Psychological First Aid (PFA) Disampaikan oleh: Nael Sumampouw, M.Psi, Psi. Pusat Krisis Fak.Psikologi UI
|
|
- Johan Rachman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Psychological First Aid (PFA) Disampaikan oleh: Nael Sumampouw, M.Psi, Psi. Pusat Krisis Fak.Psikologi UI
2 Reaksi psikologis bencana: LOSS merupakan isu utama yang selalu muncul dalam konteks bencana dan berdampak psikologis yang besar. Berbagai macam jenis kehilangan: - kehilangan orang yang dicintai - kehilangan barang berharga - kehilangan pekerjaan & pendapatan - kehilangan ikatan sosial - kehilangan rasa percaya & rasa aman - kehilangan gambaran diri positif - kehilangan harapan akan masa depan
3 Pengalamanku di situasi sulit Setiap orang pasti memiliki pengalaman berada di situasi sulit. Situasi yang terasa menekan, menimbulkan ketidaknyamanan, memunculkan emosi negatif (sedih, marah, kesal, benci). Dengan kemampuan dari dalam diri dan dukungan dari luar, seseorang berhasil mengatasinya dan menjadi lebih baik. Pikirkan suatu pengalaman sulit, yang pernah anda alami dan telah berhasil diatasi. Ingat kembali, apa yang orang lain di sekitar anda lakukan untuk membuat keadaan diri anda menjadi lebih baik? Apa yang mereka katakan? Apa yang mereka lakukan untuk anda? Hadirkan sekonkret mungkin perkataan dan perilaku orang lain terhadap diri anda.
4 Pengalamanku di situasi sulit Buatlah daftar dari pengalaman anda, perilaku verbal atau non-verbal apa yang anda rasakan MEMBANTU dan BERMANFAAT untuk anda. Buatlah daftar dari pengalaman anda, perilaku verbal atau non-verbal apa yang anda rasakan TIDAK MEMBANTU dan MENGHAMBAT kemajuan/tidak membuat diri anda menjadi lebih baik Perilaku membantu Perilaku tidak membantu
5 Orang di sekitar penyintas memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu yang sederhana namun membuat keadaan diri penyintas menjadi lebih baik, mencegah terjadinya masalah psikologis serius. Tidak semua penyintas membutuhkan layanan profesional Tidak semua penyintas cocok, dapat merasakan manfaat dari layanan profesional baik melalui pendekatan individual maupun kelompok. Penyintas merasakan manfaat dari pendampingan awam yang ada di sekitar pendamping Atas dasar itulah awam di sekitar penyintas perlu dibekali dengan keterampilan dasar pendampingan, yaitu: PFA (Psychological First Aid)
6 Apakah PFA (Psychological First Aid)? Suatu cara untuk memberikan dukungan emosional dan membantu orang dari berbagai latar belakang (usia, budaya, etnik, sosek) segera setelah terjadinya bencana (University of Rochester, 2007) Dukungan psikologis awal (Raphael, 2003) Serangkaian keterampilan yang bertujuan untuk mengurangi distress dan mencegah munculnya perilaku tampilan kondisi kesehatan mental negatif yang disebabkan oleh bencana atau situasi kritis yang dihadapi individu (Everly, Phillips, Kane & Feldman, 2006). Perawatan dasar yang bersifat praktis dan non-intrusive, fokus pada mendengarkan namun tidak memaksa, mengenali dan memenuhi kebutuhan dasar, mendorong pendampingan tanpa paksaan dari orangorang yang signifikan di sekitar penyintas, & melindungi dari dampak negatif lebih lanjut (Sphere, 2004).
7 Tujuan PFA? Mengurangi dampak negatif dari pengalaman traumatis Menguatkan fungsi adaptif jangka pendek & jangka panjang penyintas Akselerasi proses pemulihan penyintas
8 Reaksi Psikologis 2 Traumatic growth Adaptif 1 Masalah 3
9 Proses Pemulihan Trauma
10 Siapakah pemberi PFA? Masyarakat awam dan bukan profesional kesehatan mental (Jacobs and Meyer, 2003; American Red Cross, The SPHERE 2004), First responder (mereka yang bertugas saat emergensi).
11 Standar PFA? Evidence based Praktis & dapat diterapkan di lapangan Sesuai untuk tahapan perkembangan manusia Adaptif & sesuai budaya
12 Indikasi PFA? Dekat secara fisik dengan bencana Dekat secara emosional dengan pengalaman/kejadian Adanya pengalaman sekunder (mis: rutinitas terganggu karena hancurnya tempat tinggal)
13 Siapa yang memerlukan PFA? Community Families Witnesses Families Relief Families Survivor Dead Families Law / Military Families Rescue/Med Families Colleagues
14 Psychological First Aid & Disaster Mental Health Psychological First Aid Pertolongan psikologis pertama Di level masyarakat (grass-roots) Disediakan oleh keluarga, teman, relawan bagi mereka yang membutuhkan dukungan pasca bencana Disaster Mental Health Pelayanan psikologis yang diberikan oleh profesional kesehatan mental.
15 Piramida Penanganan Psikologis 10-30% Sum Total Rumah Sakit Jiwa Profesional Kesehatan Mental Relawan terlatih Dokter, Tokoh agama PFA Keluarga, Teman
16 Letak Penanganan PFA
17 Kondisi yang diciptakan PFA SAFETY (rasa aman) CALMING (tenang & nyaman) CONNECTEDNESS TO OTHERS (tidak sendiri, ada dukungan sosial) SELF-EFFICACY EMPOWERMENT (sikap positif pada diri penyintas, merasa mampu) HOPEFULNESS (harapan) SAFETY FUNCTION ACTION (AMAN-FUNGSI-AKSI)
18 Model SFA TARGET: Keadaan/hasil yang diharapkan dari penyintas STRATEGI: Hal yang dilakukan oleh pendamping TARGET HASIL SAFETY FUNCTION ACTION STRATEGI SAFEGUARD Melindungi dari bahaya SUSTAIN Memenuhi kebutuhan dasar COMFORT Menenangkan, stabilisasi CONNECT Menghubungkan dgn dukungan sosial ADVISE Melakukan edukasi ACTIVATE Memfasilitasi partisipasi
19 Apa yang anda lakukan sebagai langkah awal sebelum memberikan pertolongan? Anda diturunkan di suatu lokasi pengungsian yang dihuni oleh sekelompok orang yang baru saja mengalami kebakaran Anda sedang berada di suatu pemukiman padat kemudian terjadi kebakaran yang hebat di pemukiman tersebut.
20 PERSIAPAN: Mengenali & memahami konteks Mengenali kekuatan tim/diri Kesiapan diri
21 Mengenali & memahami konteks Kumpulkan informasi yang akurat mengenai apa yang telah terjadi. Identifikasi berbagai layanan yang ada dalam setting tersebut (apa & dimana) Komunikasikan & lakukan koordinasi dengan berbagai pihak terkait (terutama otoritas) Lakukan orientasi pada setting & layanan yang ada
22 Mengenali kekuatan tim Informasi dengan siapa anda bekerja dalam satu tim. Pahami kompetensi & keterbatasan tim Kenali sumberdaya yang dimiliki tim Kenali waktu yang tersedia
23 Kesiapan diri Kondisi kesehatan (fisik, psikologis) prima Siap berada di lingkungan fisik yang berbeda dengan keseharian Siap menghadapi penyintas dengan beragam reaksi psikologis penyintas
24 Hal yang diharapkan dari pendamping PFA: Observasi secara santun (Observasi >>> Wawancara). Fokus perhatian pada reaksi & interaksi penyintas dalam setting. Mendemonstrasikan ketenangan & berpikir dengan jelas (menjadi model bagi penyintas) Sensitif terhadap budaya & keragaman yang ada Memperhatikan kelompok yang beresiko tinggi
25 Memulai Kontak & Keterlibatan: Berespons terhadap kontak yang dimulai oleh penyintas. Memulai kontak dengan cara yang nonintrusive, compassionate & helpful sehingga tidak menimbulkan penolakan.
26 Hal yang dilakukan dalam memulai kontak & keterlibatan: Prioritas pertama pada penyintas yang mendatangi anda Memperhatikan aspek budaya dalam memulai kontak, mis: seberapa dekat jarak anda berdiri dengan penyintas, seberapa banyak kontak mata. Peka terhadap tanda yang ditampilkan penyintas akan kebutuhan personal space Hindari asumsi bahwa apa yang anda lakukan akan ditanggapi secara positif/penyintas bereaksi positif pada anda. Hargai keputusan penyitas yang menolak bantuan anda.
27 2 Hal penting dalam memulai kontak: PRESENCE: hadir, berada secara fisik & emosional EMPATI: mempersepsikan, mengenali berbagai reaksi penyintas, mendengar aktif.
28 Model SFA TARGET: Keadaan/hasil yang diharapkan dari penyintas STRATEGI: Hal yang dilakukan oleh pendamping TARGET HASIL SAFETY FUNCTION ACTION STRATEGI SAFEGUARD Melindungi dari bahaya SUSTAIN Memenuhi kebutuhan dasar COMFORT Menenangkan, stabilisasi CONNECT Menghubungkan dgn dukungan sosial ADVISE Melakukan edukasi ACTIVATE Memfasilitasi partisipasi
29 Seorang anak sedang mengamati orang dewasa di sekitarnya yang sedang menampilkan reaksi ekstrim dari pengalaman bencana yang terjadi (menangis histeris, marah-marah) dan sedang didekati oleh relawan tim anda yang lain. Tampak anak tersebut sangat terganggu dan mulai resah
30 Apa yang bisa dilakukan untuk memastikan kondisi aman bagi penyintas? Arahan apa yang diberikan? Bagaimana menginformasikan tentang aktivitas penanganan/layanan? Bagaimana memberikan kenyamanan fisik? Bagaimana menjelaskan kepada anak tentang reaksi orang dewasa yang sangat negatif?
31 Kasus 1 Seorang laki-laki dewasa berusia ± 40 tahun terlihat sangat shock, duduk meringkuk, seperti tidak berenergi, tampak sangat letih, dengan tatapan mata menerawang. Ia baru saja berhasil diselamatkan dari musibah tenggelamnya kapal lintas pulau karena kelebihan muatan ditambah faktor cuaca buruk. Menurut informasi ia terpisah dengan istri dan anaknya yang masih balita. Ia bingung, tidak tahu dimana istri dan anaknya berada. Bagaimana anda memperkenalkan diri anda? Apa yang akan segera anda lakukan? Berikan INFORMASI SEDERHANA tentang apa yang terjadi berkaitan dengan penanganan dan pelayanan yang dilakukan (disaster response activities & services)
32 Kasus 2 Tampak 3 orang nenek sedang berkumpul. Mereka duduk di dekat pintu sebuah kelas yang menjadi tempat pengungsian. Melihat anda & tim datang, mereka menampilkan wajah yang tidak bersahabat. Mereka saling berbicara satu sama lain dalam bahasa daerah setempat yang tidak anda ketahui. Ekspresi wajah mereka terkesan curiga dan tidak senang dengan kehadiran anda. Mereka harus mengungsi karena banjir yang terjadi. Banjir kali ini jauh lebih tinggi daripada banjir sebelumnya. Mereka tinggal di daerah padat penduduk di Jakarta. Bagaimana anda memperkenalkan diri anda pada sekelompok nenek tersebut? Apa yang akan segera anda lakukan? Berikan INFORMASI SEDERHANA tentang apa yang terjadi berkaitan dengan penanganan dan pelayanan yang dilakukan (disaster response activities & services)
33 Memenuhi SAFETY: Safeguard Melindungi, mengamankan penyintas dari bahaya, resiko, menawarkan upaya perlindungan.
34 Kebutuhan penyintas Safeguard Keamanan & keselamatan Perlindungan dari ekspos pengalaman traumatis Persepsi yang akurat tentang keamanan & keselamatan diri Intervensi untuk perilaku beresiko tinggi membahayakan keselamatan
35 Apa yang bisa dilakukan? Sesegera mungkin bawalah penyintas ke tempat yang aman dan jauhkan dari bahaya yang mengancam Jauhkan dari pemandangan yang dapat menimbulkan trauma Lindungi penyintas dari orang-orang yang ingin melihat serta perilaku menyakiti diri sendiri maupun orang lain Sediakan tempat yang aman Memperkenalkan diri serta peran anda kepada penyintas
36 Apa yang bisa dilakukan? Jangan meninggalkan penyintas seorang diri, dan jika anda harus melakukannya, berikanlah alasan kenapa dan mintalah salah seorang yang ada di sekitar anda untuk menjaga penyintas. Sediakan hal konkret yang membuat penyintas merasa aman Cegah, hentikan secara langsung perilaku penyintas yang membahayakan keselamatan diri.
37 Memenuhi SAFETY: Sustain Memenuhi kebutuhan dasar & pokok penyintas.
38 Kebutuhan penyintas Sustain Kepastian akan pemenuhan kebutuhan dasar untuk tetap survive
39 Apa yang bisa dilakukan? Sediakan makanan & minuman. Berikan perawatan medis, mis: mengobati luka fisik Sediakan pakaian & tempat istirahat Sediakan sanitasi Perhatikan cuaca sekitar, jika diperlukan sediakan tempat yang sejuk.
40 Model SFA TARGET: Keadaan/hasil yang diharapkan dari penyintas STRATEGI: Hal yang dilakukan oleh pendamping TARGET HASIL SAFETY FUNCTION ACTION STRATEGI SAFEGUARD Melindungi dari bahaya SUSTAIN Memenuhi kebutuhan dasar COMFORT Menenangkan, stabilisasi CONNECT Menghubungkan dgn dukungan sosial ADVISE Melakukan edukasi ACTIVATE Memfasilitasi partisipasi
41 (sambil menangis terisak-isak): Saya ibu yang egois kenapa saya membiarkan anak saya lepas dari tangan saya. Saya berdosa, saya hidup tapi anak saya sudah tiada. Untuk apa hidup sendiri tidak ada gunanya saya sebagai orangtua.
42 Orang-orang seperti mbak maunya apa sih. Kami ditanya-tanya, difoto memangnya kami badut apa? Saya sudah capek meladeni orang-orang seperti mbak. Kok penderitaan saya, kesusahan saya kayaknya dicari-cari yah sama mbak, nilai beritanya mahal yah
43 Saya nggak tahu, belakangan ini saya rasanya gak enak banget. Saya malas angkat telpon teman saya. Mereka sms juga saya tidak balas. Saya tidak mau bertemu dulu. Pokoknya semenjak kejadian bom itu, saya berubah berubah total. Saya seperti jadi orang lain.
44 Contoh Tanggapan yang tidak diharapkan: Saya paham apa yang kamu rasakan Ini demi kebaikan Kepergiannya lebih baik untuknya Sudah waktunya untuk pergi Mari kita bicarakan hal yang lain Kamu sebaiknya bekerja
45 Kebutuhan penyintas Comfort Penurunan perasaan tidak nyaman. Penurunan level stres. Stabilisasi untuk reaksi negatif yang kuat atau terhambat oleh reaksi negatif tersebut. Orientasi. Kenyamanan.
46 Memfasilitasi FUNCTION: Comfort Memberikan kenyamanan, menenangkan, mengupayakan kondisi yang lebih stabil pada penyintas.
47 Apa yang dilakukan? Berikan rasa nyaman melalui perilaku verbal & non-verbal pada penyintas terutama: penyintas yang tampak sangat emosional, penyintas yang berduka karena kehilangan, penyintas yang sangat terpapar dengan pengalaman traumatis. Mengajarkan keterampilan mengelola stres yang sederhana, misalnya: mengatur nafas, relaksasi. Memfasilitasi ketenangan pada penyintas yang tampak sangat emosional (stabilisasi). Memfasilitasi orientasi terhadap lingkungan sekitar penyintas.
48 Keterampilan yang diharapkan dari pendamping Komunikasi suportif: Verbal Non verbal Tanggapan verbal yang menyejukkan/menenangkan Perilaku non-verbal yang memancarkan kehangatan dan empatis.
49 Memfasilitasi FUNCTION: CONNECT Menghubungkan penyintas dengan lingkungan sosial terdekat & bermakna, yaitu: keluarga, sahabat dan orang lain yang dapat ada di komunitas penyintas dan dapat memberikan bantuan.
50 Kebutuhan penyintas CONNECT Dekat & relasi dengan orang yang familiar, dapat dipercaya. Memperoleh dukungan untuk menghadapi situasi sulit.
51 Apa yang bisa dilakukan? Jaga keluarga penyintas agar tetap bersama dan berhubungan satu sama lain. Pertemukan kembali penyintas yang terpisah dengan keluarganya. Tanyakan pada penyintas adakah pihak lain yang ingin diberitahu penyintas sehubungan dengan bencana yang baru saja terjadi Hubungkan penyintas kepada sumber bantuan yang tersedia dan penyintas lain Hadir Bantu mencari informasi pada sumber lain yang menyediakan informasi yang dibutuhkan penyintas.
52 Model SFA TARGET: Keadaan/hasil yang diharapkan dari penyintas STRATEGI: Hal yang dilakukan oleh pendamping TARGET HASIL SAFETY FUNCTION ACTION STRATEGI SAFEGUARD Melindungi dari bahaya SUSTAIN Memenuhi kebutuhan dasar COMFORT Menenangkan, stabilisasi CONNECT Menghubungkan dukungan sosial ADVISE Melakukan edukasi ACTIVATE Memfasilitasi partisipasi
53 Bagaimana cara anda? Memberi informasi mengenai apa yang terjadi dan apa yang akan terjadi serta apa yang harus dilakukan kepada remaja setelah terjadinya gempa? Memberi informasi yang akurat kepada orangtua mengenai reaksi atau penghayatan psikologis seorang anak yang belum lama ini harus mengungsi berjalan kaki keluar masuk hutan, tidak sekolah, tidak bermain karena konflik antar kelompok di daerah tersebut Mengajarkan cara menghadapi berbagai pengalaman sulit pasca peledakan bom bagi sekelompok karyawan yang kantor letaknya sangat dekat dengan kejadian.
54 Memfasilitasi ACTION: Advise Memberikan bimbingan & informasi (edukasi) pada penyintas mengenai apa yang terjadi, memvalidasi reaksi penyintas dan mengajarkan strategi coping yang relevan.
55 Kebutuhan penyintas Advise Mengurangi ketidakpastian Informasi tentang bencana Informasi tentang reaksi yang umum dialami penyintas Informasi tentang cara untuk menghadapi pengalaman sulit & membuat keadaan menjadi lebih baik.
56 Apa yang dilakukan? Gantikan ketidakpastian dengan informasi yang akurat. Berikan informasi tentang apa yang telah dan akan terjadi serta apa yang akan dilakukan Tenangkan penyintas bahwa reaksi mereka adalah wajar. Berikan informasi tentang reaksi stress yang normal. Ajarkan keterampilan cara positif menghadapi pengalaman sulit tersebut. Ajarkan penyintas tentang cara yang positif untuk beradaptasi Sediakan informasi tentang pemberian/penerimaan dukungan
57 Keterampilan yang diharapkan dari pendamping Keterampilan berkomunikasi dengan jelas, dapat dipahami.
58 Memfasilitasi ACTION: ACTIVATE Mendorong penyintas untuk berpartisipasi dalam proses pemulihan pasca bencana, mendapatkan akses ke sumberdaya yang ada dan membantu penyintas lainnya.
59 Kebutuhan penyintas ACTIVATE Bimbingan untuk membantu pemulihan Kesempatan mendapatkan kembali kendali atas hidupnya. Kesempatan untuk membantu penyintas lainnya. Mendapatkan rujukan untuk proses pemulihan dan layanan dukungan lainnya.
60 Apa yang bisa dilakukan? Secepat mungkin dorong penyintas untuk kembali pada rutinitasnya Memfasilitasi penyintas untuk memetakan kebutuhannya dan merencanakan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan tersebut Bimbing penyintas untuk mengambil langkah awal sederhana menuju pemulihan. Libatkan penyintas secara aktif dalam tugas-tugas pemulihan dan perilaku bantu diri Berikan kesempatan pada penyintas untuk saling menolong Rujuk penyintas pada penyedia layanan pemulihan dan dukungan berdasarkan kebutuhan Rujuk untuk mendapatkan dukungan atau layanan yang tersedia sesuai kebutuhan penyintas.
61 Keterampilan yang diharapkan dari pendamping Keterampilan memfasilitasi pengambilan keputusan Keterampilan memotivasi
62 Pendamping tidak: Menentukan arah untuk yang didampingi Memilihkan solusi/jalan keluar untuk yang didampingi Menjadikan masalah yang didampingi menjadi masalah pendamping Hubungan tidak setara antara pendamping dan yang didampingi. Pendamping sebagai FASILITATOR PERUBAHAN
63 Pengetahuan yang relevan dalam melakukan PFA Bencana, krisis & situasi darurat dan dampaknya bagi individu terutama aspek psikologis. Kebutuhan Penyintas Pasca Bencana & pemenuhannya Cara/strategi menjadikan diri lebih baik setelah pengalaman sulit (coping adaptif), termasuk strategi self-care Konteks sosial & budaya komunitas pasca bencana
64 Keterampilan dalam PFA Keterampilan Intervensi Krisis: Komunikasi suportif (Verbal Nonverbal) Deteksi dini Merujuk Mengelola diri dalam situasi sulit
65 Kualitas pendamping PFA yang efektif: 1. Pribadi utuh 2. Penguasaan diri 3. Kreatif & Fleksibel 4. Kompetensi dalam keberagaman 5. Energi positif & ketangguhan 6. Mampu bereaksi secara tepat & cepat 7. Potensi untuk bertumbuh
66 Hal yang dilakukan dalam konteks emergensi: Dukungan langsung kepada penyintas melalui layanan/respons tanggap darurat: medis, fisik, pendidikan darurat, aktivitas rekreasional. Pendampingan dan penguatan kapasitas relawan sebagai first responder. Asesmen yang memfasilitasi pemulihan. Psikoedukasi tentang normalisasi, memfasilitasi pemulihan. Berjejaring
67 Hasil yang diharapkan: Penguatan kapasitas komunitas dalam memberikan dukungan psikososial. Pemberdayaan individu/komunitas membantu diri sendiri/komunitasnya.
68 Referensi Pelatihan: Handbook of Crisis Intervention Psychological First Aid: Field Operations Guide: National Center for PTSD Safety Function Action: Disaster in Extreme Event Preparedness, School of Medicine Univ of Miami, Florida Department of Health Psychological First Aid: American Red Cross Pusat Krisis Fakultas Psikologi UI: Modul Pelatihan Debriefing. Pusat Krisis Fakultas Psikologi UI: Modul Pelatihan PFA
69 Terima kasih! i For More Information Pusat Krisis Fakultas Psikologi UI Kampus UI Depok Telp/fax: pusat.krisis@ui.ac.id
Implementasi PFA pada Anak dan Remaja di Satuan Pendidikan
Implementasi PFA pada Anak dan Remaja di Satuan Pendidikan Yogyakarta, 11 Februari 2017 Wahyu Cahyono hanyasatukata@yahoo.com Pusat Krisis Fakultas Psikologi UI Diskusi Jika kita mengalami situasi sulit
Lebih terperinciImplementasi PFA pada Anak dan Remaja di Satuan Pendidikan
Implementasi PFA pada Anak dan Remaja di Satuan Pendidikan Wahyu Cahyono hanyasatukata@yahoo.com / 0813 140 23 148 Tim Pengembang Dukungan Psikologis Awal Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga Outline
Lebih terperinciPEKERJA KEMANUSIAAN: SITUASI SULIT & TANTANGANNYA
PEKERJA KEMANUSIAAN: SITUASI SULIT & TANTANGANNYA Pelatihan Koordinasi & Kaji Cepat Bencana (K2B) Badan Nasional Penanggulangan Bencana Cisarua, 5 November 2009 Nathanael E.J. Sumampouw, M.Psi, Psi. Pusat
Lebih terperinciOLEH : Letkol Laut ( K/W) Drg. R Bonasari L Tobing, M.Si INTERVENSI PSIKOSOSIAL PADA BENCANA
OLEH : Letkol Laut ( K/W) Drg. R Bonasari L Tobing, M.Si INTERVENSI PSIKOSOSIAL PADA BENCANA Letkol Laut (K/W) drg. R. Bonasari L.T, M.Si Dikum Terakhir : Magister Sains Psikologi UI Jakarta Dikmil Terakhir
Lebih terperinciTIM CMHN BENCANA DAN INTERVENSI KRISIS
TIM CMHN BENCANA DAN INTERVENSI KRISIS TUJUAN Memahami pengertian bencana dan krisis Memahami penyebab terjadinya bencana Mengidentifikasi proses terjadinya bencana Mengidentifikasi respons individu terhadap
Lebih terperinciDicky Pelupessy Pusat Krisis Fakultas Psikologi UI. Sesi Pembelajaran Konsorsium Pendidikan Bencana (KPB) 29 November 2011
Dicky Pelupessy Pusat Krisis Fakultas Psikologi UI Sesi Pembelajaran Konsorsium Pendidikan Bencana (KPB) 29 November 2011 Intervensi Psikososial Intervensi yang menekankan hubungan yang dinamis antara
Lebih terperinciMakalah Analisis Kasus : Bencana Merapi. Disusun oleh : Carissa Erani
Makalah Analisis Kasus : Bencana Merapi Disusun oleh : Carissa Erani 190110080106 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2011 BAB I Ilustrasi Kasus Kasus : Letusan Gunung Merapi yang terjadi
Lebih terperinci2/13/2015 SIKLUS BENCANA PELAYANAN PSIKOLOGI DALAM SIKLUS BENCANA. Kebutuhan korban bencana. Tri Iswardani Wahyu Cahyono.
PELAYANAN PSIKOLOGI DALAM SIKLUS BENCANA Tri Iswardani Wahyu Cahyono SIKLUS BENCANA PERSIAPAN Dampak bencana RESPON MITIGASI REHABILITASI MENGURANGI RESIKO BENCANA REKONSTRUKSI PEMULIHAN BENCANA Kebutuhan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mengenang kembali peristiwa erupsi Gunung Merapi hampir dua tahun lalu
9 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengenang kembali peristiwa erupsi Gunung Merapi hampir dua tahun lalu masih menyisakan pilu bagi banyak pihak, terutama bagi orang yang terkena dampak langsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan memasuki tahap epidemis dengan beberapa sub-populasi beresiko
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah HIV di Indonesia telah berkembang dari sejumlah kasus kecil HIV dan memasuki tahap epidemis dengan beberapa sub-populasi beresiko tinggi yang memiliki angka
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Dampak skizofrenia bagi keluarga sangatlah besar, ini menyebabkan seluruh keluarga ikut merasakan penderitaan tersebut. Jika keluarga tidak siap dengan hal ini,
Lebih terperinciWALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 7 TAHUN 2017 TENTANG
WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 7 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN
Lebih terperinciPedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi
Modul ke: Pedologi Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga Fakultas Psikologi Yenny, M.Psi. Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Tipe-tipe Penganiayaan terhadap Anak Penganiayaan
Lebih terperinciPerkembangan Sepanjang Hayat
Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Memahami Masa
Lebih terperinciDampak. terhadap anak-anak Reaksi anak-anak terhadap situasi darurat
Dampak terhadap anak-anak Reaksi anak-anak terhadap situasi darurat TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Mengenali dampak bencana terhadap anakanak (dan masyarakat serta kelompok rentan) 2. Mengenali reaksi anak-anak
Lebih terperinciBERDUKA DAN KEHILANGAN. Niken Andalasari
BERDUKA DAN KEHILANGAN Niken Andalasari DEFENISI KEHILANGAN adalah kenyataan/situasi yang mungkin terjadi dimana sesuatu yang dihadapi, dinilai terjadi perubahan, tidak lagi memungkinkan ada atau pergi/hilang.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI Hospitalisasi atau Rawat Inap pada Anak Pengertian Hospitalisasi. anak dan lingkungan (Wong, 2008).
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Hospitalisasi atau Rawat Inap pada Anak 2.1.1. Pengertian Hospitalisasi Hospitalisasi adalah suatu keadaan dimana seseorang yang sakit yang membutuhkan perawatan secara intensif
Lebih terperinciIntervensi Psikososial
PSIKOSOSIAL SEBAGAI ISU POKOK LAYANAN Intervensi Psikososial Agus Suriadi Materi Pokok Kuliah...! Pengertian intervensi psikososial Permasalahan-permasalahan psikososial Tujuan dari intervensi psikososial
Lebih terperinciFILOSOFI, KONSEP HOLISTIK & PROSES KEPERAWATAN KEGAWATAN & KEKRITISAN Oleh: Sri Setiyarini, SKp.
FILOSOFI, KONSEP HOLISTIK & PROSES KEPERAWATAN KEGAWATAN & KEKRITISAN Oleh: Sri Setiyarini, SKp. Definisi Keperawatan Dawat Darurat: Pelayanan profesional yg didasarkan pada ilmu kqperawatan gawat darurat
Lebih terperinciLaporan Hasil Assessmen Psikologis Penyintas Bencana Tanah Longsor Banjarnegara Tim Psikologi UNS 1. Minggu ke-1 (18 Desember 2014)
Laporan Hasil Assessmen Psikologis Penyintas Bencana Tanah Longsor Banjarnegara Tim Psikologi UNS 1 Minggu ke-1 (18 Desember 2014) 1. Gambaran situasi Situasi gawat darurat bencana tanah longsor di Desa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan bencana, baik yang disebabkan kejadian alam seperi gempa bumi, tsunami, tanah longsor, letusan
Lebih terperinciDIREKTORAT BINA UPAYA KESEHATAN DASAR PERAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DASAR DALAM PENANGGULANGAN BENCANA
1 DIREKTORAT BINA UPAYA KESEHATAN DASAR PERAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DASAR DALAM PENANGGULANGAN BENCANA 2 1. PENDAHULUAN 2. PERAN FASYANKES PRIMER /DASAR DALAM PENANGGULANGAN BENCANA 3. DUKUNGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Fungsi utama Rumah Sakit yakni melayani masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Seiring dengan berjalannya waktu dan semakin majunya teknologi kedokteran,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Bencana menurut Undang-Undang No.24 tahun 2007 adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan
Lebih terperinciPEDOMAN WAWANCARA. 3. Pernahkah anda melakukan usaha untuk menggugurkan kandungan? tua/pasangan/orang-orang terdekat anda?
LAMPIRAN 59 PEDOMAN WAWANCARA 1. Bagaimana perasaaan anda ketika anda mengetahui bahwa anda sedang hamil? 2. Apa yang anda lakukan ketika anda mengetahui bahwa anda sedang hamil? 3. Pernahkah anda melakukan
Lebih terperinciFR-APL-01. FORMULIR PERMOHONAN SERTIFIKASI KOMPETENSI
FR-APL-01. FORMULIR PERMOHONAN SERTIFIKASI KOMPETENSI Bagian 1: Rincian Data Pemohon Sertifikasi Pada bagian ini, cantumkan data pribadi, data pendidikan formal, serta data pekerjaan anda pada saat ini.
Lebih terperinciEdukasi Kesehatan Mental Intensif 15. Lampiran A. Informed consent (Persetujuan dalam keadaan sadar) yang digunakan dalam studi ini
Edukasi Kesehatan Mental Intensif 15 Lampiran A. Informed consent (Persetujuan dalam keadaan sadar) yang digunakan dalam studi ini PERSETUJUAN DALAM KEADAAN SADAR UNTUK BERPARTISIPASI SEBAGAI SUBJEK RISET
Lebih terperinciFR-APL-01. FORMULIR PERMOHONAN SERTIFIKASI KOMPETENSI
FR-APL-01. FORMULIR PERMOHONAN SERTIFIKASI KOMPETENSI Bagian 1: Rincian Data Pemohon Sertifikasi Pada bagian ini, cantumkan data pribadi, data pendidikan formal serta data pekerjaan anda pada saat ini.
Lebih terperinci1. Bab II Landasan Teori
1. Bab II Landasan Teori 1.1. Teori Terkait 1.1.1. Definisi kecemasan Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik.
Lebih terperinciFR-APL-01. FORMULIR PERMOHONAN SERTIFIKASI KOMPETENSI
FR-APL-01. FORMULIR PERMOHONAN SERTIFIKASI KOMPETENSI Bagian 1: Rincian Data Pemohon Sertifikasi Pada bagian ini, cantumkan data pribadi, data pendidikan formal serta data pekerjaan anda pada saat ini.
Lebih terperinciSekolah Petra (Penanganan Trauma) Bagi Anak Korban Bencana Alam
Sekolah Petra (Penanganan Trauma) Bagi Anak Korban Bencana Alam Dwi Utari Nugroho *), Nurulia Unggul P.R *), Nur Shinta Rengganis *), Putri Asmita Wigati **) *) Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan menuntut ilmu. Berbagai macam lembaga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kurun waktu terdekat ini kemajuan disegala aspek kehidupan menuntut masyarakat untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan menuntut ilmu. Berbagai macam
Lebih terperinciHUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA TAHUN YANG AKAN MENJALANI KHITAN MASSAL DI PENDAPA AGUNG TAMANSISWA YOGYAKARTA
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA 10-13 TAHUN YANG AKAN MENJALANI KHITAN MASSAL DI PENDAPA AGUNG TAMANSISWA YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : Meika Nur Sudiyanto 0502R00295
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Destalya Anggrainy M.P, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kepribadian seorang anak merupakan gabungan dari fungsi secara nyata maupun fungsi potensial pola organisme yang ditentukan oleh faktor keturunan dan penguatan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORITIS. reaksi fisik yang disebabkan karena persepsi seseorang terhadap kehilangan (loss).
BAB II LANDASAN TEORITIS A. GRIEF 1. Definisi Grief Menurut Rando (1984), grief merupakan proses psikologis, sosial, dan reaksi fisik yang disebabkan karena persepsi seseorang terhadap kehilangan (loss).
Lebih terperinciFR-APL-01. FORMULIR PERMOHONAN SERTIFIKASI KOMPETENSI
FR-APL-01. FORMULIR PERMOHONAN SERTIFIKASI KOMPETENSI Bagian 1: Rincian Data Pemohon Sertifikasi Pada bagian ini, cantumkan data pribadi, data pendidikan formal serta data pekerjaan anda pada saat ini.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan bagian dari keluarga, dimana sebagian besar kelahiran disambut bahagia oleh anggota keluarganya, setiap orang tua mengharapkan anak yang sehat,
Lebih terperinciDampak Peliputan Traumatik pada Masyarakat Umum dan Wartawan
Dampak Peliputan Traumatik pada Masyarakat Umum dan Wartawan Oleh: Cinintya Dewi, YAYASAN PULIH Untuk Pemulihan dari Trauma dan Penguatan Psikososial Yayasan Pulih 2011 Sekilas program Jurnalisme dan Trauma
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupannya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupannya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan intelegensi atau akademiknya saja, tapi juga ditentukan oleh kecerdasan emosionalnya.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI Definisi Komunikasi Terapeutik
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi Terapeutik 2.1.1 Definisi Komunikasi Terapeutik Menurut Machfoedz, (2009) Komunikasi terapeutik ialah pengalaman interaktif bersama antara perawat dan pasien dalam
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN DAN BERDUKA
ASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN DAN BERDUKA Sepanjang daur kehidupan tidak terlepas dari situasi yang dapat mempengaruhi respon emosi individu. Salah satu situasi yang mempengaruhi emosi individu adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orang disepanjang hidup mereka pasti mempunyai tujuan untuk. harmonis mengarah pada kesatuan yang stabil (Hall, Lindzey dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti mempunyai harapan-harapan dalam hidupnya dan terlebih pada pasangan suami istri yang normal, mereka mempunyai harapan agar kehidupan mereka
Lebih terperinciDETEKSI DINI STRES DI TEMPAT KERJA DAN PENANGGULANGANNYA
Environment & Social Responsibility Division ESR Weekly Tips no. 30/III/2006 Sent: 20 Maret 2006 DETEKSI DINI STRES DI TEMPAT KERJA DAN PENANGGULANGANNYA Sebagian besar bahkan mungkin semua orang yang
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan bab penutup yang terdiri dari kesimpulan dari hasil pembahasan yang berkaitan dengan upaya menjawab tujuan penelitian serta saran yang berkaitan dengan simpulan
Lebih terperinciKETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN
KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN oleh Rosita E.K., M.Si Konsep dasar dari konseling adalah mengerti
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Anak adalah individu unik yang berada dalam proses tumbuh kembang dan mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang berbeda dengan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari uraian yang telah disampaikan dari Bab I sampai Bab IV, maka dapat
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Dari uraian yang telah disampaikan dari Bab I sampai Bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Begitu banyak anak-anak di Nanggroe Aceh Darussalam
Lebih terperinciKEBERFUNGSIAN SOSIAL (INDIVIDU-KELOMPOK- KOMUNITAS) NELSON ARITONANG STKS BANDUNG
KEBERFUNGSIAN SOSIAL (INDIVIDU-KELOMPOK- KOMUNITAS) NELSON ARITONANG STKS BANDUNG PEKERJAAN SOSIAL (IFSW& IASSW 2014). PEKERJAAN SOSIAL MERUPAKAN SUATU PROFESI DIDASARKAN PRAKTIK DAN DISIPLIN ILMU DALAM
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS (CMHN)
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS (CMHN) NAMA KELOMPOK 6 A4E : 1. Made Udayati (10.321.0864) 2. Kadek Ayu Kesuma W. (10.321.0858) 3. Kadek Ninik Purniawati (10.321.0859) 4. Luh Gede Wedawati (10.321.0867)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mental. Hal ini seringkali membuat orangtua merasa terpukul dan sulit untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Beberapa pasangan suami istri menginginkan keturunan sebagai bagian dari keluarga mereka. Pasangan suami istri pasti berharap untuk mendapatkan anak yang sehat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Family Centered Care
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Pengertian Family Centered Care Dalam paradigma keperawatan anak, anak merupakan individu yang masih bergantung pada lingkungan untuk memenuhi kebutuhan
Lebih terperinciPSIKOLOGI UMUM 2. Stress & Coping Stress
PSIKOLOGI UMUM 2 Stress & Coping Stress Pengertian Stress, Stressor & Coping Stress Istilah stress diperkenalkan oleh Selye pada tahun 1930 dalam bidang psikologi dan kedokteran. Ia mendefinisikan stress
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai
Lebih terperinciKesehatan Mental dan Dukungan Psikososial
Kesehatan Mental dan Dukungan Psikososial Lesson learned masa emergency dan antisipasi ke depan Dr. Carla R. Marchira SpKJ Pendahuluan Bencana yang terjadi silih berganti di berbagai wilayah di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semakin sulitnya kondisi perekonomian di Indonesia menjadikan. persaingan diantara perusahaan-perusahaan semakin ketat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Semakin sulitnya kondisi perekonomian di Indonesia menjadikan persaingan diantara perusahaan-perusahaan semakin ketat. Tidak hanya perusahaan-perusahaan dagang
Lebih terperinciKRONOLOGI DOKUMEN Penyesuaian dengan PP No 50 Tahun 2012 DAFTAR ISI
Halaman 1 dari 1 KRONOLOGI DOKUMEN Tanggal Revisi Ke Keterangan (Tuliskan sub-bab & perihal yang diubah serta alasan perubahan) 14-10-2011 0 Penentuan baru 25-11-2013 1 Penyesuaian dengan PP No 50 Tahun
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy
BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia yang berada di salah satu belahan Asia ini ternyata merupakan negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy
Lebih terperinciPENDAHULUAN. A. Pengertian Wawancara
PENDAHULUAN A. Pengertian Wawancara Wawancara merupakan salah satu dari beberapa teknik dalam mengumpulkan informasi atau data. Pada awalnya teknik wawancara sangat jarang digunakan, tetapi pada abad ke-20
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap individu akan mengalami perubahan pada dirinya baik secara fisik
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Setiap individu akan mengalami perubahan pada dirinya baik secara fisik maupun emosional. Semakin bertambahnya usia, individu akan mengalami berbagai macam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasien kritis dengan perawatan di Intensive Care Unit (ICU) memiliki morbilitas dan mortalitas yang tinggi. Mengenali ciri-ciri cepat dan penatalaksanan dini yang sesuai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya. Seseorang yang mengalami peristiwa membahagiakan seperti dapat
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai pengalaman baik positif maupun negatif tidak dapat lepas dari kehidupan seseorang. Pengalaman-pengalaman tersebut akan memberi pengaruh yang pada akhirnya
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Persepsi keluarga terhadap anak dengan ID Keluarga dapat memiliki persepsi yang benar maupun salah terhadap anak dengan ID, khususnya terkait dengan disabilitas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mandiri untuk menangani kegawatan yang mengancam jiwa, sebelum dokter
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perawat yang bekerja di Instalasi Rawat Darurat dituntut untuk memiliki kecekatan, keterampilan dan kesiagaan setiap saat (Mahwidhi, 2010). Para perawat tersebut
Lebih terperinciCHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT. Belum Terlaksana
126 Lampiran 1 CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT A. Komando dan Kontrol 1. Mengaktifkan kelompok komando insiden rumah sakit. 2. Menentukan pusat komando rumah sakit. 3. Menunjuk penanggungjawab manajemen
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Respon Penerimaan Anak 1. Pengertian Respon atau umpan balik adalah reaksi komunikan sebagai dampak atau pengaruh dari pesan yang disampaikan, baik secara langsung maupun tidak
Lebih terperinciDari aspek pengungkapan dan pertukaran informasi, komunikasi digolongkan menjadi 2 bentuk sebagai berikut.
Dalam profesi kedokteran terdapat tiga komponen penting yaitu komponen ilmu dan teknologi kedokteran, komponen moral dan etik kedokteran, serta komponen hubungan interpersonal antara dokter dan pasien.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN hingga (Unicef Indonesia, 2012). Menurut Departemen Sosial
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah panti asuhan terbesar di dunia dengan perkiraan jumlah lembaga pengasuhan anak pada tahun 2007 sekitar 5.250 hingga 8.610 (Unicef
Lebih terperinciPeraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 13 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pencarian, Pertolongan Dan Evakuasi
Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 13 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pencarian, Pertolongan Dan Evakuasi KEBIJAKAN DAN STRATEGI A. Kebijakan 1. Pencarian, pertolongan dan evakuasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tugas perkembangan pada remaja salah satunya adalah mencapai kematangan hubungan sosial dengan teman sebaya baik pria, wanita, orang tua atau masyarakat. Dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. emosi yang bervariatif dari waktu ke waktu, khususnya pada masa remaja yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupan, seseorang tidak pernah lepas dari kehidupan emosi yang bervariatif dari waktu ke waktu, khususnya pada masa remaja yang dikatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berubah dari perubahan kognitif, fisik, sosial dan identitas diri. Selain itu, terjadi pula
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mahasiswa berada pada masa dewasa awal. Pada masa ini, mahasiswa berada pada masa transisi dari masa remaja ke masa dewasa. Pada masa transisi ini banyak hal
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep koping 1.1. Pengertian mekanisme koping Koping adalah upaya yang dilakukan oleh individu untuk mengatasi situasi yang dinilai sebagai suatu tantangan, ancaman, luka, dan
Lebih terperinciPANDUAN PENDAMPINGAN DAN WAWANCARA TERHADAP KORBAN PERDAGANGAN ANAK:
PANDUAN PENDAMPINGAN DAN WAWANCARA TERHADAP KORBAN PERDAGANGAN ANAK: 1 The Regional Support Office of the Bali Process (RSO) dibentuk untuk mendukung dan memperkuat kerja sama regional penanganan migrasi
Lebih terperinciPERTEMUAN KE 4 POKOK BAHASAN
PERTEMUAN KE 4 POKOK BAHASAN A. TUJUAN PEMBELAJARAN Adapun tujuan pembelajaran yang akan dicapai sebagai berikut: 1. Mahasiswa dapat memahami tentang arti interaksi, kontak dan komunikasi. 2. Mahasiswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan ini, tidak semua orang berada pada kondisi fisik yang sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan ada
Lebih terperinci3. Model System Henderson Keperawatan menurut Henderson di deinisikan membantu individu yang sakit dan sehat dalam melaksanakan
Konsep Keperawatan Menurut Para Ahli Posted 26 January 2013 by Rahma Muti Hidayah in Uncategorized. Leave a Comment 1. Model system Dorothea Orem Model konsep menurut Dorothea Orem yang dikenal dengan
Lebih terperinciDISASTER NURSING R. Siti Maryam, MKep, Ns.Sp.Kep.Kom Mata Kuliah Gadar dan Bencana Tingkat III Semester VI Prodi Keperawatan Persahabatan Juli
DISASTER NURSING R. Siti Maryam, MKep, Ns.Sp.Kep.Kom Mata Kuliah Gadar dan Bencana Tingkat III Semester VI Prodi Keperawatan Persahabatan Juli 2012 1 ASKEP DISASTER suatu bentuk pelayanan keperawatan yang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI II. A. DUKUNGAN SOSIAL II. A. 1. Definisi Dukungan Sosial Menurut Orford (1992), dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian, dan penghargaan yang diandalkan pada saat individu mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan mengalami masa transisi peran sosial, individu dewasa awal akan menindaklanjuti hubungan dengan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
9 PENDAHULUAN Latar Belakang Pada akhir Desember 2004, terjadi bencana gempa bumi dan gelombang Tsunami yang melanda Provinsi Nanggroe Aceh Darusssalam (NAD) dan Sumatera Utara. Bencana ini mengakibatkan:
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang artinya pada
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang artinya pada usia ini sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika anak-anak dianggap mulai bertanggung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meninggalnya seseorang merupakan salah satu perpisahan alami dimana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meninggalnya seseorang merupakan salah satu perpisahan alami dimana seseorang akan kehilangan orang yang meninggal dengan penyebab dan peristiwa yang berbeda-beda
Lebih terperinciSelamat Membaca dan Memahami Materi Rentang Perkembangan Manusia II
Selamat Membaca dan Memahami Materi Rentang Perkembangan Manusia II KEMATIAN oleh : Dr Triana Noor Edwina DS, M.Si, Psikolog Fakultas Psikologi Univ Mercu Buana Yogyakarta Persepsi mengenai kematian Persepsi
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perubahan kondisi iklim global di dunia yang terjadi dalam beberapa tahun ini merupakan sebab pemicu terjadinya berbagai bencana alam yang sering melanda Indonesia. Indonesia
Lebih terperinciSelamat Membaca dan Memahami Materi Rentang Perkembangan Manusia II
Selamat Membaca dan Memahami Materi Rentang Perkembangan Manusia II KEMATIAN oleh : Triana Noor Edwina DS Fakultas Psikologi Univ Mercu Buana Yogyakarta Persepsi mengenai kematian Persepsi yang berbeda-beda
Lebih terperinciPengetahuan Dasar Mengenai Kegiatan Relawan Bencana
Pengetahuan Dasar Mengenai Kegiatan Relawan Bencana Gempa yang melanda Prefektur Kumamoto pada tanggal 14 April lalu telah mengakibatkan kerusakan parah. Di situasi seperti inilah, para relawan mengerahkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia merupakan suatu proses berkelanjutan dalam kehidupan yang ditandai dengan berbagai perubahan ke arah penurunan. Problematika yang harus dihadapi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. oleh banyak faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dokter dan tenaga
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Hospitalisasi (rawat inap) pada pasien anak dapat menyebabkan kecemasan dan stres pada semua tingkat usia. Penyebab dari kecemasan ini dipengaruhi oleh banyak faktor,
Lebih terperinciSEKOLAH UNTUK ANAK AUTISTIK
SEKOLAH UNTUK ANAK AUTISTIK Oleh Augustina K. Priyanto, S.Psi. Konsultan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus dan Orang Tua Anak Autistik Berbagai pendapat berkembang mengenai ide sekolah reguler bagi anak
Lebih terperinciPerkembangan Sepanjang Hayat
Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Dewasa Awal dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Masa Dewasa
Lebih terperinciRumusan Isu Strategis dalam Draft RAN Kepemudaan PUSKAMUDA
Rumusan Isu Strategis dalam Draft RAN Kepemudaan 2016 2019 PUSKAMUDA Isu Strategis dalam Kerangka Strategi Kebijakan 1. Penyadaran Pemuda Nasionalisme Bina Mental Spiritual Pelestarian Budaya Partisipasi
Lebih terperinciPROCEEDING SEMINAR NASIONAL
PEMBELAJARAN KARAKTER MULTIKULTURALISME MELALUI PROGRAM PSYCHOLOGICAL FIRST AID KORBAN BENCANA ALAM Listyo Yuwanto & Vanessa Khiat Fakultas Psikologi Universitas Surabaya Email : yuwanto81@gmail.com Abstrak.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Disamping itu pula, pekerjaan semakin sulit untuk didapatkan.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pekerjaan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat penting bagi masyarakat. Bekerja merupakan suatu tuntutan yang mendasar, baik dalam rangka memperoleh imbalan
Lebih terperinciMANAJEMEN STRES PADA INDIVIDU YANG SELAMAT (SURVIVOR) DARI BENCANA ALAM. Kartika Adhyati Ningdiah
MANAJEMEN STRES PADA INDIVIDU YANG SELAMAT (SURVIVOR) DARI BENCANA ALAM Kartika Adhyati Ningdiah 10508117 Latar Belakang Masalah Bencana merupakan peristiwa atau kejadian yang dapat menyebabkan kerugian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,
BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang
Lebih terperinciKESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA
KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh : Yustina Permanawati F 100 050 056 FAKULTAS
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. (Wawancara dengan Bapak BR, 3 Maret 2008)
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketika putri saya meninggal dunia, saya merasa kehilangan bagian dari diri saya. Saya merasa tidak utuh dan segala sesuatu tidak akan pernah sama lagi. Beberapa hari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, yang diselenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat yang berfungsi untuk melakukan upaya pelayanan kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. normal dan sehat, bekerja me nyajikan kehidupan sosial yang mengasyikkan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bekerja mencerminkan kondisi manusia yang sehat lahir dan batin, sedangkan tidak bekerja sama sekali, mengindikasikan kondisi macet atau sakit atau adanya suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Manusia adalah mahkluk biologis, psikologis, sosial,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia adalah mahkluk biologis, psikologis, sosial, kultural, dan spiritual yang utuh dan unik, artinya yang merupakan satu kesatuan yang utuh dari aspek
Lebih terperinci