BAB 1 PENDAHULUAN. Towsend (2009) mengatakan usia remaja adalah 12 sampai 20 tahun.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 1 PENDAHULUAN. Towsend (2009) mengatakan usia remaja adalah 12 sampai 20 tahun."

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosialemosional (Santrock, 2007). Wong (2009) menyatakan usia remaja sekitar 11 sampai 12 tahun dan berakhir pada usia 18 sampai 20 tahun. Hurlock (2008) membagi masa remaja menjadi dua yaitu masa remaja awal (13 hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17 tahun hingga 18 tahun). Towsend (2009) mengatakan usia remaja adalah 12 sampai 20 tahun. Para ahli perkembangan membedakan masa remaja menjadi periode awal dan periode akhir. Masa remaja awal terjadi perubahan di otak yang memungkinkan kemajuan dalam berfikir, perubahan fisik yang signifikan, mulai ada ketertarikan pada lawan jenis. Sedangkan masa remaja akhir kurang lebih terjadi pada pertengahan dasawarsa yang ke dua dari kehidupan. Minat karir, pacaran, dan eksplorasi identitas sering kali lebih menonjol pada masa remaja akhir dibandingkan dengan masa remaja awal. Tercapainya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi biologik. Tingkat tercapainya potensi biologik seorang remaja merupakan hasil interaksi antara faktor genetik dan lingkungan biofisikopsikososial. Jika dipandang dari aspek psikologis dan sosialnya, masa remaja adalah suatu fenomena fisik yang berhubungan dengan pubertas. Perubahan 1

2 2 pubertas ini lebih mengarah pada perubahan fisik. Perubahan ini yang sering menimbulkan masalah pada remaja, perubahan fisik yang dialami remaja mempengaruhi keadaan psikologis seperti perubahan fisik yang terjadi berkaitan dengan masalah penampilan. Permasalahan yang muncul pada diri remaja dapat juga dipengaruhi oleh kurangnya komunikasi dengan orang tua. Hal ini dikarenakan kurang adanya keterbukaan antara orang tua dengan remaja dan kurangnya pengetahuan yang dimiliki orang tua atau terhambat oleh sopan santun atau rasa malu. Kesenjangan yang sering berkembang antara remaja awal dan orang tua menghalangi remaja awal bertanya mengenai perubahan yang terjadi pada tubuhnya. Perubahan yang terjadi dapat mempengaruhi kepercayaan diri remaja, karena kurangnya informasi yang diterima. Hal ini sebagai akibat dari ketidakmatangan sosial dan kognitif (daya pikir) mereka, dihubungkan dengan perkembangan fisik yang lebih awal. Masa remaja adalah usia dimana individu berinteraksi dengan masyarakat. Seorang remaja menurut (Sarwono, 2006) harus memiliki interaksi sosial yang baik dengan lingkungannya. Interaksi sosial di kalangan remaja yaitu interaksi yang terjadi antara remaja dengan teman sebaya, remaja dengan lingkungan keluarga dan remaja dengan orang tua. Lingkungan keluarga adalah faktor utama yang sangat dibutuhkan oleh anak dalam proses perkembangan sosialnya yaitu kebutuhan akan rasa aman, dihargai, disayangi, diterima dan kebebasan untuk menyatakan diri dalam

3 3 keluarga (Ali & Asrori, 2012). Selain keluarga remaja juga sangat perlu untuk berinteraksi dengan orang lain. Interaksi sosial adalah titik awal berlangsungnya suatu peristiwa sosial. Menurut (Kolopaking dkk, 2003), interaksi sosial merupakan hubungan antara orang peroangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang-perorangan dengan kelompok manusia. Kontak antara orang-perorang menurut Rakhmat (2004) dapat dikatakan sebagai kegiatan komunikasi interpersonal, hubungan beberapa orang yang terjadi diantara mereka dapat dikatakan sebagai komunikasi kelompok. kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu (a) antara orang perorangan, misalnya antara seorang santri dengan temannya, (b) antara orang perorangan dengan suatu kelompok, misalnya antara seorang santri dengan keluarganya, dan (c) antara suatu kelompok dengan kelompok lainnya, misalnya antara kelompok santri asal dengan ustad/ustadzah. Dalam berkomunikasi tentunya seseorang harus memiliki kemampuan komunikasi. Hal ini merupakan hal penting bagi seseorang dan terutama untuk remaja. kemampuan komunikasi adalah kemampuan seseorang dalam penyampaian informasinya dengan menggunakan bahasa yang dapat diterima dan memadai secara umum (Kridalaksana, 2000). Remaja yang memiliki kemampuan komunikasi yang baik mampu mengatasi dan mengarahkan dirinya, memperhatikan dunia luar. Kemampuan komunikasi yang dimiliki oleh remaja harus dikembangkan sehingga remaja memiliki kemampuan komunikasi yang baik (Rakhmat, 2007).

4 4 Aspek- aspek komunikasi menurut De Vito (2011) meliputi keterbukaan, empati, sikap suportif, perasaan positif dan kesetaraan. Keterbukaan menunjukkan keinginan untuk membuka diri atau berbagi infomasi yang biasanya ditutupi oleh seseorang, Empati dimaksudkan kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain atau mencoba merasakan apa yang sedang dialami oleh orang lain. Sikap suportif dapat menciptakan suasana sehingga individu menjadi bebas dan tidak malu dalam mengungkapkan perasaan. Perasaan positif dalam hal ini memberikan penghargaan yang positif untuk seseorang atau orang lain dengan memberikan respon yang positif. Komunikasi akan berlangsung efektif jika situasi yang diciptakan antara pembicara dan pendengar sejajar. Dalam proses pembentukan kemampuan komunikasi remaja dibutuhkan dukungan. Santrock (2006) mengemukakan bahwa dukungan sosial adalah sebuah informasi atau tanggapan dari pihak lain yang disayangi dan dicintai yang menghargai dan menghormati dan mencakup suatu hubungan komunikasi dan situasi yang saling bergantung. (Sarwono, 2006), seorang remaja harus memiliki interaksi sosial yang baik dengan lingkungannya. Interaksi sosial di kalangan remaja yaitu interaksi yang terjadi antara remaja dengan teman sebaya, remaja dengan lingkungan keluarga dan remaja dengan orang tua. Lingkungan keluarga adalah faktor utama yang sangat dibutuhkan oleh anak dalam proses perkembangan sosialnya yaitu kebutuhan akan rasa aman, dihargai, disayangi, diterima dan kebebasan untuk menyatakan diri dalam keluarga (Ali & Asrori, 2012).

5 5 Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Molaei Fini dan Shikhi (2015). Dengan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kemampuan komunikasi dan kesehatan mental dengan prestasi kerja staf Melli Bank of Bandar Abbas pada tahun Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kemampuan komunikasi (p = 0,001) dimensi kesehatan mental (p = 0,001) prestasi kerja. Oleh karena itu, keterampilan komunikasi dan dimensi kesehatan mental merupakan indikator yang baik untuk menjelaskan prestasi kerja para staf. Seiring dengan masa perkembangannya, remaja memiliki tugas perkembangan yang mana dituntut untuk mempersiapkan diri dalam memasuki masa tersebut agar remaja dapat memiliki keutuhan pribadi dalam arti yang seluas-luasnya (Sarwono, 2011). adanya perubahan tugas yang dialami masa perkembangan ini menjadikan beban dalam kehidupannya. Sebagaimana dinyatakan oleh Sofia (2009) bahwa pertumbuhan fisik masa remaja akan diikuti oleh adanya gejolak dan permasalahan baik secara medis maupun psikososial. Gejolak dan permasalahan ini dapat disebabkan oleh kondisi remaja yang sedang mencari jati diri terhadap norma-norma baru yang berlaku di dalam lingkungannya. Mengembangkan jati diri remaja salah satunya dapat dikembangkan melalui proses pendidikan. Pendidikan menurut UU No. 20 tahun 2003 Pasal 13 ayat 1 dinyatakan bahwa jalur pendidikan terdiri dari pendidikan formal, non-formal dan informal. Pondok pesantren adalah salah satu lembaga pendidikan non formal.

6 6 Secara umum pondok pesantren dibagi menjadi dua yaitu pondok pesantren tradisional (salafi) dan pondok pesantren modern (khalafi). Pondok Pesantren tradisional mengajarkan pengajaran kitab-kitab Islam klasik tanpa mengajarkan pengajaran pengetahuan umum, sedangkan pesantren modern telah memasukkan pengajaran pengetahuan umum dalam lingkungan pesantren dengan sistem pendidikan klasikal (Dhofier, 2011). Pondok Pesantren Darul Mujahadah merupakan pondok Pesantren modern. Sistem pendidikan yang diajarkan tentang kitab-kitab klasik dan juga mengajarkan pengajaran pengetahuan umum seperti mata pelajaran ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan sosial. Selain sistem pengajaran, Pondok Darul Mujahadah mengajarkan penguasaan bahasa lisan yang dipraktekkan untuk kehidupan sehari-hari seperti diwajibkan untuk menggunakan bahasa Inggris dan Arab selama satu minggu secara bergantian. Remaja yang tinggal di Pondok Pesantren atau tidak tinggal di Pesantren keduanya sama-sama memiliki syarat mutlak untuk terjadinya interaksi sosial yaitu adanya interaksi sosial atau adanya komunikasi. Interaksi sosial tidak hanya dengan anggota keluarga, tetapi juga terjadi dengan orang lain di luar keluarga seperti teman atau masyarakat sekitar tempat tinggal. Di lingkungan Pondok Pesantren para santri dapat melakukan kontak sosial dan komunikasi dengan sesama santri, pengurus pesantren, dan ustad/ustadzah. Hal ini sama seperti remaja yang tinggal bersama keluarga. Menurut penlitian oleh Pratama (2013) tentang pola komunikasi bagi santri di lingkungan Pondok Pesantren An-Nawawi dengan hasil penelitian

7 7 menunjukan bahwa 1) pola komunikasi antar individu di dalam komunitas pondok pesantren An-Nawawi berpengaruh besar dengan dilatar belakangi oleh pendidikan kyai dan para pengasuhnya, 2) faktor pendukung a) adanya penerapan tauladan yang baik dari pendiri pondok, dukungan dari pengasuh, hubungan baik antar pengasuh dan orang tua wali, dan adanya kritikan yang bersifat membangun dan saran dari setiap kalangan b) sikap yang kurang dewasa, komunikasi yang terbatas, perbedaan budaya, santri yang terasa asing dengan tradisi dan peraturan-peraturan, dan salah dalam pergaulan. Menurut observasi pada remaja dipondok dan yang tinggal di luar pondok, remaja yang tinggal bersama keluarga sudah terbiasa beradaptasi dengan remaja tanpa ada batas dan peraturan, mereka lebih mempunyai banyak pengalaman dalam berinteraksi dengan orang lain. Berbeda dengan remaja yang tinggal di Pondok Pesantren, mereka cenderung jika keluar pondok merasa mempunyai keterbatasan komunikasi dengan remaja diluar Pondok Pesantren, mereka merasa malu dan menganggap kehidupan mereka berbeda dengan remaja yang tinggal dirumah. Remaja yang tinggal di pondok mereka hanya merasa nyaman jika berbicara dengan teman sebaya dipondoknya. Jadi santri memiliki kecenderungan memiliki rasa tidak percaya diri untuk berkomunikasi dengan orang lain. Di Pondok Pesantren Darul Mujahadah Margasari terdapat berbagai kegiatan yang mana melatih kemampuan komunikasi seperti muhadatsah (percakapan) setiap satu minggu dua kali, mukhadoroh (perkumpulan) dilaksanakan pada hari Kamis dan malam Jumat, serta berkomunikasi dengan

8 8 menggunakan bahasa Arab dan Inggris setiap harinya, begitu pun dengan perlombaan yang diadakan di Pondok. Namun tidak banyak santri yang merasa dirinya tidak percaya diri dan sangat membutuhkan dukungan orang yang disayanginya seperti keluarga dan teman dekatnya di Pondok akan tetapi dukungan keluarga tidak bisa mereka dapatkan setiap hari dikarenakan mereka tidak tinggal bersama keluarga. Remaja akan merasa minder, kurang percaya diri jika merasa ada kekurangan yang ada pada dirinya. Jika hal ini terjadi pada mereka bisa menimbulkan keinginan untuk menutup diri, selain karena konsep diri yang negatif timbul dari kurangnya kepercayaan kepada kemampuan mereka sendiri. Orang yang tidak menyenangi dirinya sendiri merasa bahwa dirinya tidak akan mampu mengatasi persoalan. Hal ini timbul karena kurangnya komunikasi dengan orang tua atau orang dewasa lain dalam memecahkan masalahnya. Walaupun remaja yang tinggal dipondok tidak tinggal dengan orang tuanya akan tetapi mereka bisa berinteraksi dengan teman-teman, ustad/ustadzah, serta pengasuh pondok lainnya. Oleh karena itu untuk dapat mengatasi ketakutan dan kegalauan atas semua perubahan baik fisik maupun psikis, serta mampu melaksanakan tugas perkembangan pada masa remaja, hendaknya remaja mampu mengenali, memahami, menerima keadaan dirinya, yang tentunya sangat membutuhkan pengertian dan dukungan dari pihak orang dewasa, khususnya keluarga.

9 9 Menurut penelitian oleh Nurjanah (2011) hasil penelitian menunjukan bahwa identitas diri remaja meningkat sebanyak 5,13 poin ( pvalue< 0,05) pada kelompok intervensi setelah mendapatkan terapi generalis dan keterampilan sosial yang dilakukan dalam 5 sesi. Penelitian ini merekomendasikan perlunya terapi generalis dan keterampilan sosial untuk meningkatkan pencapaian identitas diri remaja. Kenaikan poin yang menunjukan pencapaian identitas diri ditunjukan pada kelompok yang diberikan terapi generalis dan latihan keterampilan sosial. oleh karena itu terapi generalis dan pelatihan ketrampilan sosial perlu dilakukan untuk pencapaian identitas diri. Fateme Nequee, dkk (2013) melakukan penelitian pada SMA di kota Mahallat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sepuluh sesi pelatihan keterampilan yang efektif dalam meningkatkan kemampuan orang (P <0/0001) Dengan kata lain; metode ini bisa meningkatkan keterampilan sosial yang positif dan mengurangi keterampilan negatif di kalangan mahasiswa. Temuan mengungkapkan bahwa lokakarya diterapkan pada kelompok eksperimen (30 = n) telah efektif. Membandingkan skor pre-test dan post-test dari kelompok eksperimen dan membandingkan dengan kelompok kontrol menunjukkan peningkatan yang signifikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode pelatihan keterampilan sosial meningkat keterampilan sosial yang positif dan penurunan keterampilan sosial negatif dalam kelompok intervensi.

10 10 Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 2 Oktober 2016 Di Pondok Pesantren Darul Mujahadah Margasari pada santri dan ustadzah melalui wawancara, didapatkan permasalahan yang ada di pondok pesantren tersebut diantaranya terdapat santri yang ketika berbicara dengan ustad/ustdzah menunduk seperti tidak berani menatap wajah, dan juga terdapat santri yang memiliki ketidak percayaan diri santri dalam menunjukan kemampuan karena di pondok pesantren tersebut banyak kegiatan yang membutuhkan kepercayaan diri diantaranya latihan berpidato setiap seminggu satu kali, muhadatsah (percakapan) setiap seminggu dua kali, dari tiga santri yang diwawancarai terdapat dua santri yang mengatakan jika ada masalah ia lebih nyaman bercerita dengan temannya dan satu santri memilih untuk tidak cerita dengan teman atau ustadzahnya, ia lebih memilih untuk memceritakannya dengan orang tuanya, bermain peran dalam kegiatan lomba drama bahasa dan lain sebagainya. Selain peneliti mendapatkan informasi dari pengasuh pondok pesantren peneliti pun mengobservasi keseharian remaja, dan peneliti sebagai alumni pondok pesantren Darul Mujahadah oleh karena itu peneliti mengambil permaslaahan yang ada dipondok. Berdasarkan permasalahan diatas dapat disimpulkan bahwa santri yang memiliki ketidak percayaan diri dalam berkomunikasi membutuhkan pelatihan keterampilan sosial terhadap kemampuan komunikasi bagi remaja pondok pesantren.

11 11 Dari latar belakang yang telah dipaparkan peneliti diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan pelatihan keterampilan sosial terhadap kemampuan komunikasi pada remaja di Pondok Pesantren Darul Mujahadah. B. Rumusan Masalah Apakah ada pengaruh pelatihan keterampilan sosial terhadap kemampuan komunikasi pada remaja di pondok pesantren Darul Mujahadah? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis pengaruh pelatihan keterampilan terhadap kemampuan komunikasi pada remaja di pondok pesantren Darul Mujahadah 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan karakteristik remaja di pondok pesantren Darul Mujahadah b. Mendeskripsikan kemampuan komunikasi remaja kelompok intervensi dan kontrol sebelum dilakukan pelatihan keterampilan sosial pada kelompok intervensi. c. Mendeskripsikan kemampuan komunikasi remaja kelompok intervensi dan kontrol sesudah dilakukan pelatihan keterampilan sosial pada kelompok intervensi. d. Menganalisa perbedaan pelatihan keterampilan sosial terhadap kemampuan komunikasi remaja pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

12 12 e. Menganalisa pengaruh pelatihan keterampilan sosial terhadap kemampuan komunikasi remaja. D. Manfaat Penelitian a. Bagi santri Untuk meningkatkan kemampuan komunikasi pada santri di Pondok pesantren Darul Mujahadah. b. Bagi peneliti Dapat menambah wawasan tentang pengaruh keterampilan social terhadap kemampuan komunikasi pada remaja c. Bagi pengasuh Diharapkan bagi pengasuh pondok pesantren Darul mujahadah dapat memberikan motivasi dan dukungan kemampuan komunikasi terhadap remaja di pondok. d. Bagi profesi keperawatan Untuk menjadikannya sebagai dasar pertimbangan dalam menetapkan standar asuhan dan standar praktek keperawatan pada klien yang mempunyai kekurangan dalam berkomunikasi. E. Keaslian Penelitian 1. Nurjanah, S. (2011) dengan judul Pengaruh terapi generalis dan ketrampilan sosial terhadap pencapaian identitas diri remaja panti asuhan di kabupaten banyumas Penelitian desain quasi experimental with pre-post test control group melibatkan remaja usia tahun di 3 panti asuhan berjumlah 60 orang (30 orang

13 13 kelompok intervensi dan 30 orang control ) yang dipilih dengan purposive sampling. Hasil penelitian menunjukan identitas diri remaja meningkat sebanyak 5,13 poin ( p value < 0,05) pada kelompok interveni setelah mendapatkan terapi generalis dan keterampilan sosial. Penelitian ini merekomendasikan perlunya terapi generalis dan keterampilan sosial untuk meningkatkan pencapaian identitas diri remaja. Persamaan dengan penelitian di atas yaitu sama-sama memberikan keterampilan sosial pada remaja. perbedaan dengan penelitian diatas yaitu responden yang diteliti oleh Nurjanah (2011) adalah remaja panti asuhan, sedangkan responden dalam penelitian ini remaja pondok pesantren. 2. Pangesti, M. (2016) dengan judul Konseling Behavior dan Pelatihan Keterampilan Sosial untuk Meningkatkan Interaksi Sosial pada Pasien Skizofrenia Dalam penelitian ini menggunakan studi kasus. Pengumpulan data dengan menggunakan wawancara dan observasi serta pemberian alat tes berupa grafis, SSCT, WWQ, TAT, dan WAIS. SSCT yaitu salah satu test kepribadian non verbal yang bersifat proyektif. Subjek penelitian seorang laki-laki berusia 31 tahun yang mengalami gangguan skizofrenia. TAT ialah test proyeksi dalam yang pelaksanaannya subjek diberi 31 kartu dan dibagikan lalu subjek diperintahkan untuk menganalisis isi gambar tersebut. WAIS merupakan alat test dengan menggunakan test verbal

14 14 dan test performance, test ini dapat digunakan pada subjek yang mempunyai keterbatasan bicara. WWQ adalah salah satu test intelegence yang termasuk test individual dan test dengan menggunaka verbal dan non verbal. Intervensi yang diberikan sebanyak tujuh sesi. Hasil intervensi yang dilakukan menunjukan dampak positif pada diri subjek. Subjek dapat menyapa walaupun subjek masih merasa ragu ketika pertama kali memulai menyapa orang lain dan subjek juga dapat berbicara dengan orang lain dan mampu bernteraksi dengan orang lain. Persamaan dengan peneliti di atas yaitu sama-sama memberikan terapi keterampilan sosial. perbedaan dengan penelitian di atas yaitu responden dan desain penelitian. 3. Hapsari, M.I, Hasanat, N.UI. (2010) dengan judul efektifitas pelatihan ketrampilan sosial pada remaja dengan gangguan kecemasan sosial penelitian ini dilakukan terhadap 16 remaja (12 perempuan dan 4 laki-laki) 8 subjek sebagai kelompok eksperimen dan 8 sebagai kelompok kontrol. hasil penelitian setalah 6 bulan pelatihan ada perbedaan tingkat gangguan kecemasan social berdasarkan skor Skala Kecemasan Sosial Remaja (SKSR) digunakan dalam pengukuran pra perlakuan, segera sesudah perlakuan dan 6 bulan setelah perlakuan. pada kelompok eksperimen, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebagai waiting list. tingkat gangguan kecemasan sosial pada

15 15 kelompok eksperimen menunjukkan penurunan yang signifikan dibandingkan kelompok kontrol. jadi pelatihan ketrampilan sosial efektif untuk menurunkan tingkat gangguan kecemasan sosial pada kelompok usia remaja. Persamaan dengan peneliti di atas yaitu sama-sama memberikan terapi keterampilan sosial. perbedaan dengan penelitian di atas yaitu variabel dan desain penelitian. 4. Pratama, R.J. (2013) dengan judul pola komuniikasi bagi santri di lingkungan pondok pesantren an-nawawi berjan purworejo jawa tengah dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis datanya menggunakan deskriptif. Subjek penelitian ini sebanyak 16 subjek yang terdiri dari pimpinan pondok an-nawawi 3 ustad dan 2 ustadzah serta 5 santriwati dan 5 santriwan. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa 1) pola komunikasi antar individu di dalam komunitas pondok pesantren An-Nawawi berpengaruh besar dengan dilatar belakangi oleh pendidikan kyai dan para penagsuhnya 2) faktor pendukung a) adanya penerapan tauladan yang baik dari pendiri pondok, dukungan dari pengasuh, hubungan baik antar pengasuh dan orang tua wali, dan adanya kritikan yang bersifat membangun dan saran dari setiap kalangan b) sikap yang kurang dewasa, komunikasi yang

16 16 terbatas, perbedaan budaya, santri yang terasa asing dengan tradisi dan peraturan- peraturan, dan salah dalam pergaulan. Persamaan dengan peneliti diatas ialah variabel serta tempat penelitian dipondok pesantren. perbedaan dengan peneliti di atas adalah desain penelitian dan subjek penelitian. 5. Nequee, F., Rahmani, A., Jadidoleslam, S., & Rahimi, A. (2013) dengan judul the effectiveness of social skill training on communication empowering deprived students dalam penelitiannya mengungkapkan melakukan penelitian kepada siswa SMA di kota Mahallat dipilih secara acak dengan metode clustering dan dievaluasi dengan menggunakan keterampilan sosial persediaan pelatihan (Indrebitzen dan Foster, 1992). Menurut sejumlah keterampilan sosial Inventory dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok intervensi dan kelompok control, Anggota kelompok evaluasi sebelum dan setelah 10 sesi pelatihan. ANCOVA digunakan untuk perbandingan kelompok pre-test dan post-test. Secara umum, hasil penelitian menunjukkan bahwa metode pelatihan keterampilan sosial meningkat, keterampilan sosial yang positif dan penurunan keterampilan sosial negatif dalam kelompok intervensi. Persamaan dengan peneliti diatas ialah sama-sama melakukan pelatihan keterampilan sosial. perbedaan dengan peneliti di atas adalah desain penelitian dan subjek penelitian serta metode penelitian.

17 17 6. Molaei Fini, F., Shikhi Fini, AA (2015) dengan judul A Study on the Relationship between Communication Skills and Mental Health and Job Performance dalam penelitiannya mengungkapkan melakukan penelitian di karyawan kerja staf Melli Bank of Bandar Abbas pada tahun Populasi penelitian meliputi 560 subyek. Ukuran sampel yang dipilih menggunakan rumus Cochran, yang sama dengan 142 subjek. Sampel penelitian dipilih secara acak. Penelitian diperlukan data dikumpulkan dengan menggunakan metode lapangan. Spreitzer Psychological Pemberdayaan Angket (1990), Mental Kuesioner Kesehatan (SCL 90 R) dan Komunikasi Keterampilan Angket merupakan data alat koleksi penelitian. Uji regresi multivariat digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kemampuan komunikasi (p = 0,001) dan dimensi kesehatan mental (p = 0,001) dan prestasi kerja. Oleh karena itu, keterampilan komunikasi dan dimensi kesehatan mental merupakan indikator yang baik untuk menjelaskan prestasi kerja para staf. Persamaan dengan peneliti diatas ialah variabel. perbedaan dengan peneliti di atas adalah desain penelitian dan subjek penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah pada dasarnya merupakan lingkungan sosial yang berfungsi sebagai tempat bertemunya individu satu dengan yang lainnya dengan tujuan dan maksud yang

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7 PENELITIAN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7 Vivin Sabrina Pasaribu*, El Rahmayati*, Anita Puri* *Alumni Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang *Dosen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Penelitian. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Penelitian. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Penelitian 1. Variabel tergantung: Komitmen Organisasi 2. Variabel bebas: Komunikasi Interpersonal B. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Komitmen organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya, mengenal lingkungannya, dan mengenal masyarakat di sekitarnya. Remaja mulai memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. individu untuk dapat bersaing di zaman yang semakin maju. Pendidikan juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. individu untuk dapat bersaing di zaman yang semakin maju. Pendidikan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan seorang individu untuk dapat bersaing di zaman yang semakin maju. Pendidikan juga variatif seiring

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun (Suryanah, 1996). Menurut Havighurst salah satu tugas dan perkembangan. tersebut adalah melalui pendidikan formal di sekolah.

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun (Suryanah, 1996). Menurut Havighurst salah satu tugas dan perkembangan. tersebut adalah melalui pendidikan formal di sekolah. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum menikah. Ini ditetapkan berdasarkan pertimbangan usaha kesejahteraan sosial, kematangan pribadi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berhubungan dengan manusia lainnya dan mempunyai hasrat untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. berhubungan dengan manusia lainnya dan mempunyai hasrat untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada hakekatnya manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat lepas berhubungan dengan manusia lainnya dan mempunyai hasrat untuk berkomunikasi atau bergaul dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari hari, tanpa disadari individu sering kali bertemu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari hari, tanpa disadari individu sering kali bertemu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari hari, tanpa disadari individu sering kali bertemu dengan masalah, dan tanpa disadari pula berulang kali individu menemukan jalan keluar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Kecemasan Komunikasi Interpersonal. individu maupun kelompok. (Diah, 2010).

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Kecemasan Komunikasi Interpersonal. individu maupun kelompok. (Diah, 2010). BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kecemasan Komunikasi Interpersonal 2.1.1. Pengertian Kecemasan Komunikasi Interpersonal Burgoon dan Ruffner (1978) kecemasan komunikasi interpersonal adalah kondisi ketika individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain untuk bisa mempertahankan hidupnya. Proses kehidupan manusia yang dimulai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan koloni terkecil di dalam masyarakat dan dari keluargalah akan tercipta pribadi-pribadi tertentu yang akan membaur dalam satu masyarakat. Lingkungan

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab BAB IV PENUTUP 1. Kesimpulan Pesantren sebagai lembaga pendidikan agama Islam khas Indonesia merupakan pendidikan alternatif dari pendidikan formal yang dikelola oleh pemerintah. Pertama, karena pesantren

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sosialisasi merupakan suatu proses di dalam kehidupan seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sosialisasi merupakan suatu proses di dalam kehidupan seseorang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sosialisasi merupakan suatu proses di dalam kehidupan seseorang yang berlangsung seumur hidup untuk belajar menerima dan menyesuaikan diri dengan kebiasaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia merupakan suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi terhadap lingkungan. Penurunan yang terjadi berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ke arah positif maupun negatif, maka intervensi edukatif dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. ke arah positif maupun negatif, maka intervensi edukatif dalam bentuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja (adolescence) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosial emosional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah masa transisi antara masa anak-anak dan dewasa, di mana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya fertilitas, dan terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beradaptasi dengan baik terhadap kegiatan-kegiatan dan peraturan yang berlaku di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beradaptasi dengan baik terhadap kegiatan-kegiatan dan peraturan yang berlaku di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan di pondok pesantren berbeda dengan kehidupan anak pada umumnya. Di pondok pesantren, santri atau peserta didik dituntut untuk dapat beradaptasi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rentang kehidupan individu mengalami fase perkembangan mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Rentang kehidupan individu mengalami fase perkembangan mulai dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rentang kehidupan individu mengalami fase perkembangan mulai dari masa pranatal, bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, dan masa tua. Masing-masing fase memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. santri yang dengan awalan pe didepan dan akhiran an berarti tempat tinggal para

BAB I PENDAHULUAN. santri yang dengan awalan pe didepan dan akhiran an berarti tempat tinggal para BAB I PENDAHULUAN Sebelum tahun 1960-an, pusat-pusat pendidikan pesantren di Indonesia lebih dikenal dengan nama pondok pesantren. Istilah pondok berasal dari bahasa Arab, funduq, yang artinya hotel atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian. Dalam metode penelitian dijelaskan tentang urutan suatu penelitian yang dilakukan yaitu dengan teknik dan

Lebih terperinci

PENGARUH BERMAIN PERAN TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI PADA ANAK DI TK KHUSNUL KHOTIMAH SEMARANG

PENGARUH BERMAIN PERAN TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI PADA ANAK DI TK KHUSNUL KHOTIMAH SEMARANG PENGARUH BERMAIN PERAN TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI PADA ANAK DI TK KHUSNUL KHOTIMAH SEMARANG Manuscript OLEH : Sri Utami G2A009102 PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mega Sri Purwanida, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mega Sri Purwanida, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu periode dalam rentang kehidupan individu, masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang disebut juga masa transisi. Siswa SMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh menjadi dewasa. Menurut Hurlock (2002:108) bahwa remaja. mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh menjadi dewasa. Menurut Hurlock (2002:108) bahwa remaja. mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Remaja seringkali diartikan sebagai masa transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa, yang dimasuki pada usia kira-kira 10 hingga 12 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berinteraksi dengan manusia lainnya. Masing-masing individu yang berinteraksi akan memberikan respon yang berbeda atas peristiwa-peristiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan dengan manusia lainnya, hubungan

BAB I PENDAHULUAN. dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan dengan manusia lainnya, hubungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan dengan manusia lainnya, hubungan dengan manusia lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional mengharapkan upaya pendidikan formal di sekolah mampu membentuk pribadi peserta didik menjadi manusia yang sehat dan produktif. Pribadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Di usia remaja antara 10-13 tahun hingga 18-22 tahun (Santrock, 1998), secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tumbuh kembang merupakan proses yang terjadi secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tumbuh kembang merupakan proses yang terjadi secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tumbuh kembang merupakan proses yang terjadi secara berkesinambungan dan saling berkaitan yang berlangsung secara teratur dimulai sejak konsepsi sampai dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nurul Fahmi,2014 EFEKTIVITAS PERMAINAN KELOMPOK UNTUK MENGEMBANGKAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Nurul Fahmi,2014 EFEKTIVITAS PERMAINAN KELOMPOK UNTUK MENGEMBANGKAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aktivitas anak tidak lepas dari kegiatan bermain dan permainan, kegiatan tersebut dapat mengembangkan interaksi dengan orang lain dan menjalin hubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun psikis. Menurut Paul dan White (dalam Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun psikis. Menurut Paul dan White (dalam Santrock, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk yang tidak pernah berhenti berubah, semenjak pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan baik dalam kemampuan fisik maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya diri dalam beberapa situasi, dan ketakutan dalam situasi lainnya, merasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical Manual of Mental Disorder, 4th edition) adalah perilaku atau sindrom psikologis klinis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup tanpa

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup tanpa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup tanpa manusia lain dan senantiasa berusaha untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Hubungan antar manusia merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN hingga (Unicef Indonesia, 2012). Menurut Departemen Sosial

BAB I PENDAHULUAN hingga (Unicef Indonesia, 2012). Menurut Departemen Sosial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah panti asuhan terbesar di dunia dengan perkiraan jumlah lembaga pengasuhan anak pada tahun 2007 sekitar 5.250 hingga 8.610 (Unicef

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dimana ada pemberian perlakuan (treatment) terhadap variabel dependent.

BAB III METODE PENELITIAN. dimana ada pemberian perlakuan (treatment) terhadap variabel dependent. 1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Sistematika Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen (quasi experiment atau eksperimen semu). Penelitian ekperimen adalah penelitian dimana ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya selain sebagai makhluk individu, manusia juga merupakan makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat. Perubahan dari bentuk tubuh kanak-kanak pada umumnya ke

BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat. Perubahan dari bentuk tubuh kanak-kanak pada umumnya ke BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa dimana seseorang mengalami perubahan sangat cepat. Perubahan dari bentuk tubuh kanak-kanak pada umumnya ke arah bentuk tubuh orang

Lebih terperinci

KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL ANTARA REMAJA YANG TINGGAL DI PONDOK PESANTREN DENGAN YANG TINGGAL BERSAMA KELUARGA

KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL ANTARA REMAJA YANG TINGGAL DI PONDOK PESANTREN DENGAN YANG TINGGAL BERSAMA KELUARGA KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL ANTARA REMAJA YANG TINGGAL DI PONDOK PESANTREN DENGAN YANG TINGGAL BERSAMA KELUARGA Virgia Ningrum Fatnar, Choirul Anam Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan virgia_nfatnar@yahoo.com

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF MENGGUNAKAN PENDEKATAN BEHAVIORAL DENGAN LATIHAN ASERTIF PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SALATIGA

MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF MENGGUNAKAN PENDEKATAN BEHAVIORAL DENGAN LATIHAN ASERTIF PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SALATIGA MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF MENGGUNAKAN PENDEKATAN BEHAVIORAL DENGAN LATIHAN ASERTIF PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SALATIGA Ertik Indrawati, Setyorini dan Sumardjono Padmomartono Program Studi S1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan sering menilai seseorang berdasarkan pakaian, cara bicara, cara berjalan, dan bentuk tubuh. Lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Lokasi Penelitian Madrasah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta adalah lembaga pendidikan khusus putri yang dirintis dan didirikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisik seperti sakit perut, jantung berdebar, otot tegang dan muka merah. Lalu

BAB I PENDAHULUAN. fisik seperti sakit perut, jantung berdebar, otot tegang dan muka merah. Lalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kecemasan merupakan suatu keadaan jiwa yang dikarekteristikkan oleh emosi negatif yang kuat dan mengatasi rasa takut dimasa depan. Biasanya ditandai dengan gejala kecemasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Pendidikan tidak hanya bertindak sebagai alat yang dapat meningkatkan kapasitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pesantren adalah tempat para santri (Dhofier, 2011). Pesantren sendiri berasal dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Pesantren adalah tempat para santri (Dhofier, 2011). Pesantren sendiri berasal dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesantren adalah tempat para santri (Dhofier, 2011). Pesantren sendiri berasal dari kata santri, yaitu seorang yang belajar agama islam, atau tempat orang berkumpul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pengurus pondok pesantren tersebut. Pesantren memiliki tradisi kuat. pendahulunya dari generasi ke generasi.

BAB I PENDAHULUAN. dan pengurus pondok pesantren tersebut. Pesantren memiliki tradisi kuat. pendahulunya dari generasi ke generasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa yang penuh dengan kekalutan emosi, instropeksi yang berlebihan, kisah yang besar, dan sensitivitas yang tinggi. Masa remaja adalah masa pemberontakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. didapatkan 10 siswa termasuk dalam kategori sangat rendah dan rendah yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. didapatkan 10 siswa termasuk dalam kategori sangat rendah dan rendah yang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Salatiga. Subjek dalam penelitian ini adalah kelas IX A dan Kelas IX B yang berjumlah

Lebih terperinci

BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. mendirikan jenjang SMP. Keinginan itu bukan hanya datang dari para

BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. mendirikan jenjang SMP. Keinginan itu bukan hanya datang dari para 42 BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A. Gambaran Umum Objek Penelitian Desakan untuk menyelenggarakan pendidikan yang berkelanjutan dan utuh mulai dari jenjang KB, TK, dan SD, membuat LPF

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan belajar siswa. Oleh karena itu, jalannya proses pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan belajar siswa. Oleh karena itu, jalannya proses pembelajaran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah yang muncul dalam proses pembelajaran sangat bergantung pada kemampuan seorang guru dalam meningkatkan kemampuan belajar siswa. Oleh karena itu, jalannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kualitas sumber daya manusia sangat diperlukan untuk menunjang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kualitas sumber daya manusia sangat diperlukan untuk menunjang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas sumber daya manusia sangat diperlukan untuk menunjang keberhasilan pembangunan suatu bangsa. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dasarnya, manusia berkembang dari masa oral, masa kanak-kanak, masa

I. PENDAHULUAN. dasarnya, manusia berkembang dari masa oral, masa kanak-kanak, masa 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Pada dasarnya, manusia berkembang dari masa oral, masa kanak-kanak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peserta tingkat pendidikan ini berusia 12 hingga 15 tahun. Dimana pada usia

BAB I PENDAHULUAN. peserta tingkat pendidikan ini berusia 12 hingga 15 tahun. Dimana pada usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah Menengah Pertama (SMP) merupakan tingkat pendidikan dasar secara formal setelah melalui tingkat sekolah dasar. Pada umumnya peserta tingkat pendidikan ini berusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari tahapan demi tahapan perkembangan yang harus dilalui. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari tahapan demi tahapan perkembangan yang harus dilalui. Perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi untuk bertahan dan melanjutkan tugas dalam setiap tahap perkembangannya. Remaja tidak terlepas dari tahapan demi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek penelitian ini adalah 12 siswa yang hasil pre-testnya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek penelitian ini adalah 12 siswa yang hasil pre-testnya BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah 12 siswa yang hasil pre-testnya menunjukkan percaya diri siswa yang rendah. Dari 12 siswa dibagi menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Remaja mengalami perkembangan begitu pesat, baik secara fisik maupun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Remaja mengalami perkembangan begitu pesat, baik secara fisik maupun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja mengalami perkembangan begitu pesat, baik secara fisik maupun psikologis. Perkembangan secara fisik ditandai dengan semakin matangnya organ -organ

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Fokus Masalah Banyak orang beranggapan bahwa berkomunikasi/berpidato adalah sesuatu yang mudah dilakukan. Tetapi ketika seseorang dihadapkan pada situasi yang mendesak dan menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dimana pada masa ini akan terjadi perubahan fisik, mental, dan psikososial yang cepat

Lebih terperinci

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA PENGARUH TERAPI KOGNITIF TERHADAP PENURUNAN RESPON DEPRESI PADA PASIEN KUSTA Ns. Erti Ikhtiarini Dewi, M.Kep. Sp.Kep.J 0028108104 PROGRAM STUDI ILMU

Lebih terperinci

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DIRI DENGAN KOMPETENSI INTERPERSONAL PADA REMAJA PANTI ASUHAN SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Layanan bimbingan pada dasarnya upaya peserta didik termasuk remaja untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi termasuk masalah penerimaan diri. Bimbingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu kemampuan memahami

Lebih terperinci

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan jalur pendidikan formal yang berfungsi untuk mendidik, mengajar dan melatih siswa mempersiapkan dirinya di masa yang akan datang. Sekolah Menengah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Hakikat manusia adalah sebagai makhluk sosial, oleh karena itu setiap manusia tidak lepas dari kontak sosialnya dengan masyarakat, dalam pergaulannya

Lebih terperinci

PENGARUH ACCEPTANCE AND COMMITMENT THERAPY TERHADAP GEJALA DAN KEMAMPUAN KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

PENGARUH ACCEPTANCE AND COMMITMENT THERAPY TERHADAP GEJALA DAN KEMAMPUAN KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN PENGARUH ACCEPTANCE AND COMMITMENT THERAPY TERHADAP GEJALA DAN KEMAMPUAN KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN Ni Made Dian Sulistiowati*, Budi Anna Keliat **, Ice Yulia Wardani** * Program Studi Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN.  1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan penduduk Indonesia cukup pesat. Jumlah penduduk Indonesia saat ini sebanyak 233 juta jiwa dan 26,8% atau 63 juta jiwa adalah remaja (SKRRI, 2010).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fitri Rahmawati, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fitri Rahmawati, 2013 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran bahasa Jepang di sekolah telah berlangsung sejak lama dan sejatinya terdapat guru-guru yang memiliki kualifikasi untuk mengajar. Namun demikian, para

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Lokasi penelitian adalah MTs Al Inayah yang berlokasi di jalan cijerokaso No.63 Kelurahan Sarijadi Bandung, Kecamatan Sukasari Bandung. MTs Al

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecepatan arus informasi dan semakin majunya teknologi sekarang ini yang dikenal dengan era globalisasi memberikan bermacam-macam dampak bagi setiap kalangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun anak-anak. Kata remaja sendiri berasal dari bahasa latin yaitu adolescere

BAB I PENDAHULUAN. maupun anak-anak. Kata remaja sendiri berasal dari bahasa latin yaitu adolescere BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja merupakan waktu di mana seseorang berada di dalam umur belasan tahun. Pada masa remaja seseorang tidak bisa dikatan sudah dewasa maupun anak-anak. Kata

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II. Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang tinjauan pustaka, dimana dalam bab ini peneliti akan menjelaskan lebih dalam mengenai body image dan harga diri sesuai dengan teori-teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja dianggap sebagai masa labil yaitu di mana individu berusaha mencari jati dirinya dan mudah sekali menerima informasi dari luar dirinya tanpa ada pemikiran

Lebih terperinci

JURNAL KEEFEKTIFAN TEKNIK KATA BERANTAI DALAM BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA KELAS VII SMP

JURNAL KEEFEKTIFAN TEKNIK KATA BERANTAI DALAM BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA KELAS VII SMP JURNAL KEEFEKTIFAN TEKNIK KATA BERANTAI DALAM BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA KELAS VII SMP THE EFFECTIVNESS OF KATA BERANTAI TECHNIQUE ON COUNSELING GROUP TO IMPROVE STUDENTS

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. penelitian adalah pada Tahun Ajaran 2013/2014. yaitu metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan

III. METODE PENELITIAN. penelitian adalah pada Tahun Ajaran 2013/2014. yaitu metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan 38 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 19 Bandar Lampung. Waktu penelitian adalah pada Tahun Ajaran 2013/2014. B. Metode Penelitian Metode penelitian

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK

PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK Emilia Roza (Eroza82@yahoo.com) 1 Muswardi Rosra 2 Ranni Rahmayanthi Z 3 ABSTRACT The objective of this research was

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan quasi eksperiment. Quasi eksperiment adalah penelitian yang menguji coba suatu intervensi pada sekelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Multi krisis yang menimpa masyarakat dewasa ini merupakan salah satu pemicu yang menimbulkan stres, depresi dan berbagai gangguan kesehatan jiwa pada manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan manusia lainnya. Ketika seorang anak masuk dalam lingkungan sekolah, maka anak berperan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia secara geografis terletak di wilayah yang rawan bencana. Bencana alam sebagai peristiwa alam dapat terjadi setiap saat, di mana saja, dan kapan saja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupan manusia (Ramawati, 2011). Kemampuan merawat diri adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupan manusia (Ramawati, 2011). Kemampuan merawat diri adalah suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan merawat diri merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia (Ramawati, 2011). Kemampuan merawat diri adalah suatu kebutuhan yang ditujukan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa, salah satu dari tugas perkembangan kehidupan sosial remaja ialah kemampuan memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. (affective atau mood disorder) yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. (affective atau mood disorder) yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Berbagai macam tekanan sering dirasakan oleh individu. Tekanan-tekanan tersebut antara lain adalah tingginya tingkat persaingan dalam memperoleh pekerjaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang meliputi berbagai perubahan besar, diantaranya perubahan fisik, kognitif, dan psikososial.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Individu disadari atau tidak harus menjalani tuntutan perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN. Individu disadari atau tidak harus menjalani tuntutan perkembangan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu disadari atau tidak harus menjalani tuntutan perkembangan. Individu senantiasa akan menjalani empat tahapan perkembangan, yaitu masa kanak-kanak, masa

Lebih terperinci

JURNAL. Oleh: ANJARWATI Dibimbing oleh : 1. Dra. Khususiyah, M. Pd. 2. Yuanita Dwi Krisphianti, M. Pd.

JURNAL. Oleh: ANJARWATI Dibimbing oleh : 1. Dra. Khususiyah, M. Pd. 2. Yuanita Dwi Krisphianti, M. Pd. JURNAL EFEKTIFITAS TEKHNIK PERMAINAN LANJUTKAN CERITAKU DALAM BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN PERCAYA DIRI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2016/2017 THE EFFECTIVENESS OF LANJUTKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (punishment) sebagai ganjaran atau balasan terhadap ketidakpatuhan agar

BAB I PENDAHULUAN. (punishment) sebagai ganjaran atau balasan terhadap ketidakpatuhan agar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya manusia yang melakukan tindakan tidak sesuai dengan aturan atau ketertiban yang dibuat oleh suatu negara, organisasi, pendidikan, kelompok atau individu

Lebih terperinci

diri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik

diri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap manusia adalah unik, dan peserta didik yang memasuki masa remaja harus dapat menyadari hal tersebut. Melalui layanan bimbingan konseling disekolah

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup disiplin ilmu penelitian ini adalah Ilmu Kebidanan dan Kandungan. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA/sederajat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang.

I. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Fenomena remaja yang terjadi di Indonesia khususnya belakangan ini terjadi penurunan atau degredasi moral. Dalam segala aspek moral, mulai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan kata lain SMK dapat menghasilkan lulusan yang siap kerja.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan kata lain SMK dapat menghasilkan lulusan yang siap kerja. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah menengah kejuruan (SMK) merupakan salah satu jenjang pendidikan yang bisa ditempuh oleh siswa yang telah menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk yang sempurna. Kesempurnaan manusia salah satunya memiliki kemampuan dalam berkomunikasi. Komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sering diartikan juga sebagai sekolah agama bagi pelajar muslim (Sumadi,

BAB I PENDAHULUAN. sering diartikan juga sebagai sekolah agama bagi pelajar muslim (Sumadi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pondok pesantren merupakan salah satu macam lembaga pendidikan berbasis Islam di Indonesia yang sudah ada sejak masa kolonial. Pesantren sering diartikan juga sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diselaraskan dengan tuntutan dari lingkungan, sehingga perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. diselaraskan dengan tuntutan dari lingkungan, sehingga perubahan-perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu menjadi bagian dari lingkungan tertentu. Individu akan dihadapkan pada perubahan dan tuntutan tertentu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan menerapkan model pembelajaran make a match. Elliot (Zainal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan menerapkan model pembelajaran make a match. Elliot (Zainal BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Kristen Satya Wacana Salatiga Semester Gasal Tahun Ajaran 2011/2012. Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi, terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru. Emosi remaja sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan kesempatan untuk pertumbuhan fisik, kognitif, dan psikososial tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan kesempatan untuk pertumbuhan fisik, kognitif, dan psikososial tetapi juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja dalam masyarakat industri modern adalah peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Masa remaja berlangsung dari usia 10 atau 11 tahun sampai

Lebih terperinci

Sugeng Pramono Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta

Sugeng Pramono Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta 74 Komuniti, Vol. VII, No. 2, September 2015 CULTURE SHOCK SANTRI LUAR JAWA DI LINGKUNGAN PONDOK PESANTREN DI JAWA (STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF CULTURE SHOCK SANTRI ETNIS LUAR JAWA DENGAN SANTRI ETNIS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu suatu pendekatan yang memungkinkan dilakukan pencatatan

Lebih terperinci