BAB V KESIMPULAN. Di bab terakhir ini, penulis menjelaskan kesimpulan dari penelitian yang
|
|
- Yandi Lie
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Di bab terakhir ini, penulis menjelaskan kesimpulan dari penelitian yang dilakukan mengenai efektivitas dari diratifikasinya Konvensi Internasional CEDAW dilihat dari jumlah keterwakilan perempuan pada Pemilu 2009 dan Jumlah perempuan yang terjun ke dunia politik terlihat mengalami peningkatan walaupun tidak terjadi setiap pemilu dilangsungkan. Jumlah perempuan yang berpartisipasi dalam dunia politik mengalami peningkatan ketika Pemilu tahun 1987 dilangsungkan yaitu menyentuh angka 13%. Baru kemudian di tahun 2009, jumlah partisipasi politik perempuan naik cukup tinggi menjadi 18%. Peningkatan jumlah perempuan yang aktif dalam dunia politik serta terpilih menjadi anggota dewan legislatif setiap pemilu memiliki dampak yang baik. Dampak baik yang dimaksud adalah jumlah perempuan yang peka terhadap masalah politik yang menyangkut kehidupan orang banyak termasuk perempuan, semakin bertambah dan berdampak positif tentu bagi kebutuhan perempuan. Namun di sisi lain, timbulnya kekhawatiran mengenai jumlah perempuan yang tidak dapat menyimbangi jumlah laki laki di parlemen harus dapat ditanggapi dengan serius. Peningkatan keterwakilan perempuan terlihat apabila dibandingkan 100
2 101 dengan tahun tahun sebelumnya, akan tetapi jika dibandingkan dengan jumlah laki laki, jumlah perempuan masih tertinggal jauh. Untuk mencapai angka 30% seperti kebijakan afirmatif sementara yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia saja, perempuan masih menemukan kesulitan apalagi menyeimbangkan jumlah suara di parlemen seperti yang dimiliki oleh kaum laki laki. Permasalahan ini harus cepat diselesaikan mengingat jumlah penduduk perempuan setiap tahunnya tidak berbeda jauh dengan laki laki, sehingga untuk mencapai situasi ideal, baik laki laki dan perempuan harus mempunyai kesempatan dan jumlah kursi yang sama. Melibatkan perempuan dalam proses pengambilan keputusan akan memberikan dampak terhadap kehidupan politik yang terbangun diantara masyarakat. Dengan adanya perempuan, kepentingan dan kebutuhan terkait perempuan akan lebih terakomodir mengingat apabila kehidupan politik hanya dipenuhi oleh kaum laki laki, sudut pandang mengenai pembuatan kebijakan dan pengambilan keputusan dapat menguntungkan satu pihak yaitu laki laki saja. Perempuan juga patut dipenuhi aspirasi dan kebutuhannya mengingat sebagai warga negara Indonesia, perempuan juga memiliki hak asasi yang telah diatur oleh hukum negara. Impian terwujudnya keadilan politik bagi seluruh warga negara Indonesia sebagaimana tertulis di dalam peraturan pemerintah tidak dapat terpenuhi apabila ketimpangan sosial masih mewarnai kehidupan politik di Indonesia. Perempuan sering menyerukan mengenai kesetaraan dan keadilan gender namun fakta yang terjadi mengenai kedudukan perempuan di pemerintahan tidak
3 102 dapat sepenuhnya menyalahkan kaum laki laki, yang cenderung dipandang sebagai pihak pemegang kekuasaan tertinggi. Emansipasi perempuan telah dikenal bertahun tahun sebelum Indonesia merdeka, namun kembali lagi dengan budaya patriarki yang ada di kehidupan masyarakat Indonesia tidak mudah untuk mengubah pola pikir dan gaya hidup masyarakat yang masih banyak melihat bahwa kedudukan perempuan di bawah laki laki. Sehingga tugas perempuan hanya dikaitkan dengan urusan domestik sedangkan laki laki identik dengan urusan publik. Untuk dapat menyeimbangkan representasi politik antara laki laki dan perempuan dibutuhkan sejumlah peningkatan dalam kehidupan politik perempuan. Pertama, peningkatan wawasan politik perempuan. Partai politik seperti memaksa perempuan untuk memenuhi kuota 30% di dalam partai politik maupun jumlah keterwakilan perempuan di parlemen yang diatur langsung oleh pemerintah Indonesia. Tidak banyak perempuan yang mengerti bagaimana menjalankan tugas negara yang diberikan kepada mereka ketika mereka menjadi wakil rakyat. Hal tersebut dikarenakan pendidikan politik perempuan masih rendah sehingga tidak banyak dari mereka yang hanya menjadi penonton dan menolak untuk terjun langsung. Kedua, peningkatan kepedulian perempuan berkaitan dengan penyampaian aspirasi dan kebutuhan perempuan. Jumlah perempuan yang ada di parlemen, sebagai lembaga negara yang bertugas membuat kebijakan, mempengaruhi sebuah keputusan yang dibuat. Laki laki tidak dapat sepenuhnya mengerti kebutuhan perempuan begitu sebaliknya sehingga dalam pembuatan keputusan, penyampaian keinginan masing masing
4 103 pihak harus dilakukan. Sayangnya baru sedikit dari kaum perempuan yang menyadari hal tersebut. Terakhir, peningkatan peluang kesempatan bagi perempuan sehingga starting point laki laki dan perempuan tidak berbeda jauh. Di satu sisi lain, laki laki dinilai lebih berpengalaman dibandingkan dengan perempuan karena anggapan kaum laki laki telah lebih dahulu mengerti dan terjun kedalam dunia politik. Sehingga mereka mengerti dan mengetahui strategi politik yang harus dilakukan. Dengan keadaan tersebut, perempuan harus diberikan kesempatan yang lebih besar agar dapat menyeimbangkan kedudukan dengan laki laki. Fenomena mengenai ketidaksetaraan laki laki dan perempuan tersebut tidak dapat dibiarkan berlarut larut. Jumlah penduduk perempuan di Indonesia tidak jauh berbeda dengan penduduk laki laki, akan tetapi nasib kaum perempuan yang jauh tertinggal dibanding laki laki merupakan masalah yang serius. Tidak banyak perempuan yang mengerti dan menyadari kedudukan mereka yang seharusnya setara dengan laki laki. Indonesia adalah negara demokrasi, yang telah sepakat terhadap prinsip prinsip penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan. Terbukti dengan diratifikasinya salah satu konvensi mengenai penghapusan diskriminasi terhadap perempuan, yang dikenal dengan Konvensi CEDAW. Ratifikasi pasal pasal di dalam Konvensi CEDAW yang diimplementasikan kedalam peraturan pemerintah membuktikan Pemerintah Indonesia menyadari hak yang harus diterima oleh perempuan dan bersungguh sungguh memperhatikan kedudukan perempuan di dalam masyarakat. Penulis yakin Undang Undang No.
5 104 7 Tahun 1984 bukan hanya sebuah peraturan yang sekedar dibuat oleh pemerintah. UU tersebut terbukti sebagai wujud harapan negara ini untuk memperjuangkan kesetaraan gender. Pemerintah telah membuat peraturan namun bagaimana pelaksanaannya di kehidupan sehari hari adalah pembuktian keberhasilan peraturan pemerintah dan efektivitas dari ratifikasi Konvensi CEDAW ini. Pemerintah menerima banyak dorongan dan tekanan dari kaum perempuan khususnya mereka yang peduli dan peka terhadap isu yang menimpa para perempuan Indonesia. Indonesia harus lebih tegas terhadap permasalahan mengenai kesetaraan gender ini. Hak perempuan tidak dapat dipandang sebelah mata. Indonesia adalah negara besar yang memiliki jumlah penduduk yang tidak sedikit serta beragam kebudayaan yang telah merekat sejak lama. Pendidikan politik harus diberikan kepada seluruh perempuan Indonesia sehingga penyamarataan informasi dan wawasan politik perempuan sama. Lalu budaya patriarki di masyarakat dirasakan penulis adalah salah satu faktor terbesar yang menjadi tantangan terciptanya kesetaraan gender di Indonesia. Budaya tersebut harus perlahan lahan dihilangkan sehingga kesempatan perempuan membantu perkembangan dan pembangunan negara dapat ditingkatkan. Banyak perempuan yang tidak peduli terhadap isu kesetaraan gender ini, namun masih banyak pula yang peduli dengan permasalahan ini sehingga baik laki laki dan perempuan Indonesia harus mengerti konstruksi sosial yang baik tidak dapat terbentuk tanpa partisipasi aktif kedua belah pihak. Laki laki dan perempuan dapat hidup
6 105 berdampingan sehingga kehidupan sosial masyarakat dapat terjamin apabila kesetaraan gender dapat dilaksanakan. Dalam menjawab pertanyaan penelitian yaitu Bagaimana Efektivitas Implementasi Konvensi Internasional CEDAW mengenai Penghapusan Diskriminasi dalam Bidang Partisipasi Politik Perempuan di Parlemen Indonesia Tahun 2009 dan 2014, penulis dapat menyimpulkan bahwa penerapan Konvensi CEDAW masih belum efektif berkaitan dengan partisipasi politik perempuan di Indonesia. Hal tersebut telah jelas diuraikan di empat bab sebelumnya bahwa jumlah keterwakilan perempuan di parlemen khususnya di kursi DPR masih tergolong rendah dilihat dari data pemilu tahun 2009 dan 2014 yang telah dianalisis oleh penulis. Upaya yang telah dilakukan oleh Indonesia belum dapat menuntaskan permasalahan ini, apalagi kedudukan seseorang di parlemen sangat mempengaruhi keputusan yang diambil. Penulis mengharapkan kesadaran dan usaha bersama masyarakat Indonesia untuk menyelesaikan permasalahan serius ini dengan cara memberikan peluang yang sama kepada perempuan dalam pembuatan kebijakan dan pengambilan keputusan. Untuk mencapai kesetaraan gender yang ideal dibutuhkan proporsi yang seimbang antara laki laki dan perempuan serta pemikiran yang terbuka dari masyarakat yang dapat menerima perubahan. Tanpa adanya kesadaran dan dukungan masyarakat bersama, perempuan harus berjuang lebih keras untuk mendapatkan porsi didalam masyarakat.
7 Daftar Pustaka Buku Archer, Clive. International Organization. London : Routledge, Arif, Bustanul. Partisipasi Politik Perempuan Dalam Proses Pembuatan Kebijakan Publik di Daerah Jawa Timur. Jawa Timur : Yayasan Cakrawala Timur. Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan. Pelaksanaan Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan. APIK. CEDAW Working Initiative (CWGI). Laporan Independen NGO: Implementasi Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan (CEDAW) di Indonesia, Daddow, Oliver. International Relations Theory. London : Sage Publications Ltd, Hidayat, Rachmad. Ilmu yang Seksis : Feminisme dan Perlawanan terhadap Teori Sosial Maskulin. Yogyakarta: Penerbit Jendela, Murniati, A Nunuk P. Getar Gender (Perempuan Indonesia dalam Perspektif Sosial, Politik, Ekonomi, Hukum, dan HAM). Magelang : Indonesiatera, Pena, Tim Prima. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Gitamedia Press. Smith, Steve., Dunne, Tim., Kurki, Milja. Feminism : International Relations Theories (Discipline and Diversity). Oxford : University Press, Suparno, Indriyati, Kelik dan Trihastuti. Masih Dalam Posisi Pinggiran : Membaca Tingkat Partisipasi Politik Perempuan di Surakarta. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, Tickner, J. Ann and Sjoberg, Laura. Feminism : International Relations Theories (Discipline and Diversity). Oxford : University Press, Wahid, Umaimah. Risalah Politik Perempuan. Tangerang : Empat Pena Publishing,
8 107 Jurnal Jati, Wasisto Raharjo. Historisitas Politik Perempuan Indonesia. Paramita Vol. 24 No. 2 hlm , Erlina. Implementasi Hak Konstitusional Perempuan dalam Peraturan Perundang Undangan di Indonesia. Jurnal Konstitusi Vol. I No. 1, Jurnal Perempuan. Pemilu dan Keterwakilan. Jurnal Perempuan Vol. 18 No. 4, Klasen, Stephen and Schuler, Dana. Reforming The Gender Related Development Index and The Gender Empowerment Measure: Implementing Some Spesific Proposals. Feminist Economics 17(1) hlm. 1 30, Pergerakan Indonesia dan Komite Persiapan Yayasan Indonesia Kita. Representasi Politik Perempuan : Sekadar Ada atau Pemberi Warna. Jurnal Sosial Demokrasi Edisi 6 Tahun 2, Purnaweni, Hartuti. Demokrasi Indonesia: Dari Masa ke Masa. Jurnal Administrasi Publik Vol. 3 No. 2, Website Ardiansyah, Rahmad. Pemilihan Umum Diakses 12 November 2016 pada pukul WIB html Ayu, AL. Efektivitas Implementasi Konvensi CEDAW PBB Tahun 1979 Terhadap Upaya Penghapusan Diskriminasi Perempuan di Indonesia : Bab II Tentang Konvensi CEDAW dan Pelaksanaan Konvensi CEDAW di Indonesia. Diakses 29 Maret 2016 pada pukul WIB. Badan Pusat Statistik. Statistik Politk. Diakses 12 Desember 2016 pada pukul WIB. manan/statistik%20politik% pdf Badan Pusat Statistik. Presentase Penduduk menurut Provinsi dan Jenis Kelamin Tahun Diakses 3 Desember pukul WIB. Badan Pusat Statistik. Indeks Pembangunan Gender Diakses 14 November 2016 pada pukul WIB.
9 108 Badan Pusat Statistik. Statistika Politik Diakses 3 Desember 2016 pada pukul WIB. BPS Indonesia. Statistik Indonesia Diakses 16 Oktober 2016 pada pukul WIB pdf Bride Development. Gender Indicators : What, Why and How?. Diakses 14 November 2016 pada pukul WIB. Detik News. KPU Umumkan Daftar Caleg Tetap Pemilu Diakses 14 November 2016 pada pukul WIB. DPR RI. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik. Diakses 1 November 2016 pada pukul WIB. Feminist Economics. Reforming The Gender Related Development Index and The Gender Empowerment Measure: Implementing Some Spesific Proposals. Diakses 13 November 2016 pada pukul WIB. 10%20M6%20-%20KlasenShuler(2011).pdf Hasan, Nur. Perempuan dan Politik : Kontribusi Perempuan terhadap Bangsa. Diakses 29 Maret 2016 pada pukul WIB. Hariyanto. Metode Penelitian Kualitatif. Diakses 30 Maret 2016 pada pukul WIB. Hasan, Ramdhan. Kesetaraan Gender. Diakses 29 Maret 2016 pada pukul WIB. Indonesia Investments. Penduduk Indonesia. Diakses 13 September 2016 pada pukul WIB. Ismail, Maimunah, Roziah Mohd Rasdi dan Akhmal Nadirah. Gender Empowerment Measures in Developed and Developing Countries: Evidence and Implication for Human Resource Development. Diakses 15 November 2016 pada pukul WIB.
10 109 Kabari News. Potret Perempuan Indonesia Kini. Diakses 16 Oktober 2016 pada pukul WIB. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Diakses 29 Maret 2016 pada pukul WIB. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Sejarah Kemenpppa Republik Indonesia. Diakses 17 Oktober 2016 pada pukul WIB. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Informasi Kelembagaan Deputi Kesetaraan Gender. Diakses 17 Oktober 2016 pada pukul WIB. Koalisi Perempuan Indonesia. Pemetaan dan Kajian Cepat Presentase Keterwakilan Perempuan dan Peluang Keterpilihan Calon Perempuan dalam Daftar Caleg Tetap Pemilu Diakses 20 Desember 2016 pada pukul WIB. 0Indonesia%20-KPI- %20Pemetaan%20dan%20Kajian%20Cepat%20Prosentase%20dan%20Ket erwakilan%20perempuan%20dan%20peluang%20keterpilihan%20calon% 20Perempuan%20dalam%20DCT%20-%202014%20bi.pdf Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. UU Republik Indonesia. Diakses 16 Oktober 2016 pada pukul WIB tentang-ham Komisi Pemilihan Umum. Buku Data dan Infografik : Pemilu Anggota DPR RI & DPD RI Diakses 12 November 2016 pada pukul WIB. CC_Upload.pdf Komisi Pemilihan Umum. Laporan Pencalonan DPR, DPD dan DPRD Diakses 14 November 2016 pada pukul WIB. Komisi Pemilihan Umum. Modul I : Pemilih Untuk Pemula. Diakses 20 Desember pada pukul WIB.
11 110 KPU Indonesia Pemilu Diakses 16 Desember 2016 pada pukul WIB /MzQz KPU Indonesia. Pemilu Diakses 26 Desember 2016 pada pukul WIB. KPU Indonesia. Money Politik dan Implikasinya Terhadap Partisipasi Masyarakat Kabupaten Cirebon pada Pemilu Legislatif Diakses 12 November 2016 pada pukul WIB. _Partisipasi_Masyarakat_Cirebon.pdf Jumlah Penduduk Indonesia Sudah 254,9 Juta, Laki laki Lebih Banyak Dari Perempuan. Diakses 13 November 2016 pada pukul WIB. -pendududari-perempuan.html Mulyono, Ignatius. Strategi Meningkatkan Keterwakilan Perempuan. Diakses 4 Desember 2016 pada pukul WIB. TKAN_KETERWAKILAN_PEREMPUAN Oleh-_Ignatius_Mulyono.pdf Office of the United Nations High Commissioner for Human Rights. Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination against Women. Diakses 16 Oktober 2016 pada pukul WIB. Pengertian Politik Menurut Etimologi dan 5 Ilmuwan. Diakses 20 Oktober 2016 pada pukul WIB. Prajitno, Subagio Budi. Metode Penelitian Kuantitatif. Diakses 30 Maret 2016 pada pukul WIB. Pengertian Legislatif Eksekutif dan Yudikatif Beserta Contohnya. Diakses 3 Desember 2016 pada pukul WIB. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Kabinet Menteri. Diakses 2 Desember 2016 pada pukul WIB.
12 111 ist&hlm=1&search_ruas=&search_keyword=&activation_status=&presiden _id=6&presiden=sby Pusat Penelitian Politik LIPI Perempuan, Partai Politik, dan Parlemen : Studi Kinerja Anggota Legislatif Perempuan di Tingkat Lokal. Diakses 16 Desember 2016 pada pukul WIB. Rahmatunnisa, Mudiyati. Pentingnya Partisipasi Politik Perempuan dan Prakteknya di Indonesia. Diakses 29 Maret 2016 pada pukul WIB. Perempuan1.pdf Riewanto, Agust. Menyempurnakan Dapil Pemilu Diakses 20 Desember 2016 pada pukul WIB ?lang=ID Sunariyah. Ini 8 Menteri Perempuan di Kabinet Kerja Jokowi JK. Diakses 2 Desember 2016 pada pukul WIB. Sudiarti, Achie. Pengujian UU Republik Indonesia dan Instrumen HAM Internasional Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita Disahkan Dengan UU Republik Indonesia No. 7 Tahun Diakses 3 Desember 2016 pada pukul WIB. United Nations. About UN : Overview. Diakses 29 Maret 2016 pada pukul WIB. United Nations. About the UN. Diakses 11 Oktober 2016 pada pukul WIB. United Nations. Ending Violence Against Women and Girls : Overview. Diakses 29 Maret 2016 pada pukul WIB. United Nations Human Rights. Universal Declaration of Human Rights. Diakses 11 Oktober 2016 pada pukul WIB. UN Women. Commission on the Status of Women. Diakses 11 Oktober 2016 pada pukul WIB.
13 112 UN Women. Short History of CEDAW Convention. Diakses 29 Maret 2016 pada pukul WIB. UN Women. Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (CEDAW). Diakses 29 Maret 2016 pada pukul WIB. UN Women Asia and the Pacific. Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (CEDAW). Diakses 10 Oktober 2016 pada pukul WIB. UN Women Asia and the Pacific. CEDAW and Human Rights: Indonesia. Diakses 16 Oktober 2016 pada pukul WIB. UN Women. Women in Power and Decision Making. Diakses 20 Desember 2016 pada pukul WIB. Undang Undang No. 39 Tahun 1999 Tentang : Hak Asasi Manusia Pasal 1 Ayat 3. Diakses 1 Desember 2016 pada pukul WIB /IDN55808%20IDN.pdf UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK. Diakses 3 Desember 2016 pada pukul WIB. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1984 Tentang Pengesahan Konvensi mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan (Convention on Elimination of All Form of Discrimination Against Women). Diakses diakses 29 Maret 2016 pada pukul WIB. Undang Undang Dasar Diakses 29 Maret 2016 pada pukul WIB. UN Data. Indonesia. Diaskes 16 Oktober 2016 pada pukul WIB.
14 113 UNDP Indonesia. Partisipasi Perempuan dalam Politik dan Pemerintah: Analisis Situasi Mengenai Perempuan di Bidang Politik dan Pemerintah. Diakses 29 Maret 2016 pada pukul WIB. olitics+and+government+-+bahasa.pdf/375b3e67-f2a b558- b36d61119dea UNDP Human Development Reports. Indonesia. Diakses 16 Oktober 2016 pada pukul WIB. Valentina, R. Apa Sesungguhnya Substansi Kuota 30%. Diakses 3 Desember 2016 pada pukul WIB. Wink. Biografi Megawati Soekarno Putri. Diakses 22 Desember 2016 pada pukul WIB. Lain Lain Catatan Kelas Post Positivisme oleh P.Y. Nur Indro, Drs, M. Si pada tanggal 2 Desember 2015
Implementasi CEDAW tentang Penghapusan Diskriminasi Perempuan: Studi Kasus Pemilu di Indonesia Tahun 2009 dan 2014
Implementasi CEDAW tentang Penghapusan Diskriminasi Perempuan: Studi Kasus Pemilu di Indonesia Tahun 2009 dan 2014 Angelia Maria Valentina dan Elisabeth A. Satya Dewi, Ph. D Hubungan Internasional, Universitas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Demokrasi mengamanatkan adanya persamaan akses dan peran serta penuh bagi laki-laki, maupun perempuan atas dasar perinsip persamaan derajat, dalam semua wilayah
Lebih terperinciUniversitas Katolik Parahyangan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Hubungan Internasional
Universitas Katolik Parahyangan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Terakreditasi A SK BAN PT NO: 451/SK/BAN-PT/Akred/S/XI/2014 EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI KONVENSI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tulisan ini berupaya mengkaji tentang adanya kebijakan kuota 30% Daerah Kota Kendari tahun anggaran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tulisan ini berupaya mengkaji tentang adanya kebijakan kuota 30% perempuan dan kaitannya dalam penyusunan anggaran responsif gender. Yang menjadi fokus dalam penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demokrasi di Indonesia merupakan salah satu dari nilai yang terdapat dalam Pancasila sebagai dasar negara yakni dalam sila ke empat bahwa kerakyatan dipimpin oleh hikmat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pendidikan, pekerjaan, dan politik. Di bidang politik, kebijakan affirmative
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kebijakan affirmative action merupakan kebijakan yang berusaha untuk menghilangkan tindakan diskriminasi yang telah terjadi sejak lama melalui tindakan aktif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keterlibatan perempuan di panggung politik merupakan isu yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keterlibatan perempuan di panggung politik merupakan isu yang sering kali diperdebatkan. Sejak tahun 2002, mayoritas para aktivis politik, tokoh perempuan dalam partai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. melalui penghargaan terhadap perbedaan-perbedaan yang ada, khususnya
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah masyarakat dapat dikatakan demokratis jika dalam kehidupannya dapat menghargai hak asasi setiap manusia secara adil dan merata tanpa memarginalkan kelompok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Sistem patriarki menempatkan perempuan berada di bawah sub-ordinasi
BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Sistem patriarki menempatkan perempuan berada di bawah sub-ordinasi laki-laki. Sistem patriarki hidup dalam realita sehari-hari, baik kelas bawah, di rumah,
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1482, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK. Partisipasi Politik. Perempuan. Legislatif. Peningkatan. Panduan. PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN
Lebih terperinciDISAMPAIKAN OLEH : YUDA IRLANG, KORDINATOR ANSIPOL, ( ALIANSI MASYARAKAT SIPIL UNTUK PEREMPUAN POLITIK)
DISAMPAIKAN OLEH : YUDA IRLANG, KORDINATOR ANSIPOL, ( ALIANSI MASYARAKAT SIPIL UNTUK PEREMPUAN POLITIK) JAKARTA, 3 APRIL 2014 UUD 1945 KEWAJIBAN NEGARA : Memenuhi, Menghormati dan Melindungi hak asasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalam melakukan analisis untuk memahami persoalan-persoalan ketidakadilan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep penting yang harus dipahami dalam membahas kaum perempuan adalah membedakan antara konsep seks (Jenis Kelamin) dan konsep gender. Pemahaman dan pembedaan terhadap
Lebih terperinciPerempuan dan Pembangunan Berkelanjutan
SEMINAR KOALISI PEREMPUAN INDONESIA (KPI) Perempuan dan Pembangunan Berkelanjutan 20 Januari 2016 Hotel Ambhara 1 INDONESIA SAAT INI Jumlah Penduduk Indonesia per 201 mencapai 253,60 juta jiwa, dimana
Lebih terperinciKAJIAN TEORITIS PEMGARUH SISTEM PENETAPAN CALON TERPILIH DENGAN SUARA TERBANYAK TERHADAP PEMENUHAN HAK AFFIRMATIVE ACTION
KAJIAN TEORITIS PEMGARUH SISTEM PENETAPAN CALON TERPILIH DENGAN SUARA TERBANYAK TERHADAP PEMENUHAN HAK AFFIRMATIVE ACTION Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan
Lebih terperinciSTRATEGI MENINGKATKAN KETERWAKILAN PEREMPUAN
STRATEGI MENINGKATKAN KETERWAKILAN PEREMPUAN Oleh: Ignatius Mulyono 1 I. Latar Belakang Keterlibatan perempuan dalam politik dari waktu ke waktu terus mengalami peningkatan. Salah satu indikatornya adalah
Lebih terperinciBAB III INSTRUMEN INTERNASIONAL PERLINDUNGAN HAM PEREMPUAN
BAB III INSTRUMEN INTERNASIONAL PERLINDUNGAN HAM PEREMPUAN A. Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women 1. Sejarah Convention on the Elimination of All Discrimination Against
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan adalah dimensi penting dari usaha United Nations Development Programme (UNDP) untuk mengurangi separuh kemiskinan dunia
Lebih terperinciPEMILU & PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM POLITIK. MY ESTI WIJAYATI A-187 DPR RI KOMISI X Fraksi PDI Perjuangan
PEMILU & PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM POLITIK MY ESTI WIJAYATI A-187 DPR RI KOMISI X Fraksi PDI Perjuangan Tujuan Indonesia Merdeka 1. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia 2. Memajukan
Lebih terperinciANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014
ANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014 PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya hak-hak asasi dan kebebasan-kebebasan fundamental manusia melekat pada setiap orang tanpa kecuali, tidak dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Persoalan perempuan sampai saat ini masih menjadi wacana serius untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persoalan perempuan sampai saat ini masih menjadi wacana serius untuk didiskusikan, selain karena terus mengalami perkembangan, juga banyak permasalahan perempuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang lebih mulia yaitu kesejahteraan rakyat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam masyarakat majemuk seperti Indonesia, upaya membangun demokrasi yang berkeadilan dan berkesetaraan bukan masalah sederhana. Esensi demokrasi adalah membangun sistem
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Setelah dilakukan analisa terkait penelitian yang telah peneliti kaji dalam penyusunan skripsi ini, terdapat beberapa kesimpulan dari penjelasan
Lebih terperinciP E N G A N T A R. Pengantar J U L I E B A L L I N G T O N
10 BAB 1 BAB 1 P E N G A N T A R Pengantar J U L I E B A L L I N G T O N Partisipasi sejajar perempuan dalam pengambilan keputusan bukanlah semata-mata sebuah tuntutan akan keadilan demokrasi, namun juga
Lebih terperinciKEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI DALAM NEGERI PADA
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA PELUNCURAN STRATEGI NASIONAL (STRANAS) PERCEPATAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) MELALUI PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN
Lebih terperinciKeterwakilan Perempuan, Ketidakadilan dan Kebijakan Keadilan ke depan 1 oleh Dian Kartikasari 2
Keterwakilan Perempuan, Ketidakadilan dan Kebijakan Keadilan ke depan 1 oleh Dian Kartikasari 2 1. Keterwakilan Perempuan dalam Politik Perjuangan keterwakilan perempuan dalam politik memiliki dua makna.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sesama perempuan yang bersosialisasi ditengah-tengah kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan yang dihadapi dan dijalani oleh kaum perempuan dari waktu ke waktu memiliki perkembangan yang signifikan. Kedinamisan dari perkembangan tersebut
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Politik merupakan upaya atau cara untuk memperoleh sesuatu yang dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya berkisar di lingkungan kekuasaan
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 181 TAHUN 1998 TENTANG KOMISI NASIONAL ANTI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 181 TAHUN 1998 TENTANG KOMISI NASIONAL ANTI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Undang-Undang Dasar 1945 menjamin semua
Lebih terperinciPELUANG DAN KENDALA MEMASUKKAN RUU KKG DALAM PROLEGNAS Oleh : Dra. Hj. Soemientarsi Muntoro M.Si
PELUANG DAN KENDALA MEMASUKKAN RUU KKG DALAM PROLEGNAS 2017 Oleh : Dra. Hj. Soemientarsi Muntoro M.Si KOALISI PEREMPUAN INDONESIA Hotel Ambara, 19 Januari 2017 Pengertian Keadilan dan Kesetaraan Gender
Lebih terperinciMAKALAH. CEDAW: Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan. Oleh: Antarini Pratiwi Arna, S.H., LL.M
INTERMEDIATE HUMAN RIGHTS TRAINING BAGI DOSEN HUKUM DAN HAM Hotel Novotel Balikpapan, 6-8 November 2012 MAKALAH CEDAW: Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan Oleh: Antarini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hak Perempuan merupakan hak-hak dasar yang dijamin oleh Hak Asasi Manusia (HAM) sehingga patut untuk diketahui, dihargai, dihormati dan dijunjung tinggi oleh setiap
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PPdan PA. Perencanaan. Penganggaran. Responsif Gender.
No.615, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PPdan PA. Perencanaan. Penganggaran. Responsif Gender. PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciMENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG PANDUAN PENINGKATAN PARTISIPASI POLITIK PEREMPUAN DI LEMBAGA LEGISLATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI NASIONAL ANTI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI NASIONAL ANTI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Undang-Undang
Lebih terperinciPEREMPUAN &PEMBANGUNAN DIAN KARTIKASARI KOALISI PEREMPUAN INDONESIA
PEREMPUAN &PEMBANGUNAN DIAN KARTIKASARI KOALISI PEREMPUAN INDONESIA SITUASI PEREMPUAN, KINI Data BPS per 2013, Rata-rata Lama Sekolah Anak Laki-laki 8 Th dan Perempuan 7 Th (tidak tamat SMP) Prosentase
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. standar Internasional mengenai hak-hak perempuan dan diskriminasi peremupuan
BAB V KESIMPULAN Konstitusi yang berlaku dari era sebelum dan setelah Revolusi 2011 untuk dapat menjamin kesetaraan gender dan penolakan diskriminasi bagi perempuan dan lakilaki tampaknya hanya hitam diatas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di kebanyakan negara demokrasi, pemilihan umum dianggap lambang sekaligus tolok ukur, dari demokrasi itu (Budiardjo, 2009:461). Pemilihan umum dilakukan sebagai
Lebih terperinciPerempuan di Ranah Politik Pengambilan Kebijakan Publik
Perempuan di Ranah Politik Pengambilan Kebijakan Publik Sri Budi Eko Wardani PUSKAPOL - Departemen Ilmu Politik FISIP UI Lembaga Administrasi Negara, 21 Desember 2016 2 Partisipasi Perempuan di Ranah Politik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sektor yang paling strategis dalam. memberdayakan manusia menuju pembangunan adalah pendidikan.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sektor yang paling strategis dalam mendukung pembangunan nasional, sehingga aspek yang penting diperhatikan untuk memberdayakan manusia menuju
Lebih terperinciKOLABORASI ANTAR STAKEHOLDER DALAM MENANGANI TINDAK KEKERASAN ANAK BERBASIS GENDER DI KOTA SURAKARTA
KOLABORASI ANTAR STAKEHOLDER DALAM MENANGANI TINDAK KEKERASAN ANAK BERBASIS GENDER DI KOTA SURAKARTA Disusun Oleh : ANDRE RISPANDITA HIRNANTO D 1114001 SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1429, 2014 KPP & PA. Sistem Data Gender Dan Anak. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciCara Menghitung Perolehan Kursi Parpol dan. Penetapan Caleg Terpilih (1)
Cara Menghitung Perolehan Kursi Parpol dan Penetapan Caleg Terpilih (1) Oleh MIFTAKHUL HUDA* Lebih mudah cara menghitung perolehan kursi bagi partai politik (parpol) peserta pemilu 2014 dan penetapan calon
Lebih terperinciBAB II PENGATURAN LEGISLATOR PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA
BAB II PENGATURAN LEGISLATOR PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA A. Landasan Yuridis Partisipasi Perempuan dalam Lembaga Perwakilan Rakyat Keterlibatan perempuan untuk berpartisipasi
Lebih terperinciKronologi perubahan sistem suara terbanyak
Sistem Suara Terbanyak dan Pengaruhnya Terhadap Keterpilihan Perempuan Oleh: Nurul Arifin Jakarta, 18 Maret 2010 Kronologi perubahan sistem suara terbanyak Awalnya pemilu legislatif tahun 2009 menggunakan
Lebih terperinciBAB 12 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN
BAB 12 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN DAN PERAN PEREMPUAN SERTA KESEJAHTERAAN DAN PERLINDUNGAN ANAK Permasalahan mendasar dalam pembangunan pemberdayaan perempuan dan anak yang terjadi selama ini adalah
Lebih terperinciRENCANA AKSI GLOBAL MENANG DENGAN PEREMPUAN: MEMPERKUAT PARTAI PARTAI POLITIK
RENCANA AKSI GLOBAL MENANG DENGAN PEREMPUAN: MEMPERKUAT PARTAI PARTAI POLITIK Sebagai para pemimpin partai politik, kami memiliki komitmen atas perkembangan demokratik yang bersemangat dan atas partai
Lebih terperinciBAB IV DUKUNGAN INTERNASIONAL DALAM PERWUJUDAN KEADILAN GENDER DI FINLANDIA
BAB IV DUKUNGAN INTERNASIONAL DALAM PERWUJUDAN KEADILAN GENDER DI FINLANDIA A. Kerja Sama Gerakan Perempuan di Eropa Sejarah bersatunya gerakan perempuan di Eropa untuk memperjuangkan keadilan sebagai
Lebih terperinciCara Menghitung Perolehan Kursi Parpol dan. Penetapan Caleg Terpilih (3)
Cara Menghitung Perolehan Kursi Parpol dan Penetapan Caleg Terpilih (3) Oleh MIFTAKHUL HUDA* Sebelumnya telah dikemukakan Cara Menghitung Perolehan Kursi Parpol dan Penetapan Caleg Terpilih (1) untuk Pemilu
Lebih terperinci2017, No kewajiban negara untuk memastikan bahwa perempuan memiliki akses terhadap keadilan dan bebas dari diskriminasi dalam sistem peradilan
No.1084, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA MA. Mengadili Perkara Perempuan. Pedoman. PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN MENGADILI PERKARA PEREMPUAN BERHADAPAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciBAB 9 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK
BAB 9 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK A. KONDISI UMUM Dalam rangka mewujudkan persamaan di depan hukum, penghapusan praktik diskriminasi terus menerus dilakukan, namun tindakan pembedaan
Lebih terperinciHASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Hasil Penelitian 1. Putusan Mahkamah Konstitusi No 22-24/PUU-VI/2008 Terhadap Pemberian Kuota 30% Keeterwakilan Perempuan di Partai Politik dan Parlemen Putusan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Against Women (CEDAW) dalam bentuk Undang-undang Nomor 7 Tahun
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Ratifikasi Convention to Eliminate All Forms of Discrimination Against Women (CEDAW) dalam bentuk Undang-undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengurus rumah dan selalu berada di rumah, sedangkan laki-laki adalah makhluk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan zaman telah banyak mengubah pandangan tentang perempuan, mulai dari pandangan yang menyebutkan bahwa perempuan hanya berhak mengurus rumah dan selalu
Lebih terperinciPENERAPAN HUKUM PADA KESETARAAN JENDER DAN HARAPAN MEWUJUDKAN KETERWAKILAN DI BIDANG POLITIK
PENERAPAN HUKUM PADA KESETARAAN JENDER DAN HARAPAN MEWUJUDKAN KETERWAKILAN DI BIDANG POLITIK Sinta Uli Dosen Fakultas Hukum USU dan Ketua Penyunting Jurnal Equality Abstract: Some of national and International
Lebih terperinciKEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DI BIDANG POLITIK MENYONGSONG PEMILU 2009
KEMENTERIAN NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DI BIDANG POLITIK MENYONGSONG PEMILU 2009 Deputi Bidang Pemberdayaan Lembaga Masyarakat
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PP&PA. Strategi Nasional. Sosial Budaya.
No.20, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PP&PA. Strategi Nasional. Sosial Budaya. PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. asasi perempuan dan anak diantaranya dengan meratifikasi Konferensi CEDAW (Convention
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang masalah Negara mempunyai tugas untuk melindungi segenap warga negaranya, hal itu tercantum pada pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, ditambah dengan isi Pancasila pasal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Hal ini tercantum dalam Rencana. Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah satu prioritas pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Hal ini tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Lebih terperinciA. Kesimpulan BAB V PENUTUP
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini yang fokus terhadap Partai Golkar sebagai objek penelitian, menunjukkan bahwa pola rekrutmen perempuan di internal partai Golkar tidak jauh berbeda dengan partai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
7 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG PANDUAN PENINGKATAN PARTISIPASI POLITIK PEREMPUAN DI LEMBAGA LEGISLATIF
Lebih terperinciMAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 62/PUU-XII/2014
MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 62/PUU-XII/2014 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. Perempuan Di Partai Politik dan Parlemen, maka kesimpulannya adalah. tujuannya untuk mempercepat tercapainya persamaan de facto antara
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai Penerapan Prinsip Equality Before The Law Dalam Pemberian Kuota 30% kepada Perempuan Di Partai Politik dan Parlemen, maka kesimpulannya
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI NASIONAL ANTI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI NASIONAL ANTI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Undang-Undang
Lebih terperinciDAFTAR TABEL. Tabel IV.1 Data Jumlah Penduduk Kota Medan berdasarkan Kecamatan Tabel IV.2 Komposisi pegawai berdasarkan jabatan/eselon...
DAFTAR TABEL Tabel IV.1 Data Jumlah Penduduk Kota Medan berdasarkan Kecamatan... 40 Tabel IV.2 Komposisi pegawai berdasarkan jabatan/eselon... 54 Tabel IV.3 Komposisi pegawai berdasarkan golongan kepangkatan...
Lebih terperinciMewujudkan Payung Hukum Penghapusan Diskriminasi Gender di Indonesia Prinsip-Prinsip Usulan Terhadap RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender
Mewujudkan Payung Hukum Penghapusan Diskriminasi Gender di Indonesia Prinsip-Prinsip Usulan Terhadap RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender Mewujudkan Payung Hukum Penghapusan Diskriminasi Gender di Indonesia
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara melindungi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan dan sasaran tertentu. Tujuan dan sasaran yang ingin dicapai setiap perusahaan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peraturan ditetapkan agar tujuan dan sasaran suatu perusahaan tercapai, setiap perusahaan baik itu yang bergerak dalam bidang industri maupun jasa selalu dilandasi
Lebih terperinciBAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK
BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK Di dalam UUD 1945 Bab XA tentang Hak Asasi Manusia, pada dasarnya telah dicantumkan hak-hak yang dimiliki oleh setiap orang atau warga negara. Pada
Lebih terperinciGLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21
Forum Dunia tentang HAM di Kota tahun 2011 GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 16-17 Mei 2011 Gwangju, Korea Selatan Deklarasi Gwangju tentang HAM di Kota 1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. demokrasi, desentralisasi dan globalisasi. Jawaban yang tepat untuk menjawab
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Memasuki abad 21, hampir seluruh negara diberbagai belahan dunia (termasuk Indonesia) menghadapi tantangan besar dalam upaya meningkatkan sistem demokrasi,
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG
PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG PANDUAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PENDIDIKAN POLITIK PADA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciKEYNOTE ADRESS RAFENDI DJAMIN WAKIL INDONESIA UNTUK AICHR
KEYNOTE ADRESS RAFENDI DJAMIN WAKIL INDONESIA UNTUK AICHR PERTEMUAN SELA NASIONAL MAHASISWA HUBUNGAN INTERNASIONAL INDONESIA (PSNMHII) XXVI PROMOTING AND SUSTAINING BALI DECLARATION S PRIORITY AREAS ON
Lebih terperinciBab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Bab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Women can be very effective in navigating political processes. But there is always a fear that they can become pawns and symbols, especially if quotas are used. (Sawer,
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia,
Bentuk: Oleh: UNDANG-UNDANG (UU) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 7 TAHUN 1984 (7/1984) Tanggal: 24 JULI 1984 (JAKARTA) Sumber: LN 1984/29; TLN NO. 3277 Tentang: PENGESAHAN KONVENSI MENGENAI PENGHAPUSAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk rakyat (Abraham Lincoln). Demokrasi disebut juga pemerintahan rakyat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Demokrasi adalah suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat (Abraham Lincoln). Demokrasi disebut juga pemerintahan rakyat sebagai bentuk pemerintahan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG PENGESAHAN ILO CONVENTION NO. 111 CONCERNING DISCRIMINATION IN RESPECT OF EMPLOYMENT AND OCCUPATION (KONVENSI ILO MENGENAI DISKRIMINASI DALAM
Lebih terperinciBAB PERTAMA PENDAHULUAN. adanya peluang kerja di suatu badan usaha (Maitland, 1993). Tenaga kerja
BAB PERTAMA PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Iklan lowongan kerja yang dimuat di media massa, merupakan salah satu aktivitas awal rekrutmen yang bertujuan untuk menyebarkan informasi mengenai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan sofware dalam hidup dan kehidupan manusia darinya manusia hidup, tumbuh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbincang tentang persoalan pendidikan memang tidak ada habisnya. Semakin dibicarakan dan didialektikakan semakin tidak menemukan ujungnya. Bukan karena pendidikan
Lebih terperinciOleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1
Disampaikan pada Seminar Menghadirkan Kepentingan Perempuan: Peta Jalan Representasi Politik Perempuan Pasca 2014 Hotel Haris, 10 Maret 2016 Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa)
Lebih terperinciKESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA DAN KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA DAN KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2011 NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA)
Lebih terperinciBAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK
BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk (multi-ethnic society). Kesadaran akan kemajemukan tersebut sebenarnya telah ada sebelum kemerdekaan,
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta penegasan istilah. Bab ini ini akan
BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan kajian awal yang memberi pengantar tentang penelitian yang akan dilakukan, meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
Lebih terperinciOleh: Dr. Makarim Wibisono Direktur Eksekutif ASEAN Foundation Seminar KOMNAS Perempuan Hotel Kartika Chandra, 12 Maret 2012
Oleh: Dr. Makarim Wibisono Direktur Eksekutif ASEAN Foundation Seminar KOMNAS Perempuan Hotel Kartika Chandra, 12 Maret 2012 Ucapan Selamat Saya atas nama saya pribadi dan ASEAN Foundation mengucapkan:
Lebih terperinciDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM BADAN LEGISLASI DPR RI DENGAN JARINGAN KERJA PROLEGNAS PRO PEREMPUAN (JKP3), LBH APIK, DAN KOALISI MASYARAKAT SIPIL
Lebih terperinciPERAN DAN FUNGSI LEGISLATIF DALAM MENDORONG PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN ABAD MILENIUN/MDGs. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI
PERAN DAN FUNGSI LEGISLATIF DALAM MENDORONG PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN ABAD MILENIUN/MDGs Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI Disampaikan dalam Seminar Pembangunan Abad Milenium/Millenium Development Goals
Lebih terperinciPress Release The Asia Pacific Regional Parliamentarian and CSO Forum on MDG Acceleration and the Post 2015 Development Agenda
Press Release The Asia Pacific Regional Parliamentarian and CSO Forum on MDG Acceleration and the Post 2015 Development Agenda Nusa Dua Bali, 25 26 Maret 2013 --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Lebih terperinciTujuan 5: Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan dan anak perempuan
: Multi-stakeholder Consultation and Workshop, 26-27 April 2017, Jakarta, Tujuan 5: Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan dan anak perempuan Hak Asasi Perempuan Pelarangan diskriminasi
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERDAYAAN LEMBAGA MASYARAKAT DI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK
Lebih terperinciRINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 89/PUU-XII/2014 Pemilihan Pimpinan Badan Kelengkapan Dewan dan Keterwakilan Perempuan
RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 89/PUU-XII/2014 Pemilihan Pimpinan Badan Kelengkapan Dewan dan Keterwakilan Perempuan I. PEMOHON 1. KoalisPerempuan Indonesia untuk Keadilan dan Demokrasi (KPI),
Lebih terperinci2008, No e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d perlu membentuk Undang-Undang tenta
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.170, 2008 DISKRIMINASI.Ras dan Etnis. Penghapusan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4919) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciTINJAUAN YURIDIS TERHADAP INDEKS KEMAJUAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA
Aji Wibowo - Tinjauan Yuridis Terhadap Indeks Kemajuan Hak Asasi Manusia di Indonesia TINJAUAN YURIDIS TERHADAP INDEKS KEMAJUAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA Oleh: AJI WIBOWO Dosen di Fakultas Hukum Universitas
Lebih terperinciPemilu 2009, Menjanjikan tetapi Mencemaskan
Pemilu 2009, Menjanjikan tetapi Mencemaskan RZF / Kompas Images Selasa, 6 Januari 2009 03:00 WIB J KRISTIADI Pemilu 2009 sejak semula dirancang untuk mencapai beberapa tujuan sekaligus. Pertama, menciptakan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1488, 2014 KEMENPPA. Pengarusutamaan Gender. Hak Anak. Organisasi Keagamaan. Rencana Aksi Nasional. PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KESETARAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KESETARAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara melindungi dan menjamin
Lebih terperinciBUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH
BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang
Lebih terperinci