TRADISI BONDANG DAN TANTANGAN GLOBALISASI: Studi Kasus di Desa Silo Lama, Kecamatan Air Joman, Kabupaten Asahan, Propinsi Sumatera Utara
|
|
- Suparman Kartawijaya
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 TRADISI BONDANG DAN TANTANGAN GLOBALISASI: Studi Kasus di Desa Silo Lama, Kecamatan Air Joman, Kabupaten Asahan, Propinsi Sumatera Utara Edy Suhartono Aktivis Ornop SPSU dan JALA Abstrak Pengelolaan lahan pertanian tidak hanya menyangkut aspek teknis, tetapi biasanya juga kait-mengait dengan sistem budaya, sistem sosial, dan kepercayaan yang hidup di dalam suatu komunitas. Modernisasi pertanian selama beberapa dekade terakhir ini di satu sisi telah membawa dampak positif pada peningkatan produktivitas lahan pertanian, tetapi di sisi lain juga mengakibatkan hilangnya tradisi-tradisi lokal dalam pengelolaan pertanian. Tulisan ini menguraikan salah satu tradisi lokal yang masih bertahan hidup di tengah perubahan zaman menuju globalisasi, yaitu tradisi bondang di Asahan. Kata kunci: bondang, ritus adat, tarikat Gambaran Umum Desa Silo Lama merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Air Joman, Kabupaten Asahan, yang hingga saat ini masih menjalankan berbagai aktivitas adat di dalam sendi-sendi kehidupannnya. Salah satu aktivitas tersebut adalah dalam kegiatan pertanian. Sebagaimana diketahui bahwa masyarakat di daerah ini pada umumnya bermata pencaharian sebagai petani. Berbeda dengan petani-petani pada umumnya, petani di desa ini memiliki keunikan tersendiri di dalam melaksanakan kegiatan bertani. Mereka pada umumnya masih bersandar pada nilai-nilai dan tradisi yang hidup dan berkembang di dalam masyarakat tersebut. Kegiatan ini biasanya dilakukan pada saat akan memulai aktivitas penanaman (disebut buka Bondang) serta pada saat akan melakukan panen (tutup Bondang). Apa yang menarik dari kegiatan ini adalah bahwa selain bersandarkan pada kearifan tradisional, konsep pertanian bondang ini ternyata cukup sinergis dengan upaya menciptakan keseimbangan lingkungan. Dalam rangka aktivitas pertanian Bondang ini petani tidak menggunakan sama sekali zat-zat kimia maupun obat-obatan yang dapat mengakibatkan berbagai dampak pada kesehatan dan kerusakan lingkungan. Kegiatan pengolahan lahan pertanian dari mulai tanam hingga panen sepenuhnya dilakukan secara tradisional, tanpa menggunakan bahan-bahan kimia. Oleh sebab itu, sebagai salah satu bentuk kearifan tradisional masyarakat, tradisi Bondang ini penting untuk diselamatkan. Desa Silo Lama terletak lebih kurang 20 km sebelah timur laut dari Kota Kisaran, sehingga mudah dicapai. Desa ini cukup dikenal, khususnya bagi masyarakat Asahan. Di desa inilah pernah berdiam seorang alim yang bernama Syekh Silo atau Syekh Haji Abdurrahman Urrahim bin Nakhoda Alang Batubara. Beliaulah yang pertama kali membuka hutan di kawasan ini yang selanjutnya menjadi cikal bakal desa, yakni Desa Silo Lama dan Desa Silo Bonto. Selain alim, beliau juga memiliki kemampuan untuk mengobati penyakit serta memberikan nasihat bagi warga yang membutuhkan. Karena kemampuannya ini, nama Syekh Silo cukup dikenal berikut Ajaran Tarekat Al Satariyah yang dipimpinnya. 102
2 Edy Suhartono Tradisi Bondang dan Tantangan Globalisasi: Studi Kasus... Ada beberapa kebiasaan hidup yang diajarkan oleh Syekh Silo kepada para pengikutnya; yang ini kemudian mengakar dalam kehidupan sehari-hari masyarakat, yakni tradisi Jamu Laut dan Aktivitas Pertanian Bondang. Salah satunya yang akan diungkap di sini adalah aktivitas pertanian Bondang. Aktivitas pertanian ini merupakan bentuk kearifan tradisional masyarakat dalam rangka pengelolalan lingkungan hidup, khususnya di bidang pertanian. Acara ini dibuat dalam upaya membentuk tertib tanam padi serentak. Berdasarkan catatan almarhum Syekh Silo kegiatan pertanian Bondang ini sudah dilakukan sejak tahun Kegiatan ini merupakan perpaduan antara nilai-nilai yang terkandung di dalam agama Islam serta kepercayaan tradisional masyarakat terhadap adanya kekuatan gaib di dalam aktivitas pertanian. Aktivitas Bondang Bondang adalah istilah dalam bahasa Melayu untuk menyebut lahan. Aktivitas Bondang baik pada saat buka maupun tutup secara umum dapat dilihat dalam beberapa tahapan proses, yakni: (1) potong ayam; (2) nasehat dari tokoh adat tentang arti penting Bondang; (3) zikir dan do a; (4) dialog dengan kekuatan gaib; (5) tepung tawar bibit. Kegiatan ini biasanya dimulai dengan penyembelihan ayam yang dibawa oleh warga desa di tempat tertentu. Darah sembelihan, tulang belulang sisa makanan serta kotoran hewan sembelihan diletakkan di tempat yang telah ditetapkan sebagai persembahan. Selanjutnya warga desa berkumpul di tempat tersebut dan membaca takhtim, takhlil, dan do a serta menepungtawari benih yang dibawa oleh masing-masing warga. Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan hasil panen yang memuaskan serta terhindar dari gangguan hama dan sebagainya. Selain pembacaan do a bersama, juga dilakukan proses dialog antara seorang datuk dengan kekuatan gaib melalui medium yang terdiri dari beras (warna kuning dan putih) serta jagung yang diletakkan dalam satu wadah yang beralaskan daun. Di atas beras dan jagung ini kemudian diletakkan 4 buah telur (yang bagian atasnya telah dilubangi). Telur ini diletakkan bersisian, masing-masing dengan sebatang rokok dan wadah pembungkus yang terbuat dari daun. Rokok diletakkan di antara telur dan pembungkus daun. Kesemua perlengkapan persyaratan ini, kemudian dimasukkan ke dalam tanah. Selanjutnya berlangsunglah proses dialog antara datuk dengan kekuatan gaib setempat. Pada saat acara buka Bondang, do a yang dipanjatkan biasanya berisi pengharapan agar bibit yang akan ditanam memberikan hasil yang memuaskan. Akan halnya proses dialog, isinya tidak jauh beda; yakni mengharapkan penjagaan dari kekuatan gaib agar tanamannya benar-benar memberikan hasil yang melimpah dan dihindarkan dari segala bentuk kesulitan yang mungkin terjadi; khususnya yang berasal dari dunia gaib. Sementara itu, pada acara tutup Bondang proses dan substansi acara tidak jauh berbeda, namun lebih ditekankan pada pengungkapan tanda rasa syukur atas hasil panen padi. Pada kedua acara (buka dan tutup Bondang) akan dipimpin oleh seorang pengetua adat (datuk), ustadz serta tokoh masyarakat. Sebagai acara terakhir, setelah pembacaan do a dan acara dialog dengan kekuatan gaib selesai dilanjutkan dengan acara tepung tawar; yakni menepungtawari bibit tanaman yang akan ditanam. Acara penepungtawaran ini sambil diiringi dengan teriakan menjadi padi maksudnya adalah agar bibit yang akan ditanam nantinya dapat benarbenar menghasilkan padi yang baik. Setelah seluruh prosesi acara selesai dilanjutkan dengan acara makan bersama. Sistem Sosial Tak dapat dipungkiri bahwa kedudukan Syekh Silo di seantero Asahan cukup dikenal baik, dan cukup mengakar khususnya di Desa Silo Lama. Sebagai pendatang serta perintis di daerah ini, kehadiran Syekh Silo cukup memberi pengaruh terhadap kehidupan di masyarakat. Hal ini terbukti dengan terbentuknya karakter dan kebiasaan hidup di masyarakat yang sepenuhnya mengacu dari ajaran dan aturan yang diterapkan oleh Syekh Silo. Sebagai misal, dalam hal ketaatan terhadap peraturan dan larangan yang telah ditetapkan, maka akan ada ganjaran atau hukuman yang sifatnya mendidik. Seperti larangan mencuri, tidak boleh berzina, tidak boleh mabuk-mabukan, tidak boleh berjudi, tidak boleh menipu. Setiap yang melakukan pelanggaran terhadap larangan yang telah ditetapkan akan dikenakan ganjaran; yang sifatnya mendidik. Tinjauan secara etnisitas, warga masyarakat yang bermukim di desa ini sebagian 103
3 besar terdiri dari etnis Melayu dan Jawa serta Batak Toba dalam jumlah yang relatif lebih sedikit. Warga masyarakat di desa ini pada umumnya bekerja sebagai petani, di samping pekerjaan lain seperti pedagang, pegawai negeri, sektor informal dan home industry. Selain agama Islam, di desa ini juga terdapat penganut agama Kristen Protestan dan Katolik. Kedatangan suku bangsa Batak di daerah ini diperkirakan berasal dari daerah Tapanuli Utara pada masa penjajahan Belanda sebagaimana yang diungkap Cunningham dalam The Postwar Migration of Toba Batak to East Sumatra, (1958). Meskipun Syekh Silo sudah tidak ada, namun ajaran-ajaran beliau melalui tarekat Al Satariyah yang diajarkan kepada masyarakat cukup mengakar dan mewarnai dinamika kehidupan sosial di dalam masyarakat. Seiring dengan perjalanan waktu, sosok dan kharisma Syekh Silo sebagai tokoh panutan di wilayah ini tampaknya akan ditentukan oleh waktu dan Jama ah tarekat Al Satariyah yang ada di daerah ini. Sejauh tarekat ini masih eksis di tengahtengah masyarakat, maka dengan sendirinya sistem sosial yang sudah terbangun selama ini akan terus mampu bertahan. Hal ini sekaligus menentukan bagi hidup matinya tradisi Bondang sebagai sebuah momentum kegiatan pertanian yang merupakan warisan dari ajaran Syekh Silo. Karena ajaran Al Satariyah cukup begitu kuat di daerah ini, yang inti ajarannya mengacu dan merupakan perluasan dari nilai-nilai ajaran Islam dengan sendirinya telah menjadi penopang dan sendi-sendi kehidupan di dalam masyarakat. Dengan kata lain, sistem sosial yang menjadi dasar bentukan kehidupan masyarakat sepenuhnya berada dalam kaidah nilai-nilai agama Islam. Oleh karenanya, realitas sistem sosial yang ada di desa ini sebenarnya bisa dilihat dari kehidupan di dalam jama ah tarekat Al Satariyah. Sistem Budaya Mengingat kuatnya pengaruh ajaran Syekh Silo di desa ini, dengan sendirinya telah merasuk di dalam pola-pola kehidupan masyarakat. Jika sistem budaya dimaknai sebagai sistem perilaku, maka sistem budaya masyarakat di Desa Silo Lama identik dengan sistem nilai yang dibangun oleh Syekh Silo melalui tarekat Al Satariyah yang diajarkannya. Karena apapun alasannya sistem budaya sebenarnya meliputi sistem dan pola-pola tingkah laku masyarakat yang menjadi suatu kebiasaan dan kecenderungan umum dari masyarakatnya. Sistem budaya yang mengacu sistem dan pola-pola kelakuan masyarakat sesungguhnya implisit dan menjadi bagian integral dari sistem nilai budaya. Sistem nilai budaya inilah yang menjadi dasar bagi terbentuknya karakter dan kepribadian masyarakat. Pada masyarakat Desa Silo Lama, karakter dan kepribadian yang dilandasi oleh nilai-nilai hidup agama Islam sebenarnya cukup relevan dengan entitas Melayu sebagai sebuah etnik yang notabene nilai-nilai budayanya banyak merujuk pada agama Islam. Di sini terlihat betapa sistem nilai yang terkandung di dalam agama (baca: Islam) pada akhirnya mampu mewarnai corak dan nilai-nilai budaya Melayu. Sebagai salah satu bentuk ekspresi dan manifestasi dari sistem budaya yang ada pada masyarakat Desa Silo Lama, dapat dilihat dari adanya budaya pencak silat yang merupakan kebudayaan tradsional yang acap dilakukan oleh masyarakat pada setiap bulan Syawal, tepatnya satu minggu setelah Hari Raya Idul Fitri. Kegiatan ini, selain dimaksudkan untuk menjaga dan membina kesehatan jasmani, pun juga dimaksudkan untuk untuk membina keluarga, hubungan kerabat, dan jama ah. Budaya pencak ini pada dasarnya merupakan media bagi masyarakat khususnya jama ah Al Satariyah untuk membina mental spritual dan fisik sekaligus berdasarkan ajaran-ajaran agama Islam yang dirangkai dengan budaya dan seni beladiri Melayu. Sistem Teknologi Salah satu sistem yang cukup menunjang dalam kehidupan manusia adalah sistem teknologi. Sistem ini sedemikian rupa sehingga selalu saja mengikuti perkembangan zaman. Pada beberapa kelompok masyarakat, perkembangan sistem teknologi sangat dipengaruhi oleh sistem pengetahuan yang berkembang di tengah-tengah masyarakat. Pada masyarakat Desa Silo Lama, sesuai dengan konteks sosial masyarakat serta latar geografi perkembangan peradabannya masih berada dalam konteks agraris. Relevan dengan kenyataan ini, maka teknologi yang berkembang adalah teknologi yang berbasis pada realitas agraris. Namun hingga saat ini, dengan masih 104
4 Edy Suhartono Tradisi Bondang dan Tantangan Globalisasi: Studi Kasus... eksisnya aktivitas Bondang, maka teknologi yang digunakan masyarakat di desa ini menggunakan teknologi sederhana, seperti cangkul, sabit, dan parang babat untuk membuka lahan. Penggunaan teknologi pertanian, dalam hal ini tetap dilihat sebagai alat untuk mempermudah, bukan merusak lingkungan yang ada. Tradisi Bondang dan Tantangan Globalisasi Realitas Bondang merupakan salah satu wujud dari bentuk-bentuk kearifan budaya lokal yang ada di Desa Silo Lama dan Desa Silo Bonto, Asahan. Tradisi ini begitu mengakar di tengah-tengah masyarakat, karena memang berpijak pada akar sejarah, budaya dan agama masyarakatnya. Hal ini menjadikan tradisi ini masih terus bertahan di tengah-tengah masyarakat. Persoalannya, apakah tradisi Bondang ini masih tetap seperti dulu; ataukah sudah mengalami berbagai pergeseran yang cukup signifikan. Sejauh ini memang belum dapat disimpulkan secara akurat. Karena memang belum dilakukan suatu penelitian yang bersifat intensif dan ilmiah. Sebagai sebuah realitas sosial, Bondang menjadi sebuah realitas yang cukup fenomenal di tengah perkembangan arus modernisasi dan globalisasi dewasa ini. Karena hal ini menyangkut tradisi, maka sangat boleh jadi ia dimaknai sebagai sesuatu yang statis, karena merupakan warisan turun temurun dari generasi yang pertama. Ada banyak studi yang memfokuskan pada persoalan kearifan tradisional dalam kaitannya dengan konteks perubahan sosial. Ada ahli yang melihat tradisi sebagai sesuatu yang dinamis (Vayda, 1989). Dengan kata lain, akan selalu terjadi perubahan dengan adanya pergeseran, pengurangan dan penambahan tradisi sesuai dengan kondisi pola pikir pendukungnya. Dalam hal ini Calson (1984) menyatakan bahwa tradisi sebagai suatu proses yang tidak stabil, selalu berubah sesuai dengan kepentingan dan kondisi yang sedang berlaku. Senada dalam hal ini Frederick Barth (1987) menyatakan bahwa tradisi selalu mengalami perubahan dan bervariasi. Sementara, Daniel Lerner (1983) menegaskan bahwa semua gerakan perubahan sosial mengubah cara-cara di dalam mana umat manusia hidup sehari-hari. Proses modernisasi memiliki kekuatan untuk mengubah jalan hidup pribadi. Sebagai sebuah bentuk kearifan tradisional masyarakat Melayu di Desa Silo Lama, Kec. Air Joman, Kabupaten Asahan, tradisi Bondang membuktikan bahwa cara bertani selaras alam dengan sendirinya membantu mencegah rusaknya lingkungan sebagai akibat penggunan zat-zat kimia yang berlebihan, baik pada struktur tanah maupun produk tanaman yang dihasilkan. Hal ini sekaligus ingin menegaskan bahwa arus modernisasi dan globalisasi yang saat ini begitu hebat mempengaruhi masyarakat ternyata tidak selamanya berlaku mutlak dan universal. Persoalannya, meskipun petani di desa ini masih terus melalukan tradisi Bondang, namun sesungguhnya masih banyak persoalan yang dihadapi oleh petani di sini; yang ini jika tidak ditangani maka secara lambat laun akan berpengaruh pada keberlanjutan aktivitas tradisi Bondang. Beberapa permasalahan real yang kini dihadapi petani di desa ini adalah kesulitan dalam hal permodalan; penentuan harga gabah yang tidak menguntungkan; minimnya sarana penyimpanan hasil panen; tumbuh suburnya ijon; dan koperasi yang tidak berfungsi. Dalam kaitan inilah kemudian, kehadiran Yayasan SINTESA selaku LSM yang melakukan kegiatan pendampingan dan pengorganisasian sejak lama telah berupaya untuk menjadikan tradisi Bondang sebagai wadah untuk melakukan kegiatan pemberdayaan dan kampanye bagi memasyarakatnya program Pertanian Organik (organic farming), tidak hanya di Desa Silo Lama tapi juga di daerah lainnya. Kesimpulan dan Saran Sebagai sebuah aktivitas, tradisi Bondang pada dasarnya merupakan percampuran antara kepercayaan pada kekuatan ghaib (saat dialog), adat (saat tepung tawar) dan keyakinan pada agama Islam (saat berdo a). Boleh dikatakan bahwa hampir semua tradisi yang ada di negeri ini selalu menggambarkan realitas ini. Karenanya menarik untuk mengungkap signifikansi hubungan antara ritualitas adat, kepercayaan pada kekuatan gaib dan agama dalam wacana kebudayaan kita dalam mewujudkan keseimbangan lingkungan hidup yang ada disekitar kita. Jika kebudayaan dimaknai sebagai sesuatu yang dinamis, maka tradisi Bondang yang notabene mengakar pada keyakinan agama, kepercayaan, 105
5 dan adat istiadat akan menghadapi tantangan globalisasi serta modernisasi yang semakin kerap melanda kebudayaan manusia; yang sewaktu-waktu dapat menggerus tradisi ini dari tengah-tengah masyarakat. Persoalannya, sejauhmana tradisi Bondang ini mampu terus bertahan? tentunya ini sangat tergantung pada masyarakat pendukungnya. Harapannya, tentu, melalui identifikasi dan dokumentasi tradisi Bondang ini, nilai-nilai positif, khususnya dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup yang selaras dengan alam dan berkelanjutan dapat terus dipertahankan. Daftar Pustaka Bunch, Roland Dua Tongkol Jagung: Pedoman Pengembangan Pertanian Berpangkal pada Rakyat. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Joachim Metzner & N. Daldjoeni (Penyunting) Ekofarming: Bertani Selaras Alam. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Lerner, Daniel Memudarnya Masyarakat Tradisional. Yogyakarta: Penerbit Gajah Mada University Press. Lister Berutu dkk Tradisi dan Perubahan: Konteks Masyarakat Pakpak Dairi. Medan: Penerbit Monora. Usman Pelly Urbanisasi dan Adaptasi: Peranan Misi Budaya Minangkabau dan Mandailing. Jakarta: Penerbit LP3ES. Ecology and Farming, Magazine No. 14, Januari April 1997, IFOAM, Germany, Bulletin SADAR, No. I/Desember 1992, Yayasan SINTESA, Kisaran, Bulletin SADAR, No. II/Oktober 1993, Yayasan SINTESA, Kisaran, Monografi Desa Silo Lama, Monografi Desa Silo Bonto, Riwayat Hidup dan Perjuangan Syekh Abdurrahman Silau (Syekh Silau Laut), diterbitkan dalam rangka Haul setengah abad (ke 50), 24 Desember
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah adalah peristiwa yang terjadi di masa lampau. Persfektif sejarah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah adalah peristiwa yang terjadi di masa lampau. Persfektif sejarah selalu menampilkan dimensi ruang dan waktu, setiap peristiwa selalu mengandung tiga unsur pelaku,
Lebih terperinciAGROPASTURA DAN PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL UNTUK KEBERLANJUTAN PERTANIAN DI ASAHAN
Jurnal Penelitian Pertanian BERNAS Volume 13 No 3 2017 Jurnal Review AGROPASTURA DAN PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL UNTUK KEBERLANJUTAN PERTANIAN DI ASAHAN Amar Ma ruf Program Studi Agroteknologi, Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Kisaran adalah Ibu Kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota Kisaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arsitektur sebagai produk dari kebudayaan, tidak terlepas dari pengaruh perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya proses perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. zaman itu masyarakat memiliki sistem nilai. Nilai nilai budaya yang termasuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap bangsa dimanapun berada memiliki kebudayaan. Kebudayaan adalah hasil kreativitas manusia yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan daerah yang memiliki potensi budaya yang masih berkembang secara optimal. Keanekaragaman budaya mencerminkan kepercayaan dan kebudayaan masyarakat setempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya tidak lepas dari lingkungan hidup sekitarnya. Lingkungan hidup manusia tersebut menyediakan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu dapat dikenali dari keanekaragaman budaya, adat, suku, ras, bahasa, maupun agama. Kemajemukan budaya menjadi
Lebih terperincimenerjemahkan setiap konteks yang ada di dalam suatu karya sastra.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkret yang membangkitkan pesona
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kekayaan budaya itu tersimpan dalam kebudayaan daerah dari suku-suku bangsa yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang kaya dengan ragam kebudayaan. Kekayaan budaya itu tersimpan dalam kebudayaan daerah dari suku-suku bangsa yang memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada makanan tertentu bukan hanya sekedar pemenuhan kebutuhan biologis,
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia yang paling mendasar adalah kebutuhan untuk makan. Dalam upayanya untuk mempertahankan hidup, manusia memerlukan makan. Makanan adalah sesuatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peran pertanian bukan hanya menghasilkan produk-produk domestik. Sebagian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara agraris. Sebagai negara agraris, salah satu peran pertanian bukan hanya menghasilkan produk-produk domestik. Sebagian besar penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah dikunjungi dari transportasi apapun sering menjadi primadona bagi pendatang yang ingin keluar dari
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. dituliskan dalam berbagai sumber atau laporan perjalanan bangsa-bangsa asing
BAB V KESIMPULAN Barus merupakan bandar pelabuhan kuno di Indonesia yang penting bagi sejarah maritim Nusantara sekaligus sejarah perkembangan Islam di Pulau Sumatera. Pentingnya Barus sebagai bandar pelabuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang memiliki keragaman atas dasar suku (etnis), adat istiadat, agama, bahasa dan lainnya. Masyarakat etnis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuvenalis Anggi Aditya, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia pendidikan dewasa ini lebih menekankan pada penanaman nilai dan karakter bangsa. Nilai dan karakter bangsa merupakan akumulasi dari nilai dan karakter
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masyarakat dan kebudayaan merupakan hubungan yang sangat sulit dipisahkan. Sebab masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur Propinsi Sumatera Utara, yang membentang mulai dari Kabupaten Langkat di sebelah Utara, membujur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat pemiliknya, sebagai milik bersama, yang isinya mengenai berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada abad ini gerak perubahan zaman terasa semakin cepat sekaligus semakin padat. Perubahan demi perubahan terus-menerus terjadi seiring gejolak globalisasi yang kian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal)
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu negara kesatuan yang menganut paham demokrasi dan memiliki 33 provinsi. Terdapat lebih dari tiga ratus etnik atau suku bangsa di Indonesia,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai perbedaan latar belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam ciri-ciri fisik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. [Type text]
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tari adalah suatu pertunjukan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat pendukungnya. Tari merupakan warisan budaya leluhur dari beberapa abad yang lampau. Tari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumatera Utara pada umumnya dan Kota Medan khususnya adalah salah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumatera Utara pada umumnya dan Kota Medan khususnya adalah salah satu penyumbang kemajemukan di Indonesia karena masyarakatnya yang tidak hanya terdiri dari
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. Secara astronomi letak Kota Sawahlunto adalah Lintang Selatan dan
BAB IV KESIMPULAN Kota Sawahlunto terletak sekitar 100 km sebelah timur Kota Padang dan dalam lingkup Propinsi Sumatera Barat berlokasi pada bagian tengah propinsi ini. Secara astronomi letak Kota Sawahlunto
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Batak Simalungun, Batak Pakpak, Batak Angkola dan Mandailing. Keenam suku
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suku Batak Toba merupakan salah satu suku besar di Indonesia. Suku Batak merupakan bagian dari enam ( 6) sub suku yakni: Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun,
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MELAYU BATANG KUIS. merupakan sebuah kecamatan yang termasuk ke dalam bagian Kabupaten Deli
BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MELAYU BATANG KUIS 2.1 Identifikasi Kecamatan Batang Kuis, termasuk di dalamnya Desa Bintang Meriah, merupakan sebuah kecamatan yang termasuk ke dalam bagian Kabupaten Deli
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan budaya. Hal ini menyebabkan daerah yang satu dengan daerah yang lain memiliki kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Provinsi Sumatera Utara adalah salah Provinsi yang terletak di Negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Provinsi Sumatera Utara adalah salah Provinsi yang terletak di Negara Indonesia. Sumatera Utara memiliki keanekaragaman suku dan budaya. Suku yang berada di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni pertunjukan yang ada di Indonesia sangat beragam bentuk dan jenisnya. Seni pertunjukan yang berada dalam suatu lingkungan masyarakat Indonesia tidak terlepas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung unsur-unsur irama, melodi, dan tempo. Disamping itu, musik juga merupakan hasil dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah provinsi kepulauan dengan ciri khas sekumpulan gugusan pulau-pulau kecil di bagian timur wilayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surakarta selain dikenal sebagai kota batik, juga populer dengan keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki kekhasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Budi Utomo, 2014
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pulau Bangka merupakan pulau kecil di sebelah selatan Sumatra. Pulau ini sudah terkenal sejak abad ke-6. Hal ini dibuktikan dengan adanya peninggalan prasasti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Keberadaan gotong royong tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan masyarakat pedesaan. Secara turun temurun gotong royong menjadi warisan budaya leluhur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar yang terletak di benua asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra, yaitu samudra
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia dengan semboyan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Simalungun, Dairi, Nias, Sibolga, Angkola, dan Tapanuli Selatan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Sumatera Utara merupakan provinsi yang memiliki beberapa sub etnis, dimana setiap etnis memiliki kebudayaan atau ciri khas yang berbeda-beda kebudayaan. Ciri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada
Lebih terperinciPERTEMUAN 5 Pengertian Kebudayaan MK ANTROPOLOGI BUDAYA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA
PERTEMUAN 5 Pengertian Kebudayaan MK ANTROPOLOGI BUDAYA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA 1. Pandangan Masyarakat Sehari-hari Manusia sebagai khalifah Allah dituntut untuk mampu menciptakan piranti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat dikatakan masih
Lebih terperinciBAB II. IDENTIFIKASI GEREJA KATOLIk. 2.1 Sejarah Berdirinya Gereja Katolik Santo Diego Martoba
BAB II IDENTIFIKASI GEREJA KATOLIk 2.1 Sejarah Berdirinya Gereja Katolik Santo Diego Martoba Pada tahun 1952 penduduk km 9 dan 10 yang sebahagian besar berasal dari toba samosir dan janjiraja yang beragama
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai suku bangsa, golongan, dan lapisan sosial. Sudah tentu dalam kondisi yang demikian
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Senakin kabupaten Landak Kalimantan Barat. Teori-teori tersebut dalah sebagai
BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam Bab II ini penulis akan menjelaskan kajian teori yang akan digunakan dalam menganalisis data hasil penelitian yang berjudul pergeseran makna Tangkin bagi masyarakat Dayak Kanayatn
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara geografis, letak Indonesia yang terbentang dari sabang sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. Indonesia yang terkenal dengan banyak pulau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keunikan masyarakat Indonesia itu sangat berkaitan erat dengan keberadaan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia sangat dikenal dengan keberagaman suku bangsanya, dari Sabang sampai Merauke begitu banyak terdapat suku beserta keberagaman tradisinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah penduduk sebagian besar tinggal di daerah pedesaan. Rakyat kita menggantungkan nasibnya bekerja di sektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan merupakan suatu sistem yang membentuk tatanan kehidupan dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh individu dengan individu lainnya atau antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang ada di Indonesia dan masih terjaga kelestariannya. Kampung ini merupakan kampung adat yang secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam perekonomian Indonesia. Peranan atau kontribusi sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi suatu negara menduduki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kota Jakarta yang merupakan pusat pemerintahan, perdagangan, jasa, pariwisata dan kebudayaan juga merupakan pintu gerbang keluar masuknya nilai-nilai budaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah atau suku- suku yang telah membudaya berabad- abad. Berbagai ragam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola- pola ragam hias daerah atau suku- suku yang telah membudaya berabad- abad. Berbagai ragam hias yang ada
Lebih terperinciPENCAK SILAT GAYA BOJONG PADA PAGURON MEDALSARI DESA BOJONG KECAMATAN KARANG TENGAH DI KABUPATEN CIANJUR
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian terlahir dari ekspresi dan kreativitas masyarakat yang dilatarbelakangi oleh keadaan sosial budaya, ekonomi, letak geografis, pola kegiatan keseharian.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebar dari Sabang sampai Merauke. Termasuk daerah Sumatera Utara yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku bangsa, yang pada dasarnya adalah pribumi. Suku bangsa yang berbeda ini menyebar dari Sabang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan Negara yang terdiri dari beribu ribu pulau, dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya. Keberagaman budaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kehidupan di Indonesia pluralitas agama merupakan realitas hidup yang tidak mungkin dipungkiri oleh siapapun. Di negeri ini semua orang memiliki kebebasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan yang berkembang di daerah-daerah di seluruh Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan yang berkembang di daerah-daerah di seluruh Indonesia merupakan buah Pergumulan Kreatif dari penduduk setempat dan telah menjadi warisan untuk genarasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat yang tinggal disepanjang pinggiran pantai, lazimnya disebut masyarakat pesisir. Masyarakat yang bermukim di sepanjang pantai barat disebut masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi sebagai proses pertukaran simbol verbal dan nonverbal antara pengirim dan penerima untuk merubah tingkah laku kini melingkupi proses yang lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia pada dasarnya dilatarbelakangi oleh adanya suatu sejarah kebudayaan yang beragam. Keberagaman yang tercipta merupakan hasil dari adanya berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suku Batak merupakan salah satu suku yang tersebar luas dibeberapa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suku Batak merupakan salah satu suku yang tersebar luas dibeberapa wilayah di Indonesia. Di pulau Sumatera sendiri khususnya di Sumatera Utara, suku Batak bisa ditemukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah Negara yang kaya akan seni dan budaya. Setiap daerah yang terbentang dari setiap pulau memiliki keunikan tersendiri, terutama pada seni tradisional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut menjadi isu yang sangat penting untuk
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut menjadi isu yang sangat penting untuk diperhatikan. Karena akhir-akhir ini eksploitasi terhadap sumberdaya pesisir dan laut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuh unsur kebudayaan universal juga dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap suku bangsa memiliki kekhasan pada budayanya masing-masing. Tujuh unsur kebudayaan universal juga dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku bangsa. Unsur unsur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan kebudayaan dan
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan kebudayaan dan memiliki aneka corak budaya yang beraneka ragam. Kekayaan budaya tersebut tumbuh karena banyaknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai. Budaya dan nilai-nilai yang dipandang baik dan dijunjung tinggi oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada hakikatnya merupakan upaya transformasi budaya dan nilai-nilai. Budaya dan nilai-nilai yang dipandang baik dan dijunjung tinggi oleh generasi terdahulu
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN Awal dari sebuah kehidupan adalah sebuah penciptaan. Tanpa adanya sebuah penciptaan maka kehidupan di muka bumi tidak akan pernah ada. Adanya Sang Pencipta yang akhirnya berkarya untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah apa yang tampak dan apa yang muncul dari dalam mendorong sesuatu
digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keinginan untuk cantik secara universal adalah dorongan alamiah dari dalam diri setiap manusia. Namun pemahaman atas kata cantik bisa dipersepsikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki sekitar 500 kelompok etnis, tiap etnis memiliki warisan budaya yang berkembang selama berabad-abad, yang dipengaruhi oleh kebudayaan India,
Lebih terperinciCommunity Development di Wilayah Lahan Gambut
Community Development di Wilayah Lahan Gambut Oleh Gumilar R. Sumantri Bagaimanakah menata kehidupan sosial di permukiman gambut? Pertanyaan ini tampaknya masih belum banyak dibahas dalam wacana pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadikan Indonesia kaya akan kebudayaan. sangat erat dengan masyarakat. Salah satu masyarakat yang ada di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara yang kaya akan kebudayaan yang beraneka ragam. Kekayaan akan budaya ini tumbuh karena banyaknya suku atau etnis yang ada di bumi Nusantara.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pihak laki-laki. Ideologi Patriakat tumbuh subur dalam masyarakat yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem kekerabatan yang dianut masyarakat Indonesia umumnya adalah masyarakat patrilineal. Patrilineal adalah kekuasaan berada di tangan ayah atau pihak laki-laki.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Simalungun, Batak Pakpak, Batak Toba, Batak Angkola, dan Mandailing. Di. dengan cara mempelajarinya. (Koentjaraningrat, 1990:180)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suku Batak adalah suatu suku terbesar yang mendiami pulau Sumatera Utara. Suku Batak memiliki 6 sub suku-suku bangsa yaitu, Batak karo, Batak Simalungun, Batak
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah satu kabupaten yang tekstur wilayahnya bergunung-gunung. Tapanuli Utara berada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesempatan yang luas. Gejala ini mulai muncul sejak awal abad ke-20 dan mengakibatkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi merupakan gejala yang tak dapat dihindari, tetapi sekaligus juga membuka kesempatan yang luas. Gejala ini mulai muncul sejak awal abad ke-20 dan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan
116 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil analisis semiotika dengan unsur tanda, objek, dan interpretasi terhadap video iklan pariwisata Wonderful Indonesia episode East Java, serta analisis pada tiga
Lebih terperinciPANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO
PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO Oleh: Wahyu Duhito Sari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa Wahyu_duhito@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ragam etnik, seperti Batak Toba, Karo, Pakpak-Dairi, Simalungun, Mandailing,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumatera Utara adalah sebuah Provinsi di Indonesia yang memiliki beraneka ragam etnik, seperti Batak Toba, Karo, Pakpak-Dairi, Simalungun, Mandailing, Melayu dan Nias.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri atas berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Salah satunya adalah etnis Batak. Etnis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tanah Dairi terletak di bagian pegunungan bukit barisan melintang di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah Dairi terletak di bagian pegunungan bukit barisan melintang di sepanjang pulau sumatera dengan posisi yang jauh lebih dekat ke pantai Barat. disebelah utara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, budaya ada di dalam masyarakat dan lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap kelompok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seorang manusia sebagai bagian dari sebuah komunitas yang. bernama masyarakat, senantiasa terlibat dengan berbagai aktifitas sosial
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seorang manusia sebagai bagian dari sebuah komunitas yang bernama masyarakat, senantiasa terlibat dengan berbagai aktifitas sosial yang berlaku dan berlangsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan unsur atau bagian dari kebudayan yang hidup di
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan unsur atau bagian dari kebudayan yang hidup di tengah masyarakat dan merupakan sistem yang tidak terpisahkan. Kesenian yang hidup dan berkembang
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. I.I. Latar Belakang Masalah. secara kolektif dalam suatu masyarakat ( Mardimin, 1994: 55 ). Berdasarkan
1 BAB I PENGANTAR I.I. Latar Belakang Masalah Kebudayaan menurut Sukarni Sumarto adalah cara hidup yang dianut secara kolektif dalam suatu masyarakat ( Mardimin, 1994: 55 ). Berdasarkan pemahaman tersebut
Lebih terperinci2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. terdapat beranekaragam suku bangsa, yang memiliki adat-istiadat, tradisi dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang di dalamnya terdapat beranekaragam suku bangsa, yang memiliki adat-istiadat, tradisi dan kebiasaan yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepustakaan Yang Relevan Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan masalah dalam suatu penelitian. Paparan atau konsep-konsep tersebut bersumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kekayaannya, baik itu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kekayaannya, baik itu berupa kekayaan alam maupun kekayaan budaya serta keunikan yang dimiliki penduduknya. Tak heran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Toba, Simalungun, Pakpak, Mandailing, dan Angkola. Masyarakat tersebut pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masyarakat Karo merupakan salah satu suku bagian dari Batak selain Toba, Simalungun, Pakpak, Mandailing, dan Angkola. Masyarakat tersebut pada umumya menempati wilayah
Lebih terperinci2016 DAMPAK KEBIJAKAN SUMEDANG PUSEUR BUDAYA SUNDA TERHADAP PENANAMAN NILAI-NILAI KESUNDAAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Budaya Sunda (dalam Ekadjati, 1993, hlm. 8) merupakan budaya yang hidup, tumbuh, dan berkembang di kalangan orang Sunda yang pada umumnya berdomisili di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam membedakan suku-suku yang ada di Sumatera Utara. Yaitu ende dan ende-ende atau endeng-endeng. Ende adalah nyanyian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mandailing merupakan salah satu bagian dari suku batak yang ada di Sumatera Utara. Sumatera Utara merupakan salah satu Propinsi yag memiliki beraneka macam suku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagian hutan tropis terbesar di dunia terdapat di Indonesia. Berdasarkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagian hutan tropis terbesar di dunia terdapat di Indonesia. Berdasarkan luas, hutan tropis Indonesia menempati urutan ke tiga setelah Brasil dan Republik Demokrasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau dan memiliki berbagai macam suku bangsa, bahasa, adat istiadat atau sering disebut kebudayaan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan segala hasil kreasi manusia yang mempunyai sifat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan segala hasil kreasi manusia yang mempunyai sifat keindahan dan dapat diekspresikan melalui suara, gerak ataupun ekspresi lainnya. Dilihat
Lebih terperinci2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan dapat diterima orang lain, sehingga tercipta interaksi sosial sesama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai mahluk sosial memerlukan bahasa untuk berkomunikasi satu sama lain. Melalui bahasa pula, semua informasi yang ingin kita sampaikan akan dapat diterima
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah memiliki keanekaragaman budaya yang tak terhitung banyaknya. Kebudayaan lokal dari seluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bangsa yang multikultural terdiri dari ratusan suku
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa yang multikultural terdiri dari ratusan suku bangsa yang tersebar di seluruh nusantara. Setiap daerah memiliki suku asli dengan adatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang merupakan bentuk ungkapan atau ekspresi keindahan. Setiap karya seni biasanya berawal dari ide atau
Lebih terperinci