secara berdaya guna dan berhasil guna. Dimana good governance ini bercirikan antara lain demokratis, desentralistik, transparan serta pemberdayaan masyarakat. Begitu juga pentingnya peranan pihak swasta dalam hal ini mereka yang terlibat langsung dalam kegiatan perindustrian pariwisata, seperti pemilik hotel, restauran serta bisnis pariwisata lainnya. Tanpa para pihak swasta penanam modal ini, kegiatan perindustrian pariwisata juga tidak akan dapat berjalan. Melihat begitu pentingnya keterlibatan ketiga pilar pembangunan pariwisata ini maka dipandang perlu dalam menentukan suatu strategi pembangunan melihat keterlibatan dari para stakeholder (pemerintah, pihak swasta serta masyarakat) tersebut. 2.3 Landasan Teori Ada beberapa teori yang digunakan dalam penelitian ini untuk menganalisis persamasalahan yang dirumuskan Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan Setiap pembangunan dan pengembangan sebaiknya dilakukan secara berkelanjutan, termasuk dalam pengembangan pariwisata. Pembangunan berkelanjutan merupakan konsep alternatif yang mencakup usaha untuk mempertahankan integritas dan diversifikasi ekologis, memenuhi kebutuhan dasar manusia, terbukanya pilihan bagi generasi mendatang, pengurangan ketidakadilan dan peningkatan penentuan nasib sendiri bagi masyarakat setempat. Pendekatan
13 19 pembangunan yang berkelanjutan, bertujuan untuk menghentikan disintegrasi, mengupayakan dan menyediakan pilihan budaya sebanyak-banyaknya bagi generasi yang akan datang. Ini yang kemudian dikenal dengan istilah sustainable development. Sustainable development terdiri dari 3 (tiga) elemen sistem yang menyangkut; keberlanjutan ekologi, keberlanjutan sosial dan keberlanjutan ekonomi. Sustainable development ini sesuai dalam laporan World Commission on Environent and Development (WCED, 1987 : 67) yang menyebutkan bahwa: sustainable development is development that meets the needs of the present without compromising that ability of the future generations to meet their own needs. Menurut Bendesa (2003), pembangunan pariwisata dalam hal ini dapat dilihat dari tiga dimensi, diantaranya lingkungan, ekonomi dan sosial. Ketiga dimensi tersebut harus mendapat perhatian yang serius dari berbagai komponen masyarakat. Dari sisi lingkungan yang mencakup lingkungan alam, lingkungan pertanian, satwa liar, lingkungan yang sengaja dibangun, serta sumber daya alam harus dapat dipertahankan dan dilestarikan keberadaanya, sehingga pariwisata yang tidak bisa terlepas dari lingkungan tersebut dapat dipertahankan kelanjutannya. Pitana (2002:53) menyatakan berkelanjutan dalam pariwisata berkelanjutan tidak cukup hanya berkelanjutan secara ekologis dan keberlanjutan pembangunan ekonomi, tetapi yang tidak kalah penting berkelanjutan
14 20 kebudayaan, karena kebudayaan merupakan salah satu sumber daya yang sangat penting dalam pembangunan kepariwisataan. Pembangunan pariwisata berkelanjutan dapat dicapai kalau tingkat pemanfaatan berbagai sumber daya tidak melampaui kemampuan regenerasi sumber daya tersebut. Adapun prinsip-prinsip dari pembangunan pariwisata berkelanjutan adalah: 1) menjaga kualitas lingkungan, 2) memberikan keuntungan bagi masyarakat lokal dan wisatawan, 3) menjaga hubungan antara pariwisata dengan lingkungan, 4) menjaga keharmonisan antara masyarakat lokal, kebutuhan wisatawan dan lingkungan, 5) menciptakan kondisi yang dinamis yang disesuaikan dengan carrying capacity, dan 6) semua stakeholders harus bekerja sama didasari oleh misi yang sama untuk merealisasikan pembangunan berkelanjutan (Burn dan Holden, 1997). Penjabaran prinsip pembangunan berkelanjutan dalam kegiatan kepariwisataan di daerah Bali dijiwai oleh Tri Hita Karana. Tri Hita Karana merupakan filosofi ajaran agama Hindu yang bermakna Tiga Penyebab Kebahagiaan, yakni terciptanya hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan (parahyangan), antara sesama manusia (pawongan) dan antara manusia dengan lingkungan (palemahan) Teori Perencanaan Perencanaan adalah suatu usaha untuk memikirkan masa depan (cita-cita) secara rasional dan sistematik dengan cara memanfaatkan sumber daya yang ada
15 21 serta memperhatikan kendala dan keterbatasan seefisien dan seefektif mungkin (Paturusi, 2008). Perencanaan pariwisata adalah suatu proses pembuatan keputusan yang berkaitan dengan masa depan suatu destinasi atau atraksi wisata. Ini merupakan suatu proses dinamis dalam penentuan tujuan, yang secara bersistem mempertimbangkan berbagai alternatif tindakan untuk mencapai tujuan serta implementasinya terhadap alternatif terpilih dan evaluasi. Proses perencanaan mempertimbangkan lingkungan (politik, fisik, sosial, dan ekonomi) sebagai suatu komponen yang saling terkait dan saling tergantung satu dengan yang lainnya (Paturusi, 2005: 26). A. Persyaratan Serta Faktor-faktor yang Dimiliki Dalam Perencanaan Ada beberapa persyaratan serta faktor-faktor dalam perencanaan yang dijadikan sebagai dasar pertimbangan dalam merencanakan sesuatu.syarat-syarat suatu perencanaan serta faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan (Paturusi, 2008): - Logis: bisa dimengerti dan sesuai dengan kenyataan yang berlaku - Luwes: fleksibel dan tanggap mengikuti dinamika perkembangan - Obyektif: didasari tujuan dan sasaran yang dilandasi pertimbangan yang bersistem dan ilmiah - Realistis: dapat dilaksanakan, memiliki rentang rencana: jangka panjang, menengah dan pendek.
16 22 Dalam pengelolaan suatu kawasan wisata perlu adanya perencanaan yang tepat untuk dapat mencapai tujuan pengembangan yang telah ditetapkan sebelumnya. Ada beberapa pendekatan dalam sebuah perencanaan seperti yang dijabarkan oleh Inskeep (1991:29), diantaranya: 1. Pendekatan berkelanjutan dan fleksibel. Walaupun masih berdasarkan pada suatu kebijakan dan rencana, perencanaan pariwisata dilihat sebagai proses berlanjut dengan penyesuaian yang dibuat pada monitoring dan umpan balik, dalam kerangka memelihara sasaran hasil dan kebijakan dasar pengembangan pariwisata. 2. Pendekatan sistem. Pariwisata dipandang sebagai suatu sistem saling berhubungan dan direncanakan sedemikian rupa dengan memanfaatkan teknik analisis sistem. 3. Pendekatan Menyeluruh. Semua aspek pembangunan pariwisata mencakup unsur-unsur kelembagaan dan implikasi sosial ekonomi dan lingkungan yang dianalisis dan direncanakan dengan penuh pemahaman, itu adalah sebuah pendekatan holistik. 4. Pendekatan yang Terintegrasi. Suatu pendekatan yang dihubungkan dengan sistem dan pendekatan menyeluruh, pariwisata direncanakan dikembangkan sebagai suatu sistemterintegrasi dalam dirinya dan juga terintegrasi dalam keseluruhan rencana dan total pola teladan pengembangan area. 5. Pendekatan Pengembangan Berkelanjutan dan Lingkungan. Pariwisata direncanakan, dikembangkan, dan diatur yang merupakan sumber daya
17 23 budaya dan alami tidaklah dihabiskan atau diturunkan kualitasnya, tetapi merawat sumber daya secara permanen untuk penggunaan masa depan berkelanjutan. Analisis daya dukung adalah suatu teknik penting menggunakan pendekatan pengembangan berkelanjutan dan lingkungan. 6. Pendekatan Masyarakat. Adanya keterlibatan maksimum masyarakat lokal di dalam perencanaan dan proses pengambilan keputusan pariwisata serta keikutsertaan masyarakat maksimum dalam pengembangan manajemen pariwisata dan manfaat sosial ekonominya. 7. Pendekatan Pelaksanaan. Kebijakan pengembangan pariwisata, rencana, dan rekomendasi dirumuskan untuk dapat dilaksanakan dan realistis, serta teknik implementasi dipertimbangakan sepanjang seluruh kebijakan dan perumusan rencana dengan teknik implementasi, mencakup suatu pengembangan dan program tindakan atau strategi, secara rinci diadopsi dan diketahui. 8. Aplikasi Proses Perencanaan Sistematis. Proses perencanaan yang sistematis diterapkan dalam perencanaan pariwisata berdasar pada suatu urutan aktifitas logis. Pariwisata dikembangkan dan direncanakan sebagai suatu sistem yang terintegrasi kegiatannya mencerminkan karakter wilayah setempat, mengedepankan kelestarian wawasan budaya, tidak memastikan industri dan kegiatan lainnya dan bersifat saling melengkapi, menawarkan pengalaman yang berkualitas pada wisatawan, merupaka kegiatan usaha yang menguntungkan.
18 Teori Siklus Hidup Area Wisata Menurut Butler (1980) siklus hidup suatu area wisata (tourism area life cycle ) meliputi tahapan sebagai berikut: - Exploration (eksplorasi/penemuan) yakni daerah tujuan wisata baru ditemukan baik itu oleh wisatawan petualang, atau oleh pihak swasta, pemerintah, yang dikunjungi secara terbatas. Pada tahap ini terjadi tingkat interaksi yang tinggi antara masyarakat dan wisatawan. - Involvement (keterlibatan) yaitu dengan meningkatnnya kunjungan maka akaan muncul tahap involvement yang nantinya diikuti dengan local control. Sebagian masyarakat lokal mulai menyediakan berbagai fasilitas yang memang diperuntukan untuk wisatawan. Kontak antara wisatawan dengan masyarakat lokal masih sangat tinggi. Disinilah suatu daerah menjadi destinasi wisata. - Development (pembangunan) yakni pada tahap ini dengan adanya local control menunjukkan adanya peningkatan jumlah kunjungan secara drastis, hingga terkandang melebihi jumlah penduduk. Investasi dari luar mulai masuk dan promosi semakin intensif. Fasilitas lokal sudah mulai digantikan dengan fasilitas standar internasional. - Consolidation (konsolidasi) yakni dalam tahap ini yang diikiti dengan intitusionalism menunjukkan bahwa pariwisata sudah dominan dalam struktur ekonomi daerah dan dominasi ekonomi in dipegang oleh jaringan internasional. Jumlah kunjungan wisatawan naik dari segi total number tapi pada tingkat yang lebih rendah.
19 25 - Stagnation (stagnasi) pada tahap ini kapasitas berbagai faktor telah terlampaui sehingga menimbulkan masalah ekonomi, sosial dan lingkungan. Pasca stagnasi di bagi menjadi dua bagian yakni; decline (penurunan) dan rejuvenation (peremajaan) Gambaran siklus area wisata tersebut dapat dilihat pada gambar 2.1; Gambar 2.1 Siklus area wisata Jika dilihat dari tahapan-tahapan siklus area wisata tersebut, dapat dikatakan bahwa area wisata di Desa Pancasari masih berada pada tahap involvement (keterlibatan). Ini dapat dilihat dari ciri-ciri yang ada pada tahapan tersebut dengan keadaan yang ada sekarang di area wisata Desa Pancasari. Untuk itu perlu dilakukannya tindakan lebih lanjut untuk membangun area wisata tersebut sesuai dengan konsep pembangunan KDTWK Teori Pengelolaan Sumber Daya Berbasis Komunitas Korten (1987) menyatakan bahwa pengelolaan sumber daya berbasis komunitas merupakan pendekatan dengan cirri-ciri sebagai berikut: prakarsa dan
20 26 proses pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat secara bertahap harus diletakkan pada masyarakat itu sendiri, fokus utamanya adalah meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengelola dan memobilisasi sumber-sumber daya yang dimiliki masyarakat untuk memenuhi kebutuhan mereka, mentoleransi keanekaragaman lokal karena itu sifatnya amat fleksibal dalam menyesuaikan diri dengan kondisi lokal, dalam pelaksanaan pembangunan ditekankan pada social learning yang berinteraksi dalam komunitas mulai dari proses perencanaan sampai pada evaluasi proyek dengan mendasarkan diri pada saling belajar, proses pembentukan jaringan kerja (net working) antara birokrat lembaga swadaya masyarakat, satuan-satuan organisasi tradisional yang mandiri merupakan bagian integral dari pendekatan ini, baik untuk meningkatkan kemampuan mengindentifikasi dan mengelola berbagai sumber maupun menjaga keseimbangan antara struktur vertikal dan horizontal Teori Fungsionalisme Struktural Dalam pengembangan suatu daerah tujuan wisata sangat diperlukan adanya partisipasi masyarakat. Untuk itu teori fungsionalisme struktural digunakan juga dalam penelitian ini. Prinsip-prinsip pokok struktur fungsionalisme menurut Sanderson (2000 : 23) adalah sebagai berikut; 1) masyarakat merupakan suatu sistem yang kompleks yang terdiri dari bagianbagian yang saling berhubungan dan saling bergantung, dan setiap bagian tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap bagian-bagian lainnya; 2) setiap bagian dari sebuah masyarakat eksis karena bagian tersebut memiliki fungsi penting
21 27 dalam memelihara eksistensi dan stabilitas masyarakat secara keseluruhan; karena itu, eksistensi satu bagian tertentu dari masyarakat dapat diperankan apabila fungsinya bagi masyarakat sebagai keseluruhan dapat diidentifikasikan; 3) semua masyarakat mempunyai mekanisme untuk mengintegrasikan dirinya, yaitu mekanisme yang dapat merekatkannya menjadi satu, salah satu bagian penting dari mekanisme ini adalah komitmen para anggota masyarakat kepada serangkaian kepercayaan dan nilai yang sama; 4) masyarakat cenderung mengarah kepada suatu keadaan ekuilibrium atau komeostatis, dan gangguan pada salah satu bagiannya cenderung menimbulkan penyesuaian pada bagian lain agar tercapai stabilitas; 5) perubahan sosialmerupakan kejadian yang tidak biasa dalam masyarakat, tetapi bila itu terjadi, maka perubahan itu pada umumnya akan mebawa pada konsekuensi-konsekuensi yang menguntungkan masyarakat secara keseluruhan. Menurut Parsons dan para pengikutnya dalam Nasikun (2007: 13), teori fungsionalisme struktural dilandasi dengan sejumlah anggapan dasar, diantaranya: masyarakat haruslah dilihat sebagai suatu sistem daripada bagian-bagian yang saling berhubungan satu sama lain. Dengan demikian hubungan pengaruh mempengaruhi diantara bagian-bagian tersebut adalah bersifat ganda dan timbal balik. Sekalipun integrasi sosial tidak pernah dapat dicapai dengan sempurna, namun secara fundamental sistem sosial selalu cenderung bergerak ke arah equilibrium yang bersifat dinamis. Objek analisis fungsional struktural meliputi: 1) peran sosial, 2) pola-pola institusionalisasi, 2) proses sosial, 4) organisasi sosial, dan pengendalian sosial.
22 28 Secara fungsional masyarakat adalah sebuah mekanisme, karena masyarakat menjaga hidupnya dan memenuhi tujuannya dengan menetapkan kembali keseimbangan alamiah tertentu. Sekalipun disfungsi, ketegangan-ketegangan, dan penyimpanganpenyimpangan senantiasa terjadi juga, akan tetapi di dalam jangka yang panjang keadaan tersebut pada akhirnya akan teratasi dengan sendirinya dengan penyesuaian-penyesuaian dan proses institusionalisasi. Dengan perkataan lain, sekalipun integrasi sosial pada tingkatnya yang sempurna tidak akan pernah tercapai, akan tetapi pada setiap sistem sosial akan senantiasa berproses ke arah itu. Perubahan-perubahan di dalam sistem sosial pada umumnya terjadi secara gradual, melalui penyesuaian-penyesuaian dan tidak secara revolusioner. Perubahan-perubahan yang terjadi secara drastis pada umumnya hanya mengenai bentuk luarnya saja, sedangkan unsur-unsur sosial budaya yang menjadi bangunan dasarnya tidak seberapa mengalami perubahan. Pada dasarnya perubahan-perubahan sosial timbul atau terjadi melalui tiga macam kemungkinan, penyesuaian-penyesuaian yang dilakukan oleh sistem sosial tersebut terhadap perubahan-perubahan yang datang dari luar (extra sysmetic change); pertumbuhan melalui proses diferensiasi struktural dan fungsional; serta penemuan-penemuan baru oleh anggota-anggota masyarakat. Faktor paling penting yang mempunyai daya mengintegrasikan suatu sistem sosial adalah konsensus diantara para anggota masyarakat mengenai nilainilai kemasyarakatan tertentu.
23 29 Menurut Craib (1986 : 33), pandangan Parson menetapkan empat persyaratan fungsional yaitu: 1. Setiap sistem harus menyesuaikan diri dengan lingkungan. 2. Setiap sistem harus memiliki alat untuk memobilisasi sumber daya supaya dapat mencapai tujuan tujuan dan dengan demikian mencapai gratifikasi. 3. Setiap sistem harus mempertahankan kondisi internal dari bagian-bagian dan membangun cara-cara yang berpautan dengan deviansi atau harus mempertahankan kesatuannya. 4. Setiap sistem harus mempertahankan dirinya sedapat mungkin dalam keadaan yang seimbang. Teori fungsional struktural menjelaskan bahwa masyarakat terbentuk atas substruktur-substruktur yang mempunyai fungsi sendiri-sendiri, saling bergantung sehingga perubahan-perubahan yang terjadi dalam fungsi yang satu akan menyebabkan perubahan di fungsi yang lain. Teori ini juga mengatakan bahwa setiap substruktur yang telah mantap akan menjadi penopang aktivitas-aktivitas atau substruktur-substruktur lainnya dalam suatu sistem sosial. Kaitan teori tersebut dengan penelitian ini sehubungan dengan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan pariwisata di Desa Pancasari sebagai Kawasan Daya Tarik Wisata Khusus (KDTWK). Seperti dijelaskan diatas bahwa masyarakat merupakan suatu sistem. Dimana masyarakat dalam suatu kelompok memiliki fungsi dan peranan sesuai dengan strukturnya. Dalam sebuah pengelolaan pariwisata keterlibatan masyarakat sangat penting. Dimana keterlibatan dari mereka dimaksimalkan sesuai dengan fungsi dan perananya sejak
24 30 dari perencanaan. Sehingga dalam pengelolaan pariwisata suatu daerah dapat berjalan dengan baik. 2.4 Model Penelitian Sebuah model penelitian digambarkan sebagai peta berpikir dalam penelitian ini. Dimana kerangka berpikir ini dalam penelitian ini berangkat dari tujuan untuk merumuskan strategi pengelolaan Desa Pancasari sebagai Kawasan Daya Tarik Wisata Khusus (KDTWK), yang diawali dengan melihat keadaan perkembangan pariwisata di desa tersebut dengan segala permasalahannya. Ini dibandingkan dengan apa yang seharusnya dilakukan dalam mengembangkan Desa tersebut sesuai dengan ketetapan dari Pemerintah Propinsi Bali yakni menetapkan Desa Pancasari sebagai Kawasan Daya Tarik Wisata Khusus. Dari fenomena yang terjadi maka dirumuskan beberapa permasalahan antara lain; apa potensi yang dimiliki Desa Pancasari sebagai kawasan daya tarik wisata khusus, Bagaimana keterlibatan stakeholder dalam pengelolaan Desa Pancasari sebagai kawasan daya tarik wisata khusus, serta Bagaimana strategi pengelolaan pembangunan Desa Pancasari sebagai kawasan daya tarik wisata khusus. Permasalahan-permasalahan tersebut dikaji dengan menggunakan teoriteori serta konsep-konsep yang terkait dengan strategi pengelolaan suatu kawasan wisata. Adapun teori-teori yang digunakan adalah teori perencanaan, teori pengelolaan sumber daya berbasis komunitas serta teori fungsionalisme struktural serta beberapa konsep meliputi konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan, konsep pembangunan pariwisata berbasis kerakyatan (Community Based Tourism
25 31 Development), konsep perencanaan pariwisata, konsep strategi pengelolaan serta konsep pengembangan Kawasan Daya Tarik Wisata Khusus. Permasalahan-permasalahan tersebut diatas kemudian dianalisis dengan menggunakan rancangan penelitian kualitatif dan teknik SWOT. Ini dilakukan dengan teknik pengumpulan data antara lain observasi, wawancara dan kepustakaan. Teknik SWOT yakni dengan mencari faktor-faktor kekuatan (strengths), kelemahan (weakness), peluang (opportunity) dan ancaman (threat) dari Desa Pancasari yang kemudian di analisis untuk menghasilkan strategi pengelolaan yang tepat untuk Desa Pancasari sebagai Kawasan Daya Tarik Wisata Khusus (KDTWK) sebagai rekomendasi. Dapat dijabarkan seperti pada gambar bagan 2.2;
26 32 Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan di Kabupaten Buleleng Potensi SDM, SDA, dan Budaya Pengelolaan KDTWK Pancasari belum maksimal Pengelolaan KDTWK Pancasari Potensi Desa Pancasari Keterlibatan stakeholder Strategi Pengelolaan KONSEP - Pembangunan Pariwisata Berbasis Kerakyatan - Perencanaan Pariwisata - Strategi Pengelolaan - KDTWK - Penyelenggara pariwisata (stakeholder) Pendekatan Kualitatif SWOT TEORI - Teori Pengembanan Pariwisata Berkelanjutan - Teori Perencanaan - Teori Siklus hidup area wisata - Teori Pengelolaan sumberdaya berbasis komunitas - Teori fungsionalisme Struktural Pengelolaan pembangunan Desa Pancasari sebagai Kawasan Daya Tarik Wisata Khusus Gambar 2.2 Model Penelitian
BAB I PENDAHULUAN. Jika dilihat secara nyata, saat ini pembangunan yang terjadi di beberapa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jika dilihat secara nyata, saat ini pembangunan yang terjadi di beberapa kawasan wisata primadona di Bali sudah tidak terkendali lagi hingga melebihi daya tampung dari
Lebih terperinciBAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS 2.1. TINJAUAN HASIL PENELITIAN SEBELUMNYA
BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS 2.1. TINJAUAN HASIL PENELITIAN SEBELUMNYA Tinjauan penelitian sebelumnya sangat penting dilakukan guna mendapatkan perbandingan antara penelitian yang saat ini
Lebih terperinciBAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS. potensi wisata, yaitu potensi fisik dan potensi budayayang bisa dikembangkan dengan
BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS 2.1 Tinjauan Hasil Penelitian Sebelumnya Penelitian sebelumnya berkaitan dengan pengembangan potensi ekowisata, dilakukan oleh Suryawan (2014), di Desa Cau Belayu,
Lebih terperinciLAPORAN EXECUTIVE KAJIAN MODEL PENGEMBANGAN SENI DAN BUDAYA DAERAH KOTA BANDUNG (Kerjasama Kantor Litbang dengan PT. BELAPUTERA INTERPLAN) Tahun 2005
LAPORAN EXECUTIVE KAJIAN MODEL PENGEMBANGAN SENI DAN BUDAYA DAERAH KOTA BANDUNG (Kerjasama Kantor Litbang dengan PT. BELAPUTERA INTERPLAN) Tahun 2005 1.1 Latar Belakang Seni dan budaya daerah mempunyai
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.
BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Konsep Pariwisata Menurut Suyitno (2001) dalam Tamang (2012) mendefinisikan pariwisata sebagai berikut : a. Bersifat sementara, bahwa dalam jangka waktu pendek pelaku wisata akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kawasan wisata primadona di Bali sudah tidak terkendali lagi hingga melebihi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jika dilihat secara nyata, saat ini pembangunan yang terjadi di beberapa kawasan wisata primadona di Bali sudah tidak terkendali lagi hingga melebihi daya tampung dari
Lebih terperinciBAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH
BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH Penyelenggaraan otonomi daerah sebagai wujud implementasi Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, memunculkan berbagai konsekuensi berupa peluang,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. DTW Tanah Lot tidak saja ramai dikunjungi wisatawan, tetapi juga
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka DTW Tanah Lot tidak saja ramai dikunjungi wisatawan, tetapi juga banyak diteliti oleh para sarjana. Dalam sepuluh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21 perkembangan pesat terjadi dalam bidang 4T
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21 perkembangan pesat terjadi dalam bidang 4T (Transportation, Technology, Telecommunication, Tourism) yang disebut sebagai The Millenium 4.
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
1 I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan salah satu sumber penghasil devisa potensial selain sektor migas. Indonesia sebagai suatu negara kepulauan memiliki potensi alam dan budaya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS
BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Ekowisata Ekowisata merupakan salah satu bentuk kegiatan wisata khusus. Bentuknya yang khusus itu menjadikan ekowisata sering diposisikan sebagai lawan dari wisata
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 VISI Dalam periode Tahun 2013-2018, Visi Pembangunan adalah Terwujudnya yang Sejahtera, Berkeadilan, Mandiri, Berwawasan Lingkungan dan Berakhlak Mulia. Sehingga
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Pembangunan Daerah Dalam kampanye yang telah disampaikan, platform bupati terpilih di antaranya sebagai berikut: a. Visi : Terwujudnya kesejahteraan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. yang bersifat terpusat (sentralistik) berubah menjadi desentralisasi melalui
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Semenjak Reformasi terdapat beberapa perubahan kebijakan dalam paradigma pembangunan nasional, diantaranya adalah paradigma pembangunan yang bersifat terpusat (sentralistik)
Lebih terperinciBAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH
BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH Strategi pembangun daerah adalah kebijakan dalam mengimplementasikan program kepala daerah, sebagai payung pada perumusan program dan kegiatan pembangunan di dalam mewujdkan
Lebih terperinciSistematika presentasi
Perencanaan Pariwisata Berkelanjutan Wiwik D Pratiwi Sistematika presentasi Mengapa? Apa prinsipnya? Apa pertimbangannya? Apa elemen-elemen strategisnya? Apa hal-hal yang diperlukan bila berdasar pada
Lebih terperinciANALISIS DAMPAK AKREDITASI SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus Di SD Negeri Donohudan 3 Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali)
ANALISIS DAMPAK AKREDITASI SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus Di SD Negeri Donohudan 3 Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali) TESIS Diajukan Kepada Program Pasca Sarjana Universitas
Lebih terperinciBAB.II. LANDASAN KONSEP DAN TEORI. karya yang relevan dengan penelitian ini. Hasil-hasil penelitian tersebut akan dijadikan sebagai
BAB.II. LANDASAN KONSEP DAN TEORI 2.1. Tinjauan Penelitian Sebelumnya Tinjauan hasil penelitian sebelumnya yang dimaksud adalah kajian terhadap hasil-hasil karya yang relevan dengan penelitian ini. Hasil-hasil
Lebih terperinciII TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata
6 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata Pariwisata merupakan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. andalan utama dalam menghasilkan devisa di berbagai Negara. Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata telah menjadi salah satu industri terbesar di dunia, dan merupakan andalan utama dalam menghasilkan devisa di berbagai Negara. Indonesia merupakan salah
Lebih terperinciPERANCANGAN KAMPUNG WISATA BERWAWASAN LINGKUNGAN DI DAERAH PERBATASAN
DESAIN TESIS RANDY PRATAMA SALISNANDA 3210.207.008 PERANCANGAN KAMPUNG WISATA BERWAWASAN LINGKUNGAN DI DAERAH PERBATASAN PROGRAM MAGISTER BIDANG KEAHLIAN PERANCANGAN ARSITEKTUR JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia yang dikenal dengan negara kepulauan memiliki lebih dari 18.000 pulau, memiliki luasan hutan lebih dari 100 juta hektar dan memiliki lebih dari 500 etnik
Lebih terperinciPERAN PERENCANAAN TATA RUANG
PERAN PERENCANAAN TATA RUANG DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM INDRA BUDIMAN SYAMWIL 1 Spatial Planning Specialist November, 2003 Tata Ruang di Indonesia merupakan produk Sistem Tata Ruang Nasional yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menentukan arah/kebijakan pembangunan. 2
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pulau Bali sebagai daerah yang terkenal akan kebudayaannya bisa dikatakan sudah menjadi ikon pariwisata dunia. Setiap orang yang mengunjungi Bali sepakat bahwa
Lebih terperinciBAB. III METODE PENELITIAN
BAB. III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Bersifat deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang berusaha mendeskripsikan atau menggambarkan atau melukiskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Molinda Hotmauly, 2014
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia memiliki keanekaragaman dalam hal kebudayaan dan sumber daya alamnya. Hal ini merupakan daya tarik yang sangat kuat yang dimiliki oleh Indonesia
Lebih terperinciBAB III KERANGKA PEMIKIRAN
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Strategi Perusahaan Manajemen meliputi perencanaan, pengarahan, pengorganisasian dan pengendalian atas keputusan-keputusan dan
Lebih terperinciKONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BAHARI
KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BAHARI 1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari lebih 17.000 pulau dan memiliki panjang garis pantai 81.000 km yang
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. VISI Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Sawahlunto Tahun 2013-2018, adalah rencana pelaksanaan tahap ketiga (2013-2018) dari Rencana Pembangunan Jangka
Lebih terperinciBAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH
BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH A. VISI DAN MISI Kebijakan Pemerintahan Daerah telah termuat dalam Peraturan Daerah Nomor 015 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Lebih terperinciBUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2017-2027 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPERENCANAAN KINERJA BAB. A. Instrumen untuk mendukung pengelolaan kinerja
BAB II PERENCANAAN KINERJA A. Instrumen untuk mendukung pengelolaan kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik senantiasa melaksanakan perbaikan
Lebih terperinciPRINSIP PEMBANGUNAN PARIWISATA BERKELANJUTAN
PRINSIP PEMBANGUNAN PARIWISATA BERKELANJUTAN Sebagai Pedoman Dasar Penentu Keberhasilan Oleh : Cri Murthi Adi 1 Prinsip Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan Sebagai Pedoman Dasar Penentu Keberhasilan Oleh
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan kesimpulan akhir dari studi yang dilakukan dan beberapa saran dan rekomendasi terhadap studi lanjutan pengembangan pariwisata daerah studi. Kesimpulan berupa
Lebih terperinci6. MODEL PENGEMBANGAN DAN RANCANGAN IMPLEMENTASI
6. MODEL PENGEMBANGAN DAN RANCANGAN IMPLEMENTASI 6.1 Model Pengembangan Agrowisata Mempertimbangkan berbagai hasil yang telah dipaparkan pada bagian terdahulu, maka model pengembangan agrowisata berbasis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. budaya karena dapat membantu melestarikan warisan budaya sebagai jati diri
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata budaya merupakan salah satu jenis pariwisata yang memanfaatkan perkembangan potensi hasil budaya manusia sebagai objek daya tariknya. Jenis wisata ini
Lebih terperinciVISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN
VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 2018 Visi Terwujudnya Kudus Yang Semakin Sejahtera Visi tersebut mengandung kata kunci yang dapat diuraikan sebagai berikut: Semakin sejahtera mengandung makna lebih
Lebih terperinciRencana Strategis
kesempatan kerja serta meningkatkan pendapatan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas adalah pertumbuhan ekonomi yang diharapkan mampu menurunkan angka kemiskinan dan pengangguran. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN. berguna untuk mengetahui sejauh mana penelitian mengenai strategi
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan salah satu dari rangkaian penelitian yang berguna untuk mengetahui sejauh mana penelitian
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Pemasaran Menurut Parkinson (1991), pemasaran merupakan suatu cara berpikir baru tentang bagaimana perusahaan atau suatu organisasi
Lebih terperinciPT. SANJI WANATIRTA INDONESIA. Jalan Anggrek No. 09, Sambilegi Baru, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta Telp: Fax:
PT. SANJI WANATIRTA INDONESIA Jalan Anggrek No. 09, Sambilegi Baru, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta 55282 Telp: 0274 4332389 Fax: 0274 488476 PROPOSAL PEMBUATAN MASTER PLAN PENGEMBANGAN DESA WISATA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kegiatan kepariwisataan merupakan kegiatan yang bersifat sistematik,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan kepariwisataan merupakan kegiatan yang bersifat sistematik, memiliki ruang lingkup, komponen dan proses pengelolaan tersendiri. Terkait dengan sistem
Lebih terperincipengembangan pariwisata di kampung Sawinggrai bisa dijadikan sebagai buktinya.
Bab Enam Kesimpulan Masyarakat lokal dalam pengembangan pariwisata di suatu kawasan atau daerah tujuan wisata (DTW), seringkali diabaikan dan kurang diberikan peran dan tanggung jawab dalam mendukung aktivitas
Lebih terperinciABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING
ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING MODEL PENGEMBANGAN PERAN LEMBAGA SOSIAL DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS MASYARAKAT SUKU USING BERBASIS KEARIFAN LOKAL Ketua/Anggota Peneliti: Dra.
Lebih terperinciBAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
- 115 - BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi dan Misi, Tujuan dan Sasaran perlu dipertegas dengan upaya atau cara untuk mencapainya melalui strategi pembangunan daerah dan arah kebijakan yang diambil
Lebih terperinciBUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA TAHUN 2014
Lebih terperinciBAB 4 VISI DAN MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATGEI DAN ARAH KEBIJAKAN
BAB 4 VISI DAN MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATGEI DAN ARAH KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi BPTPM Kota Serang Dengan semangat otonomi daerah serta memperhatikan tugas dan fungsi yang diemban oleh Badan Pelayanan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan lingkungan telah mendorong kesadaran publik terhadap isu-isu mengenai pentingnya transformasi paradigma
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wisata alam oleh Direktorat Jenderal Pariwisata (1998:3) dan Yoeti (2000) dalam Puspitasari (2011:3) disebutkan sebagai kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan, salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas Sumber
Lebih terperinciRPJMD Kota Pekanbaru Tahun
RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017 BAB V VISI, MISI, DAN V - 1 Revisi RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017 5.1. VISI Dalam rangka mewujudkan pembangunan jangka panjang sebagaimana tercantum di dalam
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN I. VISI Pembangunan di Kabupaten Flores Timur pada tahap kedua RPJPD atau RPJMD tahun 2005-2010 menuntut perhatian lebih, tidak hanya untuk menghadapi permasalahan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu kebijakan dan tercapainya kebijakan tersebut. Impelementasi juga
22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Implementasi Implementasi adalah proses untuk memastikan terlaksananya suatu kebijakan dan tercapainya kebijakan tersebut. Impelementasi juga dimaksudkan menyediakan sarana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki ragam budaya yang berbeda satu sama lain. Keragaman budaya ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari beragam suku memiliki ragam budaya yang berbeda satu sama lain. Keragaman budaya ini diyakini tidak hanya mampu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak potensi wisata yang unik, beragam dan tersebar di berbagai daerah. Potensi wisata tersebut banyak yang belum dimanfaatkan
Lebih terperinciBAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 V-1 BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH Permasalahan dan tantangan yang dihadapi, serta isu strategis serta visi dan misi pembangunan
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lumajang tahun 2015-2019 merupakan bagian dari Rencana Pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah salah satu provinsi yang terletak di Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di provinsi ini adalah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian penelitian ini membahas tentang Pengelolaan Pulau Penyu oleh
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Telaah Hasil Penelitian Sebelumnya Kajian penelitian ini membahas tentang Pengelolaan Pulau Penyu oleh Masyarakat Lokal Sebagai Daya Tarik Wisata di Tanjung Benoa, Kabupaten
Lebih terperinciBAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi SKPD Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan. Misi adalah rumusan umum mengenai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sistem irigasi subak merupakan warisan budaya masyarakat Bali. Organisasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem irigasi subak merupakan warisan budaya masyarakat Bali. Organisasi petani tersebut berwatak sosio agraris religius. Subak sebagai lembaga sosial dapat dipandang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Strategi Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dalam perkembangannya, konsep strategi terus berkembang. Hal ini dapat ditunjukkan oleh adanya perbedaan konsep
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Perubahan paradigma pengembangan wilayah dari era comparative advantage ke competitive advantage, menjadi suatu fenomena baru dalam perencanaan wilayah saat ini. Di era kompetitif,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Ruang dan Penataan Ruang
4 TINJAUAN PUSTAKA Ruang dan Penataan Ruang Ruang (space) dalam ilmu geografi didefinisikan sebagai seluruh permukaan bumi yang merupakan lapisan biosfer, tempat hidup tumbuhan, hewan dan manusia (Jayadinata
Lebih terperinciRencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Palembang Tahun BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Perumusan visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan menegaskan tentang kondisi Kota Palembang yang diinginkan dan akan dicapai dalam lima tahun mendatang (2013-2018).
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih yang disampaikan pada waktu pemilihan kepala daerah (pilkada).
Lebih terperinciANALISIS RUANG DAN PERENCANAAN PENATAAN RUANG BERKELANJUTAN DALAM KERANGKA KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
Triarko Nurlambanga Dwi Nurcahyadi Adi Wibowo Pusat Penelitian Geografi Terapan Departemen Geografi, FMIPA Universitas Indonesia ANALISIS RUANG DAN PERENCANAAN PENATAAN RUANG BERKELANJUTAN DALAM KERANGKA
Lebih terperinciManajemen Strategik dalam Pendidikan
Manajemen Strategik dalam Pendidikan Oleh : Winarto* A. Pendahuluan Manajemen pendidikan yang diterapkan di lingkungan internal sistem persekolahan hanyalah sebagian dari tanggung jawab kepala sekolah
Lebih terperinciSTUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D
STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR Oleh : M. KUDRI L2D 304 330 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
Lebih terperinciBAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Visi dan misi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Tapin tahun 2013-2017 selaras dengan arah Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
Lebih terperinciBAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI
BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1. Visi dan Misi Sanitasi Visi merupakan harapan kondisi ideal masa mendatang yang terukur sebagai arah dari berbagai upaya sistematis dari setiap elemen dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara-negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21 perhatian terhadap pariwisata sudah sangat meluas, hal ini terjadi karena pariwisata mendatangkan manfaat dan keuntungan bagi negara-negara
Lebih terperinciMendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia
E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Pengembangan Kelembagaan Ekonomi dan Iklim Usaha Kondusif 1. Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi Mendukung terciptanya kesempatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Sumberdaya hutan yang ada bukan hanya hutan produksi, tetapi juga kawasan konservasi.
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KOTA SALATIGA TAHUN 2017
PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KOTA SALATIGA TAHUN 2017 Dishubkombudpar 55 BAB II PERENCANAANKINERJA A. RENCANA STRATEGIS SKPD Penetapan Visi,
Lebih terperinciI. DESKRIPSI SWOT SETIAP KOMPONEN KOMPONEN A VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN SERTA STRATEGI PENCAPAIANNYA
I. DESKRIPSI SWOT SETIAP KOMPONEN KOMPONEN A VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN SERTA STRATEGI PENCAPAIANNYA Perumusan visi, misi, tujuan dan sasaran Undana tercantum didalam Statuta Undana ditetapkan oleh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sakti Alam Kerinci Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi (suatu pendekatan Analitical
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Hasil Penelitian Sebelumnya Penelitian ini mengkaji tentang Strategi Pengembangan Pariwisata Bumi Sakti Alam Kerinci Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi (suatu pendekatan
Lebih terperinciBUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB II PERENCANAAN KINERJA
BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1.Perencanaan Kinerja Kota Padang menempati posisi strategis terutama di bidang kepariwisataan. Kekayaaan akan sumber daya alam dan sumber daya lainnya telah memberikan daya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. alam dan budayanya memiliki potensi pengembangan pariwistata yang luar biasa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata pada saat ini menjadi harapan bagi negara berkembang seperti Indonesia sebagai sektor yang dapat diandalkan dalam pembangunan ekonomi. Indonesia yang secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha atau
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.30/MEN/2010 TENTANG RENCANA PENGELOLAAN DAN ZONASI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.30/MEN/2010 TENTANG RENCANA PENGELOLAAN DAN ZONASI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN
Lebih terperinciBAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Bappeda Kota Bogor Berdasarkan tugas dan fungsi pelayanan yang dilaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. alam yang luar biasa yang sangat berpotensi untuk pengembangan pariwisata dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Bobonaro merupakan sebuah kabupaten yang memiliki kekayaan alam yang luar biasa yang sangat berpotensi untuk pengembangan pariwisata dengan banyaknya potensi
Lebih terperinciBAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 8.1 Kesimpulan. 1. Proses pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan desa wisata di
149 BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 8.1 Kesimpulan 1. Proses pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan desa wisata di desa Brayut Pandowoharjo Sleman melalui tiga tahap yaitu sosialisasi, transformasi
Lebih terperinciBAPPEDA KAB. LAMONGAN
BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH 5.1 Sasaran Pokok dan Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Untuk Masing masing Misi Arah pembangunan jangka panjang Kabupaten Lamongan tahun
Lebih terperinciV. SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka
92 V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka beberapa kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut : a. Potensi- potensi daya tarik wisata
Lebih terperinciKONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BUDAYA
KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BUDAYA 1. Latar Belakang Program pelestarian dan pengembangan kebudayaan pada dasarnya dilaksanakan untuk mengetengahkan nilai-nilai kebudayaan guna memperkokoh ketahanan
Lebih terperinciLaporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN
BA B PENDAHULUAN I 1.1. Latar Belakang Sebagai bangsa yang besar dengan kekayaan potensi sumber daya alam yang luar biasa, sebenarnya Indonesia memiliki peluang yang besar untuk menjadi pelaku ekonomi
Lebih terperinci3.4. AKUTABILITAS ANGGARAN
3.4. AKUTABILITAS ANGGARAN Manajemen pembangunan berbasis kinerja mengandaikan bahwa fokus dari pembangunan bukan hanya sekedar melaksanakan program/ kegiatan yang sudah direncanakan. Esensi dari manajemen
Lebih terperinciBAB III KERANGKA PEMIKIRAN. teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai ilmu tentang perumusan
22 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Manajemen Strategi Penelitian ini menggunakan perencanaan strategi sebagai kerangka teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta dikenal sebagai kota pelajar, selain itu juga dikenal sebagai kota
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yogyakarta dikenal sebagai kota pelajar, selain itu juga dikenal sebagai kota budaya dan juga pariwisata. Salah satu sektor yang berperan penting dalam pendapatan daerah
Lebih terperinciBAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika A. Permasalahan Adapun Permasalahan
Lebih terperinciWeakness, Opportunity and Threath). Dengan hasil pada masing-masing
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI SKPD 3.1 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI PELAYANAN Pada bagian identifikasi permasalah berdasarkan tugas dan fungsi Kantor
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN
www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciRANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM
111 VI. RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM Rancangan strategi pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna merupakan langkah terakhir setelah dilakukan beberapa langkah analisis, seperti analisis internal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting pembangunan. Sehingga pada tanggal 11 Juni 2005 pemerintah pusat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembukaan undang-undang dasar 1945 telah menggariskan landasan filosofis mengenai hal-hal yang terkait dengan segala aktifitas berbangsa dan bernegara. Bahwa bumi,
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan luas 49 307,19 km 2 memiliki potensi sumberdaya hayati laut yang tinggi. Luas laut 29 159,04 Km 2, sedangkan luas daratan meliputi
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinci