BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Badan Narkotika Nasional Di era globalisasi ini, tedapat perubahan yang fundamental di mana negara yang satu dengan yang lainnya seakan-akan tanpa batas, arus informasi dan tekonologi dengan derasnya mengalir ke berbagai penjuru dunia. Kemajuan yang positif ini juga membawa imbas negatif, yaitu dengan semakin mengglobalnya jaringan perdagangan narkoba. Melihat begitu kompleks dan meluasnya masalah narkoba, maka diperlukannya adanya sistem informasi nasional mengenai narkoba yang berisikan data-data yang akurat, kondisi faktual, kebijakan-kebijakan, besarnya permasalahan, dan lain-lainnya. Informasi ini bukan merupakan dugaan atau asumsi-asumsi tapi berdasarkan penelitian-penelitian yang pernah dilakukan. Secara khusus, nantinya sistem informasi narkoba di harapkan mendukung pengambilan keputusan, penerapan strategi dan kebijakan, serta berbagai kegiatan untuk kepentingan pelayanan publik. Tahun 2003 merupakan tahun pertama Badan Narkotika Nasional (BNN) melangkah dalam tugasnya. BNN merupakan lembaga baru di lingkungan Pemerintah Republik Indonesia yang dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden 65

2 Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2002 tentang Badan Narkotika Nasional (BNN). BNN adalah lembaga non Struktural yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. BNN diketuai oleh Kepala Kepolisian Republik Indonesia beranggotakan 25 Pejabat Eselon I (Dirjen atau Sekjen) atau yang setingkat dari berbagai Departemen dan Lembaga Pemerintah non Departemen. Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya sehari-hari, BNN dikepalai oleh Kepala Pelaksana Harian, Sekretaris, Kepala Pusat, Koordinator Satuan Tugas dan Kelompok Ahli. Pada tingkat Propinsi dibentuk Badan Narkotika Propinsi (BNP) dan pada tingkat Kabupaten/Kota dibentuk Badan Narkotika Kabupaten/Kota (BNK). Pembiayaan BNN dibebankan kepada Anggaran Pembangunan dan Belanja Negara (APBN), BNP kepada APBN Tingkat I dan BNK kepada Anggaran Pembangunan dan Belanja Daerah (APBD) Tingkat II. BNN mempunyai tugas pokok membantu Presiden dalam mengkoordinasikan intasnsi pemerintah terkait dalam penyusunan kebijakan dan pelaksanaannya dibidang ketersediaan, pencegahan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika, precursor dan zat adiktif lainnya. Dengan berdirinya BNN, tidaklah berarti penganggulangan masalah narkoba di Indonesia juga baru dilakukan, karena sejak tahun 1971 pemerintah telah membentuk Bakolak Impres Nomor 6 tahun 1971 yang melaksanakan tugas sebagai Badan Koordinasi Nasional (BKKN) berdasarkan Keputusan Presiden RI 66

3 Nomor 116 tahun 1999 nampaknya BKNN juga harus mengalami penyesuaian tuntutan tugas dalam menghadapi semakin rumit dan kompleksnya masalah narkoba di Indonesia, sehingga pada tahun 2002 ditingkatkan menjadi Badan Narkotika Nasional (BNN). Pada era itu pula beberapa Departemen dalam Pemerintahan Indonesia seperti Departemen Kesehatan, Departemen Sosial, Departemen Penerangan mengalami perubahan struktur organisasi, sehingga banyak hal yang telah dilakukan pada masa sebelumnya, perlu penataan kembali. Dampak perubahan itu sangat dirasakan dalam bidang pelaporan atau tukar menukar informasi di bidang Demand Reduction. Bahkan bila dilihat dari segi aspek hukum dan perundangundangan yang berlaku, yang mau tidak mau sangat berpengaruh pula pada bidang Control of Supply. Pasal dalam Undang-undang yang menyatakan bahwa penyalahgunaan narkoba adalah pelaku kejahatan, memberikan dampak adanya rasa takut ditangkap kepada penyalahguna. Hal ini menjadi salah satu sebab sulitnya memperoleh data yang realistis tentang penyalahguna narkoba, disamping sebab lain seperti adanya anggapan masalah narkoba merupakan aib dalam keluarga, terkena labeling, stigmasi dan sebagainya. Oleh karena itu dalam tahun 2003 BNN bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik, Litbang Depkes, Litbang Depkum dan HAM, dan Universitas Indonesia melaksanakan penelitian di lingkungan sekolah dan Lembaga Pemasyarakatan Pemerintah Indonesia, melihat BNN berusaha keras untuk mencapai kemajuan 67

4 yang signifikan dalam Control of Supply and Demand Reductions terhadap peredaran gelap narkoba. Namun, seiring berjalannya waktu BNN berhasil mengesahkan Undangundang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika. Berdasarkan UU tersebut BNN memiliki kewenangan sebagai penyidik dan menyidik. Saat ini di BNN pimpin oleh Kepala BNN dan secara struktural menjadi Lembaga Pemerintah non Kementrian, BNN berada dan bertanggung jawab langsung di bawah Presiden. BNN bertugas melaksanakan pencegahan dan pemberantasan narkoba dengan membentuk satuan tugas yang terdiri dari unsur-unsur pemerintah Visi dan Misi Badan Narkotika Nasional Komitmen negara-negara anggota ASEAN yang telah di deklarasikan bahwa ASEAN BEBAS NARKOBA TAHUN 2015 yang merupakan issue global, regional harus disikapi secara serius untuk mewujudkannya. Seiring dengan itu sesuai dengan visi bangsa Indonesia dalam pembangunan bangsa telah ditetapkan dalam Ketetapan MPR Nomor : TAP/MPR/VII/2001 yaitu : Terwujudnya masyarakat Indonesia yang religius, manusiawi, bersatu, demokratis, adil, sejahtera, maju, mandiri serta baik dan bersih dalam penyelenggaraan Negara maka Visi yang ditetapkan Badan Narkotika Nasional sekaligus focal point dalam penanganan permasalahan Narkoba adalah : Terwujudnya masyarakat Indonesia bebas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lainnya (narkoba) tahun

5 Saat ini visi sudah di ubah menjadi : Lembaga Pemerintah non Kementrian profesional yang mampu menggerakan seluruh komponen masyarakat bangsa dan Negara dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di Indonesia Tujuan Badan Narkotika Nasional Dalam rangka memberikan kerangka untuk tingkat perencanaan yang lebih rinci, seperti : penetapan sasaran, program, kegiatan dan rencana anggaran serta rencana operasional yang bersifat teknis maka perlu ditetapkan tujuan dari BNN yang dapat memberikan hasil akhir yang ingin dicapai. Disamping itu dengan penetapan tujuan organisasi (BNN) diharapkan dapat memberikan kejelasan tentang visi, misi dan isu-isu strategis. Dengan demikian tujuan yang ditetapkan adalah : Bersama instansi pemerintah terkait dan komponen masyarakat, bangsa dan Negara melaksanakan pencegahan, pemberdayaan masyarakat, pemberantasan, rehabilitasi, hukum dan kerjasama di bidang pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan peredaran gelap narkotika, psikotropika, perkursor dan bahan adiktif lainnya Sasaran Badan Narkotika Nasional Sasaran adalah merupakan refleksi dari hasil atau capaian yang diinginkan bersifat spesifik, konkrit dan terukur atas apa yang dilakukan untuk mencapai tujuan dalam kurun waktu satu tahun. Sasaran mencakup apa yang akan dicapai, 69

6 kapan dan oleh siapa. Apabila dipisahkan secara tegas, sasaran tahunan bukan merupakan bagian dari rencana strategis organisasi, namun selain visi, BNN juga mempunyai misi, yaitu : 1. Menentukan kebijakan nasional dalam membangun komitmen bersama memerangi penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. 2. Melakukan upaya-upaya pencegahan yang lebih efektif dan efisien. 3. Meningkatkan penegekan hukum di bidang narkoba secara tegas dan tuntas. 4. Meningkatkan metode terapi dan rehabilitasi dalam merehabilitasi penyalahguna narkoba. 5. Melakukan penelitian dan pengembangan dalam penyusunan database yang akurat. 6. Membangun sistem informatika sesuai perkembangan teknologi. 7. Meningkatkan strategi dan fungsi satuan tugas operasional. 8. Meningkatkan strategi dan fungsi Badan Narkotika Nasional Propinsi/Kabupaten/Kota. 9. Meningkatkan strategi dan kerjasama internasional yang efektif dalam pemberantasan peredaran gelap narkoba. Untuk menjalankan visi dan misinya, BNN perlu koordinasi yang lebih baik lagi dengan pemerintah, instansi atau lembaga lain, dan juga masyarakat. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, BNN juga bekerjasama dengan media massa. Ini dilakukan untuk dapat menginformasikan segala kegiatannya kepada 70

7 masyarakat, seperti yang tertuang dalam undang-undang tentang Narkoba melalui Keputusan Presiden Nomor 17 tahun Dengan bekerjasama dengan instansi terkait, BNN memiliki tanggung jawab dalam hal Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) di Indonesia. BNN beserta masyarakat dan instansi terkait lainnya melaksanakan P4GN melalui : 1. Program dukungan pencegahan berbasis masyarakat. 2. Program dukungan penegakan hukum. 3. Program dukungan laboraturium terapi dan rehabilitasi narkoba. 4. Program pengembangan sistem informasi narkoba dan riset terpadu melalui National Data Base System Struktur Badan Narkotika Nasional Badan Narkotika Nasional merupakan badan yang dibentuk khusus untuk mengurusi dan menangani masalah narkotika. Badan yang bertanggung jawab langsung kepada presiden ini memiliki struktur organisasi yang tertuang dalam Peraturan Ketua BNN Nomor. PER/03/IX/2008/BNN tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelaksana Harian BNN. BNN merupakan badan yang belum lama berdiri, struktur ogranisasinya juga tidak begitu banyak perubahan setiap tahunnya. Yang sering mengalami perubahan adalah Kepala Pelaksana Harian BNN itu sendiri, dan seiring 71

8 bertambahnya tahun, bagian-bagian dan sub-sub bagian juga mengalami perubahan sesuai dengan bidang-bidang atau tugas-tugas yang baru. Untuk lebih jelasnya, berikut merupakan gambar struktur organisasi BNN, sesuai peraturan Kepala BNN Nomor : PER/03/V/2010/BNN tentang Organisasi dan Tata Kerja BNN Bagian Humas Badan Narkotika Nasional Sejak Badan Koordinasi Narkotika Nasional (BKNN) tahun 1999 berdiri Humas merupakan bagian yang terstruktur. Saat itu sebagai Kepala Bagian Humas adalah Kombes Pol. Drs. Robert H. Senduk, M.Si yang juga merangkap sebagai Kepala Bidang Penyuluhan dan Penerangan Pusat Dukungan Pencegahan. Beliau menjabat sebagai Kabag Humas sampai awal dibentuknya Badan Narkotika Nasional yaitu akhir tahun BNN merupakan suatu badan yang belum lama berdiri. Susunan dan struktur organisasinya juga tidak banyak mengalami perubahan yang drastis. Sejak akhir 2003 Bagian Humas sudah menjadi bagian yang tersendiri. Kepala bagiannya pun tidak merangkap bagian atau bidang yang lain. Sejak tahun 2003 AKBP Dra. Nurnaik Br. Karo, MSc menjabat sebagai Kepala Bagian Humas BNN sampai Februari Kemudian seiring dengan adanya perubahan, sejak akhir 2005 AKBP Sri Sulastri, SE menjabat sebagai Kepala Bagian Humas, sekarang digantikan oleh Kombes Pol. Drs. Sumirat Dwiyanto, M.Si sebagai Kepala Bagian Humas dan Dokumentasi BNN. 72

9 4.1.7 Struktur Humas Badan Narkotika Nasional Bagian Humas di BNN sudah bersifat melembaga atau State of Being dalam struktur organisasinya. Bagian Humas dipimpin oleh Kepala Bagian. Kepala Bagian Humas BNN terdiri dari dua sub bagian yang masing-masing dipimpin oleh Kepala Subbagian yang berada di bawah Biro Umum Tugas dan Fungsi Bagian Humas Badan Narkotika Nasional Tugas Humas BNN tercantum dalam Peraturan Ketua BNN Nomor : PER/03/IX/2008/BNN tentang Organisasi dan Tata Kerja BNN pasal 37, bagian Humas mempunyai tugas melaksanakan penyiapan pengkajian pendapat umum dan pemberitaan, koordinasi kehumasan dan hubungan masyarakat serta kerjasama antar lembaga pemerintah terkait dan non pemerintah. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 37, dalam pasal 38 bagian Humas menyelenggarakan fungsi : a. Penyiapan penyusunan dalam kerjasama media massa, pengkajian pendapat umum dan pemberitaan serta penyiapan naskah hak jawab institusional. b. Penyiapan penyusunan bahan koordinasi hubungan antar lembaga pemerintah terkait dan non pemerintah di bidang kehumasan. c. Pelaksanaan publikasi, dokumentasi dan pengelolaan perpustakaan di lingkungan BNN. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya bagian Humas BNN terdiri atas : 73

10 a. Subbagian Hubungan Masyarakat mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan koordinasi dan komunikasi kehumasan antar lembaga pemerintah terkait, non pemerintah dan masyarakat. b. Subbagian Dokumentasi dan Perpustakaan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksana publikasi dan penyebaran informasi serta pengelolaan dokumentasi dan perpustakaan Lokasi Penelitian Lokasi atau tempat yang dijadikan objek penelitian bagi penulis adalah Badan Narkotika Nasional (BNN) Penulis melakukan penelitian pada instansi pemerintah yaitu Badan Narkotika Nasional (BNN) bertempat di Jl. MT. Haryono No. 11, Cawang, Jakarta Timur. 4.2 Hasil Penelitian Berdasarkan hasil wawancara secara mendalam dan setelah melakukan penelitian yang dilakukan penulis kepada key informan yakni Kepala Bagian Humas dan Dokumentasi Biro Umum Settama BNN, Bapak Drs. Sumirat Dwiyanto, M.Si bertempat di Badan Narkotika Nasional (BNN), Jl. MT. Haryono No. 11, Cawang, Jakarta Timur. Sebelumnya penulis berharap dapat mewawancarai Kepala BNN yang pada saat penulis melakukan penelitian yakni Bapak Drs. Gories Mere, namun karena prosedur yang tidak memungkinkan maka key informan dalam penelitian ini difokuskan pada Kepala Bagian Humas dan 74

11 Dokumentasi Biro Umum Settama BNN. Dalam pelaksanaan wawancara dengan Bapak Drs. Sumirat Dwiyanto, M.Si, peneliti melakukan wawancara tatap muka pada tanggal 04 Juli Dari Unit Kerja Humas peneliti juga dibantu oleh Bapak Khrisna Anggara, SH, M.Si selaku Kassubag Hubungan Masyarakat Biro Umum Settama BNN melakukan wawancara tatap muka pada tanggal 14 Juni 2012 Dari hasil keseluruhan data yang diperoleh peneliti berdasarkan wawancara dan studi pustaka telah menunjukan cukup banyak informasi yang diperoleh dan penting untuk diketahui hasil analisa berdasarkan rumusan masalah penelitian dapat memberikan gambaran mengenai strategi media relations Humas Badan Narkotika Nasional (BNN) dapat diinterprestasikan sebagai berikut : Humas BNN memiliki tugas untuk menjalankan fungsi kehumasan di Badan Narkotika Nasional (BNN). Dalam menjalankan tugas dan fungsinya tentunya humas mengacu pada tugas dan fungsi humas BNN yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil studi pustaka dari Peraturan Ketua BNN Nomor : PER/03/IX/2008/BNN tentang Organisasi dan Tata Kerja BNN pasal 37, bagian Humas mempunyai tugas melaksanakan penyiapan pengkajian pendapat umum dan pemberitaan, koordinasi kehumasan dan hubungan masyarakat serta kerjasama antar lembaga pemerintah terkait dan non pemerintah. Dari peraturan diatas memberikan gambaran bahwa Humas BNN memiliki tanggung jawab untuk melayai publik di bidang informasi dan kehumasan. 75

12 4.2.1 Strategi Humas BNN Strategi merupakan sebuah perencanaan dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan. Dalam hal ini Humas BNN melakukan sebuah strategi untuk mensosialisasikan program Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN). Dalam membuat sebuah strategi Humas BNN mengawali dengan suatu perencanaan. Seperti pendapat yang dikatakan oleh Sumirat Dwiyanto selaku Kepala Bagian Humas dan Dokumentasi BNN : Program P4GN merupakan program Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN). Program ini sudah ada sejak didirikannya BNN dengan masyarakat umum sebagai sasarannya. Saat ini masyatakat masih belum banyak yang mengetahui akan Bahaya Narkoba. Maka dari itu ada beberapa strategi yang kami lakukan untuk mengatasi hal ini. 1 Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang program tidak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya. Chander (Rangkuti, 2005: 3) Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Sumirat dan pendapatpara ahli, maka penulis dapat menginterpretasikan bahwa yang melatar belakangi terbentuknya program P4GN ini yaitu rendahnya pemahaman serta minimnya pengetahuan tentang Bahaya Narkoba di Indonesia, hal ini seperti yang dicetuskan oleh Humas BNN. 1 Hasil wawancara dengan Bpk. Sumirat Dwiyanto, Kepala Bagian Humas dan Dokumentasi BNN pada tanggal 04 Juli 2012 pada jam diruang kerja Kabag Humas 76

13 Lalu beliau menambahkan lagi : Strategi yang kami lakukan dalam mensosilalisasikan program P4GN ini adalah dengan mengadakan seminar mengenai program Bahaya Narkoba ke beberapa sekolah dan kampus yang ada di Indonesia, selain itu juga dengan mengadakan talk show interaktif dan FGD ke beberapa stasiun televisi swasta dan juga dengan mengadakan press conference, membuat press release, spanduk, poster serta banner.. 2 Dari pernyaatan di atas Kepala Bagian Humas dan Dokumentasi BNN menyebutkan bahwa Fokus dalam Strategi Humas dalam sosialisasi P4GN ini mencakup keterlibatan masyarakat dalam mensosialisasikan program P4GN melalui penyebarluasan informasi. Oleh karena keadaan yang demikian itulah, maka usaha sosialisasi P4GN berupa sosialisasi P4GN ini perlu dilakukan, tujuannya yaitu mengajak masyarakat untuk melakukan gerakan P4GN dengan perantara Deputi Pencegahan khususnya Humas BNN bersama-sama melakukan strateginya melalui program sosialisasi yang terintegrasi. Program sosialisasi pada dasarnya adalah salah satu tindakan yang tujuannya memperkenalkan kepada masyarakat luas. Dalam hal ini mengenai P4GN. Jadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi Humas BNN dalam sosialisasi P4GN. Dari hasil wawancara yang dilakukan penulis dan pengamatan secara langsung bahwa strategi Humas BNN dalam sosialisasi P4GN ini sangat 2 Hasil wawancara dengan Bpk. Sumirat Dwiyanto, Kepala Bagian Humas dan Dokumentasi BNN pada tanggal 04 Juli 2012 pada jam diruang kerja Kabag Humas 77

14 diperlukan yakni dari hasil wawancara dengan Bpk.Sumirat Dwiyanto Kepala Bagian Humas dan Dokumentasi BNN : dalam sosialisasi P4GN ini kami menyampaikan yang paling utama pasti sosialisasi ini sendiri untuk bertatapan langsung dengan khalayak lalu untuk yang tidak langsung kami menyampaikan informasi dengan mengundang wartawan, membuat siaran pers dan juga selalu up to date setelah itu memonitor sejauhmana media-media melakukan pemberitaan terhadap program P4GN itu sendiri 3 Kepala Bagian Humas dan Dokumentasi BNN juga menambahkan sebagai berikut : selain itu juga, humas dibantu Deputi Pencegahan membuat iklan layanan masyarakat di media cetak maupun elektronik, Kepala Bagian Humas dan Dokumentasi sebagai narasumber dalam berbagai kegiatan sosialisasi yang dilakukan secara langsung melalui media tatap muka, dan memuat artikel P4GN di media cetak dan online 4 Media merupakan satu alat atau saluran untuk memperlancar jalannya interaksi dan penyebaran informasi. Melalui kerjasama dengan pihak pers media cetak atau elektronik, humas melakukan sosialisasi P4GN ini tidak terlepas dari media/ melalui media, lebih jelas lagi Bpk. Sumirat Dwiyanto mengatakan sebagai berikut : Kami selaku Humas banyak melakukan sosialisasi misalnya kita pada saat diundang atau wawancara oleh media, baik oleh media tv, radio dan lain sebagainya atau online, ya saatnya ada kesempatan kita untuk menyampaikan message tentang P4GN itu apa itu pertama, kemudian yang kedua ialah pada saat kita juga tidak secara informal, misalnya saya sering kadang-kadang makan siang dengan para rekan media entah di 3 Hasil wawancara dengan Bpk.Sumirat Dwiyanto, Kepala Bagian Humas dan Dokumentasi BNN pada tanggal 04 Juli 2012 pada jam diruang kerja Kepala BNN 4 Hasil wawancara dengan Bpk. Sumirat Dwiyanto, Kepala Bagian Humas dan Dokumentasi BNN pada tanggal 04 Juli 2012 pada jam diruang kerja Kabag Humas 78

15 café atau diapa itu secara informal kitapun sampaikan ini loh ada program P4GN, jadi tidak terpaku dengan acara yang besar dan formal saja jadi informal pun bisa kita lakukan pokoknya kaya iklan sebuah softdrinks, kapanpun dimanapun bisa 5 Begitu juga pendapat Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubbag Hubungan Masyarakat BNN mengatakan hal yang sama bahwa media sudah berstrategi sebagai penyampai informasi. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara yang dilakukan penulis kepada Bpk. Khrisna Anggara : Dengan adanya komunikasi dengan media, maka tidak akan pernah ada gap communication atau miss communication antara organisasi dalam hal ini BNN dengan publik ya dengan selalu merangkul media untuk ikut membantu menyampaikan program P4GN ini 6 Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa media berstrategi aktif sebagai penyedia dan penyampai informasi, hal ini tentunya terlihat jelas dari aktivitas komunikasi yang dilakukan oleh mereka dengan mengadakan pertemuan kepada wartawan baik media cetak atau elektronik, membuat press release ataupun dengan kegiatan-kegiatan informal lainnya. Berikut adalah gambar pada saat Kepala Bagian Humas dan Dokumentasi BNN Bpk Sumirat Dwiyanto sebagai narasumber dan Bpk. Khrisna Anggara sebagai moderator Talkshow Interaktif sosialisasi P4GN. 5 Hasil wawancara dengan Bpk. Sumirat Dwiyanto, Kepala Bagian Humas dan Dokumentasi BNN pada tanggal 04 Juli 2012 pada jam diruang kerja Kabag Humas 6 Hasil wawancara dengan Bpk.Khrisna Anggara, Kassubbag Humas BNN, pada tanggal 14 juni 2012 jam di Ruang Perpustakaan BNN 79

16 Gambar di atas diperkuat dengan pernyataan dari Kepala Bagian Humas dan Dokumentasi BNN Bpk Sumirat Dwiyanto : dalam sosialisasi P4GN ini kami menyampaikan yang paling utama pasti sosialisasi ini sendiri untuk bertatapan langsung dengan khalayak lalu untuk yang tidak langsung kami menyampaikan informasi dengan mengundang wartawan, membuat siaran pers juga konferensi pers dan juga selalu up to date setelah itu memonitor sejauhmana media-media melakukan pemberitaan terhadap program P4GN 7 Mengidentifikasi permasalahan yang ada di BNN dalam kegiatan sosialisasi P4GN. Strategi Humas sangat diperlukan sebagai penyampai informasi kepada publik/khalayak mengenai kegiatan yang berkaitan dengan program P4GN yang dimotori oleh Deputi Pencegahan BNN. Hal ini disampaikan oleh Kassubbag Hubungan Masyarakat BNN Bpk. Khrisna Anggara : 7 Hasil wawancara dengan Bpk.Sumirat Dwiyanto, Kepala Bagian Humas dan Dokumentasi pada tanggal 04 Juli2012 pada jam diruang kerja Kabag Humas 80

17 Iya humas dipanggil pada acara-acara yang sifatnya besar, seperti di MA kemarin sosialisasi yang diadakan di Kantor MA itu pak Sumirat yang menjadi narasumber dan saya sebagai moderatornya. Sebelumnya sudah ada beberapa undangan sosialisasi P4GN di berbagai tempat yang meminta beliau menjadi narasumbernya. Apabila akan melakukan acara yang begitu besar dan kita membutuhkan media massa kita melalui staf humas untuk menghubungi rekan-rekan media 8 Hal ini juga disampaikan oleh Kasubbag Humas dan Dokumentasi BNN : saya biasanya menjadi moderator lalu ada pak Sumirat ada salah satu mantan pecandu Narkoba yang telah pulih. Dan kalau di daerah pasti ada pihak BNN Provinsi/Kota/Kabupaten pun berbicara sedikit supaya lebih dekat dengan para masyarakat karena daerah mereka yah jd terdelivered dan lebih interaktif, apalagi jika kami mengadakan di mall biasanya para pengujung mall dibebaskan untuk bertanya walaupun pasti ada anak SMA atau Mahasiswa/i yang kami undang lalu di mall itu biasanya para peserta duduk dan pokonya siapapun bebas bertanya. 9 Ditambahkan oleh Kasubbag Humas BNN : dalam sosialisasi P4GN kami mengadakan kerjasama dengan berbagai pihak dan selalu turut mengundang media dibeberapa kota seperti yogyakarta, bandung dll dengan tema yang berbeda-beda. Itulah mengapa media berstrategi dalam penyampaian program sosialisasi P4GN ini Sosialisasi Program P4GN Sosialisasi adalah salah satu fungsi komunikasi yang sesuai untuk mengendalikan perilaku anggota masyarakat dimana ia tinggal. Jadi sosialisasi 8 Hasil wawancara dengan Bpk. Khrisna Anggara, Kasubbag Humas BNN pada tanggal 14 juni 2012 jam di Perpustakaan BNN 9 Hasil wawancara dengan Bpk.Sumirat Dwiyanto, Kepala Bagian Humas dan Dokumentasi pada tanggal 04 Juli2012 pada jam diruang kerja Kabag Humas 10 Hasil wawancara dengan Bpk. Khrisna Anggara, Kasubbag Humas BNN pada tanggal 14 juni 2012 jam di Perpustakaan BNN 81

18 dilakukan dengan mengkomunikasikan informasi kepada anggotanya. Dalam mensosialisasikan programnya yakni Bahaya Narkoba, BNN melakukan sebuah sosialisasi yaitu dengan mengadakan seminar-seminar ke beberapa daerah di Indonesia untuk memperkenalkan program P4GN. Selain dengan seminar, pihak BNN juga melakukan sosialisasi dengan menggunakan media cetak maupun media elektronik. Bapak Sumirat memberikan penjelasan : Mensosialisasikan program P4GN ini adalah dengan mengadakan seminar mengenai program Bahaya Narkoba ke beberapa sekolah dan kampus yang ada di Indonesia, selain itu juga dengan mengadakan talk show interaktif dan FGD ke beberapa stasiun televisi swasta dan juga dengan membuat spanduk, poster serta banner 11 Stephen Robbins (dalam Effendy, 2002:35) mendefinisikan Sosialisasi merupakan salah satu fungsi dan pengetahuan dalam hal ini komunikasi bertindak untuk mengendalikan perilaku anggota masyarakat agar tetap sesuai dengan apa yang menjadi perilaku kelompoknya. Jadi dalam hal ini sosialisasi dilakukan dengan cara mengkomunikasikan kepada publiknya. Dari pendapat diatas dapat di interpretasikan bahwa strategi yang dilakukan Humas BNN adalah dengan melancarkan program Bahaya Narkoba ini ke tengah masyarakat melalui program off air yaitu mendatangi secara langsung ke sekolah dan kampus. 11 Hasil wawancara dengan Bpk. Sumirat Dwiyanto, Kepala Bagian Humas dan Dokumentasi pada tanggal 04 Juli2012 pada jam diruang kerja Kabag Humas 82

19 Hal ini ditambahkan beliau bahwa : Selain itu kami juga mengadakan talkshow interaktif kebeberapa stasiun TV swasta kemudian kami juga mengadakan press conference, membuat press release dan juga membuat spanduk, poster, serta banner. 12 Dari pendapat key informasn diatas penulis dapat menginterpretasikan yaitu sosialisasi yang dilakukan pemerintah tidak hanya melalui off air, tetapi juga lebih maksimal lagi melalui program on air melalui acara talkshow di televisi swasta, maupun media cetak yaitu spanduk, poster, serta banner. Semua sosialisasi yang telah dilakukan merupakan strategi pemerintah khususnya Humas BNN dalam melancarkan programnya yaitu Bahaya Narkoba. Dimana program ini bertujuan untuk memberikan informasi dan pemahaman kepada masyarakat, selain itu juga untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya penyalahgunaan narkoba. Wartawan Republika Erdy Nasrul pun menjelaskan proses pelaksanaan sosialisasi yang dia liput, berikut penjelasannya : proses sosialisasi P4GN yang diberikan oleh BNN itu berjalan sesuai rencana dan saya lihat antusiasme dari pesertanya pun bagus sejauh ini. Karena acara ini sangat bermanfaat, selain itu dukungan dari program P4GN pun baik di acara ini. Semoga apa yang dilakukan BNN bermanfaat dan banyak masyarakat lebih terbuka matanya untuk tidak lagi 12 Hasil wawancara dengan Bpk. Sumirat Dwiyanto, Kepala Bagian Humas dan Dokumentasi BNN pada tanggal 04 Juli 2012 pada jam diruang kerja Kabag Humas 83

20 menyalahgunakan Narkoba dan berani melaporkan ke pihak yang berwajib jika ada tindakan penyalahgunaan Narkoba. 13 Ditambahkan oleh Erdy Nasrul : intinya kami (Wartawan) sudah tahu tentang program P4GN ini, pihak BNN sendiri pun tadi Pak Sumirat banyak menjelaskan bahwa beberapa bahaya penyalahgunaan Narkoba dan bagaimana mengatasinya, kami menyadari bahwa penyalahgunaan Narkoba itu salah tetapi saya rasa banyak diluar sana anak muda seperi kami hanya tahu enak nya saja mencoba (Narkoba) karena desakan lingkungan. Semoga kedepannya BNN lebih sering mengadakan sosialisasi ini bukan hanya talkshow tapi juga bisa dalam bentuk iklan atau yang lainnya, juga lebih banyak mengundang kami pada acara khusus media untuk diberi pembekalan tentang bahaya penyalahgunaan Narkoba, hehehee,,,, 14 Dan ketika penulis memberikan serangkaian pertanyaan dan tidak lupa menanyakan tentang kekurangan dalam pelaksanaan sosialisasi P4GN dan apakah strategi media relations berpengaruh, maka dijelaskannya sebagai berikut : pada intinya sudah cukup baik, dan semoga saja program ini bisa berhasil kedepannya walau mungkin ada yang kurang memahami, dan bisa terus berlanjut untuk sosialisasinya. Media tentu saja berstrategi dalam hal penyampaian informasi kepada publik, maka tepat sekali jika setiap ada sosialisasi P4GN media diikutsertakan tidak hanya meliput namun juga menjadi peserta sosialisasi tersebut Hasil wawancara dengan Erdy Nasrul, wartawan Republika pada tanggal 06 juli 2012 jam di Gandaria City 14 Hasil wawancara dengan Erdy Nasrul, wartawan Republika pada tanggal 06 juli 2012 jam di Gandaria City 15 Hasil wawancara dengan Erdy Nasrul, wartawan Republika pada tanggal 06 juli 2012 jam di Gandaria City 84

21 Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh kesadaran media setelah mendapatkan edukasi atau pengarahan dari sosialisasi P4GN yang diadakan oleh Badan Narkotika Nasional Kendala Dalam melaksanakan setiap kegiatannya tidak semua program pemerintah yang ditujukan untuk masyarakat berjalan secara efektif. Dalam hal ini Humas BNN mengakui adanya hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan program P4GN itu sendiri, hal ini dibenarkan oleh Bapak Sumirat : Kendalanya adalah minimnya pengetahuan masyarakat serta belum meratanya sosialisasi yang dilakukan pemerintah, sehingga informasi yang disampaikan secara langsung itu kurang adanya feed back. 16 Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Sumirat, maka penulis menginterpretasikan bahwa masih banyak masyarakat yang belum mengetahui secara detail mengenai keberadaan program P4GN terutama masyarakat di daerah daerah pelosok yang masih minim akan pendidikan. Hal ini ditambahkan oleh Bapak Sumirat yang mengatakan bahwa : Apalagi saat ini minimnya kepercayaan masyarakat terhadap program program pemerintah yang dinilai tidak konsisten keeksistensiannya. 17 Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat diinterpretasikan bahwa memang kerap kali pemerintah kurang konsisten dalam hal pertanggung jawaban 16 Hasil wawancara dengan Bpk. Sumirat Dwiyanto, Kepala Bagian Humas dan Dokumentasi BNN pada tanggal 04 Juli 2012 pada jam diruang kerja Kabag Humas 17 Hasil wawancara dengan Bpk. Sumirat Dwiyanto, Kepala Bagian Humas dan Dokumentasi BNN pada tanggal 04 Juli 2012 pada jam diruang kerja Kabag Humas 85

22 terhadap program program yang harusnya bersifat jangka panjang tetapi tidak berjalan sesuai dengan rencana awal yang udah ditetapkan. Menurut pengamatan penulis melalui hasil wawancara, kendala yang sering dihadapi dalam keberlangsungan program P4GN yaitu minimnya pengetahuan masyarakat karena kurangnya sosialisasi pemerintah di daerah daerah pelosok padahal apabila program ini dilaksanakan secara menyeluruh dan sudah benar benar merata, banyak sekali masyarakat yang merespon positif. Kendala kendala yang terjadi mengenai program P4GN ini masih bersifat substansi. Prosesnya masih terus berjalan secara bertahap seiring dengan berjalannya waktu melalui sosialisasi yang dilakukan pemerintah mengenai pentingnya pendidikan Evaluasi Dalam setiap kegiatan tentunya diperlukan strategi yang jitu demi kelancaran program yang sedang dilaksanakan. Setelah tujuan secara bertahap dan berkesinambungan perlahan lahan tercapai maka perlu adanya evaluasi. Hal ini seperti yang diungkapkan Bapak Sumirat selaku Humas BNN, yang berpendapat bahwa : Untuk menangani kekurangan yang ada yaitu dengan cara memperluas jaringan sosialisasi melalui publikasi publikasi yang lebih maksimal baik melalui media elektronik maupun non elektronik. 18 Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka dapat diinterpretasikan 18 Hasil wawancara dengan Bpk. Sumirat Dwiyanto, Kepala Bagian Humas dan Dokumentasi BNN pada tanggal 04 Juli 2012 pada jam diruang kerja Kabag Humas 86

23 mengenai evaluasi yang dilakukan yaitu memperbaiki sosialisasi kepada masyarakat agar tidak terjadi kesalah pahaman dan terwujudnya tujuan dari program P4GN dalam menghadapi era globalisasi. Hal ini beliau pertegas dengan pendapatnya yaitu : Saat ini kamimelakukan sosialisasi secara bertahap, tetapi program ini sifatnya jangka panjang jadi seiring berjalannya waktu, program ini pasti dapat membantu pemahaman akan Bahaya Narkoba di Indonesia. 19 Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka penulis dapat menginterpretasikan bahwa evaluasi yang diadakan itu bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan keeksistensian program pemerintah untuk mencegah meningkatnya angka penyalahguna Narkoba di Indonesia. Dari hasil wawancara di atas dapat diinterpretasikan bahwa BNN melakukan evaluasi yang mana mereka melakukan evaluasi dimulai dari internal manajemen BNN dengan mematangkan strateginya agar tujuan utamanya yaitu mewujudkan Indonesia Negeri Bebas Narkoba Tahun Pembahasan Bab ini merupakan isi dari uraian penulis mengenai hasil penelitian. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian diperoleh berdasarkan wawancara mendalam (in depth interview) dengan narasumber yaitu : Kepala Bagian Humas dan Dokumentasi BNN, 19 Hasil wawancara dengan Bpk. Sumirat Dwiyanto, Kepala Bagian Humas dan Dokumentasi BNN pada tanggal 04 Juli 2012 pada jam diruang kerja Kabag Humas 87

24 Kasubbag Humas BNN, serta pihak dari luar perwakilan salah satu wartawan yang mengikuti sosialisasi P4GN. Maka penulis untuk mengetahui strategi Humas BNN dalam sosialisasi P4GN dalam sosialisasi P4GN maka perlu diketahui langkah-langkah yang dapat dilihat dari : 1. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat melalui talksow interaktif, seminar, workshop, FGD dan audiensi mengenai P4GN. 2. Menyebarkan secara periodik siaran pers kepada media massa baik cetak maupun elektronik dan online mengenai kegiatan-kegiatan di lingkungan BNN dalam rangka P4GN termasuk siaran pers mengenai pengungkapan kasus jaringan sindikat Narkoba atau pemusnahan barang bukti Narkoba. 3. Mengadakan pertemuan setiap satu tahun sekali dengan media massa baik cetak maupun elektronik yang dikemas dalam acara media discussion (pertemuan Forum Silaturahmi Media Massa). Dalam hal ini BNN akan memaparkan program dan kebijakan BNN dalam kaitannya dengan P4GN. 4. Penyampaian informasi-informasi baik bentuk majalah, brosur, stiker, poster maupun melalui website ( segala kegiatan atau peristiwa yang terkait dengan P4GN. Dari temuan dilapangan selama penulis melakukan penelitian, diketahui bahwa strategi Humas BNN dalam sosialisasi program P4GN sudah cukup baik dilaksanakan. Kesimpulan tersebut berdasarkan hasil penelitian dan analisa data yang menunjukan bahwa BNN khususnya strategi dalam sosialisasi P4GN sudah cukup baik dilakukan, ini terlihat dari gencarnya program sosialisasi yang 88

25 dilakukan ke berbagai stakeholdersnya (pemerintah, LSM, DPR, tokoh agama, asosiasi-asosiasi, kejaksaan, bea cukai, kepolisian dan instansi terkait), langkahlangkah yang dilakukan dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba, media yang digunakan dalam sosialisasi P4GN, sampai pada kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Deputi Pencegahan, Deputi Rehabilitasi, Deputi Pemberdayaan Masyarakat, Deputi Hukum dan Kerjasama, dan Deputi Pemberantasan yang dibantu oleh Humas BNN dalam sosialisasi P4GN. Indikasi keberhasilan sosialisasi yang dilakukan BNN dalam hal ini Media Relations dalam mensosialisasikan P4GN dapat diketahui dari banyaknya jumlah penyalahguna narkoba yang melaporkan keberadaan mereka ke Puskesmas atau Rumah Sakit terdekat secara sadar walaupun jumlahnya belum banyak, lalu banyaknya pemberitaan mengenai BNN di media baik nasional maupun media lokal, ini terlihat dari banyaknya pemberitaan positif tentang BNN selama satu tahun ini. Sehingga hal tersebut menjadikan BNN sebagai lembaga baru yang bukan hanya menangani penyidikan tetapi juga memiliki kewenangan sebagai penyidik, fungsi dan wewenangnya bersifat independen dan bebas dari kekuasaan manapun. Hal ini diharapkan mampu menjadi langkah awal penyelesaian penyalahgunaan narkoba yang selama ini terjadi dan dapat menambah kepercayaan masyarakat akan pemberantasan narkoba di Indonesia. Dalam penelitian ini lebih dititik beratkan pada sosialisasi pencegahan penyalahgunaan narkoba melalui strategi Humas BNN, dimana pengertian strategi jika dikaitkan dengan sosialisasi P4GN maka tujuannya adalah menggalang 89

26 partisipasi masyarakat untuk turut serta memberantas dan mencegah munculnya praktek-praktek penyalahgunaan Narkoba. Langkah sosialisasi yang dilakukan oleh BNN adalah menyebarkan secara periodik siaran pers kepada media massa baik cetak maupun elektronik dan online mengenai kegiatan-kegiatan dan kebijakan dilingkungan BNN dalam rangka P4GN. Mengadakan pertemuan setiap satu tahun sekali dengan media massa cetak, elektronik dan online yang dikemas antara media discusssion, dalam hal ini BNN akan memaparkan program dan kebijakan BNN dalam kaitannya dengan gerakan P4GN. Menyampaikan informasi-informasi baik bentuk majalah maupun melalui website ( segala kegiatan atau peristiwa yang terkait dengan gerakan P4GN. Dalam merencanakan penyelenggaraan kegiatan, umumnya sosialisasi P4GN berdasarkan teori melakukan kerjasama yang favourable dengan berbagai stakeholdernya termasuk media massa, sedangkan yang dilakukan BNN adalah dengan melakukan media discussion ke beberapa wartawan dari berbagai media yang pada dasarnya mempunyai tujuan untuk mengundang media untuk memaparkan program-program yang telah dilaksanakan oleh BNN, melakukan kampanye, sosialisasi dan juga melakukan publikasi terhadap kegiatan-kegiatan BNN yang berhubungan dengan sosialisasi P4GN. Untuk melaksanakan program sosialisasi, BNN tentunya tidak terlepas dari bantuan banyak pihak terutama bagian Humas. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dianalisa bahwa BNN dalam menjalankan program sosialisasinya tidak 90

27 terlepas dari dukungan media. Melalui kerja sama ini, pemberitaan tentang Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika (P4GN) semakin intens dan menyentuh seluruh lapisan masyarakat sehingga mereka semakin sadar akan bahaya penyalahgunaan Narkotika. 91

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sudah semakin menjamur dan sepertinya hukum di Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sudah semakin menjamur dan sepertinya hukum di Indonesia tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi dewasa ini, kian meningkatnya penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang di kalangan generasi muda. Sehingga maraknya penyimpangan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA KOTA TANJUNGPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB III BADAN NARKOTIKA NASIONAL. A. Latar belakang berdirinya Badan Narkotika Nasional (BNN)

BAB III BADAN NARKOTIKA NASIONAL. A. Latar belakang berdirinya Badan Narkotika Nasional (BNN) BAB III BADAN NARKOTIKA NASIONAL A. Latar belakang berdirinya Badan Narkotika Nasional (BNN) Sejarah penanggulangan bahaya narkotika dan kelembagaannya di Indonesia dimulai tahun 1971 pada saat dikeluarkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN Pada bagian awal dari bab in akan dibahas tentang permasalahan narkoba dan mengenai ditetapkannya Strategi Nasional Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan dan peredaran Gelap Narkotika,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA KOTA PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO,

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari hasil penelitian yang telah dibahas mengenai strategi Badan

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari hasil penelitian yang telah dibahas mengenai strategi Badan BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dibahas mengenai strategi Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Sumatera Barat dalam pencegahan penyalahgunaan narkotika dikalangan remaja,

Lebih terperinci

BNN TES URINE PEGAWAI BPK SUMUT

BNN TES URINE PEGAWAI BPK SUMUT BNN TES URINE PEGAWAI BPK SUMUT Kamis, 11 September 2014 10:28:28 Medan (SIB)- Badan Narkotika Nasional Provinsi melakukan tes urine terhadap pegawai Badan Pemeriksa Keuangan Sumatera Utara di kantor perwakilan

Lebih terperinci

PERATURAN KETUA BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Nomor : PER / 01 / VIII / 2007 / BNN TENTANG

PERATURAN KETUA BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Nomor : PER / 01 / VIII / 2007 / BNN TENTANG PERATURAN KETUA BADAN NARKOTIKA NASIONAL Nomor : PER / 01 / VIII / 2007 / BNN TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA BADAN NARKOTIKA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA KOTA DUMAI

PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA KOTA DUMAI PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA KOTA DUMAI Menimbang : a. bahwa penyalahgunaan narkotika, psikotropika, prekursor dan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL r PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 19 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Bahwa visi atau tujuan Nasional Negara Republik Indonesia adalah untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Lebih terperinci

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) DI KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN NARKOTIKA KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN NARKOTIKA KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN NARKOTIKA KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TEGAL, Menimbang : a. bahwa sebagai tindak

Lebih terperinci

P E M E R I N T A H K O T A D U M A I

P E M E R I N T A H K O T A D U M A I P E M E R I N T A H K O T A D U M A I PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA KOTA DUMAI WALIKOTA DUMAI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR REHABILITASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR REHABILITASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR REHABILITASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Narkotika Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 8 Oktober 2015; disetujui: 15 Oktober 2015

Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Narkotika Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 8 Oktober 2015; disetujui: 15 Oktober 2015 Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Narkotika Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 8 Oktober 2015; disetujui: 15 Oktober 2015 Permasalahan narkotika merupakan salah satu permasalahan global yang selalu

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2007 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL, BADAN NARKOTIKA PROVINSI, DAN BADAN NARKOTIKA KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

Nomor: 04/SKB/M.PAN/12/2003. Nomor : 127 Tahun 2003 Nomor : Ol/SKB/XII/2003/BNN.

Nomor: 04/SKB/M.PAN/12/2003. Nomor : 127 Tahun 2003 Nomor : Ol/SKB/XII/2003/BNN. KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA, MENTERI DALAM NEGERI, DAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA SELAKU KETUA BADAN NARKOTIKA NASIONAL Nomor: 04/SKB/M.PAN/12/2003. 127 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dalam hal ini pemerintah dapat berjalan dengan lancar dan berhasil dan. menyebabkan suatu permasalahan yang baru.

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dalam hal ini pemerintah dapat berjalan dengan lancar dan berhasil dan. menyebabkan suatu permasalahan yang baru. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pentingnya komunikasi bagi manusia tidak dapat dipungkiri, begitu juga halnya bagi suatu organisasi, dengan adanya komunikasi yang baik suatu organisasi dalam hal ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika,

I. PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika, 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lainnya non tembakau dan alkohol) baik di tingkat global, regional

Lebih terperinci

IV. Gambaran Umum Lokasi Penelitian. A. Sejarah dan Letak Badan Narkotika Provinsi (BNP)

IV. Gambaran Umum Lokasi Penelitian. A. Sejarah dan Letak Badan Narkotika Provinsi (BNP) 40 IV. Gambaran Umum Lokasi Penelitian A. Sejarah dan Letak Badan Narkotika Provinsi (BNP) Lampung Badan Narkotika Provinsi (BNP) Lampung berdiri pada tanggal 09 Desember 2009, yang ditetapkan melalui

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 67 ayat (3) Undang- Undang Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD 40 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI KANTOR PELAYANAN PERIJINAN TERPADU SATU PINTU DAN SEKRETARIAT

Lebih terperinci

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO, 02 Maret 2015 BERITA DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR 29 S A L I N A N PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 29 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 83 TAHUN 2007 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL, BADAN NARKOTIKA PROVINSI, DAN BADAN NARKOTIKA KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa penyalahgunaan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG FASILITASI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG FASILITASI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG FASILITASI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA DAN PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA KABUPATEN TOLITOLI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS (KPA) DENGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN)

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS (KPA) DENGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN) KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS (KPA) DENGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN) NOMOR 21 KEP/MENKO/KESRAlXII/2003 NOMOR B/O4/XII/2003/BNN TENTANG UPAYA TERPADU PENCEGAHAN PENULARAN HIV/AIDS

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA KABUPATEN DAN PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA KABUPATEN TOLITOLI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, T

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, T No. 339, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Pencucian Uang. Asal Narkotika. Prekursor Narkotika. Penyelidikan. Penyidikan. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELIDIKAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Berdirinya Badan Narkotika Nasional Provinsi Riau

BAB IV TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Berdirinya Badan Narkotika Nasional Provinsi Riau BAB IV TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Badan Narkotika Nasional Provinsi Riau Badan Narkotika Nasional Provinsi Riau adalah lembaga pemerintah non kementrian yang professional yang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2002 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2002 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2002 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 10 TAHUN 2009 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA KABUPATEN LUMAJANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR : 02 TAHUN 2009 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA KOTA PAYAKUMBUH

PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR : 02 TAHUN 2009 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA KOTA PAYAKUMBUH PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR : 02 TAHUN 2009 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA KOTA PAYAKUMBUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAYAKUMBUH, Menimbang

Lebih terperinci

BADAN NARKOTIKA NASIONAL

BADAN NARKOTIKA NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2002 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa narkotika, psikotropika, prekursor

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti dapat menarik beberapa kesimpulan mengenai pengelolaan kampanye antinarkoba di lingkungan pelajar dan mahasiswa yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. telah menggunakan komputer dan internet. Masyarakat yang dinamis sudah akrab

I. PENDAHULUAN. telah menggunakan komputer dan internet. Masyarakat yang dinamis sudah akrab I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sudah berkembang sangat pesat, hal ini dapat terlihat pada setiap perkantoran suatu instansi pemerintahan telah menggunakan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN WADAH PERAN SERTA MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN WADAH PERAN SERTA MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN WADAH PERAN SERTA MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, Menimbang Mengingat : bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba di Indonesia saat ini menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat dan telah sampai ke semua lapisan masyarakat.

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN KERJA SAMA BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN KERJA SAMA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN KERJA SAMA BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI REHABILITASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI REHABILITASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI REHABILITASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.24/MEN/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.24/MEN/2010 TENTANG DRAFT PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.24/MEN/2010 TENTANG PENYELENGGARAAN KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG FORUM KOORDINASI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERHADAP PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT BADAN NARKOTIKA KABUPATEN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT BADAN NARKOTIKA KABUPATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT BADAN NARKOTIKA KABUPATEN BATANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG,

Lebih terperinci

NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) DI KABUPATEN BANYUWANGI

NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) DI KABUPATEN BANYUWANGI BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) DI KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN INFORMASI PUBLIK DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN INFORMASI PUBLIK DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN INFORMASI PUBLIK DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

RechtsVinding Online. Kelembagaan Badan Narkotika Nasional Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 2 Oktober 2015; disetujui: 7 Oktober 2015

RechtsVinding Online. Kelembagaan Badan Narkotika Nasional Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 2 Oktober 2015; disetujui: 7 Oktober 2015 Kelembagaan Badan Narkotika Nasional Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 2 Oktober 2015; disetujui: 7 Oktober 2015 Saat ini, BNN telah memiliki perwakilan daerah di 33 Provinsi, sedangkan di tingkat

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.679, 2012 BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Balai Rehabilitasi. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL

BERITA NEGARA. No.679, 2012 BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Balai Rehabilitasi. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.679, 2012 BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Balai Rehabilitasi. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA KABUPATEN BERAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BERAU, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA PROVINSI, SEKRETARIAT KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2002 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2002 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2002 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa narkotika, psikotropika, prekursor dan zat adiktif lainnya sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Implementasi..., Agustinus Widdy H, Program Pascasarjana, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Implementasi..., Agustinus Widdy H, Program Pascasarjana, Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagi para pembaca mengenai hal-hal yang melatar belakangi penulis untuk melakukan penelitian terhadap Analisis Implementasi Kebijakan Strategi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. terpercaya terkait dengan Strategi Humas Badan Narkotika Nasional Pada

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. terpercaya terkait dengan Strategi Humas Badan Narkotika Nasional Pada BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1.1 Kesimpulan Setelah melakukan proses wawancara dengan beberapa narasumber terpercaya terkait dengan Strategi Humas Badan Narkotika Nasional Pada Kampanye Pencegahan Peredaran

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1284, 2012 BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Informasi Publik. Pelayanan. Pengelolaan. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN KERJA SAMA BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK

Lebih terperinci

Petugas Back Office PIK, (7) Petugas Front Office PIK, (8) Petugas Via Media PIK, dan (9) Petugas Database Informasi PIK diisi oleh Subbagian Layanan

Petugas Back Office PIK, (7) Petugas Front Office PIK, (8) Petugas Via Media PIK, dan (9) Petugas Database Informasi PIK diisi oleh Subbagian Layanan BAB V PENUTUP Penelitian ini bermula dari hadirnya UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik yang menuntut segenap badan publik di Indonesia untuk membuka lebar-lebar pintu akses atas informasi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI DAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang diberi amanat melakukan. melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari kekuasaan manapun.

BAB I PENDAHULUAN. Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang diberi amanat melakukan. melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari kekuasaan manapun. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), sebagai lembaga negara yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,

Lebih terperinci

RENCANA KERJA 2015 BADAN NARKOTIKA NASIONAL KOTA MATARAM

RENCANA KERJA 2015 BADAN NARKOTIKA NASIONAL KOTA MATARAM RENCANA KERJA 2015 BADAN NARKOTIKA NASIONAL KOTA MATARAM NO KEGIATAN TARGET / SASARAN OUTPUT OUTCOME ANGGARAN KET PENCEGAHAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKT 1 Lembaga pendidikan negeri dan swasta (SD, SLTP,

Lebih terperinci

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 66 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 66 TAHUN 2013 TENTANG 1 GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 66 TAHUN 2013 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI PEMANGKU JABATAN STRUKTURAL PADA BIRO HUBUNGAN MASYARAKAT SEKRETARIAT DAERAH ACEH GUBERNUR ACEH, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN NARKOTIKA KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS Menimbang : a. bahwa penyalahgunaan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI DAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 01 Tahun 2008 Seri : E PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 01 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI,

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN NARKOTIKA KABUPATEN BELITUNG BUPATI BELITUNG,

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN NARKOTIKA KABUPATEN BELITUNG BUPATI BELITUNG, BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN NARKOTIKA KABUPATEN BELITUNG BUPATI BELITUNG, Menimbang : a. bahwa penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika,

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG BADAN NARKOTIKA KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG BADAN NARKOTIKA KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA, SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG BADAN NARKOTIKA KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penanggulangan penyalahgunaan dan peredaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran gelap narkotika di Indonesia menunjukkan adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran gelap narkotika di Indonesia menunjukkan adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peredaran gelap narkotika di Indonesia menunjukkan adanya kecenderungan yang terus meningkat. Hal ini merupakan ancaman yang serius bukan saja terhadap kelangsungan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sejarah Kementerian Sekretariat Negara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sejarah Kementerian Sekretariat Negara 40 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV. 1. Gambaran Umum Obyek Penelitian IV.1.1. Sejarah Kementerian Sekretariat Negara Kementerian Sekretariat Negara (nama Sekretariat Negara berubah menjadi Kementerian

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan

BAB VI PENUTUP. dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai strategi komunikasi bencana yang dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan pengelolaan komunikasi bencana

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlu berinteraksi dengan sesama manusia sebagai aplikasi dari proses sosial

BAB I PENDAHULUAN. perlu berinteraksi dengan sesama manusia sebagai aplikasi dari proses sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya manusia sebagai makhluk sosial, dalam kehidupan seharihari, perlu berinteraksi dengan sesama manusia sebagai aplikasi dari proses sosial tersebut. Untuk

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN BARAT. NOMOR : 21/Kpts/KPU-Prov-019/2012 TENTANG

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN BARAT. NOMOR : 21/Kpts/KPU-Prov-019/2012 TENTANG KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR : 21/Kpts/KPU-Prov-019/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN SOSIALISASI PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

KEWENANGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN) PROVINSI LAMPUNG DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DI PROVINSI LAMPUNG

KEWENANGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN) PROVINSI LAMPUNG DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DI PROVINSI LAMPUNG KEWENANGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN) PROVINSI LAMPUNG DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DI PROVINSI LAMPUNG Willyan Purnama, Upi Hamidah, SH., M.H., Satria Prayoga, S.H., M.H. Program Studi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 03 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 03 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 03 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN BAGIAN DARI PERANGKAT DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

: PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL

: PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR PER / 4 / V / 2010 / BNN TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI DAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIAT JENDERAL Jalan Lapangan Banteng Barat No. 3-4 Jakarta 1 0710 Telp/Fax:(+6221)3510574, 34831934,3812101,3812306, 34833004, 34833005 website: http://kemenag.go.id

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara Republik I

2 2. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara Republik I BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.493, 2015 BNN. Provinsi. Kabupaten/Kota. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penyalahgunaan narkoba in telah mencapai tahap yang mengkhawatirkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. penyalahgunaan narkoba in telah mencapai tahap yang mengkhawatirkan. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba saat ini menjadi persoalan global yang melanda semua wilayah negara diseluruh dunia. Di Indonesia sendiri penyalahgunaan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG KELOMPOK AHLI BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG KELOMPOK AHLI BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG KELOMPOK AHLI BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, Menimbang : bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan, salah satunya adalah pertukaran informasi guna meningkatkan. ilmu pengetahuan diantara kedua belah pihak.

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan, salah satunya adalah pertukaran informasi guna meningkatkan. ilmu pengetahuan diantara kedua belah pihak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah bangsa besar adalah bangsa yang memiliki masyarakat yang berilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan bisa diperoleh dari berbagai sumber, misalnya lembaga

Lebih terperinci

BUPATI MALANG. Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Salam sejahtera bagi kita semua.

BUPATI MALANG. Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Salam sejahtera bagi kita semua. BUPATI MALANG SAMBUTAN BUPATI MALANG PADA KEGIATAN DISEMINASI INFORMASI PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN, PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) KEPADA PELAJAR DENGAN PEMANFAATAN MEDIA KONVENSIONAL

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA KOTA

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA KOTA SALINAN NOMOR 1/D, 2009 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA KABUPATEN TAPIN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA KABUPATEN TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA KABUPATEN TAPIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dilaksanakan oleh instansi pemerintahan itu sendiri, seperti acara workshop

BAB I PENDAHULUAN. yang dilaksanakan oleh instansi pemerintahan itu sendiri, seperti acara workshop BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi di instansi pemerintahan umumnya berisi tentang acara kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintahan itu sendiri, seperti acara workshop

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemberantasan penyalahgunaan narkotika merupakan masalah yang sangat penting,

I. PENDAHULUAN. Pemberantasan penyalahgunaan narkotika merupakan masalah yang sangat penting, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemberantasan penyalahgunaan narkotika merupakan masalah yang sangat penting, penyalahgunaan narkotika dapat berdampak negatif, merusak dan mengancam berbagai aspek

Lebih terperinci

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI III DPR RI DENGAN KPK, BNN DAN PPATK --------------------------------------------------- (BIDANG HUKUM, HAM DAN KEAMANAN) Tahun Sidang : 2015-2016

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 03 TAHUN 2009 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 03 TAHUN 2009 T E N T A N G PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 03 TAHUN 2009 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN BAGIAN DARI PERANGKAT DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG PENEGAKAN PERATURAN DAERAH NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.13/MEN/2005 TENTANG FORUM KOORDINASI PENANGANAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.13/MEN/2005 TENTANG FORUM KOORDINASI PENANGANAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.13/MEN/2005 TENTANG FORUM KOORDINASI PENANGANAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, Menimbang

Lebih terperinci

S A L I N A N. Lampiran : KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK Nomor : 03/Kpts/KPU-Kab/ /2012 Tanggal : 7 Mei 2012

S A L I N A N. Lampiran : KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK Nomor : 03/Kpts/KPU-Kab/ /2012 Tanggal : 7 Mei 2012 Lampiran : KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK Nomor : 03/Kpts/KPU-Kab/014.329801/2012 Tanggal : 7 Mei 2012 PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN SOSIALISASI PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM BUPATI DAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN KABUPATEN LAMONGAN

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN KABUPATEN LAMONGAN 1 SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN KABUPATEN LAMONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS I. PENDAHULUAN

PETUNJUK TEKNIS I. PENDAHULUAN Komisi Penyiaran Indonesia PETUNJUK TEKNIS GUGUS TUGAS PENGAWASAN DAN PEMANTAUAN PEMBERITAAN, PENYIARAN, DAN IKLAN KAMPANYE PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR, BUPATI DAN WAKIL BUPATI, DAN/ATAU WALIKOTA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN EMPAT LAWANG

PEMERINTAH KABUPATEN EMPAT LAWANG PEMERINTAH KABUPATEN EMPAT LAWANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN EMPAT LAWANG NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA KABUPATEN EMPAT LAWANG DENGAN

Lebih terperinci