Buku : TEXTBOOK OF WORK PHYSIOLOGY PHYSIOLOGICAL BASES OF EXERCISE Pengarang : Per-Orlof Astrand dan Kaare Rodahl Bab : 7 (Physical Performance) hal

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Buku : TEXTBOOK OF WORK PHYSIOLOGY PHYSIOLOGICAL BASES OF EXERCISE Pengarang : Per-Orlof Astrand dan Kaare Rodahl Bab : 7 (Physical Performance) hal"

Transkripsi

1 Buku : TEXTBOOK OF WORK PHYSIOLOGY PHYSIOLOGICAL BASES OF EXERCISE Pengarang : Per-Orlof Astrand dan Kaare Rodahl Bab : 7 (Physical Performance) hal Mata Kuliah: Biologi Olahraga Dosen : Prof.dr.Drs. H. Santoso Giriwijoyo 1

2 PHYSICAL PERFORMANCE DAFTAR ISI 1. TUNTUTAN KESANGGUPAN (DEMAND-CAPABILITY) 2. PROSES AEROBIK 2.1 Intensitas dan Durasi Latihan 2.2 Recovery 2.3 Intermittent Exercise 2.4 Prolonged Exercise 2.5 Massa otot yang terlibat dalam Latihan 3. PROSES ANAEROBIK 3.1 Power dan Kapasitas Pemecahan Posfat Energi Tinggi 3.2 Power dan Kapasitas Pemecahan Glikogen Anaerobik 4. PRODUKSI, DISTRIBUSI, DAN HILANGNYA LAKTAT 2

3 4.1 Alur waktu (time course) Konsentrasi Laktat Darah 4.2 What is the Fate of the Lactate Produced 4.3 Bagaimana Latihan ringan terus-menerus berpengaruh terhadap Pemindahan Laktat 4.4 Efek Metabolisme terhadap Jaringan dan ph darah 5. INTERAKSI ANTARA HASIL ENERGI AEROBIK DAN ANAEROBIK 5.1 Anaerobic Threshold 6. MAXIMAL AEROBIC POWER USIA DAN JENIS KELAMIN 6.1 Usia 6.2 Maximal Aerobic Power Nilai Absolut 6.3 Maximal Aerobic Power - Kaitannya dengan Ukuran Tubuh 6.4 Maximal Oxygen Uptake tinggi tidak menjamin Performa Puncak 3

4 7. ANAEROBIC POWER, USIA DAN JENIS KELAMIN 8. KEKUATAN OTOT, USIA DAN JENIS KELAMIN 8.1 Usia 8.2 Jenis Kelamin 9. PERFORMA DALAM OLAHRAGA, LAKI VS WANITA 10. KESIMPULAN 4

5 1. TUNTUTAN DAN KESANGGUPAN (DEMAND & CAPABILITY) Tuntutan dari berbagai cabang olahraga harus disesuaikan dengan kapabilitas seseorang untuk mencapai performa puncak dan kompetisi. 5

6 Gambar 7-1. Faktor-faktor yang mempengaruhi power dan kapasitas untuk aktivitas otot- otot (aerobik) Somatic Factors Sex & Age Body Dimensions Health Training Adaptation Psychic Factors Attitude Motivation Nature of Exercise Intensity Duration Technique Position Rhythm Schedule Service Functions 1. Fuel - intake - storage - mobilization 2. Oxygen Uptake - Pulmonary ventilation - Cardiac output : stroke volume, HR - Oxygen extraction ( a VO2 diff) Environment Attitude High Gas Pressure Heat Cold Noise Air Pollution Energy yielding processes Physical Performance 6

7 2. PROSES AEROBIK Kompleksitas dari kapasitas latihan otot aerobik dijelaskan pada gambar 7-1. Untuk tiap liter oksigen yang dikonsumsi (sekitar 20 kj), 19,7 21,2 (5 kcal, 4,7 5,05) akan dikirimkan, maka semakin tinggi oxygen uptake semakin tinggi output energi aerobiknya 2.1 Intensitas dan Durasi Latihan Gb 7-3a menunjukkan bagaimana oxygen uptake meningkat selama menit pertama latihan sampai steady-state dimana oxygen uptake-nya berkaitan dengan tuntutan jaringan. Ketika latihan berhenti, maka oxygen uptake lambat laun menurun sampai tingkat istirahat ; dan disebut pelunasan oxygen debt (oxygen debt is paid off) 7

8 Gb 7-3a menunjukkan peningkatan oxygen uptake selama min pertama latihan sampai steady state 8

9 Kondisi ini bertepatan dengan adaptasi cardiac output, HR, dan pulmonary ventilation Kondisi steady state - situasi kerja dimana oxygen uptake sama dengan kebutuhan oksigen oleh jaringan, oleh sebab itu tak terjadi akumulasi asam laktat dalam tubuh. HR, CO, dan pulmonary ventilation berada pada tingkat konstan. - Selama prolonged exercise, terjadi perubahan dalam penyimpanan energi dan air dalam tubuh, yaitu jika tidak diganti lagi - Selama light exercise, output energi selama menit pertama latihan dapat dikirm secara aerobik, karena oksigen yang disimpan dalam otot disimpan di myoglobin, dan di dalam darah dialirkan ke otot. - Selama latihan yang lebih berat, proses anaerobik memasok sebagian energi selama fase awal latihan 9

10 Sebenarnya pada latihan yang melbatkan sekelompok otot besar (misalnya, lari) yang menuntut oxygen uptake lebih tinggi dari 50 % dari maks. Individu, dan yang dilakukan beberapa menit, maka laktat yang diproduksi pada otot yang teraktivasi pindah dan nampak muncul dalam darah (gb 7-3c) (Orang yang terlatih dapat berlatih dengan persentase yang lebih tinggi tanpa adanya peningkatan pada konsentrasi laktat darahnya) Semakin berat latihan, semakin penting energi anaerobik yang dihasilkan dan konsentrasi laktat darah dan otot meningkat. 10

11 Gambar 7-3c, mengilustrasikan peningkatan linier oxygen uptake yang diukur setelah 5 min latihan dengan tingkat kerja yang berbeda sampai mencapai titik maks pasokan dan oxygen uptake dalam jaringan. Dalam hal ini, max oxygen uptakenya 3,5 lt / min (max. aerobic power) subjek Gambar slide 8 11

12 Ada 2 kriteria yang menunjukkan bahwa kondisi tersebut merupakan max. aerobic power subjek : 1. Tidak terjadi lagi peningkatan oxygen uptake-nya, meskipun latihan ditingkatkan lagi 2. Konsentrasi laktat darah melebihi 8 9 mm (pada anak-anak dan orang tua sangat sulit untuk sampai pada nilai ini) Pada gb 7-3c nampak bahwa 250 watt telah cukup untuk mengungkap nilai max. subjek (3,5 lt / min), tetapi subjek tidak lelah sekali dengan kadar lakat tersebut. Subjek sebenarnya dapat bertahan dengan 300 watt dengan waktu yang sama (all out test is not necessary for assessment of an individual s max. aerobic power) 12

13 Semakin besar tingkat latihan, semakin tajam peningkatan oxygen uptake-nya (dan HR). Kondisi ini ditunjukkan pada gambar 7-4. Setelah 10 min latihan pada tingkat 50 % max. oxygen uptake dan intensitas watt sampai kelelahan benar. Toleransi waktu latihan : 6 min (300 watt) sampai < 2 min (beban terberat). Oxygen uptake waktu akhir (seluruh eksp= 4,1 lt / min). Sekalipun demikian, setelah 1 min latihan yg sangat berat, oxygen uptake = 4,0 lt / min (intensitas supermaximal), tetapi hanya 3,0 lt /min selama tingkat kerja berat 300 watt, yang tak dapat ditoleransi > 6 min. 13

14 Gb 7-4 Kurva peningkatan oxygen uptake selama latihan berat. tanda panah menunjukkan waktu subjek harus berhenti karena kelelahan. Subjek boleh melanjutkan latihan dengan power 275 watt > 8 min. 14

15 Implikasi dari eksperimen tersebut adalah : 1. Pada riset dimana oxygen uptake yang diukur, maka pengukuran lainnya dapat dimulai setelah 1 min latihan, yg menunjukkan bahwa tingkat latihan sangat berat (supermaximal) dan diawali dengan pemanasan 2. Waktu latihan 1 min atau kurang dapat menambah sistem transportasi oksigen secara maksimal. 3. Pertanyaan menarik : mengapa kemampuan untuk meningkatkan oxygen uptake secara maks selama 1 min tidak digunakan untuk latihan yang berlangsung lama 5 10 min yang ditandai dengan oxygen deficit selama menit pertama. 15

16 2.2 Recovery Diperlukan waktu 60 min atau lebih sebelum oxygen uptake dan tingkat metabolisme aerobik kembali ke tingkat istirahat sebelum latihan. Setelah latihan berat teridentifikasi 3 fase : 1. Pertama, a fast exponential component dalam penurunan oxygen uptake dengan waktu sekitar 15 det. Kemungkinan fase cepat ini dikaitkan dengan penambahan simpanan ATP dan PCr (aerobik) dan refill simpanan oksigen dalam tubuh (myoglobin dan hemoglobin). Selama min pertama recovery terjadi resintesa yang cepat dari the energy rich phosphates Gambaran realitas refill simpaan oksigen yang kosong sekitar 0,5 liter dan nilai oksigen untuk produksi ATP dan PCr 1 5 liter 16

17 2. Lalu muncul komponen lambat yang lebih kompleks yang setelah latihan berat mempunyai waktu sekitar 7 min. Proses ini diatribusikan sebagai nilai eliminasi energi dari laktat yang diproduksi, yaitu pelunasan lactic oxygen debt. Brooks dkk menyebut nya sebagai excess postexercise oxygen consumption (EPOC) 3. Setelah latihan terus-menerus, maka terjadi sedikit metabolisme yang meningka & berakhir beberapa jam, bahkan sampai 24 jam. Oksigen yang dikonsumsi selama ultra slow phase disebabkan oleh stimulasi substrate cycles 17

18 2.3 Intermittent Exercise Kerja otot selama Olahraga rekreasi sangat jarang dipertahankan dlm waktu yang sangat lama pada tingkat steady. Karena alasan ini, maka steady state jarang diperoleh. Beberapa prinsip-prinsip yang paling penting dari beberapa eksperimen tentang latihan ini : 1. Subjek dengan max.oxygen uptake 4,6 lt / min dapat berlatih dg intensitas 350 watt selama 8 min. Karena kebutuhan oksigen hampir 5,2 lt / min, maka proses anaerobik harus memberikan sebagian energinya. Ketika intensitas diturunkan sampai 175 watt, maka latihan dapat diperlama sampai 60 min, HR akhir 135 dan oxygen uptake 2,45 lt / min, dan konsentrasi laktat darah tidak meningkat di atas tingkat istirahat. Oxygen uptake total selama 1 jam = 145 lt 18

19 2. Eksp. Lain dengan subjek sama, tingkat latihan = 350 watt, tetapi waktu istirahatnya 3 min diselang dg istirahat 3 min. Subjek mendapat kesulitan melakukan latihan selama 1 jam dengan jumlah kerja yg sama dengan eksp 1. Oxygen uptake dan HR nya sekarang maksimal, dan konsentrasi laktat darah tertinggi 13,2 mm. Output energi totalnya 10 % > tinggi dari yg pertama. 3. Ketika waktu latihan berat diperpendek dg memberikan waktu istirahat > sering, maka oxygen uptake total selama > 1 jam menurun. Oxygen uptake, HR, dan konsentrasi laktat darahnya sekarang lebih rendah. Maka dg intermittent exercise dan istirahat 30 det, HR tidak melebihi 150, laktat darahnya hanya 2,2 mm, dan oxygen uptake totalnya = 154 lt selama 1 jam (Max HR subjek = 190) 19

20 2.4 Prolonged Exercise Individu yang terlatih (sedang) mampu berjalan atau berlari selama 1 jam dg oxygen uptake sekitar 50 % dari VO2 max-nya, mempertahankan oxygen uptake, HR, dan CO pada tingkat yg hampir sama dengan setelah latihan 5 min. Konsentrasi laktatnya pada otot-otot aktif dan darah tidak meningkat, yg menunjukkan steady state (gb 7-6a) Gb 7-6b menunjukkan eksp dimana latihan dilakukan 7 kali 50 min dg oxygen uptake 50 % dari nilai maksimalnya. Subjek istirahat 10 min diantara latihan, dan setelah 4 jam latihan (cycling bergantian dg lari). 20

21 Gb 7-6a- Parameter metabolik selama 1 jam latihan dg intensitas mendekati 50 % max.aerobic pwer-nya 21

22 Jelaslah bahwa max. aerobic power seseorang memainkan peran penting bagi performanya. Jika latihan menuntut oxygen uptake 2,0 lt / min, maka orang dengan max. oxygen uptake 4,0 lt / min masih berada pada batas keselamatan, tetapi seseorang dengan 2,5 liter yg harus berlatih mendekati batas maksimum, konsekuensinya equilibrium internalnya semakin lebih terganggu. Dalam prolonged exercise, motivasi, kondisi latihan, balans air, dan gudang energi yg tersedia penting untuk kapasitas performa. Harus ditekankan pula bahwa faktor efisiensi dan teknik merupakan faktor yg menentukan bagi energy cost dari aktivitas yg menuntut skill seperti renang dan cross-country skiing. 22

23 3. PROSES ANAEROBIK Selama latihan ringan, energi yg dibutuhkan dapat diciptakan dengan proses aerobik. Tetapi selama latihan yang lebih berat, proses anaerobik ikut ambil bagian dlm pembentukan energi. Anaerobik, proses metabolik yg menghasilkan energi memainkan peranan penting sewaktu beratnya latihan meningkat. Aerobic power selama latihan dapat diperoleh secara akurat dg mengukur oxygen uptake. Energi yg dihasilkan dari pemecahan ATP dan PCr sangat diperlukan, tetapi secara kuantitatif persediaan simpanan energi posfat tinggi tsb hanya dapat meliput kebutuhan energi selama latihan maksimal yg kurang dari 10 det. 23

24 3.1 Power dan Kapasitas Pemecahan Posfat Energi Tinggi Pendekatan untuk mengkalkulasi alactic power adalah menghitung energi total yg dihasilkan dalam senyawa ATP dan PCr. Dg konsentrasi yg tidak diketahui, seseorang dpt sampai pd max.aerobic alactic energy yield (kapasitas) per kg otot jika senyawa posfat seluruhnya habis terpakai (exhausted). Dengan konsentrasi ATP 5 mmol / kg otot fit dan konsentrasi PCr 17 mmol / kg, maka potensi energi total yg dihasilkan hampir 0,9 kj (0,2 kcal). Equivalensi kebutuhan oksigen untuk energi aerobik yg dihasilkan hanya 0,8 lt. Dg kata lain, hanya sedikit oxygen deficit yg dapat diliput oleh pemecahan ATP dan PCr. 24

25 3.2 Power dan Kapasitas Pemecahan Glikogen Anaerobik Gb 7-8 menunjukkan data riset dari subjek yg melakukan latihan 2,63 min dengan external power mendekati 400 watt dg tuntutan energi 295 kj (70 kcal). Oxygen uptake total selama bersepeda = 7 liter. Penambahan 0,5 lt dari simpanan oksigen, maka energi aerobik yg dihasilkan = 160 kj (38 kcal). Oleh karenanya, kontribusi anaerobik = 135 kj (32 kcal). Dimisalkan bahwa degradasi glikogen yg dihasilkan = 105 kj (25 kcal), maka produksi laktat sekitar 0,92 mol (83 g). Dlm hal ini, anaerobic power rata-rata = 650 watt. Tingkat degradasi maks glikogen dikalkulasi = 175 mmol / min 25

26 Gb 7-8 Kebutuhan energi yg dihitung selama latihan 2,36 min pada cycle ergometer (kolom menunjukkan 295 kj, 70 kcal) 26

27 4. PRODUKSI, DISTRIBUSI, DAN HILANGNYA LAKTAT 4.1 Time course Konsentrasi Laktat Darah Sangatlah sederhana untuk menentukan konsentrasi laktat darah, yang merupakan indeks metabolisme anaerob, tetapi tidak menunjukkan anaerobic power. Tingkat laktat yang meningkat dlm otot dan darah menunjukkan suplemen anaerobik terhadap produksi ATP aerobik. Oleh karenanya, dengan kondisi hypoxic (seperti high altitude), maka oxygen deficit dan konsentrasi laktat darah lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi normoxic. Pada saat istirahat, konsentrasi laktat darah sekitar 1mM. 27

28 4.2 Bagaimanakah nasib Laktat yang diproduksi? Dalam metabolisme aerobik glikogen terurai menjadi CO2 dan H2O, energi yg dihasilkan untuk produksi ATP adalah 2813 kj (672 kcal) per unit 6 karbon. Hanya sekitar 8 % digunakan dalam pemecahan anaerobik menjadi laktat. Sekalipun demikian, laktat yg diproduksi tdk dibuang. Tanpa kehilangan energi, proses perubahan pyruvate menjadi laktat dpt terjadi sebaliknya. Pada proses itu terdapat 2 alternatif rute : a). Pyruvate dpt dioksidasi, atau b). Menjadi media (substrate) untuk sintesa glukosa dan glikogen. Ketika dioksidasi menghasilkan 92 % sbg energi, dan otot jantung, otot rangka dpt menggunakan laktat sbg substrate. 28

29 4.3 Bagaimanakah Continued Light Exercise berpengaruh thd Pemindahan Laktat Newman dkk (1937), menyatakan bahwa pemindahan laktat yg terakumulasi dlm tubuh setelah latihan yg melelahkan meningkat, yaitu jika selama recovery subjek melanjutkan latihan dg intensitas yg lebih rendah (normalnya tdk memproduksi laktat). Belcastro dan Bonen (1975), melaporkan bahwa tingkat pemindahan yg optimal terjadi ketika recovery yg memberikan oxygen uptake < 50 % maksimumnya. McLellan dan Skinner (1982), menyatakan intensitas recovery aktif mendekati 10 % max.oxygen uptake. Laktat digunakan sbg media dlm otot-otot aktif, sebagian menggantikan glikogen, glukosa, dan asam lemak bebas. 29

30 5. INTERAKSI HASIL ENERGI AEROBIK & ANAEROBIK Tabel 7-1 menunjukkan kontribusi dari proses aerobik dan anaerobik terhadap energi output dengan latihan maksimal yg melibatkan otot-otot besar. Max. aerobic power individu = 200 kj / min, equivalen dg 9 liter oxygen uptake dlm latihan aerobik. Dimisalkan bahwa 100 % max. oxygen uptake dpt dipertahankan dlm 10 min, 95 % utk 30 min, 85 % utk 60, dan 80 % utk 120. Untuk latihan dg waktu sampai 2 min, anaerobic power lebih penting dari pada kontribusi aerobik; pd waktu 2 min rasio 50 : 50, dan prolonged exercise aerobic power > dominan (lihat gb 7-10) 30

31 Tabel

32 Gb Kontribusi persentase energi total yg dihasilkan dari proses aerobik dan anaerobik 32

33 5.1 Ambang batas Anaerobik (Anaerobic Threshold) Konsep ini dikenal untuk mendefinisikan titik (batas) ketika metabolic acidosis dan perubahan-perubahan yg berkaitan selama pertukaran gas pd paru, terjadi selama graded exercise. Usaha-usaha telah dilakukan untuk meningkatkan oxygen uptake yg berkaitan dg max. aerobic power seseorang ketika konsentrasi laktat darahnya mulai meningkat (lambat) selama latihan terus-menerus. Intensitas kerja pada breaking point ini dinamakan anaerobic threshold atau onset of blood lactate accumulation (OBLA) Atlet yg berpengalaman (OR endurance) mengetahui benar dg tingkat kecepatan berapa dpt ditoleransi tanpa kelelahan yg mengakibatkan akumulasi laktat. 33

34 6. MAXIMAL AEROBIC POWER USIA & JENIS KELAMIN 6.1 Usia Chronological age bukan merupakan rujukan yg sangat baik ketika menganalisis data biologis, terutama pada kasus anakanak. Peak height velocity (perkembangan karakteristik sex yg berkaitan dengan pertumbuhan) pd wanita terjadi pada awal usia 9 setengah tahun. Pada individu yg lanjut usia, kode genetika lebih berpengaruh terhadap fungsi sistem terpenting dari performa fisik dari pd lingkungan dan life style. Sekalipun demikian, perubahan pd gaya hidup dapat mengubah usia biologis. 34

35 6.2 Maximal Aerobic Power Nilai Absolut Maximal aerobic power adalah oxygen uptake tertinggi yg dapat diperoleh selama latihan (breathing air at sea level). Untuk mengukur apakah max oxygen uptake-nya sudah diperoleh atau belum = mengukur oxygen uptake yg lebih rendah dari yg diharapkan dari tingkat kerja, dan atau konsentrasi asam laktat darah yg > tinggi dari 8 mm. Informasi yg diperlukan utk mengukur max oxygen uptake adalah mengukur (1) output energi maks dari proses aerobik, dan (2) kapasitas fungsional sirkulasi, karena terdapat korelasi tinggi antara max cardiac output (dan stroke volume) dg max aerobic power. 35

36 6.3 Maximal Aerobic Power kaitannya Ukuran Tubuh Selama kerja dan latihan dimana tubuh diangkat (seperti berjalan, lari, mendaki), oxygen uptake potensial yg berkaitan dg berat tubuh lebih relevan dari pada dg liter / min. Gb 7-15 menunjukkan data dari eksp gb 7-13, tetapi max aerobic powernya dinyatakan dlm mililiter O2 per kg berat badan. Utk anak wanita dan laki-laki tak terdapat perbedaan max aerobic power yg signifikan sampai usia 10 th. Nilai max aerobic power tertinggi = 94 ml / kg / min utk laki, dan 77 ml / kg / min wanita atlet ski cross country. 36

37 Gb 7-15 Nilai rata-rata max oxygen uptake dinyatakan dlm ml/kg/min 37

38 6.4 Max Oxygen Uptake Tinggi tdk menjamin Performa Top Gb menunjukkan bagaimana performa fisik berkaitan dengan max oxygen uptake dg keterlibatan sekelompok otototot besar selama beberapa menit. Tak seorangpun dapat memperoleh hasil top dengan latihan tanpa aerobic power yg tinggi. Sebaliknya, aerobic power tinggi tidak menjamin performa baik, karena teknik, kondisi latihan, dan faktorfaktor psikologis mempengaruhi secara positif dan negatif. Shephard (1984) melaporkan bahwa koefisien korelasi dari 0,04 0,90. Kesimpulannya, data tentang max oxygen uptake tidak menjelaskan potensi seseorang untuk menampilkan dg baik aktivitas yg menuntut aerobic power. 38

39 Gb Gambaran skema pentingnya max aerobic power bagi performa fisik dan peran teknik serta motivasi dlm mengubah performa 39

40 7. ANAERBOBIC POWER, USIA & JENIS KELAMIN Menurut di Prampero, laki-laki rata-rata % > unggul dari pd wanita dalam max alactic anaerobic power. Orang dg usia 60 th mempunyai alactic anaerobic power 60 % dari nilai usia 20 th. Konsentrasi laktat darah pd otot dan darah tidak mencerminkan anaerobic power atau kapasitas. Sekalipun demikian, hal itu memberikan informasi tentang lingkungan internal setelah kelelahan. Tak ada perbedaan jenis kelamin yg signifikan pd konsentrasi laktat puncaknya. 40

41 9. PERFORMA DLM OLAHRAGA LAKI VS WANITA Dalam berbagai pertandingan olahraga, laki dan wanita bersaing dengan kondisi lingkungan yg sama dan komparasi hasilnya dijustifikasi dengan evaluasi kebugaran yg dikaitkan dg jenis kelamin. Dlm kompetisi lari, rekor dunia 1984 wanita rata-rata 10 % di bawah laki. Dlm 100 m 8,5 %, maraton 12 % lebih lambat. Lompat jauh 25 %, sepeda 12 %, renang 6-10 % (kecil, karena efisiensi teknik). Performa wanita dlm kompetisi olahraga, hasilnya sangat mendekati laki. Atlet lari wanita dunia mempunyai lemak tubuh yg hampir sama dg pelari laki, yaitu di bawah 10 %. Jumlah lemak yg kecil yg dibawa saat lari merupakan keuntungan. 41

ADAPTASI CARDIORESPIRATORY SAAT LATIHAN AEROBIK DAN ANAEROBIK Nugroho Agung S.

ADAPTASI CARDIORESPIRATORY SAAT LATIHAN AEROBIK DAN ANAEROBIK Nugroho Agung S. ADAPTASI CARDIORESPIRATORY SAAT LATIHAN AEROBIK DAN ANAEROBIK Nugroho Agung S. PENGERTIAN Cardiorespiratory -> kesanggupan sistem jantung, paru dan pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal pada keadaan

Lebih terperinci

Suharjana FIK UNY Suharjana FIK UNY

Suharjana FIK UNY Suharjana FIK UNY Latihan aerobik bertujuan untuk memperbaiki kinerja aerobik dan anaerobik. Kinerja aerobik dan anaerobik ini dapat dicapai melalui konsumsi oksigen maksimum (VO2Max) Endurance training merupakan model

Lebih terperinci

PENGARUH SUPLEMEN TERHADAP KADAR ASAM LAKTAT DARAH

PENGARUH SUPLEMEN TERHADAP KADAR ASAM LAKTAT DARAH PENGARUH SUPLEMEN TERHADAP KADAR ASAM LAKTAT DARAH Samsul Bahri, Tommy Apriantono, Joseph I. Sigit, Serlyana Herman Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji beberapa suplemen tradisional (alami)

Lebih terperinci

LATIHAN KETAHANAN (ENDURANCE) Oleh: Prof. Dr. Suharjana, M.Kes Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta

LATIHAN KETAHANAN (ENDURANCE) Oleh: Prof. Dr. Suharjana, M.Kes Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta LATIHAN KETAHANAN (ENDURANCE) Oleh: Prof. Dr. Suharjana, M.Kes Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta Latihan endurance (endurance training) merupakan model latihan yang biasa digunakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. VO2max dianggap sebagai indikator terbaik dari ketahanan aerobik.

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. VO2max dianggap sebagai indikator terbaik dari ketahanan aerobik. 1 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat VO2max Burns (2000:2) VO2max adalah jumlah maksimal oksigen yang dapat dikonsumsi selama aktivitas fisik yang intens sampai akhirnya terjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ketahanan dan pemulihan kardio-respirasi selama latihan fisik. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. ketahanan dan pemulihan kardio-respirasi selama latihan fisik. Hal ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa tahun ini banyak sekali kita temukan air minum beroksigen yang dijual di pasaran. Air minum beroksigen ini diyakini mempunyai banyak manfaat dalam bidang kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wanita atau laki-laki sampai anak-anak, dewasa, dan orangtua bahwa dengan

BAB I PENDAHULUAN. wanita atau laki-laki sampai anak-anak, dewasa, dan orangtua bahwa dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Olahraga yang sangat membudaya dari zaman kuno sampai ke zaman modern sekarang ini, baik di Indonesia maupun dunia internasional mulai dari wanita atau laki-laki

Lebih terperinci

Definisi Energi pada makhluk hidup (manusia) mampu ditimbulkan dengan cara tanpa O2 (cepat) maupun dengan O2 (lama). Di lapangan pelatih sukar menguku

Definisi Energi pada makhluk hidup (manusia) mampu ditimbulkan dengan cara tanpa O2 (cepat) maupun dengan O2 (lama). Di lapangan pelatih sukar menguku Sistem Energi Dalam Olahraga Definisi Energi pada makhluk hidup (manusia) mampu ditimbulkan dengan cara tanpa O2 (cepat) maupun dengan O2 (lama). Di lapangan pelatih sukar mengukur seberapa besar energi

Lebih terperinci

MEMBANGUN PRESTASI OLAHRAGA BERDASAR ILMU OLAHRAGA

MEMBANGUN PRESTASI OLAHRAGA BERDASAR ILMU OLAHRAGA MEMBANGUN PRESTASI OLAHRAGA BERDASAR ILMU OLAHRAGA Oleh: Sb Pranatahadi JARUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TEORI DAN METODOLOGI LATIHAN: Anatomi Fisiologi

Lebih terperinci

PERUBAHAN FISIOLOGIS KARENA LATIHAN FISIK Efek latihan a. Perubahan biokhemis b. Sistem sirkulasi dan respirasi c. Komposisi badan, kadar kholesterol

PERUBAHAN FISIOLOGIS KARENA LATIHAN FISIK Efek latihan a. Perubahan biokhemis b. Sistem sirkulasi dan respirasi c. Komposisi badan, kadar kholesterol PERUBAHAN FISIOLOGIS KARENA LATIHAN FISIK Efek latihan a. Perubahan biokhemis b. Sistem sirkulasi dan respirasi c. Komposisi badan, kadar kholesterol dan trigliceride tekanan darah, dan aklimatisasi pada

Lebih terperinci

AFC B LICENCE COACHING COURSE

AFC B LICENCE COACHING COURSE AFC B LICENCE COACHING COURSE SISTEM ENERGI Oleh: Prof. Dr. Sukadiyanto, M.Pd Guru Besar Pada Jurusan Pendidikan Kepelatihan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta PENGERTIAN ENERGI Setiap

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Dayung adalah satu cabang olahraga yang membutuhkan kondisi tubuh prima agar dapat tampil sebaik mungkin pada saat latihan maupun ketika p

PENDAHULUAN Dayung adalah satu cabang olahraga yang membutuhkan kondisi tubuh prima agar dapat tampil sebaik mungkin pada saat latihan maupun ketika p ROWING PHYSIOLOGY PENDAHULUAN Dayung adalah satu cabang olahraga yang membutuhkan kondisi tubuh prima agar dapat tampil sebaik mungkin pada saat latihan maupun ketika pertandingan. Pada saat latihan dan

Lebih terperinci

Disarikan dari berbagai sumber. Oleh : Octavianus Matakupan

Disarikan dari berbagai sumber. Oleh : Octavianus Matakupan Disarikan dari berbagai sumber Oleh : Definisi: Harre; Bauersfeld dan Schrouter Yansen serta Zimmermann Letzelter : Dayatahan (Endurance) adalah Kemampuan melawan kelelahan, yang terlihat dengan kemampuan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSENTASE LEMAK TUBUH TERHADAP DAYA TAHAN KARDIORESPIRASI ATLET PENCAK SILAT DI KLUB SMP NEGERI 01 NGUNUT TULUNGAGUNG JURNAL

HUBUNGAN PERSENTASE LEMAK TUBUH TERHADAP DAYA TAHAN KARDIORESPIRASI ATLET PENCAK SILAT DI KLUB SMP NEGERI 01 NGUNUT TULUNGAGUNG JURNAL HUBUNGAN PERSENTASE LEMAK TUBUH TERHADAP DAYA TAHAN KARDIORESPIRASI ATLET PENCAK SILAT DI KLUB SMP NEGERI 01 NGUNUT TULUNGAGUNG JURNAL EKO ANDI SUSILO 096484002 UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. landasan awal dalam pencapaian prestasi (M. Sajoto, 1988)

BAB I PENDAHULUAN. landasan awal dalam pencapaian prestasi (M. Sajoto, 1988) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dalam dunia olahraga kondisi fisik atlit memegang peranan penting dalam menjalankan program latihannya, Fisik seorang atlit juga salah satu syarat yang sangat diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Prayogi Guntara, 2014 Pengaruh Recovery Aktif Dengan Recovery Pasif Terhadap Penurunan Kadar Asam Laktat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Prayogi Guntara, 2014 Pengaruh Recovery Aktif Dengan Recovery Pasif Terhadap Penurunan Kadar Asam Laktat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap cabang olahraga memiliki kriteria kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang atletnya. Di cabang olahraga dayung fisik, teknik, taktik, dan mental

Lebih terperinci

Oleh Cerika Rismayanthi, M.Or. Ahmad Nasrulloh, M.Or. Fatkhurahman Arjuna, M.Or. (TIM PENGAMPU)

Oleh Cerika Rismayanthi, M.Or. Ahmad Nasrulloh, M.Or. Fatkhurahman Arjuna, M.Or. (TIM PENGAMPU) Oleh Cerika Rismayanthi, M.Or. Ahmad Nasrulloh, M.Or. Fatkhurahman Arjuna, M.Or. (TIM PENGAMPU) ahmadnarulloh@yahoo.co.id DIPENGARUHI OLEH FAKTOR (Bompa, 2000): 1. Kondisi Fisik 2. Kemampuan Teknik 3.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga merupakan keperluan dalam kehidupan kita, apalagi bagi orang yang ingin meningkatkan kesehatannya. Kebanyakan orang latihan untuk mendapatkan manfaat dari latihan

Lebih terperinci

direncanakan antara pembebanan dan recovery. Lari interval ini merupakan lari

direncanakan antara pembebanan dan recovery. Lari interval ini merupakan lari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lari interval merupakan lari berdasarkan pada perubahan yang direncanakan antara pembebanan dan recovery. Lari interval ini merupakan lari yang diselingi oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anaerobik adalah lari cepat jarak pendek, interval training, lari seratus. yard, renang sprint, serta bersepeda cepat.

BAB I PENDAHULUAN. anaerobik adalah lari cepat jarak pendek, interval training, lari seratus. yard, renang sprint, serta bersepeda cepat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latihan fisik merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk meningkatkan atau memelihara kebugaran tubuh. Latihan fisik dapat dibagi dalam berbagai macam bentuk.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seorang atlet badminton harus selalu tampil prima dalam setiap pertandingan untuk mencapai hasil yang optimal. Kondisi fisik adalah salah satu persyaratan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu yang membutuhkan daya tahan jantung paru. Kesegaran jasmani yang rendah diikuti dengan penurunan

Lebih terperinci

YADY SUPRIYATNA, 2014 KONTRIBUSI TINGKAT VO2 MAX TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI DALAM OLAHRAGA BULUTANGKIS

YADY SUPRIYATNA, 2014 KONTRIBUSI TINGKAT VO2 MAX TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI DALAM OLAHRAGA BULUTANGKIS 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peneltian Permainan bulutangkis merupakan salah satu cabang olahraga yang sering dimainkan oleh masyarakat Indonesia. Peraturannya yang sederhana membuat bulutangkis

Lebih terperinci

LATIHAN KETAHANAN (KEBUGARAN AEROBIK)

LATIHAN KETAHANAN (KEBUGARAN AEROBIK) LATIHAN KETAHANAN (KEBUGARAN AEROBIK) OLEH SUHARJANA FIK UNY PENGERTIAN LATIHAN Latihan merupakan aktivitas olahraga/jasmani yang sistematik, dilakukan dalam waktu lama, ditingkatkan secara progresif dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. remaja akhir dan dewasa awal berdasarkan tahap perkembangannya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. remaja akhir dan dewasa awal berdasarkan tahap perkembangannya, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa adalah siswa pada perguruan tinggi yang memulai jenjang kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan sebagai remaja akhir dan dewasa awal berdasarkan

Lebih terperinci

Kontraksi otot membutuhkan energi, dan otot disebut sebagai mesin. pengubah energi kimia menjadi kerja mekanis. sumber energi yang dapat

Kontraksi otot membutuhkan energi, dan otot disebut sebagai mesin. pengubah energi kimia menjadi kerja mekanis. sumber energi yang dapat SUMBER-SUMBER ENERGI DAN METABOLISME Kontraksi otot membutuhkan energi, dan otot disebut sebagai mesin pengubah energi kimia menjadi kerja mekanis. sumber energi yang dapat segera digunakan adalah derivat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kuratif saja, tetapi juga usaha promotif, preventif, dan rehabilitatif. Gerak yang

BAB I PENDAHULUAN. kuratif saja, tetapi juga usaha promotif, preventif, dan rehabilitatif. Gerak yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perkembangan ilmu fisioterapi, usaha-usaha di bidang kesehatan gerak dan fungsi tubuh telah mengalami perkembangan. Tidak terbatas pada usaha kuratif saja, tetapi

Lebih terperinci

Pemanfaatan Energi dalam Olahraga

Pemanfaatan Energi dalam Olahraga Pemanfaatan Energi dalam Olahraga MIRZA HAPSARI SAKTI TP, S.GZ. RD., MPH BLOK KESEHATAN OLAHRAGA FK UII Rabu, 16 September 2015 Jenis Sistem Energi dalam Olahraga 1. Sistem energi Aerobik : butuh oksigen

Lebih terperinci

III.PERSIAPAN / FAKTOR LATIHAN

III.PERSIAPAN / FAKTOR LATIHAN III.PERSIAPAN / FAKTOR LATIHAN 1.LATIHAN FISIK 1.a. Daya tahan (endurance) Situasi atau kondisi tubuh yang mampu untuk bekerja dalam waktu yang lama, tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan setelah mengerjakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diemban. Kebugaran jasmani dipertahankan dengan berbagai bentuk latihan.

BAB I PENDAHULUAN. diemban. Kebugaran jasmani dipertahankan dengan berbagai bentuk latihan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) memerlukan tingkat kebugaran jasmani lebih tinggi dibandingkan orang biasa karena beratnya tugas yang diemban. Kebugaran jasmani

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN PISANG (MUSA PARADISIACA) TERHADAP KELELAHAN OTOT (AEROB DAN ANAEROB) PADA ATLET SEPAK TAKRAW

PENGARUH PEMBERIAN PISANG (MUSA PARADISIACA) TERHADAP KELELAHAN OTOT (AEROB DAN ANAEROB) PADA ATLET SEPAK TAKRAW PENGARUH PEMBERIAN PISANG (MUSA PARADISIACA) TERHADAP KELELAHAN OTOT (AEROB DAN ANAEROB) PADA ATLET SEPAK TAKRAW Ahmad Syauqy 1, Cicip Rozana Rianti 1, Siti Kumairoh 1 1) Program Studi Ilmu Gizi Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia dirancang oleh Tuhan untuk bergerak dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia dirancang oleh Tuhan untuk bergerak dalam melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tubuh manusia dirancang oleh Tuhan untuk bergerak dalam melakukan aktivitas fisik. Latihan fisik merupakan aktivitas fisik yang tumbuh dan berkembang seiring dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kebugaran dan kesehatan tubuh (Giam dan Teh, 1992).

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kebugaran dan kesehatan tubuh (Giam dan Teh, 1992). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga merupakan gerak tubuh yang sengaja dilakukan oleh manusia untuk meningkatkan kebugaran dan kesehatan tubuh (Giam dan Teh, 1992). Olahraga terdiri atas rangkaian

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. jam yang dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada hari latihan dan hari tidak

BAB V PEMBAHASAN. jam yang dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada hari latihan dan hari tidak BAB V PEMBAHASAN A. Asupan Karbohidrat Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan food recall 1 x 24 jam yang dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada hari latihan dan hari tidak latihan diketahui bahwa

Lebih terperinci

NUTRITION, EXERCISE AND HEALTHY

NUTRITION, EXERCISE AND HEALTHY NUTRITION, EXERCISE AND HEALTHY Nugroho Agung S. STKIP PGRI Sumenep Introduction Apa yang orang makan tidak hanya untuk kesehatannya saja akan tetapi juga untuk performa pada atlet olahraga. Tubuh manusia

Lebih terperinci

2015 PERBANDINGAN HASIL AEROBIC MAXIMAL CAPACITY (VO2MAX) MENGGUNAKAN LABORATORIUM TEST DAN FIELD TEST PADA PEMAIN BOLA BASKET

2015 PERBANDINGAN HASIL AEROBIC MAXIMAL CAPACITY (VO2MAX) MENGGUNAKAN LABORATORIUM TEST DAN FIELD TEST PADA PEMAIN BOLA BASKET BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada umumnya olahraga membutuhkan kondisi fisik yang baik agar seseorang dapat melakukan aktivitas dan mencapai prestasi dalam setiap cabang olahraganya masing-masing.

Lebih terperinci

4/11/2015. Nugroho Agung S.

4/11/2015. Nugroho Agung S. Protein Makronutrisi Karbohidrat Lemak Nugroho Agung S. Jenis Fungsi Karbohidrat (4 kcal/g) Sumber energi dan bahan energi untuk otot (dari gula dan glikogen) Pengontrol lemak dan kolesterol (dari serat)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang Masalah. Lari jarak pendek (sprint) adalah lari yang menempuh jarak antara 100

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang Masalah. Lari jarak pendek (sprint) adalah lari yang menempuh jarak antara 100 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Masalah Lari jarak pendek (sprint) adalah lari yang menempuh jarak antara 100 meter sampai dengan 400 meter (Yoyo, 2000). Lari sprint 100 meter merupakan nomor lari jarak

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR LATIHAN OLEH CERIKA RISMAYANTHI, M.OR. AHMAD NASRULLOH, M.OR. FATKHURAHMAN ARJUNA, M.OR. (TIM PENGAMPU)

FAKTOR-FAKTOR LATIHAN OLEH CERIKA RISMAYANTHI, M.OR. AHMAD NASRULLOH, M.OR. FATKHURAHMAN ARJUNA, M.OR. (TIM PENGAMPU) FAKTOR-FAKTOR LATIHAN OLEH CERIKA RISMAYANTHI, M.OR. AHMAD NASRULLOH, M.OR. FATKHURAHMAN ARJUNA, M.OR. (TIM PENGAMPU) AHMADNARULLOH@YAHOO.CO.ID FAKTOR-FAKTOR LATIHAN Persiapan Fisik Persiapan Teknik Persiapan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. diperlukan dalam mensuplai energi untuk aktifitas fisik (1).

BAB 1 : PENDAHULUAN. diperlukan dalam mensuplai energi untuk aktifitas fisik (1). BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga merupakan salah satu cara untuk meningkatkan ketahanan fisik sekaligus sebagai upaya memelihara kesehatan dan kebugaran, selain itu olahraga juga dapat ditunjukkan

Lebih terperinci

Faal Kerja (Fisiologis) Nurjannah

Faal Kerja (Fisiologis) Nurjannah Faal Kerja (Fisiologis) Nurjannah Kerja Bekerja adalah suatu kegiatan manusia merubah keadaan-keadaan tertentu dari alam lingkungan yang ditujukan untuk mempertahankan dan memelihara kelangsungan hidupnya

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MOTORIK SUATU PENGANTAR. Suharjana FIK UNY

PENGEMBANGAN MOTORIK SUATU PENGANTAR. Suharjana FIK UNY PENGEMBANGAN MOTORIK SUATU PENGANTAR SESI LATIHAN SUSUNAN SATU SESI LATIHAN 1. Pembukaan (Pengantar) 5 2. Pemanasan (Warming Up) 15-30 3. Bagian Utama (Inti) 60-90 4. Penutup (Warming Down) 15 PENGANTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bulutangkis adalah salah satu cabang olahraga yang popular dan banyak digemari oleh masyarakat Indonesia. Bahkan masyarakat Indonesia sudah melekat kecintaanya terhadap

Lebih terperinci

OLAHRAGA PADA ANAK. OLEH dr. Hamidie Ronald, M.Pd, AIFO

OLAHRAGA PADA ANAK. OLEH dr. Hamidie Ronald, M.Pd, AIFO OLAHRAGA PADA ANAK OLEH dr. Hamidie Ronald, M.Pd, AIFO KARAKTERISTIK ANAK 1. Anatomis & fisiologis anak berbeda dg dewasa oleh karena itu: - kegiatan fisik disesuaikan dg perkembangan jasmani dan rohani

Lebih terperinci

Sistem Energi. Kinerja manusia memerlukan energi. Energi tersebut berasal. dari bahan makanan yang dimakan sehari-hari. Tujuan makan antara lain

Sistem Energi. Kinerja manusia memerlukan energi. Energi tersebut berasal. dari bahan makanan yang dimakan sehari-hari. Tujuan makan antara lain Sistem Energi Kinerja manusia memerlukan energi. Energi tersebut berasal dari bahan makanan yang dimakan sehari-hari. Tujuan makan antara lain untuk pertumbuhan, mengganti sel-sel yang rusak dan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi merupakan salah satu faktor dalam pembangunan olahraga. Prestasi juga dapat dijadikan tolak ukur untuk melihat status atau tingkat pencapaian dan keberhasilan

Lebih terperinci

Kesinambungan Energi dan Aktifitas Olahraga. (Nurkadri)

Kesinambungan Energi dan Aktifitas Olahraga. (Nurkadri) Kesinambungan Energi dan Aktifitas Olahraga (Nurkadri) Abstrak Olahraga adalah aktiftas jasmani yang membutuhkan energy dalam melakukannya. Kadar energy yang dibutuhkan disesuaikan dengan berat atau ringan

Lebih terperinci

MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET

MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET Pendahuluan Prestasi olahraga yang tinggi perlu terus menerus dipertahankan dan ditingkatkan lagi. Salah satu faktor yang penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi komunikasi dan trasportasi dirasa memperpendek jarak dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi komunikasi dan trasportasi dirasa memperpendek jarak dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan modern kini menuntut segala sesuatu yang serba cepat. Baik dalam aktivitas pekerjaan, kehidupan rumah tangga dan kebutuhan makan dalam sehari-hari. Perkembangan

Lebih terperinci

KETAHANAN (ENDURANCE)

KETAHANAN (ENDURANCE) KETAHANAN (ENDURANCE) PENGERTIAN KETAHANAN Ketahanan adalah kemampuan peralatan tubuh seseorang untuk melawan kelelahan selama aktivitas berlangsung. Menurut Sukadiyanto (2002: 40) keuntungan bagi olahragawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perkembangan ilmu kesehatan saat ini, usaha-usaha di bidang kesehatan telah mengalami perkembangan. Tidak terbatas pada usaha kuratif saja, tetapi juga usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan tujuan untuk memperoleh prestasi optimal pada cabang-cabang olahraga.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan tujuan untuk memperoleh prestasi optimal pada cabang-cabang olahraga. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga adalah kegiatan yang dilakukan dan dikelola secara profesional dengan tujuan untuk memperoleh prestasi optimal pada cabang-cabang olahraga. Atlet yang

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar -6. Modul 4: Konsumsi Energi. Ir. MUH. ARIF LATAR, MSc. Modul-4, data M Arief Latar

Kegiatan Belajar -6. Modul 4: Konsumsi Energi. Ir. MUH. ARIF LATAR, MSc. Modul-4, data M Arief Latar Kegiatan Belajar -6 Modul 4: Konsumsi Energi Ir. MUH. ARIF LATAR, MSc Modul-4, data M Arief Latar 1 I. PENDAHULUAN Modul-4, data M Arief Latar 2 Pengantar Jenis pekerjaan yang menggunakan kekuatan otot

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan, memelihara kesegaran jasmani (fitness) atau sebagai terapi untuk memperbaiki kelainan,

Lebih terperinci

GENERAL FITNESS TRAINING

GENERAL FITNESS TRAINING GENERAL FITNESS TRAINING Fitness atau kebugaran didefinisikan sebagai keberhasilan seseorang dalam beradaptasi dengan tekanan fisik dan mental yang ditemui dalam hidupnya. Latihan fitness secara umum didefiniskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia pada saat melakukan kegiatan yang intensif. Volume O2max ini

BAB I PENDAHULUAN. manusia pada saat melakukan kegiatan yang intensif. Volume O2max ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah VO 2 max adalah volume maksimal O 2 yang diproses oleh tubuh manusia pada saat melakukan kegiatan yang intensif. Volume O2max ini adalah suatu tingkatan kemampuan

Lebih terperinci

Ketahanan dan kelelahan berkaitan dengan batas kemampuan maksimal (BKM) dan merupakan 2 kutub yg berlawanan dalam aktivitas fisik.

Ketahanan dan kelelahan berkaitan dengan batas kemampuan maksimal (BKM) dan merupakan 2 kutub yg berlawanan dalam aktivitas fisik. Ketahanan dan kelelahan berkaitan dengan batas kemampuan maksimal (BKM) dan merupakan 2 kutub yg berlawanan dalam aktivitas fisik. BKM adalah kemampuan maksimal seseorang dalam menampilkan aktivitas fisiknya.

Lebih terperinci

BAB IV OLAHRAGA DAN OLAHRAGA KESEHATAN

BAB IV OLAHRAGA DAN OLAHRAGA KESEHATAN BAB IV OLAHRAGA DAN OLAHRAGA KESEHATAN SASARAN BELAJAR: 1. Memahami macam-macam OR 2. Sasaran Olahraga Kesehatan 3. Dosis Olahraga (kesehatan) 4. Indikator untuk menilai intensitas aktivitas fisik 5. Hasil

Lebih terperinci

Tomi Sutanto, 2007 Pembimbing : Dr. Iwan Budiman, dr., MS, MM, MKes, AIF

Tomi Sutanto, 2007 Pembimbing : Dr. Iwan Budiman, dr., MS, MM, MKes, AIF ABSTRAK HUBUNGAN KEBUGARAN YANG DIUKUR DENGAN TES ERGOMETER SEPEDA METODE ASTRAND MODIFIKASI IWAN BUDIMAN DENGAN TES BANGKU ASTRAND-RHYMING SERTA GAMBARAN TINGKAT KEBUGARAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang ingin menjalani kehidupannya senantiasa dalam keadaan sehat. Untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal, berbagai upaya telah dilakukan, salah satu

Lebih terperinci

2015 KONTRIBUSI DENYUT NADI ISTIRAHAT DAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU TERHADAP KAPASITAS AEROBIK

2015 KONTRIBUSI DENYUT NADI ISTIRAHAT DAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU TERHADAP KAPASITAS AEROBIK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Olahraga merupakan salah satu kesatuan yang memiliki tujuan cukup luas antaranya adalah untuk prestasi, pendidikan, dan sebagai aktivitas untuk kesehatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latihan fisik merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran. Seseorang dengan aktivitas fisik rendah memiliki 20% sampai 30% lebih tinggi risiko

Lebih terperinci

KEGIATAN OLAHRAGA DAN KESINAMBUNGAN ENERGI

KEGIATAN OLAHRAGA DAN KESINAMBUNGAN ENERGI Jurnal Visi Ilmu Pendidikan halaman 1558 KEGIATAN OLAHRAGA DAN KESINAMBUNGAN ENERGI Oleh : Eka. Supriatna 1 Jurusan Ilmu Keolahragaan Email : ekasupriatna@ymail.com Abstrak : Di lapangan seorang pelatih

Lebih terperinci

. II. TINJAUAN PUSTAKA

. II. TINJAUAN PUSTAKA . II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengolahan Tanah Pengolahan tanah adalah suatu usaha untuk memperbaiki dan meningkatkan produktivitas tanah dengan memecah partikel menjadi lebih kecil sehingga memudahkan akar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Metabolisme Energi Otot Rangka Kreatin fosfat merupakan sumber energi pertama yang digunakan pada awal aktivitas kontraktil. Suatu karakteristik khusus dari energi yang dihantarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prestasi olahraga Indonesia mengalami keadaan pasang dan surut. Pada

BAB I PENDAHULUAN. Prestasi olahraga Indonesia mengalami keadaan pasang dan surut. Pada BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Prestasi olahraga Indonesia mengalami keadaan pasang dan surut. Pada tiga periode SEA Games berturut-turut, yaitu tahun 2007, 2009, dan 2011, peringkat perolehan medali

Lebih terperinci

PERBEDAAN NILAI KAPASITAS VO 2 MAKSIMUM PADA ATLIT SEPAK BOLA DENGAN FUTSAL DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PERBEDAAN NILAI KAPASITAS VO 2 MAKSIMUM PADA ATLIT SEPAK BOLA DENGAN FUTSAL DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PERBEDAAN NILAI KAPASITAS VO 2 MAKSIMUM PADA ATLIT SEPAK BOLA DENGAN FUTSAL DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Diajukan sebagai Pelengkap dan Syarat Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut

BAB I PENDAHULUAN. suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap individu dalam masyarakat berperan penting sebagai agen dari suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut membutuhkan suatu keadaan yang mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu karakteristik permainan sepak bola yaitu menendang dan mengoper bola

BAB I PENDAHULUAN. satu karakteristik permainan sepak bola yaitu menendang dan mengoper bola BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permainan sepak bola adalah permainan bola besar yang dimainkan oleh dua tim dengan masing-masing beranggotakan sebelas orang. Sepak bola merupakan olahraga paling populer

Lebih terperinci

ABSTRAK PENGARUH PEMBERIAN OKSIGEN KALENG TERHADAP WAKTU ISTIRAHAT SETELAH BEROLAHRAGA

ABSTRAK PENGARUH PEMBERIAN OKSIGEN KALENG TERHADAP WAKTU ISTIRAHAT SETELAH BEROLAHRAGA ABSTRAK PENGARUH PEMBERIAN OKSIGEN KALENG TERHADAP WAKTU ISTIRAHAT SETELAH BEROLAHRAGA Christian Pramudita, 2010 Pembimbing: Jo Suherman, dr., MS., AIF Endang Evacuasiany, Dra., MS., AFK., Apt Latar belakang.

Lebih terperinci

2015 PERBANDINGAN METODE CONTINOUS TRAINING DAN INTERVAL TRAINING TERHADAP PENINGKATAN DAYA TAHAN AEROBIK PADA ATLET SEPAKBOLA

2015 PERBANDINGAN METODE CONTINOUS TRAINING DAN INTERVAL TRAINING TERHADAP PENINGKATAN DAYA TAHAN AEROBIK PADA ATLET SEPAKBOLA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi fisik merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam olahraga prestasi karena hal tesebut sangat menentukan kualitas teknik dan kemampuan atlet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Oksigen kaleng lazim digunakan di dunia olahraga karena ada anggapan bahwa penggunaan oksigen kaleng mempercepat waktu istirahat menjadi pulih setelah tubuh lelah akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan oleh semua orang. Karena dengan berolahraga kita bukan hanya sehat jasmani dan rohani, tetapi juga dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat berdampak buruk pada kesehatan. Menurut Alder dan Higbee, walaupun

BAB I PENDAHULUAN. dapat berdampak buruk pada kesehatan. Menurut Alder dan Higbee, walaupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola hidup masyarakat zaman sekarang yang cenderung tidak banyak melakukan aktivitas fisik adalah hal yang patut diwaspadai karena kebiasaan ini dapat berdampak buruk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mewujudkan tujuan yang akan dicapai. Oleh sebab itu, untuk mencapai tujuan

I. PENDAHULUAN. mewujudkan tujuan yang akan dicapai. Oleh sebab itu, untuk mencapai tujuan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gerak merupakan aktivitas yang dilakukan manusia dalam kehidupan sehari hari. Seseorang dalam kehidupannya selalu bergerak dalam beraktifitas untuk mewujudkan tujuan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sehat adalah kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia. Sehat juga keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinan setiap orang hidup produktif dan ekonomis.

Lebih terperinci

Jurnal Kesehatan Olahraga Volume 03 Nomor 03 Edisi Juni 2015,

Jurnal Kesehatan Olahraga Volume 03 Nomor 03 Edisi Juni 2015, ANALISIS DAYA TAHAN AEROBIK MAKSIMAL (VO2MAX) DAN ANAEROBIK PADA ATLET BULUTANGKIS USIA 11-14 TAHUN PB. BINTANG TIMUR SURABAYA MENJELANG KEJURNAS JATIM 2014 e-journal NIM. 10060484029 UNIVERSITAS NEGERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan kandungan senyawa di dalamnya, kopi dapat di golongkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan kandungan senyawa di dalamnya, kopi dapat di golongkan sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara penghasil kopi ketiga terbesar di dunia, hal ini disebabkan letak geografis Indonesia yang ideal untuk pertumbuhan dan produksi kopi. 1

Lebih terperinci

PERIODISASI THEORY AND METHODOLOGY OF TRAINING TUDOR O BOMPA RINGKASAN OLEH DRS. OCTAVIANUS MATAKUPAN

PERIODISASI THEORY AND METHODOLOGY OF TRAINING TUDOR O BOMPA RINGKASAN OLEH DRS. OCTAVIANUS MATAKUPAN PERIODISASI THEORY AND METHODOLOGY OF TRAINING TUDOR O BOMPA RINGKASAN OLEH DRS. OCTAVIANUS MATAKUPAN WORKSHOP PELATIH PELATNAS ASIAN GAMES XIV-2002 Periodisasi adalah proses pembagian rencana tahunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari salah satu jalur energi dalam tubuh yang dikenal sebagai glikolisis (Mc

BAB I PENDAHULUAN. dari salah satu jalur energi dalam tubuh yang dikenal sebagai glikolisis (Mc BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Aktifitas fisik dengan maksimal akan mengalami kelelahan. Kelelahan adalah menurunnya kualitas dan kuantitas kerja atau olahraga yang disebabkan (akibat dari)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luang dan menanggulangi keadaan-keadaan mendadak yang tidak. yang berkaitan dengan kesehatan dan yang berkaitan dengan performance.

BAB I PENDAHULUAN. luang dan menanggulangi keadaan-keadaan mendadak yang tidak. yang berkaitan dengan kesehatan dan yang berkaitan dengan performance. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebugaran fisik adalah kemampuan untuk melakukan pekerjaan seharihari dengan bertenaga dan penuh kesiagaan, tanpa kelelahan yang tidak semestinya dan dengan cukup energi,

Lebih terperinci

Energy Movement. Basic Energy System. Energy for Cellular Activity. Energy 4/11/2015

Energy Movement. Basic Energy System. Energy for Cellular Activity. Energy 4/11/2015 Basic Energy System Energy Movement Dalam kamus, energi adalah kapasitas untuk bekerja atau beraktivitas Energi dapat diambil dari beberapa bentuk (chmenical, Mechanical, Electrical, Electromagnetic, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak penyandang disabilitas, sering dibahasakan dengan anak berkebutuhan khusus (ABK). Menurut World Health Organization (WHO), diperkirakan terdapat sekitar 7-10 %

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat. Terbukti pada perhelatan sea games 2015 timnas

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat. Terbukti pada perhelatan sea games 2015 timnas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Federasi Basket Internasional (FIBA) permainan bola basket dimainkan selama 40 menit yang dibagi dalam empat quarter, di mana satu quarter terdiri

Lebih terperinci

TEORI DAN METODOLOGI LATIHAN OLEH: YUNYUN YUDIANA

TEORI DAN METODOLOGI LATIHAN OLEH: YUNYUN YUDIANA TEORI DAN METODOLOGI LATIHAN OLEH: YUNYUN YUDIANA Konsep Dasar Latihan Suatu proses yang sistematis dari program aktivitas gerak jasmani yang dilakukan dalam waktu relatif lama dan berulang-ulang, ditingkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Glukosa darah adalah salah satu gula monosakarida dan salah satu sumber karbon terpenting yang digunakan sebagai sumber energi yang adekuat bagi sel-sel, jaringan,

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN LARI AEROBIK DAN LATIHAN RENANG TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN LARI AEROBIK DAN LATIHAN RENANG TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN LARI AEROBIK DAN LATIHAN RENANG TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Pendidikan Studi DIV Fisioterapi

Lebih terperinci

sebagainya. Menurut Susan M Sawyer et al, 2012 masa remaja merupakan salah satu fase kehidupan saat fungsi fisik hampir mencapai puncaknya.

sebagainya. Menurut Susan M Sawyer et al, 2012 masa remaja merupakan salah satu fase kehidupan saat fungsi fisik hampir mencapai puncaknya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingkat kebugaran jasmani berhubungan erat dengan aktivitas fisik yang dilakukan seseorang. Semakin tinggi aktivitas semakin besar tingkat kebugarannya begitupun sebaliknya

Lebih terperinci

Konsumsi energi berdasarkan kapasitas oksigen terukur

Konsumsi energi berdasarkan kapasitas oksigen terukur Konsumsi energi berdasarkan kapasitas oksigen terukur Konsumsi energi dapat diukur secara tidak langsung dengan mengukur konsumsi oksigen. Jika satu liter oksigen dikonsumsi oleh tubuh, maka tubuh akan

Lebih terperinci

KONSEP Latihan kebugaran jasmani

KONSEP Latihan kebugaran jasmani KONSEP Latihan kebugaran jasmani OLEH SUHARJANA FIK UNY1 Pengertian Latihan Latihan merupakan aktivitas olahraga/jasmani yang sistematik, dilakukan dalam waktu lama, ditingkatkan secara progresif dan individual

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kesehatan, bahkan pada bungkus rokok-pun sudah diberikan peringatan mengenai

I. PENDAHULUAN. kesehatan, bahkan pada bungkus rokok-pun sudah diberikan peringatan mengenai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rokok merupakan hal yang sudah tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Bahkan menurut data WHO tahun 2011, jumlah perokok Indonesia mencapai 33% dari total jumlah penduduk

Lebih terperinci

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA KEBUGARAN YANG DIUKUR DENGAN TES TREADMILL METODE BRUCE DENGAN TES ERGOMETER SEPEDA METODE ASTRAND MODIFIKASI IWAN BUDIMAN

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA KEBUGARAN YANG DIUKUR DENGAN TES TREADMILL METODE BRUCE DENGAN TES ERGOMETER SEPEDA METODE ASTRAND MODIFIKASI IWAN BUDIMAN ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA KEBUGARAN YANG DIUKUR DENGAN TES TREADMILL METODE BRUCE DENGAN TES ERGOMETER SEPEDA METODE ASTRAND MODIFIKASI IWAN BUDIMAN Nancy Setiono, 2009 Pembimbing: Dr. Iwan Budiman, dr,

Lebih terperinci

Perbandingan Pengaruh Latihan Daya Tahan Aerobik dengan Parameter Laktat dan Denyut Nadi

Perbandingan Pengaruh Latihan Daya Tahan Aerobik dengan Parameter Laktat dan Denyut Nadi ARTIKEL PENELITIAN Perbandingan Pengaruh Latihan Daya Tahan Aerobik dengan Parameter Laktat dan Denyut Nadi Iwan Budiman Bagian Karya Tulis Ilmiah, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha Abstrak

Lebih terperinci

LATIHAN AEROBIK BENTUK DAN METODE. Suharjana FIK UNY

LATIHAN AEROBIK BENTUK DAN METODE. Suharjana FIK UNY LATIHAN AEROBIK BENTUK DAN METODE PETUNJUK LATIHAN AEROBIK (DG RESEP FITT) Latihan aerobik adalah latihan yang bertujuan untuk merangsang kerja jantung dan paru-paru. Karena itu latihan aerobik DAPAT didasarkan

Lebih terperinci

DAMPAK PELATIHAN HIPOXICS DALAM RENANG

DAMPAK PELATIHAN HIPOXICS DALAM RENANG 1 Artikel DAMPAK PELATIHAN HIPOXICS DALAM RENANG Studi Eksperimen penerapan Metode Latihan Interval Melalui Pelatihan Hypoxics terhadap peningkatan Kemampuan Statis dan Dinamis (Anaerobik dan Aerobik)

Lebih terperinci

Pengaruh Natrium Bikarbonat Per Oral terhadap Penampilan-Sprint pada Tes Ergometer Sepeda

Pengaruh Natrium Bikarbonat Per Oral terhadap Penampilan-Sprint pada Tes Ergometer Sepeda ARTIKEL PENELITIAN Pengaruh Natrium Bikarbonat Per Oral terhadap Penampilan-Sprint pada Tes Ergometer Sepeda Iwan Budiman Bagian Karya Tulis Ilmiah, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Abstrak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Glukosa Glukosa merupakan sumber energi utama bagi seluruh manusia. Glukosa terbentuk dari hasil hidrolisis karbohidrat. 1 Karbohidrat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. repository.unisba.ac.id. viii

DAFTAR ISI. Halaman. repository.unisba.ac.id. viii DAFTAR ISI ABSTRAK... iv ABSTRACT... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xi DAFTAR SINGKATAN... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang...

Lebih terperinci

Jurnal Gelanggang Olahraga Volume 1, No 2, Januari-Juni 2018 e-issn : p-issn : X

Jurnal Gelanggang Olahraga Volume 1, No 2, Januari-Juni 2018 e-issn : p-issn : X Jurnal Gelanggang Olahraga Volume 1, No 2, Januari-Juni 2018 e-issn : 2597-6567 p-issn : 2614-607X KONTRIBUSI VO2 MAX TERHADAP KEMAMPUAN RENANG GAYA DADA 200 METER Erick Salman Universitas Negeri Padang

Lebih terperinci

ANALISIS PENGUKURAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN METODE FISIOLOGI

ANALISIS PENGUKURAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN METODE FISIOLOGI ANALISIS PENGUKURAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN METODE FISIOLOGI A. DESKRIPSI Menurut Tayyari dan Smith (1997) fisiologi kerja sebagai ilmu yang mempelajari tentang fungsi-fungsi organ tubuh manusia yang

Lebih terperinci