PENGGUNAAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM KEGIATAN BERBICARA SISWA KELAS VIII DI MTs. AL-KHAIRIYAH TEGALLINGGAH KECAMATAN SUKASADA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGGUNAAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM KEGIATAN BERBICARA SISWA KELAS VIII DI MTs. AL-KHAIRIYAH TEGALLINGGAH KECAMATAN SUKASADA"

Transkripsi

1 PENGGUNAAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM KEGIATAN BERBICARA SISWA KELAS VIII DI MTs. AL-KHAIRIYAH TEGALLINGGAH KECAMATAN SUKASADA Ratna Ayu Yistiana, I Nyoman Sudiana, Md. Sri Indriani Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia {ratnaayuyistiana@yahoo.co.id, nyoman sudiana@yahoo.co.id, sriindriani6161@yahoo.com}@undiksha.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan dan menganalisis maksim kuantitas dalam kegiatan berbicara siswa kelas VIII MTs. Al-Khairiyah Tegallinggah.(2) mendeskripsikan dan menganalisis maksim kualitas dalam kegiatan berbicara siswa kelas VIII MTs. Al-Khairiyah Tegallinggah.(3) mendeskripsikan dan menganalisis maksim pelaksanaan dalam kegiatan berbicara siswa kelas VIII MTs. Al-Khairiyah Tegallinggah.(4) mendeskripsikan dan menganalisis maksim relevansi dalam kegiatan berbicara siswa kelas VIII MTs. Al-Khairiyah Tegallinggah. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII di MTs. Al-Khairiyah Tegallinggah. Objek penelitian ini adalah penggunaan prinsip kerja sama dalam kegiatan berbicara siswa kelas VIII, yang meliputi maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi dan maksim cara. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi yang didukung dengan teknik perekaman. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) siswa sudah menaati maksim kuantitas ketika berbicara; (2) siswa sudah menaati maksim kualitas ketika menjawab pertanyaan dari guru; (3) siswa sudah menaati maksim relevansi saat bertanya dan memberikan tanggapan atas pernyataan guru; dan (4) siswa sudah menggunakan maksim cara ketika berbicara selama pembelajaran bahasa Indonesia. Ketaatan siswa menggunakan keempat maksim tersebut, menunjukkan bahwa siswa sudah menerapkan prinsip kerja sama ketika berbicara. Secara keseluruhan, penggunaan prinsip kerja sama berdampak positif terhadap pembelajaran bahasa Indonesia, yaitu situasi pembelajaran menjadi nyaman, kondusif dan proses pembelajaran berjalan lancar. Kata kunci: prinsip kerja sama, maksim, kegiatan berbicara, dan pembelajaran bahasa Indonesia Abstract This study aims to (1) describe and analyze the maxim of quantity in speaking activities eighth grade students of MTs. Al-Khairiyah Tegallinggah, (2) describe and analyze the maxim of quality in speaking activities eighth grade students of MTs. Al- Khairiyah Tegallinggah, (3) describe and analyze the implementation of the maxim of speaking activities eighth grade students of MTs. Al-Khairiyah Tegallinggah, and (4) describe and analyze the maxim of relevance in speaking activities of eighth grade students of MTs. Al-Khairiyah Tegallinggah.This research uses descriptive qualitative research design. The subjects were eighth grade students at MTs. Al- Khairiyah Tegallinggah. Object of this study is the use of the principle of cooperation

2 in speaking activities eighth grade students, which includes the maxim of quantity, maxim of quality, maxim of relevance and maxim of manner. Data collection method used is supported by the observation method that supported by recording t technique.the data obtained were analyzed using qualitative descriptive analysis techniques. The results of this study indicate that (1) students have obeyed the maxim of quantity when speaking, (2) students have obeyed the maxim of quality in answering questions from the teacher, (3) students have obeyed the maxim of relevance and when they asked the teacher and responded to teachers statements, and (4 ) students were using the maxim of manner when speaking during the learning Indonesian. Obedience of students using the four maxims, showed that the students had to apply the principle of cooperation when speaking. Overall, the use of the principle of cooperation have positive impact on learning Indonesian, the learning situation becomes comfortable, and conducive to the learning process can run smoothly. Key words: cooperative principles, maxims, speaking activities, and learning Indonesian PENDAHULUAN Bahasa merupakan saluran perumusan maksud, melahirkan perasaan, dan memungkinkan manusia menciptakan kerja sama. Soeparno (2002) menyatakan bahwa tidak ada masyarakat tanpa bahasa dan tidak ada pula bahasa tanpa masyarakat. Seperti halnya aktivitasaktivitas sosial yang lain, kegiatan berbahasa baru terwujud apabila manusia terlibat di dalamnya. Di dalam berbicara, penutur dan lawan tutur sama-sama menyadari bahwa ada kaidah-kaidah yang mengatur tindakannya, penggunaan bahasanya,dan interpretasi-interpretasinya terhadap tindakan lawan tuturnya. Setiap peserta tutur bertanggung jawab terhadap tindakan dan penyimpangan kaidah kebahasaan di dalam interaksi lingual (Wijana, 1996: 45). Dalam berkomunikasi setiap orang mempunyai tujuan- tujuan tertentu. Komunikasi yang terjalin diharapkan dapat dipahami maknanya oleh orang- orang yang terlibat dalam proses komunikasi. Tujuan seorang berkomunikasi adalah menyampaikan pesan dan menjalin hubungan sosial. Hal ini akan terjadi jika dalam berkomunikasi diperlukan aturanaturan yang mengatur penutur dan mitra tutur agar dapat saling bekerja sama dalam mewujudkan proses komunikasi yang baik, sehingga pada akhirnya tujuan dari komunikasi tersebut dapat tercapai. Agar tujuan interaksi dapat tercapai dengan baik, para peserta interaksi harus memiliki pengetahuan komunikatif yang terdiri atas pengetahuan linguistik, pengetahuan interaksi, dan pengetahuan kebudayaan (Ibrahim, 1993). Demikian juga, agar pesan dapat tersampai secara efektif dan efisien, (Rahardi dalam Jumadi, 2001) menyarankan agar peserta interaksi mempertimbangkan(1) prinsip kejelasan, (2) prinsip kepadatan, dan (3) prinsip kelangsungan. Prinsip kejelasan menuntut agar peserta tutur menyampaikan informasi secara jelas, tidak ambigu. Prinsip kepadatan menuntut peserta tutur agar menyampaikan informasi secara singkat dan padat, sedangkan prinsip kelangsungan menuntut agar peserta tutur menyampaikan informasi secara langsung, dan tidak berbelit-belit. Adapun hal-hal yang memengaruhi ketika interaksi terjadi, seperti topik pembicaraan, situasi psikologis, pengetahuan, suasana hati peserta tutur dan perkembangan situasi (formal/ tidak terlalu formal). Selain itu, konteks interaksi juga dipengaruhi oleh faktor sosial yang berlaku dalam kehidupan masyarakat. Faktor faktor sosial tersebut berhubungan dengan peran peserta komunikasi, tempat komunikasi berlangsung, tujuan komunikasi, dan situasi komunikasi. Dengan mengetahui kedua aspek tersebut, penutur/peserta tutur dalam berinteraksi akan mampu berkomunikasi secara baik dan benar. Sebagai fenomena sosial, penggunaan bahasa dalam interaksi

3 belajar mengajar di sekolah terbukti dalam bentuk percakapan yang dibangun oleh siswa. Secara intensif, percakapan tersebut tampak ketika siswa aktif bertanya atau berbicara di kelas, yang umumnya dikembangkan oleh guru untuk mengaktifkan siswa sesuai yang dituntut KTSP yang mengutamakan bahwa di sekolah dituntut lebih banyak melibatkan siswa selama pembelajaran. Siswa diharapkan mampu berkomunikasi sebagai respons terhadap sesuatu yang telah disampaikan oleh guru. Dalam hal ini, siswa dituntut untuk mampu berkomunikasi dengan memperhatikan kaidah yang ada. Jika antara guru dan siswa kurang memperhatikan kaidahkaidah tersebut, maka kejelasan pesan akan terganggu. Akibatnya, komunikasi yang terjadi tidak dapat berlangsung secara maksimal. Dalam teori interaksi, ada dua prinsip penggunaan bahasa yang wajar dan alamiah, yaitu prinsip kerja sama dan prinsip kesopanan. Prinsip kerja sama menganjurkan agar komunikasi verbal dilakukan dengan bentuk yang lugas, jelas, isinya benar, dan relevan dengan konteksnya. Prinsip kesopanan menganjurkan agar komunikasi verbal dilakukan dengan sopan, yaitu bijaksana, mudah diterima, murah hati, rendah hati, cocok, dan simpati. Prinsip kerja sama terdiri atas empat maksim percakapan (conversational maxim), yaitu maksim kuantitas (maxim of quantity), maksim kualitas (maxim of quality), maksim relevansi (maxim of relevance), dan maksim pelaksanaan(maximofmanner). Penyimpangan terhadap prinsip kerja sama dapat terjadi apabila penggunaan prinsip kerja sama tidak memenuhi ketentuan. Ini dapat berdampak pada terganggunya proses komunikasi yang sedang berlangsung. Adanya penyimpangan terhadap prinsip kerja sama disebabkan oleh suatu keadaan yang mendorong penutur untuk tidak memenuhi ketentuan yang ditetapkan. Keadaan yang dimaksud, yaitu 1) ketika penutur kurang atau tidak menguasai permasalahan yang dibahas atau disampaikan, dan 2) ketika penutur kurang atau tidak memahami konteks komunikasi tutur yang sedang terjadi. Seperti yang diketahui, pembelajaran dapat berjalan dengan baik jika fungsi komunikasi berjalan dengan baik pula. Guru ataupun siswa diharapkan mampu berdiskusi dengan komunikatif, mampu menyampaikan gagasan, sanggahan, dan berargumen saat pembelajaran berlangsung. Sesuai pengamatan peneliti, pada saat guru mengajari siswa bahasa Indonesia di MTs. Al-Khairiyah Tegalinggah, yang dalam hal ini peneliti juga ikut membina siswa tentang jurnalistik, ditemukan banyak siswa tidak mengerti materi yang disampaikan oleh guru. Ketika siswa bertanya, sebagian besar siswa mengajukan pertanyaan yang hanya sekadar bertanya. Siswa-siswi tersebut tidak begitu tanggap dalam membuat pertanyaan. Mereka lebih cenderung bertanya dengan bahasa yang berbelit-belit, sehingga pertanyaan yang diajukan sulit dimengerti oleh lawan bicaranya. Sebagian besar siswa dalam memberikan pertanyaan menggunakan kalimat yang tidak jelas dan sistematis, sehingga mitra tutur/ guru memerintahkan siswa untuk mengulangi pertanyaannya. Adanya hal tersebut, menyebabkan guru meminjam waktu mata pelajaran lainnya untuk menyelesaikan topik pelajaran yang disampaikan pada saat itu. Jadi, interaksi belajar yang terjadi di dalam kelas tersebut tidak efektif. Bahasa yang digunakan oleh guru, terutama dalam menyampaikan materi pembelajaran kurang mendapat respons dari siswa. Siswa terlihat kesulitan dalam menerima materi yang dijelaskan oleh guru, sehingga proses pembelajaran tidak efesien dan banyak membuang waktu. Untuk itulah diharapkan guru ataupun siswa dalam proses pembelajaran harus berbicara seinformatif mungkin dan relevan dengan materi yang disampaikan pada saat pembelajaran. Hal ini disebabkan oleh konsep utama dari prinsip kerja sama adalah menyampaikan tuturan yang bisa dipahami oleh penutur dan mitra tutur. Melihat keadaan itulah peneliti bermaksud untuk mengamati prinsip kerja sama yang digunakan oleh siswa di sekolah tersebut. Menurut hemat

4 peneliti, dalam kegiatan berbicara perlu diterapkan prinsip kerja sama, baik oleh siswa maupun guru yang menjadi mitra tutur. Proses interaksi di sekolahlah yang sesuai untuk diamati karena di dalam kelas akan terjadi interaksi antara siswa dan siswa ataupun guru yang bersangkutan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat keefektifan proses pembelajaran dan kepekaan siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru. Oleh karena itu, peneliti bermaksud untuk mengaji penggunaan prinsip kerja sama yang digunakan oleh siswa ketika berbicara di dalam kelas selama proses pembelajaran berlangsung. Pemilihan MTs. Al-khairiyah Tegallinggah didasarkan pada pertimbangan bahwa siswa di sekolah ini tergolong ke dalam siswa yang sudah cukup aktif berbicara terutama dalam menyampaikan pertanyaan, menyanggah, berpendapat dan sebagainya selama proses pembelajaran. Namun, seperti yang sudah dipaparkan diawal, dalam berbicara, siswa-siswi masih belum menerapkan kaidah-kaidah dalam berbahasa. Pemilihan kelas VIII sebagai subjek penelitian berdasarkan pertimbangan bahwa siswa-siswi kelas VIII lebih aktif dibandingkan dengan siswasiswi kelas VII, sementara untuk siswa kelas IX, peneliti tidak pernah mengajar pada jenjang kelas tersebut, sehingga peneliti kurang mengetahui suasana pembelajaran yang ada di kelas IX. Dengan berbagai alasan inilah peneliti memilih kelas VIII. Di sekolah ini terdapat kelas VIII A dan VIII B, peneliti akan mengamati kedua kelas tersebut agar peneliti menemukan tuturan siswa yang lebih variatif dan representatif, yaitu tuturan siswa yang mengandung maksimmaksim tertentu ketika berbicara. Terdapat 2 penelitian yang mengkaji tentang prinsip kerja sama, yaitu Pelaksanaan Prinsip Kerja Sama dalam Percakapan Siswa saat Diskusi pada Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran SMK Negeri I Singaraja, karya Ngakan Putu Angga Nantha Wijaya pada tahun 2012, dan Realisasi Prinsip Kerja Sama dalam Wacana Dialog antara Penyiar dan Pendengar Radio oleh Wildan pada tahun Dari kedua penelitian tersebut, belum ada yang meneliti penggunaan prinsip kerja sama ketika siswa berbicara selama proses pembelajaran berlangsung. Oleh karena itulah, penelitian ini bermaksud mengaji prinsip kerja sama siswa ketika mereka berbicara. Berdasarkan hal yang telah disampaikan sebelumnya, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis (1) untuk mendeskripsikan maksim kuantitas dalam kegiatan berbicara siswa kelas VIII MTs. Al- Khairiyah Tegallinggah, (2) untuk mendeskripsikan maksim kualitas dalam kegiatan berbicara siswa kelas VIII MTs. Al-Khairiyah Tegallinggah, (3) untuk mendeskripsikan maksim relevansi dalam kegiatan berbicara siswa kelas VIII MTs. Al-Khairiyah Tegallinggah, (4) untuk mendeskripsikan maksim pelaksanaan dalam kegiatan berbicara siswa kelas VIII MTs. Al-Khairiyah Tegallinggah. Adapun manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini. Manfaat tersebut dapat dibedakan menjadi dua, yakni manfaat teoretis 1. Manfaat Teoretis Hasil penelitian dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan, terkait dengan pelaksanaan prinsip kerja sama siswa dalam kegiatan berbicara selama pembelajaran bahasa Indonesia. Dalam hal ini, hasil penelitian yang dilaksanakan dapat digunakan para ahli untuk mengembangkan dan menciptakan teori prinsip kerja sama yang secara aplikatif dapat diterapkan untuk membangun komunikasi yang baik sehingga tercipta proses pembelajaran yang edukatif, efektif dan efesien. 2. Manfaat Praktis Secara praktis, hasil penelitian ini akan bermanfaat untuk beberapa pihak.bagi para Guru, hasil penelitian

5 ini dapat bermanfaat bagi para guru untuk memahami pengaruh penggunaan prinsip kerja sama dalam berbicara, khususnya saat pembelajaran bahasa Indonesia di kelas. Dari pemahaman itu dapat dijadikan umpan balik untuk mengevaluasi dan menyempurnakan proses komunikasi dalam menggunakan bahasa pada kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini, guru mampu mengarahkan dan menciptakan kondisi pembelajaran sesuai yang diharapkan. Bagi siswa, Penelitian ini juga memberikan manfaat kepada siswa. Melalui penelitian ini siswa mampu memahami pengaruh penggunaan prinsip kerja sama dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Dengan mengetahui pengaruh prinsip kerja sama ini, siswa akan mampu menciptakan dan melakukan kegiatan pembelajaran yang efektif. Untuk itu, siswa memiliki pengetahuan baru mengenai prinsip kerja sama. Bagi peneliti, hasil penelitian ini akan memberikan jawaban mengenai penggunaan prinsip kerja sama siswa dalam kegiatan berbicara selama proses pembelajaran di kelas. Sebagai calon guru, peneliti dapat memahami penggunaan prinsip kerja sama yang seharusnya diperhatikan dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia. Penelitian ini setidaknya akan memberikan gambaran mengenai penggunaan prinsip kerja sama siswa dalam kegiatan berbicara pada pembelajaran bahasa Indonesia. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan, pedoman, informasi, atau bahan bandingan terhadap penelitian yang dilakukan. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai pancingan untuk melakukan penelitian sejenis yang lebih mendalam dan lebih terperinci. METODE Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif merupakan rancangan penelitian yang digunakan sebagai prosedur mengidentifikasi dan mendeskripsikan fenomena yang terjadi di lapangan dengan apa adanya, tanpa adanya unsur rekayasa. Rancangan deskriptif kualitatif digunakan untuk memperoleh gambaran yang jelas, objektif, sistematis, dan cermat mengenai fakta-fakta aktual dari sifat populasi. Rancangan deskriptif kualitatif digunakan karena penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dan menganalisis penggunaan prinsip kerja sama dalam kegiatan berbicara siswa kelas VIII di MTs. Al-Khairiyah Tegallinggah, yang meliputi maksim kuantitas yang digunakan oleh siswa, maksim kualitas yang digunakan oleh siswa, maksim relevansi yang digunakan oleh siswa dan maksim pelaksanaan yang digunakan oleh siswa ketika berbicara. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII di MTs. Al-Khairiyah Tegallinggah. Objek penelitian ini secara umum adalah penggunaan prinsip kerja sama dalam kegiatan berbicara, yang meliputi maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi, maksim pelaksanaan dalam kegiatan berbicara siswa kelas VIII MTs. Al-Khairiyah Tegallinggah. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan dengan metode observasi yang didukung dengan teknik perekaman. Teknik ini digunakan untuk memudahkan dalam mengumpulkan data sebanyakbanyaknya dari proses interaksi verbal dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Alat perekaman yang digunakan adalah tape recorder.melalui alat ini, peneliti berusaha mengumpulkan data berupa rekaman tuturan siswa dari proses interaksi verbal dalam kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia. Selain itu, peneliti juga menyiapkan lembar observasi untuk mencatat hal-hal yang kemungkinan besar tidak dapat direkam melalui teknik perekaman. Untuk melengkapi data yang tidak terekam tersebut, peneliti melakukan observasi

6 terhadap aktivitas komunikasi dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Teknik observasi yang dilakukan adalah observasi nonpartisipatif. Artinya, peneliti tidak ikut secara aktif dalam aktivitas pembelajaran di kelas, tetapi cukup duduk di kelas bagian belakang sambil mengamati dan melakukan pencatatan tentang pelaksanaan pembelajaran dan situasi yang menyertainya pada lembaran observasi yang sudah disiapkan. Yang dilakukan peneliti hanyalah melakukan pengamatan atas segala kejadian yang berlangsung. Oleh karena itu, alat yang digunakan berupa kertas atau buku catatan. Dengan teknik tersebut, diperoleh data catatan hasil observasi tentang penggunaan prinsip kerja sama saat siswa berbicara. Sementara untuk teknik perekaman, data yang terekam selanjutnya ditranskripsikan dan dianalisis. Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih oleh penulis dalam pengumpulan data agar kegiatan tersebut berjalan secara sistematis (Arikunto,2005;101). Instrumen yang digunakan dalam metode observasi adalah lembar catatan observasi dan dibantu oleh alat perekam yang digunakan untuk merekam tuturan siswa saat pembelajaran berlangsung. Pada saat melaksanakan observasi, hasil observasi dicatat dalam lembar catatan tersebut. Catatan yang telah terkumpul dalam lembar observasi tersebut dianalisis dan disesuaikan dengan data perekaman. Analisis data dilakukan setelah pengumpulan data sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Kegiatan ini dilakukan dengan teknik deskriptif kualitatif. Teknik deskriptif kualitatif adalah suatu teknik menganalisis data dengan cara menginterpretasikan data yang diperoleh dengan kata-kata. Teknik deskriptif kualitatif juga sering diartikan sebagai penelitian yang tidak menggunakan perhitungan atau hanya menggunakan kata-kata, (Moleong dalam Jabrohim (ed) 2001:23).. Teknik deskriptif kualitatif ini digunakan untuk mendeskripsikan penggunaan prinsip kerja sama siswa dalam kegiatan berbicara selama pembelajaran bahasa Indonesia di kelas VIII MTs. Al-Khairiyah Tegallinggah. Menurut Sugiyono (2008:336) analisis data pada penelitian kualitatif sebenarnya berlangsung sebelum terjun ke lapangan dan selama terjun di lapangan. Adapun tahapan-tahapan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) reduksi data, (2) penyajian data, dan (3) klasifikasi data, dan (4) penyimpulan data. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian ini mencakup empat hal, yaitu (1) maksim kuantitas dalam kegiatan berbicara siswa, (2) maksim kualitas dalam kegiatan berbicara siswa, (3) maksim relevansi dalam kegiatan berbicara siswa, (4) maksim pelaksanaan dalam kegiatan berbicara siswa kelas VIII di MTs. Al-Khairiyah Tegallinggah. Berdasarkan hasil observasi, tuturan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas VIII MTs. Al-Khairiyah Tegallinggah, ditemukan adanya 86 (67,78%) tuturan siswa yang mengandung maksim kuantitas, 58 tuturan siswa (45,70%) tuturan siswa yang mengandung maksim kualitas, sebanyak 103 (81,10%)tuturan siswa yang termasuk maksim relevansi, dan 48 (37,80%) tuturan siswa yang menggunakan maksim cara dari 127(60,20%) tuturan. Berdasarkan jumlah tuturan tersebut, tampak bahwa maksim relevansi lebih dominan dibandingkan maksim-maksim yang lain. Pada saat tertentu, prinsip kerja sama tidak selamanya ditaati oleh siswa ketika berbicara. Pelanggaranpelanggaran terhadap prinsip kerja sama juga sempat dilakukan oleh siswa dalam berbicara, baik disadari maupun tidak. Namun, pelanggarantersebut hanya sebagian kecil saja. Dari segi pelanggaran terhadap prinsip kerja sama yang dilakukan oleh siswa, maksim kualitas dan maksim cara adalah yang paling banyak dilanggar oleh siswa, yakni sebanyak 61, 53%. Pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan kebanyakan pada saat memberikan tanggapan atas pertanyaan yang diberikan oleh guru selama proses pembelajaran bahasa Indonesia. Lebih lanjut, hasil penelitian tentang penggunaan prinsip kerja sama siswa

7 pada pembelajaran bahasa Indonesia di kelas VIII MTs. Al-Khairiyah Tegallinggah akan diuraikan sebagai berikut. Sesuai dengan hasil penelitian yang telah dipaparkan, siswa sebagian besar menaati maksim kuantitas dan maksim relevansi dalam bertutur. Boleh dikatakan, kedua penggunaan maksim ini yang paling banyak ditaati oleh siswa ketika berbicara. Saat guru mengarahkan jalannya pembelajaran bahasa Indonesia, siswa hampir selalu menaati maksim kuantitas, relevansi dalam berbicara, baik di bagian pembuka, bagian inti pembelajaran atau waktu terjadinya berbagai diskusi, antara guru dan siswa, dan ketika guru akan mengakhiri pembelajaran. Selama kegiatan pembelajaran, guru selalu bertanya kepada siswa. Pertanyaan pertanyaan tersebut mendapat tanggapan yang tepat dan memiliki hubungan dengan materi yang diberikan. Oleh karena itu, sebagian besar siswa menciptakan kerja sama. Hal ini dibuktikan karena siswa cukup aktif menjawab pertanyan yang dilontarkan oleh guru. Seperti yang diungkapkan oleh Keith Allan (1986), bertutur adalah kegiatan yang berdimensi sosial, seperti lazimnya kegiatan-kegiatan sosial lain, Kegiatan bertutur dapat berlangsung dengan baik apabila terdapat satu atau lebih para peserta pertuturan terlibat aktif di dalam proses bertutur, dan jika salah satu pertuturan tidak aktif, dapat dipastikan pertuturan itu tidak dapat berjalan lancar. Hal inilah yang menyebabkan antara penutur dan mitra tutur tidak melaksanakan prinsip kerja sama. Siswa umumnya menyampaikan tuturannya dengan singkat dan memberikan informasi yang secukupnya sesuai dengan kebutuhan penanya/ guru. Hal ini sesuai dengan pendapat Wijana (1996:46) yang menyatakan bahwa menaati maksim kuantitas berarti menghendaki setiap peserta pertuturan memberikan kontribusi yang secukupnya atau sebanyak yang dibutuhkan oleh lawan bicaranya. Hal yang demikian digunakan oleh siswa terutama ketika memberikan informasi kepada guru atas jawaban yang diajukan, sehingga proses pembelajaran berlangsung lancar. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan penggunaan maksim kuantitas siswa ketika berbicara dalam pembelajaran bahasa Indonesia sebanyak 86 (67,78%) tuturan. Tuturan siswa tersebut terjadi saat guru membuka, menjelaskan dan menutup pembelajaran. Sebelum memulai pembelajaran, guru bertanya kepada siswa materi apa saja yang sudah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Kemudian siswa menjawab serempak atas pertanyaan yang diajukan oleh guru. Sementara di tengah berlangsungnya pembelajaran, antara guru dan siswa terjadi diskusi atas materi yang disampaikan pada pertemuan itu. Sebagian besar maksim kuantitas banyak ditaati oleh siswa ketika diundang oleh guru untuk berpendapat. Dalam hal ini, guru memberikan berbagai pertanyaan untuk mengetahui kemampuan siswa memahami apa yang dijelaskan oleh guru. Siswa juga terlihat aktif dalam menjawab dan memposisikan jawabannya tersebut tepat dan relevan dengan topik pembicaraan.tetapi, kadang jawaban yang diberikan masih kurang dan salah, sehingga terjadi pelanggaran pada maksim kuantitas. Tuturan siswa yang banyak mengandung maksim kuantitas terjadi ketika guru memberikan pertanyaan kepada siswa. Hal ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman mereka terhadap materi yang akan dipelajari. Mengajukan pertanyaan setelah menjelaskan merupakan tugas sebagai seorang guru. Terkadang, jawaban yang diutarakan oleh siswa ada yang bersifat langsung dan tidak langsung. Tuturan yang bersifat langsung inilah yang memungkinkan terjadinya prinsip kerja sama, dan sebaliknya jika tuturan itu disampaikan secara tidak langsung, kemungkinan dalam bertutur, siswa akan menerapkan prinsip kesopanan. Hal inilah yang membuat bahwa tuturan tersebut melanggar maksim yang ada. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Angga (2012), yang berjudul Pelaksanaan Prinsip Kerja Sama dalam Percakapan Siswa saat Diskusi pada Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran SMK

8 Negeri I Singaraja, dinyatakan bahwa dalam kegiatan diskusi tuturan siswa dipengaruhi oleh sikap santun siswa, artinya siswa tidak sepenuhnya menaati prinsip kerja sama dalam diskusi pada pembelajaran bahasa Indonesia di kelas. Selain maksim kuantitas, dalam sebuah tuturan yang sama juga mengandung maksim relevansi, kualitas dan maksim cara. Dikatakan maksim relevansi karena informasi yang diberikan siswa sudah tepat dengan permasalahan yang dibicarakan, sedangkan dikatakan mengandung maksim kualitas karena tuturan tersebut sudah sesuai dengan kenyataaan bahwa tuturan tersebut sudah lumrah. Maka dari itu, satu tuturan tidak selamanya mengandung satu jenis maksim tetapi bisa dua atau tiga maksim. Sebanyak 17,44% tuturan siswa melanggar maksim kuantitas, sedangkan ketaatan siswa melaksanakan maksim ini sebanyak 67,78% tuturan. Dari segi penggunaan maksim kualitas, hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa ketika berbicara untuk menanggapi pertanyaan guru sudah benar dan bisa diterima oleh guru. Informasi yang diberikan siswa sudah sesuai dengan topik pembicaraan. Tuturan yang disampaikan umumnya memberikan jawaban yang sesuai dengan kenyataan agar dapat diterima oleh pendengar. Tetapi ada sebagian pertanyaan yang dijawab oleh siswa yang tidak sesuai dengan kenyataan dan sulit diterima oleh pendengar. Inilah yang menyebabkan terjadinya pelanggaran pada maksim ini. Pelanggaran- pelanggaran yang dilakukan siswa umumnya karena kesalahan konsep. Siswa belum memahami sepenuhnya mengenai permasalahan yang diajukan oleh guru sehingga tanggapan siswa atas pertanyaan guru hanya memberikan informasi yang sekadar pengetahuan mereka. Oleh karena itulah, siswa kadang memberikan informasi yang tidak berkualitas dan diragukan oleh guru, sehingga terjadilah pelanggaran pada maksim kualitas. Tetapi tuturan yang melanggar maksim kualitas bisa menimbulkan maksim lainnya. Maksim cara, misalnya. Sebagian tuturan yang mengandung maksim kualitas atau yang melanggar maksim ini bisa juga mengandung maksim cara. Dikatakan demikian, informasi yang diutarakan oleh siswa memang sudah benar tapi uraian jawabannya itu cukup singkat, padat dan jelas, sehingga kualitas jawabannya dinilai kurang tepat dan tidak berkualitas. Dengan demikian, tuturan siswa yang mengandung atau melanggar maksim kualitas bisa juga terdapat maksim lainnya dalam tuturan tersebut. Jadi, maksim kualitas sama halnya dengan maksim kuantitas. Kemudian mengenai maksim relevansi, dilihat pada kartu data yang sudah dijabarkan pada hasil penelitian, maksim ini merupakan maksim yang paling banyak ditaati oleh siswa ketika mereka berbicara selama pembelajaran berlangsung. Boleh dikatakan, maksim ini selalu ada dalam setiap tuturan siswa. Informasi yang diberikan oleh siswa selalu relevan dengan topik dan permasalahan yang dibicarakan. Selama proses pembelajaran, ketika siswa berbicara baik itu dalam bertanya maupun menanggapi pertanyaan atau perintah yang diajukan oleh guru, siswa selalu memberikan kontribusi yang relevan dengan pernyataan guru/ penanya. Hal ini menyebabkan tidak ada tuturan siswa yang tidak berhubungan dengan inti pembicaraan. Penggunaan maksim tersebut menggambarkan bahwa siswa berpartisipasi penuh selama kegiatan pembelajaran. Sebanyak 103 (81,10%) tuturan siswa relevan dengan topik yang dibicarakan. Ini berarti, siswa memberikan kontribusi yang relevan dengan topik atau permasalahan yang dibicarakan selama pembelajaran bahasa Indonesia. Maksim ini akan mengarahkan proses pembelajaran berjalan lancar dan tidak melebihi rentang waktu yang telah ditentukan. Namun, tidak dapat dipungkiri maksim ini juga pernah dilanggar oleh siswa. Pelanggaran ini terjadi ketika guru bertanya dan siswa memberikan tanggapan yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Jawaban yang diutarakan siswa tidak sesuai dengan inti pertanyaan guru. Sebanyak 12 (11,65%) tuturan siswa

9 yang melanggar maksim relevansi. Ketidakrelevanan tuturan siswa berkaitan dengan pelanggaran maksim kuantitas dan pematuhan maksim kualitas. Ada kalanya, informasi yang diberikan oleh siswa tidak sesuai dengan kebutuhan penanya. Oleh karena itu, tuturan siswa tersebut dikatakan melanggar maksim relevansi. Ketidaksesuain tuturan juga disebabkan karena kurangnya kontribusi relevan siswa terhadap pertanyaan guru. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, terdapat berbagai tuturan yang sama dalam kartu data tersebut. Secara umum, semua tuturan yang ada pada kartu data, masing-masing tuturan tersebut mengandung berbagai maksim. Pada pembahasan maksim kuantitas, kualitas, dijelaskan bahwa setiap tuturan tersebut tidak hanya mengandung satu buah maksim, melainkan berbagai maksim. Berbeda halnya dengan maksim-maksim tersebut, ketidakrelevalan informasi yang diberikan siswa sudah melanggar prinsip kerja sama, terutama ketiga maksim tersebut. Yang terakhir adalah maksim cara. Sesuai dengan hasil penelitian, siswa umumnya menaati maksim cara dalam bertutur, sebanyak 48 (37,80%) tuturan. Sebagian besar, siswa berbicara secara langsung, jelas dan runtut serta tidak ambigu. Hanya saja, ketika siswa berbicara, kadang karena ketidakmampuannya menjawab, mereka sering mengulangi pertanyaan guru. Adanya hal tersebut menyebabkan terjadinya pelanggaran dalam prinsip kerja sama. Sesuai dengan teori bahwa penyimpangan terhadap prinsip kerja sama disebabkan oleh suatu keadaan yang mendorong penutur untuk tidak memenuhi ketentuan yang ditetapkan. Keadaan yang dimaksud, yaitu 1) ketika penutur kurang atau tidak menguasai permasalahan yang dibahas atau disampaikan, dan 2) ketika penutur kurang atau tidak memahami konteks komunikasi tutur yang sedang terjadi. Secara umum, tuturan siswa banyak yang mematuhi maksim cara. Maksim ini berbeda tipis dengan penggunaan maksim kualitas siswa dalam berbicara. Sebagian besar, jawaban siswa terhadap pertanyaan guru sudah cukup singkat, padat dan jelas. Namun, kejelasan ini akan menimbulkan pelanggaran maksim kualitas. Hal ini disebabkan karena tuturan siswa yang singkat, jelas tersebut belum tentu berkualitas, bergantung dari penanya, apakah informasi tersebut sudah bisa diterima atau tidak. Tuturan yang seperti itu berkaitan dengan maksim kuantitas, sehingga informasi yang diberikan siswa sudah relevan, berkualitas dan sesuai kebutuhan penanya. Namun, jika sebuah tuturan disampaikan dengan kalimat panjang lebar, dikatakan tuturan siswa tersebut melanggar maksim cara. Dikatakan demikian, karena hakikat maksim cara adalah informasi yang disampaikan harus singkat, padat dan jelas. Hal ini sejalan dengan pendapat Rahardi (2008:57), maksim cara mengharuskan peserta pertuturan bertutur secara langsung, jelas, dan tidak kabur. Sebanyak 17(13,38%) tuturan siswa melanggar maksim cara. Maksim ini merupakan maksim yang kedua paling banyak dilanggar oleh siswa ketika pembelajaran berlangsung. Selanjutnya, penggunaan prinsip kerja sama siswa ketika berbicara dalam pembelajaran bahasa Indonesia sesuai dengan hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa siswa umumnya menaati prinsip kerja sama dalam bertutur. Diketahui sebanyak 127 (60,20%) tuturan siswa yang taat terhadap prinsip kerja sama dan pelanggarannya mencapai 43(23,50%) tuturan. Hal ini memperlihatkan bahwa tingkat ketaatan siswa terhadap prinsip kerja sama lebih besar daripada tingkat pelanggarannya. Berarti dalam hal ini, ketaatan tuturan siswa secara umum menaati prinsip kerja sama. Dengan kata lain, penggunaan maksim maksim dalam prinsip kerja sama sudah dipatuhi oleh siswa ketika berbicara selama mengikuti pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa ketika siswa berbicara selama pembelajaran berlangsung, siswa umumnya menaati prinsip kerja sama dalam bertutur. Hal ini memberikan dampak positif terhadap jalannya pembelajaran. Pertama, waktu yang diperlukan untuk belajar cukup efisien dan

10 berhasil mencapai tujuan pembelajaran. Kedua, masalah yang dibicarakan tidak menghabiskan banyak waktu dalam penyelesainnya. Ketiga, permasalahan yang dibicarakan selalu relevan dengan topik pembicaraan. Secara keseluruhan, penggunaan prinsip kerja sama berdampak positif terhadap pembelajaran bahasa Indonesia. Dampak yang ditimbulkan dalam penggunaan prinsip kerja sama terhadap pembelajaran bahasa Indonesia adalah situasi pembelajaran menjadi nyaman, kondusif dan proses pembelajaran berjalan lancar. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan beberapa hal mengenai penelitian ini. Pertama, Penggunaan maksim kuantitas dalam kegiatan berbicara siswa umumnya menaati maksim tersebut dalam prinsip kerja sama. Sebanyak 86 (67,78%) tuturan siswa yang menaati maksim ini. Siswa memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan pendengar. Terkadang, tuturan siswa tersebut dikatakan masih kurang cukup, sehingga tuturan tersebut telah melanggar maksim kuantitas. Kedua, Penggunaan maksim kualitas dalam kegiatan berbicara siswa, sebagian besar menaati maksim ini. Sebanyak 58 (45,70%) tuturan siswa yang mengandung maksim tersebut. Siswa sudah memberikan jawaban yang tepat terhadap pertanyaan guru. Ketiga, Penggunaan maksim relevansi dalam kegiatan berbicara siswa, secara keseluruhan menaati maksim tersebut. Siswa selalu relevan dengan apa yang dibicarakan selama pembelajaran berlangsung. Sebanyak 103 (81,10%) tuturan siswa yang menaati maksim ini. Keempat, Penggunaan maksim cara dalam kegiatan berbicara siswa, sebagian besar siswa menaati maksim ini. Siswa memberikan jawaban secara singkat, padat, jelas dan tidak ambigu. Sebanyak 48(37,80%) tuturan siswa yang menggunakan maksim cara. Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan di atas, saran-saran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, Hasil penelitian ini diharapkan dapat djadikan umpan balik untuk mengevaluasi diri dalam proses komunikasi. Dengan demikian, guru akan berusaha untuk memperhatikan prinsip kerja sama ketika memberikan penjelasan ataupun pertanyaan kepada siswa. Kedua, penelitian ini dapat dijadikan sebagai pengalaman langsung untuk mengetahui penggunaan prinsip kerja sama. Dengan pengetahuan yang dimiliki, maka gambaran mengenai penggunaan prinsip kerja sama siswa bisa dijadikan cerminan untuk melaksanakan pembelajaran yang efektif dan efesien. Ketiga, Hasil penelitian ini juga disarankan agar dapat digunakan sebagai pancingan untuk melakukan penelitian sejenis, yang lebih mendalam dan menghasilkan hasil yang jauh berbeda dengan hasil penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA AnggaN.W,NgakanPutu Pelaksana an Prinsip Kerja Sama dalam Percakapan Siswa saat Diskusi pada Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran SMK Negeri 1 Singaraja. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Singaraja: Undiksha. Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Fadilah, Wildan Realisasi Prinsip Kerja Sama dalam Wacana Dialog antara Penyiar dan Pendengar Radio. Skripsi (tidak diterbitkan). FPBS, UPI Bandung. Ruhardi, Kunjana Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Soeparno Dasar-dasar Linguistik Umum. Yogyakarta: Tiara Wacana. Wijana, I Dewa Putu Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi.

11

PELAKSANAAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM PERCAKAPAN GURU DAN SISWA SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS XI SMAN I KEDIRI

PELAKSANAAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM PERCAKAPAN GURU DAN SISWA SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS XI SMAN I KEDIRI PELAKSANAAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM PERCAKAPAN GURU DAN SISWA SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS XI SMAN I KEDIRI Ni Wayan Eminda Sari Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sebuah sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Sesuai dengan fungsinya, bahasa memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELAS PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELAS PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELAS PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PRINSIP KERJA SAMA PADA TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI KELAS XI SMA NEGERI 1 BLAHBATUH

PELAKSANAAN PRINSIP KERJA SAMA PADA TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI KELAS XI SMA NEGERI 1 BLAHBATUH PELAKSANAAN PRINSIP KERJA SAMA PADA TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI KELAS XI SMA NEGERI 1 BLAHBATUH I Nyoman Payuyasa, Prof. Dr. I Made Sutama, M.Pd., Prof.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. universal. Anderson dalam Tarigan (1972:35) juga mengemukakan bahwa salah

I. PENDAHULUAN. universal. Anderson dalam Tarigan (1972:35) juga mengemukakan bahwa salah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan media yang utama dalam komunikasi manusia untuk menyampaikan informasi. Bahasa itu bersifat unik bagi manusia sekaligus bersifat universal. Anderson

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Kelas Siswa Kelas XI SMA N 1 Sleman, implikasi penelitian ini bagi pembelajaran

BAB V PENUTUP. Kelas Siswa Kelas XI SMA N 1 Sleman, implikasi penelitian ini bagi pembelajaran BAB V PENUTUP Pada bagian ini akan dibahas mengenai kesimpulan hasil penelitian Analisis Pemanfaatan Prinsip Kesantunan Berbahasa pada Kegiatan Diskusi Kelas Siswa Kelas XI SMA N 1 Sleman, implikasi penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. komunikasi, melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan (berkomunikasi)

I. PENDAHULUAN. komunikasi, melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan (berkomunikasi) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa tidak dapat dilepaskan dalam kehidupan manusia, bahkan bahasa selalu digunakan oleh manusia dalam segala kegiatan. Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesamanya. Hal ini karena fungsi bahasa yang

Lebih terperinci

PRINSIP KERJA SAMA DALAM BERINTERAKSI DI LINGKUNGAN SMPN 11 KOTA JAMBI Hendri Ristiawan* SMPN 11 Kota Jambi

PRINSIP KERJA SAMA DALAM BERINTERAKSI DI LINGKUNGAN SMPN 11 KOTA JAMBI Hendri Ristiawan* SMPN 11 Kota Jambi Pena pppp Vol.7,m,m[Type No.2 text]njnj Desember 2017 ISSN 2089-3973 PRINSIP KERJA SAMA DALAM BERINTERAKSI DI LINGKUNGAN SMPN 11 KOTA JAMBI Hendri Ristiawan* SMPN 11 Kota Jambi ABTRACT The results of this

Lebih terperinci

ARTIKEL E-JOURNAL. Oleh RASMIAYU FENDIANSYAH NIM JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

ARTIKEL E-JOURNAL. Oleh RASMIAYU FENDIANSYAH NIM JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DAN PERLOKUSI PADA GURU MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR KELAS X SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 5 TANJUNGPINANG ARTIKEL E-JOURNAL Oleh RASMIAYU

Lebih terperinci

Analisis Percakapan Dokter dengan Pasien di RSUD Abdoer Rahem Kebupaten Situbondo

Analisis Percakapan Dokter dengan Pasien di RSUD Abdoer Rahem Kebupaten Situbondo 274 JURNAL PENDIDIKAN HUMANIORA, HAL 274-283 Analisis Percakapan Dokter dengan Pasien di RSUD Abdoer Rahem Kebupaten Situbondo Hasan Suaedi Pendidikan Bahasa Indonesia-Universitas Negeri Malang Jl. Semarang

Lebih terperinci

PENERAPAN MAKSIM TUTUR DALAM TINDAK TUTUR CERAMAH PENGAJIAN RUTIN HARI MINGGU MALAM SENIN DI MASJID BAITURROHMAN BULAN JANUARI JUNI TAHUN 2014

PENERAPAN MAKSIM TUTUR DALAM TINDAK TUTUR CERAMAH PENGAJIAN RUTIN HARI MINGGU MALAM SENIN DI MASJID BAITURROHMAN BULAN JANUARI JUNI TAHUN 2014 PENERAPAN MAKSIM TUTUR DALAM TINDAK TUTUR CERAMAH PENGAJIAN RUTIN HARI MINGGU MALAM SENIN DI MASJID BAITURROHMAN BULAN JANUARI JUNI TAHUN 2014 SKRIPSI Diajukan untuk Penulisan Skripsi Guna Memenuhi Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kartun sebagai bentuk komunikasi grafis yang menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kartun sebagai bentuk komunikasi grafis yang menggunakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kartun sebagai bentuk komunikasi grafis yang menggunakan simbol-simbol untuk menyampaikan pesan secara cepat dan ringkas, situasi atau kejadian-kejadian tertentu.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Sejenis Sebelumnya Penelitian tentang humor mengenai prinsip kerjasama sudah penah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, antara lain Rini Devi Ellytias (2013)

Lebih terperinci

REALISASI MAKSIM PERCAKAPAN DALAM ACARA HITAM PUTIH DI TRANS7

REALISASI MAKSIM PERCAKAPAN DALAM ACARA HITAM PUTIH DI TRANS7 Stilistika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya ISSN 2527-4104 Vol. 1 No.1, 1 April 2016 REALISASI MAKSIM PERCAKAPAN DALAM ACARA HITAM PUTIH DI TRANS7 Helda Safitri Oktani, Haswinda Harpriyanti Program

Lebih terperinci

PRINSIP KERJA SAMA DAN SOPAN SANTUN SISWA DI JEJARING FACEBOOK DAN IMPLIKASINYA

PRINSIP KERJA SAMA DAN SOPAN SANTUN SISWA DI JEJARING FACEBOOK DAN IMPLIKASINYA PRINSIP KERJA SAMA DAN SOPAN SANTUN SISWA DI JEJARING FACEBOOK DAN IMPLIKASINYA Oleh Rohmah Tussolekha Karomani Nurlaksana Eko Rusminto Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Email: omah.azka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya. Menurut Kridalaksana

BAB I PENDAHULUAN. penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya. Menurut Kridalaksana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Sesuai dengan fungsinya, bahasa memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU TAMAN KANAK-KANAK DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR TK AISYIYAH 29 PADANG

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU TAMAN KANAK-KANAK DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR TK AISYIYAH 29 PADANG TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU TAMAN KANAK-KANAK DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR TK AISYIYAH 29 PADANG Nensi Yuferi 1), Hasnul Fikri 2), Gusnetti 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia 2)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa sebagai alat komunikasi yang mempunyai peran penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa sebagai alat komunikasi yang mempunyai peran penting dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai alat komunikasi yang mempunyai peran penting dalam interaksi manusia. Bahasa dapat digunakan manusia untuk menyampaikan ide, gagasan, keinginan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan. Proses pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan. Proses pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan. Proses pendidikan tidak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri. Pembangunan diarahkan dan bertujuan

Lebih terperinci

Jurnal Sasindo Unpam, Volume 3, Nomor 3, Desember 2015 PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN

Jurnal Sasindo Unpam, Volume 3, Nomor 3, Desember 2015 PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN Dhafid Wahyu Utomo 1 Bayu Permana Sukma 2 Abstrak Di ranah formal, seperti di perguruan tinggi, penggunaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Teori yang menjadi dasar dalam penelitian ini meliputi konsep mengenai (1) pengertian pragmatik, (2) pengertian prinsip kerja sama, (3) pengertian maksim kuantitas,

Lebih terperinci

REALISASI MAKSIM PERCAKAPAN DALAM ACARA HITAM PUTIH DI TRANS7

REALISASI MAKSIM PERCAKAPAN DALAM ACARA HITAM PUTIH DI TRANS7 Stilistika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya ISSN 2527-4104 Vol. 1 No.1, 1 April 2016 REALISASI MAKSIM PERCAKAPAN DALAM ACARA HITAM PUTIH DI TRANS7 Haswinda Harpriyanti dan Helda Safitri Oktani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat agar terjalin suatu kehidupan yang nyaman. komunitas selalu terlibat dalam pemakaian bahasa, baik dia bertindak

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat agar terjalin suatu kehidupan yang nyaman. komunitas selalu terlibat dalam pemakaian bahasa, baik dia bertindak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan proses interaksi manusia satu dengan yang lainnya. Komunikasi bertujuan memberikan informasi atau menyampaikan pesan kepada mitra tutur.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial dan anggota masyarakat memerlukan bahasa sebagai media komunikasi untuk berinteraksi dengan makhluk lainnya untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

PENERAPAN PRINSIP KERJASAMA DALAM DIALOG ILC (INDONESIA LAWYERS CLUB), TINJAUAN PRAGMATIK

PENERAPAN PRINSIP KERJASAMA DALAM DIALOG ILC (INDONESIA LAWYERS CLUB), TINJAUAN PRAGMATIK PENERAPAN PRINSIP KERJASAMA DALAM DIALOG ILC (INDONESIA LAWYERS CLUB), TINJAUAN PRAGMATIK Agus Hermawan Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW

KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW Syamsul Arif Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Kesantunan berbahasa merupakan hal yang penting dalam kegiatan berkomunikasi.

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 12 KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 12 KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 12 KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI Rena Anggara 1), Marsis 2), Syofiani 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Manusia memerlukan manusia lain untuk memenuhi segala kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mempunyai perannya masing-masing, seorang pembicara perannya

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mempunyai perannya masing-masing, seorang pembicara perannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia pasti melakukan percakapan. Percakapan dilakukan oleh setidaknya dua orang, yaitu seorang pembicara dan seorang pendengar atau lawan

Lebih terperinci

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA PADA SINETRON PREMAN PENSIUN. Veria Septianingtias STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA PADA SINETRON PREMAN PENSIUN. Veria Septianingtias STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA PADA SINETRON PREMAN PENSIUN Veria Septianingtias STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung verianingtias@gmail.com Abstrak Penelitian ini mengkaji prinsip kerja sama pada sinetron

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini, BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berikut beberapa penelitian yang dapat menjadi acuan dan perbandingan dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki fungsi yang terpenting yaitu sebagai alat komunikasi untuk

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki fungsi yang terpenting yaitu sebagai alat komunikasi untuk 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki fungsi yang terpenting yaitu sebagai alat komunikasi untuk berinteraksi dan mencapai kerja sama antarmanusia. Terjadinya komunikasi dalam kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Adi Dwi Prasetio, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Adi Dwi Prasetio, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berbagai peristiwa yang terjadi di negeri ini, termasuk kisruh di lingkungan pemerintahan tak lepas dari sorotan masyarakat. Hal itu ditandai oleh semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang ikut berperan dalam usaha pembentukan siswa atau peserta

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang ikut berperan dalam usaha pembentukan siswa atau peserta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guru merupakan salah satu komponen penting dalam proses pembelajaran yang ikut berperan dalam usaha pembentukan siswa atau peserta didik yang potensial. Setiap guru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa adalah kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh setiap

BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa adalah kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbahasa adalah kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh setiap manusia. Seperti halnya kegiatan yang lain, berbahasa akan terwujud apabila manusia terlibat di dalamnya.

Lebih terperinci

PERAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI ALAT PEMERSATU DI KALANGAN PEDAGANG PASAR TRADISIONAL MODERN (PTM) KOTA BENGKULU

PERAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI ALAT PEMERSATU DI KALANGAN PEDAGANG PASAR TRADISIONAL MODERN (PTM) KOTA BENGKULU 194 PERAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI ALAT PEMERSATU DI KALANGAN PEDAGANG PASAR TRADISIONAL MODERN (PTM) KOTA BENGKULU Titje Puji Lestari, M.Pd. Dosen Bahasa Indonesia Universitas Dehasen Bengkulu titjepujilestari90@yahoo.com

Lebih terperinci

INTENSITAS APLIKASI PRINSIP KERJASAMA DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR BAHASA INDONESIA DI MTs. SAIFUL ULUM TANJUNGBUMI TAHUN AKADEMIK 2015

INTENSITAS APLIKASI PRINSIP KERJASAMA DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR BAHASA INDONESIA DI MTs. SAIFUL ULUM TANJUNGBUMI TAHUN AKADEMIK 2015 INTENSITAS APLIKASI PRINSIP KERJASAMA DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR BAHASA INDONESIA DI MTs. SAIFUL ULUM TANJUNGBUMI TAHUN AKADEMIK 2015 Oleh: sakrim, S.Pd, M,Pd. 5 Surel: sakrim.madura@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman pada saat ini banyak menuntut masyarakat untuk memahami berbagai macam penggunaan bahasa yang digunakan sebagai suatu alat untuk berkomunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik memiliki berbagai cabang disiplin ilmu. Cabang-cabang

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik memiliki berbagai cabang disiplin ilmu. Cabang-cabang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Linguistik memiliki berbagai cabang disiplin ilmu. Cabang-cabang tersebut diantaranya adalah fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik dan sebagainya. Berbeda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Wujud pragmatik imperatif dipilih sebagai topik kajian penelitian ini karena di dalam kajian dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Wujud pragmatik imperatif dipilih sebagai topik kajian penelitian ini karena di dalam kajian dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Wujud pragmatik imperatif dipilih sebagai topik kajian penelitian ini karena di dalam kajian dapat memberikan contoh dalam memahami kalimat perintah. Kalimat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejak diberlakukannya kurikulum 1984 dalam pembelajaran bahasa Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejak diberlakukannya kurikulum 1984 dalam pembelajaran bahasa Indonesia BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran Bahasa Indonesia Sejak diberlakukannya kurikulum 1984 dalam pembelajaran bahasa Indonesia guru harus menerapkan pendekatan komunikatif. Dengan pendekatan komunikatif

Lebih terperinci

ANALISIS PENYIMPANGAN MAKSIM KERJASAMA DAN AKSIM KESOPANAN DALAM WACANA KARTUN PADA URAT KABAR KOMPAS (TINJAUAN PRAGMATIK)

ANALISIS PENYIMPANGAN MAKSIM KERJASAMA DAN AKSIM KESOPANAN DALAM WACANA KARTUN PADA URAT KABAR KOMPAS (TINJAUAN PRAGMATIK) ANALISIS PENYIMPANGAN MAKSIM KERJASAMA DAN AKSIM KESOPANAN DALAM WACANA KARTUN PADA URAT KABAR KOMPAS (TINJAUAN PRAGMATIK) Oleh : Agung Nugroho A.310.010.128 Skripsi Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. kuantitatif. Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. kuantitatif. Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Suatu penelitian tertentu, berdasarkan teknik pendekatannya dapat dikaji melalui 2 cara yakni melalui metode penelitian kualitatif dan metode penelitian kuantitatif.

Lebih terperinci

Oleh: Budi Cahyono, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK

Oleh: Budi Cahyono, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia   ABSTRAK REALISASI PRINSIP KESOPANAN BERBAHASA INDONESIA DI LINGKUNGAN SMA MUHAMMADIYAH PURWOREJO TAHUN 2012 DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA DI SMA Oleh: Budi Cahyono, Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan mengkaji tentang proses penyampaian dan penerimaan. informasi. Melalui bahasa kita dapat menyampaikan pendapat atau

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan mengkaji tentang proses penyampaian dan penerimaan. informasi. Melalui bahasa kita dapat menyampaikan pendapat atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Secara lahiriah manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan manusia lain. Mereka tidak

Lebih terperinci

ANALISIS PERTANYAAN GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS IV SD DI GUGUS VI KECAMATAN BULELENG

ANALISIS PERTANYAAN GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS IV SD DI GUGUS VI KECAMATAN BULELENG ANALISIS PERTANYAAN GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS IV SD DI GUGUS VI KECAMATAN BULELENG Ni Luh Sri Yogi Utami 1, Ni Wayan Arini, I Wayan Widiana 1,2,3 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Lebih terperinci

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI KALANGAN MAHASISWA DALAM BERINTERAKSI DENGAN DOSEN DAN KARYAWAN

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI KALANGAN MAHASISWA DALAM BERINTERAKSI DENGAN DOSEN DAN KARYAWAN REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI KALANGAN MAHASISWA DALAM BERINTERAKSI DENGAN DOSEN DAN KARYAWAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-I Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra

Lebih terperinci

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- I Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi vital yang dimiliki oleh manusia dan digunakan untuk berinteraksi antarsesamanya. Sesuai dengan fungsinya, bahasa memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam komunikasi manusia. Melalui bahasa, manusia dapat mengungkapkan perasaan (emosi), imajinasi, ide dan keinginan yang diwujudkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan penting dalam berkomunikasi yaitu untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan penting dalam berkomunikasi yaitu untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki peranan penting dalam berkomunikasi yaitu untuk memudahkan makhluk hidup berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Berdasarkan penyampaiannya, komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting bagi kehidupan manusia.tanpa bahasa kehidupan manusia akan lumpuh dalam komunikasi atau beinteraksi antarindividu maupun kelompok.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu bagian penting dalam interaksi sosial manusia adalah komunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu bagian penting dalam interaksi sosial manusia adalah komunikasi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bagian penting dalam interaksi sosial manusia adalah komunikasi atau melakukan tindak tutur jika sedang berinteraksi dengan sesamanya. Searle mengatakan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Sofa,S.IP(2008) yang menulis tentang, Penggunaan Pendekatan Pragmatik dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara bagi Siswa SMPN 3 Tarakan Kalimantan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sebuah penelitian memerlukan metode sebagai pedoman untuk memandu peneliti

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sebuah penelitian memerlukan metode sebagai pedoman untuk memandu peneliti BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Sebuah penelitian memerlukan metode sebagai pedoman untuk memandu peneliti melakukan penelitian. Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM BUKU AJAR BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNTUK SMK

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM BUKU AJAR BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNTUK SMK KESANTUNAN BERBAHASA DALAM BUKU AJAR BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNTUK SMK Iis Darliah, Ahadi Sulissusiawan, Deden Ramdani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan Email: darliah.iis@gmail.com

Lebih terperinci

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DAN DAYA PRAGMATIK PADA IKLAN PRODUK KOSMETIK DI TELEVISI SKRIPSI

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DAN DAYA PRAGMATIK PADA IKLAN PRODUK KOSMETIK DI TELEVISI SKRIPSI IMPLIKATUR PERCAKAPAN DAN DAYA PRAGMATIK PADA IKLAN PRODUK KOSMETIK DI TELEVISI SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Syamsuddin & Damaianti (2007: 73) mengungkapkan bahwa penelitian

Lebih terperinci

PERILAKU VERBAL GURU DALAM PEMBELAJARAN SASTRA INDONESIA DI KELAS XI SMA NEGERI 1 GIANYAR

PERILAKU VERBAL GURU DALAM PEMBELAJARAN SASTRA INDONESIA DI KELAS XI SMA NEGERI 1 GIANYAR PERILAKU VERBAL GURU DALAM PEMBELAJARAN SASTRA INDONESIA DI KELAS XI SMA NEGERI 1 GIANYAR Ni Luh Komang Sri Majesty, I Made Sutama, Gede Gunatama Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Film The Great Gatsby adalah film visual 3D karya Baz Luhrmann yang

BAB I PENDAHULUAN. Film The Great Gatsby adalah film visual 3D karya Baz Luhrmann yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film The Great Gatsby adalah film visual 3D karya Baz Luhrmann yang dirilis pada 10 Mei 2013, banyak pro dan kontra dalam pembuatanya, seperti yang dikutip oleh penulis

Lebih terperinci

PERWUJUDAN TINDAK KESANTUNAN PRAGMATIK TUTURAN IMPERATIF GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS XI SMK NEGERI 8 SURAKARTA

PERWUJUDAN TINDAK KESANTUNAN PRAGMATIK TUTURAN IMPERATIF GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS XI SMK NEGERI 8 SURAKARTA PERWUJUDAN TINDAK KESANTUNAN PRAGMATIK TUTURAN IMPERATIF GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS XI SMK NEGERI 8 SURAKARTA Naskah Publikasi Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan

Lebih terperinci

ERIZA MUTAQIN A

ERIZA MUTAQIN A IMPLIKATUR PERCAKAPAN PADA BAHASA IKLAN PRODUK (STUDI KASUS DI RADIO GSM FM) SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

PEMANFAATAN VIDEO KARTUN ANIMASI BANG ONE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS OPINI SISWA KELAS XI IPB 1 DI SMA NEGERI 1 UBUD

PEMANFAATAN VIDEO KARTUN ANIMASI BANG ONE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS OPINI SISWA KELAS XI IPB 1 DI SMA NEGERI 1 UBUD ARTIKEL PEMANFAATAN VIDEO KARTUN ANIMASI BANG ONE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS OPINI SISWA KELAS XI IPB 1 DI SMA NEGERI 1 UBUD OLEH I WAYAN SUARJAYA NIM 0912011061 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA

Lebih terperinci

ABSTRACT: Kata kunci: kesantunan, tuturan, imperatif. maksim penghargaan, maksim kesederhanaan,

ABSTRACT: Kata kunci: kesantunan, tuturan, imperatif. maksim penghargaan, maksim kesederhanaan, ABSTRACT: KESANTUNAN TUTURAN IMPERATIF MAHASISWA KELAS A PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS ISLAM RIAU ANGKATAN 2007 Oleh: Rika Ningsih This research

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rapat sudah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari. Rasanya tidak

BAB I PENDAHULUAN. Rapat sudah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari. Rasanya tidak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rapat sudah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari. Rasanya tidak ada satu orang pun yang benar-benar beraktivitas tanpa mengadakan rapat. Misalnya saja, menjadi

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 TANJUNGPINANG

ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 TANJUNGPINANG ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 TANJUNGPINANG ARTIKEL E-JOURNAL Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar BelakangPenelitian. Manusia dalam kesehariannya selalu menggunakan bahasa. Dengan bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar BelakangPenelitian. Manusia dalam kesehariannya selalu menggunakan bahasa. Dengan bahasa, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar BelakangPenelitian Manusia dalam kesehariannya selalu menggunakan bahasa. Dengan bahasa, manusia dapat saling menyapa dengan manusia lain serta mengungkapkan perasaan dan gagasannya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia umumnya mempunyai bidang keahlian untuk menunjang kelangsungan

I. PENDAHULUAN. Manusia umumnya mempunyai bidang keahlian untuk menunjang kelangsungan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia umumnya mempunyai bidang keahlian untuk menunjang kelangsungan hidupnya. Keahlian itu sangat ditekankan pada arah dan tujuan pembentukan emosional. Seseorang

Lebih terperinci

PRINSIP KESANTUNAN DALAM TUTURAN PENUTUR PADA ACARA TALKSHOW INDONESIA LAWYERS CLUB; SUATU TINJAUAN PRAGMATIK.

PRINSIP KESANTUNAN DALAM TUTURAN PENUTUR PADA ACARA TALKSHOW INDONESIA LAWYERS CLUB; SUATU TINJAUAN PRAGMATIK. PRINSIP KESANTUNAN DALAM TUTURAN PENUTUR PADA ACARA TALKSHOW INDONESIA LAWYERS CLUB; SUATU TINJAUAN PRAGMATIK Herdiana 1), Marsis 2), Syofiani 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Proses tersebut dapat ditemukan dalam lingkungan yang paling kecil,

I. PENDAHULUAN. Proses tersebut dapat ditemukan dalam lingkungan yang paling kecil, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, kehidupan manusia tidak akan lepas dari interaksi. Agar interaksi dapat berjalan dengan baik, tiap manusia memerlukan proses berkomunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sesuai dengan norma norma dan nilai nilai sosial dan saling

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sesuai dengan norma norma dan nilai nilai sosial dan saling BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesantunan dalam berbahasa di lingkungan masyarakat dan sekolah sangatlah penting, karena dengan bertutur dan berkomunikasi dengan santun dapat menjaga nilai diri sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian kualitatif berusaha memahami makna dari fenomena-fenomena, peristiwa-peristiwa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapat dari seorang penutur kepada mitra tutur. mengemukakan pendapat, yang perlu diperhatikan bukan hanya kebahasaan

BAB I PENDAHULUAN. pendapat dari seorang penutur kepada mitra tutur. mengemukakan pendapat, yang perlu diperhatikan bukan hanya kebahasaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia memperlakukan bahasa sebagai alat komunikasi. Keinginan dan kemauan seseorang dapat dimengerti dan diketahui oleh orang lain melalui bahasa dengan

Lebih terperinci

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG Oleh Atik Kartika Nurlaksana Eko Rusminto Mulyanto Widodo Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berkomunikasi, norma-norma tampak dari perilaku verbal maupun perilaku nonverbalnya. Hal terpenting yang berkenaan dengan keberhasilan pengaturan interaksi sosial

Lebih terperinci

Penerapan Numbered Heads Together untuk Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Entrepreneurship

Penerapan Numbered Heads Together untuk Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Entrepreneurship Fanggi Ananta Tirtana, Penerapan Numbered Heads Together untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Penerapan Numbered Heads Together untuk Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI SISWAKELAS XI SMK DINAMIKA LAMPUNG UTARA. Oleh

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI SISWAKELAS XI SMK DINAMIKA LAMPUNG UTARA. Oleh KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI SISWAKELAS XI SMK DINAMIKA LAMPUNG UTARA Oleh Ishariyanti Mulyanto Widodo Muhammad Fuad Email: ishariyantiajja@gmail.com Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada hakikatnya, manusia adalah makhluk sosial, di dalam dirinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada hakikatnya, manusia adalah makhluk sosial, di dalam dirinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada hakikatnya, manusia adalah makhluk sosial, di dalam dirinya terdapat hasrat untuk berkomunikasi, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain (Muryati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia pertelevisian ditandai dengan banyaknya jenis acara yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia pertelevisian ditandai dengan banyaknya jenis acara yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia pertelevisian merupakan dunia yang sangat cepat berkembang. Perkembangan dunia pertelevisian ditandai dengan banyaknya jenis acara yang ditayangkan selama dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial mutlak memiliki kemampuan untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial mutlak memiliki kemampuan untuk dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial mutlak memiliki kemampuan untuk dapat berkomunikasi antara sesama manusia lainnya. Salah satu media yang digunakan dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Chaer (2011: 1) mengemukakan bahwa bahasa adalah sistem lambang berupa bunyi, bersifat

Lebih terperinci

: Prof. Dr. I Nengah Martha, M.Pd. Kata Kunci: direktif, fungsi, bentuk, strategi, kesantunan, retorika.

: Prof. Dr. I Nengah Martha, M.Pd. Kata Kunci: direktif, fungsi, bentuk, strategi, kesantunan, retorika. Sari, Ni Wayan Eminda. 2012. Analisis Deskriptif Retorika Interpersonal Pragmatik pada Tuturan Direktif Guru dan Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas XI SMAN I Kediri. Pembimbing I Pembimbing

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERTUTUR DIALOG TOKOH DALAM FILM SANG PENCERAH KARYA HANUNG BRAMANTYO. Oleh

KESANTUNAN BERTUTUR DIALOG TOKOH DALAM FILM SANG PENCERAH KARYA HANUNG BRAMANTYO. Oleh KESANTUNAN BERTUTUR DIALOG TOKOH DALAM FILM SANG PENCERAH KARYA HANUNG BRAMANTYO Oleh Yorista Indah Astari Nurlaksana Eko Rusminto Munaris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan e-mail: yoristaindahastari@ymail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pencapaian tujuan belajar tercermin dari kemampuan belajar siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pencapaian tujuan belajar tercermin dari kemampuan belajar siswa yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencapaian tujuan belajar tercermin dari kemampuan belajar siswa yang dituangkan dalam bentuk nilai dan keterampilan yang dimiliki oleh siswa dalam mata pelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab III ini dikemukakan mengenai metode penelitian yang peneliti gunakan. Metode penelitian merupakan alat, prosedur, dan teknik yang dipilih dalam melaksanakan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi manusia. Manusia menggunakan bahasa sebagai media untuk mengungkapkan pikirannya, baik yang dilakukan secara lisan

Lebih terperinci

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. pembenaran atau penolakan hipotesis serta penemuan asas-asas yang mengatur

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. pembenaran atau penolakan hipotesis serta penemuan asas-asas yang mengatur BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode penelitian merupakan jalan yang ditempuh peneliti dalam menuju ke pembenaran atau penolakan hipotesis serta penemuan asas-asas yang mengatur kerja bahasa

Lebih terperinci

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia PENGGUNAAN METODE SHOW AND TELL DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS VII.C DI SMP NEGERI 1 SERIRIT TAHUN AJARAN 2014/2015 Luh Eka Trislijayanti 1, Sang

Lebih terperinci

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto, Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia... 9 Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto Bahasa Indonesia-Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang

II. LANDASAN TEORI. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang II. LANDASAN TEORI 2.1 Pragmatik Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang itu salah satunya yaitu tentang pragmatik. Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TINDAK TUTUR PENOLAKAN GURU DAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS X SMA LABORATORIUM UNDIKSHA

PENGGUNAAN TINDAK TUTUR PENOLAKAN GURU DAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS X SMA LABORATORIUM UNDIKSHA PENGGUNAAN TINDAK TUTUR PENOLAKAN GURU DAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS X SMA LABORATORIUM UNDIKSHA I Pt. Gd. Sutrisna 1, I N. Suandi 2, Ida Bagus Putrayasa 3 1,2,3 Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan interaksi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan interaksi dengan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan interaksi dengan manusia lain. Proses interaksi tersebut terjadi karena adanya komunikasi antar anggota masyarakat.

Lebih terperinci

ANALISIS TUTURAN HUMOR DALAM ACARA KOMEDI TELEVISI SKETSA TAWA. (Sebuah Tinjauan Pragmatik)

ANALISIS TUTURAN HUMOR DALAM ACARA KOMEDI TELEVISI SKETSA TAWA. (Sebuah Tinjauan Pragmatik) ANALISIS TUTURAN HUMOR DALAM ACARA KOMEDI TELEVISI SKETSA TAWA (Sebuah Tinjauan Pragmatik) SKRIPSI Oleh: WARSINI K1209071 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Desember

Lebih terperinci

PENERAPAN PRINSIP KERJASAMA GRICE DALAM INTERAKSI TAWAR MENAWAR (ANALISIS ETNOGRAFI KOMUNIKASI DI PASAR SIMPANG TIGO, PASAMAN BARAT)

PENERAPAN PRINSIP KERJASAMA GRICE DALAM INTERAKSI TAWAR MENAWAR (ANALISIS ETNOGRAFI KOMUNIKASI DI PASAR SIMPANG TIGO, PASAMAN BARAT) PENERAPAN PRINSIP KERJASAMA GRICE DALAM INTERAKSI TAWAR MENAWAR (ANALISIS ETNOGRAFI KOMUNIKASI DI PASAR SIMPANG TIGO, PASAMAN BARAT) Universitas Indraprasta PGRI Abstrak Artikel ini dimaksudkan untuk membahas

Lebih terperinci

Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM

Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP RPP GURU DALAM MENGAJAR DI SMA NEGERI 1 MALLUSETASI (STUDI KASUS PADA GURU DI SMA NEGERI 1 MALLUSETASI KABUPATEN BARRU) Saldy Ramlan Pendidikan Sosiologi FIS-UNM ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas sosial lainnya berbahasa baru terwujud apabila manusia terlibat di dalamnya (Alan dalam

Lebih terperinci