Pengantar Presiden RI Mengenai Penanganan Bencana Asap di Riau, tgl. 14 Mar. 2014, di Jateng Jumat, 14 Maret 2014

Transkripsi

1 Pengantar Presiden RI Mengenai Penanganan Bencana Asap di Riau, tgl. 14 Mar. 2014, di Jateng Jumat, 14 Maret 2014 PENGANTAR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA RAPAT MENGENAI PENANGANAN BENCANA ASAP DI RIAU DI MARKAS KEPOLISIAN DAERAH JAWA TENGAH, SEMARANG TANGGAL 14 MARET 2014 Presiden RI:

2 Saudara Wakil Presiden dan para Pejabat Negara dan Pejabat Pemerintah yang bersama-sama memikul tugas dan tanggung jawab untuk mengatasi masalah di negeri ini. Sebelum saya memasuki agenda penting dalam rapat sekarang ini, saya ingin mengetahui siapa saja yang hadir di Riau dan juga yang hadir di Jakarta. Dengan demikian, saya bisa memastikan bahwa forum ini adalah forum yang efektif untuk mengatasi masalah yang kembali tahun ini terjadi lagi di Riau. Tolong disampaikan oleh Kepala BNPB, Pak Syamsul Maarif, siapa saja yang hadir di Riau sekarang ini. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (Syamsul Maarif): laporkan Bapak Presiden, saat ini saya didampingi oleh Bapak Wakil Gubernur Provinsi Riau Ir. Arsyadjuliandi Rachman, MBA., karena Bapak Gubernur sejak kemarin berada di lokasi di wilayah Bengkalis dan Rokan Hilir. Tadi pada saat akan berjalan pukul sepuluh dan akhirnya mundur, beliau masih berada di tengah-tengah memimpin wilayah setempat. Kedua adalah Danrem 031 Wirabima, sebelah kiri saya, Brigjen TNI Prihadi Agus Irianto yang sekaligus juga sebagai Dansatgas Penanggulangan Bencana Asap di Riau. Kemudian Kapolda Riau, Brigadir Jenderal Polisi Condro Kirono, MM., M.Hum., Kapolda Riau. Kemudian Kepala Kejaksaan Tinggi Riau Bapak Eddy Rakamto, S.H., MH., di ujung. Kemudian ada di bawah, Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Riau, Ir. Kemal Aman, M.Sc., Komandan Lanud Rusmin Nuryadin, Kolonel Penerbang Andyawan, S.IP., Kepala BMKG Riau Saudara Sugarin, dan yang terakhir Kepala Badan Lingkungan Hidup Provinsi Riau Bapak Kasiarudin, S.H.

3 Demikian Bapak Presiden. Presiden RI: Terima kasih Pak Syamsul. Mestinya Gubernur ada di situ. Gubernur melaporkan langsung kepada saya apa yang sudah dan sedang dilakukan, dan sekaligus Gubernur mendengarkan perintah-perintah saya nantinya. Wagub bisa ke depan menggantikan sementara, dan Gubernurnya harusnya berada di situ. Begitu cara menganalisis tugas dan bagaimana manajemen krisis itu dijalankan dengan efektif.

4 ingin mendengar dari Pak Boed, dari Wapres, tidak kelihatan dari sini, siapa saja yang hadir di Jakarta. Silakan Pak Boed. Wakil Presiden (Boediono): Baik. Terima kasih Bapak Presiden, Selamat Siang. Di Jakarta kami berkumpul di Mabes Polri. didampingi oleh Bapak Menko Perekonomian, Bapak Menteri Kehutanan, Bapak Jaksa Agung, Bapak Menteri Lingkungan Hidup, dan nanti sedang kami tunggu juga akan ikut serta Bapak Mendagri. Juga bersama kami Panglima TNI, kemudian Wakil Kapolri, kemudian juga Sestama dari BNPB beserta jajaran-jajaran dari Polri. Itu yang ada di hadapan Bapak.

5 Terima kasih. Presiden RI: Menko Kesra tidak kelihatan Wapres, di mana Pak Agung? Wakil Presiden (Boediono): Menko Kesra tadi malam itu kami hubungi, ternyata beliau itu ada di Jawa Tengah Bapak. Belum bisa, karena ada komitmen, apa itu, sesuatu yang belum, tidak bisa kita, ditinggal. Lalu saya minta laporan secara singkat. Tadi pagi ada laporan

6 tertulis dari Beliau. Terima kasih Bapak. Presiden RI: Baik. Karena ini krisis, krisis asap, krisis kebakaran yang intensitasnya tinggi, tolong disampaikan kepada Pak Agung Laksono untuk diprioritaskan ini, karena secara fungsional Menko Kesra memang yang menangani ini. mengerti kalau sekarang memang sudah terlanjur berangkat, tetapi untuk yang akan datang saya berharap ini menjadi prioritas kita. Wakil Presiden (Boediono):

7 Baik. Kami merencanakan habis untuk di kantor saya bersama Menko dan semua yang terkait untuk segera melakukan langkah tambahan untuk mengatasi. Barangkali mereka akan langsung juga ke lapangan hari Senin Bapak. Terima kasih. Presiden RI: Terima kasih.

8 ingin langsung ke Riau. Ini terjadi lagi, Riau lagi, dan saya tahu bahwa ini disebabkan oleh kesalahan kita sendiri. Sebagian dari saudara-saudara kita yang ada di Riau kembali melakukan pembakaran di atas ladang-ladang yang ada. tahu, memang cuaca ekstrim, mudah sekali api itu menjalar dan mengeluarkan asap. Tetapi biang keladinya adalah karena ada tindakan-tindakan pembakaran yang semestinya tidak dilakukan, yang semestinya bisa dicegah. Negara ini ada pejabatnya, mulai dari Presiden, Menteri, Gubernur, Bupati, Walikota, Camat, Kepala Desa, ada. Mestinya bisa dilakukan pencegahan, paling tidak mengurangi apa yang terus terjadi di Provinsi Riau. Tetapi kejadian sudah seperti ini, saya memimpin rapat ini untuk mencari solusi, untuk mengambil langkah-langkah atau tindakan tanggap darurat, meningkatkan dari apa yang sedang dilakukan sekarang ini. tahu BNPB telah bekerja terus menerus, saya tahu elemen pemerintah daerah juga bekerja meskipun dimensi pencegahan saya harus mengatakan tidak berhasil. tahu, TNI dan Polri juga sudah dikerahkan, saya tahu, upaya untuk memadamkan kebakaran dengan menebarkan air atau water bombing dan sejumlah cara juga sudah dilakukan, tetapi karena skalanya besar, harus saya katakan upaya kita belum berhasil. Tahun lalu sebenarnya ada pelajaran yang amat baik, kita anggap sebagai situasi krisis dan kita laksanakan tindakan-tindakan mengatasi krisis itu. Tahun lalu kita kerahkan hampir satu brigade TNI dengan segala peralatan yang ada. Kita beri sasaran satu minggu, lima hari bahkan selesai, atau lebih cepat.

9 Jadi sebenarnya bukan hal yang baru bagi Riau, bagi pemerintah daerah jajaran Riau, bagi masyarakat Riau, bagi kita secara nasional. Tetapi saya melihat, terus terang kita tidak efektif benar di dalam menangani ini semua, sehingga akhirnya membesar dan dalam skala sebagaimana yang kita hadapi sekarang ini. akan keluarkan instruksi hari ini untuk dilaksanakan oleh semua. Dan sebenarnya kalau situasi sudah memungkinkan, saya pun juga ingin langsung ke depan. Namun saya masih memberi kesempatan 1, 2 hari ini untuk dilakukan peningkatan operasi tanggap darurat, yang nanti akan saya sampaikan, apa yang mesti kita lakukan secara bersama, setelah saya mendengar langsung dari Kepala BNPB, situasi terkini permasalahan yang dihadapi di depan, dan kemudian apa yang bisa dilakukan. Dari situ nanti akan kita putuskan, akan saya putuskan setelah saya mendengar rekomendasi dari semua, apa saja yang mesti kita lakukan. memantau terus sebenarnya, ribuan berita keresahan, kemarahan, sebagian dari saudara-saudara kita juga saya baca. Ada sembilan ribu yang masuk di social media, yang boleh dikatakan marah. Marahnya ada yang beralasan, ada yang kurang beralasan, tapi itulah situasi yang kita hadapi. Kita perlukan solusi sekarang ini. berusaha untuk menyampaikan penjelasan kepada saudara-saudara kita, dan saudara-saudara kita di Riau, kebakaran ini bukan karena cuaca sebagaimana kebakaran hutan di Australia ataupun di California bagian Barat, tapi ini dibakar, ada yang membakar. Sampai kapan pun, kalau setiap tahun sebagian penduduk di Indonesia utamanya di Riau melakukan pembakaran-pembakaran seperti ini, ya asap akan terus datang. Ratusan milyar uang negara kita keluarkan, TNI/Polri harus dikerahkan dengan menggunakan transportasi yang semua juga memerlukan biaya, saudara-saudara kita menjadi korban yang tidak berdosa, anak-anak tidak bisa bersekolah, terganggu pernapasannya karena memang ada sebagian dari kita tidak berdisiplin, tidak bertanggungjawab, melakukan pembakaran-pembakaran, ini juga harus dimengerti oleh saudara-saudara kita di Riau. Ini menjadi tugas dari Gubernur, Bupati, Walikota, Camat, Kepala Desa untuk menyadarkan. Bencana ini dibuat sendiri

10 sebenarnya, tentu menjadi kewajiban saya sebagai Presiden, para Menteri semua, untuk mengatasi, apapun yang harus kita atasi, kita selesaikan. Tapi mari kita mendidik diri kita sendiri, bangsa ini ke depan agar kalau yang menyebabkan itu karena main bakar, ya hentikan kebiasaan main bakar itu. Ini yang harus saya sampaikan, dan setelah ini nanti saya ingin mendengar langsung dari depan, dari Riau. ingin mendengar rekomendasi dari menteri terkait untuk apa yang kita lakukan. Hitungannya jam, jangan menunggu 1, 2, 3, 4, 5 hari, jam demi jam berharga, jam demi jam berbahaya kalau tidak kita gunakan dengan baik. kira itu pengantar saya, dan setelah ini saya persilakan Pak Syamsul Maarif, Kepala BNPB untuk melaporkan kepada kita semua perkembangan situasi terkini, langkah-langkah yang sedang dilakukan, dan apa yang akan dilakukan, serta rekomendasi Pak Syamsul kepada saya.

11 Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan, Deputi Bidang Dukungan Kebijakan, Kementerian Sekretariat Negara RI