BAB 3 BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. pemerintah Indonesia dalam menangani masalah perkebunan di Indonesia. Bagian ini

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. pemerintah Indonesia dalam menangani masalah perkebunan di Indonesia. Bagian ini"

Transkripsi

1 BAB 3 BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Gambaran Umum Sejarah umum Direktorat Jenderal Perkebunan adalah sebuah departemen yang dibentuk oleh pemerintah Indonesia dalam menangani masalah perkebunan di Indonesia. Bagian ini mempunyai tugas untuk merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang perkebunan. Organisasi ini mempunyai peranan dalam beberapa hal seperti penyiapan perumusan kebijakan di bidang perbenihan dan sarana produksi, budidaya serta perlindungan perkebunan, pelaksanaan kebijakan di bidang perbenihan dan sarana produksi, budidaya serta perlindungan perkebunan, penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur di bidang perbenihan dan sarana produksi budidaya serta perlindungan perkebunan, pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perbenihan dan sarana produksi, budidaya serta perlindungan perkebunan, pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Visi dan Misi Visi Berikut ini adalah visi Direktorat Jenderal Perkebunan : Terwujudnya agrobisnis perkebunan yang produktif, efisien, berdaya saing, dan berkelanjutan untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat perkebunan secara berkeadilan. 49

2 Misi Berikut ini adalah misi Direktorat Jenderal Perkebunan : 1. Meningkatkan pembangunan agribisnis perkebunan yang berkelanjutan melalui penerapan Good Agriculture Practices dan optimalisasi pemanfaatan sumber daya secara efisien dan efektif. 2. Meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia perkebunan yang memiliki kemampuan teknis dan berusaha serta mempunyai integrasi moral yang bersih dan peduli. 3. Meningkatkan akses terhadap informasi, teknologi, permodalan, sarana dan prasarana bagi masyarakat perkebunan. 4. Meningkatkan nilai tambah produk perkebunan di sentra-sentra produksi Struktur Organisasi Gambar 3.1 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Perkebunan [http3]

3 51 1. Direktur Jenderal Perkebunan Tugas : Mempunyai tugas untuk merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang perkebunan. Fungsi : Penyiapan perumusan kebijakan di bidang perbenihan dan sarana produksi, budidaya, serta perlindungan perkebunan. Pelaksanaan kebijakan di bidang perbenihan dan sarana produksi, budidaya, serta perlindungan perkebunan. Penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang perbenihan dan sarana produksi, budidaya, serta perlindungan perkebunan. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perbenihan dan sarana produksi, budidaya, serta perlindungan perkebunan. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal. 2. Sekretaris Direktorat Jenderal Tugas : Sekretariat Direktorat Jenderal mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis dan administratif kepada semua unsur di lingkungan Direktorat Jenderal. Fungsi : Perumusan rencana, program, dan anggaran, serta kerjasama. Pengelolaan urusan keuangan dan perlengkapan.

4 52 Pelaksanaan evaluasi dan penyempurnaan organisasi dan ketatalaksanaan, serta pengelolaan urusan kepegawaian. Pelaksanaan evaluasi dan penyusunan rancangan peraturan perundangundangan. Pelaksanaan hubungan masyarakat. Pengelolaan data dan informasi. Analisis dan evaluasi pelaksanaan program, dan penyusunan laporan pelaksanaan kegiatan, serta tindaklanjut hasil pengawasan. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat Jenderal. 3. Direktur Budidaya Tanaman Rempah dan Penyegar Tugas : Direktorat Budidaya Tanaman Rempah dan Penyegar mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang budidaya tanaman rempah dan penyegar. Fungsi : Penyiapan perumusan kebijakan di bidang budidaya tanaman rempah, tanaman teh dan kopi, tanaman penyegar, serta aneka tanaman rempah dan penyegar. Pelaksanaan kebijakan di bidang budidaya tanaman rempah, tanaman teh dan kopi, tanaman penyegar, serta aneka tanaman rempah dan penyegar.

5 53 Penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur di bidang budidaya tanaman rempah, tanaman teh dan kopi, tanaman penyegar, serta aneka tanaman rempah dan penyegar. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang budidaya tanaman rempah, tanaman teh dan kopi, tanaman penyegar, serta aneka tanaman rempah dan penyegar. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat. 4. Direktur Pembenihan dan Sarana Tugas : Direktorat Perbenihan dan Sarana Produksi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perbenihan dan sarana produksi perkebunan. Fungsi : Penyiapan perumusan kebijakan di bidang benih tanaman semusim, benih tanaman rempah dan penyegar, benih tanaman tahunan, penilaian varietas dan pengawasan mutu benih, serta sarana produksi perkebunan. Pelaksanaan kebijakan di bidang benih tanaman semusim, benih tanaman rempah dan penyegar, benih tanaman tahunan, penilaian varietas dan pengawasan mutu benih, serta sarana produksi perkebunan. Penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang benih tanaman semusim, benih tanaman rempah dan penyegar, benih tanaman

6 54 tahunan, penilaian varietas dan pengawasan mutu benih, serta sarana produksi perkebunan. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang benih tanaman semusim, benih tanaman rempah dan penyegar, benih tanaman tahunan, penilaian varietas dan pengawasan mutu benih, serta sarana produksi perkebunan. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat. 5. Direktur Budidaya Tanaman Tahunan Tugas : Direktorat Budidaya Tanaman Semusim mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang budidaya tanaman semusim. Fungsi : Penyiapan perumusan kebijakan di bidang budidaya tanaman pemanis, tanaman serat, tanaman atsiri, dan aneka tanaman semusim. Pelaksanaan kebijakan di bidang budidaya tanaman pemanis, tanaman serat, tanaman atsiri, dan aneka tanaman semusim. Penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur di bidang budidaya tanaman pemanis, tanaman serat, tanaman atsiri, dan aneka tanaman semusim. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang budidaya tanaman pemanis, tanaman serat, tanaman atsiri, dan aneka tanaman semusim. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.

7 55 6. Direktur Perlindungan Perkebunan Tugas : Direktorat Perlindungan Perkebunan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perlindungan perkebunan. Fungsi : Penyiapan perumusan kebijakan di bidang identifikasi organisme pengganggu tumbuhan, pengendalian organisme pengganggu tumbuhan tanaman semusim, rempah dan penyegar, dan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan tanaman tahunan, serta penanggulangan gangguan usaha perkebunan. Pelaksanaan kebijakan di bidang identifikasi organisme pengganggu tumbuhan, pengendalian organisme pengganggu tumbuhan tanaman semusim, rempah dan penyegar, dan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan tanaman tahunan, serta penanggulangan gangguan usaha perkebunan. Penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur di bidang identifikasi organisme pengganggu tumbuhan, pengendalian organisme pengganggu tumbuhan tanaman semusim, rempah dan penyegar, dan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan tanaman tahunan, serta penanggulangan gangguan usaha perkebunan. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang identifikasi organisme pengganggu tumbuhan, pengendalian organisme pengganggu tumbuhan tanaman semusim, rempah dan penyegar, dan pengendalian organisme

8 56 pengganggu tumbuhan tanaman tahunan, serta penanggulangan gangguan usaha perkebunan. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat. 7. Direktur Budidaya Tanaman Semusim Tugas : Direktorat Budidaya Tanaman Semusim mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang budidaya tanaman semusim Fungsi : Penyiapan perumusan kebijakan di bidang budidaya tanaman pemanis, tanaman serat, tanaman atsiri, dan aneka tanaman semusim. Pelaksanaan kebijakan di bidang budidaya tanaman pemanis, tanaman serat, tanaman atsiri, dan aneka tanaman semusim. Penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur di bidang budidaya tanaman pemanis, tanaman serat, tanaman atsiri, dan aneka tanaman semusim; Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang budidaya tanaman pemanis, tanaman serat, tanaman atsiri, dan aneka tanaman semusim. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.

9 Model Sistem Berjalan Gambar 3.2 Rich Picture Sistem Berjalan Prosedur kerja bisnis : (1a) Petani menjual hasil produksi kebunnya ke koperasi terdekat lalu data produksi hasil kebun dicatat ke form hasil produksi oleh karyawan koperasi. (1b) Dinas Perkebunan Kabupaten mendata semua lahan kosong yang ada di wilayah pengawasannya lalu dicatat ke form data lahan kosong.

10 58 (2) Setiap bulan koperasi-koperasi di daerah mengirimkan form rekapitulasi hasil produksi kebun via ke Dinas Perkebunan Kabupaten. (3) Setiap tahun Dinas Perkebunan Kabupaten mengirimkan data hasil rekapitulasi produksi kebun dan data lahan kosong via ke Dinas Perkebunan Propinsi. (4) Setelah direkapitulasi di Dinas Perkebunan Propinsi, rekapitulasi data hasil produksi kebun dan lahan kosong dikirim via ke Direktorat Jenderal Perkebunan. (5) Setelah data diterima Direktorat Jenderal Perkebunan, data dimasukkan ke dalam sistem informasi untuk diumumkan ke masyarakat. (6) Pengguna melihat data hasil produksi kebun dan lahan kosong yang dimasukkan ke sistem untuk menganalisis potensi usaha perkebunan. 3.3 Analisis Permasalahan Analisis Sistem Berjalan Masalah yang terjadi adalah kurangnya informasi mengenai perkebunan kelapa sawit yang ada disetiap daerah serta kurangnya informasi mengenai luas lahan kosong yang memiliki potensi yang sangat besar bagi perkebunan kelapa sawit dan pabrik kelapa sawit. Pabrik kelapa sawit merupakan hal penunjang yang sangat penting bagi perkembangan kelapa sawit. Jarak antara suatu pabrik kelapa sawit dengan perkebunan kelapa sawit yang ada disebuah kabupaten sangat mempengaruhi bisnis kelapa sawit itu sendiri dikarenakan adanya biaya yang diperlukan untuk memindahkan tandan buah sawit (TBS) ke pabrik kelapa sawit untuk diolah menjadi CPO (Crude Palm Oil). Belum lagi CPO diekspor dalam bentuk mentah ke negara lain. Padahal jika pengembangan

11 59 bisnis perkebunan dan agroindustri kelapa sawit dikembangkan di Indonesia, ini akan memberikan hasil yang jauh lebih besar dan lebih bermanfaat bagi Indonesia. Tidak hanya sebatas usaha perkebunan dan pabrik kelapa sawit tetapi usaha lain yang berorientasi pada industri hilir atau turunannya seperti minyak goreng, margarin, sabun, dan lainnya. Untuk melakukan pengembangan industri kelapa sawit ini dibutuhkan modal yang besar, dimana para investor berperan penting untuk menanamkan modalnya. Tetapi permasalahannya adalah para investor kesulitan untuk mendapatkan data yang akurat mengenai lahan-lahan yang memiliki potensi untuk perkebunan kelapa sawit dan potensi industri CPO. Hal ini disebabkan karena tidak adanya sistem informasi yang informatif dari Direktorat Jenderal Perkebunan kepada para investor untuk membantu para investor mendapatkan informasi mengenai potensi industri kelapa sawit. Sistem yang berjalan saat ini memiliki beberapa kelemahan, antara lain : 1. Telah memiliki berita untuk disajikan kepada pengguna. Namun, berita yang disajikan masih terlalu luas cakupannya, misalnya tentang kegiatan sosial yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan. Hal ini menyebabkan pengguna sistem memanfaatkan media lain untuk mencari perkembangan terkini mengenai kelapa sawit dan CPO, misalnya perusahaan kelapa sawit A telah diakuisisi oleh perusahaan kelapa sawit B. 2. Peng-input-an data dilakukan oleh 1 pengguna pada kantor pusat. Setiap daerah mengirimkan data kepada kantor pusat, sehingga data membutuhkan waktu yang lebih lama untuk diinformasikan ke masyarakat luas, karena data tersebut dikirim setelah dilakukan rekapitulasi selama 1 tahun.

12 60 3. Kurang menarik perhatian pengguna, dan tidak memberikan informasi lokasi yang detail, petunjuk lokasi hanya berupa peta propinsi saja, informasi produksinya pun terletak pada halaman yang berbeda. 4. Tidak memberikan informasi produksi CPO dan jumlah ekpor CPO, yang sebenarnya akan mendatangkan manfaat yang lebih besar bagi perekonomian Indonesia jika CPO diolah menjadi produk turunan CPO, bukan diekspor. 5. Informasi kelapa sawit belum memberikan informasi yang lebih detail, hanya sebatas tingkat kabupaten, tidak diketahui jumlah produksi kebun kelapa sawit. 6. Belum memiliki informasi ekspor CPO pada setiap pabrik kelapa sawit, sehingga tidak diketahui jumlah CPO yang berpeluang untuk dijadikan industri turunan CPO. 7. Hanya memberikan laporan pada nilai akumulasi produksi tahunan sehingga laporan yang diberikan belum detail hingga tingkat kabupaten. 8. Tidak memberikan laporan mengenai produksi CPO, sedangkan CPO memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan menjadi produk turunan CPO Data-data pendukung Berikut adalah data-data dan kesimpulan dari artikel bisnis mengenai industri CPO yang diperoleh dari situs yang mempertajam permasalahan yang sedang dihadapi : 1. Indonesia adalah produsen CPO nomor satu di dunia dengan produksi tahun 2008 sebanyak 19,9 juta ton dan diperkirakan naik menjadi 22,4 juta ton pada Dengan produksi yang terus meningkat sudah selayaknya Indonesia mempunyai pasar fisik CPO yang terorganisasi. Apalagi, CPO berperan penting atas kinerja

13 61 ekspor nonmigas Indonesia. Tahun 2008 volume ekspor CPO beserta turunannya mencapai 14,29 juta ton dengan nilai US$ 12,37 miliar atau 11,47% dari total nilai ekspor nonmigas Indonesia. Di pasar internasional, negara kita merupakan eksportir kedua terbesar dengan pangsa pasar 29,29%. ([http4]) Kesimpulan yang didapat dari artikel di atas adalah Indonesia adalah produsen CPO nomor satu di Dunia. Sebagian besar CPO indonesia diekspor keluar negeri. 2. PT Astra Agro Lestari Tbk. (AAL), perusahaan dalam lingkup Grup Astra itu buktinya masih bisa menutup buku tahun 2008 dengan catatan luar biasa positif. Tahun 2008 AAL membukukan pendapatan bersih konsolidasi sebesar Rp 8,16 triliun. Angka ini meningkat 36,9% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang baru senilai Rp 5,96 triliun. Lalu, laba bersih 2008 sebesar Rp 2,63 triliun, meningkat 33,3% dari tahun 2007 yang senilai Rp 1,97 triliun. Tonny Hermawan K., Vice President Director AAL, mengatakan bahwa, AAL masih akan fokus di bisnis hulu (perkebunan) dan belum akan serius merambah bisnis hilir karena merasa belum memiliki kemampuan di bidang tersebut. Tonny menyadari AAL belum punya senjata untuk perang di industri hilir kelapa sawit. Baik dari teknologi dan persaingan pasar, kami sadar belum mampu, ungkapnya. AAL sebenarnya diam-diam sudah membuat minyak goreng merek Palmeco. ([http5]) Kesimpulan yang didapat dari artikel di atas adalah masih minimnya industri turunan CPO. 3. Kabupaten L. Batu, Sumatra Utara, mempunyai kedudukan cukup strategis untuk menanamkan investasi, terlebih daerah ini dekat dengan Provinsi Sumatera Barat dan Riau sehingga dapat menguntungkan wilayah dalam hal distribusi produk

14 62 perekonomian, atau keterkaitan dengan pangsa pasar lebih luas. Susahnya menggaet investor untuk agroindustri hilir CPO itu akan berkorelasi terhadap susahnya meningkatkan kesejahteraan L. Batu. ([http6]) Kesimpulan yang didapat dari artikel di atas adalah Kabupaten L. Batu sulit menggaet investor untuk agroindustri hilir CPO. 4. PT Indofood Sukses Makmur Tbk sangat berjaya pada tahun 2008, salah satu faktor penyebabnya adalah dengan adanya kenaikan harga komoditas yang sangat tinggi. Indofood sebagai perusahaan yang memosisikan diri sebagai penyedia total food solutions memiliki empat divisi/kelompok usaha: produk konsumer bermerek (consumer branded product/cbp), perkebunan dan minyak kelapa sawit, produk tepung (Bogasari), serta distribusi dan jasa. Namun demikian, tidak ada jaminan bahwa setiap tahunnya pendapatan Indofood akan naik. Pasalnya, harga minyak kelapa sawit mentah (CPO) bisa kembali turun. Komoditas itu (CPO) berbeda dari CBP yang dinilai dari brand-nya. CBP memang jauh lebih stabil. ([http7]) Kesimpulan yang didapat dari artikel di atas adalah hasil olahan CPO atau produk hilir CPO yang berupa CBP, misalnya minyak goreng, memiliki harga yang stabil. 5. Banyak orang yang ingin berinvestasi di bisnis agro (pangan) di Indonesia, terutama minyak kelapa sawit (CPO), gandum, gula dan minyak nabati (jagung, atsiri, bunga matahari, kedelai, dll), tetapi tak tahu ke mana harus pergi mencari mitra. Bungaran Saragih, mantan Menteri Pertanian pada Kabinet Gotong Royong, melihat sektor agro belum benar-benar dimanfaatkan oleh pebisnis dan belum digarap secara simultan. Ini terjadi karena masyarakat terlalu bergantung pada pemerintah, kata Bungaran. Padahal, agrobisnis adalah bisnis yang paling dekat dengan masyarakat. Menurutnya, entrepreneurship masyarakat Indonesia masih

15 63 lemah. Pemerintah telah memberikan banyak peluang. Misalnya, untuk kelapa sawit ada penambahan lahan 25 juta hektare yang tanpa merusak hutan, sayangnya hal ini belum diendus sebagai peluang oleh pebisnis. ([http8]). Dari kutipan-kutipan yang didapat dari artikel di atas : 1. Tidak tahu ke mana harus mencari mitra untuk memulai usaha. 2. Belum mengetahui bahwa pemerintah telah memberikan peluang dengan penambahan lahan untuk kelapa sawit yang dapat dijadikan peluang oleh pebisnis. Kesimpulan yang didapat dari artikel di atas adalah kedua masalah yang tidak diketahui oleh masyarakat luas ini dapat teratasi jika adanya sistem yang menyediakan informasi perkembangan kelapa sawit dan industri kelapa sawit, misalnya adanya berita yang memberikan informasi mengenai industri-industri kelapa sawit apa saja yang sedang berkembang dan informasi lainnya tentang lahan-lahan yang memiliki potensi untuk perkebunan kelapa sawit. 6. Kepala Bidang Pemasaran Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mengeluhkan tidak ada data yang akurat soal produksi, ekspor dan penggunaan sawit di dalam negeri serta luas lahan. Berbeda dengan Malaysia, katanya, yang memiliki data akurat, karena pelaku usaha diwajibkan melaporkan seluruh data. Berdasarkan data resmi dari Malaysia Palm Oil Board (MPOB), lanjutnya, stok negeri jiran tersebut dapat diketahui secara pasti. ([http9]) Kesimpulan yang didapat dari artikel di atas adalah tidak tersedianya sistem informasi yang memberikan data yang akurat soal produksi, ekspor, luas lahan, dan penggunaan sawit di dalam negeri.

16 Alternatif Pemecahan Masalah Untuk menyelesaikan masalah yang ditemukan pada aplikasi sistem informasi yang sedang berjalan saat ini, berikut adalah tabel fitur-fitur yang ditawarkan untuk membangun suatu aplikasi sistem informasi yang baru. Tabel ini akan mendefinisikan masalah yang dihadapi, kebutuhan yang diinginkan, serta fitur yang ditawarkan. Gambar 3.3 Tabel fitur-fitur yang ditawarkan Masalah Kebutuhan Fitur Pengguna menginginkan informasi berita yang spesifik mengenai kelapa sawit dan CPO. spesifik. Informasi berita yang diberikan memiliki cakupan yang luas. Peng-input data ke dalam sistem hanya 1 pengguna saja. Kurang menarik perhatian pengguna dan tidak memberikan informasi lokasi yang detail, hanya berupa peta propinsi saja, informasi produksinya pun terletak pada halaman yang berbeda. Tidak memberikan informasi produksi CPO. Informasi kelapa sawit belum memberikan informasi yang lebih detail, hanya sebatas tingkat kabupaten. Belum adanya informasi ekspor mengenai CPO. Memberikan akses kepada beberapa pengguna untuk mengatur data tertentu. Tampilan antar muka pengguna yang menarik serta memberikan informasi lokasi yang lebih detail dan informasi produksi kelapa sawit dan CPO yang tergabung di dalam letak lokasi. Informasi mengenai produksi CPO sehingga perkembangan CPO dapat diamati. Informasi mengenai produksi kelapa sawit yang detail, sehingga diketahui jumlah produksi kebun kelapa sawit. Informasi mengenai harga ekspor CPO memberikan Dibuat fitur mengatur data berita untuk memberikan informasi berita yang Dibuat fitur mengatur data untuk membuat pengguna baru yang dapat meng-input data kedalam sistem pada lingkup tertentu. Dibuat tampilan antar muka pengguna menggunakan peta, sehingga memberikan visualisasi yang jelas mengenai letak lokasi (propinsi, kabupaten, kebun, lahan kosong, dan pabrik) dan memberikan informasi produksi yang tergabung di dalam letak lokasi. Dibuat fitur yang memberikan informasi CPO per periode, sehingga pengguna dapat mengamati CPO per periode. Dibuat fitur yang memberikan informasi kelapa sawit per periode, sehingga pengguna dapat mengamati perkembangan kelapa sawit per periode. Dibuat fitur untuk mendata nilai ekspor dan jumlah

17 65 Masalah Kebutuhan Fitur statistik harga ekspor CPO yang tidak stabil dan mungkin diperlukan juga untuk keputusan mengekspor CPO ketika harga CPO sedang tinggi. Hanya memberikan laporan pada nilai akumulasi produksi tahunan sehinggan laporan yang diberikan belum detail hingga tingkat kabupaten. Tidak memberikan laporan mengenai produksi CPO. Laporan mengenai produksi kelapa sawit yang detail hingga sampai pada tahap kabupaten, sehingga dapat dilihat jumlah produksi perkebunan kelapa sawit. Tidak adanya laporan mengenai produksi CPO sedangkan CPO memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan menjadi produk turunan CPO. ekspor CPO berdasarkan periode. Dibuat fitur melihat laporan statistik kelapa sawit yang memberikan laporan detail hingga tingkat kabupaten, sehingga diketahui jumlah produksi kelapa sawit pada suatu kebun. Dibuat fitur melihat laporan statistik industri yang memberikan laporan detail hingga tingkat kabupaten, sehingga diketahui jumlah produksi CPO pada suatu pabrik. Pemecahan dari masalah tersebut adalah membuat sebuah aplikasi sistem informasi yang menyimpan data mengenai pabrik, perkebunan, dan lahan kosong yang ada di kabupaten dari masing-masing propinsi. Selain itu, pada aplikasi ini akan disimpan juga data peta Indonesia. Dalam pembuatan aplikasi ini digunakan basis data spasial. Basis data spasial adalah basis data dikhususkan untuk menyimpan data geografis yang ada di dalam Peta informasi. Keunggulan dari penggunaan model basis data adalah terhubungnya data wilayah seperti peta dengan basis data. Dengan demikian data spasial tersebut dapat digunakan untuk memberikan visualisasi letak kabupaten yang ada di Indonesia secara interaktif. Dengan menyimpan data geografis, aplikasi dapat melakukan query dengan parameter tertentu, misalnya jarak, sehingga dapat diketahui letak kebun terdekat dengan kebun lain pada jarak tertentu. Sistem ini akan menampilkan jumlah produksi kepala

18 66 sawit, CPO dan luas lahan yang ada di kabupaten tersebut, sehingga investor dapat melihat jumlah dari setiap produksi. Sistem ini juga akan menampilkan gambaran yang interaktif dengan membedakan warna titik untuk setiap jumlah produksi yang berbedabeda dalam kisaran angka tertentu, sehingga memudahkan bagi investor untuk melihat jumlah kisaran produksi yang diinginkan tanpa harus melihat satu per satu bagian pada setiap kabupaten. Sistem ini pada awalnya akan menampilkan data-data propinsi, ketika pengguna menekan titik propinsi yang diinginkan untuk dilihat, maka sistem akan menampilkan gambar yang lebih detail tentang propinsi tersebut beserta dengan kabupaten-kabupaten yang ada di dalam propinsi tersebut. Setiap kabupaten yang memiliki sumber daya kelapa sawit dan industri sawit akan di tampilkan titik-titiknya dalam warna yang berbeda sesuai kisaran angka tertentu. Sehingga para investor dengan mudah dapat melihat kisaran jumlah produksi perkebun maupun perindustrian Analisis Kebutuhan Kebutuhan data dan informasi dari aplikasi ini adalah : 1. Dibutuhkan data profil dan lokasi pabrik yang ada di kabupaten. 2. Dibutuhkan data profil dan lokasi kebun di kabupaten. 3. Dibutuhkan data profil dan lokasi lahan kosong yang ada di kabupaten. 4. Dibutuhkan data berapa jumlah kelapa sawit yang dihasilkan dari kebun. 5. Dibutuhkan data jumlah bahan baku kelapa sawit, jumlah produksi CPO yang dihasilkan, dan jumlah CPO yang diekspor dari pabrik di kabupaten. 6. Dibutuhkan gambar peta, mulai dari peta indonesia hingga sampai pada peta tingkat kabupaten yang memiliki ukuran peta dengan skala yang jelas.

19 67 Berdasarkan hasil dari proses wawancara, didapatkan beberapa data yang dibutuhkan untuk pembangunan sistem ini, antara lain : 1. Statistik Perkebunan Indonesia Peta yang didapat hanya terbatas pada peta propinsi saja, sedangkan peta kabupaten dan indonesia masih belum disediakan. Untuk itu, sementara digunakan peta indonesia dan kabupaten yang dummy.

20 Perancangan Sistem Model Sistem Yang Diusulkan Mendata Lahan Kosong Lahan Kosong 1b Menjual Hasil Produksi Mengirim Rekap Form Hasil Produksi Kebun via Petani 1a 2 Koperasi Daerah Dinas Perkebunan Kabupaten Pengguna 5 Melihat Data Kebunm, Industri, Lahan Kosong Via Sistem Informasi 4a Memasukkan data hasil produksi kebun dan lahan kosong Memasukkan Data Periode Server Sistem Informasi Memasukkan data hasil produksi pabrik 4b 3 Melaporkan jumlah bahan baku pabrik Industri turunan CPO Dinas Industri Kabupaten Direktorat Jenderal Perkebunan 1d Melaporkan hasil produksi dan bahan baku pabrik industri CPO 1c Gambar 3.4 Rich Picture Sistem Yang Diusulkan

21 69 Prosedur kerja bisnis : (1a) Petani menjual hasil produksi kebunnya ke koperasi terdekat lalu data produksi hasil kebun dicatat ke form hasil produksi oleh karyawan koperasi. (1b) Dinas Perkebunan Kabupaten mendata semua lahan kosong yang ada di wilayah pengawasannya lalu dicatat ke form data lahan kosong. (1c) Karyawan pabrik industri CPO melaporkan jumlah kelapa sawit yang digunakan sebagai bahan baku, jumlah hasil CPO yang di produksi, serta jumlah CPO yang diekspor, dilaporkan ke Dinas Industri Kabupaten. (1d) Karyawan pabrik industri turunan CPO melaporkan jumlah CPO yang digunakan sebagai bahan baku untuk memproduksi turunan CPO. (2) Setiap bulan koperasi-koperasi di daerah mengirimkan rekap form hasil produksi kebun via ke Dinas Perkebunan Kabupaten. (3) Karyawan Direktorat Jenderal Perkebunan memasukkan data periode agar setiap setiap data dari kabupaten dapat dimasukkan. (4a) Setelah data diterima Dinas Perkebunan Kabupaten, data dimasukkan ke dalam sistem untuk diumumkan ke masyarakat. (4b) Setelah data diterima Dinas Industri Kabupaten, data dimasukkan ke dalam sistem untuk diumukan ke masyarakat. (5) Pengguna melihat data hasil produksi kebun, hasil produksi pabrik, bahan baku pabrik dan lahan kosong yang dimasukkan ke sistem untuk menganalisis potensi usaha perkebunan dan potensi industri kelapa sawit.

22 Perancangan UML Class Diagram Class diagram di bawah ini menunjukkan entitas yang ada pada sistem dan bagaimana hubungan antara entitas yang satu dengan entitas yang lainnya. Propinsi 1..* 1 -KdPropinsi -NamaPropinsi -LuasPropinsi +Dicatat_data_propinsi() Kabupaten -KdKabupaten -KdPropinsi -NamaKabupaten -LuasKabupaten +dicatat_data_kabupaten() 1..* Karyawan -KdKaryawan -Nama -Alamat -Telepon -Nick admin industri super admin 1 Pabrik -KdPabrik -NamaPabrik -LuasPabrik -LokasiPabrik +dicatat data pabrik() +dicatat jumlah ekspor CPO() +dicatat jumlah CPO yang diolah() +dicatat jumlah turunan CPO() +dicatat jenis produksi() 1 1..* DetailProduksiCPO -KdProduksiPabrik -KdPabrik -KdJenisTurunan -JumlahProduksi -Jumlah CPO Ekspor -Jumlah CPO import 1..* 1 +Mencatat_data_pabrik() admin perkebunan +Mencatat_jumlah_ekspor_CPO() +Mencatat_periode_produksi_CPO() +Mencatat_data_kebun() +Mencatat_jumlah_CPO_yang_diolah() +Mencatat_produksi_kelapa sawit() +Mencatat jumlah turunan CPO() +Mencatat_data_lahan () +Mencatat jenis produksi() 1 Tanah -KdTanah -LuasTanah -LokasiTanah -TipeTanah -NamaPemilik 1..* -Keterangan +Meng_periode() +Meng_admin() +Mendata_Kabupaten() +Mendata_Propinsi() +Mendata negara() +Mencatat harga import() +Mencatat harga eksport() 1 1 +dicatat data pabrik() +dicatat jumlah ekspor CPO() +dicatat jumlah CPO yang diolah() +dicatat jumlah turunan CPO() +dicatat jenis produksi() Kebun +Dicatat data kebun() +Dicatat_jumlah_kelapa sawit() Lahan Kosong +Dicatat_data_lahan() 1 1 Tipe Lahan -KdTipeLahan -Tipe Lahan -Keterangan Tipe +Dicatat_tipe_lahan() 1..* 1 1 ProduksiCPO JenisTurunanCPO -KdJenisTurunan -NamaTurunan +dicatat jumlah turunan CPO() +dicatat jenis turunan CPO() 1..* 1 -KdProduksiPabrik -KdJenisturunan -KdPeriode +dicatat data pabrik() +dicatat jumlah ekspor CPO() +dicatat jumlah CPO yang diolah() +dicatat jumlah turunan CPO() +dicatat jenis produksi() 1..* 1..* DetailProduksiKelapaSawit -KdKebun -KdProduksiKebun -JumlahSawitBaik -JumlahSawitNormal -JumlahSawitRusak +Dicatat data Kebun() +Dicatat produksi kelapa sawit() 1 1..* ProduksiKelapaSawit -KdProduksiKebun -KdPeriode +Dicatat data kebun() +Dicatat_jumlah_kelapa sawit() 1..* Periode 1 -KdPeriode -AwalPeriode -AkhirPeriode +Mencatat jumlah kelapa sawit() +mencatat hasil produksi pabrik() +Di periode() +Mencatat Import dan Ekspor() 1 1..* 1 1..* ImportEksporCPO -KdPeriode -KdNegara -Harga Import -Harga Ekspor 1..* +Dicatat Harga import() +Dicatat Harga Eksport() 1..* 1 Negara -KdNegara -NamaNegara +Dicatat data negara() Gambar 3.5 Class Diagram

23 Class Admin industri Definition Class admin industri mendeskripsikan data-data mengenai administrator industri. Attribute : KdUser, KdKabupaten, NickUser, PassUser, NamaUser, Alamat, NoTelpUser, HPUser. Operational : mencatat_data_pabrik, mencatat_jumlah_sawit_yang_diolah, mencatat_jumlah_cpo_yang_diekspor, mencatat_jumlah_cpo_yang_dihasilkan, mencatat_jumlah_turunan_cpo_yang_diolah, mencatat_jenis_produksi Behavior Pattern admin industri -KdUser -KdKabupaten -NickUser -PassUser -NamaUser -Alamat -NoTelpUser -HpUser +Mencatat_data_pabrik() +Mencatat_jumlah_sawit_yang_diolah() +Mencatat_jumlah_CPO_yang_diekspor() +Mencatat_jumlah_CPO_yang_dihasilkan() +Mencatat_jumlah_turunan_CPO_yang_diolah() +Mencatat_jenis_produksi() Gambar 3.6 Class dan State Admin Industri

24 Class Admin perkebunan Definition Class admin perkebunan menjelaskan data-data mengenai administrator perkebunan. Attribute : KdUser, KdKabupaten, NickUser, PassUser, NamaUser, Alamat, NoTelpUser, HPUser. Operational : Mencatat_data_kebun, mencatat_produksi_kelapa_sawit, mencatat_data_lahan. Behaviour Pattern Gambar 3.7 Class dan State Admin Perkebunan

25 Class Super Admin Definition Class super admin mendeskripsikan data-data mengenai administrator utama yang mengatur aplikasi web tersebut. Attribute : KdUser, KdKabupaten, NickUser, PassUser, NamaUser, Alamat, NoTelpUser, HPUser. Operational : Meng-_periode, meng- admin, mendata_negara, mencatat_harga_import_ekspor. Behaviour Pattern Gambar 3.8 Class dan State Super Admin

26 Class Kabupaten Definition Class kabupaten mendeskripsikan data-data mengenai kabupaten yang ada di sebuah propinsi. Attribute : KdKabupaten, KdPropinsi, NamaKabupaten, LuasKabupaten, GambarKabupaten, KetKabupaten, PosisiKabupaten Operational : Dicatat_data_kabupaten Behaviour Pattern / Dicatat_data_kabupaten [Kabupaten_di] Active [Kabupaten_didelete] Gambar 3.9 Class dan State Kabupaten Class Propinsi Definition Class Propinsi mendeskripsikan data-data propinsi yang ada. Attribute : KdPropinsi, NamaPropinsi, LuasPropinsi, GambarPropinsi, KetPropinsi, PosisiPropinsi

27 75 Operational : Dicatat_data_propinsi Behaviour Pattern Gambar 3.10 Class dan State Propinsi Class Pabrik Pengolah Turunan CPO Definition Class pabrik mendeskripsikan data-data pabrik yang mengolah CPO menjadi turunan CPO dalam sebuah kabupaten. Attribute : KdPabrik, KdKabupaten, NamaPabrik, LuasPabrik, PicPabrik, KetPabrik, PosisiPabrik Operational : Dicatat_data_pabrik, dicatat_jenis_produksi dicatat_jumlah_turunan_cpo_yang_diolah.

28 76 Behaviour Pattern / Dicatat_data_pabrik [pabrik_didirikan] Active [pabrik_ditutup] / dicatat_jumlah_cpo_yang_diolah / Dicatat_jenis_produksi Gambar 3.11 Class dan State Pabrik Pengolah Turunan CPO Class ProduksiTurunanCPO Definition Class produksi turunan CPO mendeskripsikan data-data turunan yang dihasilkan dari sebuah pabrik pengolah turunan CPO. Attribute : KdPabrik, KdJenisTurunan, KdPeriode, JumlahProduksi Operational : dicatat_jenis_produksi dicatat_jumlah_turunan_cpo_yang_diolah

29 77 Behaviour Pattern / dicatat_jumlah_cpo_yang_diolah [produksi_dihasilkan] Active [produksi_dihentikan] / Dicatat_jenis_produksi Gambar 3.12 Class dan State Produksi Turunan CPO Class Pabrik Pengolah Kelapa Sawit Definition Class pabrik pengolah kelapa sawit mendeskripsikan data-data pabrik yang mengolah kelapa sawit menjadi CPO dalam sebuah kabupaten. Attribute : KdPabrik, KdKabupaten, NamaPabrik, LuasPabrik, PicPabrik, KetPabrik, PosisiPabrik Operational : Dicatat_data_pabrik, dicatat_jumlah_sawit_yang_diolah, dicatat_jumlah_cpo_yang_diekspor, dicatat_jumlah_cpo_yang_dihasilkan.

30 78 Behaviour Pattern Gambar 3.13 Class dan State Pabrik Pengolah Kelapa Sawit Class Produksi CPO Definition Class produksi CPO mendeskripsikan data-data CPO yang dihasilkan dari sebuah pabrik pengolah kelapa sawit. Attribute : KdProduksi, KdPabrik, KdJenisTurunan, KdPeriode, JumlahCPO, JumlahEkspor. Operational : Dicatat_data_pabrik, dicatat_jumlah_cpo_yang_diekspor dicatat_jumlah_sawit_yang_diolah, dicatat_jumlah_cpo_yang_dihasilkan.

31 79 Behaviour Pattern Gambar 3.14 Class dan State Produksi CPO Class Kebun Definition Class kebun mendeskripsikan data-data kebun yang ada di suatu kabupaten. Attribute : KdKebun, KdKabupaten, NamaKebun, LuasKebun, PicKebun, KetKebun, PosisiKebun, NamaPemilikKebun Operational : Dicatat_data_kebun Behaviour Pattern

32 80 Gambar 3.15 Class dan State Kebun Class Produksi Kelapa Sawit Definisi Class produksi kelapa sawit mendeskripsikan data-data jumlah kelapa sawit yang diproduksi pada masing-masing kebun yang ada di kabupaten Attribute : KdKebun, KdProduksiKebun, KdPeriode, JumlahSawitBaik, JumlahSawitNormal, JumlahSawitRusak Operational : Dicatat_produksi_kelapa_sawit Behaviour Pattern ProduksiKelapaSawit -KdKebun -KdPeriode -KdProduksiKebun -JumlahSawitBaik -JumlahSawitNormal -JumlahSawitRusak +Dicatat produksi kelapa sawit() Gambar 3.16 Class dan State Produksi Kelapa Sawit

33 Class Lahan Kosong Definition Class lahan kosong mendeskripsikan data-data lahan kosong yang ada di kabupaten tersebut dengan potensi dari masing-masing lahan. Attribute : KdLahan, KdPeriode, KdKabupaten, PicLahan, KetLahan, LuasLahan, PosisiLahan, TipeLahan Operational : Dicatat_data_lahan Behaviour Pattern Lahan Kosong -KdLahan -KdPeriode -KdKabupaten -PicLahan -KetLahan -LuasLahan -PosisiLahan -TipeLahan +Dicatat_data_lahan() / Dicatat_data_lahan [Lahan_didata] active [Lahan_didelete] Gambar 3.17 Class dan State Lahan Kosong Class Periode Definition Class periode mendeskripsikan periode waktu. Attribute : KdPeriode, AwalPeriode, AkhirPeriode

34 82 Operational : Mencatat_jumlah_sawit_diolah, Mencatat_jumlah_CPO_diekspor, Mencatat_jumlah_CPO_dihasilkan, Mencatat_jumlah_turunan_CPO, mencatat_jenis_produksi, Mencatat_jumlah_produksi_kelapa_sawit, Mencatat_data_lahan_kosong, mencatat_harga_import_dan_eksport. Behaviour Pattern / Mencatat_data_lahan_kosong,Mencatat_harga_import_ekspor / Mencatat_jumlah_sawit_diolah,Mencatat_jumlah_CPO_diekspor [periode_di] active [periode_didelete] / Mencatat_jumlah_CPO_dihasilkan,Mencatat_jumlah_turunan_CPO / Mencatat_jenis_produksi,mencatat_jumlah_produksi_kelapa_sawit Gambar 3.18 Class dan State Periode

35 Class ImportEksporCPO Definition Class ini mendeskripsikan data data import dan ekspor CPO ke negara lain. Attribute : KdPeriode, KdNegara, Harga Import, Harga Ekspor. Operational : Dicatat_harga_Ekspor_import. Behaviour Pattern / Dicatat Harga Import ekspor [import ekspor dimasukkan] Active [import eksport dihapus] Gambar 3.19 Class dan State ImportEksporCPO Class Negara Definition Class ini mendeskripsikan data data negara yang mengimport CPO dari Indonesia. Attribute : KdPeriode, KdNegara. Operational : Dicatat_data_negara

36 84 Behaviour Pattern Gambar 3.20 Class Negara Class Jenis Turunan CPO Definition Class ini mendeskripsikan data data jenis turunan yang diproduksi oleh pabrik pengolah CPO. Attribute : KdJenisTurunan, NamaTurunan Operational : Dicatat_jumlah_turunan_CPO_diolah, Behaviour Pattern dicatat_jenis_produksi. Gambar 3.21 Class dan State Jenis Turunan CPO

37 Use Case Diagram Kita mengidentifikasikan ada empat actor yaitu Administrator industri, administrator perkebunan, administrator utama, investor. Tabel 3.1 Tabel Aktor Actor UseCase Melakukan registrasi View Jumlah Produksi CPO View Data Lahan Kosong View Jumlah Produksi Sawit View Laporan Statistik sawit View Laporan Statistik Industri Update Berita Update Data Produksi Sawit Update Data Produksi Sawit per Periode Update peta spasial propinsi Update Kebun Update Kebun berdasarkan Daerah Update Lahan Kosong Update Lahan Kosong berdasarkan Daerah Update Pabrik Update Pabrik berdasarkan daerah Update Pengguna Update Periode Update peta spasial kabupaten Update import dan eksport Update Data Produksi Administ rator industri Administrator perkebunan Administrator utama Investor

38 86 Actor UseCase CPO per Periode Update Data Produksi CPO Administ rator industri Administrator perkebunan Administrator utama Investor

39 Gambar 3.22 Use Case Diagram 87

40 88 Penjelasan Usecase Tabel 3.2 Deskripsi Usecase Melakukan Registrasi 1 Prosedur Melakukan Registrasi Actor Investor Precondition Terdapat data investor yang harus dimasukkan dalam proses pendataan investor. Basic Flow 1. Investor memasukkan data pribadi berupa kode investor, nama investor, alamat, telepon. 2. Sistem melakukan validasi terhadap data yang dimasukkan. 3. Bila data yang dimasukkan valid, maka data akan tersimpan ke dalam database. Alternatif Flow Jika data investor yang dimasukkan tidak sesuai atau tidak lengkap, maka sistem akan memunculkan pesan kesalahan atau pesan peringatan. Post Condition Data investor telah tersimpan di dalam sistem. Info or Data Kode investor, nama investor, alamat, telepon Tabel 3.3 Deskripsi Usecase View Jumlah Produksi CPO 2 Prosedur View Jumlah Produksi CPO Actor Investor, administrator utama, administrator perkebunan, administrator industri Precondition Data jumlah CPO yang diolah dan jumlah CPO yang diekspor parbik telah ada di dalam sistem. Basic Flow 1. Investor, administrator perkebunan, administrator industri, administrator utama melakukan view terhadap data jumlah produksi yang diolah dan jumlah CPO yang diekspor oleh masing-masing pabrik Alternatif Flow Data jumlah produksi CPO yang telah ada di dalam sistem tidak dapat diedit. Post Condition Investor, administrator perkebunan, administrator industri, administrator utama telah melakukan view terhadap data jumlah produksi yang diolah dan jumlah CPO yang diekspor oleh masing-masing pabrik Info or Data Nama pabrik, propinsi, kabupaten, produksi CPO, detail produksi CPO.

41 89 Tabel 3.4 Deskripsi Usecase View Data Lahan Kosong 3 Prosedur View Data Lahan Kosong Actor Investor, administrator utama, administrator perkebunan, administrator industri Precondition Basic Flow Alternatif Flow Post Condition Info or Data Data Kebun telah tersimpan dalam sistem 1. Investor, administrator perkebunan, administrator industri, administrator utama melakukan view terhadap data lahan kosong Data lahan kosong yang telah ada di dalam sistem tidak dapat diedit. Investor, administrator perkebunan, administrator industri, administrator utama telah melakukan view terhadap data lahan kosong. Data lahan kosong. Tabel 3.5 Deskripsi Usecase View Jumlah Produksi Sawit 4 Prosedur View Jumlah Produksi Sawit Actor Investor, administrator utama, administrator perkebunan, administrator industri Precondition Data jumlah kelapa sawit yang dihasilkan oleh kebun telah ada di dalam sistem. Basic Flow 1. Investor, administrator perkebunan, administrator industri, administrator utama melakukan view terhadap data jumlah kelapa sawit yang dihasilkan oleh kebun. Alternatif Flow Data jumlah produksi kelapa sawit dari masingmasing kebun yang telah ada di dalam sistem tidak dapat diedit. Post Condition Investor, administrator perkebunan, administrator industri, administrator utama telah melakukan view terhadap data jumlah kelapa sawit yang dihasilkan oleh kebun. Info or Data Nama pabrik, propinsi, kabupaten, produksi CPO, detail produksi CPO. Tabel 3.6 Deskripsi Usecase View Laporan Statistik Sawit 6 Prosedur View Laporan Statistik Sawit Actor Investor, administrator utama, administrator perkebunan, administrator industri Precondition Data laporan statistik sawit telah tercatat ke dalam sistem. Basic Flow 1. Investor, administrator perkebunan, administrator industri, administrator utama melakukan view

42 90 6 Prosedur View Laporan Statistik Sawit terhadap laporan statistik sawit. Alternatif Flow Data laporan statistik sawit yang telah ada di dalam sistem tidak dapat diedit. Post Condition Investor, administrator perkebunan, administrator industri, administrator utama telah melakukan view terhadap data laporan statistik sawit. Info or Data Periode, propinsi, kabupaten, Nama kebun, produksi sawit. Tabel 3.7 Deskripsi Usecase Update Berita 7 Prosedur Update Berita Actor Administrator utama Precondition Terdapat berita yang harus diatur dalam proses menampilkan berita di dalam web. Basic Flow 1. Jika administrator utama meng-klik button insert maka sistem akan menambah berita 2. Jika administrator utama meng-klik button update maka sistem akan mengubah berita. 3. Jika administrator utama meng-klik button delete maka sistem akan menghapus berita yang dipilih. Alternatif Flow Jika berita yang dimasukkan tidak sesuai atau tidak lengkap, maka sistem akan memunculkan pesan kesalahan atau pesan peringatan. Post Condition Berita yang terbaru telah tersimpan di dalam sistem. Info or Data Kode berita, nama berita, isi berita Tabel 3.8 Deskripsi Usecase Update Data Produksi Sawit 8 Prosedur Update Data Produksi Sawit Actor Administrator utama Precondition Terdapat data produksi sawit yang harus diatur dalam proses menampilkan data produksi sawit di dalam web Basic Flow 1. Administrator utama dapat mengatur semua data produksi sawit dari berbagai propinsi dan kabupaten 2. Jika administrator utama meng-klik tombol simpan maka sistem akan memasukkan data-data, termasuk yang diubah ataupun dihapus akan disimpan. 3. Dalam sistem ini, pengguna dapat sekaligus melakukan aksi memasukkan data, mengubah data dan menghapus data dengan menekan tombol Simpan. Alternatif Flow Jika data produksi sawit yang dimasukkan tidak sesuai

43 91 8 Prosedur Update Data Produksi Sawit atau tidak lengkap, maka sistem akan memunculkan pesan kesalahan atau pesan peringatan. Post Condition Info or Data Data produksi sawit telah tersimpan di dalam sistem. Kode kebun, nama kebun, jumlah kelapa sawit rusak, jumlah kelapa sawit normal, jumlah kelapa sawit baik. Tabel 3.9 Deskripsi Usecase Update Data Produksi Sawit per Periode 9 Prosedur Update Data Produksi Sawit per Periode Actor Administrator perkebunan Precondition Terdapat data produksi sawit yang harus diatur dalam proses menampilkan data produksi sawit di dalam web Basic Flow 1. Administrator perkebunan hanya dapat mengatur semua data produksi sawit berdasarkan propinsi dan kabupaten yang menjadi tanggung jawabnya. 2. Jika admin perkebunan meng-klik tombol simpan maka sistem akan menyimpan data-data, termasuk yang diubah ataupun dihapus akan disimpan. 3. Dalam sistem ini, pengguna dapat sekaligus melakukan aksi memasukkan data, mengubah data dan menghapus data dengan menekan tombol Simpan. Alternatif Flow Jika data produksi sawit yang dimasukkan tidak sesuai atau tidak lengkap, maka sistem akan memunculkan pesan kesalahan atau pesan peringatan. Post Condition Data produksi sawit telah tersimpan di dalam sistem. Info or Data Kode kebun, nama kebun, jumlah kelapa sawit rusak, jumlah kelapa sawit normal, jumlah kelapa sawit baik. Tabel 3.10 Deskripsi Usecase Update Peta Spasial Kabupaten 10 Prosedur Update Peta Spasial Kabupaten Actor Administrator utama Precondition Terdapat Kabupaten yang harus diatur dalam sistem Basic Flow 1. Jika administrator utama meng-klik button insert maka sistem akan menambah data kabupaten 2. Jika administrator utama meng-klik button update maka sistem akan mengubah data kabupaten. 3. Jika administrator utama meng-klik button delete maka sistem akan menghapus data kabupaten yang dipilih. Alternatif Flow Jika data kabupaten yang dimasukkan tidak sesuai atau tidak lengkap, maka sistem akan memunculkan pesan kesalahan atau pesan peringatan.

44 92 10 Prosedur Update Peta Spasial Kabupaten Post Condition Data kabupaten yang terbaru telah tersimpan di dalam sistem. Info or Data Kode kabupaten, kode propinsi, nama kabupaten Tabel 3.11 Deskripsi Usecase Update Kebun 11 Prosedur Update Kebun Actor Administrator utama Precondition Terdapat data kebun yang harus diatur dalam proses pendataan kebun Basic Flow 1. Jika administrator utama meng-klik button insert maka sistem akan menambah data kebun 2. Jika administrator utama meng-klik button update maka sistem akan mengubah data kebun. 3. Jika administrator utama meng-klik button delete maka sistem akan menghapus data kebun yang dipilih. Alternatif Flow Jika data kebun yang dimasukkan tidak sesuai atau tidak lengkap, maka sistem akan memunculkan pesan kesalahan atau pesan peringatan. Post Condition Data kebun yang terbaru telah tersimpan di dalam sistem. Info or Data Kode kebun, nama kebun, luas kebun, keterangan kebun, nama pemilik, kode propinsi, kode kabupaten. Tabel 3.12 Deskripsi Usecase Update Kebun Berdasarkan Daerah 12 Prosedur Update Kebun Berdasarkan Daerah Actor Administrator perkebunan Precondition Terdapat data kebun yang harus diatur dalam proses pendataan kebun Basic Flow 1. Administrator perkebunan hanya dapat mengatur data kebun berdasarkan propinsi dan kabupaten yang menjadi tanggung jawabnya. 2. Jika administrator perkebunan meng-klik button insert maka sistem akan menambah data kebun 3. Jika administrator perkebunan meng-klik button update maka sistem akan mengubah data kebun. 4. Jika administrator perkebunan meng-klik button delete maka sistem akan menghapus data kebun yang dipilih. Alternatif Flow Jika data kebun yang dimasukkan tidak sesuai atau tidak lengkap, maka sistem akan memunculkan pesan kesalahan atau pesan peringatan. Post Condition Data kebun yang terbaru telah tersimpan di dalam

45 93 12 Prosedur Update Kebun Berdasarkan Daerah sistem. Info or Data Kode kebun, nama kebun, luas kebun, keterangan kebun, nama pemilik. Tabel 3.13 Deskripsi Usecase Update Data Lahan Kosong 13 Prosedur Update Data Lahan Kosong Actor Administrator utama Precondition Terdapat data lahan kosong yang harus diatur dalam proses pendataan lahan kosong. Basic Flow 1. Jika administrator utama meng-klik button insert maka sistem akan menambah data lahan kosong 2. Jika administrator utama meng-klik button update maka sistem akan mengubah data lahan kosong. 3. Jika administrator utama meng-klik button delete maka sistem akan menghapus data lahan kosong. Alternatif Flow Jika data lahan kosong yang dimasukkan tidak sesuai atau tidak lengkap, maka sistem akan memunculkan pesan kesalahan atau pesan peringatan. Post Condition Data lahan kosong yang terbaru telah tersimpan di dalam sistem. Info or Data Kode lahan, nama lahan, luas lahan, letak lahan, nama pemilik lahan, kode propinsi, kode kabupaten Tabel 3.14 Deskripsi Usecase Update Data Lahan Kosong Berdasarkan Daerah 14 Prosedur Update Data Lahan Kosong Berdasarkan Daerah Actor Administrator perkebunan Precondition Terdapat data lahan kosong yang harus diatur dalam proses pendataan lahan kosong. Basic Flow 1. Administrator perkebunan hanya dapat mengatur data lahan kosong berdasarkan propinsi dan kabupaten yang menjadi tanggung jawabnya. 2. Jika administrator perkebunan meng-klik button insert maka sistem akan menambah data lahan kosong 3. Jika administrator perkebunan meng-klik button update maka sistem akan mengubah data lahan kosong. 4. Jika administrator perkebunan meng-klik button delete maka sistem akan menghapus data lahan kosong yang dipilih. Alternatif Flow Jika data lahan kosong yang dimasukkan tidak sesuai atau tidak lengkap, maka sistem akan memunculkan pesan kesalahan atau pesan peringatan.

46 94 Post Condition Info or Data Data lahan kosong yang terbaru telah tersimpan di dalam sistem Kode lahan, nama lahan, luas lahan, letak lahan, nama pemilik lahan Tabel 3.15 Deskripsi Usecase Update Data Pabrik 15 Prosedur Update Data Pabrik Actor Administrator utama Precondition Terdapat data pabrik yang harus diatur dalam proses pendataan pabrik. Basic Flow 1. Jika administrator utama meng-klik button insert maka sistem akan menambah data pabrik 2. Jika administrator utama meng-klik button update maka sistem akan mengubah data pabrik. 3. Jika administrator utama meng-klik button delete maka sistem akan menghapus data pabrik. Alternatif Flow Jika data pabrik yang dimasukkan tidak sesuai atau tidak lengkap, maka sistem akan memunculkan pesan kesalahan atau pesan peringatan. Post Condition Data pabrik yang terbaru telah tersimpan di dalam sistem. Info or Data Kode pabrik, nama pabrik, luas pabrik, letak pabrik, nama pemilik pabrik Tabel 3.16 Deskripsi Usecase Update Data Pabrik Berdasarkan Daerah 16 Prosedur Update Data pabrik Berdasarkan Daerah Actor Administrator industri Precondition Terdapat data pabrik yang harus diatur dalam proses pendataan pabrik. Basic Flow 1. Administrator industri hanya dapat mengatur data pabrik berdasarkan propinsi dan kabupaten yang menjadi tanggung jawabnya. 2. Jika administrator industri meng-klik button insert maka sistem akan menambah data pabrik 3. Jika administrator industri meng-klik button update maka sistem akan mengubah data pabrik. 4. Jika administrator industri meng-klik button delete maka sistem akan menghapus data pabrik yang dipilih. Alternatif Flow Jika data pabrik yang dimasukkan tidak sesuai atau tidak lengkap, maka sistem akan memunculkan pesan kesalahan atau pesan peringatan. Post Condition Data pabrik yang terbaru telah tersimpan di dalam sistem.

BAB 1 BAB 1 PENDAHULUAN. dengan baik bisa mendapatkan hasil yang sangat menguntungkan dari industri produk

BAB 1 BAB 1 PENDAHULUAN. dengan baik bisa mendapatkan hasil yang sangat menguntungkan dari industri produk BAB 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kelapa sawit merupakan salah satu produk perkebunan yang memiliki nilai tinggi dan industrinya termasuk padat karya. Negara-negara yang dapat mengolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi nasional abad ke- 21, masih akan tetap berbasis pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian nasional, karena selain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, sektor ini juga menyumbang devisa, menyediakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Subsektor perkebunan merupakan salah satu bisnis strategis dan andalan dalam perekonomian Indonesia, bahkan pada masa krisis ekonomi. Agribisnis subsektor ini mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kelestarian sumber daya alam (Mubyarto, 1994).

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kelestarian sumber daya alam (Mubyarto, 1994). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum sektor pertanian dapat memperluas kesempatan kerja, pemerataan kesempatan berusaha, mendukung pembangunan daerah dan tetap memperhatikan kelestarian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang didukung oleh sektor pertanian. Salah satu sektor pertanian tersebut adalah perkebunan. Perkebunan memiliki peranan yang besar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai penghasil produk-produk hulu pertanian yang mencakup sektor perkebunan, hortikultura dan perikanan. Potensi alam di Indonesia memungkinkan pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini menguraikan beberapa hal mengenai penelitian yaitu latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah dan asumsi, serta sistematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tandan buah segar (TBS) sampai dihasilkan crude palm oil (CPO). dari beberapa family Arecacea (dahulu disebut Palmae).

BAB I PENDAHULUAN. tandan buah segar (TBS) sampai dihasilkan crude palm oil (CPO). dari beberapa family Arecacea (dahulu disebut Palmae). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman kelapa sawit merupakan sumber minyak nabati yang pada saat ini telah menjadi komoditas pertanian unggulan di negara Indonesia. Tanaman kelapa sawit dewasa ini

Lebih terperinci

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG 67 VI. PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG Harga komoditas pertanian pada umumnya sangat mudah berubah karena perubahan penawaran dan permintaan dari waktu ke waktu. Demikian pula yang terjadi pada

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional Berdasarkan Renstra Kementerian Pertanian Tahun 2010 2014 (Edisi Revisi Tahun 2011), Kementerian Pertanian mencanangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanian (agro-based industry) yang banyak berkembang di negara-negara tropis

BAB I PENDAHULUAN. pertanian (agro-based industry) yang banyak berkembang di negara-negara tropis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri strategis sektor pertanian (agro-based industry) yang banyak berkembang di negara-negara tropis seperti

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen dan pengekspor terbesar minyak kelapa sawit di dunia. Kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan yang memiliki peran penting bagi perekonomian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kelapa sawit merupakan tanaman dengan banyak manfaat. Tanaman ini menjadi bahan baku dalam industri penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Volume dan Nilai Ekspor Minyak Sawit Indonesia CPO Turunan CPO Jumlah. Miliar)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Volume dan Nilai Ekspor Minyak Sawit Indonesia CPO Turunan CPO Jumlah. Miliar) 1 I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Komoditas kelapa sawit Indonesia merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan sangat penting dalam penerimaan devisa negara, pengembangan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agribisnis kelapa sawit mempunyai peranan yang sangat besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. Agribisnis kelapa sawit mempunyai peranan yang sangat besar dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agribisnis kelapa sawit mempunyai peranan yang sangat besar dalam perekonomian Indonesia melalui peningkatan nilai tambah, ekspor, pengurangan kemiskinan, dan penciptaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentingnya sektor pertanian dalam perekonomian Indonesia dilihat dari aspek kontribusinya terhadap PDB, penyediaan lapangan kerja, penyediaan penganekaragaman menu makanan,

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3. 1 Sejarah Perusahaan CV. Mega Mulia didirikan pada tanggal 14 September 1999 berdasarkan surat keterangan pendirian perusahaan No. 47/14091999. CV. Mega Mulia

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1 Analisis Yang Berjalan Sebelum merancang suatu sistem, ada baiknya terlebih dahulu menganalisis sistem yang sedang berjalan di Distro yang akan dibangun tersebut.

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Kelapa Sawit

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Kelapa Sawit Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia April 2015 Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Kelapa Sawit Pendahuluan Sektor perkebunan terutama kelapa sawit memiliki peran penting bagi perekonomian Indonesia karena

Lebih terperinci

HALAMAN JUDUL ABSTRAK KATA PENGANTAR

HALAMAN JUDUL ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR LAMPIRAN... vii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 4 1.3

Lebih terperinci

Boks 1. Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model

Boks 1. Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model Boks 1 Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model I. Latar Belakang Perkembangan ekonomi Riau selama beberapa kurun waktu terakhir telah mengalami transformasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sawit nasional karena kelapa sawit merupakan salah satu komoditas unggulan di Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. sawit nasional karena kelapa sawit merupakan salah satu komoditas unggulan di Indonesia dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati yang saat ini sedang marak dikembangkan di Indonesia. Pemerintah terus mendorong pertumbuhan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri minyak kelapa sawit (crude palm oil CPO) di Indonesia dan Malaysia telah mampu merubah peta perminyakan nabati dunia dalam waktu singkat. Pada tahun

Lebih terperinci

DUKUNGAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN

DUKUNGAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN DUKUNGAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL Direktur Jenderal Perkebunan disampaikan pada Rapat Kerja Revitalisasi Industri yang Didukung oleh Reformasi Birokrasi 18

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan konsumsi yang cukup pesat. Konsumsi minyak nabati dunia antara

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan konsumsi yang cukup pesat. Konsumsi minyak nabati dunia antara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama lebih dari 3 dasawarsa dalam pasar minyak nabati dunia, terjadi pertumbuhan konsumsi yang cukup pesat. Konsumsi minyak nabati dunia antara tahun 1980 sampai

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL Gamal Nasir Direktorat Jenderal Perkebunan PENDAHULUAN Kelapa memiliki peran strategis bagi penduduk Indonesia, karena selain

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari peran sektor pertanian tersebut dalam perekonomian nasional sebagaimana

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. nabati yang bermanfaat dan memiliki keunggulan dibanding minyak nabati

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. nabati yang bermanfaat dan memiliki keunggulan dibanding minyak nabati II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Minyak goreng kelapa sawit berasal dari kelapa sawit yaitu sejenis tanaman keras yang digunakan sebagai salah satu sumber penghasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perusahaan besar adalah kelapa sawit. Industri kelapa sawit telah tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perusahaan besar adalah kelapa sawit. Industri kelapa sawit telah tumbuh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan antar perusahaan semakin ketat dalam suatu industri termasuk pada agroindustri. Salah satu produk komoditi yang saat ini sangat digemari oleh perusahaan

Lebih terperinci

Keywords: Sistem Informasi Georafis, Pemetaan, Pabrik Sawit

Keywords: Sistem Informasi Georafis, Pemetaan, Pabrik Sawit SISTEM INFORMASI GIOGRAFIS PEMETAAN PABRIK SAWIT DI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR R. Zulkarnain, Abdullah Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitasi Islam Indragiri (UNISI)

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Sistem yang berjalan Travel merupakan suatu agen yang melayani persoalan tiketing seperti pesawat terbang, kapal laut dan juga kereta api. Travel ini sudah

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN WILAYAH

PEREKONOMIAN WILAYAH PEREKONOMIAN WILAYAH Suatu analisis perekonomian wilayah secara komprehensif, karena melihat keterkaitan antar sektor secara keseluruhan Benda hidup? Benda mati? Bidang ekonomi bagaimana? Apabila terjadi

Lebih terperinci

BAB III. ANALISIS & PERANCANGAN

BAB III. ANALISIS & PERANCANGAN 29 BAB III. ANALISIS & PERANCANGAN 3.1 Profil Perusahaan Baraha Cellular adalah sebuah distributor pulsa yang terletak di jalan Raya mampang Prapatan nomor 63 yang bisa tergolong sebagai kios besar di

Lebih terperinci

PELUANG DAN PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

PELUANG DAN PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA PELUANG DAN PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA MUFID NURDIANSYAH (10.12.5170) LINGKUNGAN BISNIS ABSTRACT Prospek bisnis perkebunan kelapa sawit sangat terbuka lebar. Sebab, kelapa sawit adalah komoditas

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1. Sejarah Kementerian Pertanian Indonesia merupakan negara agraris, dimana sebagian besar masyarakatnya hidup dari pertanian.oleh karena itu, pembangunan sektor

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1. Analisa Sistem Event kebudayaan merupakan acara yang diselenggarakan dengan tujuan untuk melestarikan kebudayaan daerah. Pelaksanaan event kebudayaan di Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tidak terlepas dari perekenomian yang berbasis dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tidak terlepas dari perekenomian yang berbasis dari sektor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia tidak terlepas dari perekenomian yang berbasis dari sektor pertanian. Hal ini karena sektor pertanian, masih tetap memegang peranan penting yakni sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kebutuhan akan minyak nabati dalam negeri. Kontribusi ekspor di sektor ini pada

I. PENDAHULUAN. kebutuhan akan minyak nabati dalam negeri. Kontribusi ekspor di sektor ini pada I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang penting di Indonesia, baik dilihat dari devisa yang dihasilkan maupun bagi pemenuhan kebutuhan akan minyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada 2020 dan berdasarkan data forecasting World Bank diperlukan lahan seluas

BAB I PENDAHULUAN. pada 2020 dan berdasarkan data forecasting World Bank diperlukan lahan seluas BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meskipun dibayangi penurunan harga sejak akhir 2012, Prospek minyak kelapa sawit mentah (CPO) diyakini masih tetap akan cerah dimasa akan datang. Menurut Direktur

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN 4.1 Analisisa Sistem Web Service Push and Pull Sistem Web Service Push and Pull ini akan dibangun dengan menggunakan Analisis dan Desain berorientasi objek. Analisis dan

Lebih terperinci

Tabel 14 Kebutuhan aktor dalam agroindustri biodiesel

Tabel 14 Kebutuhan aktor dalam agroindustri biodiesel 54 ANALISIS SISTEM Sistem pengembangan agroindustri biodiesel berbasis kelapa seperti halnya agroindustri lainnya memiliki hubungan antar elemen yang relatif kompleks dan saling ketergantungan dalam pengelolaannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada sektor pertanian. Wilayah Indonesia yang luas tersebar diberbagai. meningkatkan perekonomian adalah kelapa sawit. Gambar 1.

BAB I PENDAHULUAN. pada sektor pertanian. Wilayah Indonesia yang luas tersebar diberbagai. meningkatkan perekonomian adalah kelapa sawit. Gambar 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang berpotensi pada sektor pertanian. Wilayah Indonesia yang luas tersebar diberbagai wilayah dan kondisi tanahnya yang

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan (2014) Gambar 2 Perkembangan Produksi CPO Indonesia

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan (2014) Gambar 2 Perkembangan Produksi CPO Indonesia 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang berpotensi pada sektor pertanian. Wilayah Indonesia yang luas tersebar di berbagai wilayah dan kondisi tanahnya yang subur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki potensi alamiah yang berperan positif dalam

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki potensi alamiah yang berperan positif dalam 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki potensi alamiah yang berperan positif dalam pengembangan sektor pertanian sehingga sektor pertanian memiliki fungsi strategis dalam penyediaan pangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 15 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karet merupakan komoditas perkebunan yang sangat penting peranannya di Indonesia. Selain sebagai sumber lapangan kerja, komoditas ini juga memberikan kontribusi yang

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran strategis dalam menunjang perekonomian Indonesia. Sektor pertanian berperan sebagai penyedia bahan pangan, pakan ternak, sumber bahan baku

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. untuk bisa menghasilkan kontribusi yang optimal. Indonesia, khususnya pengembangan agroindustri.

PENDAHULUAN. untuk bisa menghasilkan kontribusi yang optimal. Indonesia, khususnya pengembangan agroindustri. PENDAHULUAN Latar Belakang Untuk memacu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional Indonesia dalam jangka panjang, tentunya harus mengoptimalkan semua sektor ekonomi yang dapat memberikan kontribusinya

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT 5.1 Produk Kelapa Sawit 5.1.1 Minyak Kelapa Sawit Minyak kelapa sawit sekarang ini sudah menjadi komoditas pertanian unggulan

Lebih terperinci

Boks 1. DAMPAK PENGEMBANGAN KELAPA SAWIT DI JAMBI: PENDEKATAN INPUT-OUTPUT

Boks 1. DAMPAK PENGEMBANGAN KELAPA SAWIT DI JAMBI: PENDEKATAN INPUT-OUTPUT Boks 1. DAMPAK PENGEMBANGAN KELAPA SAWIT DI JAMBI: PENDEKATAN INPUT-OUTPUT Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting di Indonesia yang berperan sebagai sumber utama pangan dan pertumbuhan ekonomi.

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Dalam penulisan skripsi ini, penulis membahas dan menguraikan tentang masalah Sistem Informasi Geografis Lokasi Baby Shop di Kota Medan. Adapun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian pada saat ini khususnya perkebunan lebih diarahkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian pada saat ini khususnya perkebunan lebih diarahkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian pada saat ini khususnya perkebunan lebih diarahkan untuk menunjang program peningkatan memperoleh devisa melalui ekspor dan memenuhi kebutuhan dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang terkait dengan proses belajar mengajar yang berdasarkan kepada

I. PENDAHULUAN. yang terkait dengan proses belajar mengajar yang berdasarkan kepada I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengalaman kerja praktek mahasiswa (PKPM) merupakan mata kuliah khusus di semester enam dan tugas akhir mahasiswa Politeknik Pertanian Universitas Andalas. Kegiatan PKPM

Lebih terperinci

TUGAS ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PENJUALAN LAPTOP

TUGAS ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PENJUALAN LAPTOP TUGAS ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PENJUALAN LAPTOP Disusun oleh : Bram Dermawan 13121020 Rendy Rangga Yudha 13121005 FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS MERCUBUANA YOGYAKARTA 2016 DAFTAR ISI Contents

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. salah satu bagian penting dalam pembangunan pertanian serta merupakan bagian

I. PENDAHULUAN. salah satu bagian penting dalam pembangunan pertanian serta merupakan bagian I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sub sektor perkebunan khususnya kelapa sawit merupakan salah satu bagian penting dalam pembangunan pertanian serta merupakan bagian integral pembangunan nasional.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Implementasi Setelah melakukan perancangan maka tahap selanjutnya adalah mengimplementasikan sistem berdasarkan rancangan yang sudah dibuat sebelumnya. Fase ini merupakan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 34 BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Sejarah singkat Kantor Pelayanan Pajak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Pademangan sebelumnya bernama kantor Pelayanan Pajak Jakarta Pademangan. Perubahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia. Negara Indonesia yang merupakan negara

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Sejarah Banten Kesultanan Banten merupakan sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di wilayah Provinsi banten Indonesia pada sekitar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komoditas kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang penting di

I. PENDAHULUAN. Komoditas kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang penting di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang penting di Indonesia, baik dilihat dari devisa yang dihasilkan maupun bagi pemenuhan kebutuhan akan minyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis Guineensis Jacq) merupakan tumbuhan industri penting

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis Guineensis Jacq) merupakan tumbuhan industri penting BAB I PENDAHULUAN 1.1. Umum Kelapa sawit (Elaeis Guineensis Jacq) merupakan tumbuhan industri penting penghasil minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Komoditas perkebunan kelapa sawit menghasilkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia salah satunya di Provinsi Sumatera Selatan. Pertanian

I. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia salah satunya di Provinsi Sumatera Selatan. Pertanian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usaha di bidang pertanian merupakan sumber mata pencaharian pokok bagi masyarakat Indonesia salah satunya di Provinsi Sumatera Selatan. Pertanian berperan sangat

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Masalah Kota medan memiliki jumlah penduduk yang tidak sedikit, baik itu yang memiliki perekonomian menengah ke bawah maupun menengah ke atas. Penduduk

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN Selain sektor pajak, salah satu tulang punggung penerimaan negara

I.PENDAHULUAN Selain sektor pajak, salah satu tulang punggung penerimaan negara I.PENDAHULUAN 1.1 LATARBELAKANG Selain sektor pajak, salah satu tulang punggung penerimaan negara untuk membiayai pembangunan adalah ekspor nonmigas, yang mulai diarahkan untuk menggantikan pemasukan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan antar negara akan menciptakan pasar yang lebih kompetitif dan mendorong pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi. Kondisi sumber daya alam Indonesia

Lebih terperinci

SAWIT PADA PT. HINDOLI, CTP HOLDINGS (A CARGILL COMPANY)

SAWIT PADA PT. HINDOLI, CTP HOLDINGS (A CARGILL COMPANY) SISTEM INFORMASI PENGOLAHAN TBS (Tandan Buah Segar) KELAPA SAWIT PADA PT. HINDOLI, CTP HOLDINGS (A CARGILL COMPANY) SUNGAI LILIN MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN BORLAND DELPHI 2007 DAN SQL SERVER 2008 Rofiatun

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN. merancang tampilan e-commerce. Dengan fitur-fitur yang sederhana seperti

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN. merancang tampilan e-commerce. Dengan fitur-fitur yang sederhana seperti BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Analisis web E-Commerce generator merupakan suatu web yang memilki sistem untuk merancang tampilan e-commerce. Dengan fitur-fitur yang sederhana seperti pemilihan template

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komoditas kelapa sawit merupakan komoditas penting di Malaysia

I. PENDAHULUAN. Komoditas kelapa sawit merupakan komoditas penting di Malaysia 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas kelapa sawit merupakan komoditas penting di Malaysia sehingga industri kelapa sawit diusahakan secara besar-besaran. Pesatnya perkembangan industri kelapa

Lebih terperinci

PEMANFAATAN WEBSITE UNTUK MENYAMPAIKAN INFORMASI DAN PELAYANAN KOPERASI TAHU TEMPE INDONESIA (PRIM KOPTI) KABUPATEN KLATEN

PEMANFAATAN WEBSITE UNTUK MENYAMPAIKAN INFORMASI DAN PELAYANAN KOPERASI TAHU TEMPE INDONESIA (PRIM KOPTI) KABUPATEN KLATEN PEMANFAATAN WEBSITE UNTUK MENYAMPAIKAN INFORMASI DAN PELAYANAN KOPERASI TAHU TEMPE INDONESIA (PRIM KOPTI) KABUPATEN KLATEN Irma Febri Riadiana, ACA. Jurusan Sistem Informasi Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM AGRIBISNIS KELAPA SAWIT

5 GAMBARAN UMUM AGRIBISNIS KELAPA SAWIT 27 5 GAMBARAN UMUM AGRIBISNIS KELAPA SAWIT Perkembangan Luas Areal dan Produksi Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit yang menjadi salah satu tanaman unggulan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi transportasi saat ini, masyarakat umum tidak bisa lepas dari penggunaan alat transportasi pribadi guna membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1993:4). Perusahaan merupakan organisasi yang mencari keuntungan sebagai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1993:4). Perusahaan merupakan organisasi yang mencari keuntungan sebagai tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan merupakan suatu badan yang didirikan oleh perorangan atau lembaga dengan tujuan utama untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham (Weston, 1993:4). Perusahaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keuangan setiap negara. Bank antara lain berperan sebagai tempat. penyimpanan dana, membantu pembiayaan dalam bentuk kredit, serta

I. PENDAHULUAN. keuangan setiap negara. Bank antara lain berperan sebagai tempat. penyimpanan dana, membantu pembiayaan dalam bentuk kredit, serta I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Industri perbankan, khususnya bank umum, merupakan pusat dari sistem keuangan setiap negara. Bank antara lain berperan sebagai tempat penyimpanan dana, membantu pembiayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit, berasal dari daerah tropis di Amerika Barat yang penting

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit, berasal dari daerah tropis di Amerika Barat yang penting BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa sawit, berasal dari daerah tropis di Amerika Barat yang penting sebagai suatu sumber minyak nabati. Kelapa sawit tumbuh sepanjang pantai barat Afrika dari Gambia

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN Penjelasan Singkat Isi Menu Berikut mengenai menu di WEB Surat Masuk PT. Pegadaian (Persero) Kanwil X Bandung

BAB IV PERANCANGAN Penjelasan Singkat Isi Menu Berikut mengenai menu di WEB Surat Masuk PT. Pegadaian (Persero) Kanwil X Bandung BAB IV PERANCANGAN 4.1 Analisis Sistem Analisis merupakan tahapan untuk mengidentifikasi permasalahan serta proses yang terjadi dalam membangun sebuah system. Analisis dilakukan terhadap kebutuhan website

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (BPS 2012), dari pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman. bahan makanan, perkebunan, perternakan, kehutanan dan perikanan.

I. PENDAHULUAN. (BPS 2012), dari pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman. bahan makanan, perkebunan, perternakan, kehutanan dan perikanan. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Crude palm oil (CPO) merupakan produk olahan dari kelapa sawit dengan cara perebusan dan pemerasan daging buah dari kelapa sawit. Minyak kelapa sawit (CPO)

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Sistem yang berjalan Proses yang sedang berjalan dalam penginformasian mengenai data lokasi Kantor Kecamatan di Kota Medan masih menggunakan daftar tabel

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN 4.1 Analisa Sistem Analisa sistem lama dilakukan untuk mengetahui dan memahami tentang alur sistem yang telah digunakan sebelumnya oleh perusahaan, dalam hal ini adalah Badan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Adapun tampilan hasil dari sistem informasi geografis lokasi gedung

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Adapun tampilan hasil dari sistem informasi geografis lokasi gedung BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. TampilanHasil Adapun tampilan hasil dari sistem informasi geografis lokasi gedung bioskop di Medan adalah sebagai berikut: IV.1.1. Tampilan Menu User IV.1.1.1.Tampilan

Lebih terperinci

KULIAH KE 10: AGROBISNIS DAN

KULIAH KE 10: AGROBISNIS DAN KULIAH KE 10: AGROBISNIS DAN AGROINDUSTRI TIK: Setelah mempelajari kuliah ini mahasiswa dapat menjelaskan agrobisnis dan agroindustri Catatan: Di akhir kuliah mohon dilengkapi 15 menit pemutan video Padamu

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan agroindustri suatu daerah diarahkan untuk menjamin pemanfaatan hasil pertanian secara optimal dengan memberikan nilai tambah melalui keterkaitan antara budidaya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan sumber pembiayaan yang sangat penting adalah devisa. Devisa diperlukan untuk membiayai impor dan membayar

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak nabati merupakan salah satu komoditas penting dalam perdagangan minyak pangan dunia. Tahun 2008 minyak nabati menguasai pangsa 84.8% dari konsumsi minyak pangan

Lebih terperinci

sebagian besar masih dipasarkan sebagai bahan mentah atau nilailharga pada kondisi tersebut masih sangat rendah. Selain ini

sebagian besar masih dipasarkan sebagai bahan mentah atau nilailharga pada kondisi tersebut masih sangat rendah. Selain ini AGROINDUSTRI Sasaran utama pembangunan jangka panjang negara ini adalah pencapaian struktur ekonomis yang seimbang yaitu terdapatnya kemampuan dan kekuatan industri yang maju yang didukung oleh kemampuan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Pada bab ini akan dibahas tentang identifikasi dan analisis permasalahan,

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Pada bab ini akan dibahas tentang identifikasi dan analisis permasalahan, BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas tentang identifikasi dan analisis permasalahan, solusi permasalahan dan perancangan sistem dalam Rancang Bangun Aplikasi Analisis Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa jenis perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. beberapa jenis perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), yaitu BAB 1 PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan salah satu tempat transaksi perdagangan saham dari berbagai jenis perusahaan yang ada di Indonesia.

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Penetapan visi sebagai bagian dari perencanaan strategi, merupakan satu langkah penting dalam perjalanan suatu organisasi karena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia karena merupakan tumpuan hidup sebagian besar penduduk Indonesia. Lebih dari setengah angkatan kerja

Lebih terperinci

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA. NOMOR 30 /KPPU Pat /X/2017 TENTANG PENILAIAN

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA. NOMOR 30 /KPPU Pat /X/2017 TENTANG PENILAIAN PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 30 /KPPU Pat /X/2017 TENTANG PENILAIAN PEMBERITAHUAN ATAS PENGAMBILALIHAN (AKUISISI) SAHAM PERUSAHAAN PT ANUGERAH PALM INDONESIA OLEH PT USAHA AGRO INDONESIA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik pada masyarakat di masa mendatang. Pembangunan ekonomi

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik pada masyarakat di masa mendatang. Pembangunan ekonomi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan adalah untuk mewujudkan tingkat kesejahteraan yang lebih baik pada masyarakat di masa mendatang. Pembangunan ekonomi sebagai bagian dari pembangunan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM. sistem yang ada, diperlukan suatu penggambaran aliran-aliran informasi dari

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM. sistem yang ada, diperlukan suatu penggambaran aliran-aliran informasi dari BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM III.1. Analisis Sistem ng Sedang Berjalan Untuk mengetahui sistem yang sedang berjalan dan untuk mempelajari sistem yang ada, diperlukan suatu penggambaran aliran-aliran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. ekonomis pada tahun 1910 (di Pulau Raja), Asahan dan sungai Liput (dekat perbatasan Aceh).

TINJAUAN PUSTAKA. ekonomis pada tahun 1910 (di Pulau Raja), Asahan dan sungai Liput (dekat perbatasan Aceh). II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sejarah perkembangan Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia Tanaman sawit telah diperkenalkan sejak tahun 1848, baru diusahakan dalam skala ekonomis pada tahun 1910 (di Pulau Raja),

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Hasil Berikut ini adalah tampilan interface untuk Sistem Informasi Akuntansi Pengolahan Modal Usaha Dengan Metode Equity Pada PT.Merek Indah Lestari Berbasis Web : 1. Halaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 6 TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Penetapan Harga TBS Produk minyak sawit yang merupakan salah satu andalan ekspor Indonesia mengalami

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Ekspor, Impor, dan Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian Menurut Sub Sektor, 2014 Ekspor Impor Neraca

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Ekspor, Impor, dan Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian Menurut Sub Sektor, 2014 Ekspor Impor Neraca I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah ruah dan beraneka ragam. Hal ini tampak pada sektor pertanian yang meliputi komoditas tanaman pangan, hortikultura, perkebunan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tahun BAB I PENDAHULUAN Penelitian menjelaskan bagaimana sistem informasi manajemen rantai pasok minyak sawit mentah berbasis GIS dirancang. Pada bab ini menjelaskan tentang latar belakang penelitian, perumusan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1. Analisis Sistem Analisa sistem pada yang berjalan bertujuan untuk mengidentifikasi serta melakukan evaluasi terhadap sistem geografis tata letak les bahasa inggris

Lebih terperinci

Gambar I.1 Jumlah Petani Indonesia tahun 2013 (Sumber : BPS, 2013)

Gambar I.1 Jumlah Petani Indonesia tahun 2013 (Sumber : BPS, 2013) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya yang tersebar di seluruh kawasan di Indonesia. 1 Indonesia juga terkenal dengan tanahnya yang subur sehingga

Lebih terperinci