KOMISI INFORMASI PUSAT REPUBLIK INDONESIA. PUTUSAN Nomor: 054/V/KIP-PS-A/ IDENTITAS

Transkripsi

1 ASLI KOMISI INFORMASI PUSAT REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN Nomor: 054/V/KIP-PS-A/2014 KOMISI INFORMASI PUSAT REPUBLIK INDONESIA 1. IDENTITAS [1.1] Komisi Informasi Pusat yang menerima, memeriksa, dan memutus Sengketa Informasi Publik Nomor Registrasi 054/V/KIP-PS/2014 yang diajukan oleh: Nama : Gaturi Alamat : Jl. Kramat RT 011/RW 03 No. 54A Kec. Jagaraksa Kota Jakarta Selatan Provinsi DKI Jakarta (12610). Selanjutnya disebut sebagai Pemohon Terhadap Nama Alamat : Kementerian Komunikasi dan Informatika RI : Jl. Merdeka Barat No. 9 Jakarta Pusat. Selanjutnya disebut sebagai Termohon. Yang dalam persidangan diwakili oleh Sukartono, S.IP., M,Si berdasarkan Surat Kuasa Nomor: 1230/SJ/KOMINFO/KP.01.13/09/2014 tertanggal 17 September 2014, dari Sekretaris Jenderal Kementerian Komunikasi dan Informatika RI selaku Atasan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi. [1.2] Telah membaca surat permohonan Pemohon; Telah mendengar keterangan Pemohon;

2 Telah mendengar keterangan Termohon; Telah memeriksa surat-surat dari Pemohon; Telah memeriksa surat-surat dari Termohon. 2. DUDUK PERKARA A. Pendahuluan [2.1] bahwa Pemohon telah mengajukan Permohonan Penyelesaian Sengketa Informasi Publik tertanggal 6 Mei 2014 yang diterima dan terdaftar di Kepaniteraan Komisi Informasi Pusat dengan registrasi sengketa nomor: 054/V/KIP-PS/2014. Kronologi [2.2] bahwa Pemohon mengajukan Permohonan Informasi Publik kepada PP1D Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kemenkominfo RI) tertanggal 3 Februari 2014 yang dibuktikan dengan Tanda Bukti Penerimaan Permintaan Informasi Publik No. 005/PPID/KOMINFO/TB/02/20I4. Adapun salinan informasi dokumen yang dimohon oleh Pemohon adalah: 1) Anggota Komite Tunjangan Kerja dan instansi asalnya (dari kementerian atau lembaga mana saja); 2) Hasil Rapat Harmonisasi bulan November 2013 di Kementerian Hukum dan HAM tentang tunjangan kinerja; dan 3) Rekapitulasi pembayaran Rapel Tunjangan Kinerja 2013 semua pegawai di semua satuan kerja dari total anggaran Rp [2.3] bahwa pada tanggal 17 Februari 2014 Pemohon menyampaikan surat keberatan kepada Atasan PP1D Kemenkominfo karena tidak ditanggapinya permohonan informasi oleh PP1D. [2.4] bahwa pada tanggal 6 Mei 2014, Pemohon mengajukan permohonan penyelesaian sengketa informasi publik ke Komisi Informasi Pusat. [2.5] bahwa Sengketa Informasi Publik a quo telah diadakan sidang pada tanggal 17 September 2014 yang dihadiri oleh Pemohon dan kuasa Termohon, tanggal 18 September 2014, yang dihadiri oleh Pemohon dan kuasa Termohon. 2

3 Alasan Permohonan Penyelesaian Sengketa Informasi Publik [2.6] Pemohon mengajukan permohonan penyelesaian sengketa informasi publik atas perkara a quo karena permintaan informasinya tidak dipenuhi. Alasan atau Tujuan Permohonan Informasi Publik [2.7] Pemohon mengajukan permohonan informasi untuk mendapatkan data tambahan guna upaya penegakkan hukum yang telah dilakukan kepada beberapa instansi lainnya. Petitum [2.8] Pemohon memohon Komisi Informasi Pusat untuk memutus sengketa Informasi Publik ini. B. Alat Bukti Keterangan Pemohon [2.9] Menimbang bahwa di persidangan Pemohon menyampaikan keterangan sebagai berikut: 1. bahwa menurut Pemohon jangka waktu dalam prosedur penyelesaian sengketa informasi publik yang diajukannya sudah tepat; 2. bahwa Pemohon memahami informasi yang dimohonkannya. Pertama, Pemohon meminta nama-nama anggota komite, informasi itu awalnya didapat dari Biro Hukum yang menyatakan bahwa tunjangan kinerja itu sudah dibahas di Kementenan Hukum dan H AM. Kedua, hasil rapat harmonisasi dilakukan di Kementerian Hukum dan HAM. Ketiga, Rekapitulasi Pembayaran Rapel Tunjangan Kinerja 2013; 3. bahwa mengenai Rekapitulasi Pembayaran Tunjangan Kinerja, ada sekitar 3600 PNS di Kominfo. Pemohon sendiri adalah salah satu dari PNS Kominfo itu. Rapel dari bulan Juli sampai Desember 2013 itu seharusnya tidak menggunakan potongan berdasarkan absensi. Ini berdasarkan PP No. 82 dan ditindaklanjuti dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 53 bahwa absensi dan sebagainya baru diberlakukan Januari Tetapi nyatanya Tunjangan Kinerja di Kominfo dari Juli sampai Desember 2013 sudah dipotong berdasarkan absensi; 4. bahwa prinsip dasarnya Pemohon mengetahui informasi-informasi itu karena ada acuan anggaran dari Kominfo kepada Kemenkeu. Pada waktu itu ada anggaran sebanyak Rp 65 milyar untuk Tunjangan Kinerja. Kemudian Menkeu mengajukan langsung kepada DPR dan disetujui, namun realisasinya hanya Rp 58 milyar sehingga Pemohon mempertanyakan yang Rp 7 milyar itu; 3

4 5. bahwa Pemohon sudah beberapa kali melakukan komunikasi secara lisan dengan PPID terkait dengan pemohonan informasi yang diajukan Pemohon kepada PP1D Kominfo namun komunikasi lisan itu tidak tercatat; 6. bahwa Pemohon adalah PNS tetapi Pemohon juga mempunyai LSM. Tujuan permohonan informasi ini ialah untuk mengetahui pejabat yang berkaitan ini bekerja atau tidak, ada penyimpangan atau tidak; 7. bahwa informasi ini terkait dengan Tunjangan Kinerja yang pada waktu anggarannya diajukan adalah sebesar Rp 65 milyar tapi realisasinya hanya sebesar Rp 58 milyar. Belum lagi ada potongan pajak sehingga kemudian hanya tinggal Rp 52 milyar. Setelah potongan pajak ada lagi potongan absensi, potongan absensi kurang lebih sebesar Rp 4 milyar. Oleh karena itu munculah kemudian angka Rp 17 milyar yang menurut Pemohon tidak jelas kemana uangnya. Akhirnya pada waktu itu Pemohon mempertanyakan yang Rp 7 milyar pertama itu kemana. Selanjutnya dijawab oleh PPID bahwa hal itu dikarenakan ada yang pensiun, ada yang meninggal, dan pindah. Pemohon kemudian meminta informasi nama-namanya, satuan kerjanya, dan grade - nya. Kedua, Pemohon meminta informasi dari Rp 58 milyar ke Rp 52 milyar untuk potongan pajak itu karena berdasarkan peraturannya pajak itu ditanggung oleh negara; 8. bahwa informasi yang dimohonkan oleh Pemohon ini paling tidak untuk melengkapi data yang sudah dimiliki sebelumnya. Pemohon sudah melaporkan permasalahan ini kepada KPK secara online namun masih kekurangan data, maka data ini nantinya dipergunakan untuk melengkapi kekurangan itu. Selanjutnya terserah KPK apakah akan diteliti atau tidak, apakah ada permainan atau tidak; 9. bahwa Pemohon mengetahui informasi mengenai nama/nomenklatur "Komite Pemberian Tunjangan Kinerja itu dari Biro Hukum berdasarkan surat resmi yang dikeluarkan Biro Hukum. Dari informasi awal itulah kemudian Pemohon ingin mengetahui siapa-siapa saja anggota komite itu dan dari instansi mana; dan 10. bahwa informasi yang dimohonkan oleh Pemohon seharusnya terbuka, termasuk soal nama, NIP, dan besaran tunjangan yang diterima. Kalau tidak terbuka sulit untuk menghitung anggarannya. Justru akan terang benderang kalau kasus ini dibuka dan menyelesaikan persoalan. Surat-Surat Pemohon [2.10] Bahwa Pemohon mengajukan surat sebagai berikut: 4

5 Surat P-l Salinan Kartu Tanda Penduduk Surat P-2 Salinan Tanda Bukti Penerimaan Permintaan Informasi Publik No. Surat P-3 Surat P-4 005/PPID/KOMINFO/TB/02/2014 tertanggal 3 Februari Salinan Surat Pernyataan Keberatan kepada Kepala PPID Kementerian Komunikasi dan Informatika RI tertanggal 17 Februari Salinan Tanda Bukti Pernyataan Keberatan yang dibuat oleh PPID Kementerian Komunikasi dan Informatika RI tertanggal 17 Februari Surat P-5 Salinan Formulir Permohonan Penyelesaian Sengketa Informasi Publik Surat P-6 Surat P-7 Surat P-8 tertanggal 6 Mei Salinan Nota Dinas Nomor: 38/SJ.4/UM.01.01/1/2014 tertanggal 21 Januari 2014 dari Kepala Biro Hukum Kementerian Komunikasi dan Informatika RI perihal tanggapan permohonan ditinjau kembali pemberian rapel tunjangan kerja. Salinan Rekapitulasi Hasil Potongan Kehadiran dan Kelebihan Pembayaran Tunjangan Kerja Tahun Salinan Daftar Tunjangan Kinerja Pegawai Badan Litbang SDM Kementerian KOMINFO bulan Juli sampai dengan Desember Keterangan Termohon [2.11] Menimbang bahwa di persidangan Termohon menyampaikan keterangan sebagai berikut: 1. bahwa sebagaimana yang diajukan dari Pemohon memang semuanya betul, tidak ada masalah. Namun sebagaimana diatur dalam Perki No. 1 Tahun 2013, pada Pasal 36 ayat (1) huruf d mengenai ketentuan jangka waktu atau tanggal-tanggal pengajuan permohonan itu seperti juga diatur dalam UU 14 Tahun 2008 KIP Pasal 22 ayat (7), ayat (8), Pasal 36 dan Pasal 37, mohon dapat dipertimbangkan oleh Majelis untuk dapat berlanjutnya sidang ini; 2. bahwa PPID Kominfo memberikan formulir permohonan informasi bagi Pemohon Informasi yang akan mengajukan permohonan kepada Kominfo dan apabila Permohonan Informasi itu sudah diajukan maka selanjutnya PPID memberikan bukti tanda terima. Hal itu sudah dilakukan kepada Pemohon dimana Termohon memberikan formulir permohonan informasi dan bukti tanda terimanya; 5

6 3. Termohon menghitung jangka waktu dalam prosedur penyelesaian sengketa informasi. Termohon mempunyai waktu 10 hari kerja untuk menjawab permohonan, namun di hari kesepuluh dimana itu masih ranah Termohon untuk menjawab Pemohon namun Pemohon sudah mengajukan keberatan. Selain itu, secara prosedural ada juga persoalan dalam jangka waktu pengajuan Permohonan PSI oleh Pemohon ini, Jadi menurut Termohon, dari segi prosedur waktu permohonan d i satu sisi prematur dan sisi lain juga daluwarsa; 4. Sebetulnya permintaan Pemohon pernah disampaikan sebelumnya dan Termohon sudah memberikan/menyampaikan jawabannya. Untuk poin nomor 3 mengenai permintaan informasi Rekapitulasi Pembayaran Rapel Tunjangan Kinerja 2013 sudah pernah diberikan yaitu pada tanggal 28 Januari 2014 dalam rangka menjawab permohonan informasi tertanggal 15 Januari Untuk permintaan yang lain, nomor 1 dan 2 itu memang tidak berada dalam penguasaan Termohon karena posisi Termohon pada waktu itu hanya sebagai pihak yang diundang; 5. Termohon bukan tidak mau menjawab permohonan Pemohon. Semua persoalan akan dilayani. Sebetulnya pada tanggal 19 Februari 2014 juga Termohon juga berkirim surat, menjawab permohonan Pemohon. Karena ini dari internal Termohon maka Termohon mengarahkan untuk diselesaikan di internal; 6. Nama/nomenklatur Komite Pemberian Tunjangan Kinerja' itu di Perpres tidak ada. Istilah yang ada di Perpres adalah Pembentukan Komite Pengarah Reformasi Birokrasi; 7. Terkait dengan permintaan tanggal 15 Januari kami sudah jawab pada 28 Januari. Sebelum itu telah ada pertemuan yang dipimpin oleh Pak Sekjen dan dihadiri oteh Pak Dirjen, Biro Hukum, Biro Keuangan, dan Biro Umum. Dari pertemuan komunikasi itu tercermin ada pembicaraan mengenai masalah anggota komite itu. Dari hasil itu Kominfo diundang di salah satu Ditjen Kemenkumham untuk membahas masalah pemberian tunjangan kinerja. Kemudian tangga! 3 Februari terjadilah permohonan informasi ini. Termohon menyampaikan bahwa permintaan nomor 1 dan nomor 3 itu sudah terjawab, termasuk mengenai masalah pajak, bukti pembayaran pajak sudah diberikan semua, rekapnya sudah diberikan semua ketika menjawab surat tanggal 15 Januari itu, kecuali nama dan NIP karena itu berkaitan dengan Pasal 17 (informasi yang dikecualikan). Sedangkan untuk permintaan nomor 2 tidak dikuasai oleh Termohon; 6

7 8. Termohon mengirimkan surat tertanggal 19 Februari 2014 kepada Pemohon dengan menggunakan nota dinas karena Tata Naskah di Kominfo mengatur seperti itu. Karena Pemohon adalah orang dalam maka Termohon menggunakan nota dinas; 9. Dari ketiga informasi yang diminta oleh Pemohon memang tidak ada yang termasuk dalam kategori inform asi yang dik ecualik an. Tetapi untuk permintaan nomor 2 bukan dalam ranah kewenangan Termohon, Termohon tidak menguasai informasi itu karena Termohon pada waktu itu dalam posisi sebagai pihak yang diundang oleh Kemenkumham; 10. Nama Komite sebagaimana dimaksud Pemohon sebetulnya ialah yang sesuai dengan Keppres No. 14 Tahun Nama Komite Pemberian Tunjangan Kinerja itu mungkin hanya penyebutan secara lisan/singkatan saja. Keppres No. 14 Tahun 2010 sudah di publish, bisa diakses kapan saja dan bisa diunduh. Lagipula Keppres tersebut bukan produk PPID Kominfo; 11. Di Perpres No. 82 memang nama Komite itu tidak ada. Di permenkominfo juga tidak ada. Itu sebetulnya sudah dikonfirmasi oleh Kepala Biro Hukum sendiri bahwa yang dimaksud nama Komite itu ialah yang sesuai dengan Keppres No. 14 Tahun hanya saja mungkin nama Komite sebagaimana yang diyakini oleh Pemohon itu hanya nama singkatan atau istilah saja, supaya memudahkan penyebutannya. 12. Termohon menghitamkan informasi mengenai nama, NIP, besaran tunjangan pada waktu menjawab permohonan dari Pemohon tertanggal 28 Februari 2014 itu mengacu kepada UU No. 14 Tahun 2008 karena itu menyangkut data pribadi seseorang. Hal itu dilakukan karena menjalankan amanat UU No. 14 Tahun 2008, bukan karena Termohon tidak mau memberikan informasi itu. Surat-Surat Termohon [2.12] Bahwa Termohon mengajukan surat sebagai berikut: Surat T-l Salinan Surat Kuasa Nomor: Nomor: 1230/SJ/KOMINFO/KP.01.13/09/2014 tertanggal 17 September 2014, dari Sekretaris Jenderal Kementerian Komunikasi dan Informatika RI selaku Atasan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi. Surat T-2 Salinan Nota Dinas Nomor: 22/PP1D/KOMINFO/02/2014 tertanggal 19 Februari 2014 dari Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi Kementerian Komunikasi dan Informatika RI perihal jawaban atas keberatan permintaan informasi. 7

8 Surat T-3 Salinan Surat Nomor: 12/PPID/KOMINFO/01/2014 tertanggal 27 Januari 2014 dari Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi perihal jawaban PP1D atas permintaan informasi beserta lampirannya. 3. PERTIMBANGAN HUKUM [3.1] Menimbang bahwa maksud dan tujuan permohonan sesungguhnya adalah mengenai permohonan Penyelesaian Sengketa Informasi Publik sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 5, Pasal 35 ayat (I) huruf c, dan Pasal 37 ayat (2) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU K1P)jimcto Pasal 5 huruf b, Pasal 13 huruf b Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 Tahun 2013 tentang Prosedur Penyelesaian Sengketa Informasi Publik (Perki No. 1Tahun 2013), [3.2] Menimbang bahwa sebelum memasuki pokok permohonan, berdasarkan Pasal 36 ayat (1) Perki No. 1Tahun 2013 Majelis Komisioner akan mempertimbangkan terlebih dahulu halhal sebagai berikut: 1. kewenangan Komisi Informasi Pusat untuk memeriksa dan memutus permohonan a quo. 2. kedudukan hukum (legal standing) Pemohon untuk mengajukan permohonan penyelesaian sengketa informasi. 3. kedudukan hukum {legal standing) Termohon sebagai Badan Publik dalam sengketa informasi. 4. batas waktu pengajuan Permohonan Penyelesaian Sengketa Informasi. Terhadap keempat hal tersebut di atas, Majelis mempertimbangkan dan memberikan pendapat sebagai berikut: A. Kewenangan Komisi Informasi Pusat [3.3] Menimbang bahwa Komisi Informasi (KI) Pusat mempunyai dua kewenangan yaitu kewenangan absolut dan kewenangan relatif. Kewenangan Absolut [3.4] Menimbang bahwa berdasarkan ketentuan Pasal I angka 4 UU KIP dinyatakan: Komisi Informasi adalah lembaga mandiri yang berfungsi menjalankan UU KIP dan peraturan pelaksanaannya, menetapkan petunjuk teknis standar layanan informasi 8

9 publik dan menyelesaikan sengketa informasi publik melalui mediasi dan/atau ajudikasi nonlitigasi. [3.5] Menimbang bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 1angka 5 UU K1? jimcto Pasal 1angka 3 Perki No. 1Tahun 2013 dinyatakan: S en g k eta In form asi Publik adalah sen gk eta y a n g terjadi antara B adan Publik dengan Pemohon Informasi Publik dan/atau Pengguna Informasi Publik yang berkaitan dengan hak memperoleh dan/atau menggunakan Informasi Publik berdasarkan peraturan perundang-undangan. [3.6] Menimbang bahwa berdasarkan ketentuan: Pasal 26 ayat (1) huruf a UU KIP Komisi Informasi bertugas: menerima, memeriksa, dan memutus permohonan penyelesaian Sengketa Informasi Publik melalui Mediasi dan/atau Ajudikasi nonlitigasi yang diajukan oleh setiap Pemohon Informasi Publik berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud dalam UU KIP. Pasal 22 UU KIP: Ayat (1) Setiap Pemohon Informasi Publik dapat mengajukan permintaan untuk memperoleh Informasi Publik kepada Badan Publik terkait secara tertulis atau tidak tertulis. Ayat (7) Paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja sejak diterimanya permintaan, Badan Publik yang bersangkutan wajib menyampaikan pemberitahuan tertulis yang berisikan : a. informasi yang diminta berada di bawah penguasaannya ataupun tidak; b. Badan Publik wajib memberitahukan Badan Publik yang menguasai informasi yang diminta apabila informasi yang diminta tidak berada dibawah penguasaannya dan Badan Publik yang menerima permintaan mengetahui keberadaan informasi yang diminta; c. penerimaan atau penolakan permintaan dengan alasan yang tercantum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17; d. dalam hal permintaan diterima seluruhnya atau sebagian dicantumkan materi informasi yang akan diberikan; e. dalam hal suatu dokumen mengandung materi yang dikecualikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, maka informasi yang dikecualikan tersebut dapat dihitamkan dengan disertai alasan dan materinya; f. alat penyampai dan format informasi yang akan diberikan; dan/ atau g. biaya serta cara pembayaran untuk memperoleh informasi yang diminta. Ayat (8) 9

10 Badan Publik yang bersangkutan dapat memperpanjang waktu untuk mengirimkan pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (7), paling lambat 7 ( tujuh) hari kerja berikutnya dengan memberikan alasan secara tertulis. Pasal 36 UU KIP: Ayat (1) Keberatan diajukan oleh Pemohon Informasi Publik dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja setelah ditemukannya alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1). Ayat (2) Atasan pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) memberikan tanggapan atas keberatan yang diajukan oleh Pemohon Informasi Publik dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak diterimanya keberatan secara tertulis. Pasal 37 ayat (2) UU KIP Upaya penyelesaian Sengketa Informasi Publik diajukan dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah diterimanya tanggapan tertulis dari atasan pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (2). Pasal 38 ayat (1) UU KIP Komisi Informasi Pusat dan Komisi Informasi provinsi dan/atau Komisi Informasi kabupaten/kota harus mulai mengupayakan penyelesaian Sengketa Informasi Publik melalui Mediasi dan/atau Ajudikasi nonlitigasi paling lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah menerima permohonan penyelesaian Sengketa Informasi Publik. [3.7] Menimbang bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 5 Perki No. I Tahun 2013 dinyatakan: Penyelesaian Sengketa Informasi Publik melalui Komisi Informasi dapat ditempuh apabila: a. Pemohon tidak puas terhadap tanggapan atas keberatan yang diberikan oleh atasan PPID; atau b. Pemohon tidak mendapatkan tanggapan atas keberatan yang telah diajukan kepada atasan PPID dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kerja sejak keberatan diterima oleh atasan PPID. [3.8] Menimbang bahwa berdasarkan fakta persidangan Pemohon telah menempuh mekanisme memperoleh informasi dan mengajukan Permohonan Penyelesaian Sengketa Informasi Publik sebagai berikut: I. Pemohon mengajukan Permohonan Informasi Publik kepada PPID Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kemenkominfo RI) tertanggal 3 Februari 2014 yang. 10

11 dibuktikan dengan Tanda Bukti Penerimaan Permintaan Informasi Publik No. 005/PPID/KOMINFO/TB/02/ Pemohon menyampaikan surat keberatan kepada Atasan PPID Kemenkominfo tertanggal 17 Februari 2014 karena tidak ditanggapinya permohonan informasi oleh PPID. 3. Pemohon mengajukan permohonan penyelesaian sengketa informasi publik ke Komisi Informasi Pusat pada tanggal 6 Mei [3.9] Menimbang bahwa berdasarkan uraian dalam paragraf [3.4] sampai dengan paragraf [3.8] Majelis berpendapat bahwa sengketa a quo berada dalam kompetensi absolut Komisi Informasi Pusat dan oleh karenanya Komisi Informasi Pusat mempunyai kewenangan untuk menyelesaian sengketa a quo. Kewenangan Relatif [3.10] Menimbang bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 27 ayat (2) UU KIP dinyatakan: Kewenangan Komisi Informasi Pusat meliputi kewenangan penyelesaian Sengketa Informasi Publik yang menyangkut Badan Publik pusat dan Badan Publik tingkat provinsi dan/atau Badan Publik tingkat kabupaten/kota selama Komisi Informasi di provinsi atau Komisi Informasi kabupaten/kota tersebut belum terbentuk. [3.11] Menimbang bahwa berdasarkan Pasal 6 ayat (1) Perki No. I Tahun 2013, dinyatakan: Komisi Informasi Pusat berwenang menyelesaikan Sengketa Informasi Publik yang menyangkut Badan Publik Pusat, [3.12] Menimbang bahwa berdasarkan penjelasan Pasal 6 ayat (1) Perki No. 1 Tahun 2013 yang dimaksud dengan Badan Publik Pusat adalah: Badan Publik yang lingkup kerjanya bersifat nasional atau lembaga tingkat pusat dari suatu lembaga yang hierarkis. Contoh: Kementerian, MPR, DPR, Mahkamah Agung, Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia, Markas Besar Tentara Nasional Indonesia, Partai Politik tingkat pusat, organisasi non pemerintah tingkat pusat, BUMN, atau lembaga negara lain di tingkat pusat. [3.13] Menimbang bahwa Termohon adalah Kementerian Komunikasi dan Informatika RI yang merupakan salah satu Kementerian Negara sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara, yang kemudian diatur lebih lanjut dengan Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara.

12 [3.14] Menimbang Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 Tentang Kementerian Negara, menyatakan bahwa: Pasal 1angka 1 Kementerian Negara yang selanjutnya disebut Kementerian adalah perangkat pemerintah yang membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan. Pasal 2 Kementerian berkedudukan di Ibu Kota Negara Republik Indonesia. Pasal 3 Kementerian berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. [3.15] Menimbang Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara, menyatakan bahwa: Pasal 1 Dengan Peraturan Presiden ini dibcntuk Kementerian Negara, yang selanjutnya disebut dengan Kementerian: (Angka 24): Kementerian Komunikasi dan Informatika Pasal 95 Segala pembiayaan yang diperlukan bagi pelaksanaan tugas masing-masing Kementerian dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. [3.16] Menimbang bahwa berdasarkan uraian pada paragraf [3.10] sampai dengan paragraf [3.15] Majelis berpendapat bahwa sengketa a quo berada dalam kompetensi relatif Komisi Informasi Pusat dan oleh karenanya Komisi Informasi Pusat mempunyai kewenangan untuk menerima, memeriksa dan memutus sengketa a quo. B. Kedudukan Hukum (LegalStanding) Pemohon [3.17] Menimbang bahwa berdasarkan Pasal 1angka 11 dan angka 12 UU KIP juneto Pasal 1 angka 7 Perki No.l Tahun 2013 disebutkan bahwa Pemohon Penyelesaian Sengketa Informasi Publik adalah Pengguna atau Pemohon Informasi Publik yang menggunakan informasi publik atau mengajukan permintaan informasi publik sebagaimana diatur dalam UU KIP. [3.18] Menimbang ketentuan sebagai berikut: Pasal 11 ayat (1) huruf a Perki No.l Tahun 2013 Pemohon wajib menyertakan dokumen kelengkapan permohonan berupa identitas yang sah, yaitu: 12

13 ]. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk, Paspor, atau identitas lain yang sah yang dapat membuktikan Pemohon adalah Warga Negara Indonesia, atau 2. Anggaran dasar yang telah disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dan telah tercatat di Berita Negara Republik Indonesia dalam hal Pemohon adalah Badan Hukum. 3. Surat kuasa dan fotokopi Kartu Tanda Penduduk pemberi kuasa dalam hal Pemohon mewakili kelompok orang. [3.19] Menimbang bahwa permohonan yang diajukan oleh Warga Negara Indonesia, maka berdasarkan uraian paragraf [3.18] Pemohon wajib melampirkan fotokopi Kartu Tanda Penduduk, Paspor, atau identitas lain yang sah yang dapat membuktikan Pemohon adalah Warga Negara Indonesia dalam hal Pemohon adalah warga negara Indonesia. [3.20] Menimbang bahwa telah menjadi fakta hukum yang tidak terbantahkan di dalam persidangan bahwa Pemohon adalah perorangan warga negara Indonesia dengan bukti fotokopi Kartu Tanda Penduduk (vide Surat P-l). [3.21] Menimbang bahwa berdasarkan uraian pada paragraf [3.17] sampai dengan paragraf [3.20] Majelis berpendapat Pemohon memenuhi syarat kedudukan hukum (legal.standing) sebagai Pemohon Penyelesaian Sengketa Informasi Publik dalam sengketa a quo. C. Kedudukan Hukum (Legal Standing) Termohon [3.22] Menimbang bahwa kedudukan hukum Kementerian Komunikasi dan Informatika RI sebagai Termohon Penyelesaian Sengketa Informasi Publik dalam sengketa a quo sesungguhnya telah diuraikan dan dipertimbangkan pada bagian 'Kewenangan Relatif (paragraf [3.10] sampai dengan paragraf [3.16]). Pertimbangan-pertimbangan tersebut mutatis mutandis berlaku dalam menguraikan dan mempertimbangkan kedudukan hukum Termohon sebagaimana dimaksud pada bagian ini (Bagian C. Kedudukan Hukum Termohon). [3.23] Menimbang bahwa berdasarkan uraian pada paragraf [3.22] diatas, Majelis berpendapat Termohon memenuhi syarat kedudukan hukum (legal standing) sebagai Termohon Penyelesaian Sengketa Informasi Publik dalam sengketa n quo. D. Batas Waktu Pengajuan Permohonan Penyelesaian Sengketa Informasi. [3.24] Menimbang bahwa berdasarkan fakta hukum yang tidak terbantahkan dalam persidangan, Pemohon telah menempuh mekanisme permohonan informasi, keberatan, dan 13

14 pengajuan permohonan penyelesaian Sengketa Informasi Publik sebagaimana dimaksud pada paragraf [2.2] sampai dengan paragraf [2.4] (Kronologi). [3.25] Menimbang bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 5 Perki No. 1 Tahun 2013 yang m enyatakan: Penyelesaian Sengketa Informasi Publik melalui Komisi Informasi dapat ditempuh apabila: a. Pemohon tidak puas terhadap tanggapan atas keberatan yang diberikan oleh atasan PPID; atau b. Pemohon tidak mendapatkan tanggapan atas keberatan yang telah diajukan kepada atasan PPID dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kerja sejak keberatan diterima oleh atasan PPID. [3.26] Menimbang bahwa berdasarkan ketentuan pada Pasal 22 ayat (1) dan ayat (7), 36 ayat (1) dan ayat (2), serta 37 ayat (2) UU K1P jimcto Pasal 13 Perki No. 1Tahun 2013 yang pada pokoknya mengatur mengenai mekanisme dan batas waktu permohonan informasi disertai pengajuan permohonan penyelesaian sengketa informasi kepada Komisi Informasi. [3.27] Menimbang bahwa berdasarkan uraian kronologi permohonan penyelesaian sengketa informasi sebagaimana telah diuraikan pada paragraf [2.2] sampai dengan paragraf [2.4] Majelis menemukan adanya ketidaksesuaian jangka waktu yang ditempuh oleh Pemohon dengan syarat ketentuan jangka waktu yang diatur dalam UU KIP dan Perki No. 1 Tahun [3.28] Menimbang bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 22 ayat (7) UU KIP disebutkan bahwa Badan Publik mempunyai waktu 10 hari kerja untuk menjawab permintaan informasi dari Pemohon sejak diterimanya permohonan informasi. Dengan demikian, menurut UU KIP, keberatan baru dapat diajukan oleh Pemohon setelah jangka waktu 10 hari kerja bagi Badan Publik untuk menjawab permintaan itu sudah terlewati. [3.29] Menimbang bahwa pada faktanya, Pemohon mengajukan permintaan informasi kepada Termohon pada tanggal 3 Februari 2014 dan sudah mengajukan keberatan kepada atasan PPID Kemenkominfo (Termohon) pada tanggal 17 Februari Jika dihitung, dari tanggal 3 Februari 2014 ke tanggal 17 Februari 2014 baru memasuki hari kerja yang kesepuluh. Artinya, ketika Pemohon mengajukan keberatan pada tanggal 17 Februari 2014, jangka'waktu bagi PPID untuk menjawab permintaan informasi itu belum berakhir/belum terlewatk karena 14

15 keberatan diajukan tepat dihari kerja yang kesepuluh dari sejak diajukannya permintaan informasi atau dengan kata lain tanggal 17 Februari 2014 itu adalah hari terakhir bagi PP1D untuk menjawab permintaan informasi dari Pemohon. Dengan demikian keberatan yang diajukan oleh Pemohon lebih cepat atau premature dari yang seharusnya, menurut UU KIP. [3.30] Menimbang bahwa pada faktanya, Termohon menjawab permohonan informasi Pemohon tertanggal 19 Februari 2014 (vide Surat T-2). Dengan demikian, berdasarkan perhitungan jangka waktu sesuai dengan ketentuan Pasal 22 ayat (7) UU KIP maka jawaban atas permohonan informasi yang diberikan oleh Termohon telah lewat waktu atau dengan kata lain daluwarsa. Hal ini dikarenakan tidak dipenuhinya ketentuan perpanjangan waktu sebagaimana diatur dalam Pasal 22 ayat (8) UU KIP. [3.31] Menimbang bahwa selain terdapat ketidaktepatan dalam ketentuan waktu pengajuan keberatan, Majelis juga menemukan adanya ketidaktepatan ketentuan waktu pengajuan permohonan penyelesaian sengketa informasi (PSI) yang diajukan oleh Pemohon kepada Komisi Informasi Pusat. [3.32] Menimbang bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 36 ayat (2) dan Pasal 37 ayat (2) UU KIP juncto Pasal 13 Perki Mo. 1 Tahun 2013, disebutkan bahwa jangka waktu pengajuan permohonan PSI ke Komisi Informasi dilakukan paling lambat 14 hari kerja sejak diterimanya tanggapan tertulis atas keberatan atau berakhirnya jangka waktu 30 hari kerja bagi atasan PPID dalam memberikan tanggapan tertulis atas keberatan yang diajukan Pemohon. [3.32] Menimbang bahwa pada faktanya, Pemohon mengajukan permohonan PSI ke Komisi Informasi Pusat melebihi batas waktu pengajuan permohonan PSI sebagaimana ditetapkan dalam UU KIP dan Perki No. 1 Tahun Seharusnya Permohonan PSI ke Komisi Informasi Pusat diajukan dalam jangka waktu 14 hari kerja setelah ditemukannya alasan untuk itu, dalam hal ini setelah lewatnya waktu 30 hari kerja bagi bagi Termohon untuk menanggapi keberatan yang diajukan Pemohon. Dengan demikian seharusnya Permohonan PSI diajukan dalam jangka waktu 14 hari kerja sejak berakhirnya jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kerja untuk atasan PPiD dalam memberikan tanggapan tertulis kepada Pemohon, yakni dalam kurun waktu 44 hari kerja setelah tanggal 17 Februari 2014 (tanggal diajukan dan diterimanya keberatan Pemohon oleh Termohon. Berdasarkan perhitungan jumlah hari kerja maka Permohonan PSI seharusnya diajukan dalam tenggang waktu tanggal 2 April - 23 April Sedangkan Pemohon mengajukan Permohonan PSI pada tanggal 6 Mei 2014 sehingga 15 "

16 jelas lelah melewati batas waktu yang diperkenankan menurut UU KIP dan Perki No. 1Tahun 2013 atau dengan kata lain daluwarsa. [3.33] Menimbang bahwa berdasarkan uraian pada paragraf [3.24] sampai dengan paragraf [3.32] M a jelis m en ila i bah w a perm ohonan inform asi a quo premature dalam hal waktu pengajuan keberatan dan daluwarsa dalam hal waktu pengajuan Permohonan PSI sehingga tidak memenuhi ketentuan jangka waktu yang ditentukan Pasal 36 ayat (1) UU KIP juncto Pasal 13 huruf b Perki No. 1Tahun Putusan Sela oleh Majelis [3.34] Menimbang bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 36 ayat (2) Perki No. I Tahun 2013, mengatur: Dalam hal permohonan tidak memenuhi salah satu ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Majelis Komisioner dapat menjatuhkan putusan sela untuk menerima ataupun menolak permohonan. [3.35] Menimbang bahwa berdasarkan fakta persidangan Majelis berpendapat bahwa Termohon selaku PP1D Badan Publik sudah melaksanakan tugas dan fungsinya dengan memenuhi permohonan informasi Pemohon (vide Surat T-3) serta perbedaan pandangan terhadap informasi yang dimohon oleh Pemohon dengan dokumen yang dimiliki oleh Termohon sudah diklarifikasi pada persidangan a quo. [3.36] Menimbang bahwa berdasarkan uraian paragraf [3.34] sampai dengan paragraf [3.35] Majelis memandang perlu untuk menjatuhkan Putusan Sela dan tidak mempertimbangkan pokok perkara a quo. 4. KESIMPULAN [4.1] Berdasarkan seluruh uraian dan fakta hukum di atas, Majelis Komisioner berkesimpulan: 1, Komisi Informasi Pusat berwenang untuk menerima, memeriksa dan memutus permohonan a quo. 2. Pemohon memenuhi syarat kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan dalam sengketa a quo. 16

17 3. Termohon memenuhi syarat kedudukan hukum (legal standing) sebagai Termohon dalam sengketa a quo, 4. Permohonan a quo tidak memenuhi ketentuan jangka waktu sebagaimana ditentukan UU No. 14 Tahun 2008 dan Perki No. 1Tahun AMAR PUTUSAN Memutuskan, [5.1] Menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya. Demikian diputuskan dalam Rapat Permusyawaratan Majelis Komisioner yaitu Evy Trisulo Dianasari selaku Ketua merangkap Anggota, Dyah Aryani Prastyastuti dan Yhannu Setvawan masing-masing sebagai Anggota, pada hari Kamis, tanggal 18 September 2014 dan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari Kamis, tanggal 18 September 2014 oleh Majelis Komisioner yang nama-namanya tersebut di atas, dengan didampingi oleh Indah Puji Rahayu sebagai Panitera Pengganti, serta dihadiri oleh Pemohon dan kuasa Termohon. Ketua Majelis kfif (Evy Tr/salo Dianasari) Anggota Majelis Anggota Majelis (Dyah Aryani Prastyastuti) (Yh...,..., Panitera Pengganti (Indah Puji Rahayu) 17

18 Untuk salinan Putusan ini sah dan sesuai dengan aslinya diumumkan kepada masyarakat berdasarkan Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik dan Pasal 59 ayat (4) dan ayat (5) Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 Tahun 2013 tentang Prosedur Penyelesaian Sengketa Informasi Publik. Jakarta, 18 September 2014 Panitera Pengganti (Indah Puji Rahayu), 18