BAB II LANDASAN TEORI. Henny (2011) melakukan penelitian dengan judul Faktor-faktor yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. Henny (2011) melakukan penelitian dengan judul Faktor-faktor yang"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian Terdahulu Henny (2011) melakukan penelitian dengan judul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Kredit Dalam Dunia Perbankan. Dalam penilaian tersebut disimpulkan bahwa terjadinya kredit macet dapat berasal dari faktor intern, ekstern dan faktor bank itu sendiri. Faktor yang paling dominan penyebab kredit macet adalah faktor pemenuhan kewajiban, kepribadian (karakter), dan pemantauan dari bank. Apabila dihubungkan dengan hasil penelitian terdahulu maka dapat dikemukakan bahwa terdapat persamaan persepsi yakni bahwa terjadinya kredit bermasalah dapat berasal dari faktor intern bank (seperti kebijakan perkreditan yang ekspansif dan penyimpangan dalam pelaksanaan prosedur), ekstern bank (seperti kegagalan usaha debitur dan iklim persaingan yang tidak sehat yang dihadapi bank dan musibah yang dihadapi debitur) dan faktor eksternal (menurunnya kegiatan ekonomi/krisis ekonomi dan tingginya suku bunga) Sistem Manajemen Kredit Sistem manajemen kredit adalah sistem administrasi yang dikembangkan oleh lembaga perbankan dalam melakukan pengelolaan kredit, yaitu dimulai sejak kelayakan kredit di analisa, sampai dengan kredit tersebut dikembalikan lagi oleh debitur kepada kreditur/bank. Pengelolaan kredit bisa dilakukan terhadap fasilitas kredit yang berdiri sendiri (stand alone credit) atau terhadap sekumpulan fasilitas kredit (portfolio credit).

2 Sistem manajemen kredit yang baik dapat membantu pihak bank untuk mengoptimalkan profitabilitas dalam jangka panjang sekaligus mampu mempertahankan pengelolaan portepel (Portfolio) kredit yang sehat. Setiap bank memiliki dan menerapkan Sistem manajemen kredit yang berbeda-beda, sehingga pengelolaan kredit antara bank satu dengan bank yang lain juga akan berbeda. Meskipun terdapat perbedaan sistem, namun dapat dikatakan bahwa pada dasarnya titik tolak setiap bank adalah sama, yakni bahwa pengelolaan kredit yang sehat merupakan dasar untuk : 1. Memaksimalkan profitabilitas kredit. 2. Memperkuat daya saing dalam industri perbankan, terutama dalam kondisi lingkungan bisnis dengan tingkat persaingan yang semakin tinggi. 3. Menunjang penyusunan strategi bisnis unit-unit kredit Penggolongan Kredit Kredit dapat digolongkan berdasarkan : 1. Jangka waktu (maturity) Penggolongan kredit menurut jangka waktu dapat dibedakan : Kredit Jangka pendek (short-term loan), yaitu kredit dengan jangka waktu pengembalian kurang dari satu tahun. Biasanya berupa kredit modal kerja. Kredit Jangka menengah (medium-term loan), yaitu kredit dengan jangka waktu pengembalian 1 s/d 3 tahun, bisa berupa kredit modal kerja atau kredit investasi. Kredit Jangka Panjang (long-term loan), yaitu kredit dengan jangka waktu pengembalian lebih dari 3 tahun, biasanya berupa kredit investasi.

3 2. Tujuan Kredit Penggolongan kredit menurut tujuannya dapat dibedakan : Kredit Komersial, yaitu kredit yang diberikan untuk memperlancar usaha nasabah di bidang perdagangan. Kredit Konsumtif, yaitu kredit yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan debitur yang bersifat konsumtif. Kredit Produktif, yaitu kredit yang diberikan untuk memperlancar produksi debitur. 3. Penggunaan Kredit Penggolongan kredit menurut penggunaannya dapat dibedakan : Kredit modal kerja, yaitu kredit yang diberikan untuk menambah modal kerja debitur. Kredit investasi, yaitu kredit yang diberikan untuk digunakan investasi pada pembelian barang modal Penilaian Kredit Penilaian kredit atau analisa kredit dilakukan oleh suatu tim atau bagian dalam organisasi perkreditan terhadap permohonan kredit yang diajukan, dengan tujuan untuk memberi penilaian kondisi calon debitur. Analisa kredit dimaksudkan agar pemberian kredit tersebut mencapai sasaran dan dapat lebih terarah, memberikan hasil dan aman. Dengan melakukan analisa kredit diharapkan akan dapat memperkecil risiko default yang disebabkan ketidakmampuan debitur memenuhi kewajibannya sesuai dengan yang disepakati sebagaimana tertuang dalam perjanjian kredit. Oleh karena itu, analisa kredit yang kurang akurat pada gilirannya akan menyebabkan terjadinya kredit bermasalah dan selanjutnya akan

4 mempengaruhi kualitas portfolio kredit bank, yang pada akhirnya akan mengurangi profitabilitas usaha bank. Analisa kredit dilakukan dengan mengikuti prinsip-prinsip perkreditan, yang sering disebut sebagai konsep 5 C. Pada dasarnya konsep 5 C ini dapat memberikan informasi mengenai itikad baik (willingness to pay) dan kemampuan membayar (ability to pay) nasabah untuk melunasi kembali pinjaman beserta bunganya. Prinsip perkreditan tersebut adalah sebagai berikut : Character, pada prinsipnya penilaian karakter nasabah dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana itikad baik dan kemauan debitur untuk melunasi kewajibannya sesuai kesepakatan dalam perjanjian kredit. Penilaian karakter meliputi : kejujuran, kebiasaan, gaya hidup, kesehatan, dll. Capacity, yaitu berkaitan dengan penilaian atas kemampuan peminjam dalam mengelola usahanya secara sehat untuk kemudian memperoleh laba sesuai yang diharapkan. Dalam melakukan penilaian capacity ini, perlu memperhatikan aspekaspek kemampuan debitur dalam bidang pemasaran, produksi, dan keuangan. Capital, meliputi penilaian terhadap kemampuan modal debitur untuk menjaga kelangsungan usahanya. Semakin besar modal yang dimiliki debitur akan semakin memperkuat kemampuannya untuk menjamin kelangsungan usahanya. Collateral, Menyangkut penilaian jaminan yang meliputi nilai jaminan, termasuk marketabilitas jaminan yang akan digunakan untuk menjamin kewajibannya kepada pihak bank. Condition, menyangkut penilaian kondisi perekonomian yang secara langsung mempengaruhi usaha debitur. Untuk melakukan penilaian kondisi perekonomian,

5 perlu diperhatikan keadaan konjuntur ekonomi. Kondisi ekonomi yang kondusif akan mendorong kelancaran usaha debitur dan sebaliknya Kualitas Kredit. Kualitas kredit bank umum didasarkan pada kolektibilitas atau ketepatan pembayaran kembali angsuran pokok dan bunga serta kemampuan peminjam dari keadaan usahanya. Dengan dasar tersebut maka kualittas kredit dapat ditetapkan berdasarkan klasifikasi /kolektibilitasnya. Kolektibilitas atau Kualitas kredit menurut SK DIR BI No. 30/267/Kep/DIR/1998 adalah (Taswan, 2010) 1. Lancar (pass), Apabila memenuhi criteria : a. Pembayaran angsuran pokok dan atau bunga tepat waktu, dan b. Memiliki mutasi yang aktif, atau c. Bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai (cash collateral) 2. Dalam Perhatian Khusus (special mention), apabila memnuhi kriteria : a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang belum melampaui 90 hari atau b. Kadang kadang terjadi cerukan atau c. Mutasi rekening masih relatif aktif atau d. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan atau e. Didukung oleh pinjaman baru 3. Kurang lancar (substandard), apabila memenuhi kriteria ; a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 90 hari atau, b. Sering terjadi cerukan atau, c. Frekuensi mutasi rekening relatif rendah ; atau

6 d. Terdapat pelanggaran kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari, atau terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur, atau e. Dokumentasi pinjaman yang lemah 4. Diragukan (doubtful), apabila memenuhi kriteria : a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 180 hari atau, b. Terjadi cerukan yang bersifat permanen, atau c. Terjadi wan prestasi lebih dari 180 hari, atau d. Terjadi kapitalisasi bunga, atau e. Dokumentasi hokum yang lemah baik untuk perjanjian kredit maupun pengikatan jaminan. 5. Macet (loss), apabila memenuhi krediteria : a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 270 hari atau, b. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru, atau c. Dari segi hokum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan dengan nilai yang wajar. Apabila dikaitkan dengan kolektibilitasnya, maka yang digolongkan kredit bermasalah adalah kredit yang memiliki kolektibilitas kurang lancar (substandard), diragukan (doubtful), dan macet (loss) Kecenderungan kerugian yang timbul dari kredit yang disalurkan bank pada dasarnya disebabkan antara lain karena minimnya analisis atas kondisi usaha yang dilakukan petugas bank pada saat terjadi perubahan siklus usaha, dan kurangnya perhatian dan monitoring bank setelah kredit diberikan. Dengan

7 demikian sebagian besar masalah sesungguhnya dari penyaluran kredit adalah masalah deteksi dini. Bagaimana suatu kredit yang mulai mengalami masalah dapat segera diketahui sehingga masih ada waktu untuk melakukan tindakan pencegahan dan perlindungan terhadap kerugian bank. Dengan melaksanakan deteksi dini tersebut akan dapat dilindungi kerugian atau risiko yang tidak seharusnya terjadi. Deteksi dini atas risiko kredit yang mungkin terjadi, merupakan penerapan prinsip early warning system dalam monitoring Azas-Azas atau Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit Sebelum pemberian kredit disetujui oleh suatu bank, maka harus dilakukan terlebih dahulu dianalisa dan dilakukan penilaian terhadap permohonan kredit tersebut. Penilaian terhadap permohonan kredit tersebut dimaksudkan untuk meletakkan kepercayaan dan untuk menghindari kredit bermasalah dikemudian hari bila kredit ternyata disetujui untuk diberikan. Setiap pemberian kredit diperlukan adanya pertimbangan serta kehatihatian agar kepercayaan yang merupakan unsur utama dalam kredit benar-benar terwujud sehingga kredit yang diberikan dapat mengenai sasarannya dan terjaminnya pengembalian kredit tersebut tepat pada waktunya sesuai dengan perjanjian. Tidak kembalinya kredit yang telah diberikan oleh bank secara langsung akan mengamcam kelangsungan hidup bank itu sendiri, hal tersebut karena pendapatan bank yang utama masih berasal dari bunga yang dikenakan terhadap fasilitas kredit yang diberikan. Karena penghasilan bunga dari kredit yang disalurkan merupakan tulang punggung dari pendapatan bank serta untuk terjaminnya kelacaran pengembalian pokoknya, maka sudah sewajarnya proses

8 pemberian kredit tersebut memerlukan analisa yang mendalam yang meliputi berbagai prinsip-prinsip, azas-azas/persyaratan tertentu. Prinsip-prinsip atau azas-azas yang digunakan dalam pemberian kredit kredit secara sehat sebagai berikut (Firdaus dan Ariyanti, 2008): 1. Prinsip-Prinsip 5 C Prinsip 5 C terdiri atas watak (character), modal (capital), kemampuan (capacity), kondisi ekonomi (condition of economic) dan jaminan (collateral). a. Watak (character) Watak dari calon debitur merupakan salah satu faktor yang harus dipertimbangkan dan merupakan unsur yang terpenting sebelum memutuskan memberikan kredit kepadanya. Dalam hal ini bank meyakini benar calon debiturnya memiliki reputasi baik, artinya selalu menepati janji dan tidak terlibat hal-hal yang berkaitan dengan kriminalitas, misalnya penjudi, pemabuk atau penipu. b. Modal (capital) Bank harus meneliti modal calon debitur selain besarnya juga strukturnya. Hal ini diperlukan untuk mengukur tingkat rasio likuiditas dan solvabilitasnya. Rasio ini diperlukan berkaitan dengan pemberian kredit untuk berjangka pendek atau jangka panjang. c. Kemampuan (capacity) Bank harus mengetahui secara pasti atas kemampuan calon debitur dengan melakukan analisis usahanya dari waktu ke waktu. Pendapatan yang selalu meningkat diharapkan kelak mampu melakukan pembayaran kembali atas

9 kreditnya. Sedangkan bila diperkirakan tidak mampu, bank dapat menolak permohonan dari calon debitur. d. Kondisi ekonomi (condition of economy) Kondisi ekonomi ini perlu menjadi sorotan bagi bank karena akan berdampak baik secara positif atau negatif terhadap usaha calon debitur. Dapat terjadi dalam kurun waktu tertentu pasaran tekstil yang biasanya menerima barang-barang tersebut menghentikan impornya. e. Jaminan (collateral) Jaminan yang diberikan oleh calon debitur akan diikat suatu hak atas jaminan sesuai dengan jenis jaminan yang diserahkan. Dalam praktik perbankan, jaminan merupakan langkah terakhir bila debitur tidak dapat melaksanakan kewajibannya lagi. Jaminan tersebut dapat diambil-alih, dijual atau dilelang oleh bank setelah mendapatkan pengesahan dari pengadilan. 2. Prinsip 5 P Prinsip 5 P (Firdaus dan Ariyanti, 2008) terdiri atas golongan peminjam (party), tujuan (purpose), sumber pembayaran (payment), kemampuan memperoleh laba (profitability) dan perlindungan (protection). a. Golongan peminjam (party) Bank perlu melakukan penggolongan calon debitur berdasarkan watak, kemampuan dan modal. Hal ini untuk memberikan arah bagi analis bank untuk bersikap dalam pemberian kredit.

10 b. Tujuan (purpose) Pemberian kredit bank terhadap calon debitur patut untuk dipertimbangkan dari dampak positifnya dari sisi ekonomi dan sosial. c. Sumber pembayaran (payment) Analisis kredit setelah mempertimbangkan butir b tentang dampak positif ekonomi dan sosialnya, kemudian harus dapat memprediksi pendapatn yang akan diperoleh calon debitur dari hasil penggunaan kredit. Pendapatan calon debitur harus cukup untuk pengembalian pokok kredit (sekaligus atau diangsur) berikut bunga serta biaya-biaya lainnya. d. Kemampuan memperoleh laba (profitability) Merupakan kemampuan calon debitur untuk memperoleh keuntungan dari usahanya. Kemampuan ini diukur dari jumlah kewajiban, baik angsuran, bunga dan biaya-biaya kredit yang harus dibayar calon debitur. Bila diperkirakan mampu untuk mengatasinya, maka calon debitur dipandang memiliki kemampuan memperoleh keuntungan. e. Perlindungan (protection) Analisis kredit perlu memperhatikan agunan yang diberikan calon debitur. Yang dinilai bukan saja nilai pasar dari agunan yang diserahkan tetapi dipertimbangkan pula pengaman yang telah dilakukan terhadap agunan, misalnya telah diikat dengan hak tanggungan. 3. Prinsip 3 R Konsep lain yang menyangkut persyaratan pemberian kredit ialah apa yang disebut dengan 3 R ( Firdaus dan Ariyanti, 2008) terdiri atas hasil yang

11 dicapai (return atau returning), pembayaran kembali (repayment) dan kemampuan untuk menanggung risiko (risk bearing ability) a. Hasil dicapai (return atau returning) Analisi yang dilakukan adalah sejauh mana calon debitur dapat diperkirakan (diestimasikan) memperoleh pendapatan yang cukup untuk mengembalikan kredit beserta kewajibannya (bunga dan biaya-biaya) b. Pembayaran kembali (repayment) Kemampuan calon debitur untuk mengembalikan kredit harus dapat diperkirakan oleh analis kredit. c. Kemampuan untuk menanggung risiko (risk bearing ability). Kemampuan calon debitur untuk menanggung risiko, dikaitkan dengan kemungkinan terjadinya kegagalan atas usaha debitur. Pengandaian dari seorang analis, apakah calon debitur akan mampu menutup seluruh kerugian yang mungkin timbul karena hal-hal yiang tidak diperkirakan semula. Langkah untuk menghindari kerugian ini dengan jaminan yang diberikan calon debitur atau dengan menutup asuransi Prosedur Pemberian Kredit Sebelum debitur memperoleh kredit terlebih dahulu harus melalui tahaptahapan penilaian mulai dari pengajuan proposal kredit dan dokumen-dokumen yang diperlukan, pemeriksaan keaslian dokumen, analisis kredit sampai dengan kredit direalisasikan. Tahap-tahapan dalam memberikan kredit ini dikenal dengan nama prosedur pemberian kredit. Tujuan prosedur pemberian kredit adalah untuk memastikan kelayakan suatu kredit, diterima atau ditolak. Dalam menentukan kelayakan suatu kredit maka dalam setiap tahap selalu dilakukan penilaian yang

12 dalam. Apabila dalam penilaian mungkin ada kekurangan maka pihak Bank dapat meminta kembali ke nasabah atau bahkan langsung ditolak. Prosedur pemberian dan penilaian kredit oleh dunia perbankan secara umum antar bank yang satu dengan bank yang lain tidak jauh berbeda. Adapun yang menjadi perbedaan mungkin hanya terletak persyaratan dan ukuran-ukuran penilaian yang ditetapkan oleh bank dengan pertimbangan masing-masing. Dalam prakteknya prosedur pemberian kredit secara umum dapat dibedakan antara perseorangan dengan pinjaman oleh suatu badan, kemudian dapat pula ditinjau dari segi tujuannya apakah untuk konsumtif atau produktif. Menurut Firdaus dan Ariyanti, (2008), tahapan prosedur pemberian kredit adalah sebagai berikut : a. Persiapan kredit b. Analisis atau penilaian kredit. c. Keputusan kredit. d. Pelaksanaan dan administrasi kredit. e. Supervisi kredit dan pembinaan debitur Menurut Kasmir, (2003), prosedur pemberian kredit oleh badan hukum adalah sebagai berikut : a. Pengajuan proposal b. Penyelidikan berkas pinjaman c. Penilaian kredit d. Wawancara pertama. e. Peninjauan kelokasi (On The Spot) f. Wawancara kedua

13 g. Keputusan kredit h. Penandatanganan Akad kredit / Perjanjian lainnya i. Realisasi kredit Adapun prosedur pemberian kredit menurut Suyatno dkk (2007) terdiri dari beberapa tahapan yaitu : 1. Tahapan permohonan kredit Permohonan kredit mencakup: a. Permohonan baru untuk mendapatkan jenis fasilitas kredit. b. Permohonan tambahan untuk suatu kredit yang dalam berjalan c. Permohonan perpanjangan/pembaruan masa berlaku kredit yang telah berakhir jangka waktunya. d. Permohonan lainnya untuk perubahan syarat-syarat fasilitas kredit yang sedang berjalan, antara lain penukaran jaminan perubahan/ pengunduran jadwal angsuran dan lain sebagainya. Permohonan dinyatakan lengkap telah memenuhi persyaratan yang ditentukan untuk mengajukan permohonan kredit. Selama permohonan harus tetap dijaga/dipelihara. Untuk memudahkan bank memperoleh data yang diperlukan, bank mempergunakan daftar isian permohonan kredit yang harus diisi oleh nasabah. 2. Tahapan penyidikan dan analisis kredit Dalam hal ini penyidikan (investigasi) kredit merupakan pekerjaan yang meliputi: a. Wawancara dengan pemohon kredit (debitur/calondebitur)

14 b. Pengumpulan data yang berhubungan dengan permohonan kredit yang diajukan debitur, baik data intern bank maupun data ekstern bank. c. Pemeriksaan/penyidikan atas kebenaan dan kewajiban mengenai hal-hal yang dikemukan debitur dan informasi lainnya yang diperoleh. d. Penyusunan laporan sepenuhnya mengenai hasil penyidiakn yang telah dilaksanakan. Sedangkan analisis kredit merupakan pekerjaan yang meliputi: a. Mempersiapkan pekerjaan-pekerjaan penguraian dari segala aspek, baik keuangan maupun non keuangan untuk mengetahui kemungkinan dapat atau tidak dapat dipertimbangkan suatu permohonan kredit. b. Menyusun laporan analisis yang diperlukan, yang berisi penguraian dan kesimpulan serta penyajian alternatif-alternatif sebagai bahan pertimbangan unsur pengambilan keputusan atas permohonan kredit. Dalam penganalisisaan kredit, bank harus memperoleh data pokok minimal mengenai aktivitas usaha dari data debitur/ calon debitur, disertai dengan analisis sepenuhnya antara lain: a. Jaminan/agunan b. Aktivitas rekening koran c. Laporan-laporan keuangan d. Data kuantitatif debitur/ calon debitur Diantara hal-hal tersebut yang dianalisis diatas, bank akan lebih memusatkan perhatiannya pada jaminan. Hal ini bukan berarti yang lainnya kurang perhatian bank. Dalam menganlisa agunan harus disajikan

15 secara terperinci, seperti jumlah jaminan, nilai jaminan dan status pemilikannya. 3. Tahapan keputusan atas permohonan kredit Setelah tahap I dan II prosedur pemberian Kredit dilaksanakan, maka tahapan selanjutnya adalah keputusan atas permohonan kredit. Keputusan dalam hal ini berarti setiap tindakan pejabat yang berdasarkan wewenangnya berhak mengambil keputusan berupa menyetujui, menolak atau mengusulkan permohonan fasilitas kredit kepada pejabat yang lebih tinggi, setiap keputusan permohonan kredit ini, harus memperhatikan penilaian syarat-syarat umum yang pada dasarnya tercantum dalam laporan pemeriksaan kredit dan analisis kredit. Bahan petimbangan atau informasi-informasi lainnya yang diperoleh pejabat pengambil keputusan harus dibubuhkan secara tertulis (disposisi). 4. Tahapan persetujuan permohonan kredit Yang dimaksud persetujuan permohonan kredit adalah keputusan bank untuk mengabulkan permohonan kredit dari calon debitur. Untuk melindungi kepentingan bank dalam pelaksanaan persetujuan tersebut, maka ditegaskan terlebih dahulu syarat-syarat kredit dan prosedur yang harus ditempuh, antara lain harus telah mengisi surat keputusan kredit atau surat penawaran yang memuat: a. Maksimum kredit b. Keperluan c. Jangka waktu d. Propisi

16 e. Suku bunga f. Agunan dan pengikatan g. Penutupan asuransi atas barang-barang jaminan yang insurable h. Sanksi-sanksi seperti; 1) Denda terlambat pembayaran angsuran 2) Denda terlambat pembayaran bunga 3) Sanksi untuk penyimpanan dari syarat-syarat lain Metode Pengelolaan Resiko Kredit Berdasarkan Workbook, GARP, BSMR disampaikan bahwa bank menggunakan sejumlah teknik dan kebijakan dalam mengelola resiko kredit yang bertujuan untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya ataau dampak dari kerugian kredit. Hal ini dikenal dengan mitigasi risiko kredit. Beberapa metode yang digunakan dalam mengelola resiko kredit disampaikan sebagai berikut : a. Model pemeringkatan (Grading Model) Model ini digunakan untuk kredit perorangan sebagaimana sarana untuk menetapkan kemungkinan terjadi default. Bank akan melakukan kalibrasi risiko yang nantimya akan memungkinkan bank dalam menetapkan suatu probabilitas tertentu untuk setiap kejadian yang tidak diinginkan. Cara ini memungkinan bank untuk memastikan bahwa portofolio kredit bank tidak terkonsentrasi pada kredit berkualitas buruk yang memiliki kemungkinan default yang tinggi. Dalam penerapannya model ini mempertimbangkan faktor tambahan seperti persentase pendapatan, riwayat pekerjaan dan lama pembayaran dibandingkan dengan usia.

17 b. Manajemen Portofolio kredit Pengukuran Portofolio kredit berguna untuk memberikan keyakinan bahwa kredit yang diberikan terkonsentrasi pada satu industri atau wilayah geografis tertentu. Hal ini memungkinkan bank untuk melakukan diversifikasi pada portofolio kreditnya. Sehingga resiko terjadinya default dapat ditekan. Analisis ini dapat digunakan baik pada kredit korporasi maupun perorangan. c. Securitisasi Metode ini dilakukan bank untuk melindungi dirinya dari gejolak ekonomi. Cara yang dilakukan pada umumnya dengan mengemas dan menjual sebagian portofolio kreditnya kepada investor dalam bentuk surat berharga. Securitas memungkinkan bank untuk mengurangi potensi eksposure yang tinggi pada suatu jenis kredit tertentu, yang menurut skenario bank menunjukkan tingkat resiko atau konsentrasi resiko yang paling tinggi. Securitas juga memungkinkan bank menggunakan dana yang dihasilkan dari penjualan aktiva tetap dan menginvestasikannya pada aktiva lain yang memiliki resikoa yang lebih rendah. d. Peranan Agunan Agunan didefinisikan sebagai aktiva yang diperjanjikan oleh debitur untuk mendapatkan kredit dan dapat diambil alih dalam hal terjadi default. Agunan memiliki peranan penting dalam kebijakan pemberian kredit yang diterapkan bank. Bank harus memastikan bahwa agunan yang diterima benar-benar dapat digunakan untuk memitigasi risiko saat debitur mengalami default.

18 e. Monitoring Arus Kas Monitoring arus kas perusahaan dan perorangan dapat dilakukan melalui rekening koran yang ada di bank. Dalam hal monitoring tersebut bank mengalami tingkat default yang tinggi, bank akan segera menurunkan tingkat resiko kreditnya dengan cara membatasi tingkat eksposure dan memastikan bahwa nasabah bereaksi cepat terhadap keadaan yang berubah. f. Manajemen Pemulihan. Manajemen yang efisien terhadap suatu kredit yang mengalami default, dapat menghasilkan pemulihan (recovery) yang cukup besar dibandingkan tingkat kerugian semula. Sebagian bank menciptakan unit kerja yang secara khusus ditugasi untuk menangani pemulihan kredit macet, sebagai bagian dari proses manajemen resiko kredit yang berkualitas tinggi Kredit bermasalah Kredit bermasalah sudah merupakan risiko yang melekat dan harus dipikul oleh pemberi kredit, namun hal ini dapat diminimalisir untuk menghindari kerugian yang lebih besar misalnya dengan menerapkan prinsip prudential banking, asuransi kredit, agunan yang marketable dan pengikatan yang kuat. Oleh sebab itu setiap pemberian kredit harus diantisipasi olah bank sejak dini, sehingga pada saat kredit tersebut benar-benar macet maka bank tidak mengalami kerugian yang besar. Dalam kredit bermasalah, bank selalu dihadapkan kepada masalah yang cukup kompleks. Seringkali penyebab munculnya kredit bermasalah /macet itu tidak hanya bersumber dari satu faktor saja, tetapi dapat disebabkan oleh beberapa faktor.

19 Oleh sebab itu tidak mudah untuk menilai penyebab kredit menjadi bermasalah /macet, kecuali bila penyebanya adalah faktor makro, maka semua orang akan dapat menebaknya dengan benar. Menurut Tamin, (2012) Untuk memudahkan melihat sumber penyebab kredit bermasalah/macet pada sektor yang produktif secara umum dapat dibagi kedalam 3(tiga) kelompok besar yaitu : 1. Dari sudut penerima kredit (debitur) 2. Dari sudur pemberi kredit (kreditur) 3. Dari sudut makro Menurut Siswanto,1997, Dalam dunia perbankan, suatu kredit dapat dikategorikan dalam kredit bermasalah apabila : 1. Terjadi keterlambatan pembayaran bunga dan atau kredit induk lebih dari 90 hari semenjak tanggal jatuh temponya. 2. Tidak dilunasi samasekali 3. Diperlakukan negosiasi kembali atas syarat pembayaran kembali kredit dan bunga yang tercantum dalam pemberian kredit. Kredit bermasalah terdiri atas kredit kurang lancar, Kredit Diragukan dan Kredit Macet. Early Warning System dan pemantauan yang efektif akan memudahkan bank dalam mengambil langkah yang diperlukan apabila suatu nasabah akan mengalami penurunan kualitas atau peningkatan risiko kredit. Menurut Dahlan Siamat (2004), beberapa cara pendekatan yang dapat dipertimbangkan dalam upaya penyelamatan kredit bermasalah diantaranya adalah:

20 a. Penjadualan Ulang (Rescheduling) Yaitu perubahan syarat kredit hanya menyangkut jadwal pembayaran atau jangka waktu termasuk tenggang dan perubahan besarnya angsuran kredit. Fasilitas ini hanya diberikan kepada nasabah yang berkarakter jujur dan menurut analisa bank usahnya tidak memerlukan tambahan dana atau likuiditas b. Persyaratan Ulang (Reconditioning) Yaitu perubahan sebagian atau seluruh syarat-syarat kredit yang tidak terbatas pada perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu, tingkat suku bunga, penundaan pembayaran sebagian atau seluruh bunga dan persyaratan lainnya. Fasilitas ini diberikan kepada yang jujur dan usahanya masih bisa beroperasi dengan menguntungkan. c. Penataan Ulang (Restructuring) Yaitu perubahan syarat kredit yang menyangkut antara lain penambahan dana bank, konversi seluruh atau sebagian tunggakan bunga menjadi pokok kredit baru dan konversi seluruh atau sebagian dari kredit menjadi penyertaan bank atau mengambil partner yang lain untuk menambah penyertaan. Bank sebenarnya sudah mengantisipasi kondisi terburuk dari sebuah pembiayaan, apabila repayment (pengembalian) kredit dari hasil usaha (first way out) si debitur gagal dan usahanya sudah tidak mungkin diharapkan membaik lagi, maka agunan saat kredit diberikan akan dijual (second way aout) oleh bank. Bila dari langkah cara penyelamatan kredit diatas, kredit bermasalah tidak dapat diselamatkan maka untuk mengurangi risiko bank akibat debitur default akan

21 dilakukan dengan penjualan barang-barang yang dijadikan jaminan dalam rangka pelunasan hutang si debitur Prinsip Dasar Penyelamatan Kredit Memberi kesempatan agar debitur dapat bangkit kembali dalam berusaha sehingga di masa yang akan datang usahanya dapat kembali pulih. Walaupun usaha debitur yang akan diselamatkan misalnya dalam kondisi tidak normal, namun Bank harus tetap mengupayakan agar terapi yang diberikan kepada debitur tidak merugikan Bank sebagai kreditur sehingga perlu dilakukan negosiasi yang win-win solution. Untuk Kredit bermasalah termasuk kredit macet bank membantu memberikan alternatif penyelamatan kredit dengan 3 (tiga) cara yakni penjadualan ulang (rescheduling), persyaratan ulang (rekonditioning) dan penataan ulang (restrukturisasi). Pola Penyelamatan kredit bermasalah dapat dilakukan dengan menyesuaiakan pada kondisi masing-masing usaha debitur yang bermasalah namun harus mempertimbangkan penilaian atas dasar pilar /faktor yakni usaha masih mempunyai prospek, kinerja usaha debitur dan kemampuan membayar. Kekeliruan dalam memberikan upaya penyelamatan kredit dapat menimbulkan risiko terhadap bank, risiko yang dapat timbul adalah debitur tetap mengalami kesulitan dalam membayar kewajiban bunga maupun pokok pinjaman. Pedoman umum restrukturisasi kredit menurut Peraturan Bank Indonesia nomor 7/2/PBI/2005 tgl. 20 Januari 2005 dan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/3/DPNP tgl. 31 Januari 2005.

22 Dalam rangka meminimlaisir potensi kerugian dari debitur bermasalah, Bank dapat melakukan restrukturisasi atas debitur yang memiliki prospek usaha yang baik dan mampu memenuhi kewajibannya setelah kredit direstrukturisasi. Pedoman Umum Restrukturisasi Kredit : Bank wajib melengkapi pedoman perkreditan yang dimiliki dengan pedoman tertulis mengenai Restrukturisasi Kredit sebagai panduan prosedur dan tata cara yang diperlukan dalam melaksanakan Restrukturisasi Kredit. Pedoman Restrukturisasi Kredit dimaksud adalah : 1. Analisis dan dokumentasi. Dalam melakukan analisis terhadap kredit yang akan direstruktusasi, bank wajib paling kurang memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1.1. Evaluasi terhadap permasalahan debitur yang meliputi : Evaluasi terhadap penyebab terjadinya tunggakan pokok dan atau bunga yang didasarkan atas laporan keuangan, arus kas, proyeksi keuangan, kondisi pasar, faktor lain yang berkaitan dengan usaha debitur Perkiraan pengembalian seluruh pokok dan atau bunga berdasarkan perjanjian kredit sebelum dan setelah restrukturisasi kredit. Perkiraan tersebut hendaklah berdasarkan ratio-ratio keuangan termasuk proyeksinya, yang mencerminkan kondisi keuangan dan kemampuan debitur untuk membayar kembali pinjamannya Evaluasi terhadap kinerja manajemen debitur untuk menentukan diperlukannya restrukturisasi organisasi perusahaan debitur, antara lain dengan penggantian pemegang saham, direksi, dan perubahan manajerial lainnya. Apabila diperlukan bank dapat menggunakan

23 bantuan tenaga ahli eksternal untuk melakukan resturkturisasi organisasi tersebut. Dalam hal debitur merupakan debitur perorangan harus dipersyaratkan adanya jaminan tambahan Pendekatan dan asumsi yang digunakan dalam menetapkan proyeksi arus kas (Projectecd cash flows) debitur serta dalam memperhitungkan nilai tunai ( present value) dari angsuran pokok dan atau bunga yang akan diterima Analisis, kesimpulan, dan rekomendasi dalam melakukan penyesuaian persyaratan kredit seperti penyesuaian suku bunga, pengurangan tunggakan pokok dan atau bunga, perubahan jangka waktu dan atau penambahan fasilitas. Penyesuaian tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan siklus usaha dan kemampuan debitur sehingga debitur dapat memenuhi kewajiban pembayaran pokok dan atau bunga hingga jatuh tempo Apabila restrukturisasi kredit dilakukan dengan cara pemberian tambahan kredit, tujuan dan penggunaan tambahan kredit tersebut harus jelas. Tambahan kredit tidak diperkenakan untuk melunasi tunggakan pokok dan atau bunga kredit Penyesuaian atas jadual pembayaran kembali telah mencerminkan kemampuan membayar debitur Rincian yang terkait dengan persyaratan kredit termasuk kesepakatan keuangan dalam perjanjian kredit, antara lain rencana rekapitalisasi perusahaan debitur atau adanya hak (klausula) bank untuk meningkatkan suku bunga sejalan dengan kemampuan membayar debitur.

24 1.7. Rincian kelengkapan dokumen yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan restrukturisasi kredit Persyaratan bahwa perjanjian kredit dan dokumen lainnya yang berkaitan dengan pelaksanaan restrukturisasi kredit harus mempunyai kekuatan hukum. 2. Prosedur Pemantauan. Bank wajib memiliki prosedur tertulis untuk memantau kredit yang telah direstrukturisasi guna memastikan kesanggupan debitur untuk melakukan pembayaran kembali sesuai persyaratan dalam perjanjian kredit baru. Beberapa langkah yang wajib dilakukan dalam rangka pemantauan tersebut antara lain adalah : 2.1. Menyusunan laporan bulanan mengenai perkembangan usaha debitur yang memuat rincian perkembangan usaha, pelaksanaan rencana kegiatan (action plan), dan kemungkinan pembayaran kembali. 2.2.Mewajibkan debitur untuk menyampaikan laporan keuangan yang dilengkapi dengan ratio-ratio keuangan pokok, yang diperlukan bank dalam rangka memantau kondisi usaha dan keuangan debitur secara terus menerus. Debitur juga diwajibkan untuk melaporkan dampak dari berbagai tindakan yang ditempuh sebagai bagian dari restrukturisasi kredit, seperti rekapitulasi perusahaan dan kebijakan untuk tidak membagikan deviden. 2.3.Menyusun langkah-langkah yang akan diambil jika debitur ternyata mengalami kesulitan membayar setelah restrukturisasi kredit.

25 2.8. Upaya Penyelamatan Kredit Bermasalah Kriteria debitur yang dapat dilakukan penyelamatan : 1. Penyelamatan kredit (restrukturisasi) hanya akan dilakukan terhadap debitur yang masih memiliki prospek usaha yang baik dan telah atau diperkirakan akan mengalami kesulitan pembayaran pokok atau bunga kredit. 2. Manajemen beritikad baik, 3. Menunjukkan sikap kooperatif. 4. Kualitas kredit berada digolongan : - Dalam perhatian khusus (special mention) - Kurang Lancar (Sub Standard) - Diragukan (Doubtful) Dalam melihat prospek usaha, ada beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu : 1. Kemampuan usaha untuk menghasilkan positive cash flow 2. Penyerapan tenaga kerja dan menghasilkan multiplier effect 3. Peluang untuk mengingkatkan efisiensi dan daya saing. Sedangkan dalam menilai itikad baik, aspek yang perlu dipertimbangkan adalah : 1. Kemampuan untuk memulai dan secara aktif melakukan negosiasi dengan pihak kreditur (Bank) 2. Full disclosure/ prinsip pengungkapan lengkap 3. Kemampuan untuk menanggung sebagian kerugian Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 56, pasal 3, Tahun 2002 tentang Restrukturisasi Kredit Usaha Kecil dan Menengah, bahwa Perorangan

26 atau badan usaha sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 harus memenuhi syaratsyarat sebagai berikut : a. Bersedia bekerja sama (kooperatif) dan mempunyai itikad baik untuk menyelesaikan utang. b. Masih memiliki prospek usaha yang baik akan tetapi mengalami kesulitan pembayaran utang pokok dan atau bunga kredit. c. Kredit yang diperoleh telah diproses sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan sesuai dengan kebijakan serta prosedur perkreditan pada bank dan d. Tidak termasuk perusahaan yang merupakan anak perusahaan besar atau grup usaha besar.

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kredit 2.1.1 Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti kepercayaan, atau credo yang berarti saya percaya (Firdaus dan Ariyanti, 2009).

Lebih terperinci

By : Angga Hapsila, SE.MM

By : Angga Hapsila, SE.MM By : Angga Hapsila, SE.MM BAB VI MANAJEMEN KREDIT 1. PRINSIP-PRINSIP PEMBERIAN KREDIT 2. PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT 3. KUALITAS KREDIT 4. TEKNIK PENYELESAIAN KREDIT MACET PRINSIP-PRINSIP PEMBERIAN KREDIT

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur pengertian prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Kredit Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, salah satu pengertian kredit adalah pinjaman uang dengan pembayaran pengembalian secara mengangsur

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kredit Macet 1. Pengertian Kredit Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani Credere yang berarti kepercayaan, oleh karena itu dasar dari kredit adalah kepercayaan. Seseorang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut :

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut : BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kredit 2.1.1.1 Pengertian Kredit Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut : Permberian prestasi oleh

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN III.

KERANGKA PEMIKIRAN III. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengendalian Kredit Bank Pada penyaluran kredit bank, perlu diperhatikan beberapa aspek yang terkait dengan nasabah penerima kredit untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat 9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ekonomi nasional dewasa ini menunjukkan arah yang semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat menunjang sekaligus dapat berdampak

Lebih terperinci

EVALUASI PENGAWASAN KREDIT MODAL KERJA SEBAGAI UPAYA MENEKAN TUNGGAKAN KREDIT

EVALUASI PENGAWASAN KREDIT MODAL KERJA SEBAGAI UPAYA MENEKAN TUNGGAKAN KREDIT EVALUASI PENGAWASAN KREDIT MODAL KERJA SEBAGAI UPAYA MENEKAN TUNGGAKAN KREDIT (Studi pada Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Tugu Artha Kota Malang Periode 2009-2011) Femia Yuni Pratiwi Darminto

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kredit

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kredit BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kredit 2.1.1 Pengertian Kredit Pengertian kredit secara umum, kredit adalah sesuatu yang mempunyai nilai ekonomis pada saat sekarang ini atas dasar kepercayaan sebagai pengganti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT. bank secara keseluruhan. Kredit berperan sebagai faktor pendorong dan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT. bank secara keseluruhan. Kredit berperan sebagai faktor pendorong dan BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT A. Pengertian dan Tujuan Kredit Kredit merupakan salah satu bidang usaha utama dalam kegiatan perbankan. Karena itu kelancaran kredit selalu berpengaruh terhadap kesehatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Menurut Undang-undang No 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan,yang dimaksud dengan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Modal Ventura Modal Ventura adalah suatu jenis pembiayaan berupa penyertaan modal dalam jangka waktu tertentu oleh Perusahaan Modal Ventura (PMV) kepada Perusahaan

Lebih terperinci

No. 15/28/DPNP Jakarta, 31 Juli 2013 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA

No. 15/28/DPNP Jakarta, 31 Juli 2013 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA No. 15/28/DPNP Jakarta, 31 Juli 2013 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA Perihal: Penilaian Kualitas Aset Bank Umum Sehubungan dengan Peraturan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kredit 2.1.1.1 Pengertian Kredit Kegiatan bank yang kedua setelah menghimpun dana dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan giro,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Suatu penelitian kaitan antara landasan teori dan fakta empirik sangat penting. Menghindari kesalahan pengertian dalam pemahaman dan untuk memperoleh kesatuan pandangan terhadap beberapa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kredit 2.1.1 Pengertian Kredit Dalam pengertian sederhana, kredit merupakan penyaluran dana dari pihak pemilik dana kepada pihak yang memerlukan dana. Dalam bahasa Latin, kredit

Lebih terperinci

kemudian hari bagi bank dalam arti luas;

kemudian hari bagi bank dalam arti luas; KAJIAN PUSTAKA Pengertian dasar tentang kredit bermasalah Dalam kasus kredit bermasalah, debitur mengingkari janji membayar bunga dan pokok pinjaman mereka yang telah jatuh tempo, sehingga dalam hal ini

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH A. Strategi Pencegahan Pembiayaan Mura>bah}ah Multiguna Bermasalah Bank BNI Syariah Cabang Surabaya Resiko

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Kredit 1. Pengertian kredit Menurut asal mulanya, kata kredit berasal dari kata credere yang artinya adalah kepercayaan, maksudnya adalah apabila seseorang memperoleh kredit,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan aspek sumber daya manusia. Hal terpenting dari aspek-aspek tersebut dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan aspek sumber daya manusia. Hal terpenting dari aspek-aspek tersebut dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi kondisi persaingan bisnis dalam keadaan yang tidak menentu ditambah dengan krisis perekonomian, membuat setiap perusahaan dituntut untuk mempersiapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini banyak perusahaan membutuhkan dana yang cukup besar untuk memulai investasi atau memperbesar usahanya. Untuk memperoleh dana tersebut perusahaan

Lebih terperinci

BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA

BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA A. Pengertian Pengalokasian Dana Kegiatan bank yang kedua setelah menghimpun dana dari masyarakat luas dalam bentuk tabungan, simpanan giro dan deposito adalah menyalurkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam suatu penelitian kaitan antara landasan teori dan fakta empirik sangat penting. Menghindari kesalahan pengertian dalam pemahaman dan untuk memperoleh kesatuan pandangan terhadap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengertian kredit berkembang lebihluas lagi seperti berikut ini :

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengertian kredit berkembang lebihluas lagi seperti berikut ini : BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Kredit Pengertian kredit itu sendiri mempunyai dimensi yang beraneka ragam, di mulai dari kata kredit yang berasal dari bahasa Yunani Credere yang

Lebih terperinci

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA. Perihal: Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA. Perihal: Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum No. 7/ 3 /DPNP Jakarta, 31 Januari 2005 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA Perihal: Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum Sehubungan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tinjauan Mengenai Bank 2.1.1.1 Pengertian Bank Menurut Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat fundamental dalam rangka meningkatkan pertumbuhan perekonomian di

BAB I PENDAHULUAN. sangat fundamental dalam rangka meningkatkan pertumbuhan perekonomian di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era modern saat ini, perbankan memiliki peranan dan fungsi yang sangat fundamental dalam rangka meningkatkan pertumbuhan perekonomian di suatu Negara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian suatu negara bisa dilihat dari minimalnya dua sisi, yaitu ciri perekonomian negara tersebut, seperti pertanian atau industri dengan sektor perbankan.

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Kredit Istilah kredit bukanlah suatu hal yang asing lagi bagi kehidupan sehari-hari dalam masyarakat, sebab sering dijumpai ada anggota masyarakat yang menjual dan membeli barang-barang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sistem Perusahaan memerlukan sistem untuk menunjang kegiatan perusahaan dengan kata lain sistem merupakan rangkaian dari prosedur yang saling berkaitan dan secara

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. 2.1 Pelaksanaan Prosedur Analisis Kredit

BAB II BAHAN RUJUKAN. 2.1 Pelaksanaan Prosedur Analisis Kredit BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pelaksanaan Prosedur Analisis Kredit 2.1.1 Pengertian Kredit Bagi dunia perbankan perkreditan merupakan kegiatan yang sangat penting bahkan menjadi prioritas utama dalam menjalankan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur pengertian prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang

Lebih terperinci

STIE DEWANTARA Pengelolaan Risiko Kredit

STIE DEWANTARA Pengelolaan Risiko Kredit Pengelolaan Risiko Kredit Manajemen Risiko, Sesi 6 Latar Belakang 1. Risiko Kredit didefinisikan sebagai risiko akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada Bank. 2. Pada

Lebih terperinci

Pengalokasian Dana Bank (Kredit dan Pembiayaan)

Pengalokasian Dana Bank (Kredit dan Pembiayaan) Materi 3 Pengalokasian Dana Bank (Kredit dan Pembiayaan) Subpokok bahasan : Pengertian Kredit & Pembiayaan (Produk Lending) Jenis-jenis kredit Prinsip-prinsip pemberian kredit Jenis-jenis pembebanan suku

Lebih terperinci

ANALISIS PELAKSANAAN PENGAWASAN PINJAMAN MODAL KERJA GUNA MEMINIMALISIR PINJAMAN MACET (Studi Pada KUD BATU )

ANALISIS PELAKSANAAN PENGAWASAN PINJAMAN MODAL KERJA GUNA MEMINIMALISIR PINJAMAN MACET (Studi Pada KUD BATU ) ANALISIS PELAKSANAAN PENGAWASAN PINJAMAN MODAL KERJA GUNA MEMINIMALISIR PINJAMAN MACET (Studi Pada KUD BATU ) JURNAL ILMIAH Disusun oleh : Zulfikri Irhamdani 115020407111020 JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan pemohon kredit (Firdaus 2009:184). Pengambilan keputusan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan pemohon kredit (Firdaus 2009:184). Pengambilan keputusan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengambilan Keputusan Kredit 2.1.1 Teori Pengambilan keputusan kredit adalah semacam studi kelayakan atas perusahaan pemohon kredit (Firdaus 2009:184). Pengambilan keputusan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan nasional dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan suatu pembangunan yang berhasil maka diperlukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ringkasan dari suatu proses pencatatan, dari transaksi-transaksi yang terjadi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ringkasan dari suatu proses pencatatan, dari transaksi-transaksi yang terjadi BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Laporan Keuangan Menurut Baridwan (2002: 17), laporan keuangan didefinisikan sebagai ringkasan dari suatu proses pencatatan, dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Semakin tingginya tingkat persaingan antar bank dan resiko perkreditan, menyebabkan pihak manajemen Bank perlu menerapkan suatu pengendalian yang memadai. Pengendalian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Prosedur Prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dana (funding) dan menyalurkan dana (lending) masyarakat perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. dana (funding) dan menyalurkan dana (lending) masyarakat perekonomian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bank adalah suatu badan usaha yang memiliki fungsi utama menghimpun dana (funding) dan menyalurkan dana (lending) masyarakat perekonomian Indonesia secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Koperasi Menurut Fay dalam Hendrojogi (2012:20) koperasi adalah suatu perserikatan dengan tujuan berusaha bersama yang terdiri dari atas mereka yang lemah dan diusahakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, 2002:75).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, 2002:75). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Peranan lembaga keuangan ditengah-tengah masyarakat dalam memajukan perekonomian sangat penting. Tidak dapat dipungkiri peranannya sebagai lembaga perantara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kemudian menyalurkan kembali ke masyarakat, serta memberikan jasa-jasa bank

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kemudian menyalurkan kembali ke masyarakat, serta memberikan jasa-jasa bank BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Menurut Kasmir (2008:2) Bank merupakan Lembaga Keuangan yang kegiatannya menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan kemudian menyalurkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kredit Usaha Mikro Pasal 1 angka (1) Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah menyebutkan: Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. ini maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: pembiayaan oleh PT BPRS Karya Mugi Sentosa kantor cabang Mojokerto,

BAB 5 PENUTUP. ini maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: pembiayaan oleh PT BPRS Karya Mugi Sentosa kantor cabang Mojokerto, BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Hasil dari analisa data dan pembahasan hasil analisa data pada penelitian ini maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Murabahah merupakan salah satu akad yang dipakai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih, yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan suatu lembaga yang menerima dana dari masyarakat dan menyalurkan dana tersebut kepada masyarakat yang kekurangan dana. Sedangkan pengertian bank menurut

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Berdasarkan Undang Undang RI No 10 tahun 1998 tentang perbankan, jenisjenis

II. LANDASAN TEORI. Berdasarkan Undang Undang RI No 10 tahun 1998 tentang perbankan, jenisjenis II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank dan Produk Bank 2.1.1 Pengertian Bank Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan disalurkan dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kinerja dan kelangsungan usaha Bank Perkreditan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut asal mulanya kata kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu credere

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut asal mulanya kata kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu credere BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1 Pengertian Kredit Menurut asal mulanya kata kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu credere yang artinya kepercayaan atau dari bahasa Latin yaitu creditum

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL

DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel 3.1...Sejarah singkat PT Bank Tabungan Negara (persero) Tbk Tabel 3.2...Indikator Variabel X dan Variabel Y Tabel 3.3...Bobot atau Kuesioner Tabel 3.4... Data Responden Tabel 4.1...Data

Lebih terperinci

BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan. mengetahui bagaimanakan sistem pengendalian kredit Gambaran Singkat Koperasi Simpan Pinjam TABITA

BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan. mengetahui bagaimanakan sistem pengendalian kredit Gambaran Singkat Koperasi Simpan Pinjam TABITA BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Berdasarkan data yang diperoleh melalui penelitian, maka bab ini akan dijelaskan hasil pengolahan data beserta pembahasannya. Hasil penelitian tersebut untuk menjawab

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. A. Prosedur Pengelolaan Pembiayaan Murabahah Bermasalah Di BPRS. 1. Penerapan Pembiayaan Murabahah

BAB III PEMBAHASAN. A. Prosedur Pengelolaan Pembiayaan Murabahah Bermasalah Di BPRS. 1. Penerapan Pembiayaan Murabahah BAB III PEMBAHASAN A. Prosedur Pengelolaan Pembiayaan Murabahah Bermasalah Di BPRS Suriyah 1. Penerapan Pembiayaan Murabahah Salah satu akad yang paling populer digunakan oleh perbankan syari ah adalah

Lebih terperinci

PENANGANAN KREDIT BERMASALAH. Vegitya Ramadhani Putri, SH, S.Ant, MA, LLM

PENANGANAN KREDIT BERMASALAH. Vegitya Ramadhani Putri, SH, S.Ant, MA, LLM PENANGANAN KREDIT BERMASALAH KREDIT BERMASALAH Non-Performance Loan / NPL KONDISI DIMANA DEBITUR MENGINGKARI JANJINYA MEMBAYAR BUNGA DAN / ATAU KREDIT INDUK YANG TELAH JATUH TEMPO, SEHINGGA TERJADI KETERLAMBATAN

Lebih terperinci

KEGIATAN BANK DALAM PENGHIMPUNAN DANA MASYARAKAT. Oleh : Fatmah Paparang 1

KEGIATAN BANK DALAM PENGHIMPUNAN DANA MASYARAKAT. Oleh : Fatmah Paparang 1 KEGIATAN BANK DALAM PENGHIMPUNAN DANA MASYARAKAT Oleh : Fatmah Paparang 1 A. PENDAHULUAN Dalam berbagai teksbook yang lama, selalu dikemukakan bahwa kegiatan utama dari suatu Bank adalah menghimpun dana

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel 3.1.1 Populasi Populasi adalah jumlah dari keseleruhan objek yang karakteristiknya hendak diduga. Populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan intensitasnya, kebutuhan manusia dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan intensitasnya, kebutuhan manusia dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan intensitasnya, kebutuhan manusia dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu Kebutuhan Primer, Kebutuhan Sekunder, dan Kebutuhan Tersier. Kebutuhan Primer merupakan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bank 1. Pengertian Bank Terdapat banyak pengertian bank, salah satunya menurut Undang- Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang Perbankan, yang dimaksud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Bank merupakan salah satu bagian penting dalam suatu perekonomian. Bank

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Bank merupakan salah satu bagian penting dalam suatu perekonomian. Bank 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bank merupakan salah satu bagian penting dalam suatu perekonomian. Bank menghimpun dana dan menyalurkannya ke masyarakat. Pada usaha perbankan, potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendukung dan penggerak laju pertumbuhan ekonomi. Kebijakan-kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. pendukung dan penggerak laju pertumbuhan ekonomi. Kebijakan-kebijakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Dalam rangka pembangunan perekonomian nasional, sektor keuangan khususnya industri perbankan merupakan salah satu komponen terpenting sebagai pendukung dan

Lebih terperinci

VI. MEKANISME PENYALURAN KREDIT BNI TUNAS USAHA (BTU) PADA UKC CABANG KARAWANG

VI. MEKANISME PENYALURAN KREDIT BNI TUNAS USAHA (BTU) PADA UKC CABANG KARAWANG VI. MEKANISME PENYALURAN KREDIT BNI TUNAS USAHA (BTU) PADA UKC CABANG KARAWANG Latar belakang diluncurkannya fasilitas kredit BNI Tunas Usaha (BTU) adalah Inpres Presiden No. 6 Tahun 2007 tentang Kebijakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT BANK. kelemahan, kelamahan-kelemahan tersebut adalah : 7. a. Hanya menyangkut perjanjian sepihak saja

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT BANK. kelemahan, kelamahan-kelemahan tersebut adalah : 7. a. Hanya menyangkut perjanjian sepihak saja BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT BANK 1. Pengaturan Perjanjian Kredit Pengertian perjanjian secara umum dapat dilihat dalam Pasal 1313 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, yaitu suatu perbuatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Berdasarkan pada Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan yang telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998,

Lebih terperinci

Nadifatul Fuadiyah Dwiatmanto Nila Firdausi Nuzula Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang

Nadifatul Fuadiyah Dwiatmanto Nila Firdausi Nuzula Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang ANALISIS PELAKSANAAN PENGAWASAN KREDIT MODAL KERJA SEBAGAI UPAYA MENGURANGI TERJADINYA KREDIT BERMASALAH (Studi pada PD. Bank Perkreditan Rakyat Tugu Artha Malang Periode 2011-2013) Nadifatul Fuadiyah

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian ini mengambil kerangka pemikiran teoritis dari berbagai penelusuran teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Adapun kerangka

Lebih terperinci

Tinjauan Atas Perlakuan Akuntansi Restrukturisasi Kredit Bermasalah Pada Bank Bjb Kantor Cabang Pembantu Ujung Berung

Tinjauan Atas Perlakuan Akuntansi Restrukturisasi Kredit Bermasalah Pada Bank Bjb Kantor Cabang Pembantu Ujung Berung Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Final Assignment - Diploma 3 (D3) http://repository.ekuitas.ac.id Final Assignment of Accounting 2016-01-09 Tinjauan Atas Perlakuan Akuntansi Restrukturisasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. II Pengertian Audit Operasional. melainkan untuk menvalidasikan efektivitas prosedur. II Tujuan Audit Operasional

BAB II LANDASAN TEORI. II Pengertian Audit Operasional. melainkan untuk menvalidasikan efektivitas prosedur. II Tujuan Audit Operasional BAB II LANDASAN TEORI II.1 Kerangka Teori dan Literatur II.1.1 Audit Operasional II.1.1.1 Pengertian Audit Operasional Mengacu pada pendapat McLeod dan Schell (2008), pengertian Audit Operasional adalah

Lebih terperinci

KUALITAS ASET PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN ASET PRODUKTIF BPR

KUALITAS ASET PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN ASET PRODUKTIF BPR LAMPIRAN I PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR XX/POJK.03/2018 TENTANG KUALITAS ASET PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN ASET PRODUKTIF BPR PEDOMAN STANDAR KEBIJAKAN PERKREDITAN BANK PERKREDITAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. transaksi dapat terjadi berulang kali dan dilaksanakan secara seragam.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. transaksi dapat terjadi berulang kali dan dilaksanakan secara seragam. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Kata Prosedur Kredit terdiri dari 2 (dua) kata yaitu Prosedur dan Kredit. Menurut Ardiyos (2004:73) arti dari Prosedur adalah suatu bagian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan baru. Persaingan dan perkembangan yang cukup pesat pada

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan baru. Persaingan dan perkembangan yang cukup pesat pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini persaingan dalam bisnis perbankan sangat ketat. Persaingan tersebut tidak hanya terjadi antar bank, tetapi persaingan juga datang dari lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembangunan merupakan program pemerintah yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembangunan merupakan program pemerintah yang bertujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan merupakan program pemerintah yang bertujuan menciptakan kemakmuran, kesejahteraan, dan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Kemakmuran, kesejahteraan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Rasio Keuangan a. Pengertian Rasio Keuangan Menurut Kasmir (2008:104), rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Prinsip 5 C (Character, Capacity, Capital, Collateral dan Condition of economy) Atas Kebijakan Pemberian Kredit Pada Standard Chartered Bank Standard Chartered Bank

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka Lembaga perbankan memegang peranan yang sangat penting dan dibutuhkan oleh masyarakat. Perbankan melayani kebutuhan pembiayaan dan memperlancar

Lebih terperinci

RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR XX/POJK.03/2018 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 35 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 35 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 35 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa berhubung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk membantu dan mendorong kegiatan ekonomi. Jasa yang diberikan bank. atau pinjaman uang untuk usaha kecil dan yang dijalankan.

BAB I PENDAHULUAN. untuk membantu dan mendorong kegiatan ekonomi. Jasa yang diberikan bank. atau pinjaman uang untuk usaha kecil dan yang dijalankan. BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Peranan Bank dalam mendukung kegiatan dunia usaha kecil sangat besar untuk membantu dan mendorong kegiatan ekonomi. Jasa yang diberikan bank adalah jasa lalu lintas peredaran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Kredit Menurut asal mulanya, kata kredit berasal dari kata credere yang artinya adalah kepercayaan. Maksudnya adalah apabila seseorang memperoleh kredit, berarti mereka

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. A. Penelitian Terdahulu Tashia (2009) melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor-Faktor

BAB II URAIAN TEORITIS. A. Penelitian Terdahulu Tashia (2009) melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor-Faktor BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Tashia (2009) melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Risiko Gagal Bayar (Default Risk) Debitur pada PT. BPR Duta Adiarta

Lebih terperinci

Bab 7 Manajemen Piutang

Bab 7 Manajemen Piutang Dasar Manajemen Keuangan 97 Bab 7 Manajemen Piutang Mahasiswa diharapkan dapat memahami dan menjelaskan tentang manajemen piutang dan kredit, analisa perputaran dan anggaran pengumpulan piutang. D alam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Analisis penyebab dan penanganan pembiayaan murabahah bermasalah. Analisis pemberian pembiayaan yang dilakukan oleh setiap

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Analisis penyebab dan penanganan pembiayaan murabahah bermasalah. Analisis pemberian pembiayaan yang dilakukan oleh setiap BAB IV HASIL PENELITIAN A. Analisis penyebab dan penanganan pembiayaan murabahah bermasalah di KJKS BTM Kajen, kabupaten Pekalongan Analisis pemberian pembiayaan yang dilakukan oleh setiap lembaga keuangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. usahanya. Sejalan dengan perkembangan perekonomian nasional maupun. dalam rangka peningkatan taraf hidup rakyat banyak.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. usahanya. Sejalan dengan perkembangan perekonomian nasional maupun. dalam rangka peningkatan taraf hidup rakyat banyak. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Perbankan Menurut UU No 10 tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 mengatakan Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup

Lebih terperinci

sesuai jadwal batas waktu yang telah ditetapkan (tanggal dan bulan tertentu). pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan. Artinya jumlah kewajiban

sesuai jadwal batas waktu yang telah ditetapkan (tanggal dan bulan tertentu). pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan. Artinya jumlah kewajiban kemampuan untuk membayar kewajiban yang sudah waktunya dibayar sesuai jadwal batas waktu yang telah ditetapkan (tanggal dan bulan tertentu). 2. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Strategi Mengatasi Kredit Bermasalah (Non Performing Loan) dalam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Strategi Mengatasi Kredit Bermasalah (Non Performing Loan) dalam 41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Strategi Mengatasi Kredit Bermasalah (Non Performing Loan) dalam Pemberian Pinjaman Kredit Usaha Rakyat di PT. Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Mlati Kredit bermasalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kredit Menurut Hasibuan (87: 2008) kredit adalah semua jenis pinjaman yang harus dibayar kembali bersama bunganya oleh peminjam sesuai dengan perjanjian yang telah

Lebih terperinci

M. Aditya Jaya Perdana Topowijono Zahroh Z. A. Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang

M. Aditya Jaya Perdana Topowijono Zahroh Z. A. Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang PENERAPAN PENGAWASAN KREDIT USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM UPAYA MENEKAN TUNGGAKAN KREDIT (Studi pada PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Cabang, Tbk Pasuruan Periode 2011-2013) M. Aditya Jaya Perdana

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Prosedur Pengajuan Pembiayaan Murabahah di PT BPRS PNM Binama Semarang Dalam proses pengajuan pembiayaan murabahah di PT BPRS PNM Binama Semarang, terdapat beberapa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak tahun 2007 hingga 2010 proporsi jumlah bank gagal dari jumlah bank yang ditetapkan dalam pengawasan khusus cenderung meningkat sesuai dengan Laporan Tahunan Lembaga

Lebih terperinci

PENETAPAN KUALITAS KREDIT PROSPEK USAHA. Kegiatan usaha menunjukkan potensi pertumbuhan yang sangat terbatas atau tidak mengalami pertumbuhan.

PENETAPAN KUALITAS KREDIT PROSPEK USAHA. Kegiatan usaha menunjukkan potensi pertumbuhan yang sangat terbatas atau tidak mengalami pertumbuhan. Lampiran I Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/ 3 /DPNP tanggal 31 Januari 2005 PENETAPAN KUALITAS KREDIT PROSPEK USAHA Potensi pertumbuhan usaha Kondisi pasar dan posisi debitur dalam persaingan Kualitas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI 1. BAB I KEBIJAKAN UMUM BAB II PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PERKREDITAN ATAU PEMBIAYAAN... 14

DAFTAR ISI 1. BAB I KEBIJAKAN UMUM BAB II PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PERKREDITAN ATAU PEMBIAYAAN... 14 -8- LAMPIRAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 42 /POJK.03/2017 TENTANG KEWAJIBAN PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN PERKREDITAN ATAU PEMBIAYAAN BANK BAGI BANK UMUM -9- DAFTAR ISI 1. BAB I KEBIJAKAN

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Kredit, Teori Permintaan dan Penawaran Kredit Berdasarkan asal mulanya, Kasmir (2003) menyatakan kredit berasal dari kata credere yang artinya

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/18/PBI/2008 TENTANG RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH.

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/18/PBI/2008 TENTANG RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH. PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/18/PBI/2008 TENTANG RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank adalah lembaga financial intermediary yang berfungsi sebagai perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan dana serta sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS PENGAWASAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DALAM MEMINIMALISIR TERJADINYA KREDIT BERMASALAH

ANALISIS PENGAWASAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DALAM MEMINIMALISIR TERJADINYA KREDIT BERMASALAH ANALISIS PENGAWASAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DALAM MEMINIMALISIR TERJADINYA KREDIT BERMASALAH (Studi pada Bank Jatim Cabang Tulungagung Periode 2010-2013) Devy Aprilianawati Zahroh Z. A. Nila Firdausi

Lebih terperinci

Gejala dan Penyebab Kredit Bermasalah:

Gejala dan Penyebab Kredit Bermasalah: Gejala dan Penyebab Kredit Bermasalah: Pengertian Kredit bermasalah adalah suatu keadaan dimana nasabah sudah tidak sanggup membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank seperti yang telah diperjanjikan.

Lebih terperinci