IMPLEMENTASI PERATURAN INTERNASIONAL TENTANG ILLEGAL UNREPORTED AND UNREGULATED FISHING OLEH INDONESIA SEBAGAI NEGARA BENDERA SHARIFA AYU RAISA MAGIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IMPLEMENTASI PERATURAN INTERNASIONAL TENTANG ILLEGAL UNREPORTED AND UNREGULATED FISHING OLEH INDONESIA SEBAGAI NEGARA BENDERA SHARIFA AYU RAISA MAGIS"

Transkripsi

1 IMPLEMENTASI PERATURAN INTERNASIONAL TENTANG ILLEGAL UNREPORTED AND UNREGULATED FISHING OLEH INDONESIA SEBAGAI NEGARA BENDERA SHARIFA AYU RAISA MAGIS DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Implementasi Peraturan Internasional tentang Illegal Unreported and Unregulated Fishing oleh Indonesia sebagai Negara Bendera adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2016 Sharifa Ayu Raisa Magis NIM C

4

5 ABSTRAK SHARIFA AYU RAISA MAGIS. Implementasi Peraturan Internasional tentang Illegal Unreported and Unregulated Fishing oleh Indonesia sebagai Negara Bendera. Dibimbing oleh AKHMAD SOLIHIN dan MUHAMMAD FEDI ALFIADI SONDITA. Indonesia memiliki peran sebagai Negara Bendera (Flag State) yang melaksanakan International Plan of Action (IPOA) dalam memberantas IUU fishing. Tujuan penelitian ini adalah menguraikan substansi kewajiban Negara Bendera (Flag State), aturan perundang-undangan Indonesia yang relevan serta implementasi aturan Negara Bendera (Flag State) dalam memberantas IUU fishing lingkup darat, salah satunya di PPS Nizam Zachman, Jakarta. Penelitian ini menerapkan studi kepustakaan dan survei. Studi kepustakaan mencakup penerapan analisis yuridis normatif terhadap aturan Negara Bendera, kemudian dibandingkan terhadap aturan perundang-undangan Indonesia dengan menerapkan analisis yuridis komparatif. Penerapan dari aturan perundang-undangan Indonesia yang sudah sejalan dengan aturan Negara Bendera (Flag State) diteliti di lingkup PPS Nizam Zachman Jakarta. Substansi aturan internasional dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu peraturan pendaftaran kapal dan aturan pemantauan, pengendalian dan pengawasan. Peraturan internasional tentang pendaftaran kapal membahas pendaftaran kapal sesuai standar, pengadaan kapal, dan pendaftaran kapal di laut lepas. Peraturan internasional tentang pemantauan, pengendalian dan pengawasan membahas tentang sistem pemantau kapal, logbook, dan observer. Indonesia telah menerapkan aturan Negara Bendera. Aturan perundangundangannya Indonesia sudah lengkap untuk memberantas IUU fishing, namun terjadi perbedaan hukum pada substansi pengadaan kapal. Implementasi aturan tentang sistem pemantauan kapal, logbook, dan observer di PPS Nizam Zachman masih memiliki kekurangan yang memberikan peluang terjadinya tindakan IUU fishing. Strategi untuk mengatasi masalah ini adalah peningkatan pengawasan dan penegakan hukum yang tegas terhadap sistem pemantauan kapal, logbook, dan observer. Kata kunci: IPOA-IUU, IUU fishing, Negara Bendera

6 ABSTRACT SHARIFA AYU RAISA MAGIS. Implementation of International Regulations for Illegal Unreported and Unregulated Fishing by Indonesia as the Flag State. Supervised by AKHMAD SOLIHIN and MUHAMMAD FEDI ALFIADI SONDITA. Indonesia role as Flag State in the implementation of the International Plan of Action (IPOA) to combat IUU fishing was discussed. This study was conducted to describe the responsibility of a Flag State, relevant Indonesia regulations and their implementations at Nizam Zachman fishing port, Jakarta. The study applied literature studies and surveys. Responsibility of a Flag State was analised using normative juridical analysis. Its results was then compared with relevant Indonesia regulations using comparative juridical analysis. Implementation of such regulations was then verified at the fishing port. There are two categories of international regulations applicable to a Flag State: (1) regulation on vessel registration, and (2) regulation on monitoring, control and surveillance. On the IPOA, registration of ships covers issues on national standard ships registration, the procurement of ships, and the registration of ships on the high seas. On the IPOA, monitoring, control and surveillance covers issues on vessel monitoring systems, logbook, and observers. As a Flag State, Indonesia has a complete regulations that comply with the IPOA, but there was a difference in the substance of the procurement of ships. Implementation of relevant national regulation at the fishing port indicated some issues on vessel monitoring systems, logbook, and observers. Suggested strategies include more supervision and law enforcement of vessel monitoring systems, logbook, and observers. Keywords: IPOA-IUU, IUU fishing, Flag State

7 IMPLEMENTASI PERATURAN INTERNASIONAL TENTANG ILLEGAL UNREPORTED AND UNREGULATED FISHING OLEH INDONESIA SEBAGAI NEGARA BENDERA SHARIFA AYU RAISA MAGIS Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

8

9

10 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2016 ialah Illegal Unreported and Unregulated Fishing, dengan judul Implementasi Peraturan Internasional tentang Illegal Unreported and Unregulated Fishing oleh Indonesia sebagai Negara Bendera. Dalam mewujudkan karya ilmiah ini, penulis banyak mendapat bantuan dan dukungan baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada: 1. Akhmad Solihin, SPi MH dan Dr Ir Muhammad Fedi Alfiadi Sondita, MSc selaku komisi pembimbing yang telah banyak mencurahkan waktu, pikiran dan perhatian selama penyelesaian karya ilmiah ini, 2. Dr Iin Solihin, SPi MSi selaku penguji luar komisi dan Dr Mochammad Riyanto, SPi MSi selaku komisi pendidikan dalam ujian skripsi, atas saran yang telah diberikan, 3. Keluarga tercinta: Bapak M Syamsul Arifin dan Ibu Siti Fatimah, Ibu Siti Aisyah (Nenek), Agung Rakhmatullah Pratomo (Kakak) dan Sulthan Muhammad Tamir Asyafa (Adik), atas cinta, kasih sayang dan do a yang selalu diberikan hingga saat ini kepada penulis, 4. Dwi Putra Yuwandana atas bantuan, semangat, dan do a yang selalu diberikan kepada penulis, 5. Pihak PPS Nizam Zachman khususnya Bapak Sihar, Ibu Trusti, Ibu Hesti, Ibu Sofi, Bapak Komari, Bapak Indra Mulyana, Bapak Andi Kusumanto, Arif Nugraha, dan pihak Pangkalan PSDKP PPS Nizam Zachman khususnya Prihadi Adi Kusuma, serta pihak lainnya yang tidak disebutkan, terima kasih atas informasi dan bantuannya selama pengumpulan data penelitian, 6. Staff administrasi khususnya Bapak Zulfa yang telah membantu penulis dalam proses administrasi, 7. Teman seperjuangan PSP 49 atas kebersamaannya selama menyelesaikan studi di IPB, 8. Tim Penyemangat: Aroh Rohmawati, Retty Gusni Widyasari, Gita Artanti, Candra Halim, Sistha Revitasari, dan Sukma Ditapa yang senantiasa memberikan semangat kepada penulis. Akhir kata, penulis berharap karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak serta memberikan inspirasi bagi para peneliti di bidang perikanan. Bogor, Agustus 2016 Sharifa Ayu Raisa Magis

11 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Penelitian Terdahulu 2 Tujuan Penelitian 3 Manfaat Penelitian 3 Ruang Lingkup Penelitian 4 METODE PENELITIAN 4 Waktu dan Lokasi 4 Sumber Data 4 Metode Pengumpulan Data 5 Analisis Data 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 9 Substansi Aturan Internasional Negara Bendera (Flag State) dalam International Plan of Action Ilegal, Unreported, and Unregulated Fishing (IPOA-IUU) 9 Substansi Aturan Perundang-Undangan Nasional Pemberantasan IUU Fishing dalam Aturan Internasional Negara Bendera (Flag State) 10 Implementasi Aturan Negara Bendera (Flag State) di Indonesia 20 SIMPULAN DAN SARAN 26 Simpulan 26 Saran 26 DAFTAR PUSTAKA 26 LAMPIRAN 29 RIWAYAT HIDUP 49 vi vi vi

12 DAFTAR TABEL 1 Data primer penelitian 5 2 Data sekunder penelitian 5 3 Acuan implementasi aturan Negara Bendera di PPS Nizam Zachman 8 4 Kesesuaian antara aturan internasional Negara Bendera mengenai pendaftaran kapal dengan peraturan perundang-undangan Indonesia 14 5 Kesesuaian antara aturan internasional Negara Bendera mengenai pemantauan, pengendalian, dan pengawasan dengan peraturan perundang-undangan Indonesia 19 6 Implementasi peraturan pendaftaran kapal sesuai standar di PPS Nizam Zachman 20 7 Kesesuaian aturan nasional dengan memperoleh SKAT fakta di PPS Nizam Zachman 22 8 Implementasi aturan Negara Bendera di PPS Nizam Zachman 24 DAFTAR LAMPIRAN 1 Matriks kesesuaian aturan internasional pendaftaran kapal dengan peraturan perundang-undangan Indonesia 29 2 Matriks kesesuaian aturan internasional pemantauan, pengendalian, dan pengawasan dengan perundang-undangan Indonesia 36 3 Kelengkapan dokumen pendaftaran kapal di laut lepas 44 4 Dokumentasi penelitian di PPS Nizam Zachman (pendaftaran kapal) 45 5 Status kapal berbendera Indonesia 46 6 Dokumentasi penelitian di PPS Nizam Zachman (MCS) 47

13 PENDAHULUAN Latar Belakang Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 25/PERMEN-KP/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun menyatakan bahwa perairan Indonesia dan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) mencakup perairan seluas ±5,8 juta km 2 dengan potensi sumberdaya ikan (SDI) laut Indonesia diperkirakan sebesar 7,3 juta ton per tahun yang tersebar di Perairan Indonesia dan ZEEI (Komnas Kajiskan 2013 dalam PERMEN-KP Nomor 25/PERMEN-KP/2015). Potensi jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 5,8 juta ton per tahun dan baru dimanfaatkan 5,4 juta ton pada tahun 2013 berdasarkan PERMEN-KP Nomor 25/PERMEN-KP/2015. Potensi tersebut semestinya bisa dinikmati seluruhnya oleh bangsa Indonesia, namun karena praktik Illegal Unreported dan Unregulated (IUU) fishing yang dilakukan oleh nelayan lokal ataupun nelayan asing, sehingga bangsa Indonesia tidak bisa menikmati potensi sumberdaya ikan (SDI) seutuhnya. Menurut Food and Agriculture Organization (FAO), IUU Fishing yang terjadi di Indonesia mengakibatkan kerugian sebesar Rp 30 triliun. Namun Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, menegaskan bahwa kerugian yang disebutkan oleh FAO terbilang kecil. Kerugian sebenarnya yang dialami oleh Indonesia bisa mencapai US$ 20 miliar atau senilai Rp 240 triliun (Detiknews 2014). Hal ini menjadi ancaman bagi Indonesia, tidak hanya dari segi ekonomi dan sosial tetapi yang paling utama adalah mengganggu keberlangsungan sumberdaya ikan yang semakin menurun. Dalam menindaklanjuti IUU Fishing, Indonesia berupaya dan turut aktif dalam pemberantasan IUU Fishing. Salah satunya yaitu berpartisipasi aktif dalam beberapa organisasi Regional Fisheries Management Organization (RFMO). Sementara ini upaya yang dilakukan Indonesia di antaranya adalah dengan mengadopsi International Plan of Action to Prevent, Deter and Eliminate Illegal, Unreported and Unregulated Fishing (IPOA-IUU Fishing) melalui penerbitan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor KEP.50/MEN/2012 tentang Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Ilegal, Unreported and Unregulated Fishing (IUU Fishing) tahun dan melakukan pengendalian pengelolaan penangkapan ikan melalui mekanisme perizinan, pengawas perikanan, dan ditindaklanjuti dengan penegakan hukum. Rencana Aksi Nasional Indonesia dalam mencegah dan menanggulangi IUU Fishing adalah melalui Tanggung Jawab Negara, Tanggung Jawab Negara Bendera, Tindakan Negara Pantai, Tindakan Negara Pelabuhan, Kesepakatan Ketentuan Terkait tentang Pasar Internasional, Penelitian, Organisasi Pengelolaan Perikanan Regional serta Persyaratan Khusus bagi Negara Berkembang. Rencana Aksi Nasional Indonesia sesuai dengan tindakan kebijakan internasional International Plan of Action to Prevent, Deter and Eliminate Illegal, Unreported and Unregulated Fishing (IPOA-IUU Fishing). Salah satu rencana aksi dalam pengawasan pengelolaan dan konservasi sumberdaya ikan di WPP-NRI dan laut lepas yaitu penegakan hukum oleh Negara Bendera (Flag State). Menurut IPOA tersebut, suatu Negara Bendera memiliki

14 2 hak mengatur pentaatan kapal-kapal yang mengibarkan benderanya dengan tindakan-tindakan pengelolaan dan konservasi subregional dan regional serta penyelidikan dan penuntutan hukum terhadap pelanggaran. Dalam memenuhi penegakkan hukum terkait substansi IPOA-IUU fishing diperlukannya peraturan perundang-undangan nasional oleh Negara Bendera berkaitan dengan langkahlangkah pentaatan dan penegakan hukum dalam pengelolaan dan konservasi sumberdaya ikan (SDI) di WPP-NRI dan laut lepas. Kajian tentang rencana aksi nasional Indonesia dalam mencegah dan menanggulangi IUU fishing mengenai tanggung jawab Negara Bendera berdasarkan aturan internasional IPOA-IUU fishing belum pernah dilakukan. Maka penelitian dalam menganalisis pemberantasan IUU fishing dalam perspektif Negara Bendera (Flag State) sangat perlu dalam mengetahui kesesuaian serta implementasi yang berjalan di Indonesia. Salah satu pelabuhan perikanan terbesar di Indonesia adalah Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman. PPS Nizam Zachman merupakan salah satu dari 6 (enam) yang ada di Indonesia. Berdasarkan Undang-undang No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, menjelaskan bahwa Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) adalah klasifikasi pelabuhan perikanan yang melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di laut teritorial, laut Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia dan laut lepas. PPS Nizam Zachman memiliki letak yang strategis, yaitu terletak di wilayah ibukota Negara Indonesia di Muara Baru, Jakarta Utara. Peraturan Menteri (Permen) Kelautan dan Perikanan No. PER.08/MEN/2012 tentang Kepelabuhan Perikanan pada Pasal 6 menjelaskan bahwa berdasarkan kategorinya kapal yang melakukan bongkar muat di pelabuhan perikanan bertipe A atau PPS merupakan kapal yang berukuran besar yaitu sekurang-kurangnya berukuran 60 GT (grosse tonne) dan mampu menampung sekurang-kurangnya 100 unit kapal sekaligus. Oleh karena itu, PPS Nizam Zachman dapat dipilih sebagai lokasi survei untuk menganalisis implementasi Negara Bendera di Indonesia dengan pertimbangan kapasitas dan letak yang strategis. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu terkait Rencana Aksi Nasional Indonesia dalam mencegah dan menanggulangi IUU fishing yang telah dikaji diantaranya penelitian mengenai Regional Fisheries Management Organization (RFMO) oleh Mardia (2011) mengenai manfaat Indonesia sebagai anggota IOTC dari segi politik, segi ekonomi, sisi budaya, dan segi lingkungan. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Solihin dan Wiyono (2015) tentang analisis hukum wilayah penerapan, pendekatan kehati-hatian, kewajiban negara anggota, kewajiban Negara Bendera, kewajiban negara pelabuhan, program pengamat, pemindahan muatan antar kapal. Penelitian selanjutnya terkait RFMO dilakukan oleh Lestari (2015) mengenai penerapan teknologi circle hook dalam penangkapan SBT, dan strategi penerapan teknologi pancing circle hook dalam perikanan tuna Indonesia. Penelitian lain dalam memberantas IUU fishing mengenai Port State Measures, salah satunya penelitian yang dikaji oleh Ramalia (2012), dengan judul Analisis Praktik Perikanan IUU (Illegal, Unreported, and Unregulated) Fishing dan Upaya Penanganannya melalui Adopsi Mekanisme Port State Measures di

15 Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta mengenai peran Negara Pelabuhan dalam upaya menangani IUU fishing sesuai dengan dokumen perjanjian yang dirancang oleh Food and Agriculture Organization (FAO) mengenai Port State Measures (PSM) Agreement. Penelitian selanjutnya oleh Darmawan (2006), dengan judul Analisis Kebijakan Penanggulangan IUU Fishing dalam Pengelolaan Perikanan Tangkap Indonesia mengenai program kerja pemerintah dan prioritas dari program kerja pemerintah tersebut: 1) evaluasi peraturan dan perundangan mengenai pengelolaan sumberdaya perikanan; 2) penyempurnaan sistem perizinan untuk usaha penangkapan ikan; 3) penyempurnaan sistem pelaporan kapal-kapal ikan yang berizin; 4) peningkatan sarana dan prasarana hasil tangkapan; 5) peningkatan upaya pemantauan, pengendalian dan pengawasan di laut; 6) peningkatan efektivitas dan efisiensi penegakan hukum di laut; 7) pencegahan dan pengurangan terjadinya ghost fishing; 8) kerjasama bilateral dengan negara-negara berbatasan wilayah maritim dalam pengoperasian kapal ikan; 9) pencegahan pembuangan hasil tangkapan sampingan di laut; 10) pencegahan penggunaan bahan-bahan berbahaya; 11) penerapan sistem pelaporan asal usul ikan yang diperdagangkan; 12) kajian berbagai konvensi internasional dan keberadaan regional maupun subregional forum pengelolaan sumberdaya ikan. 3 Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini : 1. Menganalisis substansi aturan internasional tentang pemberantasan IUU fishing dalam perspektif tindakan Negara Bendera (Flag State). 2. Menganalisis kesesuaian peraturan perundang-undangan Indonesia dengan aturan IPOA-IUU fishing mengenai tindakan Negara Bendera (Flag State). 3. Menganalisis penerapan aturan tindakan Negara Bendera (Flag State) dalam memberantas IUU fishing di PPS Nizam Zachman. Manfaat Penelitian Manfaat setelah dilakukannya penelitian tentang analisa aturan internasional dan peraturan perundang-undangan nasional dalam memberantas IUU fishing adalah : 1. Memberikan penjelasan mengenai aturan internasional dalam kajian Flag State dan peraturan perundang-undangan nasional serta implementasinya di PPS Nizam Zachman. 2. Dapat memberi masukan berupa solusi agar hukum internasional ataupun peraturan perundang-undangan dapat berjalan efektif dalam memberantas IUU fishing. 3. Dapat menambah kepustakaan bagi pihak yang berminat dalam kajian bahasan hukum internasional dalam aturan Flag State dan peraturan perundang-undangan nasional.

16 4 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi beberapa hal sebagai berikut : 1. Aturan internasional IPOA-IUU fishing bagian Flag State responsibilities 2. Aturan nasional di Indonesia yang berkaitan dengan aturan internasional IPOA-IUU fishing bagian Flag State responsibilities 3. Aturan nasional yang berkaitan dengan aturan Negara Bendera (Flag State) di lingkup darat di PPS Nizam Zachman meliputi pendaftaran kapal standar (kelengkapan dokumen terkait pendaftaran), pendaftaran kapal untuk di laut lepas (kelengkapan dokumen terkait pendaftaran di laut lepas), pemantauan di atas kapal (tugas-tugas di atas kapal), sistem pemantauan kapal (persyaratan dan prosedur dalam pengadaan transmiter), logbook (pengisian logbook dan pemenuhan aturan alih muatan), lingkup laut di abaikan karena isi dari aturan Negara Bendera mencakup pemberian izin kepada unit penangkapan ikan. METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Pengumpulan data dilakukan pada bulan Maret sampai Mei Tahap awal pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka meliputi analisis substansi aturan internasional dan mengklasifikasikan menjadi poin-poin penting pada akhir Maret hingga pertengahan April 2016 di Perpustakaan LSI IPB dan kampus Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB, kemudian melakukan studi pustaka kesesuaian peraturan perundang-undangan Indonesia dengan aturan internasional dari pertengahan April 2016 sampai dengan pertengahan Mei 2016 dan selanjutnya melakukan penelitian lapang di Pelabuhan Perikanan Samudra (PPS) Nizam Zachman pada pertengahan Mei 2016 sampai akhir Mei Sumber Data Penelitian ini menggunakan jenis data primer dan data sekunder. Data primer. Data primer pada penelitian ini meliputi aturan internasional IPOA-IUU fishing pada kajian Flag State responsibilities dan peraturan perundang-undangan nasional. Data sekunder pada penelitian ini didapatkan dari wawancara pihak terkait, seperti instansi pemerintah (Pangkalan Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan, Syahbandar, PPS Nizam Zachman, Kementerian Kelautan dan Perikanan) dan pelaku usaha. Jenis dan data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2.

17 5 Tabel 1 Data primer penelitian No Data Sumber data 1 Aturan internasional mengenai Negara Bendera IPOA-IUU fishing Situs FAO resmi Cara pengumpulan Internet Cara pengolahan Analisis deskriptif (yuridis normatif) 2 Perundang-undangan nasional mengenai Negara Bendera Situs KKP, Permenhub, Pemerintah Internet Analisis deskriptif (yuridis normatif, yuridis komparatif) 3 Implementasi aturan Negara Bendera di Indonesia Pihak PPS Nizam Zachman, KKP Wawancara Analisis deskriptif (yuridis empiris) Tabel 2 Data sekunder penelitian No Data Sumber data 1 Praktik IUU fishing dan rencana aksi nasional indonesia yang telah diteliti terkait aturan internasional IPOA- IUU fishing Skripsi, prosiding Cara pengumpulan Referensi dokumen Cara pengolahan Analisis deskriptif Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat formal maupun informal, yaitu melalui studi pustaka, survei dan wawancara. Informasi yang akan diteliti dari studi pustaka adalah mengenai aturan internasional IPOA-IUU fishing dan peraturan perundang-undangan di Indonesia yang berkaitan dengan kewajiban Negara Bendera (Flag State). Penelitian survei dilakukan menggunakan sampel berupa wawancara kepada pengurus atau agen pendaftaran kapal, petugas pangkalan Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan (Pangkalan PSDKP), dan syahbandar di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman. Aspek yang diteliti yaitu kesesuaian mengenai kewajiban Negara Bendera berdasarkan IPOA-IUU Fishing dengan implementasi peraturan perundang-undangan nasional terkait, serta fakta di PPS Nizam Zachman khususnya mengenai pendaftaran kapal dan pemantauan, pengendalian, dan pengawasan yang meliputi pendaftaran kapal sesuai standar, pengadaan kapal, pendaftaran kapal di laut lepas, pemantau (observer), sistem pemantauan kapal, serta logbook. Pada penelitian ini penentuan informan saat wawancara atau teknik pengumpulan data menggunakan teknik snowball sampling. Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula

18 6 jumlahnya kecil, kemudian sampel ini disuruh memilih teman-temannya untuk dijadikan sampel begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak (Sugiyono 2001). Sampel yang telah diwawancarai 1 (satu) narasumber dari bagian Regional Monitoring Centre Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan (PSDKP), 3 (tiga) narasumber dari bagian kesyahbandaran, 1 (satu) narasumber Nahkoda, 1 (satu) narasumber dari bagian petugas pendaftaran di laut lepas, 1 (satu) narasumber dari bagian enumerator PPS Nizam Zachman, dan 5 (lima) narasumber pengurus/agen kapal. Satu narasumber pengurus/agen kapal mengurusi lebih dari 100 unit kapal, mulai dari pendaftaran kapal, tambat labuh, dan bongkar muat kapal. Analisis Data Penelitian ini dianalisis menggunakan 3 metode, yaitu: 1. Metode analisis yuridis normatif Pendekatan yuridis normatif adalah metode analisis yang dilakukan dengan bahan pustaka yang digunakan sebagai bahan utama, yaitu bahan hukum primer yang terdiri dari norma dasar atau kaidah, ketentuan atau peraturan dasar, serta peraturan perundang-undangan (Soekanto dan Mamudji 1994). Metode analisis ini digunakan untuk menganalisis aturan yang menjadi dasar dalam penelitian ini, yaitu aturan internasional dan peraturan perundang-undangan Indonesia. Aturan internasional yang dianalisis menggunakan yuridis normatif, yaitu aturan internasional IPOA-IUU fishing tahun 2001 khususnya pada aturan Negara Bendera mengenai pendaftaran kapal dan pemantauan, pengendalian, dan pengawasan. Peraturan perundang-undangan Indonesia yang berkaitan dengan aturan pendaftaran kapal dan pemantauan, pengendalian, dan pengawasan yang menjadi bahan utama, yaitu Undang-Undang (UU) Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 45 Tahun 2009, Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) No. 13 Tahun 2012 tentang Pendaftaran dan Kebangsaan Kapal, Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan (Permen KP) No. 23/PERMEN-KP/2013 tentang Pendaftaran dan Penandaan Kapal, Permen KP No. PER.30/MEN/2012 tentang Usaha Perikanan Tangkap di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia, Permen KP No. PER.12/MEN/2012 tentang Usaha Perikanan Tangkap di Laut Lepas, Permen KP No. 56/PERMEN- KP/2014 tentang Pemberhentian Sementara (Moratorium) Perizinan Usaha Perikanan Tangkap di WPP-NRI, Permen KP No. 42/PERMEN-KP/2015 tentang Sistem Pemantauan Kapal, Permen KP No. 48/PERMEN-KP/2014 tentang Logbook, Permen KP No. 26/PERMEN-KP/2013 tentang Perubahan Atas Permen KP No. PER.30/MEN/2012 tentang Usaha Perikanan Tangkap di WPP-NRI, Permen KP No. 57/PERMEN-KP/2014 tentang Perubahan Kedua Atas Permen KP No. PER.30/MEN/2012 tentang Usaha Perikanan Tangkap di WPP-NRI, dan Permen KP No. 1/PERMEN-KP./2013 tentang Pemantau Kapal Penangkap Ikan dan Kapal Pengangkut Ikan.

19 2. Metode analisis yuridis komparatif Pendekatan yuridis komparatif adalah analisis yang membandingkan undang-undang suatu negara dengan undang-undang dari satu atau lebih negara lain mengenai hal yang sama (Marzuki 2011). Yuridis komparatif dilakukan untuk membandingkan dan menganalisis kesesuaian aturan internasional IPOA-IUU fishing mengenai pendaftaran kapal dan pemantauan, pengendalian, dan pengawasan dengan peraturan perundang-undangan di Indonesia. pun peraturan perundang-undangan Indonesia terkait, yaitu Undang-Undang (UU) Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 45 Tahun 2009, Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) No. 13 Tahun 2012 tentang Pendaftaran dan Kebangsaan Kapal, Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan (Permen KP) No. 23/PERMEN-KP/2013 tentang Pendaftaran dan Penandaan Kapal, Permen KP No. PER.30/MEN/2012 tentang Usaha Perikanan Tangkap di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia, Permen KP No. PER.12/MEN/2012 tentang Usaha Perikanan Tangkap di Laut Lepas, Permen KP No. 56/PERMEN-KP/2014 tentang Pemberhentian Sementara (Moratorium) Perizinan Usaha Perikanan Tangkap di WPP-NRI, Permen KP No. 42/PERMEN-KP/2015 tentang Sistem Pemantauan Kapal, Permen KP No. 48/PERMEN-KP/2014 tentang Logbook, Permen KP No. 26/PERMEN-KP/2013 tentang Perubahan Atas Permen KP No. PER.30/MEN/2012 tentang Usaha Perikanan Tangkap di WPP-NRI, Permen KP No. 57/PERMEN-KP/2014 tentang Perubahan Kedua Atas Permen KP No. PER.30/MEN/2012 tentang Usaha Perikanan Tangkap di WPP-NRI, dan Permen KP No. 1/PERMEN-KP./2013 tentang Pemantau Kapal Penangkap Ikan dan Kapal Pengangkut Ikan. 3. Metode empiris Pendekatan empiris adalah suatu metode penelitian hukum yang berfungsi untuk melihat hukum dalam artian nyata dan meneliti bagaimana bekerjanya hukum di lingkungan masyarakat (Idtesis.com 2007). Metode empiris dalam penelitian ini digunakan untuk melihat implementasi dari aturan internasional IPOA-IUU fishing yang berjalan di Indonesia khususnya di PPS Nizam Zachman Jakarta. Aturan internasional dalam aturan Negara Bendera mengenai pendaftaran kapal dan pemantauan, pengendalian, dan pengawasan dikelompokkan menjadi 6 (enam) substansi. Keenam substansi tersebut mewakili masing-masing dari aturan internasional. Pada aturan pendaftaran kapal dikelompokkan menjadi 3 (tiga) isi substansi, yaitu pendaftaran kapal sesuai standar, pengadaan kapal, dan pendaftaran kapal di laut lepas. Pada aturan pemantauan, pengendalian, dan pengawasan juga dikelompokkan menjadi 3 isi substansi, yaitu observer, sistem pemantauan kapal, dan logbook. Acuan peraturan implementasi pada keenam substansi tersebut tercantum pada Tabel 3. 7

20 8 Tabel 3 Acuan implementasi aturan Negara Bendera di PPS Nizam Zachman Substansi aturan Negara Bendera IPOA-IUU fishing Isi substansi aturan Negara Bendera Peraturan perundang-undangan Indonesia Pendaftaran kapal Pendaftaran kapal sesuai standar Pemantauan, pengendalian, dan pengawasan Pengadaan kapal Pendaftaran kapal di laut lepas -UU No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 45 Tahun Permenhub No. 13 Tahun 2012 tentang Pendaftaran dan Kebangsaan Kapal -Permen KP No. 23/PERMEN- KP/2013 tentang Pendaftaran dan Penandaan Kapal -Permen KP No. PER.30/MEN/2012 tentang Usaha Perikanan Tangkap di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia -UU No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 45 Tahun Permen KP No. PER.30/MEN/2012, Permen KP No. 56/PERMEN-KP/2014 tentang Pemberhentian Sementara (Moratorium) Perizinan Usaha Perikanan Tangkap di WPP-NRI -Permen KP No. PER.12/MEN/2012 tentang Usaha Perikanan Tangkap di Laut Lepas Sistem pemantau kapal -Permen KP No. 42/PERMEN- KP/2015 tentang Sistem Pemantau Kapal Logbook -Permen KP No. 48/PERMEN- KP/2014 -Permen KP No. 57/PERMEN- KP/2014 tentang Perubahan Kedua Atas Permen KP No. PER.30/MEN/2012 tentang Usaha Perikanan Tangkap di WPP-NRI -Permen KP No. PER.12/MEN/2012 Usaha Perikanan Tangkap di Laut Lepas Observer/pemantau di atas kapal -Permen KP No. 1/PERMEN- KP/2013 tentang Pemantau Kapal Penangkap Ikan dan Kapal Pengangkut Ikan

21 9 HASIL DAN PEMBAHASAN Substansi Aturan Internasional Negara Bendera (Flag State) dalam International Plan of Action Ilegal, Unreported and Unregulated Fishing (IPOA-IUU Fishing) Substansi aspek Negara Bendera (Flag State) dibagi menjadi dua kelompok besar aturan, yaitu aturan pendaftaran dan aturan pemantauan, pengendalian dan pengawasan atau biasa disebut Monitoring, Controlling and Surveillance (MCS). Aturan Internasional Pendaftaran Kapal Aturan Negara Bendera dalam aspek pendaftaran kapal yang pertama mengatur tentang pendaftaran kapal sesuai dengan standar yang ditetapkan dan tidak terlibat pelanggaran IUU fishing. Namun demikian, dijelaskan bahwa kapal yang pernah terdapat catatan pelanggaran bisa berlayar kembali dengan catatan kepemilikan baru dan pemilik baru tidak terlibat pelanggaran hukum. Pelanggaran mengenai keuangan dan kendali kapal yang dimiliki. Aspek pendaftaran kapal yang kedua adalah mengenai pemesanan kapal baik ekspor maupun impor. Kapal yang dipesan baik ekspor maupun impor harus sesuai dengan tata cara dari masing-masing negara dan sesuai dengan standar yang ditetapkan. Pendaftaran dan penerbitan hak kapal dalam aturan Negara Bendera dilakukan di lembaga terpisah. Aturan internasional pendaftaran kapal yang ketiga mengenai pendaftaran kapal secara bersyarat untuk kapal yang menangkap ikan di laut lepas. Pendaftaran kapal untuk berlayar di laut lepas dilengkapi dengan dokumen tentang kapal sebelum atau sesudah kepemilikan. Dokumen tersebut juga mencakup: a. nama sebelumnya jika ada dan diketahui; b. nama, alamat dan kebangsaan dari orang asli atau pribumi atau sah berdasarkan hukum bahwa nama kapal tersebut telah terdaftar; c. nama, alamat jalan, alamat dan kebangsaan dari perorangan atau badan hukum yang bertanggungjawab untuk mengelola operasi kapal; d. nama, alamat jalan, alamat dan kebangsaan dari perorangan atau badan hukum yang bertanggungjawab atas kepemilikan kapal; e. nama dan sejarah kepemilikan kapal; f. ruang kapal/dimensi kapal foto atau gambar diambil saat pendaftaran atau akhir saat perubahan fisik kapal. Berdasarkan informasi aturan internasional IPOA-IUU fishing pada aspek pendaftaran kapal dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok utama. pun ketiga kelompok utama tersebut yang akan dibahas mengenai pendaftaran kapal sesuai standar, pengadaan kapal, dan pendaftaran kapal untuk menangkap ikan di laut lepas.

22 10 Aturan Internasional Pemantauan, Pengendalian, dan Pengawasan/ Monitoring, Controlling and Surveillance (MCS) Aturan internasional Negara Bendera berdasarkan IPOA-IUU dalam aspek pemantauan, pengendalian, dan pengawasan atau monitoring, controlling, surveillance yang pertama membahas mengenai sistem pemantauan kapal. Aturan Negara Bendera dalam memudahkan pemantauan, pengendalian dan pengawasan maka yang kedua membahas mengenai informasi laporan kondisi yang biasa disebut logbook. Dalam aturan Negara Bendera, logbook dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian dari rangkaian operasi kapal dan alih muatan. Rangkaian operasi kapal terdiri dari: a. rangkaian waktu dari hasil tangkapan dan upaya statistik kapal; b. jumlah hasil tangkapan, berat tertulis, dengan jenis (baik target ataupun by catch) c. statistik yang tidak terhitung, termasuk perkiraan yang diperlukan, dilaporkan sebagai jumlah atau berat hasil tertulis menurut jenis, sebagaimana dianggap layak bagi perikanan; d. tindakan statistik yang tepat untuk masing-masing metode penangkapan ikan; e. lokasi penangkapan ikan, tanggal dan waktu penangkapan ikan dan statistik tentang tindakan penangkapan ikan lainnya. Pada bagian alih muatan administrasi yang dilakukan ke lembaga terkait harus mencakup: a. tanggal dan lokasi semua pemindahan muatan ikan di laut; b. berat jenis ikan, daerah tangkapan, dan hasil tangkapan dalam pemindahan muatan tersebut; c. nama, pendaftaran, pelayaran dan informasi terkait pengenalan kapal yang terlibat; pelabuhan pendaratan hasil tangkapan alih muatan ikan tersebut. Informasi ketiga dalam aturan internasional Negara Bendera mengenai pemantauan dan pengawasan terhadap hasil tangkapan dan dukungan angkutan kapal. Dalam pemantauan diharapkan tidak ada kapal yang kembali dengan pasokan kapal penangkap ikan yang terlibat dalam kegiatan atau pemindahan muatan ikan ke atau dari kapal yang terlibat IUU fishing. Berdasarkan aturan internasional dalam aspek pemantauan, pengendalian dan pengawasan secara garis besar berdasarkan penjabaran di atas dibagi menjadi tiga kelompok utama, yaitu sistem pemantauan kapal (Vessel Monitoring System, VMS), logbook, dan observer (pemantau di atas kapal). Substansi Aturan Peraturan Perundang-Undangan Nasional Pemberantasan IUU Fishing dalam Aturan Internasional Negara Bendera Aturan Nasional Pendaftaran Kapal Aturan internasional Negara Bendera mengenai pendaftaran kapal secara garis besar membahas mengenai pendaftaran kapal sesuai standar yang ditetapkan, pengadaan kapal, dan pendaftaran kapal untuk menangkap ikan di laut lepas. Pada bahasan pertama terkait pendaftaran kapal sesuai standar bahwa di Indonesia sudah mengacu dan menerapkan pada peraturan perundang-undangan nasional. Peraturan perundang-undangan nasional yang dimaksud yaitu Undang-Undang

23 (UU) Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 45 Tahun Pasal 36 ayat (2) UU No. 45 Tahun 2009, yang kemudian diatur kembali dalam Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) No. 13 Tahun 2012 tentang Pendaftaran dan Kebangsaan Kapal pada Pasal 2 ayat (1) mengenai pendaftaran kapal, dan diperkuat kembali melalui Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan (Permen KP) No. 23/PERMEN-KP/2013 tentang Pendaftaran dan Penandaan Kapal pada Pasal 5 mengenai persyaratan dan tata cara pendaftaran kapal perikanan. Pendaftaran kapal pada UU Perikanan Pasal 36 ayat (2) menjelaskan bahwa pendaftaran kapal harus dilengkapi dengan dokumen: a) bukti kepemilikan; b) identitas pemilik; c) surat ukur. Pendaftaran kapal berdasarkan Permenhub No. 13 Tahun 2012 harus memenuhi syarat pendaftaran kapal, yaitu: a) pendaftaran hak milik; b) pembebanan hipotek; c) pendaftaran hak kebendaan lainnya atas kapal. Aturan pendaftaran kapal juga diatur pada Permen KP No. 23/PERMEN- KP/2013 pada Pasal 5 yang menjelaskan mengenai dokumen pendaftaran kapal, yaitu: a. fotokopi SIUP; b. fotokopi bukti kepemilikan (gross akte); c. rekomendasi dari Direktur Jenderal, untuk kapal pengangkut ikan hasil tangkapan; d. fotokopi surat tanda kebangsaan kapal; e. fotokopi sertifikat kelaikan dan pengawakan kapal untuk kapal penangkap ikan; f. foto kapal keseluruhan tampak samping dengan ukuran 5x10 cm sebanyak 2 lembar berwarna; g. surat keterangan penghapusan dari daftar kapal yang diterbitkan oleh negara asal untuk kapal yang dibeli atau diperoleh dari luar negeri dan sudah terdaftar di negara asal; h. surat pernyataan bermaterai cukup yang menyatakan bertanggungjawab atas kebenaran data dan informasi yang disampaikan. Aturan nasional mengenai pendaftaran kapal juga diatur dalam Permen KP No. PER.30/MEN/2012 tentang Usaha Perikanan Tangkap di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia Pasal 85 ayat (1) yang menjelaskan bahwa setiap orang yang mengoperasikan kapal perikanan berbendera Indonesia di WPP-NRI wajib didaftarkan dan dimuat dalam buku kapal perikanan yang dipergunakan untuk memperoleh SIPI (Surat Izin Penangkapan Ikan) atau SIKPI (Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan) dan bagi yang telah memiliki SIPI dan/atau SIKPI wajib didaftarkan kepada Direktur Jenderal untuk memperoleh buku kapal perikanan. Pasal tersebut diperjelas kembali oleh Pasal 85 ayat (2) bahwa kapal perikanan yang telah dilengkapi dengan buku kapal perikanan diberi tanda pengenal kapal perikanan. Dokumen di atas kapal penangkap ikan dan/atau kapal pengangkut ikan dalam Pasal 86 PER.30/MEN/2012 terdiri atas: (a) SIPI/SIKPI asli; (b) Surat Laik Operasi (SLO) asli; dan (c) Surat Persetujuan Berlayar (SPB) asli. Pengadaan kapal dalam aturan internasional mengenai pemesanan kapal baik ekspor maupun impor yang sesuai dengan aturan masing-masing negara, informasi ini sudah diatur peraturan perundang-undangan nasional. Peraturan 11

24 12 perundang-undangan nasional yang mengatur mengenai informasi tersebut, yaitu UU No. 45 Tahun 2009, pada Pasal 36 ayat (3), Permen KP No. PER.30/MEN/2012, pada Pasal 31 ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), dan ayat (6), dan Permen KP No. 56/PERMEN-KP/2014 tentang Pemberhentian Sementara (Moratorium) Perizinan Usaha Perikanan Tangkap di WPP-NRI pada Pasal 1 ayat (2). Pada aturan peraturan perundang-undangan nasional yang telah dijabarkan membenarkan pengadaan kapal penangkap ikan dan/atau kapal pengangkut ikan dapat dilakukan dari dalam negeri dan/atau luar negeri dengan cara membeli, membangun, atau memodifikasi. Pengadaan kapal ini dilakukan dalam keadaan baru atau bekas atas nama pemegang surat ijin usaha perikanan (SIUP). Kemudian pengadaan kapal penangkap ikan dan/atau kapal pengangkut ikan dari dalam negeri harus mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya, sedangkan pada kapal penangkapan ikan dan/atau kapal pengangkut ikan dari luar negeri hanya persetujuan dari direktur jenderal. Kriteria kapal penangkap ikan dan kapal pengangkut ikan dari luar negeri sudah diatur sebagaimana pada Permen KP No. PER.30/MEN/2012, Pasal 31 ayat (5) bahwa kapal penangkap ikan dari luar negeri: a. keadaan baru, dengan ketentuan berukuran diatas 100 GT; b. keadaan bekas berukuran diatas 100 GT dengan ketentuan: 1) paling banyak 50% dari alokasi kapal yang tercantum dalam SIUP; 2) umur kapal tidak lebih dari 10 tahun; dan 3) dilakukan oleh perusahaan perikanan yang berbadan hukum. Kriteria kapal pengangkut ikan dari luar negeri berdasarkan Permen KP No. PER.30/MEN/2012, Pasal 31 ayat (6): a. keadaan baru, dengan ketentuan berukuran diatas 500 GT; b. keadaan bekas berukuran diatas GT dengan ketentuan: 1) paling banyak 50% dari alokasi kapal yang tercantum dalam SIUP; 2) umur kapal tidak lebih dari 10 tahun; dan 3) dilakukan oleh perusahaan perikanan yang berbadan hukum. Berdasarkan Permen KP No. 56/PERMEN-KP/2014 pada Pasal 1 ayat (2) menjelaskan hal yang berbeda mengenai penghentian sementara untuk kapal yang pembangunannya dilakukan di luar negeri. Pendaftaran kapal untuk menangkap ikan di laut lepas didalam aturan internasional dilakukan secara bersyarat. Dalam hal ini, Indonesia sudah mengatur dan mengacu pada aturan internasional dengan diadakannya peraturan khusus untuk penangkapan di laut lepas, yaitu Permen KP No. PER.12/MEN/2012 tentang Usaha Perikanan Tangkap di Laut Lepas tercantum pada Pasal 4 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) yang menjelaskan bahwa usaha perikanan tangkap di laut lepas, wajib untuk setiap orang memiliki izin usaha perikanan tangkap. Izin usaha perikanan tangkap yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal yang meliputi: (a) izin usaha perikanan yang diterbitkan dalam bentuk SIUP, (b) izin penangkapan ikan yang diterbitkan dalam bentuk SIPI, dan (c) izin kapal pengangkut ikan yang diterbitkan dalam bentuk SIKPI. Aturan dalam perincian mengenai Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP) tertera pada Pasal 5 ayat (2) dan ayat (3), Pasal 8 ayat (2) dan ayat (3) mengenai aturan perincian SIPI, serta pada Pasal 10 ayat (2) dan ayat (3) mengenai aturan SIKPI dalam menangkap ikan di laut lepas.

25 Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP) berdasarkan Pasal 5 ayat (2) PER.12/MEN/2012 bahwa SIUP berlaku selama pemilik atau perusahaan melakukan kegiatan usaha perikanan. Dalam memenuhi pengajuan atas SIUP kepada Direktur Jenderal dijelaskan pada Pasal 5 ayat (3) harus melampirkan: a. rencana usaha meliputi rencana investasi, rencana kapal, dan rencana operasional; b. fotokopi Nomor Pokok Wajib (NPWP) penanggungjawab perusahaan atau pemilik kapal, dengan menunjukkan aslinya; c. fotokopi Kartu Tanda Penduduk penanggungjawab perusahaan atau pemilik kapal, dengan menunjukkan aslinya; d. surat keterangan domisili usaha; e. fotokopi akta pendirian perusahaan yang menyebutkan bidang perikanan yang telah disahkan oleh instansi yang terkait atau pejabat yang berwenang dengan menunjukkan aslinya; f. surat pernyataan bermaterai cukup dari penanggungjawab perusahaan atau pemilik kapal yang menyatakan: 1) kebenaran data dan informasi yang disampaikan 2) kesediaan merealisasikan rencana usaha 3) kesediaan mematuhi dan melaksanakan semua ketentuan peraturan perundangundangan, persyaratan dan/atau standar internasional yang diterima secara umum. Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI) pada Pasal 8 ayat (2) PER.12/MEN/2012 dijelaskan bahwa SIPI berlaku hanya satu tahun dan pada Pasal 8 ayat (3) PER.12/MEN/2012 dalam pengajuan kepada Direktur Jenderal harus melampirkan: a. fotokopi SIUP; b. fotokopi grosse akta, dengan menunjukkan aslinya; c. fotokopi gambar rencana umum kapal (general arrangement) termasuk spesifikasi teknis alat penangkap ikan; d. data kapal dengan format mengacu pada standar Regional Fisheries Management Organization (RFMO); e. rencana target spesies penangkapan ikan di laut lepas untuk kapal penangkap ikan; f. surat keterangan pemasangan transmitter (on line); g. surat pernyataan bermaterai cukup dari penanggungjawab perusahaan atau pemilik kapal yang menyatakan: 1) kesanggupan mnggunakan perwira bersertifikat Ahli Nautika Kapal Penangkap Ikan (ATKAPIN) sesuai ketentuan perundang-undangan; 2) kesanggupan menerima, membantu kelancaran tugas, serta menjaga keselamatan pemantau di atas kapal penangkap ikan (observer on board); 3) kesanggupan mengisi logbook secara lengkap dan benar; 4) kapal yang digunakan tidak tercantum dalam daftar kapal yang melakukan penangkapan ikan secara ilegal, unreported and unregulated fishing (IUU fishing). 13

26 14 Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI) pada Pasal 10 ayat (2) PER.12/MEN/2012 menjelaskan bahwa SIKPI berlaku selama satu tahun. Pengajuan permohonan untuk memiliki SIKPI yang ditujukan kepada Direktur Jenderal diatur dalam Pasal 10 ayat (3) yang melampirkan: a. fotokopi SIUP; b. fotokopi gross akta dengan menunjukkan aslinya; c. fotokopi gambar rencana umum kapal (general arrangement) termasuk spesifikasi teknis kapal pengangkut ikan; d. data kapal dengan format mengacu pada standar RFMO; e. surat keterangan pemasangan transmitter (on line); f. surat pernyataan bermaterai cukup yang menyatakan bahwa kapal yang digunakan tidak tercantum dalam daftar kapal yang melakukan pengangkutan ikan secara IUU fishing. Tabel 4 Kesesuaian antara aturan internasional Negara Bendera mengenai pendaftaran kapal dengan peraturan perundang-undangan Indonesia (Lampiran 1) Aturan Internasional Negara Bendera Peraturan Perundang- Undangan Indonesia Isi Peraturan Perundang- Undangan Indonesia Pendaftaran sesuai standar kapal -UU No. 31 Tahun 2004 diubah menjadi UU No. 45 Tahun Permenhub No. 13 Tahun Permen KP No. 23/PERMEN-KP/2013 -Permen KP No. PER.30/MEN/2012 Pengadaan kapal -UU No. 31 Tahun 2004 diubah menjadi UU No. 45 Tahun Permen KP No. PER.30/MEN/2012 -Permen KP No. 56/PERMEN-KP/2014 -Kelengkapan dokumen pendaftaran kapal -Pendaftaran kapal -Kapal perikanan berbendera Indonesia yang beroperasi di WPP-NRI wajib didaftarkan dalam buku kapal perikanan -Pengadaan kapal dapat dilakukan dari dalam negeri atau luar negeri dan atas nama pemegang SIUP -Pengadaan kapal dari dalam negeri harus mendapat izin dari pemegang kewenangan -Pengadaan kapal dari luar negeri harus mendapat persetujuan dari DirJen -Kriteria pengadaan kapal dari luar negeri -Moratorium kapal yang pembangunannya dari luar negeri

27 Lanjutan Tabel 4 Aturan Internasional Negara Bendera Pendaftaran kapal untuk menangkap di laut lepas Peraturan Perundang- Undangan Indonesia -Permen KP No. PER.12/MEN/ Isi Peraturan Perundang- Undangan Indonesia -Pelaku usaha wajib memiliki izin usaha perikanan tangkap yang dikeluarkan oleh DirJen -Kapal yang melakukan penangkapan di laut lepas harus memenuhi standar RFMO Berdasarkan isi dari aturan internasional IPOA-IUU fishing mengenai Negara Bendera bahwa dalam memenuhi aturan internasional pendaftaran kapal tersebut, Indonesia sudah menerapkan dengan baik dan lengkap. Berdasarkan UU No. 31 Tahun 2004 sebagaimana diubah menjadi UU No. 45 Tahun 2009, Permenhub No. 13 Tahun 2012, Permen KP No. 23/PERMEN-KP/2013, dan Permen KP No. PER.30/MEN/2012. Sehingga kapal-kapal yang ingin melakukan operasi penangkapan ikan dan sudah memenuhi peraturan pendaftaran kapal tersebut boleh menggunakan kapalnya untuk menangkap ikan di wilayah perairan Indonesia. Aturan internasional mengenai pengadaan kapal yang disesuaikan dengan tata cara masing-masing negara sudah diterapkan dengan lengkap dalam peraturan perundang-undangan Indonesia. Peraturan perundang-undangan Indonesia yang mengatur mengenai pengadaan kapal yaitu melalui UU No. 31 Tahun 2004 sebagaimana diubah menjadi UU No. 45 Tahun 2009, Permen KP No. PER.30/MEN/2012, dan Permen KP No. 56/PERMEN-KP/2014. Berdasarkan peraturan yang sudah ada, Indonesia memiliki 2 (dua) perbedaan pengaturan, yaitu memperbolehkan kapal diimpor dari luar negeri dalam dan pemberhentian sementara (moratorium) bagi kapal perikanan yang pembangunannya dari luar negeri. Dalam hal ini, belum ada perubahan terkait perbedaan aturan tersebut yang bisa menjadikan celah untuk melakukan pelanggaran oleh pelaku usaha. Pendaftaran kapal perikanan di laut lepas secara bersyarat dalam peraturan perundang-undangan Indonesia sudah menerapkan dengan spesifik melalui Permen KP No. PER.12/MEN/2012. Pendaftaran kapal secara bersyarat dalam kegiatan penangkapan ikan di laut lepas berbeda dengan pendaftaran kapal di WPP-NRI. Perbedaan tersebut terdapat pada aturan SIPI/SIKPI dengan penambahan data kapal dengan format mengacu pada standar RFMO. Berdasarkan ketiga isi substansi baik pendaftaran kapal sesuai standar, pengadaan kapal dan pendaftaran kapal untuk menangkap ikan di laut lepas dalam peraturan perundang-undangan Indonesia sudah ada dan diatur dengan baik, hanya saja terjadi ketimpangan aturan hukum yaitu pada substansi pengadaan kapal. Ketimpangan tersebut bisa menjadikan kelemahan bagi Indonesia. Hal ini bisa terjadi diakibatkan tidak adanya keselarasan hukum antara UU Perikanan dan Permen KP No. 30 Tahun 2012 dengan Permen KP No. 56/PERMEN-KP/2014. Keselarasan hukum sangat penting agar tidak terjadinya kesalahpahaman pada saat implementasi peraturan tersebut. Sehingga perlunya penyelarasan hukum agar

28 16 aturan tersebut bisa terimplementasi dengan baik dan agar tidak menjadi celah untuk pelaku pelanggaran. Aturan Nasional Pemantauan, Pengendalian, dan Pengawasan/Monitoring, Controlling, Surveillance Negara Bendera dalam aturan internasional secara garis besar membahas pertama mengenai sistem pemantauan kapal sudah diterapkan pada aturan khusus, yaitu Permen KP No. 42/PERMEN-KP/2015 tentang Sistem Pemantauan Kapal pada Pasal 12 ayat (1), Pasal 16 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 17 ayat (1), serta Pasal 22 ayat (2). Pada peraturan menteri tersebut berdasarkan Pasal 12 ayat (1), bahwa kapal dengan ukuran lebih dari 30 GT yang beroperasi di WPP-NRI atau di laut lepas wajib memasang transmiter Sistem Pemantau Kapal Perikanan (SPKP). Surat Keterangan Aktivasi Transmiter (SKAT) berdasarkan Pasal 16 ayat (1) dan ayat (2) diterbitkan oleh Direktur Jenderal yang dalam pelaksanaannya diterbitkan oleh Direktur Pemantauan dan Peningkatan Infrastruktur dan berlaku paling lama satu tahun disesuaikan dengan airtime fee SPKP yang telah dibayar. Bukti kapal perikanan telah mengaktifkan transmiter SPKP diterbitkan SKAT. Cara memperoleh SKAT berdasarkan Permen KP No. 42/PERMEN-KP/2015 Pasal 17 ayat (1) harus mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal dengan melampirkan: a. fotokopi SIPI atau SIKPI; b. fotokopi bukti pembayaran airtime fee SPKP online, selama satu tahun; c. lembar pemasangan transmiter SPKP; Berdasarkan Permen KP No. 42/PERMEN-KP/2015 pada Pasal 22 ayat (2) menegaskan bahwa pengguna SPKP wajib mengaktifkan transmiter SPKP secara terus-menerus dan membawa SKAT asli pada saat kegiatan perikanan. Kedua, aturan internasional mengenai aspek pemantauan, pengendalian dan pengawasan mengenai logbook terdapat dua hal, yaitu informasi laporan kondisi atau biasa disebut logbook dan administrasi alih muatan. Dalam hal ini Indonesia sudah mengatur lengkap tentang logbook dalam Permen KP No. 48/PERMEN- KP/2014 pada Pasal 4 ayat (3), Pasal 5 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3). Peraturan khusus logbook menjelaskan bahwa logbook berisikan data kapal penangkap ikan, data alat penangkapan ikan, data operasi penangkapan ikan, dan data ikan hasil tangkapan. Pengisian logbook menjadi tanggung jawab Nahkoda dan diisi sesuai dengan data yang sebenarnya (objective) dan tepat waktu (up to date). Hal kedua yang dibahas pada aturan internasional Negara Bendera mengenai logbook adalah administrasi alih muatan. Aturan mengenai alih muatan diatur pada Permen KP No. 57/PERMEN-KP/2014 tentang Perubahan Kedua Atas Permen KP No. PER.30/MEN/2012 tentang Usaha Perikanan Tangkap di WPP-NRI. Pada aturan Permen KP No. 57/PERMEN-KP/2014 Pasal 37 ayat (6) dan ayat (9) dijelaskan bahwa kapal penangkap ikan wajib mendaratkan ikan hasil tangkapan di pelabuhan pangkalan sebagaimana tercantum dalam SIPI atau SIKPI. Jika tidak mendaratkan di pelabuhan pangkalan maka diberikan sanksi pencabutan SIPI atau SIKPI.

29 Permen KP No. PER.12/MEN/2012 pada Pasal 30 ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) menjelaskan tentang alih muatan atau biasa disebut transhipment. Berdasarkan Permen KP No. PER.12/MEN/2012 pada Pasal 30 ayat (1) menjelaskan bahwa Kapal penangkap ikan dapat melakukan transhipment di laut lepas maupun di negara lain yang menjadi anggota RFMO pada wilayah RFMO yang sama, dilanjutkan kembali dengan Pasal 30 ayat (2) bahwa kapal penangkap ikan yang melakukan transhipment di laut lepas harus memenuhi persyaratan: a. nahkoda memberitahukan kepada kepala pelabuhan pangkalan di Indonesia sebagaimana tercantum dalam SIPI paling lambat 72 jam sebelum pelaksanaan transhipment; b. transmitter (on line) aktif serta dapat terpantau; c. kapal penangkap ikan dan kapal pengangkut ikan tercantum dalam daftar kapal (record of vessels) sebagai kapal yang diizinkan (authorized vessels); d. nahkoda harus menyampaikan secara elektronik rencana transhipment (transhipment declaration) kepada kepala pelabuhan pangkalan di Indonesia dan sekretariat RFMO paling lambat 24 jam sebelum pelaksanaan transhipment; e. transhipment disaksikan oleh pemantau di atas kapal pengangkut ikan (observer on board) dari RFMO; f. nahkoda harus mengisi dan menyerahkan secara elektronik pernyataan transhipment (transhipment declaration) yang telah disahkan oleh para pihak kepada kepala pelabuhan pangkalan di Indonesia paling lambat 15 hari setelah transhipment; Aturan kapal penangkap ikan dalam Pasal 30 ayat (3) pada Permen KP No. PER.12/MEN/2012 yang melakukan transhipment di pelabuhan negara lain yang menjadi anggota RFMO pada wilayah RFMO yang sama harus memenuhi persyaratan: a. nahkoda memberitahukan kepada kepala pelabuhan pangkalan di Indonesia sebagaimana tercantum dalam SIPI paling lambat 72 jam sebelum pelaksanaan transhipment; b. transmitter (on line) aktif serta dapat terpantau; c. kapal penangkap ikan dan kapal pengangkut ikan tercantum dalam daftar kapal (record of vessels) sebagai kapal yang diizinkan (authorized vessels); d. nahkoda harus menyampaikan secara elektronik rencana transhipment dengan mengisi pernyataan transhipment (transhipment declaration) kepada otoritas pelabuhan di luar negeri dan sekretariat RFMO paling lambat 48 jam sebelum pelaksanaan transhipment; e. nahkoda harus menginformasikan secara elektronik pada saat transhipment berlangsung kepada kepala pelabuhan pangkalan di Indonesia dalam bentuk pernyataan transhipment (transhipment declaration) f. nahkoda harus mengisi dan menyerahkan secara elektronik pernyataan transhipment (transhipment declaration) yang telah disahkan oleh para pihak kepada kepala pelabuhan pangkalan di Indonesia paling lambat 15 hari setelah transhipment. 17

30 18 Kapal pengangkut ikan dalam aturan perundang-undangan Indonesia mengenai syarat dalam transhipment diatur dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.12/MEN/2012 bahwa: a. nahkoda memberitahukan kepada kepala pelabuhan pangkalan di Indonesia sebagaimana tercantum dalam SIKPI paling lambat 72 jam sebelum pelaksanaan transhipment; b. transmitter (on line) aktif serta dapat terpantau; c. kapal penangkap ikan dan kapal pengangkut ikan tercantum dalam daftar kapal (record of vessels) sebagai kapal yang diizinkan (authorized vessels); d. nahkoda harus menyampaikan secara elektronik rencana transhipment (transhipment declaration) kepada otoritas pelabuhan di luar negeri dan sekretariat RFMO paling lambat 48 jam sebelum pelaksanaan transhipment; e. nahkoda harus menginformasikan secara elektronik pada saat transhipment berlangsung kepada kepala pelabuhan pangkalan di Indonesia dalam bentuk pernyataan transhipment (transhipment declaration) f. nahkoda harus mengisi dan menyerahkan secara elektronik pernyataan transhipment (transhipment declaration) yang telah disahkan oleh para pihak kepada kepala pelabuhan pangkalan di Indonesia paling lambat 15 hari setelah transhipment. Ketiga, Indonesia telah mengatur mengenai observer atau pemantau di atas kapal. Pemantau penangkapan ikan dan pengangkut ikan sebagaimana tercantum dalam Permen KP No. 1/PERMEN-KP./2013 tentang Pemantau Kapal Penangkap Ikan dan Kapal Pengangkut Ikan pada Pasal 2, Pasal 4 ayat (1), dan Pasal 7 ayat (1). Pada Pasal 2 menjelaskan ruang lingkup Pemantau Penangkapan Ikan dan Pengangkutan Ikan: kapal penangkap ikan diatas 30 GT yang beroperasi di WPP- NRI dan laut lepas dengan kapal pengangkut ikan yang beroperasi di WPP-NRI dan laut lepas. Pada Pasal 4 ayat (1) menjelaskan mengenai persyaratan observer: a. Pegawai Negeri Sipil dan Non Pegawai Negeri Sipil; b. Warga Negara Indonesia (WNI); c. pendidikan: 1) Sarjana (S1) atau Diploma IV jurusan perikanan, kelautan, atau biologi; 2) Diploma III jurusan perikanan, kelautan, atau biologi dengan pengalaman kerja di laut minimal 1 (satu) tahun; atau 3) Sekolah Umum Perikanan Menengah (SUPM)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Perikanan dengan pengalaman kerja di laut minimal 3 (tiga) tahun. d. sehat jasmani dan rohani berdasarkan surat keterangan dari rumah sakit Pemerintah; e. memiliki buku pelaut (seamen book); f. memiliki paspor untuk Pemantau Penangkapan Ikan dan Pengangkutan Ikan yang beroperasi di laut lepas; g. memiliki Surat Tanda Tamat Pelatihan Pemantau Penangkapan Ikan dan Pengangkutan Ikan yang diterbitkan oleh unit kerja yang bertanggung jawab di bidang Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan.

31 Berdasarkan Permen KP No. 1/PERMEN-KP/2013 pada Pasal 7 ayat (1) menjelaskan bahwa Pemantau Penangkapan Ikan dan Pengangkutan Ikan ditugaskan oleh Direktur Jenderal pada: a. kapal penangkap ikan yang menggunakan alat penangkapan ikan purse seine dan long line untuk kapal yang beroperasi di laut lepas; b. kapal penangkap ikan yang beroperasi di WPP-NRI dengan menggunakan alat penangkap ikan kelompok: 1) Pancing 2) Jaring lingkar, jaring angkat, dan jaring insang 3) Pukat tarik dan pukat hela c. kapal pengangkut ikan yang beroperasi di WPP-NRI dan laut lepas. Tabel 5 Kesesuaian antara aturan internasional Negara Bendera mengenai pemantauan, pengendalian dan pengawasan dengan peraturan perundang-undangan Indonesia (Lampiran 2) Aturan Internasional Negara Bendera Peraturan Perundang- Undangan Indonesia Isi Peraturan Perundang- Undangan Indonesia Sistem kapal pemantauan -Permen KP No. 42/PERMEN-KP/2015 Logbook -Permen KP No. 48/PERMEN-KP/2014 -Permen KP No. 57/PERMEN-KP/2014 -Permen KP No. PER.12/MEN/2012 Observer -Permen KP No. 1/PERMEN-KP/ Kewajiban pemasangan transmiter SPKP -Kewajiban mengaktifkan transmiter SPKP dan membawa SKAT asli selama melakukan kegiatan perikanan -Isi informasi logbook -Kapal yang melakukan operasi penangkapan ikan wajib dilengkapi logbook yang diisi di atas kapal oleh Nahkoda secara objektif dan tepat waktu -Lokasi pendaratan hasil tangkapan harus sesuai dengan yang tercantum pada SIPI dan SIKPI -Ketentuan transhipment kapal penangkap ikan dan kapal pengangkut ikan di laut lepas -Ruang lingkup Pemantau Penangkapan Ikan dan Pengangkutan Ikan (observer) -Persyaratan observer -Penugasan observer oleh DirJen

32 20 Berdasarkan aturan internasional Negara Bendera mengenai sistem pemantauan kapal bahwa di Indonesia sudah menerapkan dengan sesuai dan spesifik pada Permen KP No. 42/PERMEN-KP/2015 dengan diperlukannya SKAT untuk mengaktifkan transmiter SPKP. Aturan mengenai logbook terbagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu informasi rangkaian operasi penangkapan dengan alih muatan. Indonesia dalam 2 (dua) bagian tersebut sudah sesuai dan menerapkan aturan melalui Permen KP No. 48/PERMEN-KP/2014 mengenai logbook, dan peraturan yang mengatur mengenai alih muatan yaitu pada Permen KP No. 57/PERMEN-KP/2014 dan Permen KP No. PER.12/MEN/2012 baik di WPP-NRI ataupun di laut lepas. Pada aturan alih muatan di WPP-NRI bahwa alih muatan tidak diijinkan dan mengharuskan mendaratkan hasil tangkapan dari operasi penangkapan ke pelabuhan pangkalan, namun transhipment di laut lepas diperbolehkan dengan syarat seperti aturan pada Pasal 30 ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5). Aturan internasional mengenai pemantauan dan pengawasan terhadap hasil tangkapan dan dukungan angkutan kapal, di Indonesia sudah memenuhi aturan tersebut melalui Permen KP No. 1/PERMEN-KP/2013. Pada peraturan perundang-undangan khususnya Permen KP No. 1/PERMEN-KP/2013 mengatur persyaratan, tugas observer, dan penempatan observer. Dengan adanya observer akan memudahkan dalam pengambilan data hasil tangkapan dan wujud antisipasi dari pelanggaran-pelanggaran di laut. Berdasarkan ketiga aturan Negara Bendera mengenai sistem pemantauan kapal, logbook dan observer dalam peraturan perundang-undangan Indonesia sudah sesuai dan diatur dengan baik oleh Indonesia. Sehingga aturan tersebut seharusnya bisa berjalan dengan baik di Indonesia karena tidak ada ketimpangan hukum mengenai pemantauan, pengendalian, dan pengawasan. Implementasi Aturan Negara Bendera (Flag State) di Indonesia Aturan Negara Bendera (Flag State) yang menjadi bahasan dalam aturan nasional meliputi pendaftaran kapal sesuai standar, pengadaan kapal, pendaftaran kapal untuk di laut lepas, observer, sistem pemantauan kapal, dan logbook. Isi dari aturan Negara Bendera pada implementasi pertama, mengenai pendaftaran kapal sesuai standar. Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang sudah tercantum pada penelitian ini saat di PPS Nizam Zachman (PPS NZ) sudah menerapkannya dengan baik, seperti tercantum pada Tabel 6. Tabel 6 Implementasi peraturan pendaftaran kapal sesuai standar di PPS Nizam Zachman Persyaratan (buku/dokumen/berkas) Keterangan SIUP SIPI/SIKPI SPB

33 Lanjutan Tabel 6 Persyaratan (buku/dokumen/berkas) SLO Bukti kepemilikan Identitas pemilik Surat ukur Akta hipotik Pendaftaran hak kebendaan lainnya atas kapal Rekomendasi dari Direktur Jenderal Perikanan Tangkap untuk kapal pengangkut ikan Surat tanda kebangsaan kapal Sertifikat kelaikan dan pengawakan kapal untuk kapal penangkap ikan Foto kapal keseluruhan tampak samping ukuran 5x10 cm (2 lembar bewarna) Surat keterangan penghapusan dari daftar kapal yang diterbitkan oleh negara asal untuk kapal yang dibeli atau diperoleh dari luar negeri dan sudah terdaftar di negara asal Surat pernyataan bermeterai cukup yang menyatakan bertanggung jawab atas kebenaran data dan informasi yang disampaikan Keterangan 21 Berdasarkan Tabel 6 bahwa di PPS NZ sudah menerapkan aturan pendaftaran kapal dengan baik dan tidak ada kendala yang dialami dalam kelengkapan persyaratan untuk melakukan kegiatan operasi penangkapan ikan. Aturan yang terimplementasi dengan baik di PPS NZ juga didukung oleh adanya gerai perizinan kapal penangkap ikan hasil pengukuran ulang yang mempermudah para pelaku usaha perikanan tangkap mendaftarkan kapalnya untuk berlayar dan beroperasi. Gerai perizinan tersebut sudah diatur pada Permen KP No. 11/PERMEN-KP/2016 tentang Standar Pelayanan Minimum Gerai Perizinan Kapal Penangkap Ikan Hasil Pengukuran Ulang sebagai suatu wadah pelayanan yang cepat, mudah, terjangkau dan terukur dalam mempermudah perizinan kapal. Informasi yang didapatkan pada Tabel 6 diperoleh melalui wawancara dengan informan pendaftaran kapal atau biasa disebut agen atau pengurus. Agen atau pengurus pendaftaran kapal adalah perwakilan pemilik kapal dalam kegiatan pengurusan pendaftaran dan perizinan kapal. Hal ini terjadi karena rata-rata pemilik kapal yang memiliki kapal berukuran besar tidak mengetahui prosedur dan persyaratan pendaftaran maupun perizinan kapalnya. Kedua, membahas mengenai pengadaan kapal. Informasi yang diperoleh dari pihak PPS NZ dan pelaku usaha bahwa kapal-kapal yang diimpor dari luar negeri baik kapal perikanan baru ataupun kapal yang sudah lama tidak diizinkan beroperasi di PPS NZ. Kapal-kapal yang berasal dari luar negeri di PPS NZ di nonaktifkan sementara akibat dari berimbasnya aturan moratorium. Dalam hal ini, PPS NZ sudah menerapkan aturan dari Permen KP No. 56/PERMEN-KP/2014, Akan tetapi, pada UU Perikanan dan Permen KP No. PER.30/MEN/2012 masih

34 22 mengatur mengenai pengadaan kapal dari luar negeri. Permasalahan yang dialami pada substansi pengadaan kapal adalah tidak selarasnya hukum yang berjalan bukan pada implementasinya. Perlunya kajian ulang dalam membahas mengenai hukum-hukum perikanan di Indonesia agar tidak terjadinya pelanggaran yang diakibatkan oleh celah pada hukum perikanan. Ketiga mengenai pendaftaran kapal di laut lepas. Pada substansi ini tidak berbeda jauh dengan pendaftaran kapal di WPP-NRI, namun hanya satu persyaratan yang berbeda dari hasil wawancara dengan informan pengurus atau agen pendaftaran kapal di PPS NZ. Perbedaannya yaitu terdapat aturan kapal yang mengacu pada standar Regional Fisheries Management Organization (RFMO). Dalam hal ini, PPS NZ sudah menerapkan aturan Permen KP No. PER.12/MEN/2012 yaitu lengkapnya persyaratan-persyaratan kelengkapan pendaftaran kapal untuk menangkap ikan di laut lepas (Lampiran 3). Standar RFMO di Indonesia mengacu pada Peraturan Presiden RI No. 9 tahun 2007 yang mengatur tentang Pengesahan Agreement for the Establishment of the Indian Ocean Tuna Commision (Persetujuan tentang Pembentukan Komisi Tuna Samudera Hindia) dan Peraturan Presiden RI No. 109 tahun 2007 tentang Pengesahan Convention for the Conservation of Southern Bluefin Tuna (Konvensi tentang Konservasi Tuna Sirip Biru Selatan) sehingga membenarkan bahwa Indonesia sudah menerapkan aturan pendaftaran kapal di laut lepas terkait aturan Permen KP No. PER.12/MEN/2012. Indonesia sudah terdaftar dalam IOTC sebagai record of currently authorized vessels (Lampiran 5). Indonesia juga terdaftar di CCSBT (Lampiran 5). Keempat, mengenai sistem pemantauan kapal perikanan. Dalam memenuhi aturan internasional maka dibuat aturan nasional yang membahas mengenai sistem pemantauan kapal. Hasil dari wawancara dengan Nahkoda dan petugas pangkalan PSDKP PPS NZ bahwa kapal-kapal yang ukurannya lebih dari 30 GT baik yang beroperasi di WPP-NRI atau di laut lepas diwajibkan memasang transmiter SPKP. Dalam aktivasi transmiter ini di PPS NZ, menggunakan SKAT. SKAT yang didapatkan oleh kapal-kapal perikanan di PPS NZ dalam segi pendaftarannya sudah sesuai dengan aturan yang sudah ada (Tabel 7). Tabel 7 Kesesuaian aturan nasional dengan memperoleh SKAT fakta di PPS Nizam Zachman Perihal Keterangan Fotokopi SIPI/SIKPI Fotokopi bukti pembayaran air fee SPKP online Lembar pemasangan transmiter SPKP online Sistem pemantauan kapal secara online yang berjalan baik, dapat mempermudah pengawasan, sehingga pemantauan dan pengawasan terhadap kapal-kapal yang beroperasi baik di WPP-NRI ataupun di laut lepas dapat dilakukan dengan mudah. Akan tetapi dalam hal ini, pada Permen KP No. 42/PERMEN-KP/2015 Pasal 22 ayat (2) yang menjelaskan bahwa pengguna SPKP wajib mengaktifkan transmiter SPKP secara terus-menerus dan membawa

35 SKAT asli saat kegiatan operasi penangkapan, di PPS NZ masih terjadi ketidaksesuaian implementasi. Ketidaksesuaian implementesi ini cenderung disebut dengan pelanggaran seperti mematikan transmiter SPKP di laut oleh pelaku pelanggaran dengan alasan transmiter SPKP kabelnya rusak dimakan tikus, transmiter dimatikan dengan alasan terkena petir dan alasan lainnya. Petugas PSDKP setempat saat melakukan pemantauan melalui komputer menjelaskan bahwa pelaku yang sengaja mematikan transmiter SPKP bisa langsung terlihat pada komputer pemantauan. Kapal yang sengaja mematikan transmiter online biasanya terlacak dan data posisi kapal bisa terlihat dari hasil on screen di komputer pengawas. Pelanggaran jenis ini, biasanya dikonfirmasikan dan dilihat dari posisi operasi penangkapan di logbook. Kelima membahas mengenai susbstansi logbook. Implementasi dalam penerapan aturan logbook di bagian kesyahbandaran PPS NZ sudah sesuai dengan aturan di Indonesia. Aturan mengenai persyaratan-persyaratan dalam memenuhi logbook dari segi format sudah sesuai dengan aturan. Namun, terjadi pelanggaran seperti ketidaksesuaian data misalnya posisi kapal dari setting hingga hauling, serta data hasil tangkapan ada yang tidak terisi, dan pengisian data logbook tidak selalu diisi oleh Nahkoda. Pengisian logbook seringkali diisi oleh pengurus atau agen pendaftaran kapal. Hal ini bisa terjadi karena nahkoda tidak bisa membaca, Nahkoda tidak tahu bahwa harus mengisi logbook, dan Nahkoda sibuk saat operasi penangkapan, serta mereka ingin merahasiakan posisi penangkapan ikan. Jika dikaitkan dengan aturan nasional pada Permen KP No. 48/PERMEN- KP/2014 Pasal 5 ayat (2) dinyatakan bahwa yang harus mengisi logbook di atas kapal dan bertanggung jawab atas logbook adalah Nahkoda, yang diisi sesuai dengan data yang sebenarnya (objective) dan tepat waktu (up to date). Pengisian logbook bukan oleh Nahkoda dan data hasil tangkapan serta data posisi kapal tidak terisi dengan benar adalah bentuk ketidaksesuaian yang terjadi pada kapalkapal di PPS NZ. Apabila terjadi ketidaksesuaian pada pengisian logbook, proses verifikasi dengan sistem pemantauan kapal menjadi tidak sesuai, data yang di entry tidak valid yang berimbas kepada pengambilan keputusan yang salah yang menyebabkan terancamnya keberlanjutan sumberdaya ikan di laut. Berdasarkan Permen KP No. 57/PERMEN-KP/2014 transhipment pada WPP-NRI telah dihapuskan dan dilarang. Dalam hal ini, di Indonesia melarang kapal perikanan Indonesia untuk mengekspor ikan hasil tangkapannya langsung dari tengah laut. Sedangkan penerapan pada Permen KP No. PER.12/MEN/2012 bahwa kegiatan transhipment sudah diatur. Di PPS NZ untuk kapal-kapal yang melakukan kegiatan operasi penangkapan ikan di WPP-NRI sudah tidak diizinkan melakukan pemindahan muatan di tengah laut dan harus melakukan pemindahan muatan di pelabuhan, hal ini sudah diterapkan dengan baik, namun kapal-kapal yang sengaja mematikan transmiter SPKP ditengah laut, dan data hasil tangkapan yang ditulis hanya sedikit dalam logbook diduga melakukan pelanggaran yaitu pemindahan alih muatan atau ekspor di tengah laut. Sedangkan di laut lepas memang masih diperbolehkan melakukan transhipment dengan prosedur dan syarat-syarat untuk melakukan transhipment. Dalam segi pelaksanaan aturan transhipment, perlu ada pengawasan intensif serta penindaklanjutan hukum yang 23

36 24 tegas agar aturan transhipment berjalan dengan baik. Salah satu cara menghindari tindakan transhipment, pemerintah memberikan kebijakan mengenai pemantau di atas kapal sebagai pengawas saat melakukan operasi penangkapan ikan sampai dengan bongkar muat di pelabuhan. Keenam membahas mengenai pemantau di atas kapal atau biasa disebut observer. Pemantau di atas kapal di PPS Nizam Zachman sudah sesuai dengan aturan nasional di Indonesia yang mengatur mengenai persyaratan observer. Dalam hal persyaratan observer di PPS NZ sudah memenuhi dengan baik seperti yang tercantum pada penelitian ini. Ketidaksesuaian aturan pada substansi observer ini terltak pada jumlah observer di PPS NZ. Jumlah yang masih sedikit ini tidak mencukupi pemantauan, pengendalin dan pengawasan di atas kapal saat melakukan operasi penangkapan kapal hingga pemindahan muatan. Jika dikaitkan dengan aturan yang sudah ada bahwa Pemantau Penangkapan Ikan dan Pengangkutan Ikan dikhususkan untuk kapal penangkap ikan diatas 30 GT yang beroperasi di WPP-NRI dan laut lepas dengan kapal pengangkut ikan yang beroperasi di WPP-NRI dan laut lepas, di PPS NZ merupakan pelabuhan tipe A yang mayoritas kapal berkapasitas diatas 30 GT dengan alat tangkap yang mayoritas purse seine, boukeami, gillnet dan kapal pengangkut ikan seharusnya jumlah observer bisa menyesuaikan dengan hal tersebut. Kendala sumberdaya manusia (SDM) yang kurang, serta peraturan persyaratan yang mengijinkan observer dengan status Pegawai Negeri Sipil yang terikat dengan instansi Pemerintah yang cenderung memiliki tugas diluar observer akan menjadi kelemahan hukum yang berdampak pada implementasi peraturannya. Tabel 8 Implementasi aturan Negara Bendera di PPS Nizam Zachman Isi Substansi Aturan Negara Peraturan Perundang- Implementasi Aturan Bendera (Flag State) Undangan Indonesia Negara Bendera (Kendala) Pendaftaran kapal sesuai Sudah sesuai Aturannya sudah ada standar dan penerapannya sudah sesuai Pengadaan kapal Sudah sesuai Aturannya sudah ada dan penerapannya sudah sesuai Pendaftaran kapal bersyarat Sudah sesuai Aturannya sudah ada untuk laut lepas dan penerapannya sudah sesuai Sistem pemantauan kapal Sudah sesuai Aturannya sudah ada namun masih ada pelanggaran yang mematikan transmiter SPKP

37 25 Lanjutan Tabel 8 Isi Substansi Aturan Negara Peraturan Perundang- Implementasi Aturan Bendera (Flag State) Undangan Indonesia Negara Bendera (Kendala) Logbook Sudah sesuai Aturannya sudah ada namun pelaksanaan pengisian tidak dilakukan oleh Nahkoda dan data HT tidak sesuai Pemantau di atas kapal Sudah sesuai Aturannya sudah ada (observer) namun SDM terbatas Berdasarkan keenam substansi aturan Negara Bendera, implementasi di PPS NZ sudah sesuai dengan aturan yang ada mengenai pendaftaran kapal, akan tetapi dalam segi aturan pemantauan, pengendalian dan pengawasan baik pada substansi sistem pemantauan kapal, logbook, ataupun observer masih terjadi ketidaksesuaian terhadap aturan yang ada. Ketidaksesuaian aturan pada sistem pemantauan kapal yang terlacak akan terlihat pada data logbook terhadap hasil tangkapan yang sedikit saat pemindahan ikan di pelabuhan atau tidak sesuai dengan kapasitas kapal penangkap/pengangkut ikan. Peran logbook seharusnya sebagai salah satu sarana informasi hasil tangkapan ikan yang dipergunakan dalam proses verifikasi, pengisisan data (data entry), validasi data, analisis data, dan pengambilan kesimpulan untuk keberlangsungan sumberdaya ikan. Namun, dari cara pengisian logbook yang tidak benar dan tidak sesuai yang diisi oleh pengurus atau agen kapal mengakibatkan proses dalam pengambilan kesimpulan untuk keberlangsungan SDI menjadi salah. Antisipasi yang dibuat oleh Pemerintah dalam menanggulangi masalah sistem pemantauan kapal dan logbook adalah dengan adanya observer atau pemantau di atas kapal. Akan tetapi, implementasi yang ada terkait observer justru terlihat belum maksimal dengan SDM yang masih sedikit dan terikat pada instansi Pemerintah pada suatu pelabuhan. Hal ini menjadi suatu tantangan juga kelemahan bagi Indonesia dalam menindaklanjuti pelanggaran-pelanggaran yang bisa menyebabkan IUU fishing. Pengawasan dan penegakan hukum yang tegas selama pelaksanaan aturan tersebut terlihat masih kurang, seperti yang dijelaskan oleh Darmawan (2006) bahwa masalah dari alat untuk mengelola sumberdaya perikanan dengan baik yaitu hukum dan peraturan adalah konsistensi dalam tahap pelaksanaan, pengawasan, dan penegakan hukumnya. Perlunya pengawasan dan penegakkan hukum secara tegas tanpa toleransi bagi pelaku usaha menjadi saran kepada Pemerintah untuk menindaklanjuti ketidaksesuaian peraturan terhadap implementasi yang berjalan agar Indonesia bisa mengurangi kegiatan IUU fishing dengan baik.

38 26 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil analisis substansi internasional tentang pemberantasan IUU fishing dalam perspektif tindakan Negara Bendera maka terbagi 6 yaitu pendaftaran kapal sesuai standar, pengadaan kapal, pendaftaran kapal di laut lepas, observer, sistem pemantauan kapal, dan logbook. Kesesuaian peraturan perundang-undangan Indonesia dalam upaya pemberantasan IUU fishing sudah sesuai dengan aturan internasional IPOA IUU fishing dalam aturan Negara Bendera hanya terjadi perbedaan hukum mengenai pengadaan kapal. Implementasi aturan Negara Bendera dalam memberantas IUU fishing di PPS NZ sudah menerapkan peraturan perundang-undangan yang ada, namun ada praktik yang tidak sesuai dengan aturan yang ada pada pemantauan, pengendalian dan pengawasan mengenai sistem pemantauan kapal, logbook, dan observer. Saran Saran yang dapat penulis berikan dari hasil penelitian ini adalah perlu dilakukannya pengawasan mengenai pelanggaran kapal yang mematikan transmiter SPKP di tengah laut serta perlu dilakukannya perbaikan ketentuan mengenai logbook perikanan dalam pemberantasan IUU fishing beserta sanksi yang membuat efek jera, dan penambahan jumlah observer pada suatu pelabuhan, serta perbaikan ketentuan mengenai persyaratan observer agar SDM yang ada bisa fokus terhadap pemantauan, pengendalian dan pengawasan dan tidak terikat instansi Pemerintah. DAFTAR PUSTAKA Commission for the Conservation of Southern Bluefin Tuna (CCSBT) Authorized Vessels and Farms. [terhubung berkala] (18 Juni 2016). Darmawan Analisis Kebijakan Penanggulangan IUU Fishing Dalam Pengelolaan Perikanan Tangkap Indonesia [Disertasi]. Bogor (ID): Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Detiknews Kerugian Akibat Ilegal Fishing Rp 240 triliun. [terhubung berkala] menteri-susi-kerugian-akibat-illegal-fishing-rp-240-triliun/ (10 Maret 2016). Indian Ocean Tuna Commission (IOTC) Reccord of Currently Authorized Vessels. [terhubung berkala] (18 Juni 2016).

39 Idtesis.com Metode Penelitian Hukum Empiris dan Normatif. [terhubung berkala] (23 Agustus 2016). [KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor PER.08/MEN/2012 tentang Kepelabuhanan Perikanan. Jakarta (ID): KKP. [KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor PER.12/MEN/2012 tentang Usaha Perikanan Tangkap di Laut Lepas. Jakarta (ID): KKP. [KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 23/PERMEN-KP/2013 tentang Pendaftaran dan Penandaan Kapal. Jakarta (ID): KKP. [KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 1/PERMEN-KP/2013 tentang Pemantau Kapal Penangkap Ikan dan Kapal Pengangkut Ikan. Jakarta (ID):KKP. [KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 48/PERMEN-KP/2014 tentang Logbook Penangkapan Ikan. Jakarta (ID): KKP. [KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 56/PERMEN-KP/2014 tentang Penghentian Sementara (Moratorium) Perizinan Usaha Perikanan Tangkap di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia. Jakarta (ID): KKP. [KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 57/PERMEN-KP/2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.30/MEN/2012 tentang Usaha Perikanan Tangkap di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia. Jakarta (ID): KKP. [KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 25/PERMEN-KP/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun Jakarta (ID): KKP. [KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 42/PERMEN-KP/2015 tentang Sistem Pemantauan Kapal. Jakarta (ID): KKP. [KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 11/PERMEN-KP/2016 tentang Standar Pelayanan Minimum Gerai Perizinan Kapal Penangkap Ikan Hasil Pengukuran Ulang. Jakarta (ID): KKP. Kementerian Perhubungan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 13 Tahun 2012 tentang Pendaftaran dan Kebangsaan Kapal. Jakarta (ID): Kemenhub. Lestari Y Kajian Adopsi Circle Hook dalam Perikanan Tuna Longline oleh Commission for the Conservatioan of Southern Bluefin Tuna (CCSBT) dan Indonesia [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Mardia Manfaat Keanggotaan Indonesia dalam Indian Ocean Tuna Commission (IOTC) [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 27

40 28 Marzuki PM Penelitian Hukum, cetakan ke-11. Jakarta: Kencana. Peraturan Presiden Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2007 tentang Pengesahan Agreement for the Establishment of the Indian Ocean Tuna Comission. Peraturan Presiden Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2007 tentang Pengesahan Convention for the Conservation of Southern Bluefin Tuna. Ramalia D Analisis Praktik IUU (Illegal, Unreported, and Unregulated) Fishing dan Upaya Penanganannya Melalui Adopsi Mekanisme Port State Measures di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang PerubahanAtas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan. Jakarta: Republik Indonesia. Soekanto S dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat. Jakarta (ID): Raja Grafindo Persada. Solihin A, Wiyono ES Politik Hukum Pengelolaan Perikanan Tuna di Laut Lepas oleh RFMO. Di dalam: WWF-Indonesia, editor. Simposium Nasional Pengelolaan Perikanan Tuna Berkelanjutan; 2014 Des 10-11; Bali, Indonesia. Bali (ID): WWF-Indonesia. Sugiyono Metode Penelitian Administrasi. Bandung (ID): Alfabeta.

41 Lampiran 1 Matriks kesesuaian aturan internasional pendaftaran kapal dengan peraturan perundang-undangan Indonesia Substansi Flag State dalam IPOA-IUU fishing Pendaftaran kapal sesuai standar Persyaratan dalam memenuhi substansi Flag State dalam IPOA-IUU fishing Pendaftaran kapal sesuai dengan standar dan tidak terlibat IUU fishing Catatan kepemilikan baru dan pemilik baru dan tidak terlibat pelanggaran hukum Perundang-undangan nasional Undang-Undang No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan sebagaimana diubah menjadi UU No. 45 Tahun 2009 tentang Perikanan: -Pasal 36 ayat (2) Peraturan Menteri Perhubungan No.13 Tahun 2012 tentang Pendaftaran dan Kebangsaan Kapal: -Pasal 2 ayat (1) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 23/PERMEN-KP/2013 Tentang Pendaftaran dan Penandaan Kapal: -Pasal 5 Peraturan Menteri KP No. 30 Tahun 2012 tentang Usaha Perikanan Tangkap di WPP-NRI: -Pasal 85 ayat (1) -Pasal 86 Keterangan Pendaftaran kapal dilengkapi dokumen: bukti kepemilikan, identitas pemilik, surat ukur Pendaftaran kapal: pendaftaran hak milik, pembebanan hipotek, pendaftaran hak kebendaan lainnya atas kapal Pendaftaran kapal perikanan berbendera Indonesia dilengkapi dokumen: -Fotokopi SIUP -Fotokopi bukti kepemilikan (grosse akte) -Rekomendasi dari Direktur Jenderal -Fotokopi surat tanda kebangsaan kapal -Fotokopi sertifikat kelaikan dan pengawakan kapal untuk kapal penangkap ikan -Foto kapal keseluruhan tampak samping dengan ukuran 5x10 cm sebanyak 2 lembar (bewarna) -Surat keterangan penghapusan dari daftar kapal yang diterbitkan oleh negara asal untuk kapal yang dibeli atau diperoleh dari luar negri dan sudah terdaftar di negara asal -Surat pernyataan bermeterai cukup yang menyatakan bertanggung jawab 29

42 30 Substansi Flag State dalam IPOA-IUU fishing Pengadaan kapal-kapal Persyaratan dalam memenuhi substansi Flag State dalam IPOA-IUU fishing Kapal yang dipesan baik ekspor maupun impor sesuai dengan tata cara dari masing-masing negara dan tidak ada catatan atau tindakan pelanggaran terkait IUU fishing Perundang-undangan nasional Undang-Undang No. 45 Tahun 2009 tentang Perikanan: -Pasal 36 ayat (3) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor PER.30/MEN/2012 tentang Usaha Perikanan Tangkap di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia: -Pasal 31 ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia No. 56/PERMEN-KP/2014 tentang Pemberhentian Sementara (Moratorium) Perizinan Usaha Perikanan Tangkap di WPP-NRI: Keterangan atas kebenaran data dan informasi yang disampaikan Kapal perikanan berbendera Indonesia yang beroperasi di WPP-NRI wajib didaftarkan dalam buku kapal perikanan Dokumen di atas kapal penangkap ikan dan/atau kapal pengangkut ikan di WPP-NRI: SIPI/SIKPI asli, SLO asli, SPB asli Pengadaan kapal penangkap ikan dan/atau kapal pengangkut ikan dapat dilakukan dari dalam negeri dan/atau luar negeri dengan cara membeli, membangun, atau memodifikasi Pengadaan kapal penangkap ikan dan/atau kapal pengangkut ikan dari dalam negeri atau luar negeri dilakukan dalam keadaan baru atau bekas atas nama pemegang SIUP Pengadaan kapal penangkap ikan dan/atau kapal pengangkut ikan dari dalam negeri harus mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya Pengadaan kapal penangkap ikan dan/atau kapal pengangkut ikan dari luar negeri harus mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal

43 Substansi Flag State dalam IPOA-IUU fishing Persyaratan dalam memenuhi substansi Flag State dalam IPOA-IUU fishing Perundang-undangan nasional -Pasal 1 ayat (2) Keterangan Pengadaan kapal penangkap ikan dari luar negeri dengan kriteria: -Keadaan baru, dengan ketentuan diatas 100 (seratus) GT -Keadaan bekas berukuran diatas 100 (seratus) GT dengan ketentuan: 1. Paling banyak 50% (lima puluh persen) dari alokasi kapal yang tercantum dalam SIUP 2. Umur kapal tidak lebih dari 10 (sepuluh) tahun 3. Dilakukan oleh perusahaan perikanan yang berbadan hukum Pengadaan kapal pengangkut ikan dari luar negeri dengan kriteria: -Keadaan baru, dengan ketentuan diatas 500 GT -Keadaan bekas berukuran diatas 1000 (seribu) GT dengan ketentuan: 1. Paling banyak 50% (lima puluh persen) dari alokasi kapal yang tercantum dalam SIUP 2. Umur kapal tidak lebih dari 10 (sepuluh) tahun 3. Dilakukan oleh perusahaan perikanan yang berbadan hukum Penghentian sementara diberlakukan bagi kapal yang pembangunannya dilakukan di luar negeri 31

44 32 Substansi Flag State dalam IPOA-IUU fishing Pendaftaran kapal untuk menangkap ikan di laut lepas Persyaratan dalam memenuhi substansi Flag State dalam IPOA-IUU fishing Negara harus mendaftarkan secara bersyarat untuk menangkap ikan di laut lepas Perundang-undangan nasional Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor PER.12/MEN/2012 tentang Usaha Perikanan Tangkap di Laut Lepas: -Pasal 4 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) -Pasal 5 ayat (2) dan ayat (3) -Pasal 8 ayat (2) dan ayat (3) -Pasal 10 ayat (2) dan ayat (3) Keterangan Setiap orang yang melakukan usaha perikanan tangkap di laut lepas, wajib memiliki izin usaha perikanan tangkap. Izin usaha perikanan tangkap yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal tersebut meliputi: -Izin usaha perikanan yang diterbitkan dalam bentuk SIUP -Izin penangkapan ikan yang diterbitkan dalam bentuk SIPI -Izin kapal pengangkut ikan yang diterbitkan dalam bentuk SIKPI SIUP berlaku selama orang melakukan kegiatan usaha perikanan. Persyaratan untuk memiliki SIUP yang diajukan kepada Direktur Jenderal melampirkan: -Rencana usaha meliputi rencana investasi, rencana kapal, dan rencana operasional -Fotokopi Nomor Pokok Wajib (NPWP) penanggung jawab perusahaan atau pemilik kapal, dengan menunjukkan aslinya -Fotokopi Kartu Tanda Penduduk penanggung jawab perusahaan atau pemilik kapal, dengan menunjukkan aslinya -Surat keterangan domisili usaha -Fotokopi akta pendirian perusahaan

45 Substansi Flag State dalam IPOA-IUU fishing Persyaratan dalam memenuhi substansi Flag State dalam IPOA-IUU fishing Perundang-undangan nasional Keterangan yang menyebutkan bidang perikanan yang telah disahkan oleh instansi yang terkait atau pejabat yang berwenang dengan menunjukkan aslinya -Surat pernyataan bermaterai cukup dari penanggung jawab perusahaan atau pemilik kapal yang menyatakan: 1. Kebenaran data dan informasi yang disampaikan 2. Kesediaan merealisasikan rencana usaha 3. Kesediaan mematuhi dan melaksanakan semua ketentuan peraturan perundang-undangan, persyaratan dan/atau standar internasional yang diterima secara umum SIPI berlaku selama 1 (satu) tahun. Orang yang akan memiliki SIPI harus mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal dengan melampirkan: -Fotokopi SIUP -Fotokopi grosse akta, dengan menunjukan aslinya -Fotokopi gambar rencana umum kapal (general arrangement) termasuk spesifikasi teknis alat penangkap ikan 33

46 34 Substansi Flag State dalam IPOA-IUU fishing Persyaratan dalam memenuhi substansi Flag State dalam IPOA-IUU fishing Perundang-undangan nasional Keterangan -Data kapal dengan format mengacu pada standar RFMO -Rencana target spesies penangkapan ikan di laut lepas untuk kapal penangkap ikan -Surat keterangan pemasangan transmitter (on line) -Surat pernyataan bermaterai cukup dari penanggung jawab perusahaan atau pemilik kapal yang menyatakan: 1. Kesanggupan menggunakan perwira yang bersertifikat Ahli Nautika Kapal Penangkap Ikan (ATKAPIN) sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan 2. Kesanggupan menerima, membantu kelancaran tugas, serta menjaga keselamatan pemantau di atas kapal penangkap ikan (observer on board) 3. Kesanggupan mengisi logbook secara lengkap dan benar 4. Kapal yang digunakan tidak tercantum dalam daftar kapal yang melakukan penangkapan ikan secara tidak sah, tidak dilaporkan, dan tidak diatur (IUU fishing) SIKPI berlaku selama 1 (satu) tahun. Pengajuan permohonan untuk memiliki

47 Substansi Flag State dalam IPOA-IUU fishing Persyaratan dalam memenuhi substansi Flag State dalam IPOA-IUU fishing Perundang-undangan nasional Keterangan SIKPI yang ditujukan kepada Direktur Jenderal dengan melampirkan: -Fotokopi SIUP -Fotokopi grosse akta dengan menunjukkan aslinya -Fotokopi gambar rencana umum kapal (general arrangement) termasuk spesifikasi teknis kapal pengangkut ikan -Data kapal dengan format mengacu pada standar RFMO -Surat keterangan pemasangan transmitter (on line) -Surat pernyataan bermaterai cukup yang menyatakan bahwa kapal yang digunakan tidak tercantum dalam daftar kapal yang melakukan pengangkutan ikan secara tidak sah, tidak dilaporkan, dan tidak diatur (IUU fishing) 35

48 36 Lampiran 2 Matriks kesesuaian aturan internasional pemantauan, pengendalian, dan pengawasan dengan perundang-undangan Indonesia Substansi Flag State dalam IPOA-IUU fishing Sistem kapal/vessel System (VMS) pemantauan Monitoring Persyaratan dalam memenuhi substansi Flag State dalam IPOA- IUU fishing Sistem pemantauan kapal Perundang-undangan nasional Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 42/PERMEN-KP/2015 tentang Sistem Pemantauan Kapal Perikanan: -Pasal 12 ayat (1) -Pasal 16 ayat (1) dan ayat (2) -Pasal 17 ayat (1) -Pasal 22 ayat (2) Keterangan Kapal dengan ukuran lebih dari 30 GT yang beroperasi di WPP-NRI atau di laut lepas wajib memasang transmiter Sistem Pemantau Kapal Perikanan (SPKP) SKAT berlaku 1 (satu) tahun sesuai masa berlaku airtime fee SPKP yang telah dibayar Bukti bahwa kapal perikanan telah mengaktifkan transmiter SPKP diterbitkan Surat Keterangan Aktivasi Transmiter (SKAT). Cara memperoleh SKAT harus mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal dengan melampirkan: -Fotokopi SIPI atau SIKPI -Fotokopi bukti pembayaran airtime fee SPKP online, selama 1 (satu) tahun -Lembar pemasangan transmiter SPKP Pengguna SPKP wajib mengaktifkan transmiter SPKP secara terus-menerus dan membawa SKAT asli pada saat kegiatan perikanan

49 Substansi Flag State dalam IPOA-IUU fishing Persyaratan dalam memenuhi substansi Flag State dalam IPOA- IUU fishing Logbook Informasi laporan kondisi (rangkaian waktu dari hasil tangkapan dan upaya statistik; jumlah hasil tangkapan, berat hasil dan jenis tangkapan baik tangkapan utama atau tangkapan sampingan; statistik yang tidak terhitung dari jumlah atau berat hasil tertulis untuk kelayakan tangkapan bagi perikanan; perhitungan dari metode penangkapan; lokasi penangkapan, tanggal dan waktu menangkap ikan serta tindakan penangkapan ikan lainnya) Laporan administrasi alih muatan ke lembaga terkait seperti: -Tanggal dan lokasi semua pemindahan muatan ikan di laut -Berat jenis ikan, daerah tangkapan, dan hasil tangkapan dalam alih muatan -Nama, pendaftaran, pelayaran dan informasi lain terkait pengenalan kapal yang terlibat -Pelabuhan pendaratan dari hasil tangkapan alih muatan ikan tersebut Perundang-undangan nasional Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 48/PERMEN-KP/2014 tentang Logbook Penangkapan Ikan: -Pasal 4 ayat (3) -Pasal 5 ayat (1), ayat (2), ayat (3) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 57/PERMEN-KP/2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.30/MEN/2012 tentang Usaha Perikanan Tangkap di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia: -Pasal 37 ayat (6) dan ayat (9) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.12/MEN/2012 tentang Usaha Perikanan Tangkap di Laut Lepas: -Pasal 30 ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) Keterangan Logbook penangkapan ikan memuat informasi mengenai: -Data kapal penangkap ikan -Data alat penangkapan ikan -Data operasi penangkapan ikan -Data ikan hasil tangkapan Setiap kapal perikanan yang memiliki SIPI dan melakukan operasi penangkapan ikan wajib dilengkapi dengan logbook penangkapan ikan. Logbook penangkapan menjadi tanggung jawab Nahkoda, yang diisi sesuai dengan data yang sebenarnya (objective) dan tepat waktu (up to date) Setiap kapal penangkap ikan dan kapal pengangkut ikan wajib mendaratkan ikan hasil tangkapan di pelabuhan pangkalan sebagaimana tercantum dalam SIPI dan SIKPI. Jika tidak mendaratkan di pelabuhan pangkalan maka diberikan sanksi pencabutan SIPI atau SIKPI Kapal penangkap ikan dapat melakukan transhipment di laut lepas maupun di negara lain yang menjadi anggota RFMO pada wilayah RFMO yang sama Kapal penangkap ikan yang melakukan transhipment di laut lepas harus 37

50 38 Substansi Flag State dalam IPOA-IUU fishing Persyaratan dalam memenuhi substansi Flag State dalam IPOA- IUU fishing Perundang-undangan nasional Keterangan memenuhi persyaratan: -Nahkoda memberitahukan kepada kepala pelabuhan pangkalan di Indonesia sebagaimana tercantum dalam SIPI paling lambat 72 jam sebelum pelaksanaan transhipment; -Transmitter (on line) aktif serta dapat terpantau; -Kapal penangkap ikan dan kapal pengangkut ikan tercantum dalam daftar kapal (record of vessels) sebagai kapal yang diizinkan (authorized vessels); -Nahkoda harus menyampaikan secara elektronik rencana transhipment dengan mengisi pernyataan transhipment (transhipment declaration) kepada kepala pelabuhan pangkalan di Indonesia dan sekretariat RFMO paling lambat 24 jam sebelum pelaksanaan transhipment; -Transhipment disaksikan oleh pemantau di atas kapal pengangkut ikan (observer on board) dari RFMO; -Nahkoda harus mengisi dan menyerahkan secara elektronik pernyataan transhipment

51 Substansi Flag State dalam IPOA-IUU fishing Persyaratan dalam memenuhi substansi Flag State dalam IPOA- IUU fishing Perundang-undangan nasional Keterangan (transhipment decralaration) yang telah disahkan oleh para pihak kepada kepala pelabuhan pangkalan di Indonesia paling lambat 15 hari setelah transhipment. Kapal penangkap ikan yang melakukan transhipment di pelabuhan negara lain yang menjadi anggota RFMO pada wilayah RFMO yang sama harus memenuhi persyaratan: -Nahkoda memberitahukan kepada kepala pelabuhan pangkalan di Indonesia sebagaimana tercantum dalam SIPI paling lambat 72 jam sebelum pelaksanaan transhipmet; -Transmitter (on line) aktif serta dapat terpantau; -Kapal penangkap ikan dan kapal pengangkut ikan tercantum dalam daftar kapal (record of vessels) sebagai kapal yang diizinkan (authorized vessels); -Nahkoda harus menyampaikan secara elektronik rencana transhipment dengan mengisi pernyataan transhipment (transhipment declaration) kepada otoritas pelabuhan di luar negeri dan 39

52 40 Substansi Flag State dalam IPOA-IUU fishing Persyaratan dalam memenuhi substansi Flag State dalam IPOA- IUU fishing Perundang-undangan nasional Keterangan sekretariat RFMO paling lambat 48 jam sebelum pelaksanaan transhipment; -Nahkoda harus menginformasikan secara elektronik pada saat transhipment berlangsung kepada kepala pelabuhan pangkalan di Indonesia dalam bentuk pernyataan transhipment (transhipment declaration); -Nahkoda harus mengisi dan menyerahkan secara elektronik pernyataan transhipment (transhipment declaration) yang telah disahkan oleh para pihak kepada kepala pelabuhan pangkalan di Indonesia paling lambat 15 hari setelah transhipment. Kapal pengangkut ikan yang akan melakukan transhipment di laut lepas harus memenuhi syarat: -Nahkoda memberitahukan kepada kepala pelabuhan pangkalan di Indonesia sebagaimana tercantum dalam SIKPI paling lambat 72 jam sebelum pelaksanaan transhipment; -Transmitter (on line) aktif serta dapat terpantau;

53 Substansi Flag State dalam IPOA-IUU fishing Persyaratan dalam memenuhi substansi Flag State dalam IPOA- IUU fishing Perundang-undangan nasional Keterangan -Kapal penangkap ikan dan kapal pengangkut ikan tercantum dalam daftar kapal (record of vessels) sebagai kapal yang diizinkan (authorized vessels); -Nahkoda harus menyampaikan secara elektronik rencana transhipment dengan mengisi pernyataan transhipment (transhipment declaration) kepada otoritas pelabuhan di luar negeri dan sekretariat RFMO paling lambat 48 jam sebelum pelaksanaan transhipment; -Transhipment disaksikan oleh otoritas pelabuhan di tempat pelaksanaan transhipment; -Nahkoda harus menginformasikan secara elektronik pada saat transhipment berlangsung kepada kepala pelabuhan pangkalan di Indonesia dalam bentuk pernyataan transhipment (transhipment declaration); -Nahkoda harus mengisi dan menyerahkan secara elektronik pernyataan transhipment (transhipment declaration) yang telah 41

54 42 Substansi Flag State dalam IPOA-IUU fishing Persyaratan dalam memenuhi substansi Flag State dalam IPOA- IUU fishing Perundang-undangan nasional Keterangan disahkan oleh para pihak kepada kepala pelabuhan pangkalan di Indonesia paling lambat 15 hari setelah transhipment. Observer Pemantauan dan pengawasan terhadap hasil tangkapan dan dukungan angkutan kapal, dan pemeriksaan kapal agar memastikan tidak ada kapal yang kembali dengan pasokan kapal penangkap ikan yang terlibat dalam kegiatan atau pemindahan muatan ikan ke atau dari kapal yang terlibat IUU fishing Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 1/PERMEN-KP/2013 tentang Pemantau Kapal Penangkap Ikan dan Kapal Pengangkut Ikan -Pasal 2 -Pasal 4 ayat (1) -Pasal 7 ayat (1) Ruang lingkup Pemantau Penangkapan Ikan dan Pengangkutan Ikan: kapal penangkap ikan diatas 30 GT yang beroperasi di WPP-NRI dan laut lepas dengan kapal pengangkut ikan yang beroperasi di WPP-NRI dan laut lepas. Persyaratan Pemantau Penangkapan Ikan dan Pengangkutan Ikan terdiri dari : a. PNS dan Non PNS; b. WNI; c. Pendidikan : S1 atau Diploma IV jurusan perikanan, kelautan, atau biologi, Diploma III jurusan perikanan, kelautan, atau biologi, SUPM/SMK Perikanan dengan pengalaman kerja di laut minimal 3 (tiga) tahun; d. Sehat jasmani dan rohani berdasarkan surat keterangan dari rumah sakit Pemerintah; e. Memiliki seaman book; f. Memiliki paspor untuk Pemantau Penangkapan Ikan dan Pengangkutan Ikan yang beroperasi di laut lepas; g. Memiliki Surat Tanda Tamat Pelatihan Pemantau Penangkapan Ikan dan

55 Substansi Flag State dalam IPOA-IUU fishing Persyaratan dalam memenuhi substansi Flag State dalam IPOA- IUU fishing Perundang-undangan nasional Keterangan Pengangkutan Ikan Pemantau Penangkapan Ikan dan Pengangkutan Ikan ditugaskan oleh Direktur Jenderal pada: -Kapal penangkap ikan yang menggunakan alat penangkapan ikan purse seine dan long line untuk kapal yang beroperasi di laut lepas -Kapal penangkap ikan yang beroperasi di WPP-NRI dengan menggunakan alat penangkap ikan kelompok: 1. Pancing 2. Jaring lingkar, jaring angkat, dan jaring insang 3. Pukat tarik dan pukat hela -Kapal pengangkut ikan yang beroperasi di WPP-NRI dan laut lepas 43

56 44 Lampiran 3 Kelengkapan dokumen pendaftaran kapal di laut lepas Persyaratan (buku/dokumen/berkas) Surat Ijin Usaha Perikanan (SIUP) Rencana usaha meliputi rencana investasi, rencana kapal, dan rencana operasional Fotokopi Nomor Pokok Wajib (NPWP) penanggung jawab perusahaan atau pemilik kapal, dengan menunjukkan aslinya Fotokopi Kartu Tanda Penduduk penanggung jawab perusahaan atau pemilik kapal, dengan menunjukkan aslinya Surat keterangan domisili usaha Fotokopi akta pendirian perusahaan yang menyebutkan bidang perikanan yang telah disahkan oleh instansi yang terkait atau pejabat yang berwenang dengan menunjukkan aslinya Surat pernyataan bermaterai cukup dari penanggung jawab perusahaan atau pemilik kapal Surat Ijin Penangkapan Ikan (SIPI) Fotokopi SIUP Fotokopi grosse akta, dengan menunjukan aslinya Fotokopi gambar rencana umum kapal (general arrangement) termasuk spesifikasi teknis alat penangkap ikan Data kapal dengan format mengacu pada standar RFMO yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri Rencana target spesies penangkapan ikan di laut lepas untuk kapal penangkap ikan Surat keterangan pemasangan transmitter (online) Surat pernyataan bermaterai cukup dari penanggung jawab perusahaan atau pemilik kapal Surat Ijin Kapal Pengangkut Ikan Fotokopi SIUP Fotokopi grosse akta dengan menunjukkan aslinya Fotokopi gambar rencana umum kapal (general arrangement) termasuk spesifikasi teknis kapal pengangkut ikan Data kapal dengan format mengacu pada standar RFMO sebagaimana yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri Surat keterangan pemasangan transmitter (online) Surat pernyataan bermaterai cukup yang menyatakan bahwa kapal yang digunakan tidak tercantum dalam daftar kapal yang melakukan pengangkutan ikan secara tidak sah, tidak dilaporkan, dan tidak diatur (IUU fishing) Keterangan

57 Lampiran 4 Dokumentasi Penelitian di PPS Nizam Zachman (Pendaftaran Kapal) 45 Surat Izin Usaha Perikanan Surat Persetujuan Berlayar Surat Izin Penangkapan Ikan Surat Keterangan Aktivasi Transmiter Surat Perangkat Radio Telekomunikasi Kapal

58 46 Lampiran 5 Status Kapal Berbendera Indonesia Status kapal berbendera Indonesia terdaftar di IOTC (Sumber: Status kapal berbendera Indonesia terdaftar di CCSBT (Sumber:

59 47 Lampiran 6 Dokumentasi Penelitian di PPS Nizam Zachman (MCS) Salah satu contoh surat tugas observer

60 48 Lampiran lanjutan Transmitter pada kapal KM Harapan Kita Pengisian logbook penangkapan ikan Kapal KM Naya Bahtera-I

61 49 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 27 Febuari 1994 dari ayah Mohammad Syamsul Arifin dan ibu Siti Fatimah. Penulis adalah putri kedua dari 3 bersaudara. Tahun 2012 penulis lulus dari SMA Negeri 98 Jakarta dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Ujian Talenta Masuk (UTM) dan diterima di Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum Rekayasa Tingkah Laku Ikan pada tahun ajaran 2014/2015, asisten praktikum Kapal Perikanan pada tahun ajaran 2015/2016, dan asisten praktikum Navigasi Kapal pada tahun ajaran 2015/2016. Penulis juga aktif dalam beberapa organisasi, anggota Uni Konservasi Fauna pada tahun 2012/2013 divisi fauna perairan, sekretaris divisi 2 divisi Penelitian Pengembangan dan Keprofesian Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan pada tahun 2014, anggota divisi Penelitian Pengembangan dan Keprofesian Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan pada tahun 2015, dan sekretaris Boat Modelling Club pada tahun 2015/2016. Penulis juga aktif dalam kepanitiaan, pengurus pada kegiatan halal bihalal pada tahun 2014, anggota divisi acara Himafarin On Stage (HOS) selama 2 periode tahun , dan panitia Seminar Nasional Perikanan Tangkap tahun Penulis juga pernah mendapat juara 2 lomba Perkusi dalam Fisheries Marine Art and Contest (FMAC) tahun 2014 dan Penulis juga pernah menjadi penyaji makalah dan moderator pada Seminar Nasional Tahunan XIII Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan Universitas Gadjah Mada pada tahun 2016 di Yogyakarta. Selain itu, selama mengikuti pendidikan di IPB, penulis mendapatkan beasiswa PPA/BBM pada tahun 2014 dan Bakti BCA tahun 2015.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.668,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.12/MEN/2012 TENTANG USAHA PERIKANAN TANGKAP DI LAUT LEPAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32/PERMEN-KP/2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR 15/PERMEN-KP/2016 TENTANG KAPAL PENGANGKUT IKAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.12/MEN/2012 TENTANG USAHA PERIKANAN TANGKAP DI LAUT LEPAS

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.12/MEN/2012 TENTANG USAHA PERIKANAN TANGKAP DI LAUT LEPAS PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.12/MEN/2012 TENTANG USAHA PERIKANAN TANGKAP DI LAUT LEPAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.03/MEN/2009 TENTANG PENANGKAPAN IKAN DAN/ATAU PENGANGKUTAN IKAN DI LAUT LEPAS

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.03/MEN/2009 TENTANG PENANGKAPAN IKAN DAN/ATAU PENGANGKUTAN IKAN DI LAUT LEPAS PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.03/MEN/2009 TENTANG PENANGKAPAN IKAN DAN/ATAU PENGANGKUTAN IKAN DI LAUT LEPAS MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1072, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KELAUTAN PERIKANAN. Kapal Perikanan. Pendaftaran. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/PERMEN-KP/2013

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.14/MEN/2011 TENTANG USAHA PERIKANAN TANGKAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.14/MEN/2011 TENTANG USAHA PERIKANAN TANGKAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.14/MEN/2011 TENTANG USAHA PERIKANAN TANGKAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

4. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik

4. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.30/MEN/2012 TENTANG USAHA PERIKANAN TANGKAP DI WILAYAH PENGELOLAAN PERIKANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menimbang Mengingat DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.81, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Usaha Perikanan Tangkap. Wilayah Pengelolaan Perikanan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/PERMEN-KP/2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.30/MEN/2012 TENTANG USAHA PERIKANAN TANGKAP

Lebih terperinci

2 Indonesia Tahun 1996 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3647); 3. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lemb

2 Indonesia Tahun 1996 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3647); 3. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lemb No.1618, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN KKP. Penangkapan. Ikan. Log Book. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48/PERMEN-KP/2014 TENTANG LOG BOOK PENANGKAPAN

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia perikanan tangkap kini dihadang dengan isu praktik penangkapan ikan yang ilegal, tidak dilaporkan, dan tidak diatur atau yang disebut IUU (Illegal, Unreported, and

Lebih terperinci

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.49/MEN/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.14/MEN/2011 TENTANG USAHA PERIKANAN TANGKAP Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/PERMEN-KP/2013 TENTANG PENDAFTARAN DAN PENANDAAN KAPAL PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/PERMEN-KP/2013 TENTANG PENDAFTARAN DAN PENANDAAN KAPAL PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/PERMEN-KP/2013 TENTANG PENDAFTARAN DAN PENANDAAN KAPAL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komparasi Port State Measures dengan Aturan Indonesia Indonesia telah memiliki aturan hukum dalam mengatur kegiatan perikanan, pelabuhan perikanan, dan hal lain terkait perikanan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Mengenai Perkembangan Penegakan Hukum Terhadap Kapal. Fishing (IUUF) di Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia.

BAB V PENUTUP. 1. Mengenai Perkembangan Penegakan Hukum Terhadap Kapal. Fishing (IUUF) di Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia. 161 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Menjawab rumusan masalah dalam Penulisan Hukum ini, Penulis memiliki kesimpulan sebagi berikut : 1. Mengenai Perkembangan Penegakan Hukum Terhadap Kapal Asing yang Melakukan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG IZIN USAHA PERIKANAN TANGKAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU,

PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG IZIN USAHA PERIKANAN TANGKAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU, PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG IZIN USAHA PERIKANAN TANGKAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU, Menimbang: a. bahwa sumber daya ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan

Lebih terperinci

2 Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lem

2 Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lem No.1619, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN KP. Pembudidayaan. Ikan. Pembinaan. Perizinan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49/PERMEN-KP/2014 TENTANG

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan No. 152, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-KP. SLO. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1/PERMEN-KP/2017 TENTANG SURAT LAIK OPERASI KAPAL PERIKANAN DENGAN

Lebih terperinci

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR, PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN USAHA PERIKANAN

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR, PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN USAHA PERIKANAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45/PERMEN-KP/2014 TENTANG SURAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perubahan arah kebijakan pembangunan dari yang berbasis pada sumber daya terestrial ke arah sumber daya berbasis kelautan merupakan tuntutan yang tidak dapat dielakkan. Hal ini dipicu

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. (check list) dan negara. aturan hukum. analisis deskriptif mengacu dari. Jakarta, serta Kementerian Kelautan dan Perikanan

3 METODOLOGI. (check list) dan negara. aturan hukum. analisis deskriptif mengacu dari. Jakarta, serta Kementerian Kelautan dan Perikanan 31 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian dengan judul Analisis Praktik IUU (Illegal, Unreported, and Unregulated) Fishing dan Upaya Penanganannya melalui Adopsi Mekanisme Port State Measures

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.16/MEN/2010 TENTANG PEMBERIAN KEWENANGAN PENERBITAN SURAT IZIN PENANGKAPAN IKAN (SIPI) DAN SURAT IZIN KAPAL PENGANGKUT IKAN (SIKPI)

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57/PERMEN-KP/2014 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.30/MEN/2012 TENTANG USAHA PERIKANAN TANGKAP

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.05/MEN/2008 TENTANG USAHA PERIKANAN TANGKAP

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.05/MEN/2008 TENTANG USAHA PERIKANAN TANGKAP 3333 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.05/MEN/2008 TENTANG USAHA PERIKANAN TANGKAP Menimbang: MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa sumber daya

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.12/MEN/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.12/MEN/2009 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.12/MEN/2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.05/MEN/2008 TENTANG USAHA PERIKANAN TANGKAP DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49/PERMEN-KP/2014 TENTANG USAHA PEMBUDIDAYAAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49/PERMEN-KP/2014 TENTANG USAHA PEMBUDIDAYAAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49/PERMEN-KP/2014 TENTANG USAHA PEMBUDIDAYAAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENDAFTARAN DAN PENANDAAN KAPAL PERIKANAN DI KOTA DUMAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENDAFTARAN DAN PENANDAAN KAPAL PERIKANAN DI KOTA DUMAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENDAFTARAN DAN PENANDAAN KAPAL PERIKANAN DI KOTA DUMAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DUMAI, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Draft Pendaftaran dan Penandaan Kapal Perikanan 18 Oktober 2017 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

BAB IV. A. Pengaturan Penggunaan Sistem Pemantauan Kapal Perikanan. VMS/(Vessel Monitoring System) dihubungkan dengan Undang-

BAB IV. A. Pengaturan Penggunaan Sistem Pemantauan Kapal Perikanan. VMS/(Vessel Monitoring System) dihubungkan dengan Undang- BAB IV Mengenai Kewenangan Mengadili Atas Kasus Illegal Fishing Berdasarkan Track Record Data VMS (Vessel Monitoring System) Dihubungkan dengan Undang-Undang 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 05/MEN/2007 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PEMANTAUAN KAPAL PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 05/MEN/2007 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PEMANTAUAN KAPAL PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 05/MEN/2007 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PEMANTAUAN KAPAL PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laut Arafura merupakan salah satu bagian dari perairan laut Indonesia yang terletak di wilayah timur Indonesia yang merupakan bagian dari paparan sahul yang dibatasi oleh

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42/PERMEN-KP/2015 TENTANG SISTEM PEMANTAUAN KAPAL PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42/PERMEN-KP/2015 TENTANG SISTEM PEMANTAUAN KAPAL PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42/PERMEN-KP/2015 TENTANG SISTEM PEMANTAUAN KAPAL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR: KEP.322/DJ-PSDKP/2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS VERIFIKASI PENDARATAN IKAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 3 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang kaya akan sumber daya hayati maupun non hayati. Letak Indonesia diapit oleh Samudera Pasifik dan Samudera Hindia yang merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 27 /MEN/2009 TENTANG PENDAFTARAN DAN PENANDAAN KAPAL PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 27 /MEN/2009 TENTANG PENDAFTARAN DAN PENANDAAN KAPAL PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 27 /MEN/2009 TENTANG PENDAFTARAN DAN PENANDAAN KAPAL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/PERMEN-KP/2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMUM GERAI PERIZINAN KAPAL PENANGKAP IKAN HASIL PENGUKURAN ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

ASPEK LEGAL INSTRUMEN HUKUM INTERNASIONAL IMPLEMENTASI PENGAWASAN SUMBERDAYA PERIKANAN

ASPEK LEGAL INSTRUMEN HUKUM INTERNASIONAL IMPLEMENTASI PENGAWASAN SUMBERDAYA PERIKANAN ASPEK LEGAL INSTRUMEN HUKUM INTERNASIONAL IMPLEMENTASI PENGAWASAN SUMBERDAYA PERIKANAN Pandapotan Sianipar, S.Pi Kasi Pengawasan Usaha Pengolahan, Pengangkutan, dan Pemasaran Wilayah Timur, Direktorat

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.307, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Kapal Penangkap. Pengangkut. Ikan. Pemantau. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1/PERMEN-KP/2013

Lebih terperinci

BAB III PRASARANA DAN SARANA Pasal 7

BAB III PRASARANA DAN SARANA Pasal 7 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/PERMEN-KP/2013 TENTANG SISTEM PEMANTAUAN KAPAL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : PER.17/MEN/2006 TENTANG USAHA PERIKANAN TANGKAP MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : PER.17/MEN/2006 TENTANG USAHA PERIKANAN TANGKAP MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : PER.17/MEN/2006 TENTANG USAHA PERIKANAN TANGKAP MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, Menimbang : a. bahwa pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan diarahkan

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG PETUNJUK TEKNIS VERIFIKASI PENDARATAN IKAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG PETUNJUK TEKNIS VERIFIKASI PENDARATAN IKAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORATJENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN Jl. Medan Merdeka Timur No.16 Lt.15 Gd.Mina Bahari II, Jakarta Pusat 10110 Telp (021) 3519070 ext 1524/1526,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR PER. 07/MEN/2010 TENTANG SURAT LAIK OPERASI KAPAL PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR PER. 07/MEN/2010 TENTANG SURAT LAIK OPERASI KAPAL PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 07/MEN/2010 TENTANG SURAT LAIK OPERASI KAPAL PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendayagunaan sumber daya kelautan menjanjikan potensi pembangunan ekonomi yang luar biasa. Hal ini dapat dilihat dari potensi yang terkandung dalam eksistensi Indonesia

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.669,2012 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.13/MEN/2012 TENTANG SERTIFIKASI HASIL TANGKAPAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

: PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 34 Tahun 2016 TANGGAL : 9 Agustus 2016 SOP BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN

: PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 34 Tahun 2016 TANGGAL : 9 Agustus 2016 SOP BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN LAMPIRAN XI : PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 34 Tahun 2016 TANGGAL : 9 Agustus 2016 SOP BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN KANTOR PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU (KPPTSP) PROVINSI NTT

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG SERTIFIKASI HASIL TANGKAPAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG SERTIFIKASI HASIL TANGKAPAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG SERTIFIKASI HASIL TANGKAPAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUNLIK INDONESIA NOMOR PER.03/MEN/2007 TENTANG SURAT LAIK OPERASI KAPAL PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUNLIK INDONESIA NOMOR PER.03/MEN/2007 TENTANG SURAT LAIK OPERASI KAPAL PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUNLIK INDONESIA NOMOR PER.03/MEN/2007 TENTANG SURAT LAIK OPERASI KAPAL PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sebagai

Lebih terperinci

IUU FISHING DI WILAYAH PERBATASAN INDONESIA. Oleh Prof. Dr. Hasjim Djalal. 1. Wilayah perbatasan dan/atau kawasan perbatasan atau daerah perbatasan

IUU FISHING DI WILAYAH PERBATASAN INDONESIA. Oleh Prof. Dr. Hasjim Djalal. 1. Wilayah perbatasan dan/atau kawasan perbatasan atau daerah perbatasan IUU FISHING DI WILAYAH PERBATASAN INDONESIA Oleh Prof. Dr. Hasjim Djalal 1. Wilayah perbatasan dan/atau kawasan perbatasan atau daerah perbatasan Wilayah perbatasan: a. Internal waters/perairan pedalaman.

Lebih terperinci

PERATURAN KESYAHBANDARAN DI PELABUHAN PERIKANAN

PERATURAN KESYAHBANDARAN DI PELABUHAN PERIKANAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN TANGKAP DIREKTORAT PELABUHAN PERIKANAN PERATURAN KESYAHBANDARAN DI PELABUHAN PERIKANAN SYAHBANDAR DI PELABUHAN PERIKANAN Memiliki kompetensi

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama ini, kegiatan pengawasan kapal perikanan dilakukan di darat dan di laut. Pengawasan langsung di laut terhadap kapal-kapal yang melakukan kegiatan penangkapan ikan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.28/MEN/2009 TENTANG SERTIFIKASI HASIL TANGKAPAN IKAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.28/MEN/2009 TENTANG SERTIFIKASI HASIL TANGKAPAN IKAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.28/MEN/2009 TENTANG SERTIFIKASI HASIL TANGKAPAN IKAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2016 T E N T A N G TATA CARA PERIZINAN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2016 T E N T A N G TATA CARA PERIZINAN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2016 T E N T A N G TATA CARA PERIZINAN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 69 TAHUN 2012 TENTANG PENDAFTARAN DAN PENANDAAN KAPAL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 69 TAHUN 2012 TENTANG PENDAFTARAN DAN PENANDAAN KAPAL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 69 TAHUN 2012 TENTANG PENDAFTARAN DAN PENANDAAN KAPAL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penangkapan Ikan yang Ilegal, Tidak Dilaporkan, dan Tidak Diatur

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penangkapan Ikan yang Ilegal, Tidak Dilaporkan, dan Tidak Diatur 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penangkapan Ikan yang Ilegal, Tidak Dilaporkan, dan Tidak Diatur Praktik penangkapan ikan yang ilegal, tidak dilaporkan, dan tidak diatur saat ini telah menjadi perhatian dunia.

Lebih terperinci

DAMPAK KEGIATAN IUU-FISHING DI INDONESIA

DAMPAK KEGIATAN IUU-FISHING DI INDONESIA DAMPAK KEGIATAN IUU-FISHING DI INDONESIA Oleh : Dr. Dina Sunyowati,SH.,MHum Departemen Hukum Internasional Fakultas Hukum-Universitas Airlangga Email : dinasunyowati@gmail.com ; dina@fh.unair.ac.id Disampaikan

Lebih terperinci

1. Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP)

1. Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP) 1. Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP) A. Proses Penyampaian 1. Persyaratan 2. Sistem Mekanisme Dan Prosedur Surat Permohonan bermeterai Rp. 6.000,- ditujukan kepada Gubernur NTT c.q. Kepala KPPTSP Prov.

Lebih terperinci

DOKUMEN PROSEDUR PENERBITAN IZIN PERIKANAN

DOKUMEN PROSEDUR PENERBITAN IZIN PERIKANAN 1 2 DOKUMEN PROSEDUR PENERBITAN IZIN PERIKANAN 1. Tujuan Prosedur ini bertujuan untuk memastikan bahwa Izin-izin Perikanan yang diterbitkan dapat dijamin keabsahan dan keakurasiannya. 2. Ruang Lingkup

Lebih terperinci

ANALISIS ATURAN PERDAGANGAN UNI EROPA DALAM PEMBERANTASAN ILLEGAL, UNREPORTED, UNREGULATED FISHING CUT SYARIFATTUL JANNAH

ANALISIS ATURAN PERDAGANGAN UNI EROPA DALAM PEMBERANTASAN ILLEGAL, UNREPORTED, UNREGULATED FISHING CUT SYARIFATTUL JANNAH ANALISIS ATURAN PERDAGANGAN UNI EROPA DALAM PEMBERANTASAN ILLEGAL, UNREPORTED, UNREGULATED FISHING CUT SYARIFATTUL JANNAH DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.13/MEN/2012 TENTANG SERTIFIKASI HASIL TANGKAPAN IKAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.13/MEN/2012 TENTANG SERTIFIKASI HASIL TANGKAPAN IKAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.13/MEN/2012 TENTANG SERTIFIKASI HASIL TANGKAPAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.29/MEN/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.29/MEN/2012 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.29/MEN/2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN PERIKANAN DI BIDANG PENANGKAPAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

Kata Kunci : Yurisdiksi Indonesia, Penenggelaman Kapal Asing, UNCLOS

Kata Kunci : Yurisdiksi Indonesia, Penenggelaman Kapal Asing, UNCLOS YURISDIKSI INDONESIA DALAM PENERAPAN KEBIJAKAN PENENGGELAMAN KAPAL ASING YANG MELAKUKAN ILLEGAL FISHING BERDASARKAN UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF THE SEA Oleh : Kadek Rina Purnamasari I Gusti

Lebih terperinci

Pelaksanaan monitoring, controlling, surveillance kapal pengangkut ikan di atas 30 GT di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung

Pelaksanaan monitoring, controlling, surveillance kapal pengangkut ikan di atas 30 GT di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap 2(4): 135-139, Desember 2016 ISSN 2337-4306 Pelaksanaan monitoring, controlling, surveillance kapal pengangkut ikan di atas 30 GT di Pelabuhan Perikanan Samudera

Lebih terperinci

G U B E R N U R SUMATERA BARAT

G U B E R N U R SUMATERA BARAT No. Urut 10, 2016 G U B E R N U R SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PERIZINAN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang bahwa untuk

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.50/MEN/2012 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.50/MEN/2012 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.50/MEN/2012 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ILLEGAL, UNREPORTED, AND UNREGULATED FISHING TAHUN 2012-2016

Lebih terperinci

OVERVIEW SISTEM BASIS DATA TERINTEGRASI (DATABASE SHARING SYSTEM/DSS) DALAM MENDUKUNG PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP

OVERVIEW SISTEM BASIS DATA TERINTEGRASI (DATABASE SHARING SYSTEM/DSS) DALAM MENDUKUNG PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan RI OVERVIEW SISTEM BASIS DATA TERINTEGRASI (DATABASE SHARING SYSTEM/DSS) DALAM MENDUKUNG PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP 1 DAFTAR

Lebih terperinci

2017, No tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 215, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5

2017, No tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 215, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5 No.599, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-KP. Pelayanan Publik. Perubahan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA MOR 33/PERMEN-KP/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2004 TENTANG PERIKANAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2009 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2004 TENTANG PERIKANAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2009 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2004 TENTANG PERIKANAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2004 TENTANG PERIKANAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

VOLUNTARY NATIONAL REVIEW (VNR) TPB/SDGs TAHUN 2017 TUJUAN 14 EKOSISTEM LAUTAN

VOLUNTARY NATIONAL REVIEW (VNR) TPB/SDGs TAHUN 2017 TUJUAN 14 EKOSISTEM LAUTAN VOLUNTARY NATIONAL REVIEW (VNR) TPB/SDGs TAHUN 2017 TUJUAN 14 EKOSISTEM LAUTAN Voluntary National Review (VNR) untuk Tujuan 14 menyajikan indikator mengenai rencana tata ruang laut nasional, manajemen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk bahan baku industri, kebutuhan pangan dan kebutuhan lainnya. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk bahan baku industri, kebutuhan pangan dan kebutuhan lainnya. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara maritim yang kaya akan sumber daya hayati maupun non hayati. Letak Indonesia yang diapit oleh Samudera Pasifik dan Samudera Hindia

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/PERMEN-KP/2014 TENTANG RUMPON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/PERMEN-KP/2014 TENTANG RUMPON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/PERMEN-KP/2014 TENTANG RUMPON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 45 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2004 TENTANG PERIKANAN [LN 2009/154, TLN 5073]

UNDANG-UNDANG NOMOR 45 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2004 TENTANG PERIKANAN [LN 2009/154, TLN 5073] UNDANG-UNDANG NOMOR 45 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2004 TENTANG PERIKANAN [LN 2009/154, TLN 5073] 39. Ketentuan Pasal 85 diubah sehingga Pasal 85 berbunyi sebagai berikut:

Lebih terperinci

POLITIK HUKUM PENGELOLAAN PERIKANAN TUNA DI LAUT LEPAS OLEH RFMO

POLITIK HUKUM PENGELOLAAN PERIKANAN TUNA DI LAUT LEPAS OLEH RFMO V - 954 POLITIK HUKUM PENGELOLAAN PERIKANAN TUNA DI LAUT LEPAS OLEH RFMO Akhmad Solihin 1), Eko Sri Wiyono 2) 1) a.solihin1979@gmail.com, 08156217120, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, FPIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fenomena penangkapan ikan tidak sesuai ketentuan (illegal fishing), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. fenomena penangkapan ikan tidak sesuai ketentuan (illegal fishing), yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian ini mengenai implementasi kebijakan publik. Penelitian implementasi kebijakan dilakukan atas kegiatan pemerintah dalam mengatasi fenomena penangkapan ikan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA MOR 33/PERMEN-KP/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN MOR 32/PERMEN-KP/2014 TENTANG PUBLIK DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

Indonesia Tahun 1970 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2944); 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan

Indonesia Tahun 1970 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2944); 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 12/MEN/2007 TENTANG PERIZINAN USAHA PEMBUDIDAYAAN IKAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 T

2017, No Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 T BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.153, 2017 KEMEN-KP. Sertifikasi HAM Perikanan. Persyaratan dan Mekanisme. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2/PERMEN-KP/2017 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.10/MEN/2010 TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN PERIZINAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

2 Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang Nom

2 Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang Nom BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.880, 2014 KEMEN KP. Rumpon. Pemasangan. Pemanfaatan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/PERMEN-KP/2014 TENTANG RUMPON DENGAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.24/MEN/2010 TENTANG PROGRAM LEGISLASI KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2010 Menimbang MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN,

DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN, KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORATJENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN Jl. Medan Merdeka Timur No.16 Lt.15 Gd.Mina Bahari II, Jakarta Pusat 10110 Telp (021) 3519070 ext 1524/1526,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG PENGESAHAN AGREEMENT FOR THE IMPLEMENTATION OF THE PROVISIONS OF THE UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF THE SEA OF 10 DECEMBER 1982 RELATING

Lebih terperinci

SE)ARAH HUKUM laut INTERNASIONAl 1. PENGATURAN KONVENSI HUKUM laut 1982 TENTANG PERAIRAN NASIONAl DAN IMPlEMENTASINYA DI INDONESIA 17

SE)ARAH HUKUM laut INTERNASIONAl 1. PENGATURAN KONVENSI HUKUM laut 1982 TENTANG PERAIRAN NASIONAl DAN IMPlEMENTASINYA DI INDONESIA 17 Daftar lsi leata PENGANTAR DAFTAR lsi v vii BAB I SE)ARAH HUKUM laut INTERNASIONAl 1 BAB II PENGATURAN KONVENSI HUKUM laut 1982 TENTANG PERAIRAN NASIONAl DAN IMPlEMENTASINYA DI INDONESIA 17 A. Pendahuluan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 12/MEN/2007 TENTANG PERIZINAN USAHA PEMBUDIDAYAAN IKAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 12/MEN/2007 TENTANG PERIZINAN USAHA PEMBUDIDAYAAN IKAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 12/MEN/2007 TENTANG PERIZINAN USAHA PEMBUDIDAYAAN IKAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2004 TENTANG PERIKANAN [LN 2004/118, TLN 4433]

UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2004 TENTANG PERIKANAN [LN 2004/118, TLN 4433] UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2004 TENTANG PERIKANAN [LN 2004/118, TLN 4433] BAB XV KETENTUAN PIDANA Pasal 84 (1) Setiap orang yang dengan sengaja di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia melakukan

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN TANGKAP

DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN TANGKAP Jakarta, 29 Agustus 2017 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN TANGKAP Status Indonesia di RFMOs Status : Member (PerPres No. 9/2007) Status : Member (PerPres N0.61/2013) IOTC

Lebih terperinci

Code Of Conduct For Responsible Fisheries (CCRF) Tata Laksana Perikanan Yang Bertanggung Jawab

Code Of Conduct For Responsible Fisheries (CCRF) Tata Laksana Perikanan Yang Bertanggung Jawab Code Of Conduct For Responsible Fisheries (CCRF) Tata Laksana Perikanan Yang Bertanggung Jawab Code Of Conduct For Responsible Fisheries (CCRF) adalah salah satu kesepakatan dalam konferensi Committee

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN-KP/2016 TENTANG KAPAL PENGANGKUT IKAN HIDUP

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN-KP/2016 TENTANG KAPAL PENGANGKUT IKAN HIDUP PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN-KP/2016 TENTANG KAPAL PENGANGKUT IKAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG PERIKANAN

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG PERIKANAN LAPORAN PENELITIAN KELOMPOK PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG PERIKANAN O L E H Puteri Hikmawati, SH., MH. Novianti, SH., MH. Dian Cahyaningrum, SH., MH. Prianter Jaya Hairi, S.H., L.LM.

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Gambar 1 Perkembangan Global Perikanan Tangkap Sejak 1974

1 PENDAHULUAN. Gambar 1 Perkembangan Global Perikanan Tangkap Sejak 1974 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status produksi perikanan tangkap dunia mengalami gejala tangkap lebih (overfishing). Laporan FAO (2012) mengungkapkan bahwa telah terjadi peningkatan penangkapan ikan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KKP. Usaha Perikanan. Sertifikasi. Sistem. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. KKP. Usaha Perikanan. Sertifikasi. Sistem. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA No.1841, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KKP. Usaha Perikanan. Sertifikasi. Sistem. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35/PERMEN-KP/2015 TENTANG SISTEM DAN SERTIFIKASI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 /KEPMEN-KP/2013 TENTANG PROGRAM LEGISLASI KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1/PERMEN-KP/2017 TENTANG SURAT LAIK OPERASI KAPAL PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1/PERMEN-KP/2017 TENTANG SURAT LAIK OPERASI KAPAL PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1/PERMEN-KP/2017 TENTANG SURAT LAIK OPERASI KAPAL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2016 TENTANG PERSYARATAN DAN MEKANISME SERTIFIKASI HAK ASASI MANUSIA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN

Lebih terperinci

PENENGGELAMAN KAPAL SEBAGAI USAHA MEMBERANTAS PRAKTIK ILLEGAL FISHING

PENENGGELAMAN KAPAL SEBAGAI USAHA MEMBERANTAS PRAKTIK ILLEGAL FISHING PENENGGELAMAN KAPAL SEBAGAI USAHA MEMBERANTAS PRAKTIK ILLEGAL FISHING Oleh: Zaqiu Rahman * Naskah diterima: 22 Januari 2015; disetujui: 23 Januari 2015 Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA MOR 16/KEPMEN-KP/2015 TENTANG PROGRAM LEGISLASI KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN

Lebih terperinci

2013, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negar

2013, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negar No.386, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Kesyahbandaran. Pelabuhan Perikanan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3/PERMEN-KP/2013

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/PERMEN-KP/2014 TENTANG ANDON PENANGKAPAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/PERMEN-KP/2014 TENTANG ANDON PENANGKAPAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/PERMEN-KP/2014 TENTANG ANDON PENANGKAPAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PELAKSANAAN TINDAKAN KHUSUS TERHADAP KAPAL PERIKANAN BERBENDERA ASING DALAM PASAL 69 AYAT (4) UU NO. 45 TAHUN 2009

PELAKSANAAN TINDAKAN KHUSUS TERHADAP KAPAL PERIKANAN BERBENDERA ASING DALAM PASAL 69 AYAT (4) UU NO. 45 TAHUN 2009 PELAKSANAAN TINDAKAN KHUSUS TERHADAP KAPAL PERIKANAN BERBENDERA ASING DALAM PASAL 69 AYAT (4) UU NO. 45 TAHUN 2009 A. UU No. 45 Tahun 2009 tentang Perikanan 1. Perkembangan UU Perikanan di Indonesia Bangsa

Lebih terperinci