BAB II LANDASAN TEORI. kumpulan puisi Lalu Aku karya Radhar Panca Dahana. Dalam penelitian ini, peneliti

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. kumpulan puisi Lalu Aku karya Radhar Panca Dahana. Dalam penelitian ini, peneliti"

Transkripsi

1 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan Penelitian relevan yang terkait dengan penelitian yang sedang dilakukan peneliti adalah persamaan tentang sumber data yang menjadi objek kajian yaitu kumpulan puisi Lalu Aku karya Radhar Panca Dahana. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha melihat bagaimana cara pengarang menujukan kecintaannya kepada Tuhan melalui sebuah simbol-simbol dalam sebuah puisi dengan menindaklanjuti dari karya-karya pengarang terdahulu. Adapun dari penelitian terdahulu, pengarang lebih cenderung mengarahkan pandangan-pandangannya terhadap dunia sosial-politik yang mana tidak ditemui adanya upaya kencintaan terhadap Tuhan dari pengarang itu sendiri. Dengan adanya simbol-simbol religi dalam kumpulan puisi Lalu Aku ini, peneliti berusaha melihat bagaimana cara pandang pengarang terhadap Tuhannya. Oleh karena itu, berikut penelitian relevan yang menjadi acuan peneliti dalam melakukan penelian ini: Salihati (2012) melakukan penelitian yang berjudul Kritik Sosial dalam Kumpulan Puisi Lalu Aku Karya Radhar Panca Dahana: Tinjauan Sosiologi sastra. Penelitian ini termasuk dalam penelitian dekriptif-kualitatif dengan teknik analisis data dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling (sampel bertujuan). 8

2 9 Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teori dialektik Goldman melalui konsep pemahaman-penjelasan. Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah unsur struktur puisi berupa (1) metode puisi: diksi, pengimajian, kata konkret, majas, versifikasi dan tipografi; (2) hakikat puisi: tema, nada, perasaan, dan amanat. Struktur puisi tersebut menunjukkan keutuhan, keterkaitan dan kebulatan antara satu dengan yang lain. Berdasarkan hasil pembacaan sosiologi sastra ditemukan kritik sosial meliputi (1) Kritik sosial terhadap modernitas tampak dalam puisi Dunia Fantasi, Lelaki Tua Stasiun Kota, dan Batubatu Menggeser Waktu, Acehku, (2) Kritik sosial terhadap kekuasaan tampak dalam puisi Panggung Tuamu, Sobatku, (3) Kritik sosial terhadap disorganisasi keluarga tampak dalam puisi Sisa Sore di Daster Misna dan Sebutir Kata dan Tempat Tidur, (4) Kritik Sosial terhadap bencana alam tampak dalam puisi Batubatu Menggeser Waktu, Acehku. Wahid B.S (2015) melakukan penelitian dengan judul Puisi Sufi A. Mustofa Bisri. Penelitian ini berusaha mengungkap pemikiran penting A. Mustofa Bisri yang tersirat di dalam puisi-puisinya. Ia sebagai ulama di kalangan Nahdlatul Ulama memiliki pemikiran yang menarik, yakni sebagai kiai yang menulis karya sastra. Untuk memaknakan puisi-puisi yang ditulis oleh A. Mustofa Bisri, dibutuhkan perhatian pada arti referensial sebagai jalan untuk memasuki ranah bahasa dan realitas. Pada tataran simbolik, berusaha memahami puisi sebagai bagian dari ekspresi kehidupan yang dirujuk sampai pada akar pengetahuan. Dari metode seperti

3 10 itu, dapat ditemukan beberapa hal penting; pertama, puisi yang ditulis oleh A. Mustofa Bisri diungkapkan dengan bahasa sederhana sebagai manifestasi diri dan ciptaanya. Kesederhanaan bahasa tersebut membutuhkan pemahaman yang lebih mendalam terkait dengan wawasan dan dimensi dari penyair. Kedua, ada kesamaan tematik puisi A. Mustofa Bisri dengan puisi tradisi sufi yang bertema cinta dan kerinduan kepada Allah. Adapun dari hasil penelitian ini, Wachid B. S menemukan bahwa: pertama, ciri khas perpuisian A. Mustofa Bisri dalam buku Gandrung ini dalam mengekspresikan bahasanya tidak memperindah kata-kata, seperti halnya dia ungkapkan dalam sajak Aku Tak Akan Memperindah Kata-kata. Namun, kesahajaan bahasa sajak itu tidak berarti kemudian sajaknya jadi gamblang pemaknaannya sebab bagaimanapun puisinya begitu kaya simbol yang memiliki keterkaitan dengan alam pikir religius, bahkan mistisisme Islam (tasawuf). Oleh karenanya, untuk sampai kepada makna batin sajak, pembaca dituntut memiliki wawasan tentang alam pikir yang melatari penciptaan sajaknya. Alam pikir tersebut merupakan perpaduan pengalaman mistik dan pengalaman estetik, yang digambarkan melalui tamsil (perbandingan, perumpamaan) metafisik. Kedua, ada kesamaan tematik puisi A. Mustofa Bisri dengan puisi tradisi sufi yang bertema cinta dan kerinduan kepada Allah. Cinta dan kerinduan menjadi vision dari dinamika yang terus berputar. Mahroso (2016) melakukan penelitian dengan judul Nilai -Nilai Sufisme Pada Kumpulan Sajak Hyang Karya Abdul Wachid B.S : Interpretasi Hermeneutika.

4 11 Peneliti menggunakan kajian hermeneutika untuk menafsirkan nilai-nilai sufisme dalam sajak Hyang karya Wahid B.S. Hal itu dilakukan karena sumber data dalam penelitian ini mempresentasikan adanya makna-makna tak langsung terhadap fenomena ketuhanan yang keberadaanya di dalam jiwa pengarang dan dituangkan kedalam bentuk bahasa yang konkret berupa puisi. Secara khusus, penelitian ini bertujuan menganalisis, mendeskripsikan dampak nilai-nilai sufisme, mengkaji dan mendeskripsikan konsep sufisme yang terdapat pada puisi-puisi yang mempresentasikan nilai sufisme dalam kumpulan sajak Hyang karya Abdul Wachid B.S. analisis yang dilakukan oleh peneliti tersebut lebih bertujuan mengupas sejauh mana kehidupan Abdul Wachid B.S dalam mementingkan kebutuhan rohaninya melalui sajaknya dalam buku sajak-sajak Hyang. Adapun tujuan dari analisis tersebut merujuk pada; (1) nilai-nilai sufisme dalam sajak Hyang;(2) mengupas simbol-simbol sufistik dalam sajak Hyang;(3) serta dampak dari sufisme pengarang terhadap pembaca. Dari ketiga penelitian yang dilakukan, terdapat perbedaan metode yang digunakan dan dengan tujuan yang berbeda pula. Pada penelitian yang dilakukan Istiana Salihati meneliti tentang kritik sosial dengan tujuan mengkritisi keadaan sosial yang tampak dalam negeri. Sedangkan pada penelitian kedua lebih bertujuan untuk menindaklanjuti bentuk-bentuk konsep cara pengarang menunjukan kecintaannya terhadap Tuhannya. Senyawang dengan penelitian kedua yang juga mengkaji tentang sufisme, penelitian ini lebih memandang tentang bagaimana cara pandang pengarang terhadap nilai-nilai ketuhanan melalui cara-cara sufi.

5 12 Dengan demikian, merujuk dari ketiga penelitian yang telah dibuat dibuat tersebut peneliti berasumsi bahwa penelitian yang menggunakan sumber data dari buku ini hanya satu penelitian saja. Adapun penelitian terdahulu tentang mengkritisi tindak sosial yang dipandang melalui sosiologi sastra, hal itu menandakan bahwa kumpulan puisi Lalu Aku masih belum banyak dilakukan penelitian. Dengan adanya penelitian Religiusitas Pada Kumpulan Puisi Lalu Aku Karya Radhar Panca Dahana peneliti bertujuan untuk melengkapi penelitian-penelitian yang sudah ada. Adapun fokus dari penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan simbol-simbol religiusitas yang terdapat dalam isi puisi dari fakta religi yang sebenarnya. B. Definisi Puisi Siswantoro (2014:23) berpendapat bahwa puisi merupakan karya sastra yang menggunakan bahasa sebagai media pengungkapannya, hanya saja bahasa di dalam puisi lebih dipersempit dan bersifat konotatif. Sementara itu, Waluyo (1995:23) mendefinisikan puisi sebagai bentuk kesusastraan yang menggunakan pengulangan suara sebagai ciri khasnya. Pengulangan kata tersebut menghasilkan rima, irama atau ritme. Perbedaan itu menitikberatkan pada kepadatan kata dalam menyusun sebuah puisi dimana tidak semua karya tulis dapat dianggap sebuah puisi. Sebagai gambaran singkatnya, puisi selalu memiliki makna tersirat atau tak langsung sekalipun kata yang digunakan untuk membuat puisi itu merupankata yang umum di dengar. Oleh karena itu, tidak semua orang dapat menafsirkan simbol dari puisi yang sudah ada.

6 13 Secara konvensional puisi biasa diartikan sebagai karangan terikat (terikat baris, rima, bait dan sebagainya); sedangkang prosa adalah karangan bebas/tuturan bebas. Sebagai sebuah genre, puisi berbeda dengan novel, drama, atau cerita pendek. Perbedaanya teletak pada kepadatan komposisi yang dengan konvensi yang ketat, sehingga puisi membatasi ruang gerak yang longgar terhadap penyair dalam berkreasi secara bebas, (Siswantoro, 2014:23). Beberapa ahli sastra berpendapat bahwa definisi puisi hampir sama bahwa unsur-unsur yang terkandung dalam puisi itu berupa emosi, imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama, kesan panca indera, susunan kata-kata kiasan kepadatan dan sebagainya. Dari beberapa unsur tersebut Redyanto (2010:25) merumuskan bahwa unsur yang paling pokok dalam puisi adalah emosi, pemikiran (ide), dan struktur (bentuk). Damayanti (2013:9) mengemukakan bahwa puisi sebagai seni tertulis yang menekankan pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan, meter dan rima adalah yang membedakannya dengan prosa. Senada dengan itu, Suminto (2002:3), mengungkapkan bahwa dalam puisi bahasa yang digunakan memperhitungkan adanya aspek bunyi-bunyi di dalamnya, yang mengungkapkan pengalaman imajinatif, emosional, dan intelektual penyair yang ditimba dari kehidupan individual dan sosialnya; yang diungkapkan dengan teknik tertentu, sehingga puisi itu mampu membangkitkan pengalaman tertentu pula pada pembacanya atau pendengarnya. Dalam pengertian lamanya, puisi terikat dengan aturan pembarisan, pembaitan, perioudus atau bagian baris, serta pola rimanya. Perbedaan keduanya dapat dilihat dengan jelas melalui perwajahan teksnya. Akan

7 14 tetapi, seiring dengan berkembangnya sastra, puisi modern sudah memiliki model yang hampir mirip dengan prosa dimana yang membedakan hanyalah makna dari keduanya. Puisi dalam pemikiran global merupakan pengekspresian pemikiran dan perasaan seseorang yang terkandung di dalam jiwanya yang kemudian dituangkan menjadi sebuah teks. Waluyo (1995:1) mengatakan bahwa puisi merupakan bentuk kesustraan yang paling tua, dimana isinya sangat berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari pengarangnya. Semua yang tertuang dalam teks puisi bisa di dapat melalui imajinasinya, masa lalu ataupun kejadian yang sedang dialaminya. Untuk memahaminya lebih jauh, seseorang harus memahami latar belakang pengarangnya. Oleh karena itu, biografi pengarang sangatlah membantu apabila ingin menjadikan karya sastra sebagai objek kajian, terlebih apabila orang itu ingin mengetahui bagaimana karya sastra itu tercipta, maka sangatlah diperlukan biografinya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa puisi merupakan genre sastra yang memiliki kepadatan kata tinggi dimana setiap kata yang telah tersusun bernilai estetik. Puisi dapat dikatakan pula sebagai karangan yang mengekspersikan perasaan batin seseorang kedalam sebuah teks tanpa adanya kesadaran langsung dari penyairnya. Sedangkan bahasa yang digunakan dalam menyusun sebuah puisi bermakna konotasi sehingga puisi tidak dapat di tafsirkan dalam sekali baca. Oleh karena itu, apabila sesorang membaca puisi sampai berulangkali, maka timbulah perasaan yang akan mempengaruhi pembaca tersebut.

8 15 C. Definisi Religiusitas Religiusitas adalah keterikatan manusia pada Tuhan sebagai sumber ketentraman dan kebahagiaan. Keterikatan tersebut lebih kepada batin manusia itu sendiri. Suwarno (2005:86) mengatakan kebatinan merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang hamba dapat secara langsung dengan tuhan. Dikatakan lagi bahwa religiusitas merupakan perasaan keagamaan dengan konsentrasi dari pasrah, dan sikap mendengarkan sabda ilahi dalam batin seorang manusia. Religiusitas juga diartikan sebagai kepercayaan hubungan manusia kepada yang kudus, dihayati sebagai hakekat yang gaib, hubungan yang serasi antara manusia dengan Tuhan, berdasarkan nilai-nilai moral, etika dan sopan santun. Istilah religiusitas berbeda dengan istilah agama. Dalam karya sastra, kehadiran religius dan keagamaan hampir bersamaan dengan lahirnya karya sastra itu sendiri (Nurgyantoro, 2007:326). Senada dengan itu, Waluyo (1995:107) mengungkapkan bahawa kehadiran ketuhanan atau religiusitas dalam karya sastra (puisi) merupakan buah dari pengalaman dan kedalaman iman penyair tehadap agamanya sendiri. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa antara agama dan Religiusitas tidak dapat dipisahkan karena keterikatan keduanya terhadap ketuhanan. Dikatakan oleh Wellek dan Werren(1995:109), sastra memuat norma kehidupan masyarakat, nilai religiusitas, tradisi dan mitos, terutama dalam sastra masyarakat primitif. Sastra dinilai memiliki nilai religius yang tinggi karena kedekatannya dengan masyrakat di masa lalu. Senada dengan itu, Ratna (2007:269) mengatakan bahwa sastra dan masyrakat menampilkan hubungan-hubungan

9 16 kemanusiaan, yang secara keseluruhan di evokasi melalui hasrat manusia untuk melaksanakan kehendak Sang Pencipta.Melalui sastra, manusia ingin mendekatkan diri dengan Tuhan lewat seni. Oleh sebab itu, sering muncul istilah sastra religius, karena dalam sastra sering terdapat nilai religious. Bentuk religiusitas dapat ditunjukkan dalam bentuk sikap dan kesetiaan kepada Tuhan sebagai pencipta alam semesta, hal ini sejalan dengan pendapat Waluyo (1995:120) yaitu jika dalam membuat karya sastra yang memiliki unsur religiusitas atau ketuhanan, manusia sadar benar dengan keberadaan Tuhannya. Penyataan demikian yang mempengaruhi karya sastra dalam hal isinya, yang mana ketika manusia dekat dengan Tuhannya maka dia akan berusaha merumuskan perlakuan-perlakuan terhadap manusia, sedangkan apabila manusia itu tidak percaya terhadap agama, maka yang terjadi pada karyanya adalah makian-makian terhadap ketuhanan. Endraswara (2015:15) mengatakan bahwa dalam fenomena religius orang Jawa terdapat dua kategori; (1) kepercayaan dan (2) ritus. Yang pertama merupakan pendapat-pendapat (states of opinion) dan terdiri dari representasi-representasi; yang kedua adalah bentuk-bentuk tindakan (action) yang khusus. Pandangan itu menyiratkan bahwa bentuk religius tidak hanya di alami masyarakat modern, melainkan sudah ada dari zaman nenek moyang kita. Kepercayaan dalam bentuk agama biasanya dilandasi adanya hubungan manusia dengan tuhannya yang dilakukan melalui tata cara beribadah, sedangkan ritus/ritual lebih tindakan yang

10 17 dilakukan bisa dalam bentuk kelompok maupun individu yang merujuk pada kepercayaan di daerahnya masing-masing. Religiusitas lebih melihat pada aspek di lubuk hati, getaran nurani, pribadi, setiap individu yang sedikit banyak misteri bagi orang lain, karena menafaskan cita rasa yang mencakup ke dalam pribadi manusia.manusia dipandang sebagai pencikan dari Zat hidup yang meliputi segela sesuatu, manusia mempunyai dua segi, lahir dan batin. Religiusitas merupakan kritik terhadap keberagamaan seseorang disamping terhadap agama sebagai lembaga dan ajaran telah dipercayai setiap individu. Oleh karena itu, religiusitas hanya dapat dipertentangkan dengan irreligiusitas, bukan dengan ketidakbergamaan seseorang. Dikatakan demikian karena religiusitas berkaitan dengan kebebasan orang untuk menjaga kualitas keberagamaannya dilihat dari dimensinya yang paling dalam dan personal yang acap kali berada di luar kategori-kategori ajaran agama. D. Definisi Simbol Simbol dalam bahasa Inggris, symbol yang berarti lambang atau berasal dari bahasa Yunani sumballo yang berarti menghubungkan atau menggabungkan. Menurut Kurniawan (2011:26) berpendapat bahwa simbol merupakan suatu tanda, tetapi tidak semua tanda merupakan simbol. Wujud dari perwakilan ini sesungguhnya bukanlah sebuah kesamaan. Wujud tersebut lebih merupakan persamaan untuk mengilustrasikan fenomena antara realitas sebelumnya dengan sesuatu yang digunakan untuk menjelaskan realitas tersebut di dalam teks. Dari ungkapan itu,

11 18 diketahui bahwa pada hakekatnya simbol menerangkan adanya bentuk analogi. Bentuk analogi inilah yang dapat membentuk simbol untuk mengilustrasikan pemikiran atau realitas imajiner. Oleh karena itu, simbol sering muncul dalam puisi untuk mewakili ungkapan penyair mengenai fenomena yang tidak dapat dilihat dengan mata, tapi dirasakan keberadaannya. Suminto (2002:237) berpendapat bahwa simbol merupakan bentuk bahasa kias yang fundamental dalam eskpresi puitika. Dapat dikatakan juga bahwa simbol merupakan sesuatu yang mempunyai makna lebih banyak dari pada ungkapan simbolik itu sendiri. Di dalamnya terkandung makna lapis pertama yang disebut makna referensial dan denotatif. Namun sebagai teori tentang sastra yang berkaitan dengan penafsiran sebagai telaah untuk memahami karya sastra, penafsiran tidak harus diarahkan pada fenomena makna ganda simbol, tetapi hanya perlu memandang simbol sebagai sesuatu yang kaya akan makna. Senada dengannya, Rafiek (2010:12) mengungkapkan bahwa simbol memiliki dua makna ganda atau makna bentuk pertma dan kedua. Munculnya simbol dalam karya sastra selalu didasari ungkapan yang samar, dimana ungkapan itu menduduki makna sebenarnya dari karya sastra itu sendiri. Hidayat (2013) pemakaian simbol di dalam puisi terjadi karena adanya bahasa kiasan (bentuk analogi,-pen), seperti metonimi, metafora, ataupun personifikasi. Akan tetapi, pernyataan itu hanyalah gejala secara bahasa dan sedikit berbeda cerita apabila meneliti simbol berdasarkan ranah budayanya. Simbol di dalam puisi biasanya bersifat personal karena ditulis oleh penyair berdasarkan imajinasinya. Hal ini yang

12 19 membedakan dengan simbol konvensional yang mengacu kepada kehidupan seharihari dan mampu menjadikan simbol mati. Kematian simbol lebih dikarenakan bahasa tersebut mengalami pembekuan menjadi istilah untuk menandai. Ricoeur membahas kajian dalam simbol ke dalam tiga sub; (1) psikoanalisis, misalnya berhubungan dengan mimpi-mimpi, gejala lain, dan objek budaya yang dekat dengan mereka sebagai penyimbolan konflik psikis yang dalam; (2) sastra (puisi), misalnya, simbol sebagai imaji istimewa puisi; (3) kesejarahan agama, yang diikat kepercayaan-kepercayaan suci, misalnya simbol-simbol dalam kitab suci. Untuk mengklarifikasi sebuah simbol, Ricoeur membaginya ke dalam tiga sub. Pertama, mengidentifikasi karakteristik semantik dalam setiap simbol, meskipun dapat saja berbeda, pada basis struktur operasi makna dalam ungkapan metaforis. Kedua, fungsi metaforis bahasa memungkinkan untuk mengisolasi strata simbol nonlinguistik, prinsip diseminasinya, melalui metode pembalikan. Ketiga, pemahaman baru tentang simbol akan memberikan permunculan perkembangan yang lebih jauh dalam teori metafora. Dalam cara ini teori simbol akan menyempurnakan metafora. Adanya simbol dalam karya sastra (puisi) memang tidak dapat di pisahkan begitu saja. Hal itu dilandasi adanya mitos serta ritual yang tertuang di dalam puisi. Munculnya mitos dan ritual itu yang kemudian menjadikan karya sastra (puisi) itu menarik untuk di interpretasi. Waluyo (1995:105) menyatakan bahwa dalam puisi, makna yang hendak disampaikan tersembunyi, menimbulkan simbol yang harus dipahami pembaca. Simbolisme seperti itulah yang kerap dimunculkan manusia

13 20 dalam kehidupan sehari-harinya. Dalam hal ini, ada perbedaan antara simbol dan tanda (sign). Dalam teori semiotika diterangkan bahwa simbol pun merupakan bagian dari kajian tersebut, tetapi teori semiotika hanya membahas simbol secara universal. Padahal, simbol muncul tidak hanya dalam proses universal, tapi juga individual. Menurut Ricoeur (2012:118) hubungan antara makna literal dan makna figuratif memberikan pedoman tepat yang memungkinkan untuk mengidentifikasi corak bahasa dari suatu simbol. Hal inilah yang disebut dengan momen Semantik simbol. Corak-corak demikian yang kemudian memunculkan adanya hubungan yang erat antara simbol dengan bahasa, dimana untuk meyakinkan keutuhan simbol seseorang harus menafsirkan bahasanya secara utuh. Oleh sebab itu, simbol hanya memberikan kemunculan kepada pemikiran yang pertama kali muncul. Dalam hal ini, metaforalah yang lebih bereaksi untuk menarangkan simbol sebagai bentuk dari keterbatasan bahasa. Dengan demikian, dapat dikatakan simbol merupakan pemadatan bahasa yang di dalamnya terdapat dua makna atau lebih dari simbolik itu sendiri. Simbol dalam karya sastra banyak dijumpai dalam puisi. Akan tetapi, tidak semua puisi bisa memiliki simbol dalam satu kata, tapi bisa dalam susunan kata yang kemudian menjadi sebuah simbol. Simbol-simbol yang demikian yang memerlukan adanya interpetasi. Oleh karena itu, dalam menafsirkan karya sastra berupa puisi, seorang peniliti harus benar-benar memahami simbol apa saja yang terkandung di dalam puisi yang dijadikan objek analisis, khususnya simbol religiusitas.

14 21 E. Definisi Hermeneutika Kata hermeneutik sendiri berasal dari bahasa yunani yaitu hermeneuein yang berarti menafsirkan, dan kata bendanya hermeneia yang berarti penafsiran atau interpretasi,dan kata hermeneutes yang berarti interpreter (penafsir). Hermeneutika Ricoeur memanfaatkan teks. Senada dengan itu, Ratna (2014:45) mengatkan bahwa pada dasarnya medium pesan adalah bahasa, baik lisan maupun tulisan bisa dalam bentuk teks. Untuk memahami ciri bahasa natural yang cukup menakjubkan, sebuah ciri membutuhkan usaha intepretasi pada tingkat pembicaraan paling dasar. Ciri yang dimaksud adalah polisemi. Polisemi adalah sebuah ragam kata yang mempunyai makan lebih dari satu ketika dilihat diluar penggunaannya dalam sebuah konteks. Oleh sebab itu, pemilihan konteks yang selektif akan menentukan nilai yang dikandung oleh kata tersebut di dalam pesan pada situasi tertentu. Aktifasi penilaian tersebut disebut interpretasi. Interpretasi ini adalah pengakuan pesan-pesan penulis yang relatif memiliki makna univokal (bermakna tunggal) dibangun berdasarkan makna polisemi leksikon yang sudah lazim. Hermeneutika adalah kata yang sering di dengar dalam bidang teologi, filsafat bahkan sastra (Palmer, 2005:3). Teori hermeneutika Ricoeur berusaha mengintegrasikan eksplanasi dan pemahaman dengan suatu dialektika yang konstruktif yang terdapat di dalam khazanah teks. Teks menurutnya adalah sebuah wacana tulis. Oleh karena itu, dialektika interpretasi berhubungan erat dengan konsep memisahkan kejadian dari makna. Atas dasar ini, Ricoeur menyampaikan bahwa paradigma bacaan menjadi pasangan paradigma tulisan. Namun demikian,

15 22 menurut Ricoeur hal ini tidak harus menyebabkan adanya sikap yang berubah-ubah atau berganti-ganti dari para penafsir. Dengan demikian, intepretasi tidak bisa direduksi menjadi subjektivisme yang naif karena pemahaman ini berjalan di bawah bimbingan tek secara obyektif. Ricoeur menjelaskan bahwa teks adalah sebuah wacana yang dibakukan lewat bahasa. Apa yang dibakukan oleh tulisan adalah wacana yang dapat diucapkan, tetapi wacana ditulis karena tidak diucapkan. Disini terlihat bahwa teks merupakan wacana yang disampaikan dengan tulisan. Jadi, teks sebagai wacana, yang di tuliskan dalam hermeneutika Paul Recouer, berdiri secara otonom, bukan merupakan turunan dari bahasa lisan, seperti yang dipahami oleh strukturalisme. Senada dengan itu, Ratna (2013:45-46), menyatakan bahwa keyakinan dan imajinasi sesoorang yang tertuang di dalam karya sastra berupa teks harus ditafsirkan. Waluyo (1995:120) mengatakan bahwa dalam puisi, makna yang hendak disampaikan tersembunyi, menimbulkan tanda tanya bagi pembaca. Tanda Tanya itu menyebabkan daya tarik karena pembaca penasaran ingin mengetahui jawabannya. Jadi, gagasan kuncinya adalah realisasi diskursus sebagai teks, sementara pendalaman tentang kategori-kategori teks akan menjadi objek pembahasan kajian selanjutnya. Secara ontologis, pemahaman tidak lagi dipandang sekedar cara mengetahui tetapi hendaknya menjadi cara mengada (way of being) dan cara berhubungan dengan segala yang ada (the beings) dan dengan kemengada-an (the being). Hermeneutika adalah proses penguraian yang beranjak dari isi dan makna yang tampak ke arah makna terpendam dan tersembunyi. Ratna (2013:45)

16 23 mengatakan bahwa karya sastra perlu ditafsikan sebab di satu pihak karya sastra terdiri atas bahasa, di pihak lain, di dalam bahasa sangat banyak makna yang tersembunyi, atau dengan sengaja disembunyikan. Objek interpretasi, yaitu teks dalam pengertian yang luas, bisa berupa simbol dalam mimpi atau bahkan mitosmitos dari simbol dalam masyrakat atau sastra. Studi Ricoeur membedakan antara simbol univokal dan equivokal. Simbol univokal adalah simbol dengan satu makna yang ditandai, seperti simbol-simbol dalam logika simbol. Sementara itu simbol eqiuvokal adalah fokus sebenarnya dari hermeneutika. Ricoeur (2012:223) mengatakan bahwa persoalan paling utama dalam hermeneutika adalah interpretasi. Akan tetapi, kedudukan interpretasi disini bukan sembarang interpretasi, melainkan interpretasi yang didefinisakan melalui dua cara: pertama, berkenaan dengan bidang penerapannya; kedua, berkenaan dengan kekhususan epistimologisnya. Persoalan pertama dalam ranah ini lebih berkaitan dengan teks, dimana teks tersebut akan memiliki kesulitan yang beragam. Oleh karena itu, pengertian tentang teks menjadi sangat sentral dalam pemikiran hermeneutika Ricoeur. Sedangkan untuk persoalan yang kedua lebih kepada penjelasan tentang hasil dari interpretasinya terhadap teks. Sedangkan Palmer (2005:8) menjelaskan bahwa fokus utama dalam kajian hermeneutika mencakup; (1) pemahaman peristiwa terhadap teks; (2) persoalan yang lebih mengenai pemahaman dan interpretasi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa hermeneutika merupakan teori yang mengkaji sebuah teks melalui tahapan interpretasi (penafsiran). Interpretasi itu sendiri

17 24 adalah fenomena yang kompleks dan prefasif. Namun, bukan berarti interpretasi bisa disamakan dengan suatu kritik, karena pada dasrnya keduanya melakukan tugasnya masing-masing walaupun sebenarnya saling berhubungan. Oleh karena itu, untuk memahami karya sastra yang muncul dari pemahaman manusia terhadap ketuhanan atau religius, maka diperlukan adanya penafsiran secara simbolik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra merupakan hasil karya manusia baik secara lisan maupun tulisan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra merupakan hasil karya manusia baik secara lisan maupun tulisan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan hasil karya manusia baik secara lisan maupun tulisan yang diungkapkan melalui bahasa sebagai pengantar yang memiliki nilai estetika atau keindahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membicarakan secara langsung, menyampaikan lewat media-media elektronik,

BAB I PENDAHULUAN. membicarakan secara langsung, menyampaikan lewat media-media elektronik, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang Pada dasarnya setiap individu mempunyai pengalaman tentang suatu peristiwa. Pengalaman itu dapat berupa: kesenangan, kesedihan, keharuan, ketragiasan, dan sebagainya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cara pengungkapannya. Puisi merupakan karya sastra yang disajikan secara

BAB I PENDAHULUAN. cara pengungkapannya. Puisi merupakan karya sastra yang disajikan secara 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Secara umum karya sastra terbagi atas tiga jenis yaitu puisi, prosa dan drama. Menurut Kosasih (2012:1), ketiga jenis karya sastra tersebut dibedakan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sistem tanda yang mempunyai makna yang mempergunakan medium bahasa. Bahasa sebagai medium karya sastra. Bahasa sudah menjadi sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra anak masih terpinggirkan dalam khazanah kesusastraan di Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang sastra anak. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra merupakan penjelasan ilham, perasaan, pikiran, dan angan-angan (cita-cita)

BAB I PENDAHULUAN. sastra merupakan penjelasan ilham, perasaan, pikiran, dan angan-angan (cita-cita) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah hasil seni kreatif manusia yang menampilkan gambaran tentang kehidupan manusia, menggunakan seni bahasa sebagai mediumnya. Karya sastra merupakan penjelasan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan religi. Sedangkan religi ialah kepercayaan akan adanya kekuatan

BAB II LANDASAN TEORI. dengan religi. Sedangkan religi ialah kepercayaan akan adanya kekuatan 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Religiusitas dalam Karya Sastra Kata religiusitas artinya bersifat religi, bersifat keagamaan yang bersangkutpaut dengan religi. Sedangkan religi ialah kepercayaan akan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi yang diciptakan oleh sastrawan melalui kontemplasi dan suatu refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di sekitarnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperhitungkan efek yang ditimbulkan oleh perkataan tersebut, karena nilai

BAB I PENDAHULUAN. memperhitungkan efek yang ditimbulkan oleh perkataan tersebut, karena nilai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dasar penggunaan bahasa dalam sastra bukan sekedar paham, tetapi yang penting adalah keberdayaan kata untuk meninggalkan kesan kepada pembaca atau pendengarnya. Dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma menurut Wimmer dan Dominick, yaitu seperangkat teori, prosedur, dan asumsi yang diyakini tentang bagaimana peneliti melihat dunia. 1 Sedangkan

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang digunakan untuk menyampaikan maksud tertentu oleh seseorang kepada orang lain. Dengan kata lain, untuk berkomunikasi. Menurut Keraf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan ruang lingkup penelitian. 1.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan ciri-ciri khas, meskipun puisi telah mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan ciri-ciri khas, meskipun puisi telah mengalami perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu bentuk karya sastra yang memiliki keindahan dalam bahasanya yaitu puisi. Waluyo (1991:3) mengatakan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang paling tua.

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK SKRIPSI Usulan Penelitian untuk Skripsi S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Diajukan Oleh

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret; (3) ling gambaran

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret; (3) ling gambaran BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Konsep adalah (1) rancangan atau buram surat dan sebagainya; (2) ide atau pengertian yang diabstrakkan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dan sastra memiliki hubungan yang erat. Kekuatan sastra berada pada kekuatan dan cara pengarang menggunakan bahasa. Melalui bahasa, seorang pengarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sisi-sisi kehidupan manusia dan memuat kebenaran-kebenaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. sisi-sisi kehidupan manusia dan memuat kebenaran-kebenaran kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan refleksi atau cerminan kondisi sosial masyarakat yang terjadi di dunia sehingga karya itu menggugah perasaan orang untuk berpikir tentang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena kehidupan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hasil Penelitian yang Relevan. Penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini adalah Pengaruh

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hasil Penelitian yang Relevan. Penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini adalah Pengaruh 5 BAB II KAJIAN TEORI A. Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini adalah Pengaruh Media Pembelajaran Film Dokumenter terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Puisi menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia terdapat dua macam

BAB I PENDAHULUAN. Puisi menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia terdapat dua macam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Puisi menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia terdapat dua macam arti, yaitu ragam sastra yang bahasanya terikat oleh rima atau pengulangan bunyi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penikmatnya. Karya sastra ditulis pada kurun waktu tertentu langsung berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. penikmatnya. Karya sastra ditulis pada kurun waktu tertentu langsung berkaitan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra terbentuk atas dasar gambaran kehidupan masyarakat, karena dalam menciptakan karya sastra pengarang memadukan apa yang dialami dengan apa yang diketahui

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat imajinatif yang lahir

II. TINJAUAN PUSTAKA. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat imajinatif yang lahir II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puisi Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat imajinatif yang lahir dari perasaan penyair dan diungkapkan secara berbeda-beda oleh masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan dalam mengemukakan gagasan melalui karyanya, bahasa sastra

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan dalam mengemukakan gagasan melalui karyanya, bahasa sastra 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil imajinasi pengarang yang mengekspresikan pikiran, gagasan maupun perasaannya sendiri tentang kehidupan dengan menggunakan bahasa

Lebih terperinci

bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya makna.

bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya makna. PUISI bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya makna. Keindahan sebuah puisi disebabkan oleh: diksi, majas, rima dan irama yang terkandung dalam karya sastra tersebut. Adapun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berbudaya dan bermasyarakat. Tak ada kegiatan manusia yang tidak disertai

BAB I PENDAHULUAN. yang berbudaya dan bermasyarakat. Tak ada kegiatan manusia yang tidak disertai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia sepanjang keberadaan manusia itu, sebagai makhluk yang

Lebih terperinci

KRITIK SOSIAL DALAM LIRIK LAGU PADA ALBUM KAMAR GELAP KARYA EFEK RUMAH KACA: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN

KRITIK SOSIAL DALAM LIRIK LAGU PADA ALBUM KAMAR GELAP KARYA EFEK RUMAH KACA: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN KRITIK SOSIAL DALAM LIRIK LAGU PADA ALBUM KAMAR GELAP KARYA EFEK RUMAH KACA: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya (Semi,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah cerita fiksi atau rekaan yang dihasilkan lewat proses kreatif dan imajinasi pengarang. Tetapi, dalam proses kreatif penciptaan

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN 55 BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN Dalam metode penelitian ini akan diuraikan beberapa hal yang berkaitan dengan penelitian, yakni metode penelitian, teknik pengumpulan data, data dan sumber data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kreatif dalam rupa atau wujud yang indah. Pengertian indah, tidak semata-mata merujuk pada

BAB I PENDAHULUAN. kreatif dalam rupa atau wujud yang indah. Pengertian indah, tidak semata-mata merujuk pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra sebagai salah satu unsur kesenian yang mengandalkan kreativitas pengarang melalui penggunaan bahasa sebagai media. Dalam hal ini, sastra menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat memberikan tanggapannya dalam membangun karya sastra.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi negara Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat dimaknai sebagai bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu berupa akal, cipta, rasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. estetik dan keindahan di dalamnya. Sastra dan tata nilai kehidupan adalah dua fenomena

BAB I PENDAHULUAN. estetik dan keindahan di dalamnya. Sastra dan tata nilai kehidupan adalah dua fenomena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan karya seni, sebagai karya seni yang mengandung unsur estetik dan keindahan di dalamnya. Sastra dan tata nilai kehidupan adalah dua fenomena sosial

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian tentang pengajaran satra telah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian tentang pengajaran satra telah 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian tentang pengajaran satra telah banyak dilakukan salah satunya, penelitian pengajaran sastra dapat peneliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya terdapat daya kreatif dan daya imajinasi. Kedua kemampuan tersebut sudah melekat pada jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan bagian bentuk seni yang kehadirannya untuk diapresiasi. Artinya, kehadiran karya sastra untuk dimanfaatkan, dinikmati, dihargai, dan dikaji. Karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang

BAB I PENDAHULUAN. suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Puisi merupakan ungkapan perasaan yang dihayati oleh penyairnya ke dalam suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang terhadap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pengajaran sastra yang tercantum dalam kurikulum pengajaran

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pengajaran sastra yang tercantum dalam kurikulum pengajaran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Tujuan pengajaran sastra yang tercantum dalam kurikulum pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia tidak hanya untuk memperoleh pengetahuan tentang sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa siswa, karena siswa tidak hanya belajar menulis, membaca,

BAB I PENDAHULUAN. bahasa siswa, karena siswa tidak hanya belajar menulis, membaca, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) menjadi sebuah proses belajar bahasa yang berada pada fase paling penting bagi penguasaan bahasa siswa, karena siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari luapan emosional. Karya sastra tidak menyuguhkan ilmu pengetahuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dari luapan emosional. Karya sastra tidak menyuguhkan ilmu pengetahuan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu kegiatan kreatif pada sebuah karya seni yang tertulis atau tercetak (Wellek 1990: 3). Sastra merupakan karya imajinatif yang tercipta dari luapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena itu, bagi

BAB I PENDAHULUAN. sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena itu, bagi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu karya seni yang disampaikan oleh seorang sastrawan melalui media bahasa. Keindahan dalam suatu karya sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa

Lebih terperinci

Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah.

Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah. Pengertian dan Unsur-unsurnya Karya sastra secara umum bisa dibedakan menjadi tiga: puisi, prosa, dan drama. Secara etimologis istilah puisi berasal dari kata bahasa Yunani poesis, yang berarti membangun,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Penelitian mengenai makna simbol dalam sastra lisan telah banyak

BAB II KAJIAN TEORI. Penelitian mengenai makna simbol dalam sastra lisan telah banyak BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Penelitian mengenai makna simbol dalam sastra lisan telah banyak dilakukan antara lain sebagai berikut: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Dewi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan induk dari seluruh disiplin ilmu. Pengetahuan sebagai hasil proses belajar manusia baru tampak nyata apabila dikatakan, artinya diungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mencurahkan isi hati dan pikirannya. Dalam sebuah karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mencurahkan isi hati dan pikirannya. Dalam sebuah karya sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah salah satu hasil dari kebudayaan. Sastra merupakan kreasi manusia dalam mencurahkan isi hati dan pikirannya. Dalam sebuah karya sastra manusia bisa menuangkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. curahan perasaan pribadi, (2) susunan sebuah nyanyian (Moeliono (Peny.), 2003:

BAB II LANDASAN TEORI. curahan perasaan pribadi, (2) susunan sebuah nyanyian (Moeliono (Peny.), 2003: 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Lirik Lagu Sebagai Genre Sastra Lirik mempunyai dua pengertian yaitu (1) karya sastra (puisi) yang berisi curahan perasaan pribadi, (2) susunan sebuah nyanyian (Moeliono

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Untuk memperjelas dan memantapkan ruang lingkup permasalahan, sumber data, dan kerangka teoretis penelitian ini,

Lebih terperinci

AKAR TUBUH: BERANGKAT DARI KATA, MERAJUT MAKNA 1 Hermawan 2

AKAR TUBUH: BERANGKAT DARI KATA, MERAJUT MAKNA 1 Hermawan 2 AKAR TUBUH: BERANGKAT DARI KATA, MERAJUT MAKNA 1 Hermawan 2 A. Pengantar Menulis puisi pada hakikatnya mencipta dunia dalam kata. Kata-kata merupakan piranti bagi penulis merekayasa sebuah dunia, yakni

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berkaitan dengan menulis puisi telah

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berkaitan dengan menulis puisi telah 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berkaitan dengan menulis puisi telah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Untuk mengetahui penelitian tersebut,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup diperhitungkan karya-karyanya dan dianggap sebagai pengarang produktif

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MEMANFAATKAN TEKNIK BRAINWRITING PADA PESERTA DIDIK SD/MI KELAS V

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MEMANFAATKAN TEKNIK BRAINWRITING PADA PESERTA DIDIK SD/MI KELAS V PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MEMANFAATKAN TEKNIK BRAINWRITING PADA PESERTA DIDIK SD/MI KELAS V Oleh: Aida Azizah Universitas Islam Sultan Agung Semarang ABSTRAK Peserta didik Sekolah Dasar/Madrasah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan pelbagai

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERMAINAN BAHASA (LANGUAGE GAMES) Tutin Mulyati NIM : 08210086 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Siliwangi Bandung ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban manusia sesuai dengan lingkungan karena pada dasarnya, karya sastra itu merupakan unsur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Melalui karya sastra, seseorang

I. PENDAHULUAN. membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Melalui karya sastra, seseorang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat keyakinan dalam suatu bentuk konkret yang membangkitkan pesona

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan terutama pada

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan terutama pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu usaha untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan terutama pada pembelajaran apresiasi sastra khususnya apresiasi puisi perlu dibuat sebuah bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra. Sebuah karya sastra tidak lepas dari bahasa. dapat dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra. Sebuah karya sastra tidak lepas dari bahasa. dapat dikatakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan berbahasa memudahkan seseorang berkomunikasi dengan orang lain, dalam bermasyarakat. Dasar yang sangat penting bagi seseorang untuk berkomunikasi adalah bahasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Bahasa Karya Sastra

BAB I PENDAHULUAN  A. Bahasa Karya Sastra BAB I PENDAHULUAN Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena kehidupan itu beraneka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. Ungkapan tersebut berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, semangat, dan keyakinan dalam suatu kehidupan, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari pengabdian perasaan dan pikiran pengarang yang muncul ketika ia berhubungan dengan lingkungan sekitar. Sastra dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Sebagai hasil seni,

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Sebagai hasil seni, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Sebagai hasil seni, sastra merupakan hasil cipta manusia yang mengekspresikan pikiran, gagasan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Empat keterampilan berbahasa yang harus dimiliki siswa dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra tadi harus dapat dikomunikasikan kepada orang lain, karena dapat saja

BAB I PENDAHULUAN. sastra tadi harus dapat dikomunikasikan kepada orang lain, karena dapat saja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah bentuk rekaman dengan bahasa yang akan disampaikan kepada orang lain. Sastra adalah komunikasi. Bentuk rekaman atau karya sastra tadi harus dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1990: 3). Karya sastra adalah suatu kegiatan kreatif, hasil kreasi pengarang. Ide

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan merupakan sebuah bentuk ekspresi atau pernyataan kebudayaan dalam suatu masyarakat. Sebagai ekspresi kebudayaan, kesusastraan mencerminkan sistem sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti morfem, kata, kelompok kata, kalusa, kalimat. Satuan-satuan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. seperti morfem, kata, kelompok kata, kalusa, kalimat. Satuan-satuan tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai alat komunikasi dan interaksi pada dasarnya tidak dapat ditafsirkan secara terpisah, karena dalam bahasa mempunyai satuan-satuan seperti morfem, kata,

Lebih terperinci

Dr. WAHYU WIBOWO Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Nasional 2012

Dr. WAHYU WIBOWO Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Nasional 2012 Dr. WAHYU WIBOWO Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Nasional 2012 Untuk memahami Penulisan Kreatif, sebelumnya cobalah pahami perihal manajemen bahasa berikut ini Manajemen bahasa adalah SENI dan ILMU

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. karya sastra penggunaan bahasa dihadapkan pada usaha sepenuhnya untuk

I. PENDAHULUAN. karya sastra penggunaan bahasa dihadapkan pada usaha sepenuhnya untuk 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada karya sastra, bahasa yang dipergunakan berbeda dengan karya ilmiah. Dalam karya sastra penggunaan bahasa dihadapkan pada usaha sepenuhnya untuk pengungkapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Menurut Wibowo (2001:3) bahasa

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Menurut Wibowo (2001:3) bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah kunci pokok bagi kehidupan manusia di atas dunia, dengan bahasa orang bisa bertukar pesan dan makna yang digunakan untuk berkomunikasi oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Menulis merupakan kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan secara

I. PENDAHULUAN. Menulis merupakan kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan secara 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menulis merupakan kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan secara tertulis. Aktivitas menulis melibatkan unsur penulis sebagai penyampaian pesan, isi tulisan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan proses kreatif seorang pengarang melalui daya imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini dapat berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial, dan karya sastra memiliki kaitan yang sangat erat. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial, dan karya sastra memiliki kaitan yang sangat erat. Menurut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Moral, kebudayaan, kehidupan sosial, dan karya sastra memiliki ruang lingkup yang luas di kehidupan masyarakat, sebab sastra lahir dari kebudayaan masyarakat. Aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Seni bahasa tersebut berupa kata-kata yang indah yang terwujud dari

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Seni bahasa tersebut berupa kata-kata yang indah yang terwujud dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keindahan dalam karya sastra dibangun oleh seni kata atau seni bahasa. Seni bahasa tersebut berupa kata-kata yang indah yang terwujud dari ekspresi jiwa pengarang.

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan Kamus Besar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan Kamus Besar BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah unsur penelitian yang amat mendasar dan menentukan arah pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif peran sastrawan dan faktor-faktor yang melingkupi seorang sastrawan

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif peran sastrawan dan faktor-faktor yang melingkupi seorang sastrawan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah karya kreatif dan imajinatif dengan fenomena hidup dan kehidupan manusia sebagai bahan bakunya. Sebagai karya yang kreatif dan imajinatif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah 1.1.1. Latar Belakang Sastra 1 merupakan curahan hati manusia berupa pengalaman atau pikiran tentang suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan lembaga untuk peserta didik. Kurikulum pendidikan sudah beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tabel 1.1 Penggunaan Teks Puisi Di Kelas VII Panggih Cahyo Setiaji,2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tabel 1.1 Penggunaan Teks Puisi Di Kelas VII Panggih Cahyo Setiaji,2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia pada kurikulum 2013 menggunakan pendekatan berbasis teks. Teks dapat berwujud teks tertulis maupun teks lisan. Teks merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak makna dan banyak aspek didalamnya yang dapat kita gali. Karya sastra lahir karena ada daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam latar belakang ini, ada beberapa hal yang akan disampaikan penulis. hal tersebut terkait masalah yang diangkat. masalah atau isu yang diangkat tentunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Bahasa puisi mempunyai arti yang tersimpan dan ingin diungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Bahasa puisi mempunyai arti yang tersimpan dan ingin diungkapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bentuk karya sastra mempunyai bahasa yang khas salah satunya yaitu puisi. Bahasa puisi mempunyai arti yang tersimpan dan ingin diungkapkan oleh penulisnya. Menulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil karya manusia, baik lisan maupun tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki nilai estetika yang dominan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Puisi merupakan salah satu genre sastra yang lahir karena kecintaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Puisi merupakan salah satu genre sastra yang lahir karena kecintaan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puisi merupakan salah satu genre sastra yang lahir karena kecintaan penyair terhadap bahasa (Aftarueddin, 1982:16). Puisi merupakan pernyataan perasaan yang imajinatif,

Lebih terperinci

2015 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PENGALAMAN (EXPERIENTIAL LEARNING)

2015 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PENGALAMAN (EXPERIENTIAL LEARNING) BAB III Metodologi Penelitian A. Metodologi Penelitian Dalam penelitian diperlukan suatu metode dan teknik penelitian yang sesuai dengan masalah yang diteliti sehingga hasil penelitian bisa dipertanggungjawabkan.

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran manusia. Dalam musik terdapat lirik lagu dan alunan musik yang harmonis, dapat membawa seseorang

Lebih terperinci

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang 1 PENDAHULUAN Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan berbagai masalah yang dihadapinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari, seperti halnya puisi karya Nita Widiati Efsa yang berisi tentang

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari, seperti halnya puisi karya Nita Widiati Efsa yang berisi tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini karya sastra banyak berisi tentang realitas kehidupan sehari-hari, seperti halnya puisi karya Nita Widiati Efsa yang berisi tentang percintaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, budaya tidak hanya. konvensi atau tradisi yang mengelilinginya.

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, budaya tidak hanya. konvensi atau tradisi yang mengelilinginya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh pengarang untuk dipahami dan dinikmati oleh pembaca pada khususnya dan oleh masyarakat pada umumnya. Hal-hal yang diungkap oleh

Lebih terperinci

MEDIA VIDEO EMOTIF SEBAGAI SARANA PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN PUISI

MEDIA VIDEO EMOTIF SEBAGAI SARANA PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN PUISI Bahasa dan Sastra Indonesia dalam Konteks Global MEDIA VIDEO EMOTIF SEBAGAI SARANA PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN PUISI M. Syirojudin A malina Wijaya S2 Pendidikan Bahasa Indonesia, Pascasarjana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar Apresiasi Puisi 1. Definisi Belajar Pengertian belajar menurut Dimyati dkk (2002 : 5), menyebutkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 6 BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Landasan Teori 1. Keterampilan Menulis Puisi a. Hakikat Menulis Tarigan (1994:3) memberikan pengertian bahwa menulis adalah suatu keterampilan berbahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk realita dari hasil imajinasi dan pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana ekspresi pengarang saja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan media bahasa (Pradopo, 2010: 121). Bahasa merupakan media

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan media bahasa (Pradopo, 2010: 121). Bahasa merupakan media BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan sebuah struktur yang bermakna. Hal ini disebabkan karya sastra merupakan sistem tanda yang mempunyai makna yang menggunakan media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra diciptakan oleh para sastrawan untuk dapat dinikmati, dipahami, dan

BAB I PENDAHULUAN. sastra diciptakan oleh para sastrawan untuk dapat dinikmati, dipahami, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan gambaran dari kehidupan sosial masyarakat. Karya sastra diciptakan oleh para sastrawan untuk dapat dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan masyarakat.

Lebih terperinci