PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARIMUN,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARIMUN,"

Transkripsi

1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARIMUN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan Kabupaten Karimun sehat dan bersih dari sampah dengan kecenderungan bertambahnya volume, jenis, dan keragaman karakteristik sampah, sehingga dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan dan mencemari lingkungan, maka perlu dilakukan pengelolaan secara komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir; b. bahwa dalam pengelolaan sampah diperlukan kepastian hukum, kejelasan tugas dan wewenang Pemerintah Daerah, hak dan kewajiban masyarakat serta pelaku usaha sehingga pengelolaan sampah dapat berjalan secara proporsional, efektif, dan efisien; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Sampah; Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 53 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Siak, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Kuantan Singingi dan Kota Batam ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 181, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3902 ), yang telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2008 tentang Perubahan ketiga Atas Undang- Undang Nomor 53 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Siak, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Kuantan Singingi dan Kota Batam ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4880 ); 2. Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan kedua atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 1

2 3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4851); 5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038); 6. Undang Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 202, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4022); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4502), sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 171, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5340); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 188, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5347); 11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah; 12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengelolaan Sampah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 274); 13. Peraturan Daerah Kabupaten Karimun Nomor 9 Tahun 2011 tentang Retribusi Daerah ( Lembaran Daerah Kabupaten Karimun Tahun 2011 Nomor 9 ); 2

3 14. Peraturan Daerah Kabupaten Karimun Nomor 7 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Karimun Tahun ( Lembaran Daerah Kabupaten Karimun Tahun 2012 Nomor 7, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Karimun Nomor 3); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KARIMUN dan BUPATI KARIMUN MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksudkan dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Karimun. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Karimun. 3. Kepala Daerah adalah Bupati Karimun. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Karimun. 5. Badan Kebersihan dan Pertamanan yang selanjutnya disebut Badan adalah Badan Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Karimun. 6. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah Perangkat Daerah sebagai unsur pembantu Kepala Daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. 7. Forum Kebersihan Daerah yang selanjutnya disebut forum, adalah wahana koordinasi pemangku kepentingan yang bersifat tetap sebagai mitra Pemerintah Daerah. 8. Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. 9. Sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga yang sebagian besar terdiri dari sampah organik, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik. 10. Sampah sejenis sampah rumah tangga adalah sampah yang tidak berasal dari rumah tangga dan berasal dari kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan/atau fasilitas lainnya. 11. Sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau volumenya memerlukan pengelolaan khusus. 3

4 12. Sumber sampah adalah setiap orang dan atau badan usaha dan/atau kegiatan yang menghasilkan timbulan sampah. 13. Penghasil sampah adalah setiap orang dan/atau akibat proses alam yang menghasilkan timbulan sampah. 14. Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. 15. Pemilahan adalah kegiatan pemisahan sampah untuk dikelola lebih lanjut sesuai dengan jenis dan kebutuhannya. 16. Pengumpulan sampah adalah pengambilan sampah dari sumber sampah dan ditampung di Tempat Penampungan Sementara (TPS). 17. Pengangkutan sampah adalah kegiatan memindahkan sampah dari Tempat Penampungan Sementara ke Tempat Pengolahan Akhir. 18. Reduce, Reuse dan Recycle yang selanjutnya disingkat dengan 3R, adalah kegiatan pengurangan sampah dengan cara mengurangi, memakai atau memanfaatkan kembali, dan mendaur ulang. 19. Tempat sampah rumah tangga yang selanjutnya disebut tempat sampah, adalah wadah penampungan sampah secara terpilah dan menentukan jenis sampah, berupa bak/bin/tong/kantong/ keranjang sampah. 20. Tempat penampungan sementara yang selanjutnya disingkat dengan TPS, adalah tempat sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan, dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu (TPST). 21. Tempat pengolahan sampah terpadu yang selanjutnya disingkat dengan TPST adalah tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang dan pengolahan. 22. Tempat Pengolahan Sampah dengan prinsip 3R (Reduce, Reuse dan Recycle) yang selanjutnya disebut TPS 3R adalah tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang dan pendauran ulang. 23. Tempat pemrosesan akhir yang selanjutnya disingkat dengan TPA, adalah tempat untuk memproses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan. 24. Kompensasi adalah ganti rugi kepada orang yang terkena dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan penanganan sampah di tempat pemrosesan akhir sampah (TPA). 25. Sistem tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam rangka pencegahan, penanggulangan dan pengendalian kecelakaan akibat pengelolaan sampah yang tidak benar. 26. Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PPNS adalah pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang diberi wewenang khusus oleh peraturan perundang-undangan untuk melakukan penyidikan terhadap pelanggaran Peraturan Daerah. 27. Badan usaha adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang berbentuk badan hukum maupun perorangan, baik milik pemerintah maupun swasta yang melakukan usaha secara tetap. 28. Orang adalah orang perseorangan, kelompok orang dan/atau badan hukum. 29. Masyarakat adalah perorangan atau lembaga/organisasi kemasyarakatan. 4

5 30. Fasilitas umum milik pemerintah daerah adalah fasilitas yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah. 31. Fasilitas umum milik Swasta/milik kawasan dan/atau milik badan hukum adalah fasilitas yang dimiliki dan dikelola oleh pihak swasta. 32. Insentif adalah bentuk apresiasi yang diberikan pemerintah daerah kepada orang perorangan atau badan usaha karena melakukan pengurangan sampah atau melakukan pengelolaan sampah sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. 33. Disinsentif adalah pengenaan sanksi yang diberikan pemerintah daerah terhadap orang perorangan atau badan usaha yang tidak melakukan pengurangan sampah sesuai yang telah ditetapkan sehingga berdampak negatif pada kesehatan dan/atau lingkungan. 34. Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah atau unit kerja pada Satuan Kerja Perangkat Daerah dilingkungan Pemerintah Daerah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efesiensi dan produktivitas. BAB II TUJUAN DAN PRINSIP Pasal 2 Pengelolaan sampah diselenggarakan dengan tujuan untuk : a. mewujudkan lingkungan yang sehat dan bersih dari sampah; b. meningkatkan peran aktif masyarakat dan pelaku usaha dalam mengurangi dan menangani sampah berwawasan lingkungan; c. menjadikan sampah sebagai sumber daya; dan d. meningkatkan pelayanan kebersihan. Pasal 3 Pengelolaan sampah dilaksanakan berdasarkan prinsip : a. keterpaduan; b. akuntabilitas; c. transparan; d. kepastian hukum; dan e. berkelanjutan. BAB III TUGAS DAN WEWENANG Pasal 4 Tugas Pemerintah Daerah dalam pengelolaan sampah meliputi: a. menumbuhkembangkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pengolahan sampah; b. mengalokasikan dana dalam rangka pelaksanaan pengelolaan sampah; 5

6 c. melakukan penelitian, pengembangan teknologi pengurangan, dan penanganan sampah; d. melaksanakan, memfasilitasi, dan mengembangkan upaya pengurangan dan penanganan sampah; e. memanfaatkan, memfasilitasi, dan mengembangkan hasil pengolahan sampah; f. mengelola sampah dan memfasilitasi penyediaan prasarana dan sarana pengolahan sampah; g. memanfaatkan dan memfasilitasi penerapan teknologi pengolahan sampah yang berkembang pada masyarakat untuk mengurangi dan/atau menangani sampah; dan h. melakukan koordinasi antar lembaga pemerintah, masyarakat, dan pelaku usaha agar terdapat keterpaduan dalam pengelolaan sampah; i. mengawasi dan mengendalikan timbulan serta peredaran sampah dalam upaya pengurangan dan penanganan sampah. Pasal 5 Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Pemerintah Daerah mempunyai wewenang: a. merumuskan dan menetapkan arah kebijakan, dan strategi pengelolaan sampah berdasarkan kebijakan nasional dan propinsi; b. menyelenggarakan pengelolaan sampah sesuai norma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan; c. melakukan kerjasama antar daerah, kemitraan, dan jejaring kerja dalam pengelolaan sampah; d. menetapkan lokasi TPS, TPST, TPS 3R dan/atau TPA sesuai dengan RTRW dan Standar Nasional Indonesia (SNI); e. melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala setiap 6 (enam) bulan selama 20 (dua puluh) tahun terhadap TPA dengan sistem pembuangan terbuka setelah TPA dinyatakan ditutup; f. memfasilitasi dan menyelesaikan perselisihan dalam pengelolaan sampah; g. melakukan pembinaan dan pengawasan pengelolaan sampah yang dilaksanakan oleh pihak lain;dan h. menyusun dan menyelenggarakan sistem tanggap darurat pengolahan sampah sesuai dengan kewenangannya. Pasal 6 (1) Untuk mencapai tujuan pengelolaan sampah sesuai tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 4 dan Pasal 5, Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk menyusun Rencana Induk Pengelolaan Sampah, rencana strategis, Rencana Kerja Tahunan yang dituangkan dalam RPJMD dan RKT sesuai dengan peraturan perundangan. (2) Rencana Induk Pengelolaan sampah sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan peraturan Kepala Daerah. 6

7 BAB IV HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT Pasal 7 Masyarakat berhak: a. mendapatkan lingkungan yang bersih, indah, nyaman dan sehat; b. mendapatkan pelayanan kebersihan secara baik dan berwawasan lingkungan; c. berpartisipasi dalam proses pengusulan, pengambilan keputusan, penyelenggaraan, dan pengawasan pengelolaan sampah; d. memperoleh informasi yang benar, akurat, dan tepat waktu mengenai penyelenggaraan pengelolaan sampah; e. mendapatkan perlindungan dan kompensasi karena dampak negatif dari kegiatan pengolahan sampah di tempat pemrosesan akhir sampah (TPA). f. memperoleh pembinaan pengelolaan sampah yang baik dan berwawasan lingkungan. Pasal 8 Masyarakat berkewajiban: a. memelihara kebersihan di lingkungannya; b. mengurangi dan menangani sampah; c. membuang sampah pada tempat yang ditentukan; d. memelihara dan menjaga kebersihan saluran drainase yang terletak dilokasi di tempat tinggal/tempat berusaha; e. membayar retribusi pelayanan sampah. Pasal 9 (1) Setiap Pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial dan fasilitas lainnya wajib menyediakan fasilitas pemilahan sampah berdasarkan sifat/jenis sampah. (2) Pemilahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah memilah sampah dari sumbernya sebelum diangkut ke TPS, TPST, dan/atau lokasi TPS 3R. (3) Fasilitas pemilahan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus mengacu kepada standar teknis pemilahan sampah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB V PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN SAMPAH Pasal 10 (1) Penyelenggaraan pengelolaan sampah ditujukan pada : a. sampah rumah tangga; b. sampah sejenis sampah rumah tangga; dan c. sampah spesifik. 7

8 (2) Penyelenggaraan pengelolaan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus menerapkan Standar Pelayanan Minimum (SPM) pengelolaan sampah. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Standar Pelayanan Minimum (SPM) Pengelolaan Sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diatur dengan Peraturan Kepala Daerah. Pasal 11 (1) Sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf a dan huruf b, sebelum diangkut ke TPS, TPST dan/atau TPS 3R dilakukan pengelolaan; (2) Pengelolaan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas: a. pengurangan sampah; dan b. penanganan sampah. Bagian Kesatu Pengurangan Sampah Pasal 12 (1) Pengurangan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf a, bertujuan untuk: a. membatasi timbulan sampah yang akan dibuang di TPS/TPST/TPS 3R; b. menjadikan sampah sebagai sumber daya seoptimal mungkin ; c. Memperpanjang masa pakai TPA. (2) Untuk mencapai tujuan pengurangan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan melalui kegiatan: a. minimalisasi timbulan sampah; b. pendauran ulang sampah; dan/atau c. pemanfaatan kembali sampah. Pasal 13 (1) Setiap orang harus menggunakan produk dan/atau kemasan yang sesedikit mungkin menimbulkan sampah. (2) Setiap orang harus menggunakan produk dan/atau kemasan yang ramah lingkungan dan mudah di daur ulang. Pasal 14 (1) Penanggungjawab dan/atau pemilik usaha di pusat perbelanjaan dan toko modern wajib menggunakan kemasan ramah lingkungan. 8

9 (2) Setiap pedagang di pasar tradisional harus menggunakan kemasan ramah lingkungan. Bagian Kedua Penanganan Sampah Pasal 15 Penanganan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf b, meliputi: a. pemilahan sampah; b. pengumpulan sampah; c. pengangkutan sampah; d. pengolahan sampah; dan e. pemprosesan akhir sampah. Paragraf 1 Pemilahan Sampah Pasal 16 (1) Pemilahan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf a, dilakukan melalui kegiatan memilah sampah sesuai jenis sampah dan wadah sampah. (2) Pemerintah Daerah dapat menyediakan wadah sampah pada kegiatan pemilahan sampah yang dilakukan oleh rumah tangga secara aman bagi kesehatan dan lingkungan serta sesuai kebutuhan dan kemampuan keuangan daerah. (3) Pemerintah Daerah dapat memfasilitasi kegiatan pemilahan sampah yang dilakukan oleh dunia usaha kepada masyarakat. Pasal 17 (1) Wadah sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1), sekurang-kurangnya : a. wadah warna hijau untuk jenis sampah organik; b. wadah warna kuning untuk jenis sampah anorganik; dan c. wadah warna merah untuk jenis sampah B3. (2) Penyediaan wadah sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), di dalam rumah tangga menjadi tanggung jawab rumah tangga. (3) Penyediaan wadah sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), di luar rumah tangga dalam kawasan menjadi tanggung jawab Pengelola Kawasan. (4) Penyediaan wadah sampah di luar rumah tangga dan di luar kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3), menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah. 9

10 (5) Pelaku usaha dan/atau masyarakat dapat menyediakan wadah sampah di luar rumah tangga dan/atau di luar kawasan sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah. Pasal 18 (1) Pemilahan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, harus memenuhi standar teknis pemilahan dan pengolahan sampah. (2) Pewadahan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, harus memenuhi standar teknis pewadahan sampah. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar teknis pemilahan dan pewadahan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), diatur dengan Peraturan Kepala Daerah. Paragraf 2 Pengumpulan Sampah Pasal 19 (1) Pengumpulan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf b, berupa: a. sampah berasal rumah tangga; b. sampah kawasan; c. sampah berasal dari fasilitas umum, sosial, dan fasilitas lainnya yang dikelola oleh Pemerintah Daerah; d. sampah berasal dari jalan; e. sampah berasal dari taman; f. sampah berasal dari saluran air / sungai / parit / kanal/ kali/waduk/situ. (2) Pengumpulan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan sejak pemindahan sampah dari wadah sampah ke TPS, TPST, dan/atau TPS 3R sampai ke TPA dengan tetap menjamin terpilahnya jenis sampah. Pasal 20 Pengumpulan sampah rumah tangga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) huruf a, dapat dilakukan dengan: a. pola individual langsung (door to door); b. pola operasional individual tidak langsung; dan c. pola operasional komunal langsung. Pasal 21 Pengumpulan sampah rumah tangga di perumahan ke TPS menjadi tanggung jawab Pengelola Sampah Tingkat RW yang dibentuk oleh Pengurus Rukun Warga (RW). 10

11 Pasal 22 Pengumpulan sampah dari kawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) huruf b, ke TPS menjadi tanggung jawab Pengelola Kawasan. Pasal 23 Pengumpulan sampah berasal jalan, taman, drainase/sungai/ kali/waduk/situ sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf e, dan huruf f ke TPS dan/atau TPST menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah. Pasal 24 (1) Pengumpulan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19, Pasal 20, Pasal 21, Pasal 22, dan Pasal 23, harus memenuhi teknis pengumpulan sampah. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai teknis pengumpulan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dengan Peraturan Kepala Daerah. Paragraf 3 Pengangkutan Sampah Pasal 25 Pengangkutan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf c, berupa: a. sampah rumah tangga; b. sampah jalan; c. sampah taman; d. sampah saluran air/sungai/kali/kanal/waduk/situ; e. sampah kawasan; f. sampah fasilitas sosial; dan g. sampah fasilitas umum dan fasilitas lainnya. Pasal 26 (1) Pengangkutan sampah rumah tangga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf c di laksanakan dengan system : a. Langsung; dan/atau b. Tidak langsung. (2) Pengangkutan sampah dari TPS, TPST, TPS 3R ke TPA dapat dilakukan oleh : a. Pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus atau lembaga pengelola sampah tingkat RT/RW ; dan/atau 11

12 b. Pihak ketiga yang terkait dalam perjanjian kerjasama dengan Pemerintah Daerah atau yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Pengangkutan sampah yang khusus berasal dari saluran air/sungai/kanal/waduk/situ dilakukan oleh Badan dan /atau pihak lain yang diberikan tugas untuk mengangkut sampah ke TPA. (4) Pengangkutan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan membawa sampah dari sumber sampah ke TPS/TPST/TPS 3R, dan/atau dari TPS/TPST/TPS 3R ke TPA. (5) Pengangkutan sampah dilaksanakan dengan cara yang menjamin tetap terpilahnya sampah berdasarkan jenis sampah, hingga ke TPS/TPST/TPS 3R/TPA, dan tidak tercecer di perjalanan selama dalam proses pengangkutannya. Paragraf 4 Pengolahan Sampah Pasal 27 (1) Pengolahan sampah sebagaimana dimaksud pada Pasal 15 huruf d dilakukan dengan cara mengubah karakteristik, komposisi dan jumlah sampah dengan memanfaatkan kemajuan teknologi yang ramah lingkungan di : a. TPS/TPST/TPS 3R; dan b. TPA. (2) Pengolahan sampah sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi kegiatan : a. Pemadatan; b. Pengomposan; c. Daur ulang materi; dan/atau d. Daur ulang energy. (3) Pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya wajib menyediakan fasilitas pengolahan sampah skala kawasan yang berupa TPS 3R. (4) Pemerintah Daerah menyediakan fasilitas pengolahan sampah pada wilayah permukiman yang berupa : a. TPS; b. TPST; dan/atau c. TPS 3R. Pasal 28 Pengolahan sampah spesifik karena sifat, konsentrasi, dan/atau volumenya memerlukan pengelolaan khusus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 12

13 Paragraf 5 Pemprosesan Akhir Sampah Pasal 29 (1) Pemrosesan akhir sampah sebagaimana dimaksud pada Pasal 15 huruf e dilakukan di TPA untuk mengembalikan sampah dan/atau residu pengolahan sebelum ke media lingkungan secara aman. (2) Pemrosesan akhir sampah sebagaimana ayat (1) dilakukan dengan menggunakan metode, antara lain : a. penggunaan lahan urug terkendali ( control landfill ); b. penggunaan lahan urug saniter ( sanitary landfill ); dan/ atau c. penggunaan teknologi lain yang ramah lingkungan. BAB VI PRASARANA DAN SARANA Bagian Kesatu Umum Pasal 30 Prasarana dan sarana pengelolaan sampah, antara lain terdiri dari : a. Tempat sampah/wadah sampah; b. TPS/TPST; c. TPS 3R; d. TPA; e. Angkutan Sampah. Bagian Kedua Tempat Sampah / Wadah Sampah Pasal 31 (1) Tempat sampah/wadah sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 huruf a disediakan oleh pengelola di permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, dan kawasan khusus, serta fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya yang tidak dikelola oleh Pemerintah Daerah. (2) Tempat sampah/wadah sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memenuhi persyaratan yang dapat diatur dengan Peraturan Kepala Daerah, yang diantaranya terdiri dari bahan: a. Tidak mudah rusak dan kedap air; b. Ekonomis, bahan mudah didapatkan dan dapat dibuat oleh masyarakat; c. Mudah dikosongkan. 13

14 (3) Tempat sampah/wadah sampah ditempatkan dilokasi yang memudahkan proses pengambilannya untuk diangkut ke TPS/TPST/TPS 3R. (4) Sampah organik wajib dimasukkan ke dalam kantong sampah dan terikat sebelum dibuang ke tempat sampah. (5) Tempat sampah/wadah sampah yang digunakan untuk menampung sampah diberi tutupan untuk mencegah masuknya air hujan. (6) Ukuran wadah sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan berdasarkan kebutuhan dengan mempertimbangkan volume sampah yang dihasilkan. Bagian Ketiga Tempat Penampungan Sementara (TPS)/ Tempat Pengolahan Sampah Sementara Terpadu (TPST) 14 Pasal 32 (1) TPS/TPST sebagaimana dimaksud Pasal 30 huruf b untuk di permukiman disediakan oleh Pemerintah Daerah. (2) Masyarakat secara swadaya dapat menyediakan TPS/TPST di kawasan permukiman. (3) TPS dan/atau TPST pada kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial dan fasilitas lainnya wajib disediakan oleh pengelola kawasan. (4) TPS sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) harus memenuhi persyaratan teknis sebagai berikut : a. Tersedianya fasilitas pemilahan untuk meningkatkan peran aktif masyarakat dalam menangani sampah; b. Mudah dijangkau oleh petugas pengangkut sampah dan/ atau angkutan sampah; c. Memperhatikan estetika dan lingkungan; d. Memperhitungkan volume sampah; e. Mencegah perembesan air lindi ke dalam tanah, mata air dan badan saluran air/drainase; f. Mengendalikan dampak yang disebabkan lalat, tikus dan serangga lainnya; g. Menghilangkan timbulnya aroma yang tidak sedap; h. Tidak berada di atas ruang manfaat jalan dan ruang milik jalan pada jalan dengan row yang lebih besar atau sama dengan 30 meter; i. Memperhitungkan dampak kesehatan dan lingkungan sekitar; j. Mempertimbangkan tata ruang untuk penempatannya;

15 k. Menyediakan buffer zone untuk memisahkan lokasi dengan permukiman terdekat; l. Wajib dilengkapi dengan Kajian Lingkungan Hidup Sederhana (KLHS). (5) Pemerintah Daerah wajib menertibkan bangunan TPS permanen yang berada di jalan dengan ukuran row dengan atau lebih dari 30 meter. Bagian Keempat Tempat Penampungan Sementara Reduce, Reuse dan Recycle (TPS 3R) Pasal 33 (1) TPS 3R sebagaimana dimaksud Pasal 30 huruf c untuk wilayah permukiman disediakan oleh Pemerintah Daerah. (2) Masyarakat secara swadaya dapat menyediakan TPS 3R di kawasan permukiman. (3) Pengelola kawasan wajib menyediakan TPS 3R di kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial dan fasilitas lainnya. (4) TPS 3R sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2) dan ayat (3), harus memenuhi kelayakan dari aspek sosial, ekonomi, kesehatan dan fisik lingkungan sebagai berikut: a. Memperhatikan aspek geologi tata lingkungan masyarakat sekitar; b. Memperhatikan aspek sosial dan ekonomi mayarakat sekitar; c. Memperhatikan aspek kelayakan pembiayaan; d. Memperhatikan ketersediaan lahan; e. Dilengkapi dengan teknologi yang ramah lingkungan; f. Dilengkapi dengan fasilitas pengolah limbah; g. Wajib dilengkapi dengan Kajian Lingkungan Hidup Sederhana (KLHS). Bagian Kelima Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Pasal 34 (1) Penyediaan lahan untuk TPA sebagaimana dimaksud pada Pasal 30 huruf d dan pengoperasiannya menjadi kewajiban Pemerintah Daerah. 15

16 (2) Dalam hal pemilihan lokasi TPA dan pemenuhan kelengkapannya, Pemerintah Daerah berpedoman kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku. (3) Pengoperasian TPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikerjasamakan dengan dan/atau dilaksanakan oleh Pihak Ketiga sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. (4) Penyediaan TPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memperhatikan dan memenuhi ketentuan sebagai berikut: a. Dilengkapi teknologi yang ramah lingkungan; b. Dilengkapi fasilitas pengolahan limbah; c. Dilengkapi fasilitas pengolahan sampah; d. Tersedianya fasilitas operasional yang memadai; e. Dapat diintegrasikan dengan wilayah sekitar; f. Dapat melibatkan peran swasta dalam penyediaan dan/ atau pengoperasian; g. Memperhatikan aspek geologi tata lingkungan lokasi dan sekitar; h. Memperhatikan aspek kelayakan pembiayaan; i. Memperhatikan ketersediaan lahan termasuk untuk zona penyangga. (5) TPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Memiliki dokumen ANDAL; b. Memiliki izin; c. Memiliki tempat pemilahan; d. Luas lokasi dan kapasitas mencukupi; e. Memiliki fasilitas penampungan dan pengolahan air lindi; f. Mudah diakses; g. Memiliki pengelola; h. Tidak mengganggu lingkungan sekitarnya; i. Sesuai dengan tata ruang dan peruntukannya sebagaimana tertuang dalam RTRW; dan j. Syarat lainnya yang ditentukan oleh peraturan perundangundangan. Bagian Keenam Angkutan sampah 16 Pasal 35 (1) Angkutan sampah sebagaimana dimaksud Pasal 30 huruf e disediakan dan dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah. (2) Masyarakat melalui lembaga pengelola sampah dapat menyediakan angkutan sampah di permukiman untuk mengangkut sampah dari sumber sampah ke TPS/TPST/ TPS 3 R.

17 (3) Angkutan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mengindahkan: a. Kondisi angkutan sampah harus laik jalan dan memenuhi standard sebagaimana diatur dalam peraturan perundangan; b. Agar sampah yang diangkut tidak tercecer dan menimbulkan bau dijalan maka kendaraan angkutan sampah harus tertutup dan memiliki penampungan lindi. (4) Dalam hal angkutan sampah sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan oleh pihak ketiga harus mendapatkan izin dari Kepala Daerah. (5) Angkutan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Kepala Daerah. BAB VII PERAN MASYARAKAT Pasal 36 (1) Kepala Daerah dan/atau pejabat yang ditunjuk dapat memfasilitasi pembentukan lembaga pengelola sampah atau nama lainnya di kecamatan, kawasan komersial, kawasan industri, fasilitas umum, fasilitas sosial dan fasilitas lainnya sesuai dengan kebutuhan. (2) Lembaga pengelola sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di kecamatan meliputi lembaga pengelola sampah tingkat RT, RW, Kelurahan dan Kecamatan. (3) Lembaga Pengelola Sampah lingkup RT dan RW mempunyai tugas : a. Memfasilitasi tersedianya wadah sampah di masing-masing rumah tangga dan gerobak sampah untuk mengangkut sampah dari tempat sampah rumah tangga ke TPS; b. Membina masyarakat untuk terlibat langsung dalam pengelolaan sampah dengan prinsip 3R; c. Menjadi Mitra Pemerintah Daerah dalam menangani pengelolaan sampah di lingkungan perumahan. (4) Lembaga Pengelola Sampah kawasan mempunyai tugas : a. Memfasilitasi tersedianya wadah sampah dan TPS serta mengangkut sampah dikawasan ke TPS; b. Mengangkut sampah dari sumber sampah ke TPS/TPST/TPS 3R; c. Menjamin terwujudnya tertib pemilahan sampah. 17

18 BAB VIII PETUGAS KEBERSIHAN Pasal 37 (1) Setiap petugas kebersihan harus mendapatkan perlindungan dari pengelola. (2) Perlindungan Petugas Kebersihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berupa perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja sesuai dengan standar keselamatan dan kesehatan kerja (K3). (3) Petugas kebersihan diberikan asuransi kesehatan dan jiwa sesuai dengan kemampuan keuangan daerah. Pasal 38 (1) Perlindungan keselamatan Petugas Kebersihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (2), berupa alat pelindung diri untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya dari kemungkinan adanya pemaparan potensi bahaya, kecelakaan, dan penyakit pada saat melaksanakan tugas. (2) Alat pelindung diri sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berupa: a. alat pelindung kepala; b. alat pelindung mata; c. alat pelindung pernafasan; d. alat pelindung tangan; e. baju pelindung; dan f. alat pelindung kaki. BAB IX PERIZINAN Pasal 39 (1) Setiap jenis usaha pengelolaan sampah wajib mendapatkan izin dari Kepala Daerah melalui Kepala Badan yang ditunjuk. (2) Untuk mengajukan izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pemohon mengajukan permohonan secara tertulis kepada Kepala Daerah dengan melampirkan persyaratan administrasi dan teknis sesuai ketentuan yang berlaku. (3) Izin pengelolaan sampah dapat diberikan selama 5 (lima) tahun dengan ketentuan bahwa setiap tahun dilakukan evaluasi kinerja. (4) Setelah keluar hasil evaluasi kinerja maka wajib mendaftar ulang kegiatannya kepada Kepala Daerah melalui Pejabat yang di tunjuk. 18

19 (5) Pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dengan melampirkan laporan kegiatan pengelolaan sampah pada tahun yang sebelumnya. (6) Perpanjangan izin diajukan 30 (tiga puluh) hari kerja sebelum habis masa berlakunya. (7) Izin pengelolaan sampah tidak dapat dipindah tangankan kecuali atas persetujuan tertulis dari Kepala Daerah melalui Pejabat di tunjuk setelah memperoleh masukan dari SKPD dan perwakilan masyarakat. (8) Izin pengelolaan sampah yang disalahgunakan dan melanggar ketentuan yang berlaku dapat dicabut sewaktu-waktu oleh Kepala Daerah. Pasal 40 Jenis pengelolaan sampah yang tidak memerlukan izin adalah: a. Kegiatan pengelolaan sampah oleh lembaga pengelolaan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (3); b. Kegiatan pengelolaan sampah skala sampah rumah tangga. Pasal 41 (1) Pengajuan permohonan izin sebagaimana dimaksud Pasal 39 ayat (2) dengan persyaratan sebagai berikut: a. Permohonan diajukan oleh penanggungjawab usaha; b. Permohonan dilengkapi dengan surat keterangan penjelasan teknis terhadap rencana penerapan teknologi yang akan digunakan; c. Kajian lingkungan hidup sederhana terhadap rencana pengelolaan sampah yang tidak berdampak penting; d. Kajian AMDAL terhadap rencana pengelolaan sampah yang diperkirakan berdampak penting dan luas; e. Daftar anggota; f. Foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) penanggungjawab dan surat ijin usaha; g. Gambar Lokasi; h. Rekomendasi dari Camat; i. Surat pernyataan jaminan mengganti kerugian akibat kesalahan pengelolaan sampah sehingga mengakibatkan kerugian pihak lain. (2) Terhadap permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sebelum disetujui untuk dikabulkan atau ditolak harus mendapatkan pertimbangan dari tim yang dibentuk oleh Kepala Daerah. 19

20 (3) Ketentuan tata cara pengumuman izin ditempelkan/diumumkan melalui media massa atau melalui website Pemerintah Daerah dan/atau tempat lain yang ditetapkan oleh Kepala Daerah. (4) Proses permohonan izin ditujukan kepada Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk. Pasal 42 (1) Pertimbangan tim sebagaimana dimaksud pada Pasal 41 ayat (2) mempertimbangkan persyaratan teknis dan lokasi. (2) Tim membuat berita acara. (3) Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk dapat menolak permohonan izin karena tidak sesuai ketentuan dan memberitahukan secara tertulis kepada pemohon tanpa keharusan menyebutkan alasan. Pasal 43 (1) Dalam hal pengadaan TPS/TPST sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) dan pengadaan TPS 3R sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (2) harus mendapatkan izin untuk lokasi pengadaan dari Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk dengan mempertimbangkan persyaratan teknis yang ditentukan oleh menteri Pekerjaan Umum. (2) Pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diproses selama 7 (tujuh) hari kerja sejak permohonan izin diterima. (3) Pejabat yang ditunjuk melakukan uji kepatutan dan kelayakan permohonan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1). BAB X INSENTIF DAN DISINSENTIF 20 Pasal 44 (1) Pemerintah Daerah dapat memberikan insentif kepada orang yang melakukan kegiatan pengurangan sampah sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku, dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah. (2) Pemerintah Daerah memberikan disinsentif kepada orang yang tidak melakukan kegiatan pengurangan sampah sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.

21 (3) Kepala Daerah dapat memberikan disinsentif kepada pengelola kawasan yang tidak melakukan pemilahan dan/atau pengolahan sampah yang tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan dan/atau terjadi penimbunan sampah sehingga menimbulkan dampak negatif pada kesehatan dan/atau lingkungan. BAB XI KERJASAMA, PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Bagian Kesatu Kerjasama Pasal 45 (1) Dalam melakukan kegiatan pengelolaan sampah, pemerintah Daerah dapat : a. Membentuk kelembagaan pengelola sampah; b. Membentuk kelembagaan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD); c. Bekerjasama dengan badan usaha atau masyarakat; dan/atau d. Bekerjasama dengan pemerintah kabupaten/kota lain. (2) Kerjasama untuk pengelolaan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan secara keseluruhan atau sebagian. (3) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan huruf c dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangundangan. Bagian Kedua Pembinaan Pasal 46 (1) Pemerintah Daerah melakukan pembinaan atas pengelolaan sampah. (2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa: a. Koordinasi; b. Sosialisasi; c. Penyuluhan dan bimbingan teknis; d. Supervisi dan konsultasi; e. Pendidikan dan pelatihan; f. Penelitian dan pengembangan; dan g. Pengembangan sistem informasi dan komunikasi. 21

22 (3) Pembinaan pengelolaan sampah dapat juga dilakukan oleh masyarakat dan dunia usaha. Bagian Ketiga Pengawasan Pasal 47 (1) Pemerintah Daerah melakukan pengawasan atas pengelolaan sampah. (2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa: a. Pemantauan; b. Penindakan; c. Pengendalian; d. Evaluasi; dan e. Pelaporan. Pasal 48 (1) Dalam melaksanakan pengawasan sebagaimana dimaksud Pasal 47, Kepala Daerah dapat membentuk Tim Satuan Tugas Operasi Justisi yang ditetapkan dengan keputusan Kepala Daerah. (2) Tata cara penindakan dan prosedur tetap pelaksanaan tugas Tim Satuan Tugas Operasi Justisi yang diatur lebih lanjut oleh Kepala Daerah. (3) Segala biaya yang berkenaan dengan Tim Satuan Operasi Justisi dianggarkan dalam APBD. BAB XII PEMBIAYAAN DAN KOMPENSASI Bagian Kesatu Pembiayaan 22 Pasal 49 (1) Pemerintah Daerah wajib mengalokasikan anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk pelaksanaan pengelolaan sampah sesuai kebutuhan dan kemampuan keuangan daerah. (2) Pemerintah Daerah dapat mengalokasikan anggaran melalui sumber-sumber pendanaan lain yang sah dan tidak mengikat. Pasal 50 (1) Pembiayaan kegiatan pengelolaan sampah yang dilaksanakan oleh masyarakat menjadi tanggungjawab masyarakat.

23 (2) Pemerintah Daerah dapat memberikan bantuan kepada masyarakat untuk kegiatan pengelolaan sampah yang dikelola oleh masyarakat di tingkat RT/RW/Kelurahan sesuai kebutuhan dan kemampuan keuangan daerah. Bagian Kedua Kompensasi Pasal 51 (1) Pemerintah Daerah memberikan kompensasi kepada masyarakat sebagai akibat dampak negatif yang ditimbulkan oleh pemrosesan akhir sampah di tempat pemrosesan akhir sampah (TPA). (2) Dampak negatif yang dimaksud pada ayat (1), meliputi antara lain: a. Pencemaran air; b. Pencemaran tanah; c. Pencemaran udara; d. Longsor; e. Kebakaran; dan/atau f. Ledakan gas metan. Pasal 52 (1) Bentuk Kompensasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (1), dapat berupa uang, relokasi penduduk, pemulihan kualitas lingkungan, biaya kesehatan dan pengobatan, penyediaan fasilitas kesehatan, dan/atau kompensasi dalam bentuk lain. (2) Untuk memberikan jaminan terhadap kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah Daerah dapat bekerjasama dengan perusahaan asuransi. Pasal 53 Dalam hal pemberian kompensasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (2), Kepala Daerah melalui pejabat yang ditunjuk melakukan pemantauan dan penelitian terkait dengan telah terjadinya dampak negatif yang terjadi dilokasi. Pasal 54 Sumber dana kompensasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 dapat berasal dari APBN, APBD Provinsi dan/atau APBD Kabupaten atau sumber lainnya sesuai dengan peraturan perundangundangan. 23

24 BAB XIII PEMBIAYAAN PELAYANAN DAN IURAN SAMPAH Bagian Kesatu Biaya Pelayanan Sampah Pasal 55 (1) Pelayanan kebersihan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah dikenakan biaya pelayanan. (2) Pelayanan kebersihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. pengambilan dan/atau pengumpulan sampah dari sumber ke TPS, TPST, dan TPS 3R; b. pengangkutan sampah dari sumber dan/atau ke TPS, TPST, TPS 3R atau ke TPA; dan c. penyediaan TPS, TPST, TPS 3R atau TPA. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai biaya pelayanan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dalam Peraturan Daerah tentang Retribusi Daerah. Bagian Kedua Iuran Sampah Pasal 56 (1) Pelayanan pengangkutan sampah rumah tangga yang diselenggarakan oleh Pengurus RW atau Lembaga Pengelola Sampah lingkup RW bukan di kawasan permukiman dikenakan iuran sampah yang besarnya disepakati oleh warga dan ditetapkan oleh Ketua RW. (2) Iuran sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), di kawasan permukiman yang masih dibawah pengembang dan/atau belum diserahkan kepada Pemerintah Daerah menjadi tanggung jawab Pengembang. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penentuan dan pemungutan iuran sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dengan Peraturan Kepala Daerah. BAB XIV LARANGAN Pasal 57 Setiap orang dilarang : a. membuang sampah ke kali, sungai, kanal, waduk, situ, saluran air terbuka dan laut; b. membuang sampah di jalan, taman, atau tempat umum; c. membuang sampah ke TPA tanpa izin; d. membakar sampah; 24

25 e. membuang, menumpuk, menyimpan sampah atau bangkai binatang di jalan, jalur hijau, taman, kali, sungai, laut, saluran, fasilitas umum dan tempat lainnya yang sejenis; f. membuang sampah dari kendaraan; g. membuang sampah diluar tempat/lokasi pembuangan yang telah ditetapkan; h. mengangkat sampah dengan alat pengangkut terbuka; i. mengelola sampah yang menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan; j. menggunakan badan jalan sebagai tempat TPS yang bersifat permanen tanpa izin pemerintah daerah. BAB XV PENYIDIKAN Pasal 58 (1) Selain pejabat penyidik Polri yang bertugas menyidik tindak pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini, penyidikan dapat dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Daerah yang pengangkatannya ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (2) Dalam melaksanakan tugas Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah, pejabat penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berwenang: a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya pelanggaran; b. melakukan tindakan pertama pada saat itu di tempat kejadian dan melakukan pemeriksaan; c. menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka; d. pemeriksaan surat; e. mengambil sidik jari dan memotret seseorang; f. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; g. mendatangkan seorang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara; h. mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa terebut bukan merupakan tindak pelanggaran dan selanjutnya memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum tersangka atau keluarganya; dan i. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. (3) Dalam melaksanakan tugasnya, Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah tidak berwenang melakukan penangkapan, penahanan dan/atau penggeledahan. (4) Penyidik membuat berita acara setiap tindakan tentang: a. pemeriksaan tersangka; b. pemeriksaan surat; c. pemeriksaan saksi; d. pemeriksaan ditempat kejadian; dan 25

26 e. mengirimkan berkasnya kepada Pengadilan Negeri dan tembusannya kepada Penyidik Polisi Negara Republik Indonesia. BAB XVI KETENTUAN ADMINISTRATIF Pasal 59 (1) Kepala daerah menerapkan sanksi administrasi kepada pengelola sampah yang melanggar ketentuan persyaratan yang ditetapkan dalam perizinan. (2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa: a. teguran tertulis; b. penghentian sementara kegiatan; c. penutupan lokasi; d. pencabutan izin; dan/atau e. denda administrasi. Pasal 60 Sanksi administrasi diberikan kepada : (1) Pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial dan fasilitas lainnya yang dengan sengaja atau tidak menyediakan fasilitas pemilahan sampah tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku. (2) Pengelola kawasan sebagaimana dimaksud ayat (1) dengan sengaja atau tidak menyediakan wadah sampah tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pasal 61 Kepala daerah atau melalui pejabat yang ditunjuk dapat mencabut izin pengelolaan sampah apabila : (1) Pengelola sampah tidak melakukan pendaftaran ulang sebagaimana diatur dalam Pasal 39 ayat (2). (2) Pengelola sampah yang memindahtangankan izin tanpa persetujuan Kepala daerah sebagaimana diatur dalam Pasal 39 ayat (5). (3) Pengelolaan sampah menyalahi izin yang diberikan sebagaimana diatur dalam Pasal 39 ayat (6). 26

27 BAB XVII KETENTUAN PIDANA Pasal 62 (1) Pengelolaan sampah yang melanggar Pasal 39 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp ,00 (lima puluh juta rupiah). (2) Pengelolaan sampah yang melanggar Pasal 39 ayat (7) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan dan/atau denda paling banyak Rp ,00 (dua puluh lima juta rupiah). (3) Pengelolaan sampah yang melanggar Pasal 39 ayat (8) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan dan/atau denda paling banyak Rp ,00 (dua puluh lima juta rupiah). Pasal 63 (1) Setiap orang yang melanggar Pasal 57 huruf c, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan dan/atau denda paling banyak Rp ,00 (sepuluh juta rupiah). (2) Setiap orang yang melanggar Pasal 57 huruf d, dikenakan denda paling banyak Rp ,00 (sepuluh juta rupiah). (3) Setiap orang yang melanggar Pasal 57 huruf e dikenakan denda paling banyak Rp ,00 (lima ratus ribu rupiah). (4) Setiap orang yang melanggar Pasal 57 huruf f dan huruf g, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp ,00 (sepuluh juta rupiah). (5) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) merupakan pelanggaran. Pasal 64 Denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 dan Pasal 63 merupakan penerimaan Daerah dan setorkan ke Kas Daerah. 27

28 BAB XVIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 65 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Karimun. Ditetapkan di Tanjung Balai Karimun pada tanggal 30 Desember 2013 BUPATI KARIMUN Ttd. NURDIN BASIRUN Diundangkan di Tanjung Balai Karimun pada tanggal 30 Desember 2013 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KARIMUN, Ttd. T.S. ARIF FADILLAH LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN TAHUN 2013 NOMOR 7 28

29 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH I. PENJELASAN UMUM Sampah merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi oleh banyak kota di seluruh dunia termasuk Kabupaten Karimun. Semakin bertambah jumlah penduduk dan aktivitasnya, maka volume sampah terus meningkat. Perubahan pola konsumsi masyarakat menjadikan semakin beragamnya sampah yang dihasilkan yang berakibat semakin membengkaknya biaya pengelolaan dan penyediaan lahan. Keberadaan sampah selain membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan apabila tidak dikelola dengan baik akan sangat membahayakan kesehatan manusia dan mencemari lingkungan untuk jangka waktu yang sangat lama. Pengelolaan sampah mutlak diperlukan mengingat dampak buruk yang ditimbulkan bagi kesehatan dan lingkungan. Sampah menjadi tempat berkembang biaknya organisme penyebab dan pembawa penyakit dan mengganggu keseimbangan lingkungan. Oleh karena itu, pemerintah di berbagai belahan dunia berupaya menangani sampah walaupun dengan biaya yang tidak sedikit. Pengelolaan sampah di Kabupaten Karimun sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Pertamanan dan Kebersihan Kabupaten Karimun belum dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu. Sampah dari berbagai sumber baik dari rumah tangga, pasar, industri, dan lain-lain, langsung diangkut menuju Tempat Penampungan Sementara (TPS) tanpa melalui proses pemilahan dan penanganan terlebih dahulu. Dari TPS, sampah diangkut menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA) untuk kemudian ditimbun. Pengelolaan sampah sebagaimana yang dilakukan tersebut bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, karena tidak berwawasan lingkungan dan menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan. Mengingat dampak negatif yang ditimbulkan sampah bagi kesehatan dan lingkungan, maka sampah harus dikelola dengan baik melalui pengelolaan secara komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir agar sekaligus memberikan manfaat secara ekonomi, melindungi kesehatan masyarakat, aman bagi lingkungan, serta dapat mengubah pandangan dan perilaku masyarakat terhadap sampah dalam upaya menjaga kebersihan lingkungan di Kabupaten Karimun yang bersih dan nyaman. Untuk itu, Pemerintah Daerah bersama-sama dengan masyarakat perlu melakukan pengurangan dan penanganan sampah secara benar dengan menerapkan metode 3 R (Reduce, Reuse dan Recycle) sehingga volume sampah dapat berkurang secara nyata sebelum residunya diproses di TPA. Perubahan paradigma pengelolaan sampah tersebut membawa konsekuensi hukum kepada Pemerintah Daerah yang diberikan tugas dan wewenang oleh Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan 29

30 Sampah untuk memenuhi hak masyarakat dan memfasilitasi masyarakat dalam melaksanakan pengurangan dan penanganan sampah dengan cara 3R, yaitu Reduce (mengurangi volume), Reuse (menggunakan kembali), dan Recycle (mendaur ulang). Di dalam pengelolaan sampah dari hulu ke hilir tidak saja memerlukan aspek peran aktif masyarakat, namun juga perlu didukung oleh system yang komprehensif dan terpadu yang memuat aspek peraturan sebagai dasar hukum, aspek teknis operasional, aspek organisasi dan manajemen, dan aspek pembiayaan. Untuk menjamin berjalannya kelima aspek dalam satu sistem pengelolaan sampah yang komprehensif dan terpadu, maka diperlukan dasar hukum yang dapat memberikan kepastian hukum, kejelasan tanggung jawab dan kewenangan Pemerintah Daerah serta memuat hak dan kewajiban masyarakat serta pelaku usaha agar berperan aktif dalam pengelolaan sampah sehingga pengelolaan sampah dapat berjalan secara proporsional, efektif, dan efisien. Pengaturan Pengelolaan Sampah, secara nasional telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengelolaan Sampah dan Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. Berdasarkan pemikiran dan latar belakang sebagaimana tersebut diatas, maka Pemerintah Kabupaten Karimun memandang perlu untuk segera membentuk Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Sampah. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Cukup jelas Pasal 3 Huruf a Yang dimaksud prinsip keterpaduan, bahwa penyelenggaraan pengelolaan sampah dilakukan secara terpadu mulai dari hulu sampai hilir dengan memadukan atau menyinergikan berbagai unsur atau komponen terkait. Huruf b Yang dimaksud prinsip akuntabel, bahwa penyelenggaraan pengelolaan sampah dapat dipertanggungjawabkan. Huruf c Yang dimaksud prinsip transparan bahwa penyelenggaraan pengelolaan sampah dilaksanakan secara terbuka kepada masyarakat untuk memperoleh data dan informasi yang benar, jelas, dan jujur dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah. 30

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIREBON, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH Bagian Hukum Setda Kabupaten Ogan Komering Ulu PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 5 TAHUN 2009

Lebih terperinci

BUPATI LUWU TIMUR PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN

BUPATI LUWU TIMUR PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN BUPATI LUWU TIMUR PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa pertambahan penduduk

Lebih terperinci

BUPATI POLEWALI MANDAR

BUPATI POLEWALI MANDAR BUPATI POLEWALI MANDAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DAN KEBERSIHAN KOTA KABUPATEN POLEWALI MANDAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI PIDIE, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JOMBANG, Menimbang : a. bahwa pertambahan penduduk

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. b. c. d. bahwa pertambahan penduduk,

Lebih terperinci

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN BONDOWOSO

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN BONDOWOSO BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN BONDOWOSO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BONDOWOSO, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 7 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 7 SERI E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 7 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA s BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN SELAYAR, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG, PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG, Menimbang : a. bahwa dengan adanya pertambahan penduduk dan pola konsumsi

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR - 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH REGIONAL JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pengelolaan Sampah. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pengelolaan Sampah. Pedoman. No.274, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pengelolaan Sampah. Pedoman. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN, QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN, Menimbang : a. bahwa pengelolaan sampah memerlukan suatu

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. b. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DESA SEGOBANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SEGOBANG,

PERATURAN DESA SEGOBANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SEGOBANG, PERATURAN DESA SEGOBANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SEGOBANG, Menimbang Mengingat : a. bahwa lingkungan hidup yang baik merupakan hak asasi

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR... TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR... TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR... TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa pertambahan penduduk dan perubahan pola

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN LAMONGAN

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN LAMONGAN 1 SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN LAMONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMONGAN, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR + BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

WALIKOTA PARIAMAN PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PARIAMAN,

WALIKOTA PARIAMAN PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PARIAMAN, WALIKOTA PARIAMAN PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PARIAMAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan pengelolaan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 6 Tahun : 2012 Seri : E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 6 Tahun : 2012 Seri : E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 6 Tahun : 2012 Seri : E Menimbang : PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, Menimbang: Mengingat: a. bahwa dalam rangka mewujudkan lingkungan yang baik

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA. PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA., Menimbang : a. bahwa pertambahan penduduk dan perubahan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang a. bahwa dalam rangka menumbuh kembangkan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA, S A L I N A N PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN MATERI MUATAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP Sampah rumah tangga. Raperda. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP Sampah rumah tangga. Raperda. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP No.933, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP Sampah rumah tangga. Raperda. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.188, 2012 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN HIDUP. Sampah. Rumah Tangga. Pengelolaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5347) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUASIN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUASIN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUASIN, Menimbang : a. bahwa pertambahan penduduk dan perubahan pola konsumsi

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang : a. bahwa pertambahan

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DAN KEBERSIHAN

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DAN KEBERSIHAN BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DAN KEBERSIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA BARAT, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN,

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal

Lebih terperinci

BUPATI SIMEULUE QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN

BUPATI SIMEULUE QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN BUPATI SIMEULUE QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA ESA BUPATI SIMEULUE, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH REGIONAL JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang :

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN

PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERANGIN NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MERANGIN, Menimbang : a; bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

RANCANGAN QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

RANCANGAN QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH 1 RANCANGAN QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan Provinsi Banten yang bersih

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang Mengingat : a. bahwa pertambahan penduduk

Lebih terperinci

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan lingkungan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA TENGAH, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA SORONG PERATURAN DAERAH KOTA SORONG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA SORONG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA SORONG PERATURAN DAERAH KOTA SORONG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA SORONG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN WALIKOTA SORONG PERATURAN DAERAH KOTA SORONG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA SORONG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SORONG, Menimbang : a. bahwa pertambahan penduduk

Lebih terperinci

BUPATI LUMAJANG PROPINSI JAWA TIMUR

BUPATI LUMAJANG PROPINSI JAWA TIMUR BUPATI LUMAJANG PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUMAJANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2017 NOMOR 7 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2017 NOMOR 7 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2017 NOMOR 7 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG, Menimbang : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG, a. bahwa pertambahan penduduk dan perubahan pola konsumsi

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, 1 BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa kebersihan, keteraturan dan keindahan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 15 TAHUN 2013 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 15 TAHUN 2013 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 15 TAHUN 2013 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO, PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

BUPATI WONOSOBO, PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH SALINAN BUPATI WONOSOBO, PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang : a. bahwa sampah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL, PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL, Menimbang : a. bahwa dengan bertambahnya penduduk dan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 03 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 03 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 03 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOM0R : 2 TAHUN : 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

S A L I N A N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 2 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

S A L I N A N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 2 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG S A L I N A N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 2 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA

Lebih terperinci

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 7 TAHUN 2012

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 7 TAHUN 2012 jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

WALIKOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI,

WALIKOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI, S A L I N A N WALIKOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI, Menimbang : a. bahwa penyehatan lingkungan untuk

Lebih terperinci

TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BUPATI PATI,

TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BUPATI PATI, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa pertambahan penduduk dan perubahan pola konsumsi masyarakat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU, Menimbang : a. bahwa pengelolaan limbah

Lebih terperinci

5. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara

5. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara WALIKOTA BANDAR LAMPUNG PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG NOMOR 05 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANDAR LAMPUNG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa sampah sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI KLUNGKUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KLUNGKUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, Menimbang : a. bahwa sampah sebagai

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pertambahan penduduk dan perubahan pola

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SITUBONDO NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SITUBONDO NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SITUBONDO NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 9 ayat (1) huruf

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DONGGALA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DONGGALA BUPATI DONGGALA PERATURAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DONGGALA Menimbang Mengingat : : a. bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SINGKAWANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 4 TAHUN 2010 SERI E ------------------------------------------------------------------ PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN

Lebih terperinci

BUPATI ENDE PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ENDE NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

BUPATI ENDE PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ENDE NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BUPATI ENDE PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ENDE NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ENDE, Menimbang : a. bahwa pertambahan penduduk

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mengatasi permasalahan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BULELENG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BULELENG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BULELENG TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN

Lebih terperinci

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWAKARTA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - 1 - PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GRESIK Menimbang : a. bahwa pertambahan penduduk dan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PENAJAM PASER UTARA, Menimbang : a. bahwa sebagai akibat bertambahnya

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH BESAR, Menimbang : a. bahwa ajaran Islam sangat mengutamakan

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG,

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang : a. bahwa dengan pesatnya pertambahan penduduk

Lebih terperinci

BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA,

BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA BENGKULU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU,

PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA BENGKULU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU, PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA BENGKULU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU, Menimbang : a. bahwa pertambahan penduduk dan perubahan

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PEMERINTAH KOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA,

PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA, LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2010 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 6 TAHUN 2O12 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS,

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 6 TAHUN 2O12 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS, BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 6 TAHUN 2O12 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS, Menimbang : a. bahwa pertambahan penduduk dan penambahan

Lebih terperinci

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTANN TIMUR TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTANN TIMUR TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTANN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa pertambahan penduduk dan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pertambahan penduduk dan perubahan pola

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan lingkungan yang bersih

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2014 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2014 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA R PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2014 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa pertambahan

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI, WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI, Menimbang : a. bahwa memenuhi ketentuan pasal 18 ayat 1, 2 dan 3 Peraturan Daerah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2012 NOMOR 6

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2012 NOMOR 6 LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2012 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang: a. bahwa ketentuan

Lebih terperinci

===================================================== PERATURAN DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

===================================================== PERATURAN DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH ===================================================== LEMBARAN DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR TAHUN 2012 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 05 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI BARAT, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 1 TAHUN : 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang : a. bahwa dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 3 SERI E

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 3 SERI E LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 3 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BOGOR, Menimbang : a. bahwa pertambahan

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang : a. bahwa pertambahan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pertambahan penduduk dan perubahan pola

Lebih terperinci