3 METODOLOGI PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "3 METODOLOGI PENELITIAN"

Transkripsi

1 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kabupaten Nias adalah terletak di sebelah Barat Pulau Sumatera yang mempunyai jarak ± 85 mil laut dari Sibolga (daerah Propinsi Sumatera Utara) dan dikelilingi oleh Samudera Hindia. Penelitian ini dilakukan di 6 (enam) kecamatan dari 33 kecamatan yang ada di Tempat yang dikunjungi adalah desa/kelurahan berdasarkan jumlah nelayan, luas wilayah atau jangkauan operasional penangkapan, dan jumlah serta jenis alat penangkapan ikan. Tabel 4 Lokasi penelitian di Kabupaten Nias No Kecamatan Kelurahan/Desa 1 Kecamatan Lahewa Balofadorotuho 2 Kecamatan Tuhemberua Botolakha 3 Kecamatan Gunungsitoli Utara Teluk Belukar 4 Kecamatan Gunungsitoli Moawo Kelurahan pasar Gunungsitoli 5 Kecamatan Idanogawo Bozihona 6 Kecamatan Sirombu Sirombu Penelilitian dilaksanakan selama 12 (dua belas) bulan, mulai dari bulan Desember 2007 s/d November Kegiatan penelitian dimulai dari penyusunan rencana penelitian, orientasi lapangan, pengumpulan data di lokasi penelitian, pengolahan data dan analisis data di IPB Bogor serta penyusunan tesis.

2 Samudera Hindia 5 N 6 Gambar 5 Peta lokasi penelitian.

3 3.2 Metode Penelitian dan Pengumpulan Data Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai, pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan metode survei (Arikunto 2006). Pengumpulan data di lapangan dilakukan untuk mengetahui : (1) kondisi umum perikanan tangkap di Kabupaten Nias (2) jenis ikan unggulan (3) spesifikasi teknis unit-unit penangkapan ikan unggulan (4) wawancara terhadap responden. Responden tersebut terdiri atas stakeholders baik pihak pemerintah atau swasta guna mengetahui persepsi mereka terhadap perikanan tangkap, serta untuk mengetahui kebijakan yang akan diambil dalam mengatasi permasalahan, dengan menggunakan kuesioner yang telah disediakan, antara lain; kuesioner untuk ikan unggulan, kuesioner untuk tujuan pembangunan perikanan tangkap, dan kuesioner untuk deskripsi penangkapan ikan unggulan. Rincian dari jenis data yang dikumpulkan mencakup peluang perikanan tangkap yang didasarkan pada informasi trend potensi perikanan tangkap, kondisi perikanan pada saat ini yang meliputi armada penangkapan, nelayan, peralatan dan lain-lain. Data dan informasi yang dikumpulkan berasal dari 3 sumber yaitu; (1) dokumen yang relevan dengan tujuan penelitian (2) responden dengan wawancara menggunakan kuisioner dan (3) mengikuti operasi penangkapan dengan jaring insang (gill net) dan informasi penangkapan ikan unggulan dengan pancing diperoleh melalui wawancara terhadap nelayan. Rincian jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian No Peruntukkan analisis Data yang dikumpulkan Sumber data 1 Analisis potensi Komposisi hasil Data Sekunder : perikanan. tangkapan, trend hasil Statistik Dinas tangkapan per tahun, Kelautan dan trend produktivitas Perikanan Kabupaten perikanan tangkap Nias. (ton/armada/tahun). Analisis ini menggunakan Data Primer : Hasil wawancara dari aplikasi microsoft excel. nelayan, pedagang Sedangkan data yang ikan, dan pengusaha digunakan adalah data time perikanan tangkap. series 6 Tahun. 2 Deskripsi unit Inventarisasi spesifikasi Data primer : penangkapan ikan unit penangkapan. Nelayandan pengusaha unggulan. perikanan tangkap.

4 Tabel 5 (Lanjutan) No Peruntukkan analisis Data yang dikumpulkan Sumber data 3 Seleksi komoditas Berdasarkan kriteria yang Data Sekunder : unggulan dengan telah ditetapkan Statistik DKP analisis AHP. Kabupaten Nias dan Nias dalam angka. Data primer : DKP Kab. Nias, Nelayan, pedagang ikan, pengusaha perikanan tangkap, masyarakat umum, LSM/NGO. 4 Penentuan Tujuan pembangunan perikanan tangkap di Kabupaten Nias melalui analisis AHP 5 Optimasi perikanan tangkap terpilih dengan linear goal programming (LGP) 6 Strategi perikanan tangkap terpilih dengan analisis SWOT. Persepsi responden (stakeholder) tentang tujuan utama pembangunan perikanan tangkap di Kabupaten Nias Berdasarkan hasil analisis dari potensi SWOT pada aspek biologi, teknis, sosial, dan ekonomi. Data Sekunder : Renstra DKP Kabupaten Nias Data Primer : Hasil kuisioner dan wawancara dengan responden (stakeholder) Data potensi Data primer : Wawancara mendalam dengan Kadis DKP Kabupaten Nias, Komisi D DPRD Kabupaten Nias, dan Peneliti. Data sekunder : Renstra, Lakip, Laporan Tahunan DKP Kabupaten Nias, dan Nias dalam angka.

5 Survei Data Primer Data Sekunder Kinerja Usaha Perikanan Tangkap Ikan Unggulan di Kabupaten Nias: - SDI - Teknologi - Ekonomi - Sosial Komoditas Unggulan Optimalisasi Alat Penangkapan Ikan Tingkat Kepentingan dan Prioritas Tujuan Pembangunan Perikanan Tangkap di Kabupaten Nias Strategi Pengembangan Perikanan Tangkap di Kabupaten Nias Gambar 6 Diagram alir pendekatan penelitian.

6 3.2.1 Evaluasi kinerja usaha perikanan tangkap unggulan di Kabupaten Nias Kinerja usaha perikanan tangkap unggulan dievaluasi melalui pendekatan aspek biologi, teknik, ekonomi, dan sosial. Analisis yang dilakukan pada penelitian ini berdasarkan pada batasan, yaitu; usaha perikanan pancing, gill net bermata besar, dan gill net bermata kecil yang berpangkalan di Analisis aspek biologi Analisis aspek biologi yaitu menganalisis komposisi hasil tangkapan, trend hasil tangkapan per tahun, trend produktivitas armada pancing dan gill net (ton/kapal/tahun) dengan menggunakan aplikasi microsoft excel. Perhitungan potensi perikanan dilakukan dengan menggunakan data time series selama 6 tahun ( ) dan menganalisisnya dengan menggunakan persamaan Schaefer (1954, 1957) dalam Widodo dan Suadi (2006) sebagai berikut : E MSY C MSY E MSY C MSY a b = (a/2b) = (a 2 /4b) dimana, = upaya yang menghasilkan produksi yang maksimum = tingkat produksi maksimum = Intersep = Slope Analisis aspek teknik Analisis aspek teknik dalam penelitian ini dilakukan secara deskriptif dengan menginventarisasi spesifikasi unit penangkapan sebagai berikut: (1) Armada penangkapan (kapal) meliputi; kapasitas kapal (GT), dimensi utama (Panjang = L, lebar = B, dan dalam =D), dan spesifikasi mesin yang digunakan. (2) Alat tangkap meliputi; spesifikasi mini purse seine (panjang, lebar, dalam, dan bahan yang digunakan) (3) Nelayan meliputi; jangka waktu penangkapan, modus pengoperasian, sistem bagi hasil, dan harga penjualan ikan.

7 Analisis aspek ekonomi Analisis ekonomi yang dimaksud dalam hal ini adalah analisis dari segi investasi dan keuntungan/pendapatan usaha penangkapan ikan oleh nelayan di Kabupaten Nias baik usaha perikanan pancing maupun gill net. Suatu usaha atau kegiatan ekonomi dianggap dapat dilaksanakan, bila dapat diharapkan: (1) memberikan keuntungan untuk memenuhi setiap kewajiban jangka pendek, (2) likuiditasnya terpelihara meskipun pada saat-saat tertentu perusahaan dalam kesulitan, (3) berkembang kemampuannya membiayai operasi terutama dari modal sendiri dan bukan kredit pada suatu saat, dan (4) dapat membayar semua beban pembiayaan. Dengan demikian, kelayakan finansial harus mengungkapkan secara terperinci apakah usaha atau kegiatan akan menguntungkan dalam suasana persaingan, resiko bisnis, kondisi perekonomian, tidak stabil dan lain-lain. Menurut Kasmir dan Jakfar (2007), untuk mengevaluasi kelayakan finansial dapat digunakan 3 (tiga ) kriteria investasi yang penting, yaitu net present value (NPV), net benefit cost ratio (net B/C) dan internal rate of return (IRR). Kriteria investasi yang digunakan untuk pengujian/ evaluasi kelayakan usaha secara finansial didasarkan pada discounted criterion. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar manfaat (benefit) serta biaya-biaya (cost) selama umur ekonomis usaha (in the future) nilai-nilai saat ini (at present=t 0 ) diukur dengan nilai uang sekarang (present value), yaitu dengan menggunakan discounting factor. Kriteria tersebut adalah: (1) Perhitungan net present value (NPV), n Bt Ct NPV = t (1 i t1 ) dimana : Bt = benefit pada tahun ke t Ct = biaya pada tahun ke-t i = tingkat Bunga (%) n = umur ekonomis t = 1,2,3,...,n Kriteria : NPV > 0, usaha layak/menguntungkan NPV = 0, usaha mengembalikan sebesar biaya yang dikeluarkan NPV < 0, usaha tidak layak/rugi

8 (2) Perhitungan Internal Rate of Return (IRR) NPV1 IRR = i j + ( i2 i1 ), NPV NPV 1 2 dimana i1 = tingkat bunga yang menghasilkan NPV positip i2 = tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatip Kriteria = apabila IRR lebih besar dari suku bunga yang berlaku (9,5%), maka usaha layak untuk dilaksanakan (3) Perhitungan Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Net B/C = n t1 n t1 Bt Ct, t (1 i) Ct Bt, t (1 i) (Untuk Bt-Ct > 0) (Untuk Bt-Ct<0) Kriteria : B/C > 1 = usaha layak untuk dilaksanakan (feasible) B/C = 1 = usaha layak dalam kondisi break event point B/C < 1 = usaha tidak layak untuk dilaksanakan Sedangkan analisis pendapatan usaha (keuntungan) pada umumnya digunakan untuk mengukur apakah kegiatan yang dilakukan pada saat ini berhasil atau tidak. Menurut Schaefer (1954); Gordon (1954) dalam Ghaffar et al (2007), model analisis pendapatan usaha ini disusun dari model parameter biologi, biaya operasi penangkapan, dan harga ikan. Asumsi yang digunakan adalah harga ikan per kg (P) dan biaya penangkapan per unit penangkapan (C) adalah konstan, sehingga total penerimaan nelayan dari usaha penangkapan (TR) adalah: TR = P.C dimana: TR = total revenue (penerimaan total) P = harga rata-rata ikan hasil survey per kg (Rp) C = jumlah produksi ikan (kg) Total biaya penangkapan (TC) dihitung dengan persamaan : TC = C.E

9 dimana: TC = total cost (biaya penangkapan total) C = total pengeluaran rata-rata unit penangkapan ikan (Rp) E = jumlah upaya penangkapan untuk menangkap sumberdaya ikan (unit) Sehingga keuntungan bersih usaha penangkapan ikan (π) adalah: π = TR TC Selanjutnya untuk perhitungan total penerimaan hasil tangkapan dari usaha penangkapan ikan oleh nelayan di Kabupaten Nias dihitung berdasarkan jenis alat tangkap yang digunakan, musim penangkapan, jumlah hasil tangkapan per trip, berat hasil tangkapan per trip (kg), hasil tangkapan utama, dan harga ikan hasil tangkapan per kg Analisis aspek sosial Analisis aspek sosial dalam penelitian ini yaitu; (1) analisis kelembagaan dan, (2) analisis kepemilikan unit penangkapan. (1) Analisis kelembagaan Analisis kelembagaan dilakukan untuk melihat sejauh mana hubungan antara kelembagaan dengan usaha perikanan tangkap ikan unggulan di Analisis ini dilakukan secara deskriptif yaitu dengan mempelajari karakteristik kelembagaan perikanan yang ada di Fakta yang ada selanjutnya dilakukan interpretasi mengenai keberadaan lembaga di tengah masyarakat, kemudian dikemukakan beberapa alternatif pemecahan yang memungkinkan, terutama berkenaan dengan pengaruh kelembagaan terhadap perkembangan usaha perikanan tangkap ikan unggulan di Kabupaten Nias. Analisis ini dilakukan secara deskriptif. (2) Analisis kepemilikan unit penangkapan Analisis kepemilikan unit penangkapan dilakukan untuk melihat seberapa besar status kepemilikan unit alat tangkap dan bagaimana sistem pembagian hasil. Analisis ini dilakukan secara deskriptif.

10 3.2.2 Pengumpulan data untuk pemilihan komoditas unggulan Terdapat beberapa kriteria dan indikator yang digunakan untuk menentukan apakah suatu komoditas tergolong unggul atau tidak yang ada di Perairan Kabupaten Nias seperti yang disajikan pada Tabel 6 sedangkan untuk melakukan analisis jenis sumberdaya ikan sesuai dengan kriteria dan indikator tersebut di atas maka dilakukan analisis dengan proses hierarki analisis (PHA). Dengan analisis PHA tersebut maka dapat ditentukan prioritas komoditas unggulan yang akan dikembangkan di Tabel 6 Kriteria dan indikator dalam menentukan komoditas unggulan No Kriteria keunggulan Indikator 1 Produksi selalu ada dan Harganya tinggi Rata-rata produksi 200 kg/trip/kapal. Harga rata-rata Rp /kg. 2 Permintaan pasar lokal tinggi Menyuplai kebutuhan konsumsi ikan sebanyak jiwa penduduk Kabupaten Nias 3 Peluang ekspor/antar pulau tinggi Eksport 10 ton/minggu/spesies. Daerah untuk ekport (lokal) antara lain; Sibolga, Medan, Padang, Pekan Baru; sedangkan eksport untuk ke luar negeri pasar utamanya adalah Singapura. 4 Prasarana dan sarana penunjang ada Prasarana meliputi pelabuhan/ppi, pabrik es,tpi, sedangkan sarana yang dimaksud adalah kapal penangkap ikan, alat tangkap, nelayan, dan SDI (fishing ground). 5 Adanya keterkaitan ke depan dan ke belakang Pengembangan usaha penangkapan ikan ini akan dapat mendorong

11 Tabel 6 (Lanjutan) No Kriteria keunggulan Indikator tumbuhnya industri-industri baru, baik hulu maupun hilir. Industri hulu dalam hal ini adalah industri penyedia sarana produksi seperti kapal, alat tangkap, perbekalan, dan perbengkelan sedangkan industri hilir adalah industri pengolahan dan pengawetan ikan, pengiriman barang, koperasi/perbankkan, dan pasar. 6 Skala yang besar Mempunyai peluang untuk dikembangkan dalam skala usaha yang 7 Adanya dukungan dan peran dalam kebijakan regional dan nasional besar. Menunjang upaya peningkatan PAD Meningkatkan pendapatan masyarakat 8 Penyerapan tenaga kerja yang tinggi Jumlah tenaga kerja di Kabupaten Nias adalah jiwa. Dari jumlah itu dapat menyerap tenaga kerja sebesar 6 % untuk usaha penangkapan ikan baik di sektor produksi maupun di sektor pengolahan dan pemasaran produknya. 9 Adanya ketersediaan teknologi Teknologi penangkapan ikan cukup tersedia dan selalu berkembang seperti fish finder, echo sounder, dan satelit. 3.3 Teknik Pengambilan Contoh Mengingat daerah penelitian yang luas, penyebaran nelayan, keterbatasan waktu, tenaga dan biaya serta pertimbangan, agar tujuan penelitian ini dapat dicapai,

12 maka ditentukan beberapa wilayah contoh yang mempunyai usaha perikanan tangkap yang dapat mewakili seluruh populasi yang ada di wilayah penelitian. Menurut Parel et al. (1975) dalam Ihsan (2000), metode penarikan contoh yang sesuai untuk populasi yang menyebar pada wilayah yang luas adalah dengan metode penarikan contoh secara bertingkat (multi stage sampling). Penarikan contoh secara bertingkat berdasarkan wilayah dilakukan sebagai berikut : (a) Populasi penarikan contoh tingkat pertama merupakan kecamatan yang terdapat pada wilayah penelitian, yakni 15 kecamatan yang merupakan jumlah wilayah pesisir yang ada di Dengan mempertimbangkan jumlah nelayan pemilik, usaha perikanan tangkap, produksi hasil tangkapan perikanan laut serta kemungkinan pelaksanaannya, dipilih 6 kecamatan contoh diantaranya : Kecamatan Lahewa, Kecamatan Tuhemberua, Kecamatan Gunungsitoli Utara, Kecamatan Gunungsitoli, Kecamatan Idanogawo dan Kecamatan Sirombu sebagai contoh pertama. (b) Dari populasi contoh tingkat pertama, dilakukan penarikan contoh tingkat kedua untuk memilih desa/kelurahan contoh dengan menggunakan prosedur yang sama dengan penarikan contoh tingkat pertama. Pemilihan desa/kelurahan contoh dilakukan dengan mempertimbangkan jumlah dan jenis unit perikanan tangkap yang ada diwilayah tersebut serta saran dan petunjuk dari Dinas Kelautan dan Perikanan Berdasarkan pertimbangan tersebut, untuk kecamatan Lahewa dipilih satu desa yaitu Desa Balofadorotuho; Kecamatan Tuhemberua dipilih satu desa yaitu desa Botolakha; Kecamatan Gunungsitoli Utara dipilih satu desa yaitu Desa Teluk Belukar; Kecamatan Gunungsitoli dipilih dua desa/kelurahan yaitu Kelurahan Pasar Gunungsitoli dan Desa Moawo;; Kecamatan Idanogawo dipilih satu desa yaitu Desa Bozihona; dan Kecamatan Sirombu dipilih satu desa yaitu Desa Sirombu. (c) Dari contoh tingkat kedua, dilakukan pencatatan nelayan pemilik yang melakukan usaha penangkapan ikan menurut jenis alat tangkap yang digunakan. Untuk setiap desa/kelurahan contoh, diambil sampel secara purposive sebanyak 10 % berdasarkan jenis alat tangkap yang ada di wilayah tersebut. Penentuan dari jumlah nelayan yang diambil sebanyak 10 % tersebut mempunyai kriteria antara

13 lain; kehadiran pada saat di lapangan, kesediaan untuk berkomunikasi dengan penulis dan pengalaman nelayan dalam usaha perikanan tangkap. Secara statistik Ada 2 jenis alat tangkap yang dominan beroperasi di perairan Kabupaten Nias yaitu pancing (hand line) dan jaring insang hanyut (drift gill net) yang terdiri dari drift gill net bermata besar dan drift gill net bermata kecil. 3.4 Analisis Hierarki Proses (AHP) AHP untuk penentuan komoditas ikan unggulan di Kabupaten Nias Penentuan komoditas unggulan didasarkan pada kriteria-kriteria yang telah ditetapkan antara lain (1) tingkat produksi dan harga, (2) permintaan pasar lokal, (3) peluang ekspor/antar pulau, (4) sarana dan prasarana penunjang, (5) keterkaitan ke depan dan kebelakang, (6) skala, (7) dukungan dan peran pemerintah, (8) penyerapan tenaga kerja, (9) ketersediaan teknologi, dan (10) yang berkelanjutan dan lestari. Sementara calon alternatif yang menjadi komoditas unggulan di Kabupaten Nias dibagi atas 3 yaitu : (1) Tuna, (2) Cakalang/Tongkol, dan (3) Ikan Karang Membuat struktur hierarki untuk penentuan komoditas unggulan di di Kabupaten Nias Hierarki pengambilan keputusan dalam penentuan komoditas unggulan (Gambar 7) dalam menunjang tujuan pembangunan perikanan tangkap di Kabupaten Nias dibagi atas 3 tingkatan yaitu tingkat 1 merupakan fokus pada komoditas unggulan, tingkat 2 merupakan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan, dan tingkat 3 adalah calon alternatif komoditas unggulan yang layak dikembangkan untuk menunjang tujuan pembangunan perikanan tangkap di Jumlah responden yang diambil untuk mengetahui bagaimana persepsi mereka tentang komoditas unggulan yang layak dikembangkan adalah berjumlah 8 orang dan masing-masing berjumlah 2 orang yang terdiri dari nelayan, pedagang ikan, pengusaha perikanan tangkap, dan Dinas Kelautan dan Perikanan Pengambilan responden ini dianggap sebagai key informant yang benar-benar mengetahui permasalahan pokok perikanan tangkap di

14 3.4.2 AHP untuk penentuan tujuan pembangunan perikanan tangkap di Kabupaten Nias Penentuan tujuan pembangunan perikanan tangkap di Kabupaten Nias dilakukan dengan menggunakan analisis AHP. Aktor atau pelaku yang berperan adalah nelayan, pengusaha perikanan tangkap, pedagang ikan, Dinas Kelautan dan Perikanan dan Bappeda Kabupaten Nias sedangkan faktor yang berperan adalah potensi sumberdaya ikan (SDI), sarana dan prasarana, potensi sumberdaya manusia (SDM), adopsi teknologi, peluang pasar, aspek kelembagaan, dan unit penangkapan. Dari analisis di atas akan diperoleh alternatif tujuan pembangunan perikanan tangkap yang diharapkan di Kabupaten Nias seperti penyerapan tenaga kerja, peningkatan ekonomi masyarakat, peningkatan gizi masyarakat, peningkatan PAD, dan usaha penangkapan yang berkelanjutan Membuat struktur hierarki untuk penentuan tujuan pembangunan perikanan tangkap di Kabupaten Nias Hierarki pengambilan keputusan dalam penentuan tujuan utama pembangunan perikanan tangkap di Kabupaten Nias (Gambar 8) dibagi atas 4 tingkatan yaitu tingkat 1 merupakan fokus terhadap pembangunan perikanan tangkap di Kabupaten Nias, tingkat 2 merupakan aktor/ pelaku yang berperan dalam pembangunan perikanan tangkap di Kabupaten Nias, tingkat 3 merupakan faktorfaktor yang berperan dalam pembangunan perikanan tangkap di Kabupaten Nias, dan tingkat 4 merupakan alternatif tujuan pembangunan perikanan tangkap di Kabupaten Nias. Jumlah stakeholders yang diambil dalam penentuan tujuan pembangunan perikanan tangkap di Kabupaten Nias adalah adalah sebanyak 10 orang dimana masing-masing aktor yang diambil adalah sebanyak 2 orang. Pengambilan responden ini dianggap sebagai key informant yang benar-benar mengetahui permasalahan pokok perikanan tangkap di Saaty (1991), teknik perbandingan berpasangan dilakukan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan langsung kepada stakholders, bisa seorang ahli, atau bukan ahli, tetapi yang penting adalah terlibat dan mengenal dengan baik permasalahan yang dinilai. Jika stakeholders merupakan suatu kelompok, maka seluruh anggota kelompok itu diusahakan dapat mencapai konsensus dalam memberikan pendapatnya.

15 3.4.3 Pembuatan skala perbandingan Pembuatan skala perbandingan ditujukan untuk menggambarkan pengaruh relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau kriteria/kepentingan yang setingkat di atasnya. Penentuan tingkat kepentingan pada setiap tingkat hierarki atau dilakukan dengan teknik komparasi berpasangan (pairwise comparation). Tabel 7 Skala banding berpasangan Tingkat D e f i n i s i Kepentingan 1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen Penjelasan mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap tujuan 3 Elemen yang atu sedikit lebih penting dari elemen yang lain 5 Elemen yang satu lebih penting dari pada elemen yang lain 7 Satu elemen jelas lebih penting dari elemen lainnya 9 Satu elemen tidak mutlak lebih penting daripada elemen yang lainnya Pengalaman dan penilaian sedikit mendukung satu elemen dibanding elemen yang lain Pengalaman dan penilaian sangat kuat mendukung satu elemen dibanding elemen yang lainnya Satu elemen dengan kuat didukung dan dominan terlihat dalam praktek Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen yang lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan 2,4,6.8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan aktivitas j, mempunyai nilai kebalikan bila dibandingkan dengan i Sumber : Saaty (1993). Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi diantara dua pilihan

16 Menghitung matriks Prinsip penilaian pada AHP bila terdapat m kriteria yang dibandingkan, maka harus dihasilkan m matriks, setiap sel C ij berikut: Tabel 8 Maktriks elemen n Formulasi matriks individu adalah sebagai C1 C2. Cn C1 1 A12. Aln C2 1/a12 1. A2n..... Cn 1/a1n 1/a2n. 1 Keterangan : C 1. C 2,.. Cn = Set elemen satu tingkat keputusan dalam hierarki. Kuantifikasi pendapat dari hasil komparasi yang mencerminkan niiai kepentingan C i terhadap C j. Analisis selanjutnnya adalah menghitung nilai-nilai dari matrik untuk mendapatkan vektor prioritas (VP). Selain itu juga dilakukan sintesis berbagai pertimbangan dan mendapatkan nilai konsistensi. Tabel 9 Menjumlahkan nilai dalam setiap kolom, matrik normalisasi dan Vektor Prioritas C1 C2. Cn Matriks normalisasi VP C1 1 A12. a1n 1/J1 a12/j2. aln/jn P1 C2 1/a1n 1. a2n A21/J1 1/J2. a2n/jn P Cn 1/a1n 1/a2n. 1 an1/j1 an2/j2. 1/Jn Pn I J1 J2. Jn VP Menghitung matriks pendapat gabungan Matriks pendapat gabungan merupakan matriks baru yang elemen-elemennya (g ij ) berasal dan rata-rata geometrik elemen matriks pendapat individu yang nilai ratio konsistensi (CR) memenuhi syarat. Tujuan dari penyususunan matriks pendapat gabungan ini adalah untuk membentuk suatu matriks yang mewakili matriks-matriks pendapat individu yang ada. Matriks ini selanjutnya digunakan untuk mengukur tingkat konsistensi serta vektor prioritas dari elemen-elemen hierarki yang mewakili semua responden. Pendapat gabungan ini menggunakan formula sebagai berikut : g ij = m m k 1 a ij k

17 keterangan : m = jumlah responden dan a ij = matriks/pendapat individu Pengolahan horisontal Pengolahan horisontal digunakan untuk menyusun prioritas elemen keputusan pada hierarki keputusan dengan tahapan sebagai berikut : Perkalian baris (Zi) dengan menggunakan rumus : Z i = n n kj1 a ij k Keterangan : Zi = vektor eigen/perkalian baris, N = Jumlah elemen yang dibanding m = jumlah responden, k = Kolom Pertama a ij = Nilai entri setiap matriks pada baris i dan kolom j (1) Perhitungan vektor prioritas atau vektor ciri (eigen vektor) Evpi = n i1 n n n j 1 n a j 1 ij( k ) a ij( k ) Zi, dimana Vpi = Vektor prioritas elemen i Zi Zi = Perkalian baris I n i1 (2) Perhitungan akar ciri atau nilai eigen (eigen value] maksimum (λ max) dengan rumus ; VA = a ij X Vp dengan VA = (V a ij ) Keterangan : VA adalah vektor antara VA VB = denganvb Vbi Vp Keterangan : VB adaiah nilai eigen n VB i max 1 n Nilai pengukuran konsistensi diperlukan untuk menghitung penyimpangan konsistensi dan consistency ratio (CR) apakah jawaban dan responden berpengaruh terhadap keabsahan hasil.

18 Indeks konsistensi (CI) merupakan matriks acak/random dengan skala 1-9 dan kebalikannya sebagai Indeks random (RI). Perbandingan antara CI dan RI untuk suatu matriks didefinisikan sebagai ratio konsistensi (CR) CI CR = RI Dimana : RI - Indeks acak (Random Indeks) dari matrik berordo 1-15 seperti tertera pada Tabel 11. Tabel 10 Nilai indeks acak (RI) matriks berordo 1-15 n RI n RI n RI Pengolahan vertikal Pengolahan vertikal digunakan untuk menyusun prioritas pengaruh setiap elemen pada tingkat hierarki keputusan tertentu terhadap sasaran utama. Jika CV jj didefinisikan sebagai nilai prioritas ke-i pada tingkat ke-j terhadap sasan utama maka Keterangan : Untuk i = 1,2,3,...p, CV ij = CH : 3 t1 (t, i -1)xVW t (i-1) j = 1,2,3,...r, t= 1,2,3,...s CH ij (t,i-1) = Nilai prioritas pengaruh elemen ke-j pada tingkat ke-i terhadap elemen ke-t pada tingkat diatasnya (t-1), yang diperoleh dari pengolahan horisontal VW t(i-1) = Nilai prioritas pengaruh elemen ke-t pada tingkat ke (i-1) terhadap sasaran utama, yang diperoleh dari hasil pengolahan vertikal p = Jumlah tingkat hierarki keputusan r = Jumlah elemen yang ada pada tingkat ke-i ke (i-1) s = Jumlah elemen yang ada pada tingkat ke (i-1)

19 Revisi pendapat Revisi pendapat dapat dilakukan apabila nilai konsistensi ratio (CR) dapat cukup tinggi (>0,1) dengan mencari deviasi RMS (Rood Mean Square) dari baris (a ij) dan perbandingan nilai bobot kolom (Wi/Wj) dan merevisi pendapat pada baris yang mempunyai nilai terbesar. λ max n j1 (a W / W ) ij i j Catatan dari beberapa ahli bahwa jika jumlah revisi terlalu besar, sebaliknya responden itu dihilangkan. Oleh karena itu revisi ini sangat terbatas mengingat akan terjadi penyimpangan dari jawaban (Saaty 1991)

20 Tingkat I FOKUS KOMODITAS UNGGULAN Tingkat II KRITERIA Tingkat Produksi dan Harga Permintaan Pasar Lokal Peluang Ekspor/Antar Pulau Sarana dan Prasarana Penunjang Keterkaitan Kedepan dan Kebelakang Skala Pengembangan Dukungan dan Peran Pemerintah Penyerapan Tenaga Kerja Ketersediaan Teknologi Tingkat III ALTERNATIF Ikan tuna Ikan cakalang/tongkol Ikan Karang Gambar 7 Hierarki komoditas unggulan di

21 Tingkat I FOKUS PEMBANGUNAN PERIKANAN TANGKAP DI KABUPATEN NIAS Tingkat II AKTOR NELAYAN PENGUSAHA PERIKANAN TANGKAP PEDAGANG IKAN DKP NIAS BAPPEDA LSM / NGO Tingkat III FAKTOR POTENSI SDI SARANA DAN PRASARANA POTENSI SDM POTENSI TEKNOLOGI PELUANG PASAR UNIT PENANGKAPAN Tingkat IV ALTERNATIF TUJUAN PENYERAPAN TENAGA KERJA PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT PENINGKATAN GIZI MASYARAKAT PENINGKATAN PAD USAHA PENANGKAPAN BERKELANJUTAN Gambar 8 Hierarki tujuan pembangunan perikanan tangkap di

22 3.5 Analisis Optimalisasi Alat Penangkapan Ikan Model linear goal programming (LGP) merupakan perluasan dari model linear programming yang mempunyai banyak tujuan ditambah dengan sepasang variabel deviasional yang akan muncul difungsi tujuan dan difungsi kendala tujuan (goal constraint). Variabel deviasional berfungsi untuk menampung penyimpangan atau deviasi yang akan terjadi pada nilai ruas kiri suatu persamaan kendala terhadap nilai ruas kanannya (Sutisna 2007). Berdasarkan hasil identifikasi, ada 19 macam sasaran yang hendak di capai dari upaya optimalisasi perikanan tangkap tersebut, antara lain : (1) Mengoptimalkan hasil tangkap ikan kerapu sesuai Catch (C) MSY kerapu, (2) Mengoptimalkan hasil tangkap ikan kakap sesuai Catch (C) MSY kakap, (3) Mengoptimalkan hasil tangkap ikan bambangan sesuai Catch (C) MSY bambangan, (4) Mengoptimalkan hasil tangkap ikan kurusi sesuai Catch (C) MSY kurusi, (5) Mengoptimalkan hasil tangkap ikan tuna sesuai Catch (C) MSY tuna, (6) Mengoptimalkan hasil tangkap ikan cakalang sesuai Catch (C) MSY cakalang, (7) Mengoptimalkan hasil tangkap ikan tongkol sesuai Catch (C) MSY tongkol, (8) Mengoptimalkan upaya tangkap ikan kerapu sesuai Effort (E) MSY kerapu, (9) Mengoptimalkan upaya tangkap ikan kakap sesuai Effort (E) MSY kakap, (10) Mengoptimalkan upaya tangkap ikan bambangan sesuai Effort (E) MSY bambangan, (11) Mengoptimalkan upaya tangkap ikan kurusi sesuai Effort (E) MSY kurusi, (12) Mengoptimalkan upaya tangkap ikan tuna sesuai Effort (E) MSY tuna, (13) Mengoptimalkan upaya tangkap ikan cakalang sesuai Effort (E) MSY cakalang, (14) Mengoptimalkan upaya tangkap ikan tongkol sesuai Effort (E) MSY tongkol, (15) Mengoptimalkan penggunaan BBM, (16) Mengoptimalkan penggunaan air tawar, (17) Mengoptimalkan penggunaan es, (18) Mengoptimalkan penggunaan tenaga kerja, (19) Mengoptimalkan retribusi terhadap PAD.

23 Model umum persamaan matematis dari LGP adalah: Fungsi Tujuan: Minimumkan Kendala-kendala Tujuan: Atau : a 11 x 1 + a 12 x a 1n x n + db 1 da 1 = b 1 a 21 x 1 + a 22 x a 2n x n + db 1 da 1 = b 2. a i1 x 1 + a i2 x a in x n + db i - da i = bi dimana : Pk = Urutan prioritas dbi = deviasi ke bawah dai = deviasi ke atas aij = Koefisien kendala tujuan, yaitu berhubungan dengan variabel tujuan Xj = variabel keputusan b i Z n j1 l m k 0 i1 Pk( dbi dai) aijxj dbi dai bi = Tujuan atau target yang ingin dicapai Secara umum ada 3 jenis kendala tujuan yang berlainan yaitu ; 1 Kendala tujuan pertidaksamaan lebih kecil sama dengan ( ). Untuk kendala tujuan jenis ini pertidaksamaannya dikurangi dengan variabel deviasi ke Atas (da) 2 Kendala tujuan pertidaksamaan lebih besar sama dengan ( ). Untuk kendala tujuan jenis ini pertidaksamaannya ditambah dengan variabel deviasi ke Bawah (db) 3 Kendala tujuan persamaan (=). Untuk kendala tujuan jenis ini persamaannya dikurangi dengan variabel deviasi ke Atas (da) dan ditambah dengan variabel deviasi ke Bawah (db)

24 3.6 Prioritas Strategi Pengembangan Perikanan Tangkap Komoditas Unggulan yang Berkelanjutan dan Berkeadilan Menyusun alternatif perikanan tangkap yang berkelanjutan dan berkeadilan di Kabupaten Nias menggunakan analisis SWOT. SWOT adalah analisis yang digunakan para perencana strategis daerah atau bisnis (Rangkuti 2006) Analisis strategi usaha perikanan tangkap di Kabupaten Nias Analisis strategi menggunakan analisis SWOT, dilakukan agar dapat merencanakan ke depan tentang perikanan tangkap di Kabupaten Nias yang meliputi aspek teknis, aspek biologi, aspek ekonomi, dan aspek sosial. Keempat aspek ini memegang peranan penting dalam perikanan tangkap di Analisis ini memformulasikan keempat aspek di atas menjadi faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) dalam usaha perikanan tangkap di Kabupaten Nias (Tabel 11).

25 Tabel 11 Formulasi aspek biologi, aspek teknik, aspek ekonomi, dan aspek sosial menjadi faktor internal dan faktor eksternal dalam perikanan tangkap di Kabupaten Nias Aspek biologi Aspek teknik Aspek ekonomi Aspek sosial Aspek biologi apa Aspek teknik apa yang Aspek ekonomi apa Aspek sosial apa yang menjadi faktor menjadi faktor yang menjadi faktor yang menjadi Faktor Internal Faktor eksternal Kekuatan (Strengths) Kelemahan (Weaknesses) Peluang (Opportunities) Ancaman (Threats) kekuatan dalam terpilih di Aspek biologi apa yang menjadi faktor kelemahan dalam terpilih di Aspek biologi apa yang menjadi faktor peluang dalam terpilih di Aspek biologi apa yang menjadi faktor ancaman dalam terpilih di kekuatan dalam terpilih di Aspek teknik apa yang menjadi faktor kelemahan dalam terpilih di Aspek teknik apa yang menjadi faktor peluang dalam terpilih di Aspek teknik apa yang menjadi faktor ancaman dalam terpilih di kekuatan dalam terpilih di Aspek ekonomi apa yang menjadi faktor kelemahan dalam terpilih di Aspek ekonomi apa yang menjadi faktor peluang dalam terpilih di Aspek ekonomi apa yang menjadi faktor ancaman dalam terpilih di faktor kekuatan dalam terpilih di Aspek sosial apa yang menjadi faktor kelemahan dalam terpilih di Aspek sosial apa yang menjadi faktor peluang dalam terpilih di Aspek sosial apa yang menjadi faktor ancaman dalam terpilih di

26 3.6.2 Analisis Prioritas Strategi Pengembangan Perikanan Tangkap di Kabupaten Nias Faktor internal dan eksternal kemudian dievaluasi untuk mengetahui seberapa penting kedua faktor ini dalam usaha perikanan tangkap terpilih. Evaluasi yang dilakukan dalam faktor internal yaitu dengan membuat matriks internal factor evaluation (IFE) dan faktor eksternal yaitu membuat matriks external factor evaluation (EFE). Langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut: (1) Menuliskan daftar kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perikanan tangkap terpilih di Kabupaten Nias (2) Memberikan nilai 1 sampai 4 pada skala kontribusi setiap komponen faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman terhadap faktor kunci internal dan eksternal. Nilai 4 = kontribusi sangat kuat; nilai 3= kotribusi kuat; nilai 2 = kontribusi lemah; dan nilai 1 = kontribusi sangat lemah. (3) Penentuan nilai share untuk setiap komponen faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dari faktor kunci internal dan eksternal dengan menggunakan rumus: nilai share dimana: i i i = nilai skala kontribusi setiap komponen faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Σi = Jumlah nilai skala kontribusi setiap komponen faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. (4) Penentuan bobot dari share untuk setiap komponen faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman terhadap faktor kunci, dengan menggunakan rumus: j Bobot 2 dimana: j = nilai share setiap komponen faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. (5) Memberikan rating setiap komponen faktor SWOT terhadap faktor kunci internal dan eksternal dengan menggunakan nilai 1 4. Nilai 4 = kontribusi

27 sangat kuat; nilai 3 = kotribusi kuat; nilai 2 = kontribusi lemah; dan nilai 1 = kontribusi sangat lemah. (6) Penentuan skor pengaruh setiap komponen faktor SWOT terhadap faktor kunci, dengan menggunakan rumus: Skor B R dimana: B = bobot R = rating setiap komponen faktor SWOT Mengembangkan pola strategi perlu adanya alernatif strategi yang diambil untuk menghasilkan strategi yang tepat dalam perikanan tangkap terpilih di Pola strategi yang dimaksud berpijak pada situasi ril kondisi eksternal maupun internal yang dibuat kedalam matriks SWOT (ancaman, peluang, kelemahan, dan kekuatan). Alternatif yang ditentukan dalam strategi SWOT melalui pendekatan matriks quantitative strategic planing management (QSPM), sebagai berikut: (1) Menuliskan peluang, ancaman, kekuatan, dan kelemahan. (2) Memberikan bobot pada masing-masing peluang, ancaman, kekuatan, dan kelemahan. Bobot ini harus identik dengan bobot yang diberikan pada matriks EFE dan IFE. (3) Menuliskan alternatif strategi yang akan dievaluasi. (4) Bila faktor yang bersangkutan ada pengaruhnya terhadap alternatif strategi yang sedang dipertimbangkan, maka pemberian nilai attractiveness score (AS) berkisar antara 1 sampai dengan 4. Nilai 1 = pengaruh strategi sangat lemah terhadap faktor SWOT; nilai 2 = pengaruh strategi lemah terhadap faktor SWOT; nilai 3 = pengaruh strategi kuat terhadap faktor SWOT; dan nilai 4 = pengaruh strategi sangat kuat terhadap faktor SWOT. Bila tidak ada pengaruhnya terhadap alternatif strategi yang sedang dipertimbangkan jangan berikan angka pada AS. (5) Menghitung weighted attractiveness score (WAS) dengan menggunakan rumus: WAS = B x AS dimana: B = bobot AS = nilai AS (attractiveness score)

28 (6) Menghitung total dari weighted attractiveness score (WAS) (7) Alternatif strategi yang memiliki total weighted attractiveness score (WAS) terbesar merupakan alternatif strategi yang paling baik di gunakan dalam perikanan tangkap terpilih di

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2012. Tempat penelitian dan pengambilan data dilakukan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Blanakan, Kabupaten Subang. 3.2 Alat

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. # Lokasi Penelitian

3 METODE PENELITIAN. # Lokasi Penelitian 35 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Timur, khususnya di PPP Labuhan. Penelitian ini difokuskan pada PPP Labuhan karena pelabuhan perikanan tersebut

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Perikanan tangkap merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang sangat penting di Kabupaten Nias dan kontribusinya cukup besar bagi produksi perikanan dan kelautan secara

Lebih terperinci

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian III. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Kajian Usaha pengolahan pindang ikan dipengaruhi 2 (dua) faktor penting yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi aspek produksi, manajerial,

Lebih terperinci

C E =... 8 FPI =... 9 P

C E =... 8 FPI =... 9 P 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 6 (enam) bulan yang meliputi studi literatur, pembuatan proposal, pengumpulan data dan penyusunan laporan. Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaas. yang terletak di

BAB IV METODE PENELITIAN. keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaas. yang terletak di 135 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian merupakan studi kasus yang dilakukan pada suatu usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaas. yang terletak

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperkuat dan mendukung analisis penelitian adalah:

IV METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperkuat dan mendukung analisis penelitian adalah: IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Balai Pengembangan Teknologi (BPT) Mekanisasi Pertanian Jawa Barat yang terletak di Jalan Darmaga Timur Bojongpicung, Cihea,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian pengembangan perikanan pelagis di Kabupaten Bangka Selatan dilakukan selama 6 bulan dari Bulan Oktober 2009 hingga Maret 2010. Pengambilan data dilakukan

Lebih terperinci

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran III. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Potensi perikanan yang dimiliki Kabupaten Lampung Barat yang sangat besar ternyata belum memberikan kontribusi yang optimal bagi masyarakat dan pemerintah daerah.

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data 15 III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu Pengambilan data dilakukan di PT. Mitra Bangun Cemerlang yang terletak di JL. Raya Kukun Cadas km 1,7 Kampung Pangondokan, Kelurahan Kutabaru, Kecamatan Pasar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) ini dilaksanakan di PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat pada

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 10 Lokasi penelitian.

3 METODE PENELITIAN. Gambar 10 Lokasi penelitian. 3 METODE PENELITIAN 3. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Lambada Lhok Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar, Pemerintah Aceh. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

3 METODOLOGI. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 6 bulan mulai bulan Februari 006 sampai dengan Juli 006 di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta (PPSNZJ). Kegiatan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian.

METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan April Mei 2011.

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan April Mei 2011. 24 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan April Mei 2011. Kegiatan penelitian meliputi tahap studi pustaka, pembuatan proposal, pengumpulan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. Gambar 3 Peta lokasi penelitian.

3 METODOLOGI. Gambar 3 Peta lokasi penelitian. 31 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pengambilan data untuk kebutuhan penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2011 hingga Mei 2011 bertempat di Sibolga Propinsi Sumatera Utara (Gambar 3).

Lebih terperinci

Ada tiga prinsip dasar dalam proses hirarki analitik, yaitu : secara hirarkis, yaitu memecah-mecah persoalan menjadi unsur-unsur yang terpisah-pisah.

Ada tiga prinsip dasar dalam proses hirarki analitik, yaitu : secara hirarkis, yaitu memecah-mecah persoalan menjadi unsur-unsur yang terpisah-pisah. 3. LANDASAN TEORI 3.1. Analytical Hierarchy Process Ai?nl~?rcnl Hrermc/?j9 P~~ocess (AHP) atau Proses Hirarki Analitik (PHA) ditujukan untuk membuat suatu model pel-inasalahan yang tidak mempunyai struktur

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data 19 3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di lapangan dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Sukabumi Jawa Barat. Pengambilan data di lapangan dilakukan selama 1 bulan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Kajian Kajian ini dilakukan di Kabupaten Bogor, dengan batasan waktu data dari tahun 2000 sampai dengan 2009. Pertimbangan pemilihan lokasi kajian antar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Dalam penelitian mengenai strategi bauran pemasaran pertama kali peneliti akan mempelajari mengenai visi misi dan tujuan perusahaan, dimana perusahaan yang

Lebih terperinci

VIII. PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP YANG BERKELANJUTAN. perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali memperlihatkan jumlah alokasi

VIII. PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP YANG BERKELANJUTAN. perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali memperlihatkan jumlah alokasi VIII. PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP YANG BERKELANJUTAN Hasil analisis LGP sebagai solusi permasalahan pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali memperlihatkan jumlah

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 12 (dua belas) bulan dimulai dari bulan Juli 2005 sampai Juni 2006, dengan kegiatan dimulai dari penyusunan rencana

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor mulai Desember 2010 Maret 2011. 3.2 Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran

III. METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran III. METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Indonesia merupakan negara penghasil kelapa terbesar di dunia. Namun, hal ini tidak sejalan dengan jumlah produk agroindustrinya yang tembus dijual di pasar ekspor.

Lebih terperinci

A. KERANGKA PEMIKIRAN

A. KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN Persaingan yang terjadi pada industri minuman ringan membuat setiap industri yang bergerak memproduksi minuman ringan harus selalu mengkaji ulang secara terus-menerus

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan pada CV Salim Abadi (CV SA), yang terletak di Jalan Raya Punggur Mojopahit Kampung Tanggul Angin, Kecamatan Punggur,

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 1) Miskin sekali: Apabila tingkat pendapatan per kapita per tahun lebih rendah 75% dari total pengeluaran 9 bahan pokok 2) Miskin: Apabila tingkat pendapatan per kapita per tahun berkisar antara 75-125%

Lebih terperinci

III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran

III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran Pemilihan stretegi bersaing yang tepat sangat diperlukan perusahaan dalam menghadapi persaingan bisnis yang ada. Tahapan dimulai dengan pembangunan konstruksi hirarki

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 36 36 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Budidaya pembesaran ikan kerapu bebek (Chromileptes altivelis) dengan sistem KJA dan budidaya rumput laut (Eucheuma cottonii) dengan sistem Long

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kajian

III. METODE KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kajian III. METODE KAJIAN 3.. Kerangka Pemikiran Kajian Sinergi yang saling menguntungkan antara petani dan perusahaan (PT ATB) dalam pengusahaan perkebunan merupakan faktor penting dalam usaha pengembangan perkebunan

Lebih terperinci

METODOLOGI KAJIAN. deskriptif dengan survey. Menurut Whitney (1960) dalam Natsir (1999), metode

METODOLOGI KAJIAN. deskriptif dengan survey. Menurut Whitney (1960) dalam Natsir (1999), metode III. METODOLOGI KAJIAN 3.1. Jenis Kajian Ditinjau dari aspek tujuan penelitian, kajian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan survey. Menurut Whitney (1960) dalam Natsir (1999), metode deskriptif

Lebih terperinci

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP ANALISIS DATA Data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan konsumen dan pakar serta tinjauan langsung ke lapangan, dianalisa menggunakan metode yang berbeda-beda sesuai kebutuhan dan kepentingannya.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data-data yang digunakan untuk penelitian ini merupakan gabungan antara data primer dan data sekunder. Data primer mencakup hasil penggalian pendapat atau

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN. Data kajian ini dikumpulkan dengan mengambil sampel. Kabupaten Bogor yang mewakili kota besar, dari bulan Mei sampai November

III. METODE KAJIAN. Data kajian ini dikumpulkan dengan mengambil sampel. Kabupaten Bogor yang mewakili kota besar, dari bulan Mei sampai November III. METODE KAJIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Data kajian ini dikumpulkan dengan mengambil sampel pemerintah kabupaten/kota, secara purposif yaitu Kota Bogor yang mewakili kota kecil dan Kabupaten Bogor yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ini dilakukan di Dapur Geulis yang merupakan salah satu restoran di Kota Bogor. Penelitian ini dimulai dengan melakukan identifikasi bauran pemasaran

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 1 Lokasi penelitian.

III. METODOLOGI. Gambar 1 Lokasi penelitian. III. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di kota Sibolga yang terletak di tepi pantai barat pulau Sumatera bagian Utara di Teluk Tapian Nauli, + 350 km Selatan kota

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 27 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pengumpulan data dilaksanakan bulan Juli-September 2007 yaitu di Polewali, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

III. PELAKSANAAN TUGAS AKHIR

III. PELAKSANAAN TUGAS AKHIR 26 III. PELAKSANAAN TUGAS AKHIR A. Lokasi, Waktu dan Pembiayaan 1. Lokasi Kajian Kajian tugas akhir ini dengan studi kasus pada kelompok Bunga Air Aqua Plantindo yang berlokasi di Ciawi Kabupaten Bogor.

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Jenis Data Yang Dikumpulkan

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Jenis Data Yang Dikumpulkan 3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di sentra-sentra ekonomi berbasis sumberdaya perikanan laut di Kabupaten Indramayu, seperti Karangsong, Pabean Udik, dan Singaraja.

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Metode Pengambilan Sampel

IV. METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Metode Pengambilan Sampel 14 IV. METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Maret-April 2009. Tempat penelitian berlokasi di Kota Sabang, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. 4.2 Metode Penelitian

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III. LANDASAN TEORI A. PERENCANAAN PROYEK INVESTASI

III. LANDASAN TEORI A. PERENCANAAN PROYEK INVESTASI III. LANDASAN TEORI A. PERENCANAAN PROYEK INVESTASI Menurut Khadariah (986), proyek adalah suatu keseluruhan kegiatan yang menggunakan sumber-sumber untuk memperoleh manfaat (benefit), atau suatu kegiatan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 35 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April dan Juli 2011. Proses pengambilan data dilakukan di PPN Pekalongan. Lokasi PPN Pekalongan dapat dilihat

Lebih terperinci

4 METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Jenis dan Sumber Data

4 METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Jenis dan Sumber Data 4 METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur. Pengambilan data di lapangan dipusatkan di PPN Brondong dan pusat pemerintahan Kabupaten

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua desa yaitu di Desa Tangkil dan Hambalang di Kecamatan Citereup, Kabupaten Bogor. Penelitian di kedua desa ini adalah

Lebih terperinci

Gambar 6 Peta lokasi penelitian.

Gambar 6 Peta lokasi penelitian. 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan dimulai dengan penyusunan proposal dan penelusuran literatur mengenai objek penelitian cantrang di Pulau Jawa dari

Lebih terperinci

Keragaan dan alokasi optimum alat penangkapan cakalang (Katsuwonus pelamis) di perairan Selat Makassar

Keragaan dan alokasi optimum alat penangkapan cakalang (Katsuwonus pelamis) di perairan Selat Makassar Prosiding Seminar Nasional Ikan ke 8 Keragaan dan alokasi optimum alat penangkapan cakalang (Katsuwonus pelamis) di perairan Selat Makassar Andi Adam Malik, Henny Setiawati, Sahabuddin Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara umum. Sedangkan untuk kajian detil dilakukan di kecamatan-kecamatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun memiliki hak yang sama untuk mengambil atau mengeksploitasi sumberdaya didalamnya. Nelayan menangkap

Lebih terperinci

EVALUASI USAHA PERIKANAN TANGKAP DI PROVINSI RIAU. Oleh. T Ersti Yulika Sari ABSTRAK

EVALUASI USAHA PERIKANAN TANGKAP DI PROVINSI RIAU. Oleh. T Ersti Yulika Sari   ABSTRAK EVALUASI USAHA PERIKANAN TANGKAP DI PROVINSI RIAU Oleh T Ersti Yulika Sari Email: nonnysaleh2010@hotmail.com ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui usaha perikanan tangkap yang layak untuk

Lebih terperinci

STUDI PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP DI KABUPATEN NIAS SABAR JAYA TELAUMBANUA

STUDI PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP DI KABUPATEN NIAS SABAR JAYA TELAUMBANUA STUDI PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP DI KABUPATEN NIAS SABAR JAYA TELAUMBANUA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada,

III METODE PENELITIAN. Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada, 35 III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Pemilihan daerah penelitian dilakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 29 A. Metode Dasar Penelitian III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Ciri-ciri metode deskriptif analitis adalah memusatkan pada pemecahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran PT NIC merupakan perusahaan yang memproduksi roti tawar spesial (RTS). Permintaan RTS menunjukkan bahwa dari tahun 2009 ke tahun 2010 meningkat sebanyak

Lebih terperinci

4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data

4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data 19 4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Provinsi Papua Barat. Pemilihan lokasi didasarkan pada pertimbangan bahwa Papua Barat sebagai wilayah yang mempunyai potensi sumber

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4. Lokasi dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di pabrik pupuk organik PT Agrindo Surya Graha yang berlokasi di jalan PLTP Angkrong, Kampung Sunda Wenang, RT 25/ Rw 11,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN.. 1

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN.. 1 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN Halaman.. i..vi.. viii.. ix I. PENDAHULUAN.. 1 1.1. Latar Belakang.. 1 1.2. Identifikasi Masalah..5 1.3. Rumusan Masalah.. 6 1.4. Tujuan

Lebih terperinci

IV METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan satuan kasus adalah sektor perikanan dan kelautan di Kabupaten Kendal. Studi kasus adalah metode

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA SIBOLGA KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROVINSI SUMATERA UTARA

ANALISIS USAHA PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA SIBOLGA KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROVINSI SUMATERA UTARA 1 ANALISIS USAHA PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA SIBOLGA KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROVINSI SUMATERA UTARA THE ANALYSIS OF PURSE SEINE AT THE PORT OF SIBOLGA ARCHIPELAGO FISHERY TAPANULI REGENCY

Lebih terperinci

Analisis usaha alat tangkap gillnet di pandan Kabupaten Tapanuli 28. Tengah Sumatera Utara

Analisis usaha alat tangkap gillnet di pandan Kabupaten Tapanuli 28. Tengah Sumatera Utara Analisis usaha alat tangkap gillnet di pandan Kabupaten Tapanuli 28 Jurnal perikanan dan kelautan 17,2 (2012): 28-35 ANALISIS USAHA ALAT TANGKAP GILLNET di PANDAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Variabel. Konsep dasar dan definisi operasional variabel adalah pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Variabel. Konsep dasar dan definisi operasional variabel adalah pengertian yang 53 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Variabel Konsep dasar dan definisi operasional variabel adalah pengertian yang diberikan kepada variabel sebagai petunjuk dalam memperoleh

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. dan data yang diperoleh. Penelitian ini disusun sebagai penelitian induktif yaitu

BAB IV METODE PENELITIAN. dan data yang diperoleh. Penelitian ini disusun sebagai penelitian induktif yaitu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis/Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif karena dalam pelaksanaannya meliputi data, analisis dan interpretasi tentang arti

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok, 98 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur. IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja berdasarkan pertimbangan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Lokasi penelitian dilaksanakan pada perusahaan CV Septia Anugerah Jakarta, yang beralamat di Jalan Fatmawati No. 26 Pondok Labu Jakarta Selatan. CV Septia Anugerah

Lebih terperinci

III. METODOLOGI KAJIAN

III. METODOLOGI KAJIAN III. METODOLOGI KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Kajian Penelitian Kajian dilakukan di Kabupaten Indramayu. Dasar pemikiran dipilihnya daerah ini karena Kabupaten Indramayu merupakan daerah penghasil minyak

Lebih terperinci

5 HASIL PENELITIAN. Tahun. Gambar 8. Perkembangan jumlah alat tangkap purse seine di kota Sibolga tahun

5 HASIL PENELITIAN. Tahun. Gambar 8. Perkembangan jumlah alat tangkap purse seine di kota Sibolga tahun 37 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Aspek Teknis Perikanan Purse seine Aspek teknis merupakan aspek yang menjelaskan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan usaha penangkapan ikan, yaitu upaya penangkapan, alat

Lebih terperinci

III. METODOLOGI KAJIAN

III. METODOLOGI KAJIAN III. METODOLOGI KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Kabupaten Pacitan merupakan salah satu daerah tertinggal dari delapan kabupaten di Jawa Timur. Daerah tertinggal adalah daerah kabupaten yang masyarakat serta

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. San Diego Hills. Visi dan Misi. Identifikasi gambaran umum perusahaan dan pasar sasaran

METODE PENELITIAN. San Diego Hills. Visi dan Misi. Identifikasi gambaran umum perusahaan dan pasar sasaran 24 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran San Diego Hills Visi dan Misi Identifikasi gambaran umum perusahaan dan pasar sasaran Bauran Pemasaran Perusahaan: 1. Produk 2. Harga 3. Lokasi 4. Promosi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI

Lebih terperinci

SELEKSI UNIT PENANGKAPAN IKAN DI KABUPATEN MAJENE PROPINSI SULAWESI BARAT Selection of Fishing Unit in Majene Regency, West Celebes

SELEKSI UNIT PENANGKAPAN IKAN DI KABUPATEN MAJENE PROPINSI SULAWESI BARAT Selection of Fishing Unit in Majene Regency, West Celebes SELEKSI UNIT PENANGKAPAN IKAN DI KABUPATEN MAJENE PROPINSI SULAWESI BARAT Selection of Fishing Unit in Majene Regency, West Celebes Oleh: Muh. Ali Arsyad * dan Tasir Diterima: 0 Desember 008; Disetujui:

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi

III. METODOLOGI. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi 23 III METODOLOGI Penelitian ini dilakukan dalam empat tahapan penelitian yaitu tahap pengumpulan data dan informasi, tahap pengkajian pengembangan produk, tahap pengkajian teknologi, tahap uji coba dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN STOCK. Analisis Bio-ekonomi Model Gordon Schaefer

METODE PENELITIAN STOCK. Analisis Bio-ekonomi Model Gordon Schaefer METODE PENELITIAN 108 Kerangka Pemikiran Agar pengelolaan sumber daya udang jerbung bisa dikelola secara berkelanjutan, dalam penelitian ini dilakukan beberapa langkah perhitungan untuk mengetahui: 1.

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA JARING INSANG HANYUT (Drift Gill Net) TAMBAT LABUH KAPAL DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA SIBOLGA TAPANULI TENGAH SUMATERA UTARA

ANALISIS USAHA JARING INSANG HANYUT (Drift Gill Net) TAMBAT LABUH KAPAL DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA SIBOLGA TAPANULI TENGAH SUMATERA UTARA ANALISIS USAHA JARING INSANG HANYUT (Drift Gill Net) TAMBAT LABUH KAPAL DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA SIBOLGA TAPANULI TENGAH SUMATERA UTARA BUSINESS ANALYSIS DRIFT GILL NETS MOORING FISHING VESSEL

Lebih terperinci

Gambar 3 Peta lokasi pengambilan sampel di Kabupaten Pendeglang.

Gambar 3 Peta lokasi pengambilan sampel di Kabupaten Pendeglang. 3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Pengambilan data lapangan dilakukan selama 6 bulan pada bulan Juli-Desember 2007.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Kaliduren Estates yang berlokasi di Perkebunan Tugu/Cimenteng, Desa Langkap Jaya, Kecamatan Lengkong, Kabupaten Sukabumi.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI KAJIAN

III. METODOLOGI KAJIAN III. METODOLOGI KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Kemiskinan merupakan penyakit ekonomi pada suatu daerah yang harus di tanggulangi. Kemiskinan akan menyebabkan ketidakberdayaan masyarakat dalam mengelola

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi Penelitian dan Fokus penelitian Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa Timur tepatnya Kota

BAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi Penelitian dan Fokus penelitian Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa Timur tepatnya Kota BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian dan Fokus penelitian Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa Timur tepatnya Kota Malang. Fokus penelitian ini meliputi Sub sektor apa saja yang dapat menjadi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Batu Bara pada ruang

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Batu Bara pada ruang 23 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Batu Bara pada ruang lingkup wilayah kerja Dinas Perkebunan Kabupaten Batu Bara dan Dinas Pertanian

Lebih terperinci

VII. POTENSI LESTARI SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP. Fokus utama estimasi potensi sumberdaya perikanan tangkap di perairan

VII. POTENSI LESTARI SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP. Fokus utama estimasi potensi sumberdaya perikanan tangkap di perairan VII. POTENSI LESTARI SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP Fokus utama estimasi potensi sumberdaya perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali didasarkan atas kelompok ikan Pelagis Kecil, Pelagis Besar, Demersal

Lebih terperinci

5 PEMBAHASAN 5.1 Analisis Sumber Daya Lestari Perikanan Gillnet

5 PEMBAHASAN 5.1 Analisis Sumber Daya Lestari Perikanan Gillnet 5 PEMBAHASAN 5.1 Analisis Sumber Daya Lestari Perikanan Gillnet Metode surplus produksi telah banyak diaplikasikan dalam pendugaan stok perikanan tangkap, karena metode ini menerapkan integrasi berbagai

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian 3.2 Tahapan Pelaksanaan Penelitian

3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian 3.2 Tahapan Pelaksanaan Penelitian 23 3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pulau Weh (Provinsi Aceh) dengan fokus utama pelaksanaan penelitian dilakukan di Desa Beurawang yang merupakan pusat kegiatan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 29 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Sektor UKM memiliki peran dan fungsi sangat strategik dalam pertumbuhan perekonomian Indonesia, tetapi kredit perbankan untuk sektor ini dinilai masih

Lebih terperinci

8. PRIORITAS PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DEMERSAL YANG BERKELANJUTAN DENGAN ANALISIS HIRARKI PROSES

8. PRIORITAS PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DEMERSAL YANG BERKELANJUTAN DENGAN ANALISIS HIRARKI PROSES 8. PRIORITAS PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DEMERSAL YANG BERKELANJUTAN DENGAN ANALISIS HIRARKI PROSES 8.1 Pendahuluan Untuk dapat memahami persoalan dalam pemanfaatan dan pengelolaan

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara 20 III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara (lampiran 1) dengan pihak perusahaan sebanyak 3 responden

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Perikanan Tangkap 4.1.1 Armada Kapal Perikanan Kapal penangkapan ikan merupakan salah satu faktor pendukung utama dalam melakukan kegiatan penangkapan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan tangkap merupakan suatu sistem yang terdapat dalam sektor perikanan dan kelautan yang meliputi beberapa elemen sebagai subsistem yang saling berkaitan dan mempengaruhi

Lebih terperinci

OPTIMASI UPAYA PENANGKAPAN UDANG DI PERAIRAN DELTA MAHAKAM DAN SEKITARNYA JULIANI

OPTIMASI UPAYA PENANGKAPAN UDANG DI PERAIRAN DELTA MAHAKAM DAN SEKITARNYA JULIANI OPTIMASI UPAYA PENANGKAPAN UDANG DI PERAIRAN DELTA MAHAKAM DAN SEKITARNYA JULIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2005 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... Halaman xii DAFTAR GAMBAR... DAFTAR

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada kawasan Objek Wisata Alam Talaga Remis di Desa Kadeula Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Kegiatan

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP. Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang

VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP. Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP.. Rumahtangga Nelayan Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang berperan dalam menjalankan usaha perikanan tangkap. Potensi sumberdaya

Lebih terperinci

BAB III METODE KAJIAN

BAB III METODE KAJIAN 47 BAB III METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Meningkatnya aktivitas perkotaan seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi masyarakat yang kemudian diikuti dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk akan

Lebih terperinci

III METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Penentuan Metode Destilasi Minyak Pala

III METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Penentuan Metode Destilasi Minyak Pala 50 III METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian 3.1.1 Penentuan Metode Destilasi Minyak Pala a. Penentuan Kriteria dan Alternatif : Diperlukan data primer berupa kriteria yang digunakan dalam pemilihan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Wisata Agro Tambi yang terletak di Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Amani Mastra yang kantornya terletak di

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Amani Mastra yang kantornya terletak di 38 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Amani Mastra yang kantornya terletak di Kompleks Perumahan Cikunir, Jatibening, Jakarta dan memiliki perkebunan sayuran

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 25 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran merupakan miniatur keseluruhan dari proses penelitian. Kerangka pemikiran akan memberikan arah yang dapat dijadikan pedoman bagi para

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Lokasi Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dilakukan secara purposive (sengaja) yaitu berdasarkan pertimbanganpertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

Penyebaran Kuisioner

Penyebaran Kuisioner Penentuan Sampel 1. Responden pada penelitian ini adalah stakeholders sebagai pembuat keputusan dalam penentuan prioritas penanganan drainase dan exspert dibidangnya. 2. Teknik sampling yang digunakan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di peternakan domba Tawakkal Farm (TF) Jalan Raya Sukabumi Km 15 Dusun Cimande Hilir No. 32, Caringin, Bogor. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 56 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dipaparkan mengenai perancangan penelitian yang digunakan untuk mencapai tujuan dalam penulisan ini. Penelitian ini memiliki 2 (dua) tujuan,

Lebih terperinci