Jakarta: PT Prakarsa Target Maxima Graha Pena Lt. 17 R.1709 Jl. A. Yani 88, Surabaya Tel. (031) / Fax.
|
|
- Sri Darmali
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Edisi Maret I Editorial Salam jumpa Pembaca, Momen yang di tunggutunggu akhirnya tiba. Dengan kerendahan hati, Target Consulting Group (TCG) menerbitkan SPTaxNews. Ajang berbagi informasi dalam format newsletter ini akan hadir secara berkala (dwi mingguan) di tangan Anda, yang telah terdaftar sebagai Membership kami. Dalam edisi perdana ini, tedapat beberapa pokok bahasan penting yang akan kami ketengahkan. Pertama informasi tentang seluruh aktivitas bisnis TCG. Kedua, pembahasan tentang Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 43/PMK.03/ Tentang Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Ditanggung Pemerintah (DTP) atas Penghasilan Pekerja Pada Kategori Usaha Tertentu. Ketiga, tentang pembetulan Surat Pemberitahuan (SPT) yang menjadi hak Wajib Pajak. Dalam setiap edisi berikutnya, akan disajikan artikel utama, resume peraturan pajak terbaru, kurs mata uang asing, berita seputar perpajakan dan hal lainnya yang berkaitan. Ke depannya kami yakin, dengan dukungan Anda, SPTaxNews akan melaju lebih cepat lagi. Selamat membaca, dan sampai jumpa pada edisi berikutnya. Salam, Redaksi Suluh Prima Target Consulting Group arget Consulting Group (TCG) T adalah suatu group perusahaan konsultan yang bergerak di bidang keuangan, perpajakan, dokumentasi & filling, dan hukum yang dibentuk untuk dapat menjadi One Stop Consulting Services yang melayani klien di dalam berbagai bidang layanan yang dibutuhkan. Perusahaan yang tergabung dalam TCG adalah perusahaan yang terafiliasi dengan TCG dan juga perusahaan lain yang tidak terafiliasi namun memilih untuk bergabung untuk dapat saling bersinergi dan memberikan manfaat satu sama lain. TCG memiliki basis operasi di beberapa kota besar di Indonesia, yakni Jakarta, Surabaya, Medan dan Batam. Di Jakarta, perusahaan yang tergabung dalam TCG saat ini adalah PT Suluh Prima Target yang bergerak di bidang jasa pelatihan dan konsultasi perpajakan, Kantor Akuntan Publik Basyirudin dan Wildan (KAP BW) yang melengkapi pelayanan TCG di bidang keuangan, akuntansi dan teknologi informasi, dan Kawa Law Office (KAWA) yang bergerak bidang jasa konsultasi dan litigasi hukum. Masih di Jakarta, untuk lebih memantapkan langkah bisnisnya, bidang pengembangan produk software perpajakan dan teknologi informasi juga dirambah oleh TCG melalui PT Target Digital Solusindo (TDS). Sedangkan di bidang penyediaan jasa manajemen kearsipan dan kepustakaan dengan bantuan teknologi dan manajemen informasi, PT Target Indofilling (TIF) menjadi garda terdepan TCG. Di kota Surabaya dan Batam, TCG diwakili oleh PT Prakarsa Target Maksima dan PT Target Solusi Perkasa yang bergerak di bidang jasa pelatihan dan konsultasi perpajakan. * * * * Daftar Isi: PPh 21 DTP: Apa dan Bagaimana? (Bagian 1) hal. 2 Perbaiki SPT Yuk! hal. 4 Resume Peraturan Pajak Baru..hal. 9 Jadwal Training SPT (Maret )..hal. 8 Jakarta: PT Suluh Prima Target Tanjung Mas Raya Blok B1 No.4 Tanjung Barat, Jak-Sel Tel. (021) / Fax. (021) Tim Redaksi Surabaya: PT Prakarsa Target Maxima Graha Pena Lt. 17 R.1709 Jl. A. Yani 88, Surabaya Tel. (031) / Fax. (031) Batam: PT Target Solusi Perkasa First City Complex Blok B3 No.3 Batam Center Kep-Riau Tel. (0778) Fax (0778) Medan: PT Suluh Prima Target Jl. Dr Mansur No.152 A Medan Tel. (061) Fax (061) Wildan Permana, Tugiman Binsarjono, Abdul Rohim, Sugeng Kurniawan, Tomy Ardiansyah, Luki Martianawati, Fajriah Hidayati, Satrio Wicaksono.
2 Halaman 2 PPh Pasal 21 DTP: Apa dan Bagaimana? (Bagian 1) Ketentuan pemberian insentif PPh Pasal 21 itu hanya bagi karyawan yang berpenghasilan kotor mulai Rpl,3 juta sampai dengan Rp5 juta per bulan. Karyawan yang dalam satu bulan berpenghasilan Rp5 juta ke atas tidak menerima insentif karena dianggap telah menikmati fasilitas penurunan jenjang tarif PPh orang pribadi seiring dengan berlakunya PPh baru. D iterbitkannya Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 43/PMK.03/ tentang Pelaksanaan Pemberian Pajak Penghasilan Pasal 21 Ditangung Pemerintah (PPh Pasal 21 DTP) atas Penghasilan Pekerja Pada Pemberi Kerja yang Berusaha Pada Kategori Tertentu, langsung menjadi sorotan media, baik cetak maupun elektronik. Mereka berlomba menyajikan informasi tersebut. Salah satunya seperti cuplikan artikel berita di atas (Harian Bisnis Indonesia, Kamis 5 Maret ). Artikel berita tersebut langsung dikonsumsi oleh masyarakat luas. Informasi tersebut pun bergulir cepat dari mulut ke mulut. Layaknya domino effect, mulai dari teman, keluarga, kolega, sampai rekan bisnis yang peduli dengan pajak ramai membicarakannya. Rantai informasi pun semakin panjang. Kondisi tersebut tentu akan membawa efek tersendiri. Pada rantai penerima informasi terakhir, masyarakat yang tidak menerima informasi secara langsung, cenderung hanya mengetahui cuplikancuplikannya saja. Mereka khususnya masyarakat/wajib Pajak yang awam mengira bahwa substansi PMK Nomor 43/PMK.03/ juga memberikan insentif PPh Pasal 21 DTP bagi penghasilannya. Padahal dalam konteks ini, pemerintah memliki aturan main tersendiri. Kategori Usaha Tertentu dan Jumlah Penghasilan Yang Berhak DTP Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 43/PMK.03/ memang mengatur tentang pelaksanaan pemberian PPh Pasal 21 DTP bagi penghasilan yang diterima oleh pekerja/karyawan. Namun yang harus digarisbawahi adalah insentif berupa PPh Pasal 21 DTP tadi hanya diberikan atas penghasilan pekerja pada kategori usaha tertentu yang sudah ditetapkan. Redaksional Pasal 2 PMK Nomor 43/PMK.03/ secara eksplisit menyebutkan klausul pemberi kerja yang berusaha pada kategori tertentu. Kategori usaha tertentu sebagaimana dimaksud dalam pasal tersebut adalah kategori: (1) usaha pertanian termasuk perkebunan dan peternakan, perburuan dan kehutanan, (2) usaha perikanan, dan (3) usaha industri pengolahan. Jadi jelas, insentif PPh Pasal 21 DTP sebagaimana tertuang dalam PMK Nomor 43/PMK.03/, hanya diberikan pada kategori usaha tertentu, tidak ke seluruh sektor usaha. Pasal 1 PMK Nomor 43/PMK.03/ menyebutkan bahwa penghasilan yang berhak menerima insentif adalah penghasilan yang jumlah brutonya di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) dan jumlah dalam 1 (satu) bulannya tidak lebih dari Rp 5 Juta. Ini artinya pekerja yang bekerja di sektor-sektor yang telah ditentukan, yang berpenghasilan kotor mulai dari Rp1,3 Juta sampai dengan Rp5 Juta sebulan berhak menikmati insentif PPh 21 Pasal DTP. Berdasarkan ketentuan Pasal 1 dan 2 PMK Nomor 43/PMK.03/ tersebut, tentunya dapat dijelaskan bahwa, insentif PPh Pasal 21 DTP dapat diberikan apabila kedua persyaratan kumulatif dipenuhi. Pertama, insentif tersebut hanya dapat dinikmati oleh para pekerja di sektor usaha pertanian termasuk perkebunan dan peternakan, perburuan, dan kehutanan, serta usaha perikanan dan kategori usaha pengolahan. Kedua, jumlah penghasilan bruto adalah mulai dari Rp1,3 Juta sampai dengan Rp5 Juta
3 Halaman 3 sebulannya. Untuk penghasilan di bawah Rp1,3 juta tidak mendapat insentif, karena memang tidak terutang PPh. Waktu Pelaksanaan Insentif Ketentuan yang tercantum dalam Pasal 6 Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-22/PJ/ sebagai petunjuk pelaksanaan PMK Nomor 43/PMK.03/, tentunya wajib dipahami dan dilaksanakan oleh pemberi kerja yang masuk dalam kategori usaha tertentu. Hal ini penting, sebab pemberian insentif PPh Pasal 21 DTP tidak dilakukan secara kontinyu, melainkan memiliki batas waktu. Dalam Pasal 6 Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-22/PJ/ tentang Pelaksanaan Pemberian PPh Pasal 21 DTP atas Penghasilan Pekerja Pada Pemberi Kerja Yang Berusaha Pada Kategori Usaha Tertentu, disebutkan bahwa pemberian insentif PPh Pasal 21 DTP mulai berlaku untuk PPh Pasal 21 terutang pada rentang Masa Pajak Februari sampai dengan November. Langkah pemerintah menetapkan jangka waktu pemberian insentif PPh pasal 21 DTP kiranya berdasar pada prediksi bahwa krisis global yang terjadi saat ini yang dapat menurunkan kegiatan perekonomian nasional khususnya bagi sektor usaha yang intensitas ekspornya tinggi akan berakhir pada akhir tahun. Jadi stimulus fiskal ini dapat membantu dunia usaha dan mendorong peningkatan daya beli pekerja di saat krisis. Kewajiban dan Konsekuensi Pemberi Kerja Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, pekerja di sektor tertentu dengan jumlah penghasilan yang telah ditetapkan, mulai Masa Pajak Februari sampai dengan November berhak atas insentif PPh Pasal 21 DTP. Hal ini tentunya akan berimbas pada kewajiban tambahan yang harus dipahami dan dilaksanakan oleh pemberi kerja. Sesuai dengan Pasal 6 Peraturan Dirjen Pajak Nomor 22/PJ/, PPh Pasal 21 DTP wajib dibayarkan secara tunai kepada pekerja, saat pemberi kerja memberikan penghasilan. Jumlahnya adalah sebesar jumlah PPh Pasal 21 yang terutang atas penghasilan masing-masing pekerja. Kemudian walaupun pada kondisi biasa pihak pemberi kerja memberlakukan dua opsi pemotongan PPh Pasal 21, yaitu (1) memberikan tunjangan atau (2) menangung PPh Pasal 21 terutang, PPh Pasal 21 tersebut tersebut tetap harus diberikan kepada masing-masing pekerjanya. Nantinya, pemberi kerja wajib menyampaikan realisasi pembayaran PPh Pasal 21 DTP kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat Wajib Pajak terdaftar dengan menggunakan formulir khusus. Kemudian dalam pengadministrasiannya, pemberi kerja tetap harus membuat Surat setoran Pajak (SSP) yang dibubuhi cap PPh PASAL 21 DITANGGUNG PEMERINTAH EKS PMK NOMOR 43/ PMK.03/. Formulir dan SSP tersebut nantinya dilampirkan dalam SPT Masa PPh Pasal 21 Masa Pajak yang sama. Apabila pemberi kerja melakukan kesalahan/ketidakbenaran dalam melaksanakan pemotongan dan pengadministrasian PPh Pasal 21 DTP yang dilaporkan dalam SPT Masa PPh Pasal 21, konsekuensinya pemerintah berhak menagih kembali PPh Pasal 21 DTP tersebut sesuai Pasal 5 PMK Nomor 43/PMK.03/. Hak Pekerja Walaupun atas penghasilan para pekerja di sektor tertentu diberikan insentif berupa PPh Pasal 21 DTP, namun hak pekerja untuk memperoleh bukti pemotongan tidak hilang. Para pekerja berhak meminta bukti potong PPh Pasal 21 DTP, sebagai bukti otentik untuk dapat memperoleh hak selanjutnya, yaitu mengkreditkan PPh Pasal 21 DTP tersebut dengan PPh terutang atas seluruh penghasilan yang dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi Tahun. Ketentuan mengenai kewajiban pemberi kerja untuk tetap membuat dan memberikan bukti pemotongan PPh Pasal 21 DTP tertuang dalam Pasal 4 ayat (1) Peraturan Dirjen Pajak Nomor 22/PJ/ tentang tentang Pelaksanaan Pemberian PPh Pasal 21 DTP atas Penghasilan Pekerja Pada Pemberi Kerja Yang Berusaha Pada Kategori Usaha Tertentu. ****
4 Halaman 4 Perbaiki SPT Yuk! alah satu kewajiban yang harus dilakukan oleh Wajib Pajak (WP) baik Orang S Pribadi maupun Badan yang telah ber-npwp adalah menyampaikan/melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat di mana WP tersebut terdaftar. Namun adakalanya, setelah SPT disampaikan, WP baru menyadari ada kekeliruan dalam SPT yang disampaikan sebelumnya. Kalau sudah begini, WP dapat menggunakan haknya dengan mengajukan pembetulan SPT kepada Direktur Jenderal (Dirjen) Pajak. Undang-undang perpajakan yang berlaku di Indonesia, menjamin hak WP untuk melakukan pembetulan melalui Pasal 8 UU Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP Baru). Di mana disebutkan bahwa WP dengan kemauan sendiri dapat melakukan pembetulan terhadap SPT yang telah disampaikannya (SPT asli) kepada Dirjen Pajak, dengan cara menyampaikan permohonan tertulis. Jangka Waktu Pembetulan Dalam Pasal 8 ayat (1) UU Nomor 16 Tahun 2000 (UU KUP Lama), pembetulan SPT hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu 2 (dua) tahun setelah berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak, dengan syarat Dirjen Pajak belum melakukan pemeriksaan. Yang menarik dalam mekanisme pembetulan SPT pada UU KUP Baru adalah pembetulan dapat dilakukan kapan saja, tidak terbentur dengan jangka waktu 2 (dua) tahun. Namun klausul dengan syarat Dirjen Pajak belum melakukan tindakan pemeriksaan masih tetap ada. Hal ini tentunya menjelaskan bahwa, pembetulan SPT sesuai UU KUP Baru dapat kapan saja dilakukan, sepanjang belum dilakukan tindakan pemeriksaan. Yang dimaksud dengan mulai melakukan tindakan pemeriksaan adalah pada saat Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Pajak (SP3) disampaikan kepada WP, atau disampaikan kepada WP melalui wakil, kuasa, pegawai, atau anggota keluarga yang telah dewasa. Jadi dengan kata lain, selama SP3 belum diterbitkan, disampaikan oleh KPP, dan diterima oleh WP, maka pembetulan SPT sah-sah saja dilakukan. Yang mesti diperhatikan oleh WP adalah khusus untuk SPT Pembetulan yang menyatakan rugi atau lebih bayar (LB), sesuai UU KUP Baru, pembetulan SPT tetap harus disampaikan dalam jangka waktu 2 (dua) tahun sebelum daluwarsa penetapan. Dalam UU KUP Baru, daluwarsa penetapan adalah 5 (lima) tahun setelah berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak (Penjelasan Pasal 8 ayat (1a) UU Nomor 28 Tahun 2007 tentang KUP). Jangka waktu ini lebih singkat dari daluwarsa penetapan sesuai UU KUP Lama yaitu 10 (sepuluh) tahun. Konsekuensi Pembetulan Sebelum melakukan pembetulan SPT, ada baiknya WP memahami konsekuensi apa yang harus ditanggungnya kelak. Sebab sebagaimana telah diketahui, pembetulan SPT sangat lekat dengan pengenaan sanksi. Baik sanksi administrasi berupa bunga, denda, ataupun kenaikan, yang berimplikasi kepada kantong WP. Oleh karenanya WP dituntut untuk memahami aturan main yang disebutkan dalam UU KUP Baru sebelum melakukan pembetulan. Konsekuensi bagi WP yang melakukan pembetulan SPT Tahunan sesuai UU KUP Baru
5 Halaman 5 adalah, pertama apabila nantinya pembetulan mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar (pajak yang terutang menurut SPT Pembetulan lebih besar dari pajak terutang menurut SPT Tahunan asli), maka WP akan dikenai sanksi administrasi bunga sebesar 2% sebulan dari jumlah yang kurang dibayar tersebut, yang dihitung sejak saat penyampaian SPT berakhir sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan. Untuk SPT Masa, konsekuensi pembetulan terhadapnya di mana mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar (pajak yang terutang menurut SPT Pembetulan lebih besar dari pajak terutang menurut SPT Asli), maka nantinya WP akan dikenai sanksi administrasi bunga sebesar 2% sebulan dari jumlah yang kurang dibayar tersebut, yang dihitung sejak jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan. P e m e r i k s a a n T e l a h Dilakukan Sebagaimana disinggung seb e lum nya, wa laupun jangka waktu 2 (dua) tahun u n t u k m e n g a j u k a n pembetulan ditiadakan dalam UU KUP Baru, dan hanya berlaku bagi pembetulan SPT yang menyatakan rugi atau lebih bayar (LB), namun klausul dengan syarat Dirjen Pajak belum melakukan tindakan pemeriksaan masih tetap ada dalam UU KUP Baru. Lalu bagaimana jika Dirjen Pajak telah mulai melakukan pemeriksaan terhadap WP yang bersangkutan? Apakah WP masih dapat melakukan pembetulan SPT-nya? Terdapat dua opsi jawaban atas pertanyaanpertanyaan tersebut di atas. Opsi pertama, apabila Dirjen Pajak telah mulai melakukan pemeriksaan, dalam arti SP3 telah diterbitkan, disampaikan oleh KPP, dan diterima oleh WP yang bersangkutan, sepanjang belum diterbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP), maka WP masih dapat mengungkapkan ketidakbenaran yang termuat dalam SPT-nya dalam laporan t e r s e n d i r i. N a m u n p e n g u n g k a p a n ketidakbenaran dalam SPT-nya tersebut hanya boleh dilakukan sepanjang jumlah pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih besar atau lebih kecil, rugi berdasarkan ketentuan perpajakan menjadi lebih besar atau kecil, jumlah harta menjadi lebih besar atau lebih kecil, dan modal menjadi lebih besar atau lebih kecil. Konsekuensi yang ditanggung oleh WP pada kondisi sebagaimana disejelaskan di atas adalah dikenakannya sanksi kenaikan sebesar 50% (lima puluh persen) dari pajak Pajak yang kurang dibayar yang timbul sebagai akibat dari pengungkapan ketidakbenaran pengisian SPT tersebut. Sanksi tersebut beserta pokok pajak yang kurang dibayar harus dilunasi oleh WP sebelum laporan tersendiri dimaksud disampaikan. Opsi kedua adalah walaupun tindakan pemeriksaan telah dilakukan oleh Dirjen Pajak, namun belum dilakukan t i n d a k a n p e n y i d i k a n terhadap ketidakbenaran alpa menyampaikan SPT, atau menyampaikan SPT yang tidak benar atau tidak lengkap yang dilakukan oleh WP, maka WP pun masih dapat mengungkapkan k e t i d a k b e n a r a n perbuatannya. Dan UU KUP Baru menjamin bahwa tindakan pemeriksaan yang dilakukan oleh Dirjen Pajak tidak akan dilanjutkan dengan tindakan penyidikan. Hanya saja kondisi seperti itu ada syaratnya, yaitu bersamaan dengan pengungkapan ketidakbenarannya, WP diwajibkan melunasi kekurangan pembayaran jumlah pajak yang seharusnya terutang, beserta sanksi bunga sebesar 150% (seratus lima puluh persen) dari jumlah pajak yang kurang dibayar. Kemudian, apabila WP menerima Surat Ketetapan Pajak (SKP), Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali Tahun Pajak sebelumnya atau beberapa Tahun Pajak sebelumnya, yang menyatakan rugi fiskal yang berbeda dengan rugi fiskal yang telah dikompensasikan dalam SPT yang akan dibetulkan, maka sepanjang belum dilakukan pemeriksaan WP masih dapat melakukan pembetulan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan setelah salah satu surat yang disebutkan di atas diterima oleh WP. * * * *
6 Halaman 6 Peraturan Pajak Terbaru (1) No. PERATURAN PERIHAL KETERANGAN 1. PP No. 25 Tahun Tentang Pajak Penghasilan Kegiatan Usaha Berbasis Syariah Penegasan perlakuan PPh dari kegiatan usaha berbasis syariah, meliputi penghasilan, biaya (termasuk hak pihak ketiga atas bagi hasil, margin, dan kerugian dari transaksi bagi hasil), pemotongan pajak atau pemungutan pajak (hak pihak ketiga atas bagi hasil, bonus, margin dan hasil berbasis syariah lainnnya yang sejenis) 2. PER No. 22/PJ/ Pelaksanaan Pemberian Pajak Penghasilan Pasal 21 Ditanggung Pemerintah Atas Penghasilan Pekerja Pada P e m b e r i K e r j a Y a n g Berusaha Pada Kategori Usaha Tertentu 3 P M K N o. 43/PMK.03/ Pajak Penghasilan Pasal 21 Ditanggung Pemerintah Atas Penghasilan Pekerja Pada Kategori Usaha Tertentu Aturan pelaksana tentang insentif PPh Pasal 21 yang ditanggung pemerintah (DTP) Karyawan yang bekerja pada pemberi kerja yang berusaha pada kategori usaha tertentu, dengan jumlah penghasilan bruto di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak dan tidak lebih dari Rp5 juta, mendapat insentif berupa PPh Pasal 21 ditanggung Pemerintah. 4. P M K N o. 14/PMK.03/ Perubahan Ketiga Atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 516/Kmk.04/2000 Tentang Tata Cara Penentuan Besarnya Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan. NPOPTKP untuk perolehan hak Rumah Sederhana Sehat (RSH) dan rumah Susun Sederhana (yang mempunyai dukungan fasilitas KPR bersubsidi) telah berubah dari semula sebesar Rp49 juta menjadi Rp55 juta. Tak hanya itu, batasan NPOTKP atas hak yang didapat dari warisan juga mengalami perubahan menjadi paling banyak Rp300 juta. 5. PER No. 21/PJ/ Tata Cara Penyampaian Pemberitahuan Perpanjangan S u r a t P e m b e r i t a h u a n Tahunan 6. PER No. 19/PJ/ Tata Cara Penerimaan Dan P e n g o l a h a n S u r a t Pemberitahuan Tahunan 7. PER - 12/PJ/ T at a Cara Pengaj uan P e r m o h o n a n D a n Pengadministrasian Penilaian Kem bali Aktiv a Tet ap Perusahaan Untuk Tujuan Perpajakan Wajib Pajak dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian SPT Tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk paling lama 2 (dua) bulan sejak batas waktu penyampaian SPT Tahunan dengan cara menyampaikan Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan. SPT Tahunan/e-SPT Tahunan yang disampaikan oleh Wajib Pajak diberikan tanda terima SPT tanpa dilakukan penelitian terlebih dahulu. Ketentuan ini menjelaskan bagaimana tata caranya bila perusahaan melakukan revaluasi aktiv a t et ap sesuai dengan PMK- 79/PMK.03/2008.
7 Halaman 7 Peraturan Pajak Terbaru (2) No. PERATURAN PERIHAL KETERANGAN 7 PER No. 11/PJ/ Perubahan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per- 179/Pj/2007 Tentang Tempat Lain Yang Dapat Digunakan Untuk Menerima Surat Pemberitahuan 8 PER No. 10/PJ/ Pengurangan Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 Dalam Tahun Bagi Wajib Pajak Yang Mengalami Perubahan Keadaan Usaha Atau Kegiatan Usaha 9 PP No. 19 TAHUN 10 PP No. 18 TAHUN 11 PP No. 17 TAHUN 12 PP No. 16 TAHUN 13 PP No. 15 TAHUN Pajak Penghasilan Atas Dividen Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri Bantuan Atau Sumbangan Termasuk Zakat Atau Sumbangan Keagamaan Yang Sifatnya Wajib Yang Dikecualikan Dari Objek Pajak Penghasilan P a j a k P e n g h a s i l a n A t a s Penghasilan Dari Transaksi Derivatif Berupa Kontrak Berjangka Yang Diperdagangkan Di Bursa P a j a k P e n g h a s i l a n A t a s Penghasilan Berupa Bunga Obligasi Pajak Penghasilan Atas Bunga Simpanan Yang Dibayarkan Oleh Koperasi Kepada Anggot a Koperasi Orang Pribadi 14 PER No. 7/PJ/ Perubahan Atas Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per- 24/Pj/2008 Tentang Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan Dan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang P r i b a di B e se r t a P et u nj u k Pengisiannya. Tempat lain (selain KPP) yang dapat digunakan untuk menerima laporan SPT antara lain: Pojok Pajak, Mobil Pajak, dan Tempat Khusus Penerimaan Surat Pemberitahuan Tahunan (Drop Box). Wajib Pajak dapat diberikan pengurangan Pajak Penghasilan Pasal 25 sampai dengan 25% (dua puluh lima persen) untuk Masa Pajak Januari sampai dengan Juni. Penghasilan berupa dividen yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri dikenai Pajak Penghasilan sebesar 10% (sepuluh persen) dan bersifat final. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat dan sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, dikecualikan sebagai objek Pajak penghasilan sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan. Besarnya PPh atas penghasilan dari transaksi derivatif (yg diperoleh orang pribadi/badan) berupa kontrak berjangka yang diperdagangkan di bursa adalah sebesar 2,5% (dua koma lima persen) dari margin awal dan bersifat final. Peraturan ini menetapkan besarnya PPh atas penghasilan dari bunga atau diskonto d a r i o b l i g a s i - - t e r m a s u k y a n g diterima/diperoleh Wajib Pajak Reksadana Besarnya PPh atas bunga simpanan koperasi adalah 0% untuk penghasilan hingga Rp240 ribu; sedangkan jika lebih dari Rp240 ribu adalah 10% dari jumlah bruto. PPh tersebut bersifat final. Wajib Pajak orang pribadi yang mempunyai penghasilan bruto hanya dari satu pemberi kerja dan berjumlah tidak lebih dari Rp 60 juta setahun menggunakan SPT Tahunan PPh formulir 1770SS.
8 Halaman 8 Jadwal Pelatihan Maret Doorprize Menarik...! Informasi dan Registrasi: Divisi Marketing SPT Jakarta Telp: (021) Ext. 804 Fax: (021) marketing@penyusunpajak.com Kurs Pajak Dwi Mingguan Periode Sampai Dengan USD SGD EUR JPY (100) CNY 23-Maret Maret , ,68 15, , , Maret Maret , , , ,82 1,754,55 Sumber: Keputusan Menteri Keuangan RI No. 217/KM.01/ dan 222/KM.1/ * * * * SPTaxNews adalah produk publikasi berkala yang diterbitkan oleh Target Cosulting Group (TCG) untuk para Membership yang berisikan pembahasan mengenai seputar berita dan peraturan pajak terbaru (beserta implikasinya) dalam bentuk artikel. Materi yang disajikan semata-mata untuk kepentingan pemberian informasi dan bukan merupakan opini resmi kami dalam pengambilan keputusan yang bersifat strategis. Untuk informasi lebih lanjut, silakan kunjungi situs kami di atau ke sugeng@penyusunpajak.com untuk berkontribusi. * * * *
REVALUASI AKTIVA TETAP
www.pajak.asia / www.tcg.co.id Editorial REVALUASI AKTIVA TETAP Salam Jumpa Pembaca, Alhamdulillah, puji syukur senantiasa Redaksi panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena hingga saat ini masih bisa
Lebih terperinciMUTUAL AGREEMENT PROCEDURE (MAP) ( Bagian II )
www.pajak.asia / www.tcg.co.id Editorial MUTUAL AGREEMENT PROCEDURE (MAP) ( Bagian II ) Dalam Pasal 32A Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah
Lebih terperinciPengabdian Masyarakat 2016 BAGIAN 3 PELATIHAN PENYUSUNAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN WAJIB PAJAK BADAN PADA KOPERASI DI KOTA BANDUNG
Pengabdian Masyarakat 2016 BAGIAN 3 PELATIHAN PENYUSUNAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN WAJIB PAJAK BADAN PADA KOPERASI DI KOTA BANDUNG 1 1 IKATAN AKUNTAN INDONESIA IKATAN KONSULTAN PAJAK INDONESIA
Lebih terperinciKementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak. SPT Tahunan PPh WP Orang Pribadi. Tahun Pajak 2014 PJ.091/KUP/S/006/
Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak SPT Tahunan PPh WP Orang Pribadi Tahun Pajak 2014 PJ.091/KUP/S/006/2015-00 OUTLINE Dasar hukum Gambaran Umum SPT 1770 SS Dasar Hukum Peraturan Menteri
Lebih terperinciMANFAAT MEMBAYAR PAJAK DAN PENGISIAN SPT BAGI WAJIB PAJAK. Oleh: Amanita Novi Yushita, M.Si.
MANFAAT MEMBAYAR PAJAK DAN PENGISIAN SPT BAGI WAJIB PAJAK Oleh: Amanita Novi Yushita, M.Si. amanitanovi@uny.ac.id *Makalah disampaikan pada Program Pengabdian Pada Masyarakat Pelatihan tentang Implementasi
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9/PMK.03/2018 TENTANG
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9/PMK.03/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 243/PMK.03/2014 TENTANG SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinci2018, No Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 5 Tahun 2008 tentang Perubahan
No.180, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. SPT. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 /PMK.03/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 243/PMK.03/2014
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9/PMK.03/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9/PMK.03/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 243/PMK.03/2014 TENTANG SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani
II.1. Dasar-dasar Perpajakan Indonesia BAB II LANDASAN TEORI II.1.1. Definisi Pajak Apabila membahas pengertian pajak, banyak para ahli memberikan batasan tentang pajak, diantaranya pengertian pajak yang
Lebih terperinciWajib Pajak mengubah data SPT saat Pemeriksaan atau Penyidikan Pajak?
Wajib Pajak mengubah data SPT saat Pemeriksaan atau Penyidikan Pajak? Pendahuluan Seorang teman bertanya kepada saya. Dapatkah Wajib Pajak mengubah data SPT saat Pemeriksaan atau Penyidikan Pajak berlangsung?
Lebih terperinciSURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DAN BATAS PEMBAYARAN PAJAK
SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DAN BATAS PEMBAYARAN PAJAK Pengertian Surat Pemberitahuan (SPT) Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak (WP) digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau
Lebih terperinciSURAT SETORAN PAJAK PETUNJUK PENGISIAN SSP. 25 April STIE Widya Praja Tanah Grogot
STIE Widya Praja Tanah Grogot Tanggal Penerbitan 25 April 2016 Pertemuan SURAT SETORAN PAJAK Wajib Pajak dapat membayar pajak yang terutang dengan 2 (dua) cara, yaitu: 1. Dengan menggunakan Surat Setoran
Lebih terperinciSURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DAN BATAS PEMBAYARAN PAJAK
SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DAN BATAS PEMBAYARAN PAJAK Pengertian Surat Pemberitahuan (SPT) Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak (WP) digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau
Lebih terperinciDefinisi. SPT (Surat Pemberitahuan)
Definisi SPT (Surat Pemberitahuan) Saiful Rahman Yuniarto adalah surat yang oleh Wajib Pajak (WP) digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak
Lebih terperinciKETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN
Materi: 2 & 3 KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN Afifudin, SE., M.SA., Ak. (Fakultas Ekonomi-Akuntansi Unisma) Jl. MT. Haryono 193 Telp. 0341-571996, Fax. 0341-552229 E-mail: afifudin26@gmail.com atau
Lebih terperinciSPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26
Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : PER-32/PJ/2009 Tanggal : 25 Mei 2009 Departemen Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak Masa Pajak SPT Masa Pajak Pasal 21 dan/atau Pasal 26 Formulir
Lebih terperinciBAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN DAN KETENTUAN MENGENAI SANKSI PERPAJAKAN DI INDONESIA
BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN DAN KETENTUAN MENGENAI SANKSI PERPAJAKAN DI INDONESIA 3.1. Gambaran Singkat Operasi Perusahaan Agar perencanaan pajak dapat dilakukan dengan baik dan dipahami oleh pihak-pihak
Lebih terperinciLAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-32/PJ/2009 TANGGAL : 25 MEI 2009
LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-32/PJ/2009 TANGGAL : 25 MEI 2009 www.peraturanpajak.com Page : 1 info@peraturanpajak.com www.peraturanpajak.com Page : 2 info@peraturanpajak.com
Lebih terperinciSPT (Surat Pemberitahuan) Saiful Rahman Yuniarto
SPT (Surat Pemberitahuan) Saiful Rahman Yuniarto Definisi adalah surat yang oleh Wajib Pajak (WP) digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak
Lebih terperinciPengantar Perpajakan bagi Account Representative Dasar
DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF SPESIALISASI ACCOUNT REPRESENTATIVE TINGKAT DASAR BAHAN AJAR Pengantar Perpajakan bagi Account Representative Dasar Oleh: T i m Widyaiswara Pusdiklat Pajak KEMENTERIAN KEUANGAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN MAKSUD DAN TUJUAN
I. PENDAHULUAN Mengingat pentingnya masalah Perpajakan dalam pengelolaan Dana Pensiun, maka perlu adanya pedoman mendasar tentang Perpajakan. Peraturan Perpajakan Dana Pensiun mengacu pada Undang-undang
Lebih terperinciKETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (UU KUP)
SUSUNAN DALAM SATU NASKAH DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciSUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM.
SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM Dalam Undang-undang ini, yang dimaksud dengan : Pasal 1 1. Wajib Pajak adalah
Lebih terperinciWajib Pajak mengubah data SPT saat Pemeriksaan atau Penyidikan Pajak? (Oleh : Johannes Aritonang -Widyaiswara Madya pada BDK Pontianak)
Wajib Pajak mengubah data SPT saat Pemeriksaan atau Penyidikan Pajak? (Oleh : Johannes Aritonang -Widyaiswara Madya pada BDK Pontianak) Pendahuluan Seorang teman bertanya kepada saya. Dapatkah Wajib Pajak
Lebih terperinciPENUNJUKAN BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PAJAK NEGARA BAB I
BAB I PENUNJUKAN BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PAJAK NEGARA BAB I BAB I PENUNJUKAN BENDAHARA NEGARA SEBAGAI PEMOTONG/ PEMUNGUT PAJAK-PAJAK NEGARA 1. DASAR HUKUM a. Undang-undang 1) Undang-undang
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mengubah: UU 6-1983 lihat: UU 9-1994::UU 28-2007 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 126, 2000 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik
Lebih terperinciNPWP dan Pengukuhan PKP
NPWP dan Pengukuhan PKP NPWP dan NPPKP Pengusaha Wajib Pajak Bukan Pengusaha NPWP dan NPPKP NPWP Siapakan yang Wajib Mendaftarkan diri untuk Memperoleh NPWP? Orang Pribadi Menjalankan Usaha dan Pekerjaan
Lebih terperinciPELATIHAN PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA USAHA KECIL
PELATIHAN PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA USAHA KECIL Oleh: Amanita Novi Yushita, SE amanitanovi@uny.ac.id *Makalah ini disampaikan pada Program Pengabdian pada Masyarakat
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 32/PJ/2010 TENTANG
Menimbang: PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 32/PJ/2010 TENTANG PELAKSANAAN PENGENAAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PENGUSAHA TERTENTU DIREKTUR JENDERAL PAJAK, bahwa
Lebih terperinciY. PEMBERITAHUAN PERPANJANGAN JANGKA WAKTU PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN PPh WP ORANG PRIBADI FORMULIR TAHUN PAJAK
DEPARTEMEN KEUANGAN R I PEMBERITAHUAN PERPANJANGAN JANGKA WAKTU PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN PPh WP ORANG PRIBADI ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK BERI TANDA X DALAM (KOTAK) YANG SESUAI ISI DENGAN BENAR, LENGKAP,
Lebih terperinciPutusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.42997/PP/M.XIII/99/2013. Tahun Pajak : 2010
Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.42997/PP/M.XIII/99/2013 Jenis Pajak : Gugatan Tahun Pajak : 2010 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah gugatan terhadap Keputusan Tergugat Nomor
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-32/PJ/2009 TENTANG
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-32/PJ/2009 TENTANG BENTUK FORMULIR SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DAN/ATAU
Lebih terperinciKETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN
SUSUNAN DALAM SATU NASKAH DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciSurat Ketetapan Pajak. Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com
Surat Ketetapan Pajak Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com Surat ketetapan pajak UU Nomor 28 tahun 2007 Surat ketetapan meliputi Surat ketetapan pajak kurang bayar Surat ketetapan pajak
Lebih terperinciMENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 /PMK.03/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 243/PMK.03/2014 TENTANG SURAT PEMBERITAHUAN
Lebih terperinciKementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PL/S/006/
Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PL/S/006/2014-00 Apa yang dimaksud Emas Perhiasan? Emas perhiasan adalah perhiasan dalam bentuk apapun yang bahannya sebagian atau seluruhnya dari
Lebih terperinciKeputusan Dirjen Pajak KEP-537/PJ./2000 tgl 29 Desember 2000
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP - 537/PJ./2000 TENTANG PENGHITUNGAN BESARNYA ANGSURAN PAJAK DALAM TAHUN PAJAK BERJALAN DALAM HAL-HAL TERTENTU DIREKTUR JENDERAL PAJAK, Menimbang : bahwa sebagai
Lebih terperinciKETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN
SUSUNAN DALAM SATU NASKAH DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Sesuai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), terlihat bahwa salah satu sumber penerimaan negara adalah bersumber dari sektor
Lebih terperinciFAKTUR PAJAK. Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak : 10
Lembar ke-2 : Untuk Penjual BKP/Pemberi JKP sebagai bukti Pajak Keluaran FAKTUR PAJAK Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak : 10 Pengusaha Kena Pajak Nama : PT. Jive Entertainment Alamat : Jl. Patra Kuningan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI II.1 Surat Ketetapan Pajak (SKP) Penerbitan suatu Surat Ketetapan Pajak (SKP) hanya terbatas kepada Wajib Pajak tertentu yang disebabkan oleh ketidakbenaran dalam pengisian Surat
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. memiliki pengenaan pajak pada Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 yang penjelasaannya. telah diatur dalam UU PPh Nomor 36 Tahun 2008.
BAB IV PEMBAHASAN Sesuai dengan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, pada perusahaan ini memiliki pengenaan pajak pada Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 yang penjelasaannya telah diatur dalam UU PPh
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. Pengenaan Pajak atas Penghasilan PT PIBS. PT PIBS adalah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi.
BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Pengenaan Pajak atas Penghasilan PT PIBS PT PIBS adalah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi. Selain mendapat imbalan atas jasa pelaksanaan konstruksi yang diberikan, PT
Lebih terperinciSUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN
SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DIREKTORAT PENYULUHAN PELAYANAN DAN HUBUNGAN MASYARAKAT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Assalamualaikum
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Republik
Lebih terperinciI. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 9/PMK.03/2018
I. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 9/PMK.03/2018 Pada tanggal 23 Januari 2018 telah dikeluarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 9/PMK.03/2018 tentang Perubahan Atas
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. karangan Prof. Dr. Mardiasmo (2011:1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Perpajakan. Menurut Prof. Dr. H. Rachmat Soemitro, S.H yang dikutip dalam buku karangan Prof. Dr. Mardiasmo (2011:1) pajak adalah iuran rakyat
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-26/PJ/2013 TENTANG
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-26/PJ/2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-34/PJ/2010
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1973, 2014 KEMENKEU. Pajak. Penyetoran. Pembayaran. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242 /PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN
Lebih terperinciKETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN
Materi: 2 KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN Bagian: 1 Afifudin, SE., M.SA., Ak. (Fakultas Ekonomi-Akuntansi Unisma) Jl. MT. Haryono 193 Telp. 0341-571996, Fax. 0341-552229 E-mail: afifudin26@gmail.com
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Kondisi yang Melatarbelakangi Kesalahan atas Kewajiban Pemotongan PPh 23
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Kondisi yang Melatarbelakangi Kesalahan atas Kewajiban Pemotongan PPh 23 PT. AMK merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa ekspor impor barang. Kewajiban perpajakan PT.
Lebih terperinciPAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26
PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26 DEFINISI Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 adalah pajak yang dipotong atas penghasilan yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau hadiah dan penghargaan, selain yang telah
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI / PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-undang No.10 Tahun 1998
BAB II LANDASAN TEORI / PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1. Aturan Perbankan II.1.1. Pengertian Bank Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-undang No.10 Tahun 1998 tentang perbankan adalah: Bank adalah bidang
Lebih terperinciKeputusan Dirjen Pajak No. KEP-241/PJ./2002, Tgl
TATA CARA DAN PROSEDUR PELAKSANAAN PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN ATAS BUNGA DAN DISKONTO OBLIGASI YANG DIPERDAGANGKAN DAN ATAU DILAPORKAN PERDAGANGANNYA DI BURSA EFEK Keputusan Dirjen Pajak No. KEP-241/PJ./2002,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung
Lebih terperinciSUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN
SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DIREKTORAT PENYULUHAN PELAYANAN DAN HUBUNGAN MASYARAKAT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Assalamualaikum
Lebih terperinciRESUME SANKSI PERPAJAKAN SANKSI BUNGA
RESUME SANKSI PERPAJAKAN SANKSI BUNGA 1. Pembayaran atau Penyetoran Pajak yang Terutang berdasarkan Surat Pemberitahuan Masa yang Dilakukan Setelah Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran atau Penyetoran Pajak
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1994 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANGNOMOR 7 TAHUN 1991 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciUU 10/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991
Copyright 2002 BPHN UU 10/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991 *8679 Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU)
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 04/PJ/2017 TENTANG
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 04/PJ/2017 TENTANG BENTUK, ISI, TATA CARA PENGISIAN DAN PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26 SERTA BENTUK BUKTI
Lebih terperinciKewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak badan setelah memperoleh NPWP
Kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak badan setelah memperoleh NPWP Kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak badan setelah memperoleh NPWP adalah sebagai berikut : 1. Menyampaikan Surat
Lebih terperinciSPT TAHUNAN PPH WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
SPT TAHUNAN PPH WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI BAGI WAJIB PAJAK YANG MEMPUNYAI PENGHASILAN KEMENTERIAN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK IDENTITAS PERHATIAN TAHUN PAJAK FORMULIR SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK
Lebih terperinciBAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS
BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS Pada laporan rugi laba yang telah dibuat oleh PT TGS yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2003 menunjukkan adanya unsur penjualan yang telah berhasil
Lebih terperinciDAFTAR FORMULIR SPT MASA PPh PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26 DAN BUKTI PEMOTONGAN PPh PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26
LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-04/PJ/2017 TENTANG : BENTUK, ISI, TATA CARA PENGISIAN DAN PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26 SERTA
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM
Lebih terperinciPERPAJAKAN I KUASA & KONSULTAN PAJAK, PEMERIKSAAN, PENAGIHAN, RESTITUSI PAJAK. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Modul ke: PERPAJAKAN I KUASA & KONSULTAN PAJAK, PEMERIKSAAN, PENAGIHAN, RESTITUSI PAJAK Fakultas Ekonomi dan Bisnis Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id PENDAHULUAN
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH definisi pajak yaitu iuran rakyat
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH definisi pajak yaitu iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan)
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG
Menimbang : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pajak Apabila membahas pengertian pajak banyak para ahli dalam bidang perpajakan yang memberikan pengertian mengenai pajak, diantaranya : Menurut Djajadiningrat dalam
Lebih terperinciModul Perpajakan PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26 DEFINISI
PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26 DEFINISI Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 adalah pajak yang dipotong atas penghasilan yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau hadiah dan penghargaan, selain yang telah
Lebih terperinciBuku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah. BAB VIII SURAT KETERANGAN BEBAS PEMOTONGAN dan/atau PEMUNGUTAN PPh
165 BAB VIII SURAT KETERANGAN BEBAS PEMOTONGAN dan/atau PEMUNGUTAN PPh PENGERTIAN SKB adalah Surat Keterangan Bebas Pemotongan dan/atau Pemungutan PPh bagi WP yang memiliki Peredaran Bruto Tertentu, sama
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 243/PMK.03/2014 TENTANG SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 243/PMK.03/2014 TENTANG SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciPETUNJUK PENGISIAN SPT TAHUNAN WP ORANG PRIBADI SEDERHANA (FORMULIR 1770 S DAN LAMPIRANNYA) (Sesuai PER-34/PJ./2009 dan PER-66/PJ.
PETUNJUK PENGISIAN SPT TAHUNAN WP ORANG PRIBADI SEDERHANA (FORMULIR 1770 S DAN LAMPIRANNYA) (Sesuai PER-34/PJ./2009 dan PER-66/PJ./2009) Tahun Pajak : 2009 Formulir 1770 S ini merupakan formulir SPT Tahunan
Lebih terperinciBAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian
BAB 4 Pembahasan Hasil Penelitian 4.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai Sebagai pajak atas konsumsi dalam negeri maka PPN hanya dikenakan atas barang atau jasa yang dikomsumsi di dalam daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dimana pendapatan terbesar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dimana pendapatan terbesar berasal dari Pajak dengan presentase 74,6 % dalam APBN terakhir tahun 2016 (www.kemenkeu.go.id).
Lebih terperinci1
0 1 2 3 4 SOAL TEORI KUP Menurut Pasal 1 UU KUP, Penelitian adalah serangkaian kegiatan menilai kelengkapan Surat Pemberitahuan dan lampiran-lampirannya, termasuk penilaian kebenaran penulisan dan perhitungannya.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3)
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak memiliki dimensi atau pengertian yang berbeda-beda menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3) menyatakan
Lebih terperinciDATA IDENTITAS WAJIB PAJAK DATA IDENTITAS WAJIB PAJAK
DATA IDENTITAS WAJIB PAJAK A. NPWP : 0 7 4 5 6 1 2 3 0 0 1 3 0 0 0 B. C. JENIS USAHA : SPESIFIKASI USAHA : D. ALAMAT : Pegawai Swasta JL. BATU TULIS NO. 33 E. KELURAHAN / : KECAMATAN F. KOTA / KODE POS
Lebih terperinciSATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) PROGRAM STUDI AKUNTANSI
STIE Bisma Lepisi Jl. Ks. Tubun No. 11 Tangerang 15112 Telp.:(021) 558 9161-62. Fax.:(021) 558 9163 SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) PROGRAM STUDI AKUNTANSI Kode Mata Kuliah : EKA7450 Nama Mata Kuliah :
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Mekanisme Pemungutan PPh Ps. 22, PPN, dan Bea Masuk Atas Impor BKP PT. Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
Lebih terperinciRINGKASAN KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN
PPA K RINGKASAN KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN Oleh : 1. Ahmad Satria Very S 2. Bagus Arifianto PPAK KELAS MALAM RINGKASAN KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN Ketentuan Umum dan Tata Cara
Lebih terperinciSPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
G. LAMPIRAN F. ANGSURAN PPh PASAL TAHUN PAJAK BERIKUTNYA E. PPh KURANG/ LEBIH BAYAR D. KREDIT PAJAK C. PPh TERUTANG B. PENGHASILAN KENA PAJAK A. PENGHASILAN NETO IDENTITAS FORMULIR TAHUN PAJAK KEMENTERIAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk lebih memberikan kemudahan dan
Lebih terperinciMANAJEMEN PERPAJAKAN
MANAJEMEN PERPAJAKAN MODUL 9 Dosen : Jemmi Sutiono Ruang : B-305 Hari : Minggu Jam : 13:30 16:00 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2011 Manajemen Perpajakan Jemmi Sutiono Pusat
Lebih terperinciSUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN
SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DIREKTORAT PENYULUHAN PELAYANAN DAN HUBUNGAN MASYARAKAT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Assalamualaikum
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 243/PMK.03/2014 TENTANG SURAT PEMBERITAHUAN (SPT ) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Ads by Style%20Ball X i Peraturan Peraturan Menteri Keuangan - 243/PMK.03/2014, 24 Des 2014 PencarianPeraturan PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 243/PMK.03/2014 TENTANG SURAT PEMBERITAHUAN
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. bisa ditarik apa yang telah dibahas dan dianalisis oleh penulis dalam skripsi ini
88 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan analisis pembahasan pada bab sebelumnya kesimpulan yang bisa ditarik apa yang telah dibahas dan dianalisis oleh penulis dalam skripsi ini adalah
Lebih terperinciUndang-Undang KUP dan Peraturan Pelaksanaannya
Untuk keterangan lebih lanjut, hubungi : Account Representative Undang-Undang KUP dan Peraturan Pelaksanaannya Undang-Undang KUP dan Peraturan Pelaksanaannya KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT
Lebih terperinciBADAN KANTOR PELAYANAN PAJAK ORANG PRIBADI. Syarat Objektif Syarat Subjektif. Wilayah tempat kedudukan. Wilayah tempat tinggal
BADAN ORANG PRIBADI Syarat Objektif Syarat Subjektif Wilayah tempat kedudukan KANTOR PELAYANAN PAJAK Wilayah tempat tinggal Fungsi NPWP - Sebagai sarana dalam administrasi perpajakan - Sebagai identitas
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PETUNJUK PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PETUNJUK UMUM
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PETUNJUK PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PETUNJUK UMUM Berdasarkan ketentuan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Lebih terperinciPER - 32/PJ/2010 PELAKSANAAN PENGENAAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PEN
PER - 32/PJ/2010 PELAKSANAAN PENGENAAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PEN Contributed by Administrator Monday, 12 July 2010 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN DIREKTUR JENDERAL
Lebih terperinci