BAB I PENDAHULUAN. memberikan pembiayaan kepada masyarakat sesuai dengan. kebutuhannya.kehadiran industri pembiayaan (multifinance) di Indonesia

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi dan sistem perdagangan barang dan jasa yang telah memasuki era pasar bebas, Indonesia telah mengalami perkembangan ekonomi yang sangat cepat. Perkembangan tersebut tidak lepas dari peran Perusahaan Pembiayaan sebagai salah satu lembaga penyedia jasa keuanganyang memainkan peranan sebagai salah satu lembaga intermediari untuk menyalurkan dan memberikan pembiayaan kepada masyarakat sesuai dengan kebutuhannya.kehadiran industri pembiayaan (multifinance) di Indonesia sesungguhnya belumlah terlalu lama, terutama bila dibandingkan dengan di negara-negara maju seperti Singapore dan Korea Selatan. Industri ini mulai tumbuh di Indonesia pada tahun 1974, kemudian pada tahun 1988 melalui Keppres No.61/1988, yang ditindaklanjuti dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 1251/KMK.013/1988, pemerintah membuka lebih luas lagi bisnis pembiayaan, dengan cakupan kegiatan meliputi sewa guna usaha (leasing), anjak piutang (factoring), pembiayaan konsumen (consumer finance), modal ventura dan kartu kredit. Sampai dengan Oktober 2014 ini, peraturan terakhir yang menjadi payung hukum pelaksanaan kegiatan usaha perusahaan pembiayaan adalah Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan.

2 Sebagai penyedia jasa keuangan, perkembangan industri pembiayaan relatif tertinggal dibandingkan yang lain, perbankan misalnya. Terlebih lagi bila dibandingkan dengan perbankan pasca Pakto 1988 yang membuka keran bagi para investor untuk mendirikan bank dan menjamur bagai musim hujan. Deregulasi yang digulirkan pemerintah di bidang perbankan telah membuahkan banyak sekali bank, walaupun dalam skala kecil. Meski demikian, perusahaan pembiayaan juga mampu berkembang cukup mengesankan. Hingga saat ini industri multifinance di Indonesia telah berperan aktif dalam pembiayaan perusahaan melalui kegiatan usaha sewa guna usaha, anjak piutang, dan pembiayaan konsumen dengan tujuan produktif. Jenis barang yang dibiayai terus meningkat. Jika sebelumnya hanya terfokus pada pembiayaan konsumen untuk kendaraan bermotor, kini berkembang pada keperluan kantor, mesin untuk manufaktur, pembiayaan perumahan, dan pembiayaan elektronik serta alat-alat rumah tangga. Hal ini mengindikasikan multifinance kian dikenal pelaku usaha nasional. Ada beberapa hal menarik jika kita mencermati konsentrasi dan perkembangan perusahaan pembiayaan. Pada era 1989, industri ini di Indonesia cenderung berupaya memperbesar aset. Pertumbuhan aset tersebut diantaranya disebabkan tantangan perekonomian menuntut mereka tampil lebih besar, sehat dan kuat. Perusahaan yang tidak beranjak dan cenderung stagnan perkembangan usahanya akan terguncang sistem pendanaannya dan pada akhirnya tutup sama sekali. Bagi yang kemampuan usahanya memang terbatas, mereka berupaya agar

3 tetap tampil gagah agar bisa survive di ceruk pasarnya. Maka, dimulailah saling lirik dan penjajakan di antara sesamanya. Skenario selanjutnya, beberapa perusahaan pembiayaan melakukan aksi korporasi dengan menggabungkan diri menjadi satu grup atau ada yang diakuisisi oleh pemodal dan investor yang juga bermain di industri penyedia jasa keuangan seperti perbankan dan Investment Company. Tampaknya, langkah ini membuahkan hasil positif. Selain modal dan asset menggelembung, kredibilitas dan penguasaan pasar pun ikut terdongkrak. Pada tahun 1991, kembali terjadi perubahan besar-besaran pada perusahaan pembiayaan. Seiring dengan kebijakan uang ketat (TMP = tight money policy) yang lebih dikenal dengan Gebrakan Sumarlin I dan II suku bunga pun ikut meroket naik. Akibatnya, banyak kredit yang sudah disetujui terpaksa ditunda pencairannya. Dari sisi permodalan, kondisi ini membuat perusahaan pembiayaan seperti kehabisan darah. Aliran dana sebagai senjata utama perusahaan pembiayaan untuk menyalurkan dan meningkatkan pertumbuhan pembiayaannya menjadi terhambat dan kalaupun ada, kompensasi bunga yang harus ditanggung tinggi sekali. Peran sebagai salah satu penggerak roda perekonomian nasional, baik sebagai sumber pembiayaan bagi entitas bisnis maupun sebagai sarana masyarakat dalam membeli kebutuhan konsumsinya melalui pembayaran secara angsuran menjadi lesu sehingga perusahaan pembiayaan mulai memilah kegiatan usaha mana yang akan dipilih sebagai core business nya. Kondisi sulitnya memperoleh sumber pendanaan dari perbankan dan alternatif sumber pendanaan lainnya menjadi salah satu concern utama

4 pelaku usaha jasa keuangan di bidang pembiayaan hingga saat ini. Dinamika dan kompleksitas usaha yang semakin cepat dalam sektor industri keuangan non bank khususnya perusahaan pembiayaan, eksposur risiko yang semakin kompleks sebagai konsekuensi dari kombinasi kemajuan teknologi informasi dan inovasi finansial yang menghasilkan berbagai produk finansial yang rumit, dan konglomerasi lembaga-lembaga keuangan, merupakan tantangan bagi perusahaan pembiayaan untuk dapat memberikan penyaluran pembiayaan yang tepat sasaran guna menciptakan keuntungan bagi perusahaan. Perusahaan pembiayaan dalam mencapai tujuan usaha yang diinginkan membutuhkan sumber pembiayaan yang akuntabel. Strategi pemilihan sumber pembiayaan ini sangat penting mengingat perusahaan pembiayaan dilarang secara tegas oleh regulasi untuk melakukan penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk apapaun. Keputusan mencari sumber pendanaan perusahaan pembiayaan akan berpengaruh terhadap kondisi struktur modal perusahaan pembiayaan yang merupakan sumber pendanaan permanen. Pemilihan jenis sumber pendanaan mempunyai pengaruh yang besar dalam pengambilan keputusan investasi perusahaan dan arah penyaluran pembiayaan, dimana pada setiap sumber pendanaan ada cost of fund yang harus ditanggung selain memperhitungan profit margin yang diinginkan perusahaan untuk mencetak laba. Biaya ini menjadi pertimbangan atas tingkat pengembalian yang diharapkan dari kegiatan penyaluran pembiayaan termasuk perhitungan risikonya.

5 Kebijakan dan strategi sumber pendanaan perusahaan pembiayaan sangat dibutuhkan sebelum melakukan penyaluran pembiayaan. Berbagai varibel seperti tingkat inflasi, suku bunga acuan Bank Indonesia, margin pembiayaan merupakan komponen penting yang harus diperhatikan sebelum menentukan sumber pendanaan mana yang akan digunakan. Tingkat margin pembiayaan yang semakin tinggi akan menjadi isu sensitif yang harus diperhatikan karena dapat berakibat masyarakat enggan untuk memilih perusahaan pembiayaan sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), perusahaan pembiayaan (multifinance) membukukan total penyaluran pembiayaan Juli 2014 sebesar Rp 363,18 triliun, tumbuh 10,61 % dibandingkan periode sama pada Juli tahun 2013 yang sebesar Rp 328,35 triliun. Sedangkan pembiayaan sewa guna usaha atau yang biasa dikenal dengan istilah leasing sebesar Rp 114,04 triliun, tumbuh 4,55 % dibandingkan periode sama tahun lalu yang sebesar Rp 109,08 triliun. Namun, pembiayaan leasing pada periode Juli 2014 turun 1,30 % dibandingkan Juni lalu yang mencapai Rp 115,54 triliun 1. Portofolio pembiayaan yang selalu bertumbuh setiap tahunnya menuntut perusahaan pembiayaan lebih kreatif dan teliti untuk memilih sumber pendanaan yang tepat agar dapat memperoleh profit margin yang sesuai dengan target perusahaan. 1

6 Berangkat dari keadaan dan kondisi seperti yang telah dijelaskan diatas, Penulis berkeinginan untuk meneliti dan menganalisis pengaruh kebijakan dan strategi sumber pendanaan perusahaan pembiayaan terhadap pertumbuhan usaha dan pertumbuhan kredit perusahaan pembiayaan. Penelitian diharapkan dengan penelitian ini semua pihak yang terkait dan berkepentingan dengannya dapat memanfaatkan hasil yang sebesar-besarnya. Penelitian ini oleh penulis dijadikan sebagai skripsi dengan judul Analisa PerbandinganPendanaan Melalui Penerbitan Obligasi dan Pinjaman Bilateral Terhadap Pertumbuhan Penyaluran Kredit Perusahaan Pembiayaan (Objek Studi Pada PT Mandiri Tunas Finance, Kantor Pusat Jakarta). B. Perumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang permasalahan yang telah penulis kemukakan diatas serta identifikasi permasalah yang telah penulis lakukan, penulis menyimpulkan beberapa rumusan masalah yang akan dibahas pada penelitian ini. Rumusan masalah tersebut adalah untuk Mengetahui Pendanaan mana diantara penerbitan obligasi dan pinjaman bilateral yang memberi kontribusi lebih besar dalam pertumbuhan penyaluran pembiayaan kredit dan memberikan profit yang lebih besar? C. Pembatasan Masalah Penulis dalam hal ini membatasi masalah sumber pendanaan perusahaan pembiayaan yang diperoleh melalui cara penerbitan obligasi korporasi dan pinjaman

7 bilateral kepada penyedia jasa keuangan. Permasalah yang menjadi fokus penelitian adalah sekitar kebijakan perusahaan pembiayaan dalam menentukan sumber pendanaan perusahaan, pengaruh sumber pendanaan melalui penerbitan obligasi korporasi dan pinjaman bilateral terhadap pertumbuhan penyaluran pembiayaan, dan pengaturan Otoritas Jasa Keuangan sebagai lembaga pengawas perusahaan pembiayaan terhadap mekanisme dan prosedur perusahaan pembiayaan dalam mencari sumber pendanaan. D. Tujuan Penelitian Penulis mengharapkan tujuan yang akan diperoleh dalam penyusunan skripsi ini adalah untuk mengetahui perbandingan pendanaan melalui penerbitan obligasi dan pinjaman bilateral terhadap pertumbuhan penyaluran pembiayaan Perusahaan Pembiayaan. E. Kontribusi Penelitian Peneliti berharap dari penelitian ini dapat memberikan kontribusi untuk berbagai pihak yang terkait dalam pemecahan masalah adalah sebagai berikut: 1) Bagi Lembaga Perguruan Tinggi Peneliti berharap ini dapat digunakan sebagai tambahan referensi bagi Universitas Mercu Buana dan sebagai pertimbangan terhadap teori yang semakin berkembang seiring dengan ilmu pengetahuan yang semakin maju.bagi para pambaca, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dan bahan referensi

8 dan dijadikan perbandingan didalam mengerjakan suatu penelitian agar menambah wawasan bagi yang membacanya. 2) Bagi Peneliti Penelitian ini adalah untuk mengimplementasikan teori yang telah dipelajari di Universitas Mercu Buana, dan kemudian diterapkan secara nyata dan dapat dijadikan suatu pengalaman yang berharga untuk masa depan, dan menambah ilmu serta wawasan dari perusahaan. 3) Bagi Perusahaan Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi perusahaan untuk menjaga atau meningkatkan standar yang telah dimiliki oleh perusahaan.