Promotif, Vol.3 No.2, April 2014 Hal

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Promotif, Vol.3 No.2, April 2014 Hal"

Transkripsi

1 PENGARUH PEMBELAJARAN KLINIK MODEL MICROSKIIL TERHADAP KUALITAS BIMBINGAN PRECEPTOR KLINIK PADA MAHASISWA PRODI KEPERAWATAN PALU KEMENTRIAN KESEHATAN PALU. Rina Tampake Politeknik Kesehatan Kemenkes Palu Jurusan Keperawatan ABSTAK Dalam melaksanakan praktek keperawatan, lulusan keperawatan perlu bimbingan yang terarah sehingga mahasiswa dapat menguasai ketrampilan klinik. Untukmencapai hal tersebut diperlukan kemampuan dan kualitas Preceptor dalam membimbing di klinik menggunakan model bimbingan terarah meskipun dengan waktu yang singkat tetapi dapat memberikan bimbingan klinik yang sistematis sehingga memotivasi mahasiswa dalam upaya pencapaian kompetensi di klinik. Tujuan diketahuinya pengaruh bimbingan klinik model microskill terhadap kualitas bimbingan preceptor klinik pada mahasiswa prodi keperawatan Palu di praktik klinik keperawatan. Penelitian kuantitatif menggunakan metode quasi experiment nonrandomi zedposttest only controldesign. Responden adalah keseluruhan mahasiswa Prodi Keperawatan Poltekes Kementerian Kesehatan Palu semester II tahun ajaran 2011/2012, berjumlah 67 orang sebagai kelompok intervensidan 68 orang sebagai kelompok kontrol yang telah memenuhi syarat akademik mengikuti praktik klinik. Terdapat perbedaan skor kualitas bimbingan preceptor klinik antara kelompok intervensi mahasiswa yang mendapat bimbingan klinik model microskill dan kelompok control mahasiswa yang mendapat bimbingan klinik model konvensional. Perbedaan mean pada data awal minggu ke- 1 yaitu 6,651 value 0,000 dan data akhir minggu ke- 4 perbedaan mean sebesar 6,450 dengan p-value 0,000. Terjadi perbedaan skor yang signifikan antara kelompok intervensi dengan p value 0,0. Ada pengaruh pembelajaran klinik model microskiil terhadap kualitas bimbingan preceptor klinik pada Mahasiswa Prodi Keperawatan Palu dimana terdapat perbedaan yang signifikan antara skor kualitas bimbingan preceptor klinik pada kelompok mahasiswa yang mendapatkan bimbingan klinik model microskill lebih tinggi dari skor kualitas bimbingan preceptor klinik pada kelompok mahasiswa yang mendapat bimbingan klinik model konvensional. Pustaka: 12 ( ) Kata kunci.pembelajaran klinik model microskill, Kualitas bimbingan Preceptor klinik. PENDAHULUAN Pendidikan dalam keperawatan adalah suatu proses pendidikan yang bertujuan untuk menyiapkan dan menghasilkan lulusan yang profesional. Lulusan yang dihasilkan diharapkan mampu memberikan pelayanan keperawatan berdasarkan ilmu dan teknologi keperawatan. Pembelajaran klinik mendorong mahasiswa untuk berpartisipasi aktif dalam berpikir dan berprilaku professional sehingga mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata dalam hal ketrampilan klinik, empati,dan pengambilan keputusan dalam melaksanakan asuhan keperawatan. McAllister (cit. Harden & Crosby, 2000) mengemukakan dalam proses pembelajaran di klinik, mengajar di klinik merupakan aspek pembelajaran penting dan kompleks untuk bidang kedokteran dan kesehatan. 110

2 Oleh karena itu Squires (1986) mengemukakan bahwa pendidikan klinik membutuhkan pembimbing klinik yang mempunyai kemampuan membimbing mahasiswa.. Dalam praktek klinik mahasiswa prodi keperawatan Palu, model bimbingan klinik yang digunakan pembimbing klinik lebih bersifat konvensional, belum menggunakan keseragaman model bimbingan yang diajukan, sehingga model pembimbingan menggunakan gaya masing-masing pembimbing berdasarkan pengalamannya dan pembimbing terbanyak mengatur, menyampaikan informasi kepada mahasiswa. Mahasiswa yang telah menjalani praktik klinik keperawatan mengatakan bahwa masing-masing pembimbing dalam pembimbingan masih menggunakan cara mereka sendiri. Belum mentaati jadwal bimbingan, pendampingan mahasiswa untuk belajar bersama pasien berdasarkan kasus yang diberikan masih kurang demikian pula kesempatan berdiskusi dan masukan dari pembimbing juga masih kurang oleh karena alasan kesibukan tugas di ruangan. Pembimbing terbanyak hanya mengoreksi tugas-tugas pembuatan laporan asuhan keperawatan pada akhir program. Pada akhirnya mahasiswa hanya disibukkan untuk mengejar target waktu untuk memasukan laporan sehingga hal ini dapat mempengaruhi pencapaian keterampilan di klinik. sebagai dampaknya terdapat % mahasiswa yang dapat menyelesaikan tugas akhir tepat waktu dan 25% tertunda penyelesaian tugas akhir akibatnya nilai hasil PKK yang harus disetor ke akademik menjadi tertunda pula.. Neher, Gordon, Meyer dan Stevens (1992) mengemukakan model pengajaran di konteks klinik yang diberi nama The Five Steps Microskill Model bimbingan klinik microskill adalah salah satu metode bimbingan yang dapat digunakan oleh pembimbing di praktik klinik keperawatan yang dapat memotivasi mahasiswa untuk berperan aktif, bertanggung jawab terhadap proses belajar, dalam mencari pengetahuan dan ketrampilan di klinik. Diantara berbagai macam model pembelajaran klinik, diperlukan model bimbingan yang mudah dipahami, dikuasai dan kemudian diterapkan oleh pembimbing klinik seperti microskill. Untuk hal tersebut, diperlukan studi yang mengkaji penggunaan model bimbingan klinik microskilldalam praktik klinik keperawatan, yaitu sebuah deskripsi dan analisis terhadap proses belajar mengajar di klinik. BAHAN DAN METODE Jenis penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Rancangan penelitian menggunakan quasi eksperiment non-randomized posttest only control design. Penelitian ini akan memberikan perlakuan berbeda pada kedua kelompok, yang satu sebagai kelompok intervensi dan kelompok lain sebagai kelompok kontrol. Pada kelompok intervensi, diberikan bimbingan klinik model microskill setelah pembimbing klinik mendapatkan pelatihan khusus model microskill. Sedangkan kelompok kontrol pembimbing klinik belum mendapatkan pelatihan tentang bimbingan klinik model microskill, bimbingannya bersifat konvensional. Pengumpulan data menggunakan instrumen berupa: kuesioner tentang kualitas bimbingan preceptor klinik setelah responden mendapatkan bimbingan klinik model microskill pada kelompok intervensi dan pada kelompok kontrol yang bimbingannya model konvensional.. Kuesioner ini disusun untuk mengetahui persepsi mahasiswa terhadap kualitas bimbingan preceptor klinik terkait dengan kinerja preceptor klinik dalam pembimbingan klinik. Menggunakan 111

3 skala likert dengan 4 skala : skala 1 = tidak pernah dilakukan skala 2 = kadang-kadang dilakukan,skala 3 = sering dilakukan dan skala 4 = selalu dilakukan.kuesioner ini telah diuji reliabilitas menggunakan uji crombac h alpha didapatkan hasil lebih besar dari 0,8 sehingga dapat disimpulkan bahwa instrument reliable dan seluruh itemnya valid. Hal ini terlihat dari nilainya berkisar berarti lebih besar dari r tabel yaitu 0,355. Prosedur penelitian meliputi dua tahap yakni tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. a. Tahap persiapan meliputi yakni mengatur penempatan mahasiswa di dua RS yang digunakan untuk praktik klinik, yaitu kelompok kontrol di RS Anuta Pura Palu dan kelompok intervensi di RS Undata Palu, masing-masing menggunakan lima ruang rawat inap. b. Tahap pelaksanaan meliputi: kegiatan awal melakukan pelatihan bimbingan klinik model microskill khususnya pada pembimbing kelompok intervensi. Minggu ke-1, pembimbing klinik mulai menerapkan bimbingan klinik model microskill pada mahasiswa kelompok intervensi dan pada mahasiswa kelompok kontrol menggunakan bimbingan klinik model konvensional. Dilakukan observasi pada minggu ke-2, ke-3 ke-4 dan ke-5. Data yang diperoleh, dianalisa menggunakan statistik parametrik untuk mengukur hipotesis komparatif melalui uji independent t-tes yakni menguji perbedaan signifikan antara kelompok intervensi dengan bimbingan klinik model microskill dan kelompok kontrol dengan bimbingan klinik model konvensional. HASIL a. Deskripsi skor kualitas bimbingan klinik model microskiil Gambaran pencapaian skor kualitas bimbingan preceptor klinik menggunakan model bimbingan klinik microskiil dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Skor Kualitas BimbinganPreceptor KlinikMenggunakan Model MicroskiilKelompok Intervensi Minggu 1,2,3,4 32 Std.Devia Kelompok Waktu Minimum Maximum Mean tion Minggu ke ,48 Intervensi Minggu ke ,84 9,26 N=67 Minggu ke ,30 8,55 Minggu ke ,63 Data primer 2012 b. Deskripsi skor kualitas bimbingan klinik model konvensional Gambaran responden mengenai skor kualitas bimbingan preceptor klinik menggunakan model bimbingan klinik konvensional didapatkan melalui sebara kuesioner yang diisi berdasarkan persepsi mahasiswa setelah mahasiswa mendapatkan bimbingan klinik model onvensional. Gambaran skor kualitas bimbingan dapat dilihat pada tabel berikut: 112

4 Tabel 2 Skor kualitas bimbingann klinik menggunakan model konvensional kelompok minggu 1,2,3,4 33 Std.Dev Kelompok Waktu Minimum Maximum Mean iation Kontrol Minggu ke-1 Minggu ke-2 N=68 Minggu ke-3 Minggu ke-4 Data primer ,63 9, ,04 9, ,00 7, ,12 6,72 Dari tabel 2 dan tabel 3 diatas menunjukan bahwa kedua kelompok intervensi dan kontrol dalam perkembangan skor kualitas bimbingan preceptor klinik pada setiap minggu, masing-masing memiliki perbedaan rata-rata skor. Pada kelompok intervensi, persepsi responden setelah mendapatkan bimbingan klinik model microskiil pada minggu ke-1 rata-rata skor 57,28 Peningkatan skor tertinggi berada pada minggu ke-2 dengan rata-rata skor 57,84, minggu ke-3 rata-rata skor 56,30 dan minggu ke-4 skor 57,57. Demikian pula pada kelompok kontrol, rata-rata skor perepsi responden pada kualitas bimbingan preceptor setelah mendapat bimbingan klinik model konvensional awal minggu ke-1 sebesar 50,63, skor tertinggi pada minggu ke-2 sebesar 51,04, skor pada minggu ke-3 dengan rata-rata skor 51,00 dan rata-rata skor pada minggu ke-4 sebesar 49,12.Perkembangan skor kualitas bimbingan preceptor klinik baik pada kelompok intervensi yang mendapatkan bimbingan klinik model microskiil maupun pada kelompok kontrol yang mendapatkan bimbingan klinik model konvensional ditampilkan dalam Gambar 1 berikut ini. Perbandingan Persepsi Intervensi dan Konvensional Berdasarkan Masing-Masing Putaran AMean Putaran 1 Putaran 2 Putaran 3 Putaran 4 Intervensi Konvensional Putaran Gambar 1:Grafik perbandingan skor kualitas bimbingan preceptor klinik pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. 113

5 Berdasarkan data tersebut, menunjukan adanya perbedaan rata-rata skor kualitas bimbingan preceptor klinik antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Terjadi kenaikan tertinggiterjadi pada minggu ke-2 pada kelompok intervensi selanjutnya terjadi penurunan skor rata-rata pada minggu ke-3 dan minggu ke-4. Meskipun demikian, terdapat perbedaan skor ratarata antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Dilakukan uji normalitas data pada penelitian ini sebelum uji hipotesis..pengujian normalitas data penelitian ini dilakukan dengan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov. Hasil pengujian pada seluruh data didapatkan nilai p-value>0,05, dapat disimpulkan bahwa seluruh data dalam penelitian ini berdistribusi normal maka dapat dilanjutkan dengan uji beda kedua kelompok menggunakan independentttes dengan tingkat kemaknaan 95%. c. Uji Hipotesis Uji beda dilakukan pada kedua kelompok berdasarkan hasil pengumpulan data awal dan akhir.menggunakan independent t- tes, Tabel 5. Hasil Uji Beda SkorKualitas Bimbingan Preceptor Klinik Antara Kelompok Intervensi Dan Kelompok Kontrol. Persepsi Kelompok N Mean Std Deviation Putaran 1 Intervensi 67 57,284 8,476 Konvensional 68 50,623 9,408 Putaran 2 Intervensi 67 57,836 9,257 Konvensional 68 51,044 9,340 Intervensi 67 56,299 8,549 Putaran 3 Konvensional 68 51,000 7,910 Putaran 4 Intervensi 67 55,567 7,628 Konvensional 68 49,118 6,724 Data primer 2012 Mean Defference t p- value 6,651 4,314 0,000 6,792 4,243 0,000 5,299 3,738 0,000 6, ,000 J ika di lihat dari perbedaan ratarata skor kualitas bimbingan klinik oleh preceptor klinik pada minggu awal (minggu ke-1) dan minggu akhir (minggu ke-4) terdapat perbedaan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol yakni untuk kelompok intervensi skor rata-rata sebesar 226, 985 sedangkan kelompok kontrol skor ratarata sebesar 201, 794. Bila ditinjau melalui perhitungan statistik dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kualitas bimbingan preceptor klinik pada kelompok yang mendapat bimbingan klinik model microskill dan kelompok yang mendapat 114 bimbingan klinik model konvensional. Hal ini terlihat dari p-value 0,00 pada alpha 5 % (0,05). PEMBAHASAN Kualitas bimbingan preceptor klinik menggunakan model bimbingan microskiildan dibandingkan dengan model bimbingan konvensional. Berdasarkan asumsi peneliti bahwa tingginya skor kualitas bimbingan preceptor klinik menggunakan model microskiil pada kelompok intervensi dimungkinkan karena preceptor klinik dapat memahami dan melakukan pembimbingan secara sistematis dengan

6 menggunakan lima langkah yaitu memiliki komitmen, menggali bukti-bukti, mengatakan benar dan memberi reinforcemen, koreksi kesalahan dan memberikan pengajaran umum. Hal ini dapat dilakukan oleh preceptor klinik karena mereka telah mendapatkan pelatihan dan memahaminya. Meskipun ditengah kesibukan preceptor klinik menjalankan tugasnya sebagai perawat dalam memberikan asuhan keperawatan tetapi mereka juga dapat menjalankan proses pembimbingan yang lebih terarah, sistematis sehingga mahasiswa yang menjalani praktik klinik tetap mendapatkan perhatian dalam proses pembimbingan dalam upaya pencapaian kompetensi di praktik klinik keperawatan. Hal tersebut titunjang oleh Spencer (2003), mengemukakan mengajar dalam lingkungan klinik adalah mengajar dan belajar menggunakan model bimbingan terarah, langsung melibatkan pasien dengan permasalahannya sehingga mahasiswa mandiri dan termotivasi dalam pembelajaran klinik serta mereka mendapatkan makna yang baru. Dengan perkembangan pendidikan, seperti adanya metode dan pengajaran dalam pembelajaran baru yakni pengajaran lebih berpusat pada siswa, penilaian yang berbasis kompetensi pada profesionalisme, para pembimbing diisyaratkan memiliki ketrampilan mengajar dan pengalaman klinik yang lebih luas(rahmani & Leinster, 2008). Skor yang tinggi pada kelompok intervensi menunjukan adanya kualitas bimbingan Preceptor klinik sehingga mahasiswa termotivasi melaksanakan pembelajaran di klinik mulai dari awal sampai diakhir praktik klinik berlangsung. Berikutnya untuk melihat progresnya kualitas bimbingan Preceptor menggunakan model microskiil pada minggu ke dua meningkat menjadi 57,836,menurun pada minggu ke tiga menjadi 56,299 dan minggu ke empat menjai 55,267.Pada kelompok intervensi menunjukan adanya peningkatan ratarata skor. Sedangkan untuk kelompok kontrol, pada observasi awal rata-rata skor ketrampilan komunikasi terapeutik sebesar 50,632 setelah satu minggu mahasiswa mendapat bimbingan klinik model konvensional. Skor meningkat menjadi 51,044untuk minggu ke dua, kemudian terjadi penurunan untuk minggu ke tiga dan ke empat menjadi 51,000 dan 49,118. Disisi lain terdapat pencapaian rata-rata skor kualitas bimbingan Preceptor klinik yang lebih tinggi pada kelompok mahasiswa yang mendapat bimbingan klinik model microskill bila dibandingkan dengan kelompok mahasiswa yang mendapat bimbingan klinik model konvensional. Furney at al (2001) Teaching the one-minute Preceptoryang menyimpulkan bahwa one- minute preceptor adalah sebuah intervensi singkat, mudah diterapkan yang memberikan peningkatan sederhana dalam pencapaaian ketrampilan. Dikemukakan pula kekuatan dari model ini terarah, mudah untuk dilakukan dan menjadi optimal dalam pembimbingan meskipun adanya tekanan waktu dengan pembimbing yang berpindah-pindah. Uji beda rata-rata skor antara kelompok intervensi dan kontrol menunjukan selisih rata-rata skor 6,651 dengan p-value 0,00 pada alpha 5% (0,05)dengan demikian p-value< 0,05. Demikian pula uji beda rata-rata skor kualitas bimbingan Preceptor klinik di akhir minggu ke empat antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol menunjukan selisih skor rata-rata 6,450 dengan p-value 0,00 pada alpha 5% (0,05) dengan demikian p-value< 0,05. Untuk itu antara kualitas preceptor klinik menggunakan bimbingan klinik model microskill dan bimbingan klinik model konvensional sama-sama dapat berkualitas hanya terdapat perbedaan skor. Kemudian dilanjutkan dengan uji beda meannya didaptakan hasil p-value 115

7 0,00 pada alpha 5 % (0,05). Hal ini mengartikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara bimbingan klinik model microskill dibanding dengan bimbingan klinik model konvensional dimana skor kualitas bimbingan Preceptor pada kelompok mahasiswa yang mendapat bimbingan klinik model microskill lebih tinggi jika dibandingkan dengan skor kualitas bimbingan Preceptor pada kelompok mahasiswa yang mendapat bimbingan klinik model konvensional. Hasil penelitian ini diperkuat oleh beberapa penelitian sebelumnya yaitu, Teherani et al, (2007) untuk mengetahui pandangan mahasiswa dalam memilih bimbingan di klinik menggunakan one minute preceptor and traditional preceptor models. Hasilnya mahasiswa menilai one minute preceptor sebagai model pembelajaran yang efektif dibanding traditional preceptor models, Furney (2001), penelitiannya untuk mengevaluasi efek microskill pendidikan klinik residen kepada dokter muda menunjukan peningkatan performance pembimbing dalam membimbing klinik dan hasil evaluasi diri menunjukan kepuasan residen dalam membimbing menggunakan model microskill sehingga terjadi peningkatan motivasi untuk membaca. Bowen(2006) memperkuat dengan hasil penelitiannyayang menunjukan bahwa pembimbing yang menggunakan microskill efektif dalam mengatasi ketidak puasan dan menunjukan peningkatan partisipasi roleplaying peserta yang mengikuti roleplaying. Perbedaan pencapaian skor yang lebih tinggi pada kualitas bimbingan preceptor klinik bagi kelompok yang mendapatkan bimbingan klinik model microskill tidak lepas dari prinsip belajar mengajar sambil mengerjakan yang dilaksanakan oleh pembimbing di klnik.. Menurut Mills dalam Arends RI (2008) menyatakan bahwa pembelajaran ketrampilan akan efektif bila dilakukan dengan menggunakan prinsip belajar sambil mengerjakan (learning by doing). Demikian pula ketrampilan yang dilatih melalui praktik secara berulang-ulang akan menjadi kebiasaan (Leighbody, 1968) cit Arends RI 2008). Untuk itu skor yang diperoleh dalam penelitian ini, yang menunjukan perbedaan skor kualitas bimbingan preceptor klinik pada kelompok mahasiswa yang mendapat bimbingan klinik model microskill dan konvensional didapatkan melalui pengisian kuesioner langsung dapat dikatakan akurat. The five steps microskill menurut Neher dan kawan-kawan (1992) adalah model pengajaran yang diterapkan di pendidikan klinik yang mengoptimalkan pengajaran dan pembelajaran dengan keterbatasan waktu. Oleh karena itu penerapan bimbingan klinik model microskill di lingkungan pendidikan klinik memberikan bentuk sederhana bagi pembimbing klinik untuk mengajar setiap hari selama perawatan pasien dengan waktu yang terbatas. KESIMPULAN DAN SARAN Terdapat perbedaan antara skor kualitas bimbingan klinik pada kelompok mahasiswa yang mendapat bimbingan klinik model microskill dengan kelompok mahasiswa yang mendapat bimbingan klinik model konvensional. Kelompok intervensi memiliki skor yang lebih tinggi bila di bandingkan dengan kelompok kontrol. Ini berarti ada pengaruh bimbingan klinik model microskill terhadap kualitas bimbingan preceptor klinik. Untuk itu disarankan bagi institusi pendidikan dan lahan praktik, bimbingan klinik model microskill ini hendaknya dijadikan suatu standar model dalam proses pembimbingan dalam pembelajaran klinik. Bagi pembimbing klinik, agar dapat meningkatkan kualitas bimbingan kepada mahasiswa menggunakan inovasi model bimbingan microskill. Bagi mahasiswa agar memanfaatkan bimbingan klinik microskill ini guna mencapai kompetensi ketrampilan klinik. 116

8 DAFTAR PUSTAKA Agaard E.et al. (2004)Effectiveness of the one-minute preceptor modelfor diagnosing the patient and the learner:proof of Concept. Academic Medicine, 79(1),pp Arikunto, S, (2002) Prosedur Penerlitian Suatu Pendekatan Praktis, Edisi Revisi V. Jakarta: PT Rineka Cipta. Arikunto, S, (2008) Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Barker, R.E, et al. (2010) Becoming a super preceptor: A practical guide to preceptorship in today s clinical climate.college of Nursing, OhioJournal of the American Academy of Nurse Practitioners22, pp Bowen, J. L. et al. (2005) Enchancing the effectiviness of one-minute preceptor faculty development workshops.teaching and learning in Medicine, 18(1),pp Emilia,O, (2007) Tehnik Dasar Pembimbingan Dalam Pembimbingan Klinik. Bagian pendidikan kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Frisch, S.R. et all.(1984) Increasing the Effectiviness of Clinical Supervision, Can Med Assoc J. pp 131. Furney, et al.(2001) Teaching in the one minute preceptor.journal Gen Intern Medical.16, pp Hamid, A.Y.S.(1996)Komunikasi Terapeutik. Jakarta: tidak dipublikasikan. Hays, R.(2006) Teaching Learning in Clinical Setting.Radclife Publishing Ltd 18 Marcham Road Abingdon Abingdon Oxon OX14 AA. United Kingdom. Harden RM, Crosby JR, Davis MH.(1999) AMEE guide 14. outcome-based education: Part 1. An Introduction to outcome-based Education Medical Teacher. 21 (1),pp eran James A, Milne D, Morse R, (2008) Microskills of Clinical Supervision: Scaffolding Skills, Journal of Cognitive Psychotherapy Mardiwiyoto H.(2007) Clinical Teaching: Microskil Model. Bagian pendidikan kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada Yogyakarta. 117

Pengaruh Bimbingan Klinik Model Bedside Teaching

Pengaruh Bimbingan Klinik Model Bedside Teaching Pengaruh Bimbingan Klinik Model Bedside Teaching Terhadap Motivasi Belajar mahasiswa Menjalani Praktik Klinik Pada Mahasiswa Prodi Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Palu. Rina Tampake

Lebih terperinci

Keywords: Nursing education, micro skill, one-minute preceptor, clinical supervision, supervisor, clinical teaching

Keywords: Nursing education, micro skill, one-minute preceptor, clinical supervision, supervisor, clinical teaching Keefektifan Metode Microskill Untuk Meningkatkan Kualitas Supervisi Klinik Sunarko*, Ova Emilia**, Harsono Mardiwiyoto** * Program Studi Keperawatan Magelang, Poltekes Kemenkes Semarang ** Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan tenaga kesehatan yang bermutu, yang mampu bersaing baik

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan tenaga kesehatan yang bermutu, yang mampu bersaing baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Roadmap mobilitas tenaga kerja profesional antar Negara di ASEAN telah di bentangkan khususnya bidang profesi keperawatan. Hal ini menjadi salah satu dorongan bagi penyelenggara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan melanjutkan pada tingkat pendidikan profesi dokter gigi. Dalam tahap

BAB I PENDAHULUAN. akan melanjutkan pada tingkat pendidikan profesi dokter gigi. Dalam tahap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa pendidikan dokter gigi setelah lulus pada tingkat S1, akan melanjutkan pada tingkat pendidikan profesi dokter gigi. Dalam tahap pendidikan profesi dokter gigi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akademik pada kasus-kasus nyata di klinik. Peserta didik juga diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. akademik pada kasus-kasus nyata di klinik. Peserta didik juga diharapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran klinik merupakan pembelajaran berbasis pengalaman, peserta didik diharapkan mampu mengaplikasikan teori yang diperoleh dari akademik pada kasus-kasus nyata

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki

III. METODE PENELITIAN. Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki 23 III. METODE PENELITIAN A. Populasi Penelitian Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan. 1. Nilai mahasiswa yang mengikuti PAL lebih tinggi dari yang tidak mengikuti

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan. 1. Nilai mahasiswa yang mengikuti PAL lebih tinggi dari yang tidak mengikuti 70 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Nilai mahasiswa yang mengikuti PAL lebih tinggi dari yang tidak mengikuti PAL. 2. Mahasiswa yang mengikuti PAL mempunyai persepsi yang baik tentang PAL. 3.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem pelayanan kesehatan di Indonesia saat ini telah menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem pelayanan kesehatan di Indonesia saat ini telah menunjukkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem pelayanan kesehatan di Indonesia saat ini telah menunjukkan perbaikan dan peningkatan secara bertahap dari tahun ke tahun. Saat ini petugas kesehatan seperti

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilaksanakan di dua Sekolah Dasar Negeri Gendongan Kecamatan Tingkir. Subyek penelitian ini meliputi siswa kelas IV SD

Lebih terperinci

BAB IV. Penelitian ini menggunakan design penelitian quasi. experiment pre dan post test with control group. Penelitian ini ingin

BAB IV. Penelitian ini menggunakan design penelitian quasi. experiment pre dan post test with control group. Penelitian ini ingin BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini menggunakan design penelitian quasi experiment pre dan post test with control group. Penelitian ini ingin mengetahui pengaruh penerapan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan pre-test dan post-test with control group. Tujuan. penelitian ini untuk mengetahui penerapan metode pembelajaran

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan pre-test dan post-test with control group. Tujuan. penelitian ini untuk mengetahui penerapan metode pembelajaran BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain quasi eksperimen, dan dengan pendekatan pre-test dan post-test

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pengaruh penerapan metode pembelajaran Team Based Learning terhadap. Keperawatan STIKES Satria Bhakti Nganjuk.

BAB III METODE PENELITIAN. pengaruh penerapan metode pembelajaran Team Based Learning terhadap. Keperawatan STIKES Satria Bhakti Nganjuk. 43 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan design penelitian Quasy Experiment pre and post test with control group. Penelitian ini ingin mengetahui pengaruh penerapan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VII SMPN 3 Tegineneng pada

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VII SMPN 3 Tegineneng pada 24 III. METODE PENELITIAN A. Populasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VII SMPN 3 Tegineneng pada semester ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014 yang terdiri dari 5 kelas berjumlah 150

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif, menurut Sudijono (2010) penelitian komparatif adalah salah satu teknik analisis statistik yang dapat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2014/2015 di MAN 1 Pringsewu Kabupaten Pringsewu. 3.2 Populasi Penelitian Populasi penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian eksperimen semu (Quasi Experiment) dengan pendekatan pre-test

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian eksperimen semu (Quasi Experiment) dengan pendekatan pre-test BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain penelitian eksperimen semu (Quasi Experiment) dengan pendekatan pre-test post-test control

Lebih terperinci

Draft Naskah Akademik Pengembangan Staf Dosen Pendidik Klinis Menggunakan Metode e-learning. Perkembangan jumlah institusi pendidikan kedokteran,

Draft Naskah Akademik Pengembangan Staf Dosen Pendidik Klinis Menggunakan Metode e-learning. Perkembangan jumlah institusi pendidikan kedokteran, Draft Naskah Akademik Pengembangan Staf Dosen Pendidik Klinis Menggunakan Metode e-learning I. Pendahuluan 1. Latar Belakang Perkembangan jumlah institusi pendidikan kedokteran, Tuntutan kualitas, pentingnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, mengupayakan agar individu dewasa tersebut mampu menemukan

BAB I PENDAHULUAN. berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, mengupayakan agar individu dewasa tersebut mampu menemukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran merupakan upaya secara sistematis yang dilakukan pengajar untuk mewujudkan proses pembelajaran berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Setiap orang termasuk peserta didik memiliki rasa ingin tahu (curiousity),

BAB III METODE PENELITIAN. Setiap orang termasuk peserta didik memiliki rasa ingin tahu (curiousity), BAB III METODE PENELITIAN Setiap orang termasuk peserta didik memiliki rasa ingin tahu (curiousity), anak selalu bertanya tentang hal hal yang dilihat, didengar, diraba, dicecap bahkan dirasakan (Sukmadinata,

Lebih terperinci

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DEMONSTRASI TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA SMK

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DEMONSTRASI TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA SMK Pengaruh Penggunaan Metode... (Adi Rukmana Putra) 73 PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DEMONSTRASI TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA SMK THE INFLUENCE OF DEMONSTRATION TEACHING METHOD ON THE STUDENT

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam suatu penelitian meliputi pengumpulan, penyusunan dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam suatu penelitian meliputi pengumpulan, penyusunan dan 60 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan langkah-langkah yang diambil dalam suatu penelitian meliputi pengumpulan, penyusunan dan

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN PENELITIAN PERBEDAAN LAMA KERJA PERAWAT DENGAN SIKAP KEPATUHAN TERHADAP STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Arif Rahman Hakim*, Idawati Manurung**, Yuniastini** Salah satu pembinaan manajemen dengan membuat standar

Lebih terperinci

PENGARUH PELATIHAN PATIENT HANDLING TERHADAP PENURUNAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG AKIBAT KERJA

PENGARUH PELATIHAN PATIENT HANDLING TERHADAP PENURUNAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG AKIBAT KERJA PENGARUH PELATIHAN PATIENT HANDLING TERHADAP PENURUNAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG AKIBAT KERJA Suhardi, Afrianti Wahyu W, Sri Suwarni Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Fisioterapi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 6

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 6 36 III. METODE PENELITIAN A. Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 6 Metro pada semester genap tahun pelajaran 01/013 yang terdiri dari 3 kelas yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dengan menggunakan rancangan penelitian eksperimental semu (quasi

BAB III METODE PENELITIAN. Dengan menggunakan rancangan penelitian eksperimental semu (quasi 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah desain penelitian eksperimen. Dengan menggunakan rancangan penelitian eksperimental semu (quasi eksperiment).

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA 1 Weny Atika (1), Tina Yunarti (2), Pentatito Gunowibowo (3) Pendidikan Matematika, Universitas Lampung atikaweny@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Lokasi Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional. Arikunto (2006:270) mengemukakan bahwa penelitian korelasional bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Penelitian 4.1.1 Gambaran Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SDN Mangunsari 04 dan 07 yang terletak di Jalan Tentara Pelajar No. 7,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 49 Bandung yang berlamat di Jalan Antapani No 58 Bandung. Dalam penelitian ini, yang menjadi

Lebih terperinci

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PENGARUH METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH BERBANTUAN READING GUIDE TERHADAP PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN MAKANAN PADA MANUSIA KELAS VIII SMPN 30 PEKANBARU TAHUN AJARAN 2014/2015 Raudhah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Penelitian quasi

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Penelitian quasi BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Penelitian quasi eksperimen merupakan salah satu dari jenis penelitian eksperimen. Dimana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. semester genap tahun ajaran Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 20

BAB III METODE PENELITIAN. semester genap tahun ajaran Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 20 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai pada tanggal 03-29 Maret 2014 pada semester genap tahun ajaran 2013-2014. Penelitian ini dilaksanakan di SMP

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini diadakan di SD Negeri Gedong 02 kecamatan Banyubiru dan SD Negeri Gedong 03 kecamatan Banyubiru kabupaten Semarang.

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA Ayu Tamyah 1, Rini Asnawati 2, Arnelis Djalil 2 ayutamtam@yahoo.com 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di 2 SD yaitu: SD N Secang 2 Magelang, Jln. Sukarman No. 3 Secang, kabupaten Magelang. Siswa kelas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 12 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Lokasi Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Metode penelitian eksperimen dapat didefinisikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian quasi experimen (experimen

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian quasi experimen (experimen BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian quasi experimen (experimen semu) dengan pretest-posttest control group design. Dalam penelitian ini diberikan suatu

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS CLINICAL PREPARATION TERHADAP KOMPETENSI PRAKTIKUM KLINIK KEBIDANAN MAHASISWA SEMESTER III STIKes MITRA HUSADA KARANGANYAR

EFEKTIVITAS CLINICAL PREPARATION TERHADAP KOMPETENSI PRAKTIKUM KLINIK KEBIDANAN MAHASISWA SEMESTER III STIKes MITRA HUSADA KARANGANYAR EFEKTIVITAS CLINICAL PREPARATION TERHADAP KOMPETENSI PRAKTIKUM KLINIK KEBIDANAN MAHASISWA SEMESTER III STIKes MITRA HUSADA KARANGANYAR ABSTRACT Kurnia Agustin 1, Yeni Anggraini 2 1 Dosen Prodi D3 Kebidanan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. independent (bebas) dan variabel dependet (terikat). Variabel bebas yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. independent (bebas) dan variabel dependet (terikat). Variabel bebas yaitu BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdapat dua jenis variabel yaitu variabel independent (bebas) dan variabel dependet (terikat).

Lebih terperinci

PERSEPSI MAHASISWA TENTANG METODE PENGAJARAN DOSEN DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA KEPERAWATAN STIKES AISYIYAH SURAKARTA

PERSEPSI MAHASISWA TENTANG METODE PENGAJARAN DOSEN DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA KEPERAWATAN STIKES AISYIYAH SURAKARTA PERSEPSI MAHASISWA TENTANG METODE PENGAJARAN DOSEN DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA KEPERAWATAN STIKES AISYIYAH SURAKARTA Sri Hartutik, Irma Mustikasari STIKES Aisyiyah Surakarta Ners_Tutty@yahoo.com

Lebih terperinci

Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Semarang Jl. Perintis Kemerdekaan, Magelang

Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Semarang Jl. Perintis Kemerdekaan, Magelang Abstract Learning With Concept Maps And Conference Appproach To The Achievement Of Learning Objectives Clinic Metode Pembelajaran: Pendekatan Peta Konsep Dan Konferensi Terhadap Pencapaian Tujuan Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen berfungsi untuk mengetahui pengaruh

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen berfungsi untuk mengetahui pengaruh BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen. Penelitian kuasi eksperimen berfungsi untuk mengetahui pengaruh percobaan/perlakuan terhadap karakteristik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tidak memungkinkan untuk dikontrol secara penuh. Desain yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tidak memungkinkan untuk dikontrol secara penuh. Desain yang A. Desain Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen, dimana variabel penelitian tidak memungkinkan untuk dikontrol secara penuh. Desain yang digunakan peneliti

Lebih terperinci

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH. Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : REIHAN ULFAH J

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH. Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : REIHAN ULFAH J HUBUNGAN KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN DAN SIKAP DOKTER DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN LEMBAR INFORMED CONSENT DI RS ORTOPEDI PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Untuk Memenuhi Salah Satu

Lebih terperinci

TABEL III. 1 PROSES PENELITIAN No Kegiatan Waktu. 1 Pengajuan Sinopsis November Proses pengerjaan proposal Desember 2014

TABEL III. 1 PROSES PENELITIAN No Kegiatan Waktu. 1 Pengajuan Sinopsis November Proses pengerjaan proposal Desember 2014 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai dengan bulan Mei, pada semester Genap Tahun Ajaran 2014/2015. Berikut ini dijelaskan proses penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen semu (quasi experiment). Sugiyono (2010:114) mengemukakan

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen semu (quasi experiment). Sugiyono (2010:114) mengemukakan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan eksperimen semu (quasi experiment). Sugiyono (2010:114) mengemukakan penelitian eksperimen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 55 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini menguji penerapan model pembelajaran Learning Cycle 7e berbantuan komputer dalam pembelajaran fisika terhadap penguasaan konsep

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan 25 Januari tahun ajaran 2013/2014 di SMA IT Mutiara Duri yang

BAB III METODE PENELITIAN. dengan 25 Januari tahun ajaran 2013/2014 di SMA IT Mutiara Duri yang 23 A. Waktu dan Tempat Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan mulai pada tanggal 13 Januari sampai dengan 25 Januari tahun ajaran 2013/2014 di SMA IT Mutiara Duri yang beralamat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitan berupa survei deskriptif inferensial yaitu teknik statik yang

BAB III METODE PENELITIAN. penelitan berupa survei deskriptif inferensial yaitu teknik statik yang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode penelitan berupa survei deskriptif inferensial yaitu teknik statik yang digunakan

Lebih terperinci

Metode Penelitian. Menurut Syaiful dan Aswan, metode ekperimen adalah cara penyajian

Metode Penelitian. Menurut Syaiful dan Aswan, metode ekperimen adalah cara penyajian 30 III. Metode Penelitian 3.1. Metode Yang Digunakan Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Menurut Syaiful dan Aswan, metode ekperimen adalah cara penyajian pelajaran, dimana

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperbandingkan kedua model pembelajaran tersebut untuk mengetahui model

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperbandingkan kedua model pembelajaran tersebut untuk mengetahui model BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas tentang keefektifan pembelajaran model kooperatif tipe TAI dengan pendekatan CTL dan pembelajaran konvensional. Selain itu akan diperbandingkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. data dengan maksud untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Metode yang akan

III. METODE PENELITIAN. data dengan maksud untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Metode yang akan 32 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan untuk memperoleh data dengan maksud untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Metode yang akan digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. evaluasi pada penampilan yang bisa digunakan untuk menilai kompetensi klinik

BAB I PENDAHULUAN. evaluasi pada penampilan yang bisa digunakan untuk menilai kompetensi klinik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mini clinical evaluation exercise (Mini-CEX) adalah salah satu metode evaluasi pada penampilan yang bisa digunakan untuk menilai kompetensi klinik mahasiswa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. untuk mengkaji perbandingan terhadap pengaruh (efek) pada kelompok

BAB III METODE PENELITIAN. untuk mengkaji perbandingan terhadap pengaruh (efek) pada kelompok BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah study komparatif, desain ini difokuskan untuk mengkaji perbandingan terhadap pengaruh (efek) pada kelompok subyek tanpa adanya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian kuantitatif dengan desain quasi eksperimen, dan dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian kuantitatif dengan desain quasi eksperimen, dan dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain quasi eksperimen, dan dengan pendekatan pretest-posttest

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 2013/2014 pada tanggal 20 September 2013 sampai dengan 11 Oktober 2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 2013/2014 pada tanggal 20 September 2013 sampai dengan 11 Oktober 2013 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2013/2014 pada tanggal 20 September 2013 sampai dengan 11 Oktober 2013 di SMP

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan adalah Pretest-Posttest Control Group Desain. TABEL III.1 PRETEST-POSTTEST CONTROL GROUP DESIGN

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan adalah Pretest-Posttest Control Group Desain. TABEL III.1 PRETEST-POSTTEST CONTROL GROUP DESIGN 22 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dan desain yang digunakan adalah Pretest-Posttest Control Group Desain. Keterangan: TABEL

Lebih terperinci

Indrawati Bahar (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang) ABSTRACT

Indrawati Bahar (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang) ABSTRACT HUBUNGAN FAKTOR PERSEPSI MAHASISWA DALAM PENGELOLAAN RUANG RAWAT INAP TERHADAP KEPUASAN MAHASISWA DALAM PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN DI RSUP M. JAMIL PADANG Indrawati Bahar (Politeknik Kesehatan Kemenkes

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian pendidikan dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan suatu pengetahuan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP N 12 Bandar

III. METODE PENELITIAN. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP N 12 Bandar 33 III. METDE PENELITIAN A. Populasi Penelitian Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP N Bandar Lampung pada Semester Genap Tahun Pelajaran 0/0 yang terdiri atas 6 kelas berjumlah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mempengaruhi hasil penelitian. Desain yang digunakan adalah Pretest-

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mempengaruhi hasil penelitian. Desain yang digunakan adalah Pretest- BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Metode penelitian ini adalah quasi eksperimen karena terdapat unsur manipulasi yaitu mengubah keadaan biasa secara sistematis keadaan tertentu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperiment dengan rancangan Non Equivalent Control Group Design, dimana pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab III metode penelitian akan dipaparkan mengenai jenis dan pendekatan, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel penelitian, variabel dan indikator penelitian, teknik

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penentuan metode dalam sebuah penelitian ilmiah merupakan langkah yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penentuan metode dalam sebuah penelitian ilmiah merupakan langkah yang III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode yang digunakan Penentuan metode dalam sebuah penelitian ilmiah merupakan langkah yang sangat penting karena metode dapat menentukan salah benarnya proses suatu penelitian

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PERAN STAF EDUKASI YANG DIBUTUHKAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU DALAM RANGKA PELAKSANAAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI

IDENTIFIKASI PERAN STAF EDUKASI YANG DIBUTUHKAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU DALAM RANGKA PELAKSANAAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI IDENTIFIKASI PERAN STAF EDUKASI YANG DIBUTUHKAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU DALAM RANGKA PELAKSANAAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI Zulharman Staf pengajar FK Unri Mahasiswa S2 Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif yaitu metode

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan keterampilan, berbentuk pelayanan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan, yaitu penelitian yang dilakukan dengan terjun langsung ke lapangan untuk meneliti efektivitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1. 3.1. Desain Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimen jenis quasi experiment. Quasi experiment atau disebut juga eksperimen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bentuk Nonequivalent Control Group Design karena pada kenyataanya penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. bentuk Nonequivalent Control Group Design karena pada kenyataanya penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah Quasi Eksperimen (semi eksperimen) dengan bentuk Nonequivalent Control Group Design karena pada kenyataanya penelitian ini tidak

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. pemilihan metode merupakan syarat yang sangat penting agar mendapatkan

III. METODOLOGI PENELITIAN. pemilihan metode merupakan syarat yang sangat penting agar mendapatkan 58 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode dalam penelitian memegang peranan penting karena salah satu ciri dari karangan ilmiah adalah terdapat suatu metode yang tepat dan sistematis sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 2013/2014 pada tanggal tanggal 17 maret 11 april 2014 di SMKN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 2013/2014 pada tanggal tanggal 17 maret 11 april 2014 di SMKN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2013/2014 pada tanggal tanggal 17 maret 11 april 2014 di SMKN Kehutanan Pekanbaru,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 23 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang diambil adalah SD Negeri Cieunteung 2, yang terletak di Kecamatan Cihideung, Kota Tasikmalaya.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Dan Definisi Operasional 1 Variabel Variabel penelitian pada dasarnya merupakan sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP TMI Roudlotul Qur an Metro yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP TMI Roudlotul Qur an Metro yang terletak di 36 III. METODE PENELITIAN 3. Populasi dan Sampel Penelitian ini dilaksanakan di SMP TMI Roudlotul Qur an Metro yang terletak di jalan Patimura Kelurahan Mulyojati 6 B Kecamatan Metro Barat Kota Metro.

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 2, Oktober 2012 ISSN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DENGAN METODE TIM

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 2, Oktober 2012 ISSN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DENGAN METODE TIM PENELITIAN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DENGAN METODE TIM TINGKAT KEPUASAN LULUSAN DIPLOMA III KEBIDANAN TERHADAP KUALITAS IMPLEMENTASI KURIKULUM PRAKTIK Ika Fitria Elmeida* Kualitas implementasi kurikulum

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi experiment (eksperimen semu) dan deskriptif. Metode eksperimen digunakan untuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di SMA Negeri 1 Terusan Nunyai yang terletak

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di SMA Negeri 1 Terusan Nunyai yang terletak 9 III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ini telah dilaksanakan di SMA Negeri Terusan Nunyai yang terletak di Desa Bandar Agung Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah. Populasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan, yaitu penelitian yang dilakukan dengan terjun ke lapangan. Penelitian ini mengambil lokasi

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENILAIAN KEPALA SEKOLAH DAN PENILAIAN DIRI SENDIRI TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU PRODUKTIF DI SMKN 1 PARIAMAN

PERBEDAAN PENILAIAN KEPALA SEKOLAH DAN PENILAIAN DIRI SENDIRI TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU PRODUKTIF DI SMKN 1 PARIAMAN 60 PERBEDAAN PENILAIAN KEPALA SEKOLAH DAN PENILAIAN DIRI SENDIRI TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU PRODUKTIF DI SMKN 1 PARIAMAN (Ira Safitri *, Ungsi AOM **, Maryati Jabar *** Email: tekniksipilirasafitri@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jumlah Siswa Laki-laki Perempuan Eksperimen Kontrol Jumlah Seluruhnya 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jumlah Siswa Laki-laki Perempuan Eksperimen Kontrol Jumlah Seluruhnya 59 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 4 Mulyoharjo dan SD Negeri 5 Mulyoharjo Jepara Kecamatan Jepara Semester 2 Tahun Ajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), yang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), yang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), yang bersifat deskriptif yang memusatkan perhatiannya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran yang efektif harus didasarkan pada pemahaman tentang bagaimana mahasiswa belajar. Perkembangan teori belajar dari perspektif konstruktivisme menyebutkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Jenis dan Lokasi Penelitian 3.. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Sugiyono (00:07) mengemukakan bahwa penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 48 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian dan Tempat penelitian Metode penelitian ini merupakan penelitian korelasional. Suharsini Arikunto (1998) menyatakan bahwa penelitian korelasional merupakan

Lebih terperinci

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PERSEPSI TENTANG PERNIKAHAN DINI PADA SISWA KELAS X DI SMK N 1 SEWON KABUPATEN BANTUL DIY

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PERSEPSI TENTANG PERNIKAHAN DINI PADA SISWA KELAS X DI SMK N 1 SEWON KABUPATEN BANTUL DIY PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PERSEPSI TENTANG PERNIKAHAN DINI PADA SISWA KELAS X DI SMK N 1 SEWON KABUPATEN BANTUL DIY NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. relibilitas, dalam bab ini dikemukakan hal-hal yang menyangkut identifikasi

III. METODE PENELITIAN. relibilitas, dalam bab ini dikemukakan hal-hal yang menyangkut identifikasi 26 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian perlu diterapkan sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang sebenarnya untuk memperoleh data yang mempunyai tingkat validitas dan relibilitas,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan terjun langsung ke lapangan untuk meneliti

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Gajah Mada

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Gajah Mada III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Gajah Mada Bandar Lampung tahun ajaran 0-03 yang berjumlah 00 siswa dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan penilaian pada aspek pengetahuan (Khalidatunnur dkk, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan penilaian pada aspek pengetahuan (Khalidatunnur dkk, 2008). BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Objective Structured Clinical Examination (OSCE) dan Multiple Choice Question (MCQ) merupakan bentuk ujian pada mahasiswa kedokteran untuk menilai hasil belajar yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian quasi eksperimen, dimana variabel penelitian tidak memungkinkan untuk dikontrol secara penuh 1. Tujuan Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terselenggaranya pelayanan kesehatan yang berkualitas juga (Depkes, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. terselenggaranya pelayanan kesehatan yang berkualitas juga (Depkes, 2007). BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan kesehatan yang berkualitas akan mendukung terselenggaranya pelayanan kesehatan yang berkualitas juga (Depkes, 2007). Perawat merupakan salah satu

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PEER TEACHING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMK PADA KOMPETENSI DASAR MENGGUNAKAN ALAT UKUR

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PEER TEACHING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMK PADA KOMPETENSI DASAR MENGGUNAKAN ALAT UKUR 167 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PEER TEACHING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMK PADA KOMPETENSI DASAR MENGGUNAKAN ALAT UKUR Galih T. Lesmana 1, Ono Wiharna 2, Sulaeman 3 Departemen Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan terjun langsung ke lapangan untuk meneliti efektivitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Quasi

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Quasi BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian eksperimen. Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Quasi Eksperimen.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013: 107) metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013: 107) metode penelitian A. Jenis dan Desain Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan pendekatan penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013: 107) metode penelitian eksperimen

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. berasal dari jawaban responden terhadap daftar pernyataan yang dituangkan

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. berasal dari jawaban responden terhadap daftar pernyataan yang dituangkan BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Karakteristik Responden Dalam bab IV disajikan analisis terhadap data yang diperoleh selama penelitian. Data yang terkumpul merupakan data primer, yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode kuantitatif yaitu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama yang efektif dalam pendidikan klinik (Hesketh & Laidlaw, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. utama yang efektif dalam pendidikan klinik (Hesketh & Laidlaw, 2002). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Umpan balik untuk mahasiswa telah lama diakui sebagai komponen utama yang efektif dalam pendidikan klinik (Hesketh & Laidlaw, 2002). Tindakan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode kuasi eksperimen. Dalam penelitian ini tidak semua variabel

Lebih terperinci