BAB II PENERAPAN SISTEM KESELAMATAN KERJA DI PERUSAHAAN TOSHIBA, SANYO DAN TOYOTA 2.1 Visi dan Misi Perusahaan Perusahaan Toshiba Visi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II PENERAPAN SISTEM KESELAMATAN KERJA DI PERUSAHAAN TOSHIBA, SANYO DAN TOYOTA 2.1 Visi dan Misi Perusahaan Perusahaan Toshiba Visi"

Transkripsi

1 BAB II PENERAPAN SISTEM KESELAMATAN KERJA DI PERUSAHAAN TOSHIBA, SANYO DAN TOYOTA 2.1 Visi dan Misi Perusahaan Perusahaan Toshiba Visi perusahaan Toshiba adalah membangun suasana lingkungan kerja yang nyaman, meningkatkan produktivitas tinggi dan ditunjang oleh konsistensi kinerja karyawan. Misi perusahaan Toshiba adalah menjaga karyawan nya agar selalu bekerja dengan perlindungan keselamatan kerja agar terhindar dari resiko bahaya kecelakaan kerja. ( Perusahaan Sanyo Visi perusahaan Sanyo adalah melakukan berbagai inovasi yang berkesinambungan dalam meningkatkan kapasitas dan kualitas untuk berproduksi serta menciptakan pangsa pasar yang luas dengan image atau pandangan pasar yang positif terhadap produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Misi perusahaan Sanyo adalah berkomitment untuk memberikan produk yang istimewa. ( Perusahaan Toyota Visi perusahaan Toyota adalah berkomitmen untuk terus mengutamakan kepuasan pelanggan, senantiasa terus-menerus menciptakan inovasi terbaik, menjadi yang terdepan di antara operasi manufaktur Toyota di Asean, serta menjadi pemimpin dalam aliansi Toyota Grup di Indonesia. Misi Perusahaan Toyota adalah menjadi pemimpin dalam industri otomotif di Indonesia, selalu memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi dan sosial, meningkatkan kesejahteraan melalui pembinaan kepercayaan dengan karyawan, dealer dan pemasok, memelihara kelangsungan lingkungan hidup dan keselamatan kerja dan menjunjung tinggi kemampuan individu tanpa mengesampingkan kerjasama tim. ( oleh Widayu Rahmidha. 2.2 Kebijakan Anzen Daiichi dalam Perusahaan Kebijakan Perusahaan Toshiba

2 Kebijakan perusahaan Toshiba adalah menerapkan sistem dan pengelolaan Anzen Daiichi bagi seluruh karyawan, mulai dari manajemen tingkat atas hingga bawah, berpegang teguh kepada Komitment, peduli kepada tenaga kerjanya, berkomitmen untuk masa depan perusahaan secara bersama, memprioritaskan dan menjunjung tinggi keselamatan kerja, berupaya selalu menciptakan suasana lingkungan kerja yang aman dan sehat. Hal ini tentu sangat selaras dengan budaya dan kebiasaan masyarakat Jepang yang selalu memegang teguh terhadap komitment. Berikut dibawah ini adalah penjabaran beberapa komitment yang dilakukan di dalam perusahaan Toshiba, yaitu: 1) Memprioritaskan sistem Anzen Daiichi sebagai salah satu hal yang utama, berusaha untuk mencegah cedera dan melakukan perbaikan terus-menerus dalam pengelolaan sistem Anzen Daiichi. 2) Perusahaan Toshiba selalu melakukan pekerjaan sesuai dengan landasan peraturan yang berlaku serta selalu mengacu kepada standard prosedur yang berhubungan dengan konsep Anzen Daiichi. 3) Berupaya menghindari resiko terjadinya kecelakaan kerja dan menjaga kesehatan fisik dan mental semua karyawan. 4) Para subkontraktor yang terlibat pekerjaan dengan perusahaan Toshiba harus mematuhi peraturan Anzen Daiichi yang diterapkan di dalam perusahaan Toshiba. 5) Berkontribusi meningkatkan standard manajemen Anzen Daiichi bagi masyarakat di lingkungan terdekat. ( Kebijakan Perusahaan Sanyo Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau Anzen Daiichi mulai diberlakukan sejak tahun 2002, yaitu; 1) Sebagai perusahaan internasional yang menempatkan keselamatan dan kesehatan kerja sebagai prioritas utama. 2) Selalu memperhatikan karyawan agar terhindar dari cedera. 3) Keselamatan dan kesehatan kerja adalah tanggung jawab pengusaha dan seluruh karyawan. 4) Perbaikan kondisi lingkungan kerja yang terintegrasi guna mencegah kecelakaan dan mengurangi timbulnya penyakit akibat pekerjaan serta membuat tempat kerja menjadi bersih, aman, efisien dan produktif.

3 5) Menetapkan tujuan dan sasaran untuk perbaikan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja agar terciptanya zero accident atau tidak ada kecelakaan sama sekali. 6) Mematuhi semua Undang-Undang tentang keselamatan dan kesehatan kerja yang mencakup tingkat nasional dan internasional. (Annisa Mausulli, 2010:90) Kebijakan Perusahaan Toyota Ladasan peraturan yang mendasari kebijakan sistem Anzen Daiichi adalah sebagai berikut : 1) Kesehatan kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja yang optimal dan setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja sesuai berdasarkan UU no.23 Tahun ) Tenaga kerja dan setiap orang yang berada di tempat kerja perlu mendapat perlindungan atas keselamatan sesuai berdasarkan UU no.1 Tahun ) Setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan, kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moral kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan agama sesuai berdasarkan UU no.14 Tahun Adanya program keselamatan dan kesehatan kerja ini wajib diorganisasikan dan diselenggarakan untuk menjamin dan menjaga keselamatan hidup karyawan. (Sari Hikmahwati, 2002). 2.3 Sosialisasi Anzen Daiichi dalam Perusahaan Sosialisasi Anzen Daiichi Perusahaan Toshiba Sistem sosialisasi Anzen Daiichi di mulai dari direksi, manajemen dan karyawan untuk membentuk komite Anzen Daiichi. Perusahaan Toshiba mengatur kegiatan Anzen Daiichi di dalam lingkungan perusahaan, karena untuk menghindari terjadinya resiko. Perusahaan Toshiba berbagi informasi tentang sistem Anzen Daiichi kepada seluruh karyawan. Selama setahun sekali perusahaan Toshiba juga menanggani untuk di bagian Pengawas Keselamatan dan Kesehatan. Selain itu, perusahaan Toshiba mengadakan pertemuan dengan Komite Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pusat untuk membahas perihal tentang serikat pekerja dalam meningkatkan sistem manajemen Anzen Daiichi untuk seluruh karyawan. ( Sosialisasi Anzen Daiichi Perusahaan Sanyo

4 Perusahaan Sanyo mensosialisasikan dan menerapkan Anzen Daiichi kepada karyawan dengan membuat program-program setiap bulan yang bertemakan keselamatan, bertujuan agar selalu mengingatkan para karyawannya tentang himbauan- himbauan sebagai berikut: 1) Menghimbau para karyawan dengan melarang membawa motor menuju tempat kerja. 2) Memberikan perhatian khusus terhadap karyawan wanita dengan menfasilitasi kendaraan antar jemput 3) Selalu mengingatkan karyawannya tentang peraturan rambu-rambu di dalam area kerja. 4) Memasang dan mengingatkan tentang lambang-lambang yang mendukung terciptanya keselamatan dan kesehatan kerja di setiap area kerja masing-masing. 5) Memasang rambu atau simbol keselamatan yang terpasang pada setiap mesin-mesin yang digunakan. 6) Memasang rambu yang bertuliskan tentang gambar standard memakai pakaian kerja, penutup kepala, dan sepatu yang hygiene saat memasuki ruang produksi. 7) Memasang rambu pada pegangan tangga saat menuruni tangga, agar karyawan mudah mengerti. 8) Menyerukan rambu larangan merokok di area ruang tunggu dan untuk bahan yang mudah terbakar diberi rambu yang bertuliskan bahan mudah terbakar atau gambar api. (Annisa Mausulli, 2010:96) Sosialisasi Anzen Daiichi Perusahaan Toyota Pelaksanaan tentang sosialisasi atau kampanye Anzen Daiichi yang digunakan ke aspek yang lebih luas dalam beberapa sektor industri bertujuan untuk mendidik tenaga kerja dalam bekerja aman. Pandangan setiap perusahaan mengenai kampaye adalah untuk menarik pihak manajemen dan memberitahukan bahwa program kampanye keselamatan kerja dapat menghemat biaya, untuk mencapai target pada tenaga kerja. Meskipun banyak jenis sarana yang digunakan dalam menyampaikan pesan kampanye, misalnya; poster, video, film, dan lain-lain serta sarana penyampaian dari kampanye keselamatan kerja biasanya dikembangkan dengan tujuan untuk mendidik tenaga kerja dan meningkatkan budaya keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan. Dengan demikian, sarana yang digunakan biasanya mengandung unsur-unsur yang mencoba untuk mengubah keyakinan dan pengetahuan serta berusaha untuk memotivasi dan mendorong khususnya dalam tindakan bekerja aman untuk seluruh karyawan. (Adi Setiyawan, 2012:9-10).

5 2.4 Penerapan Program Training Anzen Daiichi dalam Perusahaan Program Training Anzen Daiichi Perusahaan Toshiba Program training yang diterapkan bagi karyawan Toshiba adalah: Penerapan standar keselamatan dan kesehatan kerja (OHS), program pengendalian risiko kecelakaan, pemberian materi tentang cara mengetahui akan adanya darurat kecelakaan, memberitahukan peraturan sistem izin kerja, menganalisis tentang keselamatan kerja, menerapkan pengetahuan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. ( Program Training Anzen Daiichi Perusahaan Sanyo Program training Anzen Daiichi yang diterapkan diantaranya adalah: Training tahunan tentang pemadaman kebakaran, pencegahan dan penangulangan kebakaran, training pertolongan pertama pada karyawan yang terluka, penerapan mengenai cara-cara teknis resusitasi (membuka jalan nafas) apabila terjadi gangguan fungsi jantung, cara menghentikan pendarahan, cara balut, cara pemasangan bidai dan cara pemindahan korban serta evakuasi. Selain itu, diajarkan pula langkah-langkah yang sistematis dalam memberikan pertolongan pertama. dimulai dari penggunaan APD (alat pelindung diri), mengamankan lokasi sekitar korban, memperkenalkan diri, memeriksa kesadaran korban, perbaiki posisi korban, membuka pakaian korban, membuka jalan nafas, membersihkan jalan nafas jika ada sumbatan, pemberian nafas buatan, penilaian sirkulasi, kompresi jantung luar, dan posisi pulih. (Annisa Mausulli, 2010:102) Program Training Anzen Daiichi Perusahaan Toyota Menurut sumber data dari Dept. Toyota Institue, Safety Dojo (2012), Perusahaan Toyota mempunyai program Safety Training atau Safety Dojo. Pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja sebagai langkah awal bagi karyawan untuk mengetahui tentang keselamatan kerja. Sehingga didalam pelatihan keselamatan kerja, dijelaskan mengenai keadaan yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja, misalnya: tindakan yang tidak aman dan kondisi tempat kerja yang tidak aman. Selain itu, karyawan dilatih untuk menduga bahaya yang ada di tempat kerja dan dilakukan simulasi mengenai proses terjadinya kecelakaan.

6 Dojo diambil dari bahasa Jepang yang artinya tempat yang luas yang digunakan untuk latihan. Pelatihan keselamatan kerja tersebut dilakukan di area safety dojo atau tempat latihan keselamatan. (Adi Setiyawan, 2012:30-31). 2.5 Sistem Manajemen Anzen Daiichi Secara Umum Sistem Manajemen Perusahaan Toshiba Sistem manajemen di perusahaan Toshiba yang diberlakukan adalah dengan membentuk suatu sistem standard manajemen, dimana standard manajemen tersebut didirikan dengan nama SOC (Standar Operasional Center), yang secara jelas mendefinisikan sistem manajemen mengenai nilai-nilai dan kode etik yang harus diperhatikan oleh semua karyawan. Semua perusahaan Toshiba yang ada di negara Jepang maupun perusahaan Toshiba di luar negeri wajib untuk menggunakan sistem SOC. Perusahaan Toshiba menjunjung tinggi terhadap kehidupan karyawannya, karena perusahaan Toshiba sangat memperhatikan kondisi keselamatan dan kesehatan para karyawannya. Selain itu terdapat pula program pendidikan yang memastikan semua karyawan benar-benar memahami dan mengamati SOC. Pada bulan Mei 1990 terbentuklah SOC yang pertama, lalu secara perlahan SOC pun mulai mengalami perubahan perbaikan dari tahun ke tahun. Hingga pada bulan Oktober 2014 menerbitkan peraturan terbaru yaitu; menempatkan posisi tertinggi hak asasi manusia, manajemen distribusi dan kesadaran terhadap peraturan. Perusahaan Toshiba menerapkan standard yang wajib dipatuhi oleh semua dewan direksi, penasihat perusahaan, karyawan tetap maupun karyawan kontrak. ( Sistem Manajemen Perusahaan Sanyo Sistem manajemen di perusahaan Sanyo dilakukan secara tim, dimana tim yang dibentuk tersebut sangat rinci mengenai tanggung jawab masing-masing posisi dalam tim tersebut, yaitu : Wakil presiden direktur (sebagai pimpinan puncak perusahaan Sanyo bertanggung jawab mengesahkan tujuan dan sasaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja perusahaan). Wakil manajemen (bertanggung jawab untuk menerima tujuan dan sasaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja). HRD K3 (bertanggung jawab mempersiapkan rancangan tujuan dan sasaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja perusahaan). Departemen atau Section (bertanggung jawab untuk membuat tujuan dan sasaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja). (Annisa Mausulli, 2010:89)

7 2.5.3 Sistem Manajemen Perusahaan Toyota Sistem manajeman perusahaan Toyota dimulai dari perumusan mengenai tanggung jawab dan wewenang organisasi sistem Anzen Daiichi agar tercapainya pelaksanaan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja tersebut menjadi maksimal, setiap Divisi atau Department memiliki tanggung jawab dan peran demi tercapainya pelaksanaaan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Tugas dan wewenang sebagai berikut; Director Plant (Menetapkan kebijakan K3, menunjuk wakil manajemen yang bertanggung jawab terhadap implementasi sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja, menyediakan sumber daya yang diperlukan, memotivasi seluruh jajaran), Division Head (Menetapkan obyektif dan target di divisinya, mengembangkan strategi untuk mencapainya, mengajukan struktur organisasi K3 dan budget di divisinya, mengembangkan para staff di divisinya, mengembangkan jaringan komunikasi dengan supplier, kontraktor dan konsumen lainnya yang terkait), Management Representative (Management Representative bertanggung jawab kepada Director Plant, sedangkan Division Head bertanggung jawab kepada Management Representative, memastikan bahwa proses yang berhubungan dengan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja diterapkan secara efektif dan efisien serta terpelihara kesinambungannya, melaporkan hasil internal audit dan beberapa hal penting kepada Division Head untuk dipakai sebagai dasar perbaikan, memastikan bahwa persyaratan pelanggan dipahami oleh seluruh organisasi, mewakili perusahaan dalam kegiatan yang berkaitan dengan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja, meningkatkan efektifitas pelaksanaan komunikasi internal serta melakukan media komunikasi manajemen secara lintas atau antarfungsi dan antarpersonel yang ada di perusahaan Toyota), Department Head (Menetapkan obyektif dan target di departemennya, membuat activity plan untuk mencapainya, mengembangkan kemampuan para staff di departemennya). (Sumber PAD Karawang Plant : hasil kerja praktek di PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia Plant Karawang). 2.6 Perolehan Sertifikasi Keselamatan Kerja Perusahaan Sertifikat Perusahaan Toshiba Pada tahun 2007 perusahaan Toshiba memperoleh sertifikat OHSAS dengan standar sertifikat internasional untuk keselamatan kerja dan sistem manajemen Anzen Daiichi. Sumber : PT. Toshiba Indonesia Sertifikat Perusahaan Sanyo

8 Pada tahun 2008 perusahaan Sanyo memperoleh sertifikat OHSAS Sumber: PT. Sanyo Jaya Component Indonesia Sertifikat Perusahaan Toyota Pada tahun 2009 perusahaan Toyota memperoleh sertifikat OHSAS Sumber: PT. Toyota Motor Manufaturing Indonesia 2.7 Pengertian Standar Operasional Prosedur Anzen Daiichi Secara Umum Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah suatu panduan yang menjelaskan secara terperinci tentang bagaimana suatu proses harus dilaksanakan dan dijalankan oleh semua karyawan. SOP juga mempunyai fungsi dan manfaat yang dapat memberikan dampak positif terhadap semua karyawan Fungsi Standar Operasional Prosedur Fungsi Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah untuk mendefenisikan semua konsep dan teknik dalam setiap kegiatan yang dituangkan ke dalam suatu bentuk yang langsung dapat digunakan oleh karyawan dalam pelaksanaan kegiatan sehari-hari. SOP yang dibuat harus menyertakan langkah kegiatan yang harus dijalankan oleh semua karyawan dengan cara yang sama. Oleh sebab itu, SOP dibuat dengan tujuan memberikan kemudahan dan menyamakan presepsi semua orang yang berkepentingan sehingga dapat lebih dipahami dan dimengerti Manfaat Standar Operasional Prosedur Manfaat yang ditimbulkan apabila terdapat SOP adalah sebagai berikut: Menjelaskan secara detail semua kegiatan dari proses yang dijalankan, standarisasi semua aktifitas yang dilakukan pihak yang bersangkutan, membantu untuk menyederhanakan semua syarat yang diperlukan dalam proses pengambilan keputusan, dapat mengurangi waktu pelatihan karena kerangka kerja sudah distandardkan, membantu menganalisa proses yang berlangsung dan memberikan feedback bagi pengembangan SOP, dapat meningkatkan konsistensi pekerjaan karena sudah ada dalam arahan yang jelas, serta dapat meningkatkan komunikasi antar pihakpihak yang terkait, terutama karyawan dengan pihak manajemen perusahaan Bentuk dan Cara Penulisan Standar Operasional Prosedur Bentuk Penulisan Standar Operasional Prosedur Tujuan utama dari pembuatan Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah memberikan kemudahan bagi para orang yang berkepentingan dalam membacanya,

9 sehingga orang tersebut dapat mengerti dan dapat menjalankan prosedurnya dengan benar. Oleh sebab itu diperlukan suatu pertimbangan untuk dapat menentukan bentuk SOP yang digunakan, yaitu jumlah keputusan yang akan diambil dan jumlah langkah yang akan dilakukan dalam suatu proses. Berikut macam-macam bentuk SOP yang dapat dipilih untuk digunakan : 1) Simple Steps Bentuk SOP ini dipakai untuk prosedur rutin yang singkat dan tidak terlalu membutuhkan banyak keputusan. 2) Hierarchical Steps Bentuk ini dipakai untuk prosedur yang cukup panjang (lebih dari 10 langkah) tetapi tidak memerlukan banyak keputusan. Bentuk ini memudahkan orang yang sudah berpengalaman karena bagian dari masing-masing langkah dijelaskan secara terperinci. Sedangkan untuk orang baru, dapat memudahkan untuk mempelajari prosedur tersebut. 3) Graphic Procedures Bentuk ini dipakai untuk prosedur yang cukup panjang (lebih dari 10 langkah) tetapi ini tidak memerlukan banyak keputusan, sama seperti Hierarchical Steps. Grafik dapat membantu menyederhanakan suatu proses dari bentuk yang panjang menjadi bentuk yang singkat. Gambar ataupun diagram juga dapat digunakan untuk mengilustrasikan apa yang menjadi tujuan dari suatu prosedur. 4) Flowchart Flowchart merupakan grafik sederhana yang menjelaskan langkah-langkah prosedur dalam pembuatan suatu keputusan. Bentuk flowchart digunakan untuk prosedur yang memiliki banyak keputusan. Dalam pembuatan SOP bentuk flowchart ini diperlukan simbol-simbol yang dapat membantu menjelaskan setiap langkah Cara Penulisan Standar Operasional Prosedur Standar Operasional Prosedur (SOP) dapat dikaitkan baik jika semua yang tertulis didalamnya dapat dibaca dan dimengerti oleh setiap orang yang menggunakannya. Oleh sebab itu, diperlukan suatu cara yang benar dan efektif dalam pembuatan (SOP) seperti berikut ini;

10 Menuliskan setiap tahapan proses pada suatu prosedur dalam kalimat yang pendek, karena kalimat yang panjang lebih susah dimengerti. Menuliskan setiap tahapan proses pada suatu prosedur dalam bentuk kalimat perintah. Kalimat perintah menunjukan langsung apa yang harus dilakukan, mengkomunikasikan dengan jelas setiap kata yang digunakan pada suatu prosedur, menggunakan istilah-istilah atau singkatan yang memang sudah umum digunakan dalam kegiatan sehari-hari, pembuatan standar operasional prosedur harus dengan format yang konsisten, sehingga pihak yang menggunakan menjadi terbiasa dan mudah. Berikut susunan isi standar operasional prosedur: 1) Lembar Data Dokumen (Document Data Sheet) Berisi tentang semua informasi yang mewakili dokumen itu sendiri, antara lain nama dokumen, siapa yang membuat, kapan dokumen disetujui, siapa yang menyetujui, ringkasan dari isi dokumen, dan lain-lain. 2) Tujuan dan Ruang Lingkup Berisi tentang penjelasan tujuan dibuatnya prosedur dan alasan mengapa prosedur tersebut dibutuhkan serta penjelasan batasan-batasan dan area pembahasan prosedur yang dibuat. 3) Prosedur Prosedur merupakan bagian utama dari dokumen. Prosedur yang dibuat merupakan gambaran dari suatu proses yang menjelaskan dalam detail setiap urutan prosesnya. Form yang digunakan pada suatu proses juga dijelaskan. 4) Tugas dan Tanggung Jawab Berisi tentang tugas dan tanggung jawab masing-masing pihak yang terkait dalam suatu proses Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur Ada tujuh tahapan atau langkah yang dapat digunakan untuk membuat suatu prosedur yang baik dan memaksimalkan semua potensi yang ada, antara lain sebagai berikut : 1) Menentukan tujuan yang ingin dicapai. Langkah awal yang harus dilakukan adalah menentukan tujuan yang ingin dicapai. Suatu prosedur akan berjalan dengan baik apabila dirancang dengan tujuan yang spesifik yang

11 ingin dicapai. Selanjutnya menentukan tujuan akhir oleh perusahaan melalui manajemen yang baik dengan SOP yang sudah dibuat. 2) Membuat rancangan awal. Setelah tujuan selesai dibuat, langkah selanjutnya adalah menentukan bentuk SOP yang akan digunakan. Jika bentuk awalnya adalah flowchart, langkah awalnya adalah menentukan point utama yang menjadi pokok permasalahan. Selanjutnya, menentukan keputusan tentang apa yang dibutuhkan oleh karyawan untuk dilakukan tindakan penanganannya. Dalam membuat rancangan awal disarankan tidak membuat secara detail, sampai didapatkan prosedur yang benar-benar sesuai dengan kenyataan. 3) Melakukan evaluasi internal. Setelah prosedur selesai dibuat, lakukan evaluasi dengan cara menyerahkan prosedur kepada orang-orang yang bersangkutan. Dengan menyerahkan tersebut diharapkan dapat menerima saran-saran perbaikan sehingga dapat dilakukan perbaikan supaya menjadi mengerti dan lebih akurat. 4) Melakukan evaluasi eksternal. Hal yang paling penting dalam melakukan evaluasi eksternal adalah keberadaan tim penasehat yang berasal dari perusahaan. Tim penasehat tersebut akan menilai dan mengevaluasi secara murni berdasarkan ilmu yang dimiliki dan hasil perbandingan dengan perusahaan lain yang sejenis. 5) Melakukan uji coba. Satu-satunya cara untuk mengetahui prosedur yang dibuat sudah efektif yaitu dengan mencoba menjalankan langsung prosedur tersebut. Setelah dijalankan langsung, maka akan diketahui apakah ada langkah-langkah pada prosedur yang tidak benar dan tidak sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. 6) Menempatkan prosedur pada unit terkait. Setelah dilakukan uji coba, SOP diletakan pada bagian atau unit yang terkait. Peletakan SOP sebaiknya pada tempat yang memungkinkan setiap orang yang berkepentingan dapat melihat dengan mudah. Jika memungkinkan, prosedur dicetak dalam ukuran yang besar sehingga para operator dapat dengan mudah melihat dan membacanya. 7) Menjalankan prosedur yang sudah dibuat.

12 Langkah terakhir yang harus dilakukan dalam pembuatan SOP adalah menjalankan prosedur yang sudah dibuat sesuai dengan rancangan yang sudah dibuat. Pastikan semua pihak bersangkutan mengerti mengapa pelaksanaan SOP harus benar-benar dijalankan. ( Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Perusahaan Toshiba Perusahaan Toshiba menjalankan Anzen Daiichi atau K3 dengan membuat peraturan atau pedoman-pedoman kerja berupa SOP (Standar Operasional Prosedur) yang menyangkut keselamatan dan kesehatan kerja. Manajemen pengelolaan keselamatan dan kesehatan kerja sangat menentukan, karena suatu organisasi dengan program keselamatan kerja yang baik, tidak akan berhasil tanpa dukungan dari manajemen. Dukungan dari manajemen dapat dibuat dengan tertulis bahwa manajemen mempunyai komitmen terhadap keselamatan dan kesehatan kerja, dan dukungan tersebut harus diikuti dengan penyediaan dana dan perhatian yang cukup. Peraturan perusahaan dapat bersifat umum dan khusus. Peraturan perusahaan yang bersifat umum berlaku untuk seluruh kegiatan yang ada. Peraturan yang bersifat khusus dibuat pada masing-masing kegiatan, karena masing-masing kegiatan tersebut memiliki potensi bahaya yang berbeda, sehingga harus dibuat peraturan khusus yang lebih spesifik. ( 2.8 Pengertian Alat Anzen Daiichi Secara Umum Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja dan orang di sekelilingnya. Agar karyawan merasa aman dan terhindar dari kecelakaan kerja, maka karyawan harus menggunakan alat perlindungan diri. ( Jenis-jenis APD 1) Alat Pelindung Kepala Topi Pelindung atau Pengaman (Safety Helmet): Melindungi kepala dari benda keras, pukulan dan benturan, terjatuh dan terkena arus listrik. 2) Alat Pelindung mata dan muka Melindungi muka dan mata dari lemparan benda-benda kecil, benda-benda panas, pengaruh cahaya, dan pengaruh radiasi tertentu. 3) Alat Pelindung Telinga

13 Penutup telingga (earplug) : Dapat mengurangi intensitas suara 10 s/d 15 db. Tutup telinga ( ear muff ): Dapat mengurangi intensitas suara 20 s/d 30 db. 4) Safety Belt Berguna untuk melindungi tubuh dari kemungkinan terjatuh, biasanya digunakan pada pekerjaan konstruksi dan memanjat. Harus dapat menahan beban sebesar 80 Kg. 5) Alat Pelindung Pernafasan Masker berguna untuk melindungi debu atau partikel-partikel yang lebih besar yang masuk dalam pernafasan, dapat terbuat dari kain dengan ukuran pori-pori tertentu Kelemahan APD Kemampuan perlindungan yang tak sempurna karena (memakai APD yang kurang tepat,cara pemakaian APD yang salah, APD tak memenuhi persyaratan standar), APD yang sangat sensitive terhadap perubahan tertentu, dan APD dapat menularkan penyakit, bila dipakai berganti-ganti. ( Selain itu, dasar hukum menyatakan bahwa peralatan perlindungan diri berdasarkan pada Undang-undang No. 1 Tahun 1970 Bab IX pasal 13 tentang kewajiban bila memasuki tempat kerja yang berbunyi: Barang siapa akan memasuki tempat kerja, diwajibkan mentaati semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan. ( Semua jenis APD harus digunakan sebagaimana mestinya, APD digunakan dengan pedoman yang benar-benar sesuai standard keselamatan dan kesehatan kerja, agar para karyawan bisa bekerja dengan aman. 2.9 Penggunaan Alat Anzen Daiichi pada Perusahaan Penggunaan Alat Anzen Daiichi Perusahaan Toshiba Perusahaan Toshiba memiliki alat keselamatan kerja sebagai berikut: pelindung mata, pelindung wajah, pelindung kepala, alat respirator (sistem pernapasan), pakaian anti panas (melindungi badan), dan sepatu safety (kaki). ( Penggunaan Alat Anzen Daiichi Perusahaan Sanyo Perusahaan Sanyo adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi elektronik, dimana proses produksinya diharuskan selalu hygiene, serta menggunakan bahan kimia, dan suhu ruangan yang dingin. Oleh karena itu, karyawan yang menangani proses produksi

14 diharuskan menggunakan pakaian, tutup kepala, masker dan sepatu yang bersih apabila masuk ruang produksi. APD (alat pelindung diri) tersebut digunakan untuk melindungi karyawan dari suhu dingin di ruangan sehingga tidak menganggu kesehatan karyawan serta gerakan karyawan saat bekerja dan melindungi kulit karyawan dari tumpahan maupun cipratan bahan kimia. Sedangkan penyediaan masker oleh perusahaan ini juga sudah tepat karena dengan menggunakan masker, pernapasan karyawan terlindungi dari paparan bahan kimia yang dapat menyebabkan ISPA. Selain itu, Hal ini bukan hanya untuk menjamin kebersihan komponen yang digunakan untuk memproduksi elektronik tetapi juga untuk menjamin keselamatan dan kesehatan para karyawan selama bekerja. Perusahaan juga mempunyai area yang menghasilkan kebisingan, yaitu area produksi, mechanical room dan genset. Pada area genset disediakan pelindung telinga, jenis pelindung telinga yang digunakan adalah earplug dan ear muff. (Annisa Mausulli, 2010:111) Penggunaan Alat Anzen Daiichi Perusahaan Toyota Perusahaan Toyota mempunyai Alat Pelindung Diri pada Peraturan Kerja 1992 yang harus digunakan oleh karyawan sebagai berikut: Pelindung Kepala (Helm), Pelindung Mata (Kacamata), Pelindung wajah (kedok las) Pelindung Hidung (masker), Pelindung Telinga (ear plug dan ear muff), Pelindung Tangan (sarung tangan), Pelindung badan (baju khusus), Pelindung kaki (sepatu safety), Sabuk Pengaman (Safety belt). Sumber Modul K3 ( Keselamatan dan Kesehatan Kerja : PT TMMI (Toyota Motor Manufacturing Indonesia) Divisi Castimg-Core RCS.

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB IV HASIL DAN ANALISA BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1. Penerapan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Di Proyek Penerapan Program K3 di proyek ini di anggap penting karena pada dasarnya keselamatan dan kesehatan kerja

Lebih terperinci

BAB IV IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

BAB IV IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BAB IV IDENTIFIKASI PERMASALAHAN 4.1 Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Terjadinya kecelakaan kerja merupakan suatu kerugian baik itu bagi korban kecelakaan kerja maupun terhadap perusahaan (Organisasi),

Lebih terperinci

MENERAPKAN PROSEDUR KEAMANAN, KESELAMATAN DAN KESEHATAN DI TEMPAT KERJA

MENERAPKAN PROSEDUR KEAMANAN, KESELAMATAN DAN KESEHATAN DI TEMPAT KERJA MENERAPKAN PROSEDUR KEAMANAN, KESELAMATAN DAN KESEHATAN DI TEMPAT KERJA Oleh : Dr. Azwar Djauhari MSc Disampaikan pada : Kuliah Blok 22 Kesehatan Kerja Tahun Ajaran 2013 / 2014 Fakulyas Kedokteran dan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. keselamatan kerja yang diantaranya adalah program Lock Out Tag

BAB V PEMBAHASAN. keselamatan kerja yang diantaranya adalah program Lock Out Tag BAB V PEMBAHASAN Dari hasil penelitian PT. Bina Guna Kimia telah melaksanakan programprogram keselamatan kerja yang diantaranya adalah program Lock Out Tag Out (LOTO) dan Line Breaking merupakan program

Lebih terperinci

Hirarki Pengendalian Potensi Bahaya K3

Hirarki Pengendalian Potensi Bahaya K3 ALAT PELINDUNG DIRI DEFINISI APD adalah seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh/sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya/kecelakaan kerja. APD dipakai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Suatu proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian yang hanya satu kali yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Selain itu, proyek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja karyawan. Di samping itu, Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah

BAB I PENDAHULUAN. kerja karyawan. Di samping itu, Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan hak asasi karyawan dan salah satu syarat untuk dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Di samping itu, Keselamatan

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DENGAN BENAR NO. KODE : INA.5230.223.23.01.07

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN V ALAT PELINDUNG DIRI

PEMBELAJARAN V ALAT PELINDUNG DIRI PEMBELAJARAN V ALAT PELINDUNG DIRI A) KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR: 1. Menguasai berbagai macam alat pelindung diri (APD) terutama dalam bidang busana 2. Memahami pentingnya penggunaan APD dalam pekerjaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Identifikasi Potensi Bahaya Identifikasi bahaya yang dilakukan mengenai jenis potensi bahaya, risiko bahaya, dan pengendalian yang dilakukan. Setelah identifikasi bahaya dilakukan,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. identifikasi kebutuhan dan syarat APD didapatkan bahwa instalasi laundry

BAB V PEMBAHASAN. identifikasi kebutuhan dan syarat APD didapatkan bahwa instalasi laundry BAB V PEMBAHASAN A. Identifikasi Kebutuhan dan Syarat APD Dari hasil pengamatan dan observasi yang telah dilakukan penulis di Instalasi Laundry Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. Soeharso Surakarta, dalam

Lebih terperinci

PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DI PT X LAMPUNG TENGAH

PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DI PT X LAMPUNG TENGAH PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DI PT X LAMPUNG TENGAH Mutiara Dwi Putri, Sutarni, Marlinda Apriyani 1 Mahasiswa, 2 Dosen Politeknik Negeri Lampung 1, 3 Dosen Politeknik Negeri Lampung 2

Lebih terperinci

KUISIONER PENELITIAN

KUISIONER PENELITIAN Lampiran 1 KUISIONER PENELITIAN PENGARUH PENERAPAN MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN KONDISI LINGKUNGAN KERJA TERHADAP PERILAKU KESELAMATAN KARYAWAN PT PDSI RANTAU ACEH TAMIANG TAHUN 2014 I.

Lebih terperinci

HEALTH, SAFETY, ENVIRONMENT ( HSE ) DEPARTMENT PT. GRAHAINDO JAYA GENERAL CONTRACTOR

HEALTH, SAFETY, ENVIRONMENT ( HSE ) DEPARTMENT PT. GRAHAINDO JAYA GENERAL CONTRACTOR HEALTH, SAFETY, ENVIRONMENT ( HSE ) DEPARTMENT STRUKTUR ORGANISASI HSE PROJECT MANAGER Ir. P Tanudjaja HSE OFFICER Suharso HSE SUPERVISOR Widianto HSE SUPERVISOR Deni Santoso HSE STAFF Jauhari J HSE STAFF

Lebih terperinci

Definisi dan Tujuan keselamatan kerja

Definisi dan Tujuan keselamatan kerja Definisi dan Tujuan keselamatan kerja Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan & proses pengolahannya, landasan tempat kerja & lingkungannya serta cara-cara

Lebih terperinci

PT MEIWA KOGYO INDONESIA.Slogan Safety First.KARAWANG: 15 JUNI 2016

PT MEIWA KOGYO INDONESIA.Slogan Safety First.KARAWANG: 15 JUNI 2016 PT MEIWA KOGYO INDONESIA.Slogan Safety First.KARAWANG: 15 JUNI 2016 MOTTO SAFETY FIRST PT. MEIWA KOGYO INDONESIA ( MADING KORIDOR DAN MADING KANTIN. 14 06 2016 ). PT MEIWA KOGYO INDONESIA.Motto Safety

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. TM PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Madiun telah diperoleh

BAB V PEMBAHASAN. TM PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Madiun telah diperoleh BAB V PEMBAHASAN A. Identifikasi Potensi Bahaya Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis di PDKB TM PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Madiun telah diperoleh gambaran mengenai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Proyek Konstruksi Suatu proyek konstruksi biasanya merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek.selain itu,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Area dari keselamatan kerja dalam dunia rekayasa mencakup keterlibatan manusia baik para pekerja, klien, maupun pemilik perusahaan. Menurut Goetsch

Lebih terperinci

MEMPELAJARI PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PT KOMATSU INDONESIA

MEMPELAJARI PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PT KOMATSU INDONESIA MEMPELAJARI PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PT KOMATSU INDONESIA Nama : Fidhini Nurfidiah Firanti NPM : 33413439 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Asep Mohamad Noor, MT. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

1. Kemampuan perlindungan yang tak sempurna karena memakai APD yang kurang tepatdan perawatannya yang tidak baik

1. Kemampuan perlindungan yang tak sempurna karena memakai APD yang kurang tepatdan perawatannya yang tidak baik A. Pengertian Alat Pelindung Diri Alat Pelindung Diri (APD) merupakan kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang

Lebih terperinci

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi, BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi, pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan sumberdaya manusia untuk mencapai

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DENGAN BENAR NO. KODE : INA.5230.223.23.01.07

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada bidang konstruksi bangunan merupakan salah satu yang berpengaruh besar dalam mendukung perkembangan pembangunan di Indonesia. Dengan banyaknya perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kesadaran Menurut Hasibuan (2012:193), kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Menurut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu bangunan yang membutuhkan sumber daya, baik biaya, tenaga kerja,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu bangunan yang membutuhkan sumber daya, baik biaya, tenaga kerja, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Proyek konstruksi adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mendirikan suatu bangunan yang membutuhkan sumber daya, baik biaya, tenaga kerja, material, dan

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN BAB I KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

BAB II PROSES BISNIS PT. INDONESIA POWER UBP KAMOJANG

BAB II PROSES BISNIS PT. INDONESIA POWER UBP KAMOJANG BAB II PROSES BISNIS PT. INDONESIA POWER UBP KAMOJANG PT. Indonesia Power UBP Kamojang saat ini telah menerapkan sistem manajemen terpadu, dengan tiga sub sistemnya yang terdiri dari Sistem Manajemen Mutu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis material baik untuk konstruksi utama maupun untuk accessories tambahan

BAB I PENDAHULUAN. jenis material baik untuk konstruksi utama maupun untuk accessories tambahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Maraknya pembangunan di bidang offshore yang membutuhkan berbagai jenis material baik untuk konstruksi utama maupun untuk accessories tambahan membuat perusahaan

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB I. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Rizka Novi Sesanti KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

CONTOH (SAMPLE) Penerapan Sistem K3LM Proyek Konstruksi

CONTOH (SAMPLE) Penerapan Sistem K3LM Proyek Konstruksi CONTOH (SAMPLE) Penerapan Sistem K3LM Proyek Konstruksi KEBIJAKAN K3 Konstruksi VISI PERUSAHAAN MENJADI BADAN USAHA TERKEMUKA DIBIDANG KONSTRUKSI, yang mengandung arti Menduduki posisi 3 besar dalam pencapaian

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG SIPIL. Tukang Pasang Bata Pelaksanaan K3 F.45 TPB I 01 BUKU PENILAIAN

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG SIPIL. Tukang Pasang Bata Pelaksanaan K3 F.45 TPB I 01 BUKU PENILAIAN MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG SIPIL Tukang Pasang Bata Pelaksanaan K3 BUKU PENILAIAN DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB I KONSEP PENILAIAN... 2 1.1. Metode Penilaian oleh

Lebih terperinci

SL : Selalu KD : Kadang-kadang SR : Sering TP : Tidak Pernah

SL : Selalu KD : Kadang-kadang SR : Sering TP : Tidak Pernah No. Responden : KUESIONER PENELITIAN KEPATUHAN PENGGUNAAN APD, PENGETAHUAN TENTANG RISIKO PEKERJAAN KONSTRUKSI PEKERJA KONSTRUKSI DAN SIKAP TERHADAP PENGGUNAAN APD DI PROYEK PEMBANGUNAN APARTEMEN U-RESIDENCE

Lebih terperinci

MODUL 3 KESELAMATAN KERJA (Kebijakan dan Prosedur K3)

MODUL 3 KESELAMATAN KERJA (Kebijakan dan Prosedur K3) MODUL 3 KESELAMATAN KERJA (Kebijakan dan Prosedur K3) TINGKAT : XI PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs. SOEBANDONO LEMBAR KERJA SISWA 3 A. PERSPEKTIF Pekerjaan jasa

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN (K3L) NO. KODE :.P BUKU PENILAIAN DAFTAR

Lebih terperinci

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) MEKANIK PADA STASIUN BOILER PT X

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) MEKANIK PADA STASIUN BOILER PT X KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) MEKANIK PADA STASIUN BOILER PT X Hendri Van Hoten 1), Afdhal Kurniawan Mainil 1), Agung Imam Permadi 2) 1) Dosen Jurusan Teknik Mesin Univ. Bengkulu, 2) Mahasiswa Jurusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan memiliki bermacam-macam arti, masing-masing bidang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan memiliki bermacam-macam arti, masing-masing bidang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kepuasan Kepuasan memiliki bermacam-macam arti, masing-masing bidang pengetahuan memiliki pengertian yang berlainan tentang kepuasan, adapun berbagai macam pengertian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang ketenaga kerjaan yakni penyegelan asset perusahaan jika melanggar

BAB I PENDAHULUAN. tentang ketenaga kerjaan yakni penyegelan asset perusahaan jika melanggar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya tingginya tingkat kecelakaan kerja dan rendahnya tingkat derajat kesehatan kerja di indonesia disebabkan minimnya kesadaran pengusaha untuk menerapkan Kesehatan

Lebih terperinci

Lampiran 1 LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN. Responden yang saya hormati,

Lampiran 1 LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN. Responden yang saya hormati, Lampiran 1 LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN Responden yang saya hormati, Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah Mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Esa

Lebih terperinci

MEMPELAJARI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) DI CV. INOTEK KIMIA UTAMA

MEMPELAJARI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) DI CV. INOTEK KIMIA UTAMA MEMPELAJARI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) DI CV. INOTEK KIMIA UTAMA Disusun oleh: Muchamad Firdaus T 32411607 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA BEKASI 2015

Lebih terperinci

BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG

BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DAN LINGKUNGAN F.45...... 01 BUKU KERJA 2011 K E M E N T E R I AN P E K E R

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipelihara dan dikembangkan.oleh karena itu karyawan harus mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. dipelihara dan dikembangkan.oleh karena itu karyawan harus mendapatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sumber daya manusia merupakan peranan penting bagi keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan, karena manusia merupakan aset hidup yang perlu dipelihara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan di setiap tempat kerja sebagaimana yang diamanatkan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 dan UU No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, merupakan kewajiban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu cara untuk melindungi para karyawan dari bahaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu cara untuk melindungi para karyawan dari bahaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu cara untuk melindungi para karyawan dari bahaya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja selama bekerja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memakai peralatan yang safety sebanyak 32,12% (Jamsostek, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. memakai peralatan yang safety sebanyak 32,12% (Jamsostek, 2014). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan kerja merupakan faktor penting yang harus diperhatikan dan dikondisikan oleh pihak perusahaan. Dengan kondisi keselamatan kerja yang baik pekerja dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi juga memiliki karakteristik yang bersifat unik, membutuhkan sumber

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi juga memiliki karakteristik yang bersifat unik, membutuhkan sumber BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Suatu proyek konstruksi merupakan suatu rangkian yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Selain itu, proyek konstruksi juga memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga

Lebih terperinci

PERSEPSI TERHADAP APD

PERSEPSI TERHADAP APD A. Data Responden 1. Umur :... tahun 2. Pendidikan : D1 D3 S1 3. Lama Bekerja : < 1 thn 1 5 thn > 5 thn 4. Status Kerja : Karyawan Tetap Karyawan Kontrak B. Pernyataan Untuk Aspek pengetahuan Petunjuk

Lebih terperinci

PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS)

PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS) SIR 01 = KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS) 2007 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN

Lebih terperinci

BENTUK RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONTRAK (RK3K) I. BENTUK RK3K USULAN PENAWARAN DAFTAR ISI

BENTUK RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONTRAK (RK3K) I. BENTUK RK3K USULAN PENAWARAN DAFTAR ISI BENTUK RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONTRAK (RK3K) I. BENTUK RK3K USULAN PENAWARAN CONTOH... [Logo & Nama Perusahaan] RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONTRAK (RK3K) [digunakan untuk

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT KWM adalah perusahaan yang bergerak di industri manufaktur aksesoris garmen yang terbuat dari timah dan menerima pesanan pewarnaan metal. Berdasarkan hasil pengamatan, permasalahan yang paling

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN (K3L) NO. KODE :.K BUKU KERJA DAFTAR

Lebih terperinci

PENGELOLAAN OPERASI K3 PERTEMUAN #6 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

PENGELOLAAN OPERASI K3 PERTEMUAN #6 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI PENGELOLAAN OPERASI K3 PERTEMUAN #6 TKT302 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Suatu proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Selain itu, proyek konstruksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pabrik (plant atau factory) adalah tempat di mana faktor-faktor industri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pabrik (plant atau factory) adalah tempat di mana faktor-faktor industri BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Organisasi Pabrikan Pabrik (plant atau factory) adalah tempat di mana faktor-faktor industri seperti manusia, alat, material, energi uang (modal/capital), informasi dan sumber

Lebih terperinci

Alat Pelindung Diri Kuliah 8

Alat Pelindung Diri Kuliah 8 Alat Pelindung Diri Kuliah 8 Menurut OSHA atau Occupational Safety and Health Administration i i Personal protective equipment atau alat pelindung diri (APD) didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI JENIS BAHAYA & RESIKO K3

IDENTIFIKASI JENIS BAHAYA & RESIKO K3 CV. KARYA BHAKTI USAHA Jampirejo Timur No 351 Temanggung PRA RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONTRAK (PRARK3K) Disiapkan untuk pekerjaan: Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kali Pacar 1. KEBIJAKAN K3

Lebih terperinci

PERALATAN PERLINDUNGAN DIRI

PERALATAN PERLINDUNGAN DIRI PAKAIAN KERJA 1. Pemilihan pakaian harus diperhitungkan kerja kemungkinan bahaya yang akan dialami pekerja. 2. Pakaian harus sesuai dengan ukuran dan tidak menghalangi kerja 3. Pakaian yang longgar/dasi

Lebih terperinci

J udul Dokumen : R IWAYAT REVISI MANUAL SISTEM MANAJEMEN K3 MANUAL K3 M - SPS - P2K3. Perubahan Dokumen : Revisi ke Tanggal Halaman Perubahan

J udul Dokumen : R IWAYAT REVISI MANUAL SISTEM MANAJEMEN K3 MANUAL K3 M - SPS - P2K3. Perubahan Dokumen : Revisi ke Tanggal Halaman Perubahan Kode Dokumentasi : M SPS SMK3 Halaman : 1 dari 2 J udul Dokumen : M - SPS - P2K3 Dokumen ini adalah properti dari PT SENTRA PRIMA SERVICES Tgl Efektif : 09 Februari 2015 Dibuat Oleh, Disetujui Oleh, Andhi

Lebih terperinci

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Hand-out Industrial Safety Dr.Ir. Harinaldi, M.Eng Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Tempat Kerja Produk/jasa Kualitas tinggi Biaya minimum Safety comes

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SERTA LINGKUNGAN HIDUP KODE UNIT KOMPETENSI:

Lebih terperinci

MODUL SIB 01 : KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

MODUL SIB 01 : KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PELATIHAN SITE INSPECTOR OF BRIDGE (INSPEKTUR PEKERJAAN LAPANGAN PEKERJAAN JEMBATAN) MODUL SIB 01 : KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA 2006 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER

Lebih terperinci

#7 PENGELOLAAN OPERASI K3

#7 PENGELOLAAN OPERASI K3 #7 PENGELOLAAN OPERASI K3 Dalam pengelolaan operasi manajemen K3, terdapat beberapa persyaratan yang dapat dijadikan suatu rujukan, yaitu: 1. OHSAS 18001 2. Permenaker 05/MEN/1996 Persyaratan OHSAS 18001

Lebih terperinci

Peralatan Perlindungan Pekerja

Peralatan Perlindungan Pekerja Oleh: 2013 Peralatan Proteksi Keselamatan Kerja Reference : Hamid R. Kavianian & Charles A. Wentz. 1990. Occuputional & Enviromental Safety Engineering & Management. 1. John Wiley & Sons Inc. New York

Lebih terperinci

MEMPELAJARI TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT. COCA-COLA BOTLING INDONESIA. Disusun Oleh :

MEMPELAJARI TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT. COCA-COLA BOTLING INDONESIA. Disusun Oleh : MEMPELAJARI TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT. COCA-COLA BOTLING INDONESIA Disusun Oleh : Nama : Delia Eka Sekar Sari NPM : 31412810 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Hotniar Siringoringo,

Lebih terperinci

PROSEDUR TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI (APD)

PROSEDUR TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PROSEDUR TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI (APD) 1. TUJUAN & PENDAHULUAN 1.1 Pedoman ini antara lain menguraikan tanggung jawab, evaluasi bahaya, jenis alat pelindung diri dan pemilihannya, kualifikasi fisik,

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG PENERAPAN KETENTUAN K3 DAN KETENTUAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN DI TEMPAT KERJA

Lebih terperinci

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN P T Darma Henwa Tbk PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN TATA KELOLA PERUSAHAAN PT Darma Henwa Tbk DAFTAR ISI Kata Pengantar 3 BAB I PENGANTAR. 4 1. Mengenal Good Corporate Governance (GCG) 4 2.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Keselamatan Kerja Tarwaka (2008: 4) mengatakan bahwa keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan,

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 MANDOR PERKERASAN JALAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 MANDOR PERKERASAN JALAN MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 MANDOR PERKERASAN JALAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN (K3L) NO. KODE : -P BUKU PENILAIAN DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

ALAT-ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DI LABORATORIUM

ALAT-ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DI LABORATORIUM ALAT-ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DI LABORATORIUM Alat Pelindung Diri adalah salah satu alat yang harus tersedia di laboratorium. Digunakan untuk perlindungan badan, mata, pernapasan dan kaki. Peralatan dan

Lebih terperinci

MEMPELAJARI PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT. HITACHI CONSTRUCTION MACHINERY INDONESIA

MEMPELAJARI PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT. HITACHI CONSTRUCTION MACHINERY INDONESIA MEMPELAJARI PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT. HITACHI CONSTRUCTION MACHINERY INDONESIA Nama : Indah Wulandari NPM : 34413373 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Stephanus Benedictus Bera

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN MAGANG

BAB III PELAKSANAAN MAGANG BAB III PELAKSANAAN MAGANG 3.1 Pengenalan Lingkungan Kerja Penulis memulai praktek pelaksanaan kerja atau magang pada Kantor Pusat Perum BULOG selama satu bulan yang dimulai dari tanggal 01 sampai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan dunia industri yang pesat tidak hanya ditandai dengan adanya persaingan yang ketat antar perusahaan. Namun, penggunaan teknologi dan material yang berbahaya

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI DENGAN PERILAKU PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA PEKERJA KONSTRUKSI DI PT.NUSA KONTRUKSI ENJINIRING Identitas peneliti: Nama : Hasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan dalam perkembangan dunia perindustrian di Indonesia. Inovasi tiada henti dan berkelanjutan yang dilakukan

Lebih terperinci

DIREKTORAT TEKNIK DAN LINGKUNGAN MINERAL DAN BATUBARA DIREKTORAT TEKNIK DAN LINGKUNGAN MINERAL DAN BATUBARA 0,8 0,6 0,4 0,2. Ringan Berat Mati 0,69

DIREKTORAT TEKNIK DAN LINGKUNGAN MINERAL DAN BATUBARA DIREKTORAT TEKNIK DAN LINGKUNGAN MINERAL DAN BATUBARA 0,8 0,6 0,4 0,2. Ringan Berat Mati 0,69 1 200 150 100 50 0 0 1 2008 2 2009 Ringan Berat Mati 3 2010 4 2011 5 2012 6 2013 No. Tahun RINGAN BERAT MATI TOTAL 1 2008 162 74 19 285 2 2009 176 83 44 303 3 2010 100 94 15 209 4 2011 94 101 22 217 5

Lebih terperinci

KODE ETIK PT DUTA INTIDAYA, TBK.

KODE ETIK PT DUTA INTIDAYA, TBK. KODE ETIK PT DUTA INTIDAYA, TBK. PENDAHULUAN Tata kelola perusahaan yang baik merupakan suatu persyaratan dalam pengembangan global dari kegiatan usaha perusahaan dan peningkatan citra perusahaan. PT Duta

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Daftar Isi

Kata Pengantar. Daftar Isi Kata Pengantar Daftar Isi Oiltanking berkomitmen untuk menjalankan semua kegiatan usaha dengan cara yang aman dan efisien. Tujuan kami adalah untuk mencegah semua kecelakaan, cidera dan penyakit akibat

Lebih terperinci

PT BRANTAS ABIPRAYA (PERSERO)

PT BRANTAS ABIPRAYA (PERSERO) PT BRANTAS ABIPRAYA (PERSERO) Sistem suatu kondisi harmonis dan interaksi yang teratur Manajemen suatu proses yang terdiri dari rangkaian kegiatan, seperti perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Menurut Mangkunegara (dalam Sayuti, 2013:196) kesehatan kerja adalah kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental emosi, atau

Lebih terperinci

ANALISIS KEPENTINGAN DAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (STUDI KASUS PROYEK GEDUNG P1 DAN P2 UKP)

ANALISIS KEPENTINGAN DAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (STUDI KASUS PROYEK GEDUNG P1 DAN P2 UKP) ANALISIS KEPENTINGAN DAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (STUDI KASUS PROYEK GEDUNG P1 DAN P2 UKP) Caesario Alam Widjaja S 1, Heryanto Hartadi 2 and Ratna S. Alifen 3 ABSTRAK

Lebih terperinci

Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek Oleh: Arrigo Dirgantara

Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek Oleh: Arrigo Dirgantara Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek 2012 Oleh: Arrigo Dirgantara 1106069664 Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Indonesia 2012 Pertanyaan:

Lebih terperinci

PELATIHAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA Oleh : Agus Yulianto

PELATIHAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA Oleh : Agus Yulianto PELATIHAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA Oleh : Agus Yulianto Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN th > 49 th 2 9. Tidak Tamat SD - - Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat Akademi/PT - -

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN th > 49 th 2 9. Tidak Tamat SD - - Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat Akademi/PT - - 28 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Karakteristik Responden Tabel 4.1 Tabel Karakteristik Responden Petugas Kebersihan Jalan Kabupaten Madiun Tahun 2017 Variabel Frekuensi Persentase Umur 17 48

Lebih terperinci

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri dan produknya baik formal maupun informal mempunyai dampak positif dan negatif kepada manusia, di satu pihak akan memberikan keuntungan, tetapi di pihak

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN. 7.1 Prosedur Kerja perusahaan dan prosedur kerja yang diterapkan oleh

BAB VII PEMBAHASAN. 7.1 Prosedur Kerja perusahaan dan prosedur kerja yang diterapkan oleh BAB VII PEMBAHASAN 7.1 Prosedur Kerja perusahaan dan prosedur kerja yang diterapkan oleh Prosedur kerja yang diterapkan oleh pekerja las asetilin di bagian Rangka Bawah PT. Kereta Api belum sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebuah perusahaan dalam melakukan aktivitas kontruksi harus memenuhi unsur keselamatan dan kesehatan kerja. Dalam kegiatan konstruksi kecelakaan dapat terjadi

Lebih terperinci

KEBIJAKAN ALKOHOL DAN OBAT TERLARANG PT BENING TUNGGAL MANDIRI

KEBIJAKAN ALKOHOL DAN OBAT TERLARANG PT BENING TUNGGAL MANDIRI KEBIJAKAN ALKOHOL DAN OBAT TERLARANG PT BENING TUNGGAL MANDIRI Kami PT Bening Tunggal Mandiri berkomitmen untuk melaksanakan kegiatan bisnis perusahaan berdasarkan aspek HSE. PT Bening Tunggal Mandiri

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii v vii viii x BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1.2 Perumusan Masalah...

Lebih terperinci

ABSTRAK. Laporan Tugas Akhir

ABSTRAK. Laporan Tugas Akhir ABSTRAK. Pada bagian proses produksi mochi kacang, pemilik pabrik ingin meningkatkan produktivitas tenaga kerjanya dengan cara memperbaiki kondisi di pabrik. Pada pabrik mochi ini terdapat beberapa masalah

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 1. Fasilitas Fisik saat ini yang ada pada ruangan motion capture adalah: Meja komputer Kursi komputer Pintu ruangan Kondisi fasilitas fisik yang tidak ergonomis

Lebih terperinci

diakses pada tanggal 6 Agustus 2009

diakses pada tanggal 6 Agustus 2009 www.okleqs.worpress.com/2008/01/01/tanggap-darurat-kecelakaan-industri/, diakses pada tanggal 6 Agustus 2009 www.okleqs.wordpress.com/2008/01/03/emergensi-respons, diakses pada tanggal 6 Agustus 2009 www.okleqs.wordpress.com/2008/01/03/was-dal-tanggap-darurat/,

Lebih terperinci

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DI SMK

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DI SMK 46 KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DI SMK Didin Komarudin 1, Wowo S. Kuswana 2, Ridwan A.M. Noor 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia Jl. Dr. Setiabudhi No. 207 Bandung

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN OPERATOR FORKLIFT BATTERY

MATERI PELATIHAN OPERATOR FORKLIFT BATTERY MATERI PELATIHAN OPERATOR FORKLIFT BATTERY MANFAAT DAN TUJUAN Untuk membekali operator forklift dengan pengetahuan dan keahlian tentang pengoperasian dan keselamatan forklift sehingga menjadi operator

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menekankan pada perlunya costumer satisfaction dalam menjalankan usahanya,

BAB 1 PENDAHULUAN. menekankan pada perlunya costumer satisfaction dalam menjalankan usahanya, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini perkembangan secara global terjadi didalam bidang teknologi dan informasi, dengan perkembangan secara cepat ini menyebabkan persaingan di antara perusahaan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM

LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM BAGI PENYEDIA JASA Elemen-elemen yang harus dilaksanakan oleh

Lebih terperinci

BAB I KONSEP PENILAIAN

BAB I KONSEP PENILAIAN BAB I KONSEP PENILAIAN 1.1. Bagaimana Instruktur akan Menilai Dalam sistem berdasarkan Kompetensi, penilai akan mengumpulkan bukti dan membuat pertimbangan mengenai pengetahuan, pemahaman dan unjuk kerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja 1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah sistem yang berhubungan semua unsur yang berada dalam

Lebih terperinci