BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS INDONESIA. Fungsi bidang pembinaan..., Veronica Ari Herawati, Program Pascasarjana, 2008
|
|
- Widya Lesmono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peneliti bermaksud melakukan penelitian tentang peranan Bidang Pembinaan Hukum Polda Jawa Tengah terhadap Provos dalam menangani tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga anggota Polri. Peneliti melakukan penelitian mengenai proses penanganan tindak pidana dan pelanggaran disiplin yang dilakukan Bidang Pembinaan Hukum Polda Jawa Tengah terhadap Provos dalam kasus tindak pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga anggota Polri. Peneliti tertarik melakukan penelitian tentang fungsi Bidang Pembinaan Hukum terhadap Provos dalam menangani tindak pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga berdasarkan pada kasus yang masuk ke Bidang Pembinaan Hukum Polda Jawa Tengah dimana penerapan pasal yang dilakukan oleh Provos terutama kasus kekerasan dalam rumah tangga masih ada yang menyimpang, yang menurut peneliti perlu memperoleh suatu rekomendasi yang berguna bagi kepentingan tugas Bidang Pembinaan Hukum dan Provos dalam pelaksanaan fungsi Polri sebagai pelindung, pengayom, pelayan masyarakat dan penegak hukum dan menjunjung tinggi HAM. Keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat yang terdiri dari bapak, ibu dan anak yang tinggal dalam satu rumah yang saling mendukung satu dengan lainnya untuk dapat hidup bahagia dan sejahtera, sehingga setiap anggota keluarga dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia. Keadaan tersebut dapat berjalan dengan baik apabila mendapat perlindungan terhadap kekerasan dan diskriminasi. Namun kenyataan dalam kehidupan sehari-hari kekerasan dan diskriminasi selalu saja terjadi dalam lingkup keluarga karena tidak adanya keharmonisan dalam keluarga sehingga terjadi pertentangan, percekcokan, bentrokan yang mengakibatkan terjadinya kekerasan baik secara fisik maupun psikis. 1
2 2 Kekerasan dalam rumah tangga sebenarnya sudah terjadi sejak dahulu, karena setiap keluarga pasti menghadapi berbagai persoalan, namun penyelesaian persoalan yang ada dilakukan dengan cara berbeda-beda. Disamping itu pengaruh lingkungan dan budaya mempengaruhi pandangan individu dalam memandang dan mengaplikasikan penyelesaian masalah yang ada terutama dalam lingkup keluarga. Informasi mengenai perbuatan yang sering kita jumpai adalah adanya penganiayaan, pemerkosaan, pembunuhan, dan sebagainya yang semua itu dilakukan oleh orang terdekat dan orang yang seharusnya melindungi keluarga. Namun kenyataan yang terjadi kaum perempuan mendapat perlakuan yang tidak sesuai dengan martabatnya sebagai manusia karena selalu dianggap sebagai manusia yang lemah sehingga mudah untuk diperlakukan dengan tindakan yang berupa tekanan baik secara fisik maupun psikis. Kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga tersebut perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh karena kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga sering dianggap biasa sebagai permasalahan pribadi yang tidak boleh keluar atau orang lain tahu. Apabila hal tersebut dibiarkan maka akan menjadi berkelanjutan dan memperparah penderitaan korban. Penderitaan yang terjadi karena ketidaktahuan korban untuk berbuat apa terhadap masalah yang dialami akan berdampak luas terhadap keluarga dan hak asasi manusia terutama apa yang sering dirasakan oleh kaum perempuan sebagai isteri yang mendampingi suami untuk membesarkan anak sebagai ujung tombak dan penerus cita-cita bangsa demi masa depan. Kekerasan tersebut terjadi tidak saja menimpa pada perempuan yang tidak bekerja, tetapi juga pada perempuan yang bekerja, bahkan pada isteri yang bersuamikan aparat polisi juga merasakan dan mengalami adanya kekerasan dalam rumah tangga yang mengakibatkan terlanggarnya hak perempuan sebagai manusia. Dalam Undang-undang No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia pada pasal 4 menyebutkan Polri bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban
3 3 masyarakat, tertib dan tegaknya hukum terselenggaranya perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat serta terbinanya ketentraman masyarakat dengan menjunjung tinggi Ham, sedangkan pasal 5 menyatakan bahwa Polri sebagai alat negara juga mempunyai peran dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamana dalam negeri. Berdasarkan pasal 4 dan 5 tersebut, sudah sepatutnya pelaku (anggota Polri) tidak akan melakukan kekerasan dalam rumah tangga. Pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa Polisi sudah tahu akan perundang-undangan yang berlaku dalam negara kita seyogyanya tidak melakukan perbuatan yang dapat menyakiti perempuan dalam hal ini perempuan sebagai isterinya. Polisi dalam melakukan tugasnya mempunyai 2 (dua) pedoman yaitu Tribrata dan Catur Prasetya. Tribarata merupakan kepribadian Polisi Indonesia sebagai kaul dan ikrar yang merupakan perwujudan hasrat batin dari insani Polisi Indonesia untuk menjadi sosok polisi ideal (Momo, 2007:100). Tribrata sebagai pedoman hidup, didalamnya terkandung nilai filosofis bagi Polri. Isi dari Tribrata adalah Kami Polisi Indonesia : (1) Berbakti kepada nusa dan bangsa dengan penuh ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, (2) Menjunjung tinggi kebenaran, keadilan dan kemanusiaan dalam menegakkan hukum Negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, (3) Senantiasa melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat dengan keikhlasan untuk mewujudkan keamanan dan ketertiban. Didalam Tribrata menurut Momo Kelana memuat asas-asas yang menyangkut seluruh kehidupan kepolisian, mencakup kehidupan organisasi, tugas dan perilaku polisi dalam melaksanakan tugasnya baik sebagai organisasi maupun sebagai individu atau anggota polisi perorangan. Tribrata juga memuat nilai nilai etika profesi yang kristalisasinya dirumuskan dalam Kode Etik Kepolisian Negara Republik Indonesia. (2007:101) Kode Etik Kepolisian Negara Republik Indonesia didalamnya terdapat norma-norma yang mencerminkan diri pribadi polisi yang diharapkan yang
4 4 meliputi etika kepribadian, kenegaraan, kelembagaan, dan hubungan dengan masyarakat. Dengan adanya Kode Etik Profesi Polri yang merupakan nilai moral dari pada Tribrata maka anggota Polri tidak akan melakukan perbuatan yang tercela. Undang-undang No. 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga sudah ada namun dalam penerapan hukumnya masih belum dipahami sepenuhnya karena masih ada penyimpangan tentang penerapan hukum yang seharusnya bisa dikategorikan dalam kasus kekerasan dalam rumah tangga. Perlu disadari bahwa Polri sesuai dengan pasal 29 UU No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia disebutkan bahwa anggota Polri tunduk pada kekuasaan peradilan umum, yang berarti untuk anggota Polri berlaku juga Kitab undang-undang Hukum Pidana dan KUHAP, sehingga apabila terjadi tindak pidana kekerasan maka undang-undang yang telah mengatur secara khusus dapat diberlakukan dengan mengingat asas Lex specialis derogat lex generalis. Kekhususan dari undang-undang No. 23 tahun 2004 adalah mengatur tentang tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga secara tersendiri dan mempunyai kekhasan karena mengatur mengenai pencegahan dan perlindungan serta pemulihan terhadap korban kekerasan dalam rumah tangga. Walaupun pada KUHP telah diatur mengenai penganiayaan, dan kesusilaan serta penelantaran keluarga hal tersebut masih kurang bila dikaitkan dengan undang-undang no. 23 tahun 2004 lebih mendalam dan secara khusus mengenai kekerasan yang terjadi dalam keluarga baik kekerasan secara fisik, psikis, seksual, dan penelantaran keluarga. Dilihat dari hukum acaranya bahwa penyidikan kekerasan dalam rumah tangga dapat dilakukan setelah mengetahui atau menerima laporan tentang terjadinya kekerasan dalam rumah tangga serta dalam waktu 1 x 24 (satu kali dua puluh empat ) jam terhitung sejak mengetahui atau menerima laporan polisi wajib segera memberikan perlindungan sementara kepada korban. Penanganan kekerasan dalam rumah tangga bahwa setiap orang yang mendengar, melihat atau mengetahui terjadinya kekerasan dalam rumah tangga wajib melakukan upaya-upaya sesuai dengan batas kemampuannya dengan mencegah berlangsungnya tindak pidana, memberikan perlindungan kepada
5 5 korban, memberikan pertolongan darurat, dan membantu proses pengajuan permohonan penetapan perlindungan sebagaimana disebutkan dalam pasal 15 undang-undang No. 23 tahun 2004 tentang Peghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Hal tersebut kurang dipahami karena kurangnya sosialisasi dan juga dimungkinkan karena ketidak tanggapan atau sikap apatis dari polisi yang menjadikan ketidaktahuannya. Pencegahan terjadinya penyimpangan dalam penerapan hukum dan pelanggaran Ham terhadap perempuan, diperlukan kerjasama yang baik dari Bidang Pembinaan Hukum dan anggota Polri dari setiap bagian di kewilayahan yang terkait dengan penanganan kasus tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga terhadap anggota Polri. Pengertian fungsi dalam bahasa sehari hari berkaitan dengan jabatan atau pekerjaan yang dilakukan. Berbicara mengenai fungsi berarti kita berbicara mengenai tugas dan wewenang termasuk pula dalam pelampauan batas-batas wewenang yang diberikan, sehingga fungsi dapat diartikan sebagai sekelompok pekerjaan, kegiatan kegiatan dan usaha satu sama lainnya ada hubungan erat untuk melaksanakan segi-segi tugas pokok.(warsito, 2005:84) Tugas pokok tersebut adalah sesuatu yang harus dikerjakan. Dihubungkan dengan Bidang Pembinaan Hukum yang merupakan organ dari kepolisian yaitu suatu alat atau badan yang berfungsi sebagai wadah untuk melakukan sesuatu pekerjaan-pekerjaan dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan oleh organisasi (Warsito, 2005:74), maka sepantasnyalah Bidang Pembinaan Hukum untuk melaksanakan perannya melalui tugas dan wewenangnya dengan sebaikbaiknya. Bidang Pembinaan Hukum yang selanjutnya disingkat Bidbinkum merupakan unsur staf khusus dibawah Kapolda yang bertugas membina dan menyelenggarakan fungsi pembinaan hukum dan hak asasi manusia yang meliputi (1) bantuan dan nasehat hukum, (2) penerapan dan penyuluhan hukum dan (3) serta ikut dalam pembinaan hukum/peraturan daerah. Berdasarkan Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No. Pol. : Kep/07/I/2005 tanggal 31 Januari 2005 tentang Perubahan atas
6 6 Keputusan Kapolri No. Pol. : Kep/54/X/2002 tanggal 17 Oktober 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Satuan-satuan Organisasi pada Tingkat Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah (Polda), menempatkan Bidang Pembinaan Hukum sebagai unsur pembantu pimpinan dan pelaksana staf yang dalam melaksanakan tugasnya menyelenggarakan bantuan dan nasehat hukum, serta penerapan dan penyuluhan hukum dan HAM, pemberian nasehat dan pertimbangan hukum berkenaan dengan masalah-masalah hukum dalam pelaksanaan tugas Polri, termasuk pemberian nasehat dan bantuan hukum terhadap anggota dan keluarganya termasuk pengemban fungsi kepolisian lain. Provos adalah unsur pelaksana pada Bidang Profesi dan Pertanggungjawaban Pengamanan yang disingkat menjadi Bidpropam yang merupakan unsur pelaksanan staf khusus Polda yang berada dibawah Kapolda yang bertugas menyelenggarakan dan membina fungsi Provos yang meliputi pembinaan disiplin, penegakkan hukum dan penyelesaian perkara pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh anggota Polri. Bidbinkum sebagai bagian dari struktur organisasi Polri dalam pelaksanaan penerapan hukum terhadap anggota Polri fungsi Bidbinkum dan Provos sebagai pengawas dan penegak hukum bagi anggota yang melakukan pelanggaran. Pelanggaran yang dilakukan anggota akan diproses oleh Provos untuk kemudian ditentukan apakah sebagai pelanggaran atau tindak pidana dan selanjutnya dapat diproses dalam sidang disiplin dan diserahkan kepada penyidik untuk dilanjutkan pada peradilan umum apabila termasuk dalam tindak pidana umum. Bidbinkum dan Provos mempunyai hubungan atau kaitan yang erat satu dengan lainnya dalam pelaksanaan fungsi dan perannya dalam penegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat yang dimulai dari dalam anggota Polri sendiri. Dalam penegakkan hukum ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi sebagaimana dikemukakan oleh Soerjono Soekanto yaitu adanya (1) faktor hukumnya sendiri yang dibatasi UU saja, (2) faktor penegakkan hukumnya, yakni
7 7 pihak yang membentuk maupun yang menerapkan hukum tersebut, (3) faktor sarana dan fasilitas yang mendukung penegakkan hukum, (4) faktor masyarakat yakni lingkungan dari hukum tersebut berlaku dan diterapkan, (5) faktor kebudayaan yakni sebagai hasil karya cipta rasa yang didasarkan pada karsa manusia didalam pergaulan hidup (Soekanto, 2005:5). Hal tersebut yang akan mempengaruhi terhadap keberhasilan penegakkan hukum. Peranan menurut Parsudi Suparlan selalu dikaitkan dengan posisi atau status individu dalam sebuah struktur yang mempunyai hubungan antara individu satu dengan yang lain berada dalam suatu kaitan hubungan peranan sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam struktur tersebut. Sedangkan fungsi selalu digunakan dalam kaitannya dengan sistem yaitu berkaitan dengan unsur-unsur pada sebuah hubungan fungsional atau saling mendukung dan menghidup, yang secara bersama-sama memproses masukan untuk dijadikan keluaran. Peran Bidbinkum selaku pembina hukum dan penerapan hukum terhadap anggota, dalam menangani pelanggaran yang dilakukan anggota pelaksanaannya Provos sebagai penegak hukum. Provos dalam melaksanakan penerapan hukum masih dirasa kurang dalam penerapan pasal Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga untuk kasus kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan anggota Polri, di mana kasus yang ada lebih banyak diproses kedalam pelanggaran disiplin Polri. Kebudayaan adalah pedoman bagi manusia dalam menjalani kehidupannya secara bersama-sama yang dimiliki oleh warga sebuah masyarakat, atau dengan kata lain kebudayaan adalah sebuah pedoman bagi kehidupan masyarakat atau warganya. Dalam hal ini kebudayaan dipandang sebagai teori, konsep atau metode yang diyakini kebenarannya oleh warga masyarakat pemiliknya dimana penggunaannya dilakukan secara selektif sebagai acuan oleh para pemilik kebudayaan dalam menghadapi lingkungannya yang diinterpretasikan dan memanfaatkan lingkungan beserta isinya bagi pemenuhan kebutuhan hidup (Parsudi, 2005:12). Budaya yang ada pada Polri dalam penanganan masalah anggota terutama fungsi Bidbinkum terhadap Provos dalam menangani tindak pidana Kekerasan
8 8 Dalam Rumah Tangga seharusnya lebih menitik beratkan pada perannya dalam pencegahan dan memelihara keamanan dalam rangka penegakkan hukum, yang menuntut kemampuan Bidbinkum dalam merencanakan tindakan pencegahan terjadinya salah penerapan pasal atau mengevaluasi, mengantisipasi dampaknya untuk digunakan sebagai acuan dimasa yang akan datang. 1.2 Masalah Penelitian : Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan penelitian saya adalah proses penanganan tindak pidana dan pelanggaran disiplin yang dilakukan Bidang Pembinaan Hukum Polda Jawa Tengah terhadap Provos dalam kasus tindak pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga anggota Polri. Adapun yang menjadi masalah penelitian tesis ini adalah : 1. Sistem penerapan hukum yang dilakukan Bidang Pembinaan Hukum (Bidbidkum) 2. Sistem perundang-undangan yang menjadi dasar bagi penyelesaian perkara / kasus anggota Polri. 3. Sistem pelaksanaan fungsi Bidbinkum Polda Jawa Tengah. 1.3 Rumusan Permasalahan Dari masalah penelitian tersebut diatas, maka dalam penelitian ini yang menjadi pertanyaan penelitian saya adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana mekanisme penanganan tindak pidana dan pelanggaran yang dilakukan oleh Bidbinkum dan fungsi Bidbinkum terhadap Provos. 2. Apakah penanganan tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga yang dilakukan oleh Bidbinkum telah sesuai dengan prosedur, dan tidak terjadi penyimpangan?
9 9 1.4 Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian ini meliputi : 1. Penerapan hukum yang dilakukan Bidbinkum yang mengacu pada upaya penegakkan hukum. 2. Aturan aturan yang menjadi dasar atau acuan dalam penanganan kasus yang dilakukan anggota. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menangani tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan Bidbinkum Ruang lingkup ini dibuat berkaitan dengan studi yang penulis ikuti yaitu studi Hukum Kepolisian. 1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) sistem penerapan hukum yang dilakukan Bidang Pembinaan Hukum (Bidbidkum), (2) sistem perundang-undangan yang menjadi dasar bagi penyelesaian perkara/kasus anggota Polri, (3) sistem pelaksanaan fungsi Bidbinkum Polda Jawa Tengah guna memahami mekanisme penanganan tindak pidana dan pelanggaran disiplin yang dilakukan Bidang Pembinaan Hukum Polda Jawa Tengah terhadap Provos dalam kasus tindak pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga anggota Polri. Sedangkan manfaat penelitian ini adalah (1) sebagai masukan dalam pembuatan kebijakan pemolisian dalam menangani tindak pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga didalam lingkup Polri dan, (2) sebagai sumbangan bagi pengembangan Ilmu Kepolisian di Indonesia khususnya dalam Bidang Pembinaan Hukum Polda Jawa Tengah terhadap Provos dalam penanganan tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga. 1.6 Metode Penelitian. Metode penelitian yang akan digunakan adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitan yang menganalisis gejala sosial budaya dengan menggunakan kebudayaan masyarakat yang bersangkutan untuk
10 10 memperoleh gambaran mengenai pola yang berlaku (Parsudi,200 :6). Selanjutnya pola tersebut akan dilakukan interpretasi dan dianalisis sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam masyarakat. Untuk pengumpulan data peneliti mencari informasi selengkaplengkapnya mengenai gejala gejala yang ada mengenai peran Bidbinkum dalam penanganan kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh Provos. Peneliti melihat gejala gejala tersebut merupakan satuan-satuan yang berdiri sendiri tetapi saling berkaitan satu dengan yang lain yang merupakan kesatuan yang utuh dan menyeluruh. Gejala-gejala yang ada tersebut peneliti gunakan untuk menganalisis sehingga dapat memperoleh gambaran mengenai pola-pola yang berlaku yang berhubungan dengan peran Bidbinkum dalam penanganan kasus kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan anggota Polri oleh Provos. Sehubungan dengan hal tersebut penulis menggunakan pendekatan studi kasus dalam penerapan pasal yang dilakukan oleh Bidbinkum dan Provos dalam penanganan tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga. Ciri ciri pendekatan studi kasus dalam penelitian kualitatif adalah : a. Menyajikan deskriptif eksploratif yang lengkap dan mendalam, sehingga dalam informasi yang disampaikan nampak hidup sebagaimana adanya dan pelaku mendapat tempat untuk memainkan perannya. b. Bercorak holistik yaitu satuan-satuan yang masing-masing berdiri sendiri tetapi satu sama lain saling berkaitan yang merupakan suatu kesatuan yang bulat dan menyeluruh. c. Menyajikan informasi yang berfokus dan berisikan pernyataan yang perlu saja yaitu mengenai pola-polanya. d. Mempunyai kemampuan untuk berbicara dengan para pembacanya karena disajikan dengan bahasa biasa dan bukan dengan bahasa tehnis angka-angka (Parsudi,200 :8). Penelitian lapangan peneliti lakukan dengan metode pengamatan terlibat di mana peneliti melibatkan secara langsung dalam tindakan-tindakan yang dilakukan Bidbinkum dalam proses pemberian saran pendapat hukum, termasuk
11 11 hubungan yang terjadi baik secara internal dan eksternal dalam tugas penyelesaian yang berkaitan dengan penanganan kasus kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh Provos. Metode pengamatan, peneliti mengamati cara bertindak anggota Bidbinkum dalam pemberian saran pendapat hukum. Peneliti juga melakukan kajian dokumen yaitu mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan peraturanperaturan, catatan-catatan yang berisikan kenyataan, bukti atau informasi mengenai tindak pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Tehnik wawancara dilakukan dengan pedoman tertentu terhadap Kabid Binkum, Kasubbid Rapluhkum, Kasubbid Provos, Anggota Bid Binkum, Anggota Provost, P3D yang berhubungan dengan penanganan kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh anggota Polri. 1.7 Sistematika Penulisan Adapun penulisan sistematika tesis Fungsi Bidbinkum Terhadap Provos Polda Jawa Tengah dalam menangani kasus Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga sebagai berikut : BAB I BAB II BAB III BAB IV Pendahuluan, menguraikan tentang alasan penulis memilih judul dalam latar belakang penulisan, masalah penelitian, rumusan permasalahan, ruang lingkup, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian serta sistematika penulisan. Kajian Kepustakaan memuat konsep-konsep dan teori yang berhubungan dengan membahas permasalahan yang penulis ajukan dalam tesis ini Menguraikan tentang Organisasi Polda Jawa Tengah, Organisasi Bidbinkum dan Provos Polda Jawa Tengah serta data kasus kekerasan dalam rumah tangga. Menguraikan tentang kebijakan-kebijakan terhadap penyelesaian kasus kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh anggota Polri, peraturan peraturan yang digunakan, penerapan hukumnya,
12 12 BAB V hubungan Bidbinkum dan Provos, serta faktor yang mempengaruhi peran Bidbinkum dalam penanganan Kekerasan dalam rumah tangga. Penutup mengenai kesimpulan dan saran / rekomendasi.
BAB III ORGANISASI POLDA JAWA TENGAH
33 BAB III ORGANISASI POLDA JAWA TENGAH 3.1 Organisasi Polda Jawa Tengah Sesuai dengan keputusan Kapolri No. Kep/54/X/2002 tanggal 17 Oktober 2002 tentang Tata Kerja Kepolisian Negara Republik Indonesia
Lebih terperinciBAB IV PENYELESAIAN KASUS ANGGOTA POLRI
42 BAB IV PENYELESAIAN KASUS ANGGOTA POLRI Penyelesaian kasus terhadap anggota Polri yang selama ini dilaksanakan oleh Provos sebagai penegak hukum dan disiplin anggota Polri, diproses dengan melalui hukum
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO. POL. : 7 TAHUN 2006 TENTANG KODE ETIK PROFESI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Hsl Rpt (12) Tgl 19-05-06 PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO. POL. : 7 TAHUN 2006 TENTANG KODE ETIK PROFESI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciETIKA PROFESI SATPAM
SECURITY SERVICES ETIKA PROFESI SATPAM ABU SAKKIR NRG. 19 07 003651 PENGERTIAN KODE ETIK PROFESI Yang disebut kode etik adalah kumpulan dari etika, sedangkan etika adalah pernyataan tentang apa apa yang
Lebih terperinciProgram Pascasarjana Ilmu Hukum FAKULTAS HUKUM Universitas Brawijaya
Implementasi Undang-Undang Negara Republik Indonesia No. 31 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Negara Republik Indonesia No. 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban dalam Sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung dan pengayom masyarakat. Hal ini terbukti dari banyaknya jenis tindak pidana dan modus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pidana menjadi sorotan tajam dalam perkembangan dunia hukum.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbicara mengenai perkembangan dunia hukum tentu tidak akan ada habisnya. Dunia hukum saat ini menjadi perbincangan bahkan perdebatan baik di kalangan aparat maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah bagian dari generasi muda merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan nasional. Dalam rangka mewujudkan sumber
Lebih terperinci- Secara psikologis sang istri mempunyai ikatan bathin yang sudah diputuskan dengan terjadinya suatu perkawinan
Pendahuluan Kekerasan apapun bentuknya dan dimanapun dilakukan sangatlah ditentang oleh setiap orang, tidak dibenarkan oleh agama apapun dan dilarang oleh hukum Negara. Khusus kekerasan yang terjadi dalam
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESlA NO. POL : 15 TAHUN 2006 TENTANG
PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESlA NO. POL : 15 TAHUN 2006 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, Bahwa Untuk Menjamin Terselenggaranya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kebebasan dasar dan hak dasar itu yang dinamakan Hak Asasi Manusia (HAM), yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuhan Yang Maha Esa menganugerahkan kepada setiap manusia akal budi dan nurani, dengan tidak membeda-bedakan antara satu dengan yang lainnya, yang dapat digunakan untuk
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan rasa aman dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemasyarakatan yang berperan penting dalam proses penegakan hukum. Untung S. Radjab (2000 : 22) menyatakan:
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam tatanan kehidupan bernegara yang berlandaskan dengan ketentuan hukum, penguasa dalam hal ini pemerintah telah membentuk beberapa lembaga penegak hukum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fungsi dan wewenang, sebagai suatu organisasi yang baik dan kuat memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepolisian Negara Republik Indonesia selain mempunyai tugas pokok, fungsi dan wewenang, sebagai suatu organisasi yang baik dan kuat memiliki aturan tata tertib
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hukum dan pelanggaran hukum dapat dikatakan merupakan satu
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum dan pelanggaran hukum dapat dikatakan merupakan satu kesatuan ibarat orang berjalan diikuti oleh bayangannya, begitu pula dengan hukum di negara kita yang
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berdasarkan atas kekuasaan belaka, maka segala kekuasaan negara harus
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan hukum tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka, maka segala kekuasaan negara harus diatur oleh hukum. Secara tegas dinyatakan
Lebih terperinciKekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.
1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap warga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus dijaga dan diperhatikan harkat, martabat dan hak-hak anak sebagai manusia seutuhnya. Hak yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sesutu tentang tingkah laku sehari-hari manusia dalam masyarakat agar tidak
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum merupakan suatu norma yang berfungsi mengatur mengenai segala sesutu tentang tingkah laku sehari-hari manusia dalam masyarakat agar tidak merugikan orang lain
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan
Lebih terperinciMANFAAT DAN JANGKA WAKTU PENAHANAN SEMENTARA MENURUT KITAB UNDANG HUKUM ACARA PIDANA ( KUHAP ) Oleh : Risdalina, SH. Dosen Tetap STIH Labuhanbatu
MANFAAT DAN JANGKA WAKTU PENAHANAN SEMENTARA MENURUT KITAB UNDANG HUKUM ACARA PIDANA ( KUHAP ) Oleh : Risdalina, SH. Dosen Tetap STIH Labuhanbatu ABSTRAK Penahanan sementara merupakan suatu hal yang dipandang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ciptaan makhluk hidup lainnya, Hal tersebut dikarenakan manusia diciptakan dengan disertai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk yang mempunyai kelebihan bila dibandingkan dengan ciptaan makhluk hidup lainnya, Hal tersebut dikarenakan manusia diciptakan dengan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Teks tidak dalam format asli. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 95, 2004 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4419)
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa setiap warga negara
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : a. bahwa setiap
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 yang menyatakan sebagai berikut bahwa : Pemerintah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak sedikit membawa kemajuan bagi bangsa Indonesia dalam meningkatkan sumber daya manusia, sebagai modal dasar pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam suatu organisasi hakekatnya memiliki sumber daya manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu organisasi hakekatnya memiliki sumber daya manusia yang seharusnya dapat digali pada setiap potensi masing-masing individu. Serta dalam pengelolaan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara
Lebih terperinciNaskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA I. UMUM Keutuhan dan kerukunan rumah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Pasal 1 angka 3 UUD 1945 merumuskan
12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara Hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Pasal 1 angka 3 UUD 1945 merumuskan secara
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan globalisasi dan kemajuan teknologi yang terjadi dewasa ini telah menimbulkan dampak yang luas terhadap berbagai bidang kehidupan, khususnya di bidang
Lebih terperinciSTANDAR OPERATION PROCEDURE (SOP) BID PROPAM POLDA BENGKULU TENTANG PENYUSUNAN LAPORAN BERKALA
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH BENGKULU BIDANG PROFESI DAN PENGAMANAN STANDAR OPERATION PROCEDURE (SOP) BID PROPAM POLDA BENGKULU TENTANG PENYUSUNAN LAPORAN BERKALA Bengkulu, September 2014
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG PEMERIKSAAN DAN PEMBERKASAN PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI POLRI
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT MATARAM I. Pendahuluan 1. Umum STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG PEMERIKSAAN DAN PEMBERKASAN PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara republik Indonesia adalah negara hukum, berdasarkan pancasila
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara republik Indonesia adalah negara hukum, berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan menjunjung tinggi hak asasi manusia serta menjamin segala
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa keamanan dalam negeri
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG PEMERIKSAAN DAN PEMBERKASAN PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI POLRI
DIVISI PROFESI DAN PENGAMANAN POLRI PUSAT PEMBINAAN PROFESI I. Pendahuluan 1. Umum STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG PEMERIKSAAN DAN PEMBERKASAN PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI POLRI Pelayanan publik
Lebih terperincid. Hak atas kelangsungan hidup. Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan Berkembang.
BAB II PEMBAHASAN A. Hak Dan Kewajiban Warga Negara Indonesia Menurut UUD 1945. Sebagaimana telah ditetapkan dalam UUD 1945 pada pasal 28, yang menetapkan bahwa hak warga negara dan penduduk untuk berserikat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Hukum merupakan seperangkat aturan yang diterapkan dalam rangka menjamin
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum merupakan seperangkat aturan yang diterapkan dalam rangka menjamin kepastian hukum, ketertiban dan perlindungan masyarakat, sehingga berbagai dimensi hukum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merefleksikan tugas dan wewenang serta tanggung jawab kepolisian, sebagaimana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 secara filosofis telah merefleksikan tugas dan wewenang serta tanggung jawab kepolisian, sebagaimana dirumuskan dalam
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. penegakan hukum berdasarkan ketentuan hukum, maka hilanglah sifat melanggar
15 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pertanggungjawaban Polri Melaksanakan tugas penegak hukum dapat terjadi Polisi melaksanakan pelanggaran HAM yang sebenarnya harus ditegakkan. Selama pelaksanaan tugas penegakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan secara umum sering diartikan dengan pemukulan,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekerasan secara umum sering diartikan dengan pemukulan, penganiayaan, pemerasan dan perkosaan atau tindakan yang membuat seseorang merasa kesakitan baik secara
Lebih terperinciTENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,
SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penegakan hukum di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang didukung oleh umat beragama mustahil bisa terbentuk rumah tangga tanpa. berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah tangga merupakan unit yang terkecil dari susunan kelompok masyarakat, rumah tangga juga merupakan sendi dasar dalam membina dan terwujudnya suatu negara.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. hukum sebagai sarana dalam mencari kebenaran, keadilan dan kepastian hukum. Kesalahan,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penegakan hukum di lapangan oleh Kepolisian Republik Indonesia senantiasa menjadi sorotan dan tidak pernah berhenti dibicarakan masyarakat, selama masyarakat selalu mengharapkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dirasakan tidak enak oleh yang dikenai oleh karena itu orang tidak henti hentinya
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum Pidana merupakan bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku disuatu negara yang dibuat oleh penguasa untuk mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara yang membedakan
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: UU 28-1997 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 2, 2002 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168) UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Setiap penegak hukum mempunyai kedudukan (status) dan peranan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Peranan Setiap penegak hukum mempunyai kedudukan (status) dan peranan (role). Kedudukan merupakan posisi tertentu di dalam struktur kemasyarakatan dimana kedudukan itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari perkawinan itu adalah boleh atau mubah. Namun dengan melihat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan melihat kepada hakikat perkawinan itu merupakan akad yang membolehkan laki-laki dan perempuan melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak dibolehkan, maka
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PERIZINAN DAN PENGAWASAN KEGIATAN KERAMAIAN UMUM, KEGIATAN MASYARAKAT LAINNYA, DAN PEMBERITAHUAN KEGIATAN POLITIK DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB IV. A. Bantuan Hukum Terhadap Tersangka Penyalahgunaan Narkotika. Dalam Proses Penyidikan Dihubungkan Dengan Undang-Undang
BAB IV ANALISIS HUKUM TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM UNTUK TERSANGKA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DALAM PROSES PENYIDIKAN DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA JUNCTO UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciBAB III DESKRIPSI PASAL 44 AYAT 4 UU NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG KETENTUAN PIDANA KEKERASAN SUAMI KEPADA ISTERI DALAM RUMAH TANGGA
1 BAB III DESKRIPSI PASAL 44 AYAT 4 UU NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG KETENTUAN PIDANA KEKERASAN SUAMI KEPADA ISTERI DALAM RUMAH TANGGA A. Sejarah Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang bahagia dan kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa. Tujuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan pemeriksaan oleh Ankum yang menangani pelanggaran disiplin.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyidikan adalah merupakan kegiatan/proses yang dilakukan oleh penyidik kepada tersangka yang melakukan perbuatan pidana. Seseorang dapat dikatakan tersangka
Lebih terperinciBUPATI LAMPUNG BARAT PROVINSI LAMPUNG
SALINAN BUPATI LAMPUNG BARAT PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMPUNG BARAT, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI SUMATERA BARAT
PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan kehidupan masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan kehidupan masyarakat yang semakin beragam saat ini, peran serta pemerintah sangatlah penting untuk menjaga keseimbangan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT
No. Urut: 09, 2012 LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI SUMATERA BARAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat tersebut, aturan-aturan tersebut disebut juga normanorma
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia menurut kodratnya adalah merupakan makhluk sosial, yang artinya setiap individu selalu ingin hidup dalam lingkungan masyarakat tertentu. Dalam kehidupan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kepolisian Negara Republik Indonesia. Negara Republik Indonesia disebutkan bahwa Kepolisian bertujuan untuk
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kepolisian Republik Indonesia 1. Pengertian Kepolisian Negara Republik Indonesia Menurut Pasal 4 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia disebutkan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Peradilan Pidana di Indonesia di selenggarakan oleh lembaga - lembaga peradilan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Peradilan Pidana Peradilan Pidana di Indonesia di selenggarakan oleh lembaga - lembaga peradilan pidana, yaitu Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan serta Lembaga Pemasyarakatan
Lebih terperinciKODE ETIK PANITERA DAN JURUSITA
KODE ETIK PANITERA DAN JURUSITA KETENTUAN UMUM Pengertian PASAL 1 1. Yang dimaksud dengan kode etik Panitera dan jurusita ialah aturan tertulis yang harus dipedomani oleh setiap Panitera dan jurusita dalam
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 42/PUU-XI/2013 Tentang Nota Kesepakatan Bersama Tentang Pengurangan Masa Tahanan Bagi Tindak Pidana Umum, Pemeriksaan Cepat dan Restorative Justice I. PEMOHON Fahmi Ardiansyah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. karena itu sering timbul adanya perubahan-perubahan yang dialami oleh bangsa
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Indonesia yang pada saat ini sedang memasuki era globalisasi. Oleh karena itu sering timbul adanya perubahan-perubahan yang dialami oleh bangsa Indonesia khususnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri-ciri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan pengarahan dalam rangka menjamin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah bagian generasi muda sebagai salah satu sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa, yang memiliki peranan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh dan, berkembang, dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa, yang harus dijaga untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh dan, berkembang, dan berpartisipasi
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,
BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. profesi maupun peraturan disiplin yang harus dipatuhi oleh setiap anggota Polri.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) merupakan lembaga yang menjalankan tugas kepolisian sebagai profesi, maka membawa konsekuensi adanya kode etik profesi maupun
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pelanggaran hak asasi manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum yang memiliki konstitusi tertinggi dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara hukum yang memiliki konstitusi tertinggi dalam tata urutan perundang-undangan yaitu Undang-Undang Dasar 1945. Undang- Undang dasar 1945 hasil
Lebih terperinciKODE ETIK PANITERA DAN JURUSITA
KODE ETIK PANITERA DAN JURUSITA KETENTUAN UMUM Pengertian PASAL 1 1. Yang dimaksud dengan kode etik Panitera dan jurusita ialah aturan tertulis yang harus dipedomani oleh setiap Panitera dan jurusita dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu kegiatan untuk menjaga dan mengawal hukum agar tetap tegak sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penegak hukum dalam konsep Negara hukum dijalankan untuk menjaga, mengawal dan searah dengan tujuan hukum dan tidak dilanggar oleh siapapun. Kegiatan penegak
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN SERUYAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN
BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini rasanya cukup relevan untuk membicarakan masalah polisi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini rasanya cukup relevan untuk membicarakan masalah polisi dan perubahan sosial, tidak hanya perubahan-perubahan yang berlangsung dengan intensif ditingkat
Lebih terperinciKEKERASAN YANG DILAKUKAN OKNUM POLISI DALAM MENJALANKAN TUGAS SEBAGAI BENTUK PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA
KEKERASAN YANG DILAKUKAN OKNUM POLISI DALAM MENJALANKAN TUGAS SEBAGAI BENTUK PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA Oleh : Bernadus Ardian Ricky M (105010100111087) KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan undang-undang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkawinan merupakan suatu lembaga suci yang bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan undang-undang perkawinan. Sudah menjadi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Sebagai bagian dari sistem transportasi nasional, Lalu. dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan masyarakat.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. diancam dengan pidana. Pembentuk undang-undang menggunakan perkataan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Jenis Tindak Pidana 1. Pengertian Tindak Pidana Tindak pidana adalah perbuatan melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PROFESI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
u PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PROFESI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perbuatan melanggar hukum.penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa yang memiliki peran strategis
Lebih terperinciBUPATI MOJOKERTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA
BUPATI MOJOKERTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YAN MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Negara Indonesia adalah negara bardasarkan hukum bukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Negara Indonesia adalah negara bardasarkan hukum bukan kekuasaan belaka. Hal ini berarti bahwa Republik Indonesia ialah negara hukum yang demokratis berdasarkan
Lebih terperinciPerbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan UU Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga
4 Perbedaan dengan UU Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga Bagaimana Ketentuan Mengenai dalam Undang Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga? Undang Undang Nomor
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, sehingga pembangunan tersebut harus mencerminkan kepribadian bangsa Indonesia termasuk membangun generasi
Lebih terperinciBUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL
BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciKEPALA LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
KEPALA LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI AMANAT PADA UPACARA PENUTUPANPENDIDIKAN ALIH GOLONGAN DARI BINTARA KE PERWIRA POLRI T.A. 2015 TANGGAL, 23 DESEMBER 2015 ASSALAMU ALAIKUM WR. WB. SALAM SEJAHTERA
Lebih terperinciBUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT
Menimbang : a. Mengingat : 1. BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejahatan merupakan suatu fenomena kompleks yang dapat dipahami dari segi yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar tentang
Lebih terperinci- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL
- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pelanggaran hak asasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan. diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang merupakan mutiara keluarga yang perlu dilindungi dan dijaga. Perlu dijaga karena dalam dirinya
Lebih terperinciA. Penerapan Bantuan Hukum terhadap Anggota Kepolisian yang. Perkembangan masyarakat, menuntut kebutuhan kepastian akan
BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PENERAPAN BANTUAN HUKUM DAN EFEKTIFITAS BANTUAN HUKUM BAGI ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA A. Penerapan Bantuan Hukum terhadap Anggota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Penjelasan Undang Undang Dasar 1945, telah dijelaskan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Penjelasan Undang Undang Dasar 1945, telah dijelaskan bahwa Negara Indonesia merupakan negara yang berdasarkan atas hukum dan tidak berdasar atas kekuasaan
Lebih terperinci