III. METODE PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "III. METODE PENELITIAN"

Transkripsi

1 37 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan di lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah, Kecamatan Bantar Gebang, Bekasi, Provinsi Jawa Barat. Luas lahan TPA 108 ha, terdiri dari lima zone, terletak di tiga Kelurahan yaitu: sebelah Selatan; Kelurahan Ciketing Udik; sebelah Utara dan Barat: Kelurahan Cikiwul; sebelah Utara dan Timur: Kelurahan Sumur Batu. Lokasi TPA terletak + 13 km sebelah selatan Kota Bekasi, + 2 km dari jalan Raya Bekasi-Bogor. Penelitian laboratorium dilakukan di Laboratorium Kimia Fisik dan Lingkungan, FMIPA, Institut Pertanian Bogor. Persiapan penelitian dan gambaran umum obyek yang diteliti dilaksanakan dalam bulan Pebruari sampai dengan Nopember Metode Pengumpulan Data Dalam pene litian ini dikumpulkan data primer dan data sekunder. Data primer melalui survai dan wawancara langsung di lokasi TPA dengan responden di Kelurahan Sumur Batu, Ciketing Udik, Cikiwul, Aparat Kecamatan Bantar Gebang, para pakar dan stakeholder yang terkait dengan TPA. Dalam satu kelurahan dilakukan kegiatan lapangan meliputi: kegiatan wawancara pada aspek karakteristik responden, sosial ekonomi dan tanggapan responden terhadap keberadaan TPA. Pertanyaan prospektif di peruntukkan sebagai kemungkinan pemanfaatan TPA di masa mendatang, faktor dan kreteria yang mempengaruhi dan variabel skor dari pertanyaan tersebut, sedangkan data sekunder dikumpulkan melalui penelusuran berbagai pustaka yang ada. A. Data Primer a. Fisik dan Kimia Pengambilan sampel air dilakukan di Kelurahan Cikiwul, Ciketing Udik dan Sumur Batu yaitu pada sumur gali penduduk yang bermukim di sekitar TPA. Cara pengambilan sampel air dilakukan dengan menggunakan botol plastik berukuran 1,5 liter, sampel tersebut dimasukkan ke dalam cooler box untuk diawetkan. Contoh air dan lindi dianalisis di laboratorium FMIFA, Institut Pertanian Bogor. Data sekunder berupa

2 38 gambaran umum serta data pelengkap lain, diperoleh melalui Dinas Kebersihan DKI Jakarta dan Pemda Kota Bekasi. Alat yang digunakan ph meter, turbidimeter, untuk pengukuran parameter kimia digunakan alat spektrofotometer kecuali zat organik (KMnO4 ) menggunakan metode titrasi. 1). Air sumur Untuk mengetahui kualitas air sumur penduduk, maka pengelolaan dan pengukuran sampel dilakukan pada saat musim hujan dan musim kemarau, parameter sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 seperti Tabel 4. Tabel 4. Kualitas Air Sumur di TPA Bantar Gebang Parameter Satuan Peralatan Metode Analisis Fisika : Suhu Bau Rasa Kekeruhan ºC - - FTU Termometer - Turbidimeter Pemuaian air raksa Turbidimetrik Kimia: Zat padat terlarut ph DO BOD5 COD Amonia N-NH3 Nitrat-N Nitrit-N Kesadahan (CaCO3) Klorida Sulfida Fosfat Besi (Fe) Timbal (Pb) Mikrobiologi: Coliform E. coli - Timbangan analitik ph-meter DO-Meter Buret Buret Spektrofotometer Spektrofotometer Spektrofotometer Buret Buret Buret Spektrofotometer Spektrofotometer Spektrofotometer MPN/100ml Tabel MPN MPN/100ml Tabel MPN Sumber: Permenkes RI No.416/Menkes/Per/IX/1990 Keterangan: ( - ): Tidak ada satuan Gravimetrik Potensiometrik Potensiometrik MPN MPN

3 39 Titik pengambilan sampel berdasarkan aliran air tanah, diambil dari pompa atau sumur-sumur penduduk di Kelurahan Cikiwul, Ciketing Udik dan Sumur Batu, radius 200 m dari lokasi TPA, pada empat penjuru lokasi yaitu timur, barat, utara dan selatan dari TPA. Untuk masing-masing lokasi sampel diambil satu titik sehingga akan didapatkan empat sampel air sumur. 2). Air Permukaan (sungai) Untuk mengetahui kualitas air sungai, maka sungai yang dijadikan sampel adalah sungai Ciketing, lebar sekitar 2 m, debit air m³/detik. Pengambilan sampel didasarkan pada sistem aliran air dari hulu sungai menuju hilir sungai atau dari tempat yang tinggi menuju ke tempat yang rendah. Sampel diambil pada aliran sungai sebelum memasuki wilayah TPA dianggap sebagai hulu sungai dan aliran sungai sesudah melewati wilayah TPA dianggap sebagai hilir sungai, sehingga akan didapatkan dua sampel air sungai. Parameter kualitas air sesuai dengan Baku Mutu Keputusan Gubernur Jawa Barat No.8 tanggal 12 Juni 1991 (Tabel 5). Tabel 5. Kualitas Air Sungai Ciketing Parameter Satuan Metode Analisis Fisika Padatan terlarut Warna Kekeruhan Kimia ph Besi (Fe) Mangan terlarut (Mn) Tembaga (Cu) Seng (Zn) Krom heksava len Kadmium (Cd) Air Raksa (Hg) Nikel (Ni) Timbal (Pb) Sulfida Nitrat-N Nitrit-N PtCo FTU Gravimetrik Turbidimetrik - ph meter Potensiometrik SNI-M SNI-M SNI-M AAS SNI-M AAS SNI-M BOD5 COD Baku Mutu: Keputusan Gubernur Jawa Barat No.38 tgl 12 Juni tahun 1991.

4 40 3). Air Lindi Untuk mengetahui kualitas air lindi dan infiltrasi air hujan yang masuk ke dalam timbunan sampah dan terkontaminasi (bercampur dengan senyawa-senyawa di dalam sampah) membentuk lindi, untuk itu perlu dilakukan pengujian kualitas air lindi. Sampel diambil dari setiap zone karena pemanfaatannya berbeda waktu dan dari kolam-kolam (bak) pada unit IPAS, meliputi sampel pada inlet dan outlet, satu titik diambil satu sampel, sehingga didapatkan delapan sampel air lindi. Titik inlet adalah air lindi yang masuk ke dalam IPAS dari landfill, sedangkan outlet air lindi yang telah mengalami pengolahan dari IPAS. Parameternya sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI No.20 tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Baku Mutu golongan B untuk Bahan Baku Air Minum, Baku Mutu golongan C Penggunaan air untuk Perikanan dan Pertanian (Tabel 6). Air lindi disetarakan denga n air limbah cair yang baku mutunya diatur oleh Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep- 51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi kegiatan Industri. Tabel 6. Kualitas Air Lindi Parameter Satuan Metode Analisis Fisika Padatan terlarut Warna Kekeruhan Kimia ph Besi (Fe) Mangan terlarut (Mn) Tembaga (Cu) Seng (Zn) Krom heksavalen (Cr6+) Kadmium (Cd) Air Raksa (Hg) Timbal (Pb) Sulfida Nitrat-N Nitrit-N PtCo FTU - Gravimetrik Turbidimetrik ph meter Potensiometrik SNI-M SNI-M SNI-M AAS SNI-M AAS BOD5 COD Baku Mutu: PP RI No. 20 tahun 1990.Pengendalian Pencemaran Baku Mutu gol. B untuk Bahan Baku Air Minum, gol. C Penggunaan Air untuk Perikanan dan Pertanian.

5 41 b. Mikrobiologi Lingkungan Jenis mikroorga nisme yang terdapat dalam lingkungan adalah: bakteri, virus, protozoa, jamur, fungi, ganggang, cacing dan lain-lain. Jenis-jenis mikroorganisme yang dapat berkembang baik dengan cepat dalam sampah adalah: bakteri, jamur, cacing. Sampah merupakan sumber beberapa jenis penyakit menular, keracunan, dan lain-lain. Beberapa jenis penyakit bawaan sampah dapat diperlihatkan pada Tabel 7. Bahan beracun, bahan kimia, bakteri, virus, jamur dan lain-lain yang ada dalam timbunan sampah, dapat berpindah tempat ke tempat lain melalui proses lindi. Apabila cairan dari sampah yang mengandung bibit penyakit masuk ke dalam air permukaan, maka air permukaan tersebut akan berperan sebagai penyebar mikroba patogen atau penyakit menular di dalam air. Tabel 7. Penyakit Bawaan Sampah Nama Penyakit 1. Penyakit bawaaan lalat: Dysentriae basilaris (disentri) Dysentriae amoebica (disentri) Thypus abdominalis (tifus) Kolera Ascariasis (cacingan) Ancylostomiasis (cacingan) 2. Penyakit bawaan tikus: Pest Leptospirosis icterohaemonhagica Rat bite fever 3. Keracunan: Metana Carbon monoxide, Dioxida Hidrogen sulfide Logam berat Sumber: Juli (1994). Penyebab Shigella shigae Entamoeba histolytica Salmonella thypii Vibrio cholerae Ascariasis lumbricoides Ascariasis duodenale Pasteurella pestis Leptospira icterohaemonhagica Stretobacillus monilliformis Penyakit menular yang disebabkan oleh air sering disebut penyakit bawaan air Tabel 8. Jenis mikroba yang dapat menyebar lewat air antara lain adalah: bakteri, virus, protozoa, dan lain-lain.

6 42 Data biologi khususnya penyebaran lalat diambil dari data primer, keberadaan dan banyaknya lalat dapat dianggap sebagai cerminan keadaan sanitasi lingkungan. Semakin banyak lalat, semakin menurun kondisi sanitasi lingkungannya, begitu juga sebaliknya. Dengan kondisi ini, lalat dianggap sebagai indikator penyebaran vektor beberapa penyakit yang berbahaya. Lalat diambil dengan metode grill net per satuan waktu umpan lokasi ke arah Kelurahan Taman Sari 5 titik, Kelurahan Ciketing Udik 3 titik, Kelurahan Sumur Batu 5 titik dan Kelurahan Cikiwul 6 titik. Jarak pengambilan sampel adalah 100 m sampai dengan jarak 600 m dari TPA, masing-masing diukur dalam waktu 30 detik di lokasi yang berbeda di Kelurahan sekitar TPA, daerah permukiman, pemulung yang sekaligus juga dipergunakan untuk tempat mencuci plastik bekas. Tabel 8. Beberapa Jenis Penyakit Bawaan Air Nama Penyakit Diare pada anak Hepatitis A Polio (myelitis anterior acuta) Cholera Diare atau dysentrie Typhus abdominalis Paratyphus Dysenterie Dysenterie amoeba Baiantidiasis Giardiasis Ascariasis Clonorchiasis Diphylobothriasis Taeniasis Schistosomiasis Sumber: Juli (1994). Virus: Rotavirus V. Hepatitis A V. poliomyelitis Penyebab Bakteri: Vibrio cholerae Escherichia coli enteropatogenik Salmonella typhi Salmonella paratyphi Shigella dysenteriae Protozoa: Entamoeba histolytica Balantida coli Giardia lamblia Metazoa: Ascaris lumbricoides Clonorchis sinensis Diphyllobothrium latum Taenia saginata Schistosoma

7 43 Pengukuran dan pengamatan distribusi lalat dilakukan pada jam WIB, dengan asumsi pada jam tersebut lalat melakukan aktivitasnya. Keberadaan lalat dipengaruhi oleh kondisi iklim, seperti musim dan curah hujan. Menurut Yulianto (2000), aktivitas lalat akan tinggi pada waktu pukul pagi sebagai kegiatan mencari makan setelah beristirahat cukup lama pada malam hari. Menurut Keputusan Dirjen P2MPLP Departemen Kesehatan RI Nomor 281-II/PD LP tanggal 30 Oktober 1989 baku mutu jumlah keberadaan lalat adalah 30 ekor per grill. c. Sosial Ekonomi Masyarakat Keadaan sosial ekonomi, adalah pengaruh dari kegiatan pengelolaan sampah pada warga atau masyarakat maupun pemerintah, di sekitar lokasi pengelolaan sampah seperti Kelurahan Cikiwul, Ciketing Udik dan Sumur Batu. Pada umumnya keberadaan pengelolaan sampah, menimbulkan dampak positif dan negatif secara langsung maupun tidak langsung. Dampak positif secara langsung, ada tenaga kerja yang dapat tertampung, dampak negatif secara langsung keberadaan pengelolaan sampah timbul masalah sosial. Keberadaan pengelolaan sampah juga menimbulkan perubahan tingkat perekonomian bagi pengelola, pemerintah, maupun warga di sekitar TPA. Perubahan tingkat perekonomian karena adanya kegiatan pembangunan, pemeliharaan unit pengelolaan sampah, yang memerlukan tenaga kerja atau sumber daya manusia yang tersedia di sekitar TPA. Selain itu, bila penambangan TPA untuk pembuatan kompos dan gas metana, maka pendapatan asli daerah (PAD) melalui retribusi dan pajak akan dapat ditingkatkan. Responden yang dipilih dilakukan secara acak sebanyak 50 orang, dilakukan pada kelompok masyarakat sekitar TPA (non pemulung, pemulung), Aparat Kecamatan, Lurah, tokoh masyarakat (formal dan informal) untuk mengetahui permasalahan terhadap keberadaan dan pengelolaan TPA dan yang terkait di lapangan. Variabel yang akan ditanyakan karakteristik, sosial ekonomi dan tanggapan responden terhadap keberadaan TPA seperti: 1). Karakteristik responden Pemilihan responden dengan melakukan kegiatan wawancara dengan menggunakan daftar kuisioner yang dilakukan terhadap 50 orang responden, terdiri

8 44 dari 30 responden masyarakat yang terlibat dalam pemanfaatan di TPA dan 20 responden lembaga pemerintah, tokoh masyarakat di Kelurahan Cikiwul, Ciketing Udik dan Sumur Batu, Kecamatan Bantar Gebang. Masyarakat yang dijadikan responden adalah masyarakat yang tinggal di sekitar TPA yang jaraknya antara 0 1 km dan 1 10 km dari TPA, dengan mengetahui tingkat pendidikan responden, status dan tanggungan, usia, alamat, profil tempat tinggal, jarak rumah dengan TPA, jumlah penghuni, lama tinggal atau menetap, status kependudukan (untuk kelompok pemulung). 2). Sosial ekonomi responden Data sosial ekonomi akan dikumpulkan melalui pengumpulan data sekunder dan data primer berupa pekerjaan responden dan jenis pekerjaannya, pendapatan dan pengeluaran kebutuhan hidup sehari-hari, biaya pendidikan, keadaan kesejahteraan masyarakat dan kesehatannya. Populasi dalam penelitian sosial ekonomi adalah kelompok masyarakat, pemulung, pengelola dan masyarakat yang berada di Kelurahan sekitar TPA Bantar Gebang meliputi Kelurahan Ciketing Udik, Cikiwul dan Sumur Batu, Kecamatan Bantar Gebang. Data primer diambil melalui metode wawancara dengan responden, sedangkan data sekunder dari data potensi Kelurahan, Kecamatan dan instansi terkait. 3). Tanggapan responden terhadap TPA Diantaranya adalah persepsi responden tentang kesehatan dan keberadaan TPA serta keuntungan dan kerugian terhadap keberadaan TPA di sekitar tempat tinggal responden. B. Data Sekunder Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui studi pustaka yang dapat melengkapi penelitian antara lain: jumlah sampah kumulatif, luas lahan TPA yang terpakai, lama waktu atau umur TPA, dan dari berbagai sumber seperti laporan, dokumen dan hasil penelitian dari berbagai instansi yang berhubungan penelitian antara lain dari Dinas Kebersihan DKI Jakarta. Data iklim rata-rata bulanan selama 10 tahun terakhir (suhu, curah hujan, kelembaban nisbi, kecepatan angin, lama penyinaran matahari) dari

9 45 Badan Meteorologi dan Geofisika Jakarta. Data sosial ekonomi penduduk dicatat dari Biro Statistik, Kota Bekasi, Jawa Barat, sedangkan data kesehatan masyarakat dari Puskesmas di Kecamatan Bantar Gebang, Bekasi Tahapan Kegiatan Penelitian Tahapan pelaksanaan kegiatan penelitian dan metode analisis untuk menjawab tujuan selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 3. KONDISI SAAT INI ANALISIS HASIL PEMANFAATAN TUJUAN 1. Luas lahan 108 ha 2. Volume sampah 3. Tinggitumpukan sampah 4. IPAS 5. Kualitas air lindi 6. Kualitas air sungai 7. Kualitas air sumur 8. Gas metana 9. Kualitas udara 10. Kebisingan 11. Lalat 12. E. coli 13. Coliform 14. Tingkat pendidikan 15. Pendapatan masyarakat 16. Persepsimasyarakat 17. Pemulung 18. Pengelola 19. Kesehatan KIMIA 1.Kualitas air lindi 2.Kualitas air sungai 3.Kualitas air sumur MIKROBIOLOGI 4. E. coli 5. Coliform 6. Lalat SOSIAL EKONOMI 7.Persepsi masyarakat AHP Hutan Kota/ Penghijauan Pariwisata TPA Terpadu Lapangan golf Ppenambangan Gas, listrik Prospektif TPA Terpadu Kondisi Lingkungan Biofisik Lahan budidaya Potensi TPA Bantar Gebang 5 zone Perumahan Industri Kondisi SosialEkonomi Gambar 3: Tahapan Kegiatan Penelitian Metode dan Analisis Data Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) analisis fisik kimia, (2) mikrobiologi lingkungan (distribusi lalat), (3) sosial ekonomi, (4) pengaruh

10 46 TPA terhadap kualitas air dan masyarakat, (5) umur pemanfaatan TPA. Teknik Prospektif untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi, menetapkan faktor dominan dan merancang skenario yang mungkin terjadi di masa datang, sedangkan Proses Hierarki Analitik (AHP) digunakan untuk pengambil keputusan. A. Data Fisik Kimia Analisis fisik-kimia dilaksanakan pada musim hujan dan musim kemarau, dengan melakukan kegiatan analisis kualitas air sumur, air sungai dan air lindi. Pengujian yang dipakai ialah pengukuran Biochemical Oxygen Demand (BOD) contoh dalam keadaan aerobik pada suhu 20 C selama lima hari. Pengujian lain untuk melihat kandungan zat organik dapat melalui Chemical Oxygen Demand (COD), jumlah karbon organik dan oksigen terlarut (D.O). Parameter anorganik di dalam air dapat digambarkan dalam bentuk salinitas, kesadahan, ph, keasaman, alkalinitas dan kandungan besi (Fe), mangan (Mn), klorida (Cl?), sulfat (SO4²? ), sulfida ( S² ), logam berat ( Hg, Pb, Cr, Cu, Zn ), organik ammonia (N-NH3), nitrit (N-NO2), nitrat (N-NO3) dan orto fosfat (Suratmo, 1991): a. Analisis Kualitas Air sumur Data yang terkait dan diukur adalah suhu, ph air sumur, nitrat, nitrit, kadmium (Cd), mangan (Mn), besi (Fe), bahan organik total dan kekeruhan (turbiditas). Pengukuran suhu, ph dan turbiditas dilakukan di lapangan (in situ). Pada penelitian ini metode yang dipakai disesuaikan dengan parameter yang diteliti. Data tersebut digunakan untuk melakukan kajian potensi pencemaran air yang diakibatkan oleh keberadaan TPA sampah. Untuk menetapkan kelayakan air sumur sebagai bahan baku air minum, ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor Kep-02/MENKLH/I/1988, tentang Baku Mutu Air golongan B, dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/MENKES/IX/1990, tentang persyaratan kualitas air minum.

11 47 b. Analisis Kualitas Air sungai Data yang terkait dengan pengaruh TPA terhadap kualitas air sungai diperoleh dari pengujian laboratorium seperti pengukuran suhu, ph, kekeruhan (turbiditas), Konduktivitas (DHL), BOD, COD, ammonia, nitrit dan nitrat, padatan tersuspensi (TSS) dan kecepatan arus. Pengukuran suhu, ph, DHL, turbiditas dan kecepatan arus dilakukan di lapangan (in situ). Data tersebut untuk melakukan kajian potensi pencemaran air sungai yang diakibatkan oleh kegiatan TPA sampah. c. Analisis Kualitas air lindi Data yang terkait dengan kualitas air lindi diperoleh dari pengujian laboratorium seperti nitrat, nitrit, ph, BOD dan COD, sulfida, klorida, seng dan besi. Gambaran kualitas air lindi terbagi dalam dua kategori, yaitu air lindi pada titik inlet IPAS dan outlet IPAS. Titik inlet adalah air lindi yang masuk ke dalam IPAS dari landfill, sedangkan outlet adalah air lindi yang telah mengalami pengolahan di IPAS. Air lindi yang dianalisis antara lain dari zone I sampai dengan zone V untuk mengetahui perbedaan kondisi fisik kimia, oleh karena setiap zone digunakan untuk penimbunan sampah dengan waktu yang berbeda. Data tersebut selanjutnya digunakan untuk melakukan kajian potensi pencemaran air yang diakibatkan oleh pencemaran air lindi. B. Data Mikrobiologi Analisis data mikrobiologi, khususnya E. coli, coliform dan penyebaran lalat diambil dari data primer, metode grill net persatu waktu umpan, parameter Departemen Kesehatan RI Nomor 281-II/PD LP tanggal 30 Oktober 1989, jumlah keberadaan lalat 30 per grill. C. Sosial Ekonomi dan Kesehatan Masyarakat Analisis sosial ekonomi masyarakat didasarkan atas kuisioner, data dikumpulkan dan disederhanakan pencatatannya baik dengan coding maupun tabulasi, maka data tersebut dianalisis. Analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif meliputi analisis persentase dan tabulasi silang. Analisis persentase adalah frekuensi distribusi relatif, data dibagi dalam beberapa kelompok dan dinyatakan dalam persentase, tabulasi silang untuk melihat hubungan antara beberapa variabel. Data sosial ekonomi yang diamati merupakan data kualitatif, sehingga dinilai berdasarkan scoring. Data yang

12 48 discoring tersebut merupakan data yang diskontinyu (1,2,3 n), karena itu metode analisis yang digunakan analisis statistik non-parametrik. Tujuan analisis adalah untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan antar peubah sosial ekonomi, maka digunakan model analisis korelasi, dengan pertimbangan hubungan peubah sosial ekonomi tersebut bukanlah hubungan sebab akibat, melainkan hubungan setaraf. Oleh karena itu dipilih metode Korelasi Rank Spearman (Siegel, 1990). D. Umur Pemanfaatan TPA Untuk menentukan umur TPA, dilakukan studi literatur tinggi tumpukan sampah, luas pada seluruh zone serta laju penyusutan sampah. Data yang terkait dengan tinggi tumpukan sampah dilakukan melalui studi literatur pada komponen luas dan ketinggian sampah pada seluruh zone yang kemudia n dibandingkan antara ketinggian rencana dengan ketinggian aktual. Sedangkan penyusutan sampah dan untuk mempridiksi penurunan ketinggian sampah sesuai dengan dimensi umurnya serta untuk menghitung umur pemanfaatan TPA digunakan studi literature. E. Analitik Hierarki Proses (AHP) Dengan AHP, proses keputusan kompleks dapat diurai menjadi keputusan lebih kecil yang dapat ditangani dengan mudah antara lain: a). Penyusunan hierarki yaitu, persoalan yang akan diselesaikan diuraikan menjadi kreteria dan alternatif, kemudian disusun menjadi struktur hirarki; b). Penilaian kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan. Menurut Saaty (1983) dalam Marimin 2004, untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik dalam mengespresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala seperti Tabel 9. Tabel 9: Nilai dan Definisi Pendapat Kualitatif Nilai Keterangan 1. Kriteria atau alternatif A sama penting dengan kriteria atau alternatif B. 3. A sedikit penting dari B 5. A jelas lebih penting dari B 7. A sangat jelas lebih penting dari B 9. Mutlak lebih penting dari B 2,4,6,8 Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan

13 49 Nilai perbandingan A dengan B adalah 1 dibagi dengan nilai perbandingan B dengan A. c). Penentuan prioritas, untuk setiap kriteria dan alternatif perlu dilakukan perbandingan berpasangan. Nilai-nilai perbandingan relatif kemudian diolah untuk menentukan peringkat relatif dari seluruh alternatif. Kriteria kualitatif maupun kuantitatif dapat dibandingkan sesuai dengan judgement yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan prioritas, bobot atau prioritas dihitung dengan manipulasi matriks atau melalui penyelesaian persamaan matematik. d). Konsistensi logis, semua bagian dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan sesuai dengan suatu kriteria yang logis. Untuk melihat prinsip kerja AHP perlu dilakukan antara lain: a. Perumusan masalah, untuk menyelesaikan masalah tersebut, maka perlu dilakukan tiga langkah berikut: 1). Penentuan sasaran yang ingin dicapai, 2). Penentuan kriteria pemilihan, dan 3). Penentuan alternatif pilihan. Informasi mengenai sasaran, kriteria dan alternatif tersebut kemudian disusun dalam bentuk diagram, pembobotan kriteria, penyelesaian dengan menipulasi matriks, yang disusun dalam bentuk diagram. b. Pembobotan kriteria, dari ketiga kriteria perlu ditentukan tingkat kepentingannya, dengan cara: 1). Menentukan bobot secara sembarang, 2). Membuat skala interval untuk menentukan ranking setiap kriteria, dan 3). Menggunakan prinsip kerja AHP, yaitu perbandingan berpasangan, tingkat kepentingan suatu kriteria relatif terhadap kriteria lain dapat dinyatakan dengan jelas. c. Penyelesaian dengan manipulasi matriks, matrik diolah untuk menentukan bobot dari kriteria dengan menentukan nilai eigen (eigenvector), untuk mendapatkan nilai eigen adalah: 1). Kuadratkan matriks tersebut, 2). Hitung jumlah nilai dari setiap baris kemudian lakukan normalisasi, 3). Hentikan proses ini, bila perbedaan antara jumlah dari dua perhitungan berturut-turut lebih kecil dari nilai batas tertentu. Penyelesaian misalnya dengan syarat 4 angka di belakang koma. d. Pembobotan alternatif, susunlah matriks berpasangan untuk alternatif-alternatif bagi setiap kriteria.

14 50 F. Teknik Prospektif Setelah diketahui kondisi lingkungan di sekitar TPA berdasarkan pengujian laboratorium untuk kualitas air sumur, sungai, lindi, biologi dan sosial ekonomi serta kesehatan, maka untuk menentukan skenario pemanfaatan TPA masa mendatang dilakukan modeling, dengan metode analisis prospektif yang akan menentukan partisipasi masyarakat serta kelembagaannya dan kemungkinan pemanfaatan TPA masa depan. Analisis prospektif dalam penelitian ini akan digunakan untuk mengidentifikasi faktorfaktor yang mempengaruhi sistem, serta menetapkan faktor dominan dan skenario dalam pemanfaatan TPA pascaoperasi berbasis masyarakat. Menurut Hardjomidjojo (2002), Analisis Prospektif merupakan suatu jenis analisis yang digunakan untuk melihat kemungkinan-kemungkinan yang terjadi di waktu yang akan datang. Analisis ini digunakan dengan tujuan (1) mempersiapkan tindakan strategis, (2) melihat apakah perubahan dibutuhkan di masa depan. Di dalam melakukan analisis berdasarkan jawaban responden, dengan langkah-langkah berupa: a. Mengidentifikasi faktor penentu di masa depan, dengan cara: 1) Mencatat seluruh elemen penting; 2) Mengidentifikasi keterkaitan; 3) Membuat tabel untuk menggambarkan keterkaitan; 4) Memilih elemen kunci untuk masa depan. b. Menentukan tujuan strategis dan kepentingan pelaku utama; c. Mendefinisikan dan menggambarkan evolusi kemungkinan masa depan, dengan tahapan sebagai berikut: 1) Mengidentifikasi bagaimana elemen kunci dapat berubah dengan menentukan keadaan pada setiap faktor; 2) Memeriksa perubahan mana yang dapat terjadi bersamaan; 3) Menggambarkan skenario dengan memasangkan perubahan yang akan terjadi dengan cara mendiskusikan skenario dan implikasinya. Untuk melihat pengaruh langsung antar faktor dalam sistem, yang dilakukan pada tahap pertama analisis prospektif digunakan matriks seperti pada Lampiran 1. Sedangkan menentukan faktor dominan digunakan softwer analisis prospektif yang memperlihatkan

15 51 tingkat pengaruh dan ketergantungan antar faktor di dalam sistem, dengan tampilan seperti Gambar 4. P e n g a r u h Faktor Penentu INPUT Faktor Bebas UNUSED Faktor Penghubung STAKES Faktor Terikat OUTPUT Ketergantungan Gambar 4: Tingkat pengaruh dan Ketergantungan antar faktor dalam sistem. Analisis prospektif merupakan eksplorasi tentang kemungkinan di masa yang akan datang. Analisis ini digunakan sebagai salah satu alat (tool) dalam penelitian. Dari analisis prospektif didapatkan informasi mengenai faktor kunci dan tujuan strategis apa saja yang berperan dalam peruntukan ruang sebagai kebutuhan para pelaku (stakeholders) yang terlibat di dalam pemanfaatan masa depan. Selanjutnya faktor kunci dan tujuan strategis (kebutuhan) tersebut akan digunakan untuk mendefinisikan dan mendeskripsikan evolusi kemungkinan masa depan bagi pemanfaatan TPA. Penentuan faktor kunci dan tujuan strategis tersebut adalah sangat penting, dan sepenuhnya merupakan pendapat dari pihak yang berkompeten sebagai pelaku dan ahli mengenai pemanfaatan di masa mendatang. Pendapat para pelaku tersebut didapatkan melalui bantuan kuesioner. Oleh karena analisis prospektif dapat digunakan untuk mempersiapkan tindakan strategis, melihat apakah perubahan dibutuhkan di masa depan, maka tahap yang dilakukan adalah: a. Berdasarkan tujuan studi, responden dimohon untuk memberikan faktor, kreteria dan variabel yang mempengeruhi pencapaian tujuan studi. b. Dari hasil indentifikasi kriteria, diperoleh beberapa faktor yang akan dilihat hubungannya secara timbal balik (mutual), berdasar tabel matriks analisis pengaruh antar faktor yang akan diisikan dengan skor antara 0-3. Pedoman penilaian dapat dilihat pada Tabel 10.

16 52 Tabel 10. Pedoman Penilaian Analisis Prospektif Skor Keterangan 0 Tidak ada pengaruh 1 Berpengaruh kecil 2 Berpengaruh sedang 3 Berpengaruh sangat kuat c. Jika faktor yang diberikan oleh responden lebih dari 1, sebanyak N; dilakukan analisis matriks gabungan dengan cara: 1) Apabila pengaruh antar satu faktor dengan faktor lainnya (sel) mempunyai nilai 0 dengan jumlah >½ N, maka nilai sel tersebut 0. Jika nilai 1,2 dan 3 bersamasama berjumlah >½ N, maka nilai sel tersebut ditentukan berdasarkan yang paling banyak dipilih antara nilai 1,2,3. 2) Jika jumlah faktor (N) adalah genap dan diperoleh dalam satu sel jumlah nilai 0 sama banyak dengan jumlah nilai 1,2 dan 3, maka dilakukan diskusi lebih lanjut kepada stakeholder, untuk menentukan nilai sel tersebut. d. Nilai-nilai sel yang telah disepakati oleh responden dimasukkan kembali dalam program seleksi faktor dalam bentuk: 1). Pengaruh langsung global; 2). Ketergantungan global 3). Kekuatan global 4). Kekuatan global tertimbang 5). Gambar hubungan antar faktor berdasarkan total pengaruh dan ketergantungan. e. Seleksi 5 sampai 7 merupakan fakktor untuk diskusi tahap selanjutnya membangun skenario berdasarkan keadaan kriteria (tahap 3). Seleksi dilakukan berdasarkan kekuatan global tertimbang dan posisi faktor dalam gambar hubungan antar faktor, yaitu pada kuadran kiri atas. f. Nilai-nilai sel telah disepakati oleh para responden, dimasukan dalam program seleksi faktor yang telah tersedia. Selanjutnya hasil analisis tersebut dalam bentuk pengaruh langsung, tidak langsung dan total antar faktor dalam bentuk: 1) Pengaruh langsung global 2) Ketergantungan global 3) Kekuatan global 4) Kekuatan global tertimbang 5) Gambar hubungan antar faktor berdasarkan total pengaruh dan ketergantungan.

17 53 g. Seleksi 6 sampai 7 adalah faktor untuk diskusi selanjutnya membangun skenario berdasarkan keadaan, kriteria (tahap 3), seleksi dilakukan berdasarkan kekuataan global tertimbang dan posisi faktor dalam gambar hubungan antar faktor, yaitu pada kuadran kiri atas. h. Selanjutnya membuat keadaan suatu faktor berdasarkan pemanfaatan yang telah menjadi prioritas di TPA. Untuk setiap faktor dapat dibuat satu atau lebih keadaan dengan ketentuan sebagai berikut: 1) Keadaan harus memiliki peluang sangat besar untuk terjadi (bukan hayalan) dalam satu waktu di masa yang akan datang. 2) Keadaan bukan merupakan tingkatan atau ukuran suatu faktor (seperti besar, sedang, kecil atau baik, buruk, tetapi merupakan deskripsi tentang situasi dari sebuah faktor. i. Keadaan yang ada diidentifikasi dari keadaan yang paling optimis sampai paling pesimis. j. Dari keadaan yang ada, dari kombinasi beberapa faktor dibuat skenario-skenario yang mungkin terjadi di masa yang akan datang dan dipilih skenario yang mungkin terjadi berdasarkan hasil identifikasi dari responden.

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 23 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di TPST Sampah Bantargebang, Kecamatan Bantargebang, Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat, yang meliputi tiga kelurahan,

Lebih terperinci

Pencemaran Air. Oleh: Tien Zubaidah

Pencemaran Air. Oleh: Tien Zubaidah Pencemaran Air Oleh: Tien Zubaidah Air adalah kehidupan di Bumi. Apa itu Pencemaran????? PENCEMARAN AIR Definisi pencemaran air mengacu pada definisi lingkungan hidup yang ditetapkan dalam UU tentang lingkungan

Lebih terperinci

2.1. Dampak Terhadap Kehidupan Biota Air

2.1. Dampak Terhadap Kehidupan Biota Air Bab ii Dampak dari pencemaran air limbah Terdapat banyak ragam pengaruh yang ditimbulkan akibat pencemaran air, seperti air minum yang mengandung racun, hewanhewan potong yang beracun (akibat akumulasi

Lebih terperinci

Polusi air: Penyimpangan sifat2 air dr keadaan normal, bukan dari kemurniannya.

Polusi air: Penyimpangan sifat2 air dr keadaan normal, bukan dari kemurniannya. Pencemaran Air Polusi air: Penyimpangan sifat2 air dr keadaan normal, bukan dari kemurniannya. Polutan air Jenis polutan air meliputi: o padatan o bahan buangan yg membutuhkan O 2 (oxygendemanding wastes)

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah merupakan sisa-sisa aktivitas manusia dan lingkungan yang sudah tidak diinginkan lagi keberadaannya. Sampah sudah semestinya dikumpulkan dalam suatu tempat

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 31 IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Administrasi Daerah studi adalah TPST Bantar Gebang yang berada 4 km dari pusat kota Jakarta, dan 2 km dari perbatasan kota Jakarta-Bekasi serta 2 km dari

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN. penduduk yang dilalui saluran lindi bermuara ke laut dengan jarak drainase 2,5

METODELOGI PENELITIAN. penduduk yang dilalui saluran lindi bermuara ke laut dengan jarak drainase 2,5 III. METODELOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Bakung desa Keteguhan Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung, jarak Instalasi Pengolahan Limbah (IPAL)

Lebih terperinci

TARIF LAYANAN JASA TEKNIS BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA

TARIF LAYANAN JASA TEKNIS BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA TARIF LAYANAN JASA TEKNIS BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA Jl. M.T. Haryono / Banggeris

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketersediaan Air dan Air Tanah Ketersediaan Air

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketersediaan Air dan Air Tanah Ketersediaan Air 7 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketersediaan Air dan Air Tanah 2.1.1 Ketersediaan Air Menurut Effendi (2003) air merupakan salah satu senyawa kimia yang terdapat di alam secara berlimpah-limpah. Tetapi ketersediaan

Lebih terperinci

Repository.Unimus.ac.id

Repository.Unimus.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya air merupakan kemampuan kapasitas potensi air yang dapat dimanfaatkan semua makhluk untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, termasuk manusia dalam menunjang berbagai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Bantar Gebang sebagai lokasi penampung sampah Jakarta. Waktu penelitian dilakukan selama 10 bulan, dimulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi kehidupan. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/331/KPTS/013/2012 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/331/KPTS/013/2012 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/331/KPTS/013/2012 TENTANG PENUNJUKAN PT. ENVILAB INDONESIA SEBAGAI LABORATORIUM LINGKUNGAN DI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kebutuhan air di kampus IPB Dramaga saat libur

Lampiran 1. Kebutuhan air di kampus IPB Dramaga saat libur LAMPIRAN 55 Lampiran 1. Kebutuhan air di kampus IPB Dramaga saat libur Hari/ Tgl Menara Fahutan No Jam Meteran terbaca Volume Ketinggian Air Di Air Menara Terpakai Keterangan (m 3 ) (m 3 ) (m 3 ) 1 6:00

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sepanjang aliran Sungai Cihideung dari hulu Gunung Salak Dua dimulai dari Desa Situ Daun hingga di sekitar Kampus IPB Darmaga.

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN. Gambar 3. Peta lokasi pengamatan dan pengambilan sampel di Waduk Cirata

3. METODE PENELITIAN. Gambar 3. Peta lokasi pengamatan dan pengambilan sampel di Waduk Cirata 11 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Waduk Cirata, Jawa Barat pada koordinat 107 o 14 15-107 o 22 03 LS dan 06 o 41 30-06 o 48 07 BT. Lokasi pengambilan sampel

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/331/KPTS/013/2012 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/331/KPTS/013/2012 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/331/KPTS/013/2012 TENTANG PENUNJUKAN PT. ENVILAB INDONESIA SEBAGAI LABORATORIUM LINGKUNGAN DI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai secara umum memiliki tingkat turbiditas yang lebih tinggi dibandingkan dengan air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia terhadap lingkungan adalah adanya sampah. yang dianggap sudah tidak berguna sehingga diperlakukan sebagai barang

BAB I PENDAHULUAN. manusia terhadap lingkungan adalah adanya sampah. yang dianggap sudah tidak berguna sehingga diperlakukan sebagai barang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan pembangunan semakin meningkat akibat semakin meningkatnya kebutuhan manusia. Hal ini menyebabkan aktivitas manusia dari waktu ke waktu terus bertambah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia Sehat 2010 yang telah dicanangkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia yang penduduknya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Daftar i ii iii vii Bab I Pendahuluan A. Kondisi Umum Daerah I- 1 B. Pemanfaatan Laporan Status LH Daerah I-10 C. Isu Prioritas Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/231/KPTS/013/2005 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/231/KPTS/013/2005 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/231/KPTS/013/2005 TENTANG PENUNJUKAN LABORATORIUM PENGUJIAN DAN KALIBRASI BALAI RISET DAN STANDARDISASI (BARISTAND) SURABAYA SEBAGAI LABORATORIUM

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH BERUPA LABORATORIUM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH BERUPA LABORATORIUM PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH BERUPA LABORATORIUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKABUMI, Menimbang : a. bahwa untuk menjaga

Lebih terperinci

Hasil uji laboratorium: Pencemaran Limbah di Karangjompo, Tirto, Kabupaten Pekalongan Oleh: Amat Zuhri

Hasil uji laboratorium: Pencemaran Limbah di Karangjompo, Tirto, Kabupaten Pekalongan Oleh: Amat Zuhri Hasil uji laboratorium: Pencemaran Limbah di Karangjompo, Tirto, Kabupaten Pekalongan Oleh: Amat Zuhri Semua limbah yang dihasilkan home industry dibuang langsung ke sungai, selokan atau, bahkan, ke pekarangan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN Maksud dari penelitian ini adalah untuk meneliti pengaruh berkembangnya aktivitas kolam jaring apung di Waduk Cirata terhadap kualitas air Waduk Cirata. IV.1 KERANGKA PENELITIAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.59/Menlhk/Setjen/Kum.1/7/2016 TENTANG BAKU MUTU LINDI BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

GUNAKAN KOP SURAT PERUSAHAAN FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE SUMBER AIR

GUNAKAN KOP SURAT PERUSAHAAN FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE SUMBER AIR GUNAKAN KOP SURAT PERUSAHAAN FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE SUMBER AIR I. DATA PEMOHON Data Pemohon Baru Perpanjangan Pembaharuan/ Perubahan Nama Perusahaan Jenis Usaha / Kegiatan Alamat........

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/310/KPTS/013/2012 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/310/KPTS/013/2012 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/310/KPTS/013/2012 TENTANG PENUNJUKAN LABORATORIUM BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR SURABAYA SEBAGAI

Lebih terperinci

KAJIAN KUALITAS AIR UNTUK AKTIFITAS DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) KRUENG ACEH Susi Chairani 1), Siti Mechram 2), Muhammad Shilahuddin 3) Program Studi Teknik Pertanian 1,2,3) Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

TARIF LINGKUP AKREDITASI

TARIF LINGKUP AKREDITASI TARIF LINGKUP AKREDITASI LABORATORIUM BARISTAND INDUSTRI PALEMBANG BIDANG PENGUJIAN KIMIA/FISIKA TERAKREDITASI TANGGAL 26 MEI 2011 MASA BERLAKU 22 AGUSTUS 2013 S/D 25 MEI 2015 Bahan Atau Produk Pangan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A : Bagan Uji Pendugaan, Penegasan dan Sempurna. Di Pipet

LAMPIRAN A : Bagan Uji Pendugaan, Penegasan dan Sempurna. Di Pipet LAMPIRAN A : Bagan Uji Pendugaan, Penegasan dan Sempurna Benda uji Tabung reaksi berisi laktosa broth Di Pipet Diinkubasi pada suhu 35 ± 0,5ºC selama 24 jam Tahap Pendugaan Gas + dalam 24 jam Gas dalam

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN AIR BAKU

BAB IV TINJAUAN AIR BAKU BAB IV TINJAUAN AIR BAKU IV.1 Umum Air baku adalah air yang berasal dari suatu sumber air dan memenuhi baku mutu air baku untuk dapat diolah menjadi air minum. Sumber air baku dapat berasal dari air permukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah adalah material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan dan konsekuensi dari adanya aktivitas manusia. Di

Lebih terperinci

Oleh. lpdstltut PERTANIAN BOGOR IRMA PUDRI4RII R. F FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAM

Oleh. lpdstltut PERTANIAN BOGOR IRMA PUDRI4RII R. F FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAM Oleh IRMA PUDRI4RII R. F 26.1489 1993 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAM lpdstltut PERTANIAN BOGOR B O G Q R Irma Andriani R. F 26.1489. studi Kualitas Air Sungai Cisadane Sebagai Bahan Baku Pasokan Air untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mil laut dengan negara tetangga Singapura. Posisi yang strategis ini menempatkan

BAB I PENDAHULUAN. mil laut dengan negara tetangga Singapura. Posisi yang strategis ini menempatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Batam merupakan salah satu kota di Propinsi Kepulauan Riau yang perkembangannya cukup pesat yang secara geografis memiliki letak yang sangat strategis karena

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. berturut turut disajikan pada Tabel 5.1.

BAB V HASIL PENELITIAN. berturut turut disajikan pada Tabel 5.1. 40 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Hasil Penelitian Aspek Teknis 5.1.1 Data Jumlah Penduduk Data jumlah penduduk Kabupaten Jembrana selama 10 tahun terakir berturut turut disajikan pada Tabel 5.1. Tabel 5.1.

Lebih terperinci

BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PELAPISAN LOGAM

BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PELAPISAN LOGAM L A M P I R A N 268 BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PELAPISAN LOGAM PARAMETER KADAR MAKSIMUM BEBAN PENCEMARAN MAKSIMUM (gram/ton) TSS 20 0,40 Sianida Total (CN) tersisa 0,2 0,004 Krom Total (Cr) 0,5

Lebih terperinci

EVALUASI KUALITAS AIR MINUM PADA HIPPAM DAN PDAM DI KOTA BATU

EVALUASI KUALITAS AIR MINUM PADA HIPPAM DAN PDAM DI KOTA BATU EVALUASI KUALITAS AIR MINUM PADA HIPPAM DAN PDAM DI KOTA BATU Afandi Andi Basri,1), Nieke Karnaningroem 2) 1) Teknik Sanitasi Lingkungan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jurusan Teknik Lingkungan FTSP

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3. 1 Waktu dan Tempat Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Kampus IPB Dramaga dan dilakukan dari bulan Juni hingga bulan Oktober 2010. 3. 2 Alat dan Bahan 3.2.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Air merupakan kebutuhan sangat vital bagi mahkluk hidup. Air yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Air merupakan kebutuhan sangat vital bagi mahkluk hidup. Air yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan sangat vital bagi mahkluk hidup. Air yang dibutuhkan adalah air bersih dan hygiene serta memenuhi syarat kesehatan yaitu air yang jernih, tidak

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN SUMBER AIR BAKU AIR MINUM

BAB IV TINJAUAN SUMBER AIR BAKU AIR MINUM BAB IV TINJAUAN SUMBER AIR BAKU AIR MINUM IV.1. Umum Air baku adalah air yang memenuhi baku mutu air baku untuk dapat diolah menjadi air minum. Air baku yang diolah menjadi air minum dapat berasal dari

Lebih terperinci

POTENSI HIDROLOGI DANAU DAN LAHAN GAMBUT SEBAGAI SUMBERDAYA AIR (STUDI KASUS: DANAU AIR HITAM, PEDAMARAN, OKI)

POTENSI HIDROLOGI DANAU DAN LAHAN GAMBUT SEBAGAI SUMBERDAYA AIR (STUDI KASUS: DANAU AIR HITAM, PEDAMARAN, OKI) POTENSI HIDROLOGI DANAU DAN LAHAN GAMBUT SEBAGAI SUMBERDAYA AIR (STUDI KASUS: DANAU AIR HITAM, PEDAMARAN, OKI) Muh Bambang Prayitno dan Sabaruddin Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LAUT

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LAUT SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 3 TAHUN 200 TENTANG BAKU MUTU AIR LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR ABSTRACT INTISARI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR ABSTRACT INTISARI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR ABSTRACT... i INTISARI... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I BAB II PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang...

Lebih terperinci

EVALUASI KUALITAS DAN KUANTITAS AIR YANG DITERIMA PELANGGAN PDAM KECAMATAN WATULIMO KABUPATEN TRENGGALEK

EVALUASI KUALITAS DAN KUANTITAS AIR YANG DITERIMA PELANGGAN PDAM KECAMATAN WATULIMO KABUPATEN TRENGGALEK EVALUASI KUALITAS DAN KUANTITAS AIR YANG DITERIMA PELANGGAN PDAM KECAMATAN WATULIMO KABUPATEN TRENGGALEK Hadi Iswanto 1) dan Nieke Karnaningroem 2) 1) Teknik Sanitasi Lingkungan, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kebutuhan air kita menyangkut dua hal. Pertama, air untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kebutuhan air kita menyangkut dua hal. Pertama, air untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi kehidupan. Semua makhluk hidup memerlukan air, tanpa air tak akan ada kehidupan termasuk manusia. Kebutuhan air

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berada di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan ini memiliki luas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berada di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan ini memiliki luas BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Tuladenggi adalah salah satu Kelurahan dari lima Kelurahan yang berada di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSATAKA. Prinsipnya jumlah air di alam ini tetap dan mengikuti sebuah alur yang

BAB II TINJAUAN PUSATAKA. Prinsipnya jumlah air di alam ini tetap dan mengikuti sebuah alur yang BAB II TINJAUAN PUSATAKA 2.1 Air 2.1.1 Air Bersih Prinsipnya jumlah air di alam ini tetap dan mengikuti sebuah alur yang dinamakan siklus hidrologi. Air yang berada di permukaan menguap ke langit, kemudian

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 01 (2016), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 01 (2016), Hal ISSN : Pemetaan Sebaran Kandungan ph, TDS, dan Konduktivitas Air Sumur Bor (Studi Kasus Kelurahan Sengkuang Kabupaten Sintang Kalimantan Barat) Leonard Sihombing a, Nurhasanah a *, Boni. P. Lapanporo a a Prodi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tambah kecuali sekedar mempermudah sistem pembuangan. adalah mengolah masukan (input) menjadi keluaran (ouput).

BAB I PENDAHULUAN. tambah kecuali sekedar mempermudah sistem pembuangan. adalah mengolah masukan (input) menjadi keluaran (ouput). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomi. Limbah tersebut dapat

Lebih terperinci

ph TSS mg/l 100 Sulfida mg/l 1 Amonia mg/l 5 Klor bebas mg/l 1 BOD mg/l 100 COD mg/l 200 Minyak lemak mg/l 15

ph TSS mg/l 100 Sulfida mg/l 1 Amonia mg/l 5 Klor bebas mg/l 1 BOD mg/l 100 COD mg/l 200 Minyak lemak mg/l 15 69 Lampiran 1 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor :06 tahun 2007 Tanggal : 8 Mei 2007 BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN YANG MELAKUKAN LEBIH DARI

Lebih terperinci

Lampiran 1. Diagram alir instalasi pengolahan air Dekeng

Lampiran 1. Diagram alir instalasi pengolahan air Dekeng 59 Lampiran 1. Diagram alir instalasi pengolahan air Dekeng 60 Lampiran 2. Diagram alir pengolahan air oleh PDAM TP Bogor 61 Lampiran 3. Perbandingan antara kualitas air baku dengan baku mutu pemerintah

Lebih terperinci

SNI butir A Air Minum Dalam Kemasan Bau, rasa SNI butir dari 12

SNI butir A Air Minum Dalam Kemasan Bau, rasa SNI butir dari 12 LAMPIRAN SERTIFIKAT AKREDITASI LABORATORIUM NO. LP-080-IDN Bahan atau produk yang Jenis Pengujian atau sifat-sifat yang Spesifikasi, metode pengujian, teknik yang Kimia/Fisika Pangan Olahan dan Pakan Kadar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan suatu unsur penting dalam kehidupan manusia untuk berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat konsumsi air minum dalam kemasan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu wilayah yang berada di Pantai Barat Sumatera. Wilayahnya berada 0

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu wilayah yang berada di Pantai Barat Sumatera. Wilayahnya berada 0 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu wilayah yang berada di Pantai Barat Sumatera. Wilayahnya berada 0 1.266 m di atas permukaan laut serta terletak pada

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN 19 III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di lapangan dilakukan di Desa Galuga, Desa Dukuh dan Desa Cijujung Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Hal ini dilakukan untuk melihat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Masalah Air Limbah Rumah Sakit

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Masalah Air Limbah Rumah Sakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Masalah Air Limbah Rumah Sakit Pencemaran air limbah sebagai salah satu dampak pembangunan di berbagai bidang disamping memberikan manfaat bagi kesejahteraan rakyat. Selain itu peningkatan

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran

III. METODE KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran III. METODE KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Sebagai sebuah kota besar yang juga berfungsi sebagai Ibukota Negara dan berbagai pusat kegiatan lainnya Jakarta sudah seharusnya menyediakan segala sarana dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di tengah era globalisasi ini industri pangan mulai berkembang dengan pesat. Perkembangan industri pangan tersebut disebabkan oleh semakin meningkatnya laju pertumbuhan

Lebih terperinci

L A M P I R A N DAFTAR BAKU MUTU AIR LIMBAH

L A M P I R A N DAFTAR BAKU MUTU AIR LIMBAH L A M P I R A N DAFTAR BAKU MUTU AIR LIMBAH 323 BAKU MUTU AIR LIMBAH INDUSTRI KECAP PARAMETER BEBAN PENCEMARAN Dengan Cuci Botol (kg/ton) Tanpa Cuci Botol 1. BOD 5 100 1,0 0,8 2. COD 175 1,75 1,4 3. TSS

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 07 TAHUN 2013

LEMBARAN DAERAH PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 07 TAHUN 2013 LEMBARAN DAERAH NOMOR 07 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biasanya disertai dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. biasanya disertai dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Secara umum perkembangan jumlah penduduk yang semakin besar biasanya disertai dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat. Perkembangan tersebut membawa

Lebih terperinci

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010 PARAMETER BIOLOGIS BADAN AIR SUNGAI NGRINGO SEBAGAI DAMPAK INDUSTRI TEKSTIL Nanik Dwi Nurhayati Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta Email: nanikdn@uns.ac.id ABSTRAK Berbagai bakteri

Lebih terperinci

Lampiran 1 Hasil analisa laboratorium terhadap konsentrasi zat pada WTH 1-4 jam dengan suplai udara 30 liter/menit

Lampiran 1 Hasil analisa laboratorium terhadap konsentrasi zat pada WTH 1-4 jam dengan suplai udara 30 liter/menit Lampiran 1 Hasil analisa laboratorium terhadap konsentrasi zat pada WTH 1-4 jam dengan suplai udara 30 liter/menit Konsentrasi zat di titik sampling masuk dan keluar Hari/ mingg u WT H (jam) Masu k Seeding

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 11 TAHUN 2016 T E N T A N G JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN DAERAH BUKAN PAJAK PADA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN

Lebih terperinci

I. Tujuan Setelah praktikum, mahasiswa dapat : 1. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi 2. Menentukan efisiensi pengendapan

I. Tujuan Setelah praktikum, mahasiswa dapat : 1. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi 2. Menentukan efisiensi pengendapan I. Tujuan Setelah praktikum, mahasiswa dapat : 1. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi 2. Menentukan efisiensi pengendapan II. Dasar Teori Sedimentasi adalah pemisahan solid dari

Lebih terperinci

1.5. Lingkup Daerah Penelitian Lokasi, Letak, Luas dan Kesampaian Daerah Penelitian Lokasi dan Letak Daerah Penelitian...

1.5. Lingkup Daerah Penelitian Lokasi, Letak, Luas dan Kesampaian Daerah Penelitian Lokasi dan Letak Daerah Penelitian... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii KATA PENGANTAR... iii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR PETA... xii INTISARI...

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Data yang Dikumpulkan

METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Data yang Dikumpulkan 25 METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Situ Sawangan-Bojongsari, Kecamatan Sawangan dan Kecamatan Bojongsari, Kota Depok, Jawa Barat. Waktu penelitian adalah 5

Lebih terperinci

Komponen Lingkungan Iklim Parameter Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data Metode Lokasi - Suhu udara - Pengumpulan - Kelembaban nisbi data sekunder udara - Pengukuran di - Kualitas udara Lapangan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/330/KPTS/013/2012 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/330/KPTS/013/2012 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/330/KPTS/013/2012 TENTANG PENUNJUKAN LABORATORIUM PERUSAHAAN UMUM JASA TIRTA I SEBAGAI LABORATORIUM LINGKUNGAN DI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 21/ KPTS/013/2005 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 21/ KPTS/013/2005 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 21/ KPTS/013/2005 TENTANG PENUNJUKAN LABORATORIUM BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (BBTKLPPM) SURABAYA

Lebih terperinci

Jenis pengujian atau sifat-sifat yang diukur

Jenis pengujian atau sifat-sifat yang diukur LAMPIRAN SERTIFIKAT AKREDITASI LABORATORIUM NO. LP-607-IDN Fisika/Kimia/ Tepung terigu Keadaan produk: Bentuk, Bau, Warna SNI 3751-2009, butir A.1 Mikrobiologi Benda asing SNI 3751-2009, butir A.2 Serangga

Lebih terperinci

FORMULIR ISIAN IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR KE LAUT. 1. Nama Pemohon : Jabatan : Alamat : Nomor Telepon/Fax. :...

FORMULIR ISIAN IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR KE LAUT. 1. Nama Pemohon : Jabatan : Alamat : Nomor Telepon/Fax. :... Lampiran I Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : Tanggal : FORMULIR ISIAN IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR KE LAUT I. INFORMASI UMUM A. Pemohon 1. Nama Pemohon :... 2. Jabatan :... 3. Alamat :...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan kita sebagai manusia yang berbudaya. Air juga diperlukan untuk mengatur suhu tubuh.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan kita sebagai manusia yang berbudaya. Air juga diperlukan untuk mengatur suhu tubuh. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi kehidupan. Semua makhluk hidup memerlukan air. Tanpa air tidak akan ada kehidupan. Demikian pula manusia tidak

Lebih terperinci

111. METODE PENELITIAN

111. METODE PENELITIAN 111. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kawasan Usaha Petemakan (KUNAK) sapi perah Cibungbulang Kabupaten Bogor. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juni sampai September

Lebih terperinci

ANALISIS TEMBAGA, KROM, SIANIDA DAN KESADAHAN AIR LINDI TPA MUARA FAJAR PEKANBARU

ANALISIS TEMBAGA, KROM, SIANIDA DAN KESADAHAN AIR LINDI TPA MUARA FAJAR PEKANBARU ISSN 2085-0050 ANALISIS TEMBAGA, KROM, SIANIDA DAN KESADAHAN AIR LINDI TPA MUARA FAJAR PEKANBARU Subardi Bali, Abu Hanifah Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau e-mail:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Timur. Letak tersebut berada di Teluk Lampung dan diujung selatan pulai

I. PENDAHULUAN. Timur. Letak tersebut berada di Teluk Lampung dan diujung selatan pulai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada kedudukan 5 0 20 sampai dengan 5 0 30 lintang Selatan dan 105 0 28 sampai dengan 105 0 37 bujur Timur.

Lebih terperinci

Polusi. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1. jumlahnya melebihi jumlah normal 2. berada pada waktu yang tidak tepat

Polusi. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1. jumlahnya melebihi jumlah normal 2. berada pada waktu yang tidak tepat Polusi Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN PERAIRAN DARAT TAHUN 2015

PELAKSANAAN KEGIATAN BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN PERAIRAN DARAT TAHUN 2015 PELAKSANAAN KEGIATAN BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN PERAIRAN DARAT TAHUN 2015 A. PEMANTAUAN KUALITAS AIR DANAU LIMBOTO Pemantauan kualitas air ditujukan untuk mengetahui pengaruh kegiatan yang dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Lokasi Studi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Lokasi Studi. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Waduk Jatiluhur terletak di Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta (±9 km dari pusat Kota Purwakarta). Bendungan itu dinamakan oleh pemerintah Waduk Ir. H. Juanda,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR: 51 TAHUN 2004 TENTANG BAKU MUTU AIR LAUT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR: 51 TAHUN 2004 TENTANG BAKU MUTU AIR LAUT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, SALINAN KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR: 51 TAHUN 2004 TENTANG BAKU MUTU AIR LAUT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa untuk menjaga kelestarian fungsi lingkungan laut

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian Pengambilan sampel di lapangan Pengeringan Udara Sampel Lampiran 1. Lanjutan Sampel sebelum di oven Sampel setelah menjadi arang Lampiran 1. Lanjutan. Tanur (Alat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air adalah kebutuhan esensi untuk semua kebutuhan manusia mulai dari air minum, pertanian, dan energi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air adalah kebutuhan esensi untuk semua kebutuhan manusia mulai dari air minum, pertanian, dan energi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air adalah kebutuhan esensi untuk semua kebutuhan manusia mulai dari air minum, pertanian, dan energi (Kodoatie, 2010). Air sangat diperlukan bagi tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air lindi atau lebih dikenal dengan air limbah sampah merupakan salah satu sumber pencemaran lingkungan yang sangat potensial. Air lindi akan merembes melalui tanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa

BAB I PENDAHULUAN. air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekitar 80% air minum yang digunakan oleh manusia dibuang atau menjadi air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa pencucian barang

Lebih terperinci

Pelingkupan Dampak Penting Pelingkupan Wilayah Studi Identifikasi Dampak Potensial Langkah 1 : Identifikasi Rencana Kegiatan Proyek Langkah 2 : Identifikasi Tipe Eksosistem Langkah 3 : Identifikasi Komponen

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar TPA Hasil survai sosial ekonomi masyarakat dapat memberikan gambaran karakteristik sosial, ekonomi dan demografi masyarakat di sekitar TPA

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air sungai merupakan salah satu komponen lingkungan yang memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia, termasuk untuk menunjang pembangunan ekonomi yang hingga saat ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mandi, mencuci, dan sebagainya. Di sisi lain, air mudah sekali terkontaminasi oleh

I. PENDAHULUAN. mandi, mencuci, dan sebagainya. Di sisi lain, air mudah sekali terkontaminasi oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi kehidupan, karena selain dikonsumsi, juga digunakan dalam berbagai aktivitas kehidupan seperti memasak, mandi, mencuci, dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Air Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat di daratan, perairan lepas pantai (off shore water) dan perairan laut. Ekosistem air yang terdapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air adalah senyawa kimia yang terdiri dari dua atom hydrogen (H) dan satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air adalah senyawa kimia yang terdiri dari dua atom hydrogen (H) dan satu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Air adalah senyawa kimia yang terdiri dari dua atom hydrogen (H) dan satu atom oksigen (O) yang berikatan secara kovalen yang sangat penting fungsinya. Dengan adanya penyediaan

Lebih terperinci

PENCEMARAN AIR. Amalia, ST., MT.

PENCEMARAN AIR. Amalia, ST., MT. PENCEMARAN AIR Amalia, ST., MT. The Importance of Water Bagian fluida yang sangat penting bagi kehidupan Bagian dari fungsi ekosistem yang tak tergantikan Dibutuhkan untuk domestik, pertanian dan industri

Lebih terperinci

Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian. Pengambilan Sampel Rhizophora apiculata. Dekstruksi Basah

Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian. Pengambilan Sampel Rhizophora apiculata. Dekstruksi Basah Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian Pengambilan Sampel Rhizophora apiculata Dekstruksi Basah Lampiran 1. Lanjutan Penyaringan Sampel Air Sampel Setelah Diarangkan (Dekstruksi Kering) Lampiran 1. Lanjutan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 KerangkaPenelitian Tahapan dalam penelitian ini dimulai dari studi literatur hingga penyusunan Laporan Tugas Akhir, dapat dilihat pada Gambar 3.1. Kerangka Penelitian dibawah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR: 429/ MENKES/ PER/ IV/ 2010 TANGGAL: 19 APRIL 2010 PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR: 429/ MENKES/ PER/ IV/ 2010 TANGGAL: 19 APRIL 2010 PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR: 429/ MENKES/ PER/ IV/ 2010 TANGGAL: 19 APRIL 2010 PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM I. PARAMETER WAJIB No. Jenis Parameter Satuan Kadar Maksimum Yang Diperbolehkan 1. Parameter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun dari kegiatan industri. Volume sampah yang dihasilkan berbanding lurus

BAB I PENDAHULUAN. maupun dari kegiatan industri. Volume sampah yang dihasilkan berbanding lurus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah merupakan sisa dari aktivitas manusia yang sudah tidak diinginkan karena dianggap tidak berguna lagi. Sampah dihasilkan dari aktivitas rumah tangga maupun dari

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Lampiran 1. Alat dan Bahan Penelitian DO Meter ph Meter Termometer Refraktometer Kertas Label Botol Sampel Lampiran 1. Lanjutan Pisau Cutter Plastik Sampel Pipa Paralon Lampiran 2. Pengukuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah sebutan untuk senyawa yang memiliki rumus kimia H 2 O. Air. Conference on Water and the Environment)

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah sebutan untuk senyawa yang memiliki rumus kimia H 2 O. Air. Conference on Water and the Environment) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air adalah sebutan untuk senyawa yang memiliki rumus kimia H 2 O. Air merupakan komponen utama makhluk hidup dan mutlak diperlukan untuk kelangsungan hidupnya. Dublin,

Lebih terperinci