II TINJAUAN PUSTAKA. Domestikasi lazim dilakukan dengan budidaya yang bertujuan mendapatkan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "II TINJAUAN PUSTAKA. Domestikasi lazim dilakukan dengan budidaya yang bertujuan mendapatkan"

Transkripsi

1 7 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging Ayam pedaging yang saat ini dikembangkan peternak diseluruh dunia berasal dari ayam hutan liar yang didomestikasi sekitar 8000 tahun yang lalu. Domestikasi lazim dilakukan dengan budidaya yang bertujuan mendapatkan daging, telur, dan bibit yang lebih baik. Budidaya ayam secara komersial dimulai abad ke-19 yang secara bertahap menuju sistem modern. Ayam pedaging dapat menghasilkan daging relatif lebih banyak dalam waktu yang singkat. Ciri-ciri ayam pedaging adalah: 1. Ukuran badan ayam pedaging relatif besar, padat, dan berdaging penuh, 2. Bergerak lambat dan tenang, 3. Biasanya lebih lambat mengalami dewasa kelamin (Sudaryani dan Santosa, 1994). Jenis-jenis ayam ayam ras pedaging yang telah dikenal dan banyak beredar di Indonesia adalah jenis ayam ras unggul yang merupakan keturunan terakhir dari persilangan dari pejantan ras White Cornish yang berasal dari Inggris dengan induk betina ras Plymouth rock yang berasal dari Amerika. Hasil persilangan yang dikembangkan dari kedua ras tersebut menghasilkan Day Old Chick (DOC) yang mempunyai daya tumbuh baik dan produksi yang tinggi, terutama dalam hal kemampuan mengubah ransum menjadi daging dengan cepat dan juga efesien. Ayam pedaging umur satu sampai lima minggu memiliki tingkat pertumbuhan yang paling baik. Bobot jual pada umur lima atau enam minggu ayam pedaging telah mencapai 1,4kg-1,6kg /ekor. Ayam pedaging hanya memerlukan siklus waktu maksimum enam minggu dalam setiap satu periode pemeliharaannya (Rasyaf, 2004).

2 8 Selain itu, Fadilah (2004) menyatakan bahwa keunggulan ayam pedaging dilihat dari pertumbuhan berat badan yang terbentuk sangat didukung oleh : a. Temperatur udara lokasi peternakan stabil dan ideal untuk ayam ( C). b.teknik pemeliharaan yang baik (dihasilkan produk yang memberikan keuntungan maksimal). c. Kawasan peternakan terbebas dari hama penyakit Usaha Peternakan Ayam Pedaging Di Indonesia Pada umumnya peternakan ayam pedaging di Indonesia adalah peternakan yang berskala kecil dengan populasi rata-rata mencapai ekor (Rasyaf, 2008). Usaha peternakan ayam pedaging dengan skala tersebut sangatlah rentan terhadap perubahan harga ayam pedaging dipasaran sehingga peternak tersebut banyak yang mengalami kebangkrutan karena tidak bisa mengembalikan modal usahanya yang telah digunakan sebelumnya (Rasyaf, 1992). Periode usaha peternakan ayam pedaging ini dikatakan beroperasi mulai usia satu hari sejak ditetaskan dan mulai dipelihara maka itulah yang disebut awal masa produksi atau hari pertama produksi. Kemudian perjalanan produksi tujuh hari ke depan maka itulah yang disebut satu minggu produksi. Apabila minggu produksi itu dijalankan dalam kurun waktu 5 kali minggu produksi atau kurang lebih 35 hari maka itulah yang dinamakan masa produksi. Pada masa ini ayam sudah siap dijual karena ayam sudah mencapai bobot tubuh yang ideal untuk dipanen. Bila kegiatan ini diulang ulang maka tiap kali masa produksi dinamakan satu masa produksi. Antara satu masa produksi dengan satu masa produksi berikut ada masa kosong selama dua minggu, artinya selama dua minggu kandang yang

3 9 bersangkutan dikosongkan. Adapun tujuan dari pengosongan ini adalah untuk memutuskan siklus penyakit pada masa produksi sebelumnya ke masa produksi berikutnya (Rasyaf, 2004). Pada saat ini industri perunggasan di Indonesia berkembang sesuai dengan kemajuan perunggasan global yang mengarah kepada sasaran mencapai tingkat efisiensi usaha yang optimal, sehingga mampu bersaing dengan produkproduk unggas dari luar negeri. Pembangunan industri perunggasan menghadapi tantangan global yang mencakup kesiapan daya saing produk perunggasan, utamanya bila dikaitkan dengan lemahnya kinerja penyediaan bahan baku pakan, yang merupakan 60-70% dari biaya produksi (Rasyaf, 2004). Dalam upaya meningkatkan daya saing produk perunggasan pastinya ada tantangan dibalik semua itu adalah dari segi Sumber Daya Manusia (SDM) peternak ayam pedaging, kualitas dari DOC, dan kualitas pakan. Hal ini dilakukan dengan tetap memperhatikan faktor internal seperti menerapkan efisiensi usaha, meningkatkan kualitas produk, menjamin kontinuitas produk dan sesuai dengan permintaan pasar (Rasyaf, 2002) Sistem Pola Kemitraan Ayam Pedaging di Indonesia Menurut kamus besar Bahasa Indonesia kemitraan berasal dari kata mitra yang berarti teman, kawan, pasangan kerja dan rekan. Kemitraan merupakan perihal hubungan atau jalinan kerjasama sebagai mitra. Definisi lain diungkapkan oleh Hafsah (1999) yang menyatakan bahwa kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama, dengan prinsip saling mambutuhkan dan saling membesarkan. Karena merupakan strategi bisnis maka keberhasilan

4 10 kemitraan sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis. Definisi kemitraan menurut undang-undang dicantumkan dalam Undang- Undang No 9 tahun 1995 tentang Usaha Kecil, dijelaskan bahwa kemitraan adalah kerjasama usaha antara usaha kecil dengan usaha menengah atau dengan usaha besar, disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan memperlihatkan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan. Jika digabungkan maka didapatkan definisi kemitraan adalah jalinan kerjasama usaha yang merupakan strategi bisnis yang dilakukan antara dua pihak atau lebih dengan prinsip saling menguntungkan. Dalam kerjasama tersebut tersirat adanya satu pembinaan dan pengembangan. Hal ini dapat terlihat karena pada dasarnya masing-masing pihak pasti mempunyai kelemahan dan kelebihan, sehingga akan saling melengkapi antara kedua belah pihak yang bekerjasama. Bobo (2003) menyatakan bahwa tujuan utama kemitraan adalah untuk mengembangkan pembangunan yang mandiri dan berkelanjutan dengan landasan ekonomi dan struktur perekonomian yang kokoh dan berkeadilan dengan ekonomi kerakyatan sebagai tulang punggung utamanya. Permasalahan mendasar yang ada pada usaha kecil adalah kurangnya kemampuan manajemen dan profesionalisme serta terbatasnya akses terhadap permodalan, teknologi, dan jaringan pemasaran. Salah satu upaya untuk memecahkan masalah kesenjangan ini adalah melalui kemitraan usaha antara yang besar dan yang kecil, antara yang kuat dan yang lemah. Melalui kemitraan diharapkan akan dapat mengatasi kekurangan yang dimiliki masing-masing pihak

5 11 yang bermitra, serta sekaligus dapat mempercepat kemampuan yang berekonomi lemah dan meningkatkan pendapatan masyarakat (Suparta, 2001). Dalam Pola kemitraan peternak ayam pedaging dengan perusahaan ayam pedaging sudah diperkenalkan oleh pemerintah sejak tahun 1984 melalui Pola Inti Rakyat (PIR Perunggasan) yang merupakan tindak lanjut dari Keppres No. 50 tahun Inti dari Keppres No. 50 tahun 1981 itu adalah: (1) perusahaan peternakan ayam pedaging diperbolehkan bergerak pada industri hulu ayam pedaging (bibit, pakan, dan obat-obatan) dan atau pada industri hilir ayam pedaging (pemotongan, pedagangan ayam), sedangkan usaha budidaya ayam pedaging hanya untuk peternak rakyat, (2) skala usaha budidaya dibatasi (750 ekor/periode untuk ayam pedaging). Searah dengan bergulirnya era deregulasi dan debirokratisasi di Indonesia maka pemerintah mencabut Keppres No. 50 tahun 1981, maka pada tahun 1990 pemerintah mencoba melakukan restrukturasi dengan menerbitkan Keppres nomor 22/1990 tentang Pembinaan Usaha Peternakan Ayam Pedaging, yang pada intinya memberikan kesempatan usaha ayam pedaging yang tidak hanya ditujukan untuk usaha peternakan rakyat, tetapi juga mengijinkan untuk skala perusahaan dengan catatan mereka harus melakukan kemitraan dengan peternakan rakyat. Lebih lanjut, menurut Kepmentan nomor 472/1996 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Usaha Peternakan Ayam Pedaging, kemitraan dapat dilaksanakan dengan pola PIR (Perusahaan Inti Rakyat). Kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 44/1997 tentang kemitraan, menjelaskan bahwa kemitraan adalah kerjasama antara usaha kecil dengan usaha menengah dan/atau usaha besar disertai pembinaan oleh usaha menengah dengan memperhatikan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan kedua belah pihak.

6 12 Menurut (Poultry Indonesia, 2005), pembangunan ekonomi dengan pola kemitraan dapat dianggap sebagai usaha yang paling menguntungkan, terutama ditinjau dari pencapaian tujuan pembangunan jangka panjang. Hal ini didasari oleh perwujudan cita-cita pola kemitraan untuk melaksanakan sistem perekonomian gotong royong antara mitra yang kuat dari segi permodalan, pasar, dan kemampuan teknologi bersama peternak dengan modal usaha yang kecil dan tidak berpengalaman. Para pelaku kemitraan harus memiliki dasar-dasar etika dalam berbisnis yang dipahami dan dianut bersama sebagai titik tolak dalam menjalankan kemitraan. Semakin kuat pemahaman serta penerapan etika bisnis bagi pelaku kemitraan maka semakin kokoh fondasi kemitraan yang dibangunnya dan pada gilirannya akan memudahkan pelaksanaan kemitraan itu sendiri (Suparta, 2001). Pada kemitraan ayam pedaging perusahaan mitra contohnya Unggas Jaya Abadi, Mitra Sinar Jaya, Primatama Karya Persada (PKP), Ciomas, dan Patriot. Adapun syarat-syarat kemitraan: perusahaan yang sebagai inti memiliki kewajiban menyediakan sarana produksi berupa DOC, pakan dan obat-obatan, memberikan bimbingan teknis manajemen, mengolah dan/atau memasarkan hasil produksi peternakan, mengusahakan permodalan, sedangkan peternak sebagai plasma berkewajiban menyediakan tenaga kerja, kandang berserta peralatan didalamnya untuk melaksanakan budidaya ayam pedaging. Syarat-syarat keberhasilan hubungan kemitraan usaha peternakan ditentukan oleh beberapa hal (Suparta, 2001) : 1. Jujur (Kedua belah pihak harus bersikap jujur satu sama lain dalam mengemukakan dan menilai sesuatu, terutama proses hubungan kemitraan). 2. Disiplin (Kedua belah pihak harus disiplin dan

7 13 menjalankan hak dan kewajiban). 3. Terbuka (Kedua belah pihak harus selalu terbuka dalam menyampaikan dan menerima informasi). 4. Kerja keras (Kedua belah pihak harus sama-sama bekerja keras dalam melakukan tugas dan kewajiban). 5. Konskuen (Kedua belah pihak harus sama-sama konskuen dalam menjalankan apa yang menjadi kesepakatan bersama). 6. Konsisten (Kedua belah pihak harus tetap teguh dengan prinsip dan pendirian, tidak mudah terpengaruh isu yang belum tentu benar dan menguntungkan). 7. Komunikatif (Kedua belah pihak harus selalu menjaga hubungan dan komunikasi yang harmonis dan lancar). 8. Perjanjian kesepakatan (Perjanjian kerjasama dibuat atas dasar kesepakatan yang terlebih dahulu diawali dengan pembahasan dari segala aspek oleh kedua belah pihak, untuk bersama-sama memperoleh keuntungan yang sewajarnya Tujuan dan Manfaat Pola Kemitraan Pada dasarnya maksud dan tujuan dari pola kemitraan adalah konsep winwin solution partnership yang berarti kerjasama yang dilakukan memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak. Arti dari saling menguntungkan disini bukan berarti para partisipan dalam kemitraan tersebut harus memiliki kemampuan dan kekuatan yang sama, tetapi yang lebih dipentingkan adalah posisi tawar yang setara berdasarkan peran masing-masing. Ciri-ciri dari usaha kemitraan terhadap hubungan timbal balik bukan sebagai buruh majikan atau atasan dan bawahan melainkaan sebagai adanya pembagian resiko dan keuntungan yang proporsional, dan inilah kekuatan serta karakter usaha kemitraan (Suparta, 2001). Ia juga menyatakan bahwa dalam kondisi idealnya tujuan ini adalah ingin tercapainya pelaksanaan kemitraan secara lebih konkrit yaitu : 1. Meningkatkan pendapatan usaha kecil dan masyarakat; 2. Meningkatkan perolehan nilai tambah

8 14 bagi pelaku kemitraan; 3. Meningkatkan pemerataan, pemberdayaan masyarakat, dan usaha kecil; 4. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi perdesaan, wilayah, dan nasional; 5. Memperluas kesempatan kerja; 6. Meningkatkan ketahanan ekonomi nasional. Manfaat yang dapat dicapai dari pola kemitraan antara lain: 1). Produktivitas Bagi perusahaan yang lebih besar dengan model pola kemitraan akan dapat mengoperasionalkan kapasitas pabriknya secara full capacity tanpa perlu memiliki lahan dan tenaga kerja sendiri karena biaya untuk keperluan tersebut ditanggung oleh peternak. Bagi peternak sendiri dengan pola kemitraan ini, peningkatan produktivitas biasanya dicapai dengan simultas yaitu dengan cara menambah unsur input baik kualitas maupun kuantitasnya dalam jumlah tertentu akan diperoleh output dalam jumlah dan kualitas yang berlipat. Model pola kemitraan peternak dapat memperoleh tambahan input, kredit, dan penyuluhan yang disediakan oleh perusahaan inti. 2). Efesiensi Perusahaan dapat mencapai efesiensi dengan menghemat tenaga dalam mencapai target tertentu dengan tenaga kerja yang dimiliki peternak. Sebaliknya bagi peternak yang pada umumnya relative kurang dalam hal kemampuan teknologi dan sarana produksi, dengan bermitra akan dapat menghemat waktu produksi melalui teknologi produksi yang telah disediakan oleh perusahaan.

9 15 3). Jaminan Kualitas, Kuantitas, dan Kontinuitas Kualitas, kuantitas, dan kontinuitas sangat erat kaitannya dengan efesiensi dan produktivitas di pihak peternak yang menentukan terjaminnya pasokan pasar dan pada gilirannya menjamin keuntungan perusahaan. Ketiganya merupakan perekat pola kemitraan. Apabila berhasil, maka dapat menjaga keberlangsungan pola kemitraan ke arah yang lebih sempurna. 4). Resiko Dengan pola kemitraan diharapkan resiko yang besar dapat ditanggung bersama (risk sharing), tentunya secara proporsional sesuai dengan besarnya modal dan keuntungan yang akan diperoleh. Risk sharing mengandung makna senasib sepenanggungan sehingga eksistensi perusahaan yang bermitra menjadi lebih besar. 5). Memberikan dampak Sosial Pola kemitraan bukan hanya memberikan dampak positif bagi peningkatan keuntungan tetapi juga dapat memberikan dampak sosial (social benefit) yang cukup tinggi. Berarti Negara bisa terhindar dari kecemburuan sosial yang bisa berkembang menjadi gejolak sosial akibat adanya ketimpangan. Hal ini merupakan wujud dari keadilan sosial dan keadilan ekonomi sperti yang diamanatkan dalam UUD ). Ketahanan Ekonomi Nasional Usaha pola kemitraan berarti suatu upaya pemberdayaan yang lemah (peternak/usaha kecil). Dengan peningkatan pendapatan yang diikuti tingkat kesejahteraan dan sekaligus terciptanya pemerataan yang lebih baik, otomatis akan mengurangi biaya timbulnya kesenjangan ekonomi antar pelaku yang

10 16 terlibat dalam pola kemitraan yang pada gilirannya mampu meningkatkan ketahanan ekonomi secara nasional. Salah satu manfaat terpenting yang dapat dirasakan peternak plasma adalah meningkatnya pengetahuan dan keterampilan peternak. Manfaat yang lainya dirasakan peternak adalah : 1. Jaminan pengadaan sapronak yang pembayarannya diperhitungkan dari penjualan hasil panen; 2. Mendapat jaminan kelancaran pemasaran hasil; 3. Mendapat jaminan pendapatan dari penjualan hasil. Manfaat yang dirasakan perusahaan adalah : 1. Terjadinya stabilitas produksi yang menjamin kontinuitas supplay ayam ke pasar; 2. Meningkatnya efesiensi dan kinerja perusahaan; 3. Menciptakan perluasan dan kepastian pasar sapronak; 4. Menghasilkan ayam dengan harga kompetitif; 5. Terhindar dari resiko penjarahan masa akibat kecemburuan sosial kepada perusahaan Faktor-faktor Produksi Peternakan Ayam Pedaging Faktor produksi merupakan berbagai input yang diperlukan dalam menjalankan proses produksi. Input diproses untuk kemudian diubah menjadi output. Faktor produksi terdiri atas DOC, pakan, obat, vaksin, vitamin, sekam, listrik, air, minyak tanah/gas LPG dan tenaga kerja (Murtidjo, 1992) DOC DOC adalah anak ayam usia satu hari. Bobot anak ayam pada usia ini berkisar gram. Anak ayam yang sehat memiliki ciri memiliki mata yang cerah bercahaya, aktif terlihat segar, tidak memperlihatkan cacat fisik, dan tidak ada tinja yang melekat pada duburnya (Rasyaf, 2008).

11 17 Cahyono (2004) menyatakan bahwa umumnya jenis-jenis ayam pedaging yang telah banyak dikenal dan beredar di Indonesia adalah jenis ayam ras unggul yang merupakan turunan terakhir hasil perkawinan silang dari pejantan ras White cornish yang berasal dari Inggris dengan induk betina ras Plymouth rock yang berasal dari Amerika. Hasil perkawinan silang yang dikembangbiakan dari kedua ras tersebut menghasilkan DOC yang mempunyai daya tumbuh dan produksi yang tinggi terutama dalam hal kemampuan mengubah pakan menjadi daging dengan cepat dan hemat Ransum / Pakan Pakan atau ransum merupakan kumpulan bahan makanan yang layak dikonsumsi oleh ayam dan sudah disusun mengikuti aturan yang berlaku dalam penyusunan pakan. Rasyaf (2002) menyatakan bahwa ransum starter adalah ransum atau pakan yang memiliki kandungan protein tinggi untuk merangsang sel-sel pertumbuhan dalam tubuh ayam, ransum atau pakan ini diberikan pada ayam berumur satu sampai dua minggu, umumnya biaya untuk pembelian ransum adalah 60-70% dari keseluruhan total biaya produksi. Ayam pedaging membutuhkan energi yang lebih tinggi (lebih dari 3000 kkal per kg ransum). Cahyono (2004) menambahkan dalam hal ransum yang harus diberikan untuk anak ayam sampai umur empat minggu, pakan harus mengandung protein sebanyak 21-24%, lemak 2,5%, serat kasar 4%, kalsium 1%, phosphor 0,7-0,9%, dan energi (ME) kkal. Menurut Effendy (2004), Feed Convertion Ratio adalah suatu ukuran yang menyatakan ratio jumlah pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1kg daging ayam. Contohnya nilai FCR=1,6 artinya untuk memproduksi 1kg daging ayam

12 18 dalam usaha peternakan maka dibutuhkan 1,6kg pakan. Semakin besar nilai FCR, maka semakin banyak pakan yang dibutuhkan untuk memproduksi 1kg daging ayam Operasional (Tenaga kerja, Listrik, Air, Sekam, dan Gas LPG) Operasional merupakan komponen produksi usaha peternakan yang tidak bisa dipisahkan, biaya operasional ini meliputi tenaga kerja, listrik, air, sekam, gas atau minyak. Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk pemeliharaan ekor ayam itu hanya dibutuhkan satu orang dengan gaji Rp 200 /ekor. Kemudian peternak memerlukan sekam untuk alas atau litter dan harga sekam per karung berkisar dari Rp7.000 sampai Rp peternak memerlukan sekam sekitar 30 karung. Gas LPG dibutuhkan untuk bahan bakar pemanas yang digunakan pada saat anak ayam masih kecil umurnya 0-1 minggu dan lama penggunaan pemanas ini adalah 1 minggu, peternak menggunakan gas sebanyak 7 tabung berukuran 12kg yang harganya Rp /tabung. Tenaga kerja adalah sumber daya manusia yang diperlukan untuk mengelola proses produksi. Kualitas sumber daya manusia yang digunakan mempengaruhi kualitas ternak yang dihasilkan (Rasyaf, 2008) Kandang Syarat-syarat kandang yang baik menurut Cahyono (2004) antara lain: (a) kandang harus dibuat kuat agar dapat dipakai dalam waktu yang lama, dan tidak mudah roboh karena angin kencang; (b) dinding kandang tidak rapat tetapi harus terbuka, kawat atau jeruji-jeruji bambu yang lubangnya tidak memungkinkan hewan pemangsa dapat masuk; (c) ruang ventilasi dapat ditambahkan dengan membuat sistem monitor dan dapat menggunakan kipas angin yang berfungsi

13 19 menyedot udara kotor dalam kandang atau mengalirkan udara segar masuk ke dalam kandang; (d) ukuran/luas kandang tergantung dari jumlah ayam yang akan dipelihara. Koefisien teknis kepadatan ayam dewasa per m persegi adalah 10 ekor; (e) selokan/parit sebaiknya dibuatkan di sekeliling kandang. Hal ini penting agar pembuangan air tidak menggenang; (f) kandang hendaknya dibangun di atas tanah yang lebih tinggi dari tanah sekitarnya agar udara dapat berputar dan bergerak bebas melintasi kandang sehingga peredaran udara dapat berjalan dengan baik; (g) jarak antar kandang juga harus mendapat perhatian karena dapat mempengaruhi sirkulasi udara, tingkat kelembaban, dan temperature di dalam kandang Peralatan Ayam yang dipelihara secara intensif dengan cara dikandangkan secara terus menerus sepanjang hari sampai dengan ayam siap untuk dipanen oleh karena itu, untuk menunjang keberhasilan produksi diperlukan peralatan-peralatan teknis yang memadai seperti: tempat pakan dan minum, alat pemanas, dan peralatan lainnnya. Tempat pakan dan minum. Fadilah (2004) menyatakan bahwa beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengawasan pekerjaan sehari-hari adalah tata letak tempat pakan. Tempat pakan ada yang diletakkan dalam satu baris atau berselang seling dengan tempat minum. Kebutuhan tempat pakan dan minum tergantung dari jumlah ayam yang dipelihara dan umur ayam. Pemeliharaan awal dengan jumlah ekor DOC, diperlukan tempat pakan sebanyak 8 buah dan tempat minum sebanyak 10 buah, sedangkan pada pemeliharaan akhir dengan jumlah ayam ekor itu memerlukan tempat pakan sebanyak 24 buah dan tempat minum sebanyak 12 buah (Cahyono, 2004).

14 20 Alat pemanas. Alat pemanas berfungsi sebagai induk buatan yang memberi kehangatan bagi ayam (DOC). Alat ini digunakan untuk pemeliharaan masa awal (starter) yang berlangsung selama 14 hari dimana ayam masih memerlukan pemanasan dalam hidupnya. Salah satu alat pemanas adalah Gasolec yang sudah beredar di toko-toko unggas. Sumber panas pada Gasolec berasal dari gas, oleh karenanya penggunaannya harus dilengkapi dengan tabung gas. Alat pemanas ini hendaknya diletakkan ditengah-tengah dengan ketinggian 1,30-1,50 m dari permukaan litter (Cahyono, 2004). Peralatan lain. Menurut Fadilah (2004) peralatan lain yang berhubungan dengan kegiatan sehari-hari seperti drum air, ember, garpu pembalik sekam, dan gerobak pengangut pakan, Cahyono (2004) menambahkan bahwa peralatan lainnya yang perlu disediakan untuk mendukung kelancaran usaha ternak ayam ras pedaging adalah sekop, ember, selang air, kawat atau tali, alat semprot dan lain-lain Biaya Produksi Menurut Boediono (2000) biaya produksi mencakup pengukuran nilai sumberdaya yang harus dikorbankan sebagai akibat dari aktivitas-aktivitas yang bertujuan mencari keuntungan. Berdasarkan volume kegiatan, biaya produksi dibedakan atas biaya tetap dan biaya variabel. Widjadja (2003) menyatakan bahwa biaya tetap adalah besarnya biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi yang jumlahnya tetap pada volume kegiatan tertentu. Rasyaf (2002) juga mengemukakan bahwa biaya tetap merupakan biaya yang tidak berubah dengan ada atau tidaknya ayam dikandang. Sekalipun peternakan sedang dalam keadaan kosong, biaya ini harus tetap

15 21 dikeluarkan. Biaya tetap dalam usaha peternakan adalah depresiasi atau penyusutan alat dan bunga modal. Biaya penyusutan (depreciation cost), adalah biaya yang timbul akibat terjadinya pengurangan nilai barang investasi (asset) sebagai akibat penggunaannya dalam proses produksi. Setiap barang investasi yang dipakai dalam proses produksi akan mengalami penyusutan nilai, baik karena makin usang atau karena mengalami kerusakan fisik. Nilai penyusutan barang investasi, seperti kandang, gudang, dan peralatan, disebut sebagai biaya penyusutan (Soekartawi, 2006). Salah satu metode yang paling umum digunakan adalah metode penyusutan garis lurus (straight line method) dimana jumlah historis yang sama dikurangi setiap tahun. Pada umumnya analisis biaya dilakukan untuk satu kurun waktu tertentu, misalnya satu tahun anggaran, maka untuk itu perlu dicari nilai biaya investasi setahun, sehingga biaya investasi itu dapat digabung dengan biaya operasional (tenaga kerja, listrik, air, sekam, gas LPG). Rasyaf (2002) mengemukakan bahwa biaya variabel merupakan biaya yang berhubungan langsung dengan jumlah ayam yang dipelihara. Semakin banyak jumlah seluruh ayam akan semakin besar pula biaya variabelnya, begitu pula sebaliknya. Biaya variabel terdiri atas biaya ransum, biaya bibit, biaya pemeliharaan, dan biaya kesehatan ayam. Biaya variabel disebut juga biaya operasi, biaya ini selalu berubah tergantung kepada besar kecilnya produksi. Biaya variabel meliputi biaya bibit, biaya ransum, upah tenaga kerja, obat-obatan, dan bahan bakar (Boediono, 2000) Biaya tetap terdiri dari penyusutan kandang sebesar 1,1% dan penyusutan peralatan sebesar 0,3%. Total biaya tetap sebesar 1,4%. Biaya variabel terdiri dari

16 22 biaya pakan sebesar 69%, DOC 23,3%, obat-obatan 3,3%, upah tenaga kerja 1,6%, bahan bakar 0,5%, sekam 0,5%, listrik dan air 0,2%, dan sanitasi 0,2%. Total biaya variabel sebesar 98,6% dari biaya produksi. (Pakarti, 2000) 2.7. Penerimaan Usaha peternakan Ayam Pedaging Besarnya penerimaan dari proses produksi dapat ditentukan dengan mengalikan produk yang dihasilkan dengan harga produk tersebut. Secara umum semakin besar produksi yang dihasilkan, akan menyebabkan semakin besar pula penerimaan atau sebaliknya (Bishop & Toussaint, 1997). Penerimaan hasil produksi diatas akan memberikan keuntungan bagi peternak ayam pedaging apabila harga kontrak dari perusahaan dan bobot ayam pedaging itu sudah memenuhi standar bobot badan yang diterima diperusahaan Pendapatan Usaha Peternakan Ayam Pedaging Menurut Soekartawi (2006), pendapatan usaha adalah selisih antara penerimaan dan pengeluaran. Penerimaan dihitung dengan mengalikan produk atau output dan harga yang berlaku diperusahaan. Sedangkan pengeluaran suatu usaha adalah nilai semua biaya yang habis dipakai atau dikeluarkan dalam proses produksi. Pendapatan adalah penerimaan hasil penjualan output dikurangi seluruh biaya pengeluaran peternak dalam usaha peternakannya Break Even Point (BEP) dan Revenue Cost Ratio (R/C Ratio) Break Even Point (BEP) atau nilai impas adalah suatu teknis analisis untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan, volume penjualan. BEP dalam penelitian merupakan pengukuran dimana kapasitas riil pengolahaan bahan baku menjadi output menghasilkan total penerimaan (Revenue) yang sama dengan pengeluaran (Soekartawi, 2006).

17 23 Revenue Cost Ratio (R/C Ratio) bertujuan untuk mengukur efesiensi input dan output, dengan menghitung perbandingan antara penerimaan total dengan biaya produksi total usaha peternakan.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Definisi Kemitraan Definisi kemitraan diungkapkan oleh Hafsah (1999) yang menyatakan bahwa kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan umum Ayam Broiler. sebagai penghasil daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada umur relatif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan umum Ayam Broiler. sebagai penghasil daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada umur relatif 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan umum Ayam Broiler Ayam broiler adalah istilah untuk menyebut strain ayam hasil budidaya teknologi yang memiliki sifat ekonomis, dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang PENDAHULUAN Latar Belakang Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang sering diterapkan di pedesaan terutama di daerah yang memiliki potensi memelihara ayam broiler. Pola kemitraan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN

VII. ANALISIS PENDAPATAN VII. ANALISIS PENDAPATAN 7.1. Biaya Produksi Usahatani dianalisis dengan cara mengidentifikasikan penggunaan sarana produksi (input). Sarana produksi yang digunakan antara peternak mitra dan peternak non

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umumnya dipanen pada umur 5 6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umumnya dipanen pada umur 5 6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Ras Pedaging (Broiler) Ayam Ras pedaging (Broiler) adalah ayam jantan dan betina muda yang umumnya dipanen pada umur 5 6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil daging

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Budidaya Ayam Ras Pedaging Ayam ras pedaging atau ayam broiler merupakan bangsa unggas yang arah kemampuan utamanya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. tentang Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian, yang menyatakan bahwa kemitraan

II. TINJAUAN PUSTAKA. tentang Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian, yang menyatakan bahwa kemitraan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kemitraan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 940/Kpts/OT.210/10/97 tentang Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian, yang menyatakan bahwa kemitraan usaha pertanian adalah

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Peneilitian Penelitian ini dilakukan di Kelompok Ternak Cibinong yang bermitra dengan CV Tunas Mekar Farm (TMF) di Kecamatan Ciluar, Kabupaten Bogor, Provinsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan gizi tersebut, masyarakat akan cenderung mengonsumsi daging unggas

Lebih terperinci

II. ISI 2.1. Pra Produksi Penyiapan Sarana (Kandang) Persiapan peralatan dan ayam

II. ISI 2.1. Pra Produksi Penyiapan Sarana (Kandang) Persiapan peralatan dan ayam I. PENDAHULUAN Usaha peternakan ayam ras petelur saat ini berkembang sangat pesat, baik dari segi skala usaha maupun dari jumlah peternakan yang ada. Beberapa alasan peternak untuk terus menjalankan usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pembangunan pertanian pada masa sekarang adalah dengan meletakkan masyarakat sebagai pelaku utama (subyek pembangunan), bukan lagi sebagai obyek pembangunan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FINANSIAL

VII. ANALISIS FINANSIAL VII. ANALISIS FINANSIAL Usaha peternakan Agus Suhendar adalah usaha dalam bidang agribisnis ayam broiler yang menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Skala usaha peternakan Agus Suhendar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Break Even Point adalah titik pulang pokok dimana total revenue = total

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Break Even Point adalah titik pulang pokok dimana total revenue = total 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Break Even Point (BEP) Break Even Point adalah titik pulang pokok dimana total revenue = total cost. Terjadinya titik pulang pokok tergantung pada lama arus penerimaan sebuah

Lebih terperinci

[Pengelolaan dan Evaluasi Kegiatan Agribisnis Ternak Unggas]

[Pengelolaan dan Evaluasi Kegiatan Agribisnis Ternak Unggas] SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN [AGRIBISNIS TERNAK UNGGAS] [Pengelolaan dan Evaluasi Kegiatan Agribisnis Ternak Unggas] [Endang Sujana, S.Pt., MP.] KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Wajib menjaga kelestarian lingkungan.

Wajib menjaga kelestarian lingkungan. I. PENDAHULUAN A. Rencana Usaha Peningkatan jumlah populasi penduduk mengakibatkan meningkatnya kenutuhan sumber makanan. salah satu jenis makanan yang mengandung gizi yang lengkap adalah daging. Salah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbunan daging baik, dada lebih besar dan kulit licin (Siregar et al, 1981).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbunan daging baik, dada lebih besar dan kulit licin (Siregar et al, 1981). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Ayam broiler adalah ayam hasil dari rekayasa teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam yang berasal dari hasil genetik yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam yang berasal dari hasil genetik yang 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Ayam broiler merupakan ayam yang berasal dari hasil genetik yang memiliki karakteristik secara ekonomis dengan pertumbuhan yang cepat sebagai ayam penghasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Agribisnis peternakan memberikan banyak kontribusi bagi bangsa Indonesia yaitu sebagai penyedia lapangan pekerjaaan dan berperan dalam pembangunan. Berdasarkan data statistik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Jantan Tipe Medium Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping (by product) berupa anak ayam jantan petelur. Biasanya, satu hari setelah

Lebih terperinci

I Peternakan Ayam Broiler

I Peternakan Ayam Broiler I Peternakan Ayam Broiler A. Pemeliharaan Ayam Broiler Ayam broiler merupakan ras ayam pedaging yang memiliki produktivitas tinggi. Ayam broiler mampu menghasilkan daging dalam waktu 5 7 minggu (Suci dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat potensial dikembangkan. Hal ini tidak lepas dari berbagai keunggulan

BAB I PENDAHULUAN. sangat potensial dikembangkan. Hal ini tidak lepas dari berbagai keunggulan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Usaha peternakan ayam potong merupakan salah satu jenis usaha yang sangat potensial dikembangkan. Hal ini tidak lepas dari berbagai keunggulan yang dimiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Teknologi mempunyai peran penting dalam upaya meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Teknologi mempunyai peran penting dalam upaya meningkatkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknologi mempunyai peran penting dalam upaya meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Menurut Xiaoyan dan Junwen (2007), serta Smith (2010), teknologi terkait erat dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agroindustri adalah usaha untuk mengolah bahan baku hasil pertanian menjadi berbagai produk yang dibutuhkan konsumen (Austin 1981). Bidang agroindustri pertanian dalam

Lebih terperinci

ANALISIS PERFORMA PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER DENGAN SISTEM PEMELIHARAAN CLOSED HOUSE

ANALISIS PERFORMA PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER DENGAN SISTEM PEMELIHARAAN CLOSED HOUSE ANALISIS PERFORMA PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER DENGAN SISTEM PEMELIHARAAN CLOSED HOUSE POLA KEMITRAAN (Studi Kasus di Peternakan Plasma Sri Budi Ratini, Desa Candikusuma, Kecamatan Melaya,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap

I. PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peningkatan jumlah penduduk serta semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap tahunnya. Konsumsi protein

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam penghasil daging dalam jumlah yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam penghasil daging dalam jumlah yang 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Pembibit Ayam broiler merupakan ayam penghasil daging dalam jumlah yang banyak dengan waktu yang cepat. Tipe ayam pembibit atau parent stock yang ada sekarang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Menurut Murtidjo (2006), ayam broiler adalah istilah untuk menyebut strain ayam hasil budidaya teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis, dengan ciri khas pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan subsektor dari pertanian yang berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani. Kebutuhan masyarakat akan hasil ternak seperti daging,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan

II. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Jantan Tipe Medium Berdasarkan bobot maksimum yang dapat dicapai oleh ayam terdapat tiga tipe ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan (Babcock,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik Ayam Pedaging BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ayam pedaging adalah ayam jantan dan betina muda yang berumur dibawah 8 minggu ketika dijual dengan bobot tubuh tertentu, mempunyai pertumbuhan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan usaha peternakan unggas di Sumatera Barat saat ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan usaha peternakan unggas di Sumatera Barat saat ini semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan usaha peternakan unggas di Sumatera Barat saat ini semakin pesat dan memberikan kontribusi besar dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani. Unggas khususnya

Lebih terperinci

KEMITRAAN USAHA AYAM RAS PEDAGING: KAJIAN POSISI TAWAR DAN PENDAPATAN TESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Magister

KEMITRAAN USAHA AYAM RAS PEDAGING: KAJIAN POSISI TAWAR DAN PENDAPATAN TESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Magister KEMITRAAN USAHA AYAM RAS PEDAGING: KAJIAN POSISI TAWAR DAN PENDAPATAN TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Magister PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN AGRIBISNIS Diajukan oleh :

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia Perkembangan ayam broiler di Indonesia dimulai pada pertengahan dasawarsa 1970-an dan mulai terkenal pada awal tahun 1980-an. Laju perkembangan

Lebih terperinci

ANALISIS BREAK EVEN POINT USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL

ANALISIS BREAK EVEN POINT USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL On Line at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj ANALISIS BREAK EVEN POINT USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL Analysis Of Break Even Point at Broiler Farm In

Lebih terperinci

Lokakarya Fungsional Non Peneiti 1997 Sistem Perkandangan 1. Dari umur sehari sampai dengan umur 2 mingggu digunakan kandang triplek + kawat ukuran 1

Lokakarya Fungsional Non Peneiti 1997 Sistem Perkandangan 1. Dari umur sehari sampai dengan umur 2 mingggu digunakan kandang triplek + kawat ukuran 1 ANALISA USAHA PENGGEMUKAN AYAM BURAS DENGAN SISTEM PEMELIHARAAN SECARA INTENSIF Erwanto Balai Penelitian Ternak Ciawi, P.O. Box 221, Bogor 16002 Bahan PENDAHULUAN Ayam buras merupakan ayam lokal yang banyak

Lebih terperinci

VI POLA KEMITRAAN. Perusahaan Inti DUF. Perusahaan Pemasok Sapronak

VI POLA KEMITRAAN. Perusahaan Inti DUF. Perusahaan Pemasok Sapronak VI POLA KEMITRAAN Dramaga Unggas Farm merupakan perusahaan kemitraan ayam broiler yang didirikan pada tanggal 17 Juli 2009. Lokasi kantor perusahaan ini berada di Jl. Raya Dramaga KM 8, Kecamatan Dramaga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsk) dalam Ransum sebagai Subtitusi Tepung Ikan Terhadap Konsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Ayam broiler merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging. Ayam

Lebih terperinci

PROFIL USAHATANI UNGGAS DI KABUPATEN BREBES (STUDI KASUS)

PROFIL USAHATANI UNGGAS DI KABUPATEN BREBES (STUDI KASUS) PROFIL USAHATANI UNGGAS DI KABUPATEN BREBES (STUDI KASUS) A. PRASETYO dan MURYANTO Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah Bukit Tegalepek, Sidomulyo PO. Box 101, Ungaran ABSTRAK Kabupaten Brebes

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sifat mengeram lagi (Sudarmono, 2003). Ayam tipe petelur memiliki karakteristik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sifat mengeram lagi (Sudarmono, 2003). Ayam tipe petelur memiliki karakteristik 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Petelur Ayam petelur merupakan jenis ayam yang paling efisien untuk diternakkan sebagai penghasil telur. Ayam petelur dikenal mempunyai ukuran badan yang kecil dan sangat

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Usaha peternakan Ayam Broiler

II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Usaha peternakan Ayam Broiler II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha peternakan Ayam Broiler Ayam ras merupakan jenis ras unggul dari hasil persilangan antara bangsabangsa ayam yang dikenal memiliki daya produktivitas yang tinggi terhadap produksi

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana Peternakan Maju Bersama dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Untuk menilai layak atau tidak usaha tersebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perunggasan merupakan komoditi yang secara nyata mampu berperan dalam pembangunan nasional, sebagai penyedia protein hewani yang diperlukan dalam pembangunan

Lebih terperinci

Nama : MILA SILFIA NIM : Kelas : S1-SI 08

Nama : MILA SILFIA NIM : Kelas : S1-SI 08 Nama : MILA SILFIA NIM : 11.12.5933 Kelas : S1-SI 08 Permintaan daging ayam kampung cenderung mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Hal ini disebabkan oleh kesadaran sebagian masyarakat untuk mengkonsumsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan baru

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan baru 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perkembangan dunia peternakan saat ini khususnya perunggasan di Indonesia semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan baru peternakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Pengembangan Usaha Ternak Ayam Buras di Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Pengembangan Usaha Ternak Ayam Buras di Indonesia II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Pengembangan Usaha Ternak Ayam Buras di Indonesia Beberapa penelitian yang mengkaji permasalahan usaha ternak ayam buras banyak menunjukkan pertumbuhan produksi ayam

Lebih terperinci

MANFAAT KEMITRAAN USAHA

MANFAAT KEMITRAAN USAHA MANFAAT KEMITRAAN USAHA oleh: Anwar Sanusi PENYULUH PERTANIAN MADYA pada BAKORLUH (Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian,Perikanan dan Kehutanan Prov.NTB) Konsep Kemitraan adalah Kerjasama antara usaha

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dengan kondisi agroekosistem suatu tempat. Di lingkungan-lingkungan yang paling

TINJAUAN PUSTAKA. dengan kondisi agroekosistem suatu tempat. Di lingkungan-lingkungan yang paling TINJAUAN PUSTAKA Kambing Etawa Kambing sangat digemari oleh masyarakat untuk diternakkan karena ukuran tubuhnya tidak terlalu besar, perawatannya mudah, cepat berkembang biak, jumlah anak perkelahiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam menopang perekononiam masyarakat. Pembangunan sektor

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam menopang perekononiam masyarakat. Pembangunan sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang memiliki peranan penting dalam menopang perekononiam masyarakat. Pembangunan sektor ini dapat diwujudkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan untuk menyeleksi pejantan dan betina yang memiliki kualitas tinggi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan untuk menyeleksi pejantan dan betina yang memiliki kualitas tinggi 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemeliharaan Ayam Salah satu syarat keberhasilan dalam pemeliharaan pembibitan ayam yaitu kemampuan untuk menyeleksi pejantan dan betina yang memiliki kualitas tinggi untuk

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Produktivitas ayam petelur selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga

1. PENDAHULUAN. Produktivitas ayam petelur selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Produktivitas ayam petelur selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Salah satu faktor lingkungan yang penting diperhatikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan manusia. Untuk meningkatkan produktivitas ternak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan manusia. Untuk meningkatkan produktivitas ternak 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Peternakan adalah suatu kegiatan usaha untuk meningkatkan biotik berupa hewan ternak dengan cara meningkatkan produksi ternak yang bertujuan untuk memenuhi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Dasar Risiko Berbagai definisi dapat diberikan kepada kata risiko itu. Namun, secara sederhana artinya senantiasa mengena dengan kemungkinan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam ras petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam ras petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Petelur Fase Grower Ayam ras petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras dan tidak boleh disilangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan protein hewani mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi bagi kesehatan. Salah satu

Lebih terperinci

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Manajemen Usaha Ternak Saragih (1998) menyatakan susu merupakan produk asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan yang ada didalamnya

Lebih terperinci

VI. PELAKSANAAN KEMITRAAN

VI. PELAKSANAAN KEMITRAAN VI. PELAKSANAAN KEMITRAAN 6.1. Pola Kemitraan CV TMF Kemitraan antara peternak ayam di daerah Cibinong pada dasarnya adalah sama dengan semua kemitraan yang dijalankan di semua daerah kemitraan CV TMF.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontribusi sektor peternakan terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional antara tahun 2004-2008 rata-rata mencapai 2 persen. Data tersebut menunjukkan peternakan memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. populasi, produktifitas, kualitas, pemasaran dan efisiensi usaha ternak, baik

BAB I PENDAHULUAN. populasi, produktifitas, kualitas, pemasaran dan efisiensi usaha ternak, baik BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan sektor pertanian dalam arti luas yang bertujuan untuk pemenuhan pangan dan gizi serta menambah

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA (Studi Kasus Peternak Plasma dari Tunas Mekar Farm di Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor, Jawa Barat) SKRIPSI MUHAMAD LUCKY MAULANA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Perusahaan CV Cipta Usaha Sejahtera Cipta Usaha Sejahtera ( CV CUS ) merupakan perusahaan kemitraan Ayam Pedaging yang berdiri sejak tahun 2002 dengan No izin usaha

Lebih terperinci

TERNAK AYAM KAMPUNG PELUANG USAHA MENGUNTUNGKAN

TERNAK AYAM KAMPUNG PELUANG USAHA MENGUNTUNGKAN TERNAK AYAM KAMPUNG PELUANG USAHA MENGUNTUNGKAN Peluang di bisnis peternakan memang masih sangat terbuka lebar. Kebutuhan akan hewani dan produk turunannya masih sangat tinggi, diperkirakan akan terus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan cepat, kulit putih dan bulu merapat ke tubuh (Suprijatna et al., 2005).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan cepat, kulit putih dan bulu merapat ke tubuh (Suprijatna et al., 2005). 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Ayam ras merupakan ayam yang mempunyai sifat tenang, bentuk tubuh besar, pertumbuhan cepat, kulit putih dan bulu merapat ke tubuh (Suprijatna et al., 2005).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase 38 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase Terfermentasi Terhadap Konsumsi Pakan, Konversi Pakan dan Pertambahan Bobot

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum sebagai substitusi bungkil kedelai terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot

Lebih terperinci

D Praditia, W. Sarengat dan M. Handayani* Program S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan PertanianUniversitas Diponegoro Semarang

D Praditia, W. Sarengat dan M. Handayani* Program S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan PertanianUniversitas Diponegoro Semarang On Line at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj EFISIENSI PRODUKSI PETERNAKAN AYAM PEDAGING RISKI JAYA ABADI KEBUMEN DITINJAU DARI EFISIENSI MANAJEMEN,TEKNIS DAN EKONOMIS Production Efficiency

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Ayam Ras petelur Ayam ras petelur merupakan tipe ayam yang secara khusus menghasilkan telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit atau parent stock (PS) adalah ayam penghasil final stock

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit atau parent stock (PS) adalah ayam penghasil final stock 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pembibit Ayam pembibit atau parent stock (PS) adalah ayam penghasil final stock dan merupakan hasil pemeliharaan dengan metode perkawinan tertentu pada peternakan generasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%.

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Onggok Kering Terfermentasi Probiotik dalam Ransum Terhadap Konsumsi Pakan, Pertambahan Bobot Badan Ayam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari strain-strain hasil produk dari perusahaan pembibitan. Ayam ras

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari strain-strain hasil produk dari perusahaan pembibitan. Ayam ras 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Petelur Ayam ras petelur yang banyak dipelihara saat ini adalah ayam ras petelur yang berasal dari strain-strain hasil produk dari perusahaan pembibitan. Ayam ras petelur

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh frekuensi dan periode pemberian pakan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh frekuensi dan periode pemberian pakan 10 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian mengenai pengaruh frekuensi dan periode pemberian pakan terhadap potongan komersial karkas ayam buras super (persilangan ayam Bangkok dengan ayam ras petelur Lohman)

Lebih terperinci

KONTRIBUSI USAHA PETERNAKAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH

KONTRIBUSI USAHA PETERNAKAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH KONTRIBUSI USAHA PETERNAKAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH Hanny Siagian STIE Mikroskil Jl. Thamrin No. 112, 124, 140 Medan 20212 hanny@mikroskil.ac.id Abstrak Usaha peternakan memberi kontribusi terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu daging yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, karena banyak mengandung protein dan zat-zat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein

I. PENDAHULUAN. Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein hewani yang dibutuhkan bagi hidup, tumbuh dan kembang manusia. Daging, telur, dan

Lebih terperinci

V. KELEMBAGAAN KEMITRAAN USAHATERNAK AYAM RAS PEDAGING

V. KELEMBAGAAN KEMITRAAN USAHATERNAK AYAM RAS PEDAGING V. KELEMBAGAAN KEMITRAAN USAHATERNAK AYAM RAS PEDAGING 5.1. Profil Perusahaan Inti Perusahaan inti yang beroperasi di Kabupaten Karanganyar terdiri dari empat perusahaan yaitu Gema Usaha Ternak (anak cabang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggul dari tetuanya. Ayam pembibit terbagi atas 4 yaitu ayam pembibit Pure

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggul dari tetuanya. Ayam pembibit terbagi atas 4 yaitu ayam pembibit Pure 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pembibit Ayam bibit adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan keturunan yang mempunyai kualitas genetik yang sama atau lebih unggul dari tetuanya.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. daging yang baik dan banyak. Ciri khasdaging broilerdibanding daging jenis

II. TINJAUAN PUSTAKA. daging yang baik dan banyak. Ciri khasdaging broilerdibanding daging jenis 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik broiler Rasyaf (2002) broiler adalah ayam jantan dan betina muda yang dijual pada umur dibawah delapan minggu dengan bobot tubuh tertentu, mempunyai pertumbuhan

Lebih terperinci

Budidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau.

Budidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau. Budidaya dan Pakan Ayam Buras Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau. PENDAHULUAN Ayam kampung atau ayam bukan ras (BURAS) sudah banyak dipelihara masyarakat khususnya masyarakat

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan protein hewani,

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan protein hewani, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan protein hewani, mengakibatkan meningkatnya produk peternakan. Broiler merupakan produk peternakan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging,

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging, 1 BAB I PENDAHULUAN Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging, mengalami pasang surut, terutama pada usaha kemitraan. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya fluktuasi harga

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil budidaya teknologi peternakan yang memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas pertumbuhan yang cepat,

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR Abel Gandhy 1 dan Dicky Sutanto 2 Surya University Tangerang Email: abel.gandhy@surya.ac.id ABSTRACT The

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN AYAM KUB pada Visitor Plot Aneka Ternak BPTP NTB. Totok B Julianto dan Sasongko W R

PERKEMBANGAN AYAM KUB pada Visitor Plot Aneka Ternak BPTP NTB. Totok B Julianto dan Sasongko W R PERKEMBANGAN AYAM KUB pada Visitor Plot Aneka Ternak BPTP NTB Totok B Julianto dan Sasongko W R Ayam KUB Ayam kampung atau ayam buras (bukan ras), masih digemari oleh masyarakat baik di pedesaan maupun

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor

HASIL DAN PEMBAHASAN. Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor 29 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Telur Tetas Itik Rambon Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor dengan jumlah itik betina 42 ekor dan itik jantan 6 ekor. Sex ratio

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Jln. Prof. Dr. A Sofyan No.3 Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian. Penelitian ini berlangsung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor peternakan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan gizi. Sumber daya

I. PENDAHULUAN. Sektor peternakan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan gizi. Sumber daya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor peternakan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan gizi. Sumber daya manusia yang berkualitas ditentukan oleh pendidikan yang tepat guna dan pemenuhan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707 TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler Ayam broiler adalah istilah yang biasa digunakan untuk menyebutkan ayam hasil budidaya teknologi peternakan dengan menyilangkan sesama jenisnya. Karekteristik ekonomi dari

Lebih terperinci

Brooding Management. Danang Priyambodo

Brooding Management. Danang Priyambodo Brooding Management Danang Priyambodo Tujuan Brooding manajemen memiliki tujuan untuk menyediakan lingkungan pemeliharaan yang nyaman dan sehat secara efisien dan ekonomis bagi anak ayam agar pertumbuhannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk Domestik Bruto (PDB) subsektor

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. hidup sampai penelitian berakhir adalah 13 ekor jantan dan 10 ekor betina Itik

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. hidup sampai penelitian berakhir adalah 13 ekor jantan dan 10 ekor betina Itik III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat Penelitian 3.1.1. Bahan Penelitian Penelitian menggunakan 30 ekor Itik Rambon dengan jumlah ternak yang hidup sampai penelitian berakhir adalah 13 ekor

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI USAHA PEMBESARAN AYAM KAMPUNG DI TINGKAT PETERNAK DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR. Reli Hevrizen dan Reny Debora Tambunan

ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI USAHA PEMBESARAN AYAM KAMPUNG DI TINGKAT PETERNAK DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR. Reli Hevrizen dan Reny Debora Tambunan ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI USAHA PEMBESARAN AYAM KAMPUNG DI TINGKAT PETERNAK DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR Reli Hevrizen dan Reny Debora Tambunan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Jl. Z.A Pagar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Beternak merupakan usaha yang dikembangkan untuk mendapat keuntungan.

I. PENDAHULUAN. Beternak merupakan usaha yang dikembangkan untuk mendapat keuntungan. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beternak merupakan usaha yang dikembangkan untuk mendapat keuntungan. Selain diambil telurnya itik juga merupakan unggas penghasil daging. Sekarang kebutuhan akan telur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dikembangkan dan berperan sangat penting dalam penyediaan kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN. dikembangkan dan berperan sangat penting dalam penyediaan kebutuhan pangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan merupakan sektor yang berpeluang sangat besar untuk dikembangkan dan berperan sangat penting dalam penyediaan kebutuhan pangan khususnya protein hewani. Kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu aktivitas ekonomi dalam agribisnis adalah bisnis peternakan. Agribisnis bidang ini utamanya dilatarbelakangi oleh fakta bahwa kebutuhan masyarakat akan produk-produk

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Sumber : Label Pakan BR-611 PT. Charoen Pokphand Indonesia.

MATERI DAN METODE. Sumber : Label Pakan BR-611 PT. Charoen Pokphand Indonesia. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di CV Mitra Sejahtera Mandiri, Desa Babakan, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor. Penelitian dilaksanakan selama lima minggu yang dimulai dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging, konversi pakan sangat irit, siap dipotong pada

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian adalah ayam kampung jenis sentul

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian adalah ayam kampung jenis sentul 27 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat Percobaan 3.1.1. Ternak Percobaan Ternak yang digunakan dalam penelitian adalah ayam kampung jenis sentul umur satu hari (day old chick) yang diperoleh

Lebih terperinci

LINGKUNGAN BISNIS USAHA TERNAK ITIK. : Wahid Muhammad N. Nim : SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

LINGKUNGAN BISNIS USAHA TERNAK ITIK. : Wahid Muhammad N. Nim : SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA LINGKUNGAN BISNIS USAHA TERNAK ITIK Nama : Wahid Muhammad N Nim : 10.01.2733 Kelas : D3 TI 2A SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA I ABSTRAK Pengembangan usaha ternak

Lebih terperinci

JIIP Volume 2 Nomor 2, Desember 2016, h

JIIP Volume 2 Nomor 2, Desember 2016, h ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER POLA KEMITRAAN DI DESA BONTOMATENE KECAMATAN MARUSU KABUPATEN MAROS Iskayani, Veronica Sri Lestari, Wempie Pakiding Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin

Lebih terperinci