CATATAN KINERJA BPKN 2010: Upaya BPKN dalam Mengembangkan Perlindungan Konsumen yang Kuat dan Berkelanjutan

Transkripsi

1 SIARAN PERS Badan Perlindungan Konsumen Nasional Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta Telp/Fax , CATATAN KINERJA BPKN 2010: Upaya BPKN dalam Mengembangkan Perlindungan Konsumen yang Kuat dan Berkelanjutan Selasa, 4 Januari 2011 Sebagai badan publik, BPKN merupakan institusi yang berkewajiban mempertanggungjawabkan kinerjanya secara akuntabel. Catatan Akhir Tahun ini merupakan salah satu bentuk akuntabilitas BPKN dalam upaya memberikan perlindungan kepada masyarakat konsumen, dan diselenggarakan melalui berbagai kemitraan yang kuat dan berkelanjutan. Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) dibentuk Pemerintah sebagai upaya merespon dinamika dan kebutuhan perlindungan konsumen yang berkembang dengan cepat di masyarakat. Untuk itu, BPKN berperan sebagai lembaga yang membantu pemerintah dalam menyusun kebijakan perlindungan konsumen nasional melalui rekomendasirekomendasi kebijakan yang disampaikan kepada pemerintah dan instansi terkait, dengan tujuan untuk mengembangkan dan melaksanakan perlindungan konsumen di Indonesia. Dalam menangani berbagai isu perlindungan konsumen, BPKN menekankan pentingnya memperkuat kemitraan kepada para pemangku kepentingan (stakeholders), baik antar pemerintah, konsumen dan pelaku usaha. Kemitraan yang kuat menjadi salah satu faktor penentu keberlanjutan upaya perlindungan konsumen, karena dengan luasnya aspek perlindungan konsumen maka akan sulit bila dipikul oleh suatu lembaga saja. Untuk itu, BPKN membangun komunikasi dengan berbagai pihak, antara lain dengan beberapa kementerian dan lembaga terkait lainnya. Pembentukan BPKN didasarkan pada Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK) yang ditindaklanjuti dengan PP No. 57 Tahun 2001 tentang Tugas, Fungsi serta Keanggotaan BPKN. Periode I Keanggotaan BPKN telah selesai bertugas pada Untuk Periode II masa jabatan , terbentuk 20 Anggota BPKN yang mewakili pemerintah, akademisi, tenaga ahli dan Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM) berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 80/P Tahun 2009 tanggal 11 Oktober Selanjutnya Anggota BPKN dilantik oleh Menteri Perdagangan pada tanggal 16 Nopember BPKN mengemban fungsi memberikan saran dan pertimbangan kepada pemerintah dalam upaya mengembangkan perlindungan konsumen di Indonesia, dan bertugas: a. Memberikan saran dan rekomendasi kepada pemerintah dalam rangka penyusunan kebijakan di bidang perlindungan konsumen b. Melakukan penelitian dan pengkajian terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang perlindungan konsumen 1

2 c. Melakukan penelitian terhadap barang dan/atau jasa yang menyangkut keselamatan konsumen d. Mendorong berkembangnya Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM). e. Menyebarluaskan informasi melalui media mengenai perlindungan konsumen dan memasyarakatkan sikap keberpihakan kepada konsumen f. Menerima pengaduan tentang perlindungan konsumen dari masyarakat, LPKSM atau pelaku usaha g. Melakukan survey yang menyangkut kebutuhan konsumen. Dalam menjalankan tugas, visi yang ingin dicapai BPKN adalah Menjadi Lembaga Terdepan Bagi Terwujudnya Konsumen yang Bermartabat dan Pelaku Usaha yang bertanggungjawab, dengan mengemban misi : a. Memperkuat landasan hukum dan kerangka kebijakan perlindungan konsumen nasional b. Memperkuat akses jalur penyelesaian sengketa perlindungan konsumen. c. Memperluas akses informasi perlindungan konsumen serta mengembangkan edukasi dan informasi konsumen. BPKN terdiri dari beberapa Komisi. Komisi-komisi ini dibentuk guna mengefektifkan pelaksanaan fungsi dan tugas BPKN dengan pertimbangan bahwa komisi-komisi tersebut akan bekerja secara terfokus pada bidang-bidang tertentu yang sudah ditetapkan. Saat ini terdapat 4 Komisi di BPKN yaitu : Komisi 1: meneliti dan mengkaji peraturan perundang-undangan yg berkaitan dengan perlindungan konsumen, melalui pengkajian perundang-undangan, Peraturan Pemerintah, dan peraturan-peraturan lainnya serta melaksanakan survei atas barang dan/atau jasa. Komisi 2: menyebarluaskan informasi baik melalui media cetak maupun elektronik mengenai perlindungan konsumen; memasyarakatkan sikap keberpihakan kepada konsumen dan melaksanakan pendidikan konsumen kepada masyarakat. Komisi 3: menerima dan menangani pengaduan dari konsumen, LPKSM atau pelaku usaha, serta mengkoordinasikan penyelesaiannya bersama Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) dan LPKSM. Komisi 4: menjalin hubungan dan kerjasama dengan lembaga-lembaga baik lembaga pemerintah maupun non pemerintah, nasional dan internasional, serta mendorong berkembangnya LPKSM. KINERJA BPKN 2010 Selama kurun waktu setahun ini, BPKN telah melaksanakan sejumlah program dan kegiatan, yang acuan utamanya didasarkan pada Rencana Strategis Kebijakan Perlindungan Konsumen Indonesia Periode Di bidang Penelitian dan Pengembangan, BPKN telah merampungkan kajian dan analisis tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit dan Perhubungan Udara (Maskapai Penerbangan). 2

3 Dalam rangka meningkatkan pengetahuan perlindungan konsumen dan memasyarakatkan sikap keberpihakan kepada konsumen, BPKN telah (1) mengembangkan informasi melalui website BPKN ( antara lain informasi mengenai hasil kajian dan penelitian, penanganan pengaduan, siaran pers terhadap isu aktual dan kegiatan BPKN, artikel perlindungan konsumen, dan foto-foto kegiatan BPKN; (2) menyelenggarakan sosialisasi dan edukasi perlindungan konsumen antara lain: edukasi kepada Konsumen Muda dengan menyelenggarakan Festival Mewarnai Konsumen Cilik Tingkat TK/SD yang diikuti ±300 peserta dan Lomba Menulis Konsumen Cerdas Tingkat SMP/SMA yang diikuti ±50 peserta bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan Nasional pada event Hari Anak Nasional (HAN) 2010; (3) menyelenggarakan Safari Edukasi ke beberapa pusat-pusat perbelanjaan dengan mengambil tema isu-isu aktual seperti Keamanan Penggunaan Tabung Gas Elpiji dan Keamanan Pangan, Masalah Label Non Pangan, Urgensi Percepatan Penyusunan SNI Wajib Mainan Anak, serta Perlindungan Konsumen Pengguna Kartu Kredit ; (4) dialog interaktif di TV dan radio mengenai sejumlah isu aktual konsumen Jasa Layanan Kereta Api, Ketentuan Label Non Pangan, Urgensi SNI Wajib Mainan Anak, Pemenuhan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit, Penerapan PPN pada Barang Kebutuhan Pokok, Makanan dan Minuman sebagaimana ketentuan UU No. 42 Tahun Dalam rangka meningkatkan pemahaman stakeholders terhadap perlindungan konsumen, BPKN telah pula menerbitkan dan mendistribusikan media publikasi, antara lain Profil BPKN, buku saku Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Buku Himpunan Peraturan Perundang-undangan di Bidang Perlindungan Konsumen, Newsletter, leaflet Tina Konsumen Cerdas. BPKN juga melayani dan menangani pengaduan dan kasus konsumen baik dari konsumen, pelaku usaha maupun LPKSM, seperti: (1) pengaduan dari 12 Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM) yang tergabung dalam Himpunan Lembaga Konsumen Indonesia (HLKI) tentang penerapan Payment Point Online Bank oleh PT PLN, suatu sistem pembayaran listrik secara online hasil kerjasama PT PLN dengan beberapa bank yang dianggap merugikan konsumen; (2) pengaduan dari kelompok eks nasabah Bank IFI sejumlah 31 orang; (3) pengaduan tentang pembiayaan konsumen (48 kasus) dari beberapa LPKSM seperti HLKI, LPKSM Surabaya, LPKSM Bojonegoro; (4) pengaduan lainnya antara lain tentang perumahan, penerbangan, undian berhadiah, restoran/katering, serta MLM pangan. BPKN juga menjadi saksi ahli dalam kasus pengisian gas elpiji yang tidak sesuai standar; pembuatan jamu tradisional yang dapat membahayakan konsumen; keterlambatan dalam serah terima sewa menyewa kios yang oleh penyewa dilaporkan secara pidana dan melanggar UUPK, pemantauan implementasi Pajak Pertambahan Nilai (PPN 10%) sesuai dengan ketentuan UU No. 42/2009 ke 10 daerah terhadap rumah makan, restoran dan kebutuhan pokok lainnya. Di bidang Kerjasama, BPKN telah (1) menyelenggarakan Pertemuan BPSK se Jawa Barat dan LPKSM se Kota Bandung. Tujuannya mendorong tumbuhnya BPSK khususnya di wilayah Jawa Barat untuk daerah-daerah yang belum ada dan mendorong kinerja LPKSM di daerah khususnya LPKSM Kota Bandung; (2) menyelenggarakan Forum Komunikasi LPKSM dalam rangka memberikan persepsi yang sama mengenai penerapan beberapa peraturan yang terkait dengan perlindungan konsumen, agar dapat menjadi acuan dalam melaksanakan perlindungan konsumen di wilayahnya masing-masing, diselenggarakan di Jogjakarta pada Juli 2010; (3) menyelenggarakan Forum Dialog Trust Building dengan Penyedia Jasa Layanan Rumah Sakit sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas 3

4 pelayanan rumah sakit kepada pasien selaku konsumen dengan memberikan pelayanan yang tepat guna, inovatif dan efisien dengan didukung oleh sumber daya manusia yang profesional; (4) menyelenggarakan Forum Komunikasi BPKN Regional. Tujuan utamanya mendorong kepedulian pemerintah daerah untuk menumbuhkembangkan BPSK di daerah agar dapat menyelesaikan sengketa konsumen dengan baik; (5) Kerjasama dengan lembaga perlindungan konsumen di luar negeri, yakni: tukar informasi penanganan pengaduan di Consumer of Penang di Penang, Malaysia, Thailand, ACCC Australia, CPC Taiwan, dan Mesir. Tujuannya agar terjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga perlindungan konsumen di negara-negara tersebut dan mempelajari tantangan kelembagaan baik pemerintah maupun NGO mengenai peran, fungsi dan kewenangan serta koordinasi antar lembaga-lembaga tersebut; (6) Penandatanganan Nota Kesepahaman dengan UII Jogjakarta dan Universitas Hasanuddin, Makassar untuk kerjasama edukasi perlindungan konsumen di kalangan akademisi. Berdasarkan kegiatan-kegiatan tersebut, selama kurun waktu tahun 2010, BPKN telah menghasilkan rekomendasi yang bertujuan untuk mencegah kerugian konsumen yang sangat besar. Hal ini karena orientasi perlindungan konsumen dari BPKN bertolak dari informasi kerugian konsumen dari aspek K3L pada suatu produk yang menyangkut hajat hidup orang banyak dan berdasarkan banyaknya data pengaduan konsumen yang masuk. Rekomendasi-rekomendasi tersebut adalah : 1. Rekomendasi Permasalahan Nasabah Bank IFI dengan LPS BPKN menangani pengaduan dari kelompok eks nasabah Bank IFI yang dilikuidasi sejumlah 31 orang dengan jumlah rekening deposito senilai Rp ,- (Dua Puluh Lima Milyar Lima Ratus Enam Puluh Empat Ribu Lima Ratus Rupiah). Menyikapi pengaduan tersebut, BPKN merekomendasikan beberapa hal kunci, diantaranya bahwa Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) harus meninjau kembali kebijakan tidak layak bayar sehingga nasabah Bank IFI dapat memperoleh penjaminan penggantian akibat likuidasi tersebut. (Rekomendasi BPKN kepada Presiden Republik Indonesia dan Kepala Eksekutif Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) dalam Surat No. 70 dan 71/BPKN/5/2010). 2. Rekomendasi Permasalahan Kebijakan PT. PLN tentang sistem Payment Point Online Bank (PPOB) Pengaduan dari Himpunan Lembaga Konsumen Indonesia (HLKI) se-jawa Barat tentang sistem PPOB telah ditanggapi oleh BPKN bahwa kebijakan PT. PLN dalam memberikan pelayanan administrasi pembayaran listrik tersebut perlu untuk ditinjau kembali karena dirasa merugikan konsumen dengan memungut biaya administrasi tanpa persetujuan konsumen. (Rekomendasi BPKN kepada Direktur Utama PT. PLN dan Menteri Koordinator Perekonomian dalam Surat No. 73/BPKN/5/2010). 3. Rekomendasi Permasalahan Penggunaan Tabung Gas LPG 3 Kg dan 12 Kg Maraknya kasus ledakan tabung gas yang hingga kini telah banyak membawa kerugian jiwa dan harta konsumen menjadi perhatian serius BPKN. Beberapa rekomendasi utama diantaranya mengenai: (a) perangkat tabung gas perlu dikenai wajib label; (b) Program penggantian perangkat aksesoris LPG 3 kg tetap dilanjutkan dimana biaya seharusnya tidak dibebankan kepada konsumen melainkan tetap menjadi tanggung jawab pemerintah sebagai kelanjutan dari program konversi, (c) PT. PERTAMINA mengawasi dan menarik perangkat aksesoris yang tidak standar untuk diganti dengan yang baru dan sudah ber-sni secara gratis kepada konsumen. (Rekomendasi BPKN kepada Menteri Perdagangan dalam Surat No. 105 dan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dalam surat No. 114/BPKN/8/2010). 4

5 4. Rekomendasi Permasalahan Perparkiran Mencermati banyaknya kerugian konsumen akibat hilangnya kendaraan di area parkir dan ketidakjelasan tanggungjawab pelaku usaha di dalam tiket parkir yang merupakan klausula baku, BPKN merekomendasikan kepada Gubernur DKI Jakarta agar merevisi Perda no. 5 Tahun 1999 tentang Perparkiran sehingga pengelola parkir bertanggungjawab mengganti kendaraan yang hilang di area parkir, dengan berpedoman pada putusan Mahkamah Agung terkait jasa pengelolaan parkir. (Rekomendasi BPKN kepada Gubernur DKI Jakarta dalam Surat No. 123/BPKN/8/2010). 5. Rekomendasi Permasalahan Pelayanan Rumah Sakit Fenomena meningkatnya pengaduan konsumen di berbagai media terhadap pelayanan rumah sakit menunjukkan bahwa posisi konsumen sebagai pasien masih menjadi pihak yang kerap dirugikan. Untuk itu BPKN merekomendasikan kepada Menteri Kesehatan untuk meninjau kembali kebijakan standar pelayanan rumah sakit yang dapat memberikan jaminan hak-hak pasien secara penuh. (Rekomendasi BPKN kepada Menteri Kesehatan dalam Surat No. 194/BPKN/12/2010). 6. Rekomendasi Permasalahan Implementasi SNI Wajib Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) Hasil pencermatan BPKN di beberapa tempat penjualan AMDK, ditemukan produk AMDK yang masih mencantumkan SNI wajib AMDK yang lama yaitu SNI , yang seyogyanya harus sudah dicantumkan SNI Wajib AMDK yang baru yakni SNI pada kemasan produk. Untuk itu, BPKN merekomendasikan kepada Kementerian Perindustrian agar dapat mengingatkan pelaku usaha untuk segera menerapkan SNI Wajib AMDK yang baru. (Rekomendasi BPKN kepada Menteri Perindustrian dalam Surat No. 191/BPKN/12/2010). 7. Rekomendasi Permasalahan Implementasi Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Kerugian konsumen terjadi akibat pengenaan PPN pada barang kebutuhan pokok, makanan dan minuman sebagaimana diatur dalam UU No. 42 Tahun 2009 yang diterapkan secara berbeda di berbagai tempat perbelanjaan, hotel dan restoran. Menyikapi hal tersebut, BPKN merekomendasikan kepada Menteri Keuangan untuk segera membuat petunjuk teknis yang memperjelas implementasi UU tersebut dan melakukan pengawasan serta pembinaan di daerah terhadap pengenaan PPN dan pajak daerah berikut retribusinya. (Rekomendasi BPKN kepada Menteri Keuangan dalam Surat No. 193/BPKN/12/2010). 8. Rekomendasi Permasalahan Mainan Anak Berdasarkan hasil pencermatan BPKN, masih banyak mainan anak yang membahayakan keselamatan atau kesehatan, antara lain karena bentuknya tajam atau runcing, terlalu elastis, mudah tertelan, dan mudah patah. Dalam tiga bulan terakhir, mencuat kasus yang disebabkan oleh mainan pistol-pistolan dan berakibat cideranya anak-anak, seperti kasus yang terjadi di Jakarta dan Padang yang telah menciderai 20 orang anak dimana 8 diantaranya terancam mengalami kebutaan. Untuk itu, BPKN merekomendasikan kepada Menteri Perindustrian untuk segera menerapkan SNI Mainan Anak secara wajib. (Rekomendasi BPKN kepada Menteri Perindustrian dalam Surat No. 192/BPKN/12/2010). 5

6 9. Rekomendasi Permasalahan Kebijakan Public Service Obligation (PSO) dalam Pelayanan Kereta Api kelas Ekonomi Masih rendahnya mutu pelayanan dan tingginya kecelakaan kereta api menunjukkan pentingnya pembenahan dalam pengelolaan dana PSO dan pengaturan yang tegas terhadap Standar Pelayanan Minimal (SPM) agar dapat mewujudkan kereta api sebagai moda yang aman, nyaman dan selamat bagi konsumen. (Rekomendasi BPKN kepada Menteri Perhubungan dalam Surat No. 195/BPKN/12/2010). Dari beberapa rekomendasi tersebut, beberapa diantaranya telah direspon dan ditindaklanjuti antara lain penanganan masalah perparkiran, Bank IFI dan PPOB. RENCANA KERJA 2011 Sejalan dengan tugas dan fungsinya, pada tahun 2011, BPKN akan mempertegas perannya sebagai mitra Pemerintah yang memberikan saran dan rekomendasi dalam mengembangkan perlindungan konsumen di Indonesia. Beberapa isu strategis ke depan yang akan menjadi perhatian antara lain : (1) perlunya suatu Strategi Pengembangan Kebijakan Edukasi Konsumen Nasional. Hal ini penting untuk membangun daya dukung terhadap kebijakan perlindungan konsumen, yang diberlakukan sesuai dengan derajat/tingkat kebutuhan informasi konsumen, sehingga penerapan kebijakan tersebut berhasil guna. (2) perlunya pengawasan dalam penyusunan klausula baku yang akan diterapkan oleh pelaku usaha. Hal ini terkait dengan tingginya pengaduan konsumen dalam implementasi klausula baku di sejumlah bidang usaha, seperti: asuransi, perumahan, pembiayaan konsumen, jasa penerbangan, jasa kereta api. (3) kerjasama dengan Bank Indonesia dalam upaya pengembangan mediasi kasus-kasus perbankan serta sosialisasi dan edukasi. Selain itu, Pencanangan Hari Konsumen Nasional (HKN) menjadi salah satu program utama BPKN di tahun 2011 sebagai upaya mendorong budaya konsumen cerdas dan memperkuat komitmen politik dari pemerintah untuk mengembangkan upaya perlindungan konsumen. Di beberapa negara, HKN juga telah menjadi agenda tahunan dengan sebutan lain Hari Pengguna atau Consumer Day yang diperingati tiap tahunnya seperti: di Malaysia setiap tanggal 26 Juli; di Korea Selatan setiap tanggal 3 Desember; di Taiwan setiap tanggal 19 Maret; dan di India setiap tanggal 24 Desember. Pada intinya perayaan tersebut dilaksanakan untuk memupuk kesadaran dan peran aktif masyarakat dalam upaya perlindungan konsumen. --- selesai --- Informasi lebih lanjut hubungi Koordinator Komisi Komunikasi dan Edukasi Badan Perlindungan Konsumen Nasional Telp/Fax: , , srie_at@bpkn.go.id, setbpkn@bpkn.go.id 6