PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENGELOLAAN PESISIR & DAERAH ALIRAN SUNGAI KE-1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENGELOLAAN PESISIR & DAERAH ALIRAN SUNGAI KE-1"

Transkripsi

1

2 PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENGELOLAAN PESISIR & DAERAH ALIRAN SUNGAI KE-1 9 April 2015 University Club (UC) Hotel & Convention, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Editor: Muh Aris Marfai Dyah R. Hizbaron Estuning Tyas Wulan Mei Ahmad Cahyadi Faizal Rachman Fiyya K. Shafarani Badan Penerbit Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada

3 PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENGELOLAAN PESISIR & DAERAH ALIRAN SUNGAI KE-1 ISBN: Badan Penerbit Fakultas Geografi UGM Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun, secara elektronis maupun mekanis tanpa izin tertulis dari editor. Permohonan perbanyakan dan pencetakan ulang dapat menghubungi Dyah R. Hizbaron, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, Bulaksumur, Yogyakarta atau melalui ke Hak kekayaan intelektual tiap makalah dalam prosiding ini merupakan milik para penulis yang tercantum pada tiap makalahnya. Dipublikasikan oleh: Badan Penerbit Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada Sekip Utara, Jalan Kaliurang, Bulaksumur, Yogyakarta Telp: , Website: ii

4 KATA PENGANTAR Seminar Nasional Pengelolaan Pesisir dan Daerah Aliran Sungai ke-1 dilaksanakan di University Club (UC) Hotel and Convention, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta pada tanggal 9 April Seminar ini diselenggarakan oleh Program Magister Perencanaan Pengelolaan Pesisir dan Daerah Aliran Sungai (MPPDAS) yang merupakan minat dari Program Studi S2 Geografi Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada. Salah satu tujuan utama seminar ini adalah untuk mendiskusikan perkembangan dan tren penelitian pengelolaan di wilayah pesisir dan daerah aliran sungai. Sebanyak 60 makalah yang terbagi dalam 7 tema ditampilkan dalam prosiding ini. Tema-tema tersebut antara lain: Pengelolaan pesisir Pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) Teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG) dan Penginderaan Jauh untuk laut, pesisir, dan daerah aliran sungai Pendidikan geografi Manajemen bencana di kawasan pesisir Manajemen bencana di kawasan daerah aliran sungai Aspek sosial, politik, ekonomi, budaya, kependudukan, dan kebijakan dalam pengelolaan pesisir dan daerah aliran sungai Hasil dari seminar ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai kepadupadanan pengelolaan pesisir dan DAS yang meliputi aspek fisik, lingkungan, regulasi, tata ruang, pemanfaatan ruang dan sumber daya. Semoga prosiding ini dapat bermanfaat untuk acuan peneliti maupun praktisi pada bidang yang terkait. Terima Kasih Ketua Panitia Kegiatan Prof. Dr. rer.nat. Muh Aris Marfai, M.Sc. iii

5 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv PEMBICARA UTAMA Pengelolaan Perbatasan Laut RI dengan Negara Tetangga Menuju Kedaulautan Maritim NKRI - Kolonel Laut (KH) Drs. Haris Djoko N. M.Si... 1 Teknologi Penginderaan Jauh dan SIG untuk Kajian Laut dan Pesisir - Prof. Dr. Hartono, DEA., DESS Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Problematikanya di Indonesia - Prof. Dr. Sudarmadji, M. Eng. Sc TEMA 1: PENGELOLAAN PESISIR Pengelolaan Pesisir Teluk Berdasarkan Indikator Alamiah Morfologi Teluk dan Kehadiran Gumuk Pasir Kepesisiran di Teluk Pacitan, Baron, dan Cilacap - Sunarto Pemodelan Spasial Banjir Rob Berdasarkan Skenario Kenaikan Muka Air Laut Akibat Perubahan Iklim Global dan Analisis Dampaknya terhadap Penggunaan Lahan di Kawasan Pesisir (Studi Kasus: Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara) - Ig.L.Setyawan Purnama, dkk.58 Pengelolaan Dampak Proses Deflasi terhadap Kegiatan Pariwisata di Pantai Parangtritis- Parangkusumo - M. Ngainul Malawani, dkk Karakteristik Perairan di Estuari Perancak Jembrana Bali - Adi Wijaya Identifikasi dan Inventarisasi Potensi Lahan Tambak di Wilayah Pesisir Kabupaten Lumajang - Agus Purnomo, dkk Laguna untuk Pengelolaan Lingkungan Pesisir Pasca Penambangan Pasir Besi - Azhar Firdaus, dkk Aplikasi Teknologi Isotop Alam untuk Menentukan Asal Usul Airtanah Pesisir - Erik Febriarta, dkk Pengembangan Paradigma Pengelolaan Pesisir Berdasarkan Berbagai Sudut Pandang Keilmuan sebagai Rekomendasi Pengelolaan Gumuk Pasir yang Berkelanjutan - Latifatul Khoiriyah, dkk Kemampuan Jenis-Jenis Mangrove dalam Menjerat Sedimen Terlarut di Laguna Segara Anakan Cilacap - Gunardjo Tjakrawarsa, dkk Akumulasi Logam Berat Timbal (Pb) pada Pohon Mangrove Avicennia marina di Desa Nelayan Sumatera Utara - Prayudi Nastia, dkk Pengelolaan Lingkungan Hutan di Pulau-Pulau Kecil Berbasis Kearifan Lokal Masyarakat (Studi Kasus Masyarakat Adat Kepulauan Aru Dalam Mempertahankan Hutan Alam di Pulau- Pulau Kecil) - Mufti F. Barri, dkk Karakterisasi Hidrogeokimia Airtanah untuk Analisis Genesis Airtanah Di Pulau Koral Sangat Kecil (Studi Kasus di Pulau Koral Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta) - Ahmad Cahyadi, dkk iv

6 Kajian Pengelolaan Sumberdaya Air untuk Pengembangan Pariwisata (Studi Kasus: Pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta) - Roland Sinulingga Analisis Perubahan Pola Distribusi Spasial Pencemaran Logam Berat pada Airtanah Sebagai Upaya Pengelolaan Kota Pesisir Jakarta - Cahyadi Setiawan, dkk Arahan Spasial Konservasi Mangrove di Wilayah Pesisir Kabupaten Demak - Septiana Fathurrohmah, dkk TEMA 2: PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI Pengelolaan Sumber Mata Air Wiwet dan Bambang Untuk Suplai Air Bersih Penduduk di Kecamatan Wajak Kabupaten Malang - Nevy Farista Aristin, dkk Analisis Debit Andalan Mataair Karst dan Optimalisasi Pemanfaatannya Studi Kasus Mataair Kakap, Giriwoyo, Wonogiri Nasrudin, dkk Pengalaman dan Tantangan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai oleh Sektor Kehutanan - M. Saparis Soedarjanto Kalibrasi dan Validasi Hidrologi Model SWAT di Sub DAS Wakung, Kabupaten Pemalang, Provinsi Jawa Tengah - Yaskinul Anwar, dkk Dampak Perubahan Tutupan Lahan Terhadap Karakteristik Hidrologi Sub DAS Temon - Gunardjo Tjakrawarsa Kajian Derajat Pasokan Air dan Kuantitas Air Sungai di Daerah Aliran Sungai Tuntang - Ugro Hari Murtiono Pemetaan Kerentanan Intrinsik dengan Metode EPIK Sebagai Dasar Pengelolaan Daerah Tangkapan Air Mataair Karst Kakap, Giriwoyo, Wonogiri - Gogo Prayogo, dkk Optimalisasi Sumberdaya Air DAS Tinalah Berbasis Ketersediaan Air Meteorologis - Fajar Sugiarto, dkk Penatagunaan Lahan Kritis Sebagai Upaya Peningkatan Produktivitas Pertanian Pada Sub DAS Lanang di Kecamatan Bumi Aji Kota Batu - Dodik Prasetyo Prabowo, dkk Pemilihan Teknik Konservasi Tanah Berdasarkan Kerentanan Lahan di DAS Pemali - Endang Savitri Perencanaan Penggunaan Lahan Berbasis Rendah Emisi Karbon di Daerah Aliran Sungai Jeneberang, Sulawesi Selatan - Munajat Nursaputra, dkk Estimasi Volume Sedimentasi Sungai Menggunakan Terrestrial Laser Scanner (Studi Kasus: Sungai Cinambo Bandung Jawa Barat) - Irwan Gumilar, dkk Degradasi Lahan dan Perencanaan Kegiatan Konservasi Tanah dan Air Di DAS Mentaya Provinsi Kalimantan Tengah - Agung Rusdiyatmoko TEMA 3: TEKNOLOGI SIG DAN PENGINDERAAN JAUH UNTUK PESISIR, LAUT DAN DAERAH ALIRAN SUNGAI Kontribusi Citra Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis dalam Mendukung Pengelolaan Laut, Pesisir, dan Daerah Aliran Sungai di Indonesia - Totok Gunawan Forward Modelling Manejemen Sumberdaya Air Permukaan DAS Ngrancah - Indra Agus Riyanto, dkk Aplikasi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis untuk Pemetaan Koefisien Limpasan Di DAS Bogowonto - Rizkalia Atika, dkk v

7 Citra Landsat 8 dan Sistem Informasi Geografi untuk Mengkaji Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Nilai Koefisien Aliran Permukaan (Kasus Sub Daerah Aliran Sungai Opak Daerah Istimewa Yogyakarta) - Novita Ardana Reswari, dkk Pemanfaatan Citra SRTM V3 dengan Teknik Analisis Zona untuk Mengkaji Keterkaitan Curah Hujan dengan Topografi di Wilayah Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta - Hamim Zaky Hadibasyir, dkk Pemanfaatan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi untuk Estimasi Abundansi Vegetasi pada DAS Perkotaan (Studi di SubDAS Gadjah Wong, DIY) - Dwi Setyo Aji, dkk Evaluasi Sumberdaya Lahan Berbasis Invers Modelling sebagai Dasar Land Use Planning Daerah Aliran Sungai Ngrancah Kabupaten Kulonprogo, DI Yogyakarta - Mega Yulisetya Widasmara, dkk Pemetaan Habitat Bentik Sebagai Dasar Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Studi Kasus Pulau Menjangan Besar dan Menjangan Kecil Kepulauan Karimunjawa) - Pramaditya Wicaksono, dkk Pemanfaatan Citra Hasil Unduhan Google Earth untuk Monitoring Penutup Lahan Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis Menggunakan Object Based Image Analysis - Saddam Hussein, dkk Pemodelan Hubungan Hujan dengan Aliran Permukaan Menggunakan Limburg Soil Erosion Model (LISEM) Studi Kasus di DAS Bladak, Jawa Timur - Alzaena Ulya Rusdimi, dkk TEMA 4: PENDIDIKAN GEOGRAFI Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Terhadap Lingkungan Melalui Video - Hanna Suryana Hasri, dkk Peningkatan Keaktifan dan Spatial Intelligence Siswa pada Materi Pemetaan melalui Permainan Balap Jawab Tanggap Jawab (BJTJ) di Kelas XII IPS3 SMAN Gondangrejo Tahun Pelajaran 2013/ Suranti Tri Umiatsih TEMA 5: MANAJEMEN BENCANA DI KAWASAN PESISIR Analisis Dinamika Pantai, Persepsi Penduduk dan Upaya Mitigasi Bencana di Wilayah Kepesisisiran Kabupaten Rembang Bagian Timur - Chatarina Muryani, dkk Kajian Evakuasi terhadap Bencana Tsunami Kota Pacitan dengan Sistem Informasi Geografis - Ghefra Rizkan Gaffara Pengembangan Gerakan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Komunitas Pesisir dalam Manajemen Bencana Kepesisiran di Kabupaten Banyuwangi - Mohamad Mambaus Su ud, dkk Strategi Pengelolaan Garis Pantai di Wilayah Kepesisiran Bantul Berbasis Pengurangan Risiko Bencana - M. Chrisna Satriagasa, dkk TEMA 6: MANAJEMEN BENCANA DI KAWASAN DAERAH ALIRAN SUNGAI Kebijakan Penataan Ruang Berbasis Mitigasi Bencana Erupsi Gunungapi Merapi (Studi Kasus di Daerah Aliran Sungai Gendol, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman) - Abdur Rahman Review Kebijakan Relokasi Terhadap Kepuasan Bermukim Masyarakat Korban Erupsi Gunungapi Merapi - Abdur Rahman vi

8 Kajian Debit Banjir Akibat Perubahan Penggunaan Lahan dan Penerapan Konsep Zero run-off dan Agroforestri di Sub DAS Belik, Daerah Istimewa Yogyakarta - Azura Ulfa, dkk Banjir Sebagai Hasil Proses Dinamika Alam dan Sosial Ekonomi Paimin, dkk Aplikasi Geomorfologi Kuantitatif Spasial dalam Manajemen Bencana Banjir Terpadu di Daerah Aliran Sungai Cimanuk - Nana Sulaksana, dkk TEMA 7: ASPEK SOSIAL, POLITIK, EKONOMI, BUDAYA, KEPENDUDUKAN, DAN KEBIJAKAN DALAM PENGELOLAAN PESISIR DAN DAERAH ALIRAN SUNGAI Seni, Masyarakat, dan Pesisir - Michael H.B. Raditya Dampak Perubahan Lingkungan Terhadap Pendapatan Masyarakat di Kepesisiran Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan - Faizal Rachman Transportasi Air sebagai Identitas Lokal Kabupaten Indragiri Hilir Propinsi Riau - Ade Permana, dkk Kajian Cultural Ecosystem Services Pesisir Parangtritis - Arry Retnowati, dkk Eksplorasi Tekanan dari Perubahan Lingkungan terhadap Mata Pencaharian Nelayan Berdasarkan Penilaian Basis Fisik dan Persepsi Nelayan (Studi Kasus: Nelayan di Kabupaten Indramayu) - Asirin Kajian Aspek Sosial Ekonomi dalam Pengelolaan Pesisir dan Daerah Aliran Sungai di Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara - Nasrullah Hidayat, dkk Pengembangan Pariwisata Bahari Di Pulau Kecil Berbasis Masyarakat (Studi Kasus Pariwisata Bahari di Pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta) - Anggoro Putranto Morfologi Permukiman Pesisir pada Daerah Aliran Sungai di Kota Dumai - Muhammad Rijal, dkk vii

9 Tema 2 Seminar Nasional Pengelolaan Pesisir & Daerah Aliran Sungai ke-1 Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 9 April 2015 Kalibrasi dan Validasi Hidrologi Model SWAT di Sub DAS Wakung, Kabupaten Pemalang, Provinsi Jawa Tengah Yaskinul Anwar a, Noor Adhi Sakti b, Muhammad Anggri Setiawan c, Nugroho Christanto c, a MPPDAS Fak. Geografi UGM, yaskinul@gmail.com b Geografi Lingkungan Fak. Geografi UGM, nooradhisakti@outlook.com c Fakultas Geografi UGM, anggri@ugm.ac.id Abstrak Soil and Water Assessment Tool (SWAT) adalah model hidrologi yang dikembangkan untuk memprediksi pengaruh pengelolaan lahan terhadap aliran permukaan, sedimen, muatan pestisida dan kimia hasil pertanian. Penggunaan model pada suatu DAS harus memperhatikan faktor kalibrasi dan validasi, karena setiap DAS memiliki karakteristik yang berbeda. Model dianggap valid jika simulasi model dapat mendekati keadaan sebenarnya yang dapat diukur dengan standar deviasi rendah dan efisiensi model tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan kalibrasi dan validasi model SWAT pada analisis debit aliran sungai Sub DAS Wakung. Kalibrasi dan validasi model SWAT di Sub DAS Wakung menggunakan algoritma SUFI-2 (Sequential Uncertainty Fitting - 2) dalam SWAT CUP (Soil and Water Assessment Tool Calibration Uncertainty Prediction). Tahap kalibrasi model SWAT menggunakan data debit bendungan nambo tahun , dan untuk validasi menggunakan data debit bendungan nambo tahun Untuk menentukan baik tidaknya kalibrasi dan validasi menggunakan R 2 (koefisien detrminasi) dan E NS (Nash-Sutcliffe Efficient). Nilai R 2 kalibrasi dan validasi adalah 0,65 dan 0,76 sedangkan nilai E NS adalah 0,42 dan 0,47. Hasil penelitian ini menunjukkan uji statistik R 2 dan E NS model SWAT di Sub DAS Wakung dapat diterima dengan kategori memuaskan. Kata kunci Model SWAT, Kalibrasi, Validasi, Sub DAS Wakung Pendahuluan Model hidrologi merupakan penyederhanaan dari proses-proses yang terjadi di alam. Telah banyak model hidrologi yang dikembangkan untuk menjelaskan proses input berupa hujan menjadi aliran sehingga dapat diketahui komponen untuk memodifikasi karakteristik fisik agar hasil proses hidrologi sesuai dengan yang diinginkan. (Harsoyo, 2010). Adanya penyederhanaan proses dalam model hidrologi, membuat beberapa hasil pemodelan mengalami penyimpangan nilai yang sangat besar dari kondisi asli di alam. Penyimpangan tersebut dapat terjadi dikarenakan adanya perbedaan karakteristik fisik dari asal model tersebut dirancang dengan daerah penerapan model. Untuk memperkecil penyimpangan nilai tersebut diperlukan kalibrasi dan validasi agar hasil pemodelan mendekati kondisi alami. Pemodelan hidrologi di Sub DAS Wakung menggunakan model SWAT, yang nantinya akan dikalibrasi dan divalidasi secara otomatis menggunakan apilkasi SWAT- CUP. Proses kalibrasi dan validasi pada pemodelan SWAT di Sub DAS Wakung menggunakan algoritma SUFI-2. Algoritma SUFI-2 mampu mencari koefisien untuk memodifikasi nilai parameter yang digunakan dalam proses kalibrasi model SWAT. SUFI- 2 merupakan algoritma yang mampu mengoptimasi hasil simulasi dengan jumlah parameter yang sangat banyak. (Abbaspour et al., 2004) Proses kalibrasi dan validasi ini dilakukan dari hasil pemodelan SWAT di Sub DAS Wakung, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah. Sub DAS Wakung merupakan Sub DAS yang berada di lereng utara Gunungapi Slamet. Kalibrasi dan validasi hasil model SWAT dengan algoritma SUFI-2 ditujukan agar hasil pemodelan SWAT di Sub DAS Wakung dapat mendekati dengan kondisi alami dilapangan. 217

10 218 Motede Diskripsi Model Model SWAT adalah model yang dikembangkan untuk mengevaluasi efek dari alternatif penentuan penggunaan lahan terhadap sumberdaya dan polusi air pada daerah aliran sungai (DAS) yang luas. Model ini dikembangkan mulai dari tahun 1990 sampai sekarang dengan berbagai penyempurnaan. ArcSWAT (Arc GIS Soil and Water Assesment Tool) adalah salah satu pengembangan dari model SWAT. Software ini berbasis sistem informasi geografi (SIG) sebagai ekstensi tambahan perangkat lunak ArcGIS yang berbasis GUI (Graphical User Interface) dengan menggunakan model SWAT (Soil and Water Assesment Tool). Program ini dikeluarkan oleh Texas Water Resource Institute, College Station, Texas, USA, Program ArcSWAT ini merupakan perkembangan dari versi sebelumnya, SWAT yang bekerja di ArcView dan software open source lainnya. Interface program Arc SWAT dapat dilihat pada gambar 01. Gambar 01. Tampilan model SWAT SWAT dioprasikan secara harian dan didesain untuk memprediksi dampak praktek manajemen lahan pada air, sedimen, dan kimia dari lahan pertanian pada suatu DAS dengan keanekaragaman tanah, penggunaan lahan dan kondisi manajemennya (Neitsch, S.L dkk. 2012). Proses model berdasarkan perhitungan efisiensi dan kemampuan simulasi pada periode waktu yang lama. Untuk menjalankan model SWAT diperlukan informasi tentang iklim, karakteristik dan kandungan tanah, topografi, vegetasi, dan praktek manajemen lahan yang ada di dalam DAS. Untuk mempermudah analisisnya Model SWAT membagi DAS kedalam sub sub DAS yang kemudian dibagi lagi kedalam Hydrologic response units (HRUs) yang dibentuk dari overlay penggunaan lahan, karakteristik tanah dan topografi. Water balance dalam model SWAT merupakan faktor penting dalam proses SWAT, karena akan berpengaruh pada plant growth, dan perpindahan sedimen, nutrien, pestisida dan pathogen. Simulasi dari proses hidrologi diperoleh dari cakupan canopy, aliran permukaan, infiltrasi, evapotranspirasi, lateral flow, return flow, dan rembesan dari genangan air baik bendungan, waduk dll. Input model SWAT merupakan model komprehensif yang memerlukan informasi yang beranekaragam dalam proses menjalankannya. Input yang diperlukan sebagai informasi dasar dalam model SWAT adalah penggunaan lahan, digital elevation model (DEM), karakteristik tanah, iklim (presipitasi, suhu, solar radiation, kecepatan angin dan kelembapan relatif), serta manajemen lahan. Input input ini harus ada untuk menjalankan model SWAT karena jika salah satu input tidak ada maka model tidak akan jalan. Pembentukan HRUs sebagai unit analisis menggunakan data penggunaan lahan, tanah dan kemiringan lereng seperti pada gambar 02, dengan luasan seperti pada tabel 01. Data penggunaan lahan diperoleh dari peta rupa bumi Indonesia yang disesuiakan dengan penggunaan lahan di Sub DAS Wakung, sedangkan data tanah diperoleh melalui

11 219 pengambilan sampel dilapangan berdasarkan satuan bentuk lahan dan untuk Kemiringan lereng diperoleh dari data DEM. Input data iklim menggunakan data dari Global Weather Data untuk data temperatur minimum dan maksimum, solar radiation, kecepatan angin dan kelembapan relatif, sedangkan untuk curah hujan menggunakan data dari Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Pemalang. a b c Gambar 02. Peta Penggunaan lahan (a), Kemiringan Lereng (b) dan Tanah (c) Sub DAS Wakung. Tabel 01. Luas dan Prosentase Penggunaan Lahan, Kemiringan Lereng dan Tanah di Sub DAS Wakung Penggunaan Lahan Luas (Ha) % 1 Urban Low Density Pasture Range-Brush Water Corn Rice Cabbge Pine Total Kemiringan Lereng 1 0-8% % % % Total Jenis tanah 1 Tanah A Tanah B Tanah C Tanah D Tanah E Tanah F Tanah G Tanah H Tanah I Total

12 220 Kalibrasi dan Validasi Simulasi hidrologi Sub DAS Wakung menggunakan model SWAT yang nantinya model dikalibrasi dan divalidasi menggunakan SUFI 2 (Sequential Uncertainty Fitting - 2) pada aplikasi SWAT CUP (Soil and Water Assessment Tool Calibration Uncertainty Prediction). SUFI-2 akan menunjukkan analisis parameter uncertain, dengan menenjukkan semua sumber uncertain, baik dari variabelnya, konsep model, parameter dan data yang diukur. SWAT menggunakan lebih dari 500 parameter dalam setiap simulasi, tetapi tidak semua parameter digunakan dalam mensimulasikan model di Sub DAS Wakung, karena keterbatasan waktu dan data pendukung. Prosedur untuk kalibrasi menggunakan dasar water balance dan total aliran (Neitsch et al. 2012). Hasil simulasi dari SWAT akan dibandingkan secara otomatis dengan data aliran bulanan tahun 2008 dan 2009 untuk kalibrasi serta data aliran bulanan tahun 2012 dan 2013 di Bendungan Nambo untuk validasi dengan SUFI-2, untuk mengevaluasi kemampuan prediksi model. Kalibrasi dan validasi model simulasi menggunakan R 2 (koefisien detrminasi) dan ENS (Nash-Sutcliffe Efficient). Nilai R 2 menunjukkan kekuatan dari hubungan linear antara nilai observasi dan simulasi, sedangkan nilai ENS mengindikasikan seberapa bagus plot nilai observasi dibandingkan simulasi. Secara statistik ENS didefinisikan sebagai berikut: (Nash dan Sutcliffe 1970) Keterangan: = debit observasi (m 3 /s) = debit hasil simulasi (m 3 /s) = debit observasi rata-rata (m 3 /s) = debit hasil simulasi rata-rata (m 3 /s) Hasil simulasi dapat dinyatakan baik jika nilai ENS 0,75dan memuaskan jika 0,36 ENS 0,75 serta kurang memuaskan jika ENS < 0,36 (Van Liew and Garbrecht, 2003). Hasil dan Pembahasan Unit Analisis Model SWAT Model SWAT membagi DAS kedalam sub sub DAS dan HRUs sebagai unit analisisnya. Berdasarkan hasil analisis SWAT Sub DAS Wakung di bagi menjadi 7 Sub DAS dan 80 HRUs. Pembagian sub DAS didekati berdasarkan orde DAS yaitu semua sub DAS yang memilik orde 4 di jadikan sebagai satu sub DAS sedangkan untuk HRUs merupakan hasil overlay yang dilakukan oleh model SWAT dengan mengoverlay peta penggunaan lahan, tanah dan kemiringan lereng. HRUs yang di peroleh untuk Sub DAS Wakung telah dilakukan generalisasi dengan nilai dominasi penggunaan lahan, tanah dan lereng adalah 20%. Pembagian Sub DAS dan HRUs ini dapat dilihat pada gambar 03 dibawah ini.

13 221 Gambar 03. Peta Sub Sub DAS dan HRUs Sub DAS Wakung. Sensitifitas parameter Selama simulasi hidrologi Model SWAT, beberapa parameter disempurnakan melalui proses kalibrasi secara otomatis dengan SUFI 2. Hasil dari algoritma SUFI - 2 digunakan menentukan fit value setiap parameter yang akan digunakan, maka sebelum itu perlu dilihat bagaimanakah sensitifitas setiap parameter dan tingkat signifikansi dari sensitifitas parameter. Sensitifitas parameter digunakan sebagai parameter kunci apakah apakah parameter tersebut cukup berpengaruh terhadap debit jika parameter tersebut diubah. Berdasarkan hasil dari running algoritma SUFI-2 SWAT CUP dapat diperoleh nilai sensitifitas parameter seperti pada tabel 02. Tabel 02. Sensitifitas Parameter Debit di Sub DAS Wakung. Parameter t-stat P-Value R CN2.mgt V ALPHA_BF.gw V GW_DELAY.gw V GWQMN.gw R GW_REVAP.gw R ESCO.hru R CH_N2.rte R CH_K2.rte R ALPHA_BNK.rte R SOL_AWC.sol R SOL_K.sol R SOL_BD.sol Berdasarkan hasil simulasi SUFI 2 dapat dilihat bahwa parameter R CN2.mgt dan V GW DELAY.gw adalah parameter yang paling sensitif karena nilai t Stat paling lebih dari satu dan memiliki nilai signifikansi sensitivitas parameter paling signifikan karena nilai P Value hampir mendekati nol. Nilai fit value dari 12 parameter yang dikalibrasi dengan nilai rentan yang sudah ditentukan oleh SUFI 2, dapat diperoleh nilai fit value seperti pada tabel 03. Tabel 03. Nilai Fit, Min, dan Max Value Parameter Fitted_Value Min_value Max_value R CN2.mgt V ALPHA_BF.gw V GW_DELAY.gw V GWQMN.gw R GW_REVAP.gw R ESCO.hru R CH_N2.rte R CH_K2.rte R ALPHA_BNK.rte R SOL_AWC.sol R SOL_K.sol R SOL_BD.sol

14 222 Evaluasi Performa Kalibrasi dan Validasi Evaluasi Performa Kalibrasi Evaluasi performa ini diperlukan untuk memverifikasi model. Evaluasi performa dalam penelitian ini menggunakan metode statistik koefisien determinisme (R 2 ) dan ENS untuk menilai antara perbandingan observasi dengan simulasi model. Sebelum dilakukan evaluasi perform parameter model diubah menggunakan nilai fit value dari setiap parameter dan dilakukan running ulang pada model SWAT dengan mengubah nilai ke dua belas parameter yang telah terkalibrasi. Hasil running model SWAT sebelum dan sesudah terkalibrasi yang dibandingkan debit observasi dari bendungan Nambo dapat dilihat pada gambar 01. Sebelum Kalibrasi Setelah Terkalibrasi Gambar 01. Perbandingan debit simulasi dengan observasi sebelum dan sesudah terkalibrasi Evaluasi performa model dilakukan dengan membandingkan antara simulasi flow out bulanan dan debit observasi di Sub DAS Wakung dari bendungan Nambo tahun untuk kalibrasi. Hasil evaluasi sebelum dan sesudah terkalibrasi dapat dilihat pada tabel 03. Tabel 03. Nilai koefisien determinisme R 2 dan E NS R2 ENS Kategori Sebelum Kalibrasi (Debit ) Memuaskan Kalibrasi (Debit ) Memuaskan Dari hasil evaluasi performa menunjukkan bahwa dengan kalibrasi model SWAT dengan menggunakan SUFI-2 dapat meningkatkan nilai koefisien determinisme (R 2 ) dari 0.58 menjadi 0.65 dan ENS dari 0.39 menjadi 0.42, hal ini menunjukkan bahwa dengan kalibrasi SUFI 2 dapat membantu hasil simulasi bisa mendekati dengan hasil observasi. Evaluasi Performa Validasi Evaluasi performa validasi sama dengan evaluasi performa kalibrasi hanya saja parameter yang sudah terkalibrasi digunakan untuk running model SWAT menggunakan data tahun dan hasil simulasi flow out dibandingkan dengan debit observasi dari bendungan Nambo tahun Hasil perbandingan simulasi flow out dengan debit observasi bendungan Nambo dapat dilihat pada gambar 02. Sedangkan hasil evaluasi ini menunjukkan bahwa nilai koefisien determinisme (R 2 ) baik yaitu 0,76 dan ENS juga memuaskan yaitu 0,47.

15 223 Kesimpulan Berdasarkan hasil diatas maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Hasil kalibrasi dan validasi untuk aliran menunjukkan bahwa model dapat memprediksi dengan memuaskan untuk stream flow di Sub DAS Wakung yang ditunjukkan oleh nilai R² dan ENS yang nilainya berkisar antara Algoritma SUFI-2 memberikan hasil yang memuaskan dalam meminimalkan perbedaan antara debit aliran sungai yang diamati dan disimulasikan. Ucapan Terima Kasih Syukur alhamdulillah pertama kali penulis haturkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta ala yang dengan karunia-nya maka penulis dapat menyelesaikan tulisan ini. Selanjutnya penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang mendalam kepada Pasca Sarjana UGM yang telah memberikan hibah dana penelitian dosen Fakultas Geografi 2014, sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan baik. Penulis juga kemudian menghaturkan terima kasih kepada Program Beasiswa Unggulan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sehingga dapat melanjutkan studi master di program Master Perencanaan Pengelolaan Pesisir dan Daerah Aliran Sungai Fakultas Geografi UGM. Referensi Abbaspour, Karim C. Johnson C. A. and van Genuchten M. T Estimating Uncertain Flow and Transport Parameters Using a Sequential Uncertainty Fitting Procedure. Vadose Zone Journal, Vol 3, Hal Abbaspour, Karim C SWAT-CUP2: SWAT Calibration and Uncertainty Programs - A User Manual. Department of Systems Analysis, Integrated Assessment and Modelling (SIAM), Eawag, Swiss Federal Institute of Aquatic Science and Technology, Duebendorf, Switzerland. Harsoyo, Budi REVIEW MODELING HIDROLOGI DAS DI INDONESIA. Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca, Vol. 11, No. 1, Hal: Nash, J. E., and J. V. Sutcliffe River flow forecasting through conceptual models: Part I. A discussion of principles. J. Hydrology 10(3): Neitsch, S. L., J. G. Arnold, J. R. Kiniry, R. Srinivasan, and J. R. Williams Soil and water assessment tool: User s manual: Version Temple, Texas: USDA-ARS GSWRL and Blackland Research Center, Texas Agricultural Experiment Station. Available at: doc/swatuserman.pdf. Accessed on 14 October Van Liew, M.W., and J. Garbrecht Hydrologic Simulation of the Little Washita River Experimental Watershed using SWAT. Journal of the American Water Resources Association, Vol 39(2), Hal

16

PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENGELOLAAN PESISIR & DAERAH ALIRAN SUNGAI KE-1

PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENGELOLAAN PESISIR & DAERAH ALIRAN SUNGAI KE-1 PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENGELOLAAN PESISIR & DAERAH ALIRAN SUNGAI KE-1 9 April 2015 University Club (UC) Hotel & Convention, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Editor: Muh Aris Marfai Dyah R. Hizbaron

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu kesatuan aspek fisik, sosial dan ekosistem yang di dalamnya mengandung berbagai permasalahan yang komplek, seperti degradasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Daur Hidrologi. B. Daerah Aliran Sungai

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Daur Hidrologi. B. Daerah Aliran Sungai II. TINJAUAN PUSTAKA A. Daur Hidrologi Persediaan air segar dunia hampir seluruhnya didapatkan dalam bentuk hujan sebagai hasil dari penguapan air laut. Proses proses yang tercakup dalam peralihan uap

Lebih terperinci

Analisis Kondisi Hidrologi Daerah Aliran Sungai Kedurus untuk Mengurangi Banjir Menggunakan Model Hidrologi SWAT

Analisis Kondisi Hidrologi Daerah Aliran Sungai Kedurus untuk Mengurangi Banjir Menggunakan Model Hidrologi SWAT JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN : 2337-3539 (2301-9271 Print) C-107 Analisis Kondisi Hidrologi Daerah Aliran Sungai Kedurus untuk Mengurangi Banjir Menggunakan Model Hidrologi SWAT Santika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) seringkali tidak dapat diimplemetasikan secara optimal, karena

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) seringkali tidak dapat diimplemetasikan secara optimal, karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) seringkali tidak dapat diimplemetasikan secara optimal, karena perencanaan DAS yang disusun oleh Balai Pengelolaan Daerah

Lebih terperinci

kebutuhannya, masyarakat merambah hutan untuk dikonversi menjadi lahan pertanian. Konversi hutan dan lahan juga dilakukan oleh kegiatan pembangunan

kebutuhannya, masyarakat merambah hutan untuk dikonversi menjadi lahan pertanian. Konversi hutan dan lahan juga dilakukan oleh kegiatan pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan yang dominan disebabkan oleh berubahnya kondisi tutupan lahan hutan akibat pemanfaatan lahan oleh aktivitas manusia yang tidak sesuai dengan peruntukannya.

Lebih terperinci

PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENGELOLAAN PESISIR & DAERAH ALIRAN SUNGAI KE-1

PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENGELOLAAN PESISIR & DAERAH ALIRAN SUNGAI KE-1 PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENGELOLAAN PESISIR & DAERAH ALIRAN SUNGAI KE-1 9 April 2015 University Club (UC) Hotel & Convention, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Editor: Muh Aris Marfai Dyah R. Hizbaron

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I 1.1. Latar Belakang Pembukaan lahan untuk perumahan dan pemukiman pada daerah aliran sungai (DAS) akhir-akhir ini sangat banyak terjadi khususnya pada kota-kota besar, dengan jumlah dan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada akhir tahun 2013 hingga awal tahun 2014 Indonesia dilanda berbagai bencana alam meliputi banjir, tanah longsor, amblesan tanah, erupsi gunung api, dan gempa bumi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Hidrologi sebagai cabang ilmu yang basisnya adalah pengukuran Fenomena Alam, dihadapkan pada tantangan bagaimana memodelkan atau memprediksi proses hidrologi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan kegiatan memperbaiki, memelihara, dan melindungi keadaan DAS, agar dapat menghasilkan barang dan jasa khususnya, baik

Lebih terperinci

PREDIKSI PERUBAHAN KARAKTERISTIK HIDROLOGI AKIBAT PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN SEBAGAI USAHA MITIGASI BANJIR DI MANADO

PREDIKSI PERUBAHAN KARAKTERISTIK HIDROLOGI AKIBAT PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN SEBAGAI USAHA MITIGASI BANJIR DI MANADO PREDIKSI PERUBAHAN KARAKTERISTIK HIDROLOGI AKIBAT PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN SEBAGAI USAHA MITIGASI BANJIR DI MANADO Cindy Jeane Supit Jeffry Dantje Mamoto Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

PENERAPAN SISTEM AGROFORESTRY PADA PENGGUNAAN LAHAN DI DAS CISADANE HULU: MAMPUKAH MEMPERBAIKI FUNGSI HIDROLOGI DAS? Oleh : Edy Junaidi ABSTRAK

PENERAPAN SISTEM AGROFORESTRY PADA PENGGUNAAN LAHAN DI DAS CISADANE HULU: MAMPUKAH MEMPERBAIKI FUNGSI HIDROLOGI DAS? Oleh : Edy Junaidi ABSTRAK PENERAPAN SISTEM AGROFORESTRY PADA PENGGUNAAN LAHAN DI DAS CISADANE HULU: MAMPUKAH MEMPERBAIKI FUNGSI HIDROLOGI DAS? Oleh : Edy Junaidi ABSTRAK DAS Cisadane Hulu merupakan salah satu sub DAS Cisadane yang

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5292 PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI I. UMUM Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disingkat

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Diagram Alir Studi

Gambar 2.1. Diagram Alir Studi 2.1. Alur Studi Alur studi kegiatan Kajian Tingkat Kerentanan Penyediaan Air Bersih Tirta Albantani Kabupaten Serang, Provinsi Banten terlihat dalam Gambar 2.1. Gambar 2.1. Diagram Alir Studi II - 1 2.2.

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : MUHAMMAD TAUFIQ

SKRIPSI. Oleh : MUHAMMAD TAUFIQ APLIKASI TEKNIK PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) UNTUK ESTIMASI KOEFISIEN LIMPASAN PERMUKAAN SUB DAS PADANG JANIAH DAN PADANG KARUAH PADA DAS BATANG KURANJI KECAMATAN PAUH KOTA PADANG

Lebih terperinci

Analisis Debit Sungai dengan Menggunakan Model SWAT pada DAS Cipasauran, Banten

Analisis Debit Sungai dengan Menggunakan Model SWAT pada DAS Cipasauran, Banten , Oktober 2015 Tersedia online OJS pada: Vol. 3 No. 2, p 113-120 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jtep P-ISSN 2407-0475 E-ISSN 2338-8439 DOI: 10.19028/jtep.03.2.113-120 Technical Paper Analisis Debit

Lebih terperinci

KUANTIFIKASI JASA LINGKUNGAN PENERAPAN SISTEM AGROFORESTRY PADA DAS CISADANE HULU. Aji Winara dan Edy Junaidi ABSTRAK

KUANTIFIKASI JASA LINGKUNGAN PENERAPAN SISTEM AGROFORESTRY PADA DAS CISADANE HULU. Aji Winara dan Edy Junaidi ABSTRAK KUANTIFIKASI JASA LINGKUNGAN PENERAPAN SISTEM AGROFORESTRY PADA DAS CISADANE HULU Aji Winara dan Edy Junaidi ABSTRAK Sistem agroforestry merupakan integrasi antara beberapa aspek ekologis dan ekonomis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung air hujan

BAB I PENDAHULUAN. topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung air hujan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang secara topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung air hujan kemudian mengalirkan

Lebih terperinci

MODEL HIDROLOGI UNTUK ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP POTENSI KETERSEDIAN AIR DI DAERAH ALIRAN SUNGAI ( DAS ) SIAK

MODEL HIDROLOGI UNTUK ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP POTENSI KETERSEDIAN AIR DI DAERAH ALIRAN SUNGAI ( DAS ) SIAK MODEL HIDROLOGI UNTUK ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP POTENSI KETERSEDIAN AIR DI DAERAH ALIRAN SUNGAI ( DAS ) SIAK Muhammad Iqbal 1), Sigit Sutikno 2), Ari Sandhyavitri 2) 1) Mahasiswa

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Perubahan Tata Guna Lahan Terhadap Ketersedian Air Di Daerah Aliran Sungai (Das ) Siak, Provinsi Riau

Analisis Pengaruh Perubahan Tata Guna Lahan Terhadap Ketersedian Air Di Daerah Aliran Sungai (Das ) Siak, Provinsi Riau Volume 13, No. 2, April 215, 146 157 Analisis Pengaruh Perubahan Tata Guna Lahan Terhadap Ketersedian Air Di Daerah Aliran Sungai (Das ) Siak, Provinsi Riau Ari Sandhyavitri, Sigit Sutikno, Muhammad Iqbal

Lebih terperinci

Fitria Nucifera Program Beasiswa Unggulan BPKLN

Fitria Nucifera Program Beasiswa Unggulan BPKLN PERENCANAAN PENGGUNAAN LAHAN DI KAWASAN KARST BERBASIS ANALISIS KEMAMPUAN LAHAN DAN PEMETAAN KAWASAN LINDUNG SUMBERDAYA AIR Studi Kasus di Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, D.I. Yogyakarta Ahmad

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POTENSI DAN PEMETAAN SUMBERDAYA PULAU-PULAU KECIL

IDENTIFIKASI POTENSI DAN PEMETAAN SUMBERDAYA PULAU-PULAU KECIL IDENTIFIKASI POTENSI DAN PEMETAAN SUMBERDAYA PULAU-PULAU KECIL Nam dapibus, nisi sit amet pharetra consequat, enim leo tincidunt nisi, eget sagittis mi tortor quis ipsum. PENYUSUNAN BASELINE PULAU-PULAU

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.3.

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.3. SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.3 1. Data spasial merupakan data grafis yang mengidentifikasi kenampakan

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP DEBIT PUNCAK PADA SUBDAS BEDOG DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. R. Muhammad Isa

PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP DEBIT PUNCAK PADA SUBDAS BEDOG DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. R. Muhammad Isa PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP DEBIT PUNCAK PADA SUBDAS BEDOG DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA R. Muhammad Isa r.muhammad.isa@gmail.com Slamet Suprayogi ssuprayogi@ugm.ac.id Abstract Settlement

Lebih terperinci

MODEL HIDROGRAF BANJIR NRCS CN MODIFIKASI

MODEL HIDROGRAF BANJIR NRCS CN MODIFIKASI MODEL HIDROGRAF BANJIR NRCS CN MODIFIKASI Puji Harsanto 1, Jaza ul Ikhsan 2, Barep Alamsyah 3 1,2,3 Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Jalan Lingkar Selatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang mempunyai 13.466 pulau dan mempunyai panjang garis pantai sebesar 99.093 km. Luasan daratan di Indonesia sebesar 1,91 juta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana banjir termasuk bencana alam yang hampir pasti terjadi pada setiap datangnya musim penghujan. Seperti yang terjadi di Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Purworejo,

Lebih terperinci

Karakteristik dan Pemanfaatan Mataair di Daerah Tangkapan Sistem Goa Pindul, Karangmojo, Gunungkidul

Karakteristik dan Pemanfaatan Mataair di Daerah Tangkapan Sistem Goa Pindul, Karangmojo, Gunungkidul Karakteristik dan Pemanfaatan Mataair di Daerah Tangkapan Sistem Goa Pindul, Karangmojo, Gunungkidul Romza Fauzan Agniy, Eko Haryono, Ahmad Cahyadi Departemen Geografi Lingkungan, Fakultas Geografi, Universitas

Lebih terperinci

MODEL HIDROLOGI UNTUK ANALISIS KETERSEDIAAN AIR DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) TAPUNG KIRI MENGGUNAKAN DATA SATELIT ABSTRACT

MODEL HIDROLOGI UNTUK ANALISIS KETERSEDIAAN AIR DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) TAPUNG KIRI MENGGUNAKAN DATA SATELIT ABSTRACT MODEL HIDROLOGI UNTUK ANALISIS KETERSEDIAAN AIR DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) TAPUNG KIRI MENGGUNAKAN DATA SATELIT Fian Syauqi 1), Sigit Sutikno 2), Ari Sandhyavitri 2) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil,

Lebih terperinci

BENCANA BANJIR ROB Studi Pendahuluan Banjir Pesisir Jakarta

BENCANA BANJIR ROB Studi Pendahuluan Banjir Pesisir Jakarta BENCANA BANJIR ROB Studi Pendahuluan Banjir Pesisir Jakarta Penulis: Dr. rer.nat. Muh Aris Marfai, M.Sc. Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi DAS Cipasauran IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Daerah Aliran Sungai Cipasauran secara geografis terletak pada 06 13 51-06 17 33 LS dan 105 49 50-105 56 40 BT, dan termasuk dalam zona 48 UTM. DAS Cipasauran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah populasi penduduk pada suatu daerah akan. memenuhi ketersediaan kebutuhan penduduk. Keterbatasan lahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah populasi penduduk pada suatu daerah akan. memenuhi ketersediaan kebutuhan penduduk. Keterbatasan lahan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya jumlah populasi penduduk pada suatu daerah akan berpengaruh pada pemanfaatan sumberdaya lahan dalam jumlah besar untuk memenuhi ketersediaan kebutuhan

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP DEBIT LIMPASAN PADA SUB DAS SEPAUK KABUPATEN SINTANG KALIMANTAN BARAT

PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP DEBIT LIMPASAN PADA SUB DAS SEPAUK KABUPATEN SINTANG KALIMANTAN BARAT PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP DEBIT LIMPASAN PADA SUB DAS SEPAUK KABUPATEN SINTANG KALIMANTAN BARAT Ria Rosdiana Hutagaol 1 dan Sigit Hardwinarto 2 1 Faperta Jurusan Kehutanan Universitas

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. kegiatan pertanian, pemukiman, penggembalaan serta berbagai usaha lainnya

BAB I. PENDAHULUAN. kegiatan pertanian, pemukiman, penggembalaan serta berbagai usaha lainnya BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan lahan semakin meningkat seiring meningkatnya jumlah penduduk Indonesia. Peningkatan kebutuhan akan lahan akan digunakan untuk kegiatan pertanian, pemukiman,

Lebih terperinci

PENGENDALIAN OVERLAND FLOW SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGELOLAAN DAS. Oleh: Suryana*)

PENGENDALIAN OVERLAND FLOW SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGELOLAAN DAS. Oleh: Suryana*) PENGENDALIAN OVERLAND FLOW SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGELOLAAN DAS Oleh: Suryana*) Abstrak Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) dilakukan secara integratif dari komponen biofisik dan sosial budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara topografik dibatasi oleh igir-igir pegunungan yang menampung dan

BAB I PENDAHULUAN. secara topografik dibatasi oleh igir-igir pegunungan yang menampung dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu wilayah daratan yang secara topografik dibatasi oleh igir-igir pegunungan yang menampung dan menyimpan air hujan untuk kemudian

Lebih terperinci

MENUJU KETERSEDIAAN AIR YANG BERKELANJUTAN DI DAS CIKAPUNDUNG HULU : SUATU PENDEKATAN SYSTEM DYNAMICS

MENUJU KETERSEDIAAN AIR YANG BERKELANJUTAN DI DAS CIKAPUNDUNG HULU : SUATU PENDEKATAN SYSTEM DYNAMICS MENUJU KETERSEDIAAN AIR YANG BERKELANJUTAN DI DAS CIKAPUNDUNG HULU : SUATU PENDEKATAN SYSTEM DYNAMICS TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi

Lebih terperinci

ANALISIS WILAYAH KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) KURANJI DENGAN APLIKASI SWAT

ANALISIS WILAYAH KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) KURANJI DENGAN APLIKASI SWAT ANALISIS WILAYAH KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) KURANJI DENGAN APLIKASI SWAT Fadli Irsyad 1 dan Eri Gas Ekaputra 1 1 Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Univ. Andalas, Padang 25163 *

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DAS (Daerah Aliran Sungai) Daerah aliran sungai adalah merupakan sebuah kawasan yang dibatasi oleh pemisah topografis, yang menampung, menyimpan dan mengalirkan curah hujan yang

Lebih terperinci

VI. DISKUSI UMUM DAN PEMBAHASAN

VI. DISKUSI UMUM DAN PEMBAHASAN VI. DISKUSI UMUM DAN PEMBAHASAN 6.1. Pemodelan dan Aplikasi Model SWAT Analisis sensitivitas dan ketidakpastian (uncertainty) dalam proses kalibrasi model SWAT adalah tahapan yang paling penting. Dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah aliran sungai (DAS) merupakan sistem yang kompleks dan terdiri dari komponen utama seperti vegetasi (hutan), tanah, air, manusia dan biota lainnya. Hutan sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Intervensi manusia dalam pemanfaatan sumberdaya alam yang makin

I. PENDAHULUAN. Intervensi manusia dalam pemanfaatan sumberdaya alam yang makin I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Intervensi manusia dalam pemanfaatan sumberdaya alam yang makin lama semakin meningkat telah menimbulkan berbagai permasalahan lingkungan. Salah satu permasalahan lingkungan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai ketentuan

Lebih terperinci

PENERAPAN IPTEKS ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DELI. Nurmala Berutu W.Lumbantoruan Anik Juli Dwi Astuti Rohani

PENERAPAN IPTEKS ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DELI. Nurmala Berutu W.Lumbantoruan Anik Juli Dwi Astuti Rohani ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DELI. Nurmala Berutu W.Lumbantoruan Anik Juli Dwi Astuti Rohani Abstrak Daerah penelitian adalah DAS Deli yang meliputi tujuh subdas dan mempunyai luas

Lebih terperinci

KAJIAN DAERAH RAWAN BENCANA TSUNAMI BERDASARKAN CITRA SATELIT ALOS DI CILACAP, JAWA TENGAH

KAJIAN DAERAH RAWAN BENCANA TSUNAMI BERDASARKAN CITRA SATELIT ALOS DI CILACAP, JAWA TENGAH KAJIAN DAERAH RAWAN BENCANA TSUNAMI BERDASARKAN CITRA SATELIT ALOS DI CILACAP, JAWA TENGAH Oleh : Agus Supiyan C64104017 Skripsi PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

KAJIAN DISTRIBUSI SPASIAL SALINITAS AIRTANAH BERDASARKAN KANDUNGAN KLORIDA DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA

KAJIAN DISTRIBUSI SPASIAL SALINITAS AIRTANAH BERDASARKAN KANDUNGAN KLORIDA DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA KAJIAN DISTRIBUSI SPASIAL SALINITAS AIRTANAH BERDASARKAN KANDUNGAN KLORIDA DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA Ahmad Cahyadi, Muh Aris Marfai, Tommy Andryan Tivianton, Wulandari dan Wahyu Hidayat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Gerakan konstan air dan perubahan dalam keadaan fisik di planet ini disebut siklus air, juga dikenal sebagai sifat kincir air, atau siklus hidrologi. Kata Siklus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang termasuk rawan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. tempat air hujan menjadi aliran permukaan dan menjadi aliran sungai yang

PENDAHULUAN. tempat air hujan menjadi aliran permukaan dan menjadi aliran sungai yang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan daerah permukaan bumi sebagai tempat air hujan menjadi aliran permukaan dan menjadi aliran sungai yang mempunyai

Lebih terperinci

APLIKASI MODEL SOIL AND WATER ASSESMENT TOOL (SWAT) UNTUK MENGKAJI DEBIT HARIAN DAN LIMPASAN PERMUKAAN (Kasus: Sub DAS Wakung, Pemalang, Jawa Tengah)

APLIKASI MODEL SOIL AND WATER ASSESMENT TOOL (SWAT) UNTUK MENGKAJI DEBIT HARIAN DAN LIMPASAN PERMUKAAN (Kasus: Sub DAS Wakung, Pemalang, Jawa Tengah) APLIKASI MODEL SOIL AND WATER ASSESMENT TOOL (SWAT) UNTUK MENGKAJI DEBIT HARIAN DAN LIMPASAN PERMUKAAN (Kasus: Sub DAS Wakung, Pemalang, Jawa Tengah) Noor Adhi Sakti nooradhisakti@outlook.com Dr. Slamet

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG Jurnal Reka Buana Volume 1 No 2, Maret 2016 - Agustus 2016 73 ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG Galih Damar Pandulu PS. Teknik Sipil, Fak. Teknik,

Lebih terperinci

1.4. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian mengenai sebaran bahaya erosi serta respon aliran ini adalah :

1.4. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian mengenai sebaran bahaya erosi serta respon aliran ini adalah : BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan salah satu batasan proses dalam siklus hidrologi. Sebagai salah satu batasan dalam suatu siklus, DAS memiliki input (hujan dan

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA DAS DAN SIMULASI KONSERVASI MENGGUNAKAN SWAT (SOIL AND WATER ASSESSMENT TOOL) (Studi Kasus : Sub DAS Tapung, Siak, Provinsi Riau)

EVALUASI KINERJA DAS DAN SIMULASI KONSERVASI MENGGUNAKAN SWAT (SOIL AND WATER ASSESSMENT TOOL) (Studi Kasus : Sub DAS Tapung, Siak, Provinsi Riau) EVALUASI KINERJA DAS DAN SIMULASI KONSERVASI MENGGUNAKAN SWAT (SOIL AND WATER ASSESSMENT TOOL) (Studi Kasus : Sub DAS Tapung, Siak, Provinsi Riau) Mardan Fajri 1), Manyuk Fauzi 2), Ari Sandhyavitri 3)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gabungan antara karakteristik hujan dan karakteristik daerah aliran sungai

BAB I PENDAHULUAN. Gabungan antara karakteristik hujan dan karakteristik daerah aliran sungai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Curah hujan tidak bekerja sendiri dalam membentuk limpasan (runoff). Gabungan antara karakteristik hujan dan karakteristik daerah aliran sungai (DAS) sangat mempengaruhi

Lebih terperinci

SIMULASI SEBARAN SEDIMEN TERHADAP KETINGGIAN GELOMBANG DAN SUDUT DATANG GELOMBANG PECAH DI PESISIR PANTAI. Dian Savitri *)

SIMULASI SEBARAN SEDIMEN TERHADAP KETINGGIAN GELOMBANG DAN SUDUT DATANG GELOMBANG PECAH DI PESISIR PANTAI. Dian Savitri *) SIMULASI SEBARAN SEDIMEN TERHADAP KETINGGIAN GELOMBANG DAN SUDUT DATANG GELOMBANG PECAH DI PESISIR PANTAI Dian Savitri *) Abstrak Gerakan air di daerah pesisir pantai merupakan kombinasi dari gelombang

Lebih terperinci

Kemampuan Tampungan Sungai Code Terhadap Material Lahar Dingin Pascaerupsi Gunungapi Merapi Tahun 2010

Kemampuan Tampungan Sungai Code Terhadap Material Lahar Dingin Pascaerupsi Gunungapi Merapi Tahun 2010 Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 3, Nomor 2, Juni 2011, Halaman 81 87 ISSN: 2085 1227 Kemampuan Tampungan Sungai Code Terhadap Material Lahar Dingin Pascaerupsi Gunungapi Merapi Tahun 2010

Lebih terperinci

Pemodelan Penyebaran Polutan di DPS Waduk Sutami Dan Penyusunan Sistem Informasi Monitoring Kualitas Air (SIMKUA) Pendahuluan

Pemodelan Penyebaran Polutan di DPS Waduk Sutami Dan Penyusunan Sistem Informasi Monitoring Kualitas Air (SIMKUA) Pendahuluan Pendahuluan 1.1 Umum Sungai Brantas adalah sungai utama yang airnya mengalir melewati sebagian kota-kota besar di Jawa Timur seperti Malang, Blitar, Tulungagung, Kediri, Mojokerto, dan Surabaya. Sungai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Berdasarkan UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, pasal 6 ayat (1), disebutkan bahwa Penataan Ruang di selenggarakan dengan memperhatikan kondisi fisik wilayah

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN POLA ADAPTASI MASYARAKAT TERHADAP KETERBATASAN LAHAN DI PULAU PANGGANG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN POLA ADAPTASI MASYARAKAT TERHADAP KETERBATASAN LAHAN DI PULAU PANGGANG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN POLA ADAPTASI MASYARAKAT TERHADAP KETERBATASAN LAHAN DI PULAU PANGGANG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA Dini Feti Anggraini *) Ahmad Cahyadi **) Abstrak : Pertumbuhan

Lebih terperinci

ANALISIS DISTRIBUSI SPASIAL SALINITAS AIRTANAH DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA

ANALISIS DISTRIBUSI SPASIAL SALINITAS AIRTANAH DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA ANALISIS DISTRIBUSI SPASIAL SALINITAS AIRTANAH DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA Ahmad Cahyadi, Muh Aris Marfai, Tommy Andryan Tivianto, Wulandari dan Wahyu Hidayat Jurusan Geografi Lingkungan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ditinjau dari sumber alam, setiap tanah mempunyai daya guna yang berbeda sesuai dengan keadaannya. Jadi langkah pertama dari pengawetan tanah dan air adalah menggunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sudah lebih dari dua dekade terakhir banyak publikasi penelitian yang

I. PENDAHULUAN. Sudah lebih dari dua dekade terakhir banyak publikasi penelitian yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sudah lebih dari dua dekade terakhir banyak publikasi penelitian yang terkait dengan hubungan antara luas hutan dengan hasil air dan respon hidrologi (Bosch dan Hewlett,

Lebih terperinci

PANITIA SEMINAR NASIONAL PENINGKATAN KAPASITAS MASYARAKAT DALAM MANAJEMEN BENCANA BANJIR BANDANG DI LOKASI WISATA MINAT KHUSUS KALISUCI, GUNUNGKIDUL

PANITIA SEMINAR NASIONAL PENINGKATAN KAPASITAS MASYARAKAT DALAM MANAJEMEN BENCANA BANJIR BANDANG DI LOKASI WISATA MINAT KHUSUS KALISUCI, GUNUNGKIDUL PENINGKATAN KAPASITAS MASYARAKAT DALAM MANAJEMEN BENCANA BANJIR BANDANG DI LOKASI WISATA MINAT KHUSUS KALISUCI, GUNUNGKIDUL Slamet Suprayogi 1), Ahmad Cahyadi 2), Tommy Andryan T. 3) dan Bayu Argadyanto

Lebih terperinci

ANALISIS KOEFISIEN ALIRAN PERMUKAAN PADA BERBAGAI BENTUK PENGGUNAAN LAHAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SWAT

ANALISIS KOEFISIEN ALIRAN PERMUKAAN PADA BERBAGAI BENTUK PENGGUNAAN LAHAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SWAT Jurnal Teknik Pertanian Lampung Vol.7, No. 1: 1-8 ANALISIS KOEFISIEN ALIRAN PERMUKAAN PADA BERBAGAI BENTUK PENGGUNAAN LAHAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SWAT ANALYSIS OF SURFACE RUNOFF COEFFICIENT ON VARIOUS

Lebih terperinci

Vulnerability. (Kerentanan) Praktikum Lapangan Gunung Merapi Mata Kuliah Mitigasi Bencana

Vulnerability. (Kerentanan) Praktikum Lapangan Gunung Merapi Mata Kuliah Mitigasi Bencana Vulnerability (Kerentanan) Praktikum Lapangan Gunung Merapi Mata Kuliah Mitigasi Bencana Aria Gumilar Rachmat Arie Prabowo M. Kurniawan Rama Irawan Program Studi Kependudukan dan Lingkungan Hidup Program

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Konsep Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu untuk mengetahui potensi terjadinya banjir di suatu wilayah dengan memanfaatkan sistem informasi geografi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bangsa yang hidup di wilayah pesisir. Sejarah telah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bangsa yang hidup di wilayah pesisir. Sejarah telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan bangsa yang hidup di wilayah pesisir. Sejarah telah mencatat pada periode abad ke VII sampai ke XVI bangsa Indonesia terbiasa hidup di wilayah kepulauan.

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG Jurnal Reka Buana Volume 1 No 2, Maret-Agustus 2015 9 ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG Galih Damar Pandulu PS. Teknik Sipil, Fak. Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayah sistem polder Pluit yang pernah mengalami banjir pada tahun 2002.

BAB I PENDAHULUAN. wilayah sistem polder Pluit yang pernah mengalami banjir pada tahun 2002. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kompartemen Museum Bank Indonesia merupakan kawasan yang masuk dalam wilayah sistem polder Pluit yang pernah mengalami banjir pada tahun 2002. Berdasarkan data dari

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erosi merupakan salah satu permasalahan lingkungan yang harus ditanggulangi. Fenomena alam ini menjadi penyebab utama terbentuknya lahan kritis, terutama jika didukung

Lebih terperinci

KERENTANAN TERUMBU KARANG AKIBAT AKTIVITAS MANUSIA MENGGUNAKAN CELL - BASED MODELLING DI PULAU KARIMUNJAWA DAN PULAU KEMUJAN, JEPARA, JAWA TENGAH

KERENTANAN TERUMBU KARANG AKIBAT AKTIVITAS MANUSIA MENGGUNAKAN CELL - BASED MODELLING DI PULAU KARIMUNJAWA DAN PULAU KEMUJAN, JEPARA, JAWA TENGAH KERENTANAN TERUMBU KARANG AKIBAT AKTIVITAS MANUSIA MENGGUNAKAN CELL - BASED MODELLING DI PULAU KARIMUNJAWA DAN PULAU KEMUJAN, JEPARA, JAWA TENGAH oleh : WAHYUDIONO C 64102010 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Daerah Aliran Sungai (DAS) Definisi daerah aliran sungai dapat berbeda-beda menurut pandangan dari berbagai aspek, diantaranya menurut kamus penataan ruang dan wilayah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Daerah aliran sungai (DAS) merupakan kesatuan hidrologi yang kompleks dan terdiri dari berbagai komponen. Komponen-komponen tersebut terdiri atas manusia, iklim, tanah,

Lebih terperinci

SIMULASI PENGARUH SEDIMENTASI DAN KENAIKAN CURAH HUJAN TERHADAP TERJADINYA BENCANA BANJIR. Disusun Oleh: Kelompok 4 Rizka Permatayakti R.

SIMULASI PENGARUH SEDIMENTASI DAN KENAIKAN CURAH HUJAN TERHADAP TERJADINYA BENCANA BANJIR. Disusun Oleh: Kelompok 4 Rizka Permatayakti R. SIMULASI PENGARUH SEDIMENTASI DAN KENAIKAN CURAH HUJAN TERHADAP TERJADINYA BENCANA BANJIR Disusun Oleh: Kelompok 4 Rizka Permatayakti R.N Galuh Ajeng Septaria Indri Setyawanti Dyah Puspita Laksmi Tari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini, ketidakseimbangan antara kondisi ketersediaan air di alam dengan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. ini, ketidakseimbangan antara kondisi ketersediaan air di alam dengan kebutuhan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu kebutuhan mutlak bagi seluruh kehidupan di bumi. Air juga merupakan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui. Tetapi saat ini, ketidakseimbangan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai ketentuan

Lebih terperinci

POTENSI DAS DELI DALAM MENDUKUNG PERTANIAN BERKELANJUTAN BERDASARKAN EVALUASI KEMAMPUAN PENGGUNAAN LAHAN ABSTRAK

POTENSI DAS DELI DALAM MENDUKUNG PERTANIAN BERKELANJUTAN BERDASARKAN EVALUASI KEMAMPUAN PENGGUNAAN LAHAN ABSTRAK 1 POTENSI DAS DELI DALAM MENDUKUNG PERTANIAN BERKELANJUTAN BERDASARKAN EVALUASI KEMAMPUAN PENGGUNAAN LAHAN ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi DAS Deli berdasarkan evaluasi kemampuan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. hilir. Sandy (1996) dalam Kusumawardani (2009) mendefinisikan DAS sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. hilir. Sandy (1996) dalam Kusumawardani (2009) mendefinisikan DAS sebagai 16 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian DAS Daerah Aliran Sungai merupakan wilayah yang dibatasi oleh topografi dimana air yang berada di wilayah tersebut akan mengalir ke outltet sungai utama hingga ke hilir.

Lebih terperinci

Kata-kata Kunci: Kabupaten Pekalongan, Banjir Rob, Sawah Padi, Kerugian Ekonomi

Kata-kata Kunci: Kabupaten Pekalongan, Banjir Rob, Sawah Padi, Kerugian Ekonomi PEMODELAN SPASIAL GENANGAN BANJIR ROB DAN PENILAIAN POTENSI KERUGIAN PADA LAHAN PERTANIAN SAWAH PADI STUDI KASUS WILAYAH PESISIR KABUPATEN PEKALONGAN JAWA TENGAH Achmad Arief Kasbullah 1) dan Muhammad

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kawasan Danau Singkarak terletak di dua kabupaten yaitu KabupatenSolok dan Tanah Datar. Kedua kabupaten ini adalah daerah penghasil berasdan menjadi lumbung beras bagi Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekayaan sumberdaya alam wilayah kepesisiran dan pulau-pulau kecil di Indonesia sangat beragam. Kekayaan sumberdaya alam tersebut meliputi ekosistem hutan mangrove,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air, Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu wilayah daratan merupakan satu kesatuan

Lebih terperinci

MODEL ZONASI UNTUK KAWASAN PERTAMBANGAN MINERAL LOGAM DAN BATUBARA (STUDI KASUS KABUPATEN WAROPEN PROVINSI PAPUA)

MODEL ZONASI UNTUK KAWASAN PERTAMBANGAN MINERAL LOGAM DAN BATUBARA (STUDI KASUS KABUPATEN WAROPEN PROVINSI PAPUA) MODEL ZONASI UNTUK KAWASAN PERTAMBANGAN MINERAL LOGAM DAN BATUBARA (STUDI KASUS KABUPATEN WAROPEN PROVINSI PAPUA) Waterman Sulistyana Bargawa *, Victor Isak Semuel Ajatanoi 2 Magister Teknik Pertambangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Intensitas kegiatan manusia saat ini terus meningkat dalam pemanfaatan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun pemanfaatan sumberdaya alam ini khususnya

Lebih terperinci

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini Abstract Key words PENDAHULUAN Air merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan wilayah di Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang sangat pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan dengan dua

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Lokasi penelitian berada di sub-das Citarum Hulu, Kecamatan Bandung, Provinsi Jawa Barat seperti yang tampak pada Gambar 3 (BAPPEDA Provinsi Jawa Barat dan peta

Lebih terperinci

PENDUGAAN DEBIT PUNCAK MENGGUNAKAN WATERSHED MODELLING SYSTEM SUB DAS SADDANG. Sitti Nur Faridah, Totok Prawitosari, Muhammad Khabir

PENDUGAAN DEBIT PUNCAK MENGGUNAKAN WATERSHED MODELLING SYSTEM SUB DAS SADDANG. Sitti Nur Faridah, Totok Prawitosari, Muhammad Khabir PENDUGAAN DEBIT PUNCAK MENGGUNAKAN WATERSHED MODELLING SYSTEM SUB DAS SADDANG Sitti Nur Faridah, Totok Prawitosari, Muhammad Khabir Program Studi Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin,

Lebih terperinci

MODEL SOIL WATER ASSESSMENT TOOL (SWAT) UNTUK PREDIKSI LAJU EROSI DAN SEDIMENTASI DI SUB DAS KEDUANG KABUPATEN WONOGIRI

MODEL SOIL WATER ASSESSMENT TOOL (SWAT) UNTUK PREDIKSI LAJU EROSI DAN SEDIMENTASI DI SUB DAS KEDUANG KABUPATEN WONOGIRI 1 MODEL SOIL WATER ASSESSMENT TOOL (SWAT) UNTUK PREDIKSI LAJU EROSI DAN SEDIMENTASI DI SUB DAS KEDUANG KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kota Metropolitan Makassar, ibukota Provinsi Sulawesi Selatan, merupakan pusat pemerintahan dengan berbagai kegiatan sosial, politik, kebudayaan maupun pembangunan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap negara mempunyai kewenangan untuk memanfaatkan sumber daya alamnya untuk pembangunan. Pada negara berkembang pembangunan untuk mengejar ketertinggalan dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan yang berkelanjutan seperti yang dikehendaki oleh pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan yang berkelanjutan seperti yang dikehendaki oleh pemerintah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang berkelanjutan seperti yang dikehendaki oleh pemerintah maupun masyarakat mengandung pengertian yang mendalam, bukan hanya berarti penambahan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkotaan Yogyakarta mulai menunjukkan perkembangan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkotaan Yogyakarta mulai menunjukkan perkembangan yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkotaan Yogyakarta mulai menunjukkan perkembangan yang sangat pesat di berbagai bidang, baik sektor pendidikan, ekonomi, budaya, dan pariwisata. Hal tersebut tentunya

Lebih terperinci

APLIKASI POTHOLE UNTUK LAHAN SAWAH PADA SIMULASI DEBIT PROGRAM SWAT (KASUS SUB DAS CIMANUK HULU) AGUNG TRINANDA

APLIKASI POTHOLE UNTUK LAHAN SAWAH PADA SIMULASI DEBIT PROGRAM SWAT (KASUS SUB DAS CIMANUK HULU) AGUNG TRINANDA APLIKASI POTHOLE UNTUK LAHAN SAWAH PADA SIMULASI DEBIT PROGRAM SWAT (KASUS SUB DAS CIMANUK HULU) AGUNG TRINANDA DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehilangan tanah mendekati laju yang terjadi pada kondisi alami.

BAB I PENDAHULUAN. kehilangan tanah mendekati laju yang terjadi pada kondisi alami. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah dan air merupakan sumberdaya alam utama yang mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan manusia. Sebagai sumberdaya yang banyak digunakan, tanah dapat mengalami

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PANTAI GUGUSAN PULAU PARI. Hadiwijaya L. Salim dan Ahmad *) ABSTRAK

KARAKTERISTIK PANTAI GUGUSAN PULAU PARI. Hadiwijaya L. Salim dan Ahmad *) ABSTRAK KARAKTERISTIK PANTAI GUGUSAN PULAU PARI Hadiwijaya L. Salim dan Ahmad *) ABSTRAK Penelitian tentang karakter morfologi pantai pulau-pulau kecil dalam suatu unit gugusan Pulau Pari telah dilakukan pada

Lebih terperinci

Jl. Raya Kaligawe Km. 4, Semarang Jawa Tengah 2

Jl. Raya Kaligawe Km. 4, Semarang Jawa Tengah   2 H.1 PENGARUH AMBLESAN TANAH (LAND SUBSIDENCE) TERHADAP PERUBAHAN LUAS GENANGAN AIR PADA DATARAN ALLUVIAL KOTA SEMARANG BAGIAN TIMUR (STUDI KASUS : KECAMATAN GENUK DAN KECAMATAN PEDURUNGAN) Rahmad Fuji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dengan luas daratan ± 1.900.000 km 2 dan laut 3.270.00 km 2, Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dan ditinjau dari luasnya terdiri atas lima pulau

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya alam merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu ekosistem, yaitu lingkungan tempat berlangsungnya hubungan timbal balik antara makhluk hidup yang

Lebih terperinci