BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS"

Transkripsi

1 6 BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Landasan Teori Kajian teoretis ini merupakan penjelasan teori-teori yang relevan dengan penelitian. Kajian sebagai dasar dalam pelaksanaan penelitian. Penelitian yang didasarkan pada teori maka akan lebih akurat hasilnya. Kajian yang sangat penting dibahas dalam landasan teori yaitu inti dari penelitian itu sendiri. Kajian yang akan dipaparkan dalam penelitian ini yaitu pidato dan metode demonstrasi. Dalam kaitannya dengan pembelajaran (dan tes) bahasa di sekolah, tugas berpidato dapat berwujud permainan simulasi. Misalnya, peserta didik bersimulasi sebagai kepala sekolah berpidato dalam upacara bendera, hari sumpah pemuda, dan sebagainya ( Nurgiyantoro, 2013: 420). 1. Pidato Pidato merupakan kegiatan berbicara di depan orang banyak untuk menyampaikan suatu tujuan atau gagasan, pikiran atau informasi dari pembicara kepada orang lain dengan cara lisan (Yanuarita, 2012: 19). Melakukan pidato berhubungan dengan retorika, yaitu seni menggunakan bahasa dengan efektif yang diartikan juga sebagai the art of persuasion. The art of persuasion itu sendiri adalah sebagai seni membujuk atau mempengaruhi audience. Pidato yang baik dapat memberikan suatu kesan positif bagi orang-orang yang mendengarnya. Kemampuan berpidato atau berbicara yang baik di depan publik dapat membantu untuk mencapai jejang karir yang baik. 6

2 7 Menurut Badudu (2012: 9), pidato adalah penyampaian gagasan, pikiran atau informasi serta tujuan dari pembicara kepada orang lain( audience ) dengan cara lisan. Pidato juga dapat diartikan sebagai the art of persuasion, yaitu sebagai seni membujuk atau mempengaruhi. Berpidato bukanlah suatu pekerjaan yang sederhana karena dalam berpidato menyangkut beberapa unsur penting seperti: pembicara, pendengar, tujuan dan isi pidato, persiapan, teknik dan etika dalam berpidato. Perlu diperhatikan juga hal yang dapat jadi masalah bagi seseorang yang berpidato yaitu jika seseorang memaksakan diri untuk menyampaikan persoalan yang tidak dikuasainya. Pidato yang seperti ini akan membuat ketidak runtutan materi yang disampaikan. a. Jenis Metode Pidato Orang akan berpidato harus tahu metode yang akan digunakan. Penggunaan metode yang tepat akan membawa pendengar antusias dalam mengikuti pidatonya. Mereka akan merespon pada setiap kata/ kalimat yang diucapkan. Badudu (2012:10) mengatakan bahwa pidato dapat berjalan dengan lancar maka harus memperhatikan metode pidato yang akan digunakan. Metode pidato tersebut adalah: impromtu, manuskrip, memoriter, ekstemporer. 1) Impromtu (Tanpa Persiapan) Metode ini sering disebut metode spontanitas, yaitu metode pidato yang tidak dilakukan persiapan atau pembuatan naskah tertulis terlebih dahulu. Biasanya dilakukan hanya oleh orang-orang yang akan tampil mendadak. Pada dasarnya metode seperti ini tidak diperkenankan atau tidak ideal karena kemungkinan besar lupa dengan ide dan gagasan pidato yang hendak disampaikan. Apabila metode ini

3 8 digunakan oleh oarang yang belum terbiasa berpidato maka yang akan terjadi adalah kegagapan materi. Jadi resiko pada metode ini sangat besar. Keuntungan metode ini adalah : a) dapat mengungkapakan perasaan sebenarnya, b) gagasan dan pendapat datang secara spontan, c) memungkinkan pembicara terus berpikir. Kerugian metode ini adalah: a) dapat menimbulkan simpulan yang mentah karena terbatasnya pengetahuan pembicara, b) penyampaian tidak lancar, terutama bagi orang yang belum berpengalaman, c) gagasan yang disampaikan bisa jadi acak-acakan, d) mudah kena demam panggung. 2) Manuskrip (Naskah) Metode naskah berarti seorang sudah mempersiapkan pidatonya dengan baik. Ia sudah menulis secara utuh,mulai dari pembuka sampai dengan penutup. Jika ada cerita atau humor, maka selingan itu sudah ditulis dalam naskah. Metode naskah ini sangat baik bagi mereka yang baru tampil di depan umum. Ide, gagasan yang terdapat di dalamnya tersusun rapi, tidak ada lompatan ide atau gagasan, tidak ada yang terlupakan semuanya terungkapkan secara jelas tanpa ada yang dilupakan. Jika tampil dalam situasi yang formal, maka metode ini sangat baik. Keuntungan metode ini adalah: a) kata-katanya dapat dipilih sebaik-baiknya,

4 9 b) pernyataan dapat dihemat, c) lebih fasih dalam berbicara, d) hal-hal yang menyimpang dapat dihindari, e) naskah dapat diterbitkan atau diperbanyak. Kerugian metode ini adalah: a) interaksi dengan pendengar menjadi berkurang, b) pembicara terlihat kaku, c) tanggapan pendengar tidak dapat mempengaruhi pesan, d) persiapannya lebih lama, 3) Memoriter (Hafalan) Metode ini memang sungguh luar biasa karena kemampuan mengingat seseorang betul-betul diasah. Ketika hendak membawakan pidatonya, tidak lagi menggunakan naskahnya karena apa yang tertera di dalam naskah itu sudah dihafal semuanya. Dia sudah menguasai secara lebih baik susunan bahasa, ide, gagasan yang terdapat dalam naskahnya. Metode ini cocok bagi mereka yang daya ingatnya tinggi, topik pidatonya menarik dan sederhana dan penyampaiannya tidak terlalu lama. Jika kita tidak mempunyai kapasitas dalam mengingat atau menghafal, maka jangan sekalikali mencoba untuk melakukan dengan model seperti ini. Keuntungan dan kerugian metode ini hampir sama dengan metode manuskrip (naskah), ditambah risiko yang lebih besar. Naskah sudah dibuat sebelumnya. Keuntungan metode ini adalah: a) kata-katanya dapat dipilih sebaik-baiknya,

5 10 b) pernyataan dapat dihemat, c) lebih fasih dalam berbicara, d) hal-hal yang menyimpang dapat dihindari, e) naskah dapat diterbitkan atau diperbanyak. Kerugian metode ini adalah: a) interaksi dengan pendengar menjadi kurang, b) pembicara terlihat kaku, c) tanggapan pendengar tidak dapat mempengaruhi pesan, d) persiapannya lebih lama. 4) Ekstemporer Naskah pidato hanya berupa outline (garis besar) dan pokok-pokok penunjang, yang bersifat sebagai pedoman untuk mengatur gagasan yang ada dalam pikiran. Metode ini sering disebut metode penjabaran termasuk jenis pidato yang terbaik. Dalam metode ini orang tidak membuat atau menggarap naskah pidato. Naskah yang dibuat tidak lengkap. Komunikator hanya membuat kerangka atau pokok-pokok gagasan penting. Biasanya pokok-pokok gagasan itu ditulis dalam kertas kecil secara runtut namun kurang begitu lengkap, komunikator akan mengembangkan pokokpokok gagasan itu ketike berpidato. Keuntungan metode ini adalah: a) komunikasi dengan pendengar lebih baik, b) pesan dapat berubah sesuai kebutuhan, c) penyajiannya lebih spontan.

6 11 Kerugian metode ini adalah: a) persiapan kurang baik bila dibuat terburu-buru, b) pemilihan bahasa yang jelek, c) kefasihan kurang, d) kemungkinan menyimpang dari outline e) tak dapat diterbitkan. b. Fungsi Pidato Seseorang yang akan melakukan aktivitas harus tahu fungsinya. Fungsi yang dikatahui maka akan membuat aktivitas yang dilakukan akan terarah. Diantara aktivitas yang dilakukan orang adalah berpidato. Pidato itu tidak hanya sekedar menyampaikan informasi, tetapi dalam pidato itu terdapat fungsi dan tujuan. Fungsi pidato itu merupakan hal utama yang perlu diketahui sebelum membawakan pidato ibaratnya sebagai pemandu agar dapat melalui jalan yang jelas dan tujuan yang tepat. Menurut Yanuarita (2012:10) fungsi-fungsi pidato antara lain: 1) memberi suatu pemahaman atau informasi pada orang lain, 2) mempermudah komunikasi antara atasan dan bawahan dalam sebuah organisasi, 3) mempermudah komunikasi antar sesama anggota organisasi, 4) mempengaruhi orang lain agar mau mengikuti kemauan kita dengan suka rela, 5) menenangkan massa atau khalayak ramai, 6) membuat orang lain senang dengan pidato yang menghibur sehingga orang lain senang dan puas dengan ucapan yang kita sampaikan. c. Tujuan Pidato Tujuan itu adalah sesuatu yang hendak dicapai. Kegiatan yang bertujuan maka akan bisa terarah. Tujuan itu mempermudah kita untuk melakukan sesuatu yang akan kita capai. Kegiatan/ketrampilan berpidato juga harus bertujuan. Tujuan pidato

7 12 menurut yanuarita ( 2012: 20) meliputi: informatif, persuasif, argumentatif, deskriptif, rekreatif, edukatif, entertain. 1) Informatif/Instruktif Pidato bertujuan menyampaikan informasi atau keterangan kepada pendengar atau memberikan sesuatu yang menarik untuk audience. 2) Persuasif Pidato persuasif berisi tentang usaha untuk mendorong,menyakinkan dan mengajak audience untuk melakukan sesuatu hal. 3) Argumentatif Pidato argumentatif bertujuan untuk meyakinkan audience. 4) Deskriptif Pidato deskriptif bertujuan untuk melukiskan atau menggambarkan sesuatu keadaan. 5) Rekreatif Pidato rekreatif bertujuan untuk meggembirakan atau menghibur audience. 6) Edukatif Pidato edukatif berupaya menekankan pada aspek-aspek pendidikan. 7) Entertain Pidato entertain bertujuan memberikan penyegaran kepada audience yang sifatnya lebih santai. d. Jenis Pidato Kita sering menyaksikan orang berpidato baik di sekolah atau di masyarakat. Bentuk/jenis pidato yang kita saksikan bermacam-macam tergantung kapada tujuan yang hendak disampaikan. Dari sekian jenis pidato tujuan umumnya sama yaitu dalam rangka memberi informasi. Perbedaan iformasi yang akan disampaikan itu yang dapat menentukan jenis yang mana. Jenis pidato itu antara lain pidato pembukaan, pidato pengarahan, pidato sambutan, pidato peresmian, pidato laporan, pidato pertanggung jawaban (Yanuarita, 2012: 26). 1) Pidato Pembukaan Pidato pembukaan merupakan sebuah pidato singkat yang dibawakan oleh pembawa acara atau MC (Master of Ceremoni) untuk mengawali atau membuka suatu acara.

8 13 2) Pidato Pengarahan Pidato pengarahan adalah pidato untuk mengarahkan pada suatu pertemuan.pidato ini memberikan seluruh gambaran mengenai suatu cara yang sedang dilaksanakan. 3) Pidato Sambutan Pidato sambutan merupakan pidato yang disampaikan pada suatu acara kegiatan atau peristiwa tertentu yang dapat dilakukan oleh beberapa orang dengan waktu yang terbatas secara bergantian. 4) Pidato Peresmian Pidato peresmian adalah pidato yang dilakukan oleh orang yang berpengaruh untuk meresmikan sesuatu. 5) Pidato Laporan Pidato laporan yakni pidato yang isinya adalah melaporkan suatu tugas atau kegiatan tertentu,atau menyampaikan hasil dari suatu kegiatan tertentu. 6) Pidato Pertanggungjawaban Pidato pertanggungjawaban adalah pidato yang berisi suatu laporan pertanggungjawaban mengenai suatu tugas yang sudah dilaksanakan dalam suatu periode tertentu (Yanuarita, 2012: 27). e. Etika Pidato Dalam melakukan pidato perlu mengetahui etika berpidato supaya dapat mengukur tindakan kita sendiri. Etika ini sangat penting karena orang yang berpidato menjadi pusat perhatian orang banyak. Melakukan kesalahan sedikit saja atau berlaku tidak sopan menjadi bahan pembicaraan. Berpidato itu perlu hati-hati/ beretika supaya

9 14 penampilannya bisa menarik. Etika dalam berpidato yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1) Etika Berpidato di Depan Umum Hal ini berkaitan dengan penampilan, antara lain mengenakan pakaian yang sesuai dengan suasana pertemuan, rapi, bersih, dan sopan. 2) Etika Berpidato di Depan Pejabat Hal ini berkaitan dengan menghilangkan rasa rendah diri. Jangan tampil seolah-olah menggurui, sikap lebih tahu, tidak memberikan penghormatan yang berlebihan pada audience. 3) Berpidato di Depan Pemuka Agama Jangan mengeluarkan kata-kata yang dapat menyinggung umat beragama. Jangan ada nada merendahkan atau memuji agama tertentu. Perbanyak istilah-istilah keagamaan. 4) Etika Berpidato di Depan Para Wanita Bila pembicara seorang laki-laki, hati-hati jangan sampai menyinggung harkat dan martabat wanita. Hindari kata-kata kasar atau kurang senonoh. 5) Etika Berpidato di Depan Pemuda/Mahasiswa Pidato mengutamakan penalaran yang berkaitan dengan dunia anak-anak muda. Jangan mengeluarkan kata-kata yang bersifat menentang, jangan mengkritik dan menyalahkan. 6) Etika Berpidato di Depan Masyarakat Desa Gunakan kata-kata yang sopan dan sederhana, sesekali perlu disisipkan beberapa istilah dalam bahasa daerah setempat ( Yanuarita, 2012: 30).

10 15 f. Kerangka Pidato Menurut Yanuarita ( 2012: 32) bahwa kerangka pidato terdiri dari pendahuluan, isi, pembahasan, dan penutup. 1) Pendahuluan Diawali salam pembuka untuk mengantar ke arah pokok persoalan yang akan dibahas. Pada bagian pendahuluan perlu juga sedikit menggambarkan mengenai isi dari pidato yang dibawakan. 2) Isi Inti dari pidato sedapat mungkin ringkas dan mudah dipahami.usahakan jangan menyimpang dari tema.susunlah materi atau isi pidato secara sistematis: maksud, tujuan, sasaran, rencana, langkah. 3) Pembahasan Bagian ini adalah kesatuan yang berisi alasan-alasan yang mendukung hal-hal yang dikemukakan pada bagian isi. 4) Penutup Menutup pidato dengan membuat rangkuman atau kesimpulan. Menceriterakan secara singkat yang menarik. Dan, terakhir adalah salam penutup. g. Sikap Berpidato Ketika kita berdiri di depan para pendengar, tentu tidak sekedar memamerkan wajah dan tubuh. Sikap kita berdiri, mimik wajah sangat mempengaruhi kesan pendengar terhadap pribadi kita. Cara berjalan, berdiri di depan mimbar dan berbagai gerakan tubuh lainnya sangat mempengaruhi pendengar diri kita. Oleh karena itu sikap pada saat pidato sangat penting untuk diperhatikan. Sikap tersebut antara lain:

11 16 1) Sikap Berdiri Sikap berdiri yang kurang baik, yaitu: a) berdiri dengan kaki sebelah, b) bersandar pada mimbar, c) berdiri terlalu rapat, d) berdiri terlalu terbuka. 2) Mimik Wajah Mimik wajah yang kurang baik yaitu: a) tertawa yang dibuat-buat, b) tersenyum terus-menerus, c) muka selalu masam, d) dahi selalu berkerut. 3) Gerakan Anggota Badan Gerakan yang kurang baik yaitu: a) selalu menggerak-gerakkan bagian-bagian tertentu, b) merogoh-rogoh saku, c) memainkan pensil atau pulpen, d) berbicara melihat teks terus-menerus, e) terlalu banyak melangkah atau berjalan. 4) Penampilan Sebelum, Saat, dan Sesudah Pidato a) Sebelum Pidato: (1) memperhatikan pakaian, (2) sikap tenang, (3) sikap hormat.

12 17 b) Saat Pidato: (1) percaya diri sendiri, (2) menghirup nafas panjang sebelun mulai berpidato tetapi tidak boleh ter lihat oleh audience, (3) tataplan audien pada bagian atas matanya. c) Sesudah pidato: (1) mengucapkan salam akhir, (2) wajah cerah dan sidikit senyum, (3) memberi hormat ( Badudu, 2012: 42-43). 2. Metode Demonstrasi Metode demonstrasi merupakan salah satu metode yang dapat digunakan guru dalam mengajar. Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi, atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan (Sanjaya, 2006: 152). Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan lisan oleh guru. Walaupun dalam proses demontrasi peran siswa hanya sekedar memperhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret. Roestiyah (2008: 82) menyatakan bahwa demonstrasi adalah cara mengajar di mana seorang instruktur/tim guru menunjukkan, memperlihatkan suatu proses, misalnya merebus air mendidih 100C sehingga seluruh siswa dalam kelas dapat melihat, mengamati; mendengar mungkin meraba-raba dan merasakan proses yang dipertunjukkan oleh guru tersebut.

13 18 a. Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi 1) Kelebihan Metode Demonstrasi a) Melalui metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan dapat dihindari karena siswa disuruh langsung memperhatikan bahan pelajaran yang dijelaskan. b) Proses pembelajaran akan lebih menarik sebab siswa tak hanya mendengar tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi. c) Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki kesempa tan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan. Dengan demikian siswa akan lebih menyakini kebenaran materi pembelajaran. 2) Kelemahan Metode Demonstrasi a) Metode demontrasi memerlukan persiapan yang lebih matang karena tanpa persiapan yang memadai demonstrasi dapat gagal sehingga dapat menyebabkan metode ini tidak efektif lagi, bahkan sering terjadi untuk menghasilkan pertunjukkan suatu proses tertentu, guru harus beberapa kali mencobanya terlebih dahulu, sehingga dapat memakan waktu yang banyak. b) Demonstrasi memerlukan peralatan,bahan-bahan,dan tempat yang memadai yang berarti penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan yang lebih mahal dibanding dengan ceramah. c) Demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru secara khusus sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih profesional. Di samping itu demonstrasi juga memerlukan kemauan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa (Sanjaya, 2006: ).

14 19 b. Langkah-Langkah Menggunakan Metode Demonstrasi Menurut Sanjaya ( 2006: ) langkah-langkah menggunakan metode demonstrasi meliputi tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. 1) Tahap Persiapan a) Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah proses demontrasi berakhir. Tujuan ini meliputi beberapa aspek seperti aspek penge tahuan, sikap atau keterampilan tertentu; b) Persiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan. Garisgaris besar langkah demonstrasi diperlukan sebagai panduan untuk menghindari kegagalan; c) Lakukan uji coba demonstrasi. Uji coba meliputi segala peralatan yang diperlukan. 2) Tahap Pelaksanaan a) Langkah Pembukaan. Sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya : (1) Aturlah tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat memerhatikan dengan jelas sesuatu yang didemonstrasikan; (2) Kemukakan tujuan yang harus dicapai oleh siswa; (3) Kemukakan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh siswa, misalnya siswa ditugaskan untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting dari pelaksanan demonstrasi; b) Langkah Pelaksanaan Demonstrasi

15 20 (1) Mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa untuk berpikir, misalnya melalui pertanyaan-pertanyaan yang mengandung teka-teki sehingga mendorong siswa untuk tertarik memerhatikan demonstrasi; (2) Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana yang menegangkan; (3) Yakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan memerhatikan reaksi seluruh siswa; (4) Berikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi itu. c) Langkah Mengakhiri Demonstrasi Apabila demonstrasi telah selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu diakhiri dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan demonstrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran. Hal ini diperlukan untuk menyakinkan apakah siswa memahami proses demonstrasi itu atau tidak. Selain memberikan tugas yang relevan, ada baiknya guru dan siswa malakukan evaluasi bersama tentang jalannya proses demonstrasi itu untuk perbaikan selanjutnya. Guru memberikan pengarahan/penjelasan secara umum materi yang perlu untuk ditingkatkan pada pertemuan berikutnya. Memberikan hadiah/pujian pada siswa yang sudah bagus ketika berpidato. c. Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan dalam Menggunakan Metode Demonstrasi 1) Guru harus mampu menyusun rumusan tujuan instruksional, agar dapat memberi motivasi yang kuat pada siswa untuk belajar. 2) Mempertimbangkan baik-baik apakah teknik yang dipilih mampu menjamin tujuan yang telah dirumuskan.

16 21 3) Mengamati jumlah siswa yang memberi kesempatan untuk suatu demontrasi yang berhasil, bila tidak kita harus mengambil kebijaksanaan lain. 4) Harus sudah menentukan garis besar langkah-langkah yang akan dilakukan. 5) Waktu yang cukup tersedia, sehingga dapat memberi keterangan bila diperlukan, dan siswa dapat bertanya. 6) Selama demonstrasi berlangsung guru harus memberi kesempatan pada siswa untuk mengamati dengan baik dan bertanya. 7) Perlu mengadakan evaluasi apakah demonstrasi yang dilakukan itu berhasil, dan bila perlu demonstrasi bisa diulang (Roestiyah, 2008: 84). Menurut Sudjana (2009: 83) pelaksanaan demonstrasi dan eksperimen dapat digabungkan, artinya demonstrasi dulu lalu diikuti dengan eksperimen. Supaya demonstrasi dan eksperimen dapat digunakan secara efektif, maka perlu memerhatikan petunjuk penggunaannya yaitu: 1) Persiapan /Perencanaan a) Menetapkan tujuan demonstrasi dan eksperimen, b) Tetapkan langkah-langkah pokok demonstrasi dan eksperimen, c) Menyiapkan alat-alat yang diperlukan. 2) Pelaksanaan Demonstrasi dan Eksperimen a) Usahakan demonstrasi dan eksperimen dapat diikuti, diamati oleh selururuh kelas. b) Tumbuhkan sikap kritis pada siswa sehingga terdapat tanya jawab, dan diskusi tentang masalah yang didemonstrasikan. c) Beri kesempatan kepada setiap siswa untuk mencoba sehingga siswa merasa yakin tentang kebenaran suatu proses. d) Buatlah penilaian dari kegiatan siswa,dalam eksperimen tersebut.

17 22 3) Tindak Lanjut Demonstrasi dan Eksperimen Setelah demontrasi dan eksperimen selesai, guru memberi tugas kepada Siswa baik secara tertulis maupun secara lisan. B. Penelitian yang Relevan Penelitian Sutoro (2010) yang berjudul Peningkatan Keterampilan Pidato Persuasif pada Pelajaran Bahasa Indonesia melalui Metode Simulasi Lomba Pidato berbahasa Indonesia pada kelas XII IPS I Semester I SMA Negeri Ajibarang, menyimpulkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan berpidato pada siswa setelah dilaksanakan tindakan sebagaimana tersebut dalam judul. Peningkatan terjadi pada semua aspek. Data yang diperoleh menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar, yaitu hasil evaluasi tertulis siklus 1 adalah 68,40 siklus II 86,06. Psikomotorik siklus 1 63,20, siklus II 69,00. Ketuntasan belajar siklus 1 25%, siklus II 82%. Dari hasil penelitian diketahui nilai rata-rata yang dicapai oleh siswa sebelum diberi tindakan 55,10 dan berada dalam kategori kurang. Pada siklus I, masih belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Nilai ratarata kelas dalam praktik berpidato baru mencapai 63, 20, masih di bawah nilai KKM yang ditetapkan yaitu 65. Adapun rata-rata skor keakuratan informasi pidato 6.70, hubungan antar informasi 6.15, ketepatan struktur dan kosakata 6.45, kelancaran berpidato 6. 55, kewajaran urutan wacana 6.35, gaya pengucapan 6.25, lafal 6.45, intonasi 6.10, nada 6.15, dan sikap 6,06. belum sesuai dengan indikator KKM yang diharapkan. Nilai rata-rata evaluasi kognitif tertulis mencapai Ini berarti masih ada kekurangansempurnaan pada perencanaan ataupun pada proses pembelajaran. Penerapan metode simulasi lomba pidato berbahasa Indonesia dapat memperbaiki hasil belajar maupun ketuntasan belajar klasikal. Nilai terendah yang

18 23 dapat dicapai 57 pada siklus I dan meningkat pada siklus 2 yaitu 62. Nilai tertinggi yang dicapai adalah 71 pada siklus I,dan meningkat menjadi 76 pada siklus2. Ratarata kelas pada siklus I dapat mencapai nilai 63, 20 dan meningkat menjadi 69,00 pada siklus 2. Ketuntasan belajar pada siklus I hanya 25%, meningkat pada siklus 2 menjadi 82%. Nilai rata-rata tugas menyusun teks pidato 64,05 pada siklus I meningkat menjadi 68,50 pada siklus 2. Jadi secara umum setiap komponen pada siklus I meningkat pada siklus 2. Sutoro juga menyimpulkan bahwa hasil penelitiannya secara keseluruhan belum menggambarakan hasil nilai kognitif yang optimal dan belum dapat dikatakan sangat memuaskan. Teknik guru menggunakan metode simulasi lomba pidato berbahasa Indonesia dan menggunakan media pembelajaran sudah ada peningkatan. Metode simulasi juga mampu menarik perhatian siswa dan motivasi belajar pun ada peningkatan. Siswa merasa antusias mengikuti pembelajaran berpidato. Rasa malu, grogi, takut dapat diatasi, sehingga bisa berpidato dengan baik. Penelitian Sutoro tersebut relevan dengan penelitian ini karena memiliki tujuan yang sama yaitu untuk meningkatkan kemampuan berpidato. Jika subjek penelitian Sutoro di tingkat SLTA, peneliti di tingkat SLTP khususnya kelas IX MTs. Selain itu, hal yang membedakan lagi yaitu jenis metode yang digunakan. Sutoro menggunakan metode simulasi lomba pidato berbahasa Indonesia sedangkan peneliti menggunakan metode demonstrasi. Kedua metode ini sama-sama mengharuskan guru untuk mempraktekan materi yang ajarkan. C. Kerangka Pikir Dalam pembelajaran keterampilan berpidato ini, penulis melihat bahwa minat siswa terhadap kegiatan berpidato masih rendah. Siswa cenderung malas mengikuti

19 24 pembelajaran berpidato, siswa terlihat bermalas-malasan saat mengerjakan tugas berpidato dari guru. Banyak diantara siswa yang memilih melakukan aktivitas di luar pembelajaran, misalnya bercerita di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku tersebut menunujukkan bahwa minat dan antusias siswa terhadap pembelajaran berpidato tergolong rendah. Ketika guru mrmberikan tugas bercerita, banyak diantara siswa yang mengeluh dan tidak menginginkan tugas tersebut. Proses belajar mengajar aspek berbicara khususnya dalam kompetensi dasar berpidato kurang berhasil/belum maksimal. Kemampuan siswa dalam aspek berpidato di kelas IX A masih lemah dan belum sesuai dengan batas minimal ketuntasan belajar yaitu 70. Penulis menengarai ada berbagai faktor penyebab mengapa siswa tidak mendapat nilai maksimal. Diantaranya adalah selama ini pembelajaran berpidato tidak dilakukan secara serius dan antusias. Siswa beranggapan bahwa berpidato merupakan kegiatan sepele yang dapat dilakukan oleh siapa pun sehingga tidak memerlukan keterampilan khusus dalam pelaksanaannya. Pidato itu sebuah keterampilan yang membutuhkan banyak aspek diantaranya keberanian, tidak grogi, punya ilmu retorika dan sebagainya. Faktor lain adalah siswa cenderung kurang berani berpidato di depan umum. Siswa merasa takut salah, malu, grogi, tegang, dan kurang percaya diri bila ditunjuk berpidato di depan kelas. Hal tersebut disebabkan siswa tidak menguasai bahan berpidato dan kurang mampu mengorganisasikan gagasannya pada saat berpidato. Selain itu, faktor dari luar diri siswa juga berpengaruh misalnya, penggunaan metode yang kurang tepat, serta kondisi dan tata ruang kelas yang tidak kondusif. Kegiatan berpidato belum secara intensif dilakukan oleh guru. Siswa hanya diberi tugas untuk berpidato tanpa ada rangsangan dengan menggunakan metode tertentu.

20 25 Karena permasalahan tersebut, maka penulis mencoba mencari alternatif tindakan yaitu dengan menggunakan metode demonstrasi. Pemilihan metode demonstrasi dipandang mampu untuk meningkatkan kemampuan berpidato. Metode demonstrasi akan dapat menumbuh rasa ketertarikan dalam diri siswa terhadap pembelajaran berpidato, sehingga aspek-aspek keterampilan siswa dalam berpidato secara otomatis akan mengalami perubahan seiring dengan tumbuhnya keterterikan tersebut. Rasa grogi, takut, malu mulai berkurang. Siswa bisa dengan santai menyampaikan materi pidato dengan baik. Dalam siklus 1, guru menggunakan metode demostrasi, siswa melihat,dan mengamati teks pidato dari mulai salam pembuka sampai salam penutup. Siswa berlatih menyusun teks pidato dan mempraktikan. Dalam siklus ini guru menyajikan dua jenis pidato dan siswa memilih salah satu dari pidato tersebut. Dengan menyajikan teks pidato itu diharapkan siswa bisa mencontoh cara mebuat teks pidato. Siswa bisa mengembangkan ide pidato sendiri. Dalam siklus 2, guru menggunakan metode demonstrasi. Saat guru mendemonstrasikan pidato siswa melihat/memperhatikan, berlatih menyusun teks pidato dan mempraktikan. Dari tindakan tersebut diharapkan dengan menggunakan metode demonstrasi kemampuan berpidato akan mengalami peningkatan. Siswa dapat berpidato sesuai dengan apa yang telah dicontohkan guru. Rasa malu, grogi, takut jadi hilang. D. Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah dengan digunakannya metode demonstrasi kemampuan berpidato siswa kelas IX A MTs Ma arif 04 Tamansari Purbalingga dapat meningkat.

21 26 Bagan 1 Kerangka Pikir Penelitian Kondisi awal Guru masih mengajarkan Tanpa menggunakan metode demonstrasi Proses pembelajaran berpidato belum maksimal keterampilan berpidato siswa belum maksimal/ketunta san belajar masih kurang tindakan Proses pembelajaran berpidato dengan menggunakan metode demonstrasi Siklus I Menggunakan metode demonstrasi,siswa melihat dan mempraktikan. Siklus II Menggunakan metode demanstrasi,siswa melihat,berlatih menyusun teks pidato dan mempraktikan Kondisi akhir Diduga dengan menggunakan BAB metode III. demonstrasi kemampuan berpidato akan mengalami peningkatan.

sastransa Jurnal Bahasa dan Sastra satransa.blogspot.com

sastransa Jurnal Bahasa dan Sastra satransa.blogspot.com Jurnal Bahasa dan Sastra satransa.blogspot.com PIDATO Pidato adalah penyampaian gagasan, pikiran atau informasi serta tujuan dari pembicar kepada orang lain (audience) dengan cara lisan (Rendra Badudu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat dan artikulasi serta volume suara yang jelas (silabus Depdiknas, 2006: 46).

BAB I PENDAHULUAN. tepat dan artikulasi serta volume suara yang jelas (silabus Depdiknas, 2006: 46). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas IX terdapat materi berpidato, dengan Kompetensi Dasar 10.1 Berpidato atau berceramah dengan intonasi yang tepat

Lebih terperinci

JENIS-JENIS PIDATO / RETORIKA GUMGUM GUMILAR, S.SOS., M.SI.

JENIS-JENIS PIDATO / RETORIKA GUMGUM GUMILAR, S.SOS., M.SI. JENIS-JENIS PIDATO / RETORIKA GUMGUM GUMILAR, S.SOS., M.SI. Retorika adalah seni berkomunikasi secara lisan yang dilakukan oleh seseorang kepada sejumlah orang secara langsung bertatap muka. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia bukan mata pelajaran eksak, namun

BAB I PENDAHULUAN. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia bukan mata pelajaran eksak, namun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata Pelajaran Bahasa Indonesia bukan mata pelajaran eksak, namun sering menjadi momok bagi peserta didik, bahkan banyak yang menganggap bahwa Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Demonstrasi 2.1.1.1 Hakekat Metode Demonstrasi Metode demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab membantu siswa untuk mencari jawaban

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATERI MEMAHAMI DAN MENANGKAP PESAN DALAM LAGU MELALUI METODE DEMONSTRASI. Endah Sulistiowati

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATERI MEMAHAMI DAN MENANGKAP PESAN DALAM LAGU MELALUI METODE DEMONSTRASI. Endah Sulistiowati Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17, No. 2, Mei 2016 (Edisi Khusus) ISSN 2087-3557 PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATERI MEMAHAMI DAN MENANGKAP PESAN DALAM LAGU MELALUI METODE DEMONSTRASI SMP

Lebih terperinci

PUBLIC SPEAKING (BERBICARA DI DEPAN UMUM)

PUBLIC SPEAKING (BERBICARA DI DEPAN UMUM) ETIK UMB Modul ke: 14 Fakultas PUBLIC SPEAKING (BERBICARA DI DEPAN UMUM) Ekonomi Program Studi Manajamen www.mercubuana.ac.id Nabil Ahmad Fauzi, M.Soc.Sc PENGANTAR Semua orang dapat, tetapi tidak semua

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas melalui model pembelajaran langsung dengan permainan balok pecahan pada mata pelajaran matematika materi pecahan ini

Lebih terperinci

Public Speaking. Berbicara di depan umum. Sujanti, M.Ikom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI. Program Studi Hubungan MAsyarakat

Public Speaking. Berbicara di depan umum. Sujanti, M.Ikom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI. Program Studi Hubungan MAsyarakat Public Speaking Modul ke: 05 Ety Fakultas ILMU KOMUNIKASI Berbicara di depan umum Sujanti, M.Ikom. Program Studi Hubungan MAsyarakat Public Speaking Berbicara di depan umum 1. Persiapan Berbicara 2. Menentukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Metode Demonstrasi 2.1.1 Pengertian Metode Demonstrasi Metode demonstrasi merupakan format belajar mengajar yang secara sengaja mempertunjukkan atau memperagakan tindakan, proses

Lebih terperinci

cara kerja suatu alat kepada kelompok siswa.

cara kerja suatu alat kepada kelompok siswa. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Demonstrasi 1. Pengertian Metode Demonstrasi Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Penelitian ini dilakukan melalui praktik pembelajaran di kelas 6 SD Negeri 2 Getas Kecamatan Kradenan Kabupaten Blora, dengan jumlah siswa

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN SAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian di SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung tahun

BAB V SIMPULAN SAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian di SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung tahun 85 BAB V SIMPULAN SAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian di SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014 dapat disimpulkan bahwa pembelajaran membaca teks pidato pada siswa kelas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Pelaksanaan Tindakan Siklus I A. Tahap Perencanaan Setelah diperoleh informasi pada waktu observasi, maka peneliti melakukan diskusi

Lebih terperinci

Modul ke: PUBLIC SPEAKING Pidato dan Outputnya. 7Ilmu. Fakultas. Christina Arsi Lestari, M.Ikom. Komunikasi. Program Studi Broadcasting

Modul ke: PUBLIC SPEAKING Pidato dan Outputnya. 7Ilmu. Fakultas. Christina Arsi Lestari, M.Ikom. Komunikasi. Program Studi Broadcasting Modul ke: PUBLIC SPEAKING Pidato dan Outputnya Fakultas 7Ilmu Komunikasi Christina Arsi Lestari, M.Ikom Program Studi Broadcasting PIDATO & OUTPUTNYA Berpidato merupakan salah satu wujud kegiatan berbahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, mengembangkan gagasan dan perasaan serta dapat digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, mengembangkan gagasan dan perasaan serta dapat digunakan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting dalam peradaban manusia, bahasa juga memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional bagi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Kondisi Awal Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Kumpulrejo 02 Salatiga Kecamatan Argomulyo. Kepala Sekolah dari SD

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN TERHADAP KEMAMPUAN BERPIDATO SISWA KELAS XI SMA SWASTA FREE METHODIST MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014.

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN TERHADAP KEMAMPUAN BERPIDATO SISWA KELAS XI SMA SWASTA FREE METHODIST MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014. PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN TERHADAP KEMAMPUAN BERPIDATO SISWA KELAS XI SMA SWASTA FREE METHODIST MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014 Oleh Berliana Fenny Gultom Drs. Syamsul Arif, M.Pd. ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II PEMBELAJARAN BERBICARA DAN METODE ROLE PLAYING (BERMAIN PERAN) Para ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian berbicara di

BAB II PEMBELAJARAN BERBICARA DAN METODE ROLE PLAYING (BERMAIN PERAN) Para ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian berbicara di 9 BAB II PEMBELAJARAN BERBICARA DAN METODE ROLE PLAYING (BERMAIN PERAN) 2.1 Berbicara 2.1.1 Pengertian Berbicara Para ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian berbicara di antaranya adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar bahasa pada hakikatnya sama dengan belajar berkomunikasi. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. belajar bahasa pada hakikatnya sama dengan belajar berkomunikasi. Kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan berbahasa pada dasarnya kegiatan berkomunikasi. Oleh karena itu, belajar bahasa pada hakikatnya sama dengan belajar berkomunikasi. Kegiatan berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR TINDAKAN. Tempat penelitian adalah kelas X-6 SMA Negeri 6 Bandar Lampung, di

BAB III PROSEDUR TINDAKAN. Tempat penelitian adalah kelas X-6 SMA Negeri 6 Bandar Lampung, di BAB III PROSEDUR TINDAKAN A. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian adalah kelas X-6 SMA Negeri 6 Bandar Lampung, di sekolah inilah penulis mengajar sejak tahun 1986 sekarang, di Jalan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Data Pratindakan Kegiatan pratindakan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui keadaan awal objek penelitian sebelum diberi tindakan. Kegiatan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Dalam penelitian diperlukan suatu metode dan teknik penelitian yang sesuai dengan masalah yang diteliti sehingga hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Berbahasa merupakan suatu proses penyampaian informasi, ide atau gagasan dari pembicara kepada pendengar. Si pembicara berkedudukan sebagai komunikator, sedangkan

Lebih terperinci

50 Media Bina Ilmiah ISSN No

50 Media Bina Ilmiah ISSN No 50 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787 PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI I RENDANG SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain. Hubungannya itu antara lain berupa menyampaikan isi pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain. Hubungannya itu antara lain berupa menyampaikan isi pikiran dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai mahluk sosial memerlukan hubungan dan kerja sama dengan manusia lain. Hubungannya itu antara lain berupa menyampaikan isi pikiran dan perasaan, menyampaikan

Lebih terperinci

Modul ke: Public Speaking. Output / Hasil dari Pidato. Fakultas ILMU KOMUNIKASI. Sujanti, M.Ikom. Program Studi Hubungan Masyarakat

Modul ke: Public Speaking. Output / Hasil dari Pidato. Fakultas ILMU KOMUNIKASI. Sujanti, M.Ikom. Program Studi Hubungan Masyarakat Modul ke: 07 Ety Fakultas ILMU KOMUNIKASI Public Speaking Output / Hasil dari Pidato Sujanti, M.Ikom. Program Studi Hubungan Masyarakat Public Speaking Output / Hasil dari Pidato 1. Tampil Percaya Diri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Pengertian Belajar Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti mengadakan persiapan penelitian sebagai berikut: 1. Melakukan observasi awal untuk mengidentifikasi

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI POKOK CUACA DI SEKITAR KITA

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI POKOK CUACA DI SEKITAR KITA Dinamika Vol. 4, No. 4, April 2014 ISSN 0854-2172 PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI POKOK CUACA DI SEKITAR KITA SDN Pangkah 01 Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal Abstrak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pidato adalah pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pidato adalah pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Berpidato 1.1.1 Pengertian Pidato Pidato adalah pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan kepada orang banyak atau wacana yang disiapkan untuk diucapkan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah rangkaian bunyi-bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah rangkaian bunyi-bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah rangkaian bunyi-bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia secara sadar. Bahasa harus mampu menampung perasaan dan pikiran pemakainya, serta dapat

Lebih terperinci

METODE PIDATO. Tine A. Wulandari, M.I.Kom.

METODE PIDATO. Tine A. Wulandari, M.I.Kom. METODE PIDATO Tine A. Wulandari, M.I.Kom. Impromptu (Spontanitas) Metode yang lebih cocok digunakan oleh para pembicara yang sudah memiliki jam terbang tinggi atau pengalaman di bidang public speaking,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan berbicara, menurut Arsjad dan Mukti (1988: 36) dapat berlangsung. tertentu dan menggunakan metode tertentu pula.

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan berbicara, menurut Arsjad dan Mukti (1988: 36) dapat berlangsung. tertentu dan menggunakan metode tertentu pula. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut kodratnya manusia memiliki kecenderungan untuk berpikir, menyatakan pendapat, keinginan, perasaan serta pengalaman-pengalamannya. Di samping itu, manusia

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Karunia Kecamatan Palolo Melalui Model Pembelajaran Langsung Pada Materi Sifat Dan Perubahan Wujud Benda

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Karunia Kecamatan Palolo Melalui Model Pembelajaran Langsung Pada Materi Sifat Dan Perubahan Wujud Benda Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Karunia Kecamatan Palolo Melalui Model Pembelajaran Langsung Pada Materi Sifat Dan Perubahan Wujud Benda Sa adiah, Gamar B. N. Shamdas, dan Haeruddin Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor hakiki yang membedakan manusia dari makhluk lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor hakiki yang membedakan manusia dari makhluk lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berkomunikasi dengan orang lain sebagai wujud interaksi. Interaksi tersebut selalu didukung oleh alat komunikasi vital yang

Lebih terperinci

public speaking in an easy way! disusun oleh : Ivany L. Goutama Universitas Tarumanagara Pengurus Harian Wilayah Kajian & Strategis ISMKI Wilayah 2

public speaking in an easy way! disusun oleh : Ivany L. Goutama Universitas Tarumanagara Pengurus Harian Wilayah Kajian & Strategis ISMKI Wilayah 2 public speaking in an easy way! disusun oleh : Ivany L. Goutama Universitas Tarumanagara Pengurus Harian Wilayah Kajian & Strategis ISMKI Wilayah 2 Public Speaking Keahlian berbicara di depan umum (public

Lebih terperinci

SILABUS. Nama Sekolah : SMA Negeri 78 Jakarta Mata Pelajaan : Bahasa Indonesia 2 (IND 2) Beban Belajar : 4 sks. Materi Pembelajaran.

SILABUS. Nama Sekolah : SMA Negeri 78 Jakarta Mata Pelajaan : Bahasa Indonesia 2 (IND 2) Beban Belajar : 4 sks. Materi Pembelajaran. SILABUS Nama Sekolah : SMA Negeri 78 Jakarta Mata Pelajaan : Bahasa Indonesia 2 (IND 2) Beban Belajar : 4 sks Aspek Standar : Mendengarkan : 1. Memahami informasi melalui tuturan Dasar 1.1. Menyimpulkan

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN SIKAP SISWA KELAS VI SDN 135/V MAKMUR JAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN SIKAP SISWA KELAS VI SDN 135/V MAKMUR JAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN SIKAP SISWA KELAS VI SDN 135/V MAKMUR JAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI Mhd. Jamil Sutarni Guru SDN 135/V Makmur Jaya Tanjung Jabung Barat, Jambi Abstrak: Setiap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 35 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Proses perbaikan pembelajaran yang peneliti laksanakan dapat peneliti uraikan secara singkat tentang hasil-hasil yang diperoleh dari setiap

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Muhadharah 1. Definisi muhadharah. Muhadharah berasal dari bahasa Arab, yaitu Muhadharah dan bentuk jamaknya yaitu Muhadharatan yang artinya kuliah, pidato. 1 Muhadharah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting bagi siswa dan di Sekolah Dasar merupakan landasan

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting bagi siswa dan di Sekolah Dasar merupakan landasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa khususnya Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar memiliki arti dan peranan penting bagi siswa dan di Sekolah Dasar merupakan landasan kemampuan berbahasa Indonesia.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Inggris dikenal dengan Clasroom Action Research (ARC). Penelitian tindakan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Inggris dikenal dengan Clasroom Action Research (ARC). Penelitian tindakan 35 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Motode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK). Metode penelitian tindakan kelas dalam bahasa Inggris

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas II SD Kutowinangun 08. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas 5 semester II tahun pelajaran 2013/2014 di SD Negeri Candirejo 02 yang terletak di Jl.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBEJARAN BONEKA KAUS KAKI BERBASIS LESSON STUDI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SEKOLAH DASAR

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBEJARAN BONEKA KAUS KAKI BERBASIS LESSON STUDI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SEKOLAH DASAR PENGEMBANGAN MEDIA PEMBEJARAN BONEKA KAUS KAKI BERBASIS LESSON STUDI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SEKOLAH DASAR Erwin Putera Permana Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS TEKS PIDATO PERSUASIF MELALUI PEMAHAMAN CAN DO

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS TEKS PIDATO PERSUASIF MELALUI PEMAHAMAN CAN DO MODEL PEMBELAJARAN MENULIS TEKS PIDATO PERSUASIF MELALUI PEMAHAMAN CAN DO PADA SISWA KELAS IX MTs. AL-MU`AWANAH SINGAJAYA KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN 2011/2012 M A K A L A H Disusun oleh : USEP BUDI NIM.1021.0884

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2013 2014 Sugiani Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak:

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melaksanakan penelitian pada siklus I, terlebih dahulu peneliti

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melaksanakan penelitian pada siklus I, terlebih dahulu peneliti BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Awal (Pra Siklus) Sebelum melaksanakan penelitian pada siklus I, terlebih dahulu peneliti mencari data awal nilai keterampilan berbicara pada pelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Keterampilan Menulis Menulis adalah sebuah kegiatan yang sering dilakukan oleh setiap orang, apapun bentuknya. Mendengar kata menulis tidak banyak

Lebih terperinci

2/22/2012 METODE PEMBELAJARAN

2/22/2012 METODE PEMBELAJARAN METODE PEMBELAJARAN Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan strategi yang sudah direncanakan. Jenis metode pembelajaran : Ceramah : penyajian melalui penuturan secara lisan/penjelasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aktivitas Belajar 2.1.1. Pengertian Aktivitas Belajar Sanjaya (2009: 130) mengungkapkan bahwa aktifitas tidak dimaksudkan terbatas pada aktifitas fisik akan tetapi juga meliputi

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama sekolah : SD NEGERI CIPETE 1. Hari/Tanggal : Sabtu, 17 Mei 2014

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama sekolah : SD NEGERI CIPETE 1. Hari/Tanggal : Sabtu, 17 Mei 2014 69 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama sekolah : SD NEGERI CIPETE 1 Mata pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : V/2 Alokasi waktu : 2 x 35 Menit Pertemuan : 1 Hari/Tanggal : Sabtu, 17 Mei

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Pada bab IV ini akan dikemukakan tentang: (1) Deskrispi kondisi awal (prasiklus), (2) Pelaksanaan tindakan (siklus I-II), (3) Hasil penelitian,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1. Gambaran Sekolah Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Kopeng 03 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. SD Negeri Kopeng 03 terletak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pendekatan pengajaran dan pembelajaran kontektual atau Contextual Teaching

BAB II LANDASAN TEORI. Pendekatan pengajaran dan pembelajaran kontektual atau Contextual Teaching 9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Model Pembelajaran Pendekatan dalam pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan kontektual. Pendekatan pengajaran dan pembelajaran kontektual atau Contextual Teaching and

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Marfuah, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Marfuah, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kehidupan manusia tidak lepas dari kegiatan berbahasa. Bahasa digunakan manusia sebagai sarana berkomunikasi dengan sesamanya. Kegiatan berkomunikasi merupakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan dalam penelitian ini berupa penelitian tindakan kelas, dilaksanakan dalam 2 siklus, tiap siklus dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Bagian ini, akan menguraikan tiga sub judul yaitu deskripsi prasiklus, deskripsi siklus I, deskripsi siklus II. Deskripsi pra siklus membahas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan dalam proses pembelajaran ditentukan oleh bagaimana seorang

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan dalam proses pembelajaran ditentukan oleh bagaimana seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan dalam proses pembelajaran ditentukan oleh bagaimana seorang guru mempersiapkan proses pembelajaran dengan sebaik-baiknya. Agar proses belajar tidak ada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Prasiklus Jumlah siswa Presentase (%) , ,33 JUMLAH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Prasiklus Jumlah siswa Presentase (%) , ,33 JUMLAH 24 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kondisi Prasiklus (Kondisi Awal) Kondisi awal merupakan keadaan siswa sebelum penelitian tindakan kelas dilakukan. Berdasarkan hasil observasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bersifat sangat penting demi terwujudnya kehidupan pribadi yang mandiri dengan taraf hidup yang lebih baik. Sebagaimana pengertiannya menurut Undang-undang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali yaitu siklus satu dan siklus dua, masing-masing siklus tiga kali

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Meningkatan hasil belajar bagi siswa yang kurang mampu dalam memahami mata pelajaran biologi merupakan penelitian tindakan kelas yang direncanakan pelaksanaannya

Lebih terperinci

Tingkat kemampuan A B C D 1 Apersepsi 10 2 Motivasi 12 3 Revisi 12

Tingkat kemampuan A B C D 1 Apersepsi 10 2 Motivasi 12 3 Revisi 12 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pembelajaran yang diterapkan pada penelitian guna meningkatkan kreatifitas dan prestasi belajar dalam pemecahan masalah matematika adalah pembelajaran

Lebih terperinci

PERSIAPAN UNTUK PUBLIC SPEAKING

PERSIAPAN UNTUK PUBLIC SPEAKING PERSIAPAN UNTUK PUBLIC SPEAKING 1. Topic. Persiapan pertama untuk berbicara di depan umum adalah ter fokus kepada pemilihan topik yang tepat dan menarik. Topik adalah pokok atau subjek pembicaraan. Menurut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian Peneliti mengadakan beberapa persiapan yang diperlukan sebelum pelaksanaan penelitian. Adapun persiapan yang peneliti lakukan sebelum penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 23 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Kondisi Awal Sebelum pelaksanaan penelitian dengan menggunakan metode demonstrasi, rata-rata hasil belajar IPA semester I kelas III SD Negeri Karangwotan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. hasil tes keterampilan membaca puisi untuk mengetahui kondisi awal keterampilan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. hasil tes keterampilan membaca puisi untuk mengetahui kondisi awal keterampilan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian tindakan kelas yang berupa hasil tes dan nontes. Hasil tes meliputi siklus I dan siklus II. Hasil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia secara formal mencakup pengetahuan kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi pembelajaran mengenai asal-usul

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Banjarmasin Timur, subjek penelitian adalah siswa kelas V yang berjumlah 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Banjarmasin Timur, subjek penelitian adalah siswa kelas V yang berjumlah 31 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Setting Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN Sungai Bilu 2 Banjarmasin Timur, subjek penelitian adalah siswa kelas V yang berjumlah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Ngabean yang menjadi subjek

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Ngabean yang menjadi subjek 22 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Ngabean yang menjadi subjek penelitian adalah kelas VI yang berjumlah 28 siswa.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. SMA Negeri 14 Bandung pada waktu melaksanakan kegiatan belajar mengajar di

BAB 3 METODE PENELITIAN. SMA Negeri 14 Bandung pada waktu melaksanakan kegiatan belajar mengajar di BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Terdapat persoalan yang dihadapi guru Bahasa Indonesia kelas X-C SMA Negeri 14 Bandung pada waktu melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Persoalan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Seting dan Karakteristik Subjek Penelitian Untuk mengetahui waktu dan tempat diadakannya penelitian, serta subjek dan karakteristik dari subjek penelitian, berikut

Lebih terperinci

KERANGKA PIDATO. Tine A. Wulandari, M.I.Kom.

KERANGKA PIDATO. Tine A. Wulandari, M.I.Kom. KERANGKA PIDATO Tine A. Wulandari, M.I.Kom. Pendahuluan Isi Pembahasan Penutup Pendahuluan Berisi salam pembuka. Salam pembuka ini berfungsi untuk mengantar kea rah pokok persoalan yang akan dibahas dan

Lebih terperinci

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli Mashura SMP Negeri 2 ToliToli, Kab. ToliToli, Sulteng ABSTRAK Strategi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang ruang lingkupnya mencakup

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang ruang lingkupnya mencakup BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain Penelitian Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang ruang lingkupnya mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri sendiri dan alam sekitar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Kondisi awal hasil observasi penelitian diketahui bahwa hasil belajar matematika siswa kelas enam SD Negeri Simpar masih rendah. Hal tersebut

Lebih terperinci

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kemampuan keterampilan dan sikap. Seseorang dapat belajar dari pengalaman sendiri maupun pengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik (siswa), materi, sumber belajar, media pembelajaran, metode dan lain

BAB I PENDAHULUAN. didik (siswa), materi, sumber belajar, media pembelajaran, metode dan lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran sebagai suatu proses merupakan suatu sistem yang melibatkan berbagai komponen antara lain komponen pendidik (guru), peserta didik (siswa), materi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahan ajar, media yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. bahan ajar, media yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekolah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan

Lebih terperinci

Jurnal SAP Vol. 1 No. 1 Agustus 2016 ISSN: X PENGARUH MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KETERAMPILAN BERPIDATO

Jurnal SAP Vol. 1 No. 1 Agustus 2016 ISSN: X PENGARUH MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KETERAMPILAN BERPIDATO PENGARUH MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KETERAMPILAN BERPIDATO Endang Sulistyaniningsih Program Studi Teknik Informatika, Universitas Indraprasta PGRI Email: esulistyaniningsih@gmail.com

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR FIQIH TENTANG ZAKAT MELALUI PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING PADA SISWA KELAS VIII-A

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR FIQIH TENTANG ZAKAT MELALUI PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING PADA SISWA KELAS VIII-A PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR FIQIH TENTANG ZAKAT MELALUI PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING PADA SISWA KELAS VIII-A MTs. ARRAHMAH KELAPA DUA WETAN CIRACAS JAKARTA TIMUR Santi Hartika Abstrak: Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk percakapan yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun yang baik

BAB I PENDAHULUAN. bentuk percakapan yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun yang baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh semua orang atau anggota masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi dan mengidentifikasi diri dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Pemahaman Konsep Pemahaman konsep merupakan salah satu aspek dari tiga aspek penilaiaan matematika. Menurut Jihad (2012), ada tiga aspek penilaian matematika

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Profil Tempat Penelitian Lembaga pendidikan yang dijadikan sebagai tempat penelitian tindakan kelas ini adalah Sekolah Dasar Negeri Sukoagung. Sekolah ini terletak di Desa Sukoagung,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan bahasa yang digunakan dalam kelompok terebut.

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan bahasa yang digunakan dalam kelompok terebut. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk yang bersifat individu juga sebagai makhluk yang bersifat sosial. Sebagai makhluk sosial manusia cendrung hidup berkelompok, misalnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1..1Latar Belakang Masalah. Kehidupan manusia tidak terlepas dari kegiatan berbahasa. Bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1..1Latar Belakang Masalah. Kehidupan manusia tidak terlepas dari kegiatan berbahasa. Bahasa adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1..1Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak terlepas dari kegiatan berbahasa. Bahasa adalah sarana untuk berkomunikasi antarmanusia. Bahasa sebagai alat komunikasi bertujuan

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN KEAKTIFAN BERKOMUNIKASI SISWA DENGAN STRATEGI SNOWBALL THROWING

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN KEAKTIFAN BERKOMUNIKASI SISWA DENGAN STRATEGI SNOWBALL THROWING UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN KEAKTIFAN BERKOMUNIKASI SISWA DENGAN STRATEGI SNOWBALL THROWING PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI DI KELAS X3 SMAN 1 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI Oleh: Hardani Endarwati

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Matematika 2.1.1.1 Hasil Belajar Hasil Belajar Matematika merupakan suatu perubahan yang dicapai oleh proses usaha yang dilakukan seseorang dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pemberian tugas menceritakan kembali cerita dengan menggunakan model picture and

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pemberian tugas menceritakan kembali cerita dengan menggunakan model picture and BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitan Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Pelaksanaan tindakan kelas melalui pemberian tugas menceritakan kembali cerita dengan

Lebih terperinci

Peningkatan Kemampuan Menyusun Paragraf Melalui Metode Latihan Terbimbing Siswa Kelas III SDN 5 Ampana

Peningkatan Kemampuan Menyusun Paragraf Melalui Metode Latihan Terbimbing Siswa Kelas III SDN 5 Ampana Peningkatan Kemampuan Menyusun Paragraf Melalui Metode Latihan Terbimbing Siswa Kelas III SDN 5 Ampana Jumiyanti, Saharudin Barasandji dan Efendi Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian terhadap keefektifan media film pendek versi Eagle Awards memerlukan metode yang tepat untuk mencapai keberhasilan. Oleh sebab itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan materi agar pembelajaran berlangsung menyenangkan. Pada saat

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan materi agar pembelajaran berlangsung menyenangkan. Pada saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru sebagai fasilitator memiliki pengaruh yang besar dalam proses kegiatan pembelajaran. Salah satunya guru juga dituntut untuk lebih kreatif dalam menyampaikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian ini merupakan kerja kolaborasi antara observer dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian ini merupakan kerja kolaborasi antara observer dan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian ini merupakan kerja kolaborasi antara observer dan peneliti yang juga sebagai guru mata pelajaran yang terlibat dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. PERSIAPAN PENELITIAN Sebelum penelitian dilakukan, peneliti mengadakan persiapan penelitian sebagai berikut: a. Peneliti meminta persetujuan Kepala SMA Islam Jepara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Secara umum, semua aktivitas

Lebih terperinci

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X. Maspupah SDN Inpres 1 Birobuli, Sulawesi Tengah

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X. Maspupah SDN Inpres 1 Birobuli, Sulawesi Tengah Penerapan Metode Pembelajaran Demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Perkalian Bilangan Cacah di Kelas II SDN Inpres 1 Birobuli Maspupah SDN Inpres 1 Birobuli, Sulawesi Tengah ABSTRAK

Lebih terperinci

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS VI SEMESTER 2

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS VI SEMESTER 2 PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS VI SEMESTER 2 1 PROGRAM SEMESTER TAHUN PELAJARAN 20 / 20 MATA PELAJARAN : Bahasa Indonesia KELAS / SEMESTER : VI (Enam) / 2 (dua) Standar Kompetensi

Lebih terperinci