BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persepsi adalah proses masuknya pesan atau informasi kedalam
|
|
- Irwan Widjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persepsi adalah proses masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia, melalui persepsi manusia yang secara terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan melalui 6 indera, yaitu indera pengelihat, pendengar, peraba, perasa, dan pencium (Slameto, 2010). Persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya. Persepsi dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal (Sugihartono, 2007). Faktor internal persepsi adalah pengalaman, pengetahuan, harapan, kebutuhan, motivasi, emosi dan budaya. Sedangkan faktor eksternal persepsi adalah fisiologis, perhatian, sesuatu yang terjadi dan sesuatu yang menjadi perhatian orang banyak. Persepsi orang terhadap terapi yang digunakan dalam dunia kesehatan berbeda-beda yang dipengaruhi oleh faktor situasi (Siagian, 2005). Salah satu terapi yang masih pro dan kontra karena dipersepsikan berbeda dalam dunia kesehatan jiwa adalah terapi kejang listrik. Pro dalam penelitian menurut Yongky (2012) salah satunya adalah pendapat dari Kitty bahwa terapi kejang listrik sangat efektif untuk menyembuhkan depresi dan harga pembayarannya lebih terjangkau. Sedangkan kontra 1
2 2 dalam penelitian Yongky (2012) salah satunya adalah pendapat dari Simone mengatakan bahwa terapi kejang listrik membuat lebih sakit lagi dan menderita. Terapi kejang listrik didefinisikan sebagai suatu tindakan terapi untuk episode depresi berat, mania dan beberapa jenis skizofrenia yang parah dengan menggunakan aliran listrik singkat dalam jumlah terkendali untuk menghasilkan kejang. Aktivitas kejang ini diyakini membawa perubahan biokimia tertentu yang dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan gejala (Mankad, 2010). Terapi kejang listrik sebagai bentuk terapi fisik dengan menggunakan arus listrik melalui elektroda dan ditempelkan pada temporal kepala (pelipis kiri & kanan) dengan tegangan diatur dari tingkat terendah yang akan menghasilkan efek tertentu. Arus tersebut cukup menimbulkan kejang grandmal yang diharapkan akan mencapai efek terapeutik (Stuart, 2013). Tujuan dilakukan terapi kejang listrik agar dapat meningkatkan kualitas hidup pasien gangguan jiwa baik dalam jangka waktu pendek maupun jangka waktu panjang (Stefanazzi, 2012). Terapi kejang listrik dalam bahasa Inggris dikenal dengan Electro Convulsive Therapy yang disingkat menjadi ECT merupakan salah satu pengobatan yang sudah digunakan sejak lama untuk mengobati berbagai gangguan jiwa dan masih terus digunakan hingga saat ini (Saddock, 2007). Saat ini prosedur tindakan terapi kejang listrik telah banyak berbeda, meskipun masih menimbulkan risiko efek samping (Dawkins, 2012). Tujuannya untuk mencapai manfaat maksimal dengan risiko minimal.
3 3 Selain hal yang bersifat teknik, perihal etikomedikolegal sangat penting diketahui untuk panduan standar praktik terbaik sehingga terapi kejang listrik dapat digunakan secara aman dan efektif dan dengan cara yang menghormati hak hak, privasi, dan martabat setiap individu yang terlibat (ECT Manual Victoria Gov, 2009). Salah satu rumah sakit yang menggunakan terapi kejang listrik adalah Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas (RSUD Banyumas). IPKJT RSUD Banyumas pada bulan Oktober sampai Desember tahun 2016 terdapat pasien gangguan jiwa sebanyak 8483 pasien. Pasien gangguan jiwa di rawat di poli dan rawat inap. Poli terdiri dari poli 1 sebanyak 3012 pasien dan poli 2 sebanyak 4873 pasien, sedangkan rawat inap terdiri dari 4 ruangan yaitu bima sebanyak 189 pasien, arjuna sebanyak 144 pasien, nakula sebanyak 146 pasien dan sadewa sebanyak 119 pasien. Pasien gangguan jiwa di RSUD Banyumas hampir semua dilakukan terapi kejang listrik (Rekam Medik RSUD Banyumas, 2016). Pasien yang terindikasi dalam pemberian terapi kejang listrik adalah pasien yang agresif, depresi berat, manik depresi dan skizofrenia (Stuart, 2013). Terapi kejang listrik dilakukan kepada pasien yang tidak berpengaruh saat obat diberikan misalnya pada pasien yang diluar kendali, tidak makan dan minum atau pada saat pasien ingin melakukan percobaan bunuh diri (Wijayanto, 2012). Terapi kejang listrik di RSUD Banyumas secara konvensional ialah terapi yang secara langsung menghubungkan antara elektroda pada sisi kepala dengan mengalirkan aliran listrik sebesar
4 4 110 volt. Terapi kejang listrik ini biasanya dilakukan empat sampai enam kali pengobatan dalam waktu dua minggu (Wijayanto, 2012). Efek positif terapi kejang listrik adalah dapat memulihkan kesehatan dan kadangkadang menyelamatkan kehidupan orang-orang dengan gangguan berpotensi mematikan dari depresi berat, mania, dan psikosis akut, sedangkan efek negatif yang sering berhubungan dengan terapi kejang listrik adalah konvusi, delirium, gangguan daya ingat, dan aritma jantung ringan (Nandinanti, 2015). Terapi kejang listrik biasanya dianggap sebagai penanganan terakhir setelah metode yang tidak terlalu bahaya dicoba dan ternyata gagal (Nevid, 2005). Sehingga hal ini menjadi pokok perdebatan pada masyarakat dalam menyikapi penggunaan terapi kejang listrik. Terapi kejang listrik memiliki kontroversi karena beberapa alasan (Stuart, 2013). Pertama adalah ketidaknyamanan akibat pemberian kejutan listrik melalui kepala seseorang walaupun tingkat kejutan diatur secara ketat dan reaksi kejangnya dikontrol oleh obat. Ke dua adalah mempunyai potensi efek samping seperti gangguan daya ingat, aritma jantung ringan, dan gangguan fungsi kognitif (Stuart, 2013). Terapi kejang listrik sering menghasilkan kesembuhan secara dramatis dari depresi berat, tetapi masih dikhawatirkan kemungkinan terjadinya defisit kognitif, seperti kehilangan memori. Kehilangan memori secara permanen dapat terjadi terhadap peristiwa yang terjadi sebelum terapi kejang listrik dan beberapa minggu sesudahnya (Glass, 2001 dalam Nevid, 2005). Ke tiga adalah pertanyan tentang keberhasilannya yang relatif. Ke empat, bukti menunjukan adanya
5 5 tingkat kambuh yang tinggi seteah penggunaan terapi kejang listrik (Sackeim dkk, 2001 dalam Nevid, 2005). Sampai saat ini terapi kejang listrik masih banyak digunakan, di Amerika Serikat tujuh 70% pasien dengan gangguan bipolar dan 17% pasien dengan gangguan skizofrenia telah mendapatkan terapi kejang listrik (Asmawati, 2013). Sedangkan di Indonesia hampir seluruh rumah sakit jiwa melaksanakan terapi kejang listrik sebagai pengobatan yang dilakukan pada pasien gangguan jiwa selain dengan terapi psikofarmaka (Pridick, 2005). Berdasarkan hasil penelitian Melissa (2009 dalam Asmawati, 2013) shock therapy makes a quiet comeback despite the stigma, 100,000 desperate patients a year now seek treatment mengemukakan bahwa dampak dari pasien yang telah dilakukan terapi kejang listrik akan mengalami kebingungan, ketidakmampuan untuk berkonsentrasi, dan akan kehilangan memori jangka pendek selama menjalani perawatan. Frekuensi dalam pemberian terapi kejang listrik ini dicukupkan apabila perkembangan kesembuhan pasien yang telah mendapatkan terapi kejang listrik sudah ada. Biasanya perkembangan kesembuhan akan tampak apabila sudah mendapatkan terapi kejang listrik lebih dari dua kali. Berdasarkan hasil penelitian Yongky (2012) tentang pro dan kontra terhadap terapi kejang listrik di Rumah Sakit Marzuki Mahdi, Bogor, hasil penelitian menunjukan lebih mengutamakan pengobatan dengan psikofarmaka daripada dengan terapi kejang listrik. Pengobatan terapi
6 6 kejang listrik dilakukan setelah pengobatan psikofarmaka yang tidak mengalami perubahan kesembuhan. Terapi kejang listrik lebih efektif daripada psikofarmaka dengan kasus depresi berat (Yongky, 2012). Terapi kejang listrik lebih murah dibandingkan dengan obat psikofarmaka yang atypical, kecuali terapi kejang listrik yang bermonitor atau terapi kejang listrik non kejang harganya akan lebih mahal karena memakai obat-obat anesthesi dan monitor yang mahal (Yongky, 2012). Pendapat pasien yang mendukung terapi kejang listrik mengemukakan bahwa tindakan terapi kejang listrik lebih efektif dibandingkan dengan obat antidepresan pada penderita deperesi berat apalagi penderita tersebut resisten terhadap penggunaan obat antidepresan pada penderita yang melakukan percobaan bunuh diri PBD). Pendapat pasien yang menolak terapi kejang listrik mengemukakan bahwa terapi kejang listrik tidak hanya tidak efektif tetapi dipercaya dapat merusak fungsi kognitif dan daya ingat (Yongky, 2012). Berdasarkan hasil studi pendahuluan berupa wawancara yang dilakukan peneliti pada hari kamis 20 Oktober 2016 di poli IPKJT RSUD Banyumas didapatkan pada 4 keluarga pasien yang di wawancarai. Hasil wawancara dari 2 keluarga mengatakan tidak tega anggota keluarganya dilakukan tindakan terapi kejang listrik karena anggota keluarganya yang mengalami gangguan jiwa mengatakan lebih menyakitkan setelah dilakukan terapi tersebut. Sedangkan hasil wawancara dari keluarga yang lain mengatakan terapi kejang listrik menimbulkan efek yang positif misalnya pasien lebih cepat sembuh setelah dilakukan tindakan terapi
7 7 tersebut. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian persepsi keluarga terhadap tindakan terapi kejang listrik (Electro Convulsive Therapy) pada pasien gangguan jiwa di Instalasi Pelayanan Kesehatan Jiwa Terpadu RSUD Banyumas. B. Rumusan Masalah Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia, melalui persepsi manusia secara terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Persepsi orang terhadap terapi dalam kesehatan jiwa berbeda-beda. Terapi kejang listrik dikatakan masih pro dan kontra karena banyaknya perbedaan pendapat yang dipengaruhi oleh persepsi masing - masing. Perbedaan pendapat tersebut ada yang mendukung terapi kejang listrik dan ada yang menolak terapi kejang listrik. Perbedaaan pendapat tersebut muncul karena berbagai alasan. Berdasarkan uraian tersebut peneliti merumuskan masalah Bagaimana persepsi keluarga terhadap tindakan terapi kejang listrik (Electro Convulsive Therapy) pada pasien gangguan jiwa di Instalasi Pelayanan Kesehatan Jiwa Terpadu RSUD Banyumas?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan persepsi keluarga terhadap tindakan terapi kejang listrik (Electro Convulsive
8 8 Therapy) pada pasien gangguan jiwa di Instalasi Pelayanan Kesehatan Jiwa Terpadu RSUD Banyumas. 2. Tujuan Khusus a. Menggambarkan persepsi keluarga terhadap terapi kejang listrik. b. Menggambarkan persepsi keluarga terhadap manfaat dari terapi kejang listrik. c. Menggambarkan persepsi keluarga terhadap persiapan dalam terapi kejang listrik. d. Menggambarkan persepsi keluarga terhadap pelaksanaan terapi kejang listrik. e. Menggambarkan persepsi keluarga terhadap efek samping terapi kejang listrik. f. Menggambarkan persepsi keluarga terhadap dampak terapi kejang listrik. D. Manfaat Penelitan 1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis dari penelitian ini yaitu dapat mendeskripsikan atau menggambarkan persepsi keluarga terhadap tindakan terapi kejang listrik (Electro Convulsive Therapy) pada pasien gangguan jiwa di Instalasi Pelayanan Kesehatan Jiwa Terpadu RSUD Banyumas.
9 9 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti Dapat menambah pengalaman bagi peneliti di dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang pernah peneliti dapat di bangku kuliah, sehingga dapat dijadikan pedoman dalam penelitian selanjutnya, yang berminat pada pengembangan di bidang keperawatan jiwa. b. Bagi Rumah Sakit Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam rangka meningkatkan upaya-upaya untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien di Instalasi Pelayanan Kesehatan Jiwa Terpadu RSUD Banyumas. Penelitian ini juga bisa dilanjutkan dan diterapkan bagi tenaga kesehatan di ruangan tersebut. c. Bagi Pendidikan Keperawatan Penelitian ini diharapkan dapat memotivasi calon perawat dalam meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan tentang terapi kejang listrik (Electro Convulsive Therapy) bagi pasien, serta memperkaya khasanah keilmuan dalam bidang keperawatan dalam memberikan pelayanan kepada pasien. d. Bagi Keluarga Penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan atau referensi bagi keluarga pasien terapi kejang listrik.
10 10 E. Penelitian Terkait 1. Yongky (2012) melakukan penelitian tentang Pro Dan Kontra Terhadap Terapi Kejang Listrik (TKL) Sebagai Terapi Alternatif Medis Pada Pasien Psikotik. Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan desain yang didasarkan pada studi literatur dan pengalaman kerja terhadap penggunakan terapi kejang listrik. Responden dalam penelitian ini sebanyak 35 responden. Persamaan penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Perbedaan penelitian ini adalah penelitian ini menggunakan desain penelitian yang didasarkan pada studi literatur sedangan penelitian yang diteliti menggunakan desain penelitian fenomenologi. Hasil penelitian ini menujukkan terapi kejang listrik tidak bisa dihilangkan karena tidak semua obat psikotropika dapat menyembuhkan semua orang dengan gangguan mental. 2. Wardani (2009) melakukan penelitian tentang Pengalaman Keluarga Menghadapi Ketidakpatuhan Anggota Keluarga Dengan Skizofrenia Dalam Mengikuti Regimen Terapeutik : Pengobatan. Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Responden dalam penelitian ini sebanyak 9 partisipan. Penelitian ini dan penelitian yang diteliti sama sama menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pasien gangguan jiwa mempunyai dua respon kepatuhan yaitu respon
11 11 patuh dan tidak patuh terhadap pengobatan. Pasien seringkali menunjukan respon patuh namun seringkali menunjukan respon tidak patuh. 3. Antonius (2010) melakukan penelitian tentang Pengalaman Keluarga Tentang Beban Dan Sumber Dukungan Keluarga Dalam Merawat Klien Dengan Halusinasi. Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian riset kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Partisipan dalam penelitian ini sebanyak 6 partisipan. Penelitian ini dan penelitian yang diteliti sama sama menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pengalaman keluarga tentang beban dan sumber dukungan serta makna dan hikmah dalam merawat klien halusinasi, beban yang dihadapi oleh partisipan adalah beban psikologi, beban finansial dan masalah dalam fasilitas dalam pelayanan kesehatan. 4. Wijayanto (2012) melakukan penelitian tentang Hubungan Antara Karakteristik Demografi Keluarga Dengan Persepsi Keluarga Klien Gangguan Jiwa Terhadap Terapi Kejang Listrik (Electro Convulsive Therapy) di RSUD Banyumas. Jenis peneltian ini menggunakan metode penelitian deskriptif korelatif dengan desain penelitian cross sectional. Responden dalam penelitian ini sebanyak 30 responden. Perbedaan penelitian ini adalah penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif korelatif sedangkan penelitian yang diteliti menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dan desain
12 12 penelitian menggunakan pendekatan fenomenologi. Hasil penelitian ini menunjukkan persepsi keluarga terhadap terapi kejang listrik yang baik sebanyak 43,3% dan persepsi yang tidak baik sebanyak 56,7%. 5. Lestari (2010) melakukan penelitian tentang Hubungan Persepsi Keluarga Tentang Gangguan Jiwa Dengan Sikap Keluarga Kepada Anggota Keluarga Yang Mengalami Gangguan Jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif korelatif dengan desain penelitian cross sectional. Responden dalam penelitian ini sebanyak 96 responden. Perbedaan penelitian ini adalah penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif korelatif sedangkan penelitian yang diteliti menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dan desain penelitian ini menggunakan desain cros sectional sedangkan penelitian yang akan diteliti menggunakan pendekatan fenomenologi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan persepsi tentang gangguan jiwa dengan sikap keluarga yang anggota keluarganya mengalami gangguan jiwa di RSJD Surakarta. 6. Asmawati (2013) melakukan penelitian tentang Hubungan Terapi Kejang Listrik Dengan Perkembangan Kesembuhan Pasien Skizofrenia di Ruang Rawat Inap HB. Saanin Padang. Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif analitik dengan desain cross sectional. Responden dalam penelitian ini sebanyak 57 responden. Perbedaan penelitian ini adalah penelitian ini
13 13 menggunakan jenis penelitian deskriptif korelatif sedangkan penelitian yang akan diteliti menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dan desain penelitian ini menggunakan desain cross sectional sedangkan penelitian yang diteliti menggunakan pendekatan fenomenologi. Hasil penelitian ini menunjukkan kurang dari separoh (45,6%) terapi kejang listrik dalam pmberian paket 1 dan lebih dari separoh (50,9%) terapi kejang listrik dalam perkembangan kesembuhan pada pasien skizofrenia rendah dalam pemberian paket Stefanazzi (2012) melakukan penelitian tentang Is Electroconvulsive Therapy (ECT) Ever Ethically Justifed? If so, Under What Circumstances. Penelitian ini menggunakan metode penelitian uji klinis. Tidak ada persamaaan dalam penelitian ini dengan penelitian yang akan diteliti. Perbedaan dalam penelitian ini adalah penlitian ini menggunakan metode penelitian dengan uji klinis sedangkan penelitian yang diteliti menggunakan jenis penelitian dengan metode penelitian deskriptif kualitiatif dengan desain penelitian fenomenologi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fakta-fakta etis yang relevan, yang sampai sekarang telah langka dalam perdebatan, perlu dipertimbangkan. Sementara konsensus bahwa penelitian lebih lanjut memiliki banyak faktor masih harus dipertimbangkan. Peneliti berpendapat bahwa tidak selalu etis menganggap ini untuk berada dalam kepentingan terbaik pasien.
BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penderita gangguan jiwa di dunia diperkirakan akan semakin meningkat seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan masalah yang sangat serius.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penderita gangguan skizifrenia di seluruh dunia ada 24 juta jiwa dengan angka
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penderita gangguan skizifrenia di seluruh dunia ada 24 juta jiwa dengan angka kejadian 7 per 1000 penduduk (pada wanita dan pria sama ). Diperkirakan terdapat 4 10
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan kesehatan mental psikiatri sebagai efek negatif modernisasi atau akibat krisis multidimensional dapat timbul dalam bentuk tekanan dan kesulitan pada seseorang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa yaitu suatu sindrom atau pola perilaku yang secara klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan menimbulkan gangguan pada satu
Lebih terperinciPENGARUH ELECTRO CONFULSIVE THERAPY TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI
PENGARUH ELECTRO CONFULSIVE THERAPY TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu
1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dari masalah yang diteliti, rumusan masalah, tujuan umum dan tujuan khusus dari penelitian, serta manfaat penelitian ini. A. Latar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang. menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya (WHO dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. unipolar, penggunaan alkohol, gangguan obsesis kompulsif (Stuart & Laraia,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah utama gangguan jiwa di dunia adalah skizofrenia, depresi unipolar, penggunaan alkohol, gangguan obsesis kompulsif (Stuart & Laraia, 1998). Skizofrenia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingginya beban ekonomi, makin lebarnya kesenjangan sosial, serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi suatu hal yang mengancam bagi setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan sehari-hari, hampir 1 % penduduk dunia mengalami
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang paling banyak terjadi, gejalanya ditandai dengan adanya distorsi realita, disorganisasi kepribadian yang parah, serta ketidakmampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manic depresif
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien dengan gangguan jiwa. Halusinasi sering diidentikkan dengan skizofrenia. Dari seluruh skizofrenia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kasus gangguan jiwa berat mendapatkan perhatian besar di berbagai negara. Beberapa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus gangguan jiwa berat mendapatkan perhatian besar di berbagai negara. Beberapa peneliti melaporkan kasus gangguan jiwa terbesar adalah skizofrenia. Menurut capai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terpisah. Rentang sehat-sakit berasal dari sudut pandang medis. Rentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah bahwa sehat-sakit dan adaptasi-maladaptasi merupakan konsep yang berbeda. Tiap konsep berada pada rentang yang terpisah. Rentang sehat-sakit berasal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan kondisi sehat baik secara fisik, mental, sosial maupun spiritual yang mengharuskan setiap orang hidup secara produktif baik secara sosial maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi sehat emosional, psikologi, dan sosial, yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, masalah kesehatan jiwa banyak terjadi dengan berbagai variasi dan gejala yang berbeda-beda. Seseorang dikatakan dalam kondisi jiwa yang sehat,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesalahpahaman, dan penghukuman, bukan simpati atau perhatian.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Skizofrenia merupakan suatu sindrom penyakit klinis yang paling membingungkan dan melumpuhkan. Gangguan psikologis ini adalah salah satu jenis gangguan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya (WHO dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Electro Convulsive Therapy (ECT) merupakan suatu bentuk terapi fisik dengan menggunakan aliran listrik melalui otak, untuk menginduksi kejang menyeluruh di susunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keperawatan jiwa adalah pelayanan kesehatan professional yang didasarkan pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana individu tidak mampu menyesuaikan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Gangguan Jiwa BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian Gangguan Jiwa Gangguan jiwa merupakan perubahan sikap dan perilaku seseorang yang ekstrem dari sikap dan perilaku yang dapat menimbulkan penderitaan
Lebih terperinciKata kunci : terapi elektro konvulsi, parameter praktik.
ABSTRAK Terapi elektro konvulsi (TEK) telah dikenal sebagai terapi pilihan untuk pengobatan gangguan jiwa. TEK diyakini mengubah neurokimia otak dalam banyak cara seperti halnya obat-obatan, tetapi perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan sematamata
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan sematamata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (WHO, 2001). Hal ini berarti seseorang dikatakan sehat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organitation (WHO), prevalensi masalah
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Menurut World Health Organitation (WHO), prevalensi masalah kesehatan jiwa saat ini cukup tinggi, 25% dari penduduk dunia pernah menderita masalah kesehatan jiwa, 1%
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam
BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Skizofrenia merupakan suatu penyakit otak persisten dan serius yang mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses informasi, hubungan
Lebih terperinci/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas
1 /BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara - negara maju. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan yang
Lebih terperinciPENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA
PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan Meraih derajat Sarjana S- 1 keperawatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ringan dan gangguan jiwa berat. Salah satu gangguan jiwa berat yang banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan suatu gangguan yang mengganggu fungsi mental sehingga menempatkan seseorang dalam kategori tidak sejahtera. Gangguan jiwa adalah respon maladaptif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Manusia adalah mahluk sosial yang terus menerus membutuhkan orang lain disekitarnya. Salah satu kebutuhannya adalah kebutuhan sosial untuk melakukan interaksi sesama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. signifikan dengan perubahan sosial yang cepat dan stres negatif yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tren terkini dalam penyakit jiwa memiliki hubungan kausatif yang signifikan dengan perubahan sosial yang cepat dan stres negatif yang ditimbulkannya dengan pengangguran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan jiwa yang terjadi di era globalisasi dan persaingan bebas ini cenderung semakin meningkat. Peristiwa kehidupan yang penuh dengan tekanan seperti kehilangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang terbebas dari gangguan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kesehatan jiwa merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang terbebas dari gangguan jiwa, dan memiliki sikap positif untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadian ( WHO,
Lebih terperinciBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Kedaruratan Psikiatri Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang membutuhkan intervensi terapeutik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika seseorang tersebut merasa sehat dan bahagia, mampu menghadapi tantangan hidup serta dapat menerima
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive),
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive), kemauan (volition), emosi (affective), dan tindakan (psychomotor). Dari berbagai penelitian dapat
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKAMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKAMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan Disusun Oleh :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah skizofrenia. Skizofrenia adalah kondisi maladaptif pada psikologis dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah lain dari gangguan jiwa adalah psikosis. Salah satu contoh psikosis adalah skizofrenia. Skizofrenia adalah kondisi maladaptif pada psikologis dan fisiologis
Lebih terperinciGAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA
GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan Disusun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa ditemukan disemua lapisan masyarakat, dari mulai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuntutan hidup yang semakin tinggi dan tidak tepatanya pemberian koping pada stresor mengakibatkan peningkatan kasus gangguan jiwa. Menurut WHO (2009) memperkirakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang merupakan amanat dari Undang-Undang Dasar Negara Republik. gangguan lain yang dapat mengganggu kesehatan jiwa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014 tentang kesehatan jiwa, menyebutkan bahwa negara menjamin kehidupan setiap orang baik lahir maupun batin,serta menjamin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan individu manusia, karena dengan sehat jiwa seseorang mampu berkembang secara fisik, mental dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan mengalami kekambuhan. WHO (2001) menyatakan, paling tidak ada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di zaman era globalisasi ini banyak sekali masyarakat yang mengalami gangguan jiwa dan biasanya pasien yang telah mengalami gangguan jiwa akan mengalami kekambuhan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan dalam kehidupan dapat memicu seseorang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai permasalahan dalam kehidupan dapat memicu seseorang mengalami kondisi stress dalam dirinya yang dapat menimbulkan gangguan jiwa. Temuan WHO menunjukkan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat signifikan, dan setiap tahun di berbagai belahan dunia jumlah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena gangguan jiwa pada saat ini mengalami peningkatan yang sangat signifikan, dan setiap tahun di berbagai belahan dunia jumlah penderita gangguan jiwa bertambah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gangguan pada fungsi mental, yang meliputi: emosi, pikiran, perilaku,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seseorang mengalami gangguan jiwa apabila ditemukan adanya gangguan pada fungsi mental, yang meliputi: emosi, pikiran, perilaku, perasaan, motivasi, kemauan, keinginan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyebab yang sering disampaikan adalah stres subjektif atau biopsikososial
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa adalah gangguan secara psikologis atau perilaku yang terjadi pada seseorang, umumnya terkait dengan gangguan afektif, perilaku, kognitif dan perseptual.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi adalah gangguan terganggunya persepsi sensori seseorang,dimana tidak terdapat stimulus. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien merasa
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah Diskriptif Analitik pendekatan cross sectional (Sastroasmoro, 2010). B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain apa adanya dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan perasaan sehat dan berbahagia mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain apa adanya dan mempunyai sikap positif terhadap diri
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit jiwa sampai saat ini memang masih dianggap sebagai penyakit yang memalukan, menjadi aib bagi si penderita dan keluarganya sendiri. Masyarakat kita menyebut
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa
ABSTRAK Halusinasi adalah gangguan jiwa pada individu yang dapat ditandai dengan perubahan persepsi sensori, dengan merasakan sensasi yang tidak nyata berupa suara, penglihatan, perabaan, pengecapan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. eksternal, dibuktikan melalui pikiran, perasaan dan perilaku yang tidak sesuai
1 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Gangguan jiwa adalah respon maladaptive dari lingkungan internal dan eksternal, dibuktikan melalui pikiran, perasaan dan perilaku yang tidak sesuai dengan norma local
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Chaplin,gangguan jiwa adalah ketidakmampuan menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia merupakan suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya gangguan pikiran, persepsi, emosi, gerakan dan perilaku yang aneh. Penyakit ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (WHO). Hal ini berarti seseorang dikatakan sehat apabila
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saat ini Indonesia merupakan negara dengan jumlah pasien stroke terbesar di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kejadian stroke di Indonesia meningkat dengan tajam. Bahkan, saat ini Indonesia merupakan negara dengan jumlah pasien stroke terbesar di Asia, karena berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ketidaktahuan keluarga maupun masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hingga saat ini penanganan penderita penyakit Skizofrenia belum memuaskan terutama di negara berkembang, ini disebabkan karena ketidaktahuan keluarga maupun masyarakat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dalam UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan disebutkan bahwa setiap
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hidup sehat dan memperoleh derajat kesehatan yang optimal itu merupakan hak setiap orang di republik ini, termasuk masalah kesehatan jiwa. Dalam UU No. 36 tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dari masalah yang diteliti, rumusan masalah, tujuan umum dan tujuan khusus dari penelitian, serta manfaat penelitian. 1.1. Latar Belakang
Lebih terperinciPENDAHULUAN. A. Latar Belakang. utama dari penyakit degeneratif, kanker dan kecelakaan (Ruswati, 2010). Salah
BAB I Pendahuluan PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu masalah kesehatan utama dari penyakit degeneratif, kanker dan kecelakaan (Ruswati, 2010). Salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengalami gangguan kesehatan jiwa (Prasetyo, 2006). pasien mulai mengalami skizofenia pada usia tahun.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan yang pesat dalam bidang kehidupan manusia yang meliputi bidang ekonomi, teknologi, politik, dan budaya serta bidang bidang lain membawa pengaruh tersendiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai keadaan sehat fisik, mental, dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan. Definisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental. Masalah gangguan kesehatan jiwa menurut data World Health
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kesehatan jiwa adalah kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual emosional, secara optimal dari sekarang, dan perkembangan ini berjalan selaras dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. (Stuart, 2007).
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan Jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya meningkatkan dan mempertahankan perilaku pasien yang berperan pada fungsi yang terintegrasi. Sistem pasien
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di Negara-negara maju, modern dan industri. Keempat masalah kesehatan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara-negara maju, tetapi masih kurang populer di kalangan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa Menurut World Health Organization adalah berbagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan jiwa Menurut World Health Organization adalah berbagai karakteristik positif yang menggabarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 18 pasal 1 Tahun
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 18 pasal 1 Tahun 2014 merupakan kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial
Lebih terperinciKesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2014 adalah kondisi dimana seseorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dengan calon istrinya yang bernama Wida secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidak pernah terbayangkan sebelumnya, Dadang yang awalnya ingin melangsungkan pernikahan dengan calon istrinya yang bernama Wida secara serentak batal menikah, karena
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA Disusun oleh : TRI ARI AYUNANINGRUM J 200 080 051 KARYA TULIS ILMIAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut UU Kesehatan Jiwa No. 3 Tahun 1996, kesehatan jiwa adalah kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, emosional secara optimal dari seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keadaan sehat atau sakit mental dapat dinilai dari keefektifan fungsi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan sehat atau sakit mental dapat dinilai dari keefektifan fungsi perilaku, yaitu bagaimana prestasi kerja yang ditampilkan oleh individu baik proses maupun hasilnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adanya tekanan fisik dan psikologis, baik secara internal maupun eksternal yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan jiwa merupakan pengendalian diri dalam menghadapi stresor di lingkungan sekitar dengan selalu berpikir positif dalam keselarasan tanpa adanya tekanan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT KLIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA
HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT KLIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan
Lebih terperinciPERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA
PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : ESTI PERDANA PUSPITASARI F 100 050 253 FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan penarikan diri dari lingkungan (Semiun, 2006). Skizofrenia merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia termasuk penyakit psikosis dengan cirinya berupa kekacauan dalam pikiran dan kepribadian yakni adanya fantasi, regresi, halusinasi, delusi, dan penarikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa, tetapi juga merupakan suatu hal yang dibutuhkan oleh semua orang. Kesehatan jiwa merupakan perasaan sehat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah penduduk lansia semakin meningkat dari tahun ke tahun diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk hidup yang lebih sempurna dibandingkan dengan makhluk yang lain. Konsep tentang manusia bermacam-macam. Ada yang menyatakan bahwa manusia adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berat sebesar 4,6 permil, artinya ada empat sampai lima penduduk dari 1000
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Orang dianggap sehat jika mereka mampu memainkan peran dalam masyarakat dan perilaku pantas dan adaptif.organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefeniskan kesehatan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam pengendalian diri serta terbebas dari stress yang serius. Kesehatan jiwa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa menurut UU No.36 tahun 2009 adalah "Kondisi jiwa seseorang yang terus tumbuh berkembang dan mempertahankan keselarasan, dalam pengendalian diri serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat ditemukan pada semua lapisan sosial, pendidikan, ekonomi dan ras di
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Skizofrenia merupakan gangguan jiwa berat dengan tanda dan gejala yang beraneka ragam, baik dalam derajat maupun jenisnya dan seringkali ditandai suatu perjalanan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMANDIRIAN PELAKSANAAN AKTIVITAS HARIAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMANDIRIAN PELAKSANAAN AKTIVITAS HARIAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh Gelar S-1
Lebih terperinciDAMPAK ELECTROCONVULSIVE THERAPY TERHADAP KEMAMPUAN MEMORY KLIEN DI RSJP BANDUNG
DAMPAK ELECTROCONVULSIVE THERAPY TERHADAP KEMAMPUAN KLIEN DI RSJP BANDUNG Lina Safarina ABSTRAK Penelitian tentang Dampak Electroconvulsive therapy terhadap kemampuan memory klien di Rumah Sakit Jiwa Pusat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberikan gambaran yang jelas tentang gagal jantung. Pada studinya disebutkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal jantung merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama dan menjadi penyakit yang terus meningkat kejadiannya. Studi Framingham memberikan gambaran yang jelas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jumlah orang dengan gangguan skizofrenia dewasa ini semakin. terutama di negara-negara yang sedang berkembang seperti indonesia dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah orang dengan gangguan skizofrenia dewasa ini semakin mengalami peningkatan dan menjadi masalah kesehatan masyarakat utama, terutama di negara-negara yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. fungsional berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Gangguan kejiwaan atau skizofrenia adalah suatu gangguan psikosis fungsional berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala psikotik yang khas seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih. fungsi yang penting dari manusia (Komarudin, 2009).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola perilaku psikologik seseorang, yang secara klinik cukup bermakna, dan yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut yang disertai dengan perilaku mengamuk yang tidak dapat dibatasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Klien dengan perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai diri sendiri dan individu lain yang tidak menginginkan tingkah laku tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skizofrenia merupakan sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi berbagai area fungsi individu, termasuk fungsi berfikir dan berkomunikasi, menerima dan menginterpretasikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui pada wanita. Setiap tahun lebih dari 250.000 kasus baru kanker payudara terdiagnosa di Eropa dan kurang
Lebih terperinciEFEKTIVITAS TERAPI GERAK TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI
EFEKTIVITAS TERAPI GERAK TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai derajat Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecemasan adalah suatu keadaan yang sangat serius pada pasien pre operasi yang ditandai dengan perasaan ketakutan dan gelisah serta menggambarkan perasaan keraguraguan,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sendiri. Kehidupan yang sulit dan komplek mengakibatkan bertambahnya
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan yang pesat dalam berbagai bidang kehidupan manusia yang meliputi bidang ekonomi, teknologi, sosial, dan budaya serta bidangbidang yang lain telah membawa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. prosedur pembedahan. Menurut Smeltzer dan Bare, (2002) Pembedahan / operasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindakan operasi merupakan pengalaman yang biasa menimbulkan kecemasan, kecemasan biasanya berhubungan dengan segala macam prosedur asing yang dijalani pasien dan juga
Lebih terperinci