II. TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "II. TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Menurut Murtidjo (2006), ayam broiler adalah istilah untuk menyebut strain ayam hasil budidaya teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis, dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai penghasil pedaging, konversi pakan irit, siap dipotong pada usia relatif muda, dan menghasilkan mutu daging berserat lunak. Menurut Suharno (2002 a ), ayam broiler adalah istilah untuk menyebut strain ayam hasil budidaya teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging, konversi pakan kecil, siap dipotong pada usia relatif muda dan menghasilkan mutu daging berserat. Strain ayam broiler yang beredar di Indonesia adalah Arbor Acress, Cobb, Hubbard, Rose, Kimber dan Pilch. Menurut Rasyaf (2004), ayam broiler adalah ayam jantan dan betina muda yang berumur di bawah delapan minggu ketika di jual dengan bobot tubuh tertentu antara 1,3-1,6 kg, mempunyai pertumbuhan yang cepat, serta mempunyai dada yang lebar dengan timbunan daging yang baik dan banyak. Ayam broiler pertumbuhannya sangat fantastik sejak usia 1-5 minggu. Pada saat berusia 3 minggu, tubuhnya sudah gempal, sehingga ayam broiler dapat dijual sebelum usia 8 minggu dan pada usia itu bobot tubuhnya hampir sama dengan tubuh ayam kampung berusia sekitar satu tahun 1,5-1,7 kg. Bahwa di Indonesia, ayam broiler sudah dapat dipasarkan pada umur 5-6 minggu dengan bobot hidup antara 1,3-1,6 kg per ekor ayam, walaupun laju pertumbuhan belum maksimal, karena dengan tatalaksana pemeliharaan yang baik ayam broiler tersebut masih dapat mencapai bobot badan yang lebih besar dengan umur pemeliharaan yang lebih lama, namun demikian kebanyakan masyarakat di Indonesia lebih banyak menyukai daging ayam broiler yang tidak begitu besar, terutama untuk konsumsi rumah makan dan pasar-pasar tradisional. Menurut Cahyono (2004), ayam ras pedaging atau yang dikenal dalam masyarakat kita dengan sebutan ayam broiler, pengusahaan dan pengembangan yang sangat pesat terhadap jenis ayam broiler ini memang

2 6 sangat beralasan, karena ayam ras atau ayam negeri tersebut memiliki keunggulan berproduksi yang lebih tinggi dibanding dengan jenis ayam buras. Pada ayam ras, pertumbuhan badannya sangat cepat dengan perolehan timbangan berat badan yang tinggi dalam waktu yang relatif pendek, yaitu pada umur 5-6 minggu berat badannya dapat mencapai 1,3 1,8 kg. Disamping itu, ayam broiler mempunyai kemampuan mengubah makanan menjadi daging dengan sangat hemat, artinya dengan jumlah makanan sedikit dapat diperoleh penambahan berat badan yang tinggi. Menurut Fadilah (2004 a ), keunggulan ayam broiler dapat dilihat dari pertumbuhan berat badan yang akan terbentuk, yang didukung oleh (1) Suhu udara di lokasi peternakan stabil dan ideal untuk ayam (23-26 o C); (2) Kuantitas dan mutu pakan terjamin sepanjang tahun; (3) Teknik pemeliharaan yang tepat guna (produk dengan keuntungan maksimal); (4) Kawasan peternakan yang bebas dari penyakit. Menurut Hardjosworo dan Rukmiasih (2000), ayam broiler antara umur 1-2 minggu memerlukan suhu lingkungan 32 o C. Pada umur 2-3 minggu suhu lingkungan yang diperlukan o C dan setelah umur 3 minggu menjadi o C. Fadilah (2004 b ) mengatakan bahwa ayam broiler pada umur 1-3 hari memerlukan suhu lingkungan o C, dengan kepadatan untuk Day Old Chicken (DOC) selama periode pemanasan ekor/m 2, pada umur 4-7 hari memerlukan suhu lingkungan o C dengan kepadatan ekor/m 2, pada umur 8-14 hari memerlukan suhu lingkungan o C dengan kepadatan ekor/m 2 dan pada hari memerlukan suhu lingkungan o C dengan kepadatan 8-10 ekor/m 2. Kelembaban yang baik 60%, apabila terlalu tinggi akan mengganggu pernapasan dan akan menyebabkan litter (sekam) kandang basah. Menurut Saragih (2000), bisnis ayam broiler memiliki karakteristik sebagai berikut : (1) Bisnis ayam broiler didasarkan pada pemanfaatan pertumbuhan dan produksi, dimana ayam broiler memiliki sifat pertumbuhan yang tergolong cepat; (2) Produktifitas ayam broiler sangat tergantung pada pakan baik secara teknis (pemberian pakan yang tepat) maupun ekonomis (penggunaan pakan yang efisien); (3) Produk akhir dari agribisnis ayam

3 7 broiler merupakan produk yang dihasilkan melalui tahapan-tahapan produksi mulai dari hulu sampai hilir, dimana produk antara merupakan makhluk biologis bernilai ekonomi tinggi berupa ayam broiler Usaha Peternakan Ayam Broiler Menurut Rasyaf (2004), mengatakan bahwa barang-barang modal usaha peternakan ayam meliputi ayam, kandang, makanan, alat peternakan, obat-obatan dan lain-lain. Standar produksi bagi ayam pedaging bertumpu pada pertambahan berat badan, konsumsi pakan dan konversi pakan. Sebagai pegangan, produksi atau sasaran produksi adalah tingkat kematian (mortalitas), konsumsi pakan dan pertambahan produksi dengan membandingkan atau memeriksa kenaikan dan penurunan mana yang tajam dari semua kelompok ayam yang dibudidayakan. Hasil penelitian Pakarti (2000), menunjukkan bahwa keberhasilan usaha ternak ayam broiler sebagai usaha yang relatif cepat menghasilkan output tidak terlepas dari tiga faktor yaitu pakan, lingkungan dan manajemen pemeliharaan. Kombinasi dari faktor pakan, lingkungan dan manajemen dicerminkan dalam bentuk keragaman teknis usaha ternak dengan beberapa indikator penting yaitu tingkat mortalitas, konversi pakan dan bobot ayam broiler yang dicapai. Menurut Tobing (2002), menjelaskan bahwa dalam usaha ternak ayam broiler ada tiga hal penting yang perlu ditangani secara ketat (rutin dan teliti), yaitu (1) Pakan dan air; (2) Obat, vitamin, sanitasi dan vaksin; serta (3) Perkandangan (Poor housing). Ketiganya saling mendukung sehingga pelaksanaannya pun harus bersamaan. Bila tidak ada kesempurnaan penanganan dari ketiga hal tersebut maka pengaruhnya terhadap pencapaian prestasi performans sangat besar seperti tingkat konversi pakan menjadi rendah (efisiensi tinggi), pertumbuhan terhambat dan tingkat mortalitas tinggi. Selain itu, Fadilah (2004 a ), dalam usaha peternakan ayam broiler faktor produksi yang digunakan adalah bibit ayam, pakan, tenaga kerja, obatobatan, vaksin dan vitamin, serta bahan penunjang seperti sekam, listrik dan bahan bakar. Tujuan setiap perusahaan adalah meraih keuntungan semaksimal mungkin dan mempertahankan kelestarian perusahaan, tetapi untuk mencapai

4 8 tujuan tersebut perusahaan harus bisa menghadapi banyak tantangan. Beberapa tantangan dalam usaha budidaya broiler diantaranya (1) Kelemahan manajemen pemeliharaan, karena broiler merupakan hasil dari berbagai perkawinan silang dan seleksi yang rumit, kesalahan dari segi manajemen pemeliharaan akan mengakibatkan kerugian; (2) Fluktuasi harga produk, harga broiler di Indonesia sangat fluktuatif. Penyebabnya bermacam-macam, terutama faktor keseimbangan antara permintaan dan penawaran; (3) Fluktuasi harga DOC yang bermuara pada harga keseimbangan permintaan dan penawaran di pasar; (4) Tidak ada kepastian waktu jual, dalam kondisi normal peternak broiler mandiri menjual broiler siap potong tetapi tidak dalam kondisi penawaran lebih tinggi dari permintaan. Peternak dapat saja menjual hasil ternaknya atau menunggu harga yang lebih baik tapi sekaligus mengeluarkan biaya ekstra untuk ransum; (5) Margin usaha rendah, margin usaha budidaya broiler keuntungannya sangat tipis sekitar 5 10% dari setiap siklus produksinya; (6) Faktor lain yang menghambat, lebih dari sebagian harga sapronak misalnya vaksin, obat-obatan, feed suplement, bahan baku ransum merupakan produk impor. Menurut Suharno (2002 b ), langkah awal yang harus diambil oleh pelaku agribisnis ayam ras untuk melihat situasi pasar adalah (1) Pandai menyiasati situasi pasar dengan mengatur pola produksi; (2) Menjalin komunikasi antar peternak; (3) Memperpendek jalur pemasaran; (4) Menguasai manajemen produksi dan pemotongan. Menurut Rasyaf (2002), ada tiga unsur beternak ayam broiler yang harus diperhatikan dalam penggunaan sumberdaya. Pertama unsur produksi. Peternak harus mengetahui secara seimbang antara produksi, pakan dan pencegahan penyakit. Kedua unsur manajemen. Manajemen berfungsi untuk mengendalikan semua aktifitas di peternakan secara terpadu dan sinkron guna mencari keuntungan yang maksimal. Ketiga unsur pasar dan pemasaran. Keuntungan bisa diperoleh dengan menjual hasil peternakan ayam broiler ke pasar. Menurut Imaduddin (2001), perusahaan peternakan dengan jumlah ternak minimal ekor dan tidak lebih dari per periode adalah suatu usaha yang dijalankan secara teratur dan terus menerus pada suatu

5 9 tempat dalam jangka waktu tertentu untuk tujuan komersial yang meliputi kegiatan perusahaan pemotong ayam, pabrik pakan dan perusahaan perdagangan sarana produksi ternak Pola Kemitraan Menurut Dinas Peternakan Kabupaten Bogor (2000), kemitraan adalah kerjasama usaha antara usaha kecil dengan usaha menengah dan besar yang disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah dan besar yang disertai prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan. Pada hakikatnya kerjasama kemitraan berfungsi untuk memperkokoh struktur ekonomi nasional. Disamping itu, kerjasama kemitraan antara usaha besar dan usaha menengah dengan usaha kecil dapat mendorong upaya pemerataan pembangunan. Menurut Christiawan (2002), pola kemitraan yang dikembangkan oleh PT. Mitra Asih Abadi melalui Peternakan Inti Rakyat (PIR) merupakan bentuk kerjasama yang saling menguntungkan antara perusahaan inti dengan peternak plasma. Pola PIR yang dilaksanakan adalah (1) Perusahaan inti menyediakan sarana produksi peternakan (DOC, pakan, obat-obatan dan vaksin); (2) Perusahaan inti memberikan jaminan pemasaran hasil produksi dengan harga garansi; (3) Perusahaan inti memberikan bimbingan teknis dan pengawasan secara kontinu bagi peternak plasma. Hastuti (2002), menyatakan bahwa terdapat dua macam pola kemitraan inti-plasma yang dilakukan oleh Koperasi Peternakan Unggas (KPU) Mitra Jaya Priangan di Bandung, yaitu (1) Pola kemitraan semi mandiri yang berdasarkan harga pasar, ditetapkan harga untuk pakan, DOC dan hasil panen sama dengan harga yang berlaku di pasar umum, (2) Pola kemitraan usaha management fee yang berdasarkan atas harga garansi, ditetapkan sistem harga tertentu untuk pakan, DOC, obat-obatan, serta hasil panen. Dalam era globalisasi persaingan tidak dapat ditopang oleh perusahaan besar saja, tetapi perlu dukungan perusahaan kecil yang handal. Sebagai perbandingan, di negara maju kemitraan antara usaha besar dengan usaha kecil terjadi bukan karena adanya regulasi, bukan karena adanya peraturan yang mengharuskan dan juga bukan karena semangat belas kasihan,

6 10 tetapi karena adanya tuntutan pasar, atas dasar tanggungjawab bersama, mengurangi pengangguran, tumbuhnya usaha menengah dan kecil dalam rangka meningkatkan daya saing usaha nasionalnya. Oleh karena itu, timbul motivasi dalam diri setiap pengusaha, bahwa kemitraan memang suatu kebutuhan bukan kepentingan belaka. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fitrifani (2003), menyatakan bahwa pola kemitraan antara peternak ayam broiler dengan PS Sukaharti adalah pola kemitraan inti-plasma. Pada pola kemitraan ini, pihak inti, yaitu PS Sukahati memberikan modal berupa sarana produksi peternakan tanpa jaminan kepada pihak plasma, yaitu peternak mitra dan pihak plasma menyediakan kandang, peralatan dan tenaga kerja. Plasma berkewajiban menjual hasil kepada inti dengan mendapatkan penerimaan dari upah bonus, selain itu biaya tunai yang dikeluarkan oleh peternak mitra dan peternak mandiri berbeda. Hal ini disebabkan oleh biaya sarana produksi yang seharusnya dikeluarkan oleh peternak mitra ditanggung oleh perusahaan inti, sedangkan peternak mandiri harus mengeluarkan biaya ini. Biaya tunai yang dikeluarkan peternak mitra hanya biaya sekam, sewa kandang, tenaga kerja luar keluarga, minyak tanah dan listrik. Menurut Saragih (1998), mengemukakan bahwa syarat yang harus dipenuhi dalam pola kemitraan, yaitu syarat keharusan yang dimanifestasikan dalam wujud kebersamaan yang kuat antara mereka yang bermitra dan syarat kecukupan berupa adanya peluang yang saling menguntungkan bagi pihakpihak yang bermitra melalui pelaksanaan kemitraan. Untuk meningkatkan daya saing produk perunggasan nasional perlu dikembangkan kemitraan melalui integrasi vertikal, melihat kondisi struktur peternakan nasional masih didominasi oleh peternakan rakyat berskala kecil bahwa koordinasi vertikal lebih sesuai untuk dijalankan karena dapat mengurangi biaya, meningkatkan keuntungan, serta memberikan arus keuntungan yang lebih stabil, pertumbuhan tetap, pemasokan bahan mentah secara tetap atau salah satu kemungkinan memperoleh keuntungan ekonomis lainnya. Menurut hasil penelitian Saodah (2000), mengatakan pada dasarnya pola kemitraan menguntungkan peternak kecil, dalam pola kemitraan inti-

7 11 plasma, inti cenderung berbentuk perusahaan pengelola, dimana inti menyediakan sarana produksi dan menjamin pemasaran, sehingga hal ini akan memberi kemudahan bagi peternak dalam melakukan usaha budidaya Mekanisme Pola Kemitraan Saodah (2000), mengemukakan bahwa mekanisme pola kemitraan yang dijalankan di Desa Purwasari, Kecamatan Garawangi, Kabupaten Kuningan meliputi persyaratan menjadi peternak plasma, penetapan harga sarana produksi dan hasil panen, pengaturan pola produksi dan pemberian bonus. Data selengkapnya disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Mekanisme pola kemitraan ayam broiler di Desa Purwasari, Kecamatan Garawangi, Kabupaten Kuningan Mekanisme * Keterangan a. Persyaratan menjadi peternak plasma Mempunyai tempat tinggal Memberikan jaminan b. Penetapan harga sarana produksi dan hasil panen c. Pengaturan pola produksi d. Pemberian bonus Kandang dan peralatan layak pakai Berdasarkan sistem diskon yang ditunda Penetapan DOC dan pemanenan hasil oleh inti Dalam bentuk subsidi saat terjadi penurunan harga ayam yang cukup drastis Sumber : Saodah, 2000 * Seluruh mekanisme kemitraan ditentukan oleh inti Persyaratan untuk mengikuti kemitraan menurut hasil penelitian Tobing (2000), adalah (1) Calon peternak menyediakan tempat yang memadai; (2) Calon peternak harus menyediakan kandang dalam bentuk panggung; (3) Memberikan agunan sebagai jaminan; (4) Calon peternak mengisi formulir permohonan sebagai peternak plasma. Dalam pengembangan kemitraan, tidak terlepas dari adanya hak dan kewajiban setiap pihak yang terlibat di dalamnya. Hak dan kewajiban peternak plasma dan perusahaan inti menurut hasil penelitian Christiawan (2000) seperti dimuat pada Tabel 3.

8 12 Tabel 3. Hak dan kewajiban Peternak Plasma dan Perusahaan Inti Pelaku Kewajiban Hak Inti Plasma Sumber : Christiawan, 2000 Peminjaman sapronak Memberikan pinjaman/kredit Melayani pemasaran Memberikan bimbingan teknis Melaksanakan proses produksi (budidaya). Mengelola sapronak Membayarkan kembali seluruh produksi yang dihasilkan Menerima ayam hasil panen Menerima bimbingan teknis dan sapronak Menurut Imaduddin (2001), persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi untuk mengikuti kemitraan adalah (1) Peternak mempunyai kandang dan perlengkapan, baik kontrak maupun milik sendiri lengkap dengan perizinannya; (2) Peternak mengajukan pendaftaran kerjasama dengan perusahaan dan mencantumkan data yang ada seperti total luas kandang, peralatan dan sarana-sarana pendukung lainnya; (3) Pihak perusahaan melakukan pengamatan langsung ke lokasi untuk meninjau layak tidaknya kandang tersebut untuk keperluan kerjasama; (4) Bukti perjanjian antara plasma dengan pihak perusahaan, dimana plasma wajib memberikan jaminan perusahaan berupa sertifikat, uang kontan, garansi bank atau surat-surat berharga lainnya Keberhasilan Usaha Peternakan Ayam Broiler Menurut Rasyaf (2002), ada tiga unsur yang harus diperhatikan peternak ayam broiler untuk menunjang keberhasilan usaha, yaitu (1) Unsur produksi, peternak harus mengetahui secara seimbang antara produksi, pakan dan pencegahan penyakit; (2) Unsur manajemen, manajemen berfungsi untuk mengendalikan semua aktivitas di peternakan secara terpadu dan sinkron guna mencari keuntungan yang maksimal; (3) Unsur pasar dan pemasaran, untuk mendapatkan keuntungan, peternak perlu menjual hasil peternakan ayam broiler ke pasar, untuk mencapai pasar pun diperlukan jalur khusus yang biasa dikenal dengan pemasaran.

9 13 Pakarti (2000), menyatakan bahwa keberhasilan usaha peternakan ayam broiler sebagai usaha yang relatif cepat menghasilkan output tidak terlepas dari tiga faktor yaitu pakan, lingkungan dan manajemen pemeliharaan dicerminkan dalam bentuk aspek teknis usaha peternakan dengan beberapa indikator penting, yaitu (1) Mortalitas; (2) Konversi pakan; (3) Berat badan akhir ayam broiler yang dicapai; (4) Indeks produksi yang dicapai. Aspek teknis usaha peternakan ayam broiler hasil penelitian Pakarti (2000), disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Mortalitas, konversi pakan dan berat badan akhir ayam broiler berdasarkan skala usaha di daerah Kuningan, Jawa Barat Skala Usaha (ekor) Jumlah Peternak (orang) Mortalitas (%) Konversi Pakan Berat Badan Akhir (kg/ekor) ,10 1,79 1, ,45 1,86 1, ,53 1,83 1,45 > ,66 1,65 1,35 Sumber: Pakarti, Biaya Produksi Biaya adalah nilai dari semua korbanan ekonomis yang diperlukan untuk menghasilkan suatu produk, yang sifatnya tidak dapat dihindari, dapat diperkirakan dan diukur. Biaya produksi merupakan kompensasi yang diterima oleh pemilik faktor-faktor produksi. Biaya yang dilakukan pada periode tertentu, dikenal dengan biaya tetap dan biaya variabel. Menurut Tobing (2000), komponen-komponen biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi budidaya ayam dibedakan atas biaya tetap dan biaya variabel. Komponen biaya tetap terdiri atas biaya penyusutan kandang dan peralatan, biaya opportunitas dan lainnya. Komponen biaya variabel terdiri dari biaya pakan, DOC, obat-obatan, tenaga kerja, sekam, kapur, gula, minyak tanah, gas dan listrik. Biaya variabel untuk wilayah I Rp ,33 atau 97,88% dan untuk biaya tetap Rp ,53 atau 2,2%. Nilai untuk wilayah II Rp ,60 atau 98,15% untuk biaya variabel dan nilai untuk biaya tetap adalah Rp ,80 atau 1,85%. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.

10 14 Tabel 5. Komposisi biaya produksi Peternak Plasma per kilogram untuk setiap periode produksi pada wilayah Bogor dan Tangerang Jenis Per peternak (Rp) Per kilogram bobot hidup (Rp) A.Biaya Variabel Pakan DOC Obat Tenaga Kerja Sekam,kapur& gula Gas/minyak.tanah Listrik Wilayah I Wilayah II Wilayah I Wilayah II , , , , , , , , , , , , , , ,05 850,95 119,08 53,43 23,30 33,06 4, ,02 908,34 754,96 52,96 30,92 29,03 B.Biaya Tetap , ,80 91,42 124,26 Total (A+B) , , , ,49 Sumber : Tobing, 2000 Menurut Boediono (2002), dalam hubungannya dengan tingkat output, dari segi sifatnya biaya produksi dapat dibagi menjadi tujuh: 1. Total Fixed Cost (TFC) atau biaya tetap total adalah jumlah biaya yang tetap dibayar perusahaan (produsen) berapapun tingkat output yang dihasilkan. Jumlah TFC adalah tetap untuk setiap output (misalnya penyusutan, sewa gedung dan sebagainya), 2. Total Variable Cost (TVC) atau biaya variabel total adalah jumlah biaya yang berubah sesuai dengan tinggi rendahnya output yang diproduksi (misalnya: biaya untuk bahan mentah, upah, ongkos angkut dan sebagainya), 3. Total Cost (TC) atau biaya total adalah penjumlahan dari biaya tetap maupun biaya variabel, 4. Average Fixed Cost (AFC) atau biaya tetap rataan adalah ongkos tetap yang dibebankan pada setiap unit output, 5. Average Variable Cost (AVC) atau biaya variabel rataan adalah semua biaya lain, selain AFC, yang dibebankan pada setiap unit output, 6. Average Total Cost (ATC) atau biaya total rataan adalah biaya produksi dari setiap unit output yang dihasilkan, 5,00

11 15 7. Marginal Cost (MC) atau biaya marginal adalah kenaikan dari TC yang diakibatkan oleh diproduksinya tambahan satu unit output. Hasil penelitian Saodah (2000) menunjukkan bahwa biaya produksi pada usaha peternakan ayam broiler dibagi menjadi dua, yaitu (1) Biaya variabel dan (2) Biaya tetap. Biaya variabel terbesar adalah pakan (54,94%) dan DOC (37,7%), sehingga total keseluruhan biaya variabel (98,61%), sedangkan biaya tetap terdiri dari depresiasi kandang (1,06%) dan depresiasi alat (0,33%), sehingga total keseluruhan biaya tetap (1,39%). Penerimaan terbesar didapatkan dari penjualan ayam broiler (98,95%). Secara keseluruhan, para peternak mengalami kerugian (Rp ), dimana nilai penerimaan Rp ,00 sedangkan biaya total Rp ,00, dikarenakan tingginya mortalitas dan harga DOC relatif mahal. Nilai R/C rasio diperoleh 0,96 menunjukkan bahwa dari setiap biaya produksi Rp. 100,00 yang dikeluarkan akan mengalami kerugian Rp. 96,00. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 6.

12 16 Tabel 6. Komposisi biaya, penerimaan dan pendapatan, serta R/C rasio Peternak Plasma per seratus ekor Ayam Broiler Komponen Pengeluaran (Rp) Persentase (%) A. Biaya Variabel 1. Pakan ,00 54,94 2. DOC 3. Obat-obatan 4. Tenaga kerja 5. Bahan bakar 6. Sekam 7. Listrik dan air 8. Sanitasi , , , , , , ,00 37,77 3,31 1,55 0,51 0,14 0,23 0,16 Total Biaya Variabel (A) ,00 98,61 B. Biaya Tetap 1. Depresiasi kandang 2. Depresiasi alat 9.400, ,00 1,06 0,33 Total Biaya Tetap (B) ,00 1,39 C. Biaya Total (A+B) ,00 100,00 D. Penerimaan 1. Broiler 2. Pupuk , ,00 98,95 1,05 Total Penerimaan (D) ,00 100,00 Pendapatan (D-C) R/C (D/C) Sumber : Pakarti, ,00 0, Menurut Fadilah (2004 a ), dalam usaha peternakan ayam broiler, komponen faktor produksi yang umumnya memberikan kontribusi cukup nyata adalah biaya bibit ayam, biaya pakan dan biaya operasional yang meliputi biaya tenaga kerja, biaya obat-obatan, vaksin dan vitamin, serta biaya bahan penunjang seperti biaya sekam, listrik dan bahan bakar.

13 Penerimaan Produksi Menurut Rasyaf (2002), penerimaan dalam suatu peternakan ayam broiler terdiri dari (1) Hasil produksi utama berupa penjualan ayam pedaging, baik hidup maupun dalam bentuk karkas dan (2) Hasil sampingan yaitu berupa kotoran ayam atau alas litter yang laku dijual kepada petani. Semua penerimaan produsen berasal dari hasil penjualan output. Kadarsan (1995) menyatakan bahwa penerimaan adalah nilai hasil dari output atau produksi karena perusahaan telah menjual atau menyerahkan sejumlah barang atau jasa kepada pihak pembeli. Selanjutnya dikatakan penerimaan perusahaan bersumber dari penjualan hasil usaha, seperti panen dari peternak dan barang olahannya. Semua hasil agribisnis yang dipakai untuk konsumsi keluarga harus dihitung dan dimasukkan sebagai penerimaan perusahaan walaupun akhirnya dipakai pemilik perusahaan secara pribadi. Tujuan pencatatan penerimaan ini adalah untuk memperlihatkan sejelas mungkin berapa besar penerimaan dari penjualan hasil operasional dan penerimaan lain-lain di perusahaan tersebut. Menurut Boediono (2002), penerimaan (revenue) adalah penerimaan produsen dari hasil penjualan output. Ada dua konsep penerimaan yang penting untuk produsen (1) Total Revenue (TR), yaitu penerimaan total produsen dari hasil penjualan outputnya. TR adalah output kali harga jual output; (2) Marginal Revenue (MR), yaitu kenaikan dari TR yang disebabkan oleh tambahan penjualan satu unit output. Pakarti (2000), dalam penelitiannya menghitung penerimaan hanya dari penjualan output utama berupa ayam broiler hidup dalam satuan rupiah dan diperhitungkan dalam satu siklus produksi Analisis Pendapatan dan Rasio R/C Kadarsan (1995) menerangkan bahwa pendapatan adalah selisih antara penerimaan total perusahaan dengan pengeluaran. Untuk menganalisis pendapatan diperlukan dua keterangan pokok, yaitu keadaan pengeluaran dan penerimaan dalam jangka waktu tertentu. Rasyaf (2002) menambahkan bahwa pendapatan adalah sejumlah uang yang diperoleh setelah semua biaya variabel dan biaya tetap tertutupi. Hasil pengurangan positif berarti

14 18 mengalami keuntungan, sedangkan hasil pengurangan negatif berarti mengalami kerugian. Hasil penelitian Imaduddin (2001), menyatakan bahwa skala I dengan populasi ekor memiliki pendapatan rataan Rp / peternak/periode, skala II dengan populasi ekor pendapatan rataan sebesar Rp /peternak/periode dan skala III dengan populasi ekor memiliki pendapatan rataan Rp / peternak/periode. Hal ini disebabkan semakin besar skala usaha, maka semakin besar pendapatan yang diperoleh. Berdasarkan hasil penelitian Pakarti (2000), tentang efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi dan tingkat pendapatan peternakan ayam broiler menyatakan bahwa konversi pakan yang dicapai peternak plasma 1,33-2,28 sedangkan rataan konversi pakan 1,82. Konversi pakan terendah (1,33) yang dicapai peternak disebabkan umur panen relatif singkat (33) hari dengan rataan bobot hidup ayam broiler yang dicapai cukup tinggi (1,45 kg/ekor). Tingkat pendapatan peternak sangat dipengaruhi oleh mortalitas, dengan peternak mortalitas 5,00% dan mortalitas (5,01-10,00)% pendapatan rataan peternak positif, sedangkan pada mortalitas > 10,00% pendapatan rataan peternak yang negatif. Fitrifani (2003), dalam hasil penelitiannya menjelaskan bahwa pendapatan atas biaya total yang diperoleh peternak mitra (Rp ,70) lebih kecil dari peternak mandiri (Rp ,41) dikarenakan penerimaan peternak mitra yang memang lebih kecil dari peternak mandiri. Pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh peternak mitra Rp ,63 dan peternak mandiri Rp ,83. Berdasarkan R/C rasio yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa usaha ternak ayam broiler yang diusahakan oleh peternak mitra dan peternak mandiri sudah efisien. Nilai R/C rasio atas biaya tunai peternak mitra (1,79) yang lebih tinggi dari nilai R/C rasio atas biaya tunai peternak mandiri (1,03), berarti usaha ternak yang dilakukan oleh peternak mitra lebih efisien daripada usaha ternak yang dilakukan oleh peternak mandiri. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 7.

15 19 Tabel 7. Analisis pendapatan Ayam Broiler per 1000 ekor per periode produksi di Kecamatan Singaparna, per periode Februari Maret Komponen Peternak Mitra Peternak A. Mandiri Biaya Tunai 1. Sarana produksi 2. Sekam 3. Sewa kandang 4. Tenaga kerja luar keluarga 5. Listrik 6. Minyak tanah , , , , , , , , , , ,05 Total Biaya Tunai (A) , ,17 B. Biaya Tidak Tunai 1. Penyusutan kandang 2. Penyusutan peralatan 3. Tenaga kerja dalam keluarga , , , , , ,00 Total Biaya Tidak Tunai (B) , ,42 C. Total Biaya (A+B) , ,59 D. Total Penerimaan , ,00 E. Pendapatan Atas Biaya Total (D-C) F. Pendapatan Atas Biaya Tunai (D-A) G. R/C Ratio Atas Biaya Total (D/C) H. R/C Ratio Atas Biaya Tunai (D/A) Sumber : Fitrifani, , ,63 1,21 1, , ,83 1,02 1,03 Rasio R/C (Revenue Cost Ratio) bertujuan untuk mengukur efisiensi input dan output, dengan menghitung perbandingan antara penerimaan total dengan biaya produksi total (Kadarsan, 1995). Analisis ini digunakan untuk menganalisis imbangan antara penerimaan dengan biaya. Apabila nilai hasil R/C lebih besar dari satu usaha untung, R/C sama dengan satu usaha impas atau tidak untung dan tidak rugi, serta apabila nilai R/C kurang dari satu rugi.

16 Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan Menurut Siahaan (2005) yang melakukan penelitian tentang analisis pendapatan peternak ayam ras pedaging pada pola kemitraan Inti-Plasma (Studi Kasus di Kelompok Usaha Bintang Resmi Kabupaten Bogor) mendapatkan bahwa pada peternak plasma harga bibit ayam dan harga pakan ditentukan oleh perusahaan inti, harga jual ayam per kilogram berat badan akhir ditentukan berdasarkan kontrak dengan perusahaan inti. Dalam hal ini disimpulkan bahwa pendapatan yang diterima oleh peternak plasma bervariasi pada setiap periode produksinya, namun rataannya pada setiap periode produksinya perusahaan mendapat untung. Menurut Mulyana (2008) dalam penelitiannya mengenai analisis kelayakan finansial usaha peternakan ayam broiler Satwa Utama Desa Cijulang, Kecamatan Bojong Lopang, Kabupaten Sukabumi hasil perhitungan kriteria kelayakan finansial pada tingkat suku bunga 8% dengan adanya pajak ataupun tanpa dikenai pajak menunjukkan bahwa usaha ternak ayam broiler di perusahaan peternakan Satwa Utama dinyatakan layak. Hasil dari perhitungan kriteria kelayakan finansial tanpa dikenakan pajak didapat nilai Net Present Value (NPV) Rp ,30, nilai Benefit Cost Ratio (BCR) 1,049, nilai Internal Rate of Return (IRR) 43,92% lebih besar dari tingkat suku bunga dan Pay back Period (PBP) perusahaan 2,18 tahun. Sedangkan hasil perhitungan kriteria kelayakan finansial pada tingkat suku bunga yang sama setelah dikenai pajak menghasilkan nilai NPV Rp ,70, nilai BCR 1,049, nilai IRR 32,82% dan PBP 2,75 tahun. Tingkat kepekaan kelayakan finansial usaha ternak ayam broiler perusahaan peternakan ayam broiler Satwa Utama terhadap peningkatan harga DOC lebih dari 20,92% cateris paribus, peningkatan harga pakan lebih dari 6,58% cateris paribus dan penurunan harga jual ayam broiler lebih dari 4,33% cateris paribus perusahaan akan mengalami kerugian.

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PETERNAK PLASMA AYAM BROILER POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA CIKAHURIPAN PS, KABUPATEN CIAMIS. Oleh PANJI SETIAWAN H

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PETERNAK PLASMA AYAM BROILER POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA CIKAHURIPAN PS, KABUPATEN CIAMIS. Oleh PANJI SETIAWAN H ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PETERNAK PLASMA AYAM BROILER POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA CIKAHURIPAN PS, KABUPATEN CIAMIS Oleh PANJI SETIAWAN H24077040 PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan umum Ayam Broiler. sebagai penghasil daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada umur relatif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan umum Ayam Broiler. sebagai penghasil daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada umur relatif 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan umum Ayam Broiler Ayam broiler adalah istilah untuk menyebut strain ayam hasil budidaya teknologi yang memiliki sifat ekonomis, dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN

VII. ANALISIS PENDAPATAN VII. ANALISIS PENDAPATAN 7.1. Biaya Produksi Usahatani dianalisis dengan cara mengidentifikasikan penggunaan sarana produksi (input). Sarana produksi yang digunakan antara peternak mitra dan peternak non

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang PENDAHULUAN Latar Belakang Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang sering diterapkan di pedesaan terutama di daerah yang memiliki potensi memelihara ayam broiler. Pola kemitraan

Lebih terperinci

[Pengelolaan dan Evaluasi Kegiatan Agribisnis Ternak Unggas]

[Pengelolaan dan Evaluasi Kegiatan Agribisnis Ternak Unggas] SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN [AGRIBISNIS TERNAK UNGGAS] [Pengelolaan dan Evaluasi Kegiatan Agribisnis Ternak Unggas] [Endang Sujana, S.Pt., MP.] KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FINANSIAL

VII. ANALISIS FINANSIAL VII. ANALISIS FINANSIAL Usaha peternakan Agus Suhendar adalah usaha dalam bidang agribisnis ayam broiler yang menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Skala usaha peternakan Agus Suhendar

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Peneilitian Penelitian ini dilakukan di Kelompok Ternak Cibinong yang bermitra dengan CV Tunas Mekar Farm (TMF) di Kecamatan Ciluar, Kabupaten Bogor, Provinsi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

STRUKTUR BIAYA DAN PENDAPATAN USAHATERNAK AYAM RAS PEDAGING POLA MANDIRI DAN KEMITRAAN PERUSAHAAN INTI RAKYAT DI KECAMATAN PAMIJAHAN KABUPATEN BOGOR

STRUKTUR BIAYA DAN PENDAPATAN USAHATERNAK AYAM RAS PEDAGING POLA MANDIRI DAN KEMITRAAN PERUSAHAAN INTI RAKYAT DI KECAMATAN PAMIJAHAN KABUPATEN BOGOR STRUKTUR BIAYA DAN PENDAPATAN USAHATERNAK AYAM RAS PEDAGING POLA MANDIRI DAN KEMITRAAN PERUSAHAAN INTI RAKYAT DI KECAMATAN PAMIJAHAN KABUPATEN BOGOR NUR RIZKY RACHMATIA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Budidaya Ayam Ras Pedaging Ayam ras pedaging atau ayam broiler merupakan bangsa unggas yang arah kemampuan utamanya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. daging yang baik dan banyak. Ciri khasdaging broilerdibanding daging jenis

II. TINJAUAN PUSTAKA. daging yang baik dan banyak. Ciri khasdaging broilerdibanding daging jenis 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik broiler Rasyaf (2002) broiler adalah ayam jantan dan betina muda yang dijual pada umur dibawah delapan minggu dengan bobot tubuh tertentu, mempunyai pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbunan daging baik, dada lebih besar dan kulit licin (Siregar et al, 1981).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbunan daging baik, dada lebih besar dan kulit licin (Siregar et al, 1981). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Ayam broiler adalah ayam hasil dari rekayasa teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging dengan

Lebih terperinci

VI POLA KEMITRAAN. Perusahaan Inti DUF. Perusahaan Pemasok Sapronak

VI POLA KEMITRAAN. Perusahaan Inti DUF. Perusahaan Pemasok Sapronak VI POLA KEMITRAAN Dramaga Unggas Farm merupakan perusahaan kemitraan ayam broiler yang didirikan pada tanggal 17 Juli 2009. Lokasi kantor perusahaan ini berada di Jl. Raya Dramaga KM 8, Kecamatan Dramaga

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR Abel Gandhy 1 dan Dicky Sutanto 2 Surya University Tangerang Email: abel.gandhy@surya.ac.id ABSTRACT The

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Ayam broiler merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging. Ayam

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER SATWA UTAMA DESA CIJULANG KECAMATAN BOJONG LOPANG KABUPATEN SUKABUMI SKRIPSI ASEP MULYANA

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER SATWA UTAMA DESA CIJULANG KECAMATAN BOJONG LOPANG KABUPATEN SUKABUMI SKRIPSI ASEP MULYANA ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER SATWA UTAMA DESA CIJULANG KECAMATAN BOJONG LOPANG KABUPATEN SUKABUMI SKRIPSI ASEP MULYANA PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, 26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ayam merupakan unggas penghasil daging yang sangat populer

TINJAUAN PUSTAKA. Ayam merupakan unggas penghasil daging yang sangat populer TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Ayam Broiler Ayam merupakan unggas penghasil daging yang sangat populer dimasyarakat Indonesia saat ini. Hal ini karena usaha peternakan ayam masih merupakan sektor kegiatan

Lebih terperinci

VI. PELAKSANAAN KEMITRAAN

VI. PELAKSANAAN KEMITRAAN VI. PELAKSANAAN KEMITRAAN 6.1. Pola Kemitraan CV TMF Kemitraan antara peternak ayam di daerah Cibinong pada dasarnya adalah sama dengan semua kemitraan yang dijalankan di semua daerah kemitraan CV TMF.

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Organisasi Produksi Usahatani Menurut Rivai dalam Hernanto (1989) mendefinisikan usahatani sebagai organisasi dari alam, kerja dan modal

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu daging yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, karena banyak mengandung protein dan zat-zat

Lebih terperinci

Wajib menjaga kelestarian lingkungan.

Wajib menjaga kelestarian lingkungan. I. PENDAHULUAN A. Rencana Usaha Peningkatan jumlah populasi penduduk mengakibatkan meningkatnya kenutuhan sumber makanan. salah satu jenis makanan yang mengandung gizi yang lengkap adalah daging. Salah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik Ayam Pedaging BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ayam pedaging adalah ayam jantan dan betina muda yang berumur dibawah 8 minggu ketika dijual dengan bobot tubuh tertentu, mempunyai pertumbuhan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Agribisnis peternakan memberikan banyak kontribusi bagi bangsa Indonesia yaitu sebagai penyedia lapangan pekerjaaan dan berperan dalam pembangunan. Berdasarkan data statistik

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. Domestikasi lazim dilakukan dengan budidaya yang bertujuan mendapatkan

II TINJAUAN PUSTAKA. Domestikasi lazim dilakukan dengan budidaya yang bertujuan mendapatkan 7 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging Ayam pedaging yang saat ini dikembangkan peternak diseluruh dunia berasal dari ayam hutan liar yang didomestikasi sekitar 8000 tahun yang lalu. Domestikasi lazim

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Teknologi mempunyai peran penting dalam upaya meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Teknologi mempunyai peran penting dalam upaya meningkatkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknologi mempunyai peran penting dalam upaya meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Menurut Xiaoyan dan Junwen (2007), serta Smith (2010), teknologi terkait erat dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil budidaya teknologi peternakan yang memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas pertumbuhan yang cepat,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontribusi sektor peternakan terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional antara tahun 2004-2008 rata-rata mencapai 2 persen. Data tersebut menunjukkan peternakan memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu aktivitas ekonomi dalam agribisnis adalah bisnis peternakan. Agribisnis bidang ini utamanya dilatarbelakangi oleh fakta bahwa kebutuhan masyarakat akan produk-produk

Lebih terperinci

II. ISI 2.1. Pra Produksi Penyiapan Sarana (Kandang) Persiapan peralatan dan ayam

II. ISI 2.1. Pra Produksi Penyiapan Sarana (Kandang) Persiapan peralatan dan ayam I. PENDAHULUAN Usaha peternakan ayam ras petelur saat ini berkembang sangat pesat, baik dari segi skala usaha maupun dari jumlah peternakan yang ada. Beberapa alasan peternak untuk terus menjalankan usaha

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Kerangka Teoritis 2.1.1. Pemasaran Pemasaran menarik perhatian yang sangat besar baik oleh perusahaan, lembaga maupun suatu negara. Terjadi pergeseran kebutuhan sifat dari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA Studi kelayakan usaha adalah suatu penelitian tentang layak atau tidaknya suatu usaha dilakukan dengan menguntungkan secara terus menerus. Studi kelayakan sangat diperlukan oleh banyak

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN II. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dengan kondisi agroekosistem suatu tempat. Di lingkungan-lingkungan yang paling

TINJAUAN PUSTAKA. dengan kondisi agroekosistem suatu tempat. Di lingkungan-lingkungan yang paling TINJAUAN PUSTAKA Kambing Etawa Kambing sangat digemari oleh masyarakat untuk diternakkan karena ukuran tubuhnya tidak terlalu besar, perawatannya mudah, cepat berkembang biak, jumlah anak perkelahiran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. tentang Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian, yang menyatakan bahwa kemitraan

II. TINJAUAN PUSTAKA. tentang Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian, yang menyatakan bahwa kemitraan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kemitraan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 940/Kpts/OT.210/10/97 tentang Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian, yang menyatakan bahwa kemitraan usaha pertanian adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pangan dan gizi serta menambah pendapatan (kesejahteraan) masyarakat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. pangan dan gizi serta menambah pendapatan (kesejahteraan) masyarakat. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan sektor pertanian dalam arti luas yang bertujuan untuk pemenuhan pangan dan gizi serta

Lebih terperinci

KELAYAKAN USAHA PETERNAKANN AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA

KELAYAKAN USAHA PETERNAKANN AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA KELAYAKAN USAHA PETERNAKANN AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA Muhammad Sujudi 1) Dhyvhy29@gmail.com Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Enok Sumarsih 2) sumarsihenok@gmail.com

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agroindustri adalah usaha untuk mengolah bahan baku hasil pertanian menjadi berbagai produk yang dibutuhkan konsumen (Austin 1981). Bidang agroindustri pertanian dalam

Lebih terperinci

ANALISIS PERFORMA PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER DENGAN SISTEM PEMELIHARAAN CLOSED HOUSE

ANALISIS PERFORMA PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER DENGAN SISTEM PEMELIHARAAN CLOSED HOUSE ANALISIS PERFORMA PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER DENGAN SISTEM PEMELIHARAAN CLOSED HOUSE POLA KEMITRAAN (Studi Kasus di Peternakan Plasma Sri Budi Ratini, Desa Candikusuma, Kecamatan Melaya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana Peternakan Maju Bersama dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Untuk menilai layak atau tidak usaha tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umumnya dipanen pada umur 5 6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umumnya dipanen pada umur 5 6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Ras Pedaging (Broiler) Ayam Ras pedaging (Broiler) adalah ayam jantan dan betina muda yang umumnya dipanen pada umur 5 6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil daging

Lebih terperinci

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DENGAN POLA KEMITRAAN DI KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DENGAN POLA KEMITRAAN DI KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL 1 ANALISIS PROFITABILITAS USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DENGAN POLA KEMITRAAN DI KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL Profitability Analysis of Livestock Broiler Business with Partnership Pattern in the

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan peternakan sapi perah di CV. Cisarua Integrated Farming, yang berlokasi di Kampung Barusireum, Desa Cibeureum, Kecamatan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dian Layer Farm yang terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan subsektor dari pertanian yang berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani. Kebutuhan masyarakat akan hasil ternak seperti daging,

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia Perkembangan ayam broiler di Indonesia dimulai pada pertengahan dasawarsa 1970-an dan mulai terkenal pada awal tahun 1980-an. Laju perkembangan

Lebih terperinci

KOMPARASI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA TERNAK AYAM RAS PEDAGING SISTEM KANDANG CLOSED HOUSE DAN OPEN HOUSE

KOMPARASI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA TERNAK AYAM RAS PEDAGING SISTEM KANDANG CLOSED HOUSE DAN OPEN HOUSE KOMPARASI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA TERNAK AYAM RAS PEDAGING SISTEM KANDANG CLOSED HOUSE DAN OPEN HOUSE ABSTRAK Astri Maulina 1) astry_pc@hotmail.com Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pembangunan pertanian pada masa sekarang adalah dengan meletakkan masyarakat sebagai pelaku utama (subyek pembangunan), bukan lagi sebagai obyek pembangunan

Lebih terperinci

I Peternakan Ayam Broiler

I Peternakan Ayam Broiler I Peternakan Ayam Broiler A. Pemeliharaan Ayam Broiler Ayam broiler merupakan ras ayam pedaging yang memiliki produktivitas tinggi. Ayam broiler mampu menghasilkan daging dalam waktu 5 7 minggu (Suci dan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Definisi Kemitraan Definisi kemitraan diungkapkan oleh Hafsah (1999) yang menyatakan bahwa kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung. 22 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah usaha ternak sapi perah penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Indonesia masih sangat jarang. Secara umum, ada beberapa rumpun domba yang

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Indonesia masih sangat jarang. Secara umum, ada beberapa rumpun domba yang II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Rumpun Domba Rumpun adalah segolongan hewan dari suatu jenis yang mempunyai bentuk dan sifat keturunan yang sama. Jenis domba di Indonesia biasanya diarahkan sebagai domba pedaging

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Pengembangan Usaha Ternak Ayam Buras di Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Pengembangan Usaha Ternak Ayam Buras di Indonesia II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Pengembangan Usaha Ternak Ayam Buras di Indonesia Beberapa penelitian yang mengkaji permasalahan usaha ternak ayam buras banyak menunjukkan pertumbuhan produksi ayam

Lebih terperinci

ANALISIS BREAK EVEN POINT USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL

ANALISIS BREAK EVEN POINT USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL On Line at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj ANALISIS BREAK EVEN POINT USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL Analysis Of Break Even Point at Broiler Farm In

Lebih terperinci

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging,

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging, 1 BAB I PENDAHULUAN Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging, mengalami pasang surut, terutama pada usaha kemitraan. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya fluktuasi harga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan gizi tersebut, masyarakat akan cenderung mengonsumsi daging unggas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perunggasan merupakan komoditi yang secara nyata mampu berperan dalam pembangunan nasional, sebagai penyedia protein hewani yang diperlukan dalam pembangunan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Jantan Tipe Medium Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping (by product) berupa anak ayam jantan petelur. Biasanya, satu hari setelah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

Analisa ekonomi usaha peternakan broiler yang menggunakan dua tipe kandang berbeda

Analisa ekonomi usaha peternakan broiler yang menggunakan dua tipe kandang berbeda Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 23 (3): 11-16 ISSN: 0852-3581 Fakultas Peternakan UB, http://jiip.ub.ac.id/ Analisa ekonomi usaha peternakan broiler yang menggunakan dua tipe kandang berbeda Imam Ismail, Hari

Lebih terperinci

TERNAK AYAM KAMPUNG PELUANG USAHA MENGUNTUNGKAN

TERNAK AYAM KAMPUNG PELUANG USAHA MENGUNTUNGKAN TERNAK AYAM KAMPUNG PELUANG USAHA MENGUNTUNGKAN Peluang di bisnis peternakan memang masih sangat terbuka lebar. Kebutuhan akan hewani dan produk turunannya masih sangat tinggi, diperkirakan akan terus

Lebih terperinci

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Manajemen Usaha Ternak Saragih (1998) menyatakan susu merupakan produk asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan yang ada didalamnya

Lebih terperinci

KEMITRAAN USAHA AYAM RAS PEDAGING: KAJIAN POSISI TAWAR DAN PENDAPATAN TESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Magister

KEMITRAAN USAHA AYAM RAS PEDAGING: KAJIAN POSISI TAWAR DAN PENDAPATAN TESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Magister KEMITRAAN USAHA AYAM RAS PEDAGING: KAJIAN POSISI TAWAR DAN PENDAPATAN TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Magister PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN AGRIBISNIS Diajukan oleh :

Lebih terperinci

PENERIMAAN DAN PENDAPATAN USAHA PEMOTONGAN SAPI POTONG DI PERUSAHAAN DAERAH ANEKA WIRAUSAHA KABUPATEN DEMAK. Imelda Oct Utami, Harini TA 1

PENERIMAAN DAN PENDAPATAN USAHA PEMOTONGAN SAPI POTONG DI PERUSAHAAN DAERAH ANEKA WIRAUSAHA KABUPATEN DEMAK. Imelda Oct Utami, Harini TA 1 PENERIMAAN DAN PENDAPATAN USAHA PEMOTONGAN SAPI POTONG DI PERUSAHAAN DAERAH ANEKA WIRAUSAHA KABUPATEN DEMAK Imelda Oct Utami, Harini TA 1 ABSTRAK Produk pangan asal ternak sangat penting dalam memenuhi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah : III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Kelayakan Investasi Pengertian Proyek pertanian menurut Gittinger (1986) adalah kegiatan usaha yang rumit karena penggunaan sumberdaya

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA (Studi Kasus Peternak Plasma dari Tunas Mekar Farm di Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor, Jawa Barat) SKRIPSI MUHAMAD LUCKY MAULANA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707 TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler Ayam broiler adalah istilah yang biasa digunakan untuk menyebutkan ayam hasil budidaya teknologi peternakan dengan menyilangkan sesama jenisnya. Karekteristik ekonomi dari

Lebih terperinci

Bab XIII STUDI KELAYAKAN

Bab XIII STUDI KELAYAKAN Bab XIII STUDI KELAYAKAN STUDI KELAYAKAN DIPERLUKAN 1. Pemrakarsa sebagai bahan pertimbangan a. Investasi - Merencanakan investasi - Merevisi investasi - Membatalkan investasi b. Tolak ukur kegiatan/investasi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Ilmu usahatani pada dasarnya memperhatikan cara-cara petani memperoleh dan memadukan sumberdaya (lahan, kerja, modal, waktu,

Lebih terperinci

DEFINISI TEORI BIAYA PRODUKSI

DEFINISI TEORI BIAYA PRODUKSI DEFINISI TEORI BIAYA PRODUKSI Biaya produksi adalah sebagai semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan- bahan mentah yang akan di gunakan untuk menciptakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan

II. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Jantan Tipe Medium Berdasarkan bobot maksimum yang dapat dicapai oleh ayam terdapat tiga tipe ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan (Babcock,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat potensial dikembangkan. Hal ini tidak lepas dari berbagai keunggulan

BAB I PENDAHULUAN. sangat potensial dikembangkan. Hal ini tidak lepas dari berbagai keunggulan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Usaha peternakan ayam potong merupakan salah satu jenis usaha yang sangat potensial dikembangkan. Hal ini tidak lepas dari berbagai keunggulan yang dimiliki

Lebih terperinci

Manajemen Keuangan Agroindustri. Lab. Manajemen Agribisnis, Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya

Manajemen Keuangan Agroindustri. Lab. Manajemen Agribisnis, Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT Manajemen Keuangan Agroindustri Riyanti Isaskar, SP, M.Si Lab. Manajemen Agribisnis, Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya Email : riyanti.fp@ub.ac.id

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan merupakan suatu rancangan kerja penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan konsep dan teori dalam menjawab

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Pedagang Karakteristik pedagang adalah pola tingkah laku dari pedagang yang menyesuaikan dengan struktur pasar dimana pedagang

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan dengan permasalahan yang ada dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian dari pertumbuhan industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam memenuhi kebutuhan pangan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. populasi, produktifitas, kualitas, pemasaran dan efisiensi usaha ternak, baik

BAB I PENDAHULUAN. populasi, produktifitas, kualitas, pemasaran dan efisiensi usaha ternak, baik BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan sektor pertanian dalam arti luas yang bertujuan untuk pemenuhan pangan dan gizi serta menambah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan manusia. Untuk meningkatkan produktivitas ternak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan manusia. Untuk meningkatkan produktivitas ternak 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Peternakan adalah suatu kegiatan usaha untuk meningkatkan biotik berupa hewan ternak dengan cara meningkatkan produksi ternak yang bertujuan untuk memenuhi

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana CV. Usaha Unggas dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Penilaian layak atau tidak usaha tersebut dari

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

BAB V PERUSAHAAN dan PRODUKSI

BAB V PERUSAHAAN dan PRODUKSI BAB V PERUSAHAAN dan PRODUKSI 5.1. Perilaku Produsen Jika konsumen didefinisikan sebagai orang atau pihak yang mengkonsumsi (pengguna) barang dan jasa maka produsen adalah orang atau pihak yang memproduksi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Pengertian Usaha

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Pengertian Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengertian Usaha Menurut Gittinger (1986) bisnis atau usaha adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor peternakan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan gizi. Sumber daya

I. PENDAHULUAN. Sektor peternakan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan gizi. Sumber daya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor peternakan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan gizi. Sumber daya manusia yang berkualitas ditentukan oleh pendidikan yang tepat guna dan pemenuhan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. ini akan dinilai apakah pantas atau layak dilaksanakan didasarkan kepada

TINJAUAN PUSTAKA. ini akan dinilai apakah pantas atau layak dilaksanakan didasarkan kepada TINJAUAN PUSTAKA Analisis Usaha Analisa usaha ternak merupakan kegiatan sangat penting karena dalam hal ini akan dinilai apakah pantas atau layak dilaksanakan didasarkan kepada beberapa kriteria tertentu

Lebih terperinci

Kata Kunci : Usaha Ternak, Pola Mandiri dan Makloon, Ayam Ras Pedagin

Kata Kunci : Usaha Ternak, Pola Mandiri dan Makloon, Ayam Ras Pedagin KAJIAN USAHA TERNAK AYAM RAS PEDAGING POLA MANDIRI DAN MAKLOON Neli Yuliani 1) Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi neliyuliani21@gmail.com M Iskandar Mamo en 2) Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Peternakan Ayam Buras Agribisnis adalah kegiatan manusia yang memanfaatkan sumber daya alam untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya. Agribisnis, dengan perkataan lain, adalah

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER ABDUL DJAWAD FARM DI DESA BANYU RESMI KECAMATAN CIGUDEG KABUPATEN BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER ABDUL DJAWAD FARM DI DESA BANYU RESMI KECAMATAN CIGUDEG KABUPATEN BOGOR ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER ABDUL DJAWAD FARM DI DESA BANYU RESMI KECAMATAN CIGUDEG KABUPATEN BOGOR SKRIPSI SRI SUGIARTI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. serta dalam menunjang pembangunan nasional. Salah satu tujuan pembangunan

I. PENDAHULUAN. serta dalam menunjang pembangunan nasional. Salah satu tujuan pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor petenakan merupakan salah satu sub sektor yang berperan serta dalam menunjang pembangunan nasional. Salah satu tujuan pembangunan subsektor peternakan seperti

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PETERNAKAN AYAM BROILER DENGAN POLA KEMITRAAN (Studi Kasus di CV. MUSTIKA Semarang)

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PETERNAKAN AYAM BROILER DENGAN POLA KEMITRAAN (Studi Kasus di CV. MUSTIKA Semarang) ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PETERNAKAN AYAM BROILER DENGAN POLA KEMITRAAN (Studi Kasus di CV. MUSTIKA Semarang) Yaniar Fatkhul Firdaus; Darminto Pujotomo, ST. MT Program Studi Teknik Industri, Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein

I. PENDAHULUAN. Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein hewani yang dibutuhkan bagi hidup, tumbuh dan kembang manusia. Daging, telur, dan

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. diselenggarakan secara teratur dan terus menerus pada suatu tempat dan dalam

KAJIAN KEPUSTAKAAN. diselenggarakan secara teratur dan terus menerus pada suatu tempat dan dalam 10 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Usaha Peternakan Sapi Perah Usaha peternakan adalah suatu usaha pembibitan dan atau budidaya peternakan dalam bentuk perusahaan peternakan atau peternakan rakyat, yang diselenggarakan

Lebih terperinci

Peternakan Tropika. Journal of Tropical Animal Science

Peternakan Tropika. Journal of Tropical Animal Science ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA PULLET (Studi Kasus pada UD Prapta di Desa Pasedahan, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem) Arta, I M. G., I W. Sukanata dan R.R Indrawati Program Studi Peternakan,

Lebih terperinci

Analisis Usaha Peternakan Ayam Broiler pada Peternakan Rakyat di Desa Karya Bakti, Kecamatan Rungan, Kabupaten Gunung Mas, Provinsi Kalimantan Tengah

Analisis Usaha Peternakan Ayam Broiler pada Peternakan Rakyat di Desa Karya Bakti, Kecamatan Rungan, Kabupaten Gunung Mas, Provinsi Kalimantan Tengah Jurnal Ilmu Hewani Tropika Vol 3. No.. Juni 204 ISSN : 230-7783 Analisis Usaha Peternakan Ayam Broiler pada Peternakan Rakyat di Desa Karya Bakti, Kecamatan Rungan, Kabupaten Gunung Mas, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci